Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTEK PENGENALAN LAPANGAN

SISTEM PEMERINTAHAN DAN OTONOMI DAERAH DI


DESA JONO KALORA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

KETUA KELOMPOK :
AINUN PUTRIZA_B40121181

PENYAJI :
MUH IBNU HARUN_B40121202
ALGHIFARI USMAN_B40121177
MUZHAFFAR ALYAFI_B40121189
NADILA APRILIA_B40121199
MONICA STEHFANY_B40121213

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PPL

1. Judul : Sistem Pemerintahan Dan Otonomi Daerah Desa Jono Kalora Kabupaten Parimo
2. Mata Kuliah : Sistem Pemerintahan Dan Otonomi Daerah
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Ainun Putriza

b. NIM :B 401 21 181


4. Penyaji :
5. Anggota :
● Alghifari Usman_B40121177
● Ainun Putriza_ B40121181
● Muzhaffar Alyafi_ B40121189
● Nadila Aprilia_ B40121199
● Monica Stehfany_ B40121213
Palu, 14 Mei 2023

Dosen Pendamping Ketua Pelaksana PPL

(Sisrilnardi, S.IP, MA) (Ainun Putriza)


NIDN. 0020019007 NIM. B40121181

Menyetujui Dosen Mata Kuliah

(Mahfuzat Lamakampali, S.IP. M.Si)


NIP. 197606212005011001
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan Praktek Pengenalan Lapangan
(PPL) Universitas Tadulako pada tahun ajaran 2022/2023 serta dapat menyusun laporan PPL
ini dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam tak lupa kita hanturkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya dihari akhir kelak.

Laporan PPL ini disusun untuk melaporkan hasil kegiatan wawancara telah dilakukan oleh
mahasiswa untad kepada aparat desa jono kalora. Dalam pelaksanaannya dari awal
observasi,perancangan program,pelaksanaan hingga penyusunan laporan PPL ini,banyak pihak
yang telah memberikan bantuan,kritik,saran,motivasi dan dukungan kepada kami.untuk itu
kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral dan material,
2. tim pembina PPL,
3. Bapak Sisrilnardi,S,IP,MA ,
4. Mahfuzat Lamakampali S.IP M.Si.
5. Irwansyah Kamindang S.IP M.Si

Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan PPL dan penyusunan laporan ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan serta jauh dari kata sempurna,oleh karna itu kami
mengharapkan masukan, kritik maupun saran yang membangun dari semua pihak. Besar
harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan acuan sebagai hasil PPL. Akhir kata, semoga
laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum wr.Wb
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iv

ABSTRACT.......................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................6

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................6

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................7

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................7

1.4 Metode Penelitian...............................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................8

2.1 Landasan Teori...................................................................................................8

2.2 Kerangka Pikir....................................................................................................9

2.3 Definisi Operasional...........................................................................................9

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................10

3.1 Legenda Desa.....................................................................................................10

3.2 Kondisi Sosial Dan Geografis............................................................................10

3.3. Bagaimana desa Jono Kalora mengelola APBDes agar dapat memberikan
manfaat langsung bagi masyarakat..........................................................13

3.4 Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa Jono Kalora dalam
meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa.........................................13

BAB IV PENUTUP................................................................................................14

4.1 Kesimpulan...........................................................................................................14

4.2 Rekomendasi Kebijakan.......................................................................................14

4.3 Kritik Atas Teori..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

LAMPIRAN................................................................................................................17
ABSTRACT

Regional autonomy is the rights, powers and obligations of autonomous regions to regulate
and manage their own government and the interests of the community in accordance with laws
and regulations. With the enactment of regional autonomy, the government is given the
responsibility to regulate, utilize and explore potential sources that exist in the regions to meet
the needs of their respective regions. In meeting regional needs, local governments seek to
increase local revenue (PAD). PAD is sourced from SMEs managed by the village community.
Regional autonomy has not fully resulted in regional authority to manage natural resources
and regional revenue potentials themselves. This means that there is still a fiscal dependence
on the central government to fund the ongoing decentralization in the regions.

Keywords: PAD, DD, APBD, Empowerment

ABSTRAK

Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan perundang -
undangan. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah diberikan tanggung jawab
untuk mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber - sumber potensi yang ada di daerah
untuk memenuhi kebutuhan daerah masing - masing. Dalam memenuhi kebutuhan daerah,
pemerintah daerah berupaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD
bersumber dari UKM yang dikelola masyarakat desa. Otonomi daerah belum sepenuhnya
menghasilkan kewenangan daerah mengelola sumber daya alam dan potensi-potensi
penerimaan daerah itu sendiri, Artinya masih terjadi ketergantungan fiscal dari pemerintah
pusat untuk mendanai keberlangsungan desentralisasi yang ada didaerah.

Kata Kunci : PAD, DD, APBD, Pemberdayaan


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Otonomi daerah adalah sebuah sistem atau kewenangan yang dimiliki daerah. Otonomi daerah
ini bertujuan untuk mengembangkan daerah serta isi di dalam daerah tersebut. Di negara
Indonesia ini, otonomi daerah sudah diterapkan. Tujuan dari penerapannya adalah untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Otonomi daerah ini membuat
pemerintah daerah dapat melakukan pengembangan pada daerah-daerahnya tersebut.

Otonomi daerah memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangan
dan anggaran mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan dan prioritas lokal. Berikut adalah
beberapa kaitan antara otonomi daerah dan APBD. APBD adalah rencana keuangan tahunan
yang disusun oleh pemerintah daerah untuk mengatur pengeluaran dan penerimaan dalam
rangka menjalankan fungsi pemerintahan daerah dan memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat.

Didalam Undang-undang No.16 tahun 2014 tentang desa dan Permendagri No.113 tahun 2014
tentang pengelolaan keuangan Desa merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan
pembangunan nasioanal yang memfokuskan pada pembanguan Desa. Dimana desa merupakan
salah satu ujung tombak organisasi pemerintah dalam mencapai keberhasilan urusan
pemerintah yang besumber dari pemerintah pusat, karena desa lebih dekat dengan masyarakat
sehingga program dari pemerintah pusat lebih cepat tersampaikan dan desa dituntut untuk
melakukan pengelolaan dengan sebaik mungkin(Rahmi Fajri, 2015).

Desa jonokalora merupakan desa pemekaran dari desa parigimpu’u yang artinya;jono adalah
padang rumput yang luas ditumbuhi alang-alang sedangkan kalora adalah sebuah pohon yang
tumbuh besar dan rindang.jadi desa jono kalora adalah gabungan dari dua suku kata yaitu jono
dan kalora berdasarkan hasil musyawarah,bahwa dusun dua kata jonokalora memenuhi syarat
untuk dijadikan desa maka kepala desa pangimpu’u djafar f.ratasigi mengeluarkan
rekomendasi dengan nomor surat;88/kds-prg/vii/2006 tanggal 11 agustus 2006 dengan tujuan
meningkatkan kemampuan pemeririntah desa secara berdaya guna dan berhasil serta
mendekatkan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkambangan dan
kemajuan pembangunan dengan persetujuan badan permusyawaratan desa (BPD).

Praktik pengenalan lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib tempuh oleh
mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu pemerintahan untuk melatih mahasiswa untuk
menetapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki dalam suatu proses
pembelajaran sesuai bidang studinya masing–masing sehingga mahasiswa mendapatkan
pengalaman faktual yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan diri dan
pengalaman sebagai calon tenaga kependidikan yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai tenaga akademis dalam dunia pendidikan.
Di mana dalam pelaksanaan PPL ini kami mewawancarai 2 Narasumber yang memiliki
pendapat tentang pengembangan di desa jono kalora di antaranya yaitu :

1. Bapak Riki, Sebagai Sekretaris Desa


2. Bapak Dunar, Sebagai Kepala Desa

PPL ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami permasalahan masyarakat
serta dapat mengembangkan potensi yang dimiliki untuk terjun ke dalam kehidupan
masyarakat yang sesungguhnya. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) juga bertujuan untuk
mengetahui peran kendala serta peran pemerintah dalam perkembangan di desa jono kalora
juga mengembangkan potensi dan pengetahuan terkait yang telah di dapatkan dalam bentuk
interaksi lansung dengan masyarakat dijono kalora, praktik pengalaman lapangan (PPL)
merupakan salah satu bentuk pendidikan dengan memberikan pelatihan dan pengalaman
belajar yang berhubungan dengan masyarakat khususnya dunia pendidikan sehingga dapat
mengidentifikasikan permasalahan dan mengatasinya yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana desa Jono Kalora mengelola APBDes agar dapat memberikan manfaat
langsung bagi masyarakat?
2. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah desa Jono Kalora dalam
meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Memberikan pemahaman pembelajaran terkait bagaimana desa Jono Kalora
mengelola APBDes dan bagaimana desa memberikan manfaat langsung bagi
masyarakat
2. Memberikan pemahaman pembelajaran terkait bagaimana upaya pemerintah desa
Jono dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa

1.4 Metode Penelitian

Jenis peneliian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuntitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau
perilaku yang diamati. Peneliatian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
menggambarkan semua data atau keadaan subjek atau objek penelitiankemudian dianalisis
dan dibandingkan berdasakan kenyataan yang sedang berlangsung. Dan selanjutnya mencoba
untuk memberikan pemecahan masalah dan dapat memberikan informasi yang mutakhir.

Metode secara harfiah berarti pengejaran pengetahuan, penyelidikan, cara penuntutan


penyelidikan, atau sistem semacam itu. Dalam beberapa abad terakhir ini lebih sering berarti
proses yang ditentukan untuk menyelesaikan tugas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Otonomi daerah adalah salah satu kebijakan yang sangat penting bagi Indonesia. Perlu diingat
bahwa otonomi daerah yang merupakan perwujudan dari konsep desentralisasi menjadi cita-
cita reformasi yang terealisasi pasca Orde Baru.

Di lain sisi, menurut UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahan
dalam taraf kepentingan masyarakat.

Pada prinsipnya, otonomi daerah diimplementasikan untuk melakukan desentralisasi


kewenangan pada pemerintah daerah. Hal ini tentu untuk dapat menggeser kekuasaan yang
terlalu sentralistik di pusat menuju kekuasaan dan otonomi daerah di Indonesia.

Ada salah satu hal yang menjadi aspek penting dari otonomi daerah. Hal tersebut adalah
pemberdayaan masyarakat. Hal ini akan membuat mereka memiliki hak untuk berpartisipasi.
Seperti dalam proses perencanaan, proses pelaksanaan, proses penggerakan dan proses
pengawasan. Proses-proses tersebut akan terjadi dalam pengelolaan pemerintah daerah. Hal
tersebut digunakan dalam penggunaan sumber daya pengelola serta memberi pelayanan yang
prima kepada public atau masyarakat.

Secara umum, otonomi daerah mengacu pada pemberian wewenang kepada pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengurus urusan dalam wilayahnya sesuai dengan kepentingan dan
kebutuhan masyarakat setempat. Otonomi daerah bertujuan untuk memberikan kewenangan
kepada pemerintah daerah agar dapat mengambil keputusan dan bertanggung jawab secara
mandiri dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik di
tingkat lokal.

Tujuan lainnya dari kebijakan otonomi daerah antara lain: mengembangkan kehidupan
demokrasi, pemerataan, keadilan, mendorong dalam memberdayakan masyarakatnya,
meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD juga
memelihara hubungan baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
2.2 Kerangka Pikir

Keuangan Daerah

Input Output

 DD
 Pembiayaan Daerah
 ADD

 PAD  Belanja Daerah

Surplus/Defisit

Surplus/Defisit

Kinerja Pemda

2.3 Definisi Operasional

Berdasarkan Pasal 1 huruf (h) UU Nomor 22 Tahun 1999, yang dimaksud otonomi daerah
adalah:
"Otonomi daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan."

Sementara itu, dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang dimaksud otonomi daerah ialah:
"Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan."
Dikutip dari buku Ilmu Hukum Tata Negara (2018) karangan Bambang Suparno, secara
etimologis, otonomi daerah berasal dari bahasa Yunani auto dan nomous Auto berarti sendiri,
dan nomous artinya hukum atau peraturan. Jadi, otonomi daerah adalah aturan yang mengatur
daerahnya sendiri.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil Desa Jono Kalora


Legenda dan Sejarah Desa

3.1 Legenda Desa


Desa Jonokalora merupakan desa pemekaran dari desa Parigimpu’u yang artinya ; Jono adalah
Padang rumput yang luas di tumbuhi alang-alang, sedangkan Kalora Adalah sebuah Pohon
yang tumbuh besar dan Rindang. Jadi desa Jonokalora adalah gabungan dari dua suku kata
yaitu Jono dan Kalora. Berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat masyarakat, bahwa dusun
dua Parigimpu’u memunuhi syarat untuk di jadikan Desa, maka kepala desa Parigimpu’u
Djafar F. Ratasigi mengeluarkan Rekomendasi dengan Nomor Surat : 88/KDS-PRG/VII/2006
tanggal 11 Agustus 2006 dengan tujuan meningkatkan kemampuan pemerintah Desa secara
berdaya guna dan berhasil serta mendekatkan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan dengan persetujuan Badan
Permusyarawatan Desa (BPD).

Adapun asal usul masyarakat yang mendiami dusun Jonokalora tersebut adalah dari lembah
Palu, Kawatuna, Tanah modindi, Paboya, dan Vatutela serta penduduk asli Parigimpu’u. Mata
pencarian penduduk 90% adalah petani kebun, peternak dan Pegawai Negeri Sipil 5% dan
sisanya adalah Wiraswasta.

Atas persetujuan Bupati dan Dewan rakya Daerah Kabupaten Parigi Moutong, dasar peraturan
Daerah nomor 5 Tahun 2007 tanggal 25 maret 2007 telah resmi menjadi desa Definitif dibawah
kepemimpinan Kepala Desa Novel L Banda. Kemudian dilanjutkan dengan Kepemimpinan
Rais G.Buah. Melalui Surat Keputusan Bupati Parigi Moutong Nomor 610/02.001/1/2014
tanggal 17 Desember tahun 2013 Masa Bakti 2013 / 2019 dan kemudian dilanjutkan dengan
Pemelihan Kepala Desa Berikutnya yang terpilih yaitu Dunar B Lapake melalui surat
keputusan Bupati Parigi Moutong Nomor 821.45/2547/DPMD Tentang Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Desa terpilih Kabupaten Parigi Moutong masa Bakti 2020 – 2026.

3.2 Kondisi sosial dan Geografis


1. Keadaan kondisi sosial Desa
Mengenal lebih dekat desa Jonokalora dan melihat keadaan baik dari segi
penduduk, mata Pencarian, kemajemukan, keadaan alam, Pemerintahan dan adminitrasi
desa dan keadaan pendidikan.
Menguraikan Keadaan Sosial Desa

Tabel 1. Data Keadaan Sosial Desa Jonokalora

No. Uraian Jumlah Keterangan


1. Kependudukan
a. Jumlah Penduduk ( Jiwa ) 1236 Orang
b. Jumlah KK 366 KK
c. Jumlah Laki-laki : 627 Orang
- 0 - 5 tahun 63 Orang
- 6 - 15 tahun 120 Orang
- 16 - 55 tahun 382 Orang
- Diatas 55 tahun 62 Orang
d. Jumlah Perempuan : 609 Orang
- 0 - 5 tahun 65 Orang
- 6 - 15 tahun 139 Orang
-16 - 55 tahun 375 Orang
- Diatas 55 tahun 60 Orang
2. Kesejahtraan Sosial
a. Jumlah KK Pra Sejahtra 114 KK
b. Jumlah KK Sejahtra III+ 6 KK
c. Jumlah KK Sejahtra III 155 KK
d. Jumlah KK Sejahtra II 50 KK
e. Jumlah KK sejahtra I 30 KK
3. Tingkat Pendidikan
a. Tidak tamat SD 6 Orang
b. SD 105 Orang
c. SMP/SLTP sederajat 7 Orang
d. SLTA / Sederajat 2 Orang
e. Diploma/Sarjana 15 Orang
4 Mata Pencarian :
a. Buruh tani 147 Orang
b. Petani 146 Orang
c. Peternak Orang
d. Pedagang 44 Orang
e. Tukang kayu 28 Orang
f. Tukang batu 25 Orang
g. Penjahit 2 Orang
h. PNS 11 Orang
i. Pensiunan 2 Orang
j. TNI/Polri Orang
k. Perangkat Desa 9 Orang
l. Pengrajin Orang
m. Industri Kecil 2 Orang
n. Perbengkelan dan Servis 6 Orang
0. lain-lain ( Salon) 1 Orang
5 Keterbatasan Sosial / Minoritas
a. Disabilitas / cacat Mental 3 Orang
b. Tuna Netra 2 Orang
c. Tuna Rungu Orang
d. Tuna wicara Orang
e. Cacat Tubuh Orang
6. Agama
a. Islam 1236 Orang
b. Kristen Protestan Orang
c. Kristen Katolik Orang
d. Hindu Orang
e. Budha Orang
f. Komunchu Orang

Sumber : SDGs

2. Kondisi Giografis Desa

Sebagai gambaran umum Desa dimana di lihat pada aspek Giografis kewilayahan dan
merupakan potensi pendukung pada pelaksanaan perencanaan pembagunan desa dapat
dilihat pada tabel Berikut :

Tabel 2. Data Keadaan Geografis Desa

No. Uraian Keterangan


1. Jarak Ke Ibukota :
a. Kecamatan ( Parigimpu'u) : 2,4 Km dapat di tempuh melalui
b. Kabupaten ( Parigi ) : 4 Km darat
c. Propinsi ( Palu ) : 85 Km
2. Panjang jalan Menurut Jenis :
a. Aspal : 3 Km
b. Diperkeras : 3 Km
c. Tanah : 3 Km
3. Nama dan Panjang sungai yang melintasi Desa
- Nunu Mudonggo pangi molotu : 500 M

Sumber : Kecamatan Dalam Angka


3.3 Bagaimana desa Jono Kalora mengelola APBDes agar dapat memberikan
manfaat langsung bagi masyarakat
pemerintah desa jono kalora melakukan beberapa langkah yang dimana membutuhkan
partisipasi masyarakat Melibatkan aktif partisipasi masyarakat dalam penyusunan APBDes.
Dengan melibatkan masyarakat, kebutuhan dan aspirasi mereka dapat tercermin dalam alokasi
anggaran yang lebih tepat sasaran. Pemerintah desa juga Melakukan identifikasi kebutuhan dan
prioritas pembangunan di desa. Hal ini dapat dilakukan melalui musyawarah desa atau
mekanisme partisipatif lainnya untuk menentukan program dan proyek yang dianggap paling
penting dan mendesak bagi masyarakat.

desa menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan APBDes.


Menyampaikan informasi mengenai alokasi anggaran, penggunaan dana, dan hasil yang
dicapai secara jelas kepada masyarakat, sehingga mereka dapat memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan APBDes.

Mengarahkan penggunaan anggaran pada program dan proyek yang berkelanjutan dan
memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat, seperti infrastruktur dasar, pendidikan,
kesehatan, atau peningkatan ekonomi desa.

Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan APBDes dan hasil yang dicapai.
Dengan melakukan evaluasi, desa dapat mengidentifikasi kelemahan dan melakukan perbaikan
agar pengelolaan APBDes semakin baik dan memberikan manfaat yang maksimal bagi
masyarakat

3.3 Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa Jono Kalora dalam
meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa

Melakukan program penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat desa tentang berbagai
aspek penting seperti keterampilan usaha, manajemen keuangan, pertanian, kesehatan, dan
pendidikan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
desa dalam mengembangkan potensi dan memperoleh sumber daya yang dibutuhkan.

Membangun dan meningkatkan infrastruktur dasar di desa, seperti jalan, jembatan, listrik, air
bersih, sanitasi, dan telekomunikasi. Infrastruktur yang memadai akan membuka aksesibilitas
dan meningkatkan konektivitas desa, sehingga membuka peluang ekonomi dan pemberdayaan
masyarakat desa.

Mendorong pembentukan koperasi dan kelompok usaha bersama di desa. Pemerintah desa
dapat memberikan dukungan dalam hal pelatihan manajemen, permodalan, dan pemasaran
untuk koperasi dan kelompok usaha bersama. Hal ini dapat membantu masyarakat desa dalam
meningkatkan kualitas produksi, daya saing, dan akses ke pasar.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
APBDes yang efektif dan transparan merupakan instrumen penting dalam mewujudkan
pemberdayaan masyarakat desa. Melalui pengelolaan yang baik, alokasi anggaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, sehingga memberikan manfaat
langsung bagi mereka.

Masyarakat desa harus dilibatkan secara aktif dalam penyusunan APBDes. Partisipasi mereka
memungkinkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat tercermin dalam alokasi anggaran,
sehingga program dan proyek yang diusulkan lebih relevan dan berdampak langsung pada
kehidupan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat desa bukan hanya sebatas pemberian modal atau pelatihan, tetapi
juga melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan, pemanfaatan sumber daya
lokal, pengembangan usaha, dan peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh. Dalam rangka
meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa, pemerintah desa juga perlu membangun
kapasitas mereka sendiri dalam penyelenggaraan pemerintahan, manajemen keuangan,
pengelolaan proyek, dan pelayanan publik. Pemberdayaan masyarakat desa tidak terbatas pada
aspek ekonomi, tetapi juga meliputi aspek sosial, budaya, dan politik. Ini berarti pemerintah
desa perlu mendorong keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, menjaga
kearifan lokal, memperkuat solidaritas sosial, dan mempromosikan partisipasi politik.

4.2 Rekomendasi Kebijakan

1. Meningkatkan Kewenangan Desa


Memberikan kewenangan yang lebih luas kepada desa dalam mengelola urusan-urusan
di tingkat lokal, termasuk pengelolaan keuangan, pembangunan infrastruktur,
pengembangan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik lainnya.
Pemberian kewenangan yang lebih besar akan memungkinkan desa untuk mengambil
keputusan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
2. Pemberdayaan Masyarakat Desa
Memberikan kewenangan yang lebih luas kepada desa dalam mengelola urusan-urusan
di tingkat lokal, termasuk pengelolaan keuangan, pembangunan infrastruktur,
pengembangan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik lainnya.
Pemberian kewenangan yang lebih besar akan memungkinkan desa untuk mengambil
keputusan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

3. Sumber Daya Keuangan yang Memadai


Memastikan desa memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk melaksanakan
kewenangannya. Ini dapat mencakup alokasi dana desa yang cukup dari pemerintah
pusat atau pemerintah daerah, pemberian wewenang desa untuk mengelola Pendapatan
Asli Desa (PADes), dan pemberian dukungan teknis dalam pengelolaan keuangan
desa.

4.3 Kritik Atas Teori

1. APBDes
Desa seringkali menghadapi keterbatasan anggaran yang membatasi kemampuan
mereka dalam melaksanakan program dan proyek pembangunan. Anggaran yang
diberikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah mungkin tidak mencukupi
untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat desa. Keterbatasan ini dapat
menghambat upaya pemberdayaan masyarakat desa

2. Pemerintah Desa .
Pemerintah desa mungkin tidak memiliki kapasitas yang cukup dalam mengelola
keuangan, mengawasi pelaksanaan program, dan memberikan pelayanan yang
efektif kepada masyarakat. Kurangnya sumber daya manusia yang terlatih dan
kurangnya pengetahuan tentang tata kelola pemerintahan dapat menjadi
hambatan dalam mewujudkan otonomi desa dan pemberdayaan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa dan Kawasan Kementerian Koordinator


Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.


2015. Perencanaan Pembangunan Desa. Jakarta.

Faridah dan Bambang Suryono. 2015. Tranparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol.4 No. 5 (2015).

https://eprints.umm.ac.id/44336/2/BAB%20I.pdf

http://repo.unand.ac.id/1705/2/bab%25201.pdf
LAMPIRAN

Dokumentasi :

Anda mungkin juga menyukai