Anda di halaman 1dari 8

Hari/ Tanggal : Sabtu, 10 Oktober 2020

Nama Pemateri : Daafi Armanda

Materi : Pengawasan K3 KBLPK


Nama : Dini Kusumastuti

Hasil Resume :
1. Syarat-syarat penanggulangan kebakaran apa aja dengan tenaga kerja 350 orang dan luas
bangunan 50x50 m. Penanggulangan kebakaran bagaimana ?
Jawab :
Syarat K3 Penanggulangan kebakaran di tempat kerja berdasarkan Kepmenaker 186/1999
pengurus dan pengusaha wajb mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan
penanggulangan kebakaran di tempat kerja, antara lain :
a. Sarana proteksi kebakaran pasif
- Pengendalian setiap bentuk energi; bisa dilakukan dengan cara pemberian labeling,
penyekatan dan warning sign pada titik-titik tertentu.
- Penyediaan sarana evakuasi seperti jalur evakuasi yang mudah dilewati dan adanya
assembly point;
- Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
b. Sarana proteksi kebakaran aktif :
- Sistem deteksi dan alarm
- APAR (dengan jumlah minimal 9 APAR dengan jarak maksimal antar APAR 15 m)
- Hydrant
- Sprinkler
- House rell
c. Unit penanggulangan kebakaran dengan jumlah 28 orang masing-masing unit (2 orang
per 25 tenaga kerja).
d. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.

2. Berapa pemeriksaan dan pengujian yang harus dilakukan untuk listrik, penangkal petir,
elevator dan eksavator ?
Jawab :
a. Listrik (Permenaker No 12 Tahun 2015 Pasal 11)
- Pemeriksaan : 1 tahun sekali
- Pengujian : 5 tahun sekali

b. Penangkal petir (Permenaker Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 50)


- Pemeriksaan dan pengujian dilakukan 2 tahun sekali

c. Elevator dan eksavator (Permenaker No 6 Tahun 2017)


Pemeriksaan dan pengujian dilakukan paling sedikit 1 tahun sekali, dilakukan apabila
hasil pemeriksaan dan atau pengujian sebelumnya terdapat keraguan.

PENGAWASAN K3 KONSTRUKSI 4. Masa serah terima pekerjaan


BANGUNAN konstruksi
Suatu tahapan pekerjaan yang
A. Definisi Istilah-Istilah dilaksanakan kontraktor/pelaksana
1. Konstruksi Bangunan dalam penyelesaian produk teknis
Kegiatan yang berhubungan dengan bangunan dan menyerahkan kepada
seluruh tahapan yang dilakukan pada pemilik/pengelola bangunan tempat
tempat kerja. kerja.
2. Sarana Bangunan 5. Masa Pemeliharaan/Perawatan
Semua instalasi/peralatan/sarana Suatu tahapan pekerjaan yang
pendukung dari kegiatan tahapan dilakukan pemilik/ pengelola
konstruksi bangunan mulai dari bangunan dengan tujuan bangunan
kegiatan pelaksanaan, serah terima tempat kerja memenuhi syarat K3.
sampai dengan masa pemeliharaan
dan perawatan. B. Klasifikasi Proyek Konstruksi
3. Masa Konstruksi 1) Proyek konstruksi bangunan gedung
Tahapan pekerjaan yang dilakukan (Building Construction)
penyedia jasa konstruksi/pelaksana 2) Proyek bangunan
yang menghasilkan produk teknis perumahan/pemukiman (Residential
bangunan. Contruction/Real Estate)
3) Proyek konstruksi teknik sipil/proyek 3. SKB MENAKER DAN MENTERI
Konstruksi rekayasa berat (Heavy PU No. 174/MEN/1986 dan No.
Engineering Construction) umumnya 104/KPTS/1986 tentang K3 pada
proyek yang masuk jenis ini adalah tempat kegiatan konstruksi beserta
proyek infrastruktur seperti pedoman pelaksanaan K3 pada
bendungan, jalan raya, jembatan, tempat kegiatan konstruksi.
terowongan, jalan kereta api,
pelabuhan E. Ruang Lingkup Pengawasan K3
4) Proyek konstruksi industri (Industrial Konstruksi dan Sarana Bangunan
Construction) 1. Masa konstruksi
spesifikasi dan persyaratan khusus  Dikerjakan pembangunan,
:kilang minyak,industri berat/industri perbaikan, perawatan,
dasar, pertambangan, nuklir pembersihan rumah, gedung,
bangunan pengairan, saluran
C. Unsur Terkait dalam Kegiatan atau terowongan bawah tanah.
Konstruksi  Dilakukan pekerjaan dalam
ketinggian di atas permukaan
tanah atau perairan
 Dilakukan pekerjaan
mengandung bahaya tertimbum
tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau
terperosok,hanyut atau
terpelanting
D. Dasar Hukum K3 Bidang Konstruksi 2. Serah terima pekerjaan konstruksi
Bangunan 3. Perawatan/pemeliharaan
1. UU Nomor 1 Tahun 1970 bangunan
2. PERMENAKERTRANS
NO.PER.01/MEN/1980 tentang K3 F. Wajib Lapor Pekerjaan Konstruksi
pada Konstruksi Bangunan Isi laporan antara lain :
1. Nama dan alamat perusahaan
2. Nama dan pemilik perusahaan 7. Fasilitas k3
3. Nama dan alamat pelaksana 8. Jaminan sosial tenaga kerja.
konstruksi 9. Pesawat / instalasi yang terpasang
4. Program K3 pelaksana konstruksi pada bagian tempat kerja dan
5. Kegiatan K3 pelaksanan konstruksi subkontraktor yang melaksanakan.
6. Pesawat/instalasi/peralatan yang
digunakan.
G. Prosedur Standar Operasi

H. Pembinaan
Pembinaan dilakukan oleh pemerintah J. Penyelenggaraan K3 pada Proyek
dan pelaksanaannya melibatkan ahli K3. Konstruksi
1. Dimulai pada tahap perencanaan
I. Sanksi dan Pidana 2. Unsur yang terlibat
1. Tegoran tertulis 3. Komitmen manajemen
2. Penghentian sementara 4. Pembentukan unit K3
3. Pembatasan kegiatan 5. Pembentukan organisasi P2K3
4. Pembekuan ijin 6. Kerangka dan penjabaran tugas
5. Pencabutan ijin 7. Pembinaan / sosialisasi, awal, rutin,
6. Pidana diatur dalam Kemenakertrans dan khusus
8. Aktivitas kegiatan  Min. 1 org Ahli Madya K3
9. Pengawasan internal dan eksternal Konstruksi
 Min. 1 org Ahli Muda K3
K. Obyek-obyek Spesifik pada Proyek Konstruksi
Konstruksi 3. Proyek < 3 bulan atau TK < 25 org
1. Tempat dan lingkungan kerja  Min. 1 org Ahli Muda K3
2. Alat, mesin, instalasi Konstruksi
3. Perancah 4. Teknisi perancah harus memiliki
4. Tangga lisensi.
5. Alat angkat
6. Alat konstruksi / alat berat PENGAWASAN K3 LISTRIK
7. Konstruksi bawah/atas tanah/air
8. Penggalian A. Dasar Hukum
9. Pemancangan Peraturan dan Standar Teknis K3
10. Pekerjaan baja/beton Listrik
11. Pekerjaan pengelasan 1. UU Nomor 1 Tahun 1970
12. Pekerjaan penunjang / finishing 2. Permenaker 12 Tahun 2015 tentang
K3 listrik
L. Sertifikasi Kompetensi Personil 3. Permenaker 33 Tahun 2015 tentang
Sertifikasi kompetensi personil K3 pada Perubahan Permenaker 12 Tahun
kegiatan konstruksi bangunan diatur 2015
dalam Kep. Dirjen PPK No. Kep. 4. Permenaker 02 Tahun 1989 tentang
20/DJPKK/VI/2004 sebagai berikut : IPP
1. Proyek > 6 bulan atau TK > 100 org 5. Permenaker 31 Tahun 2015
 Min. 1 org Ahli Utama K3 6. Permenaker 6 Tahun 2017 tentang
Konstruksi K3 Elevator dan Eskalator
 Min. 1 org Ahli Madya K3
Konstruksi Peraturan Tenaga Teknis K3 Listrik
 Min. 2 org Ahli Muda K3 1. UU Nomor 1 Tahun 1970
Konstruksi 2. Kep. Dirjen No.48/2015 tentang
2. Proyek < 6 bulan atau TK < 100 org Pembinaan Teknisi K3 Listrik
3. Kep. Dirjen No.47/2015 tentang  Menutup dengan penghalan atau
Pembinaan Calon Ahli K3 Listrik selungkup
4. Permenaker 6/2017 tentang teknisi  Memberi jarak aman di luar
K3 elevator dan escalator, operator jangkauan
K3 elevator da escalator ahli K3  Isolasi lantai kerja
el.es
b) Bahaya sentuhan tidak langsung
B. Electrical Hazards Pengendalian :
1. Arus kejut listrik - Grounding
2. Efek termal (suhu berlebihan) Grounding memperkecil
3. Efek medan listrik dan medan resistensi alat dan bumi
magnet - Perlengkapan isolasi ganda
Perlengkapan yg proteksinya
Urain dari arus kejut listrik dari kejut listrik tidak hanya
Arus listrik yang mengalir dalam mengandalkan isolasi dasarnya,
tubuh manusia akan menghasilkan tetapi juga diberikan tindakan
panas yang dapat membakar jaringan pencegahan dengan isolasi ganda
dan juga menyebabkan terganggunya atau isolasi diperkuat
fungsi organ tubuh, terutama jantung, - Menggunakan alat GFCI
otot, dan otak. Bahaya kejut listrik dapat (Ground Fault Circuit
disebabkan oleh : Interrupter)
a) Bahaya sentuhan langsung - Melindungi arus kejut
Proteksi bahaya sentuhan langsung : - Mendeteksi perbedaan arus
 Isolasi bagian aktif pada kawat positif dan negatif
 Isolasi yang baik hanya dapat (putih – hitam)
dilepas/ terbuka dengan cara - Jika grounding gagal, GFCI
merusaknya. akan memutuskan arus dalam
 Mampu menahan pengaruh : 1/40 detik
Mekanik, kimia, listrik, dan - Terapkan program menjamin
termal penggunaan grounding pada
 Memberi rintangan peralatan listrik
- Penggunaan APD 1. Permenaker 04 Tahun 1987 tentang
- Safety shoes P2K3
- Sarung tangan 2. PP No 50 Tahun 2012 tentang SMK3
- Topi/hard hat 3. Kep. Menaker Kep. 186/MEN/1999
Unit Penanggulangan Kebakaran di
PENGAWASAN K3 Tempat Kerja
PENANGGULANGAN KEBAKARAN B. Klasifikasi Tingkat Bahaya
Pembentukan unit penanggulangan
A. Dasar Hukum kebakaran memperhatikan jumlah
Pengendaian Energi tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat
1. Permenaker 12/2015 tentang K3 potensi bahaya, antara lain :
listrik 1. Klasifikasi tingkat resiko bahaya
2. Permenaker 02/89 tentang proteksi kebakaran ringan;
petir 2. Klasifikasi tingkat resiko bahaya
3. Kep. Menaker Kep 187/1999 tentang kebakaran sedang I
bahan kimia berbahaya 3. Klasifikasi tingkat resiko bahaya
kebakaran sedang II
Sarana Proteksi Kebakaran 4. Klasifikasi tingkat resiko bahaya
1. Permenaker 04 Tahun 1980 tentang kebakaran sedang III dan;
APAR 5. Klasifikasi tingkat resiko bahaya
2. Permenaker 02 Tahun 1983 tentang kebakaran berat.
Instalasi alarm kebakaran otomatik
3. Instruksi menaker 11 Tahun 1997 C. Pengendalian Setiap Bentuk Energi
tentang pengawasan khusus K3 1. Nama produk
penanggulangan kebakaran : 2. Identifikasi bahaya
- Pedoman fire rating 3. Tanda bahaya / artinya
- Pedoman springkler 4. Resiko dan pengendaliannya
- Standar bangunan Indonesia 5. Tindakan pencegahan
6. Labeling
Manajemen K3
D. Teori-Teori
1. Teori The Fire Triangle 4. Kelas D
Kebakaran logam
Heat

G. APAR
Pemilihan APAR harus disesuaikan
Fuel Oksigen
dengan klasifikasi kebakaran :
2. Teori Tetra Hedron of Fire 1. Combustible material
2. Flammable liquid/gas
3. Electrical equipment
4. Metals

Syarat APAR
 Dilarang memasang Apar berlubang
atau cacat karena karat
E. Metode Pemadaman Kebakaran  Ditempatkan/digantung dengan
1. Cooling/pendinginan konstruksi yang kuat
2. Smothering/penyelimutan  Ditempatkan dalam lemari atau box
3. Starvation/menstop suplai bahan yang tidak dikunci
bakar  Lemari/box boleh dikunci asal
4. Breaking chain reaction/memecah menggunakan kaca (safety glass)
rantai reaksi kimia api tebal max. 2mm, kemudian
disesuaikan dengan besar apar serta
F. Klasifikasi Kebakaran apar mudah dikeluarkan.
1. Kelas A  Ditempatkan pada ketinggian max.
Kebakaran bahan padat kecuali 1.2 m dari lantai, di atas lantai 15 cm
logam  Suhu ruangan tidak boleh lebih 49oC
2. Kelas B atau -44 oC kecuali dibuat khusus.
Kebakaran bahan cair dan gas  Jarak antar APAR satu dengan
3. Kelas C APAR lainnya tidak boleh melebihi
Kebakaran pada aparat listrik yang (maximal) 15 m kecuali ada
bertegangan penetapan khusus.

Anda mungkin juga menyukai