Spektek Sma Negeri 1 Kawangkoan Barat Dak
Spektek Sma Negeri 1 Kawangkoan Barat Dak
B. SPESIFIKASI BAHAN/MATERIAL
Adapun spesifikasi bahan/barang/pekerjaan yang dimaksudkan dalam pekerjaan
Pembangunan di SMA NEGERI 1 KAWANGKOAN BARAT ini yaitu :
JENIS BA-
SPESIFIKASI
HAN/MATERIAL
Pasir harus tajam, kasar, bebas dari butiran kerikil, tid-
ak mengandung lumpur dan kotoran serta memenuhi
SNI-1968-1990 F dan SKSNI S-04-1989.
Pasir harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam
Pasir SNI 03-4141-1996
Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%
Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan ber-
lubang 3 mm persegi
Tidak boleh menggunakan pasir laut
Batu Kali/Batu Pecah ukuran 15-20 cm untuk pasangan
Batu Kali/Pecah harus keras tidak keropos dan harus bersih dari lumpur,
kotoran dan bahan organik lainnya sesuai dengan PBI
1971/1983 SNI 03-2816-1992.
Kerikil harus keras tidak mudah hancur, bebas dari
tanah, kotoran dan bahan organik lainnya.
Menggunakan kerikil yang bersih, bermutu baik, tidak
berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai
Kerikil dengan syarat-syarat pelaksanaan PBI-197
Butiran-butirannya dapat melalui ayakan berlubang
persegi 76 mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang
20 mm
Warnanya adalah hitam mengkilat keabu-abuan
Ukuran standart, tidak mengandung karat > 5% sesuai
SK. SNI S-05-1989.
Besi yang digunakan adalah besi mutu U-24, dan se-
terusnya sesuai yang ditentukkan, dan harus ditan-
yakan oleh test laboratorium resmi dan sah
Besi / Kawat Beton, Paku, Besi harus bersih dan tidak mengandung min-
Bendrat yak/lemak, asam alkali dan bebas dari cacat
Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyara-
tan SNI 07-0663-1995
Bendrat harus berukuran minimal diameter 1 mm sep-
erti yang disyaratkan dalam NI-2
C. PENYIMPANAN BAHAN/MATERIAL
o Alat kerja yang disediakan berupa alat-alat bantu, seperti mesin las, alat-alat bor,
alat-alat pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
o Peralatan yang diadakan harus dalam kondisi baik dan laik pakai.
o Seluruh peralatan harus dilaksanakan dengan cara yang benar.
1.3. Spesifikasi Proses/Kegiatan
3. PEKERJAAN STRUKTUR
3.1 Pekerjaan Sloof 15/20
3.2 Pekerjaan Ring Balok 15/20
3.3 Pekerjaan Kolom Praktis 11/11
3.4 Pekerjaan Kolom Utama 20/20
3.5 Balok Latei 11/11
1. REFERENSI HUKUM
1. Undang-Undang No 2 Tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
2. Undang-Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
3. Permen PU No. 29/PRT/M/2006 Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
4. Permen PU No. 30/PRT/M/2006 Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesbilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan;
5. Permendagri No. 1/ 2007 Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
6. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan;
7. Permen PU No. 24/PRT/M/2007 Pedoman Teknis Ijin Mendirikan BangunanGedung;
8. Permen PU 25/PRT/M/2007 Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
9. Permen PU No. 24/PRT/M/2008 Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan/Gedung;
10. Permen PU No.25/2008 Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran;
11. Permen PU No.26/PRT/M/2008 Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pa-
da Bangunan dan Lingkungan;
12. Permen PU No.20/PRT/M/2009 Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di
Perkotaan;
13. Permen PU No.16/PRT/M/2010 Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan
Gedung;
14. Permen PU No.17/PRT/M/2010 Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung;
15. Permen PU No.18/PRT/M/2010 Pedoman Revitalisasi Kawasan;
16. Permen PU No.11/PRT/M/2014 Pengelolaan Air Hujan pada Bangunan Gedung dan
Persilnya;
17. PermenPU No.06/PRT/M/2017 Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Dan Perumahan Rakyat Nomor: 05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan
Gedung;
18. Permen PU No.14/PRT/M/2017 Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;
19. Permen PU 27/PRT/M/2018 Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
20. Peraturan Menteri PUPR No 21 Tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi;
21. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2020 tentang Jasa Konstruksi;
22. Permen PUPR Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan
Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
23. Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah Provinsi/Kab. Kota
setempat yang berkaitan dengan pekerjaan Bangunan dan Lingkungan yang di-
rencanakan;
24. Peraturan, pedoman, kriteria dan referensi hokum lainnya yang berlaku dan
digunakan di indonesia.
2. STANDART TEKNIS
1. SNI 03-0106-1987 Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji;
2. SNI 03-0349-1989 Bata beton untuk pasangan dinding;
3. SNI 03-1734-1989 Beton bertulang dan struktur dinding bertulang untuk rumah dan
gedung, Petunjuk perencanaan;
4. SNI 03-0691-1996 Bata beton (paving block);
5. SNI 15-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding;
6. SNI 03-2410-2002 Tata cara pengecatan dinding tembok dengan cat emulsi;
7. SNI 2407:2008 Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung;
8. SNI 2835:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah untuk Kon-
struksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
9. SNI 2836:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Pondasi untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
10. SNI 2837:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
11. SNI 2839:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Langit-langit
untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
12. SNI 6897:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
13. SNI 7393:2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan
aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan;
14. SNI 7395:2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan penutup lantai
dan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
15. SNI 0225:2011/Amd 5:2016 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
(PUIL 2011) - Amendemen 5 (IEC 60364-5-56:2009, MOD);
16. SNI 1726:2012 SNI 1726:2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung dan non gedung;
17. SNI 1727:2013 Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain;
18. SNI 2847:2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung;
19. SNI 7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu;
20. SNI 2049:2015 Semen portland;
21. SNI 6371: 2015 Tata cara pengklasifikasian tanah untuk keperluan teknik
dengan sistem klasifikasi unifikasi tanah (ASTM D 2487-06, MOD);
22. SNI 8153:2015 Sistem plambing pada bangunan gedung;
23. SNI 6880:2016 Spesifikasi beton struktural;
24. Standar lainnya yang berlaku dan dikeluarkan oleh Badan Standardisasi
Nasional (BSN) Indonesia berkaitan dengan pekerjaan bangunan dan
lingkungan yang direncanakan.
1. PERSYARATAN PELAKSANAAN
1) Untuk menghindari klaim dari User Proyek dikemudian hari maka Kontraktor harus
betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan
ukuran jadi (finished) sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan
RKS. Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk
dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang di-
pergunakan sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petun-
juk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas. Sebelum melaksanakan setiap peker-
jaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja
dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, El-
ektrikal, dan mendapat izin tertulis dari Konsultan Pengawas.
2) Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon Kontraktor harus menyediakan:
Wakil sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya
selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi
kewajiban menurut kontrak.
Buku harian untuk :
- Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
- Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari peker-
jaan.
Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
- 1 (satu) kamera/handycam.
- 1 (satu) alat ukur schuifmaat.
- 1 (satu) alat ukur panjang 50 m, 5 m.
- 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.
- 1 (satu) laptop/PC.
3) Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti diuraikan di dalam bu-
ku ini. Bila terdapat ketidak jelasan dan atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini,
Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Pengawas untuk mendapatkan
penyelesaian.
4) Adapun standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut diatas ialah berdasarkan:
- BSN (Badan Standarisasi Nasional Indonesia)
- ASTM (American Society for Testing & Materials)
- ASSHO (American Associationof State Highway Officials).
5) Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mengukur kembali semua titik
elevasi dan koordinat-koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan-perbedaan dilapangan,
Kontraktor wajib membuat gambar- gambar penyesuaian dan harus mendapat
persetujuan Pengawas Lapangan.
5. JAMINAN PELAKSANAAN
a. Kontraktor wajib menyerahkan surat jaminan pelaksanaan dari Bank Umum, yang
besarnya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak.
b. Untuk harga borongan kurang dari 80% Harga Perkiraan Sendiri (HPS), Jaminan
Pelaksanaan minimal 5% dikalikan 80% HPS.
6. PERIJINAN
Bila ada sebagian atau seluruhnya pekerjaan yang harus memerlukan perijinan dari
instansi yang berwenang, maka Pemborong harus sudah memiliki perijinan yang di-
maksud sebelum memulai bagian dari pekerjaan tersebut. Pemborong tidak diperke-
nankan memulai kegiatan sebelum memegang perijinan yang dimaksud. Segala biaya
yang dikeluarkan untuk mengurus perijinan menjadi tanggung jawab pemborong.
7. SISTEM PEMBAYARAN
a. Segala pembayaran dilakukan dengan mata uang rupiah.
b. Apabila Kontraktor menerima pembayaran uang muka, maka pengembalian uang
muka ini diatur dan diperhitungkan dalam pembayaran angsuran secara proporsional
sesuai dengan prestasi pembayaran, dengan catatan bahwa angsuran kembali uang
muka ini sudah harus diperhitungkan 100% selesai atau lunas pada saat pembayaran
angsuran pekerjaan selesai 100% dan diserahkan untuk pertama kalinya.
c. Pembayaran akan ditangguhkan apabila :
Terdapat kesalahan dalam pelaksanaan, hasil kurang memuaskan, kerusakan-
kerusakan yang belum diperbaiki.
Belum memenuhi ketentuan administrasi.
Terdapat keraguan terhadap keseimbangan sisa pekerjaan yang masih harus dik-
erjakan.
Belum ada persetujuan dalam perhitungan klaim kenaikan harga yang terjadi pada
angsuran tersebut apabila terjadi force majeure.
d. Bahwa pada hakikatnya dalam batas berlakunya kontrak konstruksi pekerjaan yang
dimaksud dalam RKS ini segala kenaikan harga bahan dan upah kerja menjadi
tanggung jawab Kontraktor/Penyedia barang konstruksi , dan segala bentuk klaim tid-
ak dibenarkan, kecuali dalam keadaan force majeure.
e. Yang dimaksud dengan “force majeure” adalah suatu kejadian di luar kekuasaan Kon-
traktor/Penyedia barang konstruksi, baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi jalannya pekerjaan yaitu antara lain : akibat bencana alam (misalnya
banjir, gempa bumi, badai,dll), sabotase, dan kebijaksanaan moneter dari Pemerintah.
f. Apabila terjadi force majeure, Kontraktor dapat mengajukan ganti rugi kepada Kuasa
Pengguna Anggaran setelah mendapat pengakuan dan keterangan secara tertulis dari
pihak yang berwenang dengan ketentuan sebagai berikut :
Kejadian tersebut wajib dilaporkan dalam batas waktu 3 x 24 jam setelah terjadinya
keadaan tersebut.
Kemudian dalam waktu 7 x 24 jam sudah harus menyerahkan bukti keterangan dari
pihak yang berwenang.
Lebih dari batas waktu yang ditentukan, maka Kontraktor kehilangan hak untuk
mendapatkan ganti rugi.
c. Foto proyek tiap tahapan tersebut diatas dibuat 3 (tiga) set dilampirkan
pada saat pengambilan angsuran sesuai dengan tahapan angsuran, yang masing-
masing Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh konsultan :
o Satu set untuk Kuasa Pengguna Anggaran.
o Satu set untuk Penyedia Barang/Jasa.
o Satu set untuk Konsultan selaku Pengawas Teknis.
d. Pengambilan titik pandang dari setiap pemotretan harus tetap/sama sesuai
dengan petunjuk Pengawas Teknis atau Kuasa Pengguna Anggaran.
e. Foto setiap tahapan ditempelkan pada album/map dengan keterangan
singkat, dan penempatan dalam album disahkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran, untuk teknis penempelan/penempatan dalam album ditentukan oleh
Pengawas Teknis.
f. Khusus untuk pemotretan pada kondisi keadaan kahar/memaksa force majeure
diambil 3 (tiga) kali
13. PENGUKURAN
1) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali
dengan teliti elevasi dasar galian dan permukaan tanah atau elevasi lainnya sesuai
permintaan pengawas. Semua pengukuran kembali harus dikaitkan terhadap titik
tetap yang terdekat.
2) Alat–alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan sebelum
pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus mendapat persetujuan
pengawas, baik dari jenisnya maupun kondisinya.
3) Kontraktor harus melakukan pengukuran kembali terhadap lokasi proyek dengan teli-
ti dan disaksikan oleh konsultan pengawas dan direksi teknis.
4) Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran, toleransi, dan pembuatan serta
pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh pengawas. Ukuran–ukuran pokok
dari pekerjaan adalah sesuai dengan yang tercantum dalam gambar. Ukuran–ukuran
yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera dilaporkan kepa-
da Pengawas Lapangan. Ukuran satuan yang digunakan semuanya dinyatakan da-
lam cm, kecuali untuk pekerjaan/bahan-bahan tertentu yang dinyatakan sesuai
dengan kebutuhan. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru ada-
lah menjadi tanggung jawab pemborong.
5) Peil lantai (permukaan atas lantai) ditentukan sesuai dengan peil lantai existing.
Apabila dianggap perlu, pengawas berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk
merubah ketinggian, letak atau ukuran suatu bagian pekerjaan.
6) Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan lapangan sebenarnya
maka konsultan pengawas atau direksi teknis akan mengeluarkan keputusan tentang
hal tersebut. Apabila timbul keragu–raguan dari pihak Kontraktor dalam
menginterpretasi angka–angka elevasi dalam gambar maka hal ini harus dilaporkan
kepada pengawas untuk dimintakan penjelasannya. Apabila terdapat ketidakcocokan
antara ukuran gambar dengan lokasi pekerjaan maka kontraktor diharuskan
berkoordinasi dengan direksi teknis untuk mendapat persetujuan jika akan
dilakukan perubahan. Kontraktor tidak diperkenankan memperbaiki kesalahan
ukuran/gambar yang dianggap keliru sebelum berkonsultasi dengan direksi teknis
atau konsultan pengawas.
7) Ukuran yang tidak tercamtum, tidak jelas atau saling berbeda harus segera
koordinasikan dengan konsultan pengawas atau direksi teknis untuk meminta
penjelasan.
8) Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang
menjadi tanggungjawab Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil–peil dan ukuran dalam gambar dan
uraian/syarat –syarat pelaksanaan itu. Pengukuran dilakukan secara bersama
antara pemborong, direksi, dan konsultan pengawas untuk mendapatkan ukuran
yang pasti dan hasil pengukuran tersebut yang dijadikan sebagai rujukan.
9) Semua ketetapan pekerjaan pengukuran, baik ukuran panjang maupun sudut harus
terjamin kebenarannya. Pengukuran sudut siku–siku dengan prisma atau benang
hanya dibenarkan untuk bagian–bagian kecil dari pekerjaan dan mendapat
persetujuan pengawas.
10) Kekeliruan dari hasil pengukuran, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan unuk menyelesaikan semua “Pekerjaan Tanah Pasir Dan Pondasi” seperti ter-
tera pada gambar rencana dan spesifikasi ini. Pekerjaan ini terdiri dari :
1) Pekerjaan galian tanah
2) Pekerjaan urugan tanah kembali
3) Pekerjaan urugan dan pemadatan tanah dibawah lantai
4) Pekerjaan urugan Pasir
5) Pekerjaan pondasi jalur :
a. Pemasangan batu kosong
b. Pemasangan pondasi batu belah camp. 1 : 4
6) Pek. Cor beton tumbuk camp. 1 : 3 : 5
B. Persyaratan Bahan
1) Dasar galian tanah sesuai dengan gambar atau sampai mencapai tanah keras.
2) Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi.
3) Untuk timbunan bawah lantai digunakan tanah dan pasir pasang kualitas baik.
4) Tanah timbunan dan pasir urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar
kayu, serta sampah lainnya.
5) Pengurugan dengan tanah timbun dilaksanakan lapis demi lapis supaya padat
6) Batu untuk pasangan batu kosong dan pasangan batu pecah, harus terdiri dari batu
yang keras, berkualitas baik, bersudut-sudut dan awet.
7) Pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus berupa pasir pasang yang
memenuhi syarat dan bersih dari segala kotoran, seperti yang disyaratkan dari
Spesifikasi ini.
8) Material batu gunung untuk pondasi yang digunakan harus bermutu baik, keras, tidak
polos, permukaannya tajam dan yang tidak mengandung lumpur.
9) Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk dari mutu yang baik sesuai
dengan penjualan di pasaran. Semen yang telah disimpan lebih dari 3 bulan di dalam
gudang dan atau mengeras sebagian/seluruhnya, tidak diperkenankan untuk
digunakan. Penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas
dari kelembaban, agar semen tidak mudah membatu.
10) Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, bebas dari bahan-bahan organis, lumpur
dan sebagainya memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang tercantum di dalam
PBI 1971.
11) Air yang digunakan harus air tawar, bersih, tidak mengandung minyak, asam, garam
alkalis, dan bahan organis/bahan lainnya yang dapat merusak beton
C. Pelaksanaan
1) Pekerjaan Galian Tanah
Sebelum melaksanakan penggalian, posisi galian dan ukuran seperti tertera dalam
gambar sudah dipastikan benar dan harus mendapat persetujuan Pengawas
lapangan.
Penggalian tanah pondasi dapat dimulai setelah pemasangan bouwplank dan pa-
tok-patok disetujui Pengawas lapangan.
Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedala-
man yang perlu untuk dasar pondasi yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada
gambar-gambar.
Dasar galian harus mencapai tanah keras, dan jika pada galian terdapat akar-akar
kayu, kotoran-kotoran dan bagian-bagian tanah yang longgar (tidak padat), maka
bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya kemudian lubang yang terjadi diisi dengan
pasir urug.
Lapisan humus pada lokasi bangunan harus dikupas, hingga mencapai tanah
yang tidak mengandung humus, atau sekurang-kurangnya setebal 50 cm.
Untuk mempertahankan kepadatan muka tanah galian, maka lubang yang sudah
siap segera dilanjutkan dengan urugan pasir dan batu kosong
3. PEKERJAAN STRUKTUR
1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan :
Sloof 20/25 dan 15/20 cm, kolom praktis 11/11, kolom 20/20 cm dan ring balok 20/25 dan
15/20 cm.
2) Persyaratan Bahan
o Semen
Semen yang digunakan adalah jenis portland yang harus memenuhi syarat-syarat
dalam PBI 1971.
Semen dikirim ke tempat pekerjaan dalam keadaan baru dan asli dengan kantong
tersegel dan utuh/tidak pecah.
Semen yang menggumpal, sweeping atau kantong robek / rusak ditolak untuk tid-
ak digunakan.
Untuk semen yang diragukan mutunya dan kerusakan-kerusakan akibat salah
penyimpanan dianggap rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa me-
lalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan
paling lambat dalam waktu 2x24 jam.
o Agregat
Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dan pasir bet-
on,harus memenuhi Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI
2847:2013.
Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik
dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.
o Air
Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan di lapangan adalah
air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali),
tidak mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton, min-
yak atau lemak.
Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.
o Besi Beton
Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013 dan Pera-
turan Baja tulangan beton SNI07-2052-2002.
Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak-minyak, karat dan tidak cacat (retak-
retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan- ketentuan diatas,
harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan kawat
beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan tidak
menyentuh lantai kerja atau papan acuan.
Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet le-
pas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton harus
dipasang pada posisi yang tepat.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai
dengan spesifikasi diatas,harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima in-
struksi tertulis dari Konsultan Pengawas, dalam waktu 2x24 jam.
3) Pelaksanaan
Bekisting :
o Bekisting harus dibuat dari kayu kelas II tebal 3 cm dengan permukaan yang rata
dan diketam halus, sehingga diperoleh permukaan beton yang baik.
o Agar bekisting kuat, tidak bergoyang dan tidak melendut, harus dipasang pe-
nopang dari kayu ukuran 5 x 7 cm.
o Bekisting harus bebas dari kotoran-kotoran, potongan-potongan serta serbuk
gergaji, tanah dan lain-lain.
o Semua bekisting harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga
dicegah pengembangan atau lain-lain gerakan selama penuangan adukan beton.
o Bekisting dapat dipergunakan maksimal 3 kali. Pembongkaran bekisting dapat
dilakukan minimal 3 (tiga) hari setelah konstruksi dicor atau harus seijin
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan dan dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga menjamin keamanan sepenuhnya.
o Pembongkaran cetakan beton tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap
dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.
Cor Beton :
Campuran beton yang disyaratkan adalah 1 pc : 2 ps : 3 kr
Menyiapkan Papan Bekisting
Melakukan perakitan besi sesuai dengan soft drawing.
Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing
instalasi, penyokong, pengikat dan lain-lainnya selesai dikerjakan. Sebelum
pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang berhubungan dengan
pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Tim Teknis.
Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran
beton (cetakan) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan
lapas. Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-
tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban/air
dari beton yang baru dicor tidak akan diserap.
Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton
sesuai dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata harus
dibantu dengan menggunakan alat concreate vibrator.
Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton.
Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton menggunakan
vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta
untuk mencapai pemadatan yang maksimal.
Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang
akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/ penulangan yang ada.
Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar dalam
pengangkutan ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu
pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan
jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar atau
bertumpuk dengan baja-baja tulangan tidak diijinkan. Kalau diperkirakan
pemisahan yang demikian itu mungkin akan terjadi Kontraktor harus
mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian
rupa sehingga spesi/mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air semen
atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construksion joint dan air semen atau
spesi yang hanyut terhampar harus dituang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
Ember-ember/gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang
dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran.
Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter. Juga
harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran dimana
diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.
Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas
dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang diletakan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton,
kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan
kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya
penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya.
4) Perawatan Beton
- Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam SNI 2847:2013.
- Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan
harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu, jika tidak ditentukan
lain.
- Dalam jangka waktu tersebut cetakan beton harus tetap dalam keadaan basah.
Apabila cetakan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan, maka selama sisa
waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi
permukaan beton terus menerus atau dengan menutupinya dengan karung basah atau
dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.
1) Lingkup Pekerjaan :
Pasang Dinding Bata 1/2 bt, ad. 1:4
Plesteran dinding dan beton, ad. 1:4
Acian dinding
2) Persyaratan Bahan :
Bata merah
Jenis batu bata yang digunakan adalah batu bata merah. Batu bata merah harus
matang pembakarannya, sehingga bila direndam di dalam air akan tetap utuh,
tidak pecah atau hancur.
Ukuran batu bata dapat disesuaikan berdasarkan tebal dinding akhir (finish) yang
disyaratkan dalam gambar (15 cm), yaitu : 5 x 11 x 22 cm
Kontraktor wajib memberikan contoh pada Konsultan Pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.
Apabila bahan-bahan yang datang dianggap tidak memenuhi syarat atau tidak
sesuai dengan contoh yang disetujui oleh Perencana / Konsultan Pengawas /
Pemberi Tugas, maka Perencana / Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas berhak
menolak bahan-bahan tersebut dan Kontraktor wajib untuk segera mengeluarkan
dari lokasi pembangunan dan menggantinya dengan bahan-bahan yang telah
disetujui.
Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sebagainya memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
tercantum di dalam PBI 1971.
Bilamana pasir yang dipakai tidak memenuhi syarat-syarat diatas, Kontraktor wajib
untuk mencuci pasir tersebut untuk mendapatkan persetujuan Perencana /
Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.
Khusus untuk plester, harus dipakai pasir yang lebih halus tingkat gradasinya.
Semen
Semen yang datang di proyek, harus disimpan di dalam gudang yang lantainya
kering dan minimum 30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.
Apabila pada setiap pembukaan kantong, ternyata semen sudah lembab dan
menunjukkan gejala membatu, maka semen tersebut tidak boleh dipergunakan
dan harus segera dikeluarkan dari lokasi pembangunan.
Supplier / Pedagang yang mengirim semen ke pekerjaan hendaknya dapat
menunjukkan sertifikat dari pabriknya.
Air
Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih dan tidak
mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan
lain yang merusak bangunan, sesuai dengan persyaratan dalam NI-2
Memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-6817-2002
3) Syarat – syarat Pelaksanaan :
Pembuatan adukan :
Adukan semen dan pasir harus dibuat didalam beton molen yang memenuhi
syarat dan dilaksanakan dengan baik.
Semen dan pasir harus dicampur di dalam keadaan kering, yang kemudian di beri
air sesuai persyaratan sampai di dapat campuran yang plastis.
Adukan yang sudah mengering/kering tidak boleh dicampur dengan adukan yang
baru.
Untuk pasangan yang dikategorikan bukan kedap air, menggunakan adukan 1 PC
: 5 Psr.
Pemasangan :
Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga
jenuh.
Kontraktor harus mengerjakan pengukuran bangunan (uit-zet) serta letak-letak
dinding bata yang akan dilaksanakan secara teliti dan sesuai dengan gambar.
Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari (maksimal)
24 lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom praktis.
Bidang dinding bata ½ (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus
ditambah kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 13 x 13 cm,
dengan 4 buah tulangan pokok berdiameter 12 mm, beugel diameter 8–20 cm,
jarak antara kolom maksimal 4 m.
Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
(kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm. Jarak 40 cm,
yang terlebih dahulu ditanam dalam pasangan bata minimal 30 cm, kecuali
ditentukan lain.
Pembuatan lubang pada pasangan bata merah yang patah dua melebihi dari dua
tidak boleh digunakan.
Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ (setengah) batu harus menghasilkan
dinding finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finish adalah 25 cm.
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
Pada bagian/daerah yang membutuhkan penempatan barang-barang yang
digantungkan pada dinding, maka di dalam dinding bagian-bagian tersebut harus
dipasang perkuatan yang dibuat dari besi beton secara vertikal dan horizontal,
yang dihubungkan/disambung dengan las. Pemasangan besi beton perkuatan
dinding tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas mengenai tempat
dan ukurannya.
Lubang untuk alat listrik dan pipa-pipa yang ditanam dalam dinding, harus dibuat
pahatan yang secukupnya pada pasangan bata sebelum diplester. Pahatan
tersebut setelah dipasang pipa/alat , harus ditutup dengan adukan plesteran yang
dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran
seluruh bidang tembok.
Plesteran
Sesudah pasangan bata merah selesai dikerjakan dan sudah kering baru
pekerjaan plesteran dimulai.
Plesteran menggunakan adukan yang sama dengan adukan untuk pasangan.
Untuk pengakhiran sudut plesteran / dinding, hendaknya dibuat dengan sudut
tumpul.
Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan pada dinding, sedangkan
untuk daerah basah digunakan plesteran dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
Plesteran dengan 1 Pc : 3 Ps digunakan pada permukaan beton, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.
Bersihkan permukaan dinding batu bata atau permukaan beton dari noda debu,
minyak cat, bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plesteran.
Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang
disyaratankan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih
dahulu “kepala plesteran”.
Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (+ 20 mm) dan diratakan
dengan roskam kayu/besi dari kayu halus terserut dan rata permukaannya
ataupun dengan profil aluminium dengan panjang minimal 1,5 m. Kemudian
basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk menghindarkan terjadinya retak akibat
penyusutan yang mendadak.
Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton harus
dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang kuat antara
permukaan beton dengan plesteran.
Basahi permukaan beton untuk air hingga jenuh, tunggu sampai aliran air berhenti.
Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan minimal 2 cm,
tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus, tetapi harus dilakukan secara
bertahap yaitu dengan cara menempelkan adukan semen pada bagian yang akan
diplester, kemudian setelah mengering, lakukan plesteran berikutnya dengan
adukan semen pasir hingga mencapai ketebalan yang dikehendaki.
Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan ketebalan lebih
dari 3 cm, sebagai akibat dari kesalahan pada waktu pengecoran atau yang
lainnya, maka plesteran tersebut harus dilapis dengan kawat ayam yang
ditempelkan pada permukaan beton yang akan diplester. Biaya penambahan
kawat ayam tersebut menjadi tanggungan Pemborong.
Hindarkan benda-benda ataupun bahan-bahan lain yang dapat merusak
permukaan plesteran.
Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau diperbaiki, maka hasil
akhir (finishing) dari pekerjaan tersebut harus dapat menyamai pekerjaan yang
telah disetujui oleh Pengawas.
Acian
Sebelum pekerjaan acian dimulai, bidang yang akan diaci harus bersih dari
kotoran dan lemak / minyak, dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi
kemampuan lekatnya, serta dibasahi dengan air terlebih dahulu hingga jenuh.
Campuran tidak boleh terlalu cair atau terlalu kental, dan dicampur dengan
menggunakan air tawar yang bersih.
Bidang hasil plesteran harus rapi, rata, dan tidak bergelombang.
Hasil acian sudut dalam maupun sudut luar harus rapi, lurus dan siku
2) Persyaratan Bahan :
Baja ringan
Main Truss C-75-75
Baja Mutu Tinggi G 550
Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa
Tegangan Maksimum 550 Mpa
Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
Modulus geser 80.000 Mpa
Spandek 0,35 mm
Terbuat dari Baja lapis ZINCALUME® aluminium mematuhi AS 1397: 2011 G550,
AM125 (tegangan hasil minimum 550 MPa, massa lapisan minimum 125g / m2).
GOC 0.35 mm (Reng+Skoring)
Dynabolt
Sekrup Fixer
Paku spandek
Lisplank GRC 30cm
Sekrup
Pemasangan Atap
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan contoh material
lengkap dengan penjelasan spesifikasinya untuk mendapatkan persetujuan dari
Pemberi Tugas.
Kontraktor harus membuat metode pelaksanaan dan shop drawing yang
disesuaikan dengan material yang akan dipakai dan telah disetujui.
Kontraktor harus memeriksa dan mengukur kembali kondisi lapangan yang akan
mempengaruhi pekerjaannya, dan memperbaikinya bila kondisinya tidak mungkin
menghasilkan pekerjaan penutup atap yang baik.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga ahli dan berpengalaman
dalam jenis pekerjaan ini.
Lembaran penutup atap diangkut ke atas rangka atap hanya apabila akan
dipasang, rusuk atas lembaran penutup atap harus menghadap sisi dimana
pemasangan dimulai.
Kontraktor harus memeriksa dengan teliti serta seksama dan memastikan bahwa
permukaan atas semua gording atau atap sudah satu bidang. Jika belum satu
bidang, dapat menyetel atau mengganjal bagian-bagian ini terhadap rangka
penumbu / gording. Dalam keadaan apapun juga untuk mengatur kemiringan atap,
ganjal tidak diperkenankan dipasang langsung di bawah plat kait. Hal ini harus
diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan
pengganjalan tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika
jarak penyangga kecil.
Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat
kait. Jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi
lembaran harus memenuhi persyaratan pabrik.
Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah
pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat disetel 2 mm dengan
menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat
mengikatkan plat kait tersebut. Untuk mencegah plat kait bergeser ke bawah,
harus dipergunakan pengikat positif yaitu sekrup atau baut pada plat kait tersebut.
Pada lembaran akhir di bagian atas, sisi tepi atas lembaran tersebut harus ditekuk
ke bawah. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk
pekerjaan tersebut. Penekukan ini untuk mencegah masuknya air kedalam
bangunan. Penekukan dapat dilaksanakan sebelum ataupun sesudah lembaran
dipasang.
Pada lembaran akhis di bagian bawah, sisi tepi lembaran tersebut harus ditekuk ke
bawah untuk mencegah air mengalir melalui sisi bawah lembaran kedalam
bangunan. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk
pekerjaan tersebut.
Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan
pemasangan ke samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.
Pada tumpangan akhir, sebaiknya gunakanlah 2 (dua) lembar atau lebih dengan
ukuran yang lebih pendek. Tumpangan / overlap akhir harus memenuhi persyara-
tan pabrik.
Khusus untuk penutup bubungan (capping), Kontraktor harus sudah menyediakan
lubang pada ujung atas penutup bubungan (capping) untuk tiang penangkal petir,
lengkap dengan karet. Diameter lubang harus tepat sama dengan diameter tiang
penangkal petir.
Kedua sisi tepi arah memanjang penutup bubungan (capping) harus ditakik sesuai
dengan bentuk dan jarak rusuk lembaran setelah penutup bubungan terpasang.
Penakikan dilakukan dengan alat yang disediakan oleh pabrik khusus untuk peker-
jaan tersebut. Setelah ditakik, barulah kedua sisi tepi penutup bubungan (capping)
ditekuk ke bawah dengan alat penekuk yang disediakan pabrik untuk pekerjaan
tersebut hingga menutup sampai lembah antara 2 (dua) rusuk lembaran. Penutup
bubungan (capping) disekrupkan pada setiap rusuk lembaran.
Pemasangan flashing, capping, fixing strip dan lain-lainnya harus dilakukan oleh
Kontraktor sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik pembuat walaupun belum
ataupun tidak tercantum dalam Gambar Kerja maupun Gambar Pelengkap se-
hingga didapat hasil yang baik, terhindar dari kemungkinan kebocoran. Dalam ka-
sus ini, Kontraktor tidak dapat menuntut sebagai pekerjaan tambah.
Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lu-
rus, garis-garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizon-
tal maupun vertikal, menghasilkan penampilan yang baik. Bagian lembaran setelah
terpasang, yang boleh diinjak hanyalah pada rusuk tepat di atas gording.
Pemasangan atap harus betul-betul tersusun rapi, rata dan lurus ke segala arah
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan dari pabrik. Kaitan-kaitannya antara
satu dengan yang lain harus menutup rapat dan saling mengunci satu sama lain.
Khusus pada bangunan utama semua harus dipaku ke rengnya dengan
menggunakan paku yang sesuai. Pemotongan spandek harus menggunakan alat
pemotong yang khusus untuk itu.
Hasil akhir pemasangan penutup atap adalah suatu permukaan atap yang utuh,
dan rapih, tidak bocor.
B. PEKERJAAN PLAFOND
1) Lingkup Pekerjaan :
1. Pekerjaan Rangka Plafond, Aluminium Hollow 4x4 cm
2. Pekerjaan Penutup Plafond, Gypsum 9 mm
3. Pekerjaan Penutup Plafond, GRC 4 mm
2) Spesifikasi Bahan :
GRC board
Memakai GRCdengan ketebalan 4 mm dan ukuran 122 x 244 cm kualitas I
GRC yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan ASTM C 36.
GRC merk setara Board
List Profil GRC
Lis profil lebar 8 cm
Rangka Aluminium hollow 4 x 4 cm
Sekrup
Peralatan : theodolith, waterpass, meteran, schafolding, gurinda, gergaji besi, bor
screw driver.
2) Pelaksanaan :
Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam gambar dan lurus
(tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari masing-masing bahan
yang digunakan).
Jarak dan ukuran sesuai yang ditunjuk dalam gambar tetapi tidak kurang dari yang di-
perlukan agar sesuai dengan standard ASTM C 754.
Untuk sistem aplikasi dan jarak rangka sesuai dengan gambar atau persyaratan dari
produsen dan disetujui oleh Perencana dan Pengawas .
Sebelum plafond dapat dipasang, pelaksana harus memeriksa rangka langit-langit, un-
tuk memastikan bahwa rangka tersebut telah benar-benar rata, sifat datar dan pada
ketinggian yang sesuai dengan yang tertera di dalam gambar.
Level / peil plafond diukur dahulu dengan menggunakan theodolith dan dibantu
menggunakan selang air.
Untuk mempermudah pemasangan, titik tetap pengukuran dipindahkan ke dinding atau
kolom dengan ketinggian 1 meter dari lantai.
Setelah posisi peil plafond didapatkan, pekerjaan awal adalah pemasangan rangka hol-
low pada bagian tepi untuk memperoleh titik tetap plafond.
Dilanjutkan pemasangan rangka hollow pembagi yang digantung ke plat beton dengan
menggunakan paku beton/penggantung. Perkuatan antara rangka hollow dengan
menggunakan sekrup gypsum.
Penempatan jarak rangka hollow maksimum berjarak 60 cm.
Setelah semua rangka hollow terpasang, lakukan perataan (leveling) dengan
menggunakan tarikan benang, setelah itu penggantung bisa dimatikan.
Setelah rangka hollow terpasang dengan benar, rata dan kuat serta instalasi ME sudah
terpasang semua, maka lembaran gypsum dapat mulai dipasang.
Sebelum pemasangan sekrup, pastikan bor sekrup disesuaikan benar, sehingga kepala
sekrup hanya masuk sedikit ke dalam permukaan lembaran gypsum
Tekan ujung sekrup perlahan ke dalam permukaan lembaran gypsum sebelum
menjalankan mesin bor untuk memasukkan sekrup.
Sekrup berfungsi sebagai titik perkuatan dipasang pada jarak maksimal 30 cm.
Setelah lembaran gypum terpasang semua, cek leveling permukaan plafond.
Sambungan antara pertemuan plafond gypsum, diberi textile tape dan di compound,
kemudian digosok dengan ampelas untuk mendapatkan permukaan yang rata/flat.
Tutup semua kepala sekrup dengan compound lalu gosok dengan ampelas halus.
Setelah plafond selesai terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan list plafond gypsum,
yang dipasang antara pertemuan dinding dan plafond, dengan perkuatan menggunakan
compound jenis casting + lem.
1) Lingkup Pekerjaan :
1.Pas. Lantai keramik licin 40 x 40 untuk ruangan
2.Pas. Lantai keramik anti selip 40 x 40 untuk selasar
3.Pembuatan Rabat Beton
4.Pembuatan Dinding Partisi GRC
2) Spesifikasi Bahan :
Lantai keramik
ukuran 40 x 40 cm
licin dan anti selip
Bahan pengisi adalah Grout semen / berwarna
Bahan perekat adalah adukan spesi 1 pc : 3 ps
dinding partisi
GRC tebal 4 mm
ukuran 122 x 244 cm
GRC yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan ASTM C 36
GRC merk setara Vespaboard
3) Pelaksanaan :
Pemasangan Lantai Keramik :
Bahan keramik tidak memiliki cacat dan penyimpangan ukuran yang berarti,
ukuran, klas dan warna harus sama, mekanis kuat dan mengikat sedikit saja air.
Sebelum pemasangan keramik, dasar lantai yang sudah dicor harus dipastikan
rata dan tidak ada kerusakan.
Pemasangan keramik untuk pola, tipe dan ukurannya harus sesuai dengan
gambar kerja atau petunjuk Pengawas Lapangan.
Setelah dasar lantai siap, maka keramik yang akan dipasang diseleksi sesuai
dengan warna-warna yang sama. Apabila diperlukan pemotongan dilaksanakan
dengan rapi dengan memakai mesin pemotong dan pinggirannya diasah dengan
batu pengasah.
Sebelum pemasangan, keramik harus direndam air hingga tercapai kondisi jenuh
air untuk menghindari pengeringan adukan mortar/spesi yang terlalu cepat.
Keramik dipasang dengan menggunakan adukan mortar 1 pc : 4 ps dalam
perbandingan volume. Ketebalan rata-rata dari adukan tidak boleh kurang dari 3
cm.
Pemasangan dengan jalur-jalur (joints) yang lurus dan apabila terjadi
ketidaklenturan jalur diisi dengan pasta semen. Sesudah cukup kering keramik
dicuci dengan lap basah sampai bersih, dan apabila ada bagian-bagian yang lepas
harus cepat diperbaiki.
Selama pemasangan dan sebelum kering yang cukup, lantai harus dihindari dari
injakan dan gangguan lain. Daerah yang sudah dipasang harus ditutup bagi lalu
lintas pekerja, sampai selesai pemasangan dan adukan telah cukup mengeras
untuk dapat memikul beban lalu lintas di atasnya.
Kotoran-kotoran dan lainnya yang menempel pada permukaan lantai dan dinding
harus segera dibersihkan sebelum menjadi kering.
Setelah tehel dipasang, harus dipukul-pukul untuk mengeluarkan kantong udara di
dalamnya dan untuk menempatkan tehel pada posisinya yang waterpass atau
mempunyai kemiringan yang sesuai dengan gambar.
Semua tehel harus dipasang sendiri-sendiri, sedemikian rupa sehinga neut antara
keramik seragam dan lurus. Besarnya neut tidak boleh lebih besar dari 5 mm, dan
harus diisi dengan menggunakan semen putih dengan zat pewarna dengan
perbandingan 1 pc : 1 ps halus.
Pemasangan keramik yang tidak lurus atau tidak rata atau cacat atau tidak sesuai
gambar kerja dapat dilakukan perintah pembongkaran oleh Pengawas lapangan,
dan biaya yang ditimbulkan akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pelaksana.
1) Lingkup Pekerjaan :
1. Pek. Kusen alumunium 4"
2. Pekerjaan Pintu Kayu klas 2 (cempaka)
3. Pekerjaan Bingkai Jendela dan Ventilasi Aluminium
4. Pekerjaan Kaca Bening 5 mili
2) Spesifikasi Bahan :
Kusen
Aluminium 4" jenis extrusion
Pintu
Pabrikasi
Jenis Kayu klas 2 (cempaka)
Jendela dan Ventilasi
Bahan aluminium merek Tostem setara
Kaca
Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfide
maupun bercak-bercak lainnya
Kaca yang dipasang harus merupakan kaca bening dari jenis “sheet glass” yang
mempunyai permukaan rata dan tidak bergelombang dengan ketebalan 5 mm.
Semua kaca harus disimpan pada tempat yang bersih dan tidak lembab.
Penjepit kaca
Digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu baik dan memenuhi per-
syaratan yang ditentukan dari pabrik, pemasangan diisyaratkan hanya 1 (satu)
sambungan serta harus kedap air dan bersifat structural seal.
Accecoris
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup
caulking dan sealant.
Angkur-angkur untuk rangka/kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal 2-3
mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron sehingga dapat bergeser.
Engsel yang digunakan adalah engsel kuningan 3″ sebanyak 3 bh untuk masing-
masing pintu.
Kunci yang dimaksud adalah kunci tanam yang dipasang pada sisi ketebalan daun
pintu dengan kualitas baik. Kunci tanam dipasang harus lengkap dengan plat anak
kunci sebanyak 3 buah dan plat-plat penyangkut lidah-lidah kunci.
3) Pelaksanaan
Kusen atau rangka profil aluminium :
Semua pekerjaan harus dirakit dan dipasang sesuai dengan gambar rencana dan
shop drawing yang sudah disetujui Konsultan Pengawas dan dilaksanakan oleh
Pemborong yang mempunyai tenaga ahli di bidang pekerjaan ini.
Pada kegiatan pabrikasi, pemotongan besi hendaknya dijauhkan dari material
aluminium untuk menghindari penempelan debu besi pada permukaan
Bagian kusen disambung dengan kuat dan teliti dengan skrup, rivet dan angkur
harus cocok. Bahan angkur-angkur rangka / kusen aluminium dibuat dari
Galvanised Steel Plate : tebal minimal 2 mm dan ditempatkan dengan jarak
interval 60 mm
Penyekrupan dipasang tidak terlihat dari luar, dengan sekrup steenless steel
Sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap angin
Detail-detail pada setiap pertemuan harus rapi, halus dan rata bersih dari goresan
atau cacat
Pada setiap pertemuan aluminium dengan beton, dinding dan sebagainya harus
diberi lapisan kedap air yang memakai seal elastis ex thiokol
Komponen harus dipasang dalam struktur yang kaku sesuai dengan petunjuk
pemasangan dari pabriknya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pembuatan atau
penyetelan kusen aluminium harus dilakukan di pabrik secara maksimal. Dan
keberadaan di lapangan dipergunakan untuk pemasangan serta penyetelan pada
bangunan : sambungan vertikal maupun horisontal, sambungan sudut maupun
silang, demikian juga pengkombinasian profil-profik aluminium harus dipasang
sempurna (bila perlu dengan skrup-skrup pengaku)
Pemasangan kusen aluminium pada bangunan harus dengan angkur yang kuat
(memenuhi persyaratan teknis) hubungan penggantung pada sistem las. Toleransi
pemasangan kusen aluminium di satu sisi dinding adalah 10 – 25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan (Grout)
Sekeliling tepi kusen yang terlihat dan berbatasan dengan dinding, diberi Sealant
agar terpenuhi persyaratan kedap udara dan suara.
Kaca
Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syarat pekerjaan dalam buku ini. Semua bahan yang telah terpasang harus disetu-
jui oleh Direksi.
Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
Sebelum memulai pekerjaan pemasangan kaca, pelaksana harus memeriksa
semua sponingan pada kaca yang akan dipasang, untuk meyakinkan
kelurusannya, kesikuannya, dan kerataannya. Sponingan juga harus bebas dari
tonjolan yang dapat mengganggu pemasangan.
Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan
diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur.
Tanda-tanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.
Semua kotoran dan bekas-bekas minyak harus dibersihkan sehingga tidak
mengganggu perletakkan kaca.
Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka,
minimal 10 mm masuk ke dalam alur kaca pada kusen.
Kaca-kaca harus dipasang rata dan tegak lurus pada kusen-kusennya. Celah
antara kaca dan aluminium dipasang/ditutup dengan Sealant. Dalam keadaan
tertutup atau dibuka, kaca-kaca tidak boleh bergetar, yang menandakan kurang
sempurnanya pemasangan Seal keliling. Pemasangan Seal harus dapat dijamin.
Untuk kaca lembaran toleransi panjang, lebar, ketebalan, kesikuan dan cacat
mengikuti pada Standar Industri Indonesia (SII – 0891 – 78)
Hasil pemasangan kaca harus dalam alur rangkanya rapat, kuat, tidak ber-
getar/tidak goyang dan dijamin kerapihannya
Pertemuan atau sambungan setiap unit kaca, memakai silicone sealant dengan
warna ditentukan kemudian. Atau warna tersebut diajukan terlebih dahulu ke
Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.
Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen,
harus diisi dengan lem silikon.Warna transparant cara pemasangan dan
persiapanpersiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan
pabrik
Hasil pemasangan kaca (khususnya kaca bening/clear) yang sudah selesai dan
sudah diterima oleh Konsultan Pengawas diberi tanda agar tidak tertabrak oleh
pekerja atau orang lain.
Semua ukuran kaca harus diambil dari ukuran yang terdapat di lapangan, pada
mana kaca akan dipasang.
Pelaksana bertanggung jawab atas ketepatan kaca yang dipasang.
Ukuran kaca harus sedemikian rupa sehinga terdapat celah yang cukup untuk
memungkinkan kaca bergerak tanpa refraksi dari sponing yang ada.
Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca.
Kelengkapan
Semua kelengkapan pintu dan jendela yang digunakan harus sesuai dengan ke-
tentuan yang tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau
penggantian akibat dari pemilihan merek, Kontraktor wajib melaporkan hal terse-
but kepada Owner untuk mendapatkan persetujuan.
Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang setinggi 105 cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Direksi.
Pegangan pintu masuk utama dipakai handle merk Dekkson, atau setara.
Pekerjaan Engsel pintu menggunakan merk Hager setara di pasang sekurang- ku-
rangnya 3 buah untuk setiap daun dengan menggunakan sekrup kembang dengan
warna yang sama dengan warna engsel. Jumlah engsel yang dipasang harus di-
perhitungkan menurut beban berat daun pintu, tiap engsel memikul maksimal 20
Kg.
Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel bawah
dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu. Engsel tengah dipasang di
tengahtengah antara kedua engsel tersebut.
Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
1) Persyaratan Bahan :
Jenis lampu yang digunakan adalah Lampu TL 40 watt setara Phillips dan Lampu
Downlight 10 W + fetteng 4" setara Pillips
Kabel 2 mm harus sesuai dengan standard PLN, kabel inti dari temabaga dengan insu-
lasi PVC, satu inti atau lebih (NYY/NYM).
Stop Kontak
Saklar Tunggal
Saklar Ganda
Stop Kontak
2) Pelaksanaan :
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mengerti
teknik instalasi.
Kontraktor harus berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan guna menghindari
terjadinya kecelakaan baik terhadap orang, peralatan maupun material.
Untuk penerangan dan stop kontak, lampu dan armaturnya harus sesuai dengan
gambar rencana.
Saklar dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai.
Stop kontak dipasang pada ketinggian 40 cm dari lantai.
Instalasi kabel dipasang di mana di tempat-tempat yang sukar dijangkau harus
dimasukkan ke dalam pipa sparing galvanis minimal ¾ inci. Semua cabang
(penyambungan) kabel harus di dalam kotak sambungan dan dilengkapi dengan
penutup, sambungan tidak dibenarkan berada di dalam dinding/beton.
Klam kabel dipasang pada jarak maksimum 60 cm dan tidak dibenarkan kabel
tergantung tanpa alas.
Kabel yang menuju ke arah pentanahan harus dilindungi/dimasukkan ke dalam pipa
sparing dengan ketinggian minimal 3 meter dari permukaan tanah.
Penyambungan antar kabel dapat dipakai klem dengan sekrup diameter 10 mm.
Permukaan kontak logam sedapat mungkin lebih dari 10 cm². sebelum penyambungan
dilakukan, permukaan singgung harus dibersihkan dan setelah penyambungan diberi
lapisan anti korosi.
Kontraktor / pemborong harus menyediakan peralatan bantu untuk pelaksanaan dan
pengujian yang diperlukan guna kelancaran dan terlaksananya pekerjaan menurut
persyaratan yang berlaku.
1) Spesifikasi Bahan :
Plamir Tembok
Plamir tembok harus merupakan plamir acrylic emulsion yang berkualitas baik.
Cat Emulsi
Cat emulsi yang dipakai untuk pengecetan tembok langit-langit memakai merk
setara Vinilex, Can Dinding Luar dan dalam setara Catylac.
2) Pelaksanaan :
Pengecatan Dinding
Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak ada re-
tak-retak dan Pemborong meminta persetujuan kepada Konsultan Pengawas.
Bidang dinding yang akan dicat, permukaannya harus telah diaci/diplamir dan te-
lah diamplas hingga permukaan tersebut rata dan halus. Pekerjaan plamur dil-
aksanakan dengan pisal plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur dibuat seti-
pis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak,
lemak, kotoran atau noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan
yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, dan sebagainya harus tersedia dari
kualitas / mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan
roller.
Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang
lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup.
Pengecatan dikerjakan dengan mengulang (lapis) proses pengecatan sebanyak 2
(dua) kali dan dilakukan hingga warna catnya sama dan merata pada semua bi-
dang.
Warna cat yang akan digunakan untuk pengecatan harus telah disetujui secara
tertulis oleh Pengawas Lapangan. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan
Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim se-
bagai pekerjaan tambah.
Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata,
licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pen-
gotoran-pengotoran.
Pengecatan Plafond
Pastikan permukaan plafond GRC sudah dalam keadaan rata.
Proteksi area kerja dengan plastic terutama pada bagian lantai dan pintu/jendela
untuk menghindari tumpahan cat.
Permukaan plafond dibersihkan dahulu dari debu dan kotoran dengan diampelas.
Kemudian permukaan plafond diberi lapisan dasar sealer (untuk pengikat cat).
Setelah diberi lapisan sealer, dilakukan pengecatan finish untuk permukaan pla-
fond minimal 2 (dua) lapis dengan menggunakan jenis cat emultion.
Pengulangan cat dilakukan setelah lapisan cat sebelumnya telah kering.
A. PEMBERSIHAN AKHIR
1) Pembersihan Lokasi Kegiatan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, lokasi harus dibersihkan dari segala
sesuatu yang dapat mengganggu, tanah-tanah kelebihan / sisa-sisa galian timbu-
nan harus segera disingkirkan oleh pemborong.
Puing-puing hasil pekerjaan dibuang di luar lokasi pekerjaan.
Semua bahan sisa atau bahan yang tidak dimanfaatkan lagi digedung ini agar
dibersihkan dan dihilangkan keluar dari gedung ini sehingga tidak ada satupun
menjadi kotoran.
- Meja Guru
- Kursi Guru
- Meja Siswa
4 : Material kayu kelas II, Finish-
ing Cat.
- Kursi Siswa
5 : Material kayu kelas II, Finish-
ing Cat.
- Meja Lab dan Perpustakaan
6 : Material kayu kelas II, Finish-
ing Cat.
- Lemari Alat
- Lemari Simpan
8 : Material kayu kelas II, Finish-
ing Cat.
- Meja Alat
9
: Material kayu kelas II,
Finishing Cat.
- WhiteBoard Standing
- Kursi Bengkel
1. Kontraktor selaku pelaksana kegiatan ini wajib menugaskan personalia atau personil inti
yang cakap dan berpengalaman dalam bidang tugasnya untuk menyelesaikan tugas-tugas
lapangan.
2. Tenaga Kerja dari Pimpinan kegiatan yang diperbantukan pada pelaksanaan kegiatan ,
yaitu Operator, Mekanik, Driver (pengemudi) adalah tanggungan Kontraktor.
a. Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan admin-
istrasi K3, yang bisa dilihat di pedoman peraturan K3.
Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para
pekerja, Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Oleh karena itu Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta
Asuransi Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai dengan peraturan
Pemerintah yang berlaku.
Peralatan P3K
Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K),
maka Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan per-
lengkapan medis lainnya yang siap digunakan apabila diperlukan.
Dibuat oleh,
Pejabat Pembuat Komitmen