1. Persyaratan Umum
1.1.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
a. Lokasi Pekerjaan Lanjutan Rehabilitasi dan Pembangunan Gedung
Proklamasi BBGP Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2023 yang
terletak di Kompleks BBGP (Balai Besar Guru Penggerak) Provinsi Jawa
Timur, Jl. Raya Arhanud, Desa Pendem, Junrejo, Kota Batu 65324.
b. Untuk waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 150 (seratus lima
puluh) hari kalender.
1.1.2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dan Dokumen Pelelangan, Gambar Rencana,
Berita Acara Penjelasan (BAP) Serta mengikuti petunjuk Konsultan
Pengawas.
b. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam dokumen Kontrak dan /atau Adendumnya serta
mengikuti petunjuk PPK, Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan
baik yang disampaikan secara lisan maupun yang tertulis di dalam Buku
Direksi.
c. Pada akhir kerja, Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan memperbaiki
segala kerusakan dan membersihkan lingkungan proyek dari segala
kotoran akibat pekerjaan pembangunan, termasuk sisa-sisa material
bongkaran/ bangunan dan lain sebagainya.
1
III. MATA PEMBAYARAN UTAMA
A. Pekerjaan Bongkaran
B. Renovasi Interior Gedung Proklamasi
1. Pekerjaan Struktur
a. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
b. Pekerjaan Beton Bertulang
c. Pekerjaan Besi
2. Pekerjaan Arsitektur
a. Pekerjaan Pasangan
b. Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela dan Atap
c. Pekerjaan Besi
d. Pekerjaan Pengadaan Peralatan Plumbing
e. Pekerjaan Pengecatan
3. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
a. Pekerjaan Listrik
b. Pekerjaan Instalasi Air Bersih
c. Pekerjaan Instalasi Air Kotor, Air Bekas dan Air Hujan
d. Pekerjaan Tata Udara
e. Pekerjaan Telepon
f. Pekerjaan Penangkal Petir Elektrostatik
g. Pekerjaan Instalasi Fire Alarm
h. Pekerjaan Sound System / Tata Suara
i. Pekerjaan CCTV
j. Pekerjaan Wifi
k. Pekerjaan Kabel Ladder dan Kabel Tray
l. Pekerjaan Fire Extinguisher
2
20. Pekerjaan Wifi
21. Pekerjaan Kabel Ladder dan Kabel Tray
3
1.1.6. Brak Material / Gudang Bahan
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan brak bahan/ brak kerja adalah pekerjaan
penyediaan brak bahan/ brak kerja di lokasi proyek sebagai sarana
untuk penyimpanan material dan saran kerja, pekerjaan ini tidak masuk
dalam penawaran namun menjadi kewajiban Penyedia Jasa Konstruksi
dalam pengadaannya, untuk kelancaran pekerjaan.
B. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Brak bahan/ brak kerja merupakan bangunan dengan konstruksi
rangka kayu, lantai tanah/ diplester, penutup pintu/jendela
secukupnya untuk penghawaan/ pencahayaan.
2. Ukuran luas kantor disesuaikan dengan kebutuhan dengan tidak
mengabaikan faktor keamanan dan kebersihan.
3. Apabila Brak Material / Gudang Bahan menggunakan bangunan
yang sudah ada di area sekitar lokasi proyek, Penyedia Jasa
Konstruksi harus terlebih dahulu mendapat izin dari pemilik
bangunan tersebut. Seluruh ongkos penggunaan dan biaya
perbaikan akibat penggunaan bangunan tersebut menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
4
6. Listrik untuk keperluan pekerjaan ataupun penerangan malam hari
apabila Penyedia Jasa Konstruksi melaksanakan kerja lembur harus
diadakan.
7. Pengadaan listrik kerja dengan pemasangan listrik sementara dari
PLN dan dapat mencabut kembali pada awaktu pelaksanaan
pekerjaan telah selesai, atau boleh menggunakan Genset
berkapasitas cukup digunakan untuk kelancaran pekerjaan serta
penerangan lokasi site.
8. Tidak diperkenankan mengambil listrik atau menyambung dari
saluran induk, dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin
dari pimpinan lembaga yang berwenang.
9. Apabila listrik didapat dari sumber lain, Penyedia Jasa Konstruksi
harus membayar segala ongkos penggunaan listrik yang dipakai
dan pembongkarannya kembali.
10. Pemberi Tugas dalam hal ini tidak bertanggung jawab atau
mengganti biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
11. Lampu-lampu penerangan site dipasang permanen sampai
selesainya pekerjaan.
5
level eksisting lokasi proyek hingga menghasilkan data berupa gambar
yang lengkap.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pembuatan Titik Acuan
Titik acuan merupakan patok tetap yang akan dijadikan sebagai
acuan atau referensi pada segala pengukuran ketinggian,
pengecekan atau pengontrolan. Titik ini harus kuat serta terlindung
dari gangguan sampai pekerjaan selesai.
Elevasi atau ketinggian dari titik acuan adalah + 0,00 sesuai dengan
Gambar Rencana.
2. Penyedia jasa diwajibkan mengadakan pengukuran dan
penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi
keterangan – keterangan mengenai peil, ketinggian tanah, letak
pohon, letak batas-batas tanah dengan alat – alat yang sudah ditera
kebenarannya
3. Mengecek kebenaran/ ketepatan ukuran-ukuran gambar dalam
pelaksanaan di lapangan dan menentukan peil – peil bangunan.
Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan untuk dimintakan
keputusannya.
4. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan
dengan alat-alat Theodolith dan waterpass dan Rollmeter yang
ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
5. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan Theodolith dan
waterpass beserta petugas yang melayaninya untuk kepentingan
pemeriksaan Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan selama
pelaksanaan proyek.
6. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas
Segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil yang disetujui Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
7. Ukuran elevasi dari pekerjaan dapat dilihat pada gambar rencana.
Ukuran yang tidak jelas atau tidak tercantum dapat dikonsultasikan
dengan Konsultan Pengawas.
8. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak
memberitahukan kepada Penyedia Barang/Jasa dan merubah
ukuran berdasarkan persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran.
6
c. Pemasangan papan nama pekerjaan dilakukan pada saat
dimulainya pelaksanaan pekerjaan.
d. Bentuk papan nama pekerjaan, ukuran, isi dan warnanya
ditentukan kemudian, yang dikoordinasikan terlebih dahulu
dengan Direksi Lapangan.
e. Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban menjaga, memelihara dari
kerusakan atau hilangnya papan nama yang telah dipasang hingga
penyerahan pekerjaan ke II.
7
b) Spanduk K3
c) Poster K3
d) Papan Informasi K3
3). Alat Perlindungan Kerja dan Alat Perlindungan Diri:
a) Alat Perlindungan Kerja antara lain :
Tali Keselamatan (Life Line) – Sewa
Jaring Pengaman (Safety Net) – Sewa
Pagar Pengaman Proyek dari Seng Gelombang –
Sewa
b) Alat Perlindungan Diri antara lain :
Helm Pelindung (Safety Helmet)
Pelindung Mata (Goggles, Spectacles)
Tameng Muka (Face Shield) – Sewa
Sarung Tangan (Safety Gloves)
Rompi Keselamatan (Safety Vest)
Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes)
Penunjang Seluruh Tubuh (Safety Full Body
Harness) – Sewa
Masker
4). Asuransi dan Perijinan:
Asuransi BPJS Kesehatan
5). Personil K3 Konstruksi:
Ahli K3 Konstruksi
6). Konsultasi dengan Ahli Terkait Keselamatan Konstruksi:
Tenaga Ahli Struktur
Tenaga Ahli Arsitektur
7). Fasilitas, Sarana dan Prasarana Kesehatan:
Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban, Obat
Ringan)
8). Rambu – rambu yang diperlukan:
a) Rambu Petunjuk
b) Rambu Larangan
c) Rambu Peringatan
d) Rambu Kewajiban
e) Rambu Informasi
9). Kegiatan dan Peralatan Terkait Dengan Pengendalian
Risiko Keselamatan Konstruksi:
a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
b) Bendera K3
c. Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) yang tertuang
dalam Permen PUPRNo. 10 Tahun 2021, tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, serta peraturan
terkait lainnya.
8
pengendaliannya secara berkesinambungan sesuai dengan
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) yang telah disetujui.
2. Penyedia Jasa wajib melengkapi RKK dengan rencana penerapan
Keselamatan Konstruksi untuk seluruh tahapan pekerjaan.
3. Penyedia Jasa wajib mempresentasikan RKK pada rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk disahkan dan
ditandatangani oleh Wakil Pengguna Jasa sesuai ketentuan Permen
PUPR No. 10 Tahun 2021, tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi.
4. Penyedia Jasa bersama dengan Konsultan Pengawas Pekerjaan
melakukan inspeksi Keselamatan Konstruksi secara periodik dalam
laporan harian, mingguan dan/atau bulanan.
5. Penyedia Jasa segera melakukan tindakan perbaikan yang
diperlukan terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat
inspeksi Keselamatan Konstruksi. Hasil inspeksi Keselamatan
Konstruksi disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Konsultan
Pengawas Pekerjaan.
6. Penyedia Jasa harus melakukan tinjauan ulang terhadap RKK (pada
bagian yang memang perlu dilakukan kaji ulang) secara
berkesinambungan selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
berlangsung.
7. Apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan RKK yang telah
ditetapkan, Pejabat Pembuat Komitmen berhak memberi surat
peringatan secara bertahap kepada Penyedia Jasa, sesuai ketentuan
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021, tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi.
8. Apabila peringatan ke-2 (kedua) tidak ditindaklanjuti oleh
Penyedia Jasa, maka Pejabat Pembuat Komitmen berhak
menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai berisiko Keselamatan
Kerja.
9. Dalam kondisi Penyedia Jasa melakukan pekerjaan yang dapat
berakibat fatal, PPK dapat menghentikan pekerjaan sampai upaya
pengendalian telah dilakukan secara memadai.
10. Segala risiko kerugian akibat penghentian pekerjaan sebagaimana
di atas menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan bukan
merupakan Peristiwa Kompensasi.
11. Penyusunan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) dengan
resiko terbesar mengacu pada spesifikasi sebagai berikut :
9
Tertimpa material
Resiko
Tangan dan kaki
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Pendarahan pada
kepala
Luka pada mata
Gangguan pernafasan
Kematian
II Pekerjaan Bongkaran Jenis bahaya
1 Pengerokan permukaan cat tembok lama Tangan lecet
2 Pembongkaran Atap Kaki tertusuk paku
3 Beton Bertulang Kepala kejatuhan
4 Pembongkaran Dinding Bata benda
5 Pembongkaran Lantai Terkena alat kerja
6 Pembongkaran Plafond Terkena benda tajam
Terjatuh dari
ketinggian
Tertimpa material
Resiko
Tangan dan kaki
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Pendarahan pada
kepala
Luka pada mata
Gangguan pernafasan
Kematian
IIi Pekerjaan Tanah dan Pondasi Jenis bahaya
1 Galian Tanah Biasa Tangan lecet
2 Urugan Tanah Kembali Terkena alat kerja
3 Urugan Pasir Terkena benda tajam
4 Urugan Sirtu Tertimpa material
5 Pas. Pondasi batu belah 1 : 6 Resiko
Tangan dan kaki
berdarah
Patah tulang
Luka pada mata
Gangguan pernafasan
10
Resiko
Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
IV Pekerjaan Besi Jenis bahaya
1 Pekerjaan Balok Baja IWF Tangan lecet
2 Pekerjaan Kolom Baja IWF Kaki tertusuk paku
3 Pekerjaan Balok Baja Canal C Kepala kejatuhan
4 Pekerjaan Stifner benda
5 Pekerjaan Plat Plendes Terkena alat kerja
6 Pekerjaan HILTI (Chemical Anchor) Terkena benda tajam
7 Pasang Rangka Plafond Besi Hollow Terjatuh dari
8 Pasang Railling Tangga dan Selasar ketinggian
Tertimpa material
Resiko
Tangan dan kaki
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Pendarahan pada
kepala
Luka pada mata
Gangguan pernafasan
Kematian
V Pekerjaan Pasangan Jenis bahaya
1 Pasang Bata Merah Tangan lecet
2 Pekerjaan Plesteran Gangguan pernafasan
3 Pekerjaan Acian dan iritasi mata
4 Pekerjaan Sponengan akibat debu material
5 Pekerjaan Lantai Kerja Beton Terkena alat kerja
6 Pasang Homogenius Tile Terkena benda tajam
7 Pasang Homogenius Tile Dinding Tertimpa material
8 Pasang Plint Keramik Terjatuh
9 Pekerjaan Waterproofing Coating Semen Base Resiko
10 Pasang Roof Drain Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
VI Pekerjaan Kusen, Pintu, dan Jendela dan Atap Jenis bahaya
1 Pasang Pintu Tangan lecet
2 Pasang Jendela Gangguan pernafasan
3 Pasang Pintu Jendela dan iritasi mata
4 Pasang Partisi akibat debu material
5 Pasang Backdrop Terkena alat kerja
6 Pasang Interior Aula Terkena benda tajam
11
7 Pasang Pintu Lipat Tertimpa material
8 Pekerjaan Atap Tertimpa alat berat
9 Pasang Plafond Terjatuh
10 Pasang List Plafond Resiko
11 Pasang Listplank Anggota badan
12 Pekerjaan Talang berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
VII Pekerjaan Pengadaan Peralatan Plumbing Jenis bahaya
1 Pemasangan Kran Air Tembok Tangan lecet
2 Pemasangan Kran Air Wastafel Gangguan pernafasan
3 Pemasangan Floor Drain dan iritasi mata
4 Pasang Kloset Duduk akibat debu material
5 Pasang Jet Washer Terkena alat kerja
6 Pasang Wastafel termasuk aksesories Terkena benda tajam
7 Pasang Urinoir Tertimpa material
8 Memasang Toilet Cubicle tinggi standar 2m, Phenolic Terjatuh
Resiko
Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
VIII Pekerjaan Pengecatan Jenis bahaya
1 Pekerjaan Pengecatan Tembok baru Tangan lecet
2 Pekerjaan Pengecatan Tembok Lama Gangguan pernafasan
3 Pekerjaan Pengecatan Plafond dan iritasi mata
4 Pekerjaan Pengecatan Baja akibat debu material
Terkena alat kerja
Terkena benda tajam
Tertimpa material
Tertimpa alat berat
Terjatuh
Resiko
Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
IX Pekerjaan Listrik Jenis bahaya
1 Instalasi kabel Tangan lecet
2 Instalasi kabel grounding Gangguan pernafasan
3 Panel Penerangan dan iritasi mata
4 Panel AC akibat debu material
12
5 Instalasi titik lampu Terkena alat kerja
6 Instalasi titik Stop kontak Terkena benda tajam
7 Lampu RM T5 LED 2x14 watt Tertimpa material
8 Lampu Downlight Panel 11 watt Tertimpa alat berat
9 Lampu Downlight Panel LED 7 W Terjatuh
10 Lampu Surface Mounted LED 8 watt Kesetrum
11 Lampu Striplight Warm White 1 watt/m Resiko
12 Grid Switch 6 gang + Inbodus kaleng Anggota badan
13 Grid Switch 4 gang + Inbodus kaleng berdarah
14 Saklar Ganda Gegar otak
15 Saklar Tunggal Patah tulang
16 Saklar Silang/Hotel Gangguan pernafasan
17 Stop Kontak Dinding 200 W / 16 A Iritasi mata
18 Stop Kontak Lantai Pingsan
Kematian
X Pekerjaan Instalasi Air Bersih Jenis bahaya
1 Pompa Transfer Tangan lecet
2 Rooftank Gangguan pernafasan
3 Pipa PVC AW Ø1” dan iritasi mata
4 Pipa PVC AW Ø3/4” akibat debu material
Terkena alat kerja
Terkena benda tajam
Tertimpa material
Tertimpa alat berat
Terjatuh
Resiko
Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
XI Pekerjaan Instalasi Air Kotor, Air Bekas dan Air Jenis bahaya
Hujan Tangan lecet
1 Septictank Biofill Gangguan pernafasan
2 Pipa PVC AW Ø3” dan iritasi mata
3 Pipa PVC AW Ø4” akibat debu material
Terkena alat kerja
Terkena benda tajam
Tertimpa material
Tertimpa alat berat
Terjatuh
Resiko
Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
XII Pekerjaan Tata Udara Jenis bahaya
A Pekerjaan AC Tangan lecet
13
1 Outdoor Unit Multi-V 5 Pro ARUN220LLS5 Gangguan pernafasan
2 Outdoor Unit Multi-V 5 Pro ARUN340LLS5 dan iritasi mata
3 Indoor Unit Multi-V 5 Pro IU.2.1~10, 4- way ceiling akibat debu material
cassette - ARNU30GTBB4 + PT-AAGW0 Terkena alat kerja
4 Indoor Unit Multi-V 5 Pro IU.2.11, Wall Mounted Terkena benda tajam
ARNU15GSJN4 Tertimpa material
5 Indoor Unit Multi-V 5 Pro IU.1.6, Wall Mounted Tertimpa alat berat
ARNU15GSJN4 Terjatuh
6 Y-Branch, ARBLN01621 Kesetrum
7 Y-Branch, ARBLN03321 Resiko
8 Y-Branch, ARBLN07121 Anggota badan
9 Outdoor Pipe Connection, ARCNN21 berdarah
10 I Wireless Remocon, PWLSSB21C Gegar otak
11 Standard III Wired Remocon White, PREMTB100 Patah tulang
12 Pipa refrigerant Ø 1/4 Gangguan pernafasan
13 Pipa refrigerant Ø 3/8 Iritasi mata
14 Pipa refrigerant Ø 1/2 Pingsan
15 Pipa refrigerant Ø 5/8 Kematian
16 Pipa refrigerant Ø 3/4
17 Pipa refrigerant Ø 7/8
18 Pipa refrigerant Ø 1 3/8
19 Pipa PVC AW 3/4 inch
20 Pipa PVC AW 1 inch
21 Pipa PVC AW 1 inch
22 Kabel Shielded 2 x 1,5mm + conduit
23 Material Bantu ( mat. dynabolt, isolasi, klem, fitting,
lem, gas argon, dll )
24 Dudukan unit indoor
25 Dudukan unit outdoor
26 Pekerjaan Testing – Commissioning termasuk test
instalasi pipa, flushing dan start up
27 Penambahan freon
28 Pasang Exhaust Fan
XIII Pekerjaan Telepon Jenis bahaya
1 Kotak terminasi TB Tangan lecet
2 Outlet telepon Gangguan pernafasan
3 Telepon set dan iritasi mata
4 Instalasi telepon, kabel dalam pipa konduit uPVC HI akibat debu material
5 Ø 20 Terkena alat kerja
6 Testing & Commissioning peralatan dan instalasi Terkena benda tajam
Tertimpa material
Tertimpa alat berat
Terjatuh
Kesetrum
Resiko
Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
14
XIV Pekerjaan Penangkal Petir Elektrostatik Jenis bahaya
1 Pekerjaan Penangkal Petir Elektrostatik Eksternal, Tangan lecet
Terpasang dan Berfungsi Gangguan pernafasan
2 Penyambungan Instalasi kabel dari Surge Arrester di dan iritasi mata
PHB-TR ke kabel Penangkal Petir eksternal NYY akibat debu material
1x50 mm2 Terkena alat kerja
Terkena benda tajam
Tertimpa material
Tertimpa alat berat
Terjatuh
Kesetrum
Resiko
Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
XV Pekerjaan Instalasi Fire Alarm Jenis bahaya
1 MCFA ( Master Control Fire Alarm ) konvensional 10 Tangan lecet
Zone Gangguan pernafasan
2 Terminal Box (TB. FA) dan iritasi mata
3 Alarm Bell akibat debu material
4 Indicator Lamp Led Terkena alat kerja
5 Manual Call Point dilengkapi dengan Manual Break Terkena benda tajam
6 Glass Tertimpa material
7 Rate of Rise Heat Detector Tertimpa alat berat
8 Smoke Detector Terjatuh
9 End Of Line Kesetrum
10 Instalasi Fire Alarm lengkap dengan conduit hight Resiko
impact PVC Ø 20 mm Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
XVI Pekerjaan Sound System / Tata Suara Jenis bahaya
1 Mixer Amplifier dengan System Management 240 Tangan lecet
Watt Gangguan pernafasan
2 Microphone dan iritasi mata
3 Kabel NYMHY 2(1 x 1.5 mm²) di dalam conduit PVC akibat debu material
HI dia 20 mm Terkena alat kerja
4 Junction Box Tata Suara 20 x 30 x 12 cm lengkap Terkena benda tajam
dengan Connector (JB. SS - 1) Tertimpa material
5 Surface Mount Speaker NS-AW392 Tertimpa alat berat
6 Surface Mount Speaker VXS3F Terjatuh
7 Instalasi Speaker NYMHY 2 x 1,5 mm2 Kesetrum
Resiko
Anggota badan
15
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
XVII Pekerjaan CCTV Jenis bahaya
1 NVR DS-7732NI-I4/24P / POE 32 Channel termasuk Tangan lecet
mouse Gangguan pernafasan
2 24/7 SURVEILLANCE SSD 4TB dan iritasi mata
3 65" 24/7 LED 4K HDR X90K akibat debu material
4 19" Wallmount 6U-450mm Terkena alat kerja
5 UPS 2000 VA, 2U RACK MOUNT Terkena benda tajam
6 Hub 8 port,PoE (Box cctv) Tertimpa material
7 Instalasi CCTV, kabel utp cat 6 didalam pipa conduit Tertimpa alat berat
dia. 20 mm2 Terjatuh
8 Fixed dome Network Camera DS-2CD2142FWD-IW Kesetrum
9 19" Wallmount 4U-450mm Resiko
10 Testing & Commissioning peralatan dan instalasi Anggota badan
CCTV terpasang berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
XVIII Pekerjaan WIFI Jenis bahaya
1 Rak kabinet 8 U, pasangan dinding Tangan lecet
2 Pach panel Gangguan pernafasan
3 Switch hub 8 port dan iritasi mata
4 Outlet data akibat debu material
5 Wireless access point (WAP) supported PoE Terkena alat kerja
6 kotak kontak data RJ-45 Cat. 6 Terkena benda tajam
7 Testing & Commissioning peralatan dan instalasi Tertimpa material
WIFI terpasang Tertimpa alat berat
Terjatuh
Kesetrum
Resiko
Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
XIX Pekerjaan Kabel Ladder dan Kabel Tray Jenis bahaya
1 Kabel Ladder Uk. 600 x 100 mm (Shaft Elektrikal) Tangan lecet
2 Kabel Tray lebar 60 cm (600 x 100) (Elektrikal) Gangguan pernafasan
dan iritasi mata
akibat debu material
Terkena alat kerja
16
Terkena benda tajam
Tertimpa material
Tertimpa alat berat
Terjatuh
Kesetrum
Resiko
Anggota badan
berdarah
Gegar otak
Patah tulang
Gangguan pernafasan
Iritasi mata
Pingsan
Kematian
2. Papan Informasi K3
a. Papan informasi K3 berisi kinerja K3 dan informasi K3 lainnya.
b. Ukuran dan jumlah Papan Informasi K3 disesuaikan dengan
kebutuhan dan lokasi.
17
diperlukan, hingga lokasi proyek siap untuk pekerjaan
selanjutnya.
b. Sebelum Penyedia Jasa Konstruksi mulai melaksanakan
pekerjaannya, maka terlebih dahulu memberi pagar pengaman
pada sekeliling site pekerjaan yang akan dilakukan.
c. Pagar dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat bertahan/kuat
sampai pekerjaan selesai.
d. Pagar pengaman terbuat dari seng gelombang dan penguat kayu
tertancap kuat setinggi minimal 2 m.
18
10. Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes and Toe Cap)
a. Sepatu keselamatan harus sesuai standar ANSI Z.41 atau standar
SNI.
b. Sepatu untuk pekerjaan galian dan pengecoran dapat digunakan
sepatu karet biasa.
c. Sepatu untuk pekerjaan konstruksi lain harus menggunakan
sepatu dengan pelindung jari yang terbuat dari baja, dan anti
tergelincir.
d. Cek kondisi sepatu minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila
cacat atau rusak.
14. Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban, Alkohol, Kapas,
Obat – obatan ringan)
a. Kotak P3K terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa,
berwarna dasar putih dengan lambang P3K berwarna hijau.
b. Penempatan kotak P3K pada tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau, diberi tanda arah yang jelas, cukup cahaya serta
mudah diangkat apabila akan digunakan.
c. Kotak P3K berisikan minimal obat luka, perban, alcohol, kapas
dan obat – obatan ringan.
19
15. Rambu Petunjuk
a. Rambu Petunjuk berfungsi sebagai tanda informasi yang
menyediakan informasi petunjuk zona aman, jalan keluar saat
kondisi darurat, lokasi penyimpanan peralatan keselamatan, dan
peralatan P3K Serta, instruksi-instruksi umum yang
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Rambu Petunjuk berbentuk segi empat dengan warna latar
belakang hijau dan simbol berwarna putih.
20
b. Pengadaan APAR dilaksanakan pada awal pekerjaan fisik
konstruksi untuk antisipasi terjadinya kebakaran pada
pelaksanaan konstruksi dan pada akhir pelaksanaan fisik untuk
ditempatkan pada bangunan yang sudah jadi yang ditempatkan
dilantai 1 dan lantai 2.
21. Bendera K3
a. Bendera K3 dengan warna dasar putih dan berlambang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta logo “Utamakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
b. Lambang K3 berbentuk palang warna hijau dilingkari dengan
roda bergigi sebelas berwarna hijau.
c. Bentuk, ukuran dan tata cara pemasangan Bendera K3 sesuai
Ketentuan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. (disesuaikan dengan BOQ).
2. Persyaratan Administrasi
1) PERSYARATAN PENYEDIA JASA
a) Memiliki izin usaha sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, dalam hal ini adalah memiliki surat izin usaha
Kualifikasi Kecil.
b) Memiliki kompetensi yang ditunjukan dengan Sertifikat Badan
Usaha (SBU) yang masih berlaku, dengan
klasifikasi/subklasifikasi (bidang/subbidang) Jasa Pelaksana
Konstruksi Dekorasi Interior (PB004)
c) Memiliki kemampuan untuk menyediakan peralatan dengan
disertai bukti kepemilikan atau bukti sewa untuk melaksanakan
Pekerjaan ini, yaitu :
No Nama Alat KAPASITAS JUMLAH
1 Truck 2.5 ton 2
2 Pick Up 1 ton 2
3 Scafolding - 500 set
21
050) atau SKK
Gedung Level 4
Pelaksana
Lapangan
Pekerjaan Gedung
3. Persyaratan Teknis
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah “LANJUTAN REHABILITASI DAN
PEMBANGUNAN GEDUNG PROKLAMASI BBGP PROVINSI JAWA TIMUR” Tahun
Anggaran 2023.
b. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini berlokasi di Kompleks Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Jawa
Timur, Jl. Raya Arhanud, Desa Pendem, Junrejo, Kota Batu 65324.
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan.
d. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Dokumen pengadaan, Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan
serta mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
e. Pada akhir kerja Penyedia Jasa konstruksi diharuskan membersihkan area kegiatan
dari segala kotoran akibat kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa material
bangunan serta gundukan tanah, bekas galian dan lain sebagainya.
22
11. Semen Portland SNI 15-2049-2004
12. Baja Tulangan Beton SNI 2052 : 2017
13. Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995
14. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990
15. Cara Uji Slump Beton SNI 1972:2008
16. Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar SNI
2458:2008
17. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton di Lapangan SNI 03-
4810-1998
18. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium SNI
03-2493-1991
19. Spesifikasi Beton Siap Pakai SNI 03-4433-1997
20. Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan Beton SNI 03-6883-2002
21. Baut Kepala Segi Enam dengan Ulir Metrik Halus Kelas A dan B SNI 3067-
1992
22. Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canal Panas (BJP Siku Sama Kaki) SNI 07-
2054-2006
23. Baja Profil I Beam Proses Canal Panas (BJP I Beam) SNI 07-0329-2005
24. Spesifikasi Flensa Pipa Baja Untuk Penyediaan Air Bersih Ukuran (110-366)
mm SNI 07-6404-2000
25. Mutu dan Cara Uji Pipa Baja Lapis Seng SNI 07-0039-1987
26. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung SNI 03-
1729-2002
27. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729 : 2020
28. Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Alumunium – Seng (BJ.L AS) SNI
4096:2007
29. Cat Tembok Emulsi SNI 3564:2009
30. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-
1994
31. Tata Cara Pengecatan Genteng Keramik SNI 03-3433-2002
32. Spesifikasi Campuran Cat Siap Pakai berbahan Dasar Minyak SNI 06-4827-
1998
33. Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah Dan Gedung SNI 03-2407-1991
34. Tata cara Pengecatan Logam SNI 03-2408-1991
35. Kapur Untuk Bahan Bangunan SNI 03-6387-2000
36. Spesifikasi Ukuran Kusen Pintu Kayu, Kusen Jendela Kayu, Daun Pintu Kayu
dan Daun Pintu Jendela Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-
0675-1989
37. Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-2445-
1991
38. Ubin Dinding Keramik Berglasir SNI 03-0054-1996
39. Ubin Mosaik Keramik SNI 03-1331-2001
40. Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik SNI 03-0106-1987
41. Keramik Berglazur SNI 03-4062-1996
42. Ubin Granito SNI 03-4061-1996
43. Ubin Tegel Keramik SNI 03-2091-91
44. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) SNI 04-0225-2000
45. Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata Dan Plesteran SNI 03-
6862-2002
23
46. Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding SNI 15-2094-2000
47. Tata Cara Pengerjaan Pasangan Dan Plesteran Dinding PT-T-03-2000-C
48. Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing SNI 03-7065-2000
49. Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-2445-
1991
50. Dan lain-lain yang secara nyata termasuk didalam Dokumen / Gambar, RKS,
Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan / Aanwijzing dan
ketentuan – ketentuan lainnya
24
c Pekerjaan pembongkaran beton
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembongkaran beton bertulang meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas, disertai gambar shop drawing.
2). Lokasi yang akan dibongkar harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
3). Penempatan hasil pembongkaran beton tidak boleh mengganggu
pekerjaan lain.
4). Untuk hasil bongkaran beton bertulang yang akan digunakan untuk
pengurugan harus ditempatkan pada tempat yang tidak mengganggu
pekerjaan.
5). Pekerjaan bongkaran beton bertulang dengan menggunakan alat
berat diminimalisir gangguan terhadap lingkungan sekitar.
25
f Pekerjaan pembongkaran lantai
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembongkaran lantai meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja
dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing.
2). Lokasi yang akan dibongkar harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
3). Penempatan hasil pembongkaran lantai tidak boleh mengganggu
pekerjaan lain.
4). Untuk hasil bongkaran lantai yang akan digunakan untuk pengurugan
harus ditempatkan pada tempat yang tidak mengganggu pekerjaan.
5). Pekerjaan bongkaran lantai dengan menggunakan alat berat
diminimalisir gangguan terhadap lingkungan sekitar.
26
hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan atau Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2). Pasir yang digunakan harus memenuhi gradasi yang disyaratkan,
ketebalan harus sesuai dengan yang direncanakan, atau pasir setempat
yang telah memenuhi hasil pengujian material. Pasir harus bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah
kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Pasir yang digunakan menggunakan pasir urug.
4). Urug pasir harus dipadatkan menggunakan stamper secara bertahap
(setiap 30 cm).
3.4.2. Standar :
27
a. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002
b. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
c. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
d. SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)
3.4.4. Material
Batu belah, pasir, semen dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
3.5.2. Standar :
a. SNI 03-6862-2002 (Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata Dan
Plesteran). Atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
b. SNI 15-2094-2000 (Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding)
c. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
d. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
e. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam).
28
f. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
g. SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)
3.5.4. Material
Bata merah, spesi dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
3.5.5. Pelaksanaan
1). Pasang Bata merah diatas adukan spesi, cek kerataan pada tiap sisi Bata
merah yang telah dipasang dapat dengan menggunakan waterpass ataupun
tarikan benang.
2). Rekatkan Bata merah dengan perekat spesi semen menggunakan alat
bantu trowel/roskam yang disesuaikan dengan ketebalan Bata merah yang
29
dipasang, pastikan seluruh permukaan Bata merah yang dihampar spesi
semen tertutup adukan.
3). Rekatkan Bata merah menggunakan palu karet dengan menjaga ketebalan
tetap sekitar 3 mm.
4). Bersihkan kelebihan spesi semen dengan menggunakan kape, kelebihan
tersebut dapat juga dipergunakan untuk menambal Bata merah yang
gompal.
5). Pasang angkur dengan diameter minimal 8 mm pada setiap pasangan Bata
merah 3 susun jika berhimpit dengan kolom struktur.
6). Gunakan adukan spesi semen untuk pada setiap sisi Bata merah yang
menempel pada balok dan kolom struktur.
7). Untuk kerataan permukaan Bata merah dapat menggunakan papan amplas
ataupun pecahan Bata merah yang tidak terpakai.
8). Untuk pemotongan Bata merah dapat menggunakan gergaji Beton merah
atau gergaji pemotong elektrik (circular saw).
9). Pembuatan alur pipa dapat menggunakan circular saw untuk menandai
lubang yang diinginkan, pemotongan dapat menggunakan pahat untuk
bagian yang akan dilubangi. Gunakan hand router jika diperlukan untuk
merapikan lubang yang telah dibentuk
3.6.2. Standar :
a. SNI 03-6862-2002 (Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata
Dan Plesteran).
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding).
c. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
d. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam).
e. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
f. SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)
3.6.3. Material
Semen, dan pasir dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
3.6.4. Pelaksanaan
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran dan acian
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan
Manajemen Konstruksi, di sertai gambar shop drawing.
2). Sebelum memulai pekerjaan, pekerjaan pipa-pipa dan conduit mekanikal
dan elektrikal harus sudah selesai.
30
3). Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat tertanam
sehingga tidak menimbulkan retak pada plesteran yg sudah jadi.
4). Campuran/bahan dibuat menggunakan mixer selama 3 menit dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Masukkan bahan kering semen ke dalam bak adukan dan tuang air
sebanyak 9 – 9.5 liter untuk setiap zak semen (50kg).
b) Aduk campuran hingga rata dan memperoleh konsistensi yang sesuai
untuk pelaksanaan pasangan bata.
c) Kelembaban plasteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar/tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plasteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah
penguapan air secara cepat.
d) Plasteran harus mendapatkan curing minimal 1x sehari selama 3 hari.
e) Plesteran harus sudah berumur 3 hari sebelum di-aci.
f) Acian harus rata/tdk bergelombang dengan ketebalan acian 2 mm atau
maksimal 3 mm.
g) Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plasteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dengan biaya
atas tanggungan penyedia Jasa konstruksi.
3.7.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton di
Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk benda uji silinder
beton)
31
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder yang
dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
3.7.3. Material
Semen, agregat kasar, agregat halus pasir, besi beton, air, dan admixture /
bahan tambah dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
32
Beton
Air laut 0.45 360
Bertulang
2. Laboratorium Penguji
a. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan
suatu laboratorium penguji untuk melaksanakan pengujian material
yang akan digunakan pada proyek ini. Laboratorium ini bertanggung
jawab untuk melakukan semua pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
b. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan
penguji di lapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga akhli
yang menguasai bidangnya.
1) Alat penguji agregat kasar dan agregat halus.
2) Alat pengukur kadar air (moisture content) dari agregat.
3) Alat pengukur kelecakan beton (slump)
4) Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpan untuk merawat
benda uji pada temperatur yang normal dan terhindar dari
sengatan matahari.
c. Jika menggunakan beton readymix, maka peralatan yang disebut (a)
dan (b) di atas harus disiapkan di pabrik beton readymix
3. Pengujian Agregat
a. Pengujian Pendahuluan Agregat
33
1) Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat
sebagai berikut :
a) Sieve Analysis
b) Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain
c) Pengujian unsur organis
d) Pengujian kadar chlorida dan sulfat
2) Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
3) Pengujian a) dan b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis
agregat harus dilakukan terhadap setiap contoh untuk setiap trial
mix.
4. Pengujian Beton
Pengujian mutu beton harus mengacu pada SNI 1974:2011 tentang Cara
Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder.
a. Benda uji beton
1) Benda uji harus berbentuk Silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm.
2) Benda uji harus diberi kode/tanda yang menunjukkan tanggal
pengecoran, lokasi pengecoran dari bagian struktur yang
bersangkutan.
3) Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan
beton readymix, maka benda uji harus diambil sebelum beton
dituang ke lokasi pengecoran, sesuai dengan yang disyaratkan oleh
Konsultan Pengawas.
34
2) Apabila dalam 1 kali pengecoran kurang dari 60 m3 maka jumlah
benda uji tetap 5 pasang (10 benda uji) atau jumlahnya sesuai
persetujuan dari Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
3) Benda uji tersebut ditentukan secara acak oleh Konsultan
Pengawas dan harus dirawat sesuai dengan persyaratan. Uji Lab
dilaksanakan di Laboratorium Independen yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
4) Satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan
dua spesimen ini yang diuji pada umur beton yang ditentukan, yaitu
umur 7 hari dan 28 hari.
5) Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka Konsultan Pengawas
dapat meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di
atas, dengan beban biaya ditanggung oleh Kontraktor.
fc fcr
2
S
N 1
Kuat tekan rata-rata - f’cr Target f’cr yang digunakan sebagai dasar
dalam menentukan proporsi campuran beton harus diambil sebagai
nilai yang terbesar dari formula berikut ini :
f’cr = fc’ + 1.64 S
atau
f’cr = fc’ + 2.64 S – 40 kg/cm2.
35
1) Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing
terdiri dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ + 0.82 S).
2) Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji)
mempunyai nilai dibawah 0.85 fc’.
c. Cara uji slump sebagai berikut; Cara uji slump sebagai berikut;
1) Beton diambil sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton
(bekisting).
2) Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan
yang rata.
3) Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
4) Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi beton
diameter 16 mm, panjang 30 cm dengan ujung yang bulat.
5) Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan
berikutnya.
6) Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus
masuk sampai dengan satu lapisan di bawahnya.
7) Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penurunannya.
36
a. Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan,
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
b. Laporan harus diberikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3
hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.
c. Hal hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam antara semua
pihak yang berkepentingan.
d. Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus dicatat secara baik dan
jelas, sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data tersebut
dibutuhkan untuk pemeriksaan.
4. Siar Pelaksanaan
a. Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar
kerjanya.
b. Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar
perlemahan struktur dapat dikurangi.
c. Siar pelaksanaan tidak diizinkan untuk melalui daerah yang
diperkirakan sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
37
d. Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi siar pelaksanaan harus terletak
pada daerah di mana gaya geser adalah minimal, umumnya terletak
pada sepertiga bentang tengah dari panjang efektif elemen struktur.
e. Pada pengecoran beton yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar
pelaksanaan harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak
menyebabkan perbedaan temperatur yang besar pada beton tersebut,
yang dapat berakibat retaknya beton, disamping adanya tegangan
residu yang tidak diinginkan.
f. Siar pelaksanaan dapat dibuat secara horisontal, dan pengecoran dapat
dibagi menjadi berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan tersebut harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
g. Kontraktor sudah harus mempertimbangkan di dalam penawarannya,
segala hal yang berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti
waterstop, perekat beton, dowel dsb., maupun pembersih permukaan
beton agar dapat dijamin lekatan antara beton lama dan baru.
h. Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan bekas beton
yang tidak melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan,
harus dikasarkan sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi
terlihat, tetapi tetap melekat dengan baik.
38
6. Pemadatan Beton
a. Alat Pemadat Beton
1) Beton yang baru dicor harus segera dipadatkan dengan alat
pemadat (vibrator) dengan tipe yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
2) Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi udara pada
beton yang akan mengurangi kualitas beton.
3) Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan (workability)
beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat,
sehingga slump yang rendah biasanya merupakan masalah.
4) Untuk itu harus disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai,
sesuai dengan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
Minimal harus dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan
dipakai, jika ada vibrator yang rusak pada saat pemadatan sedang
berlangsung.
5) Alat pemadat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyentuh besi beton.
c. Pemadatan Kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih
plastis, maka beton tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan
rekomendasi Konsultan Pengawas agar retak tersebut dapat
dihilangkan.
8. Perawatan Beton
a. Tujuan Perawatan
39
Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi
kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi, dan mencegah
penguapan air dari beton pada umur beton awal, dan juga mencegah
perbedaan temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan
terjadinya keretakan dan penurunan kualitas beton. Perawatan beton
harus dilakukan begitu pekerjaan pemadatan beton selesai dilakukan.
Untuk itu harus dilakukan perawatan beton sedemikian sehingga tidak
terjadi penguapan yang cepat terutama pada permukaan beton yang
baru dipadatkan.
b. Lama Perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus
dibasahi dengan air bersih selama minimal 7 hari segera setelah
pengecoran selesai. Untuk elemen vertikal seperti kolom dan dinding
beton, maka beton tersebut harus diselimuti dengan karung yang
dibasahi terus menerus selama 7 hari.
d. Acuan Metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang
sejenis, harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan.
Acuan tersebut harus dihindari dari terik matahari langsung, karena
sifatnya yang mudah menyerap dan mengantarkan panas. Perlakuan
yang kurang baik akan menyebabkan retak-retak yang parah pada
permukaan beton.
e. Curing Compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan
curing compound. Jenis dan tipe curing compound yang akan
digunakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Harus
diperhatikan agar tidak terjadi penurunan temperatur yang cepat pada
permukaan beton sehingga dapat menyebabkan keretakan pada
permukaan beton.
40
2) Kontraktor wajib menyediakan alat pengukur temperatur yang
akan diletakkan pada dasar beton, di dalam beton dan di
permukaan beton dengan jarak vertikal antara alat ditetapkan
maksimal 50 cm.
3) Sedangkan jarak horisontal antara titik satu dengan lainnya
maksimal 10 meter.
4) Lokasi alat pengukur dan metode pengukuran suhu tersebut harus
diusulkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Perbedaan Temperatur
Umumnya permukaan beton tidak harus didinginkan secara mendadak,
yang terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar
(> 20° C) antara permukaan dan inti beton, dan beton harus
dihindarkan dari sinar matahari langsung ataupun tiupan angin.
c. Material Bantu
Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang
mungkin dapat dicampur ke dalam beton maupun yang akan digunakan
pada saat perawatan beton untuk mencegah terjadinya penguapan
yang terlalu cepat.
d. Lebar Retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan. Dan lebar
retak yang diizinkan maksimal sebesar 0.004 kali tebal selimut beton.
41
6) Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan
membuat siar pelaksanaan secara horisontal pada beton yang
tebal, sehingga tebal satu lapis pengecoran menjadi kurang lebih 1
meter, dan perbedaan temperatur dapat dikontrol.
7) Jika mungkin, diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari
dimana temperatur lapangan sudah lebih rendah dibandingkan
pada siang hari.
8) Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada seluruh
permukaan beton yang terbuka untuk mencegah tiupan angin dan
menjaga agar temperatur tidak terlalu berbeda pada seluruh
penampang beton.
9) Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai, dan
harus diteruskan sampai sistem isolasi terpasang seluruhnya.
10) Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari
sinar matahari dan angin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat
dinding pada sekeliling daerah pengecoran dengan plastik atau
material sejenis, demikian juga pada bagian atasnya.
42
b. Penyimpanan
Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu
secara baik sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan
harus cukup terlindung sehingga kemungkinan karat dapat
dihindarkan.
d. Bebas Karat
Pemasangan dan penyetelan berdasarkan elevasi yang sesuai dengan
gambar dan harus sudah diperhitungkan toleransi penurunannya.
Sebelum besi beton dipasang, permukaan besi beton harus bebas dari
karat, minyak dan lain-lain yang dapat mengurangi lekatan besi beton.
e. Selimut Beton
Besi beton harus dilindungi oleh selimut beton yang sesuai dengan
gambar standar ditail. Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan
utama tarik/tekan penampang beton harus dipasang sejauh mungkin
dari garis tengah penampang, sehingga pemakaian selimut beton yang
melebihi ketentuan-ketentuan tersebut di atas harus mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
f. Penjangkaran
Pemasangan rangkaian besi beton yaitu kait-kait, panjang
penjangkaran, penyaluran, letak sambungan dan lain-lain harus sesuai
dengan gambar standar yang terdapat dalam gambar rencana. Apabila
ada keraguan tentang ini maka Kontraktor harus meminta klarifikasi
kepada Konsultan Pengawas.
43
dimasukkan ke dalam penampang beton, sehingga tidak menonjol pada
permukaan beton.
h. Sengkang – sengkang
Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan
rencana, maka sengkang harus diikat pada tulangan utama dan
jaraknya harus sesuai dengan gambar. Akhiran/ kait sengkang harus
dibuat seperti yang disyaratkan di dalam gambar standar agar
sengkang dapat bekerja seperti yang diinginkan. Demikian juga untuk
besi pengikat yang digunakan untuk pengikat tulangan utama.
i. Beton Tahu
Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada
tulangan, dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan
beton yang akan dicor. Jarak antara beton tahu ditentukan maksimal
100 cm.
j. Penggantian Besi
1) Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
2) Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka Kontraktor harus dapat
menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang
tertera dalam gambar.
3) Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat
dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat
dengan catatan :
a) Harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
b) Jumlah besi per satuan panjang atau jumlah besi ditempat
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar
(dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Khusus
untuk balok portal, jumlah luas penampang besi pada tumpuan
juga tidak boleh lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
c) Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlap yang
dapat menyulitkan pengecoran.
d) Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu
pelaksanaan.
Toleransi terhadap
Dimensi Elemen Struktur Toleransi selimut
B,
(mm) beton (mm)
(mm)
B ≤ 200 9.0 5.0
44
B ≥ 200 12.0 9.0
Dimana B adalah dimensi elemen struktur baik untuk lebar maupun tinggi.
Pelaksanaan yang tidak memenuhi toleransi tersebut akan dievaluasi oleh
Konsultan Pengawas, untuk selanjutnya diputuskan. Semua akibat
kesalahan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
45
layak untuk digunakan. Acuan merupakan suatu bagian pekerjaan
struktur yang berguna untuk membentuk struktur beton agar sesuai
dengan gambar rencana.
b. Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam spesifikasi
ini. Kontraktor dapat mengusulkan alternatif acuan dengan catatan
bahwa harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Di dalam
penawarannya, Kontraktor wajib menawarkan sesuai dengan yang
ditentukan di dalam spesifikasi.
c. Semua bagian acuan yang sudah selesai digunakan harus dibongkar dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Tidak dibenarkan adanya bagian
acuan yang tertanam di dalam struktur beton.
d. Pada struktur beton kedap air, cara pemasangan acuan dan bukaan
pada acuan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bukaan tersebut
harus dapat ditutup dengan sempurna, sehingga bebas dari kebocoran.
Semua pengikat acuan (ties) harus dilengkapi dengan material tertentu
seperti water baffles sehingga pada saat dicor akan menyatu dengan
struktur beton.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan
seperti release agent, pengangkutan dan pelaksanaan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan acuan sebagai cetakan beton sesuai
dengan gambar-gambar konstruksi dan gambar-gambar disiplin lain
yang berhubungan seperti diuraikan dalam uraian dan syarat-syarat
pelaksanaan, secara aman dan benar.
3. Persyaratan Bahan
a. Acuan dan Penyangga
1) Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk beton, baja,
pasangan bata yang diplester, kayu atau material lain yang dapat
dipertanggung jawabkan kualitasnya.
2) Penggunaan acuan siap pakai produksi pabrik tertentu diizinkan
untuk dipergunakan, selama dapat disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
3) Acuan yang terbuat dari multipleks dengan tebal minimal 12 mm.
4) Pengaku harus dibuat dengan benar agar tidak terjadi perubahan
bentuk/ ukuran dari elemen beton yang dibuat.
5) Penyanggah yang terbuat dari baja lebih disukai, walau
penggunaan material penyanggah dari kayu dapat diterima.
6) Bahan dan ukuran kayu yang digunakan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
46
7) Untuk pekerjaan beton yang langsung berhubungan dengan tanah,
maka sebagai lantai kerja harus dibuat dari beton mutu fc’ 7.4 MPa.
8) Sebagai acuan samping dari beton tersebut dapat menggunakan
pasangan batu kali, batu bata atau material lain yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
b. Release Agents
1) Release agent harus merupakan material yang memenuhi
ketentuan berikut ini :
a) Cream Emulsion
b) Neat oil dengan ditambahkan surfactant
c) Release agent kimiawi yang tidak merusak beton
2) Release agent harus disimpan dan digunakan sesuai dengan
ketentuan pabrik pembuatnya.
3) Kontraktor harus memastikan bahwa release agent yang digunakan
cocok dengan bahan finish yang akan digunakan. Dan jika
permukaan beton merupakan finishing atau umum disebut beton
exposed maka Kontraktor harus memastikan bahwa permukaan
beton yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan Konsultan
Pengawas.
4) Kontraktor harus memastikan bahwa release agent tersebut tidak
akan bersentuhan langsung dengan besi beton.
b. Dimensi Acuan
1) Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar struktur
adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk
plester/finishing.
2) Tambahan elemen tertentu seperti bentuk/ profil khusus yang
tercantum di dalam gambar arsitektur juga harus diperhitungkan
baik sebagai beban maupun dalam analisa biaya.
c. Gambar Kerja
1) Kontraktor harus membuat gambar kerja khusus acuan
berdasarkan analisa yang dilakukannya.
47
2) Gambar kerja tersebut harus lengkap disertai ukuran dan ditail-
ditail sambungan yang benar dan selanjutnya diserahkan kepada
Konsultan Pengawas untuk persetujuannya.
3) Tanpa persetujuan tersebut Kontraktor tidak diperkenankan untuk
memulai pembuatan acuan di lapangan.
d. Tanggung Jawab
1) Walaupun sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas, tanggung
jawab sepenuhnya atas kekuatan, kekakuan dan stabilitas acuan
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kontraktor.
2) Jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan perkiraan ataupun
kekeliruan yang mengakibatkan timbulnya biaya tambah, maka
semua biaya tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3) Acuan harus dibuat sesuai dengan yang dibuat di dalam gambar
kerja. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja harus
segera dibongkar.
e. Stabilitas Acuan
1) Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga
kemungkinan bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan
dapat dihindari.
2) Konsultan Pengawas berhak untuk meminta Kontraktor untuk
memperbaiki acuan yang dianggap tidak/ kurang sempurna
dengan beban biaya Kontraktor.
g. Detail Acuan
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton
yang bersangkutan.
h. Jumlah Pemakaian
1) Acuan untuk beton non ekspose hanya diperbolehkan dipakai
maksimum 3 (tiga) kali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas.
2) Acuan yang akan digunakan berulang harus dipersiapkan
sedemikian rupa sehingga dapat dijamin permukaan acuan tetap
rapih dan bersih.
i. Akurasi
1) Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran
kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-
gambar konstruksi.
48
2) Toleransi ukuran dan posisi harus sesuai dengan yang tercantum
di dalam spesifikasi ini.
n. Scaffolding
Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan steger
besi (scaffolding). Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan
diatur agar mudah diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
49
sebelum pengecoran Kontraktor harus mengajukan permohonan
tertulis untuk izin pengecoran kepada Konsultan Pengawas.
50
lain disekitarnya, dan pemindahan acuan harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan akibat benturan pada saat
pemindahan. Perbaikan yang rusak akibat kelalaian Kontraktor
menjadi tanggungan Kontraktor.
h. Apabila setelah acuan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton
yang keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan
konstruksi tersebut, maka Kontraktor harus segera memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas, untuk meminta persetujuan tertulis
mengenai cara perbaikan, pengisian atau pembongkarannya.
Kontraktor tidak diperbolehkan menutup/mengisi bagian beton yang
keropos tanpa persetujuan tertulis Konsultan Pengawas. Semua resiko
yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya
perbaikan, pembongkaran, pengisian atau penutupan bagian tersebut,
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
i. Seluruh bahan-bahan bekas acuan yang tidak terpakai harus
dibersihkan dari lokasi proyek dan dibuang pada tempat yang telah
ditentukan oleh Konsultan Pengawas sehingga tidak mengganggu
kelancaran pekerjaan.
51
6). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
3.8.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton di
Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk benda uji silinder beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder yang
dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
3.8.3. Material
Semen, agregat kasar, agregat halus dan pasir dengan spesifikasi sesuai dengan
sub bab material.
52
Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing
untuk pengecekan.
2. Syarat-syarat umum Pekerjaan Beton Bertulang dapat dilihat pada subbab
“PEKERJAAN BETON BERTULANG” pada spesisikasi ini.
3. Campuran beton dengan kuat tekan f’c = 7,4 MPa
4. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
5. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
6. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton
yang homogen.
7. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah
dari campuran.
8. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.
3.9.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan
Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton
di Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk benda uji silinder
beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
53
q. SNI 1974 : 2011 (Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder
yang dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
Begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang
akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan
atau Konsultan Pengawas.
2). Bahan begisiting menggunakan papan bekisting, dengan
penggunaan mengunakan sistem dua kali pakai, sisi-sisinya siku .
3). Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat
diperiksa sesuai dengan shop drawing.
4). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape
atau sejenisnya.
5). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan
lot dan tarikan benang.
6). Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
7). Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum
4% dari luas penampang kolom.
54
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor
beton Beton Sloof dan Kolom meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai, untuk mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas.
2). Syarat-syarat umum Pekerjaan Beton Bertulang dapat dilihat pada
subbab “PEKERJAAN BETON BERTULANG” pada spesifikasi ini.
3). Beton sloof praktis dan kolom praktis menggunakan beton dengan
Kuat desak beton : 14,5 Mpa dengan Site Mix
4). Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas sebelum melakukan pengecoran.
5). Sebelum pengecoran, Begisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
6). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose)
dan mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada
cetakan dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan
dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
7). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
8). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah
posisi selama pengecoran.
9). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan
telah disiapkan cadangannya.
10). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
11). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk
mendapatkan beton yang homogen. Adukan diangkut ke tempat
penuangan sebelum semen mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar
tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari campuran.
12). Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan begisting
harus selalu periksa selama pengecoran.
13). Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5m.
14). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
15). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
16). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan
contoh beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar
dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai.
55
Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari mesin aduk, dilakukan sebanyak 3 kali
atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam
pengaduk. Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7,
14, dan 28 hari.
17). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan
dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam
selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal,
tengah dan akhir). Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi
7, 14, dan 28 hari.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.
56
Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk
uji workability dan cetakan silinder beton/kubus beton sebanyak 10 unit
Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga dimasukkan dalam
dokumen teknis usulan penawaran.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di
dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
(SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Sloof dan Kolom Praktis 14,5 Mpa
3.10.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan
Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton
di Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk benda uji silinder
beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder
yang dicetak).
57
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang
akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan
atau Konsultan Pengawas.
2). Bahan begesting menggunakan papan bekisting, sistem penggunaan
dua kali pakai.
3). Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat
diperiksa sesuai dengan shop drawing.
4). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape
atau sejenisnya.
5). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan
lot dan tarikan benang.
6). Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
7). Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum
4% dari luas penampang kolom.
58
c. Pelaksanaan Cor Beton
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor
beton balok dan plat meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga
kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai, untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
2). Syarat-syarat umum Pekerjaan Beton Bertulang dapat dilihat pada
subbab “PEKERJAAN BETON BERTULANG” pada spesifikasi ini.
3). Beton yang digunakan untuk balok struktur adalah beton dengan
Campuran beton dengan Kuat desak beton : 21,7 Mpa dengan
Ready Mix untuk Pelat Lantai dan Pelat Landasan Rooftank dan
Kuat desak beton : 14,5 Mpa dengan Site Mix untuk Ring Balok
15/20, Balok latai 15/15, Pelat Dak Tritisan dan Pelat Topi –
Topi.
4). Sebelum pengecoran, begisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
5). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose)
dan mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada
cetakan dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan
dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
6). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
7). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah
posisi selama pengecoran.
8). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan
telah disiapkan cadangannya.
9). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
10). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk
mendapatkan beton yang homogen. Adukan diangkut ke tempat
penuangan sebelum semen mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar
tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari campuran.
11). Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan begisting
harus selalu periksa selama pengecoran.
12). Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5 m.
13). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
14). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
59
15). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan
contoh beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar
dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai.
Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari mesin aduk, dilakukan sebanyak 3 kali
atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam
pengaduk. Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7,
14, dan 28 hari.
16). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan
dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam
selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal,
tengah dan akhir). Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi
7, 14, dan 28 hari.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.
60
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat
pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut :
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di
dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
(SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Pelat Lantai dan Pelat 21,7 Mpa
Landasan Rooftank
Ring Balok 15/20, Balok 14,5 Mpa
Latai 15/15, Pelat Dak
Tritisan, Pelat Topi – topi
3.11.2. Standarisasi
a. SNI 03-6861,3-2002 (Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi)
b. SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur
c. BS 5368 (Part 1) – Air Inflitration
d. BS 5368 (Part 2) – Water Inflitration
e. BS 5368 (Part 3) – Structural Performance
f. ASTM B221M-91 – Specification for Alumunium-Alloy Extruded Bars,
Rods, Wire Shapes and Tubes
g. ASTM E-283 – Metode Pengujian Kebocoran Udara untuk Jendela dan
Curtain Wall
h. ASTM E-330 – Metode Pengujian Struktural untuk Jendela dan
CurtainWall
i. ASTM E-331 – Metode Pengujian Kebocoran Air untuk Jendela dan
CurtainWall
j. AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium
k. JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi
l. JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium
3.11.3. Material
61
Material kusen, ram, aksesories pintu dan jendela dengan spesifikasi sesuai
dengan sub bab material.
62
peralatan yang akan dipasang (seperti kunci, engsel dan lain lain) maupun
ukuran komponen yang ditentukan di dalam gambar rencana.
c. Hasil fabrikasi harus berupa komponen yang berbentuk dan berukuran
tepat serta sesuai untuk dipasang pada tempat kedudukannya, dengan
toleransi setelah, diadakan penyesuaian dengan keadaan lapangan adalah
sebagai berikut:
1) Untuk tinggi dan lebar maksimal 1 mm.
2) Untuk diagonal maksimum 2 mm
63
n. Seluruh bagian aluminium harus datang di lokasi dilengkapi dengan
pelindung/lapisan plastik yang melekat disetiap batang alumunium dan
baru boleh dibuka setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
o. Pemasangan kusen dan daun pintu/ jendela alumunium pada dinding
harus dalam kondisi plastik pelindung tetap melekat pada setiap batang
alumunium, dan baru boleh dibuka setelah semua pekerjaan finishing
dinding selesai seluruhnya, dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
p. Pemotongan aluminium mengunakan mesin potong, mesin punch, drill,
sedemikian rupa sehingga memperoleh hasil yang sudah dirangkai
q. Untuk pekerjaan Pintu Engineering Door meliputi pembuatan daun pintu
double plywood lapisan laminated PVC sheet seperti yang
dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.
3.12.2. Standarisasi
a. SNI 03-0054-1996 (Ubin Dinding Keramik Berglasir)
b. SNI 03-1331-2001 (Ubin Mosaik Keramik)
c. SNI 03-0106-1987 (Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik)
d. SNI 03-4062-1996 (Keramik Berglazur)
e. SNI 03-4061-1996 (Ubin Granito)
f. SNI 03-2091-91 (Ubin Tegel Keramik)
3.12.3. Material
Material lantai dan pelapis dinding dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.
64
garis sejajar dan lurus yang sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-
siar yang berpotongan harus membentuk sudut sikut yang saling
berpotongan tegak lurus sesamanya..
h. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan
seperti yang telah diisyaratkan di atas. Pengisian siar ( Cor Nat ) harus
menuggu hingga spasi kering.
i. Pemotongan unit-unit Homogenious tiles, Parquet dan Keramik harus
menggunakan alat pemotong khusus sesuai persyaratan dari pabrik.
j. Penutup lantai yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala
macam noda pada permukaan penutup lantai, hingga betul-betul bersih.
k. Penutup lantai yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban
selama 2 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari
pekerjaan lain.
l. Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada
lubang dan celah celah yang terjadi pada permukaan lantai, harus ditutup
dengan adukan semen pasir (tasram) sampai rata terhadap permukaan
sekelilingnya.
3.12.5. Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Homogenious Tile,
dan Keramik meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas disertai
gambar shop drawing.
b. Homogenious Tile, Parquet dan Keramik yang masuk ke tapak harus
diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna yang telah
ditentukan. Dus Homogenious Tile, Parquet dan Keramik harus dalam
keadaan tersegel dengan spesifikasi yang ditentukan. Warna, ukuran,
tekstur, dan bentuk harus seragam. Homogenious Tile, Parquet dan
Keramik yang tidak sesuai dengan spesifikasi tidak boleh dipasang.
c. Pemasangan Homogenious Tile, Parquet dan Keramik boleh dilakukan
bila Instalasi M&E pada lantai sudah selesai.
d. Untuk Homogenious Tile, dan keramik harus direndam air hingga jenuh
air terlebih dahulu sebelum dipasang, untuk Homogenious Tile, Parquet
dan keramik jenis addesive, Homogenious Tile, Parquet dan keramik
tersebut tidak boleh direndam air.
e. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai, karenanya screeding
dasar harus diatur hingga memungkinkan pada Homogenious Tile,
Parquet dan Keramik dengan ketebalan yang berbeda permukaan
finishnya terpasang rata.
f. Header/kepalaan Homogenious Tile, Parquet dan Keramik harus dibuat
pada dua arah dengan bantuan teodolit
g. Adukan semen untuk screeding dibuat dengan pebandingan 1 pc : 3 pasir.
Adukan perekat dengan perbandingan 4,5 kg adesive dengan 1 liter air.
h. Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyai kemiringan.
65
i. Kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area
toilet. Sedangkan untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada
jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa
meninggalkan genangan.
j. Pemotongan Homogenious Tile, Parquet dan Keramik harus
menggunakan alat yang sesuai agar menghasilkan hasil potongan yang
rata, tidak bergerigi.
k. Homogenious Tile, Parquet dan Keramik harus dilindungi dari
pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan dengan menempatkan
rambu atau tanda.
l. Pasangan Homogenious Tile, Parquet dan Keramik harus diperiksa jarak
dan kelurusan nat-nya, tidak kosong aciannya, tidak retak dan gores, beda
tinggi Homogenious Tile (plint) dan plint keramik maksimal 1 mm.
m. Homogenious Tile, Parquet dan Keramik boleh di-grouting atau kolot
setelah berumur 24 jam. Warna grouting harus seragam, halus dan tanpa
celah, bila perlu gunakan alat bantu untuk meratakan grouting. Tepi
dinding diberi sealant atau dibiarkan saja tanpa grouting untuk ruang
muai-susut.
n. Pemasangan Homogenious Tile dan Keramik Dinding di bagian dalam
(Internal)
1) Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar Homogenious Tile dan
keramik harus dibasahi. Pakai benang untuk menentukan lay out
Homogenious Tile dan keramik, yang telah ditentukan dan pasang
sebaris Homogenious Tile dan keramik guna jadi patokan untuk
pemasangan selanjutnya.
2) Kecuali ditentukan lain, pemasangan Homogenious Tile dan keramik
dinding harus dimulai dari bawah dan dilanjutkan ke bagian atas.
3) Pada pemasangan tile, tempelkan di bagian belakang tile adukan dan
ratakan, kemudian Homogenious Tile dan keramik dinding yang telah
diberi adukan ini ditekankan ke plesteran dasar. Kemudian
permukaan Homogenious Tile dan keramik dinding dipukul
perlahan-lahan hingga mortar perekat menutupi penuh bagian
belakang Homogenious Tile dan keramik dinding dan sebagian
adukan tertekan keluar dari tepi keramik.
4) Jika tile sudah terpasang, mortar yang berada di naad (joint) harus
dibuang / dikeluarkan dengan sikat atau cara lain yang tidak
merusakkan permukaan tile. Mortar yang mengotori permukaan tile
harus dibuang dengan kain lap basah
5) Pemasangan tile grant (pengisian naad) harus sesuai dengan
ketentuan pabrik.
66
3.13.2. Material
Material Plafond, rangka plafond dan list plafond dengan spesifikasi sesuai
dengan sub bab material.
3.14.2. Material
Material rangka baja dan ukurannya dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.
67
3.14.3. Pekerjaan Pengelasan
1. Elektroda-elektroda harus dari standart internasional (AWS E 6013, JIS
D4313) yang disetujui dan sesuai dengan kwalitas baja yang digunakan
dan ketebalan las yang ditentukan. Elektroda harus disimpan di tempat
yang menjamin komposisi dan sifat-sifat dari elektroda selama masa
penyimpanan.
2. Penggunaan arus listrik untuk pengelasan harus disesuaikan dengan
anjuran yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat elektroda yang
bersangkutan.
3. Pekerjaan las sebanyak mungkin dilaksanakan dibengkel, pekerjaan las di
lapangan harus baik dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan basah,
hujan, angin kencang.
4. Tebal las minimum 0,7 kali tebal pelat / profil yang disambung dan harus
penuh, kecuali bila ditentukan lain dalam gambar.
5. Las Perapat/ Pengendap
Dalam setiap posisi dimana 2 (dua) bagian dari satu benda saling
berdekatan harus dibuat suatu las perapat / pengendap guna mencegah
masuknya lengas, terlepas apakah itu diberikan detailnya atau tidak.
6. Perbaikan Las
Bila las-lasan apapun memerlukan pembetulan maka hal ini harus
dilakukan sebagaimana diperintahkan oleh konsultan tanpa diberi biaya
tambahan.
7. Penyambungan dan Pengelasan Berlapis.
Untuk sambungan komponen konstruksi baja yang tidak dapat
dihindarkan, berlaku ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
Hanya diperkenankan ada satu sambungan.
Semua penyambungan profil harus dilaksanakan dengan las tumpul/
Full Penetration Butt Weld.
8. Harus diajukan bersamaan dengan pengajuan Shop Drawing. Pada
pekerjaan dimana akan terjadi lebih dari satu lapisan las, maka lapisan
terdahulu harus dibersihkan dari kerak-kerak las, percikan -percikan
logam sebelum memulai lapisan yang baru.
68
rujukan yang diperlukan jika timbul keragu raguan mengenai keahlian
pelaksanaan.
3. Semua baja yang dipakai harus bebas dari retak dan cacat lain yang dapat
mengurangi kekuatan sambungan serta kerataan permukaan bagian
sambungan.
4. Baut baut dan mur mur yang dipakai adalah jenis baut baja High Tension
Bolt (HTB) baut harus dilengkapi dengan 2 buah ring dengan ukuran dan
tebal sesuai dengan baut yang digunakan.
5. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-
gambar dan kondisi di lapangan.
6. Perhatikan semua ukuran, sambungan dan hubungannya dengan material
lain, dengan mengikuti semua petunjuk gambar rencana secara seksama .
7. Bekas-bekas pekerjaan harus digerinda sampai halus dan rata permukaan
8. Untuk unit yang dipasang harus diberi tanda-tanda agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.
9. Pekerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi, tanpa menimbulkan
kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya.pengelasan harus menjamin
pengakhiran yang rata dari cairan elektroda tersebut permukaan dari
daerah yang akan dilas harus bersih dan bebas dari kotoran ,cat, minyak
dan karat.
10. Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dan
dijamin tidak akan berputar atau membengkok.setelah pengelasan, sisa-
sisa/kerak las harus dibersihkan dengan baik (wire, brush, ampelas) cacat
pada pengelasan harus di potong dan dilas kembali atas tanggung jawab
kontraktor.
3.15.2. Standar :
a. SNI 03-6861,3-2002 (Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi)
b. SNI 1727-2020 (Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait Untuk
Bangunan Gedung dan Struktur Lain)
c. Tata Cara Pengecatan Genteng Keramik SNI 03-3433-2002
3.15.3. Material :
Material penutup atap dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
69
pemasangan penutup atap menyesuaikan dengan gambar kerja, dengan
spesifikasi material sesuai dengan yang telah ditentukan di atas. Untuk
pemasangannya juga harus sesuai dengan ketentuan metode
pemasangan/aplikasi pabrikasi (brosur) dari produk tersebut, dimana
antara lain untuk penutup Atap menggunakan Genteng Plentong.
b. Memiliki prosedur khusus dalam pemasangannya, yang meliputi aturan
pemasangan, overhang, dan lain-lain. Penyedia jasa bertanggung jawab
dan harus memperbaiki atas segala kerusakan, kegagalan, maupun
kesalahan yang terjadi akibat ketidaksesuaian dalam pemasangan di
lokasi proyek dengan gambar kerja dan metode dari pabrikasinya..
c. Pekerjaan penutup menggunakan ukuran maupun ketebalan sesuai
dengan gambar rencana dan material yang sudah ditentukan dalam
dokumen ini. Pemasangan harus terpasang kuat, kokoh, tidak goyah,
terutama pada penyambungannya.
d. Penyedia Jasa konstruksi harus menyerahkan contoh penutup atap yang
akan digunakan untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
dan Pelaksana Teknis.
e. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia jasa konstruksi
harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas atau DIREKSI
LAPANGAN serta harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
f. Pemasangan Penutup Atap Genteng Plentong, harus dilaksanakan oleh
teknisi yang handal dan peralatan yang sesuai penggunaannya, sehingga
teknik dan hasil pemasangan akan dapat sesuai sistem aplikasi
pemasangan yang disyaratkan oleh pabrikasinya. Sistem garansi produk
tersebut harus jelas dan harus mendapat persetujuan dari DIREKSI
LAPANGAN atau Konsultan Pengawas.
g. Seluruh pekerjaan penutup atap harus terkerjakan rapi, kokoh, rapat, dan
tidak bocor.
3.16.2. Material
Material cat baik cat Tembok, cat dinding partisi, cat plafond dan cat besi, dan
coating dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
3.16.3. Standar :
a. SNI 3564:2009 (Cat Tembok Emulsi)
70
b. SNI 03-2410-1994 (Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi)
c. SNI 06-4827-1998 (Spesifikasi Campuran Cat Siap Pakai berbahan Dasar
Minyak)
d. SNI 03-2407-1991 (Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung).
e. SNI 03-2410-1994 (Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi)
f. SNI 03-2408-1991 (Tata Cara Pengecatan Logam).
3.16.4. Pelaksanaan Pekerjaan Cat Tembok Baru dan Cat Dinding Partisi Baru
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pengecatan
dinding tembok baru dan dinding partisi baru meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan,
serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian
material untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau
Konsultan Pengawas.
2) Sebelum pengecatan dimulai plasteran telah berumur 14 hari, dinding
harus diamplas halus, bersih dari debu, lubang-lubang yang mungkin ada
sudah diisi, celah dan retak sudah diperbaiki
3) Permukaan dinding harus kering (periksa dengan higrometer,
kelembaban maksimal 15 %), kadar alkali rendah (periksa dengan kertas
lakmus setelah kurang lebih 10 menit berubah hijau).
4) Plamur digunakan untuk bekas bobokan, retak, dinding luar tidak boleh
menggunakan plamur.
5) Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis
dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang
yang rata.
6) Untuk warna-warna yang sejenis, penyedia Jasa konstruksi diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor percampuran (batch
number) yang sama.
7) Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang
utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang.
71
3.16.7. Pelaksanaan Pekerjaan Cat Kayu
1). Semua kayu hanya boleh di menie dan di cat di lokasi proyek dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
2). Sebelum pekerjaan manie dan cat dilakukan, bidang kayu kasar harus
diamplas dengan amplas besi kasar dan dilanjutkan dengan amplas besi
halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
3). Pekerjaan manie dan cat dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan
berlapis, sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna
dengan lapisan manie dan cat.
3.17.2. Standar :
a. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam).
b. SNI 03-6861,3-2002 (Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi)
c. SNI 1729 : 2020 (Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural).
d. SNI 03-1729-2002 (Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung)
e. SNI-07-4096-2007 (Baja Lembaran dan Gulungan Lapis Paduan
Aluminium-Seng (Bj.L AS))
72
3.17.3. Material :
Material Besi Non Struktur dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
3.18.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
3.18.3. Material :
73
Material panil lantai dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material yang
berupa material komposit yang terbuat dari pasir, air, semen dan serat
selulosa / fiber cement digabungkan melalui teknologi Autoclave.
74
3.19.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan
Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton
di Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk benda uji silinder
beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder
yang dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
75
diperhatikan betul-betul tentang kontinuitas pengadaan agar tidak
terjadi hambatan dalam waktu pelaksanaan.
3). Mutu bahan dan material baik itu CFRP, maupun juga bahan epoxy
yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan, harus dikeluarkan
walaupun disupply oleh Perusahaan CFRP dan bahan epoxy yang
terkenal, dan tetap merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari
Penyedia Jasa konstruksi.
4). Perkuatan struktur balok untuk memperkuat balok pada lokasi –
lokasi yang menerima beban terbesar menggunakan cara
menempelkan CFRP menggunakan bahan epoxy. Pelat CFRP
dipasang sepanjang balok yang akan diperkuat dan dipasang
menggunakan bahan epoxy. Bahan CRFP dipasang menggunakan
bahan epoxy sekualitas SIKA DUR 30, Fosroc.
3.20.2. Standarisasi
a. SNI 03-7065-2000 (Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)
3.20.3. Material :
Material Pekerjaan Sanitair dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
b. Pekerjaan Wastafel
1). Wastafel beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
2). Wastafel harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.
76
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
2). Kran Air harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.
e. Pekerjaan Urinoir
1). Urinoir beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
2). Urinoir harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran
3.21.2. Standarisasi
a. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam SNI 03-6861,2-
2002
b. SNI 03-6861,3-2002 (Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi)
c. SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur
d. BS 5368 (Part 1) – Air Inflitration
e. BS 5368 (Part 2) – Water Inflitration
f. BS 5368 (Part 3) – Structural Performance
g. ASTM B221M-91 – Specification for Alumunium-Alloy Extruded Bars,
Rods, Wire Shapes and Tubes
77
h. ASTM E-283 – Metode Pengujian Kebocoran Udara untuk Jendela dan
Curtain Wall
i. ASTM E-330 – Metode Pengujian Struktural untuk Jendela dan
CurtainWall
j. ASTM E-331 – Metode Pengujian Kebocoran Air untuk Jendela dan
CurtainWall
k. AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium
l. JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi
m. JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium
3.21.3. Material
Material kusen, dinding partisi, kaca, dinding peredam, isian peredam, rangka
partisi, rangka dinding peredam, finishing partisi, finishing dinding peredam,
material backdrop rak cabinet file, material backdrop list kolom, material
backdrop list videowall, dan ornament huruf backdrop dengan spesifikasi
sesuai dengan sub bab material.
78
penutup dan finishing backdrop rak cabinet file dan rangka list kolom dan
list videowall dari persiapan sampai dengan pemasangan dan
pembersihannya.
e. Tenaga pembantu tukang atau tenaga-tenaga yang sedang dilatih harus
selalu mendapat pengawasan dari tenaga ahlinya.
f. Untuk Dinding Peredam harus menyertakan Sertifikat Produk atau
Surat Keterangan Pabrikan untuk menyatakan keaslian produk
Dinding Peredam.
79
i. Sambungan vertikal/horizontal, sudut dan silang serta kombinasi profil
profil alumunium harus dipasang sempurna dengan menggunakan
peralatan bantu pelat atau sekrup sistem tersembunyi.
j. Pemasangan seal harus menjamin kusen alumunium tidak akan
kebocoran yang diakibatkan oleh air maupun udara luar.
k. Pelaksana Pekerjaan harus menjaga kusen – kusen alumunium dan
bidang bidang kaca yang sudah terpasang, bersih dari kotoran sepert air
semen, cat, plesteran dan lain lain serta mengamankan dari kemungkinan
benturan.
l. Sistem rangka alumunium yang dipakai harus menggunakan profil yang
diproduksi di dalam negeri, pembuatannya mendapat lisensi dari suatu
sistem dari luar negeri yang sudah cukup dikenal.
m. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia Jasa konstruksi
harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan
serta harus mendapat persetujuan terlebih dahulu, dan harus
memberikan garansi tertulis yang meliputi kesempurnaan, pemasangan,
pengoperasian, dan kondisi semua pintu untuk periode sampai dengan
masa pemeliharaan berakhir.
n. Seluruh bagian aluminium harus datang di lokasi dilengkapi dengan
pelindung/lapisan plastik yang melekat disetiap batang alumunium dan
baru boleh dibuka setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
o. Pemasangan kusen dan daun pintu/ jendela alumunium pada dinding
harus dalam kondisi plastik pelindung tetap melekat pada setiap batang
alumunium, dan baru boleh dibuka setelah semua pekerjaan finishing
dinding selesai seluruhnya, dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
p. Pemotongan aluminium mengunakan mesin potong, mesin punch, drill,
sedemikian rupa sehingga memperoleh hasil yang sudah dirangkai.
80
4. Instalasi kabel & konduit dari sub panel ke titik-titik beban yang
dilayaninya atau dari panel penerangan titik lampu atau dan outlet –
outlet penerangan (saklar) dan tenaga (stop kontak) seperti yang
tercantum pada gambar perencanaan.
5. Pemasangan titik lampu atau armature lampu ( Lighting Fixtures )
termasuk yang dilengkapi emergency baterai dan outlet – outlet
penerangan (saklar) serta tenaga (stop kontak) seperti yang tercantum
pada gambar perencanaan. Untuk memastikan kemampuan distribusi
cahaya, semua supplier produk harus menyertakan perhitungan
pencahayaan dengan sampling area untuk menunjukkan kontur isoline
dari penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk Light
Output Ratio – LOR, DLOR, ULOR & TLOR, supplier juga harus
menyertakan jaminan keaslian produk dan garansi untuk semua tipe
armature.
6. Perawatan dan peralatan dari panel kepemakaian .
7. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi listrik yang
termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang
elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang
menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda
pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.
8. Pemasangan instalasi lain / peralatan bantu / pendukung lainnya yang
diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan
tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar
Perencanaan dan Persyaratan Teknis.
81
alternatif atau Shop drawing yang dikehendaki dan mendapat
persetujuan dari Pengawas / Pemilik Proyek.
5. Segala perubahan yang disengaja dilakukan kontraktor tanpa ijin
Direksi / Konsultan Pengawas adalah resiko Kontraktor.
6. Bila nantinya tidak disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas maka
terpaksa harus dibongkar, Kontraktor hal ini tidak diperkenankan
menuntut ganti rugi.
7. Seluruh pola pemasangan armatur / fixture dan soket & outlet
disesuaikan dengan gambar desain arsitektur atau sesuai petunjuk
direksi / Konsultan Pengawas.
82
b. Dicat dasar / meni anti karat (Zincromate) kualitas baik 2 kali.
c. Dicat akhir dengan cat berkualitas baik 2 kali dengan warna yang akan
ditentukan kemudian / sesuai dengan penggunaan.
d. Kecuali material yang terbuat dari plastik, Satinless stell dan
alumunium tidak perlu dicat, cukup dibersihkan saja.
83
menggunakan dudukan konstruksi baja dan harus diperkuat dengan
mur baut atai dinabolt sehingga tidak akan berubah posisi oleh
gangguan mekanis.
12. Panel jenis wall mounting dipasang flush mouting pada dinding tembok
dengan lokasi sesuai Gambar perencanaan. Pemasangan panel pada
dinding harus diperkuat dengan baut tanah (anchor bolt) sehingga
tidak tidak akan rusak oleh gangguan mekanis.
13. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada
disekitar panel harus dihubungkan ke sistem pengaman pentanahan
gambar skema rangkaian listrik panel harus dilengkapi dengan
gambar-gambar skema rangkai listrik, lengkap dengan keterangan
mengenai bagian - bagian intalasi yang diatur oleh panel tersebut.
Gambar skema rangkai listrik dibuat dengan baik dan dilaminasi
plastik. Ditempatkan pada panel bagian dalam.
14. Panel mempunyai tutup bagian dalam dan pintu luar yang dilengkapi
dengan kunci dan handle pintu. Handle itu dipasang baik untuk tutup
bagian dalamnya panel maupun tutup bagian luar (pintu) panel.
15. Pada bagian diatas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm
dibawah ambang atas panel) harus disediakan tempat untuk
pemasangan lampu, indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian tersebut
merupakan bagan terpisah dari pintu panel dan kedudukannya
menetap (fixed). Ukuran panel tidak mengikat dan dapat disesuaikan
dengan ukuran komponen yang dipilih dan standard pabrik pembuat.
16. Pada bagian dalam pintu panel harus digambarkan diagram sistim
instalasi panel tersebut secara lengkap dan baik serta harus dilaminasi.
17. Ukuran panel disesuaikan dengan kebutuhan sirkit atau disesuaikan
dengan lapangan.
18. Perletakan komponen didalam panel harus mudah dilihat, mudah
dilepas dan dipasang pada saat penggantian komponen. Setiap kabel
harus dipasang tanda warna phasa (marking colour end cup).
19. Pembuat panel harus memperhitungkan kemampuan panel menahan
arus hubung singkat berdasarkan level arus hubung singkat yang
mungkin terjadi ( short circuit prospective ).
20. Setiap pintu panel harus disediakan tempat untuk menyimpan gambar
/ diagram panel. Gambar diagram panel harus dibundel rapi dalam
sampul plastik atau dilaminating.
21. Persyaratan Pemasangan :
a. Konstruksi, penempatan peralatan dan kabel harus rapi, kuat
terpasang, aman dan mudah diperbaiki.
b. Tiap–tiap panel harus ditanahkan dengan kawat BC / NYA dengan
ukuran sesuai dengan gambar perencanaan.
c. Panel-panel listrik baru adalah jenis In-door / outdoor type,
terbuat dari plat baja.
d. Untuk type out-door ditambahkan konstruksi yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga air hujan tidak dapat masuk.
e. Panel dipasang pada dinding dengan menggunakan Dynabolt 8
mm, konstruksi ini disesuaikan dengan perlatan/komponen yang
terpasang.
84
f. Semua bagian perlatan yang bertegangan harus mempunyai jarak
yang cukup dengan bagian peralatan yang lain. Apabila perlu harus
diberi tambahan Isolator untuk menghindari adanya hubung
singkat.
g. Panel di cat dengan cat dasar (meni) tahan karat 2 kali cat akhir
dari jenis cat bakar 2 kali yang tahan gores. Sebelum di cat, panel
termasuk rangkanya harus dibersihkan dari karat, bila perlu
digunakan bahan kimia penghilang karat (RUST REMOVER).
h. Panel harus dilengkapi mur-baut untuk terminal pentanahan, baut
terminal harus dilas penuh pada rangka panel. Ukuran mur-baut
3/8”.
i. Pintu Panel harus dihubungkan dengan rangka panel
menggunakan kawat tembaga
j. Flexible (NYMHY 1 x 6 mm²) untuk pentanahan pintu panel.
k. Untuk masuk dan keluarnya kabel ke dan dari panel menggunakan
wartel mur sesu ai ukuran kabel.
85
9. Bus-bar untuk pertanahan/penghantar pembumian / di klem dengan
baik ke rangka panel, cat pada bagian rangka yang menempel Bus-bar
pentanahan harus dihilangkan.
86
terbuat dari bahan yang sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas /
Direksi.
87
memparalelkan beberapa ground rod hingga tercapai keadaan yang
diinginkan.
5. Bila perlu elektroda pentanahan untuk badan peralatan dan panel
harus dipisahkan penanamannya sejauh minimum 3 meter satu dengan
yang lain.
6. Saluran pentanahan dari elektroda pentanahan sampai kebadan harus
dilindungi dengan pipa PVC High Impact (HI) 20 mm.
7. Saluran ini tidak boleh ada sambungan hanya diperbolehkan pada
terminal yang disediakan dengan menggunakan sambungan mur baut
dan sepatu kabel yang sesuai.
8. Penampang kawat pentanahan dari masing-masing panel dapat dilihat
pada gambar masing- masing panel.
9. Titik pentanahan panel ini harus dipisahkan dengan system
pentanahan penangkal petir dan peralatan lain (peralatan kontrol,
MCFA, PABX, dll) minimal sejauh 10 meter.
10. Penyambungan dipanel harus pada rek pentanahan atau mur baut
yang telah di las ke badan panel.
b. Instalasi penerangan
Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel–kabel
menghubungkan antara panel– panel penerangan dengan fixture
penerangan. Dalam instalasi penerangan ini harus termasuk juga
peralatan–peralatan bantu instalasi seperti conduit, sparing, doos
88
penyambung, doos pemasangan dan lain–lain yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan instalasi penerangan.
c. Instalasi tenaga
1) Yang dimaksud dengan instalasi tenaga adalah kabel yang
menghubungkan panel– panel daya dengan beban–beban stop
kontak, peralatan tata udara (exhaust fan, air conditioning)
pompa–pompa listrik (pompa air bersih, pompa kebakaran,
pompa hydrant, pompa jockey, pompa bahan bakar) lift,
dan lain–lainnya sesuai dengan gambar perencanaan. Dalam
instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya, condut,
sparing, doos penyambung, doos pemasang, dan peralatan–
peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan instalasi daya.
2) Untuk pengabelan instalasi tenaga (Kabel Utama) :
a) Pemasangan kabel harus memenuhi persyaratan dari
pabrik kabel dan persyaratan umum yang berlaku.
b) Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll
untuk memudahkan pekerjaan dan kabel tidak rusak
karena tekukan dan puntiran.
c) Sebelum penarikan kabel dimulai, pemborong harus
menunjukkan kepada konsultan Pengawas alat roll
tersebut serta alat – alat lainnya.
89
melebihi standard panjang yang telah ditentukan oleh pabrik,
kecuali memang ada pekerjaan penyambungan kabel.
5) Apabila terpaksa dilakukan pernyambungan karena saluran lebih
panjang dari standar pangjang pabrik maka sistem/cara
penyambungan harus dibicarakan dengan pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
6) Semua penyambungan kabel pada kotak sambung menggunakan
sambungan puntir dengan lasdop tidak boleh menggunakan
isolasi.
g. Pada setiap jarak maksimum 25 meter dan setiap belokan sepanjang
jalur penanaman kabel harus di pasang patok beton dengan tulisan
„TR/TM‟.
h. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve
pipa galvanized minimum 2,5 kali penampang kabel.
d. Pemipaan ( Konduit )
1) Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada
didalamnya, yang umum digunakan pada bangunan tinggi adalah
“Isolasi PVC High Impact (HI)” yang khusus digunakan untuk instalasi
penerangan saja.
2) Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi ex. Legrand, Clipsal,
Sachnider.
3) Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1
(satu) kabel untuk 1 (satu) konduit, maka sesuai Peraturan
Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987) berlaku faktor pengisian
maksimum = 50 %.
Luas
penampang
luar kabel
Faktor pengisian : ------------------------
--------------- x 100%
Luas penampang
dalam konduit
90
e. Tahanan Isolasi
Tahanan isolasi kabel yang dipersyaratkan sesuai pasal 213 sub
pasal 213.B.2 PUIL 1987 adalah minimum 1000OHM per satu volt
tegangan nominal.
Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa
sehingga arus bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap
100 m panjang kabel. Kecuali untuk instalasi yang harus beroperasi
pada keadaan darurat.
Kabel–kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan
fungsi dan lokasi pemasangannya seperti table dibawah ini / sesuai
dengan gambar Perencanaan :
Pengena
Pengganti Denga l Dengan warna
Dengan
Inti n lamban
Atau
1 huru
2 g 3 4
Rel f
A. Instalasi arus bolak-
balik : Fase Satu
Fase L Merah
Dua 1/R Kunin
Fase L g
Tiga 2/S Hitam
Netral L Biru
B. Instalasi perlengkapan listrik : 3/T
Fase N
satu U/ Merah
Fase XV Kuning
dua /Y Hitam
C. Instalasi arus searah :
Fase W/
Positif
tiga Z
Negatif L + Tidak
Kawat tengah + - ditetapkan
L- Tidak
M ditetapkan
Biru
D. Penghantar Pembumian HB Loreng hijau -
kuning
Tabel Pengenal inti kabel atau rel
91
Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral)
dan kuning / hijau (untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada
maka pada ujung-ujung kabel harus diberi isolasi dengan warna
yang bersesuaian seperti butir di atas.
Pelaksanaan penanaman galian pada kondisi khusus dimana
penanaman kabel tidak dapat dilaksanakan dengan kedalaman
1,20 meter, maka pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-
jalan yang dilewati kendaraan.
2) Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-
jalan yang tidak dilewati kendaraan (pedestrian) dan diberi
pelindung pipa galvanized dengan penampang minimum 2,5
kali penampang kabel.
3) Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan
menengah/tinggi dan kabel telekomunikasi maka kabel tanah
harus ditempatkan di atas kabel PLN dengan jarak minimum 50
cm.
4) Pada persilangan antara kabel tanah dan kabel lainnya harus
diambil salah satu tindakan pengamanan, kecuali jika salah satu
kabel tanah yang bersilangan itu terletak di dalam saluran
pasangan batu, beton atau semacam itu yang mempunyai tebal
dinding sekurang - kurangnya 6 cm.
a) Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus
dipasang tutup pelindung dari lempengan beton
(concrete tile) atau pipa beton atau sekurang- kurangnya
dari bahan tahan lama atau yang sederajat.
b) Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pelindung
beton, pipa beton belah atau dari bahan lain yang cukup
kuat tanah lama dan tahan api. Pipa belah ini harus
dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0,5 meter
dari kabel yang terletak di bawah diukur kabel sisi luar.
5) Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi,
kabel tanah harus dilindungi pada bagian atasnya dengan pipa
belah, plat atau pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat
terbakar.
a) Jika kabel tanah menyilang di atas kabel tanah
telekomunikasi dengan jarak lebih kecil dari 0,3 meter
maka pada bagian yang menghadap ke kabel tanah
telekomunikasi dipasang alat / pipa dari bahan bangunan
yang tidak dapat terbakar. Perlindungan ini harus
menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua sisi
persilangan.
b) Pelindung kabel tanah tersebut baik pada kabel tanah
tersebut maupun pada kabel tanah telekomunikasi harus
menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua ujung
tempat persilangan dan pendekatan itu.
c) Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur
kabel dianggap telah terlindung.
92
d) Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam
keadaan semula dengan seluruh biaya menjadi kewajiban
kontraktor.
f. Rak Kabel
a. Rak kabel digunakan untuk menunjang kabel-kabel utama
(feeder cable), atau kabel lainnya yang berada dalam jumlah
yang cukup banyak.
b. Rak kabel umumnya buatan pabrik yang telah digalvanized dan
dalam pemasangannya harus dibumikan.
c. Dimensi rak kabel harus mencukupi kebutuhan kabel yang
akan dilayaninya.
d. Seluruh kabel yang ada diatas rak kabel harus diikat dengan
pengikat kabel (cable ties).
e. Penyusunan kabel didalam rak harus secara rapi dan tidak
saling menyilang.
Seluruh bahan metal tidak bertegangan (rak kabel, panel dll) harus
ditanahkan secara sempurna, pada sambungan rak kabel dimana
sambungan tersebut tidak menggunakan las maka kedua bagian rak
harus „jumper‟ dengan konduktor tembaga minimal berpenampang
2,5mm2.
Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing/lama harus
dikerjakan dengan extra hati-hati. Bila terjadi kerusakan pada kabel
existing karena terkena peralatan gali (pacul, ganco, dsb), kontraktor
harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya tambahan biaya,
termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalamai kecelakaan
hingga sembuh benar.
Pengurusan Ijin Instalasi Listrik kepada Instansi yang berwenang
(PLN) merupakan Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor.
Motor
a. Motor dengan kapasitas sama atau lebih kecil 5,5 Kw yang
distart secara langsung atau Direct On Line (DOL) starters.
b. Motor dengan kapasitas lebih besar 5.5 KW distart secara star
delta starters.
93
c. Pabrikan rumah lampu yang diguanakan adalah pabrikan yang
dapat memberikan garansi atas produk yang dikeluarkanya
minimal 1 tahun sejak barang terpasang di proyek.
d. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
e. Semua lampu flourescent dan lampu discharge lainnya harus
dikompensasi dengan kapasitor yang cukup untuk mencapai faktor
daya 90% - 95%.
f. Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang
cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari
diffuser itu sendiri.
g. Reflektor harus mempunyai lapisan pemantul kualitas baik.
h. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block
harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas
yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur
teknis komponen lampu. Ventilasi dalam box harus cukup.
i. Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem
tersendiri sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.
j. Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam box lampu,
tetapi mudah dibuka untuk diperiksa atau diangkat.
94
penampang penghantar sekurang-kurangnya 2.5 mm2 dan pipa
conduit PVC HI dengan diameter sekurang-kurangnya 20 mm².
b. Kontraktor diwajibkan mengkoordinasikan rencana kerjanya
dengan disiplin lainnya, sehingga kemungkinan timbulnya
persilangan lintasan antar instalasi yang berlebihan dapat
dihindarkan.
c. Pemasangan instalasi lampu dan peralatan tidak dibenarkan
membebani kerangka ceilling yang ada, melainkan harus dipasang
pada cable trays yang tersedia atau dilekatkan langsung pada
bagian bawah dari plat dan, dengan menggunakan klem dan
concrete fastener yang sesuai, sekali-kali penggunaan paku sangat
dilarang dalam pengerjaan ini.
d. Jarak pemasangan klem-klem pengikat pipa conduit tidak
diperkenankan melebihi 100 cm.
e. Pekerjaan pencabangan, splicing dan lain sebagainya harus
dilaksanakan dalam junction boxes (Tdoos, Xdoos, dsb), yang
terbuat dari bahan yang sejenis dengan pipa conduit yang dipakai,
dengan menggunakan sambungan puntir dengan lasdop, yang
ukuran-ukuranya sesuai dengan ukuran dan jumlah kabel yang
ada. Penggunaan insulation tape sama sekali tidak diperbolehkan.
f. Kabel penghantar yang menghubungkan fixtures lampu dengan
instalasi yang ada, harus dilindungi dengan menggunakan flexibel
conduit yang terbuat dari bahan ( dan memiliki ukuran ) yang sama
dengan pipa conduit yang dipakai.
g. Untuk membedakan instalasi lampu dan peralatan dengan instalasi
yang lain, pipa conduit yang terpasang harus diberi tanda ( label )
berwarna pada setiap jarak 2 meter. (dapat dengan menggunakan
insulation tape). Warna tanda/label yang dipakai harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas.
h. Untuk pemasangan armature lampu jenis (surface mounted), tidak
dibenarkan dipasang pada plafond secara langsung, harus
dipasang pada rangka plafond yang diperkuat dengan konstruksi
tambahan (bisa terbuat dari kayu yang di cat meni 2 kali yang
sesuai atau dengan menggunakan hanger / penggantung.
i. Semua pekerjaan perbaikan bekas bobokan dilaksanakan oleh
Kontraktor Bangunan yang beban biayanya menkadi tanggung
jawab dari Kontraktor Listrik.
95
b. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi minimal
sebagai berikut : Rated Voltage : 250 volt
Rated Cutled : 10 A, 13A, 16A
c. Switches / Saklar
Saklar yang digunakan Produksi Legrand dan sesuai dengan
standard PLN atau SII atau standard lain yang berlaku dan diakui di
Indonesia. Saklar harus mempunyai spesifikasi : Rated Voltage : 250
volt
Rated Current : minimal 10 / 16 A
96
a. Semua lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general
harus mempunyai jaringan distribusi penjualan atau kantor
cabang resmi yang berada disetiap wilayah kota di Indonesia.
b. Pabrikan lampu bersedia memberi jaminan atas tersedianya
barang dalam jangka waktu minimal 5 tahun kedepan sehingga
apabila ada beberapa produk membutuhkan spare part pengganti
maka barang tersebut masih tersedia dan terjamin kontinuitasnya.
c. Pabrikan lampu yang digunakan adalah pabrikan yang dapat
memberikan garansi atas produk yang dikeluarkanya minimal 1
tahun sejak barang terpasang di proyek.
d. Semua lampu LED harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
e. Semua lampu harus memiliki faktor daya 90% - 95%.
f. Lampu LED harus memiliki cover/diffuser yang menutupi bagian
dalam lampu, sehingga tidak menjadi sarang serangga dan
penempelan debu.
g. Lampu LED harus memenuhi standard electrical protection class
II, CB,CCC, dan RoHS.
h. Seluruh harus dapat diintegrasikan dengan sistem control
pengendalian otomatis melalui pemasangan perangkat sensor
cahaya & sensor kehadiran.
i. Seluruh lampu LED dapat dioperasikan dengan menggunakan
sistem terpusat berupa BAS (Building Automation System).
j. Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang
cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis
dari diffuser itu sendiri.
k. Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP20)
dan mengacu kepada standar Internasional IEC.
l. Housing outdoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP65)
dan kekuatan impact (IK08).
97
g) Lampu LED indoor harus sesuai dengan klasifikasi
proteksi (IP 20) dan mengacu kepada standar
Internasional IEC.
h) Lampu harus berbentuk persegi dengan lensa optik
berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas
cahaya yang optimal untuk mencapai illuminasi yang
tinggi dan merata.
i) Lampu LED harus memiliki sudut pencahayaan 120
derajat, sehingga mampu mendistribusikan cahaya
dengan merata\
j) Lampu LED memiliki ketahanan minimal 30000 jam pada
temperatur ambien 25 derajat Celsius. k. Lampu LED
memiliki intensitas cahaya 70% pada saat akhir dari life
time lampu.
k) Daya Lampu tidak melebihi 35 watt dan intesitas cahaya
minimal 3500 lumen.
98
b) Lampu LED harus memiliki ketahanan terhadap lonjakan
tegangan minimum 1 kV.
c) Lampu LED tidak boleh berkedip pada waktu dinyalakan.
d) Lampu LED memiliki harmonik distorsi maksimal 20%,
sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
perangkat elektronik lainnya dengan impedansi rendah.
e) Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya sampai
dengan 100 lumen/watt.
f) Lampu LED harus memiliki sudut cahaya 24-36 derajat,
sehingga mampu mengarahkan cahaya dengan baik.
g) Cover depan dilengkapi dengan cover Prismatic yang
terbuat dari bahan PMMA yang ramah terhadap
lingkungan, tidak silau dan memilik ipenyebaran cahaya
yang baik.
h) Lampu harus berbentuk bulat dengan lensa optik fresnel
sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal
untuk mencapai iluminasi yang tinggi namun tidak
menyilaukan.
i) Lampu LED memiliki ketahanan minimal 50000 jam pada
temperatur ambien 25 derajat Celsius.
j) Daya Lampu tidak melebihi 6 watt
k) Lampu LED memiliki intensitas cahaya 70% pada saat
akhir dari life time lampu.
99
terminasi, kabel masih cukup panjang untuk disambung pada
terminal yang lain.
c. Seluruh Sistem dan Pekerjaan Instalasi harus diperiksa, diteliti
dan diuji dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya
harus menyertakan Konsultan Pengawas dan bila perlu dengan
petugas dari Instansi terkait yang berwenang.
100
a. Tes penyalaan dimana seluruh instalasi yang baru dipasang
difungsikan untuk mengecek nyala lampu. Pada pengetesan nyala
ini sekaligus akan diperiksa mutu instalasi yaitu mengecek
berfungsinya komponen-komponen, susut tegangan yang terjadi (
maksimal 5% ), kemungkinan hubung singkat pada tiang atau
panel dll.
b. Pengujian nyala lampu dan battery Ni-cad pada lampu emergency
c. Bila dalam Pengujian berbeban ternyatan tidak disediakan
Sumber Daya Listrik,maka Kontraktor harus menyediakan Sumber
Daya Listrik sendiri berupa Genset 3 phase dengan Kapasitas yang
memadai.
Setelah semua instalasi selesai dipasang dan aliran listrik telah dimasukan,
maka jaringan instalasi harus dites terhadap group – group yang dipasang
apakah telah sesuai dengan gambar.
Setelah jaringan dibebani dengan beban penuh, maka perlu diadakan
balancing beban terhadap masing – masing fase.
Fungsi komponen-komponen panel antara lain :
a. Volt meter
b. Ampere meter
c. Frekwensi meter
d. Lampu indikator
e. Saklar pilih (selector switch)
f. Circuit breaker, contactor, relay, dll.
Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam
rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain
3.23.2. Standarisasi
a. SNI 03-7065-2000 (Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)
3.23.3. Material :
Material Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bersih dengan spesifikasi
sesuai dengan sub bab material.
101
3.23.4. Pelaksanaan pekerjaan
a. Penyambungan PDAM
Penyambungan PDAM meliputi pekerjaan pendaftaran hingga
penyambungan air bersih dari PDAM hingga mengalir air bersih.
102
gedung, sehingga dapat menimbulkan kebisingan dan
resonansi. Penggantung atau penumpu pipa sebaiknya dapat
mencegah perambatan getaran.
Ekspansi pipa
Penggantung atau penumpu pipa harus mampu menampung
adanya perubahan panjang pipa akibat perubahan temperatur
pipa.
Jarak antar pipa.
Jarak antar pipa dengan pipa dan antara pipa dan dinding atau
permukaan lainnya harus cukup lebar untuk memungkinkan
penggunaan alat-alat, pemasangan isolasi atau penutup pipa,
penngecatan dan pekerjaan perawatan lainnya . Jarak minimum
25 mm.
Pertimbangan untuk pekerjaan lainnya.
Perlu diperhatikan juga jarak atau ruang yang perlu untuk
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang nanti akan dipasang di
sekitar pipa, seperti saluran udara, pipa dan rak untuk kabel,
dsb.
Penggantungan pipa pada pipa lainnya.
Pipa tidak boleh digantungka pada pipa lainnya karena dapat
menimbulkan lendutan pada pipa diatasnya.
Baut penggantung pipa
Baut ini harus dipasang vertikal dengan baik terutama kalau
klemnya dilengkapi dengan cincin karet peredam getaran.
Harus dijaga agar karet mendapat beban yang merata.
Kebebasan arah lateral
Pipa harus dipasang dengan kuat oleh penggantung atau
penumpu agar tidak bergerak dalam arah lateral atau
melintang.
Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa tegak paling jauh
1,2 m.
103
- pipa yang disambungkan ke mesin atau peralatan, di dekat
mesin atau peralatan tersebut
Pipa harus dilem dengan kuat pada sambungannya, lem pipa yang
digunakan sekualitas “Isarplast”. Kekuatan sambungan dibuktikan
dengan ditarik, harus kuat, tidak bergeser/lepas.
Kran diberi seal tape secukupnya sebelum disambungkan pada
pipa.
3.24. Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan
3.24.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan meliputi
semua pekerjaan di dalam atau diluar gedung untuk mengalirkan air bekas,
air kotor dan air hujan hingga ke saluran drainase baik peralatan plumbing
maupun instalasi.
3.24.2. Standarisasi
a. SNI 03-7065-2000 (Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)
3.24.3. Material :
Material Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan
dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
b. Grease Trap
1). Grease Trap yang digunakan adalah Grease Trap stainlees steel type
IGT-30 (ukuran 44x34x34).
2). Grease Trap dipasang ditempat-tempat sesuai gambar.
3). Grease Trap yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan
disetujui Konsultan Konsultan Pengawas.
104
4). Pada tempat-tempat yang akan dipasang Grease Trap, penutup lantai
harus dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan
bentuk dan ukuran sesuai ukuran Grease Trap tersebut.
5). Setelah Grease Trap terpasang, pasangan harus rapih, dibersihkan dari
noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.
105
Baut penggantung pipa
Baut ini harus dipasang vertikal dengan baik terutama kalau
klemnya dilengkapi dengan cincin karet peredam getaran.
Harus dijaga agar karet mendapat beban yang merata.
Kebebasan arah lateral
Pipa harus dipasang dengan kuat oleh penggantung atau
penumpu agar tidak bergerak dalam arah lateral atau
melintang.
Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa tegak paling jauh
1,2 m.
No Diameter Pipa Jarak
penumpu/penggantung
1 < 16 mm 0,75 m
2 20 - 40 mm 1,0 m
3 50 mm 1,2 m
4 65 – 125 mm 1,5 m
5 150 mm 2m
Penggantung atau penumpu harus dipasang pada
- Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa mendatar
tergantung pada diameter pipa seperti pada tabel berikut :
Penggantung atau penumpu harus dipasang pada :
- Di sekitar katup atau sambungan ekspansi (untuk katup
ukuran 100 mm harus dipasang pada kedua sisi)
- belokan pipa mendatar
- dasar pipa tegak.
- cabang pipa
- pipa yang disambungkan ke mesin atau peralatan, di dekat
mesin atau peralatan tersebut
Pipa harus dilem dengan kuat pada sambungannya, lem pipa yang
digunakan sekualitas “Isarplast”. Kekuatan sambungan dibuktikan
dengan ditarik, harus kuat, tidak bergeser/lepas.
Kran diberi seal tape secukupnya sebelum disambungkan pada
pipa.
d) Pekerjaan Drainase
1. Penggalian
Penggalian parit untuk sistem drainase dan pembuangan air kotor
harus merupakan garis lurus dengan kedalaman, kemiringan yang
ditunjukkan pada gambar rencana. Parit tersebut harus mempunyai
lebar sehingga memungkinkan pekerja dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik karena ruang geraknya mencukupi. Tanah
galian tidak diperbolehkan ditimbun melebihi 50 cm pada sisi-sisi
parit tersebut dan sisa-sisanya diberikan penahan dan sebagainya,
jika diperlukan untuk menjaga penggalian tanah melebihi dari yang
106
direncanakan maka harus ditutup dengan beton tumbuk atau beton
lain sesuai dengan permintaan Direksi. Pada saat pelaksanaan tanah
galian yang akan digunakan kembali untuk tanah timbunan harus
dijaga agar tanah tersebut bebas dari pengotoran yang dapat merusak
mutu pekerjaan. Bagian bawah dari galian tanah harus menunjukkan
daya dukung yang baik agar dapat mendukung beban yang akan
bekerja di atasnya. Juga harus dihindari dari genangan air yang dapat
mengganggu lancarnya pekejaan.
2. Pipa Beton/Buis Beton
Ukuran pipa beton maupun sambungannya harus sesuai dengan
gambar rencana. Bentuk pipa harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. Pipa harus lurus, dengan ukuran sesuai rencana, ujungnya tajam
dan tidak rusak.
b. Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan
tanpa cacat berupa lubang-lubang atau retak-retak, permukaan
diberi acian.
c. Pipa harus kering betul dan siap untuk dipasang.
d. Sambungan antara pipa yang satu dengan yang lain harus
dilaksanakan dengan mortar dengan perbandingan campuran 1
pc : 3 psr.
107
3.25. Pekerjaan AC dan Instalasi.
3.25.1. Persyaratan Umum
Semua persyaratan umum maupun suplemen yang ada merupakan juga
bagian daripada persyaratan system intalasi tata udara ini, sejauh yang
berlaku dan berhubungan bagi perkerjaannya.
Apabila ada beberapa hal dari persyaratan umum yang dituliskan kembali
dalam spesifikasi ini, berarti hanya permintaan khusus dan ini juga tidaklah
berarti menghilangkan hal-hal lainnya dari persyaratan umum dan suplemen
yang ada. Hanya apabila ada yang dinyatakan lain tersendiri di dalam
spesifikasi ini, maka hal-hal persyaratan umum maupun suplemen tidak
berlaku lagi untuk sistem instalasi ini.
108
f. Garansi spare parts AC NON VRV/F adalah 12 bulan terhitung dari tanggal
start up dan komisioning
Kompressor
Kompresor haruslah merupakan tipe Scroll (Fully Hermetic, R410A) yang
mempunyai efisiensi tinggi dan dilengkapai dengan control inverter yang
dapat merubah kecepatan putaran kompresor menyesuaikan dengan beban
pendinginan yang dibutuhkan. Magnet tipe Neodymium harus terpasang di
dalam rotor kompresor, Magnet Ferrite tidak diperbolehkan.
109
Heat Exchanger
Heat Exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang dipasangkan secara
mekanik ke aluminium blue fin, di mana blue fin ini haruslah dilapisi dengan
lapisan anti karat setebal 0.2 – 0.3 micron.
Fan Motor
Motor Fan di Outdoor unit harus memiliki kecepatan bertingkat yang
dikendalikan dengan inverter DC dan mempunyai kemampuan untuk
menurunkan noise level jika beroperasi di malam hari baik secara otomatis
maupun manual. Eksternal Static Pressure untuk Outdoor harus
mencapai pada 78.4 Pa.
Perlengkapan Keselamatan
Peralatan Keselamatan berikut ini harus sudah termasuk di dalam outdoor
unit : High pressure switch, Control circuit fuses, crank case heaters, fusible
plug, thermal protectors for compressor and fan motors,over current
protection untuk inverter dan anti-recycling timers, sub cooling.
Oil Recovery
Oil recovery mode harus beroperasi secara otomatis setiap 6 jam opersi
untuk memastikan kembalinya oil ke compressor.
b. Sistem Kontrol
Unit AC ini harus bisa dikendalikan dari 2 kontrol yakni remote control tipe
kabel dan sentral kontroler
Sentral kontroler harus rakitan dari pabrik yang sama dengan merek AC
yang disupply dan merupakan tipe touch screen. Panjang kabel yang bisa
control yang menghubungkan indoor AC dan outdoor AC sampai ke sentral
controller bisa mencapai 1000 meter tanpa amplifier signal sehingga
memudahkan untuk peletakan sentral controller ini diruangan kontol yang
diinginkan sentral controller harus mampu menampilkan:
1) Icon dari setiap indoor
2) Suhu di dalam ruangan setiap indoor
3) Mengendalikan operasi indoor
4) Schedule operasi untuk 1 tahun
5) Setting suhu, fan, dll untuk setiap indoor
6) Error yang terjadi setiap indoor
110
1) Indoor Unit harus merupakan type ducting dengan design suhu pada 24
CDB dengan suhu ambient 35 CDB.
2) Komponen dasar dari indoor unit terdiri dari kipas, motor kipas,
evaporator dan propotional elektronik expansion valve.
3) Kipas haruslah tipe centrifugal direct drive yang beroperasi dengan
tegangan 220-240 volt, 1 phase dan 50 Hz, dan memberikan static
pressure minimal 10 – 140 Pa (duct type). Dapat dilakukan pengaturan
static pressure melalui remote control unit (Jika diperlukan) pada saat
testing dan komisioning. Sehingga static pressure dapat di naikan atau
di turunkan sesuai kebutuhan lapangan.
4) Indoor unit harus dilengkapi dengan drain pump dari pabriknya. Dan
mampu lift up 700 - 750 mm (tipe duct) dan 850 mm (Ceiling
Casette).
5) Indoor unit harus dilengkapi dengan electronic expansion valve untuk
mengontrol aliran refrigerant sesuai dengan kapasitas beban ruangan.
6) Indoor unit dilengkapi dengan fungsi automatic addressing baik untuk
penggunaan individual maupun group.
7) Penyebaran udara Indoor unit mencapai 360 ⁰C untuk model Ceiling
Cassette
8) Indoor unit harus dilengkapi dengan 3 sensor (refrigerant inlet, outlet
dan off coil) dimana setiap 20 detik memberikan informasi kepada
sensor outdoor.
9) Temperatur control dapat mengontrol sampai dengan 16 indoor unit (
1 Group )
10) Setiap Indoor sudah dilengkapi dengan Drain Pan yang dapat di akses
mudah untuk perawatan. Dan sudah di lengkapi dengan perlakuan anti
bacterial Silver ion untuk mencegah pertumbuhan lendir, jamur, dan
bacteria yang menyebabkan halangan dan bau.
11) Noise level pada 29 – 49 dBA diukur pada jarak 1.5 meter.
12) Jarak ketinggian antar indoor unit mencapai 25 meter.
13) Untuk semua model Ceiling Cassete harus dipasang Pipa Udara Segar
(Air Fresh) yang diambilkan dari Ruang Luar yang Bersih.
b. Outdoor Unit
1) Semua Outdoor harus dipasang di atas atap atau di samping bangunan
dan terhubung ke indoor yang ada di dalam gedung, dimana 1 unit
outdoor akan terkoneksi ke seluruh indoor maximum di lantai 4 yang
berurutan atau jarak indoor teratas dan terbawah maximum 15 meter.
2) Panjang pipa refrigerant antara outdoor ke indoor harus mampu
mencapai 165 meter dengan beda ketinggian 90 meter tanpa oil trap.
3) Outdoor dan indoor unit harus dirakit secara utuh di pabrik dan ditest
di pabrik sebelum dikirim, Outdoor unit harus sudah terisi refrigerant
R410A.
4) Pemasangan unit outdoor dan indoor harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik.
5) Outdoor unit haruslah weatherproof yang dibuat dengan panel anti
karat dan dicat dengan baked enamel.
6) Outdoor unit harus memiliki 1 unit Scroll Compressors tipe inverter.
111
7) Outdoor unit yang memiliki 2 unit Scroll Compressor tipe inverter
harus tetap beroperasi walaupun salah satu Scroll Compressor tipe
inverter rusak.
8) Noise level outdoor unit tidak boleh melebihi 68 db (A) pada saat
beroperasi, di mana ini diukur secara horizontal dengan jarak 1 meter
dan pada ketinggian 1.5 meter dari atas pondasinya.
9) Outdoor COP minimal pada 3.90 – 4,30 pada kondisi 27 EDB / 19 EWB
dan ambient temperatur 35 C.
10) Setiap Outdoor unit harus sudah dilengkapi dengan Service Valve.
11) Koneksi pipa setiap outdoor di sediakan oleh pembuat barang termasuk
cabang (Refnet) dari outdoor ke indoor.
12) PCB outdoor sudah dilengkapi dengan Ferrit Core (Noise reducer).
13) Combinasi Indoor dan Outdoor / Index Ratio Indoor ke Outdoor
maksimal 130%.
14) Sudah mengadopsi teknologi VRT ( Variable Refrigerant
Temperatur).
15) Pendinginan Modul Control (PCB) sudah mengadopsi pendinginan
aliran refrigerant sistem bukan menggunakan heat sink sistem
(pendinginan udara)
16) Terdapat fitur Automatic wiring check, Automatic Valve check, dan
Automatic piping check.
17) Terdapat fitur ‘backup operation’ pada Outdoor unit yang
memiliki lebih dari 1 kompresor pada 1 modul Outdoor unitnya.
Memiliki fitur “Automatic Refrigerant Charge” atau penambahan
refrigerant secara otomatis.
112
c. Kotak kontak telepon
d. Kelengkapan-kelengkapan lainnya yang menunjang pekerjaan ini
3.26.2.4. Pengadaan dan pemasangan pesawat standard dan pesawat eksekutif
lengkap dengan display dan hands free (supply by Owner).
3.26.2.5. Pengadaan dan pemasangan terminal box telepon.
3.26.2.6. Mengadakan test sistem secara menyeluruh, sehingga sistem telepon
tersebut dapat berfungsi dengan tepat dan benar.
3.26.2.7. Menyelenggarakan pemeliharaan terhadap sistem, termasuk penyediaan
suku cadang selama waktu minimal 3 tahun.
3.26.2.8. Mengadakan training bagaimana menggunakan sistem telepon.
3.26.3.2. Terminal
a. Untuk setiap penyambungan kabel telepon harus dengan metoda
jumpering dan memakai terminal-terminal berisolasi sesuai standard
TELKOM.
b. Untuk terminal yang ditempatkan pada lokasi berkelembaban tinggi,
maka box terminal harus diberi pelindung dari bahan anti karat dengan
pintu-pintu yang kedap udara.
113
c. Setiap sambungan harus dilakukan pada kotak sambung (doos) yang
dilengkapi tutup.
d. Untuk mempermudah pengenalan, maka konduit kabel telepon harus
dicat warna biru selebar 3 cm disetiap jarak lebih kurang 1 meter.
e. Pemasangan konduit harus dilengkapi klem, elbow dan peralatan bantu
lain yang sesuai serta dipasang dengan cara yang benar.
f. Kabel telepon menggunakan merk “ SUPREME, KABEL METAL “
3.26.3.5. Outlet
a. Terbuat dari bahan plastik warna putih yang tahan panas, flush
mounting dan bukan jenis claw fix.
b. Dilengkapi box baja galvanized tebal minimum 3,5 mm.
c. Box Terminal telepon dapat menggunakan merk “ KROME “.
3.26.6. Lain–Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan
atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor
sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung
jawabkan.
114
2. Untuk area parkir, dipasang car calling (pemanggil sopir/pengendara
mobil).
115
c. Untuk instalasi yang menyeberang jalan harus menggunakan jenis
konduit galvanis.
3.27.3.6. Kabel
Jenis kabel yang digunakan untuk sistem tata suara publik adalah sebagai
berikut.
a. NYMHY 3 x 1,5 mm2 : dari peralatan utama menuju terminal
box untuk masing-masing zone, dan
instalasi volume control.
b. NYMHY 3 X 1,5 mm2 : untuk instalasi ceiling speker
c. FRC 2 x 1,5 mm2 : untuk instalasi speaker fire proof
d. Instalasi pengkabelan lainnya seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
116
3.27.7. Lain-Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan
atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor
sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung
jawabkan. Di tempat pekerjaan, Konsultan Pengawas menempatkan petugas
Konsultan Pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan
Kontraktor agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan sesuai dengan
isi Surat Perjanjian Kontraktor serta dengan cara-cara yang benar dan tepat,
serta cermat.
117
3. Pengadaan, pemasangan semua jenis Detektor, Manual Station,
Indicator Lamp, Alarm Bell, dan sistem Fire Intercom (master & slave).
4. Pengadaan, pemasangan Junction Box di setiap lantai.
3.28.3.3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel untuk keperluan
interface dengan:
1. Pompa Kebakaran.
2. Flow Switch dan Fire supervisory valve switch (Tamper switch).
3. Sistem Tata Suara dan Telepon
4. Sistem Listrik.
5. Sistem Lift.
3.28.3.4. Membantu Pemberi Tugas dalam mengurus dan menyelesaikan perijinan
Instalasi Fire Alarm dari instansi yang berwenang.
3.28.3.5. Melakukan testing dan commissioning.
3.28.3.6. Melaksanakan training (on Site & Class Room) dan menyerahkan buku
technical manual.
118
merah atau sesuai dengan persetujuan Pemberi Tugas/Konsultan
Konsultan Pengawas.
119
Indicator Lamp merupakan lampu indikator yang dipasang paralel dengan
group detector. Lampu indicator ini akan menyala hanya jika group detector
yang bersangkutan bekerja.
120
3.28.7. Testing/Commissioning
3.28.5.1. Setelah pekerjaan Fire Alarm ini diselesaikan, harus dilakukan
testing/pengetesan, yang disaksikan oleh Konsultan Konsultan
Pengawas.
3.28.5.2. Satu persatu detector ditest, dengan menggunakan alat pemanas dan
untuk smoke detector menggunakan asap.
3.28.5.3. Tiap-tiap zone, ditest satu persatu dan diberi nomor urutan zonenya.
3.28.8. Lain–Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh
Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
121
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas.
2. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar Gambar, Spesifikasi Teknis
dan lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
3. Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan
dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan
manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung
misalnya: masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai
pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga
Ahli / Supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh
Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
5. Permukaan bidang yang akan di waterproofing harus bersih dari
material lain dan sisa-sisa adukan yang dapat merusak daya rekatnya.
6. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor
baik pada waktu pekerjaan ini dilaksanakan maupun pada saat
pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus memperbaiki /
mengganti bagian yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat
diterima oleh Direksi. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini
adalah tanggung jawab kontraktor.
7. Pelaksanaan Pekerjaan Waterproofing harus dilaksanakan dengan
oleh Aplikator dan harus menyertakan Surat Garansi 10 tahun.
122
Pekerjaan Penangkal petir merupakan pekerjaan penangkal petir yang
berfungsi untuk menyediakan jalan resistansi rendah ke tanah yang sesuai pada
gambar .
3.30.3. Material
1). Penangkal petir ES EX -"ORION R.100" radius Proteksi 100 m
2). Pipa galvanize 1' X 3000 mm
3). lampu indikator penangkal petir
4). kabel Coaxcial 2 X 35 mm2
5). Kabel NYY 3 x 6 sqmm
6). Pipa Pralon PVC tipe AW Ø 1/2"
7). Bak Kontrol pentanahan dan grounding System
123
3.30.4. Kerja penangkal Petir EX- ORION
System penangkal ini aktif bekerja, sifatnya menarik petir untuk menyambar
pada bagian kepala terminal petir EX- ORION dengan cara memancarkan ion -
ion ke udara. Kerapatan ion makin besar bila jarak ke kepalanya semakin dekat.
Pemancaran ion dapat menggunakan generator listrik atau batere . Area
perlindungan system ini berupa bola dengan radius mencapai 100 meter dan
radius ini akan mengecil sejalan dengan bertambahnya waktu.
3.31. Material
3.31.1. Lingkup Kerja
Penyediaan Material bangunan yang sesuai dengan spesifikasi teknis.
3.31.2. Material
a. Semen
1). Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis
semen yang ditentukan dalam Semen Portland SNI 2049 : 2015, Semen
Portland Composit SNI7064 : 2014, dan Semen Portland Pozolan SNI
0302 : 2014, dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam standar tersebut dan menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001 : 2005.
2). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) Dynamix,
Tiga Roda, Gresik.
3). Harus dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
4). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
5). Jika semen yang dikirim adalah dalam kantong semen, maka selama
pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan.
6). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
7). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
8). Semen harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang baik, tidak
lembab dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga tidak
menyentuh lantai dan aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan.
9). Semen tersebut tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 sak. Sistem
penyimpanan semen harus diatur sedemikian rupa, sehingga semen
tersebut tidak tersimpan terlalu lama.
10). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
11). Semen yang diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan,
seperti membatu, tidak diizinkan untuk dipakai.
12). Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling
lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya Kontraktor.
124
2). Ukuran batu kali belah maksimal 20 cm.
c. Agregat kasar
1). Agregat kasar berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous),
dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan
bersudut.
2). Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak
melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja
tulangan dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3). Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
4). Gradasi dari agregat tersebut secara keseluruhan harus sesuai dengan
yang disyaratkan oleh ASTM agar tidak terjadinya sarang kerikil atau
rongga dengan ketentuan sebagai berikut :
d. Agregat halus
1). Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur
harus lebih kecil dari 4 % berat. Agregat halus harus terdiri dari butir-
butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi
syarat sbb :
e. Pasir
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
125
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4). Pasir harus dalam keadaan “jenuh kering muka”.
f. Air.
1). Air harusmemenuhi kualitas yang ditentukan dalam SNI 6861 bagian A
tahun 2002.
2). Harus bersih, tidak berbau dan berasa, tidak mengandung lumpur atau
benda melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter.
3). Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
4). Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
5). Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
6). Tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, zat organis atau
bahan lainyang dapat merusak beton atau besi beton.
7). Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan
8). Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya penyedia
Jasa konstruksi.
9). Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk digunakan,
maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.
g. Besi beton
1). Besi beton yang digunakan harus mengacu SNI 2052:2017 tentang Baja
Tulangan Beton.
2). Mutu baja Tulangan yang digunakan yaitu BJTS 420 B yaitu menggunakan
besi beton ulir (deformed bars) untuk tulangan utama dan sengkang
3). Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus
memenuhi syarat-syarat:
a) Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.
b) Mutu sesuai dengan yang ditentukan.
c) Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan
toleransi.
4). Dapat menggunakan merk KS (Krakatau Steel), IS (Interworld Steel), dan
MS (Master Steel).
5). Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di
atas, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
6). Besi beton harus berasal dari satu pabrik (manufacture). Tidak
dibenarkan untuk menggunakan merek besi beton yang berlainan untuk
pekerjaan ini.
7). Besi beton harus dilengkapi dengan mill certificate/ sertifikat pabrik
yang memuat label dan nomor pengecoran serta tanggal pembuatan besi
beton tersebut.
8). sertifikat pabrik memuat Surat Pernyataan Jaminan Mutu Produk Besi
Tulangan Beton dari Produsen atau Distributor atau Agen Besi Beton
126
dengan dilampiri Sertifikat SNI Produk Tulangan Beton SNI 2052 : 2017
yang masih berlaku dan Sertifikat TKDN Produk Besi Tulangan Beton.
9). Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu secara
baik sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus
cukup terlindung sehingga kemungkinan karat dapat dihindarkan.
10). Permukaan besi beton harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain yang
dapat mengurangi lekatan besi beton
11). Tulangan ulir D10, D13, D16, D19, D22 : 420 MPa (BJTS 420 B)
12). Tulangan Polos Ø8 : Tulangan Polos 280 MPa (BJTP 280).
13). Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai
berikut:
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI BERAT
TULANGAN YANG DIUJIKAN
0 < < 10 mm + 7%
10 < < 16 mm + 5%
16 < < 28 mm + 4%
≥ 28 mm + 2%
14). Setiap besi beton yang didatangkan dari pabrik harus dilakukan uji
tarik, uji berat, dan uji Diameter di laboratorium independen yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan. Hal ini
akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek
Penyedia Barang/Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate
untuk mengukur diameter tulangan dan dimasukkan dalam dokumen
penawaran data teknis.
127
5). Bahan-bahan Admixture dan bahan-bahan untuk surface treatments yang
dapat digunakan sebagai referensi untuk produk yang setara dapat dilihat
dari tabel di bawah ini:
128
j. Kusen, Ram dan Aksesories Pintu dan Jendela, Dinding Partisi, Dinding
Peredam, Backdrop dan Ornamen Huruf
1). Kusen dari Alumunium 4” Tebal minimal 1 mm “ Alexindo, YKK “.
2). Ram Pintu dan Jendela Alumunium 3” Tebal minimal 1 mm “Alexindo, YKK
“.
3). Kaca bening 5 mm “ ASAHIMAS, MULIA “.
4). Pintu Engineering Dorr “ LOTUS DOOR, PIKA DOOR, DAN BIKA DOOR “
yang disertai Sertifikat Produk atau Surat Ketarangan Pabrikan dari
merk Engineering Door yang dipakai.
5). Dinding Partisi dari GRC rangkap rangka Hollow dengan finishing cat,
Kusen Alumunium dari Alexindo atau YKK.
6). Backdrop Rak Kabinet File dari Plywood Rangkap rangka Metal Stud,
dengan finishing Lapis HPL
7). List Video Wall dari Plywood Rangkap rangka Metal Stud dengan finishing
Lapis HPL
8). List Kolom dari Plywood Rangkap rangka Metal Stud dengan finishing
Lapis HPL.
9). Pintu Partisi Lipat terbuat dari :
a) Rangka Pintu Partisi Lipat dari Besi Hollow 40/40 dan 20/40
b) Bahan Penutup dari Plywood Rangkap
c) Rel Alumunium “DECKSON”
d) Roda Alumunium “DECKSON”
e) Finishing Lapis HPL
f) List Alumunium “ALEXINDO, YKK”
10). Dinding Peredam Suara terbuat dari :
a) Rangka Dinding Peredam Suara dari rangka Metal Stud dan U-Runner.
b) Isian Dinding Peredam Suara adalah Rockwool dengan tebal 5 cm
dengan Density 60 kg/m3
c) Karet Seal
d) PE Foam 3 mm
e) Bahan Penutup dari GRC Board 9 mm dan di Compound
f) Finishing Cat
11). Handle stainlees “ SOLID, KENARI DJAYA “
12). Patch Lock Fitting “DORMA, SOLID”
13). Patch Fitting “DORMA, SOLID”
14). Floor Hinge “DORMA, SOLID”
15). Kunci Tanam “ SOLID, KENARI DJAYA “
16). Door Closer “ SOLID, KENARI DJAYA “
17). Pull Handle C “ SOLID, KENARI DJAYA “
18). Double Cylinder “ SOLID, KENARI DJAYA “
19). Swing Lockcase “ SOLID, KENARI DJAYA “
20). Engsel Pintu “ SOLID, KENARI DJAYA “
21). Rambuncis “ SOLID, KENARI DJAYA “
22). Cassement “ SOLID, KENARI DJAYA “
23). Friction stay.
24). material lainnya dan material pendukung seperti silent, baut dan lain-lain.
Ukuran, ketebalan, dan dimensi menyesuaikan dengan gambar sesuai
dengan jenis pekerjaannya.
129
k. Lantai
1). Homogenious Tile ukuran 60 x 60 cm tipe UNPOLISHED “Valentino,
Indogress, Venus” tipe Rover Grey, Tropez Beige.
2). Homogenious Tile ukuran 60 x 60 cm tipe POLISHED “Valentino,
Indogress, Venus” tipe Cream Ivory, Siera Ivorym, Bonita Grey, Majestic
Beige.
3). Plint Homogenious Tile ukuran 10 x 60 tipe POLISHED “Valentino,
Indogress, Venus”
4). Plint Keramik ukuran 10 x 20 tipe POLISHED “ROMAN”.
5). Panil Lantai dari “SHERA, Grand Elephant”
l. Plafond
1). Rangka Plafond Gypsum pipa hollow 40x40 mm dan 40x20 mm tebal 0,35
mm Galvanized.
2). Rangka Plafond Kalsiboard pipa hollow 40x40 mm dan 40x20 mm tebal
0,35 mm Galvanized.
3). Gypsum Board 9 mm, 120 x 240 x 0.9 cm “NUSABOARD, JAYABOARD “.
4). Plafond Kalsiboard “ KALSIBOARD, JAYABOARD“.
5). List profil gypsum lebar 7-10 cm “ LOCAL “.
6). Kasa gypsum.
7). Tepung gypsum “ A PLUS, ELEPHANT “.
8). Alkasit “ A PLUS, ELEPHANT “.
9). Paku 130r130ck130.
10). Kawat penggantung
11). Perkuatan rangka penggantung menggunakan Rangka Hollow 15x15 mm
tebal 0,30 mm.
m. Baja Konvensional
1. Baja yang dipakai harus sesuai dengan standart material yang yang
digunakan dari mutu baja SNI 07-0242.1-2000 tentang Spesifikasi Pipa
Baja Dilas dan Tanpa Sambungan Dengan Lapis Hitam dan Galvanis Panas,
SNI 1729:2020 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural, SNI 07-0329:2005 tentang Baja profil I-Beam (JIS G3192:2000
, ASTM A36-04 , DIN 1025:1995).
2. Baja konvensional yang dipergunakan sbb: IWF 300x150x5,5x8 mm, IWF
250x125x5x8 mm, IWF 200x100x4,5x7 mm, IWF 150x75x5x7 mm, Canal
C 150x50x20x2,3 mm, Pelat Baja tebal 10 mm.
3. Untuk mendapatkan jaminan kualitas baja yang digunakan
Pemborong harus mengajukan certifikat yang dikeluarkan oleh
pabrik baja yang bersangkutan kalau tidak dapat menunjukan
sertifikat dimaksud maka harus dilaksanakan pengujian terhadap
kualitas baja yang digunakan sesuai yang disyaratkan.
4. Setiap perubahan pemakaian kualitas baja harus dengan persetujuan
Konsultan Perencana.
130
5. Digunakan baut dari jenis baut biasa yang dengan tegangan putus
minimal 4000 kg/cm2 dan yield stress minimal 2500 kg/cm2, tidak
berkarat dan dilindungi terhadap karat baik sebelum maupun setelah
terpasang.
6. Hanya digunakan baut dari satu product dengan tanda 131r131ck131de
yang jelas terdapat pada baut.
7. Semua baut harus dilengkapi dengan ring yang sesuai.
8. Chemical composition
Carbon I : 0.25 % max
Phosphor (p) : 0.04 % max
Sulfur (s) : 0.04 % max
9. Mechanical Properties
Tensile Strength : 400 N/mm2min
Yield Strenth : 235 N/mm2min
Elongation : 18% - 23 % min
10. Tolerance Wall Thickness (± 10 %) :
+0,6 mm – 0,5 mm, < 4mm
+ 15%;12,5% , 4mm – 12 mm
+ 15% - 1,5mm, >12mm
11. Diameter:
OD ≤ 50 mm : ± 0.5 mm
OD ≥ 50 mm :±1%
Standard length: 6000 mm, toleransi (± 2 %): +100 mm, - 0 mm
o. Cat
Semua cat yang akan di pakai harus mendapat persetujuan dari PPK,
pengelola Teknis Dan Konsultan Perencana,setelah mengadakan percobaan
pengecatan (131r131 131r131).
1. Cat yang di gunakan
1) Tembok Luar Type “ Weathershield “: “DULUX, JOTUN, MOWILEX“.
2) Tembok Dalam : “DULUX, JOTUN, MOWILEX“.
3) Tembok Plafon : “VINILEX, WIRATEX “.
4) Tembok GRC Cetak : “ ELASTOMERIC MOWILEX“.
5) Besi : Zincromate “ MEIJI “, Cat besi “ NIPPON PAINT “.
6) Cat Kayu “ WOOD STAIN, AVIAN “
7) Cat Elastomeric “DULUX, JOTUN, MOWILEX“.
8) Cat Coating “ PROPAN, DULUX “
9) Cat Epoxy “ PUFFIN, DULUX “
131
2. Cat Dinding, Kayu dan Besi yang dipilih harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Cat yang Ramah Lingkungan (Eco Labelling)
2) Cat yang Tidak Mengandung Zat Pencemar seperti : Metheline
Chloride, Arsenic, Hexavalent Chromium, N-Hexane,
Trichloroethylene (TCE), Formaldehyde, TDCP/TCEP, BPA,
Phthalates, VOC berkadar tinggi, dll.
3) Wajib disertai brosur pendukung.
q. Pekerjaan Elektrikal
1) Kabel NYM, NYA dan NYY “ SUPREME, KABEL METAL “.
2) Panel :
a) Panel AC Lantai 1
b) Panel Penerangan dan Stop Kontak Lantai 1
c) Panel Penerangan dan Stop Kontak Lantai 2
d) Panel AC Lantai 2
3) Pasang Listrik Baru 33.000 VA termasuk :
a) Biaya Penyambungan.
b) Konsuil (SLO).
c) UJL.
4) Lampu RM T5 LED 2x14 watt armature SCARTO, PHILIPS.
5) Lampu Downlight Panel 11 watt armature SCARTO, PHILIPS
6) Lampu Downlight Panel 7 watt dengan armature SCARTO, PHILIPS.
7) Lampu Surface Mounted LED 8 watt dengan armature SCARTO, PHILIPS.
8) Lampu Striplight Warm White 1 watt/m dengan armature SCARTO,
PHILIPS.
9) Stop Kontak Dinding 200 W / 16 A tipe WESJP1121MWS “ PANASONIC,
SCHNEIDER “.
132
10) Saklar double IB “ PANASONIC, SCHNEIDER “.
11) Saklar tunggal IB “ PANASONIC, SCHNEIDER “.
12) Saklar hotel tipe WEJ78029 + WEJ5582 “ PANASONIC, SCHNEIDER “.
133
4) Seal tape
5) Floor drain stainless 134r134ck “ ROUND, ONDA ”.
6) Roof drain stainless 134r134ck “ ROUND, ONDA ”.
7) Pipa PVC AW “ RUCIKA “.
8) Pipa PPR PN-10 “ RUCIKA “.
9) Kloset Duduk Type Adele Rough In 220mm (Adele, Closed – Coupled WC,
Dual Flush 4.5/6 L, S-Trap, Rough-in 220mm, Soft Close Seat and Cover)
Ex. “ROCA, KOHLER, GROHE“
10) Wastafel Type DEBBA 500 Wall Basin (Debba 500 mm, Wall Basin with
taphole, include Fixing Kit, 500 x 420 mm, Basin Only) Ex. “ROCA,
KOHLER, GROHE“
11) Urinal dengan tipe Bana With Moslem Nozzle (A35945Z00D) Ex. “ROCA,
KOHLER, GROHE“, Wall urinal with integral spreader and fixing kit, with
nozzle, outlet pipe and plug, top inlet and Valve Flush.
134
15) Pompa Booster menggunakan Grundfos, Ebaraa, Allweiler
a) Jumlah : 1 buah
b) Tipe Pompa : UPA 15-90
c) Rated Head : 9 meter
d) Rated Flow : 30 liter / menit
e) Pump Orientation : Vertical
f) Shaft Seal Arrangement : Single
g) Power Motor : 40 Watt
h) Rated Voltage : 220 Volt
135
OUTLINE SPESIFIKASI TEKNIS YANG DIGUNAKAN DALAM LANJUTAN
REHABILITASI DAN PEMBANGUNAN GEDUNG PROKLAMASI BBGP
PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2023
137
i. Pompa Booster Grundfos, Ebarra,
Allweiler
II. Pekerjaan Tata Udara
1. Peralatan Utama
a. Mesin Tata Udara system VRF Daikin, LG
III. Pekerjaan Elektrikal
1. Amature + lampu Scarto, Phillips
2. Saklar dan Stop Kontak Panasonic, Schneider
3. Penangkal Petir ORION, Flash Vectron
4. Fire Alarm HOOSEKI, APRON
5. Tata Suara YAMAHA, TOA, BOSSE
7. CCTV Hikvision, D-Link
8. Telepon Panasonic
9 Data / Jaringan Internet (Hub dan AP) Ruckus
138