Anda di halaman 1dari 197

SPESIFIKASI TEKNIS

PEMBANGUNAN GEDUNG PELAYANAN KEKARANTINAAN DAN


PERKANTORAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II
SEMARANG WILAYAH KERJA BANDARA ADISUMARMO
1. Persyaratan Umum
1.1.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
a. Lokasi Pekerjaan Pembangunan Gedung Pelayanan Kekarantinaan dan
Perkantoran Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang Wilayah Kerja
Bandara Adisumarmo.
b. Untuk waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 120 (seratus dua puluh)
hari kalender.

1.1.2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dan Dokumen Pelelangan, Gambar Rencana,
Berita Acara Penjelasan (BAP) Serta mengikuti petunjuk Konsultan
Pengawas.
b. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam dokumen Kontrak dan /atau Adendumnya serta
mengikuti petunjuk PPK, Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan
baik yang disampaikan secara lisan maupun yang tertulis di dalam Buku
Direksi.
c. Pada akhir kerja, Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan memperbaiki
segala kerusakan dan membersihkan lingkungan proyek dari segala
kotoran akibat pekerjaan pembangunan, termasuk sisa-sisa material
bongkaran/ bangunan dan lain sebagainya.

1.1.3. Uraian Pekerjaan


Pekerjaan yang dilaksanakan adalah kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini,
secara rinci diuraikan sebagai berikut:
I. MATA PEMBAYARAN UMUM
A. Pekerjaan Persiapan
B. Pekerjaan Penerapan Prokes
II. MATA PEMBAYARAN UTAMA
c. Pembangunan Gedung Pelayanan Kekarantinaan dan Perkantoran Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang Wilayah Kerja Bandara Adisumarmo.
A. Pekerjaan Struktur
1. Pekerjaan pematangan lahan
2. Pekerjaan sub struktur
3. Pekerjaan struktur atas
4. Pekerjaan struktur atas atap
B. Pekerjaan Arsitektur
1. Pekerjaan pasangan dinding
2. Pekerjaan pelapis lantai dan dinding
3. Pekerjaan plafon
4. Pekerjaan pengecatan
5. Pekerjaan kusen pintu dan jendela

1
6. Pekerjaan saniter
7. Pekerjaan lain-lain
8. Pekerjaan bangunan pendukung: pos pengaman, canopy
disinfektan kendaraan, canopy cuci ambulance, power house,
gapura dan pintu gerbang, pagar
9. Lansekap area
C. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
1. Pekerjaan Plumbing
2. Pekerjaan AC
3. Pekerjaan ventilasi
4. Pekerjaan cold room
5. Pekerjaan elektrikal
6. Pekerjaan tata suara
7. Pekerjaan fire alarm
8. Pekerjaan internet dan komunikasi & telekomunikasi
9. Pekerjaan telepon
10. Pekerjaan MATV
11. Pekerjaan nurse call
12. Pekerjaan CCTV

Pekerjaan Utama yang dilaksanakan:


No. Pekerjaan Utama
1. Pekerjaan Beton
2. Pekerjaan Lantai
3. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
4. Pekerjaan Elektrikal
5 Pekerjaan Tata Udara
6. Pekerjaan Atap
7. Pekerjaan Cat-catan

1.1.4. Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan


Penyedia Jasa wajib untuk berkonsultasi dengan Konsultan Pengawas
dalam merancang penggunaan dan pemanfaatan lahan bagi keperluan
pelaksanaan pekerjaan. Dimana Konsultan Pengawas dimintakan
persetujuannya atau gambar rencana dari tata letak bangunan sementara
yang akan dibangun berikut pembagian ruang, tampak dan potongan serta
bahan-bahan yang akan dipakai.
Bangunan sementara yang dimaksud adalah Direksi Keet, Kantor Penyedia
Jasa, Kantor Direksi / Konsultan Pengawas, Ruang Rapat, Gudang Bahan, Los
Kerja, tempat penumpukan bahan dan sejenisnya.
Khusus untuk Direksi Keet penempatannya terpisah dari bangunan lainnya,
rak untuk menempatkan contoh bahan, helm, mantel, perlengkapan safety
dan kelengkapan lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan.

1.1.5. Kantor Sementara/Direksi Keet


A. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kantor sementara/Direksi Keet adalah pekerjaan
penyediaan kantor di lokasi proyek sebagai sarana untuk Konsultan
Pengawas, evaluasi dan koordinasi proyek, pekerjaan ini tidak masuk

2
dalam penawaran namun menjadi kewajiban penyedia barang dan jasa
dalam pengadaannya, untuk kelancaran pekerjaan.
B. Pelaksanaan pekerjaan
1. Kantor sementara/Direksi Keet merupakan bangunan dengan
konstruksi rangka kayu, lantai diplester, penutup pintu/jendela
secukupnya untuk penghawaan/pencahayaan. Ukuran luas kantor
disesuaikan dengan kebutuhan dengan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan serta dilengkapi dengan pemadam
kebakaran dan alat keselamatan lainnya.
2. Apabila Direksi Keet menggunakan bangunan yang sudah ada di
area sekitar lokasi proyek, Penyedia Jasa Konstruksi harus terlebih
dahulu mendapat izin dari pemilik bangunan tersebut. Seluruh
ongkos penggunaan dan biaya perbaikan akibat penggunaan
bangunan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi.
3. Perlengkapan-perlengkapan kantor harus disediakan Penyedia
Jasa konstruksi untuk menunjang kinerja dan keamanan saat
proyek berlangsung.
4. Setelah proyek selesai barang tersebut menjadi milik penyedia Jasa
konstruksi.
5. Menyediakan peralatan-peralatan keet minimal meliputi:
1) Meja rapat
2) Kursi rapat
3) White board
4) Rak contoh bahan
5) Kalender
6) Proyektor

1.1.6. Brak Material / Gudang Bahan


A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan brak bahan/ brak kerja adalah pekerjaan
penyediaan brak bahan/ brak kerja di lokasi proyek sebagai sarana
untuk penyimpanan material dan saran kerja, pekerjaan ini tidak masuk
dalam penawaran namun menjadi kewajiban Penyedia Jasa Konstruksi
dalam pengadaannya, untuk kelancaran pekerjaan.
B. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Brak bahan/ brak kerja merupakan bangunan dengan konstruksi
rangka kayu, lantai tanah/ diplester, penutup pintu/jendela
secukupnya untuk penghawaan/ pencahayaan.
2. Ukuran luas kantor disesuaikan dengan kebutuhan dengan tidak
mengabaikan faktor keamanan dan kebersihan.
3. Apabila Brak Material / Gudang Bahan menggunakan bangunan
yang sudah ada di area sekitar lokasi proyek, Penyedia Jasa
Konstruksi harus terlebih dahulu mendapat izin dari pemilik
bangunan tersebut. Seluruh ongkos penggunaan dan biaya
perbaikan akibat penggunaan bangunan tersebut menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.

1.1.7. Listrik Kerja dan Air Kerja

3
A. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pengadaan listrik kerja dan air kerja merupakan pekerjaan
pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan dan pengadaan listrik
untuk pelaksanaan pekerjaan serta untuk penerangan lokasi di malam
hari, pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran namun menjadi
kewajiban penyedia barang dan jasa dalam pengadaannya, untuk
kelancaran pekerjaan.
B. Pelaksanaan pekerjaan
1. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan sendiri oleh
Penyedia Jasa Konstruksi, apabila mungkin didapat dari sumber
yang ada di tiap lokasi Kegiatan, Penyedia Jasa Konstruksi harus
membuat sambungan-sambungan sementara yang diperlukan atau
cara lain untuk mengalirkan air dan mencabut kembali pada waktu
pekerjaan selesai dan membetulkan pekerjaan yang terganggu.
2. Tidak diperkenankan mengambil air atau menyambung dari
saluran induk, lubang penyedot (tuppoint) reservoir dan
sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin dari pimpinan
lembaga yang berwenang.
3. Apabila air didapat dari sumber lain, Penyedia Jasa Konstruksi
harus membayar segala ongkos pengunaan air yang dipakai dan
pembongkarannya kembali.
4. Air bersih ditampung menggunakan bak penampung air (drum)
untuk pelaksanaan pekerjaan serta untuk air kebutuhan direksi.
5. Pemberi Tugas dalam hal ini tidak bertanggung jawab atau
mengganti biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
6. Listrik untuk keperluan pekerjaan ataupun penerangan malam hari
apabila Penyedia Jasa Konstruksi melaksanakan kerja lembur harus
diadakan.
7. Pengadaan listrik kerja dengan pemasangan listrik sementara dari
PLN dan dapat mencabut kembali pada awaktu pelaksanaan
pekerjaan telah selesai, atau boleh menggunakan Genset
berkapasitas cukup digunakan untuk kelancaran pekerjaan serta
penerangan lokasi site.
8. Tidak diperkenankan mengambil listrik atau menyambung dari
saluran induk, dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin
dari pimpinan lembaga yang berwenang.
9. Apabila listrik didapat dari sumber lain, Penyedia Jasa Konstruksi
harus membayar segala ongkos penggunaan listrik yang dipakai
dan pembongkarannya kembali.
10. Pemberi Tugas dalam hal ini tidak bertanggung jawab atau
mengganti biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
11. Lampu-lampu penerangan site dipasang permanen sampai
selesainya pekerjaan.

1.1.8. Sarana MCK


A. Sarana MCK untuk para pekerja harus diadakan atas biaya sendiri oleh
Penyedia Jasa Konstruksi.
B. Apabila lahan memungkinkan, Penyedia Jasa Konstruksi harus
membuat Sarana MCK sementara beserta instalasinya. Pada waktu

4
pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus membersihkan kembali sarana
MCK sementara tersebut dan membetulkan segala kerusakan yang
terjadi di area proyek akibat instalasi Sarana MCK sementara tersebut.
C. Apabila Sarana MCK menggunakan sarana MCK di area sekitar lokasi
proyek, Penyedia Jasa Konstruksi harus terlebih dahulu mendapat izin
dari pemilik sarana MCK tersebut. Seluruh ongkos penggunaan dan
biaya perbaikan akibat penggunaan Sarana MCK tersebut menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.

1.1.9. Sarana Keamanan Proyek


A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan sarana keamanan proyek adalah pekerjaan pengamanan
lokasi proyek, material bangunan beserta aset yang ada selama
pekerjaan berlangsung.
B. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menempatkan orang sebagai
keamanan proyek dari mulai melaksanakan pekerjaan sampai
dengan Penyerahan I kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
2. Semua keamanan material dan aset yang ada di proyek menjadi
tanggungjawab dari Penyedia Jasa Konstruksi.

1.1.10. Uitzet / Pemasangan Bouwplank


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Uizet / Bowplank adalah pekerjaan pengukuran lokasi
proyek untuk menentukan luasan, batas-batas lokasi, ketinggian dan
level eksisting lokasi proyek hingga menghasilkan data berupa gambar
yang lengkap.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pembuatan Titik Acuan
Titik acuan merupakan patok tetap yang akan dijadikan sebagai
acuan atau referensi pada segala pengukuran ketinggian,
pengecekan atau pengontrolan. Titik ini harus kuat serta terlindung
dari gangguan sampai pekerjaan selesai.
Elevasi atau ketinggian dari titik acuan adalah + 0,00 sesuai dengan
Gambar Rencana.
2. Penyedia jasa diwajibkan mengadakan pengukuran dan
penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi
keterangan-keterangan mengenai peil, ketinggian tanah, letak
pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera
kebenarannya
3. Mengecek kebenaran/ ketepatan ukuran-ukuran gambar dalam
pelaksanaan di lapangan dan menentukan peil-peil bangunan.
Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan untuk dimintakan
keputusannya.
4. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan
dengan alat-alat theodolith dan waterpass dan tollmeter yang
ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.

5
5. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan theodolith dan
waterpass beserta petugas yang melayaninya untuk kepentingan
pemeriksaan Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan selama
pelaksanaan proyek.
6. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas
Segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil yang disetujui Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
7. Ukuran elevasi dari pekerjaan dapat dilihat pada gambar rencana.
Ukuran yang tidak jelas atau tidak tercantum dapat dikonsultasikan
dengan Konsultan Pengawas.
8. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak memberi-
tahukan kepada Penyedia Barang/Jasa dan merubah ukuran
berdasarkan persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran.

1.1.11. Papan Nama Proyek


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan papan nama proyek meliputi pengadaan, pembuatan dan
pemasangan 1 (satu) buah papan nama proyek, termasuk tulisan/text
yang dicantumkan dalam papan nama tersebut.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Penyedia Jasa diwajibkan memasang papan nama proyek dengan
ukuran 80 x 120, tinggi maksimum 250 cm dari muka tanah, di
tempat lokasi kegiatan yang mudah dilihat umum.
b. Tiang papan nama proyek menggunakan kayu Kelas III dengan
ukuran penampang kayu 5x7cm.
c. Pemasangan papan nama pekerjaan dilakukan pada saat
dimulainya pelaksanaan pekerjaan.
d. Bentuk papan nama pekerjaan, ukuran, isi dan warnanya
ditentukan kemudian, yang dikoordinasikan terlebih dahulu
dengan Direksi Lapangan.
e. Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban menjaga, memelihara dari
kerusakan atau hilangnya papan nama yang telah dipasang hingga
penyerahan pekerjaan ke-II.

1.1.12. Pekerjaan Pembersihan Lokasi


1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pembersihan lokasi adalah pekerjaan pembersihan lokasi
proyek. Pembersihan lokasi pada awal pekerjaan yaitu pembersihan
lahan dan di akhir pekerjaan dari sisa-sisa pekerjaan. Pembersihan
lokasi sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar rencana hingga
lokasi proyek siap untuk pekerjaan selanjutnya.
Pembersihan lokasi juga dilaksanakan setelah pelaksanaan pekerjaan
selesai.
2. Pelaksanaan pekerjaan pembersihan sebelum pelaksanaan pekerjaan
a. Lokasi proyek harus dibersihkan dari rumput, semak, pepohonan,
akar-akar pohon, dan sisa-sisa bongkaran.
b. Pembersihan dilaksanakan di awal dan akhir pekerjaan
c. Sampah-sampah dan barang-barang bekas bongkaran harus
dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak dibenarkan untuk

6
ditimbun di luar pagar proyek ataupun tempat-tempat yang
mengganggu fasilitas dan masyarakat umum di sekitar area proyek
meskipun untuk sementara.
3. Pelaksanaan pekerjaan pembersihan setelah pelaksanaan pekerjaan:
a. Lokasi proyek harus dibersihkan dari sisa-sisa bongkaran, dari cat,
dari debu, dari sisa-sisa material.
b. Pelaksanaan pembersihan dilaksanakan sebagai syarat PHO.

1.1.13. Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat Konstruksi


1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi alat berat konstruksi adalah
pekerjaan mendatangkan dan memulangkan alat berat konstruksi yang
dibutuhkan di proyek. Alat berat konstruksi yang dilayani oleh
pembiayaan mobilisasi dan demobilisasi adalah mesin bore pile dan
tower crane.
2. Pelaksanaan pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi alat berat
konstruksi dilaksanakan pada malam hari pada saat lalu lintas tidak
padat dan berkoordinasi dengan instansi yang berwenang.

1.1.14. PENYELENGGARAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI


(SMKK)
A. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini mencakup kegiatan Manajemen Keselamatan
Konstruksi (SMKK) untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja ataupun lingkungan
sekitar lokasi pekerjaan dari risiko bahaya yang diakibatkan
pekerjaan konstruksi.
b. Manajemen K3 Konstruksi mencakup :
1). Penyiapan RKK
a) Pembuatan Dokumen Rencana Keselamatan
Konstruksi
b) Pembuatan Prosedur dan Instruksi Kerja
c) Pembuatan Laporan Penyiapan SMKK
2). Sosialisasi, Promosi K3 dan Pelatihan:
a) Apel Pengarahan Keselamatan Konstruksi
b) Spanduk K3
c) Papan Informasi K3
3). Alat Perlindungan Kerja dan Alat Perlindungan Diri:
a) Alat Perlindungan Kerja antara lain :
 Pembatas Area (Restricted Area)
 Jaring Pengaman (Safety Net) – Sewa
 Tali Keselamatan (Life Line) – Sewa
 Pagar Pengaman (Guard Railling) – Sewa
 Pelindung Jatur (Fall Arrester) – Sewa
b) Alat Perlindungan Diri antara lain :
 Helm Pelindung (Safety Helmet)
 Pelindung Mata (Goggles, Spectacles)
 Pelindung Telinga (Ear Plug, Ear Muff)

7
 Sarung Tangan (Safety Gloves)
 Rompi Keselamatan (Safety Vest)
 Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes)
 Masker
 Tameng Muka (Face Shield) – Sewa
 Penunjang Seluruh Tubuh (Safety Full Body
Harness) – Sewa
4). Asuransi dan Perijinan:
Asuransi BPJS Kesehatan
5). Personil K3 Konstruksi:
Ahli K3 Konstruksi
6). Konsultasi dengan Ahli Terkait Keselamatan Konstruksi:
Tenaga Ahli
7). Fasilitas, Sarana dan Prasarana Kesehatan:
Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban, Obat
Ringan)
8). Rambu-rambu yang diperlukan:
a) Rambu Petunjuk
b) Rambu Larangan
c) Rambu Peringatan
d) Rambu Kewajiban
e) Rambu Informasi
f) Rambu Pekerjaan Sementara
9). Kegiatan dan Peralatan Terkait dengan Pengendalian
Risiko Keselamatan Konstruksi:
a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
b) Bendera K3
c. Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) yang tertuang
dalam Permen PUPR No. 10 Tahun 2021, tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, serta peraturan
terkait lainnya.

B. Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)


1. Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan, dan memelihara
prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendaliannya secara berkesinambungan sesuai dengan
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) yang telah disetujui.
2. Penyedia Jasa wajib melengkapi RKK dengan rencana penerapan
Keselamatan Konstruksi untuk seluruh tahapan pekerjaan.
3. Penyedia Jasa wajib mempresentasikan RKK pada rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk disahkan dan
ditandatangani oleh Wakil Pengguna Jasa sesuai ketentuan Permen
PUPR No. 10 Tahun 2021, tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi.
4. Penyedia Jasa bersama dengan Konsultan Pengawas Pekerjaan
melakukan inspeksi Keselamatan Konstruksi secara periodik dalam
laporan harian, mingguan dan/atau bulanan.

8
5. Penyedia Jasa segera melakukan tindakan perbaikan yang
diperlukan terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat
inspeksi Keselamatan Konstruksi. Hasil inspeksi Keselamatan
Konstruksi disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Konsultan
Pengawas Pekerjaan.
6. Penyedia Jasa harus melakukan tinjauan ulang terhadap RKK (pada
bagian yang memang perlu dilakukan kaji ulang) secara
berkesinambungan selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
berlangsung.
7. Apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan RKK yang telah
ditetapkan, Pejabat Pembuat Komitmen berhak memberi surat
peringatan secara bertahap kepada Penyedia Jasa, sesuai ketentuan
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021, tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi.
8. Apabila peringatan ke-2 (kedua) tidak ditindaklanjuti oleh
Penyedia Jasa, maka Pejabat Pembuat Komitmen berhak
menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai berisiko Keselamatan
Kerja.
9. Dalam kondisi Penyedia Jasa melakukan pekerjaan yang dapat
berakibat fatal, PPK dapat menghentikan pekerjaan sampai upaya
pengendalian telah dilakukan secara memadai.
10. Segala risiko kerugian akibat penghentian pekerjaan sebagaimana
di atas menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan bukan
merupakan Peristiwa Kompensasi.
11. Penyusunan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) dengan risiko
terbesar mengacu pada spesifikasi sebagai berikut :

No Uraian Kegiatan Identifikasi Bahaya


I Pekerjaan Persiapan
1 Pengukuran dan bouwplank Jenis bahaya
 Terkena benda tajam
Risiko
 Tangan dan kaki berdarah
2 Membuat Papan Nama Proyek 80x120 cm Jenis bahaya
(bahan flexi)  Terkena benda tajam
Risiko
 Tangan dan kaki berdarah
3 Pembersihan lokasi (termasuk penebangan Jenis bahaya
pohon dan akarnya)  Tertimpa material
Risiko
 Gegar otak
4 Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat Jenis bahaya
Konstruksi  Tertimpa peralatan
Risiko
 Kematian
II Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 
1 Pasang Pondasi batu kali 1 : 8 Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Patah tulang

9
2 Pasang Bata ringan Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
3 Pekerjaan Plesteran dengan Mortar Siap Pakai Jenis bahaya
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material
Risiko
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
4 Pekerjaan Acian dengan Mortar Siap Pakai Jenis bahaya
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material

Risiko
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
5 Pekerjaan Sponengan dengan Mortar Siap Pakai Jenis bahaya
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material
Risiko
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
III Pekerjaan Beton 
1 Pas. Lantai kerja beton mutu f’c = 7,4 MPa tebal 5 Jenis bahaya
cm  Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
2 Pekerjaan Beton mutu f’c = 26,4 MPa Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
3 Pekerjaan Pembesian Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
4 Pekerjaan Bekisting Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Gegar otak
IV Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela dan Partisi 

1 Pasang Pintu Jendela Jenis bahaya


 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
2 Pasang Pintu Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Patah Anggota badan

10
berdarah
3 Pasang Jendela Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
V Pekerjaan Lantai 
1 Pasang Homogenius Tile Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Patah tulang
2 Pasang Keramik Dinding Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
Patah tulang
3 Pasang Lantai Rumput Sintetis Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
VI Pekerjaan Atap 
1 Pekerjaan Kuda-kuda IWF Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
2 Pekerjaan Gording CNP Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
3 Pekerjaan SIKU Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
Kematian
4 Pekerjaan Stifner Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
5 Pekerjaan Plat Plendes Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
6 Pekerjaan Ikatan Angin Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
7 Pekerjaan Jarum Gording Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
8 Pekerjaan Baut Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian

11
9 Pekerjaan Angkur Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
10 Pekerjaan Pengecatan Baja Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
11 Pekerjaan Atap Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
VII Pekerjaan Cat – catan 
1 Pekerjaan Pengecatan Tembok Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
2 Pekerjaan Pengecatan Plafond Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
Kematian
3 Pekerjaan Pengecatan Besi Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
4 Pekerjaan Waterproofing Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Kematian
VIII Pekerjaan Sanitair 
1 Pasang Wastafel termasuk aksesories Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
2 Pemasangan Kran Air Wastafel Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
3 Pemasangan Kran Air Tembok Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
4 Pasang Bak Cuci Stainless Steel Jenis bahaya
 Tertimpa material

Risiko
 Anggota badan berdarah
5 Pemasangan Kran Air Bak Cuci Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah

12
6 Pasang Shower set termasuk kran Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
7 Pasang Kloset Duduk Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
8 Pasang Jet Washer Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
9 Pasang Urinoir Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
IX Pekerjaan Elektrikal 
1 Pemasangan Daya Baru PLN Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
 Kematian
4 Pengadaan dan pemasangan 1 trafo baru Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
Kematian
5 Instalasi kabel feeder Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Pingsan
6 Instalasi kabel grounding Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Pingsan
8 Instalasi kabel Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Pingsan
10 Panel Pompa Transfer + Sumur Dalam Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
 Pingsan
13 Panel Tenaga Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
 Kematian
14 Panel Penerangan dan Stop Kontak Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
 Pingsan
19 Panel Fire Alarm dan Tata Suara (Sound System) Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko

13
 Pingsan
20 Panel Data, CCTV, dan Telephone Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
Pingsan
25 Kabel Tray Jenis bahaya
 Terjatuh
Risiko
 Pingsan
26 Instalasi titik lampu Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
 Pingsan
27 Instalasi titik Stop kontak Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
 Pingsan
XI Pekerjaan Tata Udara 
A Pekerjaan AC 
1 Outdoor Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Kematian
2 Wall Split Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Patah tulang
3 Ceiling Cassette Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Patah tulang
5 Instalasi listrik + Pipa Conduit Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
 Pingsan
7 Kabel Outdoor Jenis bahaya
 Kesetrum
Risiko
 Pingsan
8 Piping Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
B Pekerjaan Fan
1 Exhaust fan (lengap dengan flexsible duct) Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Patah tulang
2 Pipa D 4 " Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Patah tulang

14
XIII Pekerjaan Landscape 
A Pekerjaan Tangga 
1 Galian tanah biasa Jenis bahaya
 Terkena benda tajam
Risiko
 Tangan dan kaki berdarah
2 Pasang batu kali 1 : 8 Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Patah tulang
3 Urug tanah kembali Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
4 Urug pasir Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
5 Pekerjaan Plesteran 1 : 3 Jenis bahaya
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material
Risiko
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
6 Pekerjaan Acian Jenis bahaya
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material
Risiko
 Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
9 Pasangan Bata Pot Bunga Jenis bahaya
 Tertimpa material
Risiko
 Anggota badan berdarah
10 Pengadaan & penanaman pohon + tanah subur + Jenis bahaya
pupuk + bambu penahan  Tertimpa material

Risiko
 Anggota badan berdarah

C. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan-peralatan terkait
pelaksanaan SMKK dengan spesifikasi minimal sebagai berikut :
1. Spanduk (Banner)
a. Dalam rangka Sosialisasi dan Promosi K3, Pemasangan Spanduk
(banner) yang berisi pesan dan himbauan K3 dalam usaha untuk
mencegah kecelakaan kerja di lokasi kerja.

15
b. Ukuran dan jumlah spanduk disesuaikan dengan kebutuhan dan
lokasi.

2. Papan Informasi K3
a. Papan informasi K3 berisi kinerja K3 dan informasi K3 lainnya.
b. Ukuran dan jumlah Papan Informasi K3 disesuaikan dengan
kebutuhan dan lokasi.

3. Pembatas Area (Restricted Area)


a. Pekerjaan pembatas area adalah pengadaan dan pemasangan
safety line sementara pada sekeliling proyek yang diperlukan,
hingga lokasi proyek aman dan siap untuk pekerjaan
selanjutnya.
b. Safety line adalah pembatas yang terbuat dari plastic yang kuat
dan lentur yang dipasang pada zona konstruksi untuk
memberitahu orang-orang tentang adanya pembangunan dan
bahwa ada kemungkinan bahaya dalam wilayah batas-batasnya.
c. Safety line berfungsi unuk menutup suatu area dan tidak boleh
ada yang melintasi selain petugas yang berwenang.
d. Safety line untuk kegiatan konstruksi menggunakan warna
kuning hitam.

4. Jaring Pengaman Sementara / Safety Net (sewa)


a. Sebelum Penyedia Jasa Konstruksi mulai melaksanakan
pekerjaannya, maka terlebih dahulu memberi jaring pengaman
pada sekeliling site pekerjaan yang akan dilakukan.
b. Jaring pengaman dibuat sedemikian rupa untuk menahan
butiran debu yang terbang di sekitar proyek pekerjaan yang
akan dilakukan.

5. Tali Keselamatan / Life Line (sewa)


a. Life line adalah tali pengaman fleksibel yang terbuat dari serat,
kawat, atau anyaman.
b. Life Linea biasanya dikaitkan pada Anchor Point.
c. Standar dari Life line harus memiliki kekuatan daya tarik
minimum 2.75 ton atau setara dengan diameter tali 60 mm.
d. Life Line dapat dipasang secara vertical atau horizontal
tergantung kebutuhan.
6. Pagar Pengaman / Guard Railling (sewa)
a. Pekerjaan pagar sementara dapat terbuat dari seng gelombang.
Pekerjaan pembuatan / sewa pagar pada sekeliling proyek yang
diperlukan, hingga lokasi proyek siap untuk pekerjaan
selanjutnya.
b. Sebelum Penyedia Jasa Konstruksi mulai melaksanakan
pekerjaannya, maka terlebih dahulu memberi pagar pengaman
pada sekeliling site pekerjaan yang akan dilakukan.
c. Pagar dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat bertahan/kuat
sampai pekerjaan selesai.

16
d. Pagar pengaman terbuat dari seng gelombang dan penguat kayu
tertancap kuat setinggi minimal 2 m.

7. Pelindung Jatuh / Fall Arrester (sewa)


a. Sistem Pelindung Jatuh / Fall Arrester adalah sistem pengaman
untuk melindungi pekerja setelah terjadi jatuh dengan cara
mencegah pekerja yang terjatuh tidak sampai ke permukaan
tanah atau ke permukaan kerja yang dapat menyebabkan
benturan pada pekerja.
b. Pelindung Jatuh / Fall Arrester berfungsi mengurangi tingkat
keparahan akibat terjatuh.
c. Pelindung Jatuh / Fall Arrester dapat berupa penggunaan
lanyard pada full body harness dan juga pemasangan jaring
pengaman (safety net) yang dipasang secara horizontal.

8. Topi Pelindung (Safety Helmet)


a. Helm harus memenuhi standar ANSI Z89.1 atau minimal standar
SNI ISO 3873:2012 atau MSA
b. Model helm adalah V-Gard dan dilengkapi dengan tali dagu karet
serta model otomatis untuk mengencangkan suspensi helm
c. Helm yang rusak atau terkena dampak (kejatuhan benda) harus
diganti.
d. Cek kondisi helm minimal setiap 2 minggu sekali, segera ganti
bila cacat atau rusak.

9. Alat Pelindung Mata (Goggles, Spectacles)


a. Pekerjaan yang berpotensi terpapar debu harus menggunakan
alat pelindung mata sesuai standar SNI.
b. Pekerjaan yang menimbulkan debu, seperti Pekerjaan
pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus menggunakan alat
pelindung mata.
c. Cek kondisi alat pelindung mata setiap akan digunakan, segera
ganti bila cacat atau rusak.

10. Alat Pelindung Telinga (Ear Plug, Ear Muff)


a. Pekerjaan yang berpotensi terpapar suara yang tinggi harus
menggunakan alat pelindung telinga sesuai standar SNI.
b. Pekerjaan yang menimbulkan pencemaran suara, seperti
Pekerjaan pemotongan, dan gerinda harus menggunakan alat
pelindung telinga.
c. Cek kondisi alat pelindung telinga setiap akan digunakan, segera
ganti bila cacat atau rusak.

11. Sarung Tangan (Safety Gloves)


a. Semua pekerja harus menggunakan sarung tangan sesuai
standar SNI.
b. Pekerja pada umumnya harus menggunakan sarung tangan
katun.

17
c. Pekerjaan yang lebih kasar, seperti tukang besi, baja, bekisting,
penanganan tali baja, kawat, dll, harus menggunakan sarung
tangan kombinasi.
d. Pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus
menggunakan sarung tangan kulit.
e. Cek kondisi sarung tangan setiap akan digunakan, segera ganti
bila cacat atau rusak.

12. Rompi Keselamatan (Safety Vest)


a. Semua pekerja harus menggunakan rompi keselamatan sesuai
standar SNI.
b. Cek kondisi rompi keselamatan setiap akan digunakan, segera
ganti bila cacat atau rusak.

13. Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes and Toe Cap)


a. Sepatu keselamatan harus sesuai standar ANSI Z.41 atau standar
SNI.
b. Sepatu untuk pekerjaan galian dan pengecoran dapat digunakan
sepatu karet biasa.
c. Sepatu untuk pekerjaan konstruksi lain harus menggunakan
sepatu dengan pelindung jari yang terbuat dari baja, dan anti
tergelincir.
d. Cek kondisi sepatu minimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila
cacat atau rusak.

14. Pelindung Pernafasan dan Mulut (Masker)


a. Pekerjaan yang berpotensi terpapar debu harus menggunakan
alat pelindung pernapasan/masker.
b. Masker harus digunakan disesuaikan dengan pekerjaan dan
potensi kontaminasi atau gangguan pernapasan.
c. Untuk pelindung debu dapat digunakan masker sekali pakai
yang terbuat dari katun, kertas atau kasa.

15. Tameng Muka (Face Shield)


a. Pekerjaan yang berpotensi membahayakan muka harus
menggunakan alat pelindung muka (Face Shield) sesuai standar
SNI.
b. Pekerjaan yang menimbulkan membahayakan muka, seperti
Pekerjaan pengelasan, harus menggunakan alat pelindung muka
(Face Shield).
c. Cek kondisi alat pelindung muka (Face Shield) setiap akan
digunakan, segera ganti bila cacat atau rusak.

16. Penunjang Seluruh Tubuh (Safety Full Body Harness) – Sewa


a. Pekerjaan yang berpotensi terjatuh harus menggunakan Safety
Full Body Harness sesuai standar SNI.
b. Pekerjaan yang berpotensi terjatuh, seperti ketika bekerja di
ketinggian harus menggunakan Safety Full Body Harness.

18
c. Cek kondisi Safety Full Body Harness setiap akan digunakan,
segera ganti bila cacat atau rusak.

17. Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban, Alkohol, Kapas,
Obat-obatan ringan)
a. Kotak P3K terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa,
berwarna dasar putih dengan lambang P3K berwarna hijau.
b. Penempatan kotak P3K pada tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau, diberi tanda arah yang jelas, cukup cahaya serta
mudah diangkat apabila akan digunakan.
c. Kotak P3K berisikan minimal obat luka, perban, alcohol, kapas
dan obat – obatan ringan.

18. Rambu Petunjuk


a. Rambu Petunjuk berfungsi sebagai tanda informasi yang
menyediakan informasi petunjuk zona aman, jalan keluar saat
kondisi darurat, lokasi penyimpanan peralatan keselamatan, dan
peralatan P3K serta, instruksi-instruksi umum yang
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Rambu Petunjuk berbentuk segi empat dengan warna latar
belakang hijau dan simbol berwarna putih.

19. Rambu Larangan


a. Rambu larangan berfungsi sebagai tanda perintah yang harus
ditaati berupa larangan/perintah yang tidak boleh dikerjakan
yang dapat menimbulkan risiko keselamatan dan kesehatan
kerja.
b. Rambu larangan berbentuk lingkaran dengan warna latar
belakang putih dan garis luar serta garis diagonal berwarna
merah dan simbol berwarna hitam.

20. Rambu Peringatan


a. Rambu Peringatan berfungsi sebagai tanda Perhatian/Waspada
yang mengindikasikan bahaya berupa peringatan terhadap
potensi risiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Rambu Peringatan berbentuk segitiga dengan warna latar
belakang kuning serta garis luar berwarna hitam dan simbol
berwarna hitam.

21. Rambu Kewajiban


a. Rambu Kewajiban berfungsi sebagai tanda perintah yang harus
ditaati berupa kewajiban/perintah yang wajib dilaksanakan
yang dapat meniadakan atau mengurangi risiko terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Rambu Kewajiban berbentuk lingkaran dengan warna latar
belakang biru dan simbol berwarna putih.

22. Rambu Informasi

19
a. Rambu Informasi berfungsi sebagai tanda informasi yang
menyediakan informasi untuk umum berhubungan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Rambu Informasi berbentuk segi empat dengan warna latar
belakang putih serta garis luar berwarna hitam dan simbol
berwarna hitam.

23. Rambu Pekerjaan Sementara


a. Rambu Pekerjaan Sementara dipasang secara tidak tetap atau
sementara pada saat pekerjaan konstruksi berlangsung.
b. Rambu Pekerjaan Sementara berfungsi untuk menyatakan suatu
peringatan, larangan, kewajiban dan petunjuk yang dipasang
dan berlaku hanya beberapa waktu, dapat ditempatkan
sewaktu-waktu dan dapat dipindah-pindahkan.

24. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


a. Pekerjaan alat pemadam api ringan (APAR) meliputi pekerjaan
penyediaan dan pemasangan alat pemadam api ringan /
portable lengkap dengan penumpu dan aksesoriesnya. Alat
pemadam api ringan yang dipakai adalah jenis isi tabung Dry
Chemical Powder (DCP).
b. Pengadaan APAR dilaksanakan pada awal pekerjaan fisik
konstruksi untuk antisipasi terjadinya kebakaran pada
pelaksanaan konstruksi dan pada akhir pelaksanaan fisik untuk
ditempatkan pada bangunan yang sudah jadi yang ditempatkan
dilantai 1 dan lantai 2.

25. Bendera K3
a. Bendera K3 dengan warna dasar putih dan berlambang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta logo “Utamakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
b. Lambang K3 berbentuk palang warna hijau dilingkari dengan
roda bergigi sebelas berwarna hijau.
c. Bentuk, ukuran dan tata cara pemasangan Bendera K3 sesuai
Ketentuan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. (disesuaikan dengan BOQ).

2. Persyaratan Administrasi
1) PERSYARATAN PENYEDIA JASA
a) Memiliki izin usaha sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, dalam hal ini adalah memiliki surat izin usaha
kualifikasi menengah.
b) Memiliki kompetensi yang ditunjukan dengan Sertifikat Badan
Usaha (SBU) yang masih berlaku, dengan klasifikasi/
subklasifikasi (bidang/subbidang) Jasa Pelaksana Konstruksi
Bangunan kesehatan (BG008),

20
c) Memiliki kemampuan untuk menyediakan peralatan dengan
disertai bukti kepemilikan atau bukti sewa untuk melaksanakan
Pekerjaan ini, yaitu :
No Nama Alat KAPASITAS JUMLAH
1 Truck 4 m3 3
2 Genset Kerja 5 kVA 2
3 Beton Mixer 0,3 m3 2
4 Vibrator beton 5,5 HP 3
5 Bar cutter 𝟇19 mm 2
6 Escavator 10 Ton, Bucket 1
0,4 m3

d) Memiliki Personil untuk melaksanakan Pekerjaan ini yaitu :


Jabatan dalam
Pengalaman Kerja Sertifikat
No pekerjaan yang
(tahun) Kompetensi Kerja
akan dilaksanakan
1 Manajer Proyek 4 tahun SKA Madya
(Project Manager) Manajemen
Konstruksi (601)
atau Manajemen
Proyek (602)
2 Manajer Teknik 3 tahun SKA Muda ahli
Teknik Bangunan
Gedung
2 Manajer 3 tahun ___
Keuangan
3 Ahli K3 0 tahun / 3 tahun SKA Muda K3
Konstruksi/ Ahli Konstruksi (603)
Keselamatan
Konstruksi

3. Persyaratan Teknis
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Gedung Pelayanan Kekarantinaan dan
Perkantoran Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang Wilayah Kerja Bandara
Adisumarmo.
b. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini berlokasi di Jl. Cendrawasih, Kab Boyolali
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan.
d. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Dokumen pengadaan, Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan
serta mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.

21
e. Pada akhir kerja Penyedia Jasa konstruksi diharuskan membersihkan area kegiatan
dari segala kotoran akibat kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa material
bangunan serta gundukan tanah, bekas galian dan lain sebagainya.

3.1. Standarisasi Pekerjaan


3.1.1. Standarisasi Pekerjaan
Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi
Indonesia(NI), Standar Industri Indonesia (SII), Peraturan Nasional (NI)
maupun Peraturan Pemda setempat lainnya yang berlaku atas jenis bahan
tersebut, peraturan tersebut antara lain :
1. Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
2. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002
3. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam SNI 03-6861,2-2002
4. Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi SNI 03-6861,3-2002
5. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03-
2847–2002.
6. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 2847 :
2013
7. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan Penjelasan SNI
2847 : 2019
8. Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton SNI 03-6816-2002
9. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung SNI 1726 : 2019
10. Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan
Struktur Lain SNI 1727 : 2020
11. Semen Portland SNI 15-2049-2004
12. Baja Tulangan Beton SNI 2052 : 2017
13. Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995
14. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990
15. Cara Uji Slump Beton SNI 1972:2008
16. Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar SNI
2458:2008
17. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan SNI 03-
4810-1998
18. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium SNI
03-2493-1991
19. Spesifikasi Beton Siap Pakai SNI 03-4433-1997
20. Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan Beton SNI 03-6883-2002
21. Baut Kepala Segi Enam dengan Ulir Metrik Halus Kelas A dan B SNI 3067-
1992
22. Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canal Panas (BJP Siku Sama Kaki) SNI 07-
2054-2006
23. Baja Profil I Beam Proses Canal Panas (BJP I Beam) SNI 07-0329-2005
24. Spesifikasi Flensa Pipa Baja Untuk Penyediaan Air Bersih Ukuran (110-366)
mm SNI 07-6404-2000

22
25. Mutu dan Cara Uji Pipa Baja Lapis Seng SNI 07-0039-1987
26. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung SNI 03-
1729-2002
27. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729 : 2020
28. Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Alumunium – Seng (BJ.L AS) SNI
4096:2007
29. Cat Tembok Emulsi SNI 3564:2009
30. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-
1994
31. Tata Cara Pengecatan Genteng Keramik SNI 03-3433-2002
32. Spesifikasi Campuran Cat Siap Pakai Berbahan Dasar Minyak SNI 06-4827-
1998
33. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03-2407-1991
34. Tata cara Pengecatan Logam SNI 03-2408-1991
35. Kapur Untuk Bahan Bangunan SNI 03-6387-2000
36. Spesifikasi Ukuran Kusen Pintu Kayu, Kusen Jendela Kayu, Daun Pintu Kayu
dan Daun Pintu Jendela Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-
0675-1989
37. Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-2445-
1991
38. Ubin Dinding Keramik Berglasir SNI 03-0054-1996
39. Ubin Mosaik Keramik SNI 03-1331-2001
40. Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik SNI 03-0106-1987
41. Keramik Berglazur SNI 03-4062-1996
42. Ubin Granito SNI 03-4061-1996
43. Ubin Tegel Keramik SNI 03-2091-91
44. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) SNI 04-0225-2000
45. Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran SNI 03-
6862-2002
46. Bata Merah Pejal untuk Pasangan Dinding SNI 15-2094-2000
47. Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding PT-T-03-2000-C
48. Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing SNI 03-7065-2000
49. Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-2445-
1991
50. Dan lain-lain yangsecara nyata termasuk di dalam Dokumen/ Gambar, RKS,
Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan / Aanwijzing dan
ketentuan-ketentuan lainnya

3.2. Pekerjaan Tanah dan Pasir


3.2.1. Lingkup Kerja
Pekerjaan Tanah dan Urugan meliputi pekerjaan urugan tanah,galian tanah,
urug kembali tanah bekas galian, galian humus bekas kebun, urugan pasir
bawah pondasi menerus, pondasi footplate dan dasar lantai, urugan tanah
mendatangkan, serta pemadatan tanah.

3.2.2. Pelaksanaan Pekerjaan :


a Pekerjaan galian tanah pondasi

23
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan galian tanah
pondasi meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai gambar shop
drawing.
2). Kedalaman dan lokasi yang akan digali harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
3). Penempatan tanah bekas galian penempatannya tidak boleh
mengganggu pekerjaan lain.
4). Untuk tanah bekas galian yang akan digunakan untuk pengurugan
kembali bekas galian harus ditempatkan pada tempat yang tidak
mengganggu pekerjaan.
5). Untuk pekerjaan urug kembali bekas galian harus dipadatkan
mengunakan alat pemadat minimal stamper sehingga tanah bekas
galian memenuhi tanah padat yang sempurna.
6). Pekerjaan galian dengan menggunakan alat berat diminimalisir
gangguan terhadap lingkungan sekitar.

b Pekerjaan urugan pasir.


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja urugan pasir meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai
hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing.
2). Pasir yang digunakan harus memenuhi gradasi yang disyaratkan,
ketebalan harus sesuai dengan yang direncanakan, atau pasir setempat
yang telah memenuhi hasil pengujian material. Pasir harus bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah
kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Pasir yang digunakan menggunakan pasir urug.
4). Urug pasir harus dipadatkan menggunakan stamper secara bertahap
(setiap 30 cm).

c Pekerjaan urugan tanah


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan urugan tanah
dan pemadatannya meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan
alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing.
2). Kedalaman dan lokasi yang akan ditimbun harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
3). Tanah yang didatangkan, penempatannya tidak boleh mengganggu
pekerjaan lain dan harus disetujui Konsultan Pengawas atau Direksi
Lapangan terlebih dahulu.

24
4). Pemadatan tanah menggunakan alat pemadat/stamper. Pemadatan
dilakukan setiap ketebalan urugan 20 cm.

d Pekerjaan galian tanah humus


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan galian
tanah humus meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai gambar shop
drawing.
2). Kedalaman dan lokasi yang akan digali harus sesuai dengan gambar
perencanaan, sedalam 40 cm dari MTA.
3). Penempatan tanah bekas galian penempatannya tidak boleh
mengganggu pekerjaan lain.
4). Untuk tanah bekas galian harus dibuang keluar dari tapak bangunan di
tempat yang ditentukan oleh direksi.
5). Pekerjaan galian dengan menggunakan alat berat diminimalisir
gangguan terhadap lingkungan sekitar.

3.3. Pekerjaan Pondasi Batu Kali Belah Hitam.


3.3.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pondasi batu merupakan pekerjaan pasangan batu belah hitam,
meliputi pekerjaan pemasangan pondasi batu belah hitam menerus sesuai
dengan ukuran dan profil pada gambar rencana hingga pekerjaan selanjutnya
bisa dilaksanakan.

3.3.2. Standar :
a. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002
b. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
c. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran dengan Bahan Dasar Semen).
d. SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)

3.3.3. Pekerjaan pasangan batu belah hitam


a. Pelaksanaan pekerjaan
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pondasi batu
belah hitam meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai disertai hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop
drawing.
2). Pekerjaan pasangan harus dimulai dengan membuat profil-profil
pondasi dari kayu/bambu pada ujung galian dengan bentuk dan ukuran
sesuai dengan penampang pondasi.
3). Permukaan dasar pondasi harus ditimbun dengan pasir dengan
ketebalan sesuai gambar rencana dan dipadatkan.

25
4). Spesi pasangan batu belah hitam menggunakan campuran dengan
perbandingan 1 PC : 8 pasir.
5). Pasangan batu dipasang lurus mengikuti benang yang diikatkan pada
profil yang sudah dibuat, sehingga menghasilkan pasangan batu yang
lurus dan rapi.
6). Untuk pembesian sloof, dibuat stek-stek per jarak 1 m sedalam 30 cm ke
dalam pasangan pondasi batu kali untuk memberikan ikatan pada sloof
dan pasangan batu kali.

3.3.4. Material
Batu belah, pasir, semen dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.4. Pekerjaan Pasangan Bata Ringan


3.4.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pasangan bata ringan adalah pekerjaan pasangan bata ringan seperti
ditunjukkan gambar rencana yang berfungsi sebagai dinding penutup ruangan
hingga terbentuk pasangan bata ringan yang sempurna untuk difinishing lebih
lanjut, juga meliputi pekerjaan pasangan bata ringan yang lain seperti yang
ditunjukkan pada gambar rencana.

3.4.2. Standar :
a. SNI 03-6862-2002 (Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata dan
Plesteran) atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
b. SNI 15-2094-2000 (Bata Merah Pejal untuk Pasangan Dinding)
c. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
d. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
e. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam).
f. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran dengan Bahan Dasar Semen).
g. SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)

3.4.3. Persyaraan Pekerjaan


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pasangan bata
ringan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas, disertai gambar shop drawing.
2). Penyedia Jasa konstruksi harus memeriksa detil-detil denah, ketinggian
dinding, dikoordinasikan dengan gambar pekerjaan-pekerjaan ME.
3). Sebelum melaksanakan pekerjaan harus jelas terlebih dahulu mengenai
bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan:
 Tinggi dan lebar bukaan untuk pintu dan jendela.
 Perkuatan tambahan untuk opening yang lebar
 Opening untuk access panel, ducting, dll.
4). Pasangan bata yang digunakan adalah pasangan bata ukuran pasangan
bata 60x20x10 (ditunjukkan pada gambar kerja dan mengacu pada volume
item pekerjaan yang ada).

26
5). Campuran menggunakan mortar perekat GE-100.
6). Pengadukan spesi harus dilakukan dengan molen pengaduk spesi.
7). Penyedia Jasa konstruksi harus menjamin pasangan bata ringan horizontal
dengan alat bantu profil kayu lot pengukur ketegakan pasangan dan
benang.
8). Ketebalan spesi diusahakan sama pada arah vertikal dan horisontal.
9). Bidang dinding yang luasnya lebih besar dari 9 m2 ditambahkan kolom dan
balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 11 x 11 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 8 mm jarak 150 cm. Kolom
praktis dicor pada setiap ketinggian 1 m.
10). Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali
tidak diperkenankan.
11). Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah dua melebihi dari
5%. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
12). Setelah bata terpasang, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
13). Setiap pemasangan bata ringan dan kolom praktis dipasang angkur.

3.4.4. Material
Bata Ringan, mortar dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.4.5. Pelaksanaan
1). Pasang Bata Ringan diatas adukan GE-100, cek kerataan pada tiap sisi Bata
Ringan yang telah dipasang dapat dengan menggunakan waterpass
ataupun tarikan benang.
2). Rekatkan Bata Ringan dengan perekat GE-100 menggunakan alat bantu
trowel/roskam yang disesuaikan dengan ketebalan Bata Ringan yang
dipasang, pastikan seluruh permukaan Bata Ringan yang dihampar GE-100
tertutup adukan.
3). Rekatkan Bata Ringan menggunakan palu karet dengan menjaga ketebalan
tetap sekitar 3 mm.
4). Bersihkan kelebihan GE-100 dengan menggunakan kape, kelebihan
tersebut dapat juga dipergunakan untuk menambal Bata Ringan yang
gompal.
5). Pasang angkur dengan diameter minimal 8 mm pada setiap pasangan Bata
Ringan 3 susun jika berhimpit dengan kolom struktur.
6). Gunakan adukan GE-100 untuk pada setiap sisi Bata Ringan yang
menempel pada balok dan kolom struktur.
7). Untuk kerataan permukaan Bata Ringan dapat menggunakan papan amplas
ataupun pecahan Bata Ringan yang tidak terpakai.
8). Untuk pemotongan Bata Ringan dapat menggunakan gergaji Beton Ringan
atau gergaji pemotong elektrik (circular saw).
9). Pembuatan alur pipa dapat menggunakan circular saw untuk menandai
lubang yang diinginkan, pemotongan dapat menggunakan pahat untuk
bagian yang akan dilubangi. Gunakan hand router jika diperlukan untuk
merapikan lubang yang telah dibentuk

3.5. Pekerjaan Plesteran dan Acian.

27
3.5.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan plesteran adalah semua pekerjaan plesteran pada semua permukaan
bata ringan dan beton atau yang ditunjukkan pada gambar, hingga terbentuk
permukaan yang siap difinishing lebih lanjut.

3.5.2. Standar :
a. SNI 03-6862-2002 (Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata
dan Plesteran).
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding).
c. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
d. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam).
e. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran dengan Bahan Dasar Semen).
f. SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)

3.5.3. Material
Mortar, semen, dan pasir dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.5.4. Pelaksanaan
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran dan acian
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2). Sebelum memulai pekerjaan, pekerjaan pipa-pipa dan conduit mekanikal
dan elektrikal harus sudah selesai.
3). Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat tertanam
sehingga tidak menimbulkan retak pada plesteran yg sudah jadi.
4). Campuran/bahan dibuat menggunakan mixer selama 3 menit dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Masukkan bahan kering mortar GE-210 ke dalam bak adukan dan
tuang air sebanyak 9 – 9.5 liter untuk setiap zak GE – 210 (50kg).
b) Aduk campuran hingga rata dan memperoleh konsistensi yang sesuai
untuk pelaksanaan pasangan bata.
c) Kelembaban plasteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar/tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plasteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah
penguapan air secara cepat.
d) Plasteran harus mendapatkan curing minimal 1x sehari selama 3 hari.
e) Plesteran harus sudah berumur 3 hari sebelum di-aci.
f) Acian harus rata/tdk bergelombang dengan ketebalan acian 2 mm atau
maksimal 3 mm.
g) Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plasteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dengan biaya atas
tanggungan penyedia Jasa konstruksi.

28
3.6. Pekerjaan Beton Bertulang
3.6.1. Lingkup kerja
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, serta
pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan
yang tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan
beton, seperti acuan, besi beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam
lingkup pekerjaan ini adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di
sekitar sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman

3.6.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/
Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk Benda Uji Silinder
Beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder
yang Dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)

3.6.3. Material
Semen, agregat kasar, agregat halus pasir, besi beton, air, dan admixture /
bahan tambah dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.6.4. Mutu Beton


a. Kualitas Beton
1) Pondasi foot plat menggunakan mutu beton fc’ 24,9 MPa

29
2) Tie Beam, Balok, Plat lantai seluruh lantai menggunakan mutu beton
fc’ 24,9 MPa
3) Kolom menggunakan mutu beton fc’ 29,05 MPa
4) Tangga dan ramp menggunakan mutu beton fc’ 24,9 MPa
5) Beton Praktis (sloof, kolom, ringbalok, balok latai, balok janggutan),
pelat topi-topi dan pelat meja dapur menggunakan mutu beton fc’
14,5 MPa.
6) Jika tidak ditentukan secara khusus, maka untuk lantai kerja
menggunakan beton mutu fc’ 10 MPa.
b. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai,
Kontraktor harus melakukan percobaan sesuai dengan yang disyaratkan
oleh peraturan yang berlaku. Untuk itu harus diadakan trial-mix di
laboratorium.
c. Pernyataan jaminan mutu SNI dan TKDN beton segar siap pakai (ready-mix)
beton structural dari produsen yang dilampiri sertifikat SNI Produk Beton
Struktural SNI 6880:2016 yang masih berlaku dan Sertifikat Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Beton Siap Pakai (Ready-Mix).

3.6.5. Desain Adukan Beton


a. Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang
dihasilkan memberikan kelecakan (workability) dan konsistensi yang baik,
sehingga beton mudah dituangkan ke dalam acuan dan ke sekitar besi
beton, tanpa menimbulkan segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding)
secara berlebihan.

Tabel Ketentuan Minimum untuk Beton Kedap Air


Jenis Struktur Kondisi lingkungan Faktor air semen Jumlah semen
berhubungan dengan maksimum minimum
(kg/m3)

Beton Air tawar/ payau 0.50 290


Bertulang Air laut 0.45 360

Beton Air tawar/ payau 0.50 300


Pratekan Air laut 0.45 360

b. Kontraktor harus menyerahkan mix-design yang diusulkan kepada


Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya. Khusus untuk
beton kedap air, maka jumlah semen minimum harus sesuai dengan yang
disyaratkan oleh pemasok waterproofing.

3.6.6. Pengujian Bahan


1. UMUM
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala
pengujian termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah
sesuai yang disyaratkan. Kontraktor harus menyerahkan hasil
pengujiannya setelah hasil uji diperoleh untuk persetujuan oleh
Konsultan Pengawas.

30
b. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka
Kontraktor harus melaksanakan pengujian ulang dengan campuran
yang lain dan selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji tersebut
hingga diperoleh hasil yang diinginkan.
c. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai
dengan pengarahan Konsultan Pengawas.
d. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan,
Kontraktor harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik,
dimana pengujian dilakukan secara berkala, dengan cara pengujian
sesuai dengan spesifikasi ini.

2. Laboratorium Penguji
a. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan
suatu laboratorium penguji untuk melaksanakan pengujian material
yang akan digunakan pada proyek ini. Laboratorium ini bertanggung
jawab untuk melakukan semua pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
b. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan
penguji di lapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga akhli
yang menguasai bidangnya.
1) Alat penguji agregat kasar dan agregat halus.
2) Alat pengukur kadar air (moisture content) dari agregat.
3) Alat pengukur kelecakan beton (slump)
4) Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpan untuk merawat
benda uji pada temperatur yang normal dan terhindar dari
sengatan matahari.
c. Jika menggunakan beton readymix, maka peralatan yang disebut (a)
dan (b) di atas harus disiapkan di pabrik beton readymix

3. Pengujian Agregat
a. Pengujian Pendahuluan Agregat
1) Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat
sebagai berikut :
a) Sieve Analysis
b) Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain
c) Pengujian unsur organis
d) Pengujian kadar chlorida dan sulfat
2) Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
3) Pengujian a) dan b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis
agregat harus dilakukan terhadap setiap contoh untuk setiap trial
mix.

b. Benda Uji Agregat


Kontraktor harus melaksanakan pengujian atas agregat yang akan
digunakan untuk menghasilkan beton seperti yang disyaratkan. Jumlah
minimum untuk pengujian agregat yang dipakai untuk pekerjaan beton
adalah sebagai berikut :
Tipe Pengujian Minimum satu contoh

31
Sieve analysis Setiap minggu
Moisture content Setiap minggu
Clay, silt dan kotoran Setiap hari
Kadar organis Setiap minggu
Kadar Chlorida dan Sulfat Setiap 500 m3 beton

Jika hasil pembuatan beton yang dilakukan oleh Kontraktor tidak


memuaskan, maka Konsultan Pengawas berhak untuk meminta
pengujian tambahan dengan beban biaya Kontraktor, dan sebaliknya
mungkin jumlah pengujian dapat dikurangi jika hasil yang diperoleh
ternyata memuaskan.

4. Pengujian Beton
Pengujian mutu beton harus mengacu pada SNI 1974:2011 tentang Cara
Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder.
a. Benda uji beton
1) Benda uji harus berbentuk Silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm.
2) Benda uji harus diberi kode/tanda yang menunjukkan tanggal
pengecoran, lokasi pengecoran dari bagian struktur yang
bersangkutan.
3) Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan
beton readymix, maka benda uji harus diambil sebelum beton
dituang ke lokasi pengecoran, sesuai dengan yang disyaratkan oleh
Konsultan Pengawas.

b. Jumlah benda uji beton


1) Jumlah minimum benda uji per 60 m3 pengecoran adalah 5 pasang
benda uji (10 benda uji).
2) Apabila dalam 1 kali pengecoran kurang dari 60 m3 maka jumlah
benda uji tetap 5 pasang (10 benda uji) atau jumlahnya sesuai
persetujuan dari Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
3) Benda uji tersebut ditentukan secara acak oleh Konsultan
Pengawas dan harus dirawat sesuai dengan persyaratan. Uji Lab
dilaksanakan di Laboratorium Independen yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
4) Satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan
dua spesimen ini yang diuji pada umur beton yang ditentukan, yaitu
umur 7 hari dan 28 hari.
5) Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka Konsultan Pengawas
dapat meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di
atas, dengan beban biaya ditanggung oleh Kontraktor.

c. Laporan Hasil Uji Beton


Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas hasil uji beton dari
laboratorium penguji untuk disahkan oleh Konsultan Pengawas.
Laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton
karakteristiknya.

32
d. Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton
Cara evaluasi kualitas beton mengacu pada SNI 03-6815:2002 tentang
Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton. Deviasi Standar- S
Deviasi standar produksi beton ditetapkan berdasarkan jumlah 30
buah hasil test Silinder. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh
Silinder yang kurang dari 30 buah harus dikoreksi dengan faktor
pengali seperti tercantum dalam tabel berikut :

 fc  fcr 
2
S
N 1

Jumlah Benda Uji (N)- buah Faktor Pengali – S


 15 1.16
20 1.08
25 1.03
 30 1.00

Kuat tekan rata-rata - f’cr Target f’cr yang digunakan sebagai dasar
dalam menentukan proporsi campuran beton harus diambil sebagai
nilai yang terbesar dari formula berikut ini :
f’cr = fc’ + 1.64 S
atau
f’cr = fc’ + 2.64 S – 40 kg/cm2.

Kuat tekan sesungguhnya. Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan


tercapai dengan memuaskan, jika kedua syarat berikut dipenuhi :
1) Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing
terdiri dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ + 0.82 S).
2) Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji)
mempunyai nilai dibawah 0.85 fc’.

e. Pengujian Pembanding Mutu Beton (Destructive Test)


1) Jika hasil evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata
tidak dapat dipenuhi, maka dilakukan uji Core Drill oleh Penyedia
Jasa.
2) Semua biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Lokasi dan banyaknya pengujian akan ditentukan secara khusus
dengan melihat kasus per kasus.
3) Bila hasil core drill tidak memenuhi, maka harus diambil langkah
untuk meningkatkan mutu beton agar sesuai dengan spesifikasi
yang dipersyaratkan atas rekomendasi Konsultan Pengawas atau
Direksi Lapangan.

3.6.7. Syarat-syarat Pelaksanaan


1. Slump
a. Pengujian slump beton mengacu pada SNI 1972:2008 tentang Cara Uji
Slump Beton,

33
b. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak
ditentukan secara khusus maka nilai slump untuk beberapa elemen
struktur adalah seperti di bawah ini :

Jenis Elemen Tinggi (cm) Toleransi +/- (cm)


Struktur
Pondasi Footplat 16 2
Pile Cap, Plat, Balok, 12 2
Kolom, (Umum)
Dinding beton 16 2

c. Cara uji slump sebagai berikut; Cara uji slump sebagai berikut;
1) Beton diambil sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton
(bekisting).
2) Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan
yang rata.
3) Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
4) Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi beton
diameter 16 mm, panjang 30 cm dengan ujung yang bulat.
5) Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan
berikutnya.
6) Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus
masuk sampai dengan satu lapisan di bawahnya.
7) Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penurunannya.

2. Persetujuan Konsultan Pengawas


a. Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan,
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
b. Laporan harus diberikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3
hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.
c. Hal hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam antara semua
pihak yang berkepentingan.
d. Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus dicatat secara baik dan
jelas, sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data tersebut
dibutuhkan untuk pemeriksaan.

3. Persiapan dan Pemeriksaan


a. Kontraktor tidak diizinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa
izin tertulis dari Konsultan Pengawas.
b. Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas tentang
kesiapannya untuk melakukan pengecoran dan laporan tersebut harus
disampaikan paling lambat 3 hari sebelum waktu pengecoran, sesuai
dengan kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan Konsultan
Pengawas melakukan pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan.
c. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang memadai seperti tangga
ataupun fasilitas lain yang dibutuhkan agar Konsultan Pengawas dapat

34
memeriksa pekerjaan secara aman dan mudah. Tanpa fasilitas tersebut,
Kontraktor tidak akan diizinkan untuk melakukan pengecoran.
d. Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan tersebut harus segera
diperbaiki dalam waktu 1x24 jam dan selanjutnya Kontraktor harus
mengajukan izin lagi untuk dapat melaksanakan pengecoran.
e. Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu akibat koreksi yang
timbul, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas.
f. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran tidak berarti
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas ke
tidaksempurnaan ataupun kesalahan yang timbul.
g. Sebelum pengecoran dilakukan harus dipastikan dan dikoordinasikan
dengan Konsultan Pengawas bahwa semua peralatan yang akan
tertanam di dalam beton sudah terletak pada tempatnya, dan semua
kotoran sudah dibersihkan dari lokasi pengecoran.
h. Demikian pula untuk siar pelaksanaan sudah harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan.

4. Siar Pelaksanaan
a. Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar
kerjanya.
b. Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar
perlemahan struktur dapat dikurangi.
c. Siar pelaksanaan tidak diizinkan untuk melalui daerah yang
diperkirakan sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
d. Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi siar pelaksanaan harus terletak
pada daerah di mana gaya geser adalah minimal, umumnya terletak
pada sepertiga bentang tengah dari panjang efektif elemen struktur.
e. Pada pengecoran beton yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar
pelaksanaan harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak
menyebabkan perbedaan temperatur yang besar pada beton tersebut,
yang dapat berakibat retaknya beton, disamping adanya tegangan
residu yang tidak diinginkan.
f. Siar pelaksanaan dapat dibuat secara horisontal, dan pengecoran dapat
dibagi menjadi berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan tersebut harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
g. Kontraktor sudah harus mempertimbangkan di dalam penawarannya,
segala hal yang berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti
waterstop, perekat beton, dowel dsb., maupun pembersih permukaan
beton agar dapat dijamin lekatan antara beton lama dan baru.
h. Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan bekas beton
yang tidak melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan,
harus dikasarkan sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi
terlihat, tetapi tetap melekat dengan baik.

5. Pengangkutan dan Pengecoran Beton

35
a. Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat
tiba di lokasi proyek dalam keadaan yang masih memenuhi spesifikasi
teknis.
b. Jika lokasi pembuatan beton cukup jauh dari proyek, maka harus
digunakan admixtures yang dapat memperlambat proses pengerasan
dari beton.
c. Pada saat beton diangkut ke lokasi pengecoran juga harus diperhatikan,
agar tidak terjadi pemisahan antara bahan-bahan dasar pembuat beton.
d. Pada saat pengecoran tinggi jatuh dari beton segar harus kurang dari
1.50 meter.
e. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah
yang berat, dengan pasta beton, sehingga mengakibatkan kualitas
beton menjadi menurun.
f. Untuk itu harus disiapkan alat bantu seperti pipa tremie sehingga
syarat ini dapat dipenuhi.
g. Sebelum pengecoran beton harus dijaga agar tetap dalam kondisi
plastis dalam waktu yang cukup, sehingga pengecoran beton dapat
dilakukan dengan baik. Kontraktor harus mengajukan jumlah alat dan
personel yang akan mendukung pengecoran beton, yang dianalisa
berdasarkan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
h. Sebagai gambaran setiap alat pemadat mampu memadatkan sekitar 5 -
8 m3 beton segar per jam. Beton segar harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan lokasi akhir, sehingga masalah segregasi dan
pengerasan beton dapat dihindarkan, dan selama pemadatan beton
masih bersifat plastis.
i. Untuk menjaga kelangsungan pengecoran beton, Kontraktor harus
mempersiapkan alat pelindung yang mungkin berguna seperti hujan
yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

6. Pemadatan Beton
a. Alat Pemadat Beton
1) Beton yang baru dicor harus segera dipadatkan dengan alat
pemadat (vibrator) dengan tipe yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
2) Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi udara pada
beton yang akan mengurangi kualitas beton.
3) Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan (workability)
beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat,
sehingga slump yang rendah biasanya merupakan masalah.
4) Untuk itu harus disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai,
sesuai dengan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
Minimal harus dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan
dipakai, jika ada vibrator yang rusak pada saat pemadatan sedang
berlangsung.
5) Alat pemadat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyentuh besi beton.

b. Lokasi Pemadatan yang Sulit

36
Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada
pertemuan balok-kolom, dinding beton yang tipis, dan pada lokasi
pembesian yang rapat dan rumit, maka Kontraktor harus
mempersiapkan metode khusus untuk pemadatan beton yang
disampaikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum
pengecoran dilaksanakan, agar tidak terjadi keropos pada beton,
sehingga secara kualitas tidak akan disetujui.

c. Pemadatan Kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih
plastis, maka beton tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan
rekomendasi Konsultan Pengawas agar retak tersebut dapat
dihilangkan.

d. Metode Pemadatan Lain


Jika dipandang perlu Kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan
lain yang dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang
besar antara permukaan dan inti beton. Hal ini dapat menyebabkan
keretakan struktur dan terjadinya tegangan menetap pada beton, tanpa
adanya beban yang bekerja.

7. Temperatur Beton Segar


Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang
mempunyai skala -5 s.d. 100 derajat C, harus dimasukkan ke dalam contoh
tersebut sedalam 100 mm. Jika temperatur sudah stabil selama 1 menit,
maka temperatur tersebut harus dicatat dengan ketelitian 1 derajat C.

8. Perawatan Beton
a. Tujuan Perawatan
Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi
kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi, dan mencegah
penguapan air dari beton pada umur beton awal, dan juga mencegah
perbedaan temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan
terjadinya keretakan dan penurunan kualitas beton. Perawatan beton
harus dilakukan begitu pekerjaan pemadatan beton selesai dilakukan.
Untuk itu harus dilakukan perawatan beton sedemikian sehingga tidak
terjadi penguapan yang cepat terutama pada permukaan beton yang
baru dipadatkan.

b. Lama Perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus
dibasahi dengan air bersih selama minimal 7 hari segera setelah
pengecoran selesai. Untuk elemen vertikal seperti kolom dan dinding
beton, maka beton tersebut harus diselimuti dengan karung yang
dibasahi terus menerus selama 7 hari.

c. Perlindungan Beton Tebal


Untuk pengecoran beton dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka
permukaan beton harus dilindungi dengan material (antara lain

37
stirofoam atau metoda lainnya) yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas, agar dapat memantulkan radiasi akibat panas. Material
tersebut harus dibuat kedap, agar kelembaban permukaan beton dapat
dipertahankan.

d. Acuan Metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang
sejenis, harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan.
Acuan tersebut harus dihindari dari terik matahari langsung, karena
sifatnya yang mudah menyerap dan mengantarkan panas. Perlakuan
yang kurang baik akan menyebabkan retak-retak yang parah pada
permukaan beton.

e. Curing Compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan
curing compound. Jenis dan tipe curing compound yang akan digunakan
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Harus diperhatikan agar
tidak terjadi penurunan temperatur yang cepat pada permukaan beton
sehingga dapat menyebabkan keretakan pada permukaan beton.

9. Cara untuk Menghindari Keretakan pada Beton


a. Alat Monitoring
1) Untuk pekerjaan beton dengan tebal lebih dari 600 mm, Kontraktor
harus menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur
dan memonitor segala kejadian yang mungkin terjadi selama
pekerjaan beton berlangsung. Monitoring dilakukan minimal
selama 7 hari terhitung sejak pengecoran selesai.
2) Kontraktor wajib menyediakan alat pengukur temperatur yang
akan diletakkan pada dasar beton, di dalam beton dan di
permukaan beton dengan jarak vertikal antara alat ditetapkan
maksimal 50 cm.
3) Sedangkan jarak horisontal antara titik satu dengan lainnya
maksimal 10 meter.
4) Lokasi alat pengukur dan metode pengukuran suhu tersebut harus
diusulkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.

b. Perbedaan Temperatur
Umumnya permukaan beton tidak harus didinginkan secara mendadak,
yang terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar
(> 20° C) antara permukaan dan inti beton, dan beton harus
dihindarkan dari sinar matahari langsung ataupun tiupan angin.

c. Material Bantu
Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang
mungkin dapat dicampur ke dalam beton maupun yang akan digunakan
pada saat perawatan beton untuk mencegah terjadinya penguapan
yang terlalu cepat.

38
d. Lebar Retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan. Dan lebar
retak yang diizinkan maksimal sebesar 0.004 kali tebal selimut beton.

e. Antisipasi Perbedaan Temperatur


Kontraktor harus menyiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan
untuk mengatasi jika perbedaan temperatur menjadi lebih dari 20
derajat C, misalnya dengan mempertebal isolasi yang sudah digunakan
atau membuat isolasi menjadi benar-benar kedap terhadap angin dan
udara. Hal ini harus segera dilakukan agar perbedaan temperatur tidak
menjadi lebih besar. Untuk itu harus disiapkan material isolasi lebih
dari kebutuhan sebelum pengecoran dilakukan.

f. Hal-hal Lain
Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun
sesudah pengecoran beton adalah :
1) Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap dalam
kondisi terlindung dari sinar matahari, sehingga temperatur tidak
tinggi pada saat pencampuran dimulai.
2) Air yang akan digunakan harus didinginkan, misalnya dengan
mengganti sebagian air dengan es, sehingga temperatur menjadi
lebih rendah.
3) Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah
4) Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair ke dalam campuran beton.
5) Waktu antara pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi
maksimal 2 jam
6) Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan
membuat siar pelaksanaan secara horisontal pada beton yang
tebal, sehingga tebal satu lapis pengecoran menjadi kurang lebih 1
meter, dan perbedaan temperatur dapat dikontrol.
7) Jika mungkin, diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari
dimana temperatur lapangan sudah lebih rendah dibandingkan
pada siang hari.
8) Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada seluruh
permukaan beton yang terbuka untuk mencegah tiupan angin dan
menjaga agar temperatur tidak terlalu berbeda pada seluruh
penampang beton.
9) Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai, dan
harus diteruskan sampai sistem isolasi terpasang seluruhnya.
10) Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari
sinar matahari dan angin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat
dinding pada sekeliling daerah pengecoran dengan plastik atau
material sejenis, demikian juga pada bagian atasnya.

g. Retak di Luar Batas yang Disyaratkan


1) Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan di luar batas
yang diizinkan, maka Kontraktor harus melaporkan hal tersebut
secara tertulis dan mengajukan perbaikan yang berisi antara lain
metode kerja dan peralatan yang digunakan berikut komposisi

39
campuran yang digunakan, kepada Konsultan Pengawas untuk
dievaluasi lebih lanjut.
2) Kontraktor tidak diizinkan untuk memperbaiki keretakan tersebut
sebelum mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.

10. Adukan Beton yang Dibuat di Tempat (Site Mixing)


Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, maka untuk beton yang
dibuat di lapangan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Semen diukur menurut berat.
b. Agregat kasar diukur menurut berat.
c. Pasir diukur menurut berat.
d. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin
(concrete batching plant).
e. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
f. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan
berada dalam mesin pengaduk.
g. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus
dibersihkan lebih dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.

11. Besi Beton


a. Merk Besi Beton
Sebelum pemesanan dilakukan, maka Kontraktor harus mengusulkan
merek besi beton dilengkapi dengan brosur dan data teknis dari pabrik
yang akan digunakan untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.

b. Penyimpanan
Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu
secara baik sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan
harus cukup terlindung sehingga kemungkinan karat dapat
dihindarkan.

c. Gambar Kerja dan Bending Schedule


Pembengkokan besi beton harus dilakukan sesuai dengan gambar
rencana dan berdasarkan standar detail yang ada. Pembengkokan
tersebut harus dilakukan dengan menggunakan alat-alat (bar bender)
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak-retak
dan sebagainya. Semua pembengkokan harus dilakukan dalam keadaan
dingin dan pemotongan harus dengan bar cutter. Pemotongan dan
pembengkokan dengan sistem panas sama sekali tidak diizinkan. Untuk
itu Kontraktor harus membuat gambar kerja pembengkokan (bending
schedule) dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.

d. Bebas Karat
Pemasangan dan penyetelan berdasarkan elevasi yang sesuai dengan
gambar dan harus sudah diperhitungkan toleransi penurunannya.
Sebelum besi beton dipasang, permukaan besi beton harus bebas dari
karat, minyak dan lain-lain yang dapat mengurangi lekatan besi beton.

40
e. Selimut Beton
Besi beton harus dilindungi oleh selimut beton yang sesuai dengan
gambar standar ditail. Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan
utama tarik/tekan penampang beton harus dipasang sejauh mungkin
dari garis tengah penampang, sehingga pemakaian selimut beton yang
melebihi ketentuan-ketentuan tersebut di atas harus mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

f. Penjangkaran
Pemasangan rangkaian besi beton yaitu kait-kait, panjang
penjangkaran, penyaluran, letak sambungan dan lain-lain harus sesuai
dengan gambar standar yang terdapat dalam gambar rencana. Apabila
ada keraguan tentang ini maka Kontraktor harus meminta klarifikasi
kepada Konsultan Pengawas.

g. Kawat Beton dan Penunjang


Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada
kedudukan yang kokoh untuk menghindari pemindahan tempat,
dengan menggunakan kawat yang berukuran tidak kurang dari 16
gauge atau klip yang sesuai pada setiap tiga pertemuan. Pembesian
harus ditunjang dengan beton tahu atau penunjang besi, spacers atau
besi penggantung seperti yang ditunjukkan pada gambar standar atau
dicantuPengawasan pada spesifikasi ini. Penunjang-penunjang metal
tidak boleh diletakkan berhubungan dengan acuan. Ikatan dari kawat
harus dimasukkan ke dalam penampang beton, sehingga tidak
menonjol pada permukaan beton.

h. Sengkang-sengkang
Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan
rencana, maka sengkang harus diikat pada tulangan utama dan
jaraknya harus sesuai dengan gambar. Akhiran/ kait sengkang harus
dibuat seperti yang disyaratkan di dalam gambar standar agar
sengkang dapat bekerja seperti yang diinginkan. Demikian juga untuk
besi pengikat yang digunakan untuk pengikat tulangan utama.

i. Beton Tahu
Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada
tulangan, dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan
beton yang akan dicor. Jarak antara beton tahu ditentukan maksimal
100 cm.

j. Penggantian Besi
1) Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
2) Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka Kontraktor harus dapat

41
menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang
tertera dalam gambar.
3) Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat
dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat
dengan catatan :
a) Harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
b) Jumlah besi per satuan panjang atau jumlah besi ditempat
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar
(dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Khusus
untuk balok portal, jumlah luas penampang besi pada tumpuan
juga tidak boleh lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
c) Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlap yang
dapat menyulitkan pengecoran.
d) Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu
pelaksanaan.

12. Toleransi Dimensi Elemen-elemen Struktur


Dimensi elemen struktur seperti (pelat, balok, kolom, dinding) harus
memenuhi toleransi sbb. :

Dimensi Elemen Struktur Toleransi terhadap B, Toleransi selimut


(mm) (mm) beton (mm)
B ≤ 200  9.0  5.0
B ≥ 200  12.0  9.0

Dimana B adalah dimensi elemen struktur baik untuk lebar maupun tinggi.
Pelaksanaan yang tidak memenuhi toleransi tersebut akan dievaluasi oleh
Konsultan Pengawas, untuk selanjutnya diputuskan. Semua akibat
kesalahan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

13. Pemasangan Alat-alat di Dalam Beton / Sparing


a. Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan secara
tepat lokasi sparing yang akan terdapat pada elemen struktur.
Kontraktor wajib mempelajari gambar M&E dan mendiskusikan
dengan pihak terkait jika terdapat keraguan tentang gambar tersebut.
Kebutuhan sparing yang terjadi akibat perubahan disain harus
diinformasikan dan dikoordinasikan segera kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan pemecahannya. Pekerjaan membobok,
membuat lubang atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi
harus dihindarkan dan jika diperlukan harus mendapatkan ijin tertulis
dari Konsultan Pengawas.
b. Ukuran lubang, pemasangan alat-alat di dalam beton, pemasangan
sparing dan sebagainya, harus sesuai dengan gambar struktur maupun
gambar lain yang terkait atau menurut petunjuk-petunjuk Konsultan
Pengawas.
c. Perkuatan pada lubang-lubang beton untuk keperluan pekerjaan M/E
harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam gambar standar. Jika

42
tidak/ belum tertera di dalam gambar maka Kontraktor wajib
menginformasikan hal tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan penyelesaiannya.

14. Beton Kedap Air


a. Beton kedap air adalah beton yang dibuat agar tidak tembus air untuk
jangka waktu yang lama. Untuk itu Kontraktor wajib mengikuti segala
ketentuan yang disyaratkan oleh pemasok bahan kedap air/
waterproofing, termasuk cara pembuatan beton tersebut.
b. Pada siar pelaksanaan harus dipasang waterstop sesuai dengan
spesifikasi pabrik. Waterstop tersebut harus ditunjukkan di dalam
gambar kerja/ shop drawing, sehingga rencana pengecoran harus
direncanakan dengan baik. Biaya waterstop tersebut sudah termasuk di
dalam penawaran yang diajukan oleh Kontraktor.
c. Apabila terjadi kebocoran selama masa garansi, maka Kontraktor harus
mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor. Prosedur
perbaikan tersebut harus diusulkan oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas, sedemikian rupa sehingga tidak merusak bagian-
bagian lain yang sudah selesai.

3.6.8. Begesting / Acuan


1. Umum
a. Kontraktor harus membuat acuan yang dapat dipertanggung jawabkan
secara struktur baik kekuatan, stabilitas maupun kekakuannya serta
layak untuk digunakan. Acuan merupakan suatu bagian pekerjaan
struktur yang berguna untuk membentuk struktur beton agar sesuai
dengan gambar rencana.
b. Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam spesifikasi
ini. Kontraktor dapat mengusulkan alternatif acuan dengan catatan
bahwa harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Di dalam
penawarannya, Kontraktor wajib menawarkan sesuai dengan yang
ditentukan di dalam spesifikasi.
c. Semua bagian acuan yang sudah selesai digunakan harus dibongkar dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Tidak dibenarkan adanya bagian
acuan yang tertanam di dalam struktur beton.
d. Pada struktur beton kedap air, cara pemasangan acuan dan bukaan
pada acuan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bukaan tersebut
harus dapat ditutup dengan sempurna, sehingga bebas dari kebocoran.
Semua pengikat acuan (ties) harus dilengkapi dengan material tertentu
seperti water baffles sehingga pada saat dicor akan menyatu dengan
struktur beton.

2. Lingkup Pekerjaan
a. Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan
seperti release agent, pengangkutan dan pelaksanaan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan acuan sebagai cetakan beton sesuai
dengan gambar-gambar konstruksi dan gambar-gambar disiplin lain

43
yang berhubungan seperti diuraikan dalam uraian dan syarat-syarat
pelaksanaan, secara aman dan benar.

b. Detail-detail Khusus
Pembuatan acuan khusus sesuai yang direncanakan harus termasuk
yang ditawarkan di dalam penawaran Kontraktor. Termasuk juga jika
disyaratkan menggunakan material acuan yang khusus untuk
menghasilkan ditail khusus.

3. Persyaratan Bahan
a. Acuan dan Penyangga
1) Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk beton, baja,
pasangan bata yang diplester, kayu atau material lain yang dapat
dipertanggung jawabkan kualitasnya.
2) Penggunaan acuan siap pakai produksi pabrik tertentu diizinkan
untuk dipergunakan, selama dapat disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
3) Acuan yang terbuat dari multipleks dengan tebal minimal 12 mm.
4) Pengaku harus dibuat dengan benar agar tidak terjadi perubahan
bentuk/ ukuran dari elemen beton yang dibuat.
5) Penyanggah yang terbuat dari baja lebih disukai, walau
penggunaan material penyanggah dari kayu dapat diterima.
6) Bahan dan ukuran kayu yang digunakan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
7) Untuk pekerjaan beton yang langsung berhubungan dengan tanah,
maka sebagai lantai kerja harus dibuat dari beton mutu fc’ 10 MPa.
8) Sebagai acuan samping dari beton tersebut dapat menggunakan
pasangan batu kali, batu bata atau material lain yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

b. Release Agents
1) Release agent harus merupakan material yang memenuhi
ketentuan berikut ini :
a) Cream Emulsion
b) Neat oil dengan ditambahkan surfactant
c) Release agent kimiawi yang tidak merusak beton
2) Release agent harus disimpan dan digunakan sesuai dengan
ketentuan pabrik pembuatnya.
3) Kontraktor harus memastikan bahwa release agent yang digunakan
cocok dengan bahan finish yang akan digunakan. Dan jika
permukaan beton merupakan finishing atau umum disebut beton
exposed maka Kontraktor harus memastikan bahwa permukaan
beton yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan Konsultan
Pengawas.
4) Kontraktor harus memastikan bahwa release agent tersebut tidak
akan bersentuhan langsung dengan besi beton.

4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Struktur Acuan

44
1) Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa sedemikian
rupa, sehingga mampu memikul beban ke semua arah yang
mungkin terjadi (kuat), tanpa mengalami deformasi yang
berlebihan (kaku), dan juga harus memenuhi syarat stabilitas.
2) Deformasi dibatasi tidak lebih dari 1/360 bentang.
3) Peninjauan terhadap kemungkinan beban di luar beban beton juga
harus dipertimbangkan, seperti kemungkinan beban konstruksi,
angin, hujan dan lain lain.
4) Semua analisa dan perhitungan acuan berikut elemen
pendukungnya harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuannya, sebelum pekerjaan
dilakukan.

b. Dimensi Acuan
1) Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar struktur
adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk
plester/finishing.
2) Tambahan elemen tertentu seperti bentuk/ profil khusus yang
tercantum di dalam gambar arsitektur juga harus diperhitungkan
baik sebagai beban maupun dalam analisa biaya.

c. Gambar Kerja
1) Kontraktor harus membuat gambar kerja khusus acuan
berdasarkan analisis yang dilakukannya.
2) Gambar kerja tersebut harus lengkap disertai ukuran dan ditail-
ditail sambungan yang benar dan selanjutnya diserahkan kepada
Konsultan Pengawas untuk persetujuannya.
3) Tanpa persetujuan tersebut Kontraktor tidak diperkenankan untuk
memulai pembuatan acuan di lapangan.

d. Tanggung Jawab
1) Walaupun sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas, tanggung
jawab sepenuhnya atas kekuatan, kekakuan dan stabilitas acuan
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kontraktor.
2) Jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan perkiraan ataupun
kekeliruan yang mengakibatkan timbulnya biaya tambah, maka
semua biaya tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3) Acuan harus dibuat sesuai dengan yang dibuat di dalam gambar
kerja. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja harus
segera dibongkar.

e. Stabilitas Acuan
1) Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga
kemungkinan bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan
dapat dihindari.
2) Konsultan Pengawas berhak untuk meminta Kontraktor untuk
memperbaiki acuan yang dianggap tidak/ kurang sempurna
dengan beban biaya Kontraktor.

45
f. Inspeksi Konsultan Pengawas
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian
rupa sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah
oleh Konsultan Pengawas.

g. Detail Acuan
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton
yang bersangkutan.

h. Jumlah Pemakaian
1) Acuan untuk beton non ekspose hanya diperbolehkan dipakai
maksimum 3 (tiga) kali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas.
2) Acuan yang akan digunakan berulang harus dipersiapkan
sedemikian rupa sehingga dapat dijamin permukaan acuan tetap
rapih dan bersih.

i. Akurasi
1) Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran
kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-
gambar konstruksi.
2) Toleransi ukuran dan posisi harus sesuai dengan yang tercantum
di dalam spesifikasi ini.

j. Sistem Pengaliran Air


1) Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum
pengecoran.
2) Harus dipersiapkan sistem pengaliran air sedemikian, sehingga
pada saat dibasahkan, air dapat mengalir ke tempat yang
diinginkan dan acuan tidak tergenang oleh air.
3) Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi
kebocoran atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap
lurus (tidak berubah bentuk) dan tidak bergoyang.

k. Ikatan Acuan di Dalam Beton


Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
baut-baut dan tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton
harus diatur sedemikian, sehingga bila acuan dibongkar kembali, tidak
akan merusak beton yang sudah dibuat.

l. Acuan Beton Exposed


1) Jika ada harus dilapisi dengan menggunakan release agent pada
permukaan acuan yang menempel pada permukaan beton.
2) Berhubung release agent berpengaruh pula pada warna
permukaan beton, maka pemilihan jenis dan penggunaannya harus
dilakukan dengan seksama.

46
3) Cara pengecoran beton harus diperhitungkan sedemikian rupa
sehingga siar-siar pelaksanaan tidak merusak penampilan beton
exposed tersebut. Merek dan jenis release agent yang telah
disetujui bersama, tidak boleh diganti dengan merk dan jenis lain.
4) Untuk itu Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu nama
perdagangan dari release agent tersebut, data bahan-bahan
bersangkutan, nama produsennya, jenis bahan-bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, risiko-risiko dan keterangan-
keterangan lain yang dianggap perlu untuk memperoleh
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

m. Bukaan Untuk Pembersihan


Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari acuan kolom
atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan
pembersihan.

n. Scaffolding
Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan steger
besi (scaffolding). Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan
diatur agar mudah diperiksa oleh Konsultan Pengawas.

o. Persetujuan Konsultan Pengawas


Setelah pekerjaan di atas selesai, Kontraktor harus meminta
persetujuan dari Konsultan Pengawas dan minimum 3 (tiga) hari
sebelum pengecoran Kontraktor harus mengajukan permohonan
tertulis untuk izin pengecoran kepada Konsultan Pengawas.

p. Anti Lendut (Cambers)


Kecuali ditentukan lain dalam gambar, maka semua acuan untuk balok
dan pelat, harus dipersiapkan dengan memakai anti lendut dengan
besar sbb. :

Lokasi % terhadap bentang


Di tengah bentang balok 0.3
Di ujung balok kantilever 0.5

5. Pembongkaran Begesting / Acuan


a. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, dimana bagian
konstruksi yang dibongkar acuannya harus dapat memikul berat
sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.
b. Sistem shoring dan reshoring minimum menggunakan sistem 1 lantai
full shored dan 3 lantai reshored di bawah dengan siklus 8 hari per
lantai. Jarak antar tiang untuk reshoring maksimum 1,5 x 1,5 m dengan
tiang tunggal dengan kekuatan menahan beban minimum 2000 kg.
c. Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah mencapai suatu
kekuatan yang dapat menahan beban sendirinya. Tabel di bawah ini
dapat diikuti sebagai batasan minimum pelepasan begisting :

47
Jenis Struktur Waktu Minimum
Pembongkaran Bekisting yang akan
diganti dengan Reshoring
Elemen Vertikal (Kolom) 3 Hari
Plat dan Balok 14 Hari
Dinding Basemen 3 Hari
Tangga 14 Hari

d. Waktu pembongkaran tersebut hanya merupakan kondisi normal, dan


harus dipertimbangkan secara khusus jika pada lantai-lantai tersebut
bekerja beban yang lebih besar dari beban rencana. Untuk
mempercepat waktu pembongkaran, Kontraktor dapat merencanakan
dan mengusulkan metode dan perhitungan yang akan digunakan, dan
usulan tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas. Tidak ada biaya tambah untuk hal tersebut. Semua akibat
yang timbul akibat usulan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
e. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran acuan harus diajukan terlebih
dahulu secara tertulis untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
f. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak
bergelombang, berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan
gejala keropos/ tidak sempurna.
g. Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara
yang dapat menimbulkan kerusakan pada beton dan material-material
lain disekitarnya, dan pemindahan acuan harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan akibat benturan pada saat
pemindahan. Perbaikan yang rusak akibat kelalaian Kontraktor
menjadi tanggungan Kontraktor.
h. Apabila setelah acuan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton
yang keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan
konstruksi tersebut, maka Kontraktor harus segera memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas, untuk meminta persetujuan tertulis
mengenai cara perbaikan, pengisian atau pembongkarannya.
Kontraktor tidak diperbolehkan menutup/mengisi bagian beton yang
keropos tanpa persetujuan tertulis Konsultan Pengawas. Semua risiko
yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya
perbaikan, pembongkaran, pengisian atau penutupan bagian tersebut,
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
i. Seluruh bahan-bahan bekas acuan yang tidak terpakai harus
dibersihkan dari lokasi proyek dan dibuang pada tempat yang telah
ditentukan oleh Konsultan Pengawas sehingga tidak mengganggu
kelancaran pekerjaan.

6. Alternatif Begesting / Acuan


a. Seperti diuraikan di atas, Kontraktor dapat mengusulkan alternatif
jenis acuan yang akan dipakai, dengan melampirkan brosur/gambar
acuan tersebut beserta perhitungannya untuk mendapat persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas.

48
b. Dengan catatan bahwa alternatif acuan tersebut tidak merupakan kerja
tambah dan tidak menyebabkan kelambatan dalam pekerjaan.
c. Sangat diharapkan agar Kontraktor dapat mengajukan usulan acuan
yang dapat mempersingkat waktu pelaksanaan tanpa mengurangi /
membahayakan mutu beton dan sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku.

3.6.9. Pelaksanaan pekerjaan


a. Pelaksanaan Cor Beton
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan, volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai, untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing untuk pengecekan.
2). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
3). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
4). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen.
5). Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai
berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah
atau memisah dari campuran.
6). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.

3.7. Pekerjaan Beton Lantai Kerja.


3.7.1. Lingkup kerja
Pekerjaan beton adalah pekerjaan pembuatan beton lantai kerja sesuai dengan
gambar perencanaan.

3.7.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan)

49
k. SNI 6369 2008 (Tata Cara Pembuatan Caping untuk Benda Uji Silinder
Beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder Yang
Dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)

3.7.3. Material
Semen, agregat kasar, agregat halus dan pasir dengan spesifikasi sesuai dengan
sub bab material.

3.7.4. Pelaksanaan Cor Beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan, volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai, untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing
untuk pengecekan.
2. Syarat-syarat umum Pekerjaan Beton Bertulang dapat dilihat pada subbab
“PEKERJAAN BETON BERTULANG” pada spesisikasi ini.
3. Campuran beton dengan kuat tekan f’c = 10 MPa
4. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
5. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
6. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton
yang homogen.
7. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah
dari campuran.
8. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.

50
3.8. Pekerjaan Pondasi Foot Plat
3.8.1. Lingkup kerja
Pekerjaan pondasi foot plat adalah pekerjaan pembuatan pondasi beton
bertulang sesuai dengan gambar perencanaan, baik dimensi footplat maupun
besi yang akan di gunakan.

3.8.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton
di Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata Cara Pembuatan Caping untuk Benda Uji Silinder
Beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder
yang Dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)

3.8.3. Pelaksanaan pekerjaan


a. Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembesian, volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, di
sertai gambar shop drawing.
2). Diameter besi, jumlah besi dan jarak pembesian pada area yang akan
dicor harus sesuai dengan gambar kerja.

51
3). Panjang sambungan minimum 40 diameter tulangan pokok.
4). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 40 mm.
5). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
6). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
7). Sambungan besi atas harus terletak pada daerah lapangan.
8). Sambungan besi bawah harus terletak pada daerah tumpuan.
9). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.

b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan begisting
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, di
sertai gambar shop drawing.
2). Penyedia Jasa konstruksi harus mengajukan ijin untuk memulai
pekerjaan yang di setujui Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
3). Bahan begisiting menggunakan multiplek tebal 9 mm, dengan
penggunaan mengunakan sistem dua kali pakai.
4). Bahan Begisting sisi-sisinya siku.
5). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
6). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot
dan tarikan benang.
7). Level lantai Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
8). Untuk kebutuhan instalasi M&E, lebar sparing pada Footplat
maksimal 1/5.
9). Luas total sleeve/pipa maksimum 4%.

c. Pelaksanaan Cor Beton


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan footplat,
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai, job mix
design beton dari vendor disertai sertifikat hasil uji coba
laboratorium untuk masing-masing bahan/material, untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing untuk pengecekan.
2). Syarat-syarat umum Pekerjaan Beton Bertulang dapat dilihat pada
subbab “PEKERJAAN BETON BERTULANG” pada spesifikasi ini.
3). Campuran beton dengan Kuat desak beton : 24,9 MPa dengan
Ready Mix.
4). Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas sebelum melakukan pengecoran.

52
5). Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
6). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan
mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan
dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai ulang
harus dirawat sehingga layak digunakan.
7). Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya, panjang stek
minimal 40 kali diameter.
8). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
9). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah
posisi selama pengecoran.
10). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
11). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
12). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen.
13). Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai
berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah
atau memisah dari campuran.
14). Penulangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penulangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi.
15). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
16). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
17). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.

d. Pembongkaran Begisting dan Perawatan Beton


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembongkaran Begisting dan perawatan beton volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan.
2). Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
3). Alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak boleh
merusak permukaan beton.
4). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
5). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah
pengecoran.

53
e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan
dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam selang waktu
ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal, tengah dan akhir).
Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7, 14, dan 28 hari.

Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.

Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat


pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:

BagianKonstruksi Nilai Slump (mm)


Footplat 120 +/- 20 mm

Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan


harus menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability
dan cetakan silinder beton/kubus beton sebanyak 10 unit Untuk
pembuatan benda uji beton. Alat ini juga dimasukkan dalam dokumen
teknis usulan penawaran.

Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam
Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-
15-1990-03).

Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Footplat 26,4 Mpa

3.9. Pekerjaan Tie Beam.


3.9.1. Lingkup kerja
Pekerjaan Tie Beam adalah pekerjaan pembuatan Tie Beam beton bertulang
sesuai dengan gambar perencanaan, baik dimensi Tie Beam maupun besi yang
akan di gunakan.

3.9.2. Standar :
a) SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)

54
b) SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c) SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d) SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e) SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f) SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g) SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h) SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar).
i) SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j) SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Lapangan)
k) SNI 6369 2008 (Tata Cara Pembuatan Caping untuk Benda Uji Silinder
Beton)
l) SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m) SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n) SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o) SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton).
p) SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q) SNI 1974 : 2011 (Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder
yang Dicetak).
r) Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam
Beton).
s) SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t) SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)

3.9.3. Pelaksanaan pekerjaan


a. Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembesian, volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, di
sertai gambar shop drawing.
2). Diameter besi, jumlah besi dan jarak pembesian pada area yang akan
dicor harus sesuai dengan gambar kerja.
3). Panjang sambungan minimum 40 diameter tulangan pokok.
4). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 25 mm.
5). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
6). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
7). Sambungan besi atas harus terletak pada daerah lapangan.
8). Sambungan besi bawah harus terletak pada daerah tumpuan.
9). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.

55
b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan begisting
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, di
sertai gambar shop drawing.
2). Penyedia Jasa konstruksi harus mengajukan ijin untuk memulai
pekerjaan yang di setujui Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
3). Bahan begisiting menggunakan multiplek tebal 9 mm, dengan
penggunaan mengunakan sistem dua kali pakai.
4). Bahan Begisting sisi-sisinya siku.
5). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
6). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot
dan tarikan benang.
7). Level lantai Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
8). Untuk kebutuhan instalasi M&E, lebar sparing pada Tie Beam
maksimal 1/5.
9). Luas total sleeve/pipa maksimum 4%.

c. Pelaksanaan Cor Beton


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan sloof,
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai, job mix
design beton dari vendor disertai sertifikat hasil uji coba
laboratorium untuk masing-masing bahan/material, untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing untuk pengecekan.
2). Syarat-syarat umum Pekerjaan Beton Bertulang dapat dilihat pada
subbab “PEKERJAAN BETON BERTULANG” pada spesifikasi ini.
3). Campuran beton dengan Kuat desak beton : 26,4 Mpa dengan
Ready Mix.
4). Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas sebelum melakukan pengecoran.
5). Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
6). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan
mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan
dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai ulang
harus dirawat sehingga layak digunakan.
7). Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya, panjang stek
minimal 40 kali diameter.

56
8). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
9). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah
posisi selama pengecoran.
10). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
11). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
12). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen.
13). Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai
berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah
atau memisah dari campuran.
14). Penulangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penulangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi.
15). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
16). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
17). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.

d. Pembongkaran Begisting dan perawatan Beton


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembongkaran Begisting dan perawatan beton volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan.
2). Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
3). Alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak boleh
merusak permukaan beton.
4). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
5). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah
pengecoran.

e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan
dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam selang waktu

57
ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal, tengah dan akhir).
Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7, 14, dan 28 hari.

Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.

Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat


pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:

BagianKonstruksi Nilai Slump (mm)


Tie Beam 120 +/- 20 mm

Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan


harus menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability
dan cetakan silinder beton/kubus beton sebanyak 10 unit Untuk
pembuatan benda uji beton. Alat ini juga dimasukkan dalam dokumen
teknis usulan penawaran.

Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam
Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-
15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Tie Beam 26,4 Mpa

3.10. Pekerjaan Beton Kolom.


3.10.1. Lingkup kerja
Pekerjaan beton kolom adalah pekerjan pembuatan beton kolom beton
bertulang sehingga menghasilkan beton kolom sesuai gambar rencana.

3.10.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan
Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung)

58
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton
di Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk benda uji silinder
beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder
yang dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)

3.10.3. Pelaksanaan pekerjaan


a. Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembesian, volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau
Konsultan Pengawas, yang disertai gambar shop drawing.
2). Penyedia Jasa konstruksi harus membuat gambar pelaksanaan yang
memuat diameter besi, jumlah besi, dan jarak pembesian pada area
yang akan dicor.
3). Panjang sambungan besi tulangan minimum 40 x Diameter Besi.
4). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 2,5 cm
5). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
6). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
7). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1:6
8). Posisi sleeve/konduit harus terletak pada daerah lapangan dengan
tinggi maksimum 1/5 h balok.

b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
Begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang
akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan
atau Konsultan Pengawas.

59
2). Bahan begisiting menggunakan papan bekisting, dengan
penggunaan mengunakan sistem dua kali pakai, sisi-sisinya siku .
3). Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat
diperiksa sesuai dengan shop drawing.
4). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape
atau sejenisnya.
5). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan
lot dan tarikan benang.
6). Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
7). Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum
4% dari luas penampang kolom.

c. Pelaksanaan Cor Beton


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor
beton Beton Kolom meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja
dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai, untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
2). Syarat-syarat umum Pekerjaan Beton Bertulang dapat dilihat pada
subbab “PEKERJAAN BETON BERTULANG” pada spesifikasi ini.
3). Beton kolom menggunakan beton dengan Kuat desak beton : 26,4
Mpa dengan Ready Mix
4). Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas sebelum melakukan pengecoran.
5). Sebelum pengecoran, Begisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
6). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose)
dan mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada
cetakan dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan
dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
7). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
8). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah
posisi selama pengecoran.
9). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan
telah disiapkan cadangannya.
10). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
11). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk
mendapatkan beton yang homogen. Adukan diangkut ke tempat
penuangan sebelum semen mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar
tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari campuran.
12). Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun

60
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan begisting
harus selalu periksa selama pengecoran.
13). Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5m.
14). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
15). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
16). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan
contoh beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar
dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai.
Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari mesin aduk, dilakukan sebanyak 3 kali
atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam
pengaduk. Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7,
14, dan 28 hari.
17). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.

d. Pembongkaran Begisting dan perawatan beton.


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran
Begisting dan perawatan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga
kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas.
2). Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
3). Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban
kejut pada struktur, alat yang digunakan untuk membongkar
Begisting tidak boleh merusak permukaan beton.
4). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
5). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah
pengecoran.

e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan
dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam
selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal,
tengah dan akhir). Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi
7, 14, dan 28 hari.

61
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.

Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat


pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:

BagianKonstruksi Nilai Slump (mm)


Kolom 120 +/- 20 mm

Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa


Pemborongan harus menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk
uji workability dan cetakan silinder beton/kubus beton sebanyak 10 unit
Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga dimasukkan dalam
dokumen teknis usulan penawaran.

Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di
dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
(SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Kolom 26,4 Mpa

3.11. Pekerjaan Beton Balok dan Plat.


3.11.1. Lingkup kerja
Pekerjaan beton Balok dan plat adalah pekerjaan pembuatan beton
bertulang balok dan plat sehingga menghasilkan beton balok dan plat sesuai
gambar rencana, baik dimensi maupun pembesiannya.

3.11.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan
Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar).

62
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton
di Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk benda uji silinder
beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder
yang dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)

3.11.3. Pelaksanaan pekerjaan


a. Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembesian, volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau
Konsultan Pengawas.
2). Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas sebelum melakukan pengecoran.
3). Penyedia Jasa konstruksi harus membuat gambar pelaksanaan yang
memuat diameter besi, jumlah besi, dan jarak pembesian pada area
yang akan dicor.
4). Panjang sambungan minimum 40 diameter.
5). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 2,5 cm
6). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
7). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
8). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1:6
9). Posisi sleeve/konduit harus terletak pada daerah lapangan dengan
tinggi maksimum 1/5 h balok.

b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,

63
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang
akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan
atau Konsultan Pengawas.
2). Bahan begesting menggunakan papan bekisting, sistem penggunaan
dua kali pakai.
3). Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat
diperiksa sesuai dengan shop drawing.
4). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape
atau sejenisnya.
5). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan
lot dan tarikan benang.
6). Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
7). Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum
4% dari luas penampang kolom.

c. Pelaksanaan Cor Beton


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor
beton balok dan plat meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga
kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai, untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
2). Syarat-syarat umum Pekerjaan Beton Bertulang dapat dilihat pada
subbab “PEKERJAAN BETON BERTULANG” pada spesifikasi ini.
3). Beton yang digunakan untuk balok struktur adalah beton dengan
Campuran beton dengan Kuat desak beton : 26,4 Mpa dengan
Ready Mix
4). Sebelum pengecoran, begisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
5). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose)
dan mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada
cetakan dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan
dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
6). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
7). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah
posisi selama pengecoran.
8). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan
telah disiapkan cadangannya.
9). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
10). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk
mendapatkan beton yang homogen. Adukan diangkut ke tempat
penuangan sebelum semen mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar
tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari campuran.

64
11). Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan begisting
harus selalu periksa selama pengecoran.
12). Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5 m.
13). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
14). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
15). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan
contoh beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar
dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai.
Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari mesin aduk, dilakukan sebanyak 3 kali
atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam
pengaduk. Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7,
14, dan 28 hari.
16). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.

d. Pembongkaran Begisting dan perawatan beton.


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran
begisting dan perawatan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga
kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas.
2). Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
3). Pembongkaran begisting plat minimal usia beton 21 hari.
4). Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban
kejut pada struktur, alat yang digunakan untuk membongkar
Begisting tidak boleh merusak permukaan beton.
5). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
6). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah
pengecoran.

e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan
dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam
selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal,

65
tengah dan akhir). Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi
7, 14, dan 28 hari.

Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.

Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat


pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut :

BagianKonstruksi Nilai Slump (mm)


Balok 120 +/- 20 mm

Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa


Pemborongan harus menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk
uji workability dan cetakan silinder beton/kubus beton sebanyak 10 unit
Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga dimasukkan dalam
dokumen teknis usulan penawaran.

Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di
dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
(SK SNI T-15-1990-03).

Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut
:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Balok dan Pelat 26,4 Mpa

3.12. Pekerjaan Pintu, Jendela dan Boven.


3.15.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan pintu meliputi seluruh pekerjaan pembuatan dan pemasangan
pintu sesuai gambar perencanaan.

3.15.2. Standarisasi
a. SNI 03-6861,3-2002 (Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi)
b. SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur
c. AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium
d. JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi
e. JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium

3.15.3. Material
Material kusen, ram, aksesories pintu dan jendela dengan spesifikasi sesuai
dengan sub bab material.

66
3.15.4. Kriteria Perencanaan
a. Faktor Pengaman kecuali disebutkan lain, bagian – bagian aluminium
termasuk ketahanan kaca, memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari
1,5 x maksimum tekanan angin yang disyaratkan.
b. Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan,
kekuatan atau ketahanan dari material dan harus tetap memenuhi
kriteria perencanaan
c. Pergerakan Karena Temperatur
Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh
menimbulkan suara maupun terjadi patahan atau sambungan yang
terbuka, kaca pecah, sealant yang tidak merekat dan hal – hal lain.
Sambungan kedap air harus mampu menampung pergerakan ini.

3.15.5. Persyaratan Peralatan dan Tenaga Kerja


a. Untuk menjamin posisi dan ketegakan pasangan sesuai yang
direncanakan, didalam pelaksanaan pekerjaan pelaksana pekerjaan harus
menggunakan peralatan kerja yang memadai dan mencukupi seperti
Teodolit, Waterpass, Selang dan Benang Ukur serta memasang Patok-
patok/papan pedoman.
b. Tata-cara dan peralatan yang dipakai untuk pelaksanaan pemasangan
kusen aluminium harus sesuai atau menurut aturan/ketentuan yang
dikeluarkan dari pabriknya.
c. Peralatan yang digunakan tidak terbatas hanya pada mesin potong, mesin
bor, mesin gurinda, kikir khusus dengan bentuk sesuai fungsi, tang rifet,
dan lain lain peralatan yang diperlukan guna pabrikasi dan
pemasangannya.
d. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang terlatih dan telah
berpengalaman memasang kusen alluminium dari persiapan sampai
dengan pemasangan dan pembersihannya.
e. Tenaga pembantu tukang atau tenaga-tenaga yang sedang dilatih harus
selalu mendapat Pengawasan dari tenaga ahlinya.
f. Untuk Pintu Engineering Door harus menyertakan Sertifikat Produk
atau Surat Keterangan Pabrikan untuk menyatakan keaslian produk
Pintu Engineering Door.

3.15.6. Persyaratan Umum Pelaksanaan


a. Fabrikasi
Sebelum mulai pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan harus melihat dan
melakukan pemeriksaan ukuran dari 1 lokasi pemasangan guna
penyesuaian fabrikasi komponen yang akan dipasang.
b. Pelaksanaan / proses fabrikasi dapat dilakukan di pabrik atau di lapangan
Fabrikasi bahan harus menggunakan peralatan maksimal seperti, mesin
potong, mesin bor dan lain sebagainya. Pengeboran atau pembuatan
lubang dan pemotongan harus rapih dan tepat ukuran sesuai dengan
peralatan yang akan dipasang (seperti kunci, engsel dan lain lain) maupun
ukuran komponen yang ditentukan di dalam gambar rencana.

67
c. Hasil fabrikasi harus berupa komponen yang berbentuk dan berukuran
tepat serta sesuai untuk dipasang pada tempat kedudukannya, dengan
toleransi setelah, diadakan penyesuaian dengan keadaan lapangan adalah
sebagai berikut:
1) Untuk tinggi dan lebar maksimal 1 mm.
2) Untuk diagonal maksimum 2 mm

3.15.7. Pelaksanaan pekerjaan


a. Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan sempel material yang harus
disetujui oleh Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, sekurang-
kurangnya 2 hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.
b. Pabrikasi kusen/rangka pintu harus dilaksanakan oleh bengkel yang
berpengalaman dengan teknisi yang handal dan peralatan yang sesuai
penggunaannya.
c. Posisi dan ketinggian kusen/rangka harus sesuai dengan gambar rencana.
d. Kusen/rangka harus siku pada semua sudutnya dan rapat pada setiap
sambungannya.
e. Instalasi daun pintu harus sempurna sehingga daun pintu bisa dibuka
dengan lancar dan ditutup dengan rapat, tanpa menggesek bagian lain
dari kusen atau lantai.
f. Pemasangan rangka aluminium ke bangunan harus dengan angkur yang
kuat.
g. Antara tembok/kolom/beton dan rangka aluminium harus diisi dengan
seal elastis jenis Ply Sulfida dengan persyaratan penggunaan dari pabrik
(setara ABC) terutama untuk jendela jendela luar.
h. Pemasangan kaca kaca pada kusen aluminium harus menggunakan seal
yang berupa alur karet.
i. Sambungan vertikal/horizontal, sudut dan silang serta kombinasi profil
profil aluminium harus dipasang sempurna dengan menggunakan
peralatan bantu pelat atau sekrup sistem tersembunyi.
j. Pemasangan seal harus menjamin kusen aluminium tidak akan kebocoran
yang diakibatkan oleh air maupun udara luar.
k. Pelaksana Pekerjaan harus menjaga kusen – kusen aluminium dan bidang
bidang kaca yang sudah terpasang, bersih dari kotoran sepert air semen,
cat, plesteran dan lain lain serta mengamankan dari kemungkinan
benturan.
l. Sistem rangka aluminium yang dipakai harus menggunakan profil yang
diproduksi di dalam negeri, pembuatannya mendapat lisensi dari suatu
sistem dari luar negeri yang sudah cukup dikenal.
m. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia Jasa konstruksi
harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan
serta harus mendapat persetujuan terlebih dahulu, dan harus
memberikan garansi tertulis yang meliputi kesempurnaan, pemasangan,
pengoperasian, dan kondisi semua pintu untuk periode sampai dengan
masa pemeliharaan berakhir.
n. Seluruh bagian aluminium harus datang di lokasi dilengkapi dengan
pelindung/lapisan plastik yang melekat disetiap batang aluminium dan
baru boleh dibuka setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

68
o. Pemasangan kusen dan daun pintu/ jendela aluminium pada dinding
harus dalam kondisi plastik pelindung tetap melekat pada setiap batang
UPVC, dan baru boleh dibuka setelah semua pekerjaan finishing dinding
selesai seluruhnya, dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
p. Pemotongan aluminium mengunakan mesin potong, mesin punch, drill,
sedemikian rupa sehingga memperoleh hasil yang sudah dirangkai

3.13. Pekerjaan Lantai


3.14.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Keramik meliputi pekerjaan pemasangan Homogenius Tile, Batu
Andesit Bakar, dan keramik pada lantai, dinding dan tangga sesuai dengan
gambar rencana.

3.14.2. Standarisasi
a. SNI 03-0054-1996 (Ubin Dinding Keramik Berglasir)
b. SNI 03-1331-2001 (Ubin Mosaik Keramik)
c. SNI 03-0106-1987 (Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik)
d. SNI 03-4062-1996 (Keramik Berglazur)
e. SNI 03-4061-1996 (Ubin Granito)
f. SNI 03-2091-91 (Ubin Tegel Keramik)

3.14.3. Material
Material lantai dan pelapis dinding dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.

3.14.4. Syarat – syarat Umum Pelaksanaan


a. Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor diwajibkan membuat shop
drawing mengenai pola lantai.
b. Penutup lantai yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak,
cacat dan bernoda.
c. Adukan pasangan/pengikat dengan aduk campuran 1 PC : 4 pasir pasang
dan ditambah bahan perekat seperti yang disyaratkan atau dapat pula
digunakan acian PC murni dan ditambah bahan perekat.
d. Bahan penutup lantai sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih
(tidak mengandung asam alkali) sampai jenuh.
e. Hasil pemasangan penutup lantai harus merupakan bidang permukaan
yang benar-benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan
kemiringan di daerah basah dan teras.
f. Pola, arah dan awal pemasangan penutup lantai harus sesuai gambar
detail atau sesuai petunjuk Perencana. Perhatikan lubang instalasi dan
drainase/bak kontrol sebelum pekerjaan dimulai.
g. Jarak antara unit-unit pemasangan penutup lantai satu sama lain (siar-
siar), harus sama lebarnya, maksimum 3 mm, yang membentuk garis-
garis sejajar dan lurus yang sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-
siar yang berpotongan harus membentuk sudut sikut yang saling
berpotongan tegak lurus sesamanya..

69
h. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan
seperti yang telah diisyaratkan di atas. Pengisian siar ( Cor Nat ) harus
menuggu hingga spasi kering.
i. Pemotongan unit-unit Homogenious tiles, Batu Andesit bakar dan
keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai persyaratan
dari pabrik.
j. Penutup lantai yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala
macam noda pada permukaan penutup lantai, hingga betul-betul bersih.
k. Penutup lantai yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban
selama 2 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari
pekerjaan lain.
l. Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada
lubang dan celah celah yang terjadi pada permukaan lantai, harus ditutup
dengan adukan semen pasir (tasram) sampai rata terhadap permukaan
sekelilingnya.

3.14.5. Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Homogenious Tile,
Batu Andesit Bakar, dan keramik meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas disertai gambar shop drawing.
b. Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan keramik yang masuk ke tapak
harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna yang telah
ditentukan. Dus Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, harus dalam
keadaan tersegel dengan spesifikasi yang ditentukan. Warna, ukuran,
tekstur, dan bentuk harus seragam. Homogenious Tile, Batu Andesit
Bakar, yang tidak sesuai dengan spesifikasi tidak boleh dipasang.
c. Pemasangan Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan keramik boleh
dilakukan bila Instalasi M&E pada lantai sudah selesai.
d. Untuk keramik harus direndam air hingga jenuh air terlebih dahulu
sebelum dipasang, untuk Homogenious Tile jenis addesive Homogenious
Tile , Homogenious Tile tidak boleh direndam air.
e. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai, karenanya screeding
dasar harus diatur hingga memungkinkan pada Homogenious Tile, Batu
Andesit Bakar, dan keramik dengan ketebalan yang berbeda permukaan
finishnya terpasang rata.
f. Header/kepalaan Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan keramik
harus dibuat pada dua arah dengan bantuan teodolit
g. Adukan semen untuk screeding dibuat dengan pebandingan 1 pc : 3 pasir.
Adukan perekat dengan perbandingan 4,5 kg adesive dengan 1 liter air.
h. Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyai kemiringan.
i. Kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area
toilet. Sedangkan untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada
jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa
meninggalkan genangan.

70
j. Pemotongan Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan keramik harus
menggunakan alat yang sesuai agar menghasilkan hasil potongan yang
rata, tidak bergerigi.
k. Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan Keramik harus dilindungi dari
pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan dengan menempatkan
rambu atau tanda.
l. Pasangan Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan Keramik harus
diperiksa jarak dan kelurusan nat-nya, tidak kosong aciannya, tidak retak
dan gores, beda tinggi Homogenious Tile (plint) maksimal 1 mm.
m. Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan Keramik boleh di-grouting
atau kolot setelah berumur 24 jam. Warna grouting harus seragam, halus
dan tanpa celah, bila perlu gunakan alat bantu untuk meratakan grouting.
Tepi dinding diberi sealant atau dibiarkan saja tanpa grouting untuk
ruang muai-susut.

3.14. Pekerjaan Pelapis Dinding


3.14.6. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pelapisan Dinding meliputi pekerjaan pemasangan Homogenious
Tile ,Keramik, bata terakota, dan roster pada dinding sesuai dengan gambar
rencana.

3.14.7. Standarisasi
g. SNI 03-0054-1996 (Ubin Dinding Keramik Berglasir)
h. SNI 03-1331-2001 (Ubin Mosaik Keramik)
i. SNI 03-0106-1987 (Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik)

3.14.8. Material
Material lantai dan pelapis dinding dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.

3.14.9. Syarat – syarat Umum Pelaksanaan


a. Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor diwajibkan membuat shop
drawing mengenai pola dinding.
b. Adukan pasangan/pengikat dengan aduk campuran 1 PC : 4 pasir pasang
dan ditambah bahan perekat seperti yang disyaratkan atau dapat pula
digunakan acian PC murni dan ditambah bahan perekat.
c. Bahan penutup dinding sebelum dipasang harus direndam dalam air
bersih (tidak mengandung asam alkali) sampai jenuh.
d. Hasil pemasangan penutup dinding harus merupakan bidang permukaan
yang benar-benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan
kemiringan di daerah basah dan teras.
e. Pola, arah dan awal pemasangan penutup dinding harus sesuai gambar
detail atau sesuai petunjuk Perencana. Perhatikan lubang jendela/boven
sebelum pekerjaan dimulai.
f. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan
seperti yang telah diisyaratkan di atas. Pengisian siar ( Cor Nat ) harus
menuggu hingga spasi kering.

71
g. Pemotongan unit-unit Homogenious Tile , keramik, bata terakota dan
roster harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai persyaratan dari
pabrik.

3.14.10. Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Homogenious Tile,
Batu Andesit Bakar, dan keramik meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas disertai gambar shop drawing.
b. Homogenious Tile , keramik, bata terakota dan roster yang masuk ke
tapak harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna.
c. Pemotongan keramik, bata terakota dan roster harus menggunakan alat
yang sesuai agar menghasilkan hasil potongan yang rata, tidak bergerigi.
d. Pasangan Homogenious Tile, keramik, bata terakota dan roster harus
diperiksa jarak dan kelurusan nat-nya, tidak kosong aciannya, tidak retak
dan gores, beda tinggi Homogenious Tile (plint) maksimal 1 mm.
e. Pemasangan Homogenious Tile , Keramik Dinding di bagian dalam
(Internal)
1) Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar Homogenious Tile ,
Keramik harus dibasahi. Pakai benang untuk menentukan lay out
Homogenious Tile, yang telah ditentukan dan pasang sebaris
Homogenious Tile guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.
2) Kecuali ditentukan lain, pemasangan Homogenious Tile , Keramik
harus dimulai dari bawah dan dilanjutkan ke bagian atas.
3) Pada pemasangan, tempelkan di bagian belakang Homogenious Tile ,
keramik adukan dan ratakan, kemudian keramik yang telah diberi
adukan ini ditekankan ke plesteran dasar. Kemudian permukaan
keramik dipukul perlahan-lahan hingga mortar perekat menutupi
penuh bagian belakang Homogenious Tile , keramik dan sebagian
adukan tertekan keluar dari tepi keramik.
4) Jika Homogenious Tile , keramik sudah terpasang, mortar yang
berada di naad (joint) harus dibuang / dikeluarkan dengan sikat atau
cara lain yang tidak merusakkan permukaan tile. Mortar yang
mengotori permukaan tile harus dibuang dengan kain lap basah
5) Pemasangan Homogenious Tile , keramik grant (pengisian naad)
harus sesuai dengan ketentuan pabrik..

3.15. Pekerjaan Plafond.


3.15.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Plafond meliputi pemasangan Plafond Gypsum 0.9 mm, Modul 60 x
80 cm Plafond + Rangka Hollow Galvanis 40.40.0,35 mm dan 40.20.0,35 mm
dan plafond PVC, Plafond + Rangka Hollow Galvanis 30.30.0,3 mm dan
15.30.0,3 mm dengan list profil gypsum ukuran 7 – 10 cm dan list profil PVC
ukuran 6 cm, detail seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana.

3.15.2. Material

72
Material Plafond, rangka plafond dan list plafond dengan spesifikasi sesuai
dengan sub bab material.

3.15.3. Syarat Pelaksanaan


Pemasangan plafond boleh dilaksanakan setelah semua peralatan yang
terdapat di dalam plafon (kabel - kabel, pipa-pipa, ducting-ducting, alat-alat
penggantung dan penguat plafon) siap dan selesai dikerjakan.

3.15.4. Pelaksanaan pekerjaan


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plafond meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, di sertai
gambar shop drawing.
b. Arah dan jarak seperti yang di tunjukkan pada gambar.
c. Pola plafond harus sesuai dengan gambar rencana.
d. Penggantung antara rangka plafon dengan penggantung atas
menggunakan kawat penggantung dengan diameter minimal 4 mm.
e. Penggantung plafon harus dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh
bidang plafon yang rata, datar dan tidak melengkung.
f. Pemasangan plafon harus rata, sambungan-sambungan harus rapi dan
kuat.
g. Batas antara plafond dan dinding harus membentuk sudut yang rapi
dengan sudut dan ukuran seperti pada gambar, dengan menggunakan list
profil gypsum.
h. Opening untuk pekerjaan M&E harus sesuai dengan gambar rencana.
i. Penyambungan antar plafond harus rapat tidak menimbulkan goresan
bekas sambungan.
j. Untuk pekerjaan Plafond PVC dilaksanakan oleh Aplikator dan harus
memberikan Garansi 10 tahun.

3.16. Pekerjaan Rangka Baja Konvensional


3.16.1. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan meliputi penyediaan semua tenaga kerja, bahan instalasi
konstruksi dan perlengkapan untuk pembuatan (dengan mesin)
pembangunan dan pengecatan semua pekerjaan baja, termasuk
pemasangan alat-alat fixing dan benda-benda yang terlekat sesuai dengan
dokumen tender.
2. Semua pekerja yang diterima untuk melakukan pekerjaan harus tenaga
terampil (tukang-tukang) yang berpengalaman dan mengerti benar
pekerjaannya.
3. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan Rangka Atap Bangunan mulai dari
pengadaan bahan dan peralatan, perangkaian baja, dan pengecatan
zincromate.

3.16.2. Material

73
Material rangka baja dan ukurannya dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.

3.16.3. Pekerjaan Pengelasan


1. Elektroda-elektroda harus dari standart internasional (AWS E 6013, JIS
D4313) yang disetujui dan sesuai dengan kwalitas baja yang digunakan
dan ketebalan las yang ditentukan. Elektroda harus disimpan di tempat
yang menjamin komposisi dan sifat-sifat dari elektroda selama masa
penyimpanan.
2. Penggunaan arus listrik untuk pengelasan harus disesuaikan dengan
anjuran yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat elektroda yang
bersangkutan.
3. Pekerjaan las sebanyak mungkin dilaksanakan dibengkel, pekerjaan las di
lapangan harus baik dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan basah,
hujan, angin kencang.
4. Tebal las minimum 0,7 kali tebal pelat / profil yang disambung dan harus
penuh, kecuali bila ditentukan lain dalam gambar.
5. Las Perapat/ Pengendap
Dalam setiap posisi dimana 2 (dua) bagian dari satu benda saling
berdekatan harus dibuat suatu las perapat / pengendap guna mencegah
masuknya lengas, terlepas apakah itu diberikan detailnya atau tidak.
6. Perbaikan Las
Bila las-lasan apapun memerlukan pembetulan maka hal ini harus
dilakukan sebagaimana diperintahkan oleh konsultan tanpa diberi biaya
tambahan.
7. Penyambungan dan Pengelasan Berlapis.
Untuk sambungan komponen konstruksi baja yang tidak dapat
dihindarkan, berlaku ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
 Hanya diperkenankan ada satu sambungan.
 Semua penyambungan profil harus dilaksanakan dengan las tumpul/
Full Penetration Butt Weld.
8. Harus diajukan bersamaan dengan pengajuan Shop Drawing. Pada
pekerjaan dimana akan terjadi lebih dari satu lapisan las, maka lapisan
terdahulu harus dibersihkan dari kerak-kerak las, percikan -percikan
logam sebelum memulai lapisan yang baru.

3.16.4. Notasi dan Toleransi


1. Semua yang dinyatakan dalam gambar untuk baut M adalah diameter baut,
sedang diameter lubang baut adalah diameter baut ( M + 0.50 mm).
2. Kalau diameter lubang lebih besar dari diameter baut + 0.5 mm maka
harus dilas ring yang tepat pada lubang yang kebesaran tsb (dilas penuh)
baru dipasang bautnya

3.16.5. Syarat-syarat Pelaksanaan


1. Seluruh pekerjaan di workshop harus merupakan pekerjaan yang
berkwalitas tinggi, seluruh pekerjaan harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga semua komponen dapat dipasang dengan tepat di lapangan dan
dapat berfungsi dengan baik.

74
2. Seluruh pekerjaan pengelasan harus dilakukan oleh pekerja yang benar
benar ahli dalam bidang pengelasan, setifikat keahlian merupakan
rujukan yang diperlukan jika timbul keragu raguan mengenai keahlian
pelaksanaan.
3. Semua baja yang dipakai harus bebas dari retak dan cacat lain yang dapat
mengurangi kekuatan sambungan serta kerataan permukaan bagian
sambungan.
4. Baut baut dan mur mur yang dipakai adalah jenis baut baja High Tension
Bolt (HTB) baut harus dilengkapi dengan 2 buah ring dengan ukuran dan
tebal sesuai dengan baut yang digunakan.
5. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-
gambar dan kondisi di lapangan.
6. Perhatikan semua ukuran, sambungan dan hubungannya dengan material
lain, dengan mengikuti semua petunjuk gambar rencana secara seksama .
7. Bekas-bekas pekerjaan harus digerinda sampai halus dan rata permukaan
8. Untuk unit yang dipasang harus diberi tanda-tanda agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.
9. Pekerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi, tanpa menimbulkan
kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya.pengelasan harus menjamin
pengakhiran yang rata dari cairan elektroda tersebut permukaan dari
daerah yang akan dilas harus bersih dan bebas dari kotoran ,cat, minyak
dan karat.
10. Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dan
dijamin tidak akan berputar atau membengkok.setelah pengelasan, sisa-
sisa/kerak las harus dibersihkan dengan baik (wire, brush, ampelas) cacat
pada pengelasan harus di potong dan dilas kembali atas tanggung jawab
kontraktor.

3.17. Pekerjaan Usuk dan Reng Atap Baja Ringan


3.17.1. Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan meliputi desain Reng Usuk, pengangkutan (delivery) Reng Usuk
dan kebutuhan bahan lapangan, dan pemasangan seluruh usuk (Rafter)
sampai siap dipasangi bahan penutup atap sesuai dengan Surat Kontrak
Kerja dimana kondisi gording telah terpasang
 Pekerjaan pemasangan Reng Usuk baja ringan meliputi, Struktur Usuk
(Rafter) dan pekerjaan reng sesuai kebutuhan jenis penutup atap.

3.17.2. Persyaratan Bahan


a. Bahan baja yang digunakan untuk Rafter (Usuk), dan reng adalah baja
high tensile strength, dengan mechanical properties seperti Tabel 1.
Tabel 1. Spesifikasi Teknis Baja Mutu G 550
STEEL GRADE G 550
Minimum Yield Strength 550 MPa
Ultimate Tensile Strength 550 MPa

75
Modulus of elasticity 200 000 MPa
Shear Modulus 80 000 MPa

b. Lapisan anti karat baja ringan (coating) berupa Galvalume, dengan


spesifikasi teknis pada tabel 2 di bawah ini.
COATING CLASS AZ 100
Minimum coating mass 100 gr/m2
Triple spot test (both surface) 100 gr/m2
Komposisi
55% Al, 43,5% Zn dan 1,5% Si

c. Bentuk dan ukuran bahan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
1) Alat sambung (screw) masuk dalam kelas ketahanan korosi
minimum kelas 2.

Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat


sambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi
dan instalasi, spesifikasi screw sebagai berikut:

Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas2


Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
Kepadatan Alur 16alur/inci
Diameter Bahan
Dengan alur 4,80mm
Tanpa alur 3,80mm
Kekuatan Mekanikal
Gaya geser satu baut 5,10KN
Gaya aksial 8,60KN
Gaya Torsi 6,90KN

3.17.3. Persyaratan Pra-Konstruksi


a. Pihak kontraktor bersedia menyiapkan semua struktur gording dengan
kondisi rata air.
b. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta
detail dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang
tercantum dalam gambar kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil,
panjang profil dan jumlah alat sambung pada setiap sambungan Rafter.

76
c. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke
Konsultan Pengawas, Direksi Lapangan untuk mendapatkan persetujuan
secara tertulis.

3.17.4. Persyaratan Konstruksi.


a. Pemasangan usuk dan reng baja ringan wajib Menggunakan Aplikator.
b. Penanganan, penyimpanan, pengiriman dan pemasangan Reng Usuk
harus dilakukan dengan cara tertentu untuk menghindari kerusakan reng
Usuk.
c. Penanganan dan pemasangan Reng Usuk harus sesuai dengan gambar
Layout reng Usuk, , serta gambar detail pelaksanaan.
d. Pemasangan reng sesuai jenis penutup atap Bitumen Selulosa yang
dipakai sesuai dengan Surat Kontrak Kerja.
e. Pemasangan Reng Usuk dilakukan oleh tenaga pemasang yang terlatih
dan mampu memahami gambar desain dan memiliki surat ijin memasang
dari pabrikan.
f. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua
struktur yang dipakai untuk tumpuan Reng Usuk.
g. Pada akhir proyek, harus diserahkan surat garansi yang
dikeluarkan oleh pemberi dukungan dalam hal baja ringan yang
berlaku selama 10 (sepuluh) tahun.

3.18. Pekerjaan Penutup Atap


3.18.1. Lingkup pekerjaan :
Pekerjaan penutup atap meliputi pekerjaan penutup atap dan bubungan, dan
pekerjaan atap lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja.

3.18.2. Standar :
a. SNI 1727-2020 (Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait Untuk
Bangunan Gedung dan Struktur Lain)
b. Tata Cara Pengecatan Genteng Keramik SNI 03-3433-2002

3.18.3. Material :
Material penutup atap dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.18.4. Pelaksanaan pekerjaan :


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan penutup atap, dan
listplank meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Pelaksana Teknis dan Konsultan
Pengawas, disertai gambar shop drawing. Detail pemasangan penutup
atap menyesuaikan dengan gambar kerja, dengan spesifikasi material
sesuai dengan yang telah ditentukan di atas. Untuk pemasangannya juga

77
harus sesuai dengan ketentuan metode pemasangan/aplikasi pabrikasi
(brosur) dari produk tersebut, dimana antara lain untuk penutup Atap
menggunakan Atap Bitume Selulosa Onduvilla.
b. memiliki prosedur khusus dalam pemasangannya, yang meliputi aturan
pemasangan, overhang, dan lain-lain. Penyedia jasa bertanggung jawab
dan harus memperbaiki atas segala kerusakan, kegagalan, maupun
kesalahan yang terjadi akibat ketidaksesuaian dalam pemasangan di
lokasi proyek dengan gambar kerja dan metode dari pabrikasinya..
c. Pekerjaan penutup menggunakan ukuran maupun ketebalan sesuai
dengan gambar rencana dan material yang sudah ditentukan dalam
dokumen ini. Pemasangan harus terpasang kuat, kokoh, tidak goyah,
terutama pada penyambungannya.
d. Penyedia Jasa konstruksi harus menyerahkan contoh penutup atap yang
akan digunakan untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
dan Pelaksana Teknis.
e. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia jasa konstruksi
harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas atau DIREKSI
LAPANGAN serta harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
f. Pemasangan Penutup Atap genteng keramik, harus dilaksanakan oleh
teknisi yang handal dan peralatan yang sesuai penggunaannya, sehingga
teknik dan hasil pemasangan akan dapat sesuai sistem aplikasi
pemasangan yang disyaratkan oleh pabrikasinya. Sistem garansi produk
tersebut harus jelas dan harus mendapat persetujuan dari DIREKSI
LAPANGAN atau Konsultan Pengawas.
g. Seluruh pekerjaan penutup atap harus terkerjakan rapi, kokoh, rapat, dan
tidak bocor.

3.19. Pekerjaan Cat.


3.19.1. Lingkup kerja :
Pekerjaan cat meliputi pekerjaan cat Tembok, cat plafond dan cat besi, cat
kayu, cat elastomeric, dan coating. Sebelum pengecatan dimulai, penyedia Jasa
konstruksi harus melakukan pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna
dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh
pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang
akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Direksi Lapangan atau
Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh
Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, bidang-bidang ini akan dipakai
sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.

3.19.2. Material
Material cat baik cat Tembok, cat plafond dan cat besi, cat kayu, dan coating
dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.19.3. Standar :
a. SNI 3564:2009 (Cat Tembok Emulsi)
b. SNI 03-2410-1994 (Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi)

78
c. SNI 06-4827-1998 (Spesifikasi Campuran Cat Siap Pakai berbahan Dasar
Minyak)
d. SNI 03-2407-1991 (Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung).
e. SNI 03-2410-1994 (Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi)
f. SNI 03-2408-1991 (Tata Cara Pengecatan Logam).

3.19.4. Pelaksanaan Pekerjaan Cat Tembok


1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pengecatan
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas.
2) Sebelum pengecatan dimulai plasteran telah berumur 14 hari, dinding
harus diamplas halus, bersih dari debu, lubang-lubang yang mungkin ada
sudah diisi, celah dan retak sudah diperbaiki
3) Permukaan dinding harus kering (periksa dengan higrometer,
kelembaban maksimal 15 %), kadar alkali rendah (periksa dengan kertas
lakmus setelah kurang lebih 10 menit berubah hijau).
4) Plamur digunakan untuk bekas bobokan, retak, dinding luar tidak boleh
menggunakan plamur.
5) Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis
dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang
yang rata.
6) Untuk warna-warna yang sejenis, penyedia Jasa konstruksi diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor percampuran (batch
number) yang sama.
7) Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang
utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang.

3.19.5. Pelaksanaan Pekerjaan Cat Plafond


1). Cat dasar menggunakan water based sealer untuk permukaan gypsum.
2). Selanjutnya semua metode/prosedur sama dengan pengecatan dinding
dalam kecuali tidak diigunakannya lapis alkali resistance sealer pada
pengecatan plafond.

3.19.6. Pelaksanaan Pekerjaan Cat Besi


1). Semua besi hanya boleh di menie dan di cat di lokasi proyek dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
2). Sebelum pekerjaan manie dan cat dilakukan, bidang besi kasar harus
diamplas dengan amplas besi kasar dan dilanjutkan dengan amplas besi
halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
3). Pekerjaan manie dan cat dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan
berlapis, sedemikian rupa sehingga bidang besi tertutup sempurna
dengan lapisan manie dan cat.

3.19.7. Pelaksanaan Pekerjaan Cat Kayu

79
1). Semua kayu hanya boleh di menie dan di cat di lokasi proyek dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
2). Sebelum pekerjaan manie dan cat dilakukan, bidang kayu kasar harus
diamplas dengan amplas besi kasar dan dilanjutkan dengan amplas besi
halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
3). Pekerjaan manie dan cat dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan
berlapis, sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna
dengan lapisan manie dan cat.

3.20. Pekerjaan Interior


3.20.1. Lingkup pekerjaan :
Pekerjaan interior meliputi semua pekerjaan pengadaan dan pemasangan
ornament pada gedung semua seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja
dan BOQ.

3.20.2. Standar :
a. Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
b. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam SNI 03-6861,2-2002.
c. Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi SNI 03-6861,3-2002

3.20.3. Material :
Material interior dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.20.4. Pelaksanaan pekerjaan :


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan ornamen meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Pelaksana Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing. Detail pemasangan ornamen menyesuaikan dengan
gambar kerja, dengan spesifikasi material sesuai dengan yang telah
ditentukan di atas. Untuk pemasangannya juga harus sesuai dengan
ketentuan metode pemasangan pada lokasi yang telah ditentukan pada
gambar.
b. Penyedia jasa bertanggung jawab dan harus memperbaiki atas segala
kerusakan, kegagalan, maupun kesalahan yang terjadi akibat
ketidaksesuaian dalam pemasangan di lokasi proyek dengan gambar kerja
dan metode yang telah ditentukan.
c. Penyedia Jasa konstruksi harus menyerahkan contoh interior yang akan
digunakan untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas dan
Pelaksana Teknis.
d. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia jasa konstruksi
harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas dan DIREKSI
LAPANGAN serta harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
e. Pemasangan interior, harus dilaksanakan oleh teknisi yang handal dan
peralatan yang sesuai dengan penggunaannya sehingga ornamen dapat
terpasang pada lokasi yang telah ditentukan dengan rapi, lurus dan tidak
gampang lepas.

80
f. Seluruh pekerjaan interior harus terkerjakan rapi, kokoh, rapat, dan tidak
bocor.

3.21. Pekerjaan Besi Non Struktur


3.23.5. Lingkup pekerjaan :
Pekerjaan besi meliputi pekerjaan rangka plafon dan pekerjaan railing baik
tangga maupun ramp seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja.

3.23.6. Standar :
a. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam).
b. SNI 03-6861,3-2002 (Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi)
c. SNI 1729 : 2020 (Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural).
d. SNI 03-1729-2002 (Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung)
e. SNI-07-4096-2007 (Baja Lembaran dan Gulungan Lapis Paduan
Aluminium-Seng (Bj.L AS))

3.23.7. Material :
Material Besi Non Struktur dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.23.8. Pelaksanaan pekerjaan :


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan rangka plafon dan
pekerjaan railing baik tangga maupun selasar meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari
Pelaksana Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing.
Detail pemasangan plafond, railing tangga dan selasar menyesuaikan
dengan gambar kerja, dengan spesifikasi material sesuai dengan yang telah
ditentukan di atas. Untuk pemasangannya juga harus sesuai dengan
ketentuan metode pemasangan yang dipersyaratkan untuk bahan tersebut.
b. Untuk pekerjaan rangka plafond secara lengkap telah dijelaskan di atas
pada pekerjaan plafon.
c. Penyedia jasa bertanggung jawab dan harus memperbaiki atas segala
kerusakan, kegagalan, maupun kesalahan yang terjadi akibat
ketidaksesuaian dalam pemasangan di lokasi proyek dengan gambar kerja
dan metode dari pabrikasinya..
d. Pekerjaan besi menggunakan ukuran maupun ketebalan sesuai dengan
gambar rencana dan material yang sudah ditentukan dalam dokumen ini.
Pemasangan harus terpasang kuat, kokoh, tidak goyah, terutama pada
penyambungannya.
e. Penyedia Jasa konstruksi harus menyerahkan contoh railing berupa besi
hollow yang akan digunakan untuk mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas dan Pelaksana Teknis.
f. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia jasa konstruksi
harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas dan DIREKSI
LAPANGAN serta harus mendapat persetujuan terlebih dahulu.

81
g. Desain railing dan dimensi harus disesuaikan dengan gambar kerja.
h. Seluruh pekerjaan railing harus terkerjakan rapi, kokoh, rapat, dan sesuai
dengan gambar rencana.

3.22. Pekerjaan Sanitair.


3.22.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan sanitair meliputi semua pekerjaan di dalam atau diluar gedung yang
berkaitan dengan plumbing (kloset, wastafel, bak cuci, urinoir, kran air, toilet
cubicle, shower set).

3.22.2. Standarisasi
a. SNI 03-7065-2000 (Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)

3.22.3. Material :
Material Pekerjaan Sanitair dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.22.4. Pelaksanaan pekerjaan


a. Pekerjaan Kloset
1). Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
2). Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.

b. Pekerjaan Wastafel
1). Wastafel beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
2). Wastafel harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.

c. Pekerjaan Kran Air


1). Kran Air beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
2). Kran Air harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.

d. Pekerjaan Bak Cuci Stainless Steel


1). Bak Cuci Stainless Steel beserta kelengkapannya yang dipasang adalah
yang telah diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak

82
atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis.
2). Bak Cuci Stainless Steel harus terpasang dengan kokoh letak dan
ketinggian sesuai gambar, waterpass. Semua noda-noda harus
dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada
kebocoran-kebocoran.

e. Pekerjaan Shower Set


1). Shower Set beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
2). Shower Set harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.

f. Pekerjaan Jet Washer


1). Jet Washer beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
2). Jet Washer harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.

3.23. Pekerjaan ACP


3.23.1. Lingkup pekerjaan :
Pekerjaan ACP meliputi pekerjaan Eksterior pada canopy dan pelapisan kolom
luar bangunan (eksterior) seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja.

3.23.2. Material :
Material Besi Non Struktur dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
a. Syarat Umum Bahan.

Ite Standard Property Remark


m
Density - 1.36 g/cm2 -
Weight - 5.44 kg/m2 6 mm width
Thermal Conductivity KS L 9016 0.19 kcal/m.hr. º ASTM D 976
(Average 20 ± 50º C) C
Deflection Temperature KS F 2263 11 ASTM D 648
Linear Expansion KS F 2263 24 x 510 -60 ºC ASTM D 696
Yield Strenght 50 N/mm2 ASTM E 8
Tensile Strength KS B 0802 54 N/mm2 ASTM E 8
Elongation - 14.4 % ASTM E 8
Bending Moment KS F 2263 1666 N.cm -
Bending Strength KS F 2263 10535 N/cm2 -
Peel Adhesive Strenght KS F 4737 245 N/25 mm -
Flexural Elasticity - 39984 N/mm2 ASTM C 393

83
b. PVDF.

Item Standard Property Remark

Hardness ASTM D 3363-74 HB-H KS D 0254

Front Side Alumunium 3000,


Seires 0,3 mm coated
with PVDF
Back side Alumunium 3000,
Seires 0,3 mm coated
with Polyster
Thickness 4 mm
Width 1220 mm
Length 4880 mm
Flexibility : T-Bend ASTM D 4145-83 1-T
Adhesion ASTM D 3359-87 No Adhesion Loss KS D 0254

Abrasion : Falling ASTM D 968-81 50 Liters minimum KS D 8335


Sand
Mortar Resistance AAMA 605.2-91 No Effect
TEST #7.7.2
Detergent ASTM D 2248-73 No Effect KS F 3516
Resistance
Acid Pollutants ASTM D 1308-87 5 units color change KS D 6711
AAMA 605.2-91
TEST #7.7.3.1

Alkalis Resistance ASTM D 1308-87 No Effect KS D 6711


Humidity ASTM D 2247-87 Passes
ASTM D 714-87 3000 hrs
Color Retention ASTM D 2244-85 Passes 5000 hrs -
Chalk Resistance ASTM D 659-86 Max rating of 8 -

3.23.3. Pelaksanaan pekerjaan :


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan ACP meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Pelaksana Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing. Detail pemasangan ACP alur nat menyesuaikan
dengan gambar kerja, dengan spesifikasi material sesuai dengan yang
telah ditentukan di atas. Untuk pemasangannya juga harus sesuai dengan
ketentuan metode pemasangan yang dipersyaratkan untuk bahan
tersebut.
2). Sebelum bahan dipasang, disiapkan terlebih dahulu bahwa bidang rangka
seperti yang ditunjuk dalam gambar detail dan harus dipastikan terlebih
dahulu bahwa rangka telah rata dan level satu dengan yang lainnya.

84
3). Bidang aluminium composite yang terpasang harus rata dan rapi. Celah
sambungan atau nat harus rata dan rapi serta saling berpotongan tegak
lurus sesuai instruksi yang tertulis pada manual instruction pabrik
pembuat.
4). Pembungkus plastik hanya boleh dibuka atas izin dari Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen
5). Harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain yang dapat
menimbulkan kerusakan atau cacat.
6). Penyimpanan harus dilakukan secara khusus sehingga tidak tertindih
barang lain

3.24. Pekerjaan Dinding Partisi


3.24.1 Lingkup pekerjaan
Pekerjaan dinding partisi meliputi pekerjaan rangka partisi dan pekerjaan
partisi gypsum seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja

3.24.2 Material :
Material pekerjaan dinding partisi dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.

3.24.3 Pelaksanaan pekerjaan :


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan dinding partisi
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Pelaksana Teknis dan Konsultan
Pengawas, disertai gambar shop drawing. Detail pemasangan partisi
menyesuaikan dengan gambar kerja, dengan spesifikasi material sesuai
dengan yang telah ditentukan di atas. Untuk pemasangannya juga harus
sesuai dengan ketentuan metode pemasangan yang dipersyaratkan untuk
bahan tersebut.
b. Gypsum dipasang pada kedua sisi rangkanya (double face/dua muka) dan
dipasang tegak lurus dari lantai sampai setinggi plafond (rapat dengan
plafond).
c. Sistem Pemasangan Partisi Rangka Metal sesuai gambar perencanaan
terdiri dari pemasangan satu atau beberapa lembar papan gipsum yang
dipasang pada rangka metal tahan karat dengan menggunakan skrup.
d. Rangka yang digunakan sesuai yang ditunjukan pada gambar perencanaan
e. Antar papan gypsum emudian akan didempul dengan produk dempul
sesuai dengan speksifikasi pabrikan, sebelum di dempul harus ditempel
kain kassa. Setelah didempul maka dilakukan penghalusan sama benar-
benar rata dengan permukaan partisi secara keseluruhan

85
3.24a Pekerjaan Waterproofing
3.24.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan waterproofing meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan / material,
peralatan / alat-alat bantu, termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini. Area yang di waterproofing adalah yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan sesuai arahan Konsultan Pengawas.

3.24.2. Spesifikasi Bahan / Material


1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap
dan jaminan dari pabrik, kecuali bahan yang disediakan oleh proyek.
2. Tipe waterproofing atau bahan waterproofing adalah waterproofing Ex.
Masterguard,
3. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebanyak minimal 2 (dua) produk yang setara dari
berbagai merek pembuatan atau kecuali ditentukan lain oleh Tim Teknis
/ Konsultan Pengawas.
4. Keputusan bahan jenis, warna, texture dan merek yang memenuhi
spesifikasi akan diputuskan oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan
akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh)
hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut
5. Atas sepengetahuan Tim Teknis / Konsultan Pengawas dengan
dilengkapi bukti tertulis bahwa Kontraktor harus memberikan jaminan
/ garansi atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor,
pecah dan cacat lainnya, termasuk pengganti dan memperbaiki segala
jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari
pihak pabrik untuk mutu material serta jaminan dari pihak pemasang
(applicator) untuk mutu pemasangan.

3.24.3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 (dua) hari,
Kontraktor harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan waterproofing
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas.
2. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar Gambar, Spesifikasi Teknis
dan lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
3. Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan
dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan
manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung
misalnya: masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai
pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga
Ahli / Supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh
Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
5. Permukaan bidang yang akan di waterproofing harus bersih dari
material lain dan sisa-sisa adukan yang dapat merusak daya rekatnya.

86
6. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor
baik pada waktu pekerjaan ini dilaksanakan maupun pada saat
pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus memperbaiki /
mengganti bagian yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat
diterima oleh Direksi. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini
adalah tanggung jawab kontraktor.
7. Pelaksanaan Pekerjaan Waterproofing harus dilaksanakan dengan
oleh Aplikator dan harus menyertakan Surat Garansi 10 tahun.

3.24.4. Pelaksanaan Pekerjaan Waterproofing


1. Membuat pinggulan pada bagian pertemuan lantai dengan dinding serta
di plester / aci bagian dinding yang naik ± 20 cm.
2. Menutupi bagian yang berlubang dan membuat langsam pada bagian
yang tidak sama tinggi dan lokasi lantai disarankan di trowel agar rata.
3. Apabila dinyatakan belum siap, pekerjaan belum dapat dilakukan
mengingat perapihan dan pinggulan tersebut sangat penting. Kalau
kondisi belum siap dan dipaksakan akan mengakibatkan kebocoran
pada lokasi tersebut.
4. Lakukan pembersihan lokasi sampai bersih dari kotoran.
5. Dilakukan pemasangan waterproofing dengan system coating dengan
alat kuas pada lapisan I.
6. Setelah kering dilakukan coating lagi untuk lapisan II.
7. Setelah kering dilakukan test rendam minimal 1 x 24 jam.
8. Setelah test segera di proteksi dengan menggunakan screed.

87
3.25. Pekerjaan Elektrikal.
3.25.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan instalasi listrik adalah pemasangan dan pengadaan termasuk
testing dan comissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-
bahan pembantu dan lain-lainnya seperti yang diterangkan dalam Bab
terdahulu, sehingga diperoleh instalasi listrik yang lengkap dan baik serta
diuji dengan seksama siap untuk digunakan, baik instalasi tenaga maupun
instalasi penerangan pengadaan dan pemasangan yang terdiri dari :
1. Panel
a. Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHBTR)
b. Panel Hubung Bagi (Ruang ME dan Kelistrikan Gedung)
c. Panel Pembagi ( PP-Panel Pembagi )
2. Kabel
a. Pemasangan kabel daya dari Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah
(PHBTR) Gedung ke Panel Hubung Bagi (Ruang ME dan Kelistrikan
Gedung) termasuk seluruh peralatan peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi.
b. Kabel daya dari Panel Hubung Bagi (Ruang ME dan Kelistrikan
Gedung) ke seluruh Panel Pembagi Lantai termasuk seluruh
peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem instalasi listrik.
c. Kabel pembagi dari Panel Pembagi Lantai ke masing - masing
jaringan instalasi termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik.
d. Pemasangan kabel instalasi penerangan dan tenaga.
3. Pemasangan Kabel Rak ( Kabel Tray ).
4. Instalasi kabel & konduit dari sub panel ke titik-titik beban yang
dilayaninya atau dari panel penerangan titik lampu atau dan outlet –
outlet penerangan (saklar) dan tenaga (stop kontak) seperti yang
tercantum pada gambar perencanaan.
5. Pemasangan titik lampu atau armature lampu ( Lighting Fixtures )
termasuk yang dilengkapi emergency baterai dan outlet – outlet
penerangan (saklar) serta tenaga (stop kontak) seperti yang tercantum
pada gambar perencanaan. Untuk memastikan kemampuan distribusi
cahaya, semua supplier produk harus menyertakan perhitungan
pencahayaan dengan sampling area untuk menunjukkan kontur isoline
dari penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk Light
Output Ratio – LOR, DLOR, ULOR & TLOR, supplier juga harus
menyertakan jaminan keaslian produk dan garansi untuk semua tipe
armature.
6. Perawatan dan peralatan dari panel kepemakaian .
7. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi listrik yang
termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang
elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang
menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda
pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

88
8. Pemasangan instalasi lain / peralatan bantu / pendukung lainnya yang
diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan
tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar
Perencanaan dan Persyaratan Teknis.

3.25.2. Ijin Kerja Instalatir / Kontraktor


Instalatir / sub Kontraktor yang akan mengerjakan Pekerjaan ini
diharuskan:
1. Mempunyai surat ijin kerja Instalatir Listrik (SIKA) tahun kerja
yang berlaku dengan Pas. Instalatir Kelas C. dari Instansi terkait.
2. Mempunyai Tanda Lulus Prakualifikasi (Tanda Daftar Rekanan) untuk
tahun kerja yang berlaku, sesuai dengan KEPPRES No.80 Tahun 2003.
3. Sudah berpengalaman dan dapat menunjukkan Surat Kemampuan
Pengalaman Kerja dalam mengerjakan pekerjaan yang sejenis.

3.25.3. Gambar–Gambar Instalasi


1. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling
melengkapi dan sesuatu yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi
bersifat mengikat.
2. Gambar – gambar instalasi menunjukkan secara teknis pekerjaan
instalasi yang harus dilaksanakan dimana dicantuPengawasan ukuran
bahan-bahan instalasi serta keterangan lain yang diperlukan.
3. Pelaksanaan dilapangan selain yang tertera pada gambar disesuaikan
dengan kondisi lapangan atas petunjuk direksi / Konsultan Pengawas
secara tertulis / lisan.
4. Bila kontraktor menganggap perlu adanya perubahan ukuran /
konstruksi dalam pelaksanaan, kontraktor diwajibkan mengajukan
alternatif atau Shop drawing yang dikehendaki dan mendapat
persetujuan dari Pengawas / Pemilik Proyek.
5. Segala perubahan yang disengaja dilakukan kontraktor tanpa ijin
Direksi / Konsultan Pengawas adalah risiko Kontraktor.
6. Bila nantinya tidak disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas maka
terpaksa harus dibongkar, Kontraktor hal ini tidak diperkenankan
menuntut ganti rugi.
7. Seluruh pola pemasangan armatur / fixture dan soket & outlet
disesuaikan dengan gambar desain arsitektur atau sesuai petunjuk
direksi / Konsultan Pengawas.

3.25.4. Pelaksanaan Pekerjaan


1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga ahli
yang sudah berpengalaman.
2. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli / perpengalaman oleh
Direksi / Konsultan Pengawas, harus segera diganti dengan orang lain
setelah mendapat persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.
3. Kontraktor harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli,
berpengalaman dan profesional untuk masing-masing bidang yang
bertanggung jawab untuk menjadi supervisi, management proyek.

89
4. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli di bidangnya, bila tidak
berpengalaman & ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan Pengawas
akan mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
5. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus,
dilengkapi sesuai permintaan Pengawas dengan biaya dibebankan
kepada Kontraktor.

3.25.5. Persyaratan Bahan


Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut
dalam lingkup pekerjaan kepada Direksi / Konsultan Pengawas untuk
mendapat persetujuan sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak
memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan
disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta
peralatan kerja (gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan
umum, Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta
mengganggu lalu lintas.
Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau
menolak peralatan yang tidak memenuhi syarat.
Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera
mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat
penggunaan peralatan kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas beban
biaya Kontraktor.
Semua material yang terbuat dari besi (Armatur) dan pipa yang
dipergunakan untuk konstruk si, penyangga, penggantung dan lain-lain
harus diproses sebagai berikut :
a. Disikat dengan sikat kawat / dibersihkan hingga mengkilat dan bebas
dari karat.
b. Dicat dasar / meni anti karat (Zincromate) kualitas baik 2 kali.
c. Dicat akhir dengan cat berkualitas baik 2 kali dengan warna yang akan
ditentukan kemudian / sesuai dengan penggunaan.
d. Kecuali material yang terbuat dari plastik, Satinless stell dan
alumunium tidak perlu dicat, cukup dibersihkan saja.

3.25.6. Konstruksi Panel Listrik


1. Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka yang terbuat dari
besi siku atau besi plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni
tahan karat serta difinish dengan cat bakar powder coating warna abu-
abu.
2. Ketebalan plat baja harus mengikuti ketentuan dibawah ini :
Panel Dinding Pintu
Panel Utama 2.0 mm 3.0 mm
Sub. Distribusi Panel 2.0 mm 3.0 mm
Panel Pembagi & 1.6 mm 3.0 mm
Sub.
Panel
3. Karakteristik panel :
a. Tegangan kerja : 220-415 Volt
b. Tegangan Uji : 3.000 Volt 90
c. Tegangan Uji : 20 Kv
impuls
d. Frekuensi : 50 Hz.
4. Panel harus dilengkapi dengan master key.
5. Setiap panel harus dilengkapi dengan label, yang memberi nama pada
setiap panel, misalnya PUTR / LVMDP ( Panel Utama Tegangan Rendah
) dan sebagainya.
6. Untuk Panel Distribusi harus dilengkapi dengan peralatan ukur dan
meter ukur Type “Moving Iron Type” dengan ukuran yang proporsional
dan peralatan lain misalnya lampu Indikator dan Minifuse.
7. Pada dinding panel bagian sisi kiri dan kanan, harus disediakan lubang
ventilasi dengan dibagian dalamnya diberi plat / lapisan pelindung,
sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya tusukan secara
langsung terhadap bagian-bagian dalam panel yang bertegangan.
8. Konstruksi dalam panel-panel serta tata letak komponen harus diatur
sedemikian sehingga, apabila perlu dilaksanakan perbaikan perbaikan,
penyambungan kabel ke terminal CB dapat dilakukan dengan mudah
tanpa mengganggu komponen yang lain.
9. Pengaturan komponen panel, posisi dan ukuran ventilasi harus tidak
menyebabkan temperatur didalam panel 5 derajat lebih tinggi dari
urara diluar panel.
10. Untuk pemasangan kabel incoming dan outgoing harus disediakan
terminal penyambung yang disusun rapi dan ditempatkan pada lokasi
yang tepat dalam arti kata pada bagian panel dimana kabel incoming
itu datang dan kabel outgoing itu meninggalkan panel.
11. Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi
seperti pada gambar perencanaan. Pemasangan panel harus
menggunakan dudukan konstruksi baja dan harus diperkuat dengan
mur baut atai dinabolt sehingga tidak akan berubah posisi oleh
gangguan mekanis.
12. Panel jenis wall mounting dipasang flush mouting pada dinding tembok
dengan lokasi sesuai Gambar perencanaan. Pemasangan panel pada
dinding harus diperkuat dengan baut tanah (anchor bolt) sehingga
tidak tidak akan rusak oleh gangguan mekanis.
13. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada
disekitar panel harus dihubungkan ke sistem pengaman pentanahan
gambar skema rangkaian listrik panel harus dilengkapi dengan
gambar-gambar skema rangkai listrik, lengkap dengan keterangan
mengenai bagian - bagian intalasi yang diatur oleh panel tersebut.
Gambar skema rangkai listrik dibuat dengan baik dan dilaminasi
plastik. Ditempatkan pada panel bagian dalam.
14. Panel mempunyai tutup bagian dalam dan pintu luar yang dilengkapi
dengan kunci dan handle pintu. Handle itu dipasang baik untuk tutup
bagian dalamnya panel maupun tutup bagian luar (pintu) panel.
15. Pada bagian diatas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm
dibawah ambang atas panel) harus disediakan tempat untuk
pemasangan lampu, indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian tersebut

91
merupakan bagan terpisah dari pintu panel dan kedudukannya
menetap (fixed). Ukuran panel tidak mengikat dan dapat disesuaikan
dengan ukuran komponen yang dipilih dan standard pabrik pembuat.
16. Pada bagian dalam pintu panel harus digambarkan diagram sistim
instalasi panel tersebut secara lengkap dan baik serta harus dilaminasi.
17. Ukuran panel disesuaikan dengan kebutuhan sirkit atau disesuaikan
dengan lapangan.
18. Perletakan komponen didalam panel harus mudah dilihat, mudah
dilepas dan dipasang pada saat penggantian komponen. Setiap kabel
harus dipasang tanda warna phasa (marking colour end cup).
19. Pembuat panel harus memperhitungkan kemampuan panel menahan
arus hubung singkat berdasarkan level arus hubung singkat yang
mungkin terjadi ( short circuit prospective ).
20. Setiap pintu panel harus disediakan tempat untuk menyimpan gambar
/ diagram panel. Gambar diagram panel harus dibundel rapi dalam
sampul plastik atau dilaminating.
21. Persyaratan Pemasangan :
a. Konstruksi, penempatan peralatan dan kabel harus rapi, kuat
terpasang, aman dan mudah diperbaiki.
b. Tiap–tiap panel harus ditanahkan dengan kawat BC / NYA dengan
ukuran sesuai dengan gambar perencanaan.
c. Panel-panel listrik baru adalah jenis In-door / outdoor type,
terbuat dari plat baja.
d. Untuk type out-door ditambahkan konstruksi yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga air hujan tidak dapat masuk.
e. Panel dipasang pada dinding dengan menggunakan Dynabolt 8
mm, konstruksi ini disesuaikan dengan perlatan/komponen yang
terpasang.
f. Semua bagian perlatan yang bertegangan harus mempunyai jarak
yang cukup dengan bagian peralatan yang lain. Apabila perlu harus
diberi tambahan Isolator untuk menghindari adanya hubung
singkat.
g. Panel di cat dengan cat dasar (meni) tahan karat 2 kali cat akhir
dari jenis cat bakar 2 kali yang tahan gores. Sebelum di cat, panel
termasuk rangkanya harus dibersihkan dari karat, bila perlu
digunakan bahan kimia penghilang karat (RUST REMOVER).
h. Panel harus dilengkapi mur-baut untuk terminal pentanahan, baut
terminal harus dilas penuh pada rangka panel. Ukuran mur-baut
3/8”.
i. Pintu Panel harus dihubungkan dengan rangka panel
menggunakan kawat tembaga
j. Flexible (NYMHY 1 x 6 mm²) untuk pentanahan pintu panel.
k. Untuk masuk dan keluarnya kabel ke dan dari panel menggunakan
wartel mur sesu ai ukuran kabel.

3.25.7. Bus-Bar/Rel Tembaga


1. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang
diketanahkan (grounding) dan busbar pengetanahan, yang berfungsi
untuk dudukan ujung kabel pertanahan.

92
2. Busbar dan terminal penyambung panel harus sesuai untuk sistim 3
phase, 4 kawat dan mempunyai 5 busbar dimana busbar pentanahan
terpisah yang terdiri dari 3 busbar untuk phase R-S-T, 1 busbar untuk
Neutral, dan 1 busbar unbtuk grounding. Kapasitas busbar harus
mampu mengalirkan arus minimal sebesar 2 kali dari rating pengaman
utama. Setiap busbar harus diselubungi bahan isolatif dengan warna
standar untuk identifiksi phasa.
3. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan perak.
Galvanisasi ini, termasuk pula bagian yang menempel pada busbar,
seperti sepatu kabel dan lain-lain.
4. Pemasangan kabel pada busbar dan terminal penyambung harus
disusun dan dipegang oleh isolator dengan baik, sehingga mampu
menahan elektron mekanikal force akibat arus hubungan singkat
terbesar yang mungkin terjadi.
5. Penyusunan busbar diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam perawatan, penambahan breaker dan kegiatan lainnya dimasa
yang akan datang.
6. Busbar harus memiliki kemurnian tembaga diatas 95%, dan harus
tidak menyebabkan keretakan permukaan jika ditekuk 90°.
7. Bus-bar terbuat dari tembaga dengan kemurnian tinggi dengan
kemampuan arus minimum 1,5 kali kapasitas / kemampuan pengaman
utamanya, kecuali Bus-bar PE yang ukurannya lebih kecil dan
disesuaikan kawat tanahnya. Dimensi dan kemampuan rel dapat dilihat
pada gambar.
8. Semua Bus-bar harus ditopang kokoh pada rangka Konstruksi dengan
menggunakan penyangga atai dijepit partinax pada beberapa tempat
sehingga Konstruksi Bus-bar cukup kuat dan tidak lentur / bergetar.
Tahanan isolasi terhadap Body / rangka minimum 50 M Ohm.
9. Bus-bar untuk pertanahan/penghantar pembumian / di klem dengan
baik ke rangka panel, cat pada bagian rangka yang menempel Bus-bar
pentanahan harus dihilangkan.

3.25.8. Circuit Breaker


1. Peralatan pengaman / Circuit Breaker (MCCB / MCB) yang dipasang
pada Base Plate atau plat dasar yang terpasang kuat pada rangka panel.
2. Untuk memudahkan pengenalan distribusi beban pada setiap MCCB /
MCB dan peralatan penting yang lain harus diberi nama / nomor
saluran yang dapat dibaca dengan jelas / mudah.
3. Circuit breaker yang digunakan dari type MCCB dan MCB yang
dilengkapi dengan thermal overcurrent release dan electromaghnetic
overcurrent release yang rating ampere trip dapat disetel ( adjustable
) untuk jenis MCCB. Komponen Panel produksi Legrand.
4. Circuit breaker harus mampu mengamankan beban apabila terjadi arus
lebih, hubung singkat, tegangan sangat rendah, tegangan sangat tinggi,
hilang salah satu fasa. Circuit breaker harus dilengkapi dengan kendali
motor (motorized) seperti pada gambar peleksanaan.
5. Setiap circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih dan
proteksi arus hubung singkat.

93
6. Pada circuit breaker dan terminal penyambung harus diberi indikasi /
label / sign plates mengenai nama beban atau kelompok beban yang
dicatat daya listriknya. Label itu harus harus dibuat dari p lat
aluminium atau standar DIN 4070.
7. Sekering/Fuse (jika ada) harus tipe HRC/HHC dan mampu menahan
arus hubung singkat diatas 100 kA. Fuse harus dilengkapi dengan
dudukan dan rumah sekering (Safety Fuse Holder).
8. Magnetik Kontaktor harus memiliki kemampuan sesuai dengan daya
beban dan tidak kurang dari yang tercantum pada gambar
perencanaan.
9. Magnetik kontaktor harus mampu menahan arus gangguan sebelum
peralatan pengaman gangguan bekerja.
10. Outgoing circuit breaker dari Main Distribution Switch Board harus
dilengkapi dengan proteksi kehilangan arus satu phase.
11. Cirkuit Breaker untuk proteksi motor – motor listrik harus
menggunakan Cirkuit Breaker yang dirancang khusus untuk
pengamanan.
12. Breaking Capacity dan rating Cicuit Breaker yang digunakan harus
sebesar yang tercantum dalam gambar Perencanaan.
13. Semua Circuit Breker harus diidentifikasi dengan jelas. Identifikasi ini
meliputi Breaking Capacity- nya, Voltage Rating dan Ampera Trip-nya
sesuai dengan dinyatakan dalam gambar perencanaan.
14. Pemasangan MCB harus menggunakan omega rail sedangkan MCCB
dan komponen-komponen lain seperti relay contractor, time switch
lain harus menggunakan dudukan plat.
15. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh
sehingga tidak akan lepas oleh gangguan mekanis dan thermis.
16. Jika dalam gambar perencanaan dinyatakan ada spare tersebut harus
terpasang secara lengkap. Semua CB harus diberi label / sign plate yang
terbuat dari bahan yang sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas /
Direksi.

3.25.9. Alat Ukur / Indikator


1. Panel dilengkapi dengan alat – alat ukur seperti :
a. Volt meter
b. Ampere meter pada masing – masing phase
c. Frekuensi Meter
d. KW meter
e. Selector switch
f. Trafo arus
g. Indicator lamp. & Fuse
2. Tidak semua panel dilengkapi peralatan diatas melainkan harus
disesuaikan dengan gambar perencanaan. Voltmeter dilengkapi
dengan selector switch yang mempunyai mode 7 posisi.
a. 3 Kali phase terhadap netral
b. 3 Kali phase terhadap phase
c. Posisi Off
3. Alat ukur / metering yang digunakan adalah jenis „semi flush
mounting‟ didalam kotak tahan getaran ukuran 96x96mm dengan

94
ketelitian skala 1% dan bebas dari pengaruh induksi serta memiliki
sertifikat tera dari LPengawas / PLN (minimum satu buah untuk setiap
jenis alat ukur).
4. Ukuran peralatan ukur adalah 9 cm, surface mounted dilengkapi
dengan pengaman arus lebih dan arus hubung singkat.
5. Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukur sesuai
dengan ranting incoming CBnya.
6. Lampu indikator yang digunakan adalah :
a. Warna merah untuk phase R
b. Warna Kuning untuk phase S
c. Warna hijau untuk phase T
d. Lampu–lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan
fuse jenis diazed.

3.25.10. Sistem Pentanahan


1. Penghantar Pengaman yang biasa digunakan adalah : kawat tembaga
telanjang atau BC (Bare Conductor).
2. Pembumian biasanya dilakukan pada :
 Titik netral sistem listrik pada generator atau transformator.
 Bagian konduktif terbuka perlengkapan (peralatan listrik) dan
isolasi listrik.
3. Sistem pentanahan panel listrik yang digunakan pada Instalasi ini
adalah sistem PNP (Pentanahan Netral Pengaman), sesuai aturan yang
digunakan pada PUIL 1987.
4. Elektroda pentanahan menggunakan “Elektroda Pipa” dengan ground
rod 5/8” dan kawat BC yang ditanam sedalam minimal 6 (enam) meter
hingga dicapai tahanan pentanahan minimal 1 Ohm. Apabila tidak
tercapai keadaan 1 Ohm, maka harus diusahakan dengan
memparalelkan beberapa ground rod hingga tercapai keadaan yang
diinginkan.
5. Bila perlu elektroda pentanahan untuk badan peralatan dan panel
harus dipisahkan penanamannya sejauh minimum 3 meter satu dengan
yang lain.
6. Saluran pentanahan dari elektroda pentanahan sampai kebadan harus
dilindungi dengan pipa PVC High Impact (HI) 20 mm.
7. Saluran ini tidak boleh ada sambungan hanya diperbolehkan pada
terminal yang disediakan dengan menggunakan sambungan mur baut
dan sepatu kabel yang sesuai.
8. Penampang kawat pentanahan dari masing-masing panel dapat dilihat
pada gambar masing- masing panel.
9. Titik pentanahan panel ini harus dipisahkan dengan system
pentanahan penangkal petir dan peralatan lain (peralatan kontrol,
MCFA, PABX, dll) minimal sejauh 10 meter.
10. Penyambungan dipanel harus pada rek pentanahan atau mur baut
yang telah di las ke badan panel.

3.25.11. Kabel Instalasi


1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk :
a. Kabel daya

95
1) Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang
menghubungkan antara panel satu dengan panel yang lainnya
termasuk peralatan bantu dibutuhkannya.
2) Setiap kabel daya ujungnya harus diberi end cup marking
colour, untuk mengidentifikasi warna phasa. Warna tanda
harus tidak boleh berubah atau pudar karena temperatur
kabel.
3) Setiap tarikan kabel / sirkit harus tidak diperbolehkan
adanya sambungan kecuali untuk kabel instalasi penerangan.
4) Kabel Tegangan Rendah
a) Kabel Tegangan Rendah ( 0,6 / 1 KV ) mulai digunakan
dari trafo ke Panel Tegangan Utama Tegangan Rendah (
PUTR ) dan seterusnya hingga kesetiap titik beban.
b) Kabel Tegangan Rendah ( 1 KV ) digunakan pada instalasi
yang langsung berhubungan dengan tanah.
c) Untuk kabel jenis NYFGBY, metal armournya harus
digunakan sebagai grounding body.
d) Kabel Tegangan Rendah ( 500 Volt ) digunakan pada
instalasi penerangan.
e) Kabel tahan api digunakan khusus untuk melayani beban
- beban seperti : Lift, Pemadam Kebakaran, Motor
Pressurize Fan.

b. Instalasi penerangan
Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel–kabel
menghubungkan antara panel– panel penerangan dengan fixture
penerangan. Dalam instalasi penerangan ini harus termasuk juga
peralatan–peralatan bantu instalasi seperti conduit, sparing, doos
penyambung, doos pemasangan dan lain–lain yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan instalasi penerangan.

c. Instalasi tenaga
1) Yang dimaksud dengan instalasi tenaga adalah kabel yang
menghubungkan panel– panel daya dengan beban–beban stop
kontak, peralatan tata udara (exhaust fan, air conditioning)
pompa–pompa listrik (pompa air bersih, pompa kebakaran,
pompa hydrant, pompa jockey, pompa bahan bakar) lift,
dan lain–lainnya sesuai dengan gambar perencanaan. Dalam
instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya, condut,
sparing, doos penyambung, doos pemasang, dan peralatan–
peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan instalasi daya.
2) Untuk pengabelan instalasi tenaga (Kabel Utama) :
a) Pemasangan kabel harus memenuhi persyaratan dari
pabrik kabel dan persyaratan umum yang berlaku.
b) Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll
untuk memudahkan pekerjaan dan kabel tidak rusak
karena tekukan dan puntiran.

96
c) Sebelum penarikan kabel dimulai, pemborong harus
menunjukkan kepada konsultan Pengawas alat roll
tersebut serta alat – alat lainnya.

Kabel–kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard yang


berlaku yang diakui di negara Republik Indonesia. Ukuran kabel untuk
instalasi listrik yang digunakan minimal harus sesuai dengan gambar
Perencanaan dan sudah direkomendasi oleh Konsultan Pengawas produksi
ex. Supreme, Kabelindo, Kabelmetal
a. Inti Tembaga
b. Ukuran minimum 2.5 mm2 kecuali untuk kabel control
c. Kabel harus dalam keadaaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada
surat keterangan dari distributor / pabrik.
d. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan cable mark
yang jelas dan tidak mudah hilang untuk mengidentifikasi arah beban.
e. Ketentuan pemberian tanda harus mengacu pada SNI 04-0225-2000
pasal 7.2.
f. Penyambungan :
1) Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua
bangunan adalah tanggung jawab kontraktor.
2) Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuat / erat
sesuai dengan model terminal peralatan yang terpasang.
3) Penyambungan kabel kotak kontak atau kabel penerangan harus
dilakukan didalam kotak sambung. Kotak sambung harus terbuat
dari bahan yang sama dengan conduit dipasang tutup dengan
skrup. Tutup kotak dengan cara clip tidak diijinkan. Setiap
sambungan harus memakai alat penyambung berupa las dop.
4) Tidak diperkenankan melakukan penyambungan di dalam tanah
ditengah perjalanan kecuali apabila panjang kabel / saluran
melebihi standard panjang yang telah ditentukan oleh pabrik,
kecuali memang ada pekerjaan penyambungan kabel.
5) Apabila terpaksa dilakukan pernyambungan karena saluran lebih
panjang dari standar pangjang pabrik maka sistem/cara
penyambungan harus dibicarakan dengan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
6) Semua penyambungan kabel pada kotak sambung menggunakan
sambungan puntir dengan lasdop tidak boleh menggunakan
isolasi.
g. Pada setiap jarak maksimum 25 meter dan setiap belokan sepanjang
jalur penanaman kabel harus di pasang patok beton dengan tulisan
„TR/TM‟.
h. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve
pipa galvanized minimum 2,5 kali penampang kabel.

d. Pemipaan ( Konduit )
1) Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada
didalamnya, yang umum digunakan pada bangunan tinggi
adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang khusus digunakan
untuk instalasi penerangan saja.

97
2) Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi ex. Legrand, Clipsal,
Sachnider.
3) Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1
(satu) kabel untuk 1 (satu) konduit, maka sesuai Peraturan
Umum Instalasi Listrik (PUIL 2020) berlaku faktor pengisian
maksimum = 50 %.

Luas
penampang
luar kabel
Faktor pengisian : ------------------------
--------------- x 100%
Luas penampang
dalam konduit

4) Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100


cm harus diberi klem.
5) Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau
allumunium, pemasangan pada tembok harus menggunakan
vicher dan sekrup, pemasangan dengan menggunakan paku
tidak dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau
lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk
terminasinya.
6) Pemasangan sepatu kabel untuk kabel berukuran 70 mm2
atau lebih harus menggunakan hydraulic press kemudian di
solder dengan timah pateri.
7) Sepatu kabel yang dipergunakan harus sesuai dengan
besarnya kabel dan harus yang berkualitas baik, standart
produksi ex. GAE, 3M.

e. Tahanan Isolasi
Tahanan isolasi kabel yang dipersyaratkan sesuai pasal 213 sub
pasal 213.B.2 PUIL 1987 adalah minimum 1000OHM per satu volt
tegangan nominal.
Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa
sehingga arus bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap
100 m panjang kabel. Kecuali untuk instalasi yang harus beroperasi
pada keadaan darurat.
Kabel–kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan
fungsi dan lokasi pemasangannya seperti table dibawah ini / sesuai
dengan gambar Perencanaan :

Pemakaian Jenis Kabel


Instalasi penerangan didalam NYM
bangunan
Instalasi penerangan diluar NYM, NYY, NYFGbY
bangunan
Instalasi kabel tenaga didalam NYM, NYY
bangunan
Instalasi kabel daya didalam NYY, FRC
bangunan
Instalasi kabel daya diluar NYFGbY
bangunan
98
Sebagai pengenal untuk inti kabel atau rel digunakan warna,
lambang atau huruf seperti yang terdapat dalam tabel Tabel : 701 -
1, PUIL 1987.

Pengenal
Pengganti Dengan Dengan Dengan warna
Inti huruf lambang
Atau
1 2 3 4
A. Instalasi arus bolak-
balik : Fase Satu
Fase L Merah
Dua 1/R Kuning
Fase L 2/S Hitam
Tiga L Biru
Netral 3/T
N

B. Instalasi perlengkapan listrik :


Fase
satu U/ Merah
Fase XV Kuning
dua /Y Hitam
Fase W/
tiga Z
C. Instalasi arus searah :
Positif
Negatif L + Tidak
Kawat tengah + - ditetapkan
L- Tidak
M ditetapkan
Biru

D. Penghantar Pembumian HB Loreng hijau -


kuning
Tabel Pengenal inti kabel atau rel

Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral)
dan kuning / hijau (untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada
maka pada ujung-ujung kabel harus diberi isolasi dengan warna
yang bersesuaian seperti butir di atas.
Pelaksanaan penanaman galian pada kondisi khusus dimana
penanaman kabel tidak dapat dilaksanakan dengan kedalaman 
1,20 meter, maka pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-
jalan yang dilewati kendaraan.

99
2) Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-
jalan yang tidak dilewati kendaraan (pedestrian) dan diberi
pelindung pipa galvanized dengan penampang minimum 2,5
kali penampang kabel.
3) Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan
menengah/tinggi dan kabel telekomunikasi maka kabel tanah
harus ditempatkan di atas kabel PLN dengan jarak minimum 50
cm.
4) Pada persilangan antara kabel tanah dan kabel lainnya harus
diambil salah satu tindakan pengamanan, kecuali jika salah satu
kabel tanah yang bersilangan itu terletak di dalam saluran
pasangan batu, beton atau semacam itu yang mempunyai tebal
dinding sekurang - kurangnya 6 cm.
a) Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus
dipasang tutup pelindung dari lempengan beton
(concrete tile) atau pipa beton atau sekurang- kurangnya
dari bahan tahan lama atau yang sederajat.
b) Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pelindung
beton, pipa beton belah atau dari bahan lain yang cukup
kuat tanah lama dan tahan api. Pipa belah ini harus
dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0,5 meter
dari kabel yang terletak di bawah diukur kabel sisi luar.
5) Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi,
kabel tanah harus dilindungi pada bagian atasnya dengan pipa
belah, plat atau pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat
terbakar.
a) Jika kabel tanah menyilang di atas kabel tanah
telekomunikasi dengan jarak lebih kecil dari 0,3 meter
maka pada bagian yang menghadap ke kabel tanah
telekomunikasi dipasang alat / pipa dari bahan bangunan
yang tidak dapat terbakar. Perlindungan ini harus
menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua sisi
persilangan.
b) Pelindung kabel tanah tersebut baik pada kabel tanah
tersebut maupun pada kabel tanah telekomunikasi harus
menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua ujung
tempat persilangan dan pendekatan itu.
c) Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur
kabel dianggap telah terlindung.
d) Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam
keadaan semula dengan seluruh biaya menjadi kewajiban
kontraktor.

f. Rak Kabel
a. Rak kabel digunakan untuk menunjang kabel-kabel utama
(feeder cable), atau kabel lainnya yang berada dalam jumlah
yang cukup banyak.
b. Rak kabel umumnya buatan pabrik yang telah digalvanized dan
dalam pemasangannya harus dibumikan.

100
c. Dimensi rak kabel harus mencukupi kebutuhan kabel yang
akan dilayaninya.
d. Seluruh kabel yang ada diatas rak kabel harus diikat dengan
pengikat kabel (cable ties).
e. Penyusunan kabel didalam rak harus secara rapi dan tidak
saling menyilang.

Seluruh bahan metal tidak bertegangan (rak kabel, panel dll) harus
ditanahkan secara sempurna, pada sambungan rak kabel dimana
sambungan tersebut tidak menggunakan las maka kedua bagian rak
harus „jumper‟ dengan konduktor tembaga minimal berpenampang
2,5mm2.
Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing/lama harus
dikerjakan dengan extra hati-hati. Bila terjadi kerusakan pada kabel
existing karena terkena peralatan gali (pacul, ganco, dsb), kontraktor
harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya tambahan biaya,
termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalamai kecelakaan
hingga sembuh benar.
Pengurusan Ijin Instalasi Listrik kepada Instansi yang berwenang
(PLN) merupakan Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor.
Motor
a. Motor dengan kapasitas sama atau lebih kecil 5,5 Kw yang
distart secara langsung atau Direct On Line (DOL) starters.
b. Motor dengan kapasitas lebih besar 5.5 KW distart secara star
delta starters.

3.25.12. Armatur Lampu


1. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan,
seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar detail Elektrikal.
a. Semua rumah lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan
general harus produksi di pabrik yang berada di dalam negeri serta
mempunyai jaringan distribusi penjualan atau kantor cabang resmi
yang berada disetiap wilayah kota di Indonesia.
b. Pabrikan rumah lampu bersedia memberi jaminan atas
tersedianya barang dalam jangka waktu minimal 5 tahun kedepan
sehingga apabila ada beberapa produk membutuhkan sperpat
pengganti maka barang tersebut masih tersedia dan terjamin
kontinuitasnya.
c. Pabrikan rumah lampu yang diguanakan adalah pabrikan yang
dapat memberikan garansi atas produk yang dikeluarkanya
minimal 1 tahun sejak barang terpasang di proyek.
d. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
e. Semua lampu flourescent dan lampu discharge lainnya harus
dikompensasi dengan kapasitor yang cukup untuk mencapai faktor
daya 90% - 95%.
f. Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang
cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari
diffuser itu sendiri.

101
g. Reflektor harus mempunyai lapisan pemantul kualitas baik.
h. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block
harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas
yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur
teknis komponen lampu. Ventilasi dalam box harus cukup.
i. Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem
tersendiri sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.
j. Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam box lampu,
tetapi mudah dibuka untuk diperiksa atau diangkat.

2. Jenis dan type yang diperkenankan adalah sebagai berikut :


a. Armatur Lampu produksi Scarto, Artolite.
b. Jenis Type lampu tabung LED produksi Philips.
c. Kapasitor produksi Phillips. Yang digunakan harus Kapasitor
yang dapat menghasilkan p.f. 0.95 (kapasitas + 3.25 s/d 4.5 micro
farad).
d. Fitting/Lamp Holder dan starter holder ( sockets ) produksi
Philips. Material dari white plastic polycarbonate dengan proteksi
Uncorosive dan Touchproof. Lamp holder dan starter holder anti
vibrator contact.

3. Pemasangan Out-Bouw / Surface / Permukaan menempel plafond.


a. Armature terbuat dari plat baja putih dengan ketebalan minimal
0,6 mm atau ketebalan total setelah finis sekitar +- 0,7 mm,
pembuatan harus dengan mesin peralatan lampu Built-in dan
dengan proses melalui system Pre Treatment dengan
penyempurnaan finishing cat powder coating.
b. Konstruksi armature harus kuat dan kokoh serta dibuat
sedemikian rupa agar dapat dibuka / dilepas untuk perbaikan /
penggantian komponen yang berada di dalamnya. Armature dan
reflektor harus dilengkapi dengan sekrup, agar dapat dilepas pada
waktu memerlukan perbaikan. Seluruh armature harus lengkap
dengan rangka dudukan / gantungan.

4. Persyaratan pemasangan titik lampu dan Peralatannya :


a. Seluruh instalasi pekerjaan lampu dan peralatan pada dasarnya
dilaksanakan dengan menggunakan kabel jenis NYM, dengan luas
penampang penghantar sekurang-kurangnya 2.5 mm2 dan pipa
conduit PVC HI dengan diameter sekurang-kurangnya 20 mm².
b. Kontraktor diwajibkan mengkoordinasikan rencana kerjanya
dengan disiplin lainnya, sehingga kemungkinan timbulnya
persilangan lintasan antar instalasi yang berlebihan dapat
dihindarkan.
c. Pemasangan instalasi lampu dan peralatan tidak dibenarkan
membebani kerangka ceilling yang ada, melainkan harus dipasang
pada cable trays yang tersedia atau dilekatkan langsung pada
bagian bawah dari plat dan, dengan menggunakan klem dan

102
concrete fastener yang sesuai, sekali-kali penggunaan paku sangat
dilarang dalam pengerjaan ini.
d. Jarak pemasangan klem-klem pengikat pipa conduit tidak
diperkenankan melebihi 100 cm.
e. Pekerjaan pencabangan, splicing dan lain sebagainya harus
dilaksanakan dalam junction boxes (Tdoos, Xdoos, dsb), yang
terbuat dari bahan yang sejenis dengan pipa conduit yang dipakai,
dengan menggunakan sambungan puntir dengan lasdop, yang
ukuran-ukuranya sesuai dengan ukuran dan jumlah kabel yang
ada. Penggunaan insulation tape sama sekali tidak diperbolehkan.
f. Kabel penghantar yang menghubungkan fixtures lampu dengan
instalasi yang ada, harus dilindungi dengan menggunakan flexibel
conduit yang terbuat dari bahan ( dan memiliki ukuran ) yang sama
dengan pipa conduit yang dipakai.
g. Untuk membedakan instalasi lampu dan peralatan dengan instalasi
yang lain, pipa conduit yang terpasang harus diberi tanda ( label )
berwarna pada setiap jarak 2 meter. (dapat dengan menggunakan
insulation tape). Warna tanda/label yang dipakai harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Pengawas.
h. Untuk pemasangan armature lampu jenis (surface mounted), tidak
dibenarkan dipasang pada plafond secara langsung, harus
dipasang pada rangka plafond yang diperkuat dengan konstruksi
tambahan (bisa terbuat dari kayu yang di cat meni 2 kali yang
sesuai atau dengan menggunakan hanger / penggantung.
i. Semua pekerjaan perbaikan bekas bobokan dilaksanakan oleh
Kontraktor Bangunan yang beban biayanya menkadi tanggung
jawab dari Kontraktor Listrik.

3.25.13. Soket & Outlet


1. Saklar dan kotak-kotak.
a. Socket Outlet
Outlet daya dan plug yang digunakan Produksi Legrand dan harus
memenuhi standard SII dan PLN atau standart lain yang berlaku
dan diakui di Indonesia. Saklar dan stop kontak yang digunakan
adalah type: malia warna dark silver, Saklar/ Socket terdiri atas
mekanisme dan plat penutup berbahan polycarbonate dengan
finishing colour dari produsen ukuran lebar plat penutup/plate:
86x86mm
b. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi minimal
sebagai berikut : Rated Voltage : 250 volt
Rated Cutled : 10 A, 13A, 16A

c. Switches / Saklar
Saklar yang digunakan Produksi Legrand dan sesuai dengan
standard PLN atau SII atau standard lain yang berlaku dan diakui di
Indonesia. Saklar harus mempunyai spesifikasi : Rated Voltage : 250
volt
Rated Current : minimal 10 / 16 A

103
2. Persyaratan pemasangan saklar dan stop kontak :
a. Saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai dengan pasangan
terpendam (In-Bow) rata dengan permukaan plesteran dinding
atau didalam partisi dengan konstruksi tersendiri / khusus.
b. Kotak kontak yang dipergunakan adalah jenis in-bow / rata dengan
permukaan plesteran dinding atau didalam partisi dengan
konstruksi tersendiri / khusus dengan menggunakan In-Bow doos
yang terbuat dari bahan yang sama dengan kotak kontaknya.
Pemasangan kotak kontak pada doosnya menggunakan sekrup.
c. Kotak kontak 1 phase dipasang setinggi 30 cm dari lantai / sesuai
permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan
terpendam (In-Bouw) rata dengan permukaan plester dinding atau
didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk dari
Pengawas.
d. Kotak kontak 1 phase Khusus untuk Televisi Posisi Atas dipasang
setinggi 210 cm dari lantai / sesuai permintaan user (disesuaikan
dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bouw) rata degnan
permukaan plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi
khusus sesuai petunjuk dari Pengawas.
e. Kotak kontak 3 phase dipasang setinggi 40 cm dari lantai atai
disesuaikan dengan kondisi ruang dan perlatan terpasang dengan
pasangan menempel dinding ( out-bouw ) dan harus terpasang
kuat, tidak boleh goyang/miring sesuai petunjuk Pengawas.
f. Kotak kontak 3 phase harus mempunyai terminal pentanahan (3 P
+ N + PE) tegangan 250 V.
g. Semua pemasangan out-bouw doos dan kotak kontak 3 phase pada
dinding harus menggunakan vischer dan sekrup, pemasangan
pada kayu/meja harus menggunakan sekrup. Penggunaan paku
pada pekerjaan ini sangat dilarang.
h. Untuk kotak kontak yang dipasang untuk daerah basah harus
memakai type tertutup (Water Proof Type).
i. Kotak kontak 1 phase harus mempunyai terminal pentanahan (P +
N + PE) tegangan 250 V.

3.25.14. Tranfomer
Ketentuan umum
1. Transformator daya yang digunakan harus memenuhi IEC standar
dan SPLN atau standard-standard lain yang diakui di negara Republik
Indonesia serta mendapat rekomendasi dari LPengawas.
2. Transformator yang akan dipasang dapat juga mengikuti beberapa
standard sebagai berikut :
Transfomator direncanakan, dibuat dan ditest berdasarkan pada :
- IEC 76 UTE – Perancis
- VDE / DIN - Jerman
- NEMA - USA
- BS - British
- SPLN 50 / 82 - Indonesia

104
3. Transformator yang digunakan harus mempunyai rekomendasi untuk
dipasang di daerah tropis.
4. Kondisi kerja Transformator yang akan dipasang pada tempat dengan
ketinggian tidak lebih dari 1000 m diatas permukaan laut dan
maksimum ambient temperature tidak melebihi 400 C.
5. Jenis Trafo yang akan dipergunakan adalah Oli immersed / indoor use
atau lainnya sesuai gambar.

Konstruksi Trafo
1. Inti besi harus kokoh sehingga :
a. dijamin tidak akan bergetar,
b. rugi-rugi inti kecil.
2. Kumparan terbuat tembaga harus mempunyai ketahanan dielektrik
dan mekanik yang cukup kuat.
3. Selungkup (housing) terbuat dari pelat baja yang di cat dasar tahan
karat dan cat finish berwarna putih.
4. Bushing isolator terbuat dari porcelin.

Komponen Trafo
1. Name plate.
2. Alat memonitor temperatur yang dihubungkan ke:
a. Alarm system,
b. Fan control system,
c. Tripping system.
3. Kuping pengangkat,
4. Tap changer,
5. Roda,
6. Terminal pengebumian.

Persyaratan listrik
1. Kapasitas Trafo: 1600 KVA atau sesuai gambar perencanaan dan
harus mampu dibebani sampai 125 % selama 15 menit.
2. Tegangan kerja nominal
a. Sisi primer : 20 kV,
b. Sisi sekunder : 400/230 Volt.
c. Jumlah phasa :3
d. Frekwensi : 50 Hz.
e. Hubungan belitan : DYn-5
f. Bahan : Copper
g. Pendinginan : onan
h. Tap changer : 3 tap dengan 2,5%, 1,5% per
tap
i. Basic Insulation Level : 125 kV
j. Applied voltage test 1 menit : 50 kV
k. Efisiensi : > 98 % dalam keadaan
beban
l. Jenis : Dry Type.
m. Impedansi :5%
n. Insulation class : primary voltage 24 KV

105
o. Basic Impuls voltage : primary winding 125 KV
p. Test voltage for 1 minute :
q. Primary Winding : 50 KV
r. Isolasi : Klass A
s. Kenaikan temperatur pada winding oil : max. 65º
3. Perlengkapan
Tranformator dilengkapi dengan :
a. Thermometer
b. RTS
c. Roda
d. Lifting eye
e. Elastimold bushing
f. Grounding

Persyaratan Pemasangan.
1. Trafo ditempatkan pada ruang trafo seperti terlihat dalam gambar
perencanaan.
2. Trafo dipasang pada dudukan setempat dengan perkuatan sedemikian
rupa tidak akan bergeser oleh gangguan mekanis.
3. Trafo yang digunakan produksi : BAMBANG DJAJA, SCHNEIDER,
TRAFINDO

3.25.15. Lampu LED


1. Lampu merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan
antara armature, LED Chip, ballast dan komponen pendingin sehingga
memilikikestabilan dalam pencahayaan, dengan kapasitas lampu
sesuai ketentuan dalam gambar Kerja.
a. Semua lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general
harus mempunyai jaringan distribusi penjualan atau kantor
cabang resmi yang berada disetiap wilayah kota di Indonesia.
b. Pabrikan lampu bersedia memberi jaminan atas tersedianya
barang dalam jangka waktu minimal 5 tahun kedepan sehingga
apabila ada beberapa produk membutuhkan spare part pengganti
maka barang tersebut masih tersedia dan terjamin kontinuitasnya.
c. Pabrikan lampu yang digunakan adalah pabrikan yang dapat
memberikan garansi atas produk yang dikeluarkanya minimal 1
tahun sejak barang terpasang di proyek.
d. Semua lampu LED harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
e. Semua lampu harus memiliki faktor daya 90% - 95%.
f. Lampu LED harus memiliki cover/diffuser yang menutupi bagian
dalam lampu, sehingga tidak menjadi sarang serangga dan
penempelan debu.
g. Lampu LED harus memenuhi standard electrical protection class
II, CB,CCC, dan RoHS.
h. Seluruh harus dapat diintegrasikan dengan sistem control
pengendalian otomatis melalui pemasangan perangkat sensor
cahaya & sensor kehadiran.

106
i. Seluruh lampu LED dapat dioperasikan dengan menggunakan
sistem terpusat berupa BAS (Building Automation System).
j. Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang
cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis
dari diffuser itu sendiri.
k. Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP20)
dan mengacu kepada standar Internasional IEC.
l. Housing outdoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP65)
dan kekuatan impact (IK08).

2. Jenis dan type yang diperkenankan adalah sebagai berikut :


a. LAMPU RECESSED MOUNTED
1) Lampu LED TL/PANEL
a) Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi
(IP20) dan mengacu kepada standar keamanan CCC/CB.
b) Lampu LED harus memiliki ketahanan terhadap lonjakan
tegangan minimum 1 kV.
c) Lampu LED memiliki harmonik distorsi maksimal 20%,
sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
perangkat elektronik lain dengan impedansi rendah.
d) Lampu LED tidak boleh berkedip pada waktu dinyalakan.
e) Lampu LED harus memiliki cover/diffuser yang menutupi
bagian dalam lampu, sehingga tidak menjadi sarang
serangga dan penempelan debu.
f) Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya sampai
dengan 100 lumen/watt.
g) Lampu LED indoor harus sesuai dengan klasifikasi
proteksi (IP 20) dan mengacu kepada standar
Internasional IEC.
h) Lampu harus berbentuk persegi dengan lensa optik
berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas
cahaya yang optimal untuk mencapai illuminasi yang
tinggi dan merata.
i) Lampu LED harus memiliki sudut pencahayaan 120
derajat, sehingga mampu mendistribusikan cahaya
dengan merata\
j) Lampu LED memiliki ketahanan minimal 30000 jam pada
temperatur ambien 25 derajat Celsius. k. Lampu LED
memiliki intensitas cahaya 70% pada saat akhir dari life
time lampu.
k) Daya Lampu tidak melebihi 35 watt dan intesitas cahaya
minimal 3500 lumen.

2) Lampu LED Downlight


a) Housing indoorharus sesuai dengan klasifikasi proteksi
(IP 20) dan mengacu kepada standar keamanan CCC/CB.
b) Lampu LED harus memiliki ketahanan terhadap lonjakan
tegangan minimum 1 kV.
c) Lampu LED tidak boleh berkedip pada waktu dinyalakan.

107
d) Lampu LED memiliki harmonik distorsi maksimal 20%,
sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
perangkat elektronik lainnya dengan impedansi rendah.
e) Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya sampai
dengan 100 lumen / watt
f) Lampu LED menghasilkan intensitas cahaya 1600 lumen
g) Lampu LED harus memiliki sudut cahaya 90-100 derajat,
sehingga mampu mendistribusikan cahaya dengan
merata.
h) Lampu LED memiliki ketahanan minimal 50000 jam pada
temperatur ambien 25 derajat Celsius.
i) Daya Lampu tidak melebihi 16 watt.
j) Lampu LED memiliki intensitas cahaya 70% pada saat
akhir dari life time lampu.
k) Cover depan dilengkapi dengan cover Prismatic yang
terbuat dari bahan PMMA yang ramah terhadap
lingkungan, tidak silau dan memiliki penyebaran cahaya
yang baik.
l) Lampu harus berbentuk bulat dengan lensa optik
berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas
cahaya yang optimal untukmencapai illuminasi yang
tinggi dan merata.

3) Lampu LED Spotlight


a) Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi
(IP 20) dan mengacu kepada standar keamanan CCC/CB.
b) Lampu LED harus memiliki ketahanan terhadap lonjakan
tegangan minimum 1 kV.
c) Lampu LED tidak boleh berkedip pada waktu dinyalakan.
d) Lampu LED memiliki harmonik distorsi maksimal 20%,
sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
perangkat elektronik lainnya dengan impedansi rendah.
e) Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya sampai
dengan 100 lumen/watt.
f) Lampu LED harus memiliki sudut cahaya 24-36 derajat,
sehingga mampu mengarahkan cahaya dengan baik.
g) Cover depan dilengkapi dengan cover Prismatic yang
terbuat dari bahan PMMA yang ramah terhadap
lingkungan, tidak silau dan memilik ipenyebaran cahaya
yang baik.
h) Lampu harus berbentuk bulat dengan lensa optik fresnel
sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal
untuk mencapai iluminasi yang tinggi namun tidak
menyilaukan.
i) Lampu LED memiliki ketahanan minimal 50000 jam pada
temperatur ambien 25 derajat Celsius.
j) Daya Lampu tidak melebihi 6 watt
k) Lampu LED memiliki intensitas cahaya 70% pada saat
akhir dari life time lampu.

108
3.25.16. Testing & Comissioning
Semua pekerjaan yang membutuhkan test commissioning wajib
dilaksanakan oleh penyedia dengan biaya yang sudah diperhitungkan pada
masing-masing pekerjaan (sebagaimana dinyatakan dalam daftar kuantitas
dan harga) dengan ketentuan sebagai berikut :
Macam pemeriksaan dan pengujian :
1. Pemeriksaan Visual.
a. Jalur pipa konduit dan kabel tekukan kabel tidak boleh patah.
b. Jalur kabel diatas rak kabel harus rapi dan diusahakan posisi rak
kabel diatas instalasi pipa atau duct VAC untuk menghindari
adanya tetesan air.
c. Kelengkapan komponen panel.
d. Apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem
harus diperbaiki oleh pemborong sampai berfungsi sebagai mana
mestinya. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggunan kontraktor
dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah atau biaya
tambah.

2. Pemeriksaan Sambungan Listrik Maupun Mekanis.


a. Sambungan dan terminasi kabel pada panel atau beban harus
rapi dan tersambung dengan kuat. Kabel serabut atau berurat
banyak (multicore) harus dilengkapi dengan sepatu kabel (cable
shoe).
b. Kabel didalam panel ditata dengan rapi dan disediakan cadangan
panjang kabel (spare) untuk mengantisipasi bila terjadi kesalahan
terminasi, kabel masih cukup panjang untuk disambung pada
terminal yang lain.
c. Seluruh Sistem dan Pekerjaan Instalasi harus diperiksa, diteliti
dan diuji dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya
harus menyertakan Konsultan Pengawas dan bila perlu dengan
petugas dari Instansi terkait yang berwenang.

3. Pengukuran Tahanan Isolasi dan Tahanan Pentahanan.


a. Sistem listrik yang sudah dipasang harus diuji dengan seksama
sebelum siap untuk dipergunakan. Pesawat uji yang dipakai
untuk pengujian sebelum digunakan harus dikalibrasi terlebih
dahulu. Pengujian dilakukan bersama dengan pihak yang
berwenang (Pemberi Tugas atau Direksi Pengawas). Hasil
pengujian direkam pada format daftar simak dan
didokumentasikan.
b. Setiap saluran kabel harus ditest Tahanan Isolasinya dengan
menggunakan alat MEGGER 10.000 volt untuk kabel Tegangan
Menengah dan MEGGER 1.000 volt untuk kabel Tegangan
Rendah. Pengujian dengan Meger Test harus tetap dilaksanakan
dengan nilai tahanan isolasi minimum seperti pada tabel
dibawah.

109
Tegangan Nominal Tegangan Uji Arus Resistans
V Searah Isolasi
V MOhm
Tegangan ekstra rendah 250  0,25
(SELV,PELV dan FELV) yang
memenuhi persyaratan 3.3.1 dan
3.3.2
Sampai dengan 500 V, dengan 500  0,25
pengecualian hal tersebut diatas

Diatas 500 V 1.000  1,00


Table 3.20-1 PUIL 2000 : Nilai Resistans Isolasi Minimum

c. Pengetesan juga dilakukan pada Grounding Existing untuk


mengetahui apakah tahanan pentanahan grounding tersebut
masih baik/memenuhi syarat atau tidak.

4. Pengukuran tegangan listrik dengan multitester yaitu :


a. Tegangan phase ke phase (V L-L)
b. Tegangan phase ke neutral (V L-N)
c. Teggangan phase ke tanah (V L-G)

5. Pengukuran arus beban dengan tang ampere untuk phase R, S, T. f.


Pengujian Dalam Keadaan Berbeban 3 x 24 jam.
a. Tes penyalaan dimana seluruh instalasi yang baru dipasang
difungsikan untuk mengecek nyala lampu. Pada pengetesan nyala
ini sekaligus akan diperiksa mutu instalasi yaitu mengecek
berfungsinya komponen-komponen, susut tegangan yang terjadi (
maksimal 5% ), kemungkinan hubung singkat pada tiang atau
panel dll.
b. Pengujian nyala lampu dan battery Ni-cad pada lampu emergency
c. Bila dalam Pengujian berbeban ternyatan tidak disediakan
Sumber Daya Listrik,maka Kontraktor harus menyediakan Sumber
Daya Listrik sendiri berupa Genset 3 phase dengan Kapasitas yang
memadai.

Setelah semua instalasi selesai dipasang dan aliran listrik telah dimasukan,
maka jaringan instalasi harus dites terhadap group – group yang dipasang
apakah telah sesuai dengan gambar.
Setelah jaringan dibebani dengan beban penuh, maka perlu diadakan
balancing beban terhadap masing – masing fase.
Fungsi komponen-komponen panel antara lain :
a. Volt meter
b. Ampere meter
c. Frekwensi meter
d. Lampu indikator
e. Saklar pilih (selector switch)

110
f. Circuit breaker, contactor, relay, dll.

Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam
rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain

Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh


Konsultan Pengawas dan Pemilik.

3.26. Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bersih


3.26.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bersih meliputi semua pekerjaan di
dalam atau diluar gedung untuk menyediakan air bersih baik peralatan
plumbing maupun instalasi.

3.26.2. Standarisasi
a. SNI 03-7065-2005 (Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)
b. SNI 8153:20015 tentang Sistem Plambing pada Bangunan Gedung

3.26.3. Material :
Material Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bersih dengan spesifikasi
sesuai dengan sub bab material.

3.26.4. Pelaksanaan pekerjaan


a. Penyambungan PDAM
Penyambungan PDAM meliputi pekerjaan pendaftaran hingga
penyambungan air bersih dari PDAM hingga mengalir air bersih.

b. Pembuatan Sumur Dalam (Deep Well)


Pembuatan Sumur Dalam meliputi pekerjaan penentuan titik sumur
dalam, penggalian sumur dalam, pengadaan dan pemasangan pompa
sumur dalam, pemasangan pipa dan peralatan lainnya hingga
mendapatkan air bersih yang diinginkan.
Pompa Submersible harus dilengkapi dengan pondasi pompa, peredam
getaran, serta manometer. Pada pipa tekan harus dilengkapi dengan Gate
valve, Check Valve, Flexible joint, dan perlengkapan lainnya sehingga
sistem pompa dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
Selain itu dilengkapi pula dengan pipa pemeriksa aliran berikut gate valve
& pipa pembuangan dari lubang drain pompa ke saluran pembuangan.
Unit dilengkapi dengan starter panel pompa dan pressure switch untuk
menjalankan pompa secara otomatis.
Pompa Submersible berjumlah 1 buah dengan spesifikasi sesuai dengan
sub bab Material.

111
c. Pekerjaan Ground Water Reservoar
Meliputi pekerjaan – pekerjaan perpipaan dan aksesories yang
dipergunakan sesuai dengan BOQ yang dipasang pada Ground Water
Reservoar.

d. Pemasangan Pompa Transfer Air Bersih hingga ke Roof Tank


Pompa Transfer harus dilengkapi dengan pondasi pompa, peredam
getaran, serta manometer. Pada pipa tekan harus dilengkapi dengan Gate
valve, Check Valve, Flexible joint, dan perlengkapan lainnya sehingga
sistem pompa dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
Selain itu dilengkapi pula dengan pipa pemeriksa aliran berikut gate valve
& pipa pembuangan dari lubang drain pompa ke saluran pembuangan.
Unit dilengkapi dengan starter panel pompa dan pressure switch untuk
menjalankan pompa secara otomatis.
Pompa Transfer Air Bersih berjumlah 2 buah dengan spesifikasi sesuai
dengan sub bab Material.

e. Pemasangan Tangki Air FRP (Tangki Air Panel)


1) Pemasangan Tangki Air dilaksanakan Aplikator
2) Penyedia Jasa harus menyertakan Surat Garansi 10 tahun.

f. Pemasangan Pipa-pipa dan kran


a) Pada pipa yang dipasang pada element struktur seperti pondasi,
balok, kolom, pipa tidak boleh langsung menembus bagian
konstruksi, tapi harus dibuat selubung (sleeve) dipasang pada tempat
di mana pipa harus menembus bagian struktur itu. Sleeve harus
dilengkapi dengan tulangan baja. Pipa harus masuk sepenuhnya di
fitting maka untuk ini harus dipergunakan alat pres. Selain itu
pemotongan pipa menggunakan alat yang sesuai dengan hasil tegak
lurus terhadap batang pipa.
b) Penggantung dan penumpu pipa
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memasang penggantung atau
penumpu pipa
 Berat pipa
Berat yang harus dipertimbangkan bukan hanya berat pipa itu
sendiri, tetapi meliputi berat perlengkapannya, seperti katup,
bahan isolasi.
 Jenis pipa
Jarak antara penggantung atau penumpu bergantung pada jenis
bahan, karena adanya perbedaan kelenturan.
 Pipa yang berhubungan dengan mesin atau peralatan bergerak
atau berputar dapat meneruskan getaran mesin atau peralatan
tersebut ke dalam ruangan lainnya. Baik melalui konstruksi
gedung, sehingga dapat menimbulkan kebisingan dan
resonansi. Penggantung atau penumpu pipa sebaiknya dapat
mencegah perambatan getaran.
 Ekspansi pipa

112
Penggantung atau penumpu pipa harus mampu menampung
adanya perubahan panjang pipa akibat perubahan temperatur
pipa.
 Jarak antar pipa.
Jarak antar pipa dengan pipa dan antara pipa dan dinding atau
permukaan lainnya harus cukup lebar untuk memungkinkan
penggunaan alat-alat, pemasangan isolasi atau penutup pipa,
penngecatan dan pekerjaan perawatan lainnya . Jarak minimum
25 mm.
 Pertimbangan untuk pekerjaan lainnya.
Perlu diperhatikan juga jarak atau ruang yang perlu untuk
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang nanti akan dipasang di
sekitar pipa, seperti saluran udara, pipa dan rak untuk kabel,
dsb.
 Penggantungan pipa pada pipa lainnya.
Pipa tidak boleh digantungka pada pipa lainnya karena dapat
menimbulkan lendutan pada pipa diatasnya.
 Baut penggantung pipa
Baut ini harus dipasang vertikal dengan baik terutama kalau
klemnya dilengkapi dengan cincin karet peredam getaran.
Harus dijaga agar karet mendapat beban yang merata.
 Kebebasan arah lateral
Pipa harus dipasang dengan kuat oleh penggantung atau
penumpu agar tidak bergerak dalam arah lateral atau
melintang.
 Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa tegak paling jauh
1,2 m.

No Diameter Pipa Jarak


penumpu/penggantung
1 < 16 mm  0,75 m
2 20 - 40 mm 1,0 m
3 50 mm 1,2 m
4 65 – 125 mm  1,5 m
5  150 mm 2m
 Penggantung atau penumpu harus dipasang pada
- Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa mendatar
tergantung pada diameter pipa seperti pada tabel berikut :
Penggantung atau penumpu harus dipasang pada :
- Di sekitar katup atau sambungan ekspansi (untuk katup
ukuran 100 mm harus dipasang pada kedua sisi)
- belokan pipa mendatar
- dasar pipa tegak.
- cabang pipa
- pipa yang disambungkan ke mesin atau peralatan, di dekat
mesin atau peralatan tersebut

113
 Pipa harus dilem dengan kuat pada sambungannya, lem pipa yang
digunakan sekualitas “Isarplast”. Kekuatan sambungan dibuktikan
dengan ditarik, harus kuat, tidak bergeser/lepas.
 Kran diberi seal tape secukupnya sebelum disambungkan pada
pipa.

g. Pemasangan semua peralatan system ME Penyedia Jasa dibantu


Konsultan Pengawas diharuskan membuat Buku Panduan Operasi
dan Perawatan Mesin – mesin.

3.27. Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan
3.27.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan meliputi
semua pekerjaan di dalam atau diluar gedung untuk mengalirkan air bekas,
air kotor dan air hujan hingga ke saluran drainase dan saluran riool kota baik
peralatan plumbing maupun instalasi.

3.27.2. Standarisasi
a. SNI 03-7065-2005 (Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)
b. SNI 8153:20015 tentang Sistem Plambing pada Bangunan Gedung

3.27.3. Material :
Material Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan
dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.

3.27.4. Pelaksanaan pekerjaan


a. Floor Drain, Roof Drain, Clean Out
1). Floor drain, roof drain dan clean out yang digunakan adalah floor drain,
roof drain, dan clean out stainlees steel type sekualitas Onda.
2). Floor drain, roof drain dan clean out dipasang ditempat-tempat sesuai
gambar.
3). Floor drain, roof drain dan clean out yang dipasang telah diseleksi baik,
tanpa cacat dan disetujui Konsultan Konsultan Pengawas.
4). Pada tempat-tempat yang akan dipasang Floor drain, roof drain dan
clean out, penutup lantai harus dilobangi dengan rapih, menggunakan
pahat kecil dengan bentuk dan ukuran sesuai ukuran Floor drain, roof
drain dan clean out tersebut.
5). Setelah Floor drain, roof drain dan clean out terpasang, pasangan harus
rapih, dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.

b. Grease Trap
1). Grease Trap yang digunakan adalah Grease Trap stainlees steel type
IGT-30 (ukuran 44x34x34).
2). Grease Trap dipasang ditempat-tempat sesuai gambar.
3). Grease Trap yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan
disetujui Konsultan Konsultan Pengawas.

114
4). Pada tempat-tempat yang akan dipasang Grease Trap, penutup lantai
harus dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan
bentuk dan ukuran sesuai ukuran Grease Trap tersebut.
5). Setelah Grease Trap terpasang, pasangan harus rapih, dibersihkan dari
noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.

c. Pemasangan Pipa-pipa dan kran


a) Pada pipa yang dipasang pada element struktur seperti pondasi,
balok, kolom, pipa tidak boleh langsung menembus bagian
konstruksi, tapi harus dibuat selubung (sleeve) dipasang pada tempat
di mana pipa harus menembus bagian struktur itu. Sleeve harus
dilengkapi dengan tulangan baja. Pipa harus masuk sepenuhnya di
fitting maka untuk ini harus dipergunakan alat pres. Selain itu
pemotongan pipa menggunakan alat yang sesuai dengan hasil tegak
lurus terhadap batang pipa.
b) Penggantung dan penumpu pipa
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memasang penggantung atau
penumpu pipa
 Berat pipa
Berat yang harus dipertimbangkan bukan hanya berat pipa itu
sendiri, tetapi meliputi berat perlengkapannya, seperti katup,
bahan isolasi.
 Jenis pipa
Jarak antara penggantung atau penumpu bergantung pada jenis
bahan, karena adanya perbedaan kelenturan.
 Pipa yang berhubungan dengan mesin atau peralatan bergerak
atau berputar dapat meneruskan getaran mesin atau peralatan
tersebut ke dalam ruangan lainnya. Baik melalui konstruksi
gedung, sehingga dapat menimbulkan kebisingan dan
resonansi. Penggantung atau penumpu pipa sebaiknya dapat
mencegah perambatan getaran.
 Ekspansi pipa
Penggantung atau penumpu pipa harus mampu menampung
adanya perubahan panjang pipa akibat perubahan temperatur
pipa.
 Jarak antar pipa.
Jarak antar pipa dengan pipa dan antara pipa dan dinding atau
permukaan lainnya harus cukup lebar untuk memungkinkan
penggunaan alat-alat, pemasangan isolasi atau penutup pipa,
penngecatan dan pekerjaan perawatan lainnya . Jarak minimum
25 mm.
 Pertimbangan untuk pekerjaan lainnya.
Perlu diperhatikan juga jarak atau ruang yang perlu untuk
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang nanti akan dipasang di
sekitar pipa, seperti saluran udara, pipa dan rak untuk kabel,
dsb.
 Penggantungan pipa pada pipa lainnya.
Pipa tidak boleh digantungka pada pipa lainnya karena dapat
menimbulkan lendutan pada pipa diatasnya.

115
 Baut penggantung pipa
Baut ini harus dipasang vertikal dengan baik terutama kalau
klemnya dilengkapi dengan cincin karet peredam getaran.
Harus dijaga agar karet mendapat beban yang merata.
 Kebebasan arah lateral
Pipa harus dipasang dengan kuat oleh penggantung atau
penumpu agar tidak bergerak dalam arah lateral atau
melintang.
 Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa tegak paling jauh
1,2 m.

No Diameter Pipa Jarak
penumpu/penggantung
1 < 16 mm  0,75 m
2 20 - 40 mm 1,0 m
3 50 mm 1,2 m
4 65 – 125 mm  1,5 m
5  150 mm 2m
Penggantung atau penumpu harus dipasang pada
- Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa mendatar
tergantung pada diameter pipa seperti pada tabel berikut :
Penggantung atau penumpu harus dipasang pada :
- Di sekitar katup atau sambungan ekspansi (untuk katup
ukuran 100 mm harus dipasang pada kedua sisi)
- belokan pipa mendatar
- dasar pipa tegak.
- cabang pipa
- pipa yang disambungkan ke mesin atau peralatan, di dekat
mesin atau peralatan tersebut
 Pipa harus dilem dengan kuat pada sambungannya, lem pipa yang
digunakan sekualitas “Isarplast”. Kekuatan sambungan dibuktikan
dengan ditarik, harus kuat, tidak bergeser/lepas.
 Kran diberi seal tape secukupnya sebelum disambungkan pada
pipa.

c) Pemasangan semua peralatan system ME Penyedia Jasa dibantu


Konsultan Pengawas diharuskan membuat Buku Panduan
Operasi dan Perawatan Mesin – mesin.

d) Pekerjaan Drainase
1. Penggalian
Penggalian parit untuk sistem drainase dan pembuangan air kotor
harus merupakan garis lurus dengan kedalaman, kemiringan yang
ditunjukkan pada gambar rencana. Parit tersebut harus mempunyai
lebar sehingga memungkinkan pekerja dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik karena ruang geraknya mencukupi. Tanah
galian tidak diperbolehkan ditimbun melebihi 50 cm pada sisi-sisi
parit tersebut dan sisa-sisanya diberikan penahan dan sebagainya,
jika diperlukan untuk menjaga penggalian tanah melebihi dari yang

116
direncanakan maka harus ditutup dengan beton tumbuk atau beton
lain sesuai dengan permintaan Direksi. Pada saat pelaksanaan tanah
galian yang akan digunakan kembali untuk tanah timbunan harus
dijaga agar tanah tersebut bebas dari pengotoran yang dapat merusak
mutu pekerjaan. Bagian bawah dari galian tanah harus menunjukkan
daya dukung yang baik agar dapat mendukung beban yang akan
bekerja di atasnya. Juga harus dihindari dari genangan air yang dapat
mengganggu lancarnya pekejaan.
2. Pipa Beton/Buis Beton
Ukuran pipa beton maupun sambungannya harus sesuai dengan
gambar rencana. Bentuk pipa harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. Pipa harus lurus, dengan ukuran sesuai rencana, ujungnya tajam
dan tidak rusak.
b. Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan
tanpa cacat berupa lubang-lubang atau retak-retak, permukaan
diberi acian.
c. Pipa harus kering betul dan siap untuk dipasang.
d. Sambungan antara pipa yang satu dengan yang lain harus
dilaksanakan dengan mortar dengan perbandingan campuran 1
pc : 3 psr.
3. Letak Pipa Drainase
Setiap pipa harus diperhatikan secara seksama pada saat tiba di
tempat pekerjaan. Pipa-pipa yang tidak sempurna tidak boleh dipakai
dan harus dipisahkan. Pipa drainase harus diletakkan merupakan
garis lurus dan dengan kemiringan seperti yang ditunjukkan pada
gambar rencana. Perhatian khusus harus diberikan agar penempatan
pipa tersebut sesuai hasil yang direncanakan dengan menempatkan
patok-patok tetap dan sebagainya.
4. Test Sistem Drainase
Setelah dirasa cukup maka sistem drainase harus di test terlebih
dahulu untuk menguji apakah seluruh sistem bisa bekerja dengan
baik. Test tersebut harus menunjukkan hasil yang baik dan tidak
boleh menunjukkan hambatan, yang berarti kurang berfungsinya
seluruh sistem dengan baik. Jika dipandang perlu oleh Direksi maka
bagian yang cacat tersebut harus dibongkar dan diperbaharui dengan
kerja dan atas biaya Penyedia barang/jasa.
5. Pembetulan Jalan, Lantan dan sebagainya.
Jika pipa-pipa dan sebagainya memotong jalan maka setelah
pemasangan nya berakhir bagian bangunan atau jalan yang kena
pemotongan tersebut harus dikembalikan seperti semula. Kerusakan
akibat pemasangan pipa dan sebagainya harus diperbaiki seperti
sedia kala, dan segala biaya yang dikeluarkan akibat kerusakan
tersebut menjadi tanggungan Penyedia barang/jasa.

117
3.28. Pekerjaan AC dan Instalasi.
3.28.1. Persyaratan Umum
Semua persyaratan umum maupun suplemen yang ada merupakan juga
bagian daripada persyaratan system intalasi tata udara ini, sejauh yang
berlaku dan berhubungan bagi perkerjaannya.
Apabila ada beberapa hal dari persyaratan umum yang dituliskan kembali
dalam spesifikasi ini, berarti hanya permintaan khusus dan ini juga tidaklah
berarti menghilangkan hal-hal lainnya dari persyaratan umum dan suplemen
yang ada. Hanya apabila ada yang dinyatakan lain tersendiri di dalam
spesifikasi ini, maka hal-hal persyaratan umum maupun suplemen tidak
berlaku lagi untuk sistem instalasi ini.

3.28.2. Persyaratan Pelaksanaan


a. Instalasi yang dinyatakan dalam spesifikasi ini harus dilaksanakan sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia
serta tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dari Jawatan
Keselamatan Kerja
b. Semua syarat-syarat penerimaan bahan-bahan, peralatan, cara-cara
pemasangan, kualitas perkerjaan dan lain-lain untuk system instalasi ini
harus sesuai dengan standart Internasional maupun Nasional seperti
ARI, ASHRAE, SMACNA, ASTM, NFPA, AMCA, ASME dengan senantiasa
mengutamakan peraturan / standart / Persyaratan Nasional
c. Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistem ini, selain dari
persyaratan-persyaratan tersebut di atas, juga tidak boleh menyimpang
dari persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya

d. Kondisi Perancangan
1) Kondisi udara luar
a) Temperature : 35° C
b) Relative humidity : 78%
2) Kondisi dalam ruangan (semua ruangan yang dikondisikan)
a) Temperature : 25° C +/- 1° C
b) Relative humidity : 55% +/- 5% RH
3) Noise Criteria
a) Office : 40 – 45 NC
b) Koridor, Area Publik : 40 – 45 NC

3.28.3. Masa Jaminan


a. Semua Pekerjaan instalasi harus dijamin akan bekerja dengan sempurna.
Semua pekerjaan yang masuk dalam lingkup pekerjaan ini harus diberi
masa jaminan selama 1 (satu) tahun setelah masa penyerahan pekerjaan
tersebut.
b. Garansi compressor AC VRV/F adalah 36 bulan terhitung dari tanggal start
up dan komisioning.
c. Garansi spare parts AC VRV/F adalah 12 bulan terhitung dari tanggal start
up dan komisioning
d. Garansi kompresor AC NON VRV/F adalah 36 bulan terhitung dari tanggal
start up dan komisioning khusus untuk kapasitas 0.5 – 5 PK.

118
e. Garansi kompresor AC NON VRV/F adalah 12 bulan terhitung dari tanggal
start up dan komisioning khusus untuk kapasitas diatas 5 PK.
f. Garansi spare parts AC NON VRV/F adalah 12 bulan terhitung dari tanggal
start up dan komisioning

3.28.4. Lingkup pekerjaan


Secara umum Sub paket Pekerjaan sistem Tata Udara Dan Ventilasi Mekanis
ini meliputi pengadaan, pemasangan, testing, adjusting, dan pemeliharaan
dari pekerjaan-pekerjaan tersebut di bawah ini.
a. Pengadaan dan pemasangan VRV/F aircooled system dengan menggunakan
inverter DC yang terdiri dari 1 Outdoor dan beberapa indoor unit lengkap
dengan control panel lengkap dengan electronic expansion valve di indoor
dan outddor unit dan peralatan standart pabrik lainnya.
b. Pengadaan dan pemasangan unit-unit indoor unit lengkap dengan filter
sementara, filter permanen, fan, cooling coil, casing box drain pain, hanger
lengkap, bolt spring mounting dan perlengkapan standar pabrik.
c. Pengadaan dan pemasangan system pemipaan refrigerant lengkap dengan
isolasi, lengkap peralatan pemipaan dan penggantung pipa.
d. Pengadaan dan pemasangan unit-unit AC split, dengan kapasitas, jumlah
dan tipe indoor unit sesuai dengan schedule peralatan lengkap dengan
control panel dan peralatan standar pabrik.
e. Pengadaan dan pemasangan system cerobong udara berikut isolasi luar dan
dalam, damper-damper, diffuser/grille, penggantung serta kelengkapan
lainnya.
f. Pengadaan dan pemasangan Fresh intake Air Fan, toilet exhaust dan unit-
unit fan, berikut system ductingnya dan kelengakapan lainnya dengan
kapasitas, tipe dan jumlah sesuai dengan skedul peralatan.

3.28.5. Informasi Sistem


a. Umum
Unit AC harus menggunakan tipe VRV/F aircooled. Menggunakan inverter
DC. Terdiri dari 1 Outdoor dan multiple indoor, dimana setiap indoornya
mempunyai kemampuan mendinginkan ruangan dan bisa dikontrol setting
temperature dan fan speednya secara independent dengan menggunakan
remote control tipe kabel maupun central controller, terkoneksi dalam 1
refrigerant sirkuit. Seluruh Outdoor, indoor, remote control, refnet joint,
central controller harus merupakan merek yang sama dengan merek AC
yang digunakan. Refrigerant yang digunakan ramah lingkungan atau tipe
R410A, Untuk pipa refrigerant nya menggunakan pipa standart
ASTMB280. Untuk insulasinya menggunakan class 1 dengan ketebalan
minimal 3/4 inch (19mm). Semua hal yang diatas harus satu merk
dengan merk unit AC yang dipasang

Kompressor
Kompresor haruslah merupakan tipe Scroll (Fully Hermetic, R410A) yang
mempunyai efisiensi tinggi dan dilengkapai dengan control inverter yang
dapat merubah kecepatan putaran kompresor menyesuaikan dengan beban
pendinginan yang dibutuhkan. Magnet tipe Neodymium harus terpasang di
dalam rotor kompresor, Magnet Ferrite tidak diperbolehkan.

119
Heat Exchanger
Heat Exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang dipasangkan secara
mekanik ke aluminium blue fin, di mana blue fin ini haruslah dilapisi dengan
lapisan anti karat setebal 0.2 – 0.3 micron.

Fan Motor
Motor Fan di Outdoor unit harus memiliki kecepatan bertingkat yang
dikendalikan dengan inverter DC dan mempunyai kemampuan untuk
menurunkan noise level jika beroperasi di malam hari baik secara otomatis
maupun manual. Eksternal Static Pressure untuk Outdoor harus
mencapai pada 78.4 Pa.

Perlengkapan Keselamatan
Peralatan Keselamatan berikut ini harus sudah termasuk di dalam outdoor
unit : High pressure switch, Control circuit fuses, crank case heaters, fusible
plug, thermal protectors for compressor and fan motors,over current
protection untuk inverter dan anti-recycling timers, sub cooling.

Oil Recovery
Oil recovery mode harus beroperasi secara otomatis setiap 6 jam opersi
untuk memastikan kembalinya oil ke compressor.

b. Sistem Kontrol
Unit AC ini harus bisa dikendalikan dari 2 kontrol yakni remote control tipe
kabel dan sentral kontroler

Sentral kontroler harus rakitan dari pabrik yang sama dengan merek AC
yang disupply dan merupakan tipe touch screen. Panjang kabel yang bisa
control yang menghubungkan indoor AC dan outdoor AC sampai ke sentral
controller bisa mencapai 1000 meter tanpa amplifier signal sehingga
memudahkan untuk peletakan sentral controller ini diruangan kontol yang
diinginkan sentral controller harus mampu menampilkan:
1) Icon dari setiap indoor
2) Suhu di dalam ruangan setiap indoor
3) Mengendalikan operasi indoor
4) Schedule operasi untuk 1 tahun
5) Setting suhu, fan, dll untuk setiap indoor
6) Error yang terjadi setiap indoor

Untuk memenuhi fungsi kontrolnya, setiap indoor harus dihubungkan


dengan indoor lain secara looping menuju outdoornya yang kemudian
menuju sentral controller dengan menggunakan 2 kabel ukuran minimal
ketebalan 1.25 mm

Kontrol sistem unit AC harus dilengkapi dengan Automatic address setting


function dari pabriknya.

3.28.6. Spesifikasi Peralatan Utama

120
a. Indoor Unit
1) Indoor Unit harus merupakan type ducting dengan design suhu pada 24
CDB dengan suhu ambient 35 CDB.
2) Komponen dasar dari indoor unit terdiri dari kipas, motor kipas,
evaporator dan propotional elektronik expansion valve.
3) Kipas haruslah tipe centrifugal direct drive yang beroperasi dengan
tegangan 220-240 volt, 1 phase dan 50 Hz, dan memberikan static
pressure minimal 10 – 140 Pa (duct type). Dapat dilakukan pengaturan
static pressure melalui remote control unit (Jika diperlukan) pada saat
testing dan komisioning. Sehingga static pressure dapat di naikan atau
di turunkan sesuai kebutuhan lapangan.
4) Indoor unit harus dilengkapi dengan drain pump dari pabriknya. Dan
mampu lift up 700 - 750 mm (tipe duct) dan 850 mm (Ceiling
Casette).
5) Indoor unit harus dilengkapi dengan electronic expansion valve untuk
mengontrol aliran refrigerant sesuai dengan kapasitas beban ruangan.
6) Indoor unit dilengkapi dengan fungsi automatic addressing baik untuk
penggunaan individual maupun group.
7) Penyebaran udara Indoor unit mencapai 360 ⁰C untuk model Ceiling
Cassette
8) Indoor unit harus dilengkapi dengan 3 sensor (refrigerant inlet, outlet
dan off coil) dimana setiap 20 detik memberikan informasi kepada
sensor outdoor.
9) Temperatur control dapat mengontrol sampai dengan 16 indoor unit (
1 Group )
10) Setiap Indoor sudah dilengkapi dengan Drain Pan yang dapat di akses
mudah untuk perawatan. Dan sudah di lengkapi dengan perlakuan anti
bacterial Silver ion untuk mencegah pertumbuhan lendir, jamur, dan
bacteria yang menyebabkan halangan dan bau.
11) Noise level pada 29 – 49 dBA diukur pada jarak 1.5 meter.
12) Jarak ketinggian antar indoor unit mencapai 25 meter.
13) Untuk semua model Ceiling Cassete harus dipasang Pipa Udara Segar
(Air Fresh) yang diambilkan dari Ruang Luar yang Bersih.

b. Outdoor Unit
1) Semua Outdoor harus dipasang di atas atap atau di samping bangunan
dan terhubung ke indoor yang ada di dalam gedung, dimana 1 unit
outdoor akan terkoneksi ke seluruh indoor maximum di lantai 4 yang
berurutan atau jarak indoor teratas dan terbawah maximum 15 meter.
2) Panjang pipa refrigerant antara outdoor ke indoor harus mampu
mencapai 165 meter dengan beda ketinggian 90 meter tanpa oil trap.
3) Outdoor dan indoor unit harus dirakit secara utuh di pabrik dan ditest
di pabrik sebelum dikirim, Outdoor unit harus sudah terisi refrigerant
R410A.
4) Pemasangan unit outdoor dan indoor harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik.
5) Outdoor unit haruslah weatherproof yang dibuat dengan panel anti
karat dan dicat dengan baked enamel.
6) Outdoor unit harus memiliki 1 unit Scroll Compressors tipe inverter.

121
7) Outdoor unit yang memiliki 2 unit Scroll Compressor tipe inverter
harus tetap beroperasi walaupun salah satu Scroll Compressor tipe
inverter rusak.
8) Noise level outdoor unit tidak boleh melebihi 68 db (A) pada saat
beroperasi, di mana ini diukur secara horizontal dengan jarak 1 meter
dan pada ketinggian 1.5 meter dari atas pondasinya.
9) Outdoor COP minimal pada 3.90 – 4,30 pada kondisi 27 EDB / 19 EWB
dan ambient temperatur 35 C.
10) Setiap Outdoor unit harus sudah dilengkapi dengan Service Valve.
11) Koneksi pipa setiap outdoor di sediakan oleh pembuat barang termasuk
cabang (Refnet) dari outdoor ke indoor.
12) PCB outdoor sudah dilengkapi dengan Ferrit Core (Noise reducer).
13) Combinasi Indoor dan Outdoor / Index Ratio Indoor ke Outdoor
maksimal 130%.
14) Sudah mengadopsi teknologi VRT ( Variable Refrigerant
Temperatur).
15) Pendinginan Modul Control (PCB) sudah mengadopsi pendinginan
aliran refrigerant sistem bukan menggunakan heat sink sistem
(pendinginan udara)
16) Terdapat fitur Automatic wiring check, Automatic Valve check, dan
Automatic piping check.
17) Terdapat fitur ‘backup operation’ pada Outdoor unit yang
memiliki lebih dari 1 kompresor pada 1 modul Outdoor unitnya.
Memiliki fitur “Automatic Refrigerant Charge” atau penambahan
refrigerant secara otomatis.

3.29. Pekerjaan Instalasi Telephone.


3.29.1. Umum
a. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan.
b. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana
bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-
ketentuan pada spesifikasi ini.
c. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut
sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan
tambahan biaya.

3.29.2. Ruang Lingkup Pekerjaan


a. Mengurus ijin penyambungan.
b. Pengadaan dan pemasangan PABX dengan kapasitas sesuai dengan gambar
rencana, lengkap dengan MDF.
c. Mempersiapkan jaringan luar dan dalam (indoor/ outdoor wiring system),
meliputi penyediaan dan pemasangan :
1. Kabel dan pipa instalasi telepon

122
2. Kabel feeder telepon
3. Kotak kontak telepon
4. Kelengkapan-kelengkapan lainnya yang menunjang pekerjaan ini
d. Pengadaan dan pemasangan pesawat standard dan pesawat eksekutif
lengkap dengan display dan hands free (supply by Owner).
e. Pengadaan dan pemasangan terminal box telepon.
f. Mengadakan test sistem secara menyeluruh, sehingga sistem telepon tersebut
dapat berfungsi dengan tepat dan benar.
g. Menyelenggarakan pemeliharaan terhadap sistem, termasuk penyediaan
suku cadang selama waktu minimal 3 tahun.
h. Mengadakan training bagaimana menggunakan sistem telepon.

3.29.3. Ketentuan Teknis


a. Pesawat Telepon
1. Pesawat-pesawat telepon yang disediakan adalah tipe standard dan tipe
executive. Tipe executive harus mempunyai display digital, hands free
dan kelebihan lainnya. Sistem pemasangan terdiri atas 2 jenis yaitu
pemasangan meja dan pemasangan dinding.
2. Pesawat yang ditawarkan harus dinyatakan baik oleh PT. Telkom, serta
mampu bekerja secara normal pada jaringan lokal PT. Telkom. Hal ini
saat mengajukan approval material harus dilengkapi dengan fotocopy
surat lulus dari PT. Telkom. Baik pesawat standard maupun executive
harus bekerja secara full digital.
3. Pesawat telepon menggunakan merk “ PANASONIC “

b. Terminal
1. Untuk setiap penyambungan kabel telepon harus dengan metoda
jumpering dan memakai terminal-terminal berisolasi sesuai standard
TELKOM.
2. Untuk terminal yang ditempatkan pada lokasi berkelembaban tinggi,
maka box terminal harus diberi pelindung dari bahan anti karat dengan
pintu-pintu yang kedap udara.

c. Kabel Telepon
1. Semua kabel harus mempunyai kabel cadangan untuk pengganti,
seandainya terjadi kerusakan saluran dan atau untuk menampung
perkembangan dikemudian hari.
2. Untuk penggunaan di dalam bangunan digunakan kabel jenis ITC
(indoor-telepone cable) dengan diameter minimal 0,6 mm. Jumlah inti
kabel disesuaikan dengan petunjuk dalam gambar.
3. Untuk penggunaan di luar bangunan dan tertanam digunakan kabel jenis
Jelly Armoured dengan diameter minimal 0,6 mm. Jumlah inti kabel
disesuaikan dengan petunjuk dalam gambar.
4. Tidak diperkenankan mengganti jenis, ukuran dan jumlah inti kabel,
tanpa ada persetujuan Konsultan Pengawas.

d. Conduit Telepon
1. Kabel telepon dimasukkan kedalam pipa pelindung / konduit dari pipa
PVC High Impact berdiameter minimum 20 mm.

123
2. Pemasangan konduit harus rapi, kuat dan teratur.
3. Setiap sambungan harus dilakukan pada kotak sambung (doos) yang
dilengkapi tutup.
4. Untuk mempermudah pengenalan, maka konduit kabel telepon harus
dicat warna biru selebar 3 cm disetiap jarak lebih kurang 1 meter.
5. Pemasangan konduit harus dilengkapi klem, elbow dan peralatan bantu
lain yang sesuai serta dipasang dengan cara yang benar.
6. Kabel telepon menggunakan merk “ SUPREME, KABEL METAL “

e. Outlet
1. Terbuat dari bahan plastik warna putih yang tahan panas, flush
mounting dan bukan jenis claw fix.
2. Dilengkapi box baja galvanized tebal minimum 3,5 mm.
3. Box Terminal telepon dapat menggunakan merk “ KROME “.

3.29.4. Persyaratan Teknis Pemasangan


a. Letak outlet telepon seperti yang ditunjukkan dengan gambar dan
disesuaikan dengan keadaan setempat.
b. Apabila terjadi kesukaran dalam menentukan letak tersebut, dapat
dimintakan petunjuk Konsultan Pengawas.
c. Penarikan saluran (dalam konduit) harus dikelompokkan secara rapi
dengan kode nomor yang berurutan sesuai lokasi (nomor) pesawat telepon.
d. Pemasangan konduit yang berada didalam kolom dilaksanakan sebelum
pengecoran sedangkan yang berada didinding dilaksanakan sebelum
dinding diplester. Konduit tersebut dilengkapi kawat pancingan dan dijaga
agar tidak pecah.

3.29.5. Testing / Commissioning


a. Setelah pekerjaan Telephone ini diselesaikan, harus dilakukan Testing dan
Commissioning yang disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
b. Biaya Testing menjadi beban Kontraktor.

3.29.6. Lain–Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan
atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor
sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung
jawabkan.

3.30. Pekerjaan Tata Suara


3.30.1. Lingkup Pekerjaan
Pengadaan, pemasangan instalasi Sound System, sehingga berfungsi
dengan baik dan memuaskan. Pemasangan Sound System sesuai dengan
gambar rencana antara lain sebagai berikut ;
1. Untuk di dalam bangunan dipasang seperti gambar rencana.
2. Untuk area parkir, dipasang car calling (pemanggil sopir/pengendara
mobil).

3.30.2. Persyaratan Teknis

124
Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan. Pengadaan dan pemasangan peralatan utama
tata suara seperti yang tertuang dalam sistem perencanaan.

3.30.3. Ketentuan Bahan Dan Peralatan


3.30.3.1. Mixer Amplifier
a. Sumber Listrik : 220V AC, 50Hz.
b. Rated Output : 240 W (70 V / 100 V).
c. Konsumsi Daya : 520 W (AC operation). 15 A (DC
operation).
d. Respon Frekuensi : 50 s/d 20.000 Hz (± 3 dB).
e. Distorsi : Di bawah 1 % pada saat 1 KHz.
f. Rasio S/N : ± 60 dB.
g. Tone Control = Bass : ± 10 dB pada 100 Hz; Treble : ± 10 dB pada 10 KHz.
h. Jumlah unit : sesuai dengan gambar perencanaan.

3.30.3.2. Ceiling Speaker


a. Rated Input : 3W.
b. Respon Frekuensi : 100 s/d 12.000 Hz.
c. Ceiling speaker dilengkapi dengan matching trafo 100 V dan ditap pada
1 watt dan 3 watt.
d. Diameter speaker adalah 6 inchi.
e. Sound pressure level (1W/1m) : 90 dB.
f. Untuk ceiling speaker emergency (kebakaran), casing speaker harus
terbuat dari besi.

3.30.3.3. Terminal Box


Terminal Box terbuat dari plat baja tebal 1,2 mm ukuran 400 x 600 x 150
mm untuk ukuran besar dan 300 x 500 x 150 mm untuk ukuran kecil
dengan finishing cat bakar atau sesuai dengan persetujuan Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas.

3.30.3.4. Pipa Konduit


a. Semua kabel harus dipasang di dalam pipa konduit PVC High impact
dia.20 mm, baik yang di atas plafond (horizontal) maupun yang di
dinding/tembok/beton (vertikal). Pemasangan pipa konduit vertikal
harus inbow.
b. Seluruh kotak sambungan, persimpangan, dan lain-lain harus dipasang
tertutup sehingga tidak akan masuk benda-benda lain ke dalam kotak
tersebut. Seluruh saluran ini harus terpisah dengan sistem saluran
lainnya yang terdapat pada bangunan ini.
c. Untuk instalasi yang menyeberang jalan harus menggunakan jenis
konduit galvanis.

3.30.3.5. Kabel
Jenis kabel yang digunakan untuk sistem tata suara publik adalah sebagai
berikut.

125
a. NYMHY 3 x 1,5 mm2 : dari peralatan utama menuju terminal
box untuk masing-masing zone, dan
instalasi volume control.
b. NYMHY 3 X 1,5 mm2 : untuk instalasi ceiling speker
c. FRC 2 x 1,5 mm2 : untuk instalasi speaker fire proof
d. Instalasi pengkabelan lainnya seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

3.30.4. Gambar Kerja


Gambar kerja harus mendapat persetujuan perencana/Konsultan Konsultan
Pengawas sebelum dilaksanakan.

3.30.5. Pemasangan Instalasi


3.30.5.1. Instalasi ke semua kabel yang terpasang di bawah plat beton (ceiling
speaker dan attenuator) adalah outbow menggunakan pipa high impact
dia. 20 mm. Instalasi ini klem setiap jarak 60 cm. Klem yang dipakai ke plat
beton, menggunakan ramset, dynabolt. Jalur seluruh kabel diatur sejajar
dan dekat jalur kabel listrik.
3.30.5.2. Semua kabel yang melalui shaft (dari peralatan utama ke Terminal Box)
adalah outbow, menggunakan pipa high impact dia. 20 mm. Instalasi ini
diklem ke rak besi siku atau tangga kabel, dan klem setiap 100 cm.
3.30.5.3. Penyambungan-penyambungan harus dilakukan dalam kotak
penyambungan dengan menggunakan Electrical Spring Connector,
Durados atau Cable Connection.
3.30.5.4. Semua kabel yang terpasang dalam tembok adalah inbow, menggunakan
pipa high Impact dia. 20 mm.
3.30.5.5. Semua ceiling loud speaker di dalam bangunan dihindari dari cacat dalam
box dan dilindungi dari cacat dalam box, dipasang sedemikian rupa
dengan memperhatikan estetika ruang. Begitu juga pemasangan column
speaker harus disesuaikan dengan sudut pancaran speakernya.
3.30.5.6. Rack Cabinet terpasang free standing di ruang monitor, sesuai gambar
rencana.
3.30.5.7. Semua equipment harus diketanahkan yang dihubungkan dengan kawat
BCC dari sistem pembumian.

3.30.6. Pengujian/Testing Comissioning


3.30.6.1. Semua instalasi sound system yang dipasang harus ditest secara
sempurna sehingga impedansinya sesuai dengan yang diinginkan.
3.30.6.2. Semua equipment yang dipasang harus ditest sehingga bekerja dengan
sempurna.
3.30.6.3. Pengetesan dilakukan bersama-sama Konsultan Konsultan Pengawas.
3.30.6.4. Semua perlengkapan untuk mengadakan pengetesan harus disediakan
oleh Kontraktor yang bersangkutan.

3.30.7. Lain-Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan
atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor
sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung
jawabkan. Di tempat pekerjaan, Konsultan Pengawas menempatkan petugas
Konsultan Pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan

126
Kontraktor agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan sesuai dengan
isi Surat Perjanjian Kontraktor serta dengan cara-cara yang benar dan tepat,
serta cermat.

3.31. Pekerjaan Fire Alarm


3.32.1. Umum
3.32.1.1. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan.
3.32.1.2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar,
dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
3.32.1.3. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

3.32.2. Penjelasan Sistem


3.31.2.1. Fungsi sistem deteksi dan alarm kebakaran adalah sistem deteksi awal
apabila terjadi kebakaran, dimana pada waktu terjadi kebakaran akan
memberikan indikasi secara audio (bell) maupun visual (lampu warna
merah) dari mana asal kebakaran tersebut dimulai, sehingga dapat
diambil tindakan pencegahan sedini mungkin.
3.31.2.2. Fire alarm system ini menerima signal kebakaran yang diberikan baik
secara otomatis dari detector maupun secara manual dari push button
box.

3.32.3. Lingkup Pekerjaan


3.31.3.1. Kontraktor yang menangani pekerjaan instalasi ini harus melaksanakan
pengadaan, pemasangan & pengujian serta menyerahkan dalam keadaan
beroperasi dengan baik dan siap untuk dipakai. Bahan-bahan dan
peralatan-peralatan pembantu instalasi fire alarm system harus sesuai
dengan persyaratan-persyaratan pekerjaan dan gambar instalasi fire
alarm system.
3.31.3.2. Lingkup pekerjaan Instalasi Fire Alarm yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Pengadaan, pemasangan dan pengetesan Panel Kontrol MCFA dan
sistem yang sudah terpasang.
2. Pengadaan, pemasangan dan pengetesan instalasi kabel dari MCFA ke
Anounciator.
3. Pengadaan, pemasangan semua jenis Detektor, Manual Station,
Indicator Lamp, Alarm Bell, dan sistem Fire Intercom (master & slave).
4. Pengadaan, pemasangan Junction Box di setiap lantai.
3.31.3.3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel untuk keperluan
interface dengan:
1. Pompa Kebakaran.

127
2. Flow Switch dan Fire supervisory valve switch (Tamper switch).
3. Sistem Tata Suara dan Telepon
4. Sistem Listrik.
5. Sistem Lift.
3.31.3.4. Membantu Pemberi Tugas dalam mengurus dan menyelesaikan perijinan
Instalasi Fire Alarm dari instansi yang berwenang.
3.31.3.5. Melakukan testing dan commissioning.
3.31.3.6. Melaksanakan training (on Site & Class Room) dan menyerahkan buku
technical manual.

3.32.4. Ketentuan Bahan Dan Peralatan


Peralatan-peralatan untuk sistem Fire Alarm, antara lain sebagai berikut.
a. MCFA (Master Control Fire Alarm) Tipe Addressable
b. Annunciator Panel
c. Remote Booster Power Supplies Expands Power to NACs
d. Terminal Box
e. Addressable Modules
f. Heat Detector
g. Smoke Detector
h. Manual Push Button / Break Glass
i. Alarm Bell
j. Indicator Lamp

3.31.4.1. MCFA (Master Control Fire Alarm) Tipe Addressable


a. MCFA yang digunakan adalah MCFA jenis addressable dengan kapasitas 1
loop (expandable sampai dengan 2 loop), dengan jumlah address sesuai
dengan gambar perencanaan.
b. Kelas A atau Kelas B.
c. NAC Circuits: 4 Class B atau 2 Class A (masing-masing 2,5 ampere).
d. Power Supply: 6.0A total, 2.5A max. per circuit at 220V AC 50 Hz; 5.0A total
at 230V AC 50Hz, 2.5A max. per circuit; 0.5 amps aux. Power.
e. Tegangan kerja NAC: 24V DC. Tegangan minimum NAC: 19.5V DC @ 20.4V
battery voltage
f. Tegangan kerja loop circuit: 20V peak-to-peak.
g. Tegangan Primer: 220V AC, 50 Hz.
h. Aux Power 1 (Continuous Circuit): 24V DC nominal at 500 mA.
i. Aux Power 2 (Resettable circuit): 24V DC nominal at 500 mA.
j. Auxiliary output: 19 to 25.7V DC.
k. Base panel current: Standby - 172 mA, Alarm - 267 mA.
l. Penempatan baterai: kabinet MCFA harus mampu mengakomodasi baterai
sampai dengan kapasitas 18AH. Jika kapasitas baterai melebihi 8AH, dapat
digunakan kabinet eksternal.
m. Baterai: Tipe baterai harus “sealed lead acid”. Kapasitas charging
maksimum = 26AH
n. Loop circuit:Resistansi maksimal loop: 66 ohms; Kapasitansi maksimal
loop: 0.5 microF; Style 4, 6, and 7 wiring; maksimum 64 isolators.
o. Alarm contact: Form C 24V DC @ 1A (resistive load).
p. Trouble contact: Form C 24V DC @ 1A (resistive load).
q. Supervisory contact: Form A 24V DC @ 1A (resistive load).

128
r. Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93% RH,
noncondensing.
s. Terminal gauge: 12 to 18 AWG (0.75 - 2.5 mm2)
t. Komunikasi serial: Tegangan: 2.55V. Arus: maksimum 30 mA.
u. Remote annunciator: maksimum 8 drops, RS485 Class A or B.
v. Zona input: maksimum 32.
w. MCFA harus mempunyai pintu dengan jendela penglihat.
x. MCFA ini harus mempunyai fasilitas lampu tanda :
1) Bell Off
2) Reset
3) Testing
4) Lamp test
5) Fault Signal General
6) Signal for Alarm Condition
7) LCD Display
y. MCFA ini harus mempunyai output berupa :
1) Visible/Audible Alarm
2) Visible/Audible Fault Alarm
3) Test Signal (Visible)
4) History Log

3.31.4.2. Annunciator Panel


a. Annunciator Panel suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi
lokasi sumber kebakaran (zone area) dan indikasi adanya sistem sprinkler
yang bekerja, indikasi gangguan dari instalasi dengan indikator Audio
berupa buzzer dan indikator visual berupa colour graphic atau dalam
bentuk LCD-display.
b. Pada panel juga dilengkapi fasilitas button yang berfungsi sebagai
silence/acknowledge alarm dan reset button. Unit ini dilengkapi dengan
tombol test untuk lampu (lamp test) dan tombol test untuk buzzer test.

3.31.4.3. Remote Booster Power Supplies Expands Power to NACs


a. Remote Booster Power Supplies Expands Power to NACs adalah peralatan
power supply tambahan untuk menguatkan tegangan listrik pada jaringan
sistem fire alarm.
b. Ratings: 3.0A max. per circuit @ 24V DC nominal, 6.5A max total all NACs
c. Trouble Relay - 2 amps @ 30V DC.
d. Arus input (dari NAC eksisting) - 3 mA @ 12V DC, 6 mA @ 24V DC
e. Booster Internal Supervisory Current - 70 mA
f. Ukuran maksimum: 10 AH (2 of 12V10A) dalam kabinet. Kabinet harus
mampu mengakomodasi baterai sampai dengan kapasitas 24AH. Jika
kapasitas baterai melebihi 24AH, dapat digunakan kabinet eksternal.
g. Terminal gauge: 12 to 18 AWG (0.75 - 2.5 mm2)
h. Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93% RH,
noncondensing.
i. NAC Wiring Styles: Class A or Class B.

3.31.4.4. Terminal Box

129
Terminal Box terbuat dari plat baja tebal 1,2 mm ukuran 400 x 600 x 200
mm sampai dengan 500 x 700 x 200 mm dengan finishing cat warna
merah atau sesuai dengan persetujuan Pemberi Tugas/Konsultan
Konsultan Pengawas.

3.31.4.5. Addressable Modules


a. Addressable Modules adalah modul yang digunakan untuk
interface/komunikasi antara MCFA addressable dan detektor-detektor
konvensional, manual call point, waterflow switch (flow switch/tamper
switch) dan output sistem fire alarm (seperti lampu indikator dan alarm
bell).
b. Beberapa jenis addressable modules yang digunakan dalam sistem ini
antara lain :
1) Monitor Module, adalah modul yang digunakan untuk monitoring
/menerima sinyal dari detektor-detektor fire alarm.
2) Manual Call Point Module, adalah modul yang digunakan untuk
menerima sinyal input dari manual call point (misalnya push button
atau break glass).
3) Input Module, adalah modul yang digunakan untuk menerima sinyal
input dari waterflow switch (flow switch/tamper switch).
4) Output Module, adalah modul yang digunakan untuk
mengiriPengawasan sinyal pada lampu indikator dan alarm bell.
5) SCI (Short Circuit Isolator) Module, adalah modul yang digunakan
melindungi (proteksi) peralatan dari dampak bahaya yang
ditimbulkan akibat terjadinya hubung singkat (short circuit) pada
rangkaian sistem fire alarm.
c. Spesifikasi Monitor Module :
1) Jenis modul yang digunakan adalah Class A-B Two-Wire Module,
yakni interface antara detektor konvensional 2-wire dengan MCFA
Addressable.
2) Tegangan : maksimum 20.6V peak-to-peak.
3) Arus standby : 350 microA, arus ketika aktif : 350 microA
4) Tegangan input : 12.4 to 28.3V DC (tidak dapat di-reset)
5) Impedansi ground fault : 5 K Ohm.
6) Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93%
RH, noncondensing.
7) Ukuran kabel: 12, 14, 16, or 18 AWG wire (2.5, 1.5, 1.0, atau 0.75
mm2) (Ukuran 16 and 18 AWG lebih baik).
8) Nilai resistor EOL: 4.7 K Ohm (P/N: EOL-4.7).
9) Jumlah maksimum detektor pada satu unit Monitor Module adalah
±20 titik (jika semua detektornya adalah detektor asap); atau ±30
titik (jika semua detektornya adalah detektor panas/heat); atau ±30
titik (jika terdiri dari kombinasi detektor asap dan detektor
panas/heat, dengan syarat jumlah titik detektor asap adalah maks. 20
titik). Catatan :
Kontraktor harus memastikan kembali jumlah maksimum detektor
pada satu unit Monitor Module; berdasarkan merk fire alarm
yang
dipilih.

130
d. Spesifikasi Manual Call Point Module :
1). Jenis modul yang digunakan adalah Class A Single Input Module, yakni
interface antara normally open device seperti manual call point
(misalnya push button atau break glass) dengan MCFA Addressable.
2). Tegangan : maksimum 20V peak-to-peak.
3). Arus standby : 400 microA, arus ketika aktif : 500 microA
4). Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93%
RH, noncondensing.
5). Ukuran kabel: 12, 14, 16, or 18 AWG wire (2.5, 1.5, 1.0, atau 0.75
mm2) (Ukuran 16 and 18 AWG lebih baik).
e. Spesifikasi Input Module :
1) Jenis modul yang digunakan adalah Dual Input Waterflow, yakni
interface antara waterflow switch / tamper switch dari sistem
sprinkler dengan MCFA Addressable.
2) Tegangan : maksimum 20V peak-to-peak.
3) Arus standby : 550 microA, arus ketika aktif : 725 microA
4) Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93%
RH, noncondensing.
5) Ukuran kabel: 12, 14, 16, or 18 AWG wire (2.5, 1.5, 1.0, atau 0.75 mm2)
(Ukuran 16 and 18 AWG lebih baik).
6) Nilai resistor EOL: 4.7 K Ohm (P/N: EOL-4.7).
f. Spesifikasi Output Module :
1) Jenis modul yang digunakan adalah NAC (Notification Appliance
Circuit) Wet Output Module, yakni interface antara wet output seperti
lampu indikator dan alarm bell, dengan MCFA Addressable.
2) Tegangan : maksimum 20V peak-to-peak.
3) Arus standby : 350 microA, arus ketika aktif : 200 microA
4) Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93%
RH, noncondensing.
5) Ukuran kabel: 12, 14, 16, or 18 AWG wire (2.5, 1.5, 1.0, atau 0.75 mm2)
(Ukuran 16 and 18 AWG lebih baik).
6) Nilai resistor EOL: 47 K Ohm UL Listed.
g. Spesifikasi SCI (Short Circuit Isolator) Module :
1) Jenis modul yang digunakan adalah Class A SLC (Signaling Line Circuit)
Fault Isolator Module.
2) Tegangan : maksimum 20V peak-to-peak.
3) Arus standby : 175 microA, arus ketika aktif : 200 microA
4) Impedansi ground fault : 10 K Ohm.
5) Resistansi maksimum antar isolator pada sirkuit : 6 Ohm.
6) Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93%
RH, noncondensing.
7) Ukuran kabel: 12, 14, 16, or 18 AWG wire (2.5, 1.5, 1.0, atau 0.75 mm2)
(Ukuran 16 and 18 AWG lebih baik).

3.31.4.6. Heat Detector


a. Heat detektor adalah tipe konvensional.
b. Jenis yang digunakan adalah Rate of Rise detector yang memiliki response
lamp di base.
c. Data-data teknis lainnya :

131
1) Frequency Test : dapat dipakai berulang kali
2) Working Temprature : 57° C (135° F) Fixed, 8.3°C (15° F) per-
minute Rate of Rise (ROR)
3) Operating Voltage : ± 20 V DC
4) Quescent Current : < 100 mA
5) Alarm Current : < 80 mA
6) Sertfikasi : UL dan FM

3.31.4.7. Smoke Detector


a. Smoke detektor adalah tipe konvensional.
b. Jenis yang dipakai adalah photoelectric smoke detector dengan 2 buah
response lamp dan mempunyai karateristik sensitivitas yang rata (flat
response technology).
c. Data-data teknis lainnya :
1) Frequency Test : dapat dipakai berulang kali
2) Operating Voltage : 8.5~35 VDC
3) Quescent Current : ± 100 mA
4) Alarm Current : 10mA~130mA

3.31.4.8. Manual Call Point (Lengkap dengan Fireman’s Intercom)


a. Jenis yang dipakai adalah tipe dual action (Break Glass and Pull) dilengkapi
dengan mounting.
b. Manual Call Point harus dilengkapi dengan fireman’s intercom. Jika pada
sebuah merk tertentu tidak terdapat manual call point yang dilengkapi
dengan fireman’s intercom; maka kontraktor harus mengadakan unit outlet
fireman’s intercom secara terpisah, tanpa ada penambahan biaya.
c. Data–data teknis lainnya :
1) Temperature Range : 0 - 50° C
2) Material : Lexan Polycarbonate
3) Humidity Range : ≤ 95% RH (40 ± 2ºC)
4) Alarm Current : max. 30 mA
5) Operating Voltage : 16 – 32 VDC
6) Sertifikasi : UL atau EN-54 dan LPCB Approval

3.31.4.9. Alarm Bell


Persyaratan teknis harus dipenuhi :
1) Konstruksi : Anti karat
2) Operating Voltage : 16 to 33V (24 V nominal); 8 to 17.5V
(12 V nominal)
3) Curent Consumption : max. 80 mA
4) Power Consumption : 1,2 Watt
5) Desibel Rating : 85 dB. at 3 m
6) Temperature Range : 0 - 50° C

3.31.4.10. Indicator Lamp

132
Indicator Lamp merupakan lampu indikator yang dipasang paralel dengan
group detector. Lampu indicator ini akan menyala hanya jika group detector
yang bersangkutan bekerja.

3.31.4.11. Pipa Konduit


a. Semua kabel harus dipasang di dalam pipa konduit PVC High impact dia. 20
mm, baik yang di atas plafond (horizontal) maupun yang di
dinding/tembok/beton (vertikal). Pemasangan pipa konduit vertikal harus
inbow.
b. Seluruh kotak sambungan, persimpangan, dan lain-lain harus dipasang
tertutup sehingga tidak akan masuk benda-benda lain ke dalam kotak
tersebut. Seluruh saluran ini harus terpisah dengan sistem saluran lainnya
yang terdapat pada bangunan ini.

3.31.4.12. Kabel Instalasi


Secara umum, berikut ini adalah kabel instalasi yang digunakan dalam
sistem fire alarm.

 Instalasi sistem loop fire alarm : FRC Shielded 2 Pair


 Kabel power sistem loop fire alarm : FRC 2 x 2,5 mm2
 Instalasi fireman’s intercom : FRC Shielded 2 Pair
 Instalasi detektor-detektor : 2 x NYA 1,5 mm2
 Instalasi manual call point : FRC 2 x 1,5 mm2
 Instalasi alarm bell dan lampu indikator : FRC 2 x 1,5 mm2
 Instalasi flow switch / tamper switch : FRC 2 x 1,5 mm2
 Instalasi annunciator : FRC Shielded 2 Pair
 Kabel power annunciator : FRC 3 x 2,5 mm2
 Kabel sinyal ke sistem tata suara, LVMDP : Masing-masing
listrik, PABX, panel kontrol lift, pressurized FRC 2 x 1,5 mm2
fan, dan hydrant pump monitoring
 Instalasi grounding : NYA 10 mm2

3.32.5. Persyaratan Teknis Pemasangan


3.28.5.1. Denah setiap lantai menunjukan lokasi perkiraan letak detector dan
peralatan-peralatan lain dari sistem ini, dimana letak yang pasti
dijelaskan pada gambar.
3.28.5.2. Untuk manual push button/manual call point, alarm bell, red lamp
dipasang pada ketinggian 1,5 m dari lantai.
3.28.5.3. Disekitar detector harus ada ruangan bebas sekurang kurangnya pada
jarak 0,6 m dari detector tanpa ada timbunan barang atau alat-alat
lainnya.
3.28.5.4. Semua kabel harus dipasang di dalam conduit, baik yang di atas plafond
(horizontal) maupun yang di dinding/tembok/beton (vertical), ukuran
conduit dan kabel harus sesuai gambar rencana.
3.28.5.5. Pemasangan Peralatan Utama ditempatkan pada Ruang Kontrol atau
sesuai dengan Gambar Perencanaan.

3.32.6. Interconnecting Interlock

133
Instalasi Fire Alarm ini, harus dipasang interlock/Interfacing dengan Panel
Listrik dan Peralatan lainnya termasuk pemasangan kabel kontrol dan
relaynya, seperti yang disebutkan dalam Gambar Perencanaan.

3.32.7. Testing/Commissioning
3.28.5.1. Setelah pekerjaan Fire Alarm ini diselesaikan, harus dilakukan
testing/pengetesan, yang disaksikan oleh Konsultan Konsultan
Pengawas.
3.28.5.2. Satu persatu detector ditest, dengan menggunakan alat pemanas dan
untuk smoke detector menggunakan asap.
3.28.5.3. Tiap-tiap zone, ditest satu persatu dan diberi nomor urutan zonenya.

3.32.8. Lain–Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh
Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.

3.32. Pekerjaan IP CCTV


3.32.9. Umum
3.32.1.4. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan.
3.32.1.5. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar,
dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
3.32.1.6. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

3.32.10. Lingkup Pekerjaan


3.31.3.7. Kontraktor yang menangani pekerjaan instalasi ini harus melaksanakan
pengadaan, pemasangan & pengujian serta menyerahkan dalam keadaan
beroperasi dengan baik dan siap untuk dipakai. Bahan-bahan dan
peralatan-peralatan pembantu instalasi CCTV system harus sesuai dengan
persyaratan-persyaratan pekerjaan dan gambar instalasi fire alarm
system.
3.31.3.8. Lingkup pekerjaan Instalasi CCTV yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Seluruh instalasi CCTV dalam bangunan gedung.
2. Seluruh instalasi CCTV luar bangunan gedung.
3. Seluruh instalasi sistem CCTV.
4. Seluruh instalasi pembumian pengaman.

134
3.31.3.9. Membantu Pemberi Tugas dalam mengurus dan menyelesaikan perijinan
Instalasi CCTV dari instansi yang berwenang.
3.31.3.10. Melakukan testing dan commissioning.
3.31.3.11. Melaksanakan training (on Site & Class Room) dan menyerahkan buku
technical manual.

3.32.11. Ketentuan Bahan Dan Peralatan


Peralatan-peralatan untuk sistem IP CCTV , antara lain sebagai berikut.
A. IR Ball Camera 4MP WDR
 Ratio Video adalah : 2688 (H) x 1520 (V)
 Minimum Illumination : 0.005 lux /F.16 colour (Colour, 30IRE );
0 Lux / F.16 (IR On)
 Memiliki fitur blacklight compensation : BLC/HLC/WDR
 Memiliki noice reduction 3D DNR
 Memiliki Wide Dynamic Range : 120dB
 Memiliki lensa Fix 2.8mm F1.6
 Memiliki Image Sensor 1/3.0” 4MP progressive scan CMOS
 Smart IR dengan jarak sampai dengan 50 meter
 Memiliki Perlindungan Masuknya Air ( Ingress Protection ) : 1P66
 Mendukung Video Analytic : Motion Detection, Video Tampering,
Scene Changing, Smart Motion Detection, Smart Tripwire, Smart
Intrusion, Face Detection
 Kompatibilitas ONVIF profile S / G/ Q
 Memiliki slot Micro SD : Up to 256 GB microSDHC Card , Class 10 (
not included )
 Mendukung user access sampai dengan 20 user
 Mampu bekerja dalam suhu –40°C to 60°C (–40°F to 140°F)
 Memiliki sudut pandang horizontal : 103° , sudut pandang vertikal :
55°
 Memiliki video kompresi H.264/H.264B / H.265/Smart
Codec/MJPEG (Sub Stream)
 Sudah support PoE IEEE 802.3af Class 0,12 VDC
 Memiliki sertifikasi pemancar FCC Part 15B, CE (EN 55032)
 Memiliki sertifikasi kekebalan CE (EN 50130-4)
 Memiliki sertifikasi keamanan North America UL Listed to UL
60950-1, EN 62368-1

B. IR Bullet Camera WDR 4MP


 Ratio Video adalah : 2688 (H) x 1520 (V)
 Minimum Illumination : 0.005 lux /F.16 colour (Colour, 30IRE );
o 0 Lux / F.16 (IR On)
 Memiliki fitur blacklight compensation : BLC/HLC/WDR
 Memiliki noice reduction 3D DNR
 Memiliki Wide Dynamic Range : 120dB
 Memiliki lensa Fix 3.6mm F1.6 , 1/3” 4MP progressive CMOS

135
 Memiliki Perlindungan Masuknya Air ( Ingress Protection ) : 1P66
 Mendukung Video Analytic : Motion Detection, Video Tamper, Scene
Change, Smart Motion Detection, SmartTripwire , Smart Intrusion,
Face Detection
 Smart IR dengan jarak sampai dengan 50 meter
 Kompatibilitas ONVIF profile S / G/ Q
 Mendukung user access sampai dengan 20 user
 Mampu bekerja dalam suhu –40°C to 60°C (–40°F to 140°F)
 Memiliki sudut pandang horizontal : 84° , vertiakl 45°
 Memiliki video kompresi H.264/H.264B / H.264H/H.265/Smart
Codec/MJPEG (Sub Stream)
 Sudah support PoE IEEE 802.3af Class 0,12 VDC
 Memiliki sertifikasi pemancar FCC Part 15B, CE (EN 55032)
 Memiliki sertifikasi kekebalan CE (EN 50130-4)
 Memiliki sertifikasi keamanan North America UL Listed to UL
60950-1, EN 62368-1

C. NVR 16/32 Channel, H.265, 4K 12MP, 4 SATA, 16PoE


 Memiliki output tampilan 2 HDMI (1 HDMI up to 3840 x 2160); 1
VGA
 Mendukung resolusi perekaman video sampai dengan 12 MP (4000
x 3000)
 Mendukung full frame rate (25FPS) pada perekaman 1080P
 Mendukung trigger event Recording, Tour, PTZ, Alarm, Video Push,
FTP, Snapshot, Buzzer
 Mendukung fitur motion detection; motion detection zones (396 :
22 x 18); Video Loss; and Camera Blank
 Mendukung pengiriman notifikasi melalui email, FTP, dan/ atau
HTTP
 Memiliki 16 channel alarm input dan 6 channel relay output
 Mendukung mode pencarian time date; alarm; motion detection
(MD); exact search (accurate to a second); smart search
 Memiliki 4 slot SATA internal HDD (up to 32 TB)
 Memiliki 16 port (IEEE802.3af/at), 1 RJ-45 Port
(10/100/1000Mbps)
 Mampu bekerja dalam suhu 14°F to 131°F (-10°C to 55°C)
 Memiliki sertifikasi pemancar FCC 15B, EN55032: 2012 + AC:2013,
EN61000-3-2: 2014, EN61000-3-3: 2013
 Memiliki sertifikasi kekebalan EN50130-4 : 2011 + A1 : 2014,
EN55024 : 2010 + A1: 2015
 Memiliki sertifikasi keamanan EU : EN60950-1 North America UL
Listed to UL/ CSA 60950-1
 Memiliki sertifikasi ROHS : EN50581-2012

136
 Mendukung integrasi dengan software access control dari principal
yang sama
 Memiliki software CMS (Central Monitoring System) gratis yang
mendukung sampai 2000 channel video

D. HDCS (Software CMS)


 Mendukung multi NVR sampai dengan 2000 Channel Video
 Mendukung 36 Live View pada monitor yang sama dan maksimum
144 window extension
 Mensupport control PTZ
Pan/Tilt/Zoom/Focus/Iris/Preset/Tour/Pattern
 Mendukung alarm trigger Recording/PTZ Control/Relay Out
3.32.12. Persyaratan Teknis Pemasangan
1. Denah setiap lantai menunjukan lokasi perkiraan letak CCTV dan
peralatan-peralatan lain dari sistem ini, dimana letak yang pasti
dijelaskan pada gambar.
2. Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di trunking kabel
didalam pipa konduit uPVC dia. 20 mm. Semua kabel yang dipasang di
shaft secara vertikal harus dipasang pada tangga kabel didalam pipa
konduit uPVC dia. 20 mm.
3. Pemasangan Peralatan Utama ditempatkan pada Ruang Kontrol atau
sesuai dengan Gambar Perencanaan.

3.32.13. Testing/Commissioning
1. Setelah pekerjaan CCTV ini diselesaikan, harus dilakukan testing/pengetesan,
yang disaksikan oleh Konsultan Konsultan Pengawas.
2. Satu persatu CCTV ditest.
3. Tiap-tiap CCTV, ditest satu persatu dan diberi nomor urutan pada layer
monitor.

3.32.14. Lain–Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh
Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.

3.32. Pekerjaan Nurse Call


3.32.1. Umum
3.32.1.1. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan.
3.32.1.2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar,
dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.

137
3.32.1.3. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

3.32.2. Lingkup Pekerjaan


1. Pekerjaan Nurse Call Systems meliputi pengadaan, pemasangan,
pemograman hingga pelatihan pengoperasian sistem secara keseluruhan.
2. Sistem Komunikasi Rumah Sakit meliputi komunikasi dalam keperawatan
maupun tindakan medis lainnya, yakni pada daerah unit rawat inap (IRNA),
unit gawat darurat (UGD), perawatan secara intensif (ICU/ICCU, HDU),
Kebidanan, Ruang Tindakan, termasuk dalam jaringan komunikasi Kamar
Operasi (OK/ Operating Rooms).
3. Perencanaan desain operasional pada masing-masing instansi unit
keperawatan, pengadaan & pemasangan seluruh instalasi mulai dari pipa,
kabel, dan peralatan sentral dan peralatan pada jaringan titik panggilan.
4. Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan sistem jaringan komunikasi
Nurse Call
5. Standar dan kode yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sertifikat
kualitas ISO 9001:2000 untuk manufaktur, penjualan, pelayanan dan
pemeliharaan dan memenuhi Australia Standar AS3811.
6. Standar elektronika modul harus memenuhi persyaratan CISPR22
(EN55022) untuk kelas B elektromagnetik kepatuhan

3.32.3. Ketentuan Bahan Dan Peralatan


1. Master Server
a. Master server adalah peralatan sentral yang ditempatkan di ruang
server atau ruang panel. Dengan suhu ruangan normal (tidak lembab,
tidak terpapar sinar matahari langsung dan ruangan bertekanan
tinggi) -25°C to +55°C. Peletakan master server juga harus di tempat
yg datar dan kering.
b. Fungsi dari Master Server adalah menjadi motor penggerak,
penyimpan data dan sumber data dari sistem panggilan
perawat/nurse call untuk sebuah rumah sakit,
c. Kapasitas yang dapat ditampung untuk master server adalah 3040
titik koneksi.
d. Dengan master server memudahkan melakukan peningkatan atau
upgrade fitur pada sistem nurse call pada rumah sakit seperti
penambahan fitur code blue atau peningkatan koneksi ke
managemen rumah sakit.
e. Master server memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :
 Dimensi (H x W x D), 44 x 220 x 199 mm
 Berat 1465 – 1520 gram
 Material Plastik dan lempengan/lembaran metal

138
2. Tombol panggil, bantuan, emergency dan reset pada tempat tidur pasien
Panggilan dari seorang pasien dengan menekan tombol pada pendant cord
atau dengan cara menekan tombol yang terdapat pada bed head pasien
akan menimbulkan :
1. Lampu pada koridor di unit panggil akan menyala dan ini
mengindikasikan adanya sebuah panggilan/unit panggil aktif
perawat.
2. Panggilan akan tampil pada layar panggilan di nurse station dan
menimbulkan bunyi. Pada layar akan muncul indikasi panggilan
berupa ruang dan nomor tempat tidur serta jenis panggilan (biasa,
bantuandan darurat),
3. Layar panggilan pada nurse station akan mengeluarkan bunyidan
tulisan berwarna merah/orange berjalan, untuk panggilan.
4. Tombol merah akan menghasilkan panggilan biasa untuk perawat,
tombol kuning akan menghasikan indikasi bantuan untuk perawat
lain apabila tombol hijau digunakan untuk sudah dilayani dan reset
panggilan,selain itu tombol hijau berfungsi untuk keadaan darurat
atau semi code blue jika tombol hijau di tekan lebih dari 3 detik maka
indikasi akan menunjukkan darurat.
5. Tombol – tombol nurse call memiliki LED yang dapat membuat tombol
menyala dalam keadaan gelap.Tombol pada bedhead dapat
disambungkan dengan socket/ pendant cord untuk memudahkan
pasien menekan tombol tampa harus bangun dari tempat tidur.
6. Pendant Cord memiliki desain yang ergonomis, ringan dan kokoh.
Tombol yang juga dilengkapi LED yang dapat menyala dalam gelap.
7. Sistem pengelolaan analisis waktu (The Real Time Management
Analysis System), akan menunjukkan lokasi prioritas dari mana
panggilan berasal. Warna dari status indicator panggilan yang tertera
di layar monitor adalah indikasi jenis panggilan.
8. Tombol panggil dan reset pada tempat tidur memiliki spesifikasi
teknis sebagai berikut:
 Dimensi (W x HxD), 91 x 91 x 17 mm
 Terdapat dua jenis dengan 3 tombol atau dengan 1 tombol
 Material Akrilonitril butadiena stiren (ABS) dan Polikarbonet
(PC) sejenis akrilik dan plastik yang tahan benturan, tahan pecah,
tahan api dan mudah untuk dibersihkan.
9. Pendant Cord memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :
 Dimensi (W x H xD), 151 x 53 x 22 mm
 Berat 170 gram, cukup ringan dan nyaman untuk digenggam
 Material Akrilonitril butadiena stiren (ABS) dan Polikarbonet
(PC) sejenis akrilik dan plastik yang tahan benturan, tahan pecah,

139
tahan api dan mudah untuk dibersihkan. Dan body dilindungi
membran silikon sebagai anti bakteri.

3. Tombol panggil, Bantuan, Emergency dan reset pada toilet


Panggilan dari pasien dengan menekan tombol atau menarik pull cord pada
tombol panggil di toilet akan menimbulkan :
1. Unit panggil perawat dengan sistem tarik, khususnya yang terdapat di
kamar mandi, dilengkapi juga dengan bola merah agar mudah
digengam, terbuat dari bahan polikarbonet plastic yang tahan pecah
dan bahan anti bakteri yang mudah dibersihkan.Panjang tarikan bisa
sampai 2,3 meter.
2. Layar panggilan pada nurse station akan mengeluarkan bunyi dan
tulisan berwarna merah berjalan, untuk panggilan. Tombol merah
akan menghasilkan panggilan biasa untuk perawat, tombol kuning
akan menghasikan indikasi bantuan untuk perawat lain apabila
tombol hijau digunakan untuk reset panggilan apabila perawat sudah
datang selain itu tombol hijau berfungsi untuk keadaan darurat atau
semi code blue jika tombol hijau di tekan lebih dari 3 detik maka
indikasi akan menunjukkan darurat.
3. Bagian akhir dari tarikan tali akan terjamin aman apabila ditekan dan
ditarik dari segala arah. Tali yang mudah dilepas untuk dibersihkan,
dan harus terbebas dari desinfeksi.
4. Unit panggil tarik tali/pull cord instalasinya slave/jumper ke unit
panggil lainnya dan terhubung melaui socket/output yang tersedia di
unit panggil.
5. Tombol panggil dan reset memiliki LED yang dapat membuat tombol
menyala dalam gelap dan disertai lapisan anti air.
6. Tombol panggil dan reset pada kamar mandi/toilet dengan pull cord
memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :
a. Dimensi (W x H x D), 91 x 91 x 17 mm
b. Terdapat dua jenis dengan 3 tombol
c. Material Akrilonitril butadiena stiren (ABS) dan Polikarbonet
(PC) sejenis akrilik dan plastik yang tahan benturan, tahan
pecah, tahan api dan mudah untuk dibersihkan.
d. Panjang tali / pull cord 2,3 meter.

4. Lampu panggil dikoridor pada setiap ruangan


Lampu panggil pada koridor memiliki dua jenis yaitu master lampu (room
controller/IP Address) dan lampu koridor (corridor lamp). Untuk master lampu
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Master lampu dapat ditempatkan di plafon ataupun di dinding pada koridor
rumah sakit.

140
2. Master lampu menggunakan LED, mampu dengan4 warna dengan
komposisi warna 1, 2, 3 atau 4 warna, dengan pilihan warna merah, hijau,
kuning, putih dan biru. Peletakan dan pengidentifikasian warna dapat di
atur sesuai SOP keperawatan dan aturan rumah sakit.
3. Seluruh lampu indikator sanggup difungsikan secara berkedip ataupun
tetap/statis.Tutup pelindung lampu yang tembus cahaya terbuat dari
plastic, dan mudah dibongkar pasang.
4. Master lampu memiliki kelebihan dapat menjadi induk untuk 16 titik/alat,
jadi instalasi/penarikan kabel lebih ringkas dan efisien. Memiliki IP
tersendiri untuk menyokong IP titik/alat cabangnya.
5. Master lampu memiliki memori untuk menyimpan data alat pada
cabangnya apabila terjadi mati energy atau listrik. Jarak maksimal
pemasangan antara master lampu dengan lampu koridor adalah 30 meter.
6. Master lampu memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :
a. Dimensi (L x W x H), 160 x 123 x 57 mm
b. Memory 2GB Flash, 256 RAM
c. Material Akrilonitril butadiena stiren (ABS) dan Polikarbonet (PC)
sejenis akrilik dan plastik yang tahan benturan, tahan pecah, tahan
api dan mudah untuk dibersihkan.
d. LAN Connector RJ45 POE
e. Mac Address dan IP Address
Untuk lampu koridor (corridor lamp) memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Lampu koridor dapat ditempatkan di plafon ataupun di dinding pada
koridor rumah sakit,
2. Lampu koridor adalah LED, mampu4 warna dengan komposisi warana 1, 2,
3 atau 4 warna, dengan pilihan warna merah, hijau, kuning, putih dan biru.
Peletakan dan pengidentifikasian warna dapat di atur sesuai SOP
keperawatan dan aturan rumah sakit.
3. Seluruh lampu indikator sanggup difungsikan secara berkedip ataupun
tetap/statis. Tutup pelindung lampu yang tembus cahaya terbuat dari
plastic, dan mudah dibongkar pasang.
4. Lampu koridor memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :
f. Dimensi (L x W x H), 160 x 123 x 57 mm
g. Material Akrilonitril butadiena stiren (ABS) dan Polikarbonet (PC)
sejenis akrilik dan plastik yang tahan benturan, tahan pecah, tahan
api dan mudah untuk dibersihkan.
5. Layar tampilan pemberitahuan panggilan pada nurse station
Untuk layar tampilan panggilan (Corridor Display) memiliki kriteria sebagai
berikut :
1. Layar Panggilan Nurse Station adalah peralatan sentral yang ditempatkan
di Ruang Perawat/Nurse Station pada masing-masing lantai.

141
2. Memiliki dua jenis tampilan yaitu tampilan dengan hanya satu sisi atau dua
sisi, menggunakan karakter dots yang berjalan sesuai dengan pengaturan
perintah panggilan.
3. Memiliki dua jenis kapasitas juga yaitu kapasitas 6 karakter dan 12 karakter
yang memiliki dimensi berbeda.
4. Memiliki karakter yang besar dengan warna sangat terang (merah, hijau
dan Kuning/amber) dan menghasilkan bunyi “bip” setiap 3 detik apabila
ada panggilan.
5. Layar tampilan panggilan (Corridor Display) memiliki spesifikasi teknis
sebagai berikut :
a. Dimensi (W x Hx D), 355 x 135 x 38 mm (6 karakter, satu sisi)
355 x 135 x 76 mm (6 karakter, dua sisi)
655 x 135 x 38 mm (12 karakter, satu sisi)
655 x 135 x 76 mm (12 karakter, dua sisi)
b. Material bingkai profil ekstrusi aluminium, layar plexiglass
transparan
c. Ketebalan 3 mm dengan warna bingkai silver dan layar coklat gelap

3.32.4. Persyaratan Teknis Pemasangan


1. Tahap Persiapan
Tata cara pelaksanaan yang tercantum dalam peraturan
pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia ini harus
ditaati, kecuali bila dibatalkan oleh Rencana Kerja dan Syarat-syarat
yang diberlakukan.
2. Gambar Kerja / Shop Drawing
Kontraktor harus membuat gambar detail untuk pelaksanaan
pekerjaan termasuk detail support/penyangga/dudukan berikut
perhitungannya yang telah disetujui oleh Konsultan MK / Pemberi
Tugas.
3. Sarana Kerja
Kontraktor diharuskan mengirim;
 Contoh bahan yang akan digunakan untuk disepakati konsultan
MK / Pemberi Tugas.
 Menyerahkan daftar peralatan kerja yang digunakan sebelum
dilakukan pemesanan.
 Menyediakan peralatan kerja yang baik untuk pelaksanaan yang
memenuhi persyaratan keselamatan kerja yang berlaku
4. Pemeriksaan Bahan dan Material
Apabila Konsultan MK / Pemberi Tugas meragukan kualitas bahan
atau alat tertentu, maka bahan tersebut akan dikirim ke
laboratorium penyelidikan bahan atas biaya kontraktor.
5. Ponalakan dan Penyingkiran

142
Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh konsultan MK/Pemberi
Tugas, harus segera disingkirkan dari lokasi proyek oleh kontraktor
dalam waktu 1 x 24 jam.
6. Tahap Pelaksanaan
Kontraktor harus mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja. Perlengkapan keselamatan kerja yang dibutuhkan harus
disediakan. Cara-cara kerja yang kurang aman atau tidak selamat
harus dihindarkan. Kontraktor harus juga memperhatikan
keselamatan kerja termasuk kesehatan para pekerja dan kebersihan
lingkungan. Perhatian diharapkan pula terhadap lokasi pemondokan
pekerja di job-site, agar tidak terlalu mengganggu waktu kerja.
7. Seleksi tenaga kerja
Kontraktor harus berusaha untuk mengadakan seleksi tenaga kerja,
baik mengenai keahlian ataupun kesehatannya, bagi tukang-tukang
las pipa, serta kejuruan-kejuruan lain yang dianggap perlu, harus
lulus dari ujian penilaian dari MK/Pemberi Tugas. Bilamana di
kemudian hari dalam proyek ini didapati tenaga-tenaga yang
ternyata tidak cukup ahli, MK/Pemberi Tugas berhak untuk minta
tenaga kerja tersebut diganti.
8. Prosedur dan Cara Kerja
Kontraktor wajib melaksanakan prosedur dan cara kerja yang baik
(tepat, cepat, dan selamat). Kontraktor wajib mengkonsultasikan
kedua hal tersebut kepada MK/Pemberi Tugas, untuk dimintakan
persetujuannya guna pelaksanaan. Hasil kerja harus menunjukan
“workmanship” yang baik dalam bentuk kerapian.
9. Pipa conduit high impact yang dapat menampung kabel tanpa
mengurangi tingkat fleksibilitas kabel bersangkutan bilamana
terjadi penggantian yang diperlukan.
10. Tipe kabel dan teknik pemasangannya tersusun dengan topologi
yang diperlukan menggunakan CAT5e atau CAT 6 serta Kabel ITC
berbagai tipe dan ukuran yang berlaku secara standar nasional.
11. Uji coba Nurse Call Systems
Uji coba dilakukan pada saat semua peralatan dan pemograman
sistem jaringan telah terpasang dan mendapat aliran catu daya dari
sumber listrik yang terdapat pada lokasi

3.32.5. Testing/Commissioning
3.28.5.4. Setelah pekerjaan Nurse Call ini diselesaikan, harus dilakukan
testing/pengetesan, yang disaksikan oleh Konsultan Konsultan
Pengawas.
3.28.5.5. Tiap-tiap ruang rawat, ditest satu persatu

3.32.6. Lain–Lain

143
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh
Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.

3.33. Pekerjaan Cold Room


3.33.1. UMUM
Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan instalasi cold
room berikut peralatan bantunya serta ketentuan lainnya yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan ini.

3.33.2. Lingkup Pekerjaan


1. Pengadaan dan pemasangan cold room dalam bangunan lengkap dengan
sambungan-sambungan dan perlengkapan yang diperlukan.
2. Menyelenggarakan percobaan-percobaan dan acceptance test.
3. Menyelenggarakan program pelatihan bagi petugas keamanan dan
karyawan tentang pengetahuan sistem dan operasinya.

3.33.3. Uraian Pekerjaan


1. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan,
pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga
merupakan sistem yang baik dan sempurna.
2. Pekerjaan instalasi pemadam kebakaran ini harus dikerjakan oleh
instalator yang telah mempunyai Surat Pengakuan (PAS) dari Instansi
terkait (Dinas Pengawas) maupun dari Pemerintah Daerah setempat yang
berlaku.
3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan beserta
perlengkapannya harus sesuai dengan gambar rencana.
4. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi hydrant dan sprinkler
harus seijin / disaksikan Direksi Lapangan.
5. Persyaratan pemipaan instalasi Hydrant dan srinkler, meliputi :
a. Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi Hydrant dan Sprinkler adalah
pipa Black Steel Pipes (BS) Class Sch. 40, disamping itu semua fitting,
elbow harus terbuat dari bahan yang sama dengan pipa tersebut.
b. Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal.
Jalur pipa sesuai dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangan
nya harus menyesuaikan kondisi lapangan dan kontraktor harus
membuat shop drawing dengan persetujuan Direksi Lapangan.
c. Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu
(elbow), begitu pula dengan percabangan harus dengan tee atau
cross-tee sesuai kebutuhan, pembengkokan pipa tidak
diperkenankan.
d. Sambungan pipa pada umumnya dipergunakan sambungan dengan
cara las.
e. Untuk pipa-pipa yang menembus atap, kontraktor diwajibkan
menyediakan Flashing yang terbuat dari timbel (lead) dengan ukuran
dan ketebalan yang memadai.

144
3.33.4. Pengadaan dan Pemasangan
Kontraktor harus mengadakan dan memasang seluruh peralatan untuk
bekerjanya sistem cold room yang meliputi :
1. Instalasi Panel Insulasi
Pertama tentukan area mana yang akan menjadi awal dimulainya pekerjaan
pemasangan panel insulasi, hal ini harus didiskusikan dengan pemilik dan
bagian sipil mengenai kesiapannya. Jika tidak ada permintaan, lebih baik
dilakukan pemasangan pada area yang menggunakan insulasi lantai, karena
bagian ini membutuhkan pengecoran lantai setelah dipasang insulasi untuk
lantai (PU Slab) sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk kesiapannya.
Langkah-langkah pemasangan insulasi panel adalah sebagai berikut:
a. Ukur dan beri tanda (marking) pada lantai untuk area-area yang akan
dipasang panel insulasi
Pemberian tanda bisa menggunakan cat, tanda ini di butuhkan untuk
menentukan sudut-sudut bangunan panel yang akan didirikan sesuai
dengan layout beri paku pada sudut–sudut tersebut. Setelah ditandai
sudut-sudutnya kemudian tarik garis lurus menggunakan benang kerja
untuk mendapatkan tanda pada lantai keliling rencana bangunan panel,
ikat benang pada paku yang sudah disiapkan. Lakukan pada semua
rencana ruangan sehingga jika ada area yang tidak sesuai dengan gambar
kerja akan diketaui lebih awal. Sekarang kita sudah mendapatkan
gambaran area masing-masig ruangan sehingga memudahkan untuk
proses selanjutnya. Pastikan area lantai rata, jika tidak kita perlu
melakukan antisipasi agar siku yang kita pasang rata.
b. Pasang siku alumunium 40 x 40 mm
Pasang Siku Alumunium 40 x 40 mm dilantai dengan sudut bagian luar
menempel pada benang yang telah dipasang. Pasang siku sepanjang
benang yang telah dipasng. Siku alumunium dipasang dengan
mengikatkannya di lantai kerja menggunakan screw dan fischer setelah
di buat lubang terlebih dahulu. Pasang screw dan fischer setiap 1 meter.
Potong siku sudut 45 ˚pada setiap sudut ruangan.
c. Pasang Panel Dinding bagian Sudut
Setelah siku pada lantai terpasang membentuk area bangunan panel
yang akan dipasang tahap selanjutnya adalah memasang panel dinding
bagian sudut. Pilih panel sudut sesuai dengan penomeran dan gambar
konfigurasi panel. Potong panel sudut 45 ˚ pada sisi yang akan menjadi
sudut. Pasang panel dengan secara vertikal dengan dua orang menahan
panel berdiri dan 1 orang mengikat panel dengan cara merivet pada siku
yang sudah disiapkan, pastikan setiap pemasangan dinding dicek
terlebih dahulu menggunakan waterpas. Selanjutnya beri mastic sealant
pada sudut panel kemudian pasang panel sisi sudut pasangannya dan
perlakukan dengan cara sebelumnya. Pasang siku alumunium vertikal
pada sudut bagian depan dan sudut bagian belakang dengan cara merivet
ke panel. Jarak antara rivet sekitar 600 mm.
d. Pasang Dinding Lainnya
Setelah memasang panel dinding bagian sudut selanjutnya pasang
dinding lainnya mengikuti siku alumunium, sehingga membentuk huruf
U. Ini perlu dilakukan agar panel saling mengikat dan tidak rubuh.
Setelah berbentuk U pasang 1 panel atap agar menambah kekuatan.

145
Pastikan beri mastic sealant pada setiap busa polyurethane yang
bertemu/ bersentuhan.
e. Pastikan Letak dan Lubang Pintu
Kemudian lakukan pemasangan dinding sehingga terpasang semua,
sebelum itu pastikan kita sudah menentukan letak lubang pintu dan
melubanginya untuk akses masuk ke area dalam. Pastikan gap antara
panel tidak lebih dari 3 mm.
f. Pemasangan Dinding Lainnya
Kemudian lakukan pemasangan dinding sehingga terpasang semua,
sebelum itu pastikan kita sudah menentukan letak lubang pintu dan
melubanginya untuk akses masuk ke area dalam. Pastikan gap antara
panel tidak lebih dari 3 mm.
g. Pemasangan Frame Pintu
Setelah lubang pintu dibuat sesuai dengan ukurannya, langkah
selanjutnya adalah memasng frame pintu dan hanger plastic curtain.
Frame pintu harus dilakukan sebelum pengecoran lantai ke dua karena
ada bagian frame yang nantinya akan tertanam di lantai. Kemudian
pasang heater pintu
h. Pemasangan Atap Panel Insulasi
Pasang Atap sebagian terlebih dahulu agar pada saat pengecoran uap
panasnya masih bisa terbuang dari ruangan, gunakan campuran poly
urethane cair untuk mengisi celah antara panel dan dinding, kemudian
ditutup menggunakan siku alumunium 65 x 40 mm.
Jika Panel cold storage lebih lebar dari 6 m maka dibutuhkan allumunium
hanger sebagai dudukan atap pada bagian tengan ruangan, alumunium
hanger akan diikatkan pada besi support yang telah disiapkan
i. Pemasangan Plastic Cor untuk Ruangan yang menggunakan PU Slab
Setelah dinding panel sudah terpasang dan sebagian panel atap
terpasang, beri lapisan plastik pada lantai pasang PU slab sesuai dengan
ketebalan, pasang tiap lembarnya secara overlap (seperti memasng bata)
dan beri PU cair untuk mengisi sambungannya, kemudian pasang lagi
plastik pada bagian atasnya. Dan lantai siap di cor menggunakan besi
tulangan
j. Pemasangan Daun Pintu
Setelah coran mengering jangan lupa pasang panel atap yang tersisa dan
pasang daun pintu pada framenya. Jenis pintu dibagi menjadi dua yaitu :
Pintu Sliding dan Pintu Swing.
k. Finishing
Lanjutkan dengan proses finishing dengan memberikan silicon pada
celah sambungan panel bagian dalam dan luar. Pastikan silicon menutupi
semua celah dan rapi. Setelah selesai lepas semua plastik laminasi
l. Pemasangan Ventilator
Pemasang lventilator pada ruangan, perlu diperhatikan jumlah dan letak
lampu agar ruangan berfungsi secara maksimal. Ventilator Port Alat ini
berfungsi untuk menjaga tekanan ruangan. (Ventilator Port biasanya
digunakan pada ruangan dengan temperatur dibawah 0 C).
2. Instalasi Mesin Pendingin
a. Penempatan Mesin Pendingin dan Condenser

146
Seluruh mesin condensing unit ditempatkan pada area mesin sesuai
tempat yang telah ditentukan, pastikan sirkulasi udara pembuangan
panas dan baik beri jarak antara condensing unit minimal 500 mm dan
jarak ke Beri angkur pada lantai agar kuat.
b. Penempatan Evaporator
Siapkan gantungan Evaporator minimum besi UNP 50 (disesuaikan
dengan berat evaporator) yang sudah di beri lapisan anti karat (anti
corrosion paint seperti zinc chromate) dan besi long drat berbahan
stainless steel, lapisan anti karat ini diharuskan karena di dalam
ruangan akan terjadi pengembunan sehingga apabila besi tidak dilapisi
lapisan anti karat maka besi akan berkarat. Jika dibutuhkan diberikan
penguat berupa sling yang di gantungkan pada konstruksi baja.
Pasang evaporator di tempat sesuai dengan gambar kerja, pada
penempatan evaporator perhatikan ukuran evaporator apakah cukup
dengan dinding, jarak dari bagian belakang evaporator sesuai
ketentuan pada spesifikasi evaporator. Pasang pipa drain dilengkapi
dengan drain heater. Heater diperlukan untuk ruangan sistem
pendingin yang di setting pada temperature dibawah 0 C, karena
ruangan di setting pada temperature dibawah nol. Apabila evaporator
mengalami defrost maka akan terhindar dari pembekuan air di dalam
ruanga
c. Langkah Instalasi Pemipaan
1. Pasang Tray Pipa Support
Buat tray atau alas atau support untuk pipa sesuai dengan layout
yang telah ditentukan ketinggian support dari tray 250 mm
2. Persiapan Pemasangan Pipa
Buat instalasi pipa sesuai dengan gambar, tetapi jangan
dihubungkan dahulu dengan unit
3. Pengelasan Pipa
Pada saat pengelasan gunakan api normal kemudian panaskan
sambungan pipa yang akan disambung, setelah panas tambahkan
kawat las dan ratakan ke seluruh sambungan, ulangi proses
tersebut hingga diyakini sudah tersambung baik, Alirkan nitrogen
sedikit pada saat pengelasan agar tidak ada kerak di dalam pipa
karena proses oksidasi.
4. Flushing
Semprot pipa menggunakan nitrogen untuk membersihkan pipa
bagian dalam agar bersih dari kerak sisa las.
5. Test Tekan
Hubungkan pipa instalasi dengan unit, buka semua valve pada
Sistem, kemudian test tekan seluruh Sistem menggunakan
Nitrogen
6. Cek Kebocoran
Cek kebocoran pada sambungan las dengan menggunakan busa
sabun.
7. Test Tekan
Beri tanda pressure gauge posisi jarum terakhir, dan biarkan
tekanan di dalam Sistem selama 2 x 24 jam. Jika posisi jarum

147
turun, cek kembali dan cari kebocorannya. Jika OK buang tekanan
didalam Sistem dan lakukan vakum Sistem.
Vacum sistem sampai 1000 Micron, pastikan semua valve dan solenoid
dalam keadaan terbuka dan ditahan selama 24 Jam

3.33.5. Material / Bahan Yang Dipakai


A. PANEL INSULASI
Material isolasi menggunakan injected rigid polyurethane foam (PU) atau
polyisocanurate (PIR) dengan ketebalan 75 mm sampai dengan 100 mm
disesuaikan dengan kebutuhan ruangan, dengan kerapatan (density) 43 - 45
kg/m³, nilai konduktifitas maksimum 0,025 W/mK dan menggunakan bahan
dan Sistem yang ramah lingkungan yaitu dengan Non HCFC/HFC/CFC Blowing
Agent Sistem Technology sesuai dengan Peraturan Mentri Perindustrian
Republik Indonesia nomor 41/M-IND/PER/5/2014 tentang Pelarangan
penggunaan hydrochlorofluorocarbon (HCFC)
Kulit (skin) panel insulasi berbahan PPGI (Pre Painted Galvanis Iron) harus
mempunyai keamanan jika bersentuhan dengan bahan makanan (Food Grade)
sesuai dengan FDA (Food and Drugs Administration) Aprroved. Skin memiliki
kekuatan tarik kelas G300 dan memiliki lapisan anti karat zinc Kelas Z275 serta
antibacterial.
Panel Insulasi yang digunakan mempunyai sertifikat Fire Behaviour of Building
Material Test minimal setara standard EN 13501-1 : 2007 Class D
Mekanisme penyambungan antar panel menggunakan Sistem Slip Joint atau
tongue and groove atau Camplock Joint, sistem tersebut memungkinkan panel
dapat dibongkar dan dipasang secara knock down.
Panel insulasi memiliki plastik laminasi untuk mencegah kerusakan permukaan
kulit (skin) panel pada saat pengangkutan dan pemasangan. Lantai cold storage
menggunakan insulasi berbahan polyurethane tanpa kulit (skin) PU Slab
dengan ketebalan 100 mm dan disusun sehingga didapatkan ketebalan sesuai
dengan yang diinginkan. Pada saat pemasangan Pu slab bagian atas dan bawah
harus dilapisi lembaran plastik, pada bagian bawah PU slab diberi water
proofing sebagai vapor barrier dan pada bagian atas PU slab dicor
menggunakan tulangan dan bagian atasnya ditambahkan floor hardener.
Pintu yang digunakan adalah :
1. Sliding Door 2000 x 2500 mm dan 2000 x 2000 mm dengan ketebalan
150 mm, bahan daun pintu menggunakan polyurethan foam dengan skin
PPGI sesuai dengan bahan panel insulasi dengan kelengkapan seperti rel,
pengunci, pegangan pintu dan pemanas pintu, juga dilengkapi dengan
tirai plastic (plastic curtain) yang dipasang overlap dan mempunyai
gantungan dari bahan stainless steel.
2. Sectional Door 2000 x 2500 mm dengan dilengkapi motorized dan vision
window
3. Dock Shelter 3500 x 3500 mm berjenis retractable
Menggunakan ventilator port yang berfungsi sebagai penyeimbang tekanan
Spesifikasi panel insulasi yang di tawarkan harus didukung dengan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
1. Mengikuti brosur dan mendapatkan dukungan penuh dari pabrikan panel
insulasi
2. Memberikan salinan sertifikat EN 13501-1 : 2007 Class D atau setara

148
3. Memberikan pernyataan kesanggupan melampirkan Letter of reference dari
pabrikan skin plate Z275, food grade dan antibacterial yang digunakan

B. UNIT KOMPRESOR DAN CONDENSER / CONDENSING UNIT


Unit Kompresor dapat digabung untuk beberapa ruang jika temperature
evaporatornya mendekati.
Refrigerant yang digunakan adalah refrigerant dengan zero ODP yaitu R404A
sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia nomor
41/M-IND/PER/5/2014 tentang Pelarangan penggunaan
hydrochlorofluorocarbon (HCFC) untuk high stage dan menggunakan R23
untuk Low Stage.
Spesifikasi Kompressor Unit yang ditawarkan harus didukung dengan
dokumen-dokumen sebagai berikut :
1. Mendapatkan dukungan penuh dari pabrikan pembuat kompresor,
2. Memberikan salinan sertifikat ISO 9001-2008 atau setara
3. Harus melampirkan COO untuk kompresor

1. Cold Storage 4 - 7 ⁰C
Unit Kompressor untuk Cold Storage 4 - 7 ⁰C yang digunakan harus dirakit
secara orisinil oleh pabrikan pembuat kompressor untuk menjamin mutu
dan garansi
Unit Kompresor yang digunakan adalam sistem pendingin kompresi uap
reciprocating compressor yang mampu beroperasi dengan temperatur
evaporator 4 - 7 ⁰ C dan dinyatakan dalam spesifikasi teknis yang
dikeluarkan oleh pabrikan kompresor
Unit Kompressor memiliki kelengkapan standar seperti : Suction and
discharge pressure Gauge; high and low pressure control; liquid receiver; oil
separator; check valve; sight glass; filter drier dan liquid sub cooler.
Kondensor yang digunakan adalah berpendingin udara (Air Cooled
Condensor) yang mempunyai minimal 2 fan untuk Sistem Refrigerant/Freon
Spesifikasi listrik Condensing unit adalah range 380 V - 400 V/3 phase/ 50
Hz
Refrigerant yang digunakan adalah refrigerant dengan zero ODP yaitu R404A
sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia nomor
41/M-IND/PER/5/2014 tentang Pelarangan penggunaan
hydrochlorofluorocarbon (HCFC)
Spesifikasi Kompressor Unit yang ditawarkan harus didukung dengan
dokumen-dokumen sebagai berikut :
1. Mendapatkan dukungan penuh dari pabrikan pembuat kompresor,
2. Memberikan salinan sertifikat ISO 9001-2008 atau setara
3. Harus melampirkan COO untuk kompresor

C. EVAPORATOR
1. COLD ROOM (4 ~ 7 ⁰ C)
Jarak antara fin minimum 4 mm. Memiliki fan minimum 2 buah
Spesifikasi listrik evaporator adalah range 380 – 420 V/3 phase/ 50 Hz atau
220 V - 230 V/1 phase/ 50 Hz
Dilengkapi dengan system Electric Heater Defrost yang dikontrol secara
otomatis untuk mencairkan bunga es pada evaporator

149
Spesifikasi Evaporator yang ditawarkan harus didukung dengan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
1. Mendapatkan dukungan penuh dari pabrikan pembuat evaporator
atau Agen
2. Memberikan salinan sertifikat ISO 9001-2008 atau setara dari
pabrikan pembuat evaporator

3.33.6. TESTING & COMISSIONING


Semua pekerjaan yang membutuhkan test commissioning wajib dilaksanakan
oleh penyedia dengan biaya yang sudah diperhitungkan pada masing-masing
pekerjaan (sebagaimana dinyatakan dalam daftar kuantitas dan harga)
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Langkah Testing dan Commisioning
a. Buka semua valve
b. Naikan MCB kontrol 1 phase sehingga crankcase heater berfungsi
c. Test Control apakah sudah benar dan berfungsi
d. Cek tegangan listrik utama
e. Naikan semua MCB
f. lakukan pemvakuman system agar tidak ada udara dan uap air terjebak
didalam system
g. Pengisian refrigerant
h. Putar saklar Kompresor ke posisi ON untuk mengoperasikan kondensor
dan kompresor
i. Charging gas pada suction line
j. Ukur arus motor kompresor tidak boleh lebih dari ampere maksimum
yang diizinkan atau tertulis di name plate

2. Tes Operasi Mesin


a. Cek arus compressor, dan fan setiap 30 menit
b. Ukur temperatur ruangan setiap 30 menit
c. Setting ekspansi jika diperlukan (harus dilakukan oleh ahli) untuk
mengatur superheat
d. Masukan setting pada temperature controller
e. Cek tekanan Suction dan discharge
f. Cek Temperatur suction dan Temperature Discharge
g. Setting control pressure
h. Melalukan proses penurunan temperatur secara bertahap “ Room
Temperature Pull down”
yang bertujuan untuk memastikan cor beton tidak mendapat
penurunan temperatur yang drastis yang dikhawatirkan dapat
menyebabkan kesusakan struktur, membuang uap air yang berada di
ruangan, penurunan tekanan udara yang tidak terlalu cepat dan
menjaga sambungan antara cor beton dan dinding cold storage dari
punyusutan.

3.34. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN NURSE CALL


3.34.1. Persyaratan Umum

150
1. Pemasangan lift harus sesuai dengan Spesifikasi ini,mentaati peraturan
yang berlaku di Indonesia, dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuat Lift serta mengikuti standard international yang dipakai
oleh Pabrik.
2. Biaya pengadaan dan pemasangan instalasi Lift ini harus sudah termasuk
semua pajak-pajak, bea masuk Service import,biaya pemeriksaan di
pabrik/factory test,biaya gedung,biaya pemerikasaan oleh instansi yang
berwenang,biaya pengadaan tenaga kerja, biaya pengadaan peralatan
kerja, biaya penyedian alat bantu, biaya testing, start-up, commissioning,
asuransi dan semua biaya yang diperlukan untuk kelengkapan instalasi
Lift.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan Pemborong/Pelaksana Pekerjaan wajib
mentaati peraturan- peraturan tentang keselamatan kerja dan
mengharuskan semua tenaga kerja dilapangan mengutamakan
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Pemborong/ Pelaksana Pekerjaan
yang merupakan agen resmi dari pabrik pembuat Lift yang dinyatakan
dengan surat Pengakuan Keagenan dari Departemen Perindustrian dan
mempunyai ijin kerja pemasangan dari Departemen Tenaga Kerja.

3.34.2. Waktu Pelaksanaan


Lamanya waktu pelaksanaan, pengadaan dan pemasangan peralatan ini
disesuaikan dengan tahap-tahap pembangunan, yaitu tidak boleh melebihi
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan pembangunan yang ditentukan selama
270 hari kalender.

3.34.3. Material
1. Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan
adalah baru dan bebas dari defective material, improver material,
poorworkmanship dan menjamin terhadap kualitas serta sesuai dengan
spesifikasi teknis dan ketentuan-ketentuan yang berlaku..
2. Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus
diganti dengan yang sesuai dalam jangka waktu secepatnya yang akan
ditentukan lebih lanjut oleh pemilik proyek/Pengawas/ Perencana.
Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan menjadi
tanggungan/beban Kontraktor.

3.34.4. Jaminan Pengujian dan Surat Keterangan


1. Kontraktor harus dapat menjamin bahwa peralatan akan bekerja dengan
memuaskan dalam semua kondisi.
2. Untuk hal itu kontraktor harus bersedia memberikan jaminan tertulis
dengan masa jaminan 1 (satu) tahun setelah penanda tanganan Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan terakhir. Sebelum pekerjaan dinyatakan
selesai (diserahkan) harus diadakan percobaan-percobaan baik dengan
atau tanpa beban dan sekaligus mengadakan seating level pemberhentian,
sehingga syarat-syarat leveling clearance yang diinginkan dapat dipenuhi
dengan baik.
3. Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) copy (termasuk yang asli)
mengenai Buku Operation Manual Maintenance, Repair Shop Manual, Part

151
catalogue dan Description Equipment Brosure yang sesuai, Kontraktor
harus dapat mengadakan surat-surat keterangan lain yang diperlukan dari
Jawatan Keselamatan Kerja setempat (DEPNAKER), sehingga diperoleh
syarat-syarat yang diperlukan untuk diperbolehkan beroperasinya unit
Elevator.
4. Kontraktor harus mengajukan Surat Tanda Bukti yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuat bahwa elevator yang akan terpasang adalah benar - benar
hasil produknya termasuk perincian dari macam peralatan tersebut.
5. Semua biaya yang perlu untuk pengadaan surat-surat, jaminan, pengujian
dan surat-surat keterangan ditanggung oleh Kontraktor.
6. Khusus untuk buku petunjuk operasional dan maintenance selain dalam
bahasa Inggris juga diterjemaahkan dalam bahasa Indonesia.

3.34.5. Jaminan Kualitas


1. Jenis yang dipergunakan adalah produk Jerman atau setara yang disetujui.
2. Kontraktor harus bekerja sama dengan agen tunggal resmi yang ditunjuk
oleh pabrik, dan yang berpengalaman, memahami dan mampu
melaksanakan pekerjaan serta telah memiliki izin instalatir lift/escalator
dan harus bisa bekerja sama dengan pihak lain, berdisiplin dalam ikut
serta melaksanakan Pekerjaan ini.

3.34.6. Peralatan Lokal


Jenis Peralatan yang memungkinkan dapat dibuat di dalam negeri
Perlengkapan Lift :
1. Counter Weight
2. Rail Brackets
3. Motor Beam
4. Lampu Penerangan Standard
5. Buffer Support
6. Alluminium Sill
7. Panel Daya, Panel Kontrol
8. Dan Lain – lain.

3.34.7. Jaminan Spare Part


Kontraktor harus menjamin suku cadang semua Service yang terpasang
selama minimum 1 (satu) tahun dari serah terima terakhir. Apabila dalam
waktu sebelum 1 (satu) tahun terjadi kerusakan dan Service tersebut sudah
tidak diproduksi oleh pabrik pembuat yang mengakibatkan adanya perubahan
sistem, maka Kontraktor bertanggung jawab atas biaya dengan adanya
perubahan tersebut di atas.

3.34.8. Syarat Penerimaan / Acceptance


Service atau unit elevator yang akan diserahkan ke pihak pemilik harus sudah
dinyatakan siap operasi tanpa ada sedikit kekurangan baik dalam segi
kelengkapan unit, sistem operasi, kelengkapan dokumen-dokumen yang
diperlukan termasuk keadaan unit sendiri sudah memenuhi standard yang
dipersyaratkan seperti halnya :
1. Leveling car
2. Clearance

152
3. Riding comfort
4. Bebas goresan terhadap dinding car, pintu car, pintu hal dan lain-lain

Hasil analisa dari pengukuran ride comfort dapat direkam dan dihasilkan
dapat diprint out pada sistem computer yang sudah termasuk dalam
kelengkapan sistem kontrol lift.

3.34.9. Lingkup Pekerjaan


1. Pengadaan dan pemasangan terdiri 1 (satu) unit Passenger Elevator (Lift
Penumpang) kapasitas 10 orang / 1000 Kg beserta accessories dan 1
(satu) unit Dumbwaiter Elevator (Lift Barang) dengan kapasitas 1500 kg
beserta accessories.
2. Mengadakan perbaikan pada instalasi lain apabila pada pemasangan tiap-
tiap unit elevator terjadi kerusakan tanpa penambahan biaya/menjadi
beban Kontraktor.
3. Pengadaan panel daya dan penarikan kabel ke panel masing - masing
elevator, pada setiap ruang mesin.
4. Mengadakan pengujian sebelum penyerahan pekerjaan terhadap semua
peralatan elevator antara lain : Kecepatan dan kebisingan Car, bekerjanya
alat-alat control/automatic, waktu pembukaan dan penutupan pintu Car,
Landing car, alat-alat pengaman, peralatan pada kondisi darurat dan lain-
lain sampai dinyatakan elevator siap untuk dipakai oleh Pemilik
proyek/Pengawas/Perencana.
5. Pengadaan dan pemasangan unit peralatan penunjang untuk keperluan
ventilasi, grille intake, exhaust fan yang merupakan standard accessories
dari peralatan
6. Penyelesaian finishing pintu, dinding pada tombol operation maupun
pada indicator penunjuk dan lain-lain yang ada hubungan pekerjaan
elevator.
7. Membuat atau melengkapi dudukan buffer lift yang diperlukan termasuk
memberikan tambahan pada kondisi pit yang sudah ada bila diperlukan.
8. Pemasangan balok-balok baja pada shaft- shaft lift yang dindingnya tidak
merupakan konstruksi beton, penutup (Cover) hoist way di ruang mesin
lift yang merupakan persyaratan yang harus dipasang.
9. Termasuk dalam tugas dan tanggung jawab Pemborong/ Pelaksana
Pekerjaan diatas adalah meliputi :
a. Pengadaan dan pemasangan panel kontrol Lift.
b. Pengadaan dan pemasangan balok beton atau baja, bracket, buffer,
untuk penumpu mesin Lift.
c. Pengadaan dan pemasangan konstruksi pemegang hoisting hook dn
quide rail lengkap.
d. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pemasangan instalasi Lift,
walaupun tidak tampak pada gambar rencana dan tidak disebutkan
didalam spesifikasi ini, tetapi apabila menurut pendapat
Pemborong/Pelaksana Pekerjaan harus dilaksanakan untuk
kesempurnaan pengoperasiannya, harus dilaksanakan oleh
Pemborong/Pelaksana Pekerjaan dan dianggap sudah termasuk dalam
penawaran.

153
e. Melaksanakan Test Rope untuk Lift Penumpang maupun Lift service
pada Laboratorium atau Instansi yang berwenang di Indonesia (L U K).
f. Mengurus proses perizinan dan rekomendasi untuk siap pakai pada
Departemen Tenaga Kerja dan Instansi yang berwenang lainnya.
g. Mendidik Operator yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas mengenai tata
cara operasi, service dan maintenance ringan.
h. Membuat dan menyerahkan gambar instalasi terpasang (As built
drawing) dalam format A3 buku petunjuk cara operasi, service dan
maintenance kepada Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perancang masing-masing 3 (tiga) set.dan 1 (satu)
Construction Drawing / As Built Drawings.
i. Memberikan garansi terhadap peralatan atau mesin yang dipasang
untuk instalasi ini, selama 1 (satu) tahun, sejak Serah Terima Pertama
pekerjaan.
j. Pemasangan lampu-lampu penerangan pada setiap shaft elevator pada
jarak setiap 2 (dua) lantai dengan lampu 1 x 15 watt PL beserta Wiring
dan system pengoperasian.
k. Penyedian outlet daya pada setiap pit dan tangga turun keperluan
maintenance.
l. Pengadaan Listrik untuk test sebelum Serah Terima Pertama.

3.34.10. Persyaratan Teknis Khusus


1. Gambar Kerja
a. Kontraktor harus membuat rencana kerja lengkap dan menyerahkan
gambar-gambar kerja brosur dan data-data dari peralatan seluruh
sistem yang diterima dari pabrik pembuatannya, guna mendapatkan
persetujuan dari Pemilik Kegiatan/Konsultan Supervisi / Konsultan
Pengawas/Perencana.
b. Pelaksana harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku
di Indonesia atau Standard International.

2. Ketentuan Gambar Kerja


Gambar kerja dan rencana kerja dengan keterangan-keterangannya yang
perlu disetujui pemilik proyek/Pengawas/Perencana meliputi :
a. Peralatan dalam ruang mesin :
1) Letak peralatan – peralatannya
2) Hubungan-hubungan kerjanya dari tiap peralatan dengan alat-alat
lain
3) Diagram beban-bebannya.
b. Bracket pemegang rel
1) Konstruksi Bracket
2) Bahan-bahan pengikat
3) Intercom, Remote Panel
4) Posisi serta jarak dari setiap bracket

c. Perlengkapan control :
1) Posisi stop button pengoperasian car
2) Posisi indicator
3) dan lain-lain

154
Keseluruhan gambar kerja (Shop drawings) ini harus dimasukkan paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah dikeluarkannya Surat Perintah
Kerja, untuk mendapatkan persetujuan Pemilik proyek / Perencana /
Konsultan Supervisi dan atau Konsultan Pengawas.

3.34.11. Surat – surat Keterangan dari Pelaksana


1. Surat keterangan lengkap tentang syarat jaminan tahan api dari alat-alat
sistem elevator yang berfungsi sebagai lift kebakaran.
2. Surat keterangan lengkap referensi sistem elevator yang pernah
dilaksanakan.
3. Surat-surat keterangan lengkap mengenai surat-surat lesensi dan ijin-ijin
untuk pemasangan.

3.34.12. Pendidikan Operator


Pendidikan Operator kepada Team Engineering pemilik proyek minimum 5
(lima) orang meliputi :
1. Proses pengamanan keselamatan
2. Pengelolaan masing-masing peralatan/system
3. Prosedur pemeliharaan secara routine
4. Minor trouble shooting
Lama pendidikan ditentukan selama 2 (dua) minggu atau 12 hari kerja

3.34.13. Penggunaan Sementara


Tidak diperkenankan pemakaian sementara sebelum seluruh pekerjaan
proyek selesai, kecuali dengan ijin tertulis oleh Pemilik proyek/Konsultan
Supervisi dan atau Konsultan Pengawas.

3.34.14. Pemeliharaan dan Pelayanan


1. Pemeliharaan dan pemeriksaan routine tidak kurang dari tiap dua minggu
sekali, oleh orang yang berkompetent dengan pembetulan-pembetulan,
penyetelan-penyetelan pembersihan- pembersihan semua peralatan,
selama masa pemeliharaan.
2. Selain itu Kontraktor harus melakukan penggantian peralatan tanpa ada
penambahan biaya apabila terjadi kerusakan sampai dengan peralatan
tersebut berfungsi kembali secara baik.

3.34.15. Spesifikasi Teknis Umum Peralatan


Spesifikasi Teknis Umum Peralatan akan dijelaskan pada subbab “MATERIAL”
di bawah ini.

3.34.16. Spesifikasi Teknis Khusus dan Pemasangan Elevator


1. Mesin Pengangkat Lift
a. Mesin pengangkat dari lift adalah jenis mesin traksi yang digerakan
dengan tenaga listrik arus bolak balik (alternating curent AC)
1) Kesemuanya merupakan suatu unit yang harus didudukan secara
kuat pada satu dudukan mesin yang terbuat dari profil baja dan
menumpu balok bangunan (bukan pada plat beton).

155
2) Dudukan baja tersebut harus balok bangunan (bukan pada flat
beton)
3) Dudukan baja tersebut harus disediakan oleh Pelaksana
Pekerjaan.
b. Motor harus dari jenis untuk dapat bekerja kontinue di daerah tropis
dan harus sesuai dengan standard negara dimana mesin lift dibuat.
c. Terminal Kontrol, listrik pada motor harus bebas dari timbulnya
loncatan bunga api untuk semua kondisi beban dan kecepatann.
d. Setiap motor harus bekerja pada sistem tegangan PLN 380 Volt, 3 fase,
50 Hz, dengan toleransi tegangan 10 % diatas dan 10 % dibawah
tegangan nominal (380 Volt).
e. Setiap motor harus didudukan dengan memakai perendam getaran
untuk mencegah rambatan getaran ke struktur bangunan dan konduit
kabel listrik untuk motor harus menggunakan flexible conduit
berlapir galvanized.
f. Kabel wiring pada fire lift harus mempunyai fire retardant minimum
2 jam.

2. Rem Lift
a. Sistem rem harus menggunakan sistem pelepasan rem dengan arus
bolak balik atau arus searah.
b. Semua rem harus direncanakan untuk dapat bekerja pada kapasitas
diatas kapasitas normalnya dan sanggup memegang dan
memberitahukan lift pada kondisi yang paling berat/sukar.
c. Sirkuit sistem kontrol rem harus saling mengunci (interlock) secara
elektris dengan sirkuit kontrol motor traksi dan harus direncanakan
dan diatur sehingga rem hanya bekerja untuk memegang kabin lift
pada saat lift berhenti, sehingga pemberhentian lift dapat dilakukan
secara halus.
d. Dua buah sepatu rem harus disediakan dan harus bekerja tanpa
menimbulkan suara keras.
e. Disetiap mesin lift harus disediakan satu alat yang diperuntukan
untuk melepas rem secara manual, pada saat darurat.

3. Katrol / Sheaves Lift


Katrol harus dibuat secara teliti dan terbuat dari besi cor yang terbaik,
bebas dari cacat, dan dibentuk sedemikian sehingga tidak terjadi slip pada
gulungan kawat baja, serta tidak dapat menyebabkan kawat penggantung
menjadi aus pada semua kondisi beban.

4. Kawat Penggantung (Ropes) Lift


a. Kawat penggantung terbuat dari baja berpilin sesuai dengan
persyaratan pabrik, dengan jenis dan ukuran yang memberikan umur
pemakaian yang panjang dan bekerja dengan baik.
b. Semua kawat penggantung kabin lift dan counter-weight harus
dipasang secara vertikal dan diatur sedemikian sehingga beban
terbagi secara merata sepanjang kawat penggantung kabin lift dan
counterweight.
c. Melampirkan sertifikat rope test, sebelum dilaksanakan

156
5. Rel Penuntun (Guides Rails) Lift
a. Rel penuntun untuk kabin lift dan counterweight harus terbuat dari
baja, sesuai standard pabrik.
b. Rel penuntun yang dipasang harus mempunyai kekuatan yang cukup
untuk menahan tekanan yang dapat ditimbulkan, karena cukup untuk
menahan rem darurat bekerja ataupun adanya beban yang tidak
simetris.
c. Rel penuntun harus dipasang dan diperpanjang sampai dengan ujung
teratas dari overhead shaft, dan sampai dasar pit dan diikatkan pada
struktur bangunan dengan bracket yang direkomendasikan oleh
pabrik.
d. Pemasangan rel harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada
goncangan atau goyangan yang terasa oleh penumpang didalam kabin
lift selama perjalanan.
e. Panjang bracket dari rel penuntun harus disesuaikan dengan jarak rel
sampai dinding shaf pada gambar rencan akan terlihat perbedaan
lebar dari shaf lift secara vertikal, dikarenakan tebal dinding beton
yang mengecil secara beraturan kearah atas.

6. Counterweight Lift
a. Lift harus diseimbangkan dengan sistem counter- weight untuk
bekerja secara ekonomis dan halus.
b. Counterweight harus terbuat dari balok besi tuang yang dipasang
tersusun pada ranga baja, sedemikian sehingga mudah untuk
menambah atau mengurangi berat counterweight tanpa mengganggu
kawat penggantungnya.
c. Counterweight tersebut arus mampu memberikan keseimbangan
sebesar berat kabin lift kosong ditambah 40 % sampai dengan 45 %
berat beban maksimum yang diizinkan.
d. Sisi atas dan bawah dari rangka counterweight harus dilengkapi
dengan sepatu penuntun berbentuk "U" (sliding guide) yang dapat
diatur.

7. Posisi CAR
a. Kontraktor harus memasang kedudukan car/kereta dengan lintasan
tegaklurus dari kedudukan paling bawah sampai kedudukan paling
atas.
b. Pengukuran posisi car tidak hanya dilakukan satu sisi saja melainkan
setia sisi car, guna mendapatkan posisi yang tepat.
c. Untuk penyetelan kedudukan car pada setiap level mana level lantai
harus lurus tepat dengan level car penyetelan dilakukan berkali-kali
baik dengan beban maupun tidak menggunakan beban. Batas
kelonggaran sistem ini tidak boleh lebih dari 6 mm untuk lift Service
pada beban maximum dan 3 mm untuk lift orang pada beban
maximum.

8. Pemasangan Pintu CAR

157
a. Pemasangan pintu harus dilakukan secara cermat, baik posisi
penutupan maupun pembukaan.
b. Pintu car harus dapat terbuka penuh dengan lancar dan dapat tertutup dengan
rapat.
c. Pemasangan rel dudukan pintu harus disesuaikan dengan level lantai,
rel harus tetap bersih dan lurus.
d. Kelonggaran maximum antara daun pintu dan rangka pintu yang
menempel pada dinding tidak boleh lebih dari 5 mm.

9. Pemasangan Buffer
a. Pemasangan buffer harus tepat pada posisi dimana counter weight
dan car bekerja.
b. Kedudukan buffer harus dilengkapi dengan plat pengikat setebal + 15
mm, dimana kedudukan unit buffer pada struktur dilengkapi baut
pengikat/angker sebanyak 4 buah per-buffer.

10. Pemasangan Mesin


a. Kedudukan mesin lift harus pada posisi yang tepat dimana hal
tersebut berkaitan dengan posisi tali pengangkat car yang harus
dipasang secara center.
b. Kedudukan tali pengikat pada pully pembantu harus dapat disetel
naik dan turun guna penyetelan bila terjadi perubahan level car pada
level lantai.
c. Untuk kedudukan mesinnya harus dapat disetel dengan gerak
horizontal, sedangkan dudukan mesin harus rigit/kokoh dibuat atau
diangker pada dinding atau lantai pada ruang mesin.

11. Panel Kontrol


a. Pemasangan panel kontrol harus disesuaikan dengan situasi ruang
mesin. Panel kontrol Panel kontrol harus dilengkapi kunci pengaman
dan intercom guna untuk pemberitahuan pada operator bila terjadi
kemacetan dalam car.
b. Selain tersebut di atas juga disediakan remote panel control berupa
supervissory panel untuk memonitor semua jenis elevator yang ada
yang akan dialokasikan pada ruang Selain ada peralatan TV monitor,
key board yang bisa berfungsi sebagai managing/analizing system
serta printer set juga dilengkapi indikator pada mimik diagram yang
hanya memonitor jalannya semua elevator pada dinding atau desk
control.

3.34.17. Penjelasan Accessories / Peralatan Lift


1. Sepatu Penuntun (Guide Shoes)
a. Sepatu penuntun dari kabin lift dan counterweight adalah Sliding
Guide, dengan penampang berbentuk "U" dan terikat secara kuat pada
bagian atas dan bawah dari kabin lift dan counterweight.
b. Setiap sepatu penuntun harus bergerak pada tiga permukaan rel
penuntun.

158
c. Sliding mempunyai bantalan yang presisi sedemikian rupa sehingga
tidak ada sentuhan di antara sepatu tersebut dan tidak menyentuh
ujung dari Rel Penuntun.

2. BUFFERS
a. Buffers minyak dengan pegas harus disediakan untuk setiap kabin lift
dan counterweight.
b. Buffers harus kembali pada posisi semula setelah ditekan kembali.
c. Semua Buffers harus direncanakan untuk dapat menyerap energi
kinetik dari kabin lift bermuatan penuh apabila membentur pada
kecepatan maksimum di atas kecepatan penyetalan governor.
d. Semua perlengkapan pemasangan buffers harus disediakan dan
dipasang oleh Kontrator Lift, termasuk diantaranya pondasi beton
untuk penyangga buffers bila diperlukan.

3. Perlengkapan di Shaft Lift


a. Limit switch dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk kerja
secara aman dan efisiensi harus disediakan dan dipasang oleh
kontraktor lift.
b. Semua perlengkapan yang ada dishaft lift harus dari jenis yang
terbungkus secara menyeluruh sehingga bekerjanya tidak terganggu
adanya debu-debu yang mungkin ada.
c. Kontraktor harus menyediakan dan memasang "Over Travel Limit
Switch" pada terminal ujung atas dan bawah dari setiap lift yang akan
memutus aliran listrik ke mesin-mesin lift apabila lift bergerak
melewati daerah gerak normalnya.

4. Konstruksi Cabin Lift


a. Dasar dari kabin lift harus terdiri dari dua lapisan atas terbuat dari
kayu lunak dan lapisan bawah dari kayu keras, yang keduanya
mempunyai serat yang terpasang saling tegak lurus, atau jenis lain
yang disetujui, sesuai standard pabrik.
b. Bagian bawah atas dasar ini harus dilapis dengan lembaran baja
berlapis galvanized dengan tebalnya tidak kurang dari 2 mm.
c. Bagian dari atas dasar ini harus dilapis dengan lantai karet / granit
dengan tebal tidak kurang dari 6 mm.
d. Rangka dari lift harus dibuat dengan profil baja yang dibentuk secara
las & baut sehingga dijamin tidak akan berubah bentuk atau rusak
pada semua kondisi beban maksimum. Lantai dari kabin lift harus
dilapis dengan lapisan karet dengan ketebalan tidak kurang dari 6
mm, dengan warna yang ditentukan kemudian. Contoh warna dan
motif dari lantai karet ini dapat ditentukan oleh Arsitek.
e. Dinding dari kabin lift harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dipasang atau dilepas, unit-unit untuk memudahkan pemasangan
didalam lift.
f. Atap dari kabin harus mempunyai lubang yang khusus diperuntukan
jalan - jalan keluar dari penumpang yang terkurung di lift dalam
keadaan darurat.

159
g. Pada penyelesaian pembuatan kabin lift ini, pengecakan harus
dilakukan untuk mengetahui bahwa kabin lift dalam keadaan
seimbang dan bilamana perlu harus ditambahkan pemberat agar
benar - benar tergantung vertikal dan seimbang secara sempurna.

5. Pintu Lift dan Pintu Shaft


a. Setiap pintu lift harus dilengkapi dengan suatu sistem yang bekerja
secara otomatis.
b. Pintu harus berkonstruksi rapat udara dengan mekanisme kerja
membuka dan menutup tanpa suara, tanpa getaran atau kejutan.
c. Pintu kabin lift dan shaft disetiap lantai harus membuka secara
serempak pada saat lift berhenti disuatu lantai dan menutup secara
serempak pula sesaat sebelum lift meninggalkan suatu lantai.
d. Pada saat lift bergerak, pintu kabin lift harus tidak dapat dibuka dari
dalam kabin, meskipun tombol pembuka pintu tertekan.
e. Pada saat lift bergerak, motor penggerak pintu harus memberikan
torsi yang cukup kuat pada daun pintu, untuk mencegah pintu dibuka
secara paksa dari dalam lift.
f. Pada saat tidak ada sumber listrik, pintu lift harus dapat dibuka
dengan tangan dari dalam kabin lift setelah kabin berada pada level
lantai.
g. Setiap pintu shaft harus dilengkapi dengan suatu sistem "interlock
electro mechanical" yang mencegah pintu dibuka secara paksa,
kecuali dengan kunci khusus yang melepas sistem interlock tersebut.
h. Sistem interlock electro mechanical pada pintu shaft tersebut harus
dapat dibuka dari dalam kabin lift, apabila lift berhenti pada suatu
lantai yang dikehendaki.
i. Sistem interlock harus dibuat sedemikian rupa sehingga saat dilepas
dari dalam kabin lift, pada saat tidak ada sumber daya listrik.
j. Semua peralatan interlock dan kunci dari pintu lift dan pintu shaft
harus memungkinkan adanya pemeriksaan, pengetesan dan
penggantian bagian - bagian apabila rusak.
k. Semua pintu lift harus dilengkapi dengan kontak listrik mencegah lift
bergerak kecuali apabila pintu - pintu telah tertutup dengan
sempurna. Kontaktor ini harus diletakan sedemikian sehingga tidak
dapat dicapai oleh orang-orang yang tidak berkepentingan.
l. Semua pintu lift harus dilengkapi dengan "Safety Edge" yang
terpasang dari ujung bawah setiap panel pintu. Apabila peralatan ini
menyetuh orang atau benda pada saat pintu sedang menutup, maka
pintu lift dan pintu shaft harus kembali pada posisi membuka penuh.
m. Pintu baru akan menutup kembali secara otomatis, setelah waktu
yang ditentukan terlampui.
n. Car Lift bagian atas harus dilengkapi switch yang pengamanan untuk
mematikan / menghidupkan sistem pada saat maintenance.

6. Perlengkapan Pengaman Mekanis


a. Setiap Lift harus dilengkapi dengan Peralatan Pengaman Mekanis
sesuai standard pabrik yang dirancang untuk membawa lift berhenti

160
dengan mudah dan bertahap serta memegang secara kuat, tanpa
merusak penuntun (guide) dan rel rem penuntun (guide rail).
b. Pengamanan mekanis ini harus diletakan dibagian bawah dari rangka
kabin lift dan dirancang sedemikian sehingga semua bagian yang
bergerak mudah untuk dicapai dan diberi minyak pelumas serta
diperbaiki apabila rusak.
c. Pengaman mekanis ini dikontrol dari "speed governing" yang terletak
diruang mesin dan dirancang untuk dapat menahan semua beban
yang mungkin terjadi pada gangguan normal dari pengaman mekanis
tersebut. Speed governor tersebut harus memutuskan arus listrik
pada saat lift bergerak pada kecepatan lebih yang diatur antara 10%
sampai 30% diatas kecepatan normal.
d. Governor tersebut harus bekerja untuk kecepatan lebih, baik untuk
arah lift naik atau turun.
e. Pengaman mekanis yang telah bekerja hanya mungkin dilepas dengan
cara menaikkan kabin lift dari ruang mesin secara manual.

7. Perlengkapan Cabin
Perlengkapan kabin harus meliputi :
Lampu penerangan, lampu darurat, fan ventilasi, pesawat intercom,
tombol permintaan lantai, indikator permintaan lantai, loudspeaker,
indikator arah gerak, tombol alarm, petunjuk penggunaan lift, petunjuk
dalam keadaan darurat, keterangan kapasitas lift, indikator beban lebih
berikut bellnya dan fasilitas lainnya yang akan diuraikan berikut ini.
a. Indikator Posisi Lift
Setiap kabin lift harus dilengkapi dengan suatu indikator posisi lift
berupa digital elektronik dengan penunjukkan nyala lampu bernomor
sesuai dengan nomor lantai dimana lift mendekat, berhenti atau
melaluinya. Indikator ini harus dipasang pada panel yang terbuat dari
bahan stainlees steel dan terpasang secara horizontal diatas pintu
kabin lift.

b. Panel Kabin Lift


1) Setiap panel lift harus dilengkapi dengan dua buah panel yaitu
satu buah panel utama dan satu buah panel duplikat.
2) Setiap panel utama dan panel duplikat harus memuat :
a) Tombol permintaan lantai dengan nomor sesuai dengan
nomor lantai dan tombol harus sebanyak jumlah lantai yang
dilayani. Tombol dengan permukaan transparan akan
menyala apabila permintaan telah terdaftar dengan cara
menekan tombol yang bersangkutan. Lampu pada tombol
tersebut harus mati pada saat lantai permintaan telah
dilayani dan kabin lift berhenti pada lantai tersebut. Tombol-
tombol ini harus dari jenis "touch button".
b) Tombol "ALARM" dan "STOP DARURAT" harus disediakan
dengan tulisan yang jelas.
c) Panah berwarna penunjuk arah gerak lift, untuk arah gerak
lift keatas atau kebawah.

161
d) Tombol "BUKA PINTU" dan "TUTUP PINTU' dengan tulisan
dalam Bahasa Inggris atau Indonesia.
e) Lampu penunjuk beban penumpang berlebih yang akan
menyala disertai bel berbunyi, apabila berat penumpang
melebihi kapasitas maksimum, dengan tulisan dalam Bahasa
Indonesia "BEBAN LEBIH".
f) Panel Utama harus memuat juga fasilitas berikut, meskipun
tidak terbatas hanya pada yang tertulis dibawah ini, dan
harus berada dibalik pintu panel yang terkunci, yakni :
 Tombol "BY-PASS" dan "CANCEL"
 Tombal pemilih arah gerak naik atau turun.
 Tombol lampu kabin lift.
 Tombol fan ventilation kabin lift.
g) Setiap panel utama harus dilengkapi dengan intercom yang
dapat berhubungan dengan petugas di Ruang Mesin Lift dan
lantai bawah.
h) Pemberitahuan tentang jumlah beban maksimum harus
tertulis dengan jelas pada panel tersebut.

c. Lampu Penerangan dan Fan Ventilation


1) Setiap lift harus dilengkapi dengan lampu penerangan darurat
yang secara otomatis menyala apabila setiap menyala apabila siap
bekerja dan selama bekerja.
2) Letak dari bel alarm harus berdekatan dengan intercom dan akan
diletakan diruang mesin dan suatu tempat yang letak tempatnya
akan ditentukan kemudian.

d. Peralatan di Tiap Lantai Pelayanan


1) Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang disetiap lantai
yang dilayani lift tombol- tombol pemanggil lift, lampu penunjuk
arah gerak lift yang datang (hall intern), lampu penunjuk setiap
saat (hall position indikator) sebagaimana tampak pada gambar
uraian didalam spesifikasi ini.
2) Semua lampu dari jenis pijar dan bekerja pada tegangan rendah
yang diperoleh dari transformator gulungan ganda dengan
kapasitas sesuai kebutuhan.
3) Untuk memberikan umur yang panjang, maka lampu harus
bekerja pada tegangan yang sedikit dibawah tegangan normalnya.

e. Panah Penunjuk Arah Gerak Lift (Hall Lantern)


1) Setiap Lift Penumpang dan Lift Service harus dilengkapi dengan
lampu penunjuk arah gerak lift, dengan bentuk segitiga dengan
arah keatas dan kebawah, yang menyala sesuai dengan arah gerak
kabin lift.
2) Panah penunjuk arah gerak lift harus menyala sesuai dengan arah
gerak lift dan menyala lebih kurang empat detik sebelum kabin lift
berhenti pada suatu lantai dan kedatangannya harus disertai
bunyi bel ketukan tunggal. Lampu baru akan mati bila lift
menutup dan siap berangkat

162
f. Indikator Penunjuk Posisi Lift (Hall Position Indicator)
1) Lift harus dilengkapi dengan indikator penunjuk posisi lift
disemua lantai yang terbuat dari stainless steel dengan "satin
finish" dengan lampu-lampu bernomor sesuai dengan jumlah
lantai dimana kabin lift mendekat, berhenti dan melewati suatu
lantai.
2) Indikator ini dapat berbentuk lampu dengan menyala berkedip-
kedip atau tulisan "This Car Up" dengan disertai bunyi bel lampu.
Lampu dan bel akan berhenti bekerja apabila pintu lift mulai
menutup. Panel penunjuk posisi lift penumpang berbentuk
horizontal dan terpasang diatas pintu lift, sedang untuk pintu lift
service panel dapat dipasang vertikal disisi pintu atau horizontal
diatas pintu lift.

g. Tombol Panggilan Lift


Disetiap lantai harus disediakan tombol panggilan semua lift
sebagaimana uraian dibawah ini. Tombol adalah jenis "Touch button"
dan setiap lantai harus terdiri dari 2 tombol disetiap lantai, kecuali
untuk lantai teratas dan terbawah hanya disediakan satu tombol.
Lampu dibalik tombol harus menyala apabila tombol ditekan, sebagai
indikator bahwa panggilan telah terdaftar, lampu tersebut harus mati
apabila yang dipanggil telah datang. Tombol ini harus diletakkan
didalam kotak besi dengan panel depan terbuat dari stainless steel
yang mempunyai satin finish dan terpasang pada muka dinding.

8. Pekerjaan Listrik Elevator


a. Sebagaimana telah dijelaskan diatas, kontraktor listrik akan
menyediakan sumber daya listrik di ruang mesin lift penumpang dan
ruang mesin lift Service.
b. Kontraktor listrik menyediakan pemasangan panel dan kabel listrik
dari panel utama sampai ruang mesin lift penumpang dan lift Service.
c. Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang semua pekerjaan
listrik yang diperlukan untuk bekerjanya semua lift dengan sempurna,
diantaranya :
1) Panel kontrol untuk semua lift
2) Penerangan dan ventilasi semua kabel lift
3) Pengabelan semua mesin lift mulai dari panel tenaga lift dan panel
kontrol lift sampai tenaga lift dan panel kontrol lift sampai dengan
mesin lift.
4) Pengabelan kontrol mesin.
d. Lampu penerangan, ventilasi dan sumber tenaga di kabin lift
1) Setiap kabin lift harus dilengkapi dengan satu buah stop kontak
16 amper dan diletakkan di atas atap dari kabin lift.
2) Untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan kabel instalasi
harus menggunakan jenis kabel yang berisolasi PVC dengan
pelindung konduit dan konduit fleksible.
e. Instalasi ke Mesin – mesin Lift

163
1) Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang semua kabel
instalasi dari panel distribusi lift menuju ke panel starter, solid
state direct drive, alat kontrol dan lain-lain, yang diperlukan
untuk operasi dan mesin-mesin lift secara lengkap dan sempurna.
2) Kabel yang digunakan harus berisolasi PVC untuk kelas
bertegangan 660/1000 Volt dan dipasang dalam konduit baja
berlapis galvanized atau trunking dari pelat baja dengan tebal 2
mm.
3) Konduit yang terpasang terlihat mata (exposed) harus dipasang
secara rapih dan diletakkan secara kuat ke dinding dan benar-
benar rapih diletakkan secara kuat ke dinding dan benar-benar
diperhatikan agar pemasangan tidak mengganggu lalu lintas akan
ditolak dan tidak disetujui.
4) Semua konduit dan trunking harus dipasang pada tempatnya
dengan dudukan, skrup dan klem, sebelum kabel terpasang
didalamnya.
f. Instalasi Konstruksi Lift
1) Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang semua
peralatan dan instalasi sistem kontruksi dari lift agar semua
sistem konstruski dari lift dapat bekerja dengan sempurna.
2) Ukuran kabel kontrol disesuaikan dengan kebutuhannya, adalah
dari jenis berisolasi PVC yang dipasang dalam konduit baja
berlapis dengan lapisan galvanized. Semua kabel kontrol harus
diberi tanda nomor untuk memudahkan perbaikan.
3) Kabel kontrol dipasang menjadi satu di dalam konduit atau
trunking bersama- sama kabel tenaga.
4) Kabel lemas yang mudah dibengkokkan harus sesuai dengan
rekomendasidari pabrik dan sedemikian sehingga tidak
mengalami tegangan yang berlebihan pada kabel itu sendiri
ataupun pada terminalnya.
5) Kabel tidak boleh melekuk atau lecet, dan harus dipasang
langsung dari ruang mesin sampai kebagian bawah dalam kabin
lift tanpa ada sambungan.
g. Pentanahan
Semua metal yang pada saaat normal tidak dialiri arus listrik harus
dihubung- tanahkan, sesuai dengan persyaratan PLN dan
dilaksanakan menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik.
h. Lampu Darurat
1) Paling sedikit dua buah lampu darurat harus dipasang di dalam
kabin lift, di mana lampu tersebut harus dapat mendapat sumber
daya dari baterai di ruang mesin lift.
2) Lampu darurat harus menyala secara otomatis apabila sumber
daya utama dari PLN mati.
3) Kontraktor mesin lift harus menyediakan dan memasang nickel
cadmium baterai dan peralatan otomatis pengisi bateria dari PLN.
i. Peralatan Pengaman
1) Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang semua
perlengkapan pengaman listrik di setiap lift dan dipasang

164
sedemikian, sehingga apabila bekerja akan memutuskan arus dari
sumber daya dan memberhentikan lift dari suatu posisi.
2) Setiap lift harus dilengkapi dengan peralatan pengaman terhadap
hubungan satu phase terbalik dan satu phase hilang.
j. Sistem Kerja Pada Saat Darurat
1) Apabila sumber daya listrik dari PLN mati seketika maka lift
tersebut secara otomatis akan bekerja dan bergerak menuju ke
lantai terdekat untuk mengeluarkan penumpang dengan
menggunakan automatic landing device
(ARD/MELD/TOSLENDER).
2) Setelah lift selesai mengeluarkan penumpangnya, maka lift akan
tetap berhenti pada lantai terdekat tersebut dan mematikan
mesin serta lampu kabin dan membiarkan pintu terbuka.
3) Dan apabila sumber listrik dari PLN telah hidup kembali, maka
sistem harus dapat kembali keadaan normal secara otomatis.

k. Kehalusan Kerja
1) Kontraktor lift harus memasang semua perlengkapan sebaik
mungkin sehingga benar-benar didapatkan semua sistem
instalasi bekerja secara halus dan tanpa menimbulkan suara-
suara yang tidak normal.
2) Apabila terjadi adanya suara-suara yang tidak layak yang timbul
di suatu bagian, maka bagian tersebut tidak dapat disetujui untuk
dipasang.
l. Peralatan Kontrol Mesin Lift
Setiap mesin lift harus dilengkapi dengan panel kontrol, relay dan
starter, di mana didalamnya akan dipasang antara lain :
1) Pengatur utama (Main Controller)
2) Pemilih (selector) premimative switch primer, position
transducer
3) Contactor dan relay diganti dengan microprosesor yang dipasang
disetiap kereta (car) lift dan dipadukan pada controller dengan
panel control
4) Peralatan electronic
5) Tahanan (resistor)
6) Kondensor, penyearah (condensor, rectifier)
7) Peralatan pengaman listrik
8) Starter, saklar, sekering
9) Trafo (transfomer) dan lain-lain.
10) Panel harus dari jenis tertutup rapat, tahan terhadap debu dan
dibentuk dari lembaran besi dengan ketebalan tidak kurang dari
2 mm.
11) Panel ini setelah dibuat harus dilapisi dengan cat dasar anti karat
sebanyak satu kali dan paling sedikit dua lapisan cat akhir.
m. Pengatur (Controller)
1) Semua pengatur harus direncanakan sedemikian sehingga
mencegah adanya kerusakan pada mesin dan perlengkapannya
dari beban berlebih.

165
2) Pengatur ini harus dilengkapi dengan semua kelengkapan yang
diperlukan untuk mendapatkan hasil kerja lift yang sempurna dan
efisien.
3) Semua pengatur kecepatan (speed controller) harus disediakan
untuk mendapatkan percepatan dan perlambatan yang halus,
pada kedua arah.
4) Peralatan ini harus dapat distel dan dapat di set pada suatu posisi
yang diinginkan.
5) Dengan alat kontrol yang dapat mengetahui jumlah penumpang
dalam kereta (car) penuh, maka lift dapat langsung ke arah
panggilan dari pada tiap-tiap lantai.
n. Pemilih (Selector)
1) Penentuan level suatu lantai harus dilakukan dengan
menggunakan "flood controller" yang terletak di ruang mesin lift,
dan diatur sedemikian sehingga hubungan antara selestor dan
kabin lift di shaft benar-benar dijaga tidak meleset untuk semua
kondisi beban yang ada di kabin lift dan kemungkinan adanya slip
serta adanya pemuluran tali baja (rope) penggantung lift.
Perlengkapan pemilih ini harus direncanakan sehingga
pendaftaran panggilan terakhir tidak mengganggu operasi dari
lift yang sedang berjalan.
2) Penyetelan harus dimungkinkan pada selector ini untuk
mengkonpensir keausan pada bagian-bagian yang bergerak,
apabila mempunyai pengaruh pada ketelitian serta ketepatan
kerja dari selector.
3) Selector harus mendeteksi dan mendaftar posisi kabin lift, semua
panggilan dan permintaan arah dari gerak lift dan memberikan
signal bila lift akan berhenti pada suatu lantai.
o. Tahanan (Resistor)
Tahanan harus dari jenis metalic, mempunyai ventilasi yang cukup,
dapat dicapai dengan mudah dan tanpa menimbulkan panas yang
berlebihan pada kondisi normal.
p. Starter, saklar, dan sekering
Setiap mesin harus dilengkapi dengan peralatan starter untuk
mengurangi arus pemberangkatan (starting current). Starter dapat
jenis "Star Delta", "Auto- transformer" atau sejenisnya yang disetuji
pabrik pembuatnya.
q. Levelling
1) Semua perlengkapan untuk maksud levelling harus disediakan
dan dipasang dengan benar, sesuai dengan kebutuhan lift.
2) Perlengkapan ini harus membawa kabin lift ke suatu level lantai
dengan halus dan dengan ketepatan kurang lebih 5 mm di tiap
lantai.
3) Penyetelan levelling harus memungkinkan sampai diperoleh
ketepatan yang diminta.
4) Ketepatan levelling harus tidak berubah karena perbedaan arah
gerak dan perbedaan penumpang di lift.
r. Pengatur Kecepatan (Speed Controlling)

166
1) Suatu sistem pengatur kecepatan (speed control) harus
disediakan dan dipasang disetiap lift.
2) Sistem ini harus terdiri dari peralatan elektronik dan electro
accelerator, landing transducer, dan lain-lain, sehingga menjamin
bekerja lift dengan baik.
3) Pengatur kecepatan harus memberikan hal-hal berikut :
a) Lift harus bekerja dengan percepatan, perlambatan dan
berhentidengan halus dan tanpa kejutan.
b) Penyetelan kecepatan gerak dari lift harus dilakukan
secara otomatis, pada kondisi beban yang ada, sehingga
memberikan kenikmatan pada penumpang didalamnya
dan menggunakan waktu kerja seminimal mungkin.
c) Rem mekanis tidak boleh digunakan untuk
memberhentikan lift pada suatu lantai dan hanya
digunakan untuk memegang lift, setelah lift benar-benar
berhenti dengan halus pada suatu lantai. Ketepatan
pemberhentian di semua lantai harus dalam batas kurang
lebih 5 mm pada semua kondisi beban dan kecpatan.
d) Semua peralatan yang dipasang harus memungkinkan
pemeliharaan dan penyetelan, untuk menjaga karakteristik
dari program yang telah ditetapkan dan memberikan
effesiensi yang tinggi.
s. Sistem Kerja Tanpa Operator
1) Lift bekerja dengan sistem tanpa operator, maka lift akan
beroperasi seperti terurai pada penjelasan yang terdahulu di atas.
Penumpang, setelah memasuki kabin lift akan menekan tombol
yang ada di panel di dalam kabin, sesuai dengan lantai yang dituju.
2) Pintu akan menutup secara otomatis, setelah melampaui selang
waktu yang ditentukan dan lift akan segera bergerak.
3) Penekanan tombol "BUKA PINTU" pada saat pintu sedang
menutup akan menyebabkan pintu kembali pada posisi
membuka.
4) Kecuali apabila tombol "BUKA PINTU" tersebut ditekan terlalu
lama dan melampaui selang waktu yang telah ditetapkan, maka
pintu akan tetap menutup.
t. Saklar Pemeliharaan
1) Suatu saklar harus disediakan masing-masing 1 (satu) buah di
atas atap kabin lift dan dalam panel operasi yang terkunci.
2) Untuk kegunaan disaat pemeliharaan dan pemeriksaan.
3) Masing-masing saklar tersebut harus memungkinkan lift bekerja
sebagai berikut :
4) Semua panggilan dan permintaan dibatalkan
5) Lift tidak melayani panggilan dari lantai dan permintaan dari
dalam kabin
6) Lift akan beroperasi dengan komando dari panel yang ada di
dalam dan di atas lift, dan akan bergerak naik serta turun tangan
dengan kecepatan rendah.
u. Pencegah Beban Lebih

167
1) Semua lift (lift penumpang dan lift Service) harus dilengkapi
dengan peralatan yang mencegah adanya beban muatan lebih
2) Apabila terdapat beban muatan lebih, maka pintu lift akan tetap
terbuka, bel di dalam kabin berbunyi dan indikator bertuliskan
"BEBAN LEBIH" akan menyala
3) Lift akan beroperasi secara normal, apabila beban lebih tersebut
dikurangi, yaitu dengan mengurangi penumpang.
4) Peralatan pengukur berat badan
5) Lift penumpang dan lift Service harus dilengkapi peralatan
pengukur berat badan
6) Apabila berat muatan telah melampaui 90% maka lift akan
bergerak dengan mem - "BY-PASS" lantai yang dilampaui.
7) By-pass ini akan dibatalkan apabila muatan telah berkurang.
v. Peralatan Pencatat Data
Sistem ini akan mempelajari atau mengevaluasi sendiri semua
kegiatan atau hambatan pada trafic dalam group operation yang
nantinya dapat digunakan sebagai penentuan program kontrol yang
optimal.

w. Peralatan Anti Nuisance


Peralatan ini akan bekerja menghapus semua "Car Call" bilamana
deteksi beban di dalam car tidak terpenuhi, sehingga tiap penumpang
harus mengulangi pemijitan tombol.
x. Pemograman Sistem Operasi
Sistem operasi elevator baik sewaktu-waktu yang bekerja sebagai
individual maupun group harus dapat dirubah atau diprogram sesuai
dengan permintaan bila dikehendaki dan dapat dilakukan secara inter
aktif setempat (man machine function).

3.34.18. Testing dan Comissioning


Semua pekerjaan yang membutuhkan test commissioning wajib
dilaksanakan oleh penyedia dengan biaya yang sudah diperhitungkan pada
masing-masing pekerjaan (sebagaimana dinyatakan dalam daftar kuantitas
dan harga) dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Prosedur Pengujian
a. Kontraktor harus mengajukan rencana dan prosedur pengujian
b. Metode pengetesan dan pengujian harus mengikuti standar teknis
yang berlaku
c. Sebelum Testing & Comissioning dilaksanakan, Kontraktor wajib
mengajukan terlebih dahulu Program (Jadwal) Testing &
Comissioning.
2. Kontraktor harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan
dilakukan Pencatatan
a. Kontraktor harus melakukan pencatatan yang baik terhadap
pengetesan dan pengujian. Kontraktor harus menyerahkan hasil
pengetesan dan pengujian kepada Konsultan Pengawas.
b. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang
dianggap perlu dan / atau yang dimintai oleh pihak Pemilik /
Pengawas untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat

168
berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang
diminta.
3. Saksi dan Tenaga Ahli
a. Semua pengetesan dan pengujian yang dilakukan oleh kontraktor
harus disaksikan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
b. Jika diperlukan Testing & Comissioning harus dilakukan oleh Tenaga
Ahli yang ditunjuk oleh Pabrikan perangkat tersebut atau oleh tenaga
ahli yang pernah mendapat pendidikan dan sertifikat khusus untuk
maksud tersebut maka pihak Pemilik / Pengawas berhak
menyerahkan perihal tersebut merupakan tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
4. Peralatan, material dan Alat pengujian
a. Kontraktor harus menyediakan semua alat ukur yang diperlukan
untuk pengetesan dan pengujian. Alat-alat tersebut harus sudah
dikalibrasi oleh institusi yang berwenang.
b. Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami
kerusakan / cacat / salah harus diganti / diperbaiki dan testing
comissioning diulangi untuk operasi sesungguhnya secara tepat dari
seluruh sistem.
c. Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk
mengadakan Testing dan Commissioning tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
d. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang
sempurna yang diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus
segera diganti dengan yang baru / disempurnakan sampai dapat
berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada.
5. Biaya
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua biaya dan fasilitas
yang diperlukan untuk pengetesan dan pengujian.
6. Pengujian Ulang
Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, kontraktor harus
memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan kekurangan-kekurangan
yang ada, kemudian melakukan pengujian berhasil dengan baik.
7. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test
Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil dengan
baik dan dapat diterima oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
8. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
berfungsi baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana,
maka Kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan
standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan /
Spesifikasi Peralatan.

3.35. Pekerjaan Waterproofing


3.35.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan waterproofing meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan / material,
peralatan / alat-alat bantu, termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini. Area yang di waterproofing adalah yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan sesuai arahan Konsultan Pengawas.

169
3.35.2. Spesifikasi Bahan / Material
1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap
dan jaminan dari pabrik, kecuali bahan yang disediakan oleh proyek.
2. Tipe waterproofing atau bahan waterproofing adalah waterproofing Ex.
Masterguard,
3. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebanyak minimal 2 (dua) produk yang setara dari
berbagai merek pembuatan atau kecuali ditentukan lain oleh Tim Teknis
/ Konsultan Pengawas.
4. Keputusan bahan jenis, warna, texture dan merek yang memenuhi
spesifikasi akan diputuskan oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan
akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh)
hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut
5. Atas sepengetahuan Tim Teknis / Konsultan Pengawas dengan
dilengkapi bukti tertulis bahwa Kontraktor harus memberikan jaminan
/ garansi atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor,
pecah dan cacat lainnya, termasuk pengganti dan memperbaiki segala
jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari
pihak pabrik untuk mutu material serta jaminan dari pihak pemasang
(applicator) untuk mutu pemasangan.

3.35.3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 (dua) hari,
Kontraktor harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan waterproofing
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas.
2. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar Gambar, Spesifikasi Teknis
dan lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
3. Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan
dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan
manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung
misalnya: masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai
pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga
Ahli / Supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh
Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
5. Permukaan bidang yang akan di waterproofing harus bersih dari
material lain dan sisa-sisa adukan yang dapat merusak daya rekatnya.
6. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor
baik pada waktu pekerjaan ini dilaksanakan maupun pada saat
pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus memperbaiki /
mengganti bagian yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat
diterima oleh Direksi. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini
adalah tanggung jawab kontraktor.

170
7. Pelaksanaan Pekerjaan Waterproofing harus dilaksanakan dengan
oleh Aplikator dan harus menyertakan Surat Garansi 10 tahun.

3.35.4. Pelaksanaan Pekerjaan Waterproofing


1. Membuat pinggulan pada bagian pertemuan lantai dengan dinding serta
di plester / aci bagian dinding yang naik ± 20 cm.
2. Menutupi bagian yang berlubang dan membuat langsam pada bagian
yang tidak sama tinggi dan lokasi lantai disarankan di trowel agar rata.
3. Apabila dinyatakan belum siap, pekerjaan belum dapat dilakukan
mengingat perapihan dan pinggulan tersebut sangat penting. Kalau
kondisi belum siap dan dipaksakan akan mengakibatkan kebocoran
pada lokasi tersebut.
4. Lakukan pembersihan lokasi sampai bersih dari kotoran.
5. Dilakukan pemasangan waterproofing dengan system coating dengan
alat kuas pada lapisan I.
6. Setelah kering dilakukan coating lagi untuk lapisan II.
7. Setelah kering dilakukan test rendam minimal 1 x 24 jam.
8. Setelah test segera di proteksi dengan menggunakan screed.

3.36. Pekerjaan Genset


3.36.1. Lingkup Pekerjaan
1. Lingkup pekerjaan ini akan meliputi pengadaan, pemasangan, pengujian,
garansi, sertifikasi, service, pemeliharaan, penyediaan gambar terinstalasi
(As-built Drawing), petunjuk operasi dan pemeliharaan serta latihan
petugas instalasi ini dari pihak Pemilik bangunan.
2. Pengadaan, Pemasangan dan Pengujian Perlengkapan Diesel Genset
seperti Silencer, Pipa gas buang, Flexible pipe, Flange, Isolasi pipa
(jacketing), Cerobong udara buang dari radiator, Sound attenuator pada
bagian intake dan exhaust radiator, Battery dan Battery charger untuk
starting dan lain-lain yang harus disediakan untuk berfungsinya System
Genset seperti maksud tersebut di atas.
3. Pengadaan, Pemasangan dan Pengujian tanki harian dan tangki mingguan
bahan bakar, Pompa bahan bakar dan Pemipaannya.
4. Pengadaan dan Pemasangan kabel feeder dari Genset ke PKG lengkap
dengan kabel ladder/tray termasuk terminasi.
5. Pengadaan dan pemasangan sistem exhaust radiator.
6. Pekerjaan sipil (bobokan dan perapihan kembali, dll).
7. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel daya dan kontrol dari unit
Genset ke PKG.
8. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pembumian unit Genset.
9. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peredam getaran (vibration
mounting) unit Genset sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat Genset
dan vibration tersebut
10. Melakukan testing dan commissioning instalasi tersebut.
11. Mengadakan pelatihan operator.
12. Membuat As-built Drawing.
13. Membuat buku petunjuk operasi dan pemeliharaan serta trouble shooting.
14. Menyerahkan Tools Kit.

171
15. Menyediakan kontrol terminal untuk sensor PLN ke PKG.
16. Melaksanakan terminasi kabel feeder dari Genset ke PKG.
17. Koordinasi dengan Kontraktor lain maupun Instalasi terkait untuk
menjamin bahwa instalasi tersebut sudah lengkap, benar dan memenuhi
persyaratan.
18. Handling Genset di atas pondasi
19. Setting dan aligment kedudukan Genset, termasuk anchor.
20. Setting dan aligment peredam getaran (Anti Vibration Mounting).
21. Pekerjaan sipil dan finishing yang diperlukan dan perapihan kembali yang
diakibatkan oleh instalasi ini.
22. Mengurus perijinan ke Instansi Depnaker dan Ditjen Pertambangan &
Energi sehubungan dengan pekerjaan ini (biaya perijinan dan
pengurusannya termasuk lingkup Kontraktor).
23. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua
persyaratan yang diminta didalam spesifikasi ini, termasuk gambar-
gambar, perincian penawaran (Bills of Quantity), standard dan peraturan
yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan setempat dan
perintah dari Konsultan Pengawas selama masa pelaksanaan pekerjaan.
24. Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-hal di atas tidak akan diterima. Bila
ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material
yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, merupakan
kewajiban kontraktor untuk penggantinya tanpa ada penggantian biaya.

3.36.2. Spesifikasi Bahan / Material


1. 1 (satu) Unit Diesel Generating Set kapasitas 150 kVA (tipe SILENT),
Prime Power dengan merk Deutz, Catterpillar yang ditempatkan pada
Bangunan Ruang Panel sebagai sumber daya cadangan bila PLN padam.
2. Genset yang dipasang harus dilengkapi dengan Surat Keterangan
Produksi (COO) antara tahun 2020 s/d tahun 2021.
3. Mesin Diesel Generator yang digunakan harus mampu menghasilkan
suatu daya listrik dengan kapasitas tidak kurang seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana untuk tipe pemakaian secara terus-
menerus pada kondisi kerja setempat, dimana temperatur keliling tidak
melebihi 45°C dan rata-rata temperature keliling adalah 40°C, sesuai
standard DIN 6270 A.
4. Mesin Diesel Generator harus dilengkapi dengan suatu dudukan yang
terbuat dari bahan baja, dimana antara mesin dengan dudukan dan antar
dudukan dengan pondasi mesin yang akan disediakan oleh Kontraktor,
harus disediakan bahan peredam getaran tipe gabungan pegas dan karet
peredam getaran.
5. Kontraktor harus menghitung kembali system peredam suara, ventilasi
ruangan, saluran udara buang dan saluran asap sehubungan dengan
spesifikasi mesin Diesel Generator set yang diusulkan.
6. Kontraktor harus menghitung kembali system saluran udara buang dan
saluran asap sehingga tidak akan mengurangi kapasitas mesin untuk
membangkitkan daya sesuai yang diminta.
7. Perhitungan system peredam suara, ventilasi ruangan, saluran udara
buang dan saluran asap harus dilampirkan pada surat penawaran, serta

172
harus dilengkapi dengan brosur/manual asli dari pabrik sebagai dasar
perhitungan.
8. Mesin Diesel Generator yang digunakan harus merupakan peralatan
yang selalu siap digunakan pada setiap saat, untuk itu mesin ini harus
mempunyai perlengkapan berupa pompa sirkulasi minyak pelumas
otomatis dan manual, peredam suara pada saluran gas buang (max 65
dB 5 dB), alat pengisi muatan battery dengan catu daya yang berasal dari
Generator dan yang berasal dari PLN.
9. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur
putaran mesin secara otomatis sehingga mesin akan selalu bekerja pada
putaran nominalnya pada kondisi beban antara beban nol dan beban
penuh dengan toleransi tidak lebih dari 2 %.
10. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan filter bahan bakar dan filter udara
pembakaran.
11. Generator yang digunakan harus mampu membangkitkan tegangan
tanpa bantuan sumber daya lain, dimana rangkaian medan magnitnya
mendapatkan catu daya dari terminal Generator melalui suatu rangkaian
elektronik dengan tidak mempergunakan sikat komutator.

3.37. Pekerjaan Penangkal Petir.


3.37.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Penangkal petir merupakan pekerjaan penangkal petir yang
berfungsi untuk menyediakan jalan resistansi rendah ke tanah yang sesuai pada
gambar .

3.37.2. Penangkal Petir Aktif


Air Terminal Penangkal Petir adalah alat penerima sambaran petir yang
berbasis kerja ESE Early Streamer Emission Lightning Conductor Dengan sistim
kerja mengumpulkan energi awan disaat ada awan energi melintas di area
perlindungan, kemudian menjemput kilatan petir dengan mengeluarkan lidah
api penuntun keudara (streamer), menangkap dan menyalurkan ke bumi.
Meskipun seluruh terminal unit penangkal petir jenis elektrostatis berbasis
kerja sama yaitu ESE (Early Streamer Emission Lightning Conductor), akan tetapi
penangkal petir tersebut di rancang khusus untuk digunakan didaerah yang
beriklim tropis seperti di Indonesia.
Proteksi eksternal adalah instalasi dan alat-alat di luar suatu struktur
bangunan untuk menangkap dan menghantarkan arus petir ke sistem
pembumian (grounding). Dengan kata lain, proteksi eksternal berfungsi sebagai
ujung tombak penangkap muatan listrik dan arus petir di areal yang telah
dipasang sistem proteksi petir. Terminal Udara (Air Termination) adalah bagian
sistem proteksi petir eksternal yang di khususkan untuk menangkap sambaran
petir, berupa elektroda logam yang dipasang secara tegak maupun mendatar.
Penangkap petir di tempatkan sedemikian rupa sehingga mampu menangkap
semua sambaran petir tanpa mengenai bagian struktur yang dilindungi.
Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang
digunakan untuk pembuatan grounding juga
harus diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih lagi jika
didaerah dengan dengan laut

173
3.37.3. Material
1). Penangkal petir radius Proteksi 60 m
2). Pipa galvanize 1' X 3000 mm
3). lampu indikator penangkal petir
4). kabel Coaxcial 2 X 35 mm2
5). Kabel NYY 3 x 6 sqmm
6). Pipa Pralon PVC tipe AW Ø 1/2"
7). Bak Kontrol pentanahan dan grounding System

Penangkal petir menggunakan teknologi Early Streamer Emission Lightning


Conduktor. Penangkal petir tersebut merupakan penangkal petir lokal khusus
untuk daerah tropis yang paling berkualitas, terbukti dengan populasinya yang
menyebar di seluruh Indonesia.

3.37.4. Kerja penangkal Petir EX- ORION


System penangkal ini aktif bekerja, sifatnya menarik petir untuk menyambar
pada bagian kepala terminal petir EX- ORION dengan cara memancarkan ion -
ion ke udara. Kerapatan ion makin besar bila jarak ke kepalanya semakin dekat.
Pemancaran ion dapat menggunakan generator listrik atau batere . Area
perlindungan system ini berupa bola dengan radius mencapai 100 meter dan
radius ini akan mengecil sejalan dengan bertambahnya waktu.

3.38. Pekerjaan Landscape


3.38.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan landscape meliputi semua pekerjaan landscape yang ada di dalam
BOQ mulai dari pekerjaan landscape tangga, pekerjaan landscape ramp,
pekerjaan landscape shelter, pekerjaan landscape sisi Timur, Selatan dan
Barat, dan pekerjaan Pagar Keliling, serta penyediaan tenaga kerja, bahan /
material, peralatan / alat-alat bantu, termasuk pengangkutan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Area yang termasuk dalam wilayah
pekerjaan landscape adalah yang tercantum dalam Gambar Kerja dan sesuai
arahan Konsultan Pengawas.

1. Pekerjaan Ramp
Pekerjaan Landscape Ramp meliputi pekerjaan:
a. Pekerjaan homogenius tile unpolish (sudah dijelaskan pada sub bab
Pekerjaan Lantai pada RKS ini).
b. Pekerjaan Handrailing (sudah dijelaskan pada sub bab Pekerjaan Besi
Non Struktur pada RKS ini)

174
c. Pekerjaan Coating (sudah dijelaskan pada sub bab Pekerjaan Cat pada
RKS ini)

2. Pekerjaan Pagar Keliling


a. pekerjaan galian tanah pagar (sudah dijelaskan pada sub bab
Pekerjaan Tanah dan Pasir pada RKS ini).
b. pekerjaan urug tanah kembali pagar (sudah dijelaskan pada sub bab
Pekerjaan Tanah dan Pasir pada RKS ini)
c. pekerjaan urug pasir pagar (sudah dijelaskan pada sub bab Pekerjaan
Tanah dan Pasir pada RKS ini)
d. pekerjaan pasangan batu 1:8 pondasi pagar (sudah dijelaskan pada
sub bab Pekerjaan Pasangan Batu Belah pada RKS ini)
e. pekerjaan sloof praktis (sudah dijelaskan pada sub bab Pekerjaan
Beton Bertulang pada RKS ini)
f. pekerjaan kolom praktis (sudah dijelaskan pada sub bab Pekerjaan
Beton Bertulang pada RKS ini)
g. pekerjaan ring balok praktis (sudah dijelaskan pada sub bab
Pekerjaan Beton Bertulang pada RKS ini)
h. pekerjaan batu bata pagar (sudah dijelaskan pada sub bab Pekerjaan
Bata Ringan pada RKS ini)
i. pekerjaan panel beton pra cetak, setara asiacon, ukuran lebar 40cm ,
panjang 240 cm, tebal 50 mm,ngan kolom panel beton pra cetak
dengan dimensi tinggi 375 cm, lebar 27cm x 27 cm
j. pekerjaan plesteran dan acian pagar (sudah dijelaskan pada sub bab
Pekerjaan Plesteran dan Acian pada RKS ini)
k. pekerjaan pengecatan tembok pagar (sudah dijelaskan pada sub bab
Pekerjaan Cat pada RKS ini)
d. ramp pagar besi sesuai gambar rencana, (sudah dijelaskan pada sub
bab Pekerjaan Besi Non Struktur pada RKS ini)
e. Pintu pagar besi sesuai gambar rencana (sudah dijelaskan pada sub
bab Pekerjaan Besi Non Struktur pada RKS ini)
l.

3.38.2. Spesifikasi Bahan / Material


1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap
dan jaminan dari pabrik, kecuali bahan yang disediakan oleh proyek
untuk semua pekerjaan – pekerjaan landscape.
2. Semua material yang ada dalam pekerjaan Landscape ini dijelaskan pada
sub bab Material.
3. Sebagian besar material dan bahan yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan landscape sudah diterangkan dan dijelaskan pada sub bab
sebelumnya.
4. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebanyak minimal 2 (dua) produk yang setara dari
berbagai merek pembuatan atau kecuali ditentukan lain oleh Tim Teknis
/ Konsultan Pengawas.
5. Keputusan bahan jenis, warna, texture dan merek yang memenuhi
spesifikasi akan diputuskan oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan

175
akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh)
hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut
6. Atas sepengetahuan Tim Teknis / Konsultan Pengawas dengan dilengkapi
bukti tertulis bahwa Kontraktor harus memberikan jaminan / garansi
atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan
cacat lainnya, termasuk pengganti dan memperbaiki segala jenis
kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak
pabrik untuk mutu material serta jaminan dari pihak pemasang
(applicator) untuk mutu pemasangan.

3.38.3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 (dua) hari,
Kontraktor harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan waterproofing
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas.
2. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar Gambar, Spesifikasi Teknis
dan lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
3. Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan
dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan
manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung
misalnya: masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada
waktu pelaksanaan pekerjaan.
4. Permukaan bidang yang akan dilaksanakan pekerjaan landscape harus
bersih dari material lain dan sisa-sisa adukan.
5. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor
baik pada waktu pekerjaan ini dilaksanakan maupun pada saat pekerjaan
telah selesai, maka kontraktor harus memperbaiki / mengganti bagian
yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi. Biaya
yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab
kontraktor.
6. Pohon / tanaman yang akan ditanam di lokasi pekerjaan harus tetap
hidup dan yang tidak cepat mati.
7. Grass block yang dikirim ke lapangan harus diterima dalam keadaan utuh
tanpa adanya cacat yang akan mempengaruhi hasil akhir pemasangan.

3.38.4. Pelaksanaan Pekerjaan Landscape


1. Pekerjaan Pengadaan dan Penanaman Pohon / Tanaman (Pucuk Merah,
Rumput Peking, pohon Solobium, Pohon tabebuya kuning, Pohon
trembesi, Pohon Ketapang kencana)
a. Pekerjaan penanaman pohon / tanaman termasuk di dalamnya
pohon pucuk merah, pohon Solobium, Pohon tabebuya kuning, Pohon
trembesi, Pohon Ketapang kencana urugan tanah subur sebagai
media tanam, dan pupuk agar pohon dan tanaman tidak lekas mati.
b. Penanaman pohon / tanaman dilaksanakan pada lokasi – lokasi
sesuai gambar atau menurut petunjuk dari Direksi Lapangan /
Konsultan Pengawas.

176
c. Sebelum pohon / tanaman ditanam pada lokasi yang telah ditentukan
dilapisi dulu dengan tanah subur.
d. Setelah pohon atau tanaman ditanam di lokasi yang telah ditetapkan
yang sudah dilapisi tanah subur maka harus diberi pupuk supaya
pohon / tanaman tersebut tidak lekas mati.
e. Tanaman / pohon yang telah ditanam diberi bambu penopang agar
tidak cepat rubuh dan mampu tumbuh dengan baik.
f. Khusus untuk penanaman pohon / tanaman Sente Hijau ditanam di
Pot Teraso setinggi 1 m yang disediakan oleh Kontraktor / Penyedia
Jasa dengan jumlah sesuai di BOQ dan dipasang sesuai petunjuk
Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.

2. Pekerjaan Pemasangan Grass Block


a. Grass Block dipasang dengan lebar sambungan minimum 1 mm dan
maksimum 4 mm, hati-hati jangan menggangu leveling base, jika
grass block mempunyai spacer bars.
b. pasang grass block dengan yang kencang terhadap spacers bars
c. Gunakan benang untuk menjaga garis tetap lurus.
d. Isi gap antara unit yang melebihi 4 mm dengan potongan unit yang
dipotong agar serasi dengan unit grass block yang utuh.
e. Getarkan dan padatkan grass block sampai dengan level yang
diinginkan dengan compactor machine (stamper) dengan plat
permukaan 0,35 - 0,5 m2 dan mempunyai gaya sentrifugal sebesar 16
sampai 20 kN dengan frekuensi getaran 75 sampai 100 Hz.
f. Minimal 2 kali lintasan difungsikan untuk pemadatan pasir atas
dengan penurunan sekitar 5 - 25 mm dan getarkan dan padatkan lagi
bersamaan dengan pengisian dan dengan pasir minimal 2 kali
lintasan. Getarkan dengan kondisi-kondisi berikut:
1) Urugan pasir = 5 cm
2) Setelah grass block pinggir terpasang dan permukaan telah
selesai dan sebelum permukaan terkena hujan.
3) Sebelum mengakhiri pekerjaan setiap kali, padatkan sepenuhnya
grass block yang terpasang yang berjarak lebih dari 1 m dari akhir
pasangan. Tutup lapisan yang terbuka dengan lembaran plastik
yang bersih, lebihkan penutup 1,2 m pada setiap sisi dari
pasangan untuk pelindung terhadap hujan.
g. Sebarkan pasir secepatnya setelah menggetarkan grass block sampai
dengan level yang dikehendaki. Sapu dan getarkan pasir sampai
sambungan – sambungan betul – betul terisi setiap penuh, kemudian
bersihkan pasir yang tersisa.
h. Ulangi proses pengisian sambungan 30 hari kemudian.
i. Tempatkan unit grass block secara hati-hati dengan tangan mengikuti
acuan yang lurus untuk menjaga ketepatan dan keseragaman
permukaan atas dengan akurat. Lindungi unit grass block yang baru
dipasang dengan plywood sebagai tempat berdiri para pekerja.
Majukan panel pelindung seiring kemajuan pekerjaan tetapi lindungi
daerah tersebut sesuai dengan perpindahan selanjutnya diikuti
dengan perpindahan bahan – bahan dan peralatan untuk
menghindari cakukan atau mengganggu keserasian unit grass block.

177
Jika diperlukan tambahan ketinggian pada grass block yang kurang
tinggi sebelum pekerjaan pengisian sambungan.
j. Untuk Joint Treatment : Pasang unit grass block penyambungan
dengan tangan secara kencang isi dengan campuran kering dari 1
bagian semen Portland dan 3 bagian pasir dengan cara manyapu
campuran tersebut diatas permukaan paving sampai sambungan –
sambungan tidak terlihat tanda-tanda penggantian.
k. Singkirkan dan ganti unit grass block yang longgar, retak, patah,
bemoda atau kerusakan lain atau unit tidak serasi dengan unit
sebelahnya seperti yang dikehendaki. Sediakan unit-unit baru untuk
mencocokan unit yang bersebelahan dan pasang dengan cara yang
sama seperti unit semula, dengan melakukan pengisian sambungan
yang sama agar tidak kelihatan tanda-tanda penggantian.
l. Sediakan perlindungan akhir dan jagalah keadaan tersebut dengan
suatu cara yang menjamin pekerjaan unit grass block tidak rusak atau
menjadi jelek pada saat Serah Terima Pekerjaan.

3. Lakukan pembersihan lokasi sampai bersih dari kotoran.


4. Dilakukan pemasangan waterproofing dengan system coating dengan
alat kuas pada lapisan I.
5. Setelah kering dilakukan coating lagi untuk lapisan II.
6. Setelah kering dilakukan test rendam minimal 1 x 24 jam.
7. Setelah test segera di proteksi dengan menggunakan screed.

3.39. Material
3.39.1 Lingkup Kerja
Penyediaan Material bangunan yang sesuai dengan spesifikasi teknis.

3.39.2 Material
a. Semen
1). Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis
semen yang ditentukan dalam Semen Portland SNI 2049 : 2015, Semen
Portland Composit SNI7064 : 2014, dan Semen Portland Pozolan SNI
0302 : 2014, dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam standar tersebut dan menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001 : 2005.
2). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) Dynamix,
Tiga Roda, Gresik.
3). Harus dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
4). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
5). Jika semen yang dikirim adalah dalam kantong semen, maka selama
pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan.
6). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
7). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.

178
8). Semen harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang baik, tidak
lembab dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga tidak
menyentuh lantai dan aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan.
9). Semen tersebut tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 sak. Sistem
penyimpanan semen harus diatur sedemikian rupa, sehingga semen
tersebut tidak tersimpan terlalu lama.
10). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
11). Semen yang diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan,
seperti membatu, tidak diizinkan untuk dipakai.
12). Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling
lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya Kontraktor.

b. Batu belah hitam


1). Batu belah yang digunakan adalah batu hitam pecah, tidak retak, warna
hitam merata dengan permukaan mengkilap.
2). Ukuran batu kali belah maksimal 20 cm.

c. Agregat kasar
1). Agregat kasar berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous),
dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan
bersudut.
2). Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak
melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja
tulangan dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3). Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
4). Gradasi dari agregat tersebut secara keseluruhan harus sesuai dengan
yang disyaratkan oleh ASTM agar tidak terjadinya sarang kerikil atau
rongga dengan ketentuan sebagai berikut :

sisa di atas ( % berat )


Ayakan 31.50 mm 0
Ayakan 4.00 mm 90 - 98
Selisih antar 2 ayakan berikutnya 02 – 10

d. Agregat halus
1). Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur
harus lebih kecil dari 4 % berat. Agregat halus harus terdiri dari butir-
butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi
syarat sbb :

sisa di atas ( % berat )

179
Ayakan 4.00 mm  02
Ayakan 1.00 mm  10
Ayakan 0.25 mm 80 – 95

2). Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan


dalam spesifikasi ini. Jika sumber agregat berubah karena sesuatu hal,
maka Kontraktor wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas. Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang
keras permukaannya dan harus dicegah supaya tidak terjadi
pencampuran dengan tanah.

e. Pasir
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4). Pasir harus dalam keadaan “jenuh kering muka”.

f. Air.
1). Air harusmemenuhi kualitas yang ditentukan dalam SNI 6861 bagian A
tahun 2002.
2). Harus bersih, tidak berbau dan berasa, tidak mengandung lumpur atau
benda melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter.
3). Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
4). Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
5). Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
6). Tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, zat organis atau
bahan lainyang dapat merusak beton atau besi beton.
7). Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan
8). Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya penyedia
Jasa konstruksi.
9). Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk digunakan,
maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.

g. Besi beton
1). Besi beton yang digunakan harus mengacu SNI 2052:2017 tentang Baja
Tulangan Beton.
2). Mutu baja Tulangan yang digunakan yaitu BJTS 420 B yaitu menggunakan
besi beton ulir (deformed bars) untuk tulangan utama dan sengkang
3). Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus
memenuhi syarat-syarat:
a) Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.
b) Mutu sesuai dengan yang ditentukan.

180
c) Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan
toleransi.
4). Dapat menggunakan merk KS (Krakatau Steel), IS (Interworld Steel), dan
MS (Master Steel).
5). Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di
atas, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
6). Besi beton harus berasal dari satu pabrik (manufacture). Tidak
dibenarkan untuk menggunakan merek besi beton yang berlainan untuk
pekerjaan ini.
7). Besi beton harus dilengkapi dengan mill certificate/ sertifikat pabrik
yang memuat label dan nomor pengecoran serta tanggal pembuatan besi
beton tersebut.
8). sertifikat pabrik memuat Surat Pernyataan Jaminan Mutu Produk Besi
Tulangan Beton dari Produsen atau Distributor atau Agen Besi Beton
dengan dilampiri Sertifikat SNI Produk Tulangan Beton SNI 2052 : 2017
yang masih berlaku dan Sertifikat TKDN Produk Besi Tulangan Beton.
9). Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu secara
baik sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus
cukup terlindung sehingga kemungkinan karat dapat dihindarkan.
10). Permukaan besi beton harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain yang
dapat mengurangi lekatan besi beton
11). Tulangan ulir D10, D13, D16, D19, D22 : 420 MPa (BJTS 420 B)
12). Tulangan Polos Ø8 : Tulangan Polos 280 MPa (BJTP 280).
13). Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai
berikut:
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI BERAT
TULANGAN YANG DIUJIKAN
0 <  < 10 mm + 7%
10 <  < 16 mm + 5%
16 <  < 28 mm + 4%
 ≥ 28 mm + 2%

Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut

DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI DIAMETER


TULANGAN YANG DIUJIKAN
0 <  < 10 mm ± 0.4 mm
10 <  < 16 mm ± 0.4 mm
16 <  < 28 mm ± 0.5 mm
 ≥ 28 mm ± 0.6 mm

14). Setiap besi beton yang didatangkan dari pabrik harus dilakukan uji
tarik, uji berat, dan uji Diameter di laboratorium independen yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan. Hal ini
akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek
Penyedia Barang/Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate
untuk mengukur diameter tulangan dan dimasukkan dalam dokumen
penawaran data teknis.

181
h. Admixture / Bahan Tambahan
1). Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk
memperbaiki sifat suatu campuran beton.
2). Jenis, jumlah bahan yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan
tambahan tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3). Manfaat dari bahan tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil uji
dengan menggunakan jenis semen dan agregat yang akan dipakai pada
proyek ini.
4). Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur, memperlambat atau mempercepat pengikatan dan/atau
pengerasan beton harus memenuhi “Specification for Chemical
Admixtures for Concrete” (ASTM C494) atau memenuhi Standar Umum
Bahan Bangunan Indonesia
5). Bahan-bahan Admixture dan bahan-bahan untuk surface treatments yang
dapat digunakan sebagai referensi untuk produk yang setara dapat dilihat
dari tabel di bawah ini:

PENGGUNAAN FOSROC SIKA


Bonding Agent Nitobond EP Sikaletx
Sikalatop
Sikabond
Release Agent Reebol dan Reebol Sika-form-oil-ISD
emulsion

Curing Compounds Concure WB Antisol E White


Concure 75 Antisol E 125
Concure P Antisol S
Concure PI
Water Reducing Conplast P 211 Plastocrete N
Improved Workability PLastocrete NC
Increased Strength Special
Cement Saving Sikament NN
Risk of Segregation Sikament LN
Bleeding Minimised Sikament 163
Sikament 520
Superplasticizer, water Conplast SP 430 D Plastiment VZ
reducing, strength
acceleration admixture,
increased workability,
self compacting,
acceleration of strength,
reduce permeability,
reduce segregation
Retarding admixture, Conplast RP 264 (M) Plastocrete RMC
long distance deliveries Plastiment AR
Plastiment RTD 01
Plastocrete R
Sikaretardol 025

182
Sika Retarder

i. Batu bata ringan


1). Batu bata ringan yang digunakan batu bata ringan yang mempunyai
ukuran 60x20x10.
2). Merk Bata Ringan : Grand Elephant, Citicon
3). Kuat tekan minimal bata ringan : 6,5 MPa.
4). Batu bata ringan tidak boleh retak.
5). Batu bata ringan harus keras, tidak mudah tergores, dan padat (tidak
banyak pori-pori).
6). Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan,
berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan.
7). Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya
sehingga pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 40%
permukaan bata tebal oleh bercak-bercak putih.

j. Mortar
1). Mortar yang dipakai adalah mortar GE (jenis GE-100 untuk perekat , GE-
210 untuk plesteran dan GE-110 untuk acian), Mortar Citicon
(disesuaikan dengan bata ringan yang dipasang).
2). Mortar harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
3). Mortar masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
4). Penyimpanan mortar tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
5). Mortar yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.

k. Kusen, Ram dan Aksesories Pintu dan Jendela


1). Kusen dari Aluminium 4” Tebal minimal 1 mm “ YKK, Alexindo, Alutama
“.
2). Ram Pintu dan Jendela Aluminium 3” Tebal minimal 1 mm “YKK, Alexindo,
Alutama “.
3). Kaca bening 5 mm “ ASAHIMAS, MULIA “.
4). Kaca Panasap 6 mm “ ASAHIMAS, MULIA “.
5). Pintu Engineering Dorr “ ARIN, DAIKEN “ yang disertai Sertifikat
Produk atau Surat Ketarangan Pabrikan dari merk Engineering
Door yang dipakai.
6). Multipoint Lock “ KEND, KINLONG “
7). Kunci Tanam “ KEND, KINLONG “
8). Door Closer “ KEND, KINLONG “.
9). Pull Handle C “ KEND, KINLONG “.
10). Lever Handle “ KEND, KINLONG “
11). Pull Plate Handel “ KEND, KINLONG “
12). Engsel Pintu “ KEND, KINLONG “
13). Rambuncis “ KEND, KINLONG “.
14). Cassement “KEND, KINLONG “.
15). Friction stay.

183
16). material lainnya dan material pendukung seperti silent, baut dan lain-lain.
Ukuran, ketebalan, dan dimensi menyesuaikan dengan gambar sesuai
dengan jenis pekerjaannya.

l. Lantai
1). Homogenious Tile ukuran 60 x 60 cm tipe UNPOLISHED MATTE Grey Ven
SN 001 “Venus, Granito”
2). Homogenious Tile ukuran 60 x 60 cm tipe POLISHED Grey “Venus,
Granito” untuk Dinding Kamar mandi.
3). Plint Homogenious Tile ukuran 10 x 60 tipe POLISHED “Venus, Granito”.
4). Keramik 30 x 30 POLISHED untuk Pelat Meja Dapur “ROMAN”.
5). Batu Andesit Bakar tebal 1,7 cm bentuk dan ukuran sesuai pola pada
gambar.

m. Plafond
1). Rangka Plafond Gypsum pipa hollow 40x40 mm dan 40x20 mm tebal 0,35
mm Galvanized.
2). Rangka Plafond PVC pipa hollow 30x30 mm dan 30x15 mm tebal 0,3 mm
Galvanized.
3). Gypsum Board 9 mm, 120 x 240 x 0.9 cm “NUSABOARD, JAYABOARD “.
4). Plafond PVC “ INDOFON, IMAX PVC “.
5). List profil gypsum lebar 7-10 cm “ LOCAL “.
6). List profil PVC lebar 6 cm “ INDOFON, IMAX PVC“.
7). Kasa gypsum.
8). Tepung gypsum “ A PLUS, ELEPHANT “.
9). Alkasit “ A PLUS, ELEPHANT “.
10). Paku 184r184ck184.
11). Kawat penggantung
12). Perkuatan rangka penggantung menggunakan Rangka Hollow 15x15 mm
tebal 0,30 mm.

n. Baja Konvensional
1. Baja yang dipakai harus sesuai dengan standart material yang yang
digunakan dari mutu baja SNI 07-0242.1-2000 tentang Spesifikasi Pipa
Baja Dilas dan Tanpa Sambungan Dengan Lapis Hitam dan Galvanis Panas,
SNI 1729:2020 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural, SNI 07-0329:2005 tentang Baja profil I-Beam (JIS G3192:2000
, ASTM A36-04 , DIN 1025:1995).
2. Baja konvensional yang dipergunakan sbb: IWF 250x125x6x9 mm, CNP
150x65x20x3,2 mm, Baja Siku 50x50x5, Pelat Baja tebal 10 mm.
3. Untuk mendapatkan jaminan kualitas baja yang digunakan
Pemborong harus mengajukan certifikat yang dikeluarkan oleh
pabrik baja yang bersangkutan kalau tidak dapat menunjukan
sertifikat dimaksud maka harus dilaksanakan pengujian terhadap
kualitas baja yang digunakan sesuai yang disyaratkan.
4. Setiap perubahan pemakaian kualitas baja harus dengan persetujuan
Konsultan Perencana.

184
5. Digunakan baut dari jenis baut biasa yang dengan tegangan putus
minimal 4000 kg/cm2 dan yield stress minimal 2500 kg/cm2, tidak
berkarat dan dilindungi terhadap karat baik sebelum maupun setelah
terpasang.
6. Hanya digunakan baut dari satu product dengan tanda 185r185ck185de
yang jelas terdapat pada baut.
7. Semua baut harus dilengkapi dengan ring yang sesuai.
8. Chemical composition
 Carbon I : 0.25 % max
 Phosphor (p) : 0.04 % max
 Sulfur (s) : 0.04 % max
9. Mechanical Properties
 Tensile Strength : 400 N/mm2min
 Yield Strenth : 235 N/mm2min
 Elongation : 18% - 23 % min
10. Tolerance Wall Thickness (± 10 %) :
 +0,6 mm – 0,5 mm, < 4mm
 + 15%;12,5% , 4mm – 12 mm
 + 15% - 1,5mm, >12mm
11. Diameter:
 OD ≤ 50 mm : ± 0.5 mm
 OD ≥ 50 mm :±1%
 Standard length: 6000 mm, toleransi (± 2 %): +100 mm, - 0 mm

o. Penutup Atap
1. Penutup atap menggunakan Atap keramik glazur : kanmuri, M-Class.
2. Bubungan Atap keramik glazur : kanmuri, M-Class.

p. Cat
Semua cat yang akan di pakai harus mendapat persetujuan dari PPK,
pengelola Teknis Dan Konsultan Perencana,setelah mengadakan percobaan
pengecatan (185r185 185r185).
1. Cat yang di gunakan
1) Tembok Luar Type “ Weathershield “: “DULUX, Mowilex, Jotun“.
2) Tembok Dalam : “DULUX , DULUX, Mowilex, Jotun “.
3) Tembok Plafon : “DECOLITE, WIRATEX “.
4) Besi : Zincromate “ MEIJI “, Cat besi “ NIPPON PAINT “.
5) Cat Kayu “ WOOD STAIN, AVIAN “
6) Cat Coating “ PROPAN, DULUX “
2. Cat Dinding, Kayu dan Besi yang dipilih harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Cat yang Tidak Mengandung Zat Pencemar seperti : Metheline
Chloride, Arsenic, Hexavalent Chromium, N-Hexane,
Trichloroethylene (TCE), Formaldehyde, TDCP/TCEP, BPA,
Phthalates, VOC berkadar tinggi, dll.
2) Wajib disertai brosur pendukung.

185
q. Besi Non Struktur
1) Rangka plafon rangka hollow 40x40 mm dan 40x20 mm tebal 0.3 mm
Galvanized.
2) Railing tangga menggunakan :
- Pipa stainless D 2”
- Pipa stainless D 1”
3) Railing ram difabel menggunakan :
- Pipa stainless D 2”
- Pipa stainless D 1”

r. Pekerjaan Elektrikal
1) Kabel NYM, NYA dan NYY “Kabelindo, Supreme, Kabel Metal “.
2) Pembuat panel/panela maker menggunakn Delta Jaya Enginnering
a)
3) Pasang Listrik Baru 197.000 VA termasuk :
a) Biaya Penyambungan.
b) Konsuil (SLO).
c) UJL.
4) Lampu-lampu dengan armature Artolite, Philips, Panasonic.
5) Stop Kontak Dinding 200 W / 16 A “Legrand, Schneider, Panasonic “.
6) Saklar double IB “Legrand, Schneider, Panasonic “.
7) Saklar tunggal IB “Legrand, Schneider, Panasonic “.
8) Saklar hotel “Legrand, Schneider, Panasonic “.
9) Exhaust Fan Diameter = 40 cm “ PANASONIC, CKE “
10) Semua instalasi dalam pipa conduit High Impact 20 mm “Clipsal, EGA,
ELPRO “.

s. Pekerjaan Mekanikal Instalasi Plumbing


1) Kran air diameter ½” “ SAN EI, WASSER “ dengan kapasitas aliran air
maksimal 8 liter/menit untuk Kran Air Tembok dan Kran Air Bak Cuci
2) Kran air diameter ½” “Wastafel Paloma FCP 1683 Bristol ½” Single Lever
Basin Pillar Tap “ untuk kran air Wastafel
3) Seal tape
4) Floor drain stainless 186r186ck “ ROUND, ONDA ”.
5) Roof drain stainless 186r186ck “ ROUND, ONDA ”.
6) Pipa PVC AW “ RUCIKA “.
7) Pipa PPR PN-10 “ RUCIKA “.

186
8) Kloset Duduk Type CW 421 J Ex. “ TOTO “ memiliki “Dual Flush” dengan
kapasitas maksimum 6 liter/flush.

9) Wastafel Type LW 230 J Ex. “ TOTO “ dengan kapasitas kran wastafel 8


liter/menit.

10) Urinal dengan tipe U57M Ex. “TOTO” dengan kapasitas maksimal 4
liter/flush.

187
11) Shower set menggunakan Shower Column Paloma SCP 1809

12) Tandon air Panel FRP 2x4000liter TOYA, Gunung Putri.


13) Aksesories (Gate Valve, Butterfly Valve, Ball Valve, dll) memakai merk
“Kitz”
14) Tipe Y Strainer menggunakan merk “Tozen”
15) Pompa Submersible Deep Well menggunakan Grundfos, Ebara
16) Pompa Transfer/Booster menggunakan Grundfos, Ebara

t. Spesifikasi Teknis Genset


Genset menggunakan merk Perkins, Mitsubishi, Caterpillar
Model Couple / Gabungan
Tipe Silent
Engine :
Generator / Alternator : Stamford
Kapasitas 200 KVA
Frequency : 220 / 380 Volt, 3 Phase, 50 Hz, 1500 Rpm
Genset wajib menyertakan Surat Keterangan Tahun Produksi Mesin (COO)
yaitu antara tahun 2020 s/d tahun 2021.

u. Spesifikasi Teknis Penangkal Petir


Penangkal Petir menggunakan merk Prevectron, Thomas, Kurn
Penangkal petir merupakan penangkal petir aktif dengan radius 60 m.

v. Spesifikasi Teknis Fire Alarm


Semua system Fire Alarm menggunakan merk Honeywell Morley, Nohmi,
Esser

w. Spesifikasi Teknis Tata Suara


Semua system Tata Suara menggunakan merk Honeywell, TOA , Bosch

188
x. Spesifikasi Teknis CCTV
Semua system CCTV menggunakan merk Honeywell, Bosch, Axis
NVR POE 32 Channel
SSD 2TB merk Seagate, WD
Monitor LED merk Panasonic, Samsung, Sony
Fixed dome Network Camera

y. Spesifikasi Teknis Telephone


Semua system telephone menggunakan merk Panasonic, Alcatel Lucent
Interprise.

z. Spesifikasi Teknis Jaringan Data


Server menggunakan merk Lenovo, HP, Asus
Distribution/Access Swicthmenggunakan merk HP, Cisco
Rack & wallmount menggunakan merk Indorack
Wireless Access Point menggunakan merk Aruba. Ubiquiti Unifi, Cisco
Kabel Optic, Data/LAN menggunakan merk MMC, Panduit, Systimax

aa. Spesifikasi Pekerjaan Landscape


a. Pohon Pucuk Merah tinggi 2 m, dan sehat tidak ada penyakit.
b. Pohon tabebuya kuning tinggi 2 m, dan sehat dan tidak ada penyakit.
c. Pohon ketapang kencana tinggi 2 m, dan sehat dan tidak ada penyakit.
d. Pohong Trembesi tinggi 1 – 2 m, sehat dan tidak ada penyakit.
e. Pohon Solobium tinggi 2 m, dan sehat dan tidak ada penyakit.
f. Grass blok tebal 8 cm, mutu K 300, “ ALDAS, MUTIARA, DIAMOND “
g. Paving Block 8 cm mutu K 300, “ ALDAS, MUTIARA, DIAMOND “
h. Panel pagar beton Pra cetak, ASIACON, DISASPUN, WIKA

189
OUTLINE SPESIFIKASI TEKNIS YANG DIGUNAKAN

No. Uraian Spesifikasi Teknis Merek/ Brand


A. PEKERJAAN STRUKTUR
I. Pekerjaan Tanah dan Pasir
1. Tanah Urug Lokal
2. Pasir Urug Lokal
3. Pasir Pasang Lokal
4. Pasir Beton Lokal
II. Pekerjaan Pondasi Lokal
1. Batu Belah
2. Portland Cement (PC) Dynamix, Tiga
Roda, Gresik
III. Pekerjaan Beton Struktur
1. Besi Tulangan 190r = 400 MPa KS, IS, MS
2. Plywood lapis stego film Tebal 9 mm Lokal
3. Beton Ready mix f’c = 24,9 Mpa
4. Beton Site mix f’c = 14,5 Mpa
4. Agregat kasar / split Lokal
5. Agregat halus Lokal
6. Pasir beton Lokal
7. Waterproofing Masterguard, MU,
Sika
B. PEKERJAAN ARSITEKTUR
I. Pekerjaan Pasangan Bata
1. Bata Ringan Ukuran 60x20x10 Grand Elephant ,
Mortar perekat GE-110 Citicon, Hebel
II. Pekerjaan Plesteran dan Acian
1. Pekerjaan Plesteran PC (Dynamix, Tiga
Roda, Gresik)
2. Pekerjaan Plesteran Mortar Siap Pakai Mortar GE – 210 MU, Sikka, Citicon
3. Pekerjaan Acian PC (Dynamix, Tiga
Roda, Gresik)
4. Pekerjaan Acian Mortar Siap Pakai Mortar GE – 310 MU, Sikka, Citicon
III Pekerjaan Pelapis Lantai
1. Lantai
a. Homogenius Tile 80x80 Roman granit,
Granito, Indogress
b. Homogenius Tile 60x60 Roman granit,
Granito, Indogress
c. Homogenius Tile Dinding ukuran Roman granit,
sesuai gambar perencanaan Granito, Indogress
d Keramik 30x30 Roman, Mulia, Asia
Keramik dinding Ukuran sesuai Roman, Mulia, Asia
gambar perencanaan
Hospital plint Roman, Mulia, Asia
d. Batu Andesit Bakar 60 x 60 Tebal 2 cm untuk lantai Lokal
Tebal 1,5 untuk dinding
Roster beton Lokal
e Grouting nat kemasan 1 kg Mortar Utama, AM,
Sika
IV. Pekerjaan Lapis Waterproofing

190
1. Waterproofing KM/WC Liquid use direct/ Masterguard, Sikka,
pengencer air Fosroc
2. Waterproofing atap dak dan plat leufel Liquid use direct/ Masterguard, Sikka,
pengencer air Fosroc
V. Pekerjaan Langit – langit (Plafond)
1. Plafond Gypsum tebal 9 mm Jayaboard,
Nusaboard,
Elephant
2. List Plafond Jayaboard,
Nusaboard
Elephant
3. Plafond PVC Indofon, IMAX PVC
4. Rangka Plafond Gypsum Hollow galvalum ku.
40x40, 20x40 tebal
0.35mm
5. Rangka Plafond PVC Hollow galvalum ku.
30x30, 15x30 tebal
0.30mm
VI. Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela, dan
Partisi
1. Kusen Aluminium 4” tebal minimal 1,15 YKK, Alexindo,
mm. Untuk Akusen pintu Superex
bagian dalam diberikan
perkuatan dari kayu
untuk menahan dari
berat engsel & daun
pintu
2. Kaca clear Tebal & ukuran sesuai Asahimas, Mulia
gambar rencana
3. Frame Pintu dan Jendela Tebal minimal 1,2 mm YKK, Alexindo,
Superex
4. Pintu Engineering Door Flush & glass ARIN, Daiken
5. Penggantung dan pengunci KEND, Kinlong
VII. Pekerjaan Pengecatan
1. Cat dinding interior Cat dasar alkali guard + Dulux , Mowilex,
cat dengan cat dinding Jotun
2. Cat dinding eksterior (Weathercoat) Cat dasar alkali guard + Dulux , Mowilex,
cat dengan cat dinding Jotun
3. Cat plafond Decolith, Wiratex,
Cendana
5 Cat Besi Nippon, Propan,
Jotun (waterbase)
6. Cat Coating Acrylic solvent based Propan, Protecone
VIII. Pekerjaan Atap
1. Kuda-kuda, Gording Baja Profil KS, Gunung Garuda
2. Usuk Reng Baja Ringan Usuk tebal : min 0,65 mm Galvasteel, Gigasteel
Reng tebal: min 0,45 mm
3. Penutup Atap genteng keramik glazur Kanmuri, M Class,
IX Pekerjaan Saniter
1 Closet Eco washer TOTO, Kohler
2 Wastafel TOTO, Kohler
3 Kran Max flow rate: 0,5 galon/ American standart,
menit (0,5 Toto, San ei
gmp/1,9L/min)
191
4 Floor drain American standart,
Toto, San ei
5 Roof drain American standart,
Toto, San ei
6 Asesoris saniter lainnya American standart,
Toto, San ei
X Pekerjaan Interior
1 Multiplex Tebal 12 mm Lokal
2 MDF Lokal
3 HPL Taco, Arborite
4 List Aluminium Lokal
5 Lettering Lokal

No. Uraian Spesifikasi Teknis Merk/Brand


C. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
I. Pekerjaan Plambing
1. Kuda – kuda, Gording Baja Profil
1. Pipa, drain dan clean out
a. Pipa Air Bersih PPR-PN.10 Rucika, Westpex,
Vinilon
b. Pipa Air Bekas PVC Class AW Rucika, Westpex,
Vinilon
c. Pipa Air Kotor PVC Class AW Rucika, Westpex,
Vinilon
d. Pipa Vent PVC Class AW Rucika, Westpex,
Vinilon
k. Pompa Booster Grundfos, Ebara,
Kap. 17lpm ,
Wilo
k. Pompa Booster/Car Wash Grundfos, Ebara,
Kap. 100lpm ,
Wilo
l. Pompa Transfer Grundfos, Ebara,
Kap. 33lpm
Wilo
n. Strainer Kitz, Fivalco USA
o. Check Valve Kitz, Fivalco USA
p. Flexible Joint Muraflex, Tozen, Rise
r. FRP (Fibreglass Farmel, Biofresh, Air
Roof tank
Reinforce Panel) fresh
s. FRP (Fibreglass Farmel, Biofresh, Air
Sistem IPAL/STP
Reinforce Panel) fresh

II Elektrikal
Perkins, Mitsubishi,
1 Generator Set Silent type
Caterpillar
Leroy Summer,
2 Alternator
Stamford
Delta Jaya
3 Panel Maker
Engineering
Nokian, Schneider,
4 Capasitor Bank
ABB
Schneider, ABB,
6 Komponen panel
Terasaki
Kabelindo, Supreme,
7 Kabel Daya NYY,NYFGBY
Kabel Metal

192
Kabelindo, Supreme,
8 Kabel Instalasi NYY.NYM,NYMHY
Kabel Metal
Pyrotec, Vitalink,
9 Kabel Emergency FRC
Radox
10 PVC Konduit Clipsal, EGA, ELPRO
Artolite, Philips,
11 Armatur Lampu
Panasonic
12 Balast Philips, Osram
13 Fitting Philips, Osram
14 Capacitor Philips, Osram
15 Tube Philips, Osram
16 Stater Philips, Osram
17 Nicad Battery Craft
ELPRO, INTERACK,
18
Rak Kabel, Cable Tray, Cable Ladder Hot dip Galvanis TRI STAR
Legrand, Schneider,
19 Saklar & Stop Kontak
Panasonic
Elektrostatis non Prevectron, Thomas,
20 Proteksi Petir
radioaktif Kurn

III. Elektronika
Sistem Tata Suara
Honeywell, TOA ,
1 Pemutar CD/MP3/RADIO FM
Bosch
Honeywell, TOA ,
2 Paging Microphone for Car Call
Bosch
Honeywell, TOA ,
3 Mixer Amplifier
Bosch
Honeywell, TOA ,
4 Power Amplifier
Bosch
Honeywell, TOA ,
5 Speaker Selector
Bosch
6 Terminal Box Sound Sistem (TB-SS) Lokal
Honeywell, TOA ,
7 Speaker 3W
Bosch
Kabelindo, Supreme,
8 Kabel Instalasi NYMHY
Kabel Metal
Pyrotec, Vitalink,
9 Kabel Emergency FRC
Radox

Jaringan Data
MMC, Panduit,
1 Kabel Optic Multimode Core
Systimax,
2 Kabel DATA/LAN CAT 6 MMC, Belden
3 Server Lenovo, HP, Asus
PoE ; 4 SFP+ 1/10GbE
4 Distribution/Access Swicth HP, Cisco
ports
5 Rack & wallmount Indorack, Litech
Aruba. Ubiquiti Unifi,
6 Wireless Access Point POE
Cisco
Laplace, Legrand,
7 UPS
Eaton
193
IP CCTV
Honeywell, Bosch,
1 NVR 32 Channel
Axis
Honeywell, Bosch,
2 Dome Camera IP Camera. 4 MP. H.265+
Axis
Honeywell, Bosch,
3 Bullet Kamera IP Camera. 4 MP. H.265+
Axis
4 Kabel Instalasi CAT6 MMC, Belden
5 Harddisk Seagate, WD element
Panasonic, Samsung,
6 Monitor
Sony
Laplace, Legrand,
7 UPS
Eaton

Sistem Telephone
Panasonic, Alcatel
1 PABX 2 line, 24 extention
Lucent Interprise
Panasonic, Alcatel
2 Telephone Analog
Lucent Interprise
Legrand, Schneider,
3 Outlet Telepon
Panasonic
4 Kabel Telepon ITS 2 PAIR Commscope, Belden
5 Conduit Clipsal, EGA, ELPRO
Standar dari PT.
6 MDF, TBT & ITF
Telkom

Fire Alarm
Peralatan Utama Master Control Fire Honeywell Morley,
1 Addressable
Alarm Nohmi, Esser
Honeywell Morley,
2
Annunciator Panel Nohmi, Esser
Honeywell Morley,
3 Konvensional
Detektor Nohmi, Esser
Honeywell Morley,
4 Aksesoris
Nohmi, Esser
5 APAR DCP, CO2 Guardall, Hooseki

Sistem MATV
Legrand, Schneider,
1 Outlet MATV
Panasonic
Kabelindo, Supreme,
2 Kabel MATV RG-6, RG-11
Kabel Metal
3 Splitter 4 Way Lokal
4 Terminal Box MATV Lokal

Sistem Nurse Call


Aiphone, Ascom,
1 Master Station 20 call w/handset
Autsco
Aiphone, Ascom,
2 Power Supply (48VDC)
Autsco
Aiphone, Ascom,
3 Metal Jack + Bedside Call Switch
Autsco
194
Aiphone, Ascom,
4 Ceiling Sub Speaker
Autsco
Aiphone, Ascom,
5 Bathroom Pullcord
Autsco
Aiphone, Ascom,
6 Reset Call Button
Autsco
Aiphone, Ascom,
7 Corridor Lamp
Autsco
8 Kabel Instalasi ITC 2 PAIR Belden, Commscope

IV. MEKANIKAL
Sistem Tata Udara
Wall mounted, Ceilling Casette ,
1 Non Inverter Daikin, Panasonic
Concealed
Nicotra, CKE,
2 Exhaust Fan
Panasonic,
Daikin, Kembla,
3 Pipa Refrigerant (tembaga) ASTM B-819 L
Denji
4 Pipa PVC (drain) PVC AW Rucika, Vinilon
5 Isolasi Pipa K-flex, Armaflex
6 Diffuser / Linier Diffuser Lokal (Aluminium)
7 Grille, FAG, RAG, PAR Lokal (Aluminium)
Ruang Isolasi
8 Duct Connection Mid. Static Pressure Daikin, Panasonic
Nicotra Gebhart,
9 Exhaust Fan
Conexa
JAF, Camfil,
10 Pre Filter G4
Donaldson
JAF, Camfil,
11 Medium Filter F8
Donaldson
JAF, Camfil,
12 Hepa Filter H13
Donaldson
JAF, Camfil,
13 UVC UV33
Donaldson

Cold Room
Koronka, Starr Panel,
1 PU Sheet=10cm; density Tamacool Sukses
Insulasi Dinding dan Atap 40-43 kg/m3 Perkasa
BITZER, DAIKIN,
2
Compressor Emerson
Tomori, Guntner ,
3
Evaporator Muller
4 Condensor Tomori, Guntner

D. PEKERJAAN LANDSCAPE
1. Grass Block tebal 8 cm, mutu K300 ALDAS, MUTIARA,
DIAMOND
2 Panel pagar beton Pra cetak ASIACON,
DISASPUN, WIKA

195
196
197

Anda mungkin juga menyukai