Anda di halaman 1dari 49

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA

DINAS PENDIDIKAN DAERAH


Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 35 Telepon 0431-863487, 852240, 862485
Fax. 862485, 863184 Tromol Pos 56 95002
MANADO 95111

DOKUMEN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI

PAKET PENGADAAN PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU (RKB) BESERTA


PERABOTNYA, PEMBANGUNAN RUANG LABORATORIUM KIMIA
BESERTA PERABOTNYA, PEMBANGUNAN RUANG LABORATO-
RIUM FISIKA BESERTA PERABOTNYA, PEMBANGUNAN RUANG
LABORATORIUM BIOLOGI BESERTA PERABOTNYA, PEM-
BANGUNAN RUANG PERPUSTAKAAN BESERTA PERABOTNYA,
PEMBANGUNAN RUANG LABORATORIUM KOMPUTER, PEM-
BANGUNAN RUANG TATA USAHA, PEMBANGUNAN RUANG
UKS, PEMBANGUNAN RUANG BIMBINGAN KONSELING - SMA
NEGERI 1 KAWANGKOAN BARAT (DAK)
PPK Ir. FEYBE LIMBAT, ST

PEKERJAAN KODE RUP KODE MAK PAGU


PEMBANGUNAN
RUANG KELAS BARU (RKB) 41253478 1.01.02.1.01.02 Rp. 1.080.000.000
BESERTA PERABOTNYA
PEMBANGUNAN RUANG
LABORATORIUM KIMIA 41254262 1.01.02.1.01.06 Rp. 661.500.000
BESERTA PERABOTNYA
PEMBANGUNAN RUANG
LABORATORIUM FISIKA 41254095 1.01.02.1.01.05 Rp. 661.500.000
BESERTA PERABOTNYA
PEMBANGUNAN RUANG
LABORATORIUM
41253796 1.01.02.1.01.03 Rp. 661.500.000
BIOLOGI BESERTA
PERABOTNYA
PEMBANGUNAN RUANG
PERPUSTAKAAN 41254575 1.01.02.1.01.11 Rp. 529.200.000
BESERTA PERABOTNYA
PEMBANGUNAN RUANG
LABORATORIUM 41254315 1.01.02.1.01.07 Rp. 405.000.000
KOMPUTER
PEMBANGUNAN RUANG
41253671 1.01.02.1.01.03 Rp. 396.000.000
TATA USAHA
PEMBANGUNAN RUANG
41254449 1.01.02.1.01.10 Rp. 317.398.000
UKS
PEMBANGUNAN RUANG
41254724 1.01.02.1.01.14 Rp. 405.000.000
BIMBINGAN KONSELING
SPESIFIKASI FUNGSI UMUM Menghasilkan bangunan Ruangan SMA NEGERI 1 KA-
WANGKOAN BARAT yang baik beserta Perabotnya

1. Uraian Spesifikasi Teknis


1.1. Spesifikasi Bahan Bangunan Konstruksi
A. SYARAT BAHAN/MATERIAL
1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan
Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang
berlaku di Indonesia.
2. Semua material yang dipakai pekerjaan ini diutamakan produksi dalam negeri.
3. Semua bahan-bahan, barang-barang dan pembuatannya, harus dari masing-
masing jenis dan memiliki standard (mutu).
4. Kontraktor harus menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang
disediakan seluruhnya dalam keadaan baru dan baik, dan semua pekerjaan harus
berkualitas baik, bebas dari cacat dan kekurangan-kekurangan dan sesuai dengan
dokumen kontrak.
5. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar
tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses pekerja.
6. Bahan material disusun dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first
out), sehingga tidak ada bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam gudang
/ stock material.
7. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling)
menurut petunjuk Pengawas Lapangan.
8. Semua material yang akan digunakan di periksa/ ditunjukan dahulu kepada
Pengawas paling lambat 2 minggu sebelum pemasangan.
9. Apabila pada Spesifikasi Teknis ini disebutkan nama pabrik/merk dari satu jenis
bahan/komponen, maka Kontraktor menawarkan dan memasang sesuai dengan
yang ditentukan. Jadi tidak ada alasan bagi kontraktor pada waktu pemasangan
menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi dipasaran atau pun sukar
didapat dipasaran. Untuk barang-barang yang harus diimport, segera setelah di-
tunjuk sebagai pemenang, Kontraktor harus sesegera mungkin memesan pada
agennya di Indonesia. Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun
pada saat pemesanan bahan/merek tersebut tidak/sukar diperoleh, maka
Perencana dengan persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas akan menentukan
sendiri alternatip merek lain dengan spesifikasi minimum yang sama. Setelah 1 (sa-
tu) bulan penunjukan pemenang, Kontraktor harus memberikan kepada pemberi
tugas foto copy dari pemesanan material yang diimport pada agen ataupun importir
lainnya, yang menyatakan bahwa materialmaterial tersebut telah dipesan (order
import).
10. Merek Dagang dan Kesetaraan
 Apabila semua merek pembuatan atau merk dagang telah ditentukan dalam
kontrak, maka penyedia jasa harus tunduk dan selalu mengacu pada ketentu-
an dimaksud.
 Jika merek pembuatan atau merk dagang ini belum ditentukan dalam
dokumen kontrak, maka bahan-bahan dengan merek tertentu yang disebut da-
lam RKS ini dimaksudkan hanya sebagai bahan perbandingan dalam hal
bentuk, model, mutu, jenis dan sebagainya yangtidak diartikan sebagai sesuatu
yang mengikat.
 Penyedia jasa (Kontraktor) dapat mengusulkan merk dagang lain yang
kualitasnya setara dan disetujui oleh direksi teknis.
 Bahan-bahan yang akan dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam A.V.1941, Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia
(PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII), dan ketentuan-ketentuan
dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku termasuk peraturan daerah yang
mengatur tentang hal tersebut.
 Bahan/barang yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan seperti
material, peralatan dan perlengkapan lainnya harus dalam kondisi laik pakai.
 Setiap keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam
bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog, harus dianggap sebagai
penentu standar atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya
membatasi persaingan.
 Setelah dilakukan penilaian oleh direksi teknis atau konsultan pengawas
terhadap barang/bahan/material/peralatan yang ada berdasarkan ketentuan
kontrak atau yang disediakan lain oleh penyedia dengan kualitas yang setara
maka penyedia harus menggunakan barang/bahan/material/peralatan
tersebut.
 Setiap material/bahan yang digunakan harus dikerjakan berdasarkan
ketentuan atau petunjuk pelaksanaan untuk penggunaan material dimaksud.
 Material/bahan yang digunakan senantiasa mengikuti peraturan persyaratan
bahan bangunan yang berlaku dan ketentuan tercantum pada gambar
kerja/RKS/daftar kuantitas dan harga.
 Apabila penyedia jasa hendak melaksanakan pekerjaan dengan
menggunakan bahan sebagaimana yang dimaksud dalam merek dagang ini,
maka sebelum bahan tersebut digunakan penyedia harus terlebih dahulu
menunjukkan atau memperlihatkan contoh bahan tersebut kepada direksi
teknis atau konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
 Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan
diinformasikan kepada Penyedia jasa selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.
 Dalam hal dimana Pabrik/Produsen Bahan mengeluarkan Tanda Pengenal
untuk Produk/Bahan yang dihasilkannya, ataupun sebagai pengenal
kwalitas/kelas/kapasitas; maka semua Bahan dari Pabrik/Produsen
bersangkutan yang dipergunakan dalam Pekerjaan ini harus mengandung
Tanda Pengenal tersebut. Kecuali ditetapkan lain oleh Pengawas, Bahan
sejenis dengan fungsi yang berbeda harus diberi Tanda Pengenal untuk
membedakan satu Bahan dari Bahan yang lain. Tanda Pengenal ini bisa
berupa warna atau tanda-tanda lain atau dalam hal dimana tidak/belum ada
pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk
dari Pengawas.
 Penyebutan sesuatu Merk Dagang bagi suatu Bahan/Produk, secara umum
harus dimengerti sebagai persyaratan kesetarafan kwalitas penampilan
(performance) dari Bahan/Produk tersebut, yang mana dinyatakan dengan
kata-kata : "atau yang setaraf".
 Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan Bahan/Produk
lain yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setaraf
dengan Bahan/Produk yang memakai Merk Dagang yang disebutkan, dapat
diterima sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh Persetujuan
tertulis dari Pengawas atas kesetarafan tersebut. Penggunaan Bahan/Produk
yang disetujui sebagai "setaraf" tidak dianggap sebagai Perubahan Pekerjaan,
dan karenanya perbedaan Harga dengan Bahan/Produk yang disebutkan Merk
Dagangnya akan diabaikan.
 Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari
bahan ditujukan untuk maksud-maksud perbandingan terutama dalam hal
mutu, model, bentuk, jenis dan sebagainya.
 Pemborong boleh mengusulkan merek-merek dagang lainnya yang setaraf
dalam mutu, model, bentuk, jenis dan sebagainya setelah mendapat
persetujuan Pengawas.
 Bilamana Pemborong mengusulkan bahan dengan merek lain, maka diusulkan
adalah setaraf atau lebih baik, melalui data teknis bahan, pengujian bahan dari
Lembaga Pengujian Bahan yang disetujui Pengawas, referensi dan lain-lain
yang dapat meyakinkan Pengawas.
 Dalam hal dimana disebutkan 3 (tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis
bahan/pekerjaan yang sama, maka Pemborong diharuskan untuk dapat
menyediakan salah satu dari padanya sesuai dengan persetujuan Pengawas.
11. Contoh-contoh bahan/material
 Contoh-contoh bahan/material, brosur adalah benda-benda yang wajib
disediakan Kontraktor untuk menunjukkan bahan/material yang akan dipakai.
Ini akan dipergunakan oleh Pengawas sebagai pedoman, untuk pelaksanaan
pekerjaan, setelah disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas.
 Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
harus segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh- contoh tersebut
diambil dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap
bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam
pelaksanaan pekerjaan nanti. Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui,
disimpan oleh Pemberi Tugas atau wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan
tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
 Kontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari
material yang akan dipakai atau dipasang, untuk mendapatkan persetujuan
Pengawas.
 Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti
atau sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang atau
material-material tersebut.
 Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui
pemesanan), maka Kontraktor diwajibkan menyerahkan Brosur, katalog,
gambar kerja atau shopdrawing, konster dan sample, yang dianggap perlu oleh
Pengawas dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas.
 Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila
menurut Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang
cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah. Barang cetakan ini juga
harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan
diperlukan sama seperti butir di atas.
 Contoh-contoh yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis harus diserahkan
kepada Pengawas.
 Biaya pengiriman contoh dan katalog kepada Pengawas menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
 Pengawas akan memeriksa dan menolak atau menyetujui contoh-contoh
dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya
pekerjaan.
 Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta Pengawas dan
menyerahkan kembali segala contoh-contoh sampai disetujui.
 Semua pekerjaan yang memerlukan contoh-contoh yang harus disetujui
Pengawas, tidak boleh dilaksanakan sebelum ada persetujuan tertulis dari
Pengawas.
12. Pemeriksaan Bahan-bahan
 Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-
contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam
Pasal 14 di atas.
 Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang
dinyatakan afkir/ditolak oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan
dari lapangan bangunan selambat-lambatnya dalam tempo 3 X 24 jam dan
tidak boleh dipergunakan.
 Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh
Pengawas/Direksi/Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh
Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Perencana berhak memerintahkan
pembongkaran kembali kepada kontraktor yang mana segala kerugian yang
diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor
sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo
(satu permil) dari harga borongan.
 Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas
dari bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke
Laboratorium balai Penelitian Bahan-Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil
pengujian tersebut disampaikan kepada Pengawas/Direksi/Perencana secara
tertulis. Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.
 Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau
tidaknya kualitas dari bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan
melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di
atas.
 Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan
penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan
tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.
13. Persetujuan Bahan
 Untuk menghindarkan penolakan Bahan di lapangan, dianjurkan dengan
sangat agar sebelum sesuatu Bahan/Produk akan dibeli/dipesan/diprodusir,
terlebih dahulu dimintakan Persetujuan dari Pengawas atas kesesuaian dari
Bahan/Produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan
dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada Contoh/Brosur dari Bahan/Produk
yang bersangkutan untuk diserahkan pada Pengawas di lapangan.
 Penolakan Bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di atas
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pemborong/Supplier atas mana tidak
dapat diberikan pertimbangan keringanan apapun.
 Adanya Persetujuan tertulis dengan disertai contoh Brosur seperti tersebut di
atas tidak melepaskan tanggung jawab Pemborong/Supplier dari kewajibannya
dalam Perjanjian Kerja ini untuk mengadakan Bahan/Produk yang sesuai
dengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan
diterima/disetujuinya seluruh Bahan/Produk tersebut di lapangan, sejauh tidak
dapat dibuktikan bahwa seluruh Bahan/Produk tersebut adalah sesuai dengan
Contoh/Brosur yang telah disetujui.
 Kontraktor harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang
atau proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Perencana,
sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material patent itu harus
dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
 Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar dan RKS, memenuhi standard
spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan
yang berlaku.
 Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga
ahli yang ditunjuk oleh pabrik dan atau Supplier yang bersangkutan tersebut
sebagai pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan claim
sebagai pekerjaan tambah.
 Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini.

14. Penggantian (Substitusi) Bahan

 Produk yang disebutkan nama pabriknya: Material, peralatan, perTobariri,


aksesoris yang disebutkan nama pabriknya dalam RKS, Kontraktor harus
melengkapi produk yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis, atau dapat
mengajukan produk pengganti yang setara, disertai data-data yang lengkap un-
tuk mendapatkan persetujuan Pengawas sebelum pemesanan.
 Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya : Material, peralatan, perTo-
bariri, aksesoris dan produk-produk yang tidak disebutkan nama pabriknya
didalam Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus mengajukan secara tertulis nama
negara dari pabrik yang menghasilkannya, katalog dan selanjutnya men-
guraikan data yang menunjukkan secara benar bahwa produk-produk yang di-
pergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan kondisi proyek untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas.

B. SPESIFIKASI BAHAN/MATERIAL
Adapun spesifikasi bahan/barang/pekerjaan yang dimaksudkan dalam pekerjaan
Pembangunan di SMA NEGERI 1 KAWANGKOAN BARAT ini yaitu :
JENIS BA-
SPESIFIKASI
HAN/MATERIAL
 Pasir harus tajam, kasar, bebas dari butiran kerikil, tid-
ak mengandung lumpur dan kotoran serta memenuhi
SNI-1968-1990 F dan SKSNI S-04-1989.
 Pasir harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam
Pasir SNI 03-4141-1996
 Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%
 Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan ber-
lubang 3 mm persegi
 Tidak boleh menggunakan pasir laut
 Batu Kali/Batu Pecah ukuran 15-20 cm untuk pasangan
Batu Kali/Pecah harus keras tidak keropos dan harus bersih dari lumpur,
kotoran dan bahan organik lainnya sesuai dengan PBI
1971/1983 SNI 03-2816-1992.
 Kerikil harus keras tidak mudah hancur, bebas dari
tanah, kotoran dan bahan organik lainnya.
 Menggunakan kerikil yang bersih, bermutu baik, tidak
berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai
Kerikil dengan syarat-syarat pelaksanaan PBI-197
 Butiran-butirannya dapat melalui ayakan berlubang
persegi 76 mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang
20 mm
 Warnanya adalah hitam mengkilat keabu-abuan
 Ukuran standart, tidak mengandung karat > 5% sesuai
SK. SNI S-05-1989.
 Besi yang digunakan adalah besi mutu U-24, dan se-
terusnya sesuai yang ditentukkan, dan harus ditan-
yakan oleh test laboratorium resmi dan sah
Besi / Kawat Beton, Paku,  Besi harus bersih dan tidak mengandung min-
Bendrat yak/lemak, asam alkali dan bebas dari cacat
 Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyara-
tan SNI 07-0663-1995
 Bendrat harus berukuran minimal diameter 1 mm sep-
erti yang disyaratkan dalam NI-2

 Menggunakan PC sejenis (NI-8) dan masih dalam kan-


tong utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang
Portland Cement (PC) ditentukan dalam SNI 15-2049-1994
 Semen PC produksi dalam negeri dengan kualitas baik,
masih baru, tidak ada bagian yang membatu, dalam
zak yang tertutup, serta memenuhi syarat S11 0013-81
dan SKSNI T-28-1991-0.3.
 Cat produksi dalam negeri dengan kualitas baik, masih
Cat baru, tidak ada bagian yang membatu/kering, dalam
kaleng, serta tahan terhadap segala cuaca, air, dan
jamur.
 Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar
bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain
Air yang merusak bangunan, sesuai dengan persyaratan
dalam NI-2
 Memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan
dalam SNI 03-6817-2002
 Untuk kaca lembaran toleransi panjang, lebar,
Kaca ketebalan, kesikuan dan cacat mengikuti pada Standar
Industri Indonesia (SII – 0891 – 78)
 Bata harus memenuhi persyaratan seperti yang tertera
Batu Bata dalam NI-10. Bentuk bidang atau rusuknya harus siku
atau bersudut 90 derajat dan tidak boleh retak

 Aluminium yang dipakai harus memenuhi syarat seperti


yang terdapat dalam SNI 03-6861.3-2002, spesifiasi
bahan bangunan dari logam bukan besi.
 Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap tipe ha-
rus disertai hasil test, minimum 100 kg/m².
 Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m³/hr
Aluminium dan terhadap tekanan air 15 kg/m² yang harus disertai
hasil test.
 Mempunyai toleransi ukuran tinggi dan lebar 1 mm, di-
agonal 2 mm.
 Aluminium profil dengan Billet utama (primary) standar
A.6063 T5. Memenuhi ketentuan aluminium extrusi SII :
0649-82, 0695-82 dan Alloy 1100 atau 5005 serta tidak
terbuat dari Scrapt (bahan-bahan sisa)
Rangka Hollow  hollow alluminium 4 x 4 cm
 GRC tebal 4 mm yang berkualitas baik,
 Setara Vespaboard
GRC Board  mempunyai suatu bidang datar yang halus, seragam
ukurannya, sisi tepinya lurus dan tidak cacat, tidak
melengkung dan cukup keras.

 Kayu klas 2 (cempaka)


 Dibentuk dipabrik / industri atau toko-toko sesuai gam-
bar kerja yang diberikan.
 Bentuk dan dimensi masing-masing dapat dilihat pada
gambar kerja.
Pintu Kayu  Pada umunnya kayu bersifat baik dan sehat dengan
ketentuan, bahwa segala akibat dari kekurangan-
kekurangan yang berhubungan dengan pemakaian tid-
ak akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi,
 memenuhi syarat- syarat pelaksanaan yang ditentukan
dalam PPKKI-1961.
 Ukuran 40 x 40 cm
 Keramik licin untuk ruangan dalam
 Keramik anti selip untuk teras
 Warna/motif yang ditentukan pada awal pelaksanaan
Keramik dan disetujui oleh pemilik proyek.
 Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai
dengan peraturan-peraturan ASTM, peraturan keramik
Indonesia SNI.SO4-1989-F, SNI.S06-1989-F dan
SNI.S05-1989-F.

Spandek  spandek yang terbuat dari Zinc Alumunium (Zincal-


ume) yang ditambah pula silicon pada spandek untuk
hasil terbaiknya.
 mematuhi AS 1397: 2011 G550, AM125 (tegangan
hasil minimum 550 MPa, massa lapisan minimum 125g
/ m2)

 Lampu dan Armatur


- Semua armatur lampu yang terbuat dari metal.
- Lampu TL 40 watt setara Pillips untuk dalam ru-
angan
- Lampu Downlight 10 W + fetteng 4" setara Pillips
untuk teras
Mekanikal Elektrikal
- Saklar dan Stop Kontak
- Merk Broco setara
- Harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding.
 Kabel Instalasi
 Menggunakan kabel jenis NYM dengan penampang
minimal 2,5 mm².

C. PENYIMPANAN BAHAN/MATERIAL

1. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang


bersangkutan, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
2. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaiannya
untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan
bila diminta harus ditutupi.
3. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan. Benda-
benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa izin tertulis
dari Pemiliknya.
4. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling)
menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
5. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping
sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainasi/pematusan dari kandungan
air/cairan yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk
kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar
harus ditimbun dan diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak
lebih dari satu meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari lima meter.
6. Bahan/Produk yang telah dimasukkan ke Lapangan harus segera disimpan :
- di tempat,
- dengan cara/peralatan,
- dalam susunan/tumpukan dan dengan pengkondisian lingkungan,
- dengan pengamanan,
- dan dengan accesibilitas yang baik, sesuai dengan ketetapan untuk masing-masing
Bahan/Produk atau sesuai dengan petunjuk Pengawas.
7. Pemborong bertanggung jawab bahwa selama dalam penyimpanan, bahwa
Bahan/Produk tersebut tetap berada dalam kondisi layak untuk dipakai dalam
pekerjaan, Pengawas berhak untuk memerintahkan agar :
- Bahan/Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak untuk
dipakai; atau
- Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin, maka Bahan/Produk tersebut
segera dikeluarkan dari Lapangan untuk diganti dengan yang memenuhi
Persyaratan.
- Untuk Bahan/Produk yang mempunyai Umur Pemakaian yang tertentu,
penyimpanannya harus dikelompokkan menurut Umur Pemakaian tersebut, yang
mana harus dinyatakan dengan Tanda Pengenal.
8. Penyusunan Bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa,
sehingga Bahan yang terlebih dulu masuk akan pula terlebih dulu dikeluarkan untuk
dipakai dalam Pekerjaan.
D. PEMELIHARAAN BAHAN/MATERIAL
Pada dasarnya, pemeliharaan material ini dilakukan berdasarkan karakteristik material
tersebut atau proses pemeliharaannya disesuaikan dengan spesifikasi bahan itu sendiri.
Adapaun proses pemeliharaan material yang dimaksud diuraiakan secara umum sebagai
berikut:
1. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar
tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi/akses pekerja.
2. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian
untuk pekerjaan.
3. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta harus
ditutupi.
4. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan.
5. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin
tertulis dari pemiliknya.
6. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling)
menurut petunjuk konsultan pengawas.
7. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan
bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi
serta mengatur kadar air.
8. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat/dibongkar lapis demi lapis
dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter.
9. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.

1.2. Spesifikasi Peralatan Konstruksi dan Peralatan Bangunan

Peralatan Konstruksi dan Peralatan Bangunan yang dibutuhkan dalam pekerjaan


ini adalah :
NO Jenis Kapasitas Jumlah Status
Peralatan minimal Kepemilikan
( minimal )

1. Dump Truck 4 m3 3 Unit Milik atau


Sewa

2. Concrete 0,35 – 0,8 m3 3 unit Milik atau


Mixer Sewa

3. Gerobak 0,107 m3 3 unit Milik Atau


Dorong Sewa

4. Mobil Pick Up 1,4 m3 3 unit Milik Atau


Sewa

5. Stamper Kuda 3,5 hp- 5 Hp 3 Unit Milik Atau


Sewa

6. Beton Vibrator 5 Hp 3 unit Milik Atau


Sewa

o Alat kerja yang disediakan berupa alat-alat bantu, seperti mesin las, alat-alat bor,
alat-alat pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
o Peralatan yang diadakan harus dalam kondisi baik dan laik pakai.
o Seluruh peralatan harus dilaksanakan dengan cara yang benar.
1.3. Spesifikasi Proses/Kegiatan

A. Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :


1. Pembangunan Ruangan beserta perabotnya, SMA NEGERI 1 KAWANGKOAN
BARAT

B. Dengan Rincian Item Pekerjaan sebagai berikut :


1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Papan Nama Proyek
1.2 Pemasangan Bouwplank
1.3 Pekerjaan sistem manajemen dan keselamatan kerja konstruksi (SMK3)

2. PEKERJAAN TANAH, PASIR DAN PONDASI


2.1 Pekerjaan galian tanah
2.2 Pek. urugan tanah Kembali
2.3 Pek. urugan dan pemadatan tanah dibawah lantai
2.4 Pek. urugan pasir
2.5 Pekerjaan pondasi jalur
a. Pemasangan batu kosong
b. Pemasangan pondasi batu belah camp. 1 : 4
2.6 Pek. Cor beton tumbuk camp. 1 : 3 : 5

3. PEKERJAAN STRUKTUR
3.1 Pekerjaan Sloof 15/20
3.2 Pekerjaan Ring Balok 15/20
3.3 Pekerjaan Kolom Praktis 11/11
3.4 Pekerjaan Kolom Utama 20/20
3.5 Balok Latei 11/11

4. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN


4.1 Pasang Dinding Bata 1/2 bt, ad. 1:4
4.2 Plesteran dinding dan beton, ad. 1:4
4.3 Acian dinding dan beton
4.4 Pasang Sopi-sopi Bata Merah

5. PEKERJAAN ATAP DAN PLAFOND


5.1 Pek. kuda-kuda rangka atap Baja Ringan
5.2 Pek. Penutup atap spandek
5.3 Penutup nok spandek
5.4 Pasang Lisplank GRC
5.5 Pekerjaan Rangka Plafond Aluminium Hollow 4x4 cm
5.6 Pekerjaan Plafond GRC 4 mm

6. PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING


6.1 Pas. Lantai keramik licin 40 x 40 untuk ruangan
6.2 Pas. Lantai keramik anti selip 40 x 40 untuk selasar
6.3 Pembuatan Dinding Partisi

7. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA DAN KELENGKAPANNYA


7.1 Pek. Kusen alumunium 4"
7.2 Pekerjaan Pintu kayu klas 2
7.3 Pekerjaan Pintu Teralis
7.4 Pekerjaan Bingkai Jendela dan Ventilasi Aluminium
7.5 Pekerjaan Kaca Bening 5 mm

8. PEKERJAAN MEKANIKAL / ELEKTRIKAL


8.1 Pemasangan Instalasi Listrik Lampu
8.2 Pemasangan Instalasi Listrik Stop Kontak
8.3 Lampu TL 40 watt dan Lampu Downlight 10 W + fetteng 4" setara Pillips
8.4 Saklar Tunggal
8.5 Saklar Ganda
8.6 Stop Kontak

9. PEKERJAAN PENGECATAN / FINISHING


9.1 Pengecatan dinding dan beton exterior
9.2 Pengecatan dinding dan beton interior
9.3 Pengecatan Plafond GRC

10. PEKERJAAN AKHIR


10.1 Pembersihan Akhir

C. Standar yang berlaku dalam Proses/Kegiatan

Semua pekerjaan dalam Rencana Syarat-Syarat Teknis (RKS-Teknis) ini harus


dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang
tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, Standar Industri Indonesia (SII), Normalisasi
Indonesia (NI), peraturan-peraturan nasional dan peraturan-peraturan setempat lainnya
yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :

1. REFERENSI HUKUM
1. Undang-Undang No 2 Tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
2. Undang-Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
3. Permen PU No. 29/PRT/M/2006 Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
4. Permen PU No. 30/PRT/M/2006 Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesbilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan;
5. Permendagri No. 1/ 2007 Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
6. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan;
7. Permen PU No. 24/PRT/M/2007 Pedoman Teknis Ijin Mendirikan BangunanGedung;
8. Permen PU 25/PRT/M/2007 Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
9. Permen PU No. 24/PRT/M/2008 Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan/Gedung;
10. Permen PU No.25/2008 Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran;
11. Permen PU No.26/PRT/M/2008 Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pa-
da Bangunan dan Lingkungan;
12. Permen PU No.20/PRT/M/2009 Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di
Perkotaan;
13. Permen PU No.16/PRT/M/2010 Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan
Gedung;
14. Permen PU No.17/PRT/M/2010 Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung;
15. Permen PU No.18/PRT/M/2010 Pedoman Revitalisasi Kawasan;
16. Permen PU No.11/PRT/M/2014 Pengelolaan Air Hujan pada Bangunan Gedung dan
Persilnya;
17. PermenPU No.06/PRT/M/2017 Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Dan Perumahan Rakyat Nomor: 05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan
Gedung;
18. Permen PU No.14/PRT/M/2017 Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;
19. Permen PU 27/PRT/M/2018 Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
20. Peraturan Menteri PUPR No 21 Tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi;
21. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2020 tentang Jasa Konstruksi;
22. Permen PUPR Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan
Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
23. Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah Provinsi/Kab. Kota
setempat yang berkaitan dengan pekerjaan Bangunan dan Lingkungan yang di-
rencanakan;
24. Peraturan, pedoman, kriteria dan referensi hokum lainnya yang berlaku dan
digunakan di indonesia.

2. STANDART TEKNIS
1. SNI 03-0106-1987 Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji;
2. SNI 03-0349-1989 Bata beton untuk pasangan dinding;
3. SNI 03-1734-1989 Beton bertulang dan struktur dinding bertulang untuk rumah dan
gedung, Petunjuk perencanaan;
4. SNI 03-0691-1996 Bata beton (paving block);
5. SNI 15-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding;
6. SNI 03-2410-2002 Tata cara pengecatan dinding tembok dengan cat emulsi;
7. SNI 2407:2008 Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung;
8. SNI 2835:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah untuk Kon-
struksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
9. SNI 2836:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Pondasi untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
10. SNI 2837:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
11. SNI 2839:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Langit-langit
untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
12. SNI 6897:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
13. SNI 7393:2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan
aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan;
14. SNI 7395:2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan penutup lantai
dan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
15. SNI 0225:2011/Amd 5:2016 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
(PUIL 2011) - Amendemen 5 (IEC 60364-5-56:2009, MOD);
16. SNI 1726:2012 SNI 1726:2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung dan non gedung;
17. SNI 1727:2013 Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain;
18. SNI 2847:2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung;
19. SNI 7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu;
20. SNI 2049:2015 Semen portland;
21. SNI 6371: 2015 Tata cara pengklasifikasian tanah untuk keperluan teknik
dengan sistem klasifikasi unifikasi tanah (ASTM D 2487-06, MOD);
22. SNI 8153:2015 Sistem plambing pada bangunan gedung;
23. SNI 6880:2016 Spesifikasi beton struktural;
24. Standar lainnya yang berlaku dan dikeluarkan oleh Badan Standardisasi
Nasional (BSN) Indonesia berkaitan dengan pekerjaan bangunan dan
lingkungan yang direncanakan.

D. Persyaratan dan Ketentuan Proses/Kerja

1. PERSYARATAN PELAKSANAAN
1) Untuk menghindari klaim dari User Proyek dikemudian hari maka Kontraktor harus
betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan
ukuran jadi (finished) sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan
RKS. Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk
dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang di-
pergunakan sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petun-
juk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas. Sebelum melaksanakan setiap peker-
jaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja
dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, El-
ektrikal, dan mendapat izin tertulis dari Konsultan Pengawas.

2) Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon Kontraktor harus menyediakan:
 Wakil sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya
selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi
kewajiban menurut kontrak.
 Buku harian untuk :
- Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
- Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari peker-
jaan.
 Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
- 1 (satu) kamera/handycam.
- 1 (satu) alat ukur schuifmaat.
- 1 (satu) alat ukur panjang 50 m, 5 m.
- 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.
- 1 (satu) laptop/PC.
3) Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti diuraikan di dalam bu-
ku ini. Bila terdapat ketidak jelasan dan atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini,
Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Pengawas untuk mendapatkan
penyelesaian.
4) Adapun standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut diatas ialah berdasarkan:
- BSN (Badan Standarisasi Nasional Indonesia)
- ASTM (American Society for Testing & Materials)
- ASSHO (American Associationof State Highway Officials).
5) Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mengukur kembali semua titik
elevasi dan koordinat-koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan-perbedaan dilapangan,
Kontraktor wajib membuat gambar- gambar penyesuaian dan harus mendapat
persetujuan Pengawas Lapangan.

2. STANDAR YANG DIPERGUNAKAN


Pekerjaan yang akan dikerjakan dalam dalam ini harus dilaksanakan dengan mengi-
kuti dan memenuhi persyaratan teknik yang tertera dalam Persyaratan Normalisasi In-
donesia (NI), Standar Industri Indonesia (SSI) serta Pedoman Teknis Sarana dan
Prasaran Bangunan Gedung Negara maupun peraturan - peraturan yang relevan dan
yang berlaku pada daerah tempat di mana pekerjan tersebut dikerjakan. Adapun per-
syaratan yang dimaksudkan yaitu :
- PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia
- NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
- NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
- NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan
- PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
- PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia
- SII : Standard Industri Indonesia
- SK SNI T-15-1991-03 (PBI – 1991) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
- AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air. Serta :
- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1981
- Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan tentang keselamatan tenaga
kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia
- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan
Bahaya kebakaran. Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi
tersebut di atas, maka berlaku Peraturan/Standard/Normalisasi Internasional
ataupun dari negara asal produsen bahan/material/komponen yang bersangkutan.
Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :
- Dokumen Lelang yang sudah disyahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja,
RKS, BQ, A.A. Aanwijzing dan Surat Perjanjian Kontrak).
- Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor dan sudah disetujui/disahkan oleh
pemberi tugas dan Pengawas.
3. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN DAN PENYERAHAN PEKERJAAN
a. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud dalam RKS ini ditetapkan
selama 120 (Seratus Dua Puluh) Hari kalender, terhitung sejak dikeluarkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK).
b. Penyerahan pertama pekerjaan dapat dilakukan apabila telah memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
 Pekerjaan secara fisik telah selesai 100% sesuai dengan dokumen yang dinyatakan
dalam Berita Acara Kemajuan Pekerjaan.
 Semua instalasi yang terpasang telah diadakan testing / comisoning dengan hasil
baik sesuai ketentuan yang berlaku yang dinyatakan dengan Berita Acara Hasil
Pengujian.
 Secara keseluruhan system bangunan sudah berfungsi dan dapat digunakan dengan
sempurna.
 Gambar As built drawing sebanyak 1 set.
 Penyerahan pekerjaan yang kedua setelah masa pemeliharaan pelaksanaan selesai,
dalam jangka waktu 6 bulan / 180 hari kalender.

4. TINGKAT RESIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI DAN KEBUTUHAN PERSONIL


KESELAMATAN KONSTRUKSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 ta-
hun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, Maka untuk
Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) Beserta Perabotnya, Pembangunan Ruang La-
boratorium Kimia Beserta Perabotnya, Pembangunan Ruang Laboratorium Fisika Beser-
ta Perabotnya, Pembangunan Ruang Laboratorium Biologi Beserta Perabotnya, Pem-
bangunan Ruang Perpustakaan Beserta Perabotnya, Pembangunan Ruang Laboratori-
um Komputer, Pembangunan Ruang Tata Usaha, Pembangunan Ruang UKS, Pem-
bangunan Ruang Bimbingan Konseling - SMA NEGERI 1 KAWANGKOAN BARAT
(DAK) ditetapkan Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang,
sehingga persyaratan kualifikasi kompetensi kerja menggunakan Ahli Muda K3 Kon-
struksi dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun

5. JAMINAN PELAKSANAAN
a. Kontraktor wajib menyerahkan surat jaminan pelaksanaan dari Bank Umum, yang
besarnya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak.
b. Untuk harga borongan kurang dari 80% Harga Perkiraan Sendiri (HPS), Jaminan
Pelaksanaan minimal 5% dikalikan 80% HPS.

6. PERIJINAN
Bila ada sebagian atau seluruhnya pekerjaan yang harus memerlukan perijinan dari
instansi yang berwenang, maka Pemborong harus sudah memiliki perijinan yang di-
maksud sebelum memulai bagian dari pekerjaan tersebut. Pemborong tidak diperke-
nankan memulai kegiatan sebelum memegang perijinan yang dimaksud. Segala biaya
yang dikeluarkan untuk mengurus perijinan menjadi tanggung jawab pemborong.

7. SISTEM PEMBAYARAN
a. Segala pembayaran dilakukan dengan mata uang rupiah.
b. Apabila Kontraktor menerima pembayaran uang muka, maka pengembalian uang
muka ini diatur dan diperhitungkan dalam pembayaran angsuran secara proporsional
sesuai dengan prestasi pembayaran, dengan catatan bahwa angsuran kembali uang
muka ini sudah harus diperhitungkan 100% selesai atau lunas pada saat pembayaran
angsuran pekerjaan selesai 100% dan diserahkan untuk pertama kalinya.
c. Pembayaran akan ditangguhkan apabila :
 Terdapat kesalahan dalam pelaksanaan, hasil kurang memuaskan, kerusakan-
kerusakan yang belum diperbaiki.
 Belum memenuhi ketentuan administrasi.
 Terdapat keraguan terhadap keseimbangan sisa pekerjaan yang masih harus dik-
erjakan.
 Belum ada persetujuan dalam perhitungan klaim kenaikan harga yang terjadi pada
angsuran tersebut apabila terjadi force majeure.
d. Bahwa pada hakikatnya dalam batas berlakunya kontrak konstruksi pekerjaan yang
dimaksud dalam RKS ini segala kenaikan harga bahan dan upah kerja menjadi
tanggung jawab Kontraktor/Penyedia barang konstruksi , dan segala bentuk klaim tid-
ak dibenarkan, kecuali dalam keadaan force majeure.
e. Yang dimaksud dengan “force majeure” adalah suatu kejadian di luar kekuasaan Kon-
traktor/Penyedia barang konstruksi, baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi jalannya pekerjaan yaitu antara lain : akibat bencana alam (misalnya
banjir, gempa bumi, badai,dll), sabotase, dan kebijaksanaan moneter dari Pemerintah.
f. Apabila terjadi force majeure, Kontraktor dapat mengajukan ganti rugi kepada Kuasa
Pengguna Anggaran setelah mendapat pengakuan dan keterangan secara tertulis dari
pihak yang berwenang dengan ketentuan sebagai berikut :
 Kejadian tersebut wajib dilaporkan dalam batas waktu 3 x 24 jam setelah terjadinya
keadaan tersebut.
 Kemudian dalam waktu 7 x 24 jam sudah harus menyerahkan bukti keterangan dari
pihak yang berwenang.
 Lebih dari batas waktu yang ditentukan, maka Kontraktor kehilangan hak untuk
mendapatkan ganti rugi.

8. PEMBUATAN RENCANA KERJA


Paling lambat setelah 1 (satu) minggu menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK),
Kontraktor harus sudah membuat rencana kerja yang terdiri dari Rencana kerja terinci
dan dibuat sesuai dengan jangka waktu kontrak dan dalam bentuk Bar Chart dilengkapi
kurva S serta Bagan dari bobot masing-masing pekerjaan terhadap harga kontrak dis-
esuaikan dengan rencana kerja.

1) Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat


Rencana Kerja, yaitu :
 Jadwal yang mencakup seluruh tahapan yang ada dalam proyek tersebut se-
hingga dapat memberikan gambaran terkait rencana kegiatan mulai tahap per-
siapan sampai tahap penyelesaian.
 Rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-masing item pekerjaan
proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk
melaksanakan sebuah proyek konstruksi.
 Jadwal pelaksanaan pekerjaan merupakan tabel work breakdown structure yang
dilengkapi dengan durasi pekerjaan dan dapat menggambarkan timeline peker-
jaan.
 Jadwal pelaksanaan pekerjaan dalam RMPK terintegrasi dengan uraian peker-
jaan dalam identifikasi bahaya dan pengendalian risiko.
2) Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya SPK oleh kedua belah pihak,
Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas :
 Program kerja yang terdiri dari :
- Jadwal Pelaksanaan yang terinci dalam bentuk Network Planning & Barchat.
- Jadwal Pengadaan Bahan.
- Jadwal Ketenagaan.
- Jadwal Peralatan.
 Metoda pelaksanaan yang terinci.
 Tabel Sub Paket & Milestone (kalau ada).
 Tabel/Daftar Pay Item (kalau ada).
 Kelengkapan administrasi lainnya yang akan ditentukan kemudian oleh
Pengawas.
Pengawas akan memeriksa Rencana Kerja Kontraktor tersebut dan memberikan
tanggapan atas itu dalam waktu paling lama 2 (dua) minggu.
3) Kontraktor harus membuat rencana pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan
berupa Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
4) Rencana kerja yang dibuat harus dilengkapi dengan tabel/matriks/diagram/grafik
sehingga memudahkan direksi teknis/lapangan atau konsultan pengawas dalam
mengevaluasi capaian pekerjaan yang akan dikerjakan.
5) Rencana kerja yang dibuat harus diketahui oleh konsultan pengawas dan disetujui
oleh direksi teknis.
6) Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah
Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor. Rencana Kerja yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas/ Pemimpin/
Ketua Proyek.
7) Kalau Pengawas meminta diadakannya perbaikan/penyempurnaan atas Rencana
Kerja tadi, maka Pelaksana/Kontraktor harus memasukkan kembali perbaikan atas
Rencana Kerja paling lambat 4(empat) hari sebelum dimulainya waktu Pelaksa-
naan.
8) Kontraktor tidak dibenarkan memulai sesuatu Pelaksanaan Pekerjaan sebelum
adanya Persetujuan dari Pengawas atas Rencana Kerja ini. Kecuali dapat dibuk-
tikan bahwa Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk memeriksa Rencana
Kerja Kontraktor pada waktunya, maka kegagalan Kontraktor untuk memulai Peker-
jaan sehubungan dengan belum adanya Rencana Kerja yang disetujui Pengawas
sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari Kontraktor bersangkutan.
9) Jadwal dan rencana kerja yang telah diketahui serta disetujui tersebut dipublikasi-
kan pada papan informasi proyek di bangsal kerja agar diketahui dan dilaksanakan
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud.
10) Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat)
kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan
Perencana.
11) Kontraktor harus selalu melakukan pekerjaan pembangunan pekerjaan sesuai
dengan Rencana Kerja.
12) Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan
Rencana Kerja tersebut.

9. RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN


1) Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak atau Pre-Construction Meeting (PCM)
a. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak merupakan rapat awal antara penanggung
jawab kegiatan, Pengendali Pekerjaan (Direksi Lapangan/Konsultan MK),
Pengawas Pekerjaan (Direksi Teknis/Konsultan Pengawas), Penyedia Jasa Peker-
jaan Konstruksi, tim perencana serta pihak terkait.
b. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak atau Pre-Construction Meeting (PCM) harus
sudah dimulai maksimal 7 (tujuh) hari setelah terbitnya SPMK dan sebelum dimu-
lainya pelaksanaan pekerjaan.
c. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan
pekerjaan adalah :
o Organisai kerja.
o Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan.
o Jadwal pelaksanaan pekerjaan.
o Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil.
o Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan.
o Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat
mengenai rencana kerja.
o Penyusunan program mutu proyek.

2) Pengguna Program Mutu


a. Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia ba-
rang/jasa dan disepakati pengguna barang/jasa pada rapat persiapan pelaksanaan
kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan kondisi di lapangan.
b. Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi :
o Informasi pengadaan barang/jasa.
o Organisasi proyek, pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa.
o Jadwal pelaksanaan.
o Prosedur pelaksanaan pekerjaan.
o Prosedur instruksi kerja.
o Pelaksanaan kerja.
c. Pemeriksaan bersama
o Tahap awal periode pada pelaksanaan pekerjaan, pengguna barang/jasa
bersama-sama dengan penyedia barang/jasa melakukan pemeriksaan
bersama.
o Untuk pemeriksaan bersama ini, pengguna barang/jasa dapat membentuk
panitia peneliti pelaksanaan kontrak

10. PEMBUATAN SHOP DRAWING DAN AS BUILT DRAWING


1) Gambar Detail (Shop Drawing)
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan dan atau setelah melakukan tinjauan lokasi
pekerjaan, jika terdapat perbedaan tafsir antara Kontraktor dengan direksi teknis
serta konsultan pengawas maka Kontraktor dapat membuat gambar detail yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan mangacu pada gambar kerja yang
terdapat dalam dokumen kontrak.
b. Dalam hal pembuatan gambar detail, Kontraktor dapat membuat gambar detail
dengan kategori khusus apabila pada gambar kerja/gambar rencana belum detail
gambar untuk keperluan dimaksud.
c. Kontraktor ketika membuat gambar detail, harus dibuat secara jelas dan mudah
dimengerti ketika akan diajukan kepada konsultan direksi teknis dan pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
2) Gambar Akhir (As Built Drawing)
a. Setelah pekerjaan selesai dikerjakan dan sebelum proses serah terima
dilakukan, Kontraktor wajibkan membuat gambar akhir yang menerangkan peru-
bahan - perubahan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan terhadap gambar
kerja yang terdapat pada dokumen kontrak.
b. Perubahan - perubahan sebagaimana yang dimaksudkan pada huruf (a)
gambar akhir ini yaitu ketika ada pekerjaan tambah yang ditambah dan dikurangi
dalam pekerjaan ini serta perubahan - perubahan lainnya yang telah dikerjaan
oleh kontraktor.
c. Apabila diminta oleh direksi teknis atau konsultan pengawas, maka kontraktor
harus menyerahkan gambar akhir yang telah dibuat tersebut.

11. LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN


Kontraktor wajib membuat Laporan Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan
mengenai kemajuan setiap pekerjaan yang akan diperiksa dan disetujui oleh
Pengawas Lapangan.
(1) Laporan Kemajuan Pekerjaan disampaikan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi kepada Penanggung Jawab Kegiatan setelah mendapat verifikasi dari
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
(2) Laporan Kemajuan Pekerjaan berisi informasi kemajuan pekerjaan sebagaimana
yang ditetapkan di dalam rencana pelaksanaan pekerjaan beserta uraian kendala
dan masalah yang dihadapi Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi selama
pelaksanaan pekerjaan.
(3) Laporan Kemajuan Pekerjaan terdiri dari 3 (tiga) laporan, yaitu:
o Laporan Harian;
o Laporan Mingguan; dan
o Laporan Bulanan.
(4) Laporan Harian
o Laporan harian disusun berdasarkan buku harian yang berisi catatan mengenai
rencana dan realisasi pekerjaan harian.
o Buku harian disusun untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan pekerjaan.
o Buku harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut :
- Kuantitas dan jenis bahan yang ada di lapangan;
- Penempatan tenaga kerja untuk setiap macam tugas dan keterampilan yang
diperlukan;
- Jumlah, jenis dan kondisi peralatan yang tersedia;
- Jumlah volume cadangan bahan bakar yang tersedia untuk peralatan;
- Taksiran kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
- Jenis dan uraian pekerjaan yang dilaksanakan;
- Kondisi cuaca antara lain hujan, banjir dan peristiwa-peristiwa alam lainnya
yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan;
- Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan design,
gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis, keterlambatan pekerjaan dan
penyebabnya dan lain sebagainya.
o Laporan harian disusun dan disampaikan setiap hari kepada Pimpinan Unit kerja
pelaksana kegiatan/ Penanggung Jawab Kegiatan setelah mendapat verifikasi
dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
o Laporan harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
- Capaian pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan/atau sub pekerjaan,
pemenuhan kualitas dan kuantitas bahan yang digunakan; daftar peralatan
yang meliputi jenis, jumlah dan kondisi peralatan; serta penempatan tenaga
kerja untuk setiap pekerjaan dan/atau sub pekerjaan;
- Kondisi cuaca, seperti hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan;
- Hambatan dan kendala yang dihadapi berkenaan dengan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan serta kondisi khusus lainnya yang berdampak atau
berpotensi berdampak pada pelaksanaan pekerjaan;
- Informasi Keselamatan Konstruksi, seperti kejadian kecelakaan kerja, catatan
tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-
lain sebagaimana yang disyaratkan di dalam peraturan;
- Informasi terkait Keselamatan Konstruksi harus diperiksa oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas. Laporan harian Keselamatan Konstruksi dapat
dapat dijadikan satu dalam format Laporan harian atau dapat juga
menggunakan format terpisah;
- Rencana pelaksanaan pekerjaan di hari berikutnya; dan
- Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan desain,
gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis, kelambatan pekerjaan dan
penyebabnya dan lain sebagainya.
o Dalam laporan harian harus dapat diperoleh informasi terkait sebabsebab
terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, apakah disebabkan karena
kerusakan peralatan, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
personil/bahan/peralatan terlambat, atau disebabkan keadaan cuaca buruk.
o Dokumen asli laporan harian dipelihara oleh Penanggung Jawab Kegiatan;
o Laporan Harian tersebut dibuat dalam rangkap 4 (empat), disusun oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi, diperiksa oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas
dan disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dengan distribusi
sebagai berikut:
- Asli untuk pimpinan Unit kerja Pelaksana Kegiatan/ Penanggung Jawab
Kegiatan;
- Lembar ke dua untuk Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas;
- Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas; dan
- Lembar ke empat untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
(5) Laporan Mingguan
o Laporan mingguan disusun dan disampaikan di setiap minggu pada hari Senin di
minggu berikutnya kepada Unit kerja Pelaksana Kegiatan/Penanggung Jawab
Kegiatan setelah mendapat verifikasi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
o Laporan mingguan paling sedikit memuat capaian pelaksanaan pekerjaan
selama 1 (satu) minggu dan rencana capaian minggu berikutnya yang
disampaikan setiap minggu.
o Dalam hal Unit kerja Pelaksana Kegiatan/Penanggung Jawab Kegiatan
melakukan rapat mingguan, laporan mingguan yang telah diverifikasi kepada
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas harus disampaikan sebelum pelaksanaan
rapat mingguan dan akan dibahas pada saat rapat mingguan.
o Laporan mingguan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
- Rangkuman capaian pekerjaan berupa hasil pembandingan capaian dengan
minggu sebelumnya dan capaian pada minggu berjalan dengan rencana
kegiatan dan sasaran capaian pada minggu berikutnya;
- Hambatan dan kendala yang dihadapi pada kurun waktu 1 (satu) minggu
beserta tindakan penanggulangan yang telah dilakukan dan potensi kendala
pada minggu berikutnya;
- Dukungan yang diperlukan dari Pimpinan unit kerja Pelaksana Kegiatan/
Penanggung Jawab Kegiatan, Direksi Teknis/Konsultan Pengawas, dan pihak-
pihak lain yang terkait;
- Ringkasan permohonan persetujuan atas usulan dan dokumen yang diajukan
beserta statusnya;
- Ringkasan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan;
- Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi,
termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris terjadi
kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain.
o Dokumen asli persetujuan laporan mingguan dipelihara oleh Unit kerja
Pelaksana Kegiatan/Penanggung Jawab Kegiatan.
o Laporan mingguan dibuat paling sedikit dalam 3 (tiga) rangkap untuk
didistribusikan kepada:
- Asli untuk Pimpinan unit kerja Pelaksana Kegiatan/Penanggung Jawab
Kegiatan;
- Lembar ke dua untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan
- Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
(6) Laporan Bulanan
o Laporan bulanan disusun dan disampaikan di setiap bulan kepada pimpinan Unit
kerja Pelaksana Kegiatan/Penanggung Jawab Kegiatan setelah mendapat
verifikasi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas;
o Laporan Bulanan paling sedikit memuat hal – hal sebagai berikut:
- Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian pekerjaan fisik dengan
membandingkan capaian di bulan sebelumnya, capaian pada bulan berjalan
serta target capaian di bulan berikutnya;
- Foto dokumentasi;
- Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi,
status pembayaran dari Pengguna Jasa;
- Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;
- Masalah dan kendala yang dihadapi, termasuk statusnya, tindakan
penanggulangan yang telah dilakukan dan rencana tindakan selanjutnya;
- Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan berikutnya, beserta
rencana pencegahan atau penanggulangan yang akan dilakukan;
- Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen; dan
- Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi,
termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris terjadi
kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain.
o Laporan bulanan dibuat paling sedikit dalam 6 (enam) rangkap untuk
didistribusikan kepada:
- 4 (empat) dokumen untuk Unit kerja Pelaksana Kegiatan/Penanggung Jawab
Kegiatan;
- 1 (satu) dokumen untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan
- 1 (satu) dokumen untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

12. FOTO PROYEK


a. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, Pengguna barang/jasa dengan
menugaskan kepada penyedia barang/jasa, membuat foto-foto dokumentasi untuk
tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
b. Foto proyek dibuat oleh penyedia barang/jasa sesuai petunjuk Pengawas Teknis,
disusun dalam 4 (empat) tahapan disesuaikan dengan tahapan pembayaran ang-
suran tetapi tidak termasuk masa pemeliharaan, yaitu sebagai berikut:

Tahap I Bobot 0 % - 25 % Papan nama proyek, keadaan lokasi, galian


pondasi dan pasangan pondasi
Tahap II Bobot 25 % - 50 Pekerjaan Struktur / Konstruksi
%
Tahap III Bobot 50 % - 75 Pekerjaan atap / finishing
%
Tahap IV Bobot 75 % - 100 Pekerjaan finishing / Detail / Seluruh Pekerjaan
% selesai

c. Foto proyek tiap tahapan tersebut diatas dibuat 3 (tiga) set dilampirkan
pada saat pengambilan angsuran sesuai dengan tahapan angsuran, yang masing-
masing Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh konsultan :
o Satu set untuk Kuasa Pengguna Anggaran.
o Satu set untuk Penyedia Barang/Jasa.
o Satu set untuk Konsultan selaku Pengawas Teknis.
d. Pengambilan titik pandang dari setiap pemotretan harus tetap/sama sesuai
dengan petunjuk Pengawas Teknis atau Kuasa Pengguna Anggaran.
e. Foto setiap tahapan ditempelkan pada album/map dengan keterangan
singkat, dan penempatan dalam album disahkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran, untuk teknis penempelan/penempatan dalam album ditentukan oleh
Pengawas Teknis.
f. Khusus untuk pemotretan pada kondisi keadaan kahar/memaksa force majeure
diambil 3 (tiga) kali

13. PENGUKURAN
1) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali
dengan teliti elevasi dasar galian dan permukaan tanah atau elevasi lainnya sesuai
permintaan pengawas. Semua pengukuran kembali harus dikaitkan terhadap titik
tetap yang terdekat.
2) Alat–alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan sebelum
pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus mendapat persetujuan
pengawas, baik dari jenisnya maupun kondisinya.
3) Kontraktor harus melakukan pengukuran kembali terhadap lokasi proyek dengan teli-
ti dan disaksikan oleh konsultan pengawas dan direksi teknis.
4) Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran, toleransi, dan pembuatan serta
pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh pengawas. Ukuran–ukuran pokok
dari pekerjaan adalah sesuai dengan yang tercantum dalam gambar. Ukuran–ukuran
yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera dilaporkan kepa-
da Pengawas Lapangan. Ukuran satuan yang digunakan semuanya dinyatakan da-
lam cm, kecuali untuk pekerjaan/bahan-bahan tertentu yang dinyatakan sesuai
dengan kebutuhan. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru ada-
lah menjadi tanggung jawab pemborong.
5) Peil lantai (permukaan atas lantai) ditentukan sesuai dengan peil lantai existing.
Apabila dianggap perlu, pengawas berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk
merubah ketinggian, letak atau ukuran suatu bagian pekerjaan.
6) Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan lapangan sebenarnya
maka konsultan pengawas atau direksi teknis akan mengeluarkan keputusan tentang
hal tersebut. Apabila timbul keragu–raguan dari pihak Kontraktor dalam
menginterpretasi angka–angka elevasi dalam gambar maka hal ini harus dilaporkan
kepada pengawas untuk dimintakan penjelasannya. Apabila terdapat ketidakcocokan
antara ukuran gambar dengan lokasi pekerjaan maka kontraktor diharuskan
berkoordinasi dengan direksi teknis untuk mendapat persetujuan jika akan
dilakukan perubahan. Kontraktor tidak diperkenankan memperbaiki kesalahan
ukuran/gambar yang dianggap keliru sebelum berkonsultasi dengan direksi teknis
atau konsultan pengawas.
7) Ukuran yang tidak tercamtum, tidak jelas atau saling berbeda harus segera
koordinasikan dengan konsultan pengawas atau direksi teknis untuk meminta
penjelasan.
8) Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang
menjadi tanggungjawab Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil–peil dan ukuran dalam gambar dan
uraian/syarat –syarat pelaksanaan itu. Pengukuran dilakukan secara bersama
antara pemborong, direksi, dan konsultan pengawas untuk mendapatkan ukuran
yang pasti dan hasil pengukuran tersebut yang dijadikan sebagai rujukan.
9) Semua ketetapan pekerjaan pengukuran, baik ukuran panjang maupun sudut harus
terjamin kebenarannya. Pengukuran sudut siku–siku dengan prisma atau benang
hanya dibenarkan untuk bagian–bagian kecil dari pekerjaan dan mendapat
persetujuan pengawas.
10) Kekeliruan dari hasil pengukuran, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

14. KOORDINASI PEKERJAAN

Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan Pelaksan/Kontraktor diwajibkan melakukan


koordinsi yang intensif dengan Pengawas, PPK, Perencana dan Petugas SMKK.
a. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh bagian yang
terlibat didalam kegiatan proyek ini. Seluruh aktifitas yang menyangkut dalam proyek
ini, harus dikoordinir lebih dahulu agar gangguan dan konflik satu dengan lainnya
dapat dihindarkan. Melokalisasi atau memerinci setiap pekerjaan sampai dengan de-
tail untuk menghindari gangguan dan konflik, serta harus mendapat persetujuan dari
Pengawas.
b. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat-syarat
pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi-instruksi tertulis dari Pengawas.
c. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada setiap
waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Pengawas dalam pengontrolan terhadap
kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak berarti
Kontraktor bebas dari tanggung jawab.
d. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi)
atau gambar atau instruksi tertulis dari Pengawas harus diperbaiki atau dibongkar.
Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab kontraktor.

15. ORGANISASI PELAKSANAAN LAPANGAN


1) Untuk melaksanakan pekerjaan/proyek sesuai yang ditetapkan dalam surat perjan-
jian/kontrak, penyedia barang/jasa harus membuat organisasi pelaksanaan lapangan,
dengan pembagian tugas, fungsi dan wewenang yang jelas tanggung jawabnya
masing-masing
2) Penempatan personil harus proporsional dan sesuai dengan keahlian bidang tu-
gasnya masing-masing sedangkan untuk tenaga-tenaga ahlinya harus memenuhi ke-
tentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, sesuai dengan golongan,
bidang dan kualifikasi perusahaan penyedia barang/jasa yang bersangkutan.
3) Untuk pelaksanaan pekerjaan/proyek penyedia barang/jasa menunjuk pe-
nanggung jawab lapangan (Kepala Proyek), yang dalam penunjukannya terlebih da-
hulu harus mendapatkan persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran.
4) Penyedia barang/jasa tidak diperkenankan memberikan pekerjaan lain kepada wakil
ataupun para penanggungjawab lapangan, diluar pekerjaan/proyek yang bersangku-
tan.
5) Selama jam-jam kerja tenaga ahli/wakilnya atau para penanggungjawab lapan-
gan harus berada dilapangan pekerjaan kecuali berhalangan/sakit dan penyedia ba-
rang/jasa harus menunjuk/menempatkan penggantinya apabila yang bersangkutan
berhalangan.
6) Jika ternyata penanggung jawab teknis tersebut tidak memenuhi ketentunan
yang telah ditetapkan, maka Kuasa Pengguna Anggaran berhak memerintahkan
penyedia barang/jasa supaya segera mengganti dengan orang lain yang ahli dan ber-
pengalaman

16. PERUBAHAN PEKERJAAN


a. Pada dasarnya seluruh volume dan item pekerjaan yang tercantum dalam kon-
trak harus dilaksanakan. Apabila karena sesuatu hal volume dan atau item peker-
jaan tidak dapat dikerjakan oleh rekanan dengan pertimbangan yang bisa diper-
tanggung jawabkan, maka terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari
Kepala Unit / Satuan Kerja yang bersangkutan, Pengawas Teknis dan
Perencana Teknik.
b. Persetujuan dimaksud dituangkan dalam Berita Acara Perubahan Pekerjaan yang
dibuat oleh Perencana yang didasarkan atas Berita Acara Peninjauan Lapangan
yang dibuat oleh Pengawas Teknis serta Perencana. Adapun Berita Acara Peru-
bahan tersebut ditanda tangani bersama rekanan, Unit/Satuan Kerja, dan Pengawas
Teknis serta Perencana.
c. Jika dimungkinkan item atau volume pekerjaan yang telah mendapat persetujuan
untuk tidak dilaksanakan dapat dilakukan pengalihan pekerjaan. Item dan volume
pekerjaan baru ditetapkan bersama dan dituangkan dalam Berita Acara tambah
Kurang dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (b) di atas.

17. TANGGUNG JAWAB PEKERJAAN


1. Hasil Pekerjaan yang dilaksakan oleh Pelaksana/Kontraktor, sepenuhnya menjadi
Tanggung jawab Pelaksana/Kontraktor.
2. Pelaksana/Kontraktor wajib melakukan pementauan sampai masa pemeliharaan

18. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN


1) Dalam kaitannya dengan harga penawaran, Kontraktor harus sudah sudah
memperhitungkan dan memasukkan segala keperluan biaya-biaya pemeriksaan,
pengujian, dan lain-lain.
2) Apabila pekerjaan yang sudah terpasang diperlukan pemeriksaan, maka Kontraktor
wajib melaksanakan pemeriksaan sesuai petunjuk Pengawas Lapangan atau biaya
Kontraktor sendiri.

1.4. Spesifikasi Metode Konstruksi/ Metode Pelaksanaan/Metode


Kerja
1. PEKERJAAN PERSIAPAN

A. PAPAN NAMA PROYEK


(1) Kontraktor harus menyediakan Papan Nama Proyek yang mencantumkan nama-nama
Pemberi Tugas, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor.
(2) Ukuran layout dan peletakan papan nama harus dipasang sesuai dengan pengarahan
Konsultan Pengawas.
(3) Pemasangan papan nama proyek ditempatkan di lokasi proyek pada tempat yang
mudah dilihat umum.
(4) Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan
pekerjaan dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan Kuasa Pengguna
Anggaran.

B. PEMBUATAN GUDANG DAN PERALATAN


(1) Pemborong juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan
bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca
dan pencurian.
(2) Penempatan gudang harus diatur sedemikian rupa agar mudah dijangkau dan tidak
menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
(3) Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material yang sifatnya untuk
menjaga keselamatan dari bahan tersebut.
(4) Untuk Gudang penyimpanan semen, tempatnya harus baik sehingga terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan harus kuat
dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.

C. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


(1) Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah mendapatkan Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK), penyedia sudah harus melakukan mobilisasi baik alat bahan/material,
kebutuhan logistik, personel dan lain-lain ke lokasi proyek.
(2) Alat dan personel yang dimobilisasi harus sesuai dengan yang ketentuan
dokumen kontrak.
(3) Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang
diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu
akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

D. PEKERJAAN SISTEM MANAJEMEN DAN KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI


(SMK3)
Untuk menjaga keselamatan kerja seluruh staff dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan
proyek, akan dibentuk unit K3, dalam menanggulangi gangguan keselamatan kerja yang
mungkin terjadi. Unit K3 akan bekerja sama dengan instansi terkait dalam keselamatan.
Prosedur penerapan K3 meliputi Manajemen Keselamatan Kerja yang mengikuti ketentuan-
ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi terkait. Ketentuan tersebut antara lain:
a) Pemasangan Rambu Peringatan di setiap area proyek dengan mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja;
b) Pengadaan alat pelindung diri untuk semua pihak yang terlibat di proyek, yaitu :
• Topi Pelindung
• Masker
• Sarung Tangan
• Safety Shoes Untuk Staf
• Rubber Safety Shoes And Toe Cap
• Full Body Hermes
• Safety Vest/Rompi

E. AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA


 Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor
Pelaksana harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air
kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar mandi/wc, selama berlangsungnya
pekerjaan.
 Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PDAM atau sumber air,
serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan
pelaksanaan pekerjaan.
 Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan direksi keet dan penerangan pekerjaan pada
malam hari sebagai keamanan selama pekerjaan berlangsung. Penyediaan
peneranganTenaga listrik berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
 Pengadaan penerangan dapat diperoleh dengan generator set, dan semua perijinan
untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
 Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan
instalasi dan armatur, stop kontak serta sakelar/panel.

F. PAPAN DASAR PELAKSANAAN (BOUWPLANK)


 Bouwplank dibuat dari kayu papan kelas III yang utuh dan kering. Papan harus lurus
dan diketam halus pada bagian atasnya. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari
kayu sejenis ukuran 5/7 dan dipasang pada setiap jarak 2 meter.
 Bouwplank harus benar-benar datar (waterpass) dan tegak lurus. Pengukuran harus
memakai alat ukur yang disetujui Pengawas Lapangan.
 Bouwplank harus menunjukkan ketinggian 0.00 dan as kolom/dinding. Letak dan
ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak berubah
selama pekerjaan berlangsung dan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.

2. PEKERJAAN TANAH, PASIR DAN PONDASI

A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan unuk menyelesaikan semua “Pekerjaan Tanah Pasir Dan Pondasi” seperti ter-
tera pada gambar rencana dan spesifikasi ini. Pekerjaan ini terdiri dari :
1) Pekerjaan galian tanah
2) Pekerjaan urugan tanah kembali
3) Pekerjaan urugan dan pemadatan tanah dibawah lantai
4) Pekerjaan urugan Pasir
5) Pekerjaan pondasi jalur :
a. Pemasangan batu kosong
b. Pemasangan pondasi batu belah camp. 1 : 4
6) Pek. Cor beton tumbuk camp. 1 : 3 : 5

B. Persyaratan Bahan
1) Dasar galian tanah sesuai dengan gambar atau sampai mencapai tanah keras.
2) Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi.
3) Untuk timbunan bawah lantai digunakan tanah dan pasir pasang kualitas baik.
4) Tanah timbunan dan pasir urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar
kayu, serta sampah lainnya.
5) Pengurugan dengan tanah timbun dilaksanakan lapis demi lapis supaya padat
6) Batu untuk pasangan batu kosong dan pasangan batu pecah, harus terdiri dari batu
yang keras, berkualitas baik, bersudut-sudut dan awet.
7) Pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus berupa pasir pasang yang
memenuhi syarat dan bersih dari segala kotoran, seperti yang disyaratkan dari
Spesifikasi ini.
8) Material batu gunung untuk pondasi yang digunakan harus bermutu baik, keras, tidak
polos, permukaannya tajam dan yang tidak mengandung lumpur.
9) Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk dari mutu yang baik sesuai
dengan penjualan di pasaran. Semen yang telah disimpan lebih dari 3 bulan di dalam
gudang dan atau mengeras sebagian/seluruhnya, tidak diperkenankan untuk
digunakan. Penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas
dari kelembaban, agar semen tidak mudah membatu.
10) Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, bebas dari bahan-bahan organis, lumpur
dan sebagainya memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang tercantum di dalam
PBI 1971.
11) Air yang digunakan harus air tawar, bersih, tidak mengandung minyak, asam, garam
alkalis, dan bahan organis/bahan lainnya yang dapat merusak beton

C. Pelaksanaan
1) Pekerjaan Galian Tanah
 Sebelum melaksanakan penggalian, posisi galian dan ukuran seperti tertera dalam
gambar sudah dipastikan benar dan harus mendapat persetujuan Pengawas
lapangan.
 Penggalian tanah pondasi dapat dimulai setelah pemasangan bouwplank dan pa-
tok-patok disetujui Pengawas lapangan.
 Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedala-
man yang perlu untuk dasar pondasi yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada
gambar-gambar.
 Dasar galian harus mencapai tanah keras, dan jika pada galian terdapat akar-akar
kayu, kotoran-kotoran dan bagian-bagian tanah yang longgar (tidak padat), maka
bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya kemudian lubang yang terjadi diisi dengan
pasir urug.
 Lapisan humus pada lokasi bangunan harus dikupas, hingga mencapai tanah
yang tidak mengandung humus, atau sekurang-kurangnya setebal 50 cm.
 Untuk mempertahankan kepadatan muka tanah galian, maka lubang yang sudah
siap segera dilanjutkan dengan urugan pasir dan batu kosong

2) Pekerjaan Urugan Tanah


 Bagian-bagian yang harus di urug sampai mencapai ketinggian yang ditentukan,
tanah urugan harus cukup baik, bebas dari sisa (rumput/akar-akar lain-lainya).
 Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis tebal maksimal hamparan 30cm se-
tiap lapisan kemudian tanah tersebut dilembabkan sebelum dilakukan pemadatan.
 Pemadatan lapisan menggunakan alat stamper minimal Mikasa MTR 80 sampai
dengan level yang diperlukan.
 Semua urugan kembali dibawah atau di sekitar bangunan dan perkerasan harus
sesuai dengan gambar rencana. Material untuk pengurugan ini harus memenuhi
spesifikasi ini.
 Tanah sisa urugan atau tanah yang tidak dapat dipakai harus dibuang keluar site
atau atas petunjuk Kontraktor.

3) Pekerjaan Urugan Pasir


 Pekerjaan ini meliputi :
- Urugan pasir di bawah pondasi telapak
- Urugan pasir di bawah cor untuk sloof
 Pasir urug harus pasir yang bersih dari akar-akar, kotoran-kotoran, tidak
mengandung tanah dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat merusak
bahan bangunan lainnya.
 Lapisan urugan pasir harus disiram dengan air sehingga menjadi padat dan
dipadatkan sampai terbentuk lapisan pasir padat tebal 10 cm.

4) Pekerjaan Pondasi Jalur


 Batu kosong :
 Pasangan batu kosong tanpa adukan (aanstamping) tebalnya dibuat minimun
20 cm, harus dipasang tegak lurus, rapat dan diisi pada rongga-rongga batu.
 Setelah pasir dasar pondasi dan pekerjaan pasangan batu kosong telah di-
capai, barulah diadakan pemasangan batu pondasi dengan adukan 1 PC : 5
PS. Batu sebelum dipasang terlebih dahulu dibasahi dan dibersihkan dari ko-
toran.
 Pondasi Batu Belah:
 Pasangan batu gunung untuk pondasi ini harus dipasang dengan adukan 1
PC : 4 psr yang diaduk matang.
 Ukuran kedalaman, dan lebar pondasi batu gunung dibuat sesuai gambar
rencana.
 Batu gunung harus disusun sedemikian rupa sehingga dudukannya kokoh ser-
ta terikat baik satu sama lainnya dengan adukan.
 Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga semua hub-
ungan batu melekat satu sama lain dengan sempurna.
 Setiap batu harus dipasang diatas lapisan adukan dan diketok ke tempatnya
hingga teguh. Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antar batu untuk
mendapatkan massa yang kuat dan integral di beberapa sisi luar dan dalam.
 Batu yang akan dipasang dibasahi dahulu, lalu dibentuk menjadi bidang luar
yang harus sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Ahli. Anker/stek
dipasang dengan cara dibungkus campuran batu kali dengan adukan 10 cm
sekelilingnya, sedalam 20 cm tiap 1 m' dengan diameter anker/stek minimum
10 mm.
 Semua bahan-bahan yang dipakai dan cara pengerjaan harus ada
persetujuan Direksi/Pengawas.

5) Pekerjaan Cor Beton Tumbuk


 Setelah tanah dasar siap, maka dilakukan pengurugan pasir setebal 10 cm.
 Selanjutnya dibuat lantai kerja dengan beton tumbuk dengan campuran 1pc : 3 ps
: 5kr setebal 5 cm.
 Pengadukan dari campuran untuk lantai kerja tersebut harus menggunakan mesin
pengaduk beton.

3. PEKERJAAN STRUKTUR

1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan :
Sloof 20/25 dan 15/20 cm, kolom praktis 11/11, kolom 20/20 cm dan ring balok 20/25 dan
15/20 cm.
2) Persyaratan Bahan
o Semen
 Semen yang digunakan adalah jenis portland yang harus memenuhi syarat-syarat
dalam PBI 1971.
 Semen dikirim ke tempat pekerjaan dalam keadaan baru dan asli dengan kantong
tersegel dan utuh/tidak pecah.
 Semen yang menggumpal, sweeping atau kantong robek / rusak ditolak untuk tid-
ak digunakan.
 Untuk semen yang diragukan mutunya dan kerusakan-kerusakan akibat salah
penyimpanan dianggap rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa me-
lalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan
paling lambat dalam waktu 2x24 jam.

o Agregat
 Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dan pasir bet-
on,harus memenuhi Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI
2847:2013.
 Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik
dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
 Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.

o Air
 Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan di lapangan adalah
air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali),
tidak mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton, min-
yak atau lemak.
 Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.

o Besi Beton
 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013 dan Pera-
turan Baja tulangan beton SNI07-2052-2002.
 Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak-minyak, karat dan tidak cacat (retak-
retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
 Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan- ketentuan diatas,
harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
 Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
 Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan kawat
beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan tidak
menyentuh lantai kerja atau papan acuan.
 Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet le-
pas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton harus
dipasang pada posisi yang tepat.
 Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai
dengan spesifikasi diatas,harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima in-
struksi tertulis dari Konsultan Pengawas, dalam waktu 2x24 jam.

3) Pelaksanaan
 Bekisting :
o Bekisting harus dibuat dari kayu kelas II tebal 3 cm dengan permukaan yang rata
dan diketam halus, sehingga diperoleh permukaan beton yang baik.
o Agar bekisting kuat, tidak bergoyang dan tidak melendut, harus dipasang pe-
nopang dari kayu ukuran 5 x 7 cm.
o Bekisting harus bebas dari kotoran-kotoran, potongan-potongan serta serbuk
gergaji, tanah dan lain-lain.
o Semua bekisting harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga
dicegah pengembangan atau lain-lain gerakan selama penuangan adukan beton.
o Bekisting dapat dipergunakan maksimal 3 kali. Pembongkaran bekisting dapat
dilakukan minimal 3 (tiga) hari setelah konstruksi dicor atau harus seijin
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan dan dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga menjamin keamanan sepenuhnya.
o Pembongkaran cetakan beton tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap
dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.

 Cor Beton :
 Campuran beton yang disyaratkan adalah 1 pc : 2 ps : 3 kr
 Menyiapkan Papan Bekisting
 Melakukan perakitan besi sesuai dengan soft drawing.
 Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing
instalasi, penyokong, pengikat dan lain-lainnya selesai dikerjakan. Sebelum
pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang berhubungan dengan
pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Tim Teknis.
 Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran
beton (cetakan) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan
lapas. Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-
tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban/air
dari beton yang baru dicor tidak akan diserap.
 Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton
sesuai dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata harus
dibantu dengan menggunakan alat concreate vibrator.
 Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton.
Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton menggunakan
vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta
untuk mencapai pemadatan yang maksimal.
 Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang
akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/ penulangan yang ada.
 Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar dalam
pengangkutan ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu
pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan
jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar atau
bertumpuk dengan baja-baja tulangan tidak diijinkan. Kalau diperkirakan
pemisahan yang demikian itu mungkin akan terjadi Kontraktor harus
mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
 Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian
rupa sehingga spesi/mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air semen
atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construksion joint dan air semen atau
spesi yang hanyut terhampar harus dituang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
 Ember-ember/gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang
dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran.
Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter. Juga
harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran dimana
diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.
 Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas
dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang diletakan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton,
kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan
kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya
penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya.

4) Perawatan Beton
- Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam SNI 2847:2013.
- Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan
harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu, jika tidak ditentukan
lain.
- Dalam jangka waktu tersebut cetakan beton harus tetap dalam keadaan basah.
Apabila cetakan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan, maka selama sisa
waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi
permukaan beton terus menerus atau dengan menutupinya dengan karung basah atau
dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

4. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

1) Lingkup Pekerjaan :
 Pasang Dinding Bata 1/2 bt, ad. 1:4
 Plesteran dinding dan beton, ad. 1:4
 Acian dinding

2) Persyaratan Bahan :
 Bata merah
 Jenis batu bata yang digunakan adalah batu bata merah. Batu bata merah harus
matang pembakarannya, sehingga bila direndam di dalam air akan tetap utuh,
tidak pecah atau hancur.
 Ukuran batu bata dapat disesuaikan berdasarkan tebal dinding akhir (finish) yang
disyaratkan dalam gambar (15 cm), yaitu : 5 x 11 x 22 cm
 Kontraktor wajib memberikan contoh pada Konsultan Pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.
 Apabila bahan-bahan yang datang dianggap tidak memenuhi syarat atau tidak
sesuai dengan contoh yang disetujui oleh Perencana / Konsultan Pengawas /
Pemberi Tugas, maka Perencana / Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas berhak
menolak bahan-bahan tersebut dan Kontraktor wajib untuk segera mengeluarkan
dari lokasi pembangunan dan menggantinya dengan bahan-bahan yang telah
disetujui.
 Pasir
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sebagainya memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
tercantum di dalam PBI 1971.
 Bilamana pasir yang dipakai tidak memenuhi syarat-syarat diatas, Kontraktor wajib
untuk mencuci pasir tersebut untuk mendapatkan persetujuan Perencana /
Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.
 Khusus untuk plester, harus dipakai pasir yang lebih halus tingkat gradasinya.
 Semen
 Semen yang datang di proyek, harus disimpan di dalam gudang yang lantainya
kering dan minimum 30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.
 Apabila pada setiap pembukaan kantong, ternyata semen sudah lembab dan
menunjukkan gejala membatu, maka semen tersebut tidak boleh dipergunakan
dan harus segera dikeluarkan dari lokasi pembangunan.
 Supplier / Pedagang yang mengirim semen ke pekerjaan hendaknya dapat
menunjukkan sertifikat dari pabriknya.
 Air
 Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih dan tidak
mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan
lain yang merusak bangunan, sesuai dengan persyaratan dalam NI-2
 Memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-6817-2002
3) Syarat – syarat Pelaksanaan :
 Pembuatan adukan :
 Adukan semen dan pasir harus dibuat didalam beton molen yang memenuhi
syarat dan dilaksanakan dengan baik.
 Semen dan pasir harus dicampur di dalam keadaan kering, yang kemudian di beri
air sesuai persyaratan sampai di dapat campuran yang plastis.
 Adukan yang sudah mengering/kering tidak boleh dicampur dengan adukan yang
baru.
 Untuk pasangan yang dikategorikan bukan kedap air, menggunakan adukan 1 PC
: 5 Psr.

 Pemasangan :
 Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga
jenuh.
 Kontraktor harus mengerjakan pengukuran bangunan (uit-zet) serta letak-letak
dinding bata yang akan dilaksanakan secara teliti dan sesuai dengan gambar.
 Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari (maksimal)
24 lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom praktis.
 Bidang dinding bata ½ (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus
ditambah kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 13 x 13 cm,
dengan 4 buah tulangan pokok berdiameter 12 mm, beugel diameter 8–20 cm,
jarak antara kolom maksimal 4 m.
 Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
(kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm. Jarak 40 cm,
yang terlebih dahulu ditanam dalam pasangan bata minimal 30 cm, kecuali
ditentukan lain.
 Pembuatan lubang pada pasangan bata merah yang patah dua melebihi dari dua
tidak boleh digunakan.
 Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ (setengah) batu harus menghasilkan
dinding finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finish adalah 25 cm.
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
 Pada bagian/daerah yang membutuhkan penempatan barang-barang yang
digantungkan pada dinding, maka di dalam dinding bagian-bagian tersebut harus
dipasang perkuatan yang dibuat dari besi beton secara vertikal dan horizontal,
yang dihubungkan/disambung dengan las. Pemasangan besi beton perkuatan
dinding tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas mengenai tempat
dan ukurannya.
 Lubang untuk alat listrik dan pipa-pipa yang ditanam dalam dinding, harus dibuat
pahatan yang secukupnya pada pasangan bata sebelum diplester. Pahatan
tersebut setelah dipasang pipa/alat , harus ditutup dengan adukan plesteran yang
dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran
seluruh bidang tembok.

 Plesteran
 Sesudah pasangan bata merah selesai dikerjakan dan sudah kering baru
pekerjaan plesteran dimulai.
 Plesteran menggunakan adukan yang sama dengan adukan untuk pasangan.
 Untuk pengakhiran sudut plesteran / dinding, hendaknya dibuat dengan sudut
tumpul.
 Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan pada dinding, sedangkan
untuk daerah basah digunakan plesteran dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
 Plesteran dengan 1 Pc : 3 Ps digunakan pada permukaan beton, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.
 Bersihkan permukaan dinding batu bata atau permukaan beton dari noda debu,
minyak cat, bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plesteran.
 Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang
disyaratankan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih
dahulu “kepala plesteran”.
 Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (+ 20 mm) dan diratakan
dengan roskam kayu/besi dari kayu halus terserut dan rata permukaannya
ataupun dengan profil aluminium dengan panjang minimal 1,5 m. Kemudian
basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk menghindarkan terjadinya retak akibat
penyusutan yang mendadak.
 Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton harus
dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang kuat antara
permukaan beton dengan plesteran.
 Basahi permukaan beton untuk air hingga jenuh, tunggu sampai aliran air berhenti.
 Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan minimal 2 cm,
tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus, tetapi harus dilakukan secara
bertahap yaitu dengan cara menempelkan adukan semen pada bagian yang akan
diplester, kemudian setelah mengering, lakukan plesteran berikutnya dengan
adukan semen pasir hingga mencapai ketebalan yang dikehendaki.
 Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan ketebalan lebih
dari 3 cm, sebagai akibat dari kesalahan pada waktu pengecoran atau yang
lainnya, maka plesteran tersebut harus dilapis dengan kawat ayam yang
ditempelkan pada permukaan beton yang akan diplester. Biaya penambahan
kawat ayam tersebut menjadi tanggungan Pemborong.
 Hindarkan benda-benda ataupun bahan-bahan lain yang dapat merusak
permukaan plesteran.
 Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau diperbaiki, maka hasil
akhir (finishing) dari pekerjaan tersebut harus dapat menyamai pekerjaan yang
telah disetujui oleh Pengawas.

 Acian
 Sebelum pekerjaan acian dimulai, bidang yang akan diaci harus bersih dari
kotoran dan lemak / minyak, dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi
kemampuan lekatnya, serta dibasahi dengan air terlebih dahulu hingga jenuh.
 Campuran tidak boleh terlalu cair atau terlalu kental, dan dicampur dengan
menggunakan air tawar yang bersih.
 Bidang hasil plesteran harus rapi, rata, dan tidak bergelombang.
 Hasil acian sudut dalam maupun sudut luar harus rapi, lurus dan siku

5. PEKERJAAN ATAP DAN PLAFOND


A. PEKERJAAN ATAP
1) Lingkup Pekerjaan :
1. Pek. Kuda-Kuda Rangka Atap Baja Ringan
2. Pek. Penutup Atap Spandek
3. Penutup Nok Spandek
4. Pasang Lisplank GRC 30 Cm

2) Persyaratan Bahan :
 Baja ringan
 Main Truss C-75-75
 Baja Mutu Tinggi G 550
 Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa
 Tegangan Maksimum 550 Mpa
 Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
 Modulus geser 80.000 Mpa
 Spandek 0,35 mm
 Terbuat dari Baja lapis ZINCALUME® aluminium mematuhi AS 1397: 2011 G550,
AM125 (tegangan hasil minimum 550 MPa, massa lapisan minimum 125g / m2).
 GOC 0.35 mm (Reng+Skoring)
 Dynabolt
 Sekrup Fixer
 Paku spandek
 Lisplank GRC 30cm
 Sekrup

3) Syarat – syarat Pelaksanaan :


 Kuda-kuda dan rangka atap
 Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus
dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi
khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu
pada standar peraturan yang berkompeten.
 Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
 Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan
menggunakan mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan mesin
screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi.
 Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan
kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain
sistem rangka atap.
 Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang
dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan
ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan
kuda-kuda.
 Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng yang
akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan
dapat memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan
genteng tersebut sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba dilokasi proyek.
 Jaminan Struktural
Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan,
meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.

 Pemasangan Atap
 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan contoh material
lengkap dengan penjelasan spesifikasinya untuk mendapatkan persetujuan dari
Pemberi Tugas.
 Kontraktor harus membuat metode pelaksanaan dan shop drawing yang
disesuaikan dengan material yang akan dipakai dan telah disetujui.
 Kontraktor harus memeriksa dan mengukur kembali kondisi lapangan yang akan
mempengaruhi pekerjaannya, dan memperbaikinya bila kondisinya tidak mungkin
menghasilkan pekerjaan penutup atap yang baik.
 Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga ahli dan berpengalaman
dalam jenis pekerjaan ini.
 Lembaran penutup atap diangkut ke atas rangka atap hanya apabila akan
dipasang, rusuk atas lembaran penutup atap harus menghadap sisi dimana
pemasangan dimulai.
 Kontraktor harus memeriksa dengan teliti serta seksama dan memastikan bahwa
permukaan atas semua gording atau atap sudah satu bidang. Jika belum satu
bidang, dapat menyetel atau mengganjal bagian-bagian ini terhadap rangka
penumbu / gording. Dalam keadaan apapun juga untuk mengatur kemiringan atap,
ganjal tidak diperkenankan dipasang langsung di bawah plat kait. Hal ini harus
diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan
pengganjalan tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika
jarak penyangga kecil.
 Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat
kait. Jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi
lembaran harus memenuhi persyaratan pabrik.
 Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah
pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat disetel 2 mm dengan
menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat
mengikatkan plat kait tersebut. Untuk mencegah plat kait bergeser ke bawah,
harus dipergunakan pengikat positif yaitu sekrup atau baut pada plat kait tersebut.
 Pada lembaran akhir di bagian atas, sisi tepi atas lembaran tersebut harus ditekuk
ke bawah. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk
pekerjaan tersebut. Penekukan ini untuk mencegah masuknya air kedalam
bangunan. Penekukan dapat dilaksanakan sebelum ataupun sesudah lembaran
dipasang.
 Pada lembaran akhis di bagian bawah, sisi tepi lembaran tersebut harus ditekuk ke
bawah untuk mencegah air mengalir melalui sisi bawah lembaran kedalam
bangunan. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk
pekerjaan tersebut.
 Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan
pemasangan ke samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.
Pada tumpangan akhir, sebaiknya gunakanlah 2 (dua) lembar atau lebih dengan
ukuran yang lebih pendek. Tumpangan / overlap akhir harus memenuhi persyara-
tan pabrik.
 Khusus untuk penutup bubungan (capping), Kontraktor harus sudah menyediakan
lubang pada ujung atas penutup bubungan (capping) untuk tiang penangkal petir,
lengkap dengan karet. Diameter lubang harus tepat sama dengan diameter tiang
penangkal petir.
 Kedua sisi tepi arah memanjang penutup bubungan (capping) harus ditakik sesuai
dengan bentuk dan jarak rusuk lembaran setelah penutup bubungan terpasang.
Penakikan dilakukan dengan alat yang disediakan oleh pabrik khusus untuk peker-
jaan tersebut. Setelah ditakik, barulah kedua sisi tepi penutup bubungan (capping)
ditekuk ke bawah dengan alat penekuk yang disediakan pabrik untuk pekerjaan
tersebut hingga menutup sampai lembah antara 2 (dua) rusuk lembaran. Penutup
bubungan (capping) disekrupkan pada setiap rusuk lembaran.
 Pemasangan flashing, capping, fixing strip dan lain-lainnya harus dilakukan oleh
Kontraktor sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik pembuat walaupun belum
ataupun tidak tercantum dalam Gambar Kerja maupun Gambar Pelengkap se-
hingga didapat hasil yang baik, terhindar dari kemungkinan kebocoran. Dalam ka-
sus ini, Kontraktor tidak dapat menuntut sebagai pekerjaan tambah.
 Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lu-
rus, garis-garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizon-
tal maupun vertikal, menghasilkan penampilan yang baik. Bagian lembaran setelah
terpasang, yang boleh diinjak hanyalah pada rusuk tepat di atas gording.
 Pemasangan atap harus betul-betul tersusun rapi, rata dan lurus ke segala arah
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan dari pabrik. Kaitan-kaitannya antara
satu dengan yang lain harus menutup rapat dan saling mengunci satu sama lain.
Khusus pada bangunan utama semua harus dipaku ke rengnya dengan
menggunakan paku yang sesuai. Pemotongan spandek harus menggunakan alat
pemotong yang khusus untuk itu.
 Hasil akhir pemasangan penutup atap adalah suatu permukaan atap yang utuh,
dan rapih, tidak bocor.

B. PEKERJAAN PLAFOND
1) Lingkup Pekerjaan :
1. Pekerjaan Rangka Plafond, Aluminium Hollow 4x4 cm
2. Pekerjaan Penutup Plafond, Gypsum 9 mm
3. Pekerjaan Penutup Plafond, GRC 4 mm

2) Spesifikasi Bahan :
 GRC board
 Memakai GRCdengan ketebalan 4 mm dan ukuran 122 x 244 cm kualitas I
 GRC yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan ASTM C 36.
 GRC merk setara Board
 List Profil GRC
 Lis profil lebar 8 cm
 Rangka Aluminium hollow 4 x 4 cm
 Sekrup
 Peralatan : theodolith, waterpass, meteran, schafolding, gurinda, gergaji besi, bor
screw driver.

2) Pelaksanaan :
 Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam gambar dan lurus
(tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari masing-masing bahan
yang digunakan).
 Jarak dan ukuran sesuai yang ditunjuk dalam gambar tetapi tidak kurang dari yang di-
perlukan agar sesuai dengan standard ASTM C 754.
 Untuk sistem aplikasi dan jarak rangka sesuai dengan gambar atau persyaratan dari
produsen dan disetujui oleh Perencana dan Pengawas .
 Sebelum plafond dapat dipasang, pelaksana harus memeriksa rangka langit-langit, un-
tuk memastikan bahwa rangka tersebut telah benar-benar rata, sifat datar dan pada
ketinggian yang sesuai dengan yang tertera di dalam gambar.
 Level / peil plafond diukur dahulu dengan menggunakan theodolith dan dibantu
menggunakan selang air.
 Untuk mempermudah pemasangan, titik tetap pengukuran dipindahkan ke dinding atau
kolom dengan ketinggian 1 meter dari lantai.
 Setelah posisi peil plafond didapatkan, pekerjaan awal adalah pemasangan rangka hol-
low pada bagian tepi untuk memperoleh titik tetap plafond.
 Dilanjutkan pemasangan rangka hollow pembagi yang digantung ke plat beton dengan
menggunakan paku beton/penggantung. Perkuatan antara rangka hollow dengan
menggunakan sekrup gypsum.
 Penempatan jarak rangka hollow maksimum berjarak 60 cm.
 Setelah semua rangka hollow terpasang, lakukan perataan (leveling) dengan
menggunakan tarikan benang, setelah itu penggantung bisa dimatikan.
 Setelah rangka hollow terpasang dengan benar, rata dan kuat serta instalasi ME sudah
terpasang semua, maka lembaran gypsum dapat mulai dipasang.
 Sebelum pemasangan sekrup, pastikan bor sekrup disesuaikan benar, sehingga kepala
sekrup hanya masuk sedikit ke dalam permukaan lembaran gypsum
 Tekan ujung sekrup perlahan ke dalam permukaan lembaran gypsum sebelum
menjalankan mesin bor untuk memasukkan sekrup.
 Sekrup berfungsi sebagai titik perkuatan dipasang pada jarak maksimal 30 cm.
 Setelah lembaran gypum terpasang semua, cek leveling permukaan plafond.
 Sambungan antara pertemuan plafond gypsum, diberi textile tape dan di compound,
kemudian digosok dengan ampelas untuk mendapatkan permukaan yang rata/flat.
 Tutup semua kepala sekrup dengan compound lalu gosok dengan ampelas halus.
 Setelah plafond selesai terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan list plafond gypsum,
yang dipasang antara pertemuan dinding dan plafond, dengan perkuatan menggunakan
compound jenis casting + lem.

6. PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING

1) Lingkup Pekerjaan :
1.Pas. Lantai keramik licin 40 x 40 untuk ruangan
2.Pas. Lantai keramik anti selip 40 x 40 untuk selasar
3.Pembuatan Rabat Beton
4.Pembuatan Dinding Partisi GRC

2) Spesifikasi Bahan :
 Lantai keramik
 ukuran 40 x 40 cm
 licin dan anti selip
 Bahan pengisi adalah Grout semen / berwarna
 Bahan perekat adalah adukan spesi 1 pc : 3 ps
 dinding partisi
 GRC tebal 4 mm
 ukuran 122 x 244 cm
 GRC yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan ASTM C 36
 GRC merk setara Vespaboard

3) Pelaksanaan :
 Pemasangan Lantai Keramik :
 Bahan keramik tidak memiliki cacat dan penyimpangan ukuran yang berarti,
ukuran, klas dan warna harus sama, mekanis kuat dan mengikat sedikit saja air.
 Sebelum pemasangan keramik, dasar lantai yang sudah dicor harus dipastikan
rata dan tidak ada kerusakan.
 Pemasangan keramik untuk pola, tipe dan ukurannya harus sesuai dengan
gambar kerja atau petunjuk Pengawas Lapangan.
 Setelah dasar lantai siap, maka keramik yang akan dipasang diseleksi sesuai
dengan warna-warna yang sama. Apabila diperlukan pemotongan dilaksanakan
dengan rapi dengan memakai mesin pemotong dan pinggirannya diasah dengan
batu pengasah.
 Sebelum pemasangan, keramik harus direndam air hingga tercapai kondisi jenuh
air untuk menghindari pengeringan adukan mortar/spesi yang terlalu cepat.
 Keramik dipasang dengan menggunakan adukan mortar 1 pc : 4 ps dalam
perbandingan volume. Ketebalan rata-rata dari adukan tidak boleh kurang dari 3
cm.
 Pemasangan dengan jalur-jalur (joints) yang lurus dan apabila terjadi
ketidaklenturan jalur diisi dengan pasta semen. Sesudah cukup kering keramik
dicuci dengan lap basah sampai bersih, dan apabila ada bagian-bagian yang lepas
harus cepat diperbaiki.
 Selama pemasangan dan sebelum kering yang cukup, lantai harus dihindari dari
injakan dan gangguan lain. Daerah yang sudah dipasang harus ditutup bagi lalu
lintas pekerja, sampai selesai pemasangan dan adukan telah cukup mengeras
untuk dapat memikul beban lalu lintas di atasnya.
 Kotoran-kotoran dan lainnya yang menempel pada permukaan lantai dan dinding
harus segera dibersihkan sebelum menjadi kering.
 Setelah tehel dipasang, harus dipukul-pukul untuk mengeluarkan kantong udara di
dalamnya dan untuk menempatkan tehel pada posisinya yang waterpass atau
mempunyai kemiringan yang sesuai dengan gambar.
 Semua tehel harus dipasang sendiri-sendiri, sedemikian rupa sehinga neut antara
keramik seragam dan lurus. Besarnya neut tidak boleh lebih besar dari 5 mm, dan
harus diisi dengan menggunakan semen putih dengan zat pewarna dengan
perbandingan 1 pc : 1 ps halus.
 Pemasangan keramik yang tidak lurus atau tidak rata atau cacat atau tidak sesuai
gambar kerja dapat dilakukan perintah pembongkaran oleh Pengawas lapangan,
dan biaya yang ditimbulkan akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pelaksana.

 Pekerjaan Dinding Partisi


 Potong rangka hollow dengan ukuran dengan sesuai gambar kerja.
 Pasang rangka hollow pada lantai dan dinding mengikuti marking dengan jarak
rangka 60x60 cm.
 Pastikan dan cek rangka hollow sudah terpasang tegak lurus (siku).
 Pasang lembaran GRC board pada rangka hollow dengan perkuatan memakai
sekrup.
 Lembaran GRC board dipasang satu sisi dahulu, untuk memudahkan pekerjaan
instalasi mekanikal dan elektrikal. Setelah instalasi mekanikal dan elektrikal
terpasang barulah lembaran GRC board sisi berikutnya dipasang.
 Cek kerataan permukaan pasangan dinding partisi GRC board.
7. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA/VENTILASI DAN KACA

1) Lingkup Pekerjaan :
1. Pek. Kusen alumunium 4"
2. Pekerjaan Pintu Kayu klas 2 (cempaka)
3. Pekerjaan Bingkai Jendela dan Ventilasi Aluminium
4. Pekerjaan Kaca Bening 5 mili

2) Spesifikasi Bahan :
 Kusen
 Aluminium 4" jenis extrusion
 Pintu
 Pabrikasi
 Jenis Kayu klas 2 (cempaka)
 Jendela dan Ventilasi
 Bahan aluminium merek Tostem setara
 Kaca
 Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfide
maupun bercak-bercak lainnya
 Kaca yang dipasang harus merupakan kaca bening dari jenis “sheet glass” yang
mempunyai permukaan rata dan tidak bergelombang dengan ketebalan 5 mm.
 Semua kaca harus disimpan pada tempat yang bersih dan tidak lembab.
 Penjepit kaca
 Digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu baik dan memenuhi per-
syaratan yang ditentukan dari pabrik, pemasangan diisyaratkan hanya 1 (satu)
sambungan serta harus kedap air dan bersifat structural seal.
 Accecoris
 Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup
caulking dan sealant.
 Angkur-angkur untuk rangka/kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal 2-3
mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron sehingga dapat bergeser.
 Engsel yang digunakan adalah engsel kuningan 3″ sebanyak 3 bh untuk masing-
masing pintu.
 Kunci yang dimaksud adalah kunci tanam yang dipasang pada sisi ketebalan daun
pintu dengan kualitas baik. Kunci tanam dipasang harus lengkap dengan plat anak
kunci sebanyak 3 buah dan plat-plat penyangkut lidah-lidah kunci.
3) Pelaksanaan
 Kusen atau rangka profil aluminium :
 Semua pekerjaan harus dirakit dan dipasang sesuai dengan gambar rencana dan
shop drawing yang sudah disetujui Konsultan Pengawas dan dilaksanakan oleh
Pemborong yang mempunyai tenaga ahli di bidang pekerjaan ini.
 Pada kegiatan pabrikasi, pemotongan besi hendaknya dijauhkan dari material
aluminium untuk menghindari penempelan debu besi pada permukaan
 Bagian kusen disambung dengan kuat dan teliti dengan skrup, rivet dan angkur
harus cocok. Bahan angkur-angkur rangka / kusen aluminium dibuat dari
Galvanised Steel Plate : tebal minimal 2 mm dan ditempatkan dengan jarak
interval 60 mm
 Penyekrupan dipasang tidak terlihat dari luar, dengan sekrup steenless steel
 Sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap angin
 Detail-detail pada setiap pertemuan harus rapi, halus dan rata bersih dari goresan
atau cacat
 Pada setiap pertemuan aluminium dengan beton, dinding dan sebagainya harus
diberi lapisan kedap air yang memakai seal elastis ex thiokol
 Komponen harus dipasang dalam struktur yang kaku sesuai dengan petunjuk
pemasangan dari pabriknya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pembuatan atau
penyetelan kusen aluminium harus dilakukan di pabrik secara maksimal. Dan
keberadaan di lapangan dipergunakan untuk pemasangan serta penyetelan pada
bangunan : sambungan vertikal maupun horisontal, sambungan sudut maupun
silang, demikian juga pengkombinasian profil-profik aluminium harus dipasang
sempurna (bila perlu dengan skrup-skrup pengaku)
 Pemasangan kusen aluminium pada bangunan harus dengan angkur yang kuat
(memenuhi persyaratan teknis) hubungan penggantung pada sistem las. Toleransi
pemasangan kusen aluminium di satu sisi dinding adalah 10 – 25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan (Grout)
 Sekeliling tepi kusen yang terlihat dan berbatasan dengan dinding, diberi Sealant
agar terpenuhi persyaratan kedap udara dan suara.

 Pintu, Jendela dan Ventilasi


 Pekerjaan ini harus dilakukan / dikerjakan oleh tenaga – tenaga ahli yang betul-
betul berpengalaman dan menguasai teknologi pemasangan, serta mempunyai
keahlian khusus dalam pekerjaannya.
 Harus terpasang dengan baik, sempurna, kokoh dan siku, sesuai dengan yang di-
persyaratkan dan disetujui Konsultan Pengawas. Termasuk pemasangan kunci
dan alat-alat bantu yang digunakan.
 Beberapa hal yang harus dihindarkan dalam pemasangan lock case yaitu : jangan
memasang spindle dengan cara dipukul dengan palu, jika lubang dead bolt tidak
pas, jangan ditekan secara paksa, jangan melubangi lock case dan jangan mem-
beri beban berlebih pada handel pintu.
 Seluruh pemasangan dilaksanakan di lokasi pekerjaan, dengan mempergunakan
peralatan lengkap sesuai untuk pekerjaan tersebut.
 Semua sistem mekanis harus dapat bekerja dengan baik dan sempurna.
 Kontraktor harus menjaga pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan, sehingga
terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan kerusakan
 Hasil pekerjaan pemasangan harus dapat berfungsi dengan sempurna dan tidak
cacat.

 Kaca
 Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syarat pekerjaan dalam buku ini. Semua bahan yang telah terpasang harus disetu-
jui oleh Direksi.
 Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
 Sebelum memulai pekerjaan pemasangan kaca, pelaksana harus memeriksa
semua sponingan pada kaca yang akan dipasang, untuk meyakinkan
kelurusannya, kesikuannya, dan kerataannya. Sponingan juga harus bebas dari
tonjolan yang dapat mengganggu pemasangan.
 Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan
diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur.
Tanda-tanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.
 Semua kotoran dan bekas-bekas minyak harus dibersihkan sehingga tidak
mengganggu perletakkan kaca.
 Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka,
minimal 10 mm masuk ke dalam alur kaca pada kusen.
 Kaca-kaca harus dipasang rata dan tegak lurus pada kusen-kusennya. Celah
antara kaca dan aluminium dipasang/ditutup dengan Sealant. Dalam keadaan
tertutup atau dibuka, kaca-kaca tidak boleh bergetar, yang menandakan kurang
sempurnanya pemasangan Seal keliling. Pemasangan Seal harus dapat dijamin.
 Untuk kaca lembaran toleransi panjang, lebar, ketebalan, kesikuan dan cacat
mengikuti pada Standar Industri Indonesia (SII – 0891 – 78)
 Hasil pemasangan kaca harus dalam alur rangkanya rapat, kuat, tidak ber-
getar/tidak goyang dan dijamin kerapihannya
 Pertemuan atau sambungan setiap unit kaca, memakai silicone sealant dengan
warna ditentukan kemudian. Atau warna tersebut diajukan terlebih dahulu ke
Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.
 Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen,
harus diisi dengan lem silikon.Warna transparant cara pemasangan dan
persiapanpersiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan
pabrik
 Hasil pemasangan kaca (khususnya kaca bening/clear) yang sudah selesai dan
sudah diterima oleh Konsultan Pengawas diberi tanda agar tidak tertabrak oleh
pekerja atau orang lain.
 Semua ukuran kaca harus diambil dari ukuran yang terdapat di lapangan, pada
mana kaca akan dipasang.
 Pelaksana bertanggung jawab atas ketepatan kaca yang dipasang.
 Ukuran kaca harus sedemikian rupa sehinga terdapat celah yang cukup untuk
memungkinkan kaca bergerak tanpa refraksi dari sponing yang ada.
 Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca.

 Kelengkapan
 Semua kelengkapan pintu dan jendela yang digunakan harus sesuai dengan ke-
tentuan yang tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau
penggantian akibat dari pemilihan merek, Kontraktor wajib melaporkan hal terse-
but kepada Owner untuk mendapatkan persetujuan.
 Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang setinggi 105 cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Direksi.
 Pegangan pintu masuk utama dipakai handle merk Dekkson, atau setara.
 Pekerjaan Engsel pintu menggunakan merk Hager setara di pasang sekurang- ku-
rangnya 3 buah untuk setiap daun dengan menggunakan sekrup kembang dengan
warna yang sama dengan warna engsel. Jumlah engsel yang dipasang harus di-
perhitungkan menurut beban berat daun pintu, tiap engsel memikul maksimal 20
Kg.
 Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel bawah
dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu. Engsel tengah dipasang di
tengahtengah antara kedua engsel tersebut.
 Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
 Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.

8. PEKERJAAN MEKANIKAL / ELEKTRIKAL

1) Persyaratan Bahan :
 Jenis lampu yang digunakan adalah Lampu TL 40 watt setara Phillips dan Lampu
Downlight 10 W + fetteng 4" setara Pillips
 Kabel 2 mm harus sesuai dengan standard PLN, kabel inti dari temabaga dengan insu-
lasi PVC, satu inti atau lebih (NYY/NYM).
 Stop Kontak
 Saklar Tunggal
 Saklar Ganda
 Stop Kontak
2) Pelaksanaan :
 Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mengerti
teknik instalasi.
 Kontraktor harus berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan guna menghindari
terjadinya kecelakaan baik terhadap orang, peralatan maupun material.
 Untuk penerangan dan stop kontak, lampu dan armaturnya harus sesuai dengan
gambar rencana.
 Saklar dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai.
 Stop kontak dipasang pada ketinggian 40 cm dari lantai.
 Instalasi kabel dipasang di mana di tempat-tempat yang sukar dijangkau harus
dimasukkan ke dalam pipa sparing galvanis minimal ¾ inci. Semua cabang
(penyambungan) kabel harus di dalam kotak sambungan dan dilengkapi dengan
penutup, sambungan tidak dibenarkan berada di dalam dinding/beton.
 Klam kabel dipasang pada jarak maksimum 60 cm dan tidak dibenarkan kabel
tergantung tanpa alas.
 Kabel yang menuju ke arah pentanahan harus dilindungi/dimasukkan ke dalam pipa
sparing dengan ketinggian minimal 3 meter dari permukaan tanah.
 Penyambungan antar kabel dapat dipakai klem dengan sekrup diameter 10 mm.
Permukaan kontak logam sedapat mungkin lebih dari 10 cm². sebelum penyambungan
dilakukan, permukaan singgung harus dibersihkan dan setelah penyambungan diberi
lapisan anti korosi.
 Kontraktor / pemborong harus menyediakan peralatan bantu untuk pelaksanaan dan
pengujian yang diperlukan guna kelancaran dan terlaksananya pekerjaan menurut
persyaratan yang berlaku.

9. PEKERJAAN PENGECATAN / FINISHING

1) Spesifikasi Bahan :
 Plamir Tembok
 Plamir tembok harus merupakan plamir acrylic emulsion yang berkualitas baik.
 Cat Emulsi
 Cat emulsi yang dipakai untuk pengecetan tembok langit-langit memakai merk
setara Vinilex, Can Dinding Luar dan dalam setara Catylac.

2) Pelaksanaan :
 Pengecatan Dinding
 Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak ada re-
tak-retak dan Pemborong meminta persetujuan kepada Konsultan Pengawas.
 Bidang dinding yang akan dicat, permukaannya harus telah diaci/diplamir dan te-
lah diamplas hingga permukaan tersebut rata dan halus. Pekerjaan plamur dil-
aksanakan dengan pisal plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur dibuat seti-
pis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
 Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak,
lemak, kotoran atau noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan
yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
 Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, dan sebagainya harus tersedia dari
kualitas / mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
 Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan
roller.
 Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang
lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup.
 Pengecatan dikerjakan dengan mengulang (lapis) proses pengecatan sebanyak 2
(dua) kali dan dilakukan hingga warna catnya sama dan merata pada semua bi-
dang.
 Warna cat yang akan digunakan untuk pengecatan harus telah disetujui secara
tertulis oleh Pengawas Lapangan. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan
Pengawas harus diulang dan diganti.
 Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim se-
bagai pekerjaan tambah.
 Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata,
licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pen-
gotoran-pengotoran.

 Pengecatan Plafond
 Pastikan permukaan plafond GRC sudah dalam keadaan rata.
 Proteksi area kerja dengan plastic terutama pada bagian lantai dan pintu/jendela
untuk menghindari tumpahan cat.
 Permukaan plafond dibersihkan dahulu dari debu dan kotoran dengan diampelas.
 Kemudian permukaan plafond diberi lapisan dasar sealer (untuk pengikat cat).
 Setelah diberi lapisan sealer, dilakukan pengecatan finish untuk permukaan pla-
fond minimal 2 (dua) lapis dengan menggunakan jenis cat emultion.
 Pengulangan cat dilakukan setelah lapisan cat sebelumnya telah kering.

10. PEKERJAAN AKHIR

A. PEMBERSIHAN AKHIR
1) Pembersihan Lokasi Kegiatan
 Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, lokasi harus dibersihkan dari segala
sesuatu yang dapat mengganggu, tanah-tanah kelebihan / sisa-sisa galian timbu-
nan harus segera disingkirkan oleh pemborong.
 Puing-puing hasil pekerjaan dibuang di luar lokasi pekerjaan.
 Semua bahan sisa atau bahan yang tidak dimanfaatkan lagi digedung ini agar
dibersihkan dan dihilangkan keluar dari gedung ini sehingga tidak ada satupun
menjadi kotoran.

2) Pembersihan Keramik Lantai dan Dinding


Semua jenis keramik lantai dan dinding yang sudah terpasang harus dibersihkan dari
bahan sisa dengan menggunakan pembersih lantai yang aman untuk bahan sehing-
ga lantai dan dinding bersih dan mengkilap.
1.5. Spesifikasi Teknis Perabot

NO GAMBAR SPESIFIKASI KETERANGAN

- Whiteboard 120cm X 240cm

: Tebal Board 12mm, Board


1
Plywood, Frame Aluminium,
Pengait Tersedia Di Belakang
Papan Dengan Rapih.

- Meja Guru

2 : Warna White Glossy, Finish-


ing Hpl, Material Multiplex
9mm 3 Lapis.

- Kursi Guru

: Material kayu kelas II,


3 menggunakan busa berkualitas
tidak mudah kempes, sanda-
ran juga menggunakan busa
yang di bungkus kain/kulit.

- Meja Siswa
4 : Material kayu kelas II, Finish-
ing Cat.

- Kursi Siswa
5 : Material kayu kelas II, Finish-
ing Cat.
- Meja Lab dan Perpustakaan
6 : Material kayu kelas II, Finish-
ing Cat.

- Lemari Alat

: Material Tiang Besi Siku 4x4


7 1.8mm, Dilengkapi sepatu ka-
ret, Sistem Baut knockdown
mudah di pasang dan di
bongkar.

- Lemari Simpan
8 : Material kayu kelas II, Finish-
ing Cat.

- Meja Alat
9
: Material kayu kelas II,
Finishing Cat.

- WhiteBoard Standing

: Dimensi 120x240 cm, papan


10 tebal 12mm, menggunakan
kaki besi hollo, roda berkunci
dan tatakan spidol aluminium.

- Kursi Bengkel

: Kaki besi pipa (galvanis) di-


11
ameter 20mm, menggunakan
bantalan busa yang di bungkus
kain/kulit.
1.6. Spesifikasi Jabatan Kerja Konstruksi

Pengalaman Jumlah Per-


No. Jabatan Sertifikat Keahlian
(Minimal) sonil
SKT - TS 051 atau TA 022
Pelaksana Bangunan Ge-
dung/ Pekerjaan Gedung
1 Pelaksana 2 Tahun 1 orang atau Sertifikat Kompetensi
Kerja (SKK) Konstruksi,
Pelaksana Lapangan Peker-
jaan Gedung
2 Ahli K-3 Konstruksi 3 Tahun 1 Orang Ahli muda K3 -Konstruksi

1. Kontraktor selaku pelaksana kegiatan ini wajib menugaskan personalia atau personil inti
yang cakap dan berpengalaman dalam bidang tugasnya untuk menyelesaikan tugas-tugas
lapangan.
2. Tenaga Kerja dari Pimpinan kegiatan yang diperbantukan pada pelaksanaan kegiatan ,
yaitu Operator, Mekanik, Driver (pengemudi) adalah tanggungan Kontraktor.

2. Keterangan Gambar (Terlampir)


2.1. GAMBAR – GAMBAR DOKUMEN
1. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar - gambar yang
ada ( AR, ST, dan ME ) dalam buku uraian pekerjaan ini, maupun pekerjaan yang
terjadi akibat keadaan dilokasi, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut
kepada Perencana/Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan keputusan
pelaksanaan dilokasi setelah Pengawas berunding terlebih dahulu dengan
Perencana. Ketentuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor
untuk memperpanjang waktu pelaksanaan.
2. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang.
3. Bila ada keraguan mengenai ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan
pegangan Kontraktor wajib berunding terlebih dahulu dengan Perencana.
4. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran - ukuran yang
tercantum didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Pengawasan.
5. Kontraktor harus menyediakan dengan lengkap masing-masing dua salinan,
segala gambar, spesifikasi teknis, agenda, berita-berita perubahan dan gambar-
gambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat pekerjaan. Dokumen-dokumen
ini harus dapat dilihat Konsultan Pengawas konstruksi dan Direksi setiap saat
sampai dengan serah terima kesatu. Dokumen-dokumen tersebut akan
didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.

2.2. AS BUILT DAN SHOP DRAWING


1. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus membuat gambar-gambar ker-
ja/detail atau Shop Drawing yang acuannya dari Gambar Rencana yang terakhir
dan diajukan kepada Pengawas Lapangan dan Kuasa Pengguna Anggaran untuk
mendapatkan persetujuan. Satu set gambar kerja yang telah disetujui harus selalu
ada di lapangan.
2. Shop Drawing adalah gambar, diagram-diagram, detail gambar, time schdulle,
bahan dan personalia, harus disediakan oleh Kontraktor atau Sub Kontraktor,
supplier atau produsen sebagai penjelasan pekerjaan atau bahan-bahan, untuk
terlaksananya pekerjaan pembangunan dengan sebaik-baiknya.
3. Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan
dengan segera semua gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh yang
diisyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Konsultan Pengawas. Gambar-
gambar pelaksanaan dan contoh-contoh harus diberi tanda-tanda sebagaimana
ditentukan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melampirkan keterangan
tertulis mengenai setiap perbedaan dengan Dokumen Kontrak jika ada hal-hal
demikian.
4. Kontraktor tidak akan menuntut kerusakan atau perpanjangan waktu, karena
keterlambatan sebagai akibat membuat gambar kerja. Pengawas Lapangan han-
ya mempelajari gambar kerja dilihat dari rencana umum saja. Kontraktor tetap
bertanggungjawab akan adanya kesalahan yang terdapat dalam gambar kerja.
5. As built drawing dibuat seluruhnya termasuk yang telah mendapat persetujuan
Pengawas Lapangan setelah pelaksanaan pekerjaan selesai, termasuk gambar-
gambar pelaksanaan (Shop Drawing) dan harus mendapatkan persetujuan dari
Pengawas Lapangan sebanyak 3 (tiga) set berikut gambar-gambar aslinya.
6. Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-
contoh dianggap Kontraktor telah meneliti dan menyesuaikan setiap gambar atau
contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
7. Konsultan Pengawas dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau
menyetujui gambar -gambar pelaksanaan atau contoh-contoh dalam waktu
sesingkat-singkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan.
8. Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta Konsultan
Pengawas dan menyerahkan kembali segala gambar-gambar pelaksanaan dan
contoh-contoh sampai disetujui.
9. Persetujuan Konsultan Pengawas terhadap gambar-gambar pelaksanaan dan
contoh-contoh tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas
perbedaan tersebut jika tidak diberitahukan secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas.
10. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-
contoh yang harus disetujui Konsultan Pengawas, tidak boleh dilaksanakan
sebelum ada persetujuan dari Konsultan Pengawas.
11. Gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh harus dikirimkan Pengawas
dalam dua salinan, Konsultan Pengawas akan memeriksa dan mencantumkan
tanda-tanda “ Telah Diperiksa Tanpa Perubahan “ atau “ Telah Diperiksa Dengan
Perubahan “ atau “ Ditolak “. Satu salinan ditahan oleh Konsultan Pengawas untuk
arsip, sedangkan yang kedua dikembalikan kepada Sub Kontraktor atau yang
bersangkutan lainnya.
12. Sebutan Katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut
Konsultan Pengawas hal - hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang
cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah. Barang cetakan ini juga
harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan diperlukan
sama seperti butir diatas.
13. Contoh-contoh yang disebutkan dalam Spesfikasi Teknis harus dikirimkan kepada
Konsultan Pengawas.
14. Biaya pengiriman gambar-gambar pelaksanaan, contoh-contoh, katalog-katalog
kepada Konsultan Pengawas dan Perencanaan menjadi tanggungan Kontraktor.

Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan harus ditetapkan oleh Pejabat


Pembuat Komitmen (PPK) secara terinci, lengkap dan jelas, antara lain :
3) Peta Lokasi
4) Lay out
5) Denah
6) Tampak
7) Potongan memanjang
8) Potongan melintang
9) Detail-detail konstruksi

3. Syarat Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi


1. Peraturan Perundang-undangan K3 :
a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Kon-
struksi
2. Kontraktor wajib membuat Prarencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak
(Pra – RK3K)
Contoh :
3. P
r
i
n
s
i
p
K3
Bila terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Ru-
mah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi
Tugas.
Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi.
Pelaksana konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja
sesuai ketentuan K3 di lingkungan proyek.

a. Kelengkapan Administrasi K3
 Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan admin-
istrasi K3, yang bisa dilihat di pedoman peraturan K3.
 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para
pekerja, Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Oleh karena itu Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta
Asuransi Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai dengan peraturan
Pemerintah yang berlaku.

b. Penyusunan Safety Plan


Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang bertujuan agar da-
lam pelaksanaan nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan baha-
ya penyakit sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.

c. Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan


Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja sama
dengan instansi yang terkait K3, yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
o Safety patrol
o Safety supervisor (pengawasan)
o Safety meeting (rapat pembahasan)

d. Perlengkapan dan Peralatan K3


 Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan per-
lindungan diri (personal protective equipment), diantaranya :
o Pelindung kepala atau helm (Safety Helmet) yang melindungi kepala
karena memiliki hal berikut : lapisan yang keras, tahan dan kuat ter-
hadap benturan yang mengenai kepala; sistem suspensi yang ada dida-
lamnya bertindak sebagai penahan goncangan.
o Pelindung kaki (Safety Shoes) berupa sepatu dan sepatu boot
o Pelindung tangan (Safety Gloves)
o Rompi Keselamatan (Safety Vest)
o Pelindung Pernafasan dan Mulut (Masker)
o Pelindung Mata (Goggles Spectacles)
o Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body Harnes)
 Sarana Peralatan Lingkungan berupa :
- tabung pemadam kebakaran
- pagar pengaman lokasi proyek

 Peralatan P3K
Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K),
maka Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan per-
lengkapan medis lainnya yang siap digunakan apabila diperlukan.

 Rambu-Rambu Peringatan, antara lain dengan fungsi :


- peringatan tersengat listrik
- penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
- penunjuk batas ketinggian penumpukan material
- larangan memasuki area tertentu
- larangan membawa bahan-bahan berbahaya
- petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
- peringatan untuk memakai alat pengaman kerja

4. Perlindungan Terhadap Orang, Harta Benda dan Pekerjaan

a. Perlindungan terhadap milik Umum:


Kontraktor harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari alat-alat
mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran lalu
lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung.

b. Orang-orang yang tidak berkepentingan:


Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki tempat
pekerjaan dan dengan tegas memberikan perintah kepada ahli tekniknya yang
bertugas dan para penjaga.

c. Perlindungan terhadap bangunan yang ada:


Selama masa-masa pelaksanaan kontrak, Kontraktor bertanggung jawab
penuhatas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-
saluran pembuangan dan sebagainya ditempat pekerjaan, dan kerusakan-
kerusakan sejenis yang disebabkan operasi- operasi Kontraktor, dalam arti kata
yang luas. Itu semua harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga dapat diterima
Pemberi Tugas.

d. Penjagaan dan perlindungan pekerjaan :


Kontraktor bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan
terhadap pekerjaan yang dianggap penting selama pelaksanaan Kontrak, siang
dan malam. Pemberi tugas tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusa-
kan bahan-bahan bangunan atau peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam
pelaksanaan

e. Kesejahteraan, Keamanan dan Pertolongan Pertama :


Kontraktor harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan dan
tindakan pengamanan yang layak untuk melindungi para pekerja dan tamu yang
akan datang ke lokasi. Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini di syaratkan
harus memuaskan Pemberi Tugas dan juga harus menurut atau memenuhi
ketentuan Undang-undang yang berlaku pada waktu itu. Dilokasi pekerjaan,
Kontraktor wajib mengadakan perlengkapan yang cukup untuk pertolongan
pertama, yang mudah dicapai. Sebagai tambahan hendaknya ditiap site
ditempatkan paling sedikit seorang petugas yang telah dilatih dalam soal-soal
mengenai pertolongan pertama.

5. Protokol Pencegahan Covid-19 di Proyek Konstruksi


a. Pembentukan Satgas Pencegahan Covid-19
 Kontraktor wajib membentuk Satuan Tugas Pencegahan COVID-19.
 Satuan Tugas tersebut memiliki tugas, tanggung jawab dan kewenangan
melakukan :
- sosialisasi,
- edukasi,
- promosi teknik
- metoda pencegahaan COVID19 dan
- pemeriksaan (examination) potensi terinfeksi kepada semua orang, baik pa-
ra manager, insinyur, arsitek, karyawan/staf, mandor, pekerja dan tamu
proyek

b. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan


 Kontraktor wajib menyediakan ruang klinik di lapangan dilengkapi dengan sa-
rana kesehatan yang memadai, seperti: tabung oksigen, pengukur suhu badan
( pengukurthermoscantekanan), darah obat-obatan, dan petugas medis.
 Kontraktor wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan kesehatan dan
pencegahan COVID19 dengan rumah sakit dan/atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat dengan lapangan proyek untuk tindakan darurat (emer-
gency).
 Kontraktor wajib menyediakan fasilitas pengukur suhu badan (thermos-
canpencuci), tangan dengan sabun disinfektan ( sanitizer), tissue, masker di
kantor dan lapangan proyek bagi para manager, insinyur, arsitek, karyawan/
staf, mandor, pekerja dan tamu proyek.

c. Pelaksanaan Pencegahan Covid19 di Lapangan


 Satuan Tugas memasang poster (flyers) baik digital maupun fisik tentang
himbauan/ anjuran pencegahan COVID19, seperti mencuci tangan, memakai
masker, untuk disebarluaskan atau dipasang di tempat-tempat strategis di
lapangan proyek.
 Satuan Tugas bersama penjelasan, anjuran, kampanye. promosi teknik
pencegahan COVID19 dalam setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety
morning talk).
 Satuan Tugas melarang seseorang yang sakit dengan indikasi suhu > 38 dera-
jat Celcius (seluruh manager, insinyur, arsitek, karyawan/ staf, mandor, pekerja
dan tamu proyek) datang ke lokasi proyek
 Petugas Medis melaksanakan pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja,
dan karyawan bersama para Satuan Pengaman Proyek (Staff) dan Petugas
Keamanan setiap pagi, siang dan sore.
 Apabila ditemukan manager, insinyur, arsitek, karyawan/ staf, mandor dan
pekerja di fapangan proyek terpapar virus COVID19. Petugas Medis dibantu
Petugas Keamanan proyek melakukan evakuasi dan penyemprotan disinfektan
pada tempat, fasilitas, pegangan dan peralatan kerja.

1.1. ACUAN SMKK


1. Peraturan yang digunakan dalam hal pelaksanaan SMKK adalah Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2021
tentang pedoman sistem manajemen keselamatan konstruksi
2. Pelaksana diwajibkan melaksanakan SMKK pada saat penawaran Pekerjaan.

1.2. BIAYA PENERAPAN SMKK


Biaya penerapan SMKK pada pelaksanaan Pekerjaan mengacu pada Pasal 40,
mencakup rincian :
a. Penyiapan RKK, RKPPL, dan RMLLP;
b. sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
c. alat pelindung kerja dan alat pelindung diri;
d. asuransi dan perizinan;
e. personel Keselamatan Konstruksi;
f. fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
g. rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas);
h. konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi; dan
i. kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko Keselamatan
Konstruksi, termasuk biaya pengujian/pemeriksaan lingkungan.

INFORMASI LAINNYA Jangka Waktu Pengerjaan 120 (seratus dua


puluh) hari kalender sejak terbit SPMK
Manado, Mei 2023

Dibuat oleh,
Pejabat Pembuat Komitmen

Ir. FEYBE LIMBAT, ST


NIP. 19730208 200212 2 003

Anda mungkin juga menyukai