1.1.2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dan Dokumen Pelelangan, Gambar Rencana,
Berita Acara Penjelasan (BAP) Serta mengikuti petunjuk Konsultan
Pengawas.
b. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam dokumen Kontrak dan /atau Adendumnya serta
mengikuti petunjuk PPK, Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan
baik yang disampaikan secara lisan maupun yang tertulis di dalam Buku
Direksi.
c. Pada akhir kerja, Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan memperbaiki
segala kerusakan dan membersihkan lingkungan proyek dari segala
kotoran akibat pekerjaan pembangunan, termasuk sisa-sisa material
bongkaran/ bangunan dan lain sebagainya.
1
6. Pekerjaan saniter
7. Pekerjaan lain-lain
8. Pekerjaan bangunan pendukung: pos pengaman, canopy
disinfektan kendaraan, canopy cuci ambulance, power house,
gapura dan pintu gerbang, pagar
9. Lansekap area
C. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
1. Pekerjaan Plumbing
2. Pekerjaan AC
3. Pekerjaan ventilasi
4. Pekerjaan cold room
5. Pekerjaan elektrikal
6. Pekerjaan tata suara
7. Pekerjaan fire alarm
8. Pekerjaan internet dan komunikasi & telekomunikasi
9. Pekerjaan telepon
10. Pekerjaan MATV
11. Pekerjaan nurse call
12. Pekerjaan CCTV
2
dalam penawaran namun menjadi kewajiban penyedia barang dan jasa
dalam pengadaannya, untuk kelancaran pekerjaan.
B. Pelaksanaan pekerjaan
1. Kantor sementara/Direksi Keet merupakan bangunan dengan
konstruksi rangka kayu, lantai diplester, penutup pintu/jendela
secukupnya untuk penghawaan/pencahayaan. Ukuran luas kantor
disesuaikan dengan kebutuhan dengan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan serta dilengkapi dengan pemadam
kebakaran dan alat keselamatan lainnya.
2. Apabila Direksi Keet menggunakan bangunan yang sudah ada di
area sekitar lokasi proyek, Penyedia Jasa Konstruksi harus terlebih
dahulu mendapat izin dari pemilik bangunan tersebut. Seluruh
ongkos penggunaan dan biaya perbaikan akibat penggunaan
bangunan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi.
3. Perlengkapan-perlengkapan kantor harus disediakan Penyedia
Jasa konstruksi untuk menunjang kinerja dan keamanan saat
proyek berlangsung.
4. Setelah proyek selesai barang tersebut menjadi milik penyedia Jasa
konstruksi.
5. Menyediakan peralatan-peralatan keet minimal meliputi:
1) Meja rapat
2) Kursi rapat
3) White board
4) Rak contoh bahan
5) Kalender
6) Proyektor
3
A. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pengadaan listrik kerja dan air kerja merupakan pekerjaan
pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan dan pengadaan listrik
untuk pelaksanaan pekerjaan serta untuk penerangan lokasi di malam
hari, pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran namun menjadi
kewajiban penyedia barang dan jasa dalam pengadaannya, untuk
kelancaran pekerjaan.
B. Pelaksanaan pekerjaan
1. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan sendiri oleh
Penyedia Jasa Konstruksi, apabila mungkin didapat dari sumber
yang ada di tiap lokasi Kegiatan, Penyedia Jasa Konstruksi harus
membuat sambungan-sambungan sementara yang diperlukan atau
cara lain untuk mengalirkan air dan mencabut kembali pada waktu
pekerjaan selesai dan membetulkan pekerjaan yang terganggu.
2. Tidak diperkenankan mengambil air atau menyambung dari
saluran induk, lubang penyedot (tuppoint) reservoir dan
sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin dari pimpinan
lembaga yang berwenang.
3. Apabila air didapat dari sumber lain, Penyedia Jasa Konstruksi
harus membayar segala ongkos pengunaan air yang dipakai dan
pembongkarannya kembali.
4. Air bersih ditampung menggunakan bak penampung air (drum)
untuk pelaksanaan pekerjaan serta untuk air kebutuhan direksi.
5. Pemberi Tugas dalam hal ini tidak bertanggung jawab atau
mengganti biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
6. Listrik untuk keperluan pekerjaan ataupun penerangan malam hari
apabila Penyedia Jasa Konstruksi melaksanakan kerja lembur harus
diadakan.
7. Pengadaan listrik kerja dengan pemasangan listrik sementara dari
PLN dan dapat mencabut kembali pada awaktu pelaksanaan
pekerjaan telah selesai, atau boleh menggunakan Genset
berkapasitas cukup digunakan untuk kelancaran pekerjaan serta
penerangan lokasi site.
8. Tidak diperkenankan mengambil listrik atau menyambung dari
saluran induk, dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin
dari pimpinan lembaga yang berwenang.
9. Apabila listrik didapat dari sumber lain, Penyedia Jasa Konstruksi
harus membayar segala ongkos penggunaan listrik yang dipakai
dan pembongkarannya kembali.
10. Pemberi Tugas dalam hal ini tidak bertanggung jawab atau
mengganti biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
11. Lampu-lampu penerangan site dipasang permanen sampai
selesainya pekerjaan.
4
pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus membersihkan kembali sarana
MCK sementara tersebut dan membetulkan segala kerusakan yang
terjadi di area proyek akibat instalasi Sarana MCK sementara tersebut.
C. Apabila Sarana MCK menggunakan sarana MCK di area sekitar lokasi
proyek, Penyedia Jasa Konstruksi harus terlebih dahulu mendapat izin
dari pemilik sarana MCK tersebut. Seluruh ongkos penggunaan dan
biaya perbaikan akibat penggunaan Sarana MCK tersebut menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
5
5. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan theodolith dan
waterpass beserta petugas yang melayaninya untuk kepentingan
pemeriksaan Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan selama
pelaksanaan proyek.
6. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas
Segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil yang disetujui Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
7. Ukuran elevasi dari pekerjaan dapat dilihat pada gambar rencana.
Ukuran yang tidak jelas atau tidak tercantum dapat dikonsultasikan
dengan Konsultan Pengawas.
8. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak memberi-
tahukan kepada Penyedia Barang/Jasa dan merubah ukuran
berdasarkan persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran.
6
ditimbun di luar pagar proyek ataupun tempat-tempat yang
mengganggu fasilitas dan masyarakat umum di sekitar area proyek
meskipun untuk sementara.
3. Pelaksanaan pekerjaan pembersihan setelah pelaksanaan pekerjaan:
a. Lokasi proyek harus dibersihkan dari sisa-sisa bongkaran, dari cat,
dari debu, dari sisa-sisa material.
b. Pelaksanaan pembersihan dilaksanakan sebagai syarat PHO.
7
Sarung Tangan (Safety Gloves)
Rompi Keselamatan (Safety Vest)
Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes)
Masker
Tameng Muka (Face Shield) – Sewa
Penunjang Seluruh Tubuh (Safety Full Body
Harness) – Sewa
4). Asuransi dan Perijinan:
Asuransi BPJS Kesehatan
5). Personil K3 Konstruksi:
Ahli K3 Konstruksi
6). Konsultasi dengan Ahli Terkait Keselamatan Konstruksi:
Tenaga Ahli
7). Fasilitas, Sarana dan Prasarana Kesehatan:
Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban, Obat
Ringan)
8). Rambu-rambu yang diperlukan:
a) Rambu Petunjuk
b) Rambu Larangan
c) Rambu Peringatan
d) Rambu Kewajiban
e) Rambu Informasi
f) Rambu Pekerjaan Sementara
9). Kegiatan dan Peralatan Terkait dengan Pengendalian
Risiko Keselamatan Konstruksi:
a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
b) Bendera K3
c. Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) yang tertuang
dalam Permen PUPR No. 10 Tahun 2021, tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, serta peraturan
terkait lainnya.
8
5. Penyedia Jasa segera melakukan tindakan perbaikan yang
diperlukan terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat
inspeksi Keselamatan Konstruksi. Hasil inspeksi Keselamatan
Konstruksi disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Konsultan
Pengawas Pekerjaan.
6. Penyedia Jasa harus melakukan tinjauan ulang terhadap RKK (pada
bagian yang memang perlu dilakukan kaji ulang) secara
berkesinambungan selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
berlangsung.
7. Apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan RKK yang telah
ditetapkan, Pejabat Pembuat Komitmen berhak memberi surat
peringatan secara bertahap kepada Penyedia Jasa, sesuai ketentuan
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021, tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi.
8. Apabila peringatan ke-2 (kedua) tidak ditindaklanjuti oleh
Penyedia Jasa, maka Pejabat Pembuat Komitmen berhak
menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai berisiko Keselamatan
Kerja.
9. Dalam kondisi Penyedia Jasa melakukan pekerjaan yang dapat
berakibat fatal, PPK dapat menghentikan pekerjaan sampai upaya
pengendalian telah dilakukan secara memadai.
10. Segala risiko kerugian akibat penghentian pekerjaan sebagaimana
di atas menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan bukan
merupakan Peristiwa Kompensasi.
11. Penyusunan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) dengan risiko
terbesar mengacu pada spesifikasi sebagai berikut :
9
2 Pasang Bata ringan Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
3 Pekerjaan Plesteran dengan Mortar Siap Pakai Jenis bahaya
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material
Risiko
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
4 Pekerjaan Acian dengan Mortar Siap Pakai Jenis bahaya
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material
Risiko
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
5 Pekerjaan Sponengan dengan Mortar Siap Pakai Jenis bahaya
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material
Risiko
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
III Pekerjaan Beton
1 Pas. Lantai kerja beton mutu f’c = 7,4 MPa tebal 5 Jenis bahaya
cm Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
2 Pekerjaan Beton mutu f’c = 26,4 MPa Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
3 Pekerjaan Pembesian Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
4 Pekerjaan Bekisting Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Gegar otak
IV Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela dan Partisi
10
berdarah
3 Pasang Jendela Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
V Pekerjaan Lantai
1 Pasang Homogenius Tile Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Patah tulang
2 Pasang Keramik Dinding Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Patah tulang
3 Pasang Lantai Rumput Sintetis Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
VI Pekerjaan Atap
1 Pekerjaan Kuda-kuda IWF Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
2 Pekerjaan Gording CNP Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
3 Pekerjaan SIKU Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
4 Pekerjaan Stifner Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
5 Pekerjaan Plat Plendes Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
6 Pekerjaan Ikatan Angin Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
7 Pekerjaan Jarum Gording Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
8 Pekerjaan Baut Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
11
9 Pekerjaan Angkur Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
10 Pekerjaan Pengecatan Baja Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
11 Pekerjaan Atap Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
VII Pekerjaan Cat – catan
1 Pekerjaan Pengecatan Tembok Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
2 Pekerjaan Pengecatan Plafond Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
3 Pekerjaan Pengecatan Besi Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
4 Pekerjaan Waterproofing Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Kematian
VIII Pekerjaan Sanitair
1 Pasang Wastafel termasuk aksesories Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
2 Pemasangan Kran Air Wastafel Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
3 Pemasangan Kran Air Tembok Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
4 Pasang Bak Cuci Stainless Steel Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
5 Pemasangan Kran Air Bak Cuci Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
12
6 Pasang Shower set termasuk kran Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
7 Pasang Kloset Duduk Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
8 Pasang Jet Washer Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
9 Pasang Urinoir Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
IX Pekerjaan Elektrikal
1 Pemasangan Daya Baru PLN Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Kematian
4 Pengadaan dan pemasangan 1 trafo baru Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Kematian
5 Instalasi kabel feeder Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Pingsan
6 Instalasi kabel grounding Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Pingsan
8 Instalasi kabel Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Pingsan
10 Panel Pompa Transfer + Sumur Dalam Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Pingsan
13 Panel Tenaga Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Kematian
14 Panel Penerangan dan Stop Kontak Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Pingsan
19 Panel Fire Alarm dan Tata Suara (Sound System) Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
13
Pingsan
20 Panel Data, CCTV, dan Telephone Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Pingsan
25 Kabel Tray Jenis bahaya
Terjatuh
Risiko
Pingsan
26 Instalasi titik lampu Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Pingsan
27 Instalasi titik Stop kontak Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Pingsan
XI Pekerjaan Tata Udara
A Pekerjaan AC
1 Outdoor Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Kematian
2 Wall Split Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Patah tulang
3 Ceiling Cassette Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Patah tulang
5 Instalasi listrik + Pipa Conduit Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Pingsan
7 Kabel Outdoor Jenis bahaya
Kesetrum
Risiko
Pingsan
8 Piping Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
B Pekerjaan Fan
1 Exhaust fan (lengap dengan flexsible duct) Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Patah tulang
2 Pipa D 4 " Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Patah tulang
14
XIII Pekerjaan Landscape
A Pekerjaan Tangga
1 Galian tanah biasa Jenis bahaya
Terkena benda tajam
Risiko
Tangan dan kaki berdarah
2 Pasang batu kali 1 : 8 Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Patah tulang
3 Urug tanah kembali Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
4 Urug pasir Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
5 Pekerjaan Plesteran 1 : 3 Jenis bahaya
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material
Risiko
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
6 Pekerjaan Acian Jenis bahaya
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata akibat debu
material
Risiko
Gangguan pernafasan dan
iritasi mata
9 Pasangan Bata Pot Bunga Jenis bahaya
Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
10 Pengadaan & penanaman pohon + tanah subur + Jenis bahaya
pupuk + bambu penahan Tertimpa material
Risiko
Anggota badan berdarah
15
b. Ukuran dan jumlah spanduk disesuaikan dengan kebutuhan dan
lokasi.
2. Papan Informasi K3
a. Papan informasi K3 berisi kinerja K3 dan informasi K3 lainnya.
b. Ukuran dan jumlah Papan Informasi K3 disesuaikan dengan
kebutuhan dan lokasi.
16
d. Pagar pengaman terbuat dari seng gelombang dan penguat kayu
tertancap kuat setinggi minimal 2 m.
17
c. Pekerjaan yang lebih kasar, seperti tukang besi, baja, bekisting,
penanganan tali baja, kawat, dll, harus menggunakan sarung
tangan kombinasi.
d. Pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus
menggunakan sarung tangan kulit.
e. Cek kondisi sarung tangan setiap akan digunakan, segera ganti
bila cacat atau rusak.
18
c. Cek kondisi Safety Full Body Harness setiap akan digunakan,
segera ganti bila cacat atau rusak.
17. Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban, Alkohol, Kapas,
Obat-obatan ringan)
a. Kotak P3K terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa,
berwarna dasar putih dengan lambang P3K berwarna hijau.
b. Penempatan kotak P3K pada tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau, diberi tanda arah yang jelas, cukup cahaya serta
mudah diangkat apabila akan digunakan.
c. Kotak P3K berisikan minimal obat luka, perban, alcohol, kapas
dan obat – obatan ringan.
19
a. Rambu Informasi berfungsi sebagai tanda informasi yang
menyediakan informasi untuk umum berhubungan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Rambu Informasi berbentuk segi empat dengan warna latar
belakang putih serta garis luar berwarna hitam dan simbol
berwarna hitam.
25. Bendera K3
a. Bendera K3 dengan warna dasar putih dan berlambang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta logo “Utamakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
b. Lambang K3 berbentuk palang warna hijau dilingkari dengan
roda bergigi sebelas berwarna hijau.
c. Bentuk, ukuran dan tata cara pemasangan Bendera K3 sesuai
Ketentuan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. (disesuaikan dengan BOQ).
2. Persyaratan Administrasi
1) PERSYARATAN PENYEDIA JASA
a) Memiliki izin usaha sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, dalam hal ini adalah memiliki surat izin usaha
kualifikasi menengah.
b) Memiliki kompetensi yang ditunjukan dengan Sertifikat Badan
Usaha (SBU) yang masih berlaku, dengan klasifikasi/
subklasifikasi (bidang/subbidang) Jasa Pelaksana Konstruksi
Bangunan kesehatan (BG008),
20
c) Memiliki kemampuan untuk menyediakan peralatan dengan
disertai bukti kepemilikan atau bukti sewa untuk melaksanakan
Pekerjaan ini, yaitu :
No Nama Alat KAPASITAS JUMLAH
1 Truck 4 m3 3
2 Genset Kerja 5 kVA 2
3 Beton Mixer 0,3 m3 2
4 Vibrator beton 5,5 HP 3
5 Bar cutter 𝟇19 mm 2
6 Escavator 10 Ton, Bucket 1
0,4 m3
3. Persyaratan Teknis
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Gedung Pelayanan Kekarantinaan dan
Perkantoran Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang Wilayah Kerja Bandara
Adisumarmo.
b. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini berlokasi di Jl. Cendrawasih, Kab Boyolali
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan.
d. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Dokumen pengadaan, Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan
serta mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
21
e. Pada akhir kerja Penyedia Jasa konstruksi diharuskan membersihkan area kegiatan
dari segala kotoran akibat kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa material
bangunan serta gundukan tanah, bekas galian dan lain sebagainya.
22
25. Mutu dan Cara Uji Pipa Baja Lapis Seng SNI 07-0039-1987
26. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung SNI 03-
1729-2002
27. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729 : 2020
28. Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Alumunium – Seng (BJ.L AS) SNI
4096:2007
29. Cat Tembok Emulsi SNI 3564:2009
30. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-
1994
31. Tata Cara Pengecatan Genteng Keramik SNI 03-3433-2002
32. Spesifikasi Campuran Cat Siap Pakai Berbahan Dasar Minyak SNI 06-4827-
1998
33. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03-2407-1991
34. Tata cara Pengecatan Logam SNI 03-2408-1991
35. Kapur Untuk Bahan Bangunan SNI 03-6387-2000
36. Spesifikasi Ukuran Kusen Pintu Kayu, Kusen Jendela Kayu, Daun Pintu Kayu
dan Daun Pintu Jendela Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-
0675-1989
37. Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-2445-
1991
38. Ubin Dinding Keramik Berglasir SNI 03-0054-1996
39. Ubin Mosaik Keramik SNI 03-1331-2001
40. Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik SNI 03-0106-1987
41. Keramik Berglazur SNI 03-4062-1996
42. Ubin Granito SNI 03-4061-1996
43. Ubin Tegel Keramik SNI 03-2091-91
44. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) SNI 04-0225-2000
45. Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran SNI 03-
6862-2002
46. Bata Merah Pejal untuk Pasangan Dinding SNI 15-2094-2000
47. Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding PT-T-03-2000-C
48. Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing SNI 03-7065-2000
49. Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-2445-
1991
50. Dan lain-lain yangsecara nyata termasuk di dalam Dokumen/ Gambar, RKS,
Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan / Aanwijzing dan
ketentuan-ketentuan lainnya
23
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan galian tanah
pondasi meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, disertai gambar shop
drawing.
2). Kedalaman dan lokasi yang akan digali harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
3). Penempatan tanah bekas galian penempatannya tidak boleh
mengganggu pekerjaan lain.
4). Untuk tanah bekas galian yang akan digunakan untuk pengurugan
kembali bekas galian harus ditempatkan pada tempat yang tidak
mengganggu pekerjaan.
5). Untuk pekerjaan urug kembali bekas galian harus dipadatkan
mengunakan alat pemadat minimal stamper sehingga tanah bekas
galian memenuhi tanah padat yang sempurna.
6). Pekerjaan galian dengan menggunakan alat berat diminimalisir
gangguan terhadap lingkungan sekitar.
24
4). Pemadatan tanah menggunakan alat pemadat/stamper. Pemadatan
dilakukan setiap ketebalan urugan 20 cm.
3.3.2. Standar :
a. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002
b. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
c. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran dengan Bahan Dasar Semen).
d. SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)
25
4). Spesi pasangan batu belah hitam menggunakan campuran dengan
perbandingan 1 PC : 8 pasir.
5). Pasangan batu dipasang lurus mengikuti benang yang diikatkan pada
profil yang sudah dibuat, sehingga menghasilkan pasangan batu yang
lurus dan rapi.
6). Untuk pembesian sloof, dibuat stek-stek per jarak 1 m sedalam 30 cm ke
dalam pasangan pondasi batu kali untuk memberikan ikatan pada sloof
dan pasangan batu kali.
3.3.4. Material
Batu belah, pasir, semen dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
3.4.2. Standar :
a. SNI 03-6862-2002 (Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata dan
Plesteran) atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
b. SNI 15-2094-2000 (Bata Merah Pejal untuk Pasangan Dinding)
c. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
d. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
e. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam).
f. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran dengan Bahan Dasar Semen).
g. SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)
26
5). Campuran menggunakan mortar perekat GE-100.
6). Pengadukan spesi harus dilakukan dengan molen pengaduk spesi.
7). Penyedia Jasa konstruksi harus menjamin pasangan bata ringan horizontal
dengan alat bantu profil kayu lot pengukur ketegakan pasangan dan
benang.
8). Ketebalan spesi diusahakan sama pada arah vertikal dan horisontal.
9). Bidang dinding yang luasnya lebih besar dari 9 m2 ditambahkan kolom dan
balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 11 x 11 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 8 mm jarak 150 cm. Kolom
praktis dicor pada setiap ketinggian 1 m.
10). Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali
tidak diperkenankan.
11). Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah dua melebihi dari
5%. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
12). Setelah bata terpasang, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
13). Setiap pemasangan bata ringan dan kolom praktis dipasang angkur.
3.4.4. Material
Bata Ringan, mortar dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
3.4.5. Pelaksanaan
1). Pasang Bata Ringan diatas adukan GE-100, cek kerataan pada tiap sisi Bata
Ringan yang telah dipasang dapat dengan menggunakan waterpass
ataupun tarikan benang.
2). Rekatkan Bata Ringan dengan perekat GE-100 menggunakan alat bantu
trowel/roskam yang disesuaikan dengan ketebalan Bata Ringan yang
dipasang, pastikan seluruh permukaan Bata Ringan yang dihampar GE-100
tertutup adukan.
3). Rekatkan Bata Ringan menggunakan palu karet dengan menjaga ketebalan
tetap sekitar 3 mm.
4). Bersihkan kelebihan GE-100 dengan menggunakan kape, kelebihan
tersebut dapat juga dipergunakan untuk menambal Bata Ringan yang
gompal.
5). Pasang angkur dengan diameter minimal 8 mm pada setiap pasangan Bata
Ringan 3 susun jika berhimpit dengan kolom struktur.
6). Gunakan adukan GE-100 untuk pada setiap sisi Bata Ringan yang
menempel pada balok dan kolom struktur.
7). Untuk kerataan permukaan Bata Ringan dapat menggunakan papan amplas
ataupun pecahan Bata Ringan yang tidak terpakai.
8). Untuk pemotongan Bata Ringan dapat menggunakan gergaji Beton Ringan
atau gergaji pemotong elektrik (circular saw).
9). Pembuatan alur pipa dapat menggunakan circular saw untuk menandai
lubang yang diinginkan, pemotongan dapat menggunakan pahat untuk
bagian yang akan dilubangi. Gunakan hand router jika diperlukan untuk
merapikan lubang yang telah dibentuk
27
3.5.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan plesteran adalah semua pekerjaan plesteran pada semua permukaan
bata ringan dan beton atau yang ditunjukkan pada gambar, hingga terbentuk
permukaan yang siap difinishing lebih lanjut.
3.5.2. Standar :
a. SNI 03-6862-2002 (Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata
dan Plesteran).
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding).
c. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
d. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam).
e. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran dengan Bahan Dasar Semen).
f. SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)
3.5.3. Material
Mortar, semen, dan pasir dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
3.5.4. Pelaksanaan
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran dan acian
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2). Sebelum memulai pekerjaan, pekerjaan pipa-pipa dan conduit mekanikal
dan elektrikal harus sudah selesai.
3). Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat tertanam
sehingga tidak menimbulkan retak pada plesteran yg sudah jadi.
4). Campuran/bahan dibuat menggunakan mixer selama 3 menit dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Masukkan bahan kering mortar GE-210 ke dalam bak adukan dan
tuang air sebanyak 9 – 9.5 liter untuk setiap zak GE – 210 (50kg).
b) Aduk campuran hingga rata dan memperoleh konsistensi yang sesuai
untuk pelaksanaan pasangan bata.
c) Kelembaban plasteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar/tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plasteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah
penguapan air secara cepat.
d) Plasteran harus mendapatkan curing minimal 1x sehari selama 3 hari.
e) Plesteran harus sudah berumur 3 hari sebelum di-aci.
f) Acian harus rata/tdk bergelombang dengan ketebalan acian 2 mm atau
maksimal 3 mm.
g) Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plasteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dengan biaya atas
tanggungan penyedia Jasa konstruksi.
28
3.6. Pekerjaan Beton Bertulang
3.6.1. Lingkup kerja
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, serta
pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan
yang tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan
beton, seperti acuan, besi beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam
lingkup pekerjaan ini adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di
sekitar sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman
3.6.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/
Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk Benda Uji Silinder
Beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder
yang Dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
3.6.3. Material
Semen, agregat kasar, agregat halus pasir, besi beton, air, dan admixture /
bahan tambah dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
29
2) Tie Beam, Balok, Plat lantai seluruh lantai menggunakan mutu beton
fc’ 24,9 MPa
3) Kolom menggunakan mutu beton fc’ 29,05 MPa
4) Tangga dan ramp menggunakan mutu beton fc’ 24,9 MPa
5) Beton Praktis (sloof, kolom, ringbalok, balok latai, balok janggutan),
pelat topi-topi dan pelat meja dapur menggunakan mutu beton fc’
14,5 MPa.
6) Jika tidak ditentukan secara khusus, maka untuk lantai kerja
menggunakan beton mutu fc’ 10 MPa.
b. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai,
Kontraktor harus melakukan percobaan sesuai dengan yang disyaratkan
oleh peraturan yang berlaku. Untuk itu harus diadakan trial-mix di
laboratorium.
c. Pernyataan jaminan mutu SNI dan TKDN beton segar siap pakai (ready-mix)
beton structural dari produsen yang dilampiri sertifikat SNI Produk Beton
Struktural SNI 6880:2016 yang masih berlaku dan Sertifikat Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Beton Siap Pakai (Ready-Mix).
30
b. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka
Kontraktor harus melaksanakan pengujian ulang dengan campuran
yang lain dan selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji tersebut
hingga diperoleh hasil yang diinginkan.
c. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai
dengan pengarahan Konsultan Pengawas.
d. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan,
Kontraktor harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik,
dimana pengujian dilakukan secara berkala, dengan cara pengujian
sesuai dengan spesifikasi ini.
2. Laboratorium Penguji
a. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan
suatu laboratorium penguji untuk melaksanakan pengujian material
yang akan digunakan pada proyek ini. Laboratorium ini bertanggung
jawab untuk melakukan semua pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
b. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan
penguji di lapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga akhli
yang menguasai bidangnya.
1) Alat penguji agregat kasar dan agregat halus.
2) Alat pengukur kadar air (moisture content) dari agregat.
3) Alat pengukur kelecakan beton (slump)
4) Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpan untuk merawat
benda uji pada temperatur yang normal dan terhindar dari
sengatan matahari.
c. Jika menggunakan beton readymix, maka peralatan yang disebut (a)
dan (b) di atas harus disiapkan di pabrik beton readymix
3. Pengujian Agregat
a. Pengujian Pendahuluan Agregat
1) Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat
sebagai berikut :
a) Sieve Analysis
b) Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain
c) Pengujian unsur organis
d) Pengujian kadar chlorida dan sulfat
2) Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
3) Pengujian a) dan b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis
agregat harus dilakukan terhadap setiap contoh untuk setiap trial
mix.
31
Sieve analysis Setiap minggu
Moisture content Setiap minggu
Clay, silt dan kotoran Setiap hari
Kadar organis Setiap minggu
Kadar Chlorida dan Sulfat Setiap 500 m3 beton
4. Pengujian Beton
Pengujian mutu beton harus mengacu pada SNI 1974:2011 tentang Cara
Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder.
a. Benda uji beton
1) Benda uji harus berbentuk Silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm.
2) Benda uji harus diberi kode/tanda yang menunjukkan tanggal
pengecoran, lokasi pengecoran dari bagian struktur yang
bersangkutan.
3) Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan
beton readymix, maka benda uji harus diambil sebelum beton
dituang ke lokasi pengecoran, sesuai dengan yang disyaratkan oleh
Konsultan Pengawas.
32
d. Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton
Cara evaluasi kualitas beton mengacu pada SNI 03-6815:2002 tentang
Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton. Deviasi Standar- S
Deviasi standar produksi beton ditetapkan berdasarkan jumlah 30
buah hasil test Silinder. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh
Silinder yang kurang dari 30 buah harus dikoreksi dengan faktor
pengali seperti tercantum dalam tabel berikut :
fc fcr
2
S
N 1
Kuat tekan rata-rata - f’cr Target f’cr yang digunakan sebagai dasar
dalam menentukan proporsi campuran beton harus diambil sebagai
nilai yang terbesar dari formula berikut ini :
f’cr = fc’ + 1.64 S
atau
f’cr = fc’ + 2.64 S – 40 kg/cm2.
33
b. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak
ditentukan secara khusus maka nilai slump untuk beberapa elemen
struktur adalah seperti di bawah ini :
c. Cara uji slump sebagai berikut; Cara uji slump sebagai berikut;
1) Beton diambil sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton
(bekisting).
2) Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan
yang rata.
3) Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
4) Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi beton
diameter 16 mm, panjang 30 cm dengan ujung yang bulat.
5) Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan
berikutnya.
6) Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus
masuk sampai dengan satu lapisan di bawahnya.
7) Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penurunannya.
34
memeriksa pekerjaan secara aman dan mudah. Tanpa fasilitas tersebut,
Kontraktor tidak akan diizinkan untuk melakukan pengecoran.
d. Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan tersebut harus segera
diperbaiki dalam waktu 1x24 jam dan selanjutnya Kontraktor harus
mengajukan izin lagi untuk dapat melaksanakan pengecoran.
e. Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu akibat koreksi yang
timbul, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas.
f. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran tidak berarti
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas ke
tidaksempurnaan ataupun kesalahan yang timbul.
g. Sebelum pengecoran dilakukan harus dipastikan dan dikoordinasikan
dengan Konsultan Pengawas bahwa semua peralatan yang akan
tertanam di dalam beton sudah terletak pada tempatnya, dan semua
kotoran sudah dibersihkan dari lokasi pengecoran.
h. Demikian pula untuk siar pelaksanaan sudah harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan.
4. Siar Pelaksanaan
a. Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar
kerjanya.
b. Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar
perlemahan struktur dapat dikurangi.
c. Siar pelaksanaan tidak diizinkan untuk melalui daerah yang
diperkirakan sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
d. Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi siar pelaksanaan harus terletak
pada daerah di mana gaya geser adalah minimal, umumnya terletak
pada sepertiga bentang tengah dari panjang efektif elemen struktur.
e. Pada pengecoran beton yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar
pelaksanaan harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak
menyebabkan perbedaan temperatur yang besar pada beton tersebut,
yang dapat berakibat retaknya beton, disamping adanya tegangan
residu yang tidak diinginkan.
f. Siar pelaksanaan dapat dibuat secara horisontal, dan pengecoran dapat
dibagi menjadi berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan tersebut harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
g. Kontraktor sudah harus mempertimbangkan di dalam penawarannya,
segala hal yang berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti
waterstop, perekat beton, dowel dsb., maupun pembersih permukaan
beton agar dapat dijamin lekatan antara beton lama dan baru.
h. Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan bekas beton
yang tidak melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan,
harus dikasarkan sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi
terlihat, tetapi tetap melekat dengan baik.
35
a. Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat
tiba di lokasi proyek dalam keadaan yang masih memenuhi spesifikasi
teknis.
b. Jika lokasi pembuatan beton cukup jauh dari proyek, maka harus
digunakan admixtures yang dapat memperlambat proses pengerasan
dari beton.
c. Pada saat beton diangkut ke lokasi pengecoran juga harus diperhatikan,
agar tidak terjadi pemisahan antara bahan-bahan dasar pembuat beton.
d. Pada saat pengecoran tinggi jatuh dari beton segar harus kurang dari
1.50 meter.
e. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah
yang berat, dengan pasta beton, sehingga mengakibatkan kualitas
beton menjadi menurun.
f. Untuk itu harus disiapkan alat bantu seperti pipa tremie sehingga
syarat ini dapat dipenuhi.
g. Sebelum pengecoran beton harus dijaga agar tetap dalam kondisi
plastis dalam waktu yang cukup, sehingga pengecoran beton dapat
dilakukan dengan baik. Kontraktor harus mengajukan jumlah alat dan
personel yang akan mendukung pengecoran beton, yang dianalisa
berdasarkan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
h. Sebagai gambaran setiap alat pemadat mampu memadatkan sekitar 5 -
8 m3 beton segar per jam. Beton segar harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan lokasi akhir, sehingga masalah segregasi dan
pengerasan beton dapat dihindarkan, dan selama pemadatan beton
masih bersifat plastis.
i. Untuk menjaga kelangsungan pengecoran beton, Kontraktor harus
mempersiapkan alat pelindung yang mungkin berguna seperti hujan
yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
6. Pemadatan Beton
a. Alat Pemadat Beton
1) Beton yang baru dicor harus segera dipadatkan dengan alat
pemadat (vibrator) dengan tipe yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
2) Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi udara pada
beton yang akan mengurangi kualitas beton.
3) Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan (workability)
beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat,
sehingga slump yang rendah biasanya merupakan masalah.
4) Untuk itu harus disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai,
sesuai dengan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
Minimal harus dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan
dipakai, jika ada vibrator yang rusak pada saat pemadatan sedang
berlangsung.
5) Alat pemadat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyentuh besi beton.
36
Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada
pertemuan balok-kolom, dinding beton yang tipis, dan pada lokasi
pembesian yang rapat dan rumit, maka Kontraktor harus
mempersiapkan metode khusus untuk pemadatan beton yang
disampaikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum
pengecoran dilaksanakan, agar tidak terjadi keropos pada beton,
sehingga secara kualitas tidak akan disetujui.
c. Pemadatan Kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih
plastis, maka beton tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan
rekomendasi Konsultan Pengawas agar retak tersebut dapat
dihilangkan.
8. Perawatan Beton
a. Tujuan Perawatan
Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi
kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi, dan mencegah
penguapan air dari beton pada umur beton awal, dan juga mencegah
perbedaan temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan
terjadinya keretakan dan penurunan kualitas beton. Perawatan beton
harus dilakukan begitu pekerjaan pemadatan beton selesai dilakukan.
Untuk itu harus dilakukan perawatan beton sedemikian sehingga tidak
terjadi penguapan yang cepat terutama pada permukaan beton yang
baru dipadatkan.
b. Lama Perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus
dibasahi dengan air bersih selama minimal 7 hari segera setelah
pengecoran selesai. Untuk elemen vertikal seperti kolom dan dinding
beton, maka beton tersebut harus diselimuti dengan karung yang
dibasahi terus menerus selama 7 hari.
37
stirofoam atau metoda lainnya) yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas, agar dapat memantulkan radiasi akibat panas. Material
tersebut harus dibuat kedap, agar kelembaban permukaan beton dapat
dipertahankan.
d. Acuan Metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang
sejenis, harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan.
Acuan tersebut harus dihindari dari terik matahari langsung, karena
sifatnya yang mudah menyerap dan mengantarkan panas. Perlakuan
yang kurang baik akan menyebabkan retak-retak yang parah pada
permukaan beton.
e. Curing Compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan
curing compound. Jenis dan tipe curing compound yang akan digunakan
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Harus diperhatikan agar
tidak terjadi penurunan temperatur yang cepat pada permukaan beton
sehingga dapat menyebabkan keretakan pada permukaan beton.
b. Perbedaan Temperatur
Umumnya permukaan beton tidak harus didinginkan secara mendadak,
yang terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar
(> 20° C) antara permukaan dan inti beton, dan beton harus
dihindarkan dari sinar matahari langsung ataupun tiupan angin.
c. Material Bantu
Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang
mungkin dapat dicampur ke dalam beton maupun yang akan digunakan
pada saat perawatan beton untuk mencegah terjadinya penguapan
yang terlalu cepat.
38
d. Lebar Retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan. Dan lebar
retak yang diizinkan maksimal sebesar 0.004 kali tebal selimut beton.
f. Hal-hal Lain
Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun
sesudah pengecoran beton adalah :
1) Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap dalam
kondisi terlindung dari sinar matahari, sehingga temperatur tidak
tinggi pada saat pencampuran dimulai.
2) Air yang akan digunakan harus didinginkan, misalnya dengan
mengganti sebagian air dengan es, sehingga temperatur menjadi
lebih rendah.
3) Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah
4) Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair ke dalam campuran beton.
5) Waktu antara pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi
maksimal 2 jam
6) Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan
membuat siar pelaksanaan secara horisontal pada beton yang
tebal, sehingga tebal satu lapis pengecoran menjadi kurang lebih 1
meter, dan perbedaan temperatur dapat dikontrol.
7) Jika mungkin, diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari
dimana temperatur lapangan sudah lebih rendah dibandingkan
pada siang hari.
8) Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada seluruh
permukaan beton yang terbuka untuk mencegah tiupan angin dan
menjaga agar temperatur tidak terlalu berbeda pada seluruh
penampang beton.
9) Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai, dan
harus diteruskan sampai sistem isolasi terpasang seluruhnya.
10) Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari
sinar matahari dan angin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat
dinding pada sekeliling daerah pengecoran dengan plastik atau
material sejenis, demikian juga pada bagian atasnya.
39
campuran yang digunakan, kepada Konsultan Pengawas untuk
dievaluasi lebih lanjut.
2) Kontraktor tidak diizinkan untuk memperbaiki keretakan tersebut
sebelum mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
b. Penyimpanan
Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu
secara baik sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan
harus cukup terlindung sehingga kemungkinan karat dapat
dihindarkan.
d. Bebas Karat
Pemasangan dan penyetelan berdasarkan elevasi yang sesuai dengan
gambar dan harus sudah diperhitungkan toleransi penurunannya.
Sebelum besi beton dipasang, permukaan besi beton harus bebas dari
karat, minyak dan lain-lain yang dapat mengurangi lekatan besi beton.
40
e. Selimut Beton
Besi beton harus dilindungi oleh selimut beton yang sesuai dengan
gambar standar ditail. Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan
utama tarik/tekan penampang beton harus dipasang sejauh mungkin
dari garis tengah penampang, sehingga pemakaian selimut beton yang
melebihi ketentuan-ketentuan tersebut di atas harus mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
f. Penjangkaran
Pemasangan rangkaian besi beton yaitu kait-kait, panjang
penjangkaran, penyaluran, letak sambungan dan lain-lain harus sesuai
dengan gambar standar yang terdapat dalam gambar rencana. Apabila
ada keraguan tentang ini maka Kontraktor harus meminta klarifikasi
kepada Konsultan Pengawas.
h. Sengkang-sengkang
Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan
rencana, maka sengkang harus diikat pada tulangan utama dan
jaraknya harus sesuai dengan gambar. Akhiran/ kait sengkang harus
dibuat seperti yang disyaratkan di dalam gambar standar agar
sengkang dapat bekerja seperti yang diinginkan. Demikian juga untuk
besi pengikat yang digunakan untuk pengikat tulangan utama.
i. Beton Tahu
Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada
tulangan, dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan
beton yang akan dicor. Jarak antara beton tahu ditentukan maksimal
100 cm.
j. Penggantian Besi
1) Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
2) Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka Kontraktor harus dapat
41
menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang
tertera dalam gambar.
3) Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat
dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat
dengan catatan :
a) Harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
b) Jumlah besi per satuan panjang atau jumlah besi ditempat
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar
(dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Khusus
untuk balok portal, jumlah luas penampang besi pada tumpuan
juga tidak boleh lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
c) Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlap yang
dapat menyulitkan pengecoran.
d) Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu
pelaksanaan.
Dimana B adalah dimensi elemen struktur baik untuk lebar maupun tinggi.
Pelaksanaan yang tidak memenuhi toleransi tersebut akan dievaluasi oleh
Konsultan Pengawas, untuk selanjutnya diputuskan. Semua akibat
kesalahan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
42
tidak/ belum tertera di dalam gambar maka Kontraktor wajib
menginformasikan hal tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan penyelesaiannya.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan
seperti release agent, pengangkutan dan pelaksanaan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan acuan sebagai cetakan beton sesuai
dengan gambar-gambar konstruksi dan gambar-gambar disiplin lain
43
yang berhubungan seperti diuraikan dalam uraian dan syarat-syarat
pelaksanaan, secara aman dan benar.
b. Detail-detail Khusus
Pembuatan acuan khusus sesuai yang direncanakan harus termasuk
yang ditawarkan di dalam penawaran Kontraktor. Termasuk juga jika
disyaratkan menggunakan material acuan yang khusus untuk
menghasilkan ditail khusus.
3. Persyaratan Bahan
a. Acuan dan Penyangga
1) Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk beton, baja,
pasangan bata yang diplester, kayu atau material lain yang dapat
dipertanggung jawabkan kualitasnya.
2) Penggunaan acuan siap pakai produksi pabrik tertentu diizinkan
untuk dipergunakan, selama dapat disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
3) Acuan yang terbuat dari multipleks dengan tebal minimal 12 mm.
4) Pengaku harus dibuat dengan benar agar tidak terjadi perubahan
bentuk/ ukuran dari elemen beton yang dibuat.
5) Penyanggah yang terbuat dari baja lebih disukai, walau
penggunaan material penyanggah dari kayu dapat diterima.
6) Bahan dan ukuran kayu yang digunakan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
7) Untuk pekerjaan beton yang langsung berhubungan dengan tanah,
maka sebagai lantai kerja harus dibuat dari beton mutu fc’ 10 MPa.
8) Sebagai acuan samping dari beton tersebut dapat menggunakan
pasangan batu kali, batu bata atau material lain yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
b. Release Agents
1) Release agent harus merupakan material yang memenuhi
ketentuan berikut ini :
a) Cream Emulsion
b) Neat oil dengan ditambahkan surfactant
c) Release agent kimiawi yang tidak merusak beton
2) Release agent harus disimpan dan digunakan sesuai dengan
ketentuan pabrik pembuatnya.
3) Kontraktor harus memastikan bahwa release agent yang digunakan
cocok dengan bahan finish yang akan digunakan. Dan jika
permukaan beton merupakan finishing atau umum disebut beton
exposed maka Kontraktor harus memastikan bahwa permukaan
beton yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan Konsultan
Pengawas.
4) Kontraktor harus memastikan bahwa release agent tersebut tidak
akan bersentuhan langsung dengan besi beton.
4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Struktur Acuan
44
1) Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa sedemikian
rupa, sehingga mampu memikul beban ke semua arah yang
mungkin terjadi (kuat), tanpa mengalami deformasi yang
berlebihan (kaku), dan juga harus memenuhi syarat stabilitas.
2) Deformasi dibatasi tidak lebih dari 1/360 bentang.
3) Peninjauan terhadap kemungkinan beban di luar beban beton juga
harus dipertimbangkan, seperti kemungkinan beban konstruksi,
angin, hujan dan lain lain.
4) Semua analisa dan perhitungan acuan berikut elemen
pendukungnya harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuannya, sebelum pekerjaan
dilakukan.
b. Dimensi Acuan
1) Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar struktur
adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk
plester/finishing.
2) Tambahan elemen tertentu seperti bentuk/ profil khusus yang
tercantum di dalam gambar arsitektur juga harus diperhitungkan
baik sebagai beban maupun dalam analisa biaya.
c. Gambar Kerja
1) Kontraktor harus membuat gambar kerja khusus acuan
berdasarkan analisis yang dilakukannya.
2) Gambar kerja tersebut harus lengkap disertai ukuran dan ditail-
ditail sambungan yang benar dan selanjutnya diserahkan kepada
Konsultan Pengawas untuk persetujuannya.
3) Tanpa persetujuan tersebut Kontraktor tidak diperkenankan untuk
memulai pembuatan acuan di lapangan.
d. Tanggung Jawab
1) Walaupun sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas, tanggung
jawab sepenuhnya atas kekuatan, kekakuan dan stabilitas acuan
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kontraktor.
2) Jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan perkiraan ataupun
kekeliruan yang mengakibatkan timbulnya biaya tambah, maka
semua biaya tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3) Acuan harus dibuat sesuai dengan yang dibuat di dalam gambar
kerja. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja harus
segera dibongkar.
e. Stabilitas Acuan
1) Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga
kemungkinan bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan
dapat dihindari.
2) Konsultan Pengawas berhak untuk meminta Kontraktor untuk
memperbaiki acuan yang dianggap tidak/ kurang sempurna
dengan beban biaya Kontraktor.
45
f. Inspeksi Konsultan Pengawas
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian
rupa sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah
oleh Konsultan Pengawas.
g. Detail Acuan
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton
yang bersangkutan.
h. Jumlah Pemakaian
1) Acuan untuk beton non ekspose hanya diperbolehkan dipakai
maksimum 3 (tiga) kali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas.
2) Acuan yang akan digunakan berulang harus dipersiapkan
sedemikian rupa sehingga dapat dijamin permukaan acuan tetap
rapih dan bersih.
i. Akurasi
1) Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran
kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-
gambar konstruksi.
2) Toleransi ukuran dan posisi harus sesuai dengan yang tercantum
di dalam spesifikasi ini.
46
3) Cara pengecoran beton harus diperhitungkan sedemikian rupa
sehingga siar-siar pelaksanaan tidak merusak penampilan beton
exposed tersebut. Merek dan jenis release agent yang telah
disetujui bersama, tidak boleh diganti dengan merk dan jenis lain.
4) Untuk itu Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu nama
perdagangan dari release agent tersebut, data bahan-bahan
bersangkutan, nama produsennya, jenis bahan-bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, risiko-risiko dan keterangan-
keterangan lain yang dianggap perlu untuk memperoleh
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
n. Scaffolding
Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan steger
besi (scaffolding). Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan
diatur agar mudah diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
47
Jenis Struktur Waktu Minimum
Pembongkaran Bekisting yang akan
diganti dengan Reshoring
Elemen Vertikal (Kolom) 3 Hari
Plat dan Balok 14 Hari
Dinding Basemen 3 Hari
Tangga 14 Hari
48
b. Dengan catatan bahwa alternatif acuan tersebut tidak merupakan kerja
tambah dan tidak menyebabkan kelambatan dalam pekerjaan.
c. Sangat diharapkan agar Kontraktor dapat mengajukan usulan acuan
yang dapat mempersingkat waktu pelaksanaan tanpa mengurangi /
membahayakan mutu beton dan sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku.
3.7.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan)
49
k. SNI 6369 2008 (Tata Cara Pembuatan Caping untuk Benda Uji Silinder
Beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder Yang
Dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
3.7.3. Material
Semen, agregat kasar, agregat halus dan pasir dengan spesifikasi sesuai dengan
sub bab material.
50
3.8. Pekerjaan Pondasi Foot Plat
3.8.1. Lingkup kerja
Pekerjaan pondasi foot plat adalah pekerjaan pembuatan pondasi beton
bertulang sesuai dengan gambar perencanaan, baik dimensi footplat maupun
besi yang akan di gunakan.
3.8.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton
di Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata Cara Pembuatan Caping untuk Benda Uji Silinder
Beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder
yang Dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
51
3). Panjang sambungan minimum 40 diameter tulangan pokok.
4). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 40 mm.
5). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
6). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
7). Sambungan besi atas harus terletak pada daerah lapangan.
8). Sambungan besi bawah harus terletak pada daerah tumpuan.
9). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.
b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan begisting
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, di
sertai gambar shop drawing.
2). Penyedia Jasa konstruksi harus mengajukan ijin untuk memulai
pekerjaan yang di setujui Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
3). Bahan begisiting menggunakan multiplek tebal 9 mm, dengan
penggunaan mengunakan sistem dua kali pakai.
4). Bahan Begisting sisi-sisinya siku.
5). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
6). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot
dan tarikan benang.
7). Level lantai Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
8). Untuk kebutuhan instalasi M&E, lebar sparing pada Footplat
maksimal 1/5.
9). Luas total sleeve/pipa maksimum 4%.
52
5). Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
6). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan
mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan
dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai ulang
harus dirawat sehingga layak digunakan.
7). Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya, panjang stek
minimal 40 kali diameter.
8). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
9). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah
posisi selama pengecoran.
10). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
11). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
12). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen.
13). Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai
berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah
atau memisah dari campuran.
14). Penulangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penulangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi.
15). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
16). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
17). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
53
e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan
dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam selang waktu
ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal, tengah dan akhir).
Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7, 14, dan 28 hari.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam
Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-
15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Footplat 26,4 Mpa
3.9.2. Standar :
a) SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam)
54
b) SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c) SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d) SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e) SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f) SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g) SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
h) SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar).
i) SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j) SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Lapangan)
k) SNI 6369 2008 (Tata Cara Pembuatan Caping untuk Benda Uji Silinder
Beton)
l) SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m) SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n) SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o) SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton).
p) SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q) SNI 1974 : 2011 (Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder
yang Dicetak).
r) Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam
Beton).
s) SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t) SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
55
b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan begisting
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas, di
sertai gambar shop drawing.
2). Penyedia Jasa konstruksi harus mengajukan ijin untuk memulai
pekerjaan yang di setujui Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan.
3). Bahan begisiting menggunakan multiplek tebal 9 mm, dengan
penggunaan mengunakan sistem dua kali pakai.
4). Bahan Begisting sisi-sisinya siku.
5). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
6). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot
dan tarikan benang.
7). Level lantai Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
8). Untuk kebutuhan instalasi M&E, lebar sparing pada Tie Beam
maksimal 1/5.
9). Luas total sleeve/pipa maksimum 4%.
56
8). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
9). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah
posisi selama pengecoran.
10). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
11). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
12). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen.
13). Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai
berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah
atau memisah dari campuran.
14). Penulangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penulangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi.
15). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
16). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
17). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan
dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam selang waktu
57
ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal, tengah dan akhir).
Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7, 14, dan 28 hari.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam
Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-
15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Tie Beam 26,4 Mpa
3.10.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan
Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung)
58
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar).
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton
di Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk benda uji silinder
beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder
yang dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
Begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang
akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan
atau Konsultan Pengawas.
59
2). Bahan begisiting menggunakan papan bekisting, dengan
penggunaan mengunakan sistem dua kali pakai, sisi-sisinya siku .
3). Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat
diperiksa sesuai dengan shop drawing.
4). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape
atau sejenisnya.
5). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan
lot dan tarikan benang.
6). Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
7). Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum
4% dari luas penampang kolom.
60
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan begisting
harus selalu periksa selama pengecoran.
13). Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5m.
14). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
15). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
16). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan
contoh beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar
dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai.
Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari mesin aduk, dilakukan sebanyak 3 kali
atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam
pengaduk. Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7,
14, dan 28 hari.
17). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan
dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam
selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal,
tengah dan akhir). Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi
7, 14, dan 28 hari.
61
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di
dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
(SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Kolom 26,4 Mpa
3.11.2. Standar :
a. SNI 03-6861,1-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan
Logam)
b. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam)
c. SNI 2049 2015 (Semen Portland)
d. SNI 2052 2017 (Baja Tulangan Beton)
e. SNI 03-1750-1990 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
f. SNI 1726 2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung)
g. SNI 2847 : 2019 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung)
h. SNI 2458:2008 (Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar).
62
i. SNI 03-2493-1991 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
j. SNI 03-4810-1998 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton
di Lapangan)
k. SNI 6369 2008 (Tata cara pembuatan Caping untuk benda uji silinder
beton)
l. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
m. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
n. SNI 03-6816-2002 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
o. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
p. SNI 1972:2008 (Cara Uji Slump Beton).
q. SNI 1974 : 2011 (Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder
yang dicetak).
r. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
s. SNI 03-4433-1997 (Spesifikasi Beton Siap Pakai)
t. SNI 03-6883-2002 (Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan
Beton)
b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
begisting meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
63
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang
akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan
atau Konsultan Pengawas.
2). Bahan begesting menggunakan papan bekisting, sistem penggunaan
dua kali pakai.
3). Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat
diperiksa sesuai dengan shop drawing.
4). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape
atau sejenisnya.
5). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan
lot dan tarikan benang.
6). Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
7). Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum
4% dari luas penampang kolom.
64
11). Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan begisting
harus selalu periksa selama pengecoran.
12). Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5 m.
13). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh
menyentuh begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu
lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
14). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
15). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan
contoh beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar
dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai.
Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari mesin aduk, dilakukan sebanyak 3 kali
atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam
pengaduk. Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7,
14, dan 28 hari.
16). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
e. Pengujian Beton
Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan
dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih dalam
selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal,
65
tengah dan akhir). Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi
7, 14, dan 28 hari.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus
diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji
tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan
dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada
Formwork/Bekesting.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di
dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
(SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut
:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Balok dan Pelat 26,4 Mpa
3.15.2. Standarisasi
a. SNI 03-6861,3-2002 (Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi)
b. SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur
c. AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium
d. JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi
e. JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium
3.15.3. Material
Material kusen, ram, aksesories pintu dan jendela dengan spesifikasi sesuai
dengan sub bab material.
66
3.15.4. Kriteria Perencanaan
a. Faktor Pengaman kecuali disebutkan lain, bagian – bagian aluminium
termasuk ketahanan kaca, memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari
1,5 x maksimum tekanan angin yang disyaratkan.
b. Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan,
kekuatan atau ketahanan dari material dan harus tetap memenuhi
kriteria perencanaan
c. Pergerakan Karena Temperatur
Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh
menimbulkan suara maupun terjadi patahan atau sambungan yang
terbuka, kaca pecah, sealant yang tidak merekat dan hal – hal lain.
Sambungan kedap air harus mampu menampung pergerakan ini.
67
c. Hasil fabrikasi harus berupa komponen yang berbentuk dan berukuran
tepat serta sesuai untuk dipasang pada tempat kedudukannya, dengan
toleransi setelah, diadakan penyesuaian dengan keadaan lapangan adalah
sebagai berikut:
1) Untuk tinggi dan lebar maksimal 1 mm.
2) Untuk diagonal maksimum 2 mm
68
o. Pemasangan kusen dan daun pintu/ jendela aluminium pada dinding
harus dalam kondisi plastik pelindung tetap melekat pada setiap batang
UPVC, dan baru boleh dibuka setelah semua pekerjaan finishing dinding
selesai seluruhnya, dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
p. Pemotongan aluminium mengunakan mesin potong, mesin punch, drill,
sedemikian rupa sehingga memperoleh hasil yang sudah dirangkai
3.14.2. Standarisasi
a. SNI 03-0054-1996 (Ubin Dinding Keramik Berglasir)
b. SNI 03-1331-2001 (Ubin Mosaik Keramik)
c. SNI 03-0106-1987 (Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik)
d. SNI 03-4062-1996 (Keramik Berglazur)
e. SNI 03-4061-1996 (Ubin Granito)
f. SNI 03-2091-91 (Ubin Tegel Keramik)
3.14.3. Material
Material lantai dan pelapis dinding dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.
69
h. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan
seperti yang telah diisyaratkan di atas. Pengisian siar ( Cor Nat ) harus
menuggu hingga spasi kering.
i. Pemotongan unit-unit Homogenious tiles, Batu Andesit bakar dan
keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai persyaratan
dari pabrik.
j. Penutup lantai yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala
macam noda pada permukaan penutup lantai, hingga betul-betul bersih.
k. Penutup lantai yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban
selama 2 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari
pekerjaan lain.
l. Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada
lubang dan celah celah yang terjadi pada permukaan lantai, harus ditutup
dengan adukan semen pasir (tasram) sampai rata terhadap permukaan
sekelilingnya.
3.14.5. Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Homogenious Tile,
Batu Andesit Bakar, dan keramik meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas disertai gambar shop drawing.
b. Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan keramik yang masuk ke tapak
harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna yang telah
ditentukan. Dus Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, harus dalam
keadaan tersegel dengan spesifikasi yang ditentukan. Warna, ukuran,
tekstur, dan bentuk harus seragam. Homogenious Tile, Batu Andesit
Bakar, yang tidak sesuai dengan spesifikasi tidak boleh dipasang.
c. Pemasangan Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan keramik boleh
dilakukan bila Instalasi M&E pada lantai sudah selesai.
d. Untuk keramik harus direndam air hingga jenuh air terlebih dahulu
sebelum dipasang, untuk Homogenious Tile jenis addesive Homogenious
Tile , Homogenious Tile tidak boleh direndam air.
e. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai, karenanya screeding
dasar harus diatur hingga memungkinkan pada Homogenious Tile, Batu
Andesit Bakar, dan keramik dengan ketebalan yang berbeda permukaan
finishnya terpasang rata.
f. Header/kepalaan Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan keramik
harus dibuat pada dua arah dengan bantuan teodolit
g. Adukan semen untuk screeding dibuat dengan pebandingan 1 pc : 3 pasir.
Adukan perekat dengan perbandingan 4,5 kg adesive dengan 1 liter air.
h. Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyai kemiringan.
i. Kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area
toilet. Sedangkan untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada
jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa
meninggalkan genangan.
70
j. Pemotongan Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan keramik harus
menggunakan alat yang sesuai agar menghasilkan hasil potongan yang
rata, tidak bergerigi.
k. Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan Keramik harus dilindungi dari
pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan dengan menempatkan
rambu atau tanda.
l. Pasangan Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan Keramik harus
diperiksa jarak dan kelurusan nat-nya, tidak kosong aciannya, tidak retak
dan gores, beda tinggi Homogenious Tile (plint) maksimal 1 mm.
m. Homogenious Tile, Batu Andesit Bakar, dan Keramik boleh di-grouting
atau kolot setelah berumur 24 jam. Warna grouting harus seragam, halus
dan tanpa celah, bila perlu gunakan alat bantu untuk meratakan grouting.
Tepi dinding diberi sealant atau dibiarkan saja tanpa grouting untuk
ruang muai-susut.
3.14.7. Standarisasi
g. SNI 03-0054-1996 (Ubin Dinding Keramik Berglasir)
h. SNI 03-1331-2001 (Ubin Mosaik Keramik)
i. SNI 03-0106-1987 (Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik)
3.14.8. Material
Material lantai dan pelapis dinding dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.
71
g. Pemotongan unit-unit Homogenious Tile , keramik, bata terakota dan
roster harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai persyaratan dari
pabrik.
3.14.10. Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Homogenious Tile,
Batu Andesit Bakar, dan keramik meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas disertai gambar shop drawing.
b. Homogenious Tile , keramik, bata terakota dan roster yang masuk ke
tapak harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna.
c. Pemotongan keramik, bata terakota dan roster harus menggunakan alat
yang sesuai agar menghasilkan hasil potongan yang rata, tidak bergerigi.
d. Pasangan Homogenious Tile, keramik, bata terakota dan roster harus
diperiksa jarak dan kelurusan nat-nya, tidak kosong aciannya, tidak retak
dan gores, beda tinggi Homogenious Tile (plint) maksimal 1 mm.
e. Pemasangan Homogenious Tile , Keramik Dinding di bagian dalam
(Internal)
1) Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar Homogenious Tile ,
Keramik harus dibasahi. Pakai benang untuk menentukan lay out
Homogenious Tile, yang telah ditentukan dan pasang sebaris
Homogenious Tile guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.
2) Kecuali ditentukan lain, pemasangan Homogenious Tile , Keramik
harus dimulai dari bawah dan dilanjutkan ke bagian atas.
3) Pada pemasangan, tempelkan di bagian belakang Homogenious Tile ,
keramik adukan dan ratakan, kemudian keramik yang telah diberi
adukan ini ditekankan ke plesteran dasar. Kemudian permukaan
keramik dipukul perlahan-lahan hingga mortar perekat menutupi
penuh bagian belakang Homogenious Tile , keramik dan sebagian
adukan tertekan keluar dari tepi keramik.
4) Jika Homogenious Tile , keramik sudah terpasang, mortar yang
berada di naad (joint) harus dibuang / dikeluarkan dengan sikat atau
cara lain yang tidak merusakkan permukaan tile. Mortar yang
mengotori permukaan tile harus dibuang dengan kain lap basah
5) Pemasangan Homogenious Tile , keramik grant (pengisian naad)
harus sesuai dengan ketentuan pabrik..
3.15.2. Material
72
Material Plafond, rangka plafond dan list plafond dengan spesifikasi sesuai
dengan sub bab material.
3.16.2. Material
73
Material rangka baja dan ukurannya dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.
74
2. Seluruh pekerjaan pengelasan harus dilakukan oleh pekerja yang benar
benar ahli dalam bidang pengelasan, setifikat keahlian merupakan
rujukan yang diperlukan jika timbul keragu raguan mengenai keahlian
pelaksanaan.
3. Semua baja yang dipakai harus bebas dari retak dan cacat lain yang dapat
mengurangi kekuatan sambungan serta kerataan permukaan bagian
sambungan.
4. Baut baut dan mur mur yang dipakai adalah jenis baut baja High Tension
Bolt (HTB) baut harus dilengkapi dengan 2 buah ring dengan ukuran dan
tebal sesuai dengan baut yang digunakan.
5. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-
gambar dan kondisi di lapangan.
6. Perhatikan semua ukuran, sambungan dan hubungannya dengan material
lain, dengan mengikuti semua petunjuk gambar rencana secara seksama .
7. Bekas-bekas pekerjaan harus digerinda sampai halus dan rata permukaan
8. Untuk unit yang dipasang harus diberi tanda-tanda agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.
9. Pekerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi, tanpa menimbulkan
kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya.pengelasan harus menjamin
pengakhiran yang rata dari cairan elektroda tersebut permukaan dari
daerah yang akan dilas harus bersih dan bebas dari kotoran ,cat, minyak
dan karat.
10. Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dan
dijamin tidak akan berputar atau membengkok.setelah pengelasan, sisa-
sisa/kerak las harus dibersihkan dengan baik (wire, brush, ampelas) cacat
pada pengelasan harus di potong dan dilas kembali atas tanggung jawab
kontraktor.
75
Modulus of elasticity 200 000 MPa
Shear Modulus 80 000 MPa
c. Bentuk dan ukuran bahan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
1) Alat sambung (screw) masuk dalam kelas ketahanan korosi
minimum kelas 2.
76
c. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke
Konsultan Pengawas, Direksi Lapangan untuk mendapatkan persetujuan
secara tertulis.
3.18.2. Standar :
a. SNI 1727-2020 (Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait Untuk
Bangunan Gedung dan Struktur Lain)
b. Tata Cara Pengecatan Genteng Keramik SNI 03-3433-2002
3.18.3. Material :
Material penutup atap dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
77
harus sesuai dengan ketentuan metode pemasangan/aplikasi pabrikasi
(brosur) dari produk tersebut, dimana antara lain untuk penutup Atap
menggunakan Atap Bitume Selulosa Onduvilla.
b. memiliki prosedur khusus dalam pemasangannya, yang meliputi aturan
pemasangan, overhang, dan lain-lain. Penyedia jasa bertanggung jawab
dan harus memperbaiki atas segala kerusakan, kegagalan, maupun
kesalahan yang terjadi akibat ketidaksesuaian dalam pemasangan di
lokasi proyek dengan gambar kerja dan metode dari pabrikasinya..
c. Pekerjaan penutup menggunakan ukuran maupun ketebalan sesuai
dengan gambar rencana dan material yang sudah ditentukan dalam
dokumen ini. Pemasangan harus terpasang kuat, kokoh, tidak goyah,
terutama pada penyambungannya.
d. Penyedia Jasa konstruksi harus menyerahkan contoh penutup atap yang
akan digunakan untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
dan Pelaksana Teknis.
e. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia jasa konstruksi
harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas atau DIREKSI
LAPANGAN serta harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
f. Pemasangan Penutup Atap genteng keramik, harus dilaksanakan oleh
teknisi yang handal dan peralatan yang sesuai penggunaannya, sehingga
teknik dan hasil pemasangan akan dapat sesuai sistem aplikasi
pemasangan yang disyaratkan oleh pabrikasinya. Sistem garansi produk
tersebut harus jelas dan harus mendapat persetujuan dari DIREKSI
LAPANGAN atau Konsultan Pengawas.
g. Seluruh pekerjaan penutup atap harus terkerjakan rapi, kokoh, rapat, dan
tidak bocor.
3.19.2. Material
Material cat baik cat Tembok, cat plafond dan cat besi, cat kayu, dan coating
dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
3.19.3. Standar :
a. SNI 3564:2009 (Cat Tembok Emulsi)
b. SNI 03-2410-1994 (Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi)
78
c. SNI 06-4827-1998 (Spesifikasi Campuran Cat Siap Pakai berbahan Dasar
Minyak)
d. SNI 03-2407-1991 (Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung).
e. SNI 03-2410-1994 (Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi)
f. SNI 03-2408-1991 (Tata Cara Pengecatan Logam).
79
1). Semua kayu hanya boleh di menie dan di cat di lokasi proyek dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
2). Sebelum pekerjaan manie dan cat dilakukan, bidang kayu kasar harus
diamplas dengan amplas besi kasar dan dilanjutkan dengan amplas besi
halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
3). Pekerjaan manie dan cat dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan
berlapis, sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna
dengan lapisan manie dan cat.
3.20.2. Standar :
a. Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
b. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam SNI 03-6861,2-2002.
c. Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi SNI 03-6861,3-2002
3.20.3. Material :
Material interior dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
80
f. Seluruh pekerjaan interior harus terkerjakan rapi, kokoh, rapat, dan tidak
bocor.
3.23.6. Standar :
a. SNI 03-6861,2-2002 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Logam).
b. SNI 03-6861,3-2002 (Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi)
c. SNI 1729 : 2020 (Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural).
d. SNI 03-1729-2002 (Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung)
e. SNI-07-4096-2007 (Baja Lembaran dan Gulungan Lapis Paduan
Aluminium-Seng (Bj.L AS))
3.23.7. Material :
Material Besi Non Struktur dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
81
g. Desain railing dan dimensi harus disesuaikan dengan gambar kerja.
h. Seluruh pekerjaan railing harus terkerjakan rapi, kokoh, rapat, dan sesuai
dengan gambar rencana.
3.22.2. Standarisasi
a. SNI 03-7065-2000 (Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)
3.22.3. Material :
Material Pekerjaan Sanitair dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
b. Pekerjaan Wastafel
1). Wastafel beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis.
2). Wastafel harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.
82
atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Konsultan Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis.
2). Bak Cuci Stainless Steel harus terpasang dengan kokoh letak dan
ketinggian sesuai gambar, waterpass. Semua noda-noda harus
dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada
kebocoran-kebocoran.
3.23.2. Material :
Material Besi Non Struktur dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
a. Syarat Umum Bahan.
83
b. PVDF.
84
3). Bidang aluminium composite yang terpasang harus rata dan rapi. Celah
sambungan atau nat harus rata dan rapi serta saling berpotongan tegak
lurus sesuai instruksi yang tertulis pada manual instruction pabrik
pembuat.
4). Pembungkus plastik hanya boleh dibuka atas izin dari Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen
5). Harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain yang dapat
menimbulkan kerusakan atau cacat.
6). Penyimpanan harus dilakukan secara khusus sehingga tidak tertindih
barang lain
3.24.2 Material :
Material pekerjaan dinding partisi dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab
material.
85
3.24a Pekerjaan Waterproofing
3.24.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan waterproofing meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan / material,
peralatan / alat-alat bantu, termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini. Area yang di waterproofing adalah yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan sesuai arahan Konsultan Pengawas.
86
6. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor
baik pada waktu pekerjaan ini dilaksanakan maupun pada saat
pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus memperbaiki /
mengganti bagian yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat
diterima oleh Direksi. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini
adalah tanggung jawab kontraktor.
7. Pelaksanaan Pekerjaan Waterproofing harus dilaksanakan dengan
oleh Aplikator dan harus menyertakan Surat Garansi 10 tahun.
87
3.25. Pekerjaan Elektrikal.
3.25.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan instalasi listrik adalah pemasangan dan pengadaan termasuk
testing dan comissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-
bahan pembantu dan lain-lainnya seperti yang diterangkan dalam Bab
terdahulu, sehingga diperoleh instalasi listrik yang lengkap dan baik serta
diuji dengan seksama siap untuk digunakan, baik instalasi tenaga maupun
instalasi penerangan pengadaan dan pemasangan yang terdiri dari :
1. Panel
a. Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHBTR)
b. Panel Hubung Bagi (Ruang ME dan Kelistrikan Gedung)
c. Panel Pembagi ( PP-Panel Pembagi )
2. Kabel
a. Pemasangan kabel daya dari Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah
(PHBTR) Gedung ke Panel Hubung Bagi (Ruang ME dan Kelistrikan
Gedung) termasuk seluruh peralatan peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi.
b. Kabel daya dari Panel Hubung Bagi (Ruang ME dan Kelistrikan
Gedung) ke seluruh Panel Pembagi Lantai termasuk seluruh
peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem instalasi listrik.
c. Kabel pembagi dari Panel Pembagi Lantai ke masing - masing
jaringan instalasi termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik.
d. Pemasangan kabel instalasi penerangan dan tenaga.
3. Pemasangan Kabel Rak ( Kabel Tray ).
4. Instalasi kabel & konduit dari sub panel ke titik-titik beban yang
dilayaninya atau dari panel penerangan titik lampu atau dan outlet –
outlet penerangan (saklar) dan tenaga (stop kontak) seperti yang
tercantum pada gambar perencanaan.
5. Pemasangan titik lampu atau armature lampu ( Lighting Fixtures )
termasuk yang dilengkapi emergency baterai dan outlet – outlet
penerangan (saklar) serta tenaga (stop kontak) seperti yang tercantum
pada gambar perencanaan. Untuk memastikan kemampuan distribusi
cahaya, semua supplier produk harus menyertakan perhitungan
pencahayaan dengan sampling area untuk menunjukkan kontur isoline
dari penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk Light
Output Ratio – LOR, DLOR, ULOR & TLOR, supplier juga harus
menyertakan jaminan keaslian produk dan garansi untuk semua tipe
armature.
6. Perawatan dan peralatan dari panel kepemakaian .
7. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi listrik yang
termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang
elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang
menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda
pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.
88
8. Pemasangan instalasi lain / peralatan bantu / pendukung lainnya yang
diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan
tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar
Perencanaan dan Persyaratan Teknis.
89
4. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli di bidangnya, bila tidak
berpengalaman & ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan Pengawas
akan mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
5. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus,
dilengkapi sesuai permintaan Pengawas dengan biaya dibebankan
kepada Kontraktor.
91
merupakan bagan terpisah dari pintu panel dan kedudukannya
menetap (fixed). Ukuran panel tidak mengikat dan dapat disesuaikan
dengan ukuran komponen yang dipilih dan standard pabrik pembuat.
16. Pada bagian dalam pintu panel harus digambarkan diagram sistim
instalasi panel tersebut secara lengkap dan baik serta harus dilaminasi.
17. Ukuran panel disesuaikan dengan kebutuhan sirkit atau disesuaikan
dengan lapangan.
18. Perletakan komponen didalam panel harus mudah dilihat, mudah
dilepas dan dipasang pada saat penggantian komponen. Setiap kabel
harus dipasang tanda warna phasa (marking colour end cup).
19. Pembuat panel harus memperhitungkan kemampuan panel menahan
arus hubung singkat berdasarkan level arus hubung singkat yang
mungkin terjadi ( short circuit prospective ).
20. Setiap pintu panel harus disediakan tempat untuk menyimpan gambar
/ diagram panel. Gambar diagram panel harus dibundel rapi dalam
sampul plastik atau dilaminating.
21. Persyaratan Pemasangan :
a. Konstruksi, penempatan peralatan dan kabel harus rapi, kuat
terpasang, aman dan mudah diperbaiki.
b. Tiap–tiap panel harus ditanahkan dengan kawat BC / NYA dengan
ukuran sesuai dengan gambar perencanaan.
c. Panel-panel listrik baru adalah jenis In-door / outdoor type,
terbuat dari plat baja.
d. Untuk type out-door ditambahkan konstruksi yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga air hujan tidak dapat masuk.
e. Panel dipasang pada dinding dengan menggunakan Dynabolt 8
mm, konstruksi ini disesuaikan dengan perlatan/komponen yang
terpasang.
f. Semua bagian perlatan yang bertegangan harus mempunyai jarak
yang cukup dengan bagian peralatan yang lain. Apabila perlu harus
diberi tambahan Isolator untuk menghindari adanya hubung
singkat.
g. Panel di cat dengan cat dasar (meni) tahan karat 2 kali cat akhir
dari jenis cat bakar 2 kali yang tahan gores. Sebelum di cat, panel
termasuk rangkanya harus dibersihkan dari karat, bila perlu
digunakan bahan kimia penghilang karat (RUST REMOVER).
h. Panel harus dilengkapi mur-baut untuk terminal pentanahan, baut
terminal harus dilas penuh pada rangka panel. Ukuran mur-baut
3/8”.
i. Pintu Panel harus dihubungkan dengan rangka panel
menggunakan kawat tembaga
j. Flexible (NYMHY 1 x 6 mm²) untuk pentanahan pintu panel.
k. Untuk masuk dan keluarnya kabel ke dan dari panel menggunakan
wartel mur sesu ai ukuran kabel.
92
2. Busbar dan terminal penyambung panel harus sesuai untuk sistim 3
phase, 4 kawat dan mempunyai 5 busbar dimana busbar pentanahan
terpisah yang terdiri dari 3 busbar untuk phase R-S-T, 1 busbar untuk
Neutral, dan 1 busbar unbtuk grounding. Kapasitas busbar harus
mampu mengalirkan arus minimal sebesar 2 kali dari rating pengaman
utama. Setiap busbar harus diselubungi bahan isolatif dengan warna
standar untuk identifiksi phasa.
3. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan perak.
Galvanisasi ini, termasuk pula bagian yang menempel pada busbar,
seperti sepatu kabel dan lain-lain.
4. Pemasangan kabel pada busbar dan terminal penyambung harus
disusun dan dipegang oleh isolator dengan baik, sehingga mampu
menahan elektron mekanikal force akibat arus hubungan singkat
terbesar yang mungkin terjadi.
5. Penyusunan busbar diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam perawatan, penambahan breaker dan kegiatan lainnya dimasa
yang akan datang.
6. Busbar harus memiliki kemurnian tembaga diatas 95%, dan harus
tidak menyebabkan keretakan permukaan jika ditekuk 90°.
7. Bus-bar terbuat dari tembaga dengan kemurnian tinggi dengan
kemampuan arus minimum 1,5 kali kapasitas / kemampuan pengaman
utamanya, kecuali Bus-bar PE yang ukurannya lebih kecil dan
disesuaikan kawat tanahnya. Dimensi dan kemampuan rel dapat dilihat
pada gambar.
8. Semua Bus-bar harus ditopang kokoh pada rangka Konstruksi dengan
menggunakan penyangga atai dijepit partinax pada beberapa tempat
sehingga Konstruksi Bus-bar cukup kuat dan tidak lentur / bergetar.
Tahanan isolasi terhadap Body / rangka minimum 50 M Ohm.
9. Bus-bar untuk pertanahan/penghantar pembumian / di klem dengan
baik ke rangka panel, cat pada bagian rangka yang menempel Bus-bar
pentanahan harus dihilangkan.
93
6. Pada circuit breaker dan terminal penyambung harus diberi indikasi /
label / sign plates mengenai nama beban atau kelompok beban yang
dicatat daya listriknya. Label itu harus harus dibuat dari p lat
aluminium atau standar DIN 4070.
7. Sekering/Fuse (jika ada) harus tipe HRC/HHC dan mampu menahan
arus hubung singkat diatas 100 kA. Fuse harus dilengkapi dengan
dudukan dan rumah sekering (Safety Fuse Holder).
8. Magnetik Kontaktor harus memiliki kemampuan sesuai dengan daya
beban dan tidak kurang dari yang tercantum pada gambar
perencanaan.
9. Magnetik kontaktor harus mampu menahan arus gangguan sebelum
peralatan pengaman gangguan bekerja.
10. Outgoing circuit breaker dari Main Distribution Switch Board harus
dilengkapi dengan proteksi kehilangan arus satu phase.
11. Cirkuit Breaker untuk proteksi motor – motor listrik harus
menggunakan Cirkuit Breaker yang dirancang khusus untuk
pengamanan.
12. Breaking Capacity dan rating Cicuit Breaker yang digunakan harus
sebesar yang tercantum dalam gambar Perencanaan.
13. Semua Circuit Breker harus diidentifikasi dengan jelas. Identifikasi ini
meliputi Breaking Capacity- nya, Voltage Rating dan Ampera Trip-nya
sesuai dengan dinyatakan dalam gambar perencanaan.
14. Pemasangan MCB harus menggunakan omega rail sedangkan MCCB
dan komponen-komponen lain seperti relay contractor, time switch
lain harus menggunakan dudukan plat.
15. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh
sehingga tidak akan lepas oleh gangguan mekanis dan thermis.
16. Jika dalam gambar perencanaan dinyatakan ada spare tersebut harus
terpasang secara lengkap. Semua CB harus diberi label / sign plate yang
terbuat dari bahan yang sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas /
Direksi.
94
ketelitian skala 1% dan bebas dari pengaruh induksi serta memiliki
sertifikat tera dari LPengawas / PLN (minimum satu buah untuk setiap
jenis alat ukur).
4. Ukuran peralatan ukur adalah 9 cm, surface mounted dilengkapi
dengan pengaman arus lebih dan arus hubung singkat.
5. Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukur sesuai
dengan ranting incoming CBnya.
6. Lampu indikator yang digunakan adalah :
a. Warna merah untuk phase R
b. Warna Kuning untuk phase S
c. Warna hijau untuk phase T
d. Lampu–lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan
fuse jenis diazed.
95
1) Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang
menghubungkan antara panel satu dengan panel yang lainnya
termasuk peralatan bantu dibutuhkannya.
2) Setiap kabel daya ujungnya harus diberi end cup marking
colour, untuk mengidentifikasi warna phasa. Warna tanda
harus tidak boleh berubah atau pudar karena temperatur
kabel.
3) Setiap tarikan kabel / sirkit harus tidak diperbolehkan
adanya sambungan kecuali untuk kabel instalasi penerangan.
4) Kabel Tegangan Rendah
a) Kabel Tegangan Rendah ( 0,6 / 1 KV ) mulai digunakan
dari trafo ke Panel Tegangan Utama Tegangan Rendah (
PUTR ) dan seterusnya hingga kesetiap titik beban.
b) Kabel Tegangan Rendah ( 1 KV ) digunakan pada instalasi
yang langsung berhubungan dengan tanah.
c) Untuk kabel jenis NYFGBY, metal armournya harus
digunakan sebagai grounding body.
d) Kabel Tegangan Rendah ( 500 Volt ) digunakan pada
instalasi penerangan.
e) Kabel tahan api digunakan khusus untuk melayani beban
- beban seperti : Lift, Pemadam Kebakaran, Motor
Pressurize Fan.
b. Instalasi penerangan
Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel–kabel
menghubungkan antara panel– panel penerangan dengan fixture
penerangan. Dalam instalasi penerangan ini harus termasuk juga
peralatan–peralatan bantu instalasi seperti conduit, sparing, doos
penyambung, doos pemasangan dan lain–lain yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan instalasi penerangan.
c. Instalasi tenaga
1) Yang dimaksud dengan instalasi tenaga adalah kabel yang
menghubungkan panel– panel daya dengan beban–beban stop
kontak, peralatan tata udara (exhaust fan, air conditioning)
pompa–pompa listrik (pompa air bersih, pompa kebakaran,
pompa hydrant, pompa jockey, pompa bahan bakar) lift,
dan lain–lainnya sesuai dengan gambar perencanaan. Dalam
instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya, condut,
sparing, doos penyambung, doos pemasang, dan peralatan–
peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan instalasi daya.
2) Untuk pengabelan instalasi tenaga (Kabel Utama) :
a) Pemasangan kabel harus memenuhi persyaratan dari
pabrik kabel dan persyaratan umum yang berlaku.
b) Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll
untuk memudahkan pekerjaan dan kabel tidak rusak
karena tekukan dan puntiran.
96
c) Sebelum penarikan kabel dimulai, pemborong harus
menunjukkan kepada konsultan Pengawas alat roll
tersebut serta alat – alat lainnya.
d. Pemipaan ( Konduit )
1) Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada
didalamnya, yang umum digunakan pada bangunan tinggi
adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang khusus digunakan
untuk instalasi penerangan saja.
97
2) Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi ex. Legrand, Clipsal,
Sachnider.
3) Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1
(satu) kabel untuk 1 (satu) konduit, maka sesuai Peraturan
Umum Instalasi Listrik (PUIL 2020) berlaku faktor pengisian
maksimum = 50 %.
Luas
penampang
luar kabel
Faktor pengisian : ------------------------
--------------- x 100%
Luas penampang
dalam konduit
e. Tahanan Isolasi
Tahanan isolasi kabel yang dipersyaratkan sesuai pasal 213 sub
pasal 213.B.2 PUIL 1987 adalah minimum 1000OHM per satu volt
tegangan nominal.
Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa
sehingga arus bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap
100 m panjang kabel. Kecuali untuk instalasi yang harus beroperasi
pada keadaan darurat.
Kabel–kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan
fungsi dan lokasi pemasangannya seperti table dibawah ini / sesuai
dengan gambar Perencanaan :
Pengenal
Pengganti Dengan Dengan Dengan warna
Inti huruf lambang
Atau
1 2 3 4
A. Instalasi arus bolak-
balik : Fase Satu
Fase L Merah
Dua 1/R Kuning
Fase L 2/S Hitam
Tiga L Biru
Netral 3/T
N
Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral)
dan kuning / hijau (untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada
maka pada ujung-ujung kabel harus diberi isolasi dengan warna
yang bersesuaian seperti butir di atas.
Pelaksanaan penanaman galian pada kondisi khusus dimana
penanaman kabel tidak dapat dilaksanakan dengan kedalaman
1,20 meter, maka pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-
jalan yang dilewati kendaraan.
99
2) Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-
jalan yang tidak dilewati kendaraan (pedestrian) dan diberi
pelindung pipa galvanized dengan penampang minimum 2,5
kali penampang kabel.
3) Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan
menengah/tinggi dan kabel telekomunikasi maka kabel tanah
harus ditempatkan di atas kabel PLN dengan jarak minimum 50
cm.
4) Pada persilangan antara kabel tanah dan kabel lainnya harus
diambil salah satu tindakan pengamanan, kecuali jika salah satu
kabel tanah yang bersilangan itu terletak di dalam saluran
pasangan batu, beton atau semacam itu yang mempunyai tebal
dinding sekurang - kurangnya 6 cm.
a) Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus
dipasang tutup pelindung dari lempengan beton
(concrete tile) atau pipa beton atau sekurang- kurangnya
dari bahan tahan lama atau yang sederajat.
b) Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pelindung
beton, pipa beton belah atau dari bahan lain yang cukup
kuat tanah lama dan tahan api. Pipa belah ini harus
dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0,5 meter
dari kabel yang terletak di bawah diukur kabel sisi luar.
5) Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi,
kabel tanah harus dilindungi pada bagian atasnya dengan pipa
belah, plat atau pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat
terbakar.
a) Jika kabel tanah menyilang di atas kabel tanah
telekomunikasi dengan jarak lebih kecil dari 0,3 meter
maka pada bagian yang menghadap ke kabel tanah
telekomunikasi dipasang alat / pipa dari bahan bangunan
yang tidak dapat terbakar. Perlindungan ini harus
menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua sisi
persilangan.
b) Pelindung kabel tanah tersebut baik pada kabel tanah
tersebut maupun pada kabel tanah telekomunikasi harus
menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua ujung
tempat persilangan dan pendekatan itu.
c) Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur
kabel dianggap telah terlindung.
d) Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam
keadaan semula dengan seluruh biaya menjadi kewajiban
kontraktor.
f. Rak Kabel
a. Rak kabel digunakan untuk menunjang kabel-kabel utama
(feeder cable), atau kabel lainnya yang berada dalam jumlah
yang cukup banyak.
b. Rak kabel umumnya buatan pabrik yang telah digalvanized dan
dalam pemasangannya harus dibumikan.
100
c. Dimensi rak kabel harus mencukupi kebutuhan kabel yang
akan dilayaninya.
d. Seluruh kabel yang ada diatas rak kabel harus diikat dengan
pengikat kabel (cable ties).
e. Penyusunan kabel didalam rak harus secara rapi dan tidak
saling menyilang.
Seluruh bahan metal tidak bertegangan (rak kabel, panel dll) harus
ditanahkan secara sempurna, pada sambungan rak kabel dimana
sambungan tersebut tidak menggunakan las maka kedua bagian rak
harus „jumper‟ dengan konduktor tembaga minimal berpenampang
2,5mm2.
Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing/lama harus
dikerjakan dengan extra hati-hati. Bila terjadi kerusakan pada kabel
existing karena terkena peralatan gali (pacul, ganco, dsb), kontraktor
harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya tambahan biaya,
termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalamai kecelakaan
hingga sembuh benar.
Pengurusan Ijin Instalasi Listrik kepada Instansi yang berwenang
(PLN) merupakan Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor.
Motor
a. Motor dengan kapasitas sama atau lebih kecil 5,5 Kw yang
distart secara langsung atau Direct On Line (DOL) starters.
b. Motor dengan kapasitas lebih besar 5.5 KW distart secara star
delta starters.
101
g. Reflektor harus mempunyai lapisan pemantul kualitas baik.
h. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block
harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas
yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur
teknis komponen lampu. Ventilasi dalam box harus cukup.
i. Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem
tersendiri sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.
j. Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam box lampu,
tetapi mudah dibuka untuk diperiksa atau diangkat.
102
concrete fastener yang sesuai, sekali-kali penggunaan paku sangat
dilarang dalam pengerjaan ini.
d. Jarak pemasangan klem-klem pengikat pipa conduit tidak
diperkenankan melebihi 100 cm.
e. Pekerjaan pencabangan, splicing dan lain sebagainya harus
dilaksanakan dalam junction boxes (Tdoos, Xdoos, dsb), yang
terbuat dari bahan yang sejenis dengan pipa conduit yang dipakai,
dengan menggunakan sambungan puntir dengan lasdop, yang
ukuran-ukuranya sesuai dengan ukuran dan jumlah kabel yang
ada. Penggunaan insulation tape sama sekali tidak diperbolehkan.
f. Kabel penghantar yang menghubungkan fixtures lampu dengan
instalasi yang ada, harus dilindungi dengan menggunakan flexibel
conduit yang terbuat dari bahan ( dan memiliki ukuran ) yang sama
dengan pipa conduit yang dipakai.
g. Untuk membedakan instalasi lampu dan peralatan dengan instalasi
yang lain, pipa conduit yang terpasang harus diberi tanda ( label )
berwarna pada setiap jarak 2 meter. (dapat dengan menggunakan
insulation tape). Warna tanda/label yang dipakai harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Pengawas.
h. Untuk pemasangan armature lampu jenis (surface mounted), tidak
dibenarkan dipasang pada plafond secara langsung, harus
dipasang pada rangka plafond yang diperkuat dengan konstruksi
tambahan (bisa terbuat dari kayu yang di cat meni 2 kali yang
sesuai atau dengan menggunakan hanger / penggantung.
i. Semua pekerjaan perbaikan bekas bobokan dilaksanakan oleh
Kontraktor Bangunan yang beban biayanya menkadi tanggung
jawab dari Kontraktor Listrik.
c. Switches / Saklar
Saklar yang digunakan Produksi Legrand dan sesuai dengan
standard PLN atau SII atau standard lain yang berlaku dan diakui di
Indonesia. Saklar harus mempunyai spesifikasi : Rated Voltage : 250
volt
Rated Current : minimal 10 / 16 A
103
2. Persyaratan pemasangan saklar dan stop kontak :
a. Saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai dengan pasangan
terpendam (In-Bow) rata dengan permukaan plesteran dinding
atau didalam partisi dengan konstruksi tersendiri / khusus.
b. Kotak kontak yang dipergunakan adalah jenis in-bow / rata dengan
permukaan plesteran dinding atau didalam partisi dengan
konstruksi tersendiri / khusus dengan menggunakan In-Bow doos
yang terbuat dari bahan yang sama dengan kotak kontaknya.
Pemasangan kotak kontak pada doosnya menggunakan sekrup.
c. Kotak kontak 1 phase dipasang setinggi 30 cm dari lantai / sesuai
permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan
terpendam (In-Bouw) rata dengan permukaan plester dinding atau
didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk dari
Pengawas.
d. Kotak kontak 1 phase Khusus untuk Televisi Posisi Atas dipasang
setinggi 210 cm dari lantai / sesuai permintaan user (disesuaikan
dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bouw) rata degnan
permukaan plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi
khusus sesuai petunjuk dari Pengawas.
e. Kotak kontak 3 phase dipasang setinggi 40 cm dari lantai atai
disesuaikan dengan kondisi ruang dan perlatan terpasang dengan
pasangan menempel dinding ( out-bouw ) dan harus terpasang
kuat, tidak boleh goyang/miring sesuai petunjuk Pengawas.
f. Kotak kontak 3 phase harus mempunyai terminal pentanahan (3 P
+ N + PE) tegangan 250 V.
g. Semua pemasangan out-bouw doos dan kotak kontak 3 phase pada
dinding harus menggunakan vischer dan sekrup, pemasangan
pada kayu/meja harus menggunakan sekrup. Penggunaan paku
pada pekerjaan ini sangat dilarang.
h. Untuk kotak kontak yang dipasang untuk daerah basah harus
memakai type tertutup (Water Proof Type).
i. Kotak kontak 1 phase harus mempunyai terminal pentanahan (P +
N + PE) tegangan 250 V.
3.25.14. Tranfomer
Ketentuan umum
1. Transformator daya yang digunakan harus memenuhi IEC standar
dan SPLN atau standard-standard lain yang diakui di negara Republik
Indonesia serta mendapat rekomendasi dari LPengawas.
2. Transformator yang akan dipasang dapat juga mengikuti beberapa
standard sebagai berikut :
Transfomator direncanakan, dibuat dan ditest berdasarkan pada :
- IEC 76 UTE – Perancis
- VDE / DIN - Jerman
- NEMA - USA
- BS - British
- SPLN 50 / 82 - Indonesia
104
3. Transformator yang digunakan harus mempunyai rekomendasi untuk
dipasang di daerah tropis.
4. Kondisi kerja Transformator yang akan dipasang pada tempat dengan
ketinggian tidak lebih dari 1000 m diatas permukaan laut dan
maksimum ambient temperature tidak melebihi 400 C.
5. Jenis Trafo yang akan dipergunakan adalah Oli immersed / indoor use
atau lainnya sesuai gambar.
Konstruksi Trafo
1. Inti besi harus kokoh sehingga :
a. dijamin tidak akan bergetar,
b. rugi-rugi inti kecil.
2. Kumparan terbuat tembaga harus mempunyai ketahanan dielektrik
dan mekanik yang cukup kuat.
3. Selungkup (housing) terbuat dari pelat baja yang di cat dasar tahan
karat dan cat finish berwarna putih.
4. Bushing isolator terbuat dari porcelin.
Komponen Trafo
1. Name plate.
2. Alat memonitor temperatur yang dihubungkan ke:
a. Alarm system,
b. Fan control system,
c. Tripping system.
3. Kuping pengangkat,
4. Tap changer,
5. Roda,
6. Terminal pengebumian.
Persyaratan listrik
1. Kapasitas Trafo: 1600 KVA atau sesuai gambar perencanaan dan
harus mampu dibebani sampai 125 % selama 15 menit.
2. Tegangan kerja nominal
a. Sisi primer : 20 kV,
b. Sisi sekunder : 400/230 Volt.
c. Jumlah phasa :3
d. Frekwensi : 50 Hz.
e. Hubungan belitan : DYn-5
f. Bahan : Copper
g. Pendinginan : onan
h. Tap changer : 3 tap dengan 2,5%, 1,5% per
tap
i. Basic Insulation Level : 125 kV
j. Applied voltage test 1 menit : 50 kV
k. Efisiensi : > 98 % dalam keadaan
beban
l. Jenis : Dry Type.
m. Impedansi :5%
n. Insulation class : primary voltage 24 KV
105
o. Basic Impuls voltage : primary winding 125 KV
p. Test voltage for 1 minute :
q. Primary Winding : 50 KV
r. Isolasi : Klass A
s. Kenaikan temperatur pada winding oil : max. 65º
3. Perlengkapan
Tranformator dilengkapi dengan :
a. Thermometer
b. RTS
c. Roda
d. Lifting eye
e. Elastimold bushing
f. Grounding
Persyaratan Pemasangan.
1. Trafo ditempatkan pada ruang trafo seperti terlihat dalam gambar
perencanaan.
2. Trafo dipasang pada dudukan setempat dengan perkuatan sedemikian
rupa tidak akan bergeser oleh gangguan mekanis.
3. Trafo yang digunakan produksi : BAMBANG DJAJA, SCHNEIDER,
TRAFINDO
106
i. Seluruh lampu LED dapat dioperasikan dengan menggunakan
sistem terpusat berupa BAS (Building Automation System).
j. Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang
cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis
dari diffuser itu sendiri.
k. Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP20)
dan mengacu kepada standar Internasional IEC.
l. Housing outdoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP65)
dan kekuatan impact (IK08).
107
d) Lampu LED memiliki harmonik distorsi maksimal 20%,
sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
perangkat elektronik lainnya dengan impedansi rendah.
e) Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya sampai
dengan 100 lumen / watt
f) Lampu LED menghasilkan intensitas cahaya 1600 lumen
g) Lampu LED harus memiliki sudut cahaya 90-100 derajat,
sehingga mampu mendistribusikan cahaya dengan
merata.
h) Lampu LED memiliki ketahanan minimal 50000 jam pada
temperatur ambien 25 derajat Celsius.
i) Daya Lampu tidak melebihi 16 watt.
j) Lampu LED memiliki intensitas cahaya 70% pada saat
akhir dari life time lampu.
k) Cover depan dilengkapi dengan cover Prismatic yang
terbuat dari bahan PMMA yang ramah terhadap
lingkungan, tidak silau dan memiliki penyebaran cahaya
yang baik.
l) Lampu harus berbentuk bulat dengan lensa optik
berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas
cahaya yang optimal untukmencapai illuminasi yang
tinggi dan merata.
108
3.25.16. Testing & Comissioning
Semua pekerjaan yang membutuhkan test commissioning wajib
dilaksanakan oleh penyedia dengan biaya yang sudah diperhitungkan pada
masing-masing pekerjaan (sebagaimana dinyatakan dalam daftar kuantitas
dan harga) dengan ketentuan sebagai berikut :
Macam pemeriksaan dan pengujian :
1. Pemeriksaan Visual.
a. Jalur pipa konduit dan kabel tekukan kabel tidak boleh patah.
b. Jalur kabel diatas rak kabel harus rapi dan diusahakan posisi rak
kabel diatas instalasi pipa atau duct VAC untuk menghindari
adanya tetesan air.
c. Kelengkapan komponen panel.
d. Apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem
harus diperbaiki oleh pemborong sampai berfungsi sebagai mana
mestinya. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggunan kontraktor
dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah atau biaya
tambah.
109
Tegangan Nominal Tegangan Uji Arus Resistans
V Searah Isolasi
V MOhm
Tegangan ekstra rendah 250 0,25
(SELV,PELV dan FELV) yang
memenuhi persyaratan 3.3.1 dan
3.3.2
Sampai dengan 500 V, dengan 500 0,25
pengecualian hal tersebut diatas
Setelah semua instalasi selesai dipasang dan aliran listrik telah dimasukan,
maka jaringan instalasi harus dites terhadap group – group yang dipasang
apakah telah sesuai dengan gambar.
Setelah jaringan dibebani dengan beban penuh, maka perlu diadakan
balancing beban terhadap masing – masing fase.
Fungsi komponen-komponen panel antara lain :
a. Volt meter
b. Ampere meter
c. Frekwensi meter
d. Lampu indikator
e. Saklar pilih (selector switch)
110
f. Circuit breaker, contactor, relay, dll.
Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam
rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain
3.26.2. Standarisasi
a. SNI 03-7065-2005 (Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)
b. SNI 8153:20015 tentang Sistem Plambing pada Bangunan Gedung
3.26.3. Material :
Material Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bersih dengan spesifikasi
sesuai dengan sub bab material.
111
c. Pekerjaan Ground Water Reservoar
Meliputi pekerjaan – pekerjaan perpipaan dan aksesories yang
dipergunakan sesuai dengan BOQ yang dipasang pada Ground Water
Reservoar.
112
Penggantung atau penumpu pipa harus mampu menampung
adanya perubahan panjang pipa akibat perubahan temperatur
pipa.
Jarak antar pipa.
Jarak antar pipa dengan pipa dan antara pipa dan dinding atau
permukaan lainnya harus cukup lebar untuk memungkinkan
penggunaan alat-alat, pemasangan isolasi atau penutup pipa,
penngecatan dan pekerjaan perawatan lainnya . Jarak minimum
25 mm.
Pertimbangan untuk pekerjaan lainnya.
Perlu diperhatikan juga jarak atau ruang yang perlu untuk
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang nanti akan dipasang di
sekitar pipa, seperti saluran udara, pipa dan rak untuk kabel,
dsb.
Penggantungan pipa pada pipa lainnya.
Pipa tidak boleh digantungka pada pipa lainnya karena dapat
menimbulkan lendutan pada pipa diatasnya.
Baut penggantung pipa
Baut ini harus dipasang vertikal dengan baik terutama kalau
klemnya dilengkapi dengan cincin karet peredam getaran.
Harus dijaga agar karet mendapat beban yang merata.
Kebebasan arah lateral
Pipa harus dipasang dengan kuat oleh penggantung atau
penumpu agar tidak bergerak dalam arah lateral atau
melintang.
Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa tegak paling jauh
1,2 m.
113
Pipa harus dilem dengan kuat pada sambungannya, lem pipa yang
digunakan sekualitas “Isarplast”. Kekuatan sambungan dibuktikan
dengan ditarik, harus kuat, tidak bergeser/lepas.
Kran diberi seal tape secukupnya sebelum disambungkan pada
pipa.
3.27. Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan
3.27.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan meliputi
semua pekerjaan di dalam atau diluar gedung untuk mengalirkan air bekas,
air kotor dan air hujan hingga ke saluran drainase dan saluran riool kota baik
peralatan plumbing maupun instalasi.
3.27.2. Standarisasi
a. SNI 03-7065-2005 (Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)
b. SNI 8153:20015 tentang Sistem Plambing pada Bangunan Gedung
3.27.3. Material :
Material Pekerjaan Plumbing dan Instalasi Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan
dengan spesifikasi sesuai dengan sub bab material.
b. Grease Trap
1). Grease Trap yang digunakan adalah Grease Trap stainlees steel type
IGT-30 (ukuran 44x34x34).
2). Grease Trap dipasang ditempat-tempat sesuai gambar.
3). Grease Trap yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan
disetujui Konsultan Konsultan Pengawas.
114
4). Pada tempat-tempat yang akan dipasang Grease Trap, penutup lantai
harus dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan
bentuk dan ukuran sesuai ukuran Grease Trap tersebut.
5). Setelah Grease Trap terpasang, pasangan harus rapih, dibersihkan dari
noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.
115
Baut penggantung pipa
Baut ini harus dipasang vertikal dengan baik terutama kalau
klemnya dilengkapi dengan cincin karet peredam getaran.
Harus dijaga agar karet mendapat beban yang merata.
Kebebasan arah lateral
Pipa harus dipasang dengan kuat oleh penggantung atau
penumpu agar tidak bergerak dalam arah lateral atau
melintang.
Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa tegak paling jauh
1,2 m.
No Diameter Pipa Jarak
penumpu/penggantung
1 < 16 mm 0,75 m
2 20 - 40 mm 1,0 m
3 50 mm 1,2 m
4 65 – 125 mm 1,5 m
5 150 mm 2m
Penggantung atau penumpu harus dipasang pada
- Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa mendatar
tergantung pada diameter pipa seperti pada tabel berikut :
Penggantung atau penumpu harus dipasang pada :
- Di sekitar katup atau sambungan ekspansi (untuk katup
ukuran 100 mm harus dipasang pada kedua sisi)
- belokan pipa mendatar
- dasar pipa tegak.
- cabang pipa
- pipa yang disambungkan ke mesin atau peralatan, di dekat
mesin atau peralatan tersebut
Pipa harus dilem dengan kuat pada sambungannya, lem pipa yang
digunakan sekualitas “Isarplast”. Kekuatan sambungan dibuktikan
dengan ditarik, harus kuat, tidak bergeser/lepas.
Kran diberi seal tape secukupnya sebelum disambungkan pada
pipa.
d) Pekerjaan Drainase
1. Penggalian
Penggalian parit untuk sistem drainase dan pembuangan air kotor
harus merupakan garis lurus dengan kedalaman, kemiringan yang
ditunjukkan pada gambar rencana. Parit tersebut harus mempunyai
lebar sehingga memungkinkan pekerja dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik karena ruang geraknya mencukupi. Tanah
galian tidak diperbolehkan ditimbun melebihi 50 cm pada sisi-sisi
parit tersebut dan sisa-sisanya diberikan penahan dan sebagainya,
jika diperlukan untuk menjaga penggalian tanah melebihi dari yang
116
direncanakan maka harus ditutup dengan beton tumbuk atau beton
lain sesuai dengan permintaan Direksi. Pada saat pelaksanaan tanah
galian yang akan digunakan kembali untuk tanah timbunan harus
dijaga agar tanah tersebut bebas dari pengotoran yang dapat merusak
mutu pekerjaan. Bagian bawah dari galian tanah harus menunjukkan
daya dukung yang baik agar dapat mendukung beban yang akan
bekerja di atasnya. Juga harus dihindari dari genangan air yang dapat
mengganggu lancarnya pekejaan.
2. Pipa Beton/Buis Beton
Ukuran pipa beton maupun sambungannya harus sesuai dengan
gambar rencana. Bentuk pipa harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. Pipa harus lurus, dengan ukuran sesuai rencana, ujungnya tajam
dan tidak rusak.
b. Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan
tanpa cacat berupa lubang-lubang atau retak-retak, permukaan
diberi acian.
c. Pipa harus kering betul dan siap untuk dipasang.
d. Sambungan antara pipa yang satu dengan yang lain harus
dilaksanakan dengan mortar dengan perbandingan campuran 1
pc : 3 psr.
3. Letak Pipa Drainase
Setiap pipa harus diperhatikan secara seksama pada saat tiba di
tempat pekerjaan. Pipa-pipa yang tidak sempurna tidak boleh dipakai
dan harus dipisahkan. Pipa drainase harus diletakkan merupakan
garis lurus dan dengan kemiringan seperti yang ditunjukkan pada
gambar rencana. Perhatian khusus harus diberikan agar penempatan
pipa tersebut sesuai hasil yang direncanakan dengan menempatkan
patok-patok tetap dan sebagainya.
4. Test Sistem Drainase
Setelah dirasa cukup maka sistem drainase harus di test terlebih
dahulu untuk menguji apakah seluruh sistem bisa bekerja dengan
baik. Test tersebut harus menunjukkan hasil yang baik dan tidak
boleh menunjukkan hambatan, yang berarti kurang berfungsinya
seluruh sistem dengan baik. Jika dipandang perlu oleh Direksi maka
bagian yang cacat tersebut harus dibongkar dan diperbaharui dengan
kerja dan atas biaya Penyedia barang/jasa.
5. Pembetulan Jalan, Lantan dan sebagainya.
Jika pipa-pipa dan sebagainya memotong jalan maka setelah
pemasangan nya berakhir bagian bangunan atau jalan yang kena
pemotongan tersebut harus dikembalikan seperti semula. Kerusakan
akibat pemasangan pipa dan sebagainya harus diperbaiki seperti
sedia kala, dan segala biaya yang dikeluarkan akibat kerusakan
tersebut menjadi tanggungan Penyedia barang/jasa.
117
3.28. Pekerjaan AC dan Instalasi.
3.28.1. Persyaratan Umum
Semua persyaratan umum maupun suplemen yang ada merupakan juga
bagian daripada persyaratan system intalasi tata udara ini, sejauh yang
berlaku dan berhubungan bagi perkerjaannya.
Apabila ada beberapa hal dari persyaratan umum yang dituliskan kembali
dalam spesifikasi ini, berarti hanya permintaan khusus dan ini juga tidaklah
berarti menghilangkan hal-hal lainnya dari persyaratan umum dan suplemen
yang ada. Hanya apabila ada yang dinyatakan lain tersendiri di dalam
spesifikasi ini, maka hal-hal persyaratan umum maupun suplemen tidak
berlaku lagi untuk sistem instalasi ini.
d. Kondisi Perancangan
1) Kondisi udara luar
a) Temperature : 35° C
b) Relative humidity : 78%
2) Kondisi dalam ruangan (semua ruangan yang dikondisikan)
a) Temperature : 25° C +/- 1° C
b) Relative humidity : 55% +/- 5% RH
3) Noise Criteria
a) Office : 40 – 45 NC
b) Koridor, Area Publik : 40 – 45 NC
118
e. Garansi kompresor AC NON VRV/F adalah 12 bulan terhitung dari tanggal
start up dan komisioning khusus untuk kapasitas diatas 5 PK.
f. Garansi spare parts AC NON VRV/F adalah 12 bulan terhitung dari tanggal
start up dan komisioning
Kompressor
Kompresor haruslah merupakan tipe Scroll (Fully Hermetic, R410A) yang
mempunyai efisiensi tinggi dan dilengkapai dengan control inverter yang
dapat merubah kecepatan putaran kompresor menyesuaikan dengan beban
pendinginan yang dibutuhkan. Magnet tipe Neodymium harus terpasang di
dalam rotor kompresor, Magnet Ferrite tidak diperbolehkan.
119
Heat Exchanger
Heat Exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang dipasangkan secara
mekanik ke aluminium blue fin, di mana blue fin ini haruslah dilapisi dengan
lapisan anti karat setebal 0.2 – 0.3 micron.
Fan Motor
Motor Fan di Outdoor unit harus memiliki kecepatan bertingkat yang
dikendalikan dengan inverter DC dan mempunyai kemampuan untuk
menurunkan noise level jika beroperasi di malam hari baik secara otomatis
maupun manual. Eksternal Static Pressure untuk Outdoor harus
mencapai pada 78.4 Pa.
Perlengkapan Keselamatan
Peralatan Keselamatan berikut ini harus sudah termasuk di dalam outdoor
unit : High pressure switch, Control circuit fuses, crank case heaters, fusible
plug, thermal protectors for compressor and fan motors,over current
protection untuk inverter dan anti-recycling timers, sub cooling.
Oil Recovery
Oil recovery mode harus beroperasi secara otomatis setiap 6 jam opersi
untuk memastikan kembalinya oil ke compressor.
b. Sistem Kontrol
Unit AC ini harus bisa dikendalikan dari 2 kontrol yakni remote control tipe
kabel dan sentral kontroler
Sentral kontroler harus rakitan dari pabrik yang sama dengan merek AC
yang disupply dan merupakan tipe touch screen. Panjang kabel yang bisa
control yang menghubungkan indoor AC dan outdoor AC sampai ke sentral
controller bisa mencapai 1000 meter tanpa amplifier signal sehingga
memudahkan untuk peletakan sentral controller ini diruangan kontol yang
diinginkan sentral controller harus mampu menampilkan:
1) Icon dari setiap indoor
2) Suhu di dalam ruangan setiap indoor
3) Mengendalikan operasi indoor
4) Schedule operasi untuk 1 tahun
5) Setting suhu, fan, dll untuk setiap indoor
6) Error yang terjadi setiap indoor
120
a. Indoor Unit
1) Indoor Unit harus merupakan type ducting dengan design suhu pada 24
CDB dengan suhu ambient 35 CDB.
2) Komponen dasar dari indoor unit terdiri dari kipas, motor kipas,
evaporator dan propotional elektronik expansion valve.
3) Kipas haruslah tipe centrifugal direct drive yang beroperasi dengan
tegangan 220-240 volt, 1 phase dan 50 Hz, dan memberikan static
pressure minimal 10 – 140 Pa (duct type). Dapat dilakukan pengaturan
static pressure melalui remote control unit (Jika diperlukan) pada saat
testing dan komisioning. Sehingga static pressure dapat di naikan atau
di turunkan sesuai kebutuhan lapangan.
4) Indoor unit harus dilengkapi dengan drain pump dari pabriknya. Dan
mampu lift up 700 - 750 mm (tipe duct) dan 850 mm (Ceiling
Casette).
5) Indoor unit harus dilengkapi dengan electronic expansion valve untuk
mengontrol aliran refrigerant sesuai dengan kapasitas beban ruangan.
6) Indoor unit dilengkapi dengan fungsi automatic addressing baik untuk
penggunaan individual maupun group.
7) Penyebaran udara Indoor unit mencapai 360 ⁰C untuk model Ceiling
Cassette
8) Indoor unit harus dilengkapi dengan 3 sensor (refrigerant inlet, outlet
dan off coil) dimana setiap 20 detik memberikan informasi kepada
sensor outdoor.
9) Temperatur control dapat mengontrol sampai dengan 16 indoor unit (
1 Group )
10) Setiap Indoor sudah dilengkapi dengan Drain Pan yang dapat di akses
mudah untuk perawatan. Dan sudah di lengkapi dengan perlakuan anti
bacterial Silver ion untuk mencegah pertumbuhan lendir, jamur, dan
bacteria yang menyebabkan halangan dan bau.
11) Noise level pada 29 – 49 dBA diukur pada jarak 1.5 meter.
12) Jarak ketinggian antar indoor unit mencapai 25 meter.
13) Untuk semua model Ceiling Cassete harus dipasang Pipa Udara Segar
(Air Fresh) yang diambilkan dari Ruang Luar yang Bersih.
b. Outdoor Unit
1) Semua Outdoor harus dipasang di atas atap atau di samping bangunan
dan terhubung ke indoor yang ada di dalam gedung, dimana 1 unit
outdoor akan terkoneksi ke seluruh indoor maximum di lantai 4 yang
berurutan atau jarak indoor teratas dan terbawah maximum 15 meter.
2) Panjang pipa refrigerant antara outdoor ke indoor harus mampu
mencapai 165 meter dengan beda ketinggian 90 meter tanpa oil trap.
3) Outdoor dan indoor unit harus dirakit secara utuh di pabrik dan ditest
di pabrik sebelum dikirim, Outdoor unit harus sudah terisi refrigerant
R410A.
4) Pemasangan unit outdoor dan indoor harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik.
5) Outdoor unit haruslah weatherproof yang dibuat dengan panel anti
karat dan dicat dengan baked enamel.
6) Outdoor unit harus memiliki 1 unit Scroll Compressors tipe inverter.
121
7) Outdoor unit yang memiliki 2 unit Scroll Compressor tipe inverter
harus tetap beroperasi walaupun salah satu Scroll Compressor tipe
inverter rusak.
8) Noise level outdoor unit tidak boleh melebihi 68 db (A) pada saat
beroperasi, di mana ini diukur secara horizontal dengan jarak 1 meter
dan pada ketinggian 1.5 meter dari atas pondasinya.
9) Outdoor COP minimal pada 3.90 – 4,30 pada kondisi 27 EDB / 19 EWB
dan ambient temperatur 35 C.
10) Setiap Outdoor unit harus sudah dilengkapi dengan Service Valve.
11) Koneksi pipa setiap outdoor di sediakan oleh pembuat barang termasuk
cabang (Refnet) dari outdoor ke indoor.
12) PCB outdoor sudah dilengkapi dengan Ferrit Core (Noise reducer).
13) Combinasi Indoor dan Outdoor / Index Ratio Indoor ke Outdoor
maksimal 130%.
14) Sudah mengadopsi teknologi VRT ( Variable Refrigerant
Temperatur).
15) Pendinginan Modul Control (PCB) sudah mengadopsi pendinginan
aliran refrigerant sistem bukan menggunakan heat sink sistem
(pendinginan udara)
16) Terdapat fitur Automatic wiring check, Automatic Valve check, dan
Automatic piping check.
17) Terdapat fitur ‘backup operation’ pada Outdoor unit yang
memiliki lebih dari 1 kompresor pada 1 modul Outdoor unitnya.
Memiliki fitur “Automatic Refrigerant Charge” atau penambahan
refrigerant secara otomatis.
122
2. Kabel feeder telepon
3. Kotak kontak telepon
4. Kelengkapan-kelengkapan lainnya yang menunjang pekerjaan ini
d. Pengadaan dan pemasangan pesawat standard dan pesawat eksekutif
lengkap dengan display dan hands free (supply by Owner).
e. Pengadaan dan pemasangan terminal box telepon.
f. Mengadakan test sistem secara menyeluruh, sehingga sistem telepon tersebut
dapat berfungsi dengan tepat dan benar.
g. Menyelenggarakan pemeliharaan terhadap sistem, termasuk penyediaan
suku cadang selama waktu minimal 3 tahun.
h. Mengadakan training bagaimana menggunakan sistem telepon.
b. Terminal
1. Untuk setiap penyambungan kabel telepon harus dengan metoda
jumpering dan memakai terminal-terminal berisolasi sesuai standard
TELKOM.
2. Untuk terminal yang ditempatkan pada lokasi berkelembaban tinggi,
maka box terminal harus diberi pelindung dari bahan anti karat dengan
pintu-pintu yang kedap udara.
c. Kabel Telepon
1. Semua kabel harus mempunyai kabel cadangan untuk pengganti,
seandainya terjadi kerusakan saluran dan atau untuk menampung
perkembangan dikemudian hari.
2. Untuk penggunaan di dalam bangunan digunakan kabel jenis ITC
(indoor-telepone cable) dengan diameter minimal 0,6 mm. Jumlah inti
kabel disesuaikan dengan petunjuk dalam gambar.
3. Untuk penggunaan di luar bangunan dan tertanam digunakan kabel jenis
Jelly Armoured dengan diameter minimal 0,6 mm. Jumlah inti kabel
disesuaikan dengan petunjuk dalam gambar.
4. Tidak diperkenankan mengganti jenis, ukuran dan jumlah inti kabel,
tanpa ada persetujuan Konsultan Pengawas.
d. Conduit Telepon
1. Kabel telepon dimasukkan kedalam pipa pelindung / konduit dari pipa
PVC High Impact berdiameter minimum 20 mm.
123
2. Pemasangan konduit harus rapi, kuat dan teratur.
3. Setiap sambungan harus dilakukan pada kotak sambung (doos) yang
dilengkapi tutup.
4. Untuk mempermudah pengenalan, maka konduit kabel telepon harus
dicat warna biru selebar 3 cm disetiap jarak lebih kurang 1 meter.
5. Pemasangan konduit harus dilengkapi klem, elbow dan peralatan bantu
lain yang sesuai serta dipasang dengan cara yang benar.
6. Kabel telepon menggunakan merk “ SUPREME, KABEL METAL “
e. Outlet
1. Terbuat dari bahan plastik warna putih yang tahan panas, flush
mounting dan bukan jenis claw fix.
2. Dilengkapi box baja galvanized tebal minimum 3,5 mm.
3. Box Terminal telepon dapat menggunakan merk “ KROME “.
3.29.6. Lain–Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan
atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor
sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung
jawabkan.
124
Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan. Pengadaan dan pemasangan peralatan utama
tata suara seperti yang tertuang dalam sistem perencanaan.
3.30.3.5. Kabel
Jenis kabel yang digunakan untuk sistem tata suara publik adalah sebagai
berikut.
125
a. NYMHY 3 x 1,5 mm2 : dari peralatan utama menuju terminal
box untuk masing-masing zone, dan
instalasi volume control.
b. NYMHY 3 X 1,5 mm2 : untuk instalasi ceiling speker
c. FRC 2 x 1,5 mm2 : untuk instalasi speaker fire proof
d. Instalasi pengkabelan lainnya seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
3.30.7. Lain-Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan
atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor
sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung
jawabkan. Di tempat pekerjaan, Konsultan Pengawas menempatkan petugas
Konsultan Pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan
126
Kontraktor agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan sesuai dengan
isi Surat Perjanjian Kontraktor serta dengan cara-cara yang benar dan tepat,
serta cermat.
127
2. Flow Switch dan Fire supervisory valve switch (Tamper switch).
3. Sistem Tata Suara dan Telepon
4. Sistem Listrik.
5. Sistem Lift.
3.31.3.4. Membantu Pemberi Tugas dalam mengurus dan menyelesaikan perijinan
Instalasi Fire Alarm dari instansi yang berwenang.
3.31.3.5. Melakukan testing dan commissioning.
3.31.3.6. Melaksanakan training (on Site & Class Room) dan menyerahkan buku
technical manual.
128
r. Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93% RH,
noncondensing.
s. Terminal gauge: 12 to 18 AWG (0.75 - 2.5 mm2)
t. Komunikasi serial: Tegangan: 2.55V. Arus: maksimum 30 mA.
u. Remote annunciator: maksimum 8 drops, RS485 Class A or B.
v. Zona input: maksimum 32.
w. MCFA harus mempunyai pintu dengan jendela penglihat.
x. MCFA ini harus mempunyai fasilitas lampu tanda :
1) Bell Off
2) Reset
3) Testing
4) Lamp test
5) Fault Signal General
6) Signal for Alarm Condition
7) LCD Display
y. MCFA ini harus mempunyai output berupa :
1) Visible/Audible Alarm
2) Visible/Audible Fault Alarm
3) Test Signal (Visible)
4) History Log
129
Terminal Box terbuat dari plat baja tebal 1,2 mm ukuran 400 x 600 x 200
mm sampai dengan 500 x 700 x 200 mm dengan finishing cat warna
merah atau sesuai dengan persetujuan Pemberi Tugas/Konsultan
Konsultan Pengawas.
130
d. Spesifikasi Manual Call Point Module :
1). Jenis modul yang digunakan adalah Class A Single Input Module, yakni
interface antara normally open device seperti manual call point
(misalnya push button atau break glass) dengan MCFA Addressable.
2). Tegangan : maksimum 20V peak-to-peak.
3). Arus standby : 400 microA, arus ketika aktif : 500 microA
4). Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93%
RH, noncondensing.
5). Ukuran kabel: 12, 14, 16, or 18 AWG wire (2.5, 1.5, 1.0, atau 0.75
mm2) (Ukuran 16 and 18 AWG lebih baik).
e. Spesifikasi Input Module :
1) Jenis modul yang digunakan adalah Dual Input Waterflow, yakni
interface antara waterflow switch / tamper switch dari sistem
sprinkler dengan MCFA Addressable.
2) Tegangan : maksimum 20V peak-to-peak.
3) Arus standby : 550 microA, arus ketika aktif : 725 microA
4) Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93%
RH, noncondensing.
5) Ukuran kabel: 12, 14, 16, or 18 AWG wire (2.5, 1.5, 1.0, atau 0.75 mm2)
(Ukuran 16 and 18 AWG lebih baik).
6) Nilai resistor EOL: 4.7 K Ohm (P/N: EOL-4.7).
f. Spesifikasi Output Module :
1) Jenis modul yang digunakan adalah NAC (Notification Appliance
Circuit) Wet Output Module, yakni interface antara wet output seperti
lampu indikator dan alarm bell, dengan MCFA Addressable.
2) Tegangan : maksimum 20V peak-to-peak.
3) Arus standby : 350 microA, arus ketika aktif : 200 microA
4) Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93%
RH, noncondensing.
5) Ukuran kabel: 12, 14, 16, or 18 AWG wire (2.5, 1.5, 1.0, atau 0.75 mm2)
(Ukuran 16 and 18 AWG lebih baik).
6) Nilai resistor EOL: 47 K Ohm UL Listed.
g. Spesifikasi SCI (Short Circuit Isolator) Module :
1) Jenis modul yang digunakan adalah Class A SLC (Signaling Line Circuit)
Fault Isolator Module.
2) Tegangan : maksimum 20V peak-to-peak.
3) Arus standby : 175 microA, arus ketika aktif : 200 microA
4) Impedansi ground fault : 10 K Ohm.
5) Resistansi maksimum antar isolator pada sirkuit : 6 Ohm.
6) Temperatur maksimal lingkungan : 0 to 49°C; Kelembaban: 0 to 93%
RH, noncondensing.
7) Ukuran kabel: 12, 14, 16, or 18 AWG wire (2.5, 1.5, 1.0, atau 0.75 mm2)
(Ukuran 16 and 18 AWG lebih baik).
131
1) Frequency Test : dapat dipakai berulang kali
2) Working Temprature : 57° C (135° F) Fixed, 8.3°C (15° F) per-
minute Rate of Rise (ROR)
3) Operating Voltage : ± 20 V DC
4) Quescent Current : < 100 mA
5) Alarm Current : < 80 mA
6) Sertfikasi : UL dan FM
132
Indicator Lamp merupakan lampu indikator yang dipasang paralel dengan
group detector. Lampu indicator ini akan menyala hanya jika group detector
yang bersangkutan bekerja.
133
Instalasi Fire Alarm ini, harus dipasang interlock/Interfacing dengan Panel
Listrik dan Peralatan lainnya termasuk pemasangan kabel kontrol dan
relaynya, seperti yang disebutkan dalam Gambar Perencanaan.
3.32.7. Testing/Commissioning
3.28.5.1. Setelah pekerjaan Fire Alarm ini diselesaikan, harus dilakukan
testing/pengetesan, yang disaksikan oleh Konsultan Konsultan
Pengawas.
3.28.5.2. Satu persatu detector ditest, dengan menggunakan alat pemanas dan
untuk smoke detector menggunakan asap.
3.28.5.3. Tiap-tiap zone, ditest satu persatu dan diberi nomor urutan zonenya.
3.32.8. Lain–Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh
Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
134
3.31.3.9. Membantu Pemberi Tugas dalam mengurus dan menyelesaikan perijinan
Instalasi CCTV dari instansi yang berwenang.
3.31.3.10. Melakukan testing dan commissioning.
3.31.3.11. Melaksanakan training (on Site & Class Room) dan menyerahkan buku
technical manual.
135
Memiliki Perlindungan Masuknya Air ( Ingress Protection ) : 1P66
Mendukung Video Analytic : Motion Detection, Video Tamper, Scene
Change, Smart Motion Detection, SmartTripwire , Smart Intrusion,
Face Detection
Smart IR dengan jarak sampai dengan 50 meter
Kompatibilitas ONVIF profile S / G/ Q
Mendukung user access sampai dengan 20 user
Mampu bekerja dalam suhu –40°C to 60°C (–40°F to 140°F)
Memiliki sudut pandang horizontal : 84° , vertiakl 45°
Memiliki video kompresi H.264/H.264B / H.264H/H.265/Smart
Codec/MJPEG (Sub Stream)
Sudah support PoE IEEE 802.3af Class 0,12 VDC
Memiliki sertifikasi pemancar FCC Part 15B, CE (EN 55032)
Memiliki sertifikasi kekebalan CE (EN 50130-4)
Memiliki sertifikasi keamanan North America UL Listed to UL
60950-1, EN 62368-1
136
Mendukung integrasi dengan software access control dari principal
yang sama
Memiliki software CMS (Central Monitoring System) gratis yang
mendukung sampai 2000 channel video
3.32.13. Testing/Commissioning
1. Setelah pekerjaan CCTV ini diselesaikan, harus dilakukan testing/pengetesan,
yang disaksikan oleh Konsultan Konsultan Pengawas.
2. Satu persatu CCTV ditest.
3. Tiap-tiap CCTV, ditest satu persatu dan diberi nomor urutan pada layer
monitor.
3.32.14. Lain–Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh
Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
137
3.32.1.3. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.
138
2. Tombol panggil, bantuan, emergency dan reset pada tempat tidur pasien
Panggilan dari seorang pasien dengan menekan tombol pada pendant cord
atau dengan cara menekan tombol yang terdapat pada bed head pasien
akan menimbulkan :
1. Lampu pada koridor di unit panggil akan menyala dan ini
mengindikasikan adanya sebuah panggilan/unit panggil aktif
perawat.
2. Panggilan akan tampil pada layar panggilan di nurse station dan
menimbulkan bunyi. Pada layar akan muncul indikasi panggilan
berupa ruang dan nomor tempat tidur serta jenis panggilan (biasa,
bantuandan darurat),
3. Layar panggilan pada nurse station akan mengeluarkan bunyidan
tulisan berwarna merah/orange berjalan, untuk panggilan.
4. Tombol merah akan menghasilkan panggilan biasa untuk perawat,
tombol kuning akan menghasikan indikasi bantuan untuk perawat
lain apabila tombol hijau digunakan untuk sudah dilayani dan reset
panggilan,selain itu tombol hijau berfungsi untuk keadaan darurat
atau semi code blue jika tombol hijau di tekan lebih dari 3 detik maka
indikasi akan menunjukkan darurat.
5. Tombol – tombol nurse call memiliki LED yang dapat membuat tombol
menyala dalam keadaan gelap.Tombol pada bedhead dapat
disambungkan dengan socket/ pendant cord untuk memudahkan
pasien menekan tombol tampa harus bangun dari tempat tidur.
6. Pendant Cord memiliki desain yang ergonomis, ringan dan kokoh.
Tombol yang juga dilengkapi LED yang dapat menyala dalam gelap.
7. Sistem pengelolaan analisis waktu (The Real Time Management
Analysis System), akan menunjukkan lokasi prioritas dari mana
panggilan berasal. Warna dari status indicator panggilan yang tertera
di layar monitor adalah indikasi jenis panggilan.
8. Tombol panggil dan reset pada tempat tidur memiliki spesifikasi
teknis sebagai berikut:
Dimensi (W x HxD), 91 x 91 x 17 mm
Terdapat dua jenis dengan 3 tombol atau dengan 1 tombol
Material Akrilonitril butadiena stiren (ABS) dan Polikarbonet
(PC) sejenis akrilik dan plastik yang tahan benturan, tahan pecah,
tahan api dan mudah untuk dibersihkan.
9. Pendant Cord memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :
Dimensi (W x H xD), 151 x 53 x 22 mm
Berat 170 gram, cukup ringan dan nyaman untuk digenggam
Material Akrilonitril butadiena stiren (ABS) dan Polikarbonet
(PC) sejenis akrilik dan plastik yang tahan benturan, tahan pecah,
139
tahan api dan mudah untuk dibersihkan. Dan body dilindungi
membran silikon sebagai anti bakteri.
140
2. Master lampu menggunakan LED, mampu dengan4 warna dengan
komposisi warna 1, 2, 3 atau 4 warna, dengan pilihan warna merah, hijau,
kuning, putih dan biru. Peletakan dan pengidentifikasian warna dapat di
atur sesuai SOP keperawatan dan aturan rumah sakit.
3. Seluruh lampu indikator sanggup difungsikan secara berkedip ataupun
tetap/statis.Tutup pelindung lampu yang tembus cahaya terbuat dari
plastic, dan mudah dibongkar pasang.
4. Master lampu memiliki kelebihan dapat menjadi induk untuk 16 titik/alat,
jadi instalasi/penarikan kabel lebih ringkas dan efisien. Memiliki IP
tersendiri untuk menyokong IP titik/alat cabangnya.
5. Master lampu memiliki memori untuk menyimpan data alat pada
cabangnya apabila terjadi mati energy atau listrik. Jarak maksimal
pemasangan antara master lampu dengan lampu koridor adalah 30 meter.
6. Master lampu memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :
a. Dimensi (L x W x H), 160 x 123 x 57 mm
b. Memory 2GB Flash, 256 RAM
c. Material Akrilonitril butadiena stiren (ABS) dan Polikarbonet (PC)
sejenis akrilik dan plastik yang tahan benturan, tahan pecah, tahan
api dan mudah untuk dibersihkan.
d. LAN Connector RJ45 POE
e. Mac Address dan IP Address
Untuk lampu koridor (corridor lamp) memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Lampu koridor dapat ditempatkan di plafon ataupun di dinding pada
koridor rumah sakit,
2. Lampu koridor adalah LED, mampu4 warna dengan komposisi warana 1, 2,
3 atau 4 warna, dengan pilihan warna merah, hijau, kuning, putih dan biru.
Peletakan dan pengidentifikasian warna dapat di atur sesuai SOP
keperawatan dan aturan rumah sakit.
3. Seluruh lampu indikator sanggup difungsikan secara berkedip ataupun
tetap/statis. Tutup pelindung lampu yang tembus cahaya terbuat dari
plastic, dan mudah dibongkar pasang.
4. Lampu koridor memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :
f. Dimensi (L x W x H), 160 x 123 x 57 mm
g. Material Akrilonitril butadiena stiren (ABS) dan Polikarbonet (PC)
sejenis akrilik dan plastik yang tahan benturan, tahan pecah, tahan
api dan mudah untuk dibersihkan.
5. Layar tampilan pemberitahuan panggilan pada nurse station
Untuk layar tampilan panggilan (Corridor Display) memiliki kriteria sebagai
berikut :
1. Layar Panggilan Nurse Station adalah peralatan sentral yang ditempatkan
di Ruang Perawat/Nurse Station pada masing-masing lantai.
141
2. Memiliki dua jenis tampilan yaitu tampilan dengan hanya satu sisi atau dua
sisi, menggunakan karakter dots yang berjalan sesuai dengan pengaturan
perintah panggilan.
3. Memiliki dua jenis kapasitas juga yaitu kapasitas 6 karakter dan 12 karakter
yang memiliki dimensi berbeda.
4. Memiliki karakter yang besar dengan warna sangat terang (merah, hijau
dan Kuning/amber) dan menghasilkan bunyi “bip” setiap 3 detik apabila
ada panggilan.
5. Layar tampilan panggilan (Corridor Display) memiliki spesifikasi teknis
sebagai berikut :
a. Dimensi (W x Hx D), 355 x 135 x 38 mm (6 karakter, satu sisi)
355 x 135 x 76 mm (6 karakter, dua sisi)
655 x 135 x 38 mm (12 karakter, satu sisi)
655 x 135 x 76 mm (12 karakter, dua sisi)
b. Material bingkai profil ekstrusi aluminium, layar plexiglass
transparan
c. Ketebalan 3 mm dengan warna bingkai silver dan layar coklat gelap
142
Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh konsultan MK/Pemberi
Tugas, harus segera disingkirkan dari lokasi proyek oleh kontraktor
dalam waktu 1 x 24 jam.
6. Tahap Pelaksanaan
Kontraktor harus mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja. Perlengkapan keselamatan kerja yang dibutuhkan harus
disediakan. Cara-cara kerja yang kurang aman atau tidak selamat
harus dihindarkan. Kontraktor harus juga memperhatikan
keselamatan kerja termasuk kesehatan para pekerja dan kebersihan
lingkungan. Perhatian diharapkan pula terhadap lokasi pemondokan
pekerja di job-site, agar tidak terlalu mengganggu waktu kerja.
7. Seleksi tenaga kerja
Kontraktor harus berusaha untuk mengadakan seleksi tenaga kerja,
baik mengenai keahlian ataupun kesehatannya, bagi tukang-tukang
las pipa, serta kejuruan-kejuruan lain yang dianggap perlu, harus
lulus dari ujian penilaian dari MK/Pemberi Tugas. Bilamana di
kemudian hari dalam proyek ini didapati tenaga-tenaga yang
ternyata tidak cukup ahli, MK/Pemberi Tugas berhak untuk minta
tenaga kerja tersebut diganti.
8. Prosedur dan Cara Kerja
Kontraktor wajib melaksanakan prosedur dan cara kerja yang baik
(tepat, cepat, dan selamat). Kontraktor wajib mengkonsultasikan
kedua hal tersebut kepada MK/Pemberi Tugas, untuk dimintakan
persetujuannya guna pelaksanaan. Hasil kerja harus menunjukan
“workmanship” yang baik dalam bentuk kerapian.
9. Pipa conduit high impact yang dapat menampung kabel tanpa
mengurangi tingkat fleksibilitas kabel bersangkutan bilamana
terjadi penggantian yang diperlukan.
10. Tipe kabel dan teknik pemasangannya tersusun dengan topologi
yang diperlukan menggunakan CAT5e atau CAT 6 serta Kabel ITC
berbagai tipe dan ukuran yang berlaku secara standar nasional.
11. Uji coba Nurse Call Systems
Uji coba dilakukan pada saat semua peralatan dan pemograman
sistem jaringan telah terpasang dan mendapat aliran catu daya dari
sumber listrik yang terdapat pada lokasi
3.32.5. Testing/Commissioning
3.28.5.4. Setelah pekerjaan Nurse Call ini diselesaikan, harus dilakukan
testing/pengetesan, yang disaksikan oleh Konsultan Konsultan
Pengawas.
3.28.5.5. Tiap-tiap ruang rawat, ditest satu persatu
3.32.6. Lain–Lain
143
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh
Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
144
3.33.4. Pengadaan dan Pemasangan
Kontraktor harus mengadakan dan memasang seluruh peralatan untuk
bekerjanya sistem cold room yang meliputi :
1. Instalasi Panel Insulasi
Pertama tentukan area mana yang akan menjadi awal dimulainya pekerjaan
pemasangan panel insulasi, hal ini harus didiskusikan dengan pemilik dan
bagian sipil mengenai kesiapannya. Jika tidak ada permintaan, lebih baik
dilakukan pemasangan pada area yang menggunakan insulasi lantai, karena
bagian ini membutuhkan pengecoran lantai setelah dipasang insulasi untuk
lantai (PU Slab) sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk kesiapannya.
Langkah-langkah pemasangan insulasi panel adalah sebagai berikut:
a. Ukur dan beri tanda (marking) pada lantai untuk area-area yang akan
dipasang panel insulasi
Pemberian tanda bisa menggunakan cat, tanda ini di butuhkan untuk
menentukan sudut-sudut bangunan panel yang akan didirikan sesuai
dengan layout beri paku pada sudut–sudut tersebut. Setelah ditandai
sudut-sudutnya kemudian tarik garis lurus menggunakan benang kerja
untuk mendapatkan tanda pada lantai keliling rencana bangunan panel,
ikat benang pada paku yang sudah disiapkan. Lakukan pada semua
rencana ruangan sehingga jika ada area yang tidak sesuai dengan gambar
kerja akan diketaui lebih awal. Sekarang kita sudah mendapatkan
gambaran area masing-masig ruangan sehingga memudahkan untuk
proses selanjutnya. Pastikan area lantai rata, jika tidak kita perlu
melakukan antisipasi agar siku yang kita pasang rata.
b. Pasang siku alumunium 40 x 40 mm
Pasang Siku Alumunium 40 x 40 mm dilantai dengan sudut bagian luar
menempel pada benang yang telah dipasang. Pasang siku sepanjang
benang yang telah dipasng. Siku alumunium dipasang dengan
mengikatkannya di lantai kerja menggunakan screw dan fischer setelah
di buat lubang terlebih dahulu. Pasang screw dan fischer setiap 1 meter.
Potong siku sudut 45 ˚pada setiap sudut ruangan.
c. Pasang Panel Dinding bagian Sudut
Setelah siku pada lantai terpasang membentuk area bangunan panel
yang akan dipasang tahap selanjutnya adalah memasang panel dinding
bagian sudut. Pilih panel sudut sesuai dengan penomeran dan gambar
konfigurasi panel. Potong panel sudut 45 ˚ pada sisi yang akan menjadi
sudut. Pasang panel dengan secara vertikal dengan dua orang menahan
panel berdiri dan 1 orang mengikat panel dengan cara merivet pada siku
yang sudah disiapkan, pastikan setiap pemasangan dinding dicek
terlebih dahulu menggunakan waterpas. Selanjutnya beri mastic sealant
pada sudut panel kemudian pasang panel sisi sudut pasangannya dan
perlakukan dengan cara sebelumnya. Pasang siku alumunium vertikal
pada sudut bagian depan dan sudut bagian belakang dengan cara merivet
ke panel. Jarak antara rivet sekitar 600 mm.
d. Pasang Dinding Lainnya
Setelah memasang panel dinding bagian sudut selanjutnya pasang
dinding lainnya mengikuti siku alumunium, sehingga membentuk huruf
U. Ini perlu dilakukan agar panel saling mengikat dan tidak rubuh.
Setelah berbentuk U pasang 1 panel atap agar menambah kekuatan.
145
Pastikan beri mastic sealant pada setiap busa polyurethane yang
bertemu/ bersentuhan.
e. Pastikan Letak dan Lubang Pintu
Kemudian lakukan pemasangan dinding sehingga terpasang semua,
sebelum itu pastikan kita sudah menentukan letak lubang pintu dan
melubanginya untuk akses masuk ke area dalam. Pastikan gap antara
panel tidak lebih dari 3 mm.
f. Pemasangan Dinding Lainnya
Kemudian lakukan pemasangan dinding sehingga terpasang semua,
sebelum itu pastikan kita sudah menentukan letak lubang pintu dan
melubanginya untuk akses masuk ke area dalam. Pastikan gap antara
panel tidak lebih dari 3 mm.
g. Pemasangan Frame Pintu
Setelah lubang pintu dibuat sesuai dengan ukurannya, langkah
selanjutnya adalah memasng frame pintu dan hanger plastic curtain.
Frame pintu harus dilakukan sebelum pengecoran lantai ke dua karena
ada bagian frame yang nantinya akan tertanam di lantai. Kemudian
pasang heater pintu
h. Pemasangan Atap Panel Insulasi
Pasang Atap sebagian terlebih dahulu agar pada saat pengecoran uap
panasnya masih bisa terbuang dari ruangan, gunakan campuran poly
urethane cair untuk mengisi celah antara panel dan dinding, kemudian
ditutup menggunakan siku alumunium 65 x 40 mm.
Jika Panel cold storage lebih lebar dari 6 m maka dibutuhkan allumunium
hanger sebagai dudukan atap pada bagian tengan ruangan, alumunium
hanger akan diikatkan pada besi support yang telah disiapkan
i. Pemasangan Plastic Cor untuk Ruangan yang menggunakan PU Slab
Setelah dinding panel sudah terpasang dan sebagian panel atap
terpasang, beri lapisan plastik pada lantai pasang PU slab sesuai dengan
ketebalan, pasang tiap lembarnya secara overlap (seperti memasng bata)
dan beri PU cair untuk mengisi sambungannya, kemudian pasang lagi
plastik pada bagian atasnya. Dan lantai siap di cor menggunakan besi
tulangan
j. Pemasangan Daun Pintu
Setelah coran mengering jangan lupa pasang panel atap yang tersisa dan
pasang daun pintu pada framenya. Jenis pintu dibagi menjadi dua yaitu :
Pintu Sliding dan Pintu Swing.
k. Finishing
Lanjutkan dengan proses finishing dengan memberikan silicon pada
celah sambungan panel bagian dalam dan luar. Pastikan silicon menutupi
semua celah dan rapi. Setelah selesai lepas semua plastik laminasi
l. Pemasangan Ventilator
Pemasang lventilator pada ruangan, perlu diperhatikan jumlah dan letak
lampu agar ruangan berfungsi secara maksimal. Ventilator Port Alat ini
berfungsi untuk menjaga tekanan ruangan. (Ventilator Port biasanya
digunakan pada ruangan dengan temperatur dibawah 0 C).
2. Instalasi Mesin Pendingin
a. Penempatan Mesin Pendingin dan Condenser
146
Seluruh mesin condensing unit ditempatkan pada area mesin sesuai
tempat yang telah ditentukan, pastikan sirkulasi udara pembuangan
panas dan baik beri jarak antara condensing unit minimal 500 mm dan
jarak ke Beri angkur pada lantai agar kuat.
b. Penempatan Evaporator
Siapkan gantungan Evaporator minimum besi UNP 50 (disesuaikan
dengan berat evaporator) yang sudah di beri lapisan anti karat (anti
corrosion paint seperti zinc chromate) dan besi long drat berbahan
stainless steel, lapisan anti karat ini diharuskan karena di dalam
ruangan akan terjadi pengembunan sehingga apabila besi tidak dilapisi
lapisan anti karat maka besi akan berkarat. Jika dibutuhkan diberikan
penguat berupa sling yang di gantungkan pada konstruksi baja.
Pasang evaporator di tempat sesuai dengan gambar kerja, pada
penempatan evaporator perhatikan ukuran evaporator apakah cukup
dengan dinding, jarak dari bagian belakang evaporator sesuai
ketentuan pada spesifikasi evaporator. Pasang pipa drain dilengkapi
dengan drain heater. Heater diperlukan untuk ruangan sistem
pendingin yang di setting pada temperature dibawah 0 C, karena
ruangan di setting pada temperature dibawah nol. Apabila evaporator
mengalami defrost maka akan terhindar dari pembekuan air di dalam
ruanga
c. Langkah Instalasi Pemipaan
1. Pasang Tray Pipa Support
Buat tray atau alas atau support untuk pipa sesuai dengan layout
yang telah ditentukan ketinggian support dari tray 250 mm
2. Persiapan Pemasangan Pipa
Buat instalasi pipa sesuai dengan gambar, tetapi jangan
dihubungkan dahulu dengan unit
3. Pengelasan Pipa
Pada saat pengelasan gunakan api normal kemudian panaskan
sambungan pipa yang akan disambung, setelah panas tambahkan
kawat las dan ratakan ke seluruh sambungan, ulangi proses
tersebut hingga diyakini sudah tersambung baik, Alirkan nitrogen
sedikit pada saat pengelasan agar tidak ada kerak di dalam pipa
karena proses oksidasi.
4. Flushing
Semprot pipa menggunakan nitrogen untuk membersihkan pipa
bagian dalam agar bersih dari kerak sisa las.
5. Test Tekan
Hubungkan pipa instalasi dengan unit, buka semua valve pada
Sistem, kemudian test tekan seluruh Sistem menggunakan
Nitrogen
6. Cek Kebocoran
Cek kebocoran pada sambungan las dengan menggunakan busa
sabun.
7. Test Tekan
Beri tanda pressure gauge posisi jarum terakhir, dan biarkan
tekanan di dalam Sistem selama 2 x 24 jam. Jika posisi jarum
147
turun, cek kembali dan cari kebocorannya. Jika OK buang tekanan
didalam Sistem dan lakukan vakum Sistem.
Vacum sistem sampai 1000 Micron, pastikan semua valve dan solenoid
dalam keadaan terbuka dan ditahan selama 24 Jam
148
3. Memberikan pernyataan kesanggupan melampirkan Letter of reference dari
pabrikan skin plate Z275, food grade dan antibacterial yang digunakan
1. Cold Storage 4 - 7 ⁰C
Unit Kompressor untuk Cold Storage 4 - 7 ⁰C yang digunakan harus dirakit
secara orisinil oleh pabrikan pembuat kompressor untuk menjamin mutu
dan garansi
Unit Kompresor yang digunakan adalam sistem pendingin kompresi uap
reciprocating compressor yang mampu beroperasi dengan temperatur
evaporator 4 - 7 ⁰ C dan dinyatakan dalam spesifikasi teknis yang
dikeluarkan oleh pabrikan kompresor
Unit Kompressor memiliki kelengkapan standar seperti : Suction and
discharge pressure Gauge; high and low pressure control; liquid receiver; oil
separator; check valve; sight glass; filter drier dan liquid sub cooler.
Kondensor yang digunakan adalah berpendingin udara (Air Cooled
Condensor) yang mempunyai minimal 2 fan untuk Sistem Refrigerant/Freon
Spesifikasi listrik Condensing unit adalah range 380 V - 400 V/3 phase/ 50
Hz
Refrigerant yang digunakan adalah refrigerant dengan zero ODP yaitu R404A
sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia nomor
41/M-IND/PER/5/2014 tentang Pelarangan penggunaan
hydrochlorofluorocarbon (HCFC)
Spesifikasi Kompressor Unit yang ditawarkan harus didukung dengan
dokumen-dokumen sebagai berikut :
1. Mendapatkan dukungan penuh dari pabrikan pembuat kompresor,
2. Memberikan salinan sertifikat ISO 9001-2008 atau setara
3. Harus melampirkan COO untuk kompresor
C. EVAPORATOR
1. COLD ROOM (4 ~ 7 ⁰ C)
Jarak antara fin minimum 4 mm. Memiliki fan minimum 2 buah
Spesifikasi listrik evaporator adalah range 380 – 420 V/3 phase/ 50 Hz atau
220 V - 230 V/1 phase/ 50 Hz
Dilengkapi dengan system Electric Heater Defrost yang dikontrol secara
otomatis untuk mencairkan bunga es pada evaporator
149
Spesifikasi Evaporator yang ditawarkan harus didukung dengan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
1. Mendapatkan dukungan penuh dari pabrikan pembuat evaporator
atau Agen
2. Memberikan salinan sertifikat ISO 9001-2008 atau setara dari
pabrikan pembuat evaporator
150
1. Pemasangan lift harus sesuai dengan Spesifikasi ini,mentaati peraturan
yang berlaku di Indonesia, dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuat Lift serta mengikuti standard international yang dipakai
oleh Pabrik.
2. Biaya pengadaan dan pemasangan instalasi Lift ini harus sudah termasuk
semua pajak-pajak, bea masuk Service import,biaya pemeriksaan di
pabrik/factory test,biaya gedung,biaya pemerikasaan oleh instansi yang
berwenang,biaya pengadaan tenaga kerja, biaya pengadaan peralatan
kerja, biaya penyedian alat bantu, biaya testing, start-up, commissioning,
asuransi dan semua biaya yang diperlukan untuk kelengkapan instalasi
Lift.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan Pemborong/Pelaksana Pekerjaan wajib
mentaati peraturan- peraturan tentang keselamatan kerja dan
mengharuskan semua tenaga kerja dilapangan mengutamakan
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Pemborong/ Pelaksana Pekerjaan
yang merupakan agen resmi dari pabrik pembuat Lift yang dinyatakan
dengan surat Pengakuan Keagenan dari Departemen Perindustrian dan
mempunyai ijin kerja pemasangan dari Departemen Tenaga Kerja.
3.34.3. Material
1. Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan
adalah baru dan bebas dari defective material, improver material,
poorworkmanship dan menjamin terhadap kualitas serta sesuai dengan
spesifikasi teknis dan ketentuan-ketentuan yang berlaku..
2. Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus
diganti dengan yang sesuai dalam jangka waktu secepatnya yang akan
ditentukan lebih lanjut oleh pemilik proyek/Pengawas/ Perencana.
Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan menjadi
tanggungan/beban Kontraktor.
151
catalogue dan Description Equipment Brosure yang sesuai, Kontraktor
harus dapat mengadakan surat-surat keterangan lain yang diperlukan dari
Jawatan Keselamatan Kerja setempat (DEPNAKER), sehingga diperoleh
syarat-syarat yang diperlukan untuk diperbolehkan beroperasinya unit
Elevator.
4. Kontraktor harus mengajukan Surat Tanda Bukti yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuat bahwa elevator yang akan terpasang adalah benar - benar
hasil produknya termasuk perincian dari macam peralatan tersebut.
5. Semua biaya yang perlu untuk pengadaan surat-surat, jaminan, pengujian
dan surat-surat keterangan ditanggung oleh Kontraktor.
6. Khusus untuk buku petunjuk operasional dan maintenance selain dalam
bahasa Inggris juga diterjemaahkan dalam bahasa Indonesia.
152
3. Riding comfort
4. Bebas goresan terhadap dinding car, pintu car, pintu hal dan lain-lain
Hasil analisa dari pengukuran ride comfort dapat direkam dan dihasilkan
dapat diprint out pada sistem computer yang sudah termasuk dalam
kelengkapan sistem kontrol lift.
153
e. Melaksanakan Test Rope untuk Lift Penumpang maupun Lift service
pada Laboratorium atau Instansi yang berwenang di Indonesia (L U K).
f. Mengurus proses perizinan dan rekomendasi untuk siap pakai pada
Departemen Tenaga Kerja dan Instansi yang berwenang lainnya.
g. Mendidik Operator yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas mengenai tata
cara operasi, service dan maintenance ringan.
h. Membuat dan menyerahkan gambar instalasi terpasang (As built
drawing) dalam format A3 buku petunjuk cara operasi, service dan
maintenance kepada Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perancang masing-masing 3 (tiga) set.dan 1 (satu)
Construction Drawing / As Built Drawings.
i. Memberikan garansi terhadap peralatan atau mesin yang dipasang
untuk instalasi ini, selama 1 (satu) tahun, sejak Serah Terima Pertama
pekerjaan.
j. Pemasangan lampu-lampu penerangan pada setiap shaft elevator pada
jarak setiap 2 (dua) lantai dengan lampu 1 x 15 watt PL beserta Wiring
dan system pengoperasian.
k. Penyedian outlet daya pada setiap pit dan tangga turun keperluan
maintenance.
l. Pengadaan Listrik untuk test sebelum Serah Terima Pertama.
c. Perlengkapan control :
1) Posisi stop button pengoperasian car
2) Posisi indicator
3) dan lain-lain
154
Keseluruhan gambar kerja (Shop drawings) ini harus dimasukkan paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah dikeluarkannya Surat Perintah
Kerja, untuk mendapatkan persetujuan Pemilik proyek / Perencana /
Konsultan Supervisi dan atau Konsultan Pengawas.
155
2) Dudukan baja tersebut harus balok bangunan (bukan pada flat
beton)
3) Dudukan baja tersebut harus disediakan oleh Pelaksana
Pekerjaan.
b. Motor harus dari jenis untuk dapat bekerja kontinue di daerah tropis
dan harus sesuai dengan standard negara dimana mesin lift dibuat.
c. Terminal Kontrol, listrik pada motor harus bebas dari timbulnya
loncatan bunga api untuk semua kondisi beban dan kecepatann.
d. Setiap motor harus bekerja pada sistem tegangan PLN 380 Volt, 3 fase,
50 Hz, dengan toleransi tegangan 10 % diatas dan 10 % dibawah
tegangan nominal (380 Volt).
e. Setiap motor harus didudukan dengan memakai perendam getaran
untuk mencegah rambatan getaran ke struktur bangunan dan konduit
kabel listrik untuk motor harus menggunakan flexible conduit
berlapir galvanized.
f. Kabel wiring pada fire lift harus mempunyai fire retardant minimum
2 jam.
2. Rem Lift
a. Sistem rem harus menggunakan sistem pelepasan rem dengan arus
bolak balik atau arus searah.
b. Semua rem harus direncanakan untuk dapat bekerja pada kapasitas
diatas kapasitas normalnya dan sanggup memegang dan
memberitahukan lift pada kondisi yang paling berat/sukar.
c. Sirkuit sistem kontrol rem harus saling mengunci (interlock) secara
elektris dengan sirkuit kontrol motor traksi dan harus direncanakan
dan diatur sehingga rem hanya bekerja untuk memegang kabin lift
pada saat lift berhenti, sehingga pemberhentian lift dapat dilakukan
secara halus.
d. Dua buah sepatu rem harus disediakan dan harus bekerja tanpa
menimbulkan suara keras.
e. Disetiap mesin lift harus disediakan satu alat yang diperuntukan
untuk melepas rem secara manual, pada saat darurat.
156
5. Rel Penuntun (Guides Rails) Lift
a. Rel penuntun untuk kabin lift dan counterweight harus terbuat dari
baja, sesuai standard pabrik.
b. Rel penuntun yang dipasang harus mempunyai kekuatan yang cukup
untuk menahan tekanan yang dapat ditimbulkan, karena cukup untuk
menahan rem darurat bekerja ataupun adanya beban yang tidak
simetris.
c. Rel penuntun harus dipasang dan diperpanjang sampai dengan ujung
teratas dari overhead shaft, dan sampai dasar pit dan diikatkan pada
struktur bangunan dengan bracket yang direkomendasikan oleh
pabrik.
d. Pemasangan rel harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada
goncangan atau goyangan yang terasa oleh penumpang didalam kabin
lift selama perjalanan.
e. Panjang bracket dari rel penuntun harus disesuaikan dengan jarak rel
sampai dinding shaf pada gambar rencan akan terlihat perbedaan
lebar dari shaf lift secara vertikal, dikarenakan tebal dinding beton
yang mengecil secara beraturan kearah atas.
6. Counterweight Lift
a. Lift harus diseimbangkan dengan sistem counter- weight untuk
bekerja secara ekonomis dan halus.
b. Counterweight harus terbuat dari balok besi tuang yang dipasang
tersusun pada ranga baja, sedemikian sehingga mudah untuk
menambah atau mengurangi berat counterweight tanpa mengganggu
kawat penggantungnya.
c. Counterweight tersebut arus mampu memberikan keseimbangan
sebesar berat kabin lift kosong ditambah 40 % sampai dengan 45 %
berat beban maksimum yang diizinkan.
d. Sisi atas dan bawah dari rangka counterweight harus dilengkapi
dengan sepatu penuntun berbentuk "U" (sliding guide) yang dapat
diatur.
7. Posisi CAR
a. Kontraktor harus memasang kedudukan car/kereta dengan lintasan
tegaklurus dari kedudukan paling bawah sampai kedudukan paling
atas.
b. Pengukuran posisi car tidak hanya dilakukan satu sisi saja melainkan
setia sisi car, guna mendapatkan posisi yang tepat.
c. Untuk penyetelan kedudukan car pada setiap level mana level lantai
harus lurus tepat dengan level car penyetelan dilakukan berkali-kali
baik dengan beban maupun tidak menggunakan beban. Batas
kelonggaran sistem ini tidak boleh lebih dari 6 mm untuk lift Service
pada beban maximum dan 3 mm untuk lift orang pada beban
maximum.
157
a. Pemasangan pintu harus dilakukan secara cermat, baik posisi
penutupan maupun pembukaan.
b. Pintu car harus dapat terbuka penuh dengan lancar dan dapat tertutup dengan
rapat.
c. Pemasangan rel dudukan pintu harus disesuaikan dengan level lantai,
rel harus tetap bersih dan lurus.
d. Kelonggaran maximum antara daun pintu dan rangka pintu yang
menempel pada dinding tidak boleh lebih dari 5 mm.
9. Pemasangan Buffer
a. Pemasangan buffer harus tepat pada posisi dimana counter weight
dan car bekerja.
b. Kedudukan buffer harus dilengkapi dengan plat pengikat setebal + 15
mm, dimana kedudukan unit buffer pada struktur dilengkapi baut
pengikat/angker sebanyak 4 buah per-buffer.
158
c. Sliding mempunyai bantalan yang presisi sedemikian rupa sehingga
tidak ada sentuhan di antara sepatu tersebut dan tidak menyentuh
ujung dari Rel Penuntun.
2. BUFFERS
a. Buffers minyak dengan pegas harus disediakan untuk setiap kabin lift
dan counterweight.
b. Buffers harus kembali pada posisi semula setelah ditekan kembali.
c. Semua Buffers harus direncanakan untuk dapat menyerap energi
kinetik dari kabin lift bermuatan penuh apabila membentur pada
kecepatan maksimum di atas kecepatan penyetalan governor.
d. Semua perlengkapan pemasangan buffers harus disediakan dan
dipasang oleh Kontrator Lift, termasuk diantaranya pondasi beton
untuk penyangga buffers bila diperlukan.
159
g. Pada penyelesaian pembuatan kabin lift ini, pengecakan harus
dilakukan untuk mengetahui bahwa kabin lift dalam keadaan
seimbang dan bilamana perlu harus ditambahkan pemberat agar
benar - benar tergantung vertikal dan seimbang secara sempurna.
160
dengan mudah dan bertahap serta memegang secara kuat, tanpa
merusak penuntun (guide) dan rel rem penuntun (guide rail).
b. Pengamanan mekanis ini harus diletakan dibagian bawah dari rangka
kabin lift dan dirancang sedemikian sehingga semua bagian yang
bergerak mudah untuk dicapai dan diberi minyak pelumas serta
diperbaiki apabila rusak.
c. Pengaman mekanis ini dikontrol dari "speed governing" yang terletak
diruang mesin dan dirancang untuk dapat menahan semua beban
yang mungkin terjadi pada gangguan normal dari pengaman mekanis
tersebut. Speed governor tersebut harus memutuskan arus listrik
pada saat lift bergerak pada kecepatan lebih yang diatur antara 10%
sampai 30% diatas kecepatan normal.
d. Governor tersebut harus bekerja untuk kecepatan lebih, baik untuk
arah lift naik atau turun.
e. Pengaman mekanis yang telah bekerja hanya mungkin dilepas dengan
cara menaikkan kabin lift dari ruang mesin secara manual.
7. Perlengkapan Cabin
Perlengkapan kabin harus meliputi :
Lampu penerangan, lampu darurat, fan ventilasi, pesawat intercom,
tombol permintaan lantai, indikator permintaan lantai, loudspeaker,
indikator arah gerak, tombol alarm, petunjuk penggunaan lift, petunjuk
dalam keadaan darurat, keterangan kapasitas lift, indikator beban lebih
berikut bellnya dan fasilitas lainnya yang akan diuraikan berikut ini.
a. Indikator Posisi Lift
Setiap kabin lift harus dilengkapi dengan suatu indikator posisi lift
berupa digital elektronik dengan penunjukkan nyala lampu bernomor
sesuai dengan nomor lantai dimana lift mendekat, berhenti atau
melaluinya. Indikator ini harus dipasang pada panel yang terbuat dari
bahan stainlees steel dan terpasang secara horizontal diatas pintu
kabin lift.
161
d) Tombol "BUKA PINTU" dan "TUTUP PINTU' dengan tulisan
dalam Bahasa Inggris atau Indonesia.
e) Lampu penunjuk beban penumpang berlebih yang akan
menyala disertai bel berbunyi, apabila berat penumpang
melebihi kapasitas maksimum, dengan tulisan dalam Bahasa
Indonesia "BEBAN LEBIH".
f) Panel Utama harus memuat juga fasilitas berikut, meskipun
tidak terbatas hanya pada yang tertulis dibawah ini, dan
harus berada dibalik pintu panel yang terkunci, yakni :
Tombol "BY-PASS" dan "CANCEL"
Tombal pemilih arah gerak naik atau turun.
Tombol lampu kabin lift.
Tombol fan ventilation kabin lift.
g) Setiap panel utama harus dilengkapi dengan intercom yang
dapat berhubungan dengan petugas di Ruang Mesin Lift dan
lantai bawah.
h) Pemberitahuan tentang jumlah beban maksimum harus
tertulis dengan jelas pada panel tersebut.
162
f. Indikator Penunjuk Posisi Lift (Hall Position Indicator)
1) Lift harus dilengkapi dengan indikator penunjuk posisi lift
disemua lantai yang terbuat dari stainless steel dengan "satin
finish" dengan lampu-lampu bernomor sesuai dengan jumlah
lantai dimana kabin lift mendekat, berhenti dan melewati suatu
lantai.
2) Indikator ini dapat berbentuk lampu dengan menyala berkedip-
kedip atau tulisan "This Car Up" dengan disertai bunyi bel lampu.
Lampu dan bel akan berhenti bekerja apabila pintu lift mulai
menutup. Panel penunjuk posisi lift penumpang berbentuk
horizontal dan terpasang diatas pintu lift, sedang untuk pintu lift
service panel dapat dipasang vertikal disisi pintu atau horizontal
diatas pintu lift.
163
1) Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang semua kabel
instalasi dari panel distribusi lift menuju ke panel starter, solid
state direct drive, alat kontrol dan lain-lain, yang diperlukan
untuk operasi dan mesin-mesin lift secara lengkap dan sempurna.
2) Kabel yang digunakan harus berisolasi PVC untuk kelas
bertegangan 660/1000 Volt dan dipasang dalam konduit baja
berlapis galvanized atau trunking dari pelat baja dengan tebal 2
mm.
3) Konduit yang terpasang terlihat mata (exposed) harus dipasang
secara rapih dan diletakkan secara kuat ke dinding dan benar-
benar rapih diletakkan secara kuat ke dinding dan benar-benar
diperhatikan agar pemasangan tidak mengganggu lalu lintas akan
ditolak dan tidak disetujui.
4) Semua konduit dan trunking harus dipasang pada tempatnya
dengan dudukan, skrup dan klem, sebelum kabel terpasang
didalamnya.
f. Instalasi Konstruksi Lift
1) Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang semua
peralatan dan instalasi sistem kontruksi dari lift agar semua
sistem konstruski dari lift dapat bekerja dengan sempurna.
2) Ukuran kabel kontrol disesuaikan dengan kebutuhannya, adalah
dari jenis berisolasi PVC yang dipasang dalam konduit baja
berlapis dengan lapisan galvanized. Semua kabel kontrol harus
diberi tanda nomor untuk memudahkan perbaikan.
3) Kabel kontrol dipasang menjadi satu di dalam konduit atau
trunking bersama- sama kabel tenaga.
4) Kabel lemas yang mudah dibengkokkan harus sesuai dengan
rekomendasidari pabrik dan sedemikian sehingga tidak
mengalami tegangan yang berlebihan pada kabel itu sendiri
ataupun pada terminalnya.
5) Kabel tidak boleh melekuk atau lecet, dan harus dipasang
langsung dari ruang mesin sampai kebagian bawah dalam kabin
lift tanpa ada sambungan.
g. Pentanahan
Semua metal yang pada saaat normal tidak dialiri arus listrik harus
dihubung- tanahkan, sesuai dengan persyaratan PLN dan
dilaksanakan menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik.
h. Lampu Darurat
1) Paling sedikit dua buah lampu darurat harus dipasang di dalam
kabin lift, di mana lampu tersebut harus dapat mendapat sumber
daya dari baterai di ruang mesin lift.
2) Lampu darurat harus menyala secara otomatis apabila sumber
daya utama dari PLN mati.
3) Kontraktor mesin lift harus menyediakan dan memasang nickel
cadmium baterai dan peralatan otomatis pengisi bateria dari PLN.
i. Peralatan Pengaman
1) Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang semua
perlengkapan pengaman listrik di setiap lift dan dipasang
164
sedemikian, sehingga apabila bekerja akan memutuskan arus dari
sumber daya dan memberhentikan lift dari suatu posisi.
2) Setiap lift harus dilengkapi dengan peralatan pengaman terhadap
hubungan satu phase terbalik dan satu phase hilang.
j. Sistem Kerja Pada Saat Darurat
1) Apabila sumber daya listrik dari PLN mati seketika maka lift
tersebut secara otomatis akan bekerja dan bergerak menuju ke
lantai terdekat untuk mengeluarkan penumpang dengan
menggunakan automatic landing device
(ARD/MELD/TOSLENDER).
2) Setelah lift selesai mengeluarkan penumpangnya, maka lift akan
tetap berhenti pada lantai terdekat tersebut dan mematikan
mesin serta lampu kabin dan membiarkan pintu terbuka.
3) Dan apabila sumber listrik dari PLN telah hidup kembali, maka
sistem harus dapat kembali keadaan normal secara otomatis.
k. Kehalusan Kerja
1) Kontraktor lift harus memasang semua perlengkapan sebaik
mungkin sehingga benar-benar didapatkan semua sistem
instalasi bekerja secara halus dan tanpa menimbulkan suara-
suara yang tidak normal.
2) Apabila terjadi adanya suara-suara yang tidak layak yang timbul
di suatu bagian, maka bagian tersebut tidak dapat disetujui untuk
dipasang.
l. Peralatan Kontrol Mesin Lift
Setiap mesin lift harus dilengkapi dengan panel kontrol, relay dan
starter, di mana didalamnya akan dipasang antara lain :
1) Pengatur utama (Main Controller)
2) Pemilih (selector) premimative switch primer, position
transducer
3) Contactor dan relay diganti dengan microprosesor yang dipasang
disetiap kereta (car) lift dan dipadukan pada controller dengan
panel control
4) Peralatan electronic
5) Tahanan (resistor)
6) Kondensor, penyearah (condensor, rectifier)
7) Peralatan pengaman listrik
8) Starter, saklar, sekering
9) Trafo (transfomer) dan lain-lain.
10) Panel harus dari jenis tertutup rapat, tahan terhadap debu dan
dibentuk dari lembaran besi dengan ketebalan tidak kurang dari
2 mm.
11) Panel ini setelah dibuat harus dilapisi dengan cat dasar anti karat
sebanyak satu kali dan paling sedikit dua lapisan cat akhir.
m. Pengatur (Controller)
1) Semua pengatur harus direncanakan sedemikian sehingga
mencegah adanya kerusakan pada mesin dan perlengkapannya
dari beban berlebih.
165
2) Pengatur ini harus dilengkapi dengan semua kelengkapan yang
diperlukan untuk mendapatkan hasil kerja lift yang sempurna dan
efisien.
3) Semua pengatur kecepatan (speed controller) harus disediakan
untuk mendapatkan percepatan dan perlambatan yang halus,
pada kedua arah.
4) Peralatan ini harus dapat distel dan dapat di set pada suatu posisi
yang diinginkan.
5) Dengan alat kontrol yang dapat mengetahui jumlah penumpang
dalam kereta (car) penuh, maka lift dapat langsung ke arah
panggilan dari pada tiap-tiap lantai.
n. Pemilih (Selector)
1) Penentuan level suatu lantai harus dilakukan dengan
menggunakan "flood controller" yang terletak di ruang mesin lift,
dan diatur sedemikian sehingga hubungan antara selestor dan
kabin lift di shaft benar-benar dijaga tidak meleset untuk semua
kondisi beban yang ada di kabin lift dan kemungkinan adanya slip
serta adanya pemuluran tali baja (rope) penggantung lift.
Perlengkapan pemilih ini harus direncanakan sehingga
pendaftaran panggilan terakhir tidak mengganggu operasi dari
lift yang sedang berjalan.
2) Penyetelan harus dimungkinkan pada selector ini untuk
mengkonpensir keausan pada bagian-bagian yang bergerak,
apabila mempunyai pengaruh pada ketelitian serta ketepatan
kerja dari selector.
3) Selector harus mendeteksi dan mendaftar posisi kabin lift, semua
panggilan dan permintaan arah dari gerak lift dan memberikan
signal bila lift akan berhenti pada suatu lantai.
o. Tahanan (Resistor)
Tahanan harus dari jenis metalic, mempunyai ventilasi yang cukup,
dapat dicapai dengan mudah dan tanpa menimbulkan panas yang
berlebihan pada kondisi normal.
p. Starter, saklar, dan sekering
Setiap mesin harus dilengkapi dengan peralatan starter untuk
mengurangi arus pemberangkatan (starting current). Starter dapat
jenis "Star Delta", "Auto- transformer" atau sejenisnya yang disetuji
pabrik pembuatnya.
q. Levelling
1) Semua perlengkapan untuk maksud levelling harus disediakan
dan dipasang dengan benar, sesuai dengan kebutuhan lift.
2) Perlengkapan ini harus membawa kabin lift ke suatu level lantai
dengan halus dan dengan ketepatan kurang lebih 5 mm di tiap
lantai.
3) Penyetelan levelling harus memungkinkan sampai diperoleh
ketepatan yang diminta.
4) Ketepatan levelling harus tidak berubah karena perbedaan arah
gerak dan perbedaan penumpang di lift.
r. Pengatur Kecepatan (Speed Controlling)
166
1) Suatu sistem pengatur kecepatan (speed control) harus
disediakan dan dipasang disetiap lift.
2) Sistem ini harus terdiri dari peralatan elektronik dan electro
accelerator, landing transducer, dan lain-lain, sehingga menjamin
bekerja lift dengan baik.
3) Pengatur kecepatan harus memberikan hal-hal berikut :
a) Lift harus bekerja dengan percepatan, perlambatan dan
berhentidengan halus dan tanpa kejutan.
b) Penyetelan kecepatan gerak dari lift harus dilakukan
secara otomatis, pada kondisi beban yang ada, sehingga
memberikan kenikmatan pada penumpang didalamnya
dan menggunakan waktu kerja seminimal mungkin.
c) Rem mekanis tidak boleh digunakan untuk
memberhentikan lift pada suatu lantai dan hanya
digunakan untuk memegang lift, setelah lift benar-benar
berhenti dengan halus pada suatu lantai. Ketepatan
pemberhentian di semua lantai harus dalam batas kurang
lebih 5 mm pada semua kondisi beban dan kecpatan.
d) Semua peralatan yang dipasang harus memungkinkan
pemeliharaan dan penyetelan, untuk menjaga karakteristik
dari program yang telah ditetapkan dan memberikan
effesiensi yang tinggi.
s. Sistem Kerja Tanpa Operator
1) Lift bekerja dengan sistem tanpa operator, maka lift akan
beroperasi seperti terurai pada penjelasan yang terdahulu di atas.
Penumpang, setelah memasuki kabin lift akan menekan tombol
yang ada di panel di dalam kabin, sesuai dengan lantai yang dituju.
2) Pintu akan menutup secara otomatis, setelah melampaui selang
waktu yang ditentukan dan lift akan segera bergerak.
3) Penekanan tombol "BUKA PINTU" pada saat pintu sedang
menutup akan menyebabkan pintu kembali pada posisi
membuka.
4) Kecuali apabila tombol "BUKA PINTU" tersebut ditekan terlalu
lama dan melampaui selang waktu yang telah ditetapkan, maka
pintu akan tetap menutup.
t. Saklar Pemeliharaan
1) Suatu saklar harus disediakan masing-masing 1 (satu) buah di
atas atap kabin lift dan dalam panel operasi yang terkunci.
2) Untuk kegunaan disaat pemeliharaan dan pemeriksaan.
3) Masing-masing saklar tersebut harus memungkinkan lift bekerja
sebagai berikut :
4) Semua panggilan dan permintaan dibatalkan
5) Lift tidak melayani panggilan dari lantai dan permintaan dari
dalam kabin
6) Lift akan beroperasi dengan komando dari panel yang ada di
dalam dan di atas lift, dan akan bergerak naik serta turun tangan
dengan kecepatan rendah.
u. Pencegah Beban Lebih
167
1) Semua lift (lift penumpang dan lift Service) harus dilengkapi
dengan peralatan yang mencegah adanya beban muatan lebih
2) Apabila terdapat beban muatan lebih, maka pintu lift akan tetap
terbuka, bel di dalam kabin berbunyi dan indikator bertuliskan
"BEBAN LEBIH" akan menyala
3) Lift akan beroperasi secara normal, apabila beban lebih tersebut
dikurangi, yaitu dengan mengurangi penumpang.
4) Peralatan pengukur berat badan
5) Lift penumpang dan lift Service harus dilengkapi peralatan
pengukur berat badan
6) Apabila berat muatan telah melampaui 90% maka lift akan
bergerak dengan mem - "BY-PASS" lantai yang dilampaui.
7) By-pass ini akan dibatalkan apabila muatan telah berkurang.
v. Peralatan Pencatat Data
Sistem ini akan mempelajari atau mengevaluasi sendiri semua
kegiatan atau hambatan pada trafic dalam group operation yang
nantinya dapat digunakan sebagai penentuan program kontrol yang
optimal.
168
berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang
diminta.
3. Saksi dan Tenaga Ahli
a. Semua pengetesan dan pengujian yang dilakukan oleh kontraktor
harus disaksikan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
b. Jika diperlukan Testing & Comissioning harus dilakukan oleh Tenaga
Ahli yang ditunjuk oleh Pabrikan perangkat tersebut atau oleh tenaga
ahli yang pernah mendapat pendidikan dan sertifikat khusus untuk
maksud tersebut maka pihak Pemilik / Pengawas berhak
menyerahkan perihal tersebut merupakan tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
4. Peralatan, material dan Alat pengujian
a. Kontraktor harus menyediakan semua alat ukur yang diperlukan
untuk pengetesan dan pengujian. Alat-alat tersebut harus sudah
dikalibrasi oleh institusi yang berwenang.
b. Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami
kerusakan / cacat / salah harus diganti / diperbaiki dan testing
comissioning diulangi untuk operasi sesungguhnya secara tepat dari
seluruh sistem.
c. Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk
mengadakan Testing dan Commissioning tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
d. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang
sempurna yang diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus
segera diganti dengan yang baru / disempurnakan sampai dapat
berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada.
5. Biaya
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua biaya dan fasilitas
yang diperlukan untuk pengetesan dan pengujian.
6. Pengujian Ulang
Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, kontraktor harus
memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan kekurangan-kekurangan
yang ada, kemudian melakukan pengujian berhasil dengan baik.
7. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test
Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil dengan
baik dan dapat diterima oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
8. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
berfungsi baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana,
maka Kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan
standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan /
Spesifikasi Peralatan.
169
3.35.2. Spesifikasi Bahan / Material
1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap
dan jaminan dari pabrik, kecuali bahan yang disediakan oleh proyek.
2. Tipe waterproofing atau bahan waterproofing adalah waterproofing Ex.
Masterguard,
3. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebanyak minimal 2 (dua) produk yang setara dari
berbagai merek pembuatan atau kecuali ditentukan lain oleh Tim Teknis
/ Konsultan Pengawas.
4. Keputusan bahan jenis, warna, texture dan merek yang memenuhi
spesifikasi akan diputuskan oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan
akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh)
hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut
5. Atas sepengetahuan Tim Teknis / Konsultan Pengawas dengan
dilengkapi bukti tertulis bahwa Kontraktor harus memberikan jaminan
/ garansi atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor,
pecah dan cacat lainnya, termasuk pengganti dan memperbaiki segala
jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari
pihak pabrik untuk mutu material serta jaminan dari pihak pemasang
(applicator) untuk mutu pemasangan.
170
7. Pelaksanaan Pekerjaan Waterproofing harus dilaksanakan dengan
oleh Aplikator dan harus menyertakan Surat Garansi 10 tahun.
171
15. Menyediakan kontrol terminal untuk sensor PLN ke PKG.
16. Melaksanakan terminasi kabel feeder dari Genset ke PKG.
17. Koordinasi dengan Kontraktor lain maupun Instalasi terkait untuk
menjamin bahwa instalasi tersebut sudah lengkap, benar dan memenuhi
persyaratan.
18. Handling Genset di atas pondasi
19. Setting dan aligment kedudukan Genset, termasuk anchor.
20. Setting dan aligment peredam getaran (Anti Vibration Mounting).
21. Pekerjaan sipil dan finishing yang diperlukan dan perapihan kembali yang
diakibatkan oleh instalasi ini.
22. Mengurus perijinan ke Instansi Depnaker dan Ditjen Pertambangan &
Energi sehubungan dengan pekerjaan ini (biaya perijinan dan
pengurusannya termasuk lingkup Kontraktor).
23. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua
persyaratan yang diminta didalam spesifikasi ini, termasuk gambar-
gambar, perincian penawaran (Bills of Quantity), standard dan peraturan
yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan setempat dan
perintah dari Konsultan Pengawas selama masa pelaksanaan pekerjaan.
24. Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-hal di atas tidak akan diterima. Bila
ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material
yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, merupakan
kewajiban kontraktor untuk penggantinya tanpa ada penggantian biaya.
172
harus dilengkapi dengan brosur/manual asli dari pabrik sebagai dasar
perhitungan.
8. Mesin Diesel Generator yang digunakan harus merupakan peralatan
yang selalu siap digunakan pada setiap saat, untuk itu mesin ini harus
mempunyai perlengkapan berupa pompa sirkulasi minyak pelumas
otomatis dan manual, peredam suara pada saluran gas buang (max 65
dB 5 dB), alat pengisi muatan battery dengan catu daya yang berasal dari
Generator dan yang berasal dari PLN.
9. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur
putaran mesin secara otomatis sehingga mesin akan selalu bekerja pada
putaran nominalnya pada kondisi beban antara beban nol dan beban
penuh dengan toleransi tidak lebih dari 2 %.
10. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan filter bahan bakar dan filter udara
pembakaran.
11. Generator yang digunakan harus mampu membangkitkan tegangan
tanpa bantuan sumber daya lain, dimana rangkaian medan magnitnya
mendapatkan catu daya dari terminal Generator melalui suatu rangkaian
elektronik dengan tidak mempergunakan sikat komutator.
173
3.37.3. Material
1). Penangkal petir radius Proteksi 60 m
2). Pipa galvanize 1' X 3000 mm
3). lampu indikator penangkal petir
4). kabel Coaxcial 2 X 35 mm2
5). Kabel NYY 3 x 6 sqmm
6). Pipa Pralon PVC tipe AW Ø 1/2"
7). Bak Kontrol pentanahan dan grounding System
1. Pekerjaan Ramp
Pekerjaan Landscape Ramp meliputi pekerjaan:
a. Pekerjaan homogenius tile unpolish (sudah dijelaskan pada sub bab
Pekerjaan Lantai pada RKS ini).
b. Pekerjaan Handrailing (sudah dijelaskan pada sub bab Pekerjaan Besi
Non Struktur pada RKS ini)
174
c. Pekerjaan Coating (sudah dijelaskan pada sub bab Pekerjaan Cat pada
RKS ini)
175
akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh)
hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut
6. Atas sepengetahuan Tim Teknis / Konsultan Pengawas dengan dilengkapi
bukti tertulis bahwa Kontraktor harus memberikan jaminan / garansi
atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan
cacat lainnya, termasuk pengganti dan memperbaiki segala jenis
kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak
pabrik untuk mutu material serta jaminan dari pihak pemasang
(applicator) untuk mutu pemasangan.
176
c. Sebelum pohon / tanaman ditanam pada lokasi yang telah ditentukan
dilapisi dulu dengan tanah subur.
d. Setelah pohon atau tanaman ditanam di lokasi yang telah ditetapkan
yang sudah dilapisi tanah subur maka harus diberi pupuk supaya
pohon / tanaman tersebut tidak lekas mati.
e. Tanaman / pohon yang telah ditanam diberi bambu penopang agar
tidak cepat rubuh dan mampu tumbuh dengan baik.
f. Khusus untuk penanaman pohon / tanaman Sente Hijau ditanam di
Pot Teraso setinggi 1 m yang disediakan oleh Kontraktor / Penyedia
Jasa dengan jumlah sesuai di BOQ dan dipasang sesuai petunjuk
Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas.
177
Jika diperlukan tambahan ketinggian pada grass block yang kurang
tinggi sebelum pekerjaan pengisian sambungan.
j. Untuk Joint Treatment : Pasang unit grass block penyambungan
dengan tangan secara kencang isi dengan campuran kering dari 1
bagian semen Portland dan 3 bagian pasir dengan cara manyapu
campuran tersebut diatas permukaan paving sampai sambungan –
sambungan tidak terlihat tanda-tanda penggantian.
k. Singkirkan dan ganti unit grass block yang longgar, retak, patah,
bemoda atau kerusakan lain atau unit tidak serasi dengan unit
sebelahnya seperti yang dikehendaki. Sediakan unit-unit baru untuk
mencocokan unit yang bersebelahan dan pasang dengan cara yang
sama seperti unit semula, dengan melakukan pengisian sambungan
yang sama agar tidak kelihatan tanda-tanda penggantian.
l. Sediakan perlindungan akhir dan jagalah keadaan tersebut dengan
suatu cara yang menjamin pekerjaan unit grass block tidak rusak atau
menjadi jelek pada saat Serah Terima Pekerjaan.
3.39. Material
3.39.1 Lingkup Kerja
Penyediaan Material bangunan yang sesuai dengan spesifikasi teknis.
3.39.2 Material
a. Semen
1). Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis
semen yang ditentukan dalam Semen Portland SNI 2049 : 2015, Semen
Portland Composit SNI7064 : 2014, dan Semen Portland Pozolan SNI
0302 : 2014, dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam standar tersebut dan menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001 : 2005.
2). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) Dynamix,
Tiga Roda, Gresik.
3). Harus dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
4). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
5). Jika semen yang dikirim adalah dalam kantong semen, maka selama
pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan.
6). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
7). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
178
8). Semen harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang baik, tidak
lembab dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga tidak
menyentuh lantai dan aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan.
9). Semen tersebut tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 sak. Sistem
penyimpanan semen harus diatur sedemikian rupa, sehingga semen
tersebut tidak tersimpan terlalu lama.
10). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
11). Semen yang diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan,
seperti membatu, tidak diizinkan untuk dipakai.
12). Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling
lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya Kontraktor.
c. Agregat kasar
1). Agregat kasar berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous),
dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan
bersudut.
2). Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak
melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja
tulangan dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3). Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
4). Gradasi dari agregat tersebut secara keseluruhan harus sesuai dengan
yang disyaratkan oleh ASTM agar tidak terjadinya sarang kerikil atau
rongga dengan ketentuan sebagai berikut :
d. Agregat halus
1). Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur
harus lebih kecil dari 4 % berat. Agregat halus harus terdiri dari butir-
butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi
syarat sbb :
179
Ayakan 4.00 mm 02
Ayakan 1.00 mm 10
Ayakan 0.25 mm 80 – 95
e. Pasir
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4). Pasir harus dalam keadaan “jenuh kering muka”.
f. Air.
1). Air harusmemenuhi kualitas yang ditentukan dalam SNI 6861 bagian A
tahun 2002.
2). Harus bersih, tidak berbau dan berasa, tidak mengandung lumpur atau
benda melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter.
3). Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
4). Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
5). Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
6). Tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, zat organis atau
bahan lainyang dapat merusak beton atau besi beton.
7). Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan
8). Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya penyedia
Jasa konstruksi.
9). Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk digunakan,
maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.
g. Besi beton
1). Besi beton yang digunakan harus mengacu SNI 2052:2017 tentang Baja
Tulangan Beton.
2). Mutu baja Tulangan yang digunakan yaitu BJTS 420 B yaitu menggunakan
besi beton ulir (deformed bars) untuk tulangan utama dan sengkang
3). Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus
memenuhi syarat-syarat:
a) Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.
b) Mutu sesuai dengan yang ditentukan.
180
c) Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan
toleransi.
4). Dapat menggunakan merk KS (Krakatau Steel), IS (Interworld Steel), dan
MS (Master Steel).
5). Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di
atas, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
6). Besi beton harus berasal dari satu pabrik (manufacture). Tidak
dibenarkan untuk menggunakan merek besi beton yang berlainan untuk
pekerjaan ini.
7). Besi beton harus dilengkapi dengan mill certificate/ sertifikat pabrik
yang memuat label dan nomor pengecoran serta tanggal pembuatan besi
beton tersebut.
8). sertifikat pabrik memuat Surat Pernyataan Jaminan Mutu Produk Besi
Tulangan Beton dari Produsen atau Distributor atau Agen Besi Beton
dengan dilampiri Sertifikat SNI Produk Tulangan Beton SNI 2052 : 2017
yang masih berlaku dan Sertifikat TKDN Produk Besi Tulangan Beton.
9). Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu secara
baik sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus
cukup terlindung sehingga kemungkinan karat dapat dihindarkan.
10). Permukaan besi beton harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain yang
dapat mengurangi lekatan besi beton
11). Tulangan ulir D10, D13, D16, D19, D22 : 420 MPa (BJTS 420 B)
12). Tulangan Polos Ø8 : Tulangan Polos 280 MPa (BJTP 280).
13). Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai
berikut:
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI BERAT
TULANGAN YANG DIUJIKAN
0 < < 10 mm + 7%
10 < < 16 mm + 5%
16 < < 28 mm + 4%
≥ 28 mm + 2%
14). Setiap besi beton yang didatangkan dari pabrik harus dilakukan uji
tarik, uji berat, dan uji Diameter di laboratorium independen yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan. Hal ini
akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek
Penyedia Barang/Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate
untuk mengukur diameter tulangan dan dimasukkan dalam dokumen
penawaran data teknis.
181
h. Admixture / Bahan Tambahan
1). Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk
memperbaiki sifat suatu campuran beton.
2). Jenis, jumlah bahan yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan
tambahan tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3). Manfaat dari bahan tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil uji
dengan menggunakan jenis semen dan agregat yang akan dipakai pada
proyek ini.
4). Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur, memperlambat atau mempercepat pengikatan dan/atau
pengerasan beton harus memenuhi “Specification for Chemical
Admixtures for Concrete” (ASTM C494) atau memenuhi Standar Umum
Bahan Bangunan Indonesia
5). Bahan-bahan Admixture dan bahan-bahan untuk surface treatments yang
dapat digunakan sebagai referensi untuk produk yang setara dapat dilihat
dari tabel di bawah ini:
182
Sika Retarder
j. Mortar
1). Mortar yang dipakai adalah mortar GE (jenis GE-100 untuk perekat , GE-
210 untuk plesteran dan GE-110 untuk acian), Mortar Citicon
(disesuaikan dengan bata ringan yang dipasang).
2). Mortar harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
3). Mortar masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
4). Penyimpanan mortar tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
5). Mortar yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
183
16). material lainnya dan material pendukung seperti silent, baut dan lain-lain.
Ukuran, ketebalan, dan dimensi menyesuaikan dengan gambar sesuai
dengan jenis pekerjaannya.
l. Lantai
1). Homogenious Tile ukuran 60 x 60 cm tipe UNPOLISHED MATTE Grey Ven
SN 001 “Venus, Granito”
2). Homogenious Tile ukuran 60 x 60 cm tipe POLISHED Grey “Venus,
Granito” untuk Dinding Kamar mandi.
3). Plint Homogenious Tile ukuran 10 x 60 tipe POLISHED “Venus, Granito”.
4). Keramik 30 x 30 POLISHED untuk Pelat Meja Dapur “ROMAN”.
5). Batu Andesit Bakar tebal 1,7 cm bentuk dan ukuran sesuai pola pada
gambar.
m. Plafond
1). Rangka Plafond Gypsum pipa hollow 40x40 mm dan 40x20 mm tebal 0,35
mm Galvanized.
2). Rangka Plafond PVC pipa hollow 30x30 mm dan 30x15 mm tebal 0,3 mm
Galvanized.
3). Gypsum Board 9 mm, 120 x 240 x 0.9 cm “NUSABOARD, JAYABOARD “.
4). Plafond PVC “ INDOFON, IMAX PVC “.
5). List profil gypsum lebar 7-10 cm “ LOCAL “.
6). List profil PVC lebar 6 cm “ INDOFON, IMAX PVC“.
7). Kasa gypsum.
8). Tepung gypsum “ A PLUS, ELEPHANT “.
9). Alkasit “ A PLUS, ELEPHANT “.
10). Paku 184r184ck184.
11). Kawat penggantung
12). Perkuatan rangka penggantung menggunakan Rangka Hollow 15x15 mm
tebal 0,30 mm.
n. Baja Konvensional
1. Baja yang dipakai harus sesuai dengan standart material yang yang
digunakan dari mutu baja SNI 07-0242.1-2000 tentang Spesifikasi Pipa
Baja Dilas dan Tanpa Sambungan Dengan Lapis Hitam dan Galvanis Panas,
SNI 1729:2020 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural, SNI 07-0329:2005 tentang Baja profil I-Beam (JIS G3192:2000
, ASTM A36-04 , DIN 1025:1995).
2. Baja konvensional yang dipergunakan sbb: IWF 250x125x6x9 mm, CNP
150x65x20x3,2 mm, Baja Siku 50x50x5, Pelat Baja tebal 10 mm.
3. Untuk mendapatkan jaminan kualitas baja yang digunakan
Pemborong harus mengajukan certifikat yang dikeluarkan oleh
pabrik baja yang bersangkutan kalau tidak dapat menunjukan
sertifikat dimaksud maka harus dilaksanakan pengujian terhadap
kualitas baja yang digunakan sesuai yang disyaratkan.
4. Setiap perubahan pemakaian kualitas baja harus dengan persetujuan
Konsultan Perencana.
184
5. Digunakan baut dari jenis baut biasa yang dengan tegangan putus
minimal 4000 kg/cm2 dan yield stress minimal 2500 kg/cm2, tidak
berkarat dan dilindungi terhadap karat baik sebelum maupun setelah
terpasang.
6. Hanya digunakan baut dari satu product dengan tanda 185r185ck185de
yang jelas terdapat pada baut.
7. Semua baut harus dilengkapi dengan ring yang sesuai.
8. Chemical composition
Carbon I : 0.25 % max
Phosphor (p) : 0.04 % max
Sulfur (s) : 0.04 % max
9. Mechanical Properties
Tensile Strength : 400 N/mm2min
Yield Strenth : 235 N/mm2min
Elongation : 18% - 23 % min
10. Tolerance Wall Thickness (± 10 %) :
+0,6 mm – 0,5 mm, < 4mm
+ 15%;12,5% , 4mm – 12 mm
+ 15% - 1,5mm, >12mm
11. Diameter:
OD ≤ 50 mm : ± 0.5 mm
OD ≥ 50 mm :±1%
Standard length: 6000 mm, toleransi (± 2 %): +100 mm, - 0 mm
o. Penutup Atap
1. Penutup atap menggunakan Atap keramik glazur : kanmuri, M-Class.
2. Bubungan Atap keramik glazur : kanmuri, M-Class.
p. Cat
Semua cat yang akan di pakai harus mendapat persetujuan dari PPK,
pengelola Teknis Dan Konsultan Perencana,setelah mengadakan percobaan
pengecatan (185r185 185r185).
1. Cat yang di gunakan
1) Tembok Luar Type “ Weathershield “: “DULUX, Mowilex, Jotun“.
2) Tembok Dalam : “DULUX , DULUX, Mowilex, Jotun “.
3) Tembok Plafon : “DECOLITE, WIRATEX “.
4) Besi : Zincromate “ MEIJI “, Cat besi “ NIPPON PAINT “.
5) Cat Kayu “ WOOD STAIN, AVIAN “
6) Cat Coating “ PROPAN, DULUX “
2. Cat Dinding, Kayu dan Besi yang dipilih harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Cat yang Tidak Mengandung Zat Pencemar seperti : Metheline
Chloride, Arsenic, Hexavalent Chromium, N-Hexane,
Trichloroethylene (TCE), Formaldehyde, TDCP/TCEP, BPA,
Phthalates, VOC berkadar tinggi, dll.
2) Wajib disertai brosur pendukung.
185
q. Besi Non Struktur
1) Rangka plafon rangka hollow 40x40 mm dan 40x20 mm tebal 0.3 mm
Galvanized.
2) Railing tangga menggunakan :
- Pipa stainless D 2”
- Pipa stainless D 1”
3) Railing ram difabel menggunakan :
- Pipa stainless D 2”
- Pipa stainless D 1”
r. Pekerjaan Elektrikal
1) Kabel NYM, NYA dan NYY “Kabelindo, Supreme, Kabel Metal “.
2) Pembuat panel/panela maker menggunakn Delta Jaya Enginnering
a)
3) Pasang Listrik Baru 197.000 VA termasuk :
a) Biaya Penyambungan.
b) Konsuil (SLO).
c) UJL.
4) Lampu-lampu dengan armature Artolite, Philips, Panasonic.
5) Stop Kontak Dinding 200 W / 16 A “Legrand, Schneider, Panasonic “.
6) Saklar double IB “Legrand, Schneider, Panasonic “.
7) Saklar tunggal IB “Legrand, Schneider, Panasonic “.
8) Saklar hotel “Legrand, Schneider, Panasonic “.
9) Exhaust Fan Diameter = 40 cm “ PANASONIC, CKE “
10) Semua instalasi dalam pipa conduit High Impact 20 mm “Clipsal, EGA,
ELPRO “.
186
8) Kloset Duduk Type CW 421 J Ex. “ TOTO “ memiliki “Dual Flush” dengan
kapasitas maksimum 6 liter/flush.
10) Urinal dengan tipe U57M Ex. “TOTO” dengan kapasitas maksimal 4
liter/flush.
187
11) Shower set menggunakan Shower Column Paloma SCP 1809
188
x. Spesifikasi Teknis CCTV
Semua system CCTV menggunakan merk Honeywell, Bosch, Axis
NVR POE 32 Channel
SSD 2TB merk Seagate, WD
Monitor LED merk Panasonic, Samsung, Sony
Fixed dome Network Camera
189
OUTLINE SPESIFIKASI TEKNIS YANG DIGUNAKAN
190
1. Waterproofing KM/WC Liquid use direct/ Masterguard, Sikka,
pengencer air Fosroc
2. Waterproofing atap dak dan plat leufel Liquid use direct/ Masterguard, Sikka,
pengencer air Fosroc
V. Pekerjaan Langit – langit (Plafond)
1. Plafond Gypsum tebal 9 mm Jayaboard,
Nusaboard,
Elephant
2. List Plafond Jayaboard,
Nusaboard
Elephant
3. Plafond PVC Indofon, IMAX PVC
4. Rangka Plafond Gypsum Hollow galvalum ku.
40x40, 20x40 tebal
0.35mm
5. Rangka Plafond PVC Hollow galvalum ku.
30x30, 15x30 tebal
0.30mm
VI. Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela, dan
Partisi
1. Kusen Aluminium 4” tebal minimal 1,15 YKK, Alexindo,
mm. Untuk Akusen pintu Superex
bagian dalam diberikan
perkuatan dari kayu
untuk menahan dari
berat engsel & daun
pintu
2. Kaca clear Tebal & ukuran sesuai Asahimas, Mulia
gambar rencana
3. Frame Pintu dan Jendela Tebal minimal 1,2 mm YKK, Alexindo,
Superex
4. Pintu Engineering Door Flush & glass ARIN, Daiken
5. Penggantung dan pengunci KEND, Kinlong
VII. Pekerjaan Pengecatan
1. Cat dinding interior Cat dasar alkali guard + Dulux , Mowilex,
cat dengan cat dinding Jotun
2. Cat dinding eksterior (Weathercoat) Cat dasar alkali guard + Dulux , Mowilex,
cat dengan cat dinding Jotun
3. Cat plafond Decolith, Wiratex,
Cendana
5 Cat Besi Nippon, Propan,
Jotun (waterbase)
6. Cat Coating Acrylic solvent based Propan, Protecone
VIII. Pekerjaan Atap
1. Kuda-kuda, Gording Baja Profil KS, Gunung Garuda
2. Usuk Reng Baja Ringan Usuk tebal : min 0,65 mm Galvasteel, Gigasteel
Reng tebal: min 0,45 mm
3. Penutup Atap genteng keramik glazur Kanmuri, M Class,
IX Pekerjaan Saniter
1 Closet Eco washer TOTO, Kohler
2 Wastafel TOTO, Kohler
3 Kran Max flow rate: 0,5 galon/ American standart,
menit (0,5 Toto, San ei
gmp/1,9L/min)
191
4 Floor drain American standart,
Toto, San ei
5 Roof drain American standart,
Toto, San ei
6 Asesoris saniter lainnya American standart,
Toto, San ei
X Pekerjaan Interior
1 Multiplex Tebal 12 mm Lokal
2 MDF Lokal
3 HPL Taco, Arborite
4 List Aluminium Lokal
5 Lettering Lokal
II Elektrikal
Perkins, Mitsubishi,
1 Generator Set Silent type
Caterpillar
Leroy Summer,
2 Alternator
Stamford
Delta Jaya
3 Panel Maker
Engineering
Nokian, Schneider,
4 Capasitor Bank
ABB
Schneider, ABB,
6 Komponen panel
Terasaki
Kabelindo, Supreme,
7 Kabel Daya NYY,NYFGBY
Kabel Metal
192
Kabelindo, Supreme,
8 Kabel Instalasi NYY.NYM,NYMHY
Kabel Metal
Pyrotec, Vitalink,
9 Kabel Emergency FRC
Radox
10 PVC Konduit Clipsal, EGA, ELPRO
Artolite, Philips,
11 Armatur Lampu
Panasonic
12 Balast Philips, Osram
13 Fitting Philips, Osram
14 Capacitor Philips, Osram
15 Tube Philips, Osram
16 Stater Philips, Osram
17 Nicad Battery Craft
ELPRO, INTERACK,
18
Rak Kabel, Cable Tray, Cable Ladder Hot dip Galvanis TRI STAR
Legrand, Schneider,
19 Saklar & Stop Kontak
Panasonic
Elektrostatis non Prevectron, Thomas,
20 Proteksi Petir
radioaktif Kurn
III. Elektronika
Sistem Tata Suara
Honeywell, TOA ,
1 Pemutar CD/MP3/RADIO FM
Bosch
Honeywell, TOA ,
2 Paging Microphone for Car Call
Bosch
Honeywell, TOA ,
3 Mixer Amplifier
Bosch
Honeywell, TOA ,
4 Power Amplifier
Bosch
Honeywell, TOA ,
5 Speaker Selector
Bosch
6 Terminal Box Sound Sistem (TB-SS) Lokal
Honeywell, TOA ,
7 Speaker 3W
Bosch
Kabelindo, Supreme,
8 Kabel Instalasi NYMHY
Kabel Metal
Pyrotec, Vitalink,
9 Kabel Emergency FRC
Radox
Jaringan Data
MMC, Panduit,
1 Kabel Optic Multimode Core
Systimax,
2 Kabel DATA/LAN CAT 6 MMC, Belden
3 Server Lenovo, HP, Asus
PoE ; 4 SFP+ 1/10GbE
4 Distribution/Access Swicth HP, Cisco
ports
5 Rack & wallmount Indorack, Litech
Aruba. Ubiquiti Unifi,
6 Wireless Access Point POE
Cisco
Laplace, Legrand,
7 UPS
Eaton
193
IP CCTV
Honeywell, Bosch,
1 NVR 32 Channel
Axis
Honeywell, Bosch,
2 Dome Camera IP Camera. 4 MP. H.265+
Axis
Honeywell, Bosch,
3 Bullet Kamera IP Camera. 4 MP. H.265+
Axis
4 Kabel Instalasi CAT6 MMC, Belden
5 Harddisk Seagate, WD element
Panasonic, Samsung,
6 Monitor
Sony
Laplace, Legrand,
7 UPS
Eaton
Sistem Telephone
Panasonic, Alcatel
1 PABX 2 line, 24 extention
Lucent Interprise
Panasonic, Alcatel
2 Telephone Analog
Lucent Interprise
Legrand, Schneider,
3 Outlet Telepon
Panasonic
4 Kabel Telepon ITS 2 PAIR Commscope, Belden
5 Conduit Clipsal, EGA, ELPRO
Standar dari PT.
6 MDF, TBT & ITF
Telkom
Fire Alarm
Peralatan Utama Master Control Fire Honeywell Morley,
1 Addressable
Alarm Nohmi, Esser
Honeywell Morley,
2
Annunciator Panel Nohmi, Esser
Honeywell Morley,
3 Konvensional
Detektor Nohmi, Esser
Honeywell Morley,
4 Aksesoris
Nohmi, Esser
5 APAR DCP, CO2 Guardall, Hooseki
Sistem MATV
Legrand, Schneider,
1 Outlet MATV
Panasonic
Kabelindo, Supreme,
2 Kabel MATV RG-6, RG-11
Kabel Metal
3 Splitter 4 Way Lokal
4 Terminal Box MATV Lokal
IV. MEKANIKAL
Sistem Tata Udara
Wall mounted, Ceilling Casette ,
1 Non Inverter Daikin, Panasonic
Concealed
Nicotra, CKE,
2 Exhaust Fan
Panasonic,
Daikin, Kembla,
3 Pipa Refrigerant (tembaga) ASTM B-819 L
Denji
4 Pipa PVC (drain) PVC AW Rucika, Vinilon
5 Isolasi Pipa K-flex, Armaflex
6 Diffuser / Linier Diffuser Lokal (Aluminium)
7 Grille, FAG, RAG, PAR Lokal (Aluminium)
Ruang Isolasi
8 Duct Connection Mid. Static Pressure Daikin, Panasonic
Nicotra Gebhart,
9 Exhaust Fan
Conexa
JAF, Camfil,
10 Pre Filter G4
Donaldson
JAF, Camfil,
11 Medium Filter F8
Donaldson
JAF, Camfil,
12 Hepa Filter H13
Donaldson
JAF, Camfil,
13 UVC UV33
Donaldson
Cold Room
Koronka, Starr Panel,
1 PU Sheet=10cm; density Tamacool Sukses
Insulasi Dinding dan Atap 40-43 kg/m3 Perkasa
BITZER, DAIKIN,
2
Compressor Emerson
Tomori, Guntner ,
3
Evaporator Muller
4 Condensor Tomori, Guntner
D. PEKERJAAN LANDSCAPE
1. Grass Block tebal 8 cm, mutu K300 ALDAS, MUTIARA,
DIAMOND
2 Panel pagar beton Pra cetak ASIACON,
DISASPUN, WIKA
195
196
197