Anda di halaman 1dari 204

Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan

Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan


Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

Skripsi

Oleh :

PERMANA EKA SATRIA

1110101000085

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2014

Permana Eka Satria

ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, Juli 2014

Permana Eka Satria, NIM : 1110101000085

Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan


Menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

xxi + 163 halaman + 40 tabel + 4 Gambar + 2 bagan + 14 lampiran

ABSTRAK
Kebakaran merupakan salah satu bencana yang dampaknya dapat memberi
kerugian yang cukup besar, apalagi jika terjadi di rumah sakit, tidak terkecuali di
RSUD Kota Tangerang. Untuk memastikan seluruh sistem proteksi yang tersedia
selalu siap digunakan maka perlu dilakukan evaluasi, salah satunya dengan
menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung
(Pd-T-11-2005-C).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif . Sumber data pada
penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juni 2014 dengan melakukan observasi, wawancara dan
telaah dokumen mengenai kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem
proteksi aktif dan sistem proteksi pasif kebakaran di RSUD Kota Tangerang.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 1) Tingkat keandalan kelengkapan
tapak bangunan baik, semua sub komponen dalam kategori baik. 2) Tingkat
keandalan sarana penyelamatan baik namun sub komponen jalan keluar nilainya
kurang baik. 3) Tingkat keandalan sistem proteksi aktif kategori cukup. Sub
komponen APAR dan sistem pemadam luapan masih kurang. 4) Tingkat
keandalan sistem proteksi pasif dalam kategori baik. Secara keseluruhan tingkat
keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap kebakaran dalam kondisi baik
dengan nilai keandalan 81,23%.
Peneliti menyarankan agar pihak RSUD Kota Tangerang harus tetap selalu
melakukan pemeriksaan, melakukan perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
terhadap sistem tersebut berkala untuk menjaga agar kondisinya tetap baik. Pihak
RSUD Kota Tangerang juga harus memperbaiki kondisi sistem proteksi aktif yang
dalam kategori cukup.

Kata Kunci: Evaluasi Kebakaran, Kebakaran, Rumah Sakit, Keandalan


Bangunan
Daftar Bacaan: 56 (1970 - 2014)

iii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA
MEDICINE AND HEALTH SCIENCE FACULTY
PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, July 2014

Permana Eka Satria, NIM : 1110101000085

Reliability of Fire Protection System Evaluation Using Fire Safety Inspection


Guidelines for Building (Pd-T-11-2005-C) in Local Government Hospital of
Tangerang City 2014

xxi + 163 pages + 40 tables + 4 pictures + 2 figures + 14 appendixes

ABSTRACT
Fire is one of disaster which given major lost to the victims such as
hospital, unexceptionally in Local Government Hospital of Tangerang City. To
ensure all of the fire protection utilities are ready to use, therefore evaluation is
needed, one of the evaluation can be used is Fire Safety Inspection Guidelines for
Building (Pd-T-11-2005-C).
This research used descriptive qualitative method. Sources of data in this
research were using primary and secondary data. On July 2014, this research used
observation, interview and literature review to collecting data about completeness
site, rescue facilities, active protection and passive protection in Local
Government Hospital of Tangerang City.
This research claimed that in Local Government Hospital of Tangerang
City 1) Level of reliability of completeness site were in a good category 2) Level
of reliability of rescue facilities were in a good category, but the exit facilities
were not good enough 3) Level of reliability of active protection system were in a
acceptable category. The fire extinguishers and fire overflow system are in low
category 4) Level of reliability of passive protection are in a good category. Level
of reliability in Local Government Hospital of Tangerang City are in a good
category with level of completing 81,23%.
Researcher recommended that Local Government Hospital of Tangerang
City still have to checking, maintain and fixing all of the system periodically to
keep this condition. And still, Local Government Hospital of Tangerang City
should fixing active protection because it was in acceptable category.

Keywords: Fire Evaluation, Fire, Hospital, Building Reliability


Reading List: 56 (1970 - 2014)

iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Permana Eka Satria

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Agustus 1992

Alamat : Komp. Taman Pinang Indah Blok i No. 27


Kelurahan Neroktog, Kecamatan Pinang, Kota

Tangerang, Provinsi Banten 15145

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Telepon/Handphone : 08561586164

Email : permanaekasatria@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2010 – Sekarang : S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2007 – 2010 : SMA Negeri 2 Tangerang

2004 – 2007 : SMP Negeri 1 Tangerang

1998 – 2004 : SD Budi Mulia Ciledug

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat Allah SWT,
Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayah-Nya jualah maka
penulis mampu merampungkan skripsi yang berjudul “Evaluasi Keandalan
Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman
Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C)
di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
Rasulullah SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke
pintu gerbang pengetahuan Allah yang Maha luas.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan


dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga tercinta, H. Andi Somantri Pribadi, Hj. Tati Kurniati dan Dini
Kurniawati, SE. yang dengan doa, restu serta dukungan yang diberikan
tanpa mengenal batas waktu hingga akhirnya penulis mampu mencapai
pendidikan di jenjang universitas.
2. Pak Yudi selaku Kepala Seksi Bangunan Dinas Tata Kota Tangerang.
3. Seluruh staff Dinas Tata Kota Tangerang, yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi.
4. Ibu Susi selaku Kepala Bagian Umum RSUD Kota Tangerang.
5. Seluruh staff RSUD Kota Tangerang yang dengan sukarela membantu
penulis ketika membutuhkan informasi yang diperlukan dalam rangka
penyusunan laporan.
6. Ibu Iting Shofwati, selaku pembimbing I dan penanggung jawab
peminatan K3 yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan
kepada penulis agar senantiasa berupaya melakukan yang terbaik dalam
penyelesaian skripsi penulis.
7. Ibu Fajar Ariyanti, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran dan arahan kepada penulis agar selalu melakukan yang
terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Para Dosen Program Studi Kesehatan Masayarakat, atas semua ilmu yang
telah diberikan.
9. Retno Palupiningtyas yang telah memberi warna dalam semua kegiatan.
10. Agung Raharjo, M. Amri Yusuf dan Yusuf Al Aziz yang telah menjadi
pemicu semangat penulis.
viii
11. Kawan-kawan Peminatan K3 2010 yang tidak terlewatkan Sony, Zaki,
Dani, Dika, Dian, Randy, Iqbal, Evi, Kiki, Sinta, Asri, Dini,dan Dewi.
12. Teman-teman yang inspiratif Ilham, Fuad, Prima, Alul, Supri, Angga,
Bayu, Harun, Richo, Angger, Akbar, Febri dan Furin.
13. Seluruh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2010 yang insya Allah selalu solid.
14. Pengikut futsal kesmas yang telah memberi opsi hiburan disela-sela waktu
penulisan skripsi ini.

Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap,
semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan
menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan
masukan di waktu mendatang.

Semoga laporan ini dapat mendatangkan manfaat kepada penulis khususnya,


dan kepada seluruh pembaca pada umumnya.

Tangerang Selatan, Juli 2014

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iii

ABSTRACT .................................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xx

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xxi

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9

1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 10

1.4 Tujuan ........................................................................................... 11

1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................... 11

1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 11

1.5 Manfaat .......................................................................................... 12

1.5.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ...................................................... 12

1.5.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ........... 12

1.5.3 Manfaat Bagi RSUD Kota Tangerang .................................. 13

1.6 Ruang Lingkup ............................................................................... 13

x
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 14

2.1 Kebakaran ...................................................................................... 14

2.2 Teori Terjadinya Api ...................................................................... 14

2.3 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran ................................ 16

2.4 Penyebab Terjadinya Kebakaran.................................................... 18

2.5 Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung ...................... 22

2.5.1 Perencanaan Tapak Bangunan ............................................. 22

2.5.2 Sistem Proteksi Pasif Kebakaran.......................................... 24

2.5.3 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran ......................................... 26

2.5.4 Sarana Penyelamatan Kebakaran ......................................... 32

2.6 Evaluasi Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung ........................................................................................... 35

2.7 Petunjuk Pelaksanaan Audit K3 ....................................................... 38

2.8 Kerangka Teori ................................................................................. 42

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH..................... 43

3.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 43

3.2 Definisi Istilah ................................................................................... 46

IV. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 50

4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 50

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 50

4.3 Informan Penelitian .......................................................................... 51

4.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 51

4.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 52

xi
4.5.1 Data Primer .......................................................................... 52

4.5.2 Data Sekunder ...................................................................... 52

4.6 Triangulasi Data................................................................................ 52

4.7 Pengolahan Data ............................................................................... 54

4.8 Teknik Analisis Data ........................................................................ 69

V. HASIL PENELITIAN .............................................................................. 71

5.1 Gambaran Umum RSUD Kota Tangerang ....................................... 71

5.1.1 Profil RSUD Kota Tangerang .............................................. 71

5.1.2 Visi dan Misi RSUD Kota Tangerang.................................. 72

5.2 Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang .................. 73

5.2.1 Sumber Air ........................................................................... 73

5.2.2 Jalan Lingkungan ................................................................. 76

5.2.3 Jarak Antar Bangunan .......................................................... 77

5.2.4 Hidran Halaman ................................................................... 78

5.2.5 Penilaian Kelengkapan Tapak .............................................. 80

5.3 Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang ................................. 81

5.3.1 Sarana Jalan Keluar .............................................................. 81

5.3.2 Konstruksi Jalan Keluar ....................................................... 83

5.3.3 Landasan Helikopter ............................................................ 85

5.3.4 Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan .................................. 86

5.4 Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang ................................. 88

5.4.1 Deteksi dan Alarm ................................................................ 88

5.4.2 Siamese Connection ............................................................. 90

5.4.3 Alat Pemadam Api Ringan ................................................... 92

xii
5.4.4 Hidran Gedung ..................................................................... 94

5.4.5 Sprinkler ............................................................................... 96

5.4.6 Sistem Pemadam Luapan ..................................................... 97

5.4.7 Pengendali Asap ................................................................... 98

5.4.8 Deteksi Asap ........................................................................ 101

5.4.9 Pembuangan Asap ................................................................ 102

5.4.10 Lift Kebakaran.................................................................... 105

5.4.11 Cahaya Darurat ................................................................... 106

5.4.12 Listrik Darurat .................................................................... 108

5.4.13 Ruang Pengendali Operasi ................................................. 109

5.4.14 Penilaian Sistem Proteksi Aktif.......................................... 110

5.5 Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang .................................. 112

5.5.1 Ketahanan Api Struktur Bangunan ...................................... 112

5.5.2 Kompartemenisasi Ruang .................................................... 114

5.5.3 Perlindungan Bukaan ........................................................... 116

5.5.4 Hasil Penilaian Sistem Proteksi Pasif................................... 118

5.6 Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang ..................................................................... 119

VI. PEMBAHASAN ....................................................................................... 122

6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 122

6.2 Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang ..................................................................... 122

6.3 Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang .................. 125

6.3.1 Sumber Air ........................................................................... 126

xiii
6.3.2 Jalan Lingkungan ................................................................. 128

6.3.3 Jarak Antar Bangunan .......................................................... 130

6.3.4 Hidran Halaman ................................................................... 132

6.4 Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang ................................. 133

6.4.1 Sarana Jalan Keluar .............................................................. 134

6.4.2 Konstruksi Jalan Keluar ....................................................... 136

6.4.3 Landasan Helikopter ............................................................ 138

6.5 Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang ................................. 138

6.5.1 Deteksi dan Alarm ................................................................ 139

6.5.2 Siamese Connection ............................................................. 140

6.5.3 Alat Pemadam Api Ringan ................................................... 141

6.5.4 Hidran Gedung ..................................................................... 144

6.5.5 Sprinkler ............................................................................... 145

6.5.6 Sistem Pemadam Luapan ..................................................... 146

6.5.7 Pengendali Asap ................................................................... 147

6.5.8 Deteksi Asap ........................................................................ 148

6.5.9 Pembuangan Asap ................................................................ 150

6.5.10 Lift Kebakaran.................................................................... 151

6.5.11 Cahaya Darurat ................................................................... 152

6.5.12 Listrik Darurat .................................................................... 153

6.5.13 Ruang Pengendali Operasi ................................................. 154

6.6 Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang .................................. 155

6.6.1 Ketahanan Api Struktur Bangunan ...................................... 155

6.6.2 Kompartemenisasi Ruang .................................................... 156

6.6.3 Perlindungan Bukaan ........................................................... 157

xiv
VII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 159

7.1 Simpulan ........................................................................................... 159

7.2 Saran ................................................................................................. 161

7.2.1 Saran Untuk RSUD Kota Tangerang ................................... 161

7.2.2 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ..................................... 163

xv
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Pembobotan Penilaian KSKB .................................................... 37

Tabel 3.1 Hasil Ukur Kelengkapan Tapak ................................................. 46

Tabel 3.2 Hasil Ukur Sarana Penyelamatan ............................................... 47

Tabel 3.3 Hasil Ukur Sistem Proteksi Aktif Kebakaran ............................ 48

Tabel 3.4 Hasil Ukur Sistem Proteksi Pasif Kebakaran ............................. 49

Tabel 4.1 Informan Penelitian .................................................................... 51

Tabel 4.2 Triangulasi Data ......................................................................... 53

Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Kelengkapan Tapak ...................................... 55

Tabel 4.4 Kriteria Penilaian Sarana Penyelamatan .................................... 56

Tabel 4.5 Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Aktif Kebakaran.................. 58

Tabel 4.6 Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Pasif Kebakaran .................. 67

Tabel 4.7 Kondisi Fisik Komponen Keselamatan Kebakaran

Bangunan dan Rekomendasi ..................................................... 72

Tabel 5.1 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sumber Air di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 74

Tabel 5.2 Pemenuhan Kriteria Penilaian Jalan Lingkungan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 76

Tabel 5.3 Pemenuhan Kriteria Penilaian Jarak Antar Bangunan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 77

Tabel 5.4 Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Halaman di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 78

Tabel 5.5 Hasil Penilaian Kelengkapan Tapak di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 80

xvi
Tabel 5.6 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sarana Jalan Keluar di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 81

Tabel 5.7 Pemenuhan Kriteria Penilaian Konstruksi Jalan Keluar di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 83

Tabel 5.8 Pemenuhan Kriteria Penilaian Landasan Helikopter di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 86

Tabel 5.9 Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 87

Tabel 5.10 Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi dan Alarm di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 89

Tabel 5.11 Pemenuhan Kriteria Penilaian Siamese Connection di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 90

Tabel 5.12 Pemenuhan Kriteria Penilaian APAR di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 92

Tabel 5.13 Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Gedung di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 95

Tabel 5.14 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sprinkler di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 96

Tabel 5.15 Pemenuhan Kriteria Penilaian Sistem Pemadam Luapan di

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 .......................................... 98

Tabel 5.16 Pemenuhan Kriteria Penilaian Pengendali Asap di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 99

Tabel 5.17 Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi Asap di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 101

xvii
Tabel 5.18 Pemenuhan Kriteria Penilaian Pembuangan Asap di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 103

Tabel 5.19 Pemenuhan Kriteria Penilaian Lift Kebakaran di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 105

Tabel 5.20 Pemenuhan Kriteria Penilaian Cahaya Darurat di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 106

Tabel 5.21 Pemenuhan Kriteria Penilaian Listrik Darurat di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 108

Tabel 5.22 Pemenuhan Kriteria Penilaian Ruang Pengendali Operasi

di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................... 110

Tabel 5.23 Hasil Penilaian Sistem Proteksi Aktif di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 111

Tabel 5.24 Pemenuhan Kriteria Penilaian Ketahanan Api Struktur

Bangunan di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ..................... 113

Tabel 5.25 Pemenuhan Kriteria Penilaian Kompartemenisasi Ruang

di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................... 114

Tabel 5.26 Pemenuhan Kriteria Penilaian Perlindungan Bukaan

di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................... 116

Tabel 5.27 Hasil Penilaian Sistem Proteksi Pasif di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014 ...................................................... 118

Tabel 5.28 Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya

Kebakaran RSUD Kota Tangerang Tahun 2014 ........................ 119

xviii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Segitiga Api ........................................................................ 15

Gambar 2.2 Fire Tetrahedron ................................................................. 15

Gambar 5.1 Siamese Connection ........................................................... 90

Gambar 5.2 Alat Pemadam Api Ringan ................................................. 94

xix
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori ..................................................................... 42

Bagan 3.1 Kerangka Pemikiran.............................................................. 45

xx
DAFTAR ISTILAH

APAR : Alat Pemadam Api Ringan


K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keandalan : Tingkat kesempurnaan kondisi perlengkapan
proteksi yang menjamin keselamatan, fungsi dan
kenyamanan suatu bangunan gedung dan
lingkungannya selama masa pakai dari gedung
tersebut dari segi bahayanya terhadap kebakaran.
Keselamatan Gedung : Kondisi yang menjamin keselamatan dan
tercegahnya bencana dalam suatu gedung beserta
isinya (manusia, peralatan, barang) yang
diakibatkan oleh kegagalan atau tidak
berfungsinya utilitas gedung
NKSKB : Singkatan dari Nilai Keandalan Sistem
Keselamatan Bangunan, yaitu hasil pengukuran
kinerja sistem berdasarkan standar keselamatan
bangunan yang berlaku dan/atau
pengetahuan/pengalaman pemeriksa
Proteksi Aktif Kebakaran : Kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan
memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan
sarana penyelamatan kebakaran
Proteksi Pasif Kebakaran : Kemampuan stabilitas struktur dan elemennya,
konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan
pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada
untuk menahan dan membatasi kecepatan
menjalarnya api dan asap kebakaran.
Tapak : Tempat dimana suatu bangunan akan didirikan

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebakaran merupakan bencana yang merugikan bagi semua pihak

(Lasino dan Suhedi, 2005). Sedangkan Ramli (2010) dalam bukunya

menyebutkan bahwa kebakaran tidak lepas dari teori timbulnya api,

dimana kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya di luar

kemampuan dan keinginan manusia.

Data kejadian kebakaran di Kota Tangerang Selatan pada tahun

2011 terjadi 48 kejadian kebakaran dan semakin meningkat pada tahun

2012 mencapai 58 kejadian kebakaran (Tangseloke.com, 2013).

Sedangkan jumlah yang lebih hebat terdapat di Kota Tangerang, pada

tahun 2013 mencapai angka 74 kasus dengan perkiraan kerugian hingga

Rp. 3,21 miliar. Kejadian kebakaran tersebut mayoritas akibat hubungan

arus pendek listrik (Bantenposnews.com, 2013). Bahkan pada bulan

Januari-Maret 2014, Dinas Penganggulangan Bencana dan Kebakaran

telah mencatat 21 kasus kebakaran yang mayoritas juga diakibatkan oleh

hubungan arus pendek listrik (Anonim, 2014). Berdasarkan reportase yang

dikutip dari antaranews.com (2011), Kepala Penanggulangan Bencana dan

Kebakaran Pemkab Tangerang, Arsyad Husein mengatakan bahwa lebih

dari 60 persen kasus kebakaran di Tangerang terjadi karena api yang

berasal dari hubungan arus pendek listrik dan selebihnya akibat kelalaian

pemilik perusahaan.
1
2

Tidak hanya di pabrik, sistem proteksi kebakaran juga harus

dimiliki di setiap bangunan termasuk rumah sakit. Hal ini dikarenakan

selain ancaman bahaya dari berbagai penyakit infeksi, di rumah sakit juga

terdapat beberapa potensi bahaya lain yang dapat mengancam keselamatan

jiwa para petugas di rumah sakit, pasien maupun para penunjang lain yang

ada di rumah sakit salah satu bahaya tersebut adalah kebakaran.

Berdasarkan laporan dari Detiknews.com (2009), pada tanggal 16

Desember 2009 salah satu rumah sakit di Tangerang terbakar. RSUD

Kabupaten Tangerang terbakar diduga akibat percikan las yang mengenai

triplek pada bangunan lantai 3 rumah sakit yang sedang di renovasi.

Kemudian api membesar saat pekerja mengambil tabung pemadam yang

ada di lantai bawah.

Kebakaran di RSUD Kabupaten Tangerang seharusnya dapat

dicegah. Bila di lantai tempat pekerja disediakan tabung pemadam dengan

jumlah yang sesuai dan siap digunakan, sebelum api membesar, api

tersebut dapat dipadamkan oleh pekerja menggunakan alat pemadam dan

kebakaran dapat dihindari. Seperti dikatakan oleh Kepala Penanggulangan

Bencana dan Kebakaran Pemkab Tangerang dikutip dari

(Antaranews.com, 2011), sebenarnya bila pengelola gedung memiliki dan

menyediakan sistem proteksi kebakaran dengan baik, kebakaran dapat

dicegah dan bila terjadi kebakaran, hal tersebut tidak akan menyebabkan

kerugian yang besar.


3

Selain itu, kejadian kebakaran juga pernah terjadi di Rumah Sakit

Sari Asih Serang, Banten kejadian kebakaran ini terjadi akibat hubungan

arus pendek listrik (Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal

Departemen Kesehatan, 2009). Sementara itu di RSUD Jambi juga terjadi

kebakaran yang disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik di gudang

farmasi rumah sakit tersebut (Republika.co.id, 2014).

Kejadian kebakaran yang terjadi di beberapa rumah sakit tadi

menunjukkan indikasi tentang lemahnya sistem proteksi kebakaran yang

ada di rumah sakit. Padahal, penghuni gedung rumah sakit merupakan

pasien yang sedang dalam kondisi tidak sehat. Kondisi ini menyebabkan

keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan rumah sakit perlu

selalu ditinjau dan diperbaiki untuk menjaga kesiapan sistem keselamatan

kebakaran bangunan di rumah sakit.

Sebagai institusi pelayanan kesehatan, rumah sakit dalam

kegiatannya harus menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan

supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung (Kementerian

Kesehatan RI, 2011). Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu fasilitas

yang perlu dilakukan perencanaan, pendidikan dan pemantauan di Rumah

Sakit adalah fasilitas pengamanan kebakaran dan manajemen emergensi.

Oleh karena itu, pihak Rumah Sakit wajib untuk melakukan perencanaan,

pendidikan dan pemantauan mengenai fasilitas pengamanan kebakaran

dan manajemen emergensi sebagai standar akreditasi Rumah Sakit itu

sendiri (Kemenkes RI, 2011).


4

Dalam penelitian mengenai sistem manajemen keselamatan

kebakaran di rumah sakit sebelumnya yang dilakukan oleh Bierster (2010)

di beberapa rumah sakit di New York, didapatkan bahwa tidak semua

rumah sakit menerapkan sistem keselamatan kebakaran dengan baik.

Terdapat beberapa rumah sakit yang masih perlu perbaikan mengenai

sistem keselamatan kebakaran bangunannya.

Sementara itu di Indonesia, dari penelitian yang dilakukan oleh

Widyaningsih (2006) di rumah sakit umum Kardinah Kota Tegal diketahui

bahwa dari 32 tabung APAR hanya 23 tabung yang dalam kondisi baik

dan sesuai dengan standar Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. Per. 04/MEN/1980 sedangkan untuk pemeriksaan

terhadap APAR tersebut juga masih belum dilakukan. Penelitian lain

mengenai sistem proteksi kebakaran di rumah sakit dilakukan oleh

Hepiman dkk. (2009) di RS DR. Ernaldi Bahar Palembang mengatakan

bahwa perhatian mengenai sistem keselamatan kebakaran di rumah sakit

masih kurang dibuktikan dengan belum dibentuknya regu khusus

penanggulangan kebakaran, sarana penanggulangan kebakaran yang

tersedia hanya APAR, dan jumlah serta pemasangan APAR yang ada juga

tidak sesuai standar yang berlaku, frekuensi pelatihan dan simulasi

penanggulangan kebakaran jarang dilakukan, belum adanya peta dan

petunjuk jalur evakuasi. Tentunya hal tersebut menjadi perhatian khusus.

Penelitian yang dilakukan oleh Yunus (2010) di RSUD Pasar Rebo

Gedung B juga memperlihatkan bahwa perhatian rumah sakit terhadap


5

sistem keselamatan kebakaran bangunan rumah sakit masih kurang. Hal

ini ditunjukkan dengan masih terdapat APAR yang tidak sesuai dengan

ketentuan Permenakertrans No: Per.04/MEN/1980 dan masih belum

terlaksananya pemeriksaan berkala terhadap sprinkler yang terdapat di

RSUD Pasar Rebo.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Arrazy (2013) di Rumah Sakit

dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas, didapatkan bahwa sistem manajemen

keselamatan kebakaran di Rumah Sakit telah terlaksana. Namun masih

perlu beberapa peningkatkan pada sosialisasi kebijakan kepada pasien,

pelatihan rutin, penambahan alat proteksi, pencatatan dan

pendokumentasian setiap kegiatan atau kejadian serta evaluasi manajemen.

Selain itu, kajian mengenai penerapan manajemen keselamatan kebakaran

yang dilakukan oleh Lasino (2005) menjelaskan bahwa bangunan komersil

memiliki perhatian yang lebih baik dalam penerapan manajemen

keselamatan kebakaran dibandingkan bangunan perkantoran dan rumah

sakit.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas,,

maka dapat terlihat bahwa sistem keselamatan kebakaran di rumah sakit,

terutama di Indonesia masih dalam kondisi yang tidak baik. Beberapa

rumah sakit masih belum melakukan pemeriksaan terhadap beberapa alat

proteksi kebakaran. Selain itu, rumah sakit masih kurang memberikan

perhatian dalam penerapan manajemen keselamatan kebakaran

dibandingkan dengan bangunan komersil. Hal ini dapat membahayakan


6

penghuni dan pengunjung di dalam rumah sakit, selain itu aset-aset

peralatan medis rumah sakit juga dapat dikatakan dalam kondisi

berbahaya, karena masih kurangnya perhatian rumah sakit dalam

menerapkan sistem keselamatan kebakaran.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun

2008, sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik

yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik

untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara

pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya

terhadap bahaya kebakaran. Tentunya penyediaan sistem proteksi

kebakaran tersebut membutuhkan pemeliharaan yang baik agar didapatkan

sistem proteksi yang baik dan dapat mencegah timbulnya kerugian yang

besar akibat kebakaran, salah satunya dengan cara evaluasi.

Menurut (Isaac dan Michael, 1981), evaluasi adalah suatu kegiatan

untuk meningkatkan kinerja suatu sistem, dengan cara menemukan gap

antara penerapan suatu sistem di lapangan dengan bagaimana sebuah

sistem tersebut seharusnya berjalan. Evaluasi bertujuan untuk

mendeskripsikan bagaimana suatu sistem itu efektif atau tidak efektif,

memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat, dan bagus atau tidak.

Dalam mengukur kinerja manajemen kebakaran yang baik, dapat

dilakukan diantaranya dengan cara inspeksi. Inspeksi dapat dilakukan

dengan menggunakan alat bantu berupa checklist yang digunakan sebagai


7

panduan dalam melakukan inspeksi. Checklist tersebut dibuat dengan

mengacu kepada suatu standar (Furness dan Muckett, 2007).

Pengukuran kinerja manajemen kebakaran penting untuk dilakukan

sebagai wujud peningkatan berkelanjutan dalam sebuah sistem. Data hasil

pengukuran tersebut dapat dijadikan pihak manajemen untuk

menggambarkan bagaimana kesesuaian sistem yang sudah ada dengan

standar. Kemudian hal ini juga penting untuk dilakukan sebagai acuan

dalam menentukan prioritas dalam mengambil tindakan untuk melakukan

peningkatan yang berkelanjutan dalam sistem tersebut (Furness dan

Muckett, 2007).

Untuk memastikan bahwa alat proteksi kebakaran selalu siap

digunakan salah satu caranya ialah dengan melakukan evaluasi mengenai

keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan. Evaluasi mengenai

keandalan sistem keselamatan bangunan dapat dilakukan dengan

menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C). (Mahmudah, 2012). Dalam penelitian yang

akan dilakukan, peneliti menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan

kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) yang telah teruji dan

merupakan pedoman yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Kementerian

Pekerjaan Umum. Penggunaan pedoman ini dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap

bahaya kebakaran. Pedoman ini digunakan dengan asumsi bahwa

pedoman ini dapat memeriksa secara lengkap upaya pencegahan


8

kebakaran yang bersifat aktif maupun pasif, sehingga dapat diperoleh

informasi tingkat keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan.

Dalam pedoman ini secara lengkap tertulis bagaimana cara menilai,

pengkategorian, dan kriteria penilaian yang akan dilakukan.

Selain itu, pedoman ini cocok untuk digunakan pada bangunan di

Indonesia karena merupakan pedoman yang dibuat oleh Badan Litbang

Kementerian Pekerjaan Umum (Saptaria, 2005). Hal ini yang menjadi

keunggulan pedoman pemeriksaan ini. Peneliti melihat keandalan sistem

keselamatan bangunan karena peneliti ingin mengetahui tingkat

kesempurnaan kondisi perlengkapan proteksi yang menjamin keselamatan,

serta fungsi dan kenyamanan suatu bangunan gedung dan lingkungannya

dalam hal ini di RSUD Kota Tangerang selama masa pakai dari gedung

tersebut dari segi bahayanya terhadap kebakaran. Seperti disebutkan dalam

(Mahmudah, 2012) bahwa keandalan merupakan tingkat kesempurnaan

kondisi perlengkapan proteksi yang menjamin keselamatan, serta fungsi

dan kenyamanan suatu bangunan gedung dan lingkungannya selama masa

pakai dari gedung tersebut dari segi bahayanya terhadap kebakaran.

Berdasarkan kasus kebakaran sebelumnya yang pernah terjadi di

beberapa rumah sakit, ditemukan bahwa kejadian kebakaran di Rumah

Sakit Sari Asih Serang dapat terjadi meskipun Rumah Sakit Sari Asih

Serang baru berdiri selama satu tahun (Anonim, 2010). Meskipun rumah

sakit tersebut baru berdiri, hal itu tidak menjamin seluruh sistem

keselamatan kebakaran selalu dalam kondisi baik. Hal ini tentu juga
9

berlaku bagi RSUD Kota Tangerang. Terlebih RSUD Kota Tangerang

merupakan rumah sakit rujukan bagi seluruh rumah sakit di Kota

Tangerang, hal ini dapat menjadikan RSUD Kota Tangerang memiliki

banyak pasien yang perlu dilindungi dari bahaya kebakaran.

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Tangerang yang memiliki

potensi kebakaran dan merupakan bangunan umum yang setiap hari selalu

dipenuhi pengunjung yang memiliki keperluan dalam mendapatkan

pengobatan. RSUD Kota Tangerang juga termasuk rentan dalam

penyelamatan penghuni gedung mengingat penghuni gedung RSUD Kota

Tangerang merupakan pasien yang sedang dalam kondisi tidak sehat,

sehingga evaluasi mengenai keandalan sistem keselamatan kebakaran

bangunan gedung perlu dilakukan. Selain itu, evaluasi keandalan sistem

keselamatan kebakaran bangunan gedung di rumah sakit diperlukan

mengingat kejadian kebakaran yang pernah terjadi sebelumnya di

beberapa rumah sakit di Indonesia yang sebenarnya dapat dicegah dengan

cara menyiapkan sistem keselamatan kebakaran yang baik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan, RSUD Kota Tangerang merupakan

rumah sakit yang memiliki tujuan melayani seluruh warga Kota Tangerang.

Rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi rumah sakit rujukan seluruh

rumah sakit yang ada di Kota Tangerang.


10

Rumah sakit tanpa kelas yang pertama kali ada di Indonesia ini juga

dilengkapi dengan sistem keselamatan kebakaran bangunan yang telah

terencana. Namun, berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan,

terdapat beberapa alat pemadam api ringan (APAR) yang dipasang tanpa

menggunakan label pemeriksaan.

Melihat dari kasus kebakaran yang pernah terjadi di RSUD Kabupaten

Tangerang, hal ini dapat menjadi penyebab utama gagalnya antisipasi

kebakaran yang dapat merugikan pihak RSUD Kota Tangerang. Kebakaran

yang sebelumnya pernah terjadi di RSUD Kabupaten Tangerang gagal

diantisipasi akibat kurang siapnya alat pemadam api ringan yang ada di

rumah sakit tersebut, dengan kata lain, sistem keselamatan kebakaran di

bangunan rumah sakit tersebut masih kurang optimal. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi tingkat keandalan sistem

keselamatan bangunan dari bahaya kebakaran di RSUD Kota Tangerang

Tahun 2014.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tingkat keandalan kelengkapan tapak bangunan yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014?

2. Bagaimana tingkat keandalan sarana penyelamatan yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang tahun 2014?

3. Bagaimana tingkat keandalan sistem proteksi aktif yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang tahun 2014?


11

4. Bagaimana tingkat keandalan sistem proteksi pasif yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang tahun 2014?

5. Bagaimana tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan dari bahaya

kebakaran di RSUD Kota Tangerang tahun 2014?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan

dari bahaya kebakaran di RSUD Kota Tangerang tahun 2014

menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran

Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C).

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat keandalan kelengkapan tapak bangunan

yang terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014

menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran

Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C).

2. Mengetahui tingkat keandalan sarana penyelamatan yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 menggunakan

Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C).

3. Mengetahui tingkat keandalan sistem proteksi aktif yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 menggunakan


12

Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C).

4. Mengetahui tingkat keandalan sistem proteksi pasif yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang tahun 2014 menggunakan

Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C).

5. Mengetahui tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan

dari bahaya kebakaran di RSUD Kota Tangerang tahun 2014

menggunakan Pedoman Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran

Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C)

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang evaluasi

sistem keselamatan bangunan dari bahaya kebakaran di rumah sakit

dan memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam melakukan

evaluasi terhadap sistem keselamatan bangunan dari bahaya

kebakaran.

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan RSUD Kota

Tangerang dalam upaya meningkatkan pembangunan K3 di

lingkungan kerja dan sebagai referensi untuk melaksanakan kegiatan


13

magang bagi mahasiswa program studi kesehatan masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.3 Bagi RSUD Kota Tangerang

RSUD Kota Tangerang dapat mengetahui dan menerapkan sistem

keselamatan bangunan yang andal dan menciptakan kerjasama yang

saling menguntungkan dan bermanfaat dengan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya

peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Evaluasi Keandalan Sistem Keselamatan

Kebakaran Bangunan dengan Menggunakan Pedoman Pemeriksaan

Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C) di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014” Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan RSUD Kota Tangerang

dari bahaya kebakaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – Juli

2014 dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi,

wawancara dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan cara

mengevaluasi keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan RSUD

Kota Tangerang dengan menggunakan Pedoman Pemeriksaan

Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebakaran

Kebakaran merupakan peristiwa oksidasi dimana bertemunya 3

buah unsur, yaitu bahan yang dapat terbakar, oksigen yang terdapat di

udara dan panas yang dapat berakibat menimbulkan kerugian harta benda

atau cedera bahkan kematian manusia (Suma’mur, 1997). Kebakaran

tidak lepas dari teori timbulnya api, dimana kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya di luar kemampuan dan keinginan manusia. Api

adalah persenyawaan antara suatu bahan bakar dengan oksigen pada

temperatur tertentu yang pada prosesnya timbul nyala, suara dan cahaya.

Dengan demikian kebakaran merupakan kondisi natural akibat

persentuhan bahan bakar, oksigen dan panas atau kalor, yang tidak

terkendali (Ramli, 2010).

2.2. Teori Terjadinya Api

Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur yang saling

berhubungan, yaitu adanya bahan yang bisa terbakar, adanya kecukupan

oksigen, dan adanya sumber panas atau nyala (Suma’mur, 1997). Tiga

unsur tersebut dinamakan segitiga api. Bila salah satu dari elemen-

elemen tersebut dihilangkan maka api pun akan padam.

14
15

Gambar 2.1 Segitiga Api

Kemudian model segitiga api dikembangkan oleh W.M. Haessler

(1974) menjadi teori “fire tetrahedron” dengan menambahkan elemen

reaksi kimia. Jadi sebuah reaksi berantai dapat terjadi bila ketiga elemen

api tersebut ada pada kondisi dan jumlah atau proporsi yang cukup.

Gambar 2.2 Fire Tetrahedron


16

2.3. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan

secara terencana untuk mencegah dan meniadakan sejauh mungkin

timbulnya kebakaran. Karena itu pencegahan kebakaran dan pemadaman

dalam tahap awal penyalaan sangat penting untuk dilakukan, baik dengan

jalan meningkatkan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan khususnya

tentang kebakaran. (Sulaksmono, 1997).

Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan

peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang

mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan (Hargiyarto, 2003).

Menurut Hargiyarto (2003) terdapat alat yang dapat digunakan

untuk penanggulangan kebakaran, yaitu:

1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana

a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada

akibat ikutan (side effect),sehingga air paling banyak

dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian

airdilakukan dengan cadangan bak-bak air dekat daerah

bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa

karet/plastik.

b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga

udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan

menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan

sekop atau ember.


17

c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif

untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau

kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas

potensi api.

d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk

alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.

2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh

satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya

kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis

dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa

(foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2,

yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen

di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat

keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.

APAR memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

a. APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam

untuk segala jenis kebakaran, oleh karena itu

sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi

jenis bahan terbakar.


18

b. APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa

angin kuat, APAR kimiawi ideal dioperasikan pada

suhu kamar

c. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti,

waktu maksimum terus menerus 8 detik.

d. Bila telah dipakai harus diisi ulang

e. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun

sekali.

2.4. Penyebab Terjadinya Kebakaran

Suma’mur (1997) menyebutkan beberapa peristiwa yang

mengakibatkan terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut:

a. Nyala api dan bahan-bahan yang berpijar

Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya

akan naik, mulai terbakar dan menyala terus sampai habis.

Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung dari sifat benda

padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak mudah dan

sukar terbakar, besarnya zat padat tersebut, jika sedikit, tak cukup

timbul panas untuk terjadinya kebakaran, keadaan zat padat

seperti mudah terbakar kertas atau kayu lempengan tipis oleh

karena relatif luasnya permukaan yang bersinggungan dengan

oksigen dan cara menyalakan zat padat, misalnya di atas atau

sejajar dengan nyala api.


19

Benda pijar mudah atau tidak mudah dibakar akan

menyebabkan terbakarnya benda lain jika bersentuhan

dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan menyebabkan

terjadinya bahan mudah terbakar yang bersinggungan dengannya.

b. Penyinaran

Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda

pijar atau nyala api tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua

sumber panas memancarkan gelombang-gelombang

elektromagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang ini

mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi

yang berubah menjadi panas. Benda tersebut menjadi panas dan

jika suhunya terus naik maka pada akhirnya benda tersebut akan

menyala.

c. Peledakan uap atau gas

Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan

udara akan menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan

pembakaran yang terjadi akan meluas dengan cepat, manakala

kadar gas atau uap berada dalam batas untuk menyala atau

meledak.
20

d. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair

Debu-debu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah-

noktah cair yang berupa suspensi di udara berperilaku seperti

campuran gas dan udara atau uap dalam udara dan dapat meledak.

e. Percikan api

Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab

terbakarnya campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat

menyala. Biasanya percikan api tak dapat menyebabkan

terbakarnya benda padat.

Oleh karena itu, tidak cukupnya energi dan panas yang

ditimbulkan akan menghilang di alam benda padat. Percikan api

mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik dan juga karena

kelistrikan statis sebagai gesekan dua benda yang bergerak.

f. Terbakar sendiri

Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar

mineral yang padat atau zat-zat organis, apabila peredaran udara

cukup besar untuk terjadinya proses oksidasi, tetapi tidak cukup

untuk mengeluarkan panas yang terjadi. Peristiwa-peristiwa ini

dipercepat oleh tingkat kelembaban. Dalam hal mineral zat

tertentu seperti besi mungkin bertindak sebagai katalisator bagi


21

proses, sedangkan untuk bahan-bahan organis, peranan bakteri

dibutuhkan.

g. Reaksi kimiawi

Reaksi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas

dengan akibat terjadinya kebakaran. Zat-zat yang bersifat

mengoksidasi seperti hydrogen peroksida, klorat, borat dan lain-

lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan dengan aktif

meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakarnya

bahan-bahan yang dapat dioksidasi. Sekalipun tidak ada panas

yang datang dari luar, bahan yang mengoksidasi dapat

mengakibaktan terbakarnya zat-zat organik, terutama jika bahan

organik terdapat dalam bentuk pertikel atau jika kontak terus

menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut.

h. Peristiwa-peristiwa lain

Gesekan antara 2 benda menimbulkan panas, yang semakain

banyak menurunkan besaran koefisien gesekan. Manakala panas

yang timbul lebih besar dari kecepatan hilangnya panas ke

lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada mesin yang

kurang minyak atau gemuk.


22

2.5. Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Mahmudah (2012), salah satu standar penting yang ditetapkan

Badan Standarisasi Nasional dalam Standar Nasional Indonesia mengenai

perlindungan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan bertingkat. Sistem

kebakaran harus direncanakan dari awal pembangunan konstruksi gedung,

khususnya untuk sistem proteksi kebakaran pasif yang meliputi jenis bahan

bangunan yang digunakan, kompartemenisasi ruangan dan unsur lainnya

seperti tata letak penempatan gedung, jalan lingkungan, konstruksi jalan

keluar, penempatan hidran.

Dalam Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C), yang termasuk sistem keselamatan kebakaran

bangunan adalah sebagai berikut :

2.5.1. Perencanaan Tapak Bangunan

Perencanaan tapak adalah perencanaan yang mengatur tapak (site)

bangunan, meliputi tata letak dan orientasi bangunan, jarak antar bangunan,

penempatan hidran halaman, penyediaan ruang-ruang terbuka dan sebagainya

dalam rangka mencegah dan meminimalisir bahaya kebakaran (Saptaria,

2005). Adapun ketentuan dari tata letak tapak bangunan sebagai berikut

(Hesna, 2009) :

1. Tinggi rendah pekarangan harus dibuat dengan tetap menjaga keserasian

lingkungan serta tidak merugikan pihak lain.


23

2. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan gedung diperkenankan

apabila masih memenuhi batas ketinggian yang ditetapkan dalam

rencana tata ruang kota, harus memenuhi persyaratan teknis yang

berlaku dan keserasian lingkungan.

3. Penambahan lantai/ tingkat harus memenuhi persyaratan keamanan

struktur.

Dalam perencanaan tapak bangunan teradapat beberapa komponen

penyusun yang harus dalam keadaan baik untuk dapat menjalankan

fungsinya untuk melindungi gedung dari bahaya kebakaran (Saptaria,

2005), yaitu

a. Sumber Air

Sumber air yang tersedia di sebuah bangunan harus dapat

mencukupi kebutuhan bangunan tersebut sesuai dengan fungsinya.

b. Jalan Lingkungan

Jalan lingkungan di sebuah gedung harus tersedia dan diberi

pengerasan agar dapat memberikan kemudahan akses bagi mobil

pemadam kebakaran.
24

c. Jarak Antar Bangunan

Jarak antar bangunan sebuah bangunan harus dibuat untuk

menghindari penyebaran api kebakaran dengan cepat menuju

bangunan lain yang dapat menyulitkan proses pemadaman.

d. Hidran Halaman

Hidran halaman diperlukan dengan tujuan dapat membantu proses

pemadaman bila terjadi kebakaran sehingga alat pemadam

kebakaran menjadi lebih banyak dan dapat membantu pemadaman.

2.5.2. Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Proteksi kebakaran pasif adalah suatu teknik desain tempat kerja untuk

membatasi atau menghambat penyebaran api, panas dan gas baik secara

vertikal maupun horizontal dengan mengatur jarak antara bangunan,

memasang dinding pembatas yang tahan api, menutup setiap bukaan dengan

media yang tahan api atau dengan mekanisme tertentu. Adapun yang

termasuk proteksi kebakaran pasif yang dimaksud dalam Undang-Undang No.

28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, antara lain :

1) Kompartemenisasi

Pencegahan kebakaran dimulai sejak perencanaan perusahaan dan

pengaturan proses produksi. Suatu prinsip penting pada semua perencanaan

adalah tidak melusanya kebakaran yang terjadi dan dimungkinkan


25

penanggulangan kebakaran yang efektif (Suma’mur,1997). Dalam Undang-

Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, kompartemenisasi

adalah penyekatan ruang dalam luasan maksimum dan/atau volume

maksimum ruang sesuai dengan klasifikasi bangunan dan tipe konstruksi

tahan api yang diperhitungkan. Dinding penyekat pembentuk kompartemen

dimaksudkan untuk melokalisir api dan asap kebakaran, atau mencegah

penjalaran panas ke ruang bersebelahan.

2) Sarana Evakuasi

Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

menjelaskan bahwa sarana evakuasi adalah penyediaan tanda peringatan

bahaya, jalur evakuasi, pintu darurat, dan tempat berkumpul sementara

(assembly point) yang dapat menjamin kemudahan pengguna bangunan

gedung untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman

apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.

Dalam NFPA 101 life safety code, juga disebutkan bagaimana persyaratan

dalam menyiapkan sarana evakuasi yang baik, diantaranya:

 Terdapat sarana jalan keluar

 Lebar minimum dari setiap sarana jalan keluar minimum 2 meter

 Jumlah jalan keluar terdapat lebih dari satu dengan letak berjauhan

 Terdapat tanda petunjuk jalan keluar

 Tanda petunjuk keluar berupa papan bertuliskan tanda menuju jalan

keluar “EXIT” atau panah petunjuk arah jalan


26

 Petunjuk jalan keluar diberi penerangan dari sumber daya listrik

darurat

 Terdapat pintu darurat keluar

 Pintu dapat dibuka tanpa anak kunci

 Pintu darurat berhubungan langsung dengan jalan keluar

 Terdapat penerangan darurat dari sumber aliran listrik darurat

 Lampu penerangan darurat berwarna kuning dengan kekuatan minimal

10 lux

 Penempatan lampu darurat baik, sehingga bila salah satu lampu mati

tidak gelap

 Tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi

 Tersedia petunjuk tempat berhimpun

 Kondisi tempat berhimpun aman dan cukup luas

2.5.3. Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah penerapan suatu desain sistem atau

instalasi deteksi, alarm dan pemadan kebakaran pada suatu bangunan tempat

kerja yang sesuai dan handal sehingga pada bangunan tempat kerja tersebut

mandiri dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya kebakaran. Dalam

penjelasan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,

sistem proteksi aktif meliputi:


27

1) Sistem proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran

Sistem proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran ini adalah sistem

deteksi dan alarm kebakaran. Menurut Suma’mur (1997), terdapat dua jenis

sistem tanda kebakaran, antara lain :

a) Sistem tak otomatis yang memungkinkan seseorang menyatakan

tanda-tanda bahaya dengan segera secara memijit atau menekan tombol

dengan tangan.

b) Sistem otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda

sendiri tanpa dikendalikan oleh orang.

Kedua sistem tersebut sangat berguna sebagai bagian-bagian dari cara

pencegahan terhadap kebakaran dalam perusahaan.

NFPA 72 standard on automatic fire detector memberikan syarat dalam

menerapkan proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran, yaitu :

 Terdapat sistem pendeteksi dini terhadap bahaya kebakaran

 Pada atap datar, detektor tidak boleh dipasang pada jarak kurang

dari 10 cm dari dinding

 Jarak antara detektor maksimal 9,1 meter atau sesuai dengan

rekomendasi dari industri pembuatannya

 Detektor tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 meter

dari lubang udara masuk AC

 Elemen peka (sensor) dalam keadaan bersih dan tidak di cat


28

 Dalam satu zona kebakaran jumlah detektor maksimum 20 buah

disesuaikan dengan denah ruangan

 Terdapat tenaga cadangan yang dapat menyalakan alarm selama 30

detik

 Alarm terpasang berdekatan dengan titik panggil manual

 Titik panggil manual ditempatkan pada lintasan jalur keluar dengan

ketinggian 1,4 meter dari permukaan lantai

 Jarak titik panggil manual tidak boleh lebih dari 30 meter dari

semua bagian bangunan

2) Sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran

Sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran adalah sistem

hidran, hose-reel, sistem sprinkler, dan pemadam api ringan (UU Nomor

28 Tahun 2002).

a) APAR

Peralatan yang mudah dipindahkan, salah satu contohnya APAR

(Alat Pemadam Api Ringan). Pengertian APAR dalam Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat

Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan adalah alat

yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api

pada mula terjadi kebakaran. Alat tersebut hanya digunakan untuk

memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran dan pada saat api belum

membesar.
29

Adapun jenis-jenis APAR, antara lain :

(1) APAR jenis cairan (air)

(2) APAR jenis busa

(3) APAR jenis tepung kering

(4) APAR jenis gas (Hydrocarbon berhalogen, dan lain sebagainya)

NFPA 10 standard for portable fire extinguisher mengatur standar

dalam pemasangan/instalasi APAR yang baik, yaitu :

 Terdapat APAR berdasarkan jenis dan klasifikasinya sesuai dengan

jenis kebakaran

 Sebelum dipakai, segel harus dalam keadaan baik dan tutup tabung

harus terpasang dengan kuat

 Jarak antar APAR berjarak maksimal 15,25 meter

 Isi APAR dijaga tetap penuh dan dapat dioperasikan

 APAR ditempatkan dilokasi yang mudah dilihat dan mudah

dijangkau dan penempatannya tidak terhalangi oleh benda apapun

 APAR yang ditempatkan diluar ruangan memiliki ruang kabinet

tetapi tidak boleh terkunci

 Diberi tanda pemasangan jika terhalang benda lain

 Agent tabung belum lewat masa berlaku

 Pemasangan dihindari dari bahaya fisik


30

 Bobot APAR tidak lebih dari 18,14 Kg dan ujung APAR berjarak

1,53 meter dari lantai, jika bobot lebih dipasang dengan ujung atas

APAR bejarak < 1,07 meter dari lantai

 Ada petunjuk pengoperasian dibagian depan

 Lubang penyemprot tidak tersumbat, selang tidak bocor

 Setiap APAR harus diperiksa secara berkala dengan waktu tidak

lebih dari satu tahun

b) Hidran

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008

tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya

Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, menjelaskan

bahwa hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran yang

dilengkapi dengan selang dan mulut pancar (nozzle) untuk

mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan

pemadaman kebakaran. Berdasarkan lokasi penempatannya, hidran

diklasifikasikan menjadi 3, antara lain :

(1) Hidran kota

(2) Hidran halaman

(3) Hidran gedung

NFPA 14 standard for installation of stand and hose system

mensyaratkan hidran yang terpasang sebagai berikut:


31

 Kotak hidran berwarna merah dengan tulisan “HYDRANT”

berwarna putih

 Kelengkapan hidran: Hidran mempunyai selang, sambungan

selang, nozzle dan kran pembuka serta kopling yang sesuai

dengan Dinas Pemadam Kebakaran

 Hidran mudah dilihat dan mudah dijangkau

 Pemasangan hidran maksimal 12 meter dari unit yang

terlindungi

 Dilakukan uji operasional dan kelengkapan komponen hidran

setiap satu tahun sekali

c) Hose-reel

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun

2008 tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang

dimaksud dengan hose-reel adalah selang gulung yang

dilengkapi dengan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air

bertekanan dalam selang umumnya dari bahan karet berdiamater

1 inch.

NFPA 14 standard for installation of stand and hose system

mensyaratkan selang yang dipergunakan sebagai berikut:

 Selang harus disimpan dan siap digunakan serta terlindungi

dari cuaca
32

 Selang dalam keadaan baik dan katup pembuka tidak bocor

 Nozzle harus sudah dipasang pada selang kebakaran (hidran

gedung)

d) Sprinkler

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun

2008 tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang

dimaksud dengan sprinkler adalah alat pemancar air untuk

pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat

memancar kesemua arah secara merata.

NFPA 13 installation of sprinkler system mengatur

sprinkler yang digunakan sebagai berikut:

 Semua instalasi pipa sprinkler di cat berwarna merah

 Terdapat sistem dan jaringan air bersih yang bebas lumpur

maupun pasir

 Jarak antara sprinkler tidak lebih dari 4,6 meter

2.5.4. Sarana Penyelamatan Kebakaran

Selain dari sistem proteksi yang ada tersebut, sistem proteksi juga

harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan kebakaran. Peraturan


33

Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis

Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan, yang dimaksud dengan sarana penyelamatan kebakaran

adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni

maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa

manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan

gedung dan lingkungan. Yang termasuk kedalam sarana penyelamatan

diantaranya:

a. Manajemen Pengamanan Kebakaran (Fire Safety Management)

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008

tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran

pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang termasuk dalam unsur

manajemen pengamanan kebakaran (Fire Safety Management) adalah

terutama yang menyangkut kegiatan pemeriksaan berkala, perawatan dan

pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran dan latihan penanggulangan

kebakaran harus dilaksanakan secara periodik sebagai bagian dari kegiatan

pemeliharaan sarana proteksi aktif yang terpasang pada bangunan.

Sedangkan yang termasuk dalam Fire Safety Management adalah

sebagai berikut (Tardianto dalam Syahri, 2011) :

1) Kebijakan (fire safety policy)

2) Identifikasi dan pengendalian (pre-fire sistem)


34

3) Pengorganisasian (fire team)

4) Pembinaan dan latihan

5) Tanggap darurat

6) Gladi terpadu (fire drill)

7) Riksa-uji (inspection and testing)

8) Pemeliharaan (preventive maintenance)

9) Audit (fire safety audit)

10) Sistem informasi dan komunikasi

11) Posko pengendalian darurat

b. Persiapan Keadaan Darurat

Keadaan aman sepenuhnya tidak mungkin tercapai, karena selalu

terdapat kemungkinan ada faktor yang tidak diperhitungkan. Oleh karena

itu, di semua industri tidak cukup apabila manajemen hanya melakukan

perencanaan untuk keadaan operasi normal. Melainkan harus membuat

perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya untuk membatasi

kerugian baik berupa materil maupun korban manusia jika terjadi suatu

keadaan darurat di tempat kerja (Sahab dalam Syahri, 2011).

Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana, dan

mudah dimengerti. Rencana harus sudah mengantisipasi berbagai skenario


35

keadaan darurat. Bila hal ini tidak diantisipasi dan tidak diambil langkah

penanggulangannya yang memadai, maka akan dapat menimbulkan

kerugian total, karena musnahnya seluruh asset perusahaan. Perencanaan

keadaan darurat memuat antara lain (Sahab dalam Syahri, 2011) :

a. Pembagian tanggung jawab yang jelas pada tiap satuan kerja baik

tangggung jawab kelompok maupun perorangan.

b. Tersedia tenaga terampil setiap saat, untuk melaksanakan tugas yang

telah ditentukan dengan cepat dan baik.

c. Gerakan segera setiap satuan atau unit atau perorangan yang sesuai

pembagian tugas dan tanggung jawab dalam rencana keadaan darurat bila

tanda bahaya berbunyi.

2.6. Evaluasi Sistem Proteksi Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008

tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan, perlu adanya pengawasan dan pengendalian

mengenai sistem proteksi kebakaran di bangunan gedung dan lingkungan.

Instansi tersebut harus melakukan pengawasan dan pengendalian ini agar

spesifikasi teknis dan gambar-gambar perencanaan seluruh instalasi sistem

proteksi kebakaran baik pasif maupun aktif serta seluruh sarana menuju jalan

ke luar sesuai dengan hasil perencanaan dan secara efektif dapat memberikan

proteksi terhadap bangunan atau lingkungan.


36

Evaluasi sistem proteksi keselamatan kebakaran bangunan dapat

dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung (Saptaria, 2005). Pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keandalan

dengan melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap kelengkapan upaya

pencegahan kebakaran yang bersifat aktif, pasif, sehingga diperoleh

informasi tingkat keandalan dari bangunan tersebut.

Menurut Saptaria (2005), langkah-langkah pemeriksaan keselamatan

kebakaran bangunan gedung dilakukan dengan cara:

a. Memberikan penilaian terhadap semua sub parameter KSKB (Keandalan

Sistem Keselamatan Bangunan) berdasarkan data hasil pengamatan

lapangan.

b. Menghitung nilai kondisi setiap sub KSKB

c. Menghitung nilai kondisi KSKB dengan cara menjumlahkan nilai kondisi

semua sub KSKB yang bersangkutan.

d. Menghitung nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dengan

menggunakan menjumlahkan nilai kondisi keempat komponen proteksi.


37

Tabel 2.1 Pembobotan Penilaian KSKB

No Parameter Bobot (%)

1 Kelengkapan Tapak 25

2 Sarana Penyelamatan 25

3 Sistem Proteksi Aktif 24

4 Sistem Proteksi Pasif 26

Cara yang digunakan untuk menganalisa kumpulan data tersebut yaitu

dengan menghitung nilai kondisi dari setiap sub-bagian yang diteliti dengan

mengisi lembar pengamatan yang telah dibuat. Nilai kondisi keandalan sistem

kebakaran bangunan merupakan nilai dari bangunan atau utilitas bangunan

yang menunjukkan kinerja yang prima, berfungsi maksimal atau tidak sesuai

persyaratan yang telah ditentukan.

Nilai kondisi sistem proteksi kebakaran dihitung menggunakan rumus:

Nilai Kondisi = ekivalensi nilai x bobot sub-KSKB x bobot KSKB

Nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dihitung menggunakan rumus:

Nilai Keandalan = KT + SP + SPA + SPP


38

Kondisi setiap komponen atau bagian bangunan harus dinilai. Kriteria

penilaian untuk sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu:

1) Baik : ‘B’ (ekuivalensi nilai B adalah 81-100)

2) Cukup : ‘C’ (ekuivalensi nilai C adalah 60-80)

3) Kurang : ‘K’ (ekuivalensi nilai K adalah < 60)

2.7. Petunjuk Pelaksanaan Audit K3

Proses pelaksanaan evaluasi yang dilakukan hampir menyerupai sebuah

audit. Dalam melakukan audit memerlukan beberapa langkah yang digunakan

agar audit dapat berjalan dengan baik. Menurut Santoso dalam (Hamdi, 2010)

Langkah-langkah penting yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan audit

adalah:

A. Persiapan

Persiapan mencakup pengumpulan informasi dan perjanjian

kerja, antara lain korespondensi berkaitan dengan kesepakatan

kerja audit, penentuan jadwal pelaksanaan, menetapkan elemen dan

fasilitas terkait, informasi tentang organisasi perusahaan dan

kegiatan operasi, daftar dokumen yang akan diperiksa selama audit,

hasil audit sebelumnya bila ada.


39

B. Pertemuan

Pertemuan diadakan untuk menjelaskan metoda dan perlunya

dukungan selama pelaksanaan. Selain itu, pertemuan juga

merupakan forum saling berkenalan antara auditor dan staf

perusahaan, sarana pertukaran informasi yang terkait dengan

operasi perusahaan dan sudit. Pertemuan tersbut juga menetapkan

pendamping auditor umumnya dari tingkat senior staf dari divisi

K3 atau divisi lain yang terkait.

C. Melakukan Audit

1. Pengenalan Fasilitas

Pengenalan fasilitas operasi perusahaan bertujuan untuk

memberikan gambaran kepada auditor tentang kegiatan

dasar operasi, pemaparan bahaya terhadap kesehatan,

keselamatan, dan lingkungan hidup.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terutama kepada personil dalam

organisasi perusahaan yang banyak mengetahui tentang

pelaksanaan program K3 dengan menggunakan daftar

pertanyaan dari elemen-elemen ISRS. Dalam melakukan

wawancara ini perlu ditunjang dengan dokumen-dokumen

yang terkait, sebagai bukti pelaksanaan program tersebut

untuk verifikasi lebih mendalam pada saat pemeriksaan


40

dokumen terkait dan wawancara kepada karyawan secara

acak.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan cara untuk lebih

meyakinkan bahwa sistem manajemen keselamatan ada dan

terlaksana dengan baik di lapangan. Dalam pemeriksaan

fisik di lapangan, auditor harus didampingi oleh seorang

wakil dari perusahaan. Hasil dari pemeriksaan fisik

merupakan salah satu alat ukur pringkat pelaksanaan dari

elemen-elemen ISRS di lapangan.

D. Pertemuan Penutup

Pertemuan penutupan biasanya dihadiri oleh mereka yang hadir

dalam pertemuan pembukaan. Dalam hal ini auditor tidak

memberikan nilai berupa angka, tetapi hanya memberikan

pandangan umum yang merupakan temuan selama pelaksanaan

audit. Materi yang terkandung dalam pandangan umum yaitu

penjelasan singkat elemen-elemen yang mendapat nilai tinggi dan

juga paling rendah, juga aktivitas-aktivitas yang perlu mendapat

pengujian dan beberapa saran yang bersifat membangun untuk

elemen yang nilainya rendah.


41

E. Laporan

Laporan akhir audit yang menyeluruh dan sistematis dibuat oleh

auditor disertai dengan sertifikat yang menyebutkan peringkat

pencapaian sesuai dengan hasil audit tersebut. Dalam laporan ini

mencakup beberapa diantaranya:

1. Laporan audit yang komprehenshif untuk masing-masing

elemen.

2. Ringkasan daftar nilai untuk masing-masing elemen, nilai

total, dan rata-rata elemen serta persentase pencapaianya.

3. Nilai hasil pemeriksaan fisik lapangan.

4. Buku kerja tim audit, merupakan photocopy dari protokol

audit yang sudah dilengkapi dengan nilai hasil untuk

masing-masing elemen yang diaudit.

5. Grafik profil yang merupakan ringkasan audit.

6. Saran-saran yang bersifat kritis dan memerlukan prioritas

untuk dilaksanakan.
42

2.8. Kerangka Teori

Pengamanan terhadap
bahaya kebakaran
bangunan dan gedung

Sistem Proteksi Aktif


Kebakaran
Perencanaan tapak Sarana
Sistem Proteksi
untuk Penyelamatan  Detektor (alarm)
Pasif Kebakaran
pengamanan  Siames conection
 Sarana jalan 
kebakaran APAR  Ketahanan
keluar  Hidran gedung Api Struktur
 Sumber air  Konstruksi  Sprinkler Bangunan
 Jalan jalan keluar  Sistem Pemadam
 Komparteme
lingkungan  Landasan Luapan
nisasi ruang
 Jarak antar helikopter  Pengendali asap
 Perlindungan
bangunan  Deteksi asap
bukaan
 Hidran  Pembuangan asap
halaman  Lift kebakaran
 Cahaya darurat dan
penunjuk arah
 Listrik darurat
 Ruang pengendali
operasi

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan Kebakaran Bangunan

Gedung (Pd-T-11-2005-C)
BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pemikiran

Evaluasi keselamatan kebakaran gedung dapat dilakukan dengan

melakukan audit, inspeksi maupun dengan menggunakan pedoman

pemeriksaan yang telah dibuat. Salah satu pedoman yang dapat digunakan

untuk melakukan evaluasi keselamatan kebakaran bangunan adalah pedoman

pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C).

Tujuan penggunaan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) adalah menentukan tingkat kelayakan

atau keandalan suatu bangunan (kondisi baik, cukup, atau kurang).

Sistem keselamatan kebakaran bangunan yang dinilai dalam pedoman

pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C)

terdapat 4 komponen utama yaitu kelengkapan tapak, sarana penyelamatan,

sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Masing-masing dari keempat

unsur tersebut memiliki subkomponen.

Dalam komponen kelengkapan tapak terdapat empat subkomponen antara

lain : sumber air, jalan lingkunan, jarak antar bangunan dan hidran halaman.

Pada komponen sarana penyelamatan terdapat tiga subkomponen yaitu sarana

jalan keluar, konstruksi jalan keluar dan landasan helikopter.

Pada komponen sistem proteksi aktif terdapat 13 subkomponen antara

lain: detektor (alarm), siames conection, apar, hidran gedung, sprinkler,

sistem pemadam luapan, pengendali asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift
43
44

kebakaran, cahaya darurat, listrik darurat dan ruang pengendali operasi. Dan

yang terakhir komponen sistem proteksi pasif yang memiliki 3 subkomponen

yang terdiri dari ketahanan api struktur bangunan, kompartemenisasi ruang

dan perlindungan bukaan.

Peneliti menggunakan kerangka pemikiran seperti pada bagan 3.1 karena

berdasarkan Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan Kebakaran

Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C) dalam pengamanan terhadap bahaya

kebakaran bangunan dan gedung memerlukan 4 komponen utama yang

masing-masing memiliki sub komponen seperti disebutkan diatas. Kemudian

dengan melakukan evaluasi terhadap sistem keselamatan kebakaran bangunan

gedung diharapkan hasil evaluasi tersebut dapat menggambarkan tingkat

keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan tersebut.


45

Bagan 3.1

Kerangka Pemikiran

INPUT PROSES OUTPUT

1. Kelengkapan Tapak Evaluasi Nilai Keandalan


 Sumber air menggunakan Sistem Keselamatan
 Jalan lingkungan pedoman Bangunan (Baik,
 Jarak antar bangunan pemeriksaan Cukup, Kurang).
 Hidran halaman keselamatan
kebakaran bangunan
2. Sarana Penyelamatan gedung (Pd-T-11-
 Sarana jalan keluar 2005-C).
 Konstruksi jalan
keluar
 Landasan helikopter

3. Sistem Proteksi Aktif


 Detektor (alarm)
 Siames connection
 APAR
 Hidran gedung
 Sprinkler
 Sistem Pemadam
Luapan
 Pengendali asap
 Deteksi asap
 Pembuangan asap
 Lift kebakaran
 Cahaya darurat
 Listrik darurat
 Ruang pengendali
operasi

4. Sistem Proteksi Pasif


 Ketahanan Api
Struktur Bangunan
 Kompartemenisasi
ruang
 Perlindungan bukaan
46

3.2 Definisi Istilah

A. Kelengkapan Tapak

Kelengkapan tapak dapat didefinisikan sebagai kelengkapan

komponen dan tata letak bangunan terhadap lingkungan sekitar dikaitkan

dengan bahaya kebakaran dan upaya pemadaman. Komponen

kelengkapan tapak meliputi sumber air, jalan lingkungan, jarak antar

bangunan dan hidran halaman (Permen PU No.26/KTPS/2008).

 Cara Ukur : Observasi dan wawancara

 Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan meteran

 Hasil Ukur :

Tabel 3.1 Hasil Ukur Kelengkapan Tapak

Nilai Kesesuaian Keandalan

Sesuai persyaratan
Pedoman Teknis
Pemeriksaaan
> 80 - 100 Keselamatan Baik (B)
Kebakaran
Bangunan Gedung
(Pd-T-11-2005-C)

Terpasang tetapi ada


sebagian kecil
60 - 80 Cukup (C)
instalasi yang tidak
sesuai persyaratan

Tidak sesuai sama


< 60 Kurang (K
sekali

B. Sarana Penyelamatan

Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapakan untuk

dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam


47

upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi

kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungannya. Terdiri dari

sarana jalan keluar, Konstruksi jalan keluar, landasan helikopter (Pd-T-11-

2005-C).

 Cara Ukur : Observasi dan wawancara

 Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan

meteran

 Hasil Ukur :

Tabel 3.2 Hasil Ukur Sarana Penyelamatan

Nilai Kesesuaian Keandalan

> 80 – 100 Sesuai persyaratan Baik (B)


Pedoman Teknis
Pemeriksaaan
Keselamatan Kebakaran
Bangunan Gedung (Pd-T-
11-2005-C)

60 - 80 Terpasang tetapi ada Cukup (C)


sebagian kecil instalasi
yang tidak sesuai
persyaratan

< 60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K

C. Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

Sistem proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap

kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang

dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh

penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan


48

operasi pemadaman, selain itu sistem ini digunakan dalam

melaksanakan penanggulangan awal kebakaran.

Proteksi aktif meliputi detektor (alarm), siamese conection, APAR,

hidran gedung, sprinkler, sistem pemadam luapan, pengendali asap,

deteksi asap, pembuangan asap, lift kebakaran, cahaya darurat, listrik

darurat dan ruang pengendali operasi.

 Cara Ukur : Observasi dan wawancara

 Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan

meteran

 Hasil Ukur :

Tabel 3.3 Hasil Ukur Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

Nilai Kesesuaian Keandalan

> 80 – 100 Sesuai persyaratan Baik (B)


Pedoman Teknis
Pemeriksaaan
Keselamatan
Kebakaran
Bangunan Gedung
(Pd-T-11-2005-C)

60 - 80 Terpasang tetapi ada Cukup (C)


sebagian kecil
instalasi yang tidak
sesuai persyaratan

< 60 Tidak sesuai sama Kurang (K


sekali

D. Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Sistem proteksi pasif adalah sistem perlindungan terhadap

kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap


49

komponen bangunan gedung, dari aspek arsitektur dan struktur

sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari

kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. Proteksi pasif meliputi ketahanan

api struktur bangunan, kompartemenisasi ruang dan perlindungan bukaan.

 Cara Ukur : Observasi dan wawancara

 Alat Ukur : Lembar observasi, pedoman wawancara dan

meteran

 Hasil Ukur :

Tabel 3.4 Hasil Ukur Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Nilai Kesesuaian Keandalan

> 80 – 100 Sesuai persyaratan Baik (B)


Pedoman Teknis
Pemeriksaaan
Keselamatan
Kebakaran
Bangunan Gedung
(Pd-T-11-2005-C)

60 - 80 Terpasang tetapi ada Cukup (C)


sebagian kecil
instalasi yang tidak
sesuai persyaratan

< 60 Tidak sesuai sama Kurang (K)


sekali
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Pengamatan diawali dengan mendefinisikan ruang

lingkup untuk membatasi sejauh mana penelitian dilakukan, dilanjutkan

dengan observasi lapangan serta melakukan telaah dokumen dan wawancara

di RSUD Kota Tangerang untuk kemudian dilakukan evaluasi menggunakan

pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C),

sehingga didapatkan tingkat keandalan sistem keselamatan kebakaran

bangunan di RSUD Kota Tangerang tahun 2014.

Pendekatan kualitatif dipilih dengan maksud untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan yang terdapat

di RSUD Kota Tangerang. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan peneliti

dapat menganalisis secara mendalam mengenai keadaan sistem keselamatan

kebakaran bangunan di RSUD Kota Tangerang.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Tangerang pada bulan Juni-Juli

2014.

50
51

4.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan untuk penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu

peneliti mempunyai pertimbangan dan kriteria tertentu dalam pengambilan

informan sesuai dengan tujuan penelitian.

Kriteria informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah pekerja di

RSUD Kota Tangerang yang bertanggung jawab dan/atau berhubungan

langsung terhadap sarana dan prasarana keselamatan bangunan RSUD Kota

Tangerang.

Tabel 4.1
Informan Penelitian

Informan Status Metode Keterangan


Petugas Teknisi Informan Wawancara Pertanyaan mengenai
RSUD Kota Kunci kelengkapan tapak,
Tangerang sarana penyelamatan,
sistem proteksi aktif
dan pasif kebakaran.
Staff ISPRS Informan Wawancara Pertanyaan mengenai
RSUD Kota Pendukung kelengkapan tapak,
Tangerang sarana penyelamatan,
sistem proteksi aktif
dan pasif kebakaran.

4.4 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lembar observasi

b. Panduan wawancara

c. Alat ukur : meteran dan penggaris

d. Kamera

e. Recorder
52

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan

data primer dan sekunder.

4.5.1 Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 cara yaitu

observasi dan wawancara. Data yang diambil mengenai

kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan

sistem proteksi pasif kebakaran bangunan RSUD Kota Tangerang.

4.5.2 Data Sekunder

a. Profil RSUD Kota Tangerang

b. Informasi umum bangunan RSUD Kota Tangerang

c. Data mengenai sarana dan prasarana keselamatan kebakaran

bangunan RSUD Kota Tangerang

4.6 Triangulasi Data

Berdasarkan pengambilan informan yang dilakukan dengan metode

kualitatif yang jumlahnya sedikit maka diperlukan triangulasi untuk menjaga

validitas data, yaitu dengan cara :

1. Triangulasi Sumber, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam

dari sumber atau informan yang berbeda.


53

2. Triangulasi Metode, yaitu dengan melalui metode wawancara

mendalam, telaah dokumen dan observasi.

Tujuan triangulasi data dengan menggunakan sumber dan metode yang

berbeda diharapkan mendapatkan analisis yang tepat, akurat dan terpercaya.

Tabel triangulasi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Triangulasi Data

Triangulasi Metode
Alat Triangulasi
Objek Penelitian
Observasi Sumber Telaah
Wawancara Observasi
Dokumen

Sumber air - - - √ √

Jalan lingkungan Meteran - - √ -

Jarak antar
Kelengkapan Meteran - - √ -
bangunan
Tapak
Informan
kunci dan
Hidran halaman Meteran √ √ √
informan
pendukung

Sarana jalan keluar Meteran - - √ √

Informan
Konstruksi jalan kunci dan
Sarana - √ √ √
keluar informan
Penyelamatan
pendukung

Landasan
- - - √ √
helikopter

Detektor (alarm) Meteran - - √ √

Siames connection
- - - √ -

Sistem Informan
Proteksi Aktif kunci dan
APAR Meteran √ √ √
informan
pendukung

Hidran gedung Meteran - - √ √

Sprinkler Meteran - - √ √
54

Triangulasi Metode
Alat Triangulasi
Objek Penelitian
Observasi Sumber Telaah
Wawancara Observasi
Dokumen

Sistem Pemadam
- - - √ √
Luapan

Pengendali asap Meteran - - √ √

Informan
kunci dan
Deteksi asap Meteran √ √ √
informan
pendukung

Pembuangan asap - - - √ √

Lift kebakaran - - - √ √

Cahaya darurat - - - √ √

Listrik darurat - - - √ √
Sistem
Proteksi Aktif Ruang pengendali
- - - √ √
operasi

Ketahanan Api
Meteran - - - √
Struktur Bangunan

Informan
Kompartemenisasi kunci dan
Meteran √ √ √
ruang informan
pendukung

Perlindungan
Meteran - - √ √
bukaan

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data

mengenai sistem keselamatan bangunan di RSUD Kota Tangerang, kemudian

hasil dari pengumpulan data tersebut dipilih yang sesuai dengan ruang

lingkup penelitian ini. Setiap komponen dinilai dengan menggunakan kriteria

sebagai berikut.
55

1. Kriteria Penilaian Kelengkapan Tapak

Kelengkapan tapak dinilai dengan menggunakan kriteria sesuai

dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-T-11-

2005-C) seperti pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Kriteria Penilaian Kelengkapan Tapak

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
Tersedia dengan kapasitas yang memenuhi
B persyaratan minimal terhadap fungsi
bangunan
1 Sumber Air 27 Tersedia dengan kapasitas dibawah
C persyaratan minimal terhadap fungsi
bangunan
K Tidak tersedia
o Tersedia dengan lebar minimal 6m
B o Diberi pengerasan
o Lebar jalan masuk minimal 4 m.
2 Jalan Lingkungan 25 Tersedia dengan lebar kurang dari
C
persyaratan minimal.

K Tidak tersedia
Sesuai Persyaratan (Tinggi s/d 8 – 3 m; 8 s/d
B
14 – 6 m; tinggi > 40m - >8m)
Jarak Antar
3 23 Tidak sesuai Persyaratan (Tinggi s/d 8 – 3 m;
Bangunan C
8 s/d 14 – 6 m; tinggi > 40m ->8 m)

K Tidak ada jarak dengan bangunan sekitarnya.


 Tersedia di halaman pada tempat yang
mudah dijangkau
B  Berfungsi secara sempurna dan lengkap
 Supply air 38 l/detik dan bertekanan 35
4 Hidran Halaman 25 Bar
Tersedia,tetapi tidak berfungsi secara
C sempurna atau supply air dan tekanannya
kurang dari pada persyaratan minimal.
K Tidak tersedia sama sekali
56

Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub

komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.3. Pemberian

nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan

peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-

standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku.

2. Kriteria Penilaian Sarana Penyelamatan

Sarana penyelamatan dinilai dengan menggunakan kriteria sesuai

dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-T-11-

2005-C) seperti pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Kriteria Penilaian Sarana Penyelamatan

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
 Minimal perlantai 2 exit dengan
tinggi efektif 2,5 m
 Setiap exit harus terlindung dari
bahaya kebakaran.
 Jarak tempuh maksimal 20 meter dari
pintu keluar.
 Ukuran minimal 200 Cm
 Jarak dari suatu exit tidak > 6 m
B
 Pintu dari dalam tidak buka langsung
1 Jalan Keluar 38 ke tangga,
 Penggunaan pintu ayun tidak
menggangu proses jalan keluar.
 Disediakan lobby bebas asap dengan
TKA 60/60/60
 Exit tidak boleh terhalang
 Exit menuju ke R. Terbuka
Setengah dari kriteria dalam punt “B”
C
yang terpenuhi.
K Tidak memenuhi kriteria dalam punt ”B”
57

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
 Konstruksi tahan minimal 2 jam
 Harus bebas halangan
 Lebar minimal 200 cm.
 Jalan terusan yang dilindungi
terhadap
kebakaran, Bahan tidak mudah
terbakar, Langit-langit punya
ketahanan Penjalaran api tidak < 60
menit
35 B  Pada tingkat tertentu elemen
bangunan bisa mempertahankan
Konstruksi Jalan
2 stabilitas struktur bila terjadi
Keluar
kebakaran
 Dapat mencegah penjalaran asap
kebakaran.
 Cukup waktu untuk evakuasi
penghuni
 Akses ke bangunan harus disediakan
bagi tindakan petugas kebakaran
Setengah dari kriteria dalam punt “B”
C
yang terpenuhi.
Tidak memenuhi kriteria dalam punt ”B”
K
 Hanya pada bangunan tinggi minimal
60 meter.
 Konstruksi atap cukup kuat menahan
beban helikopter.
 Dilengkapi dengan tanda-tanda untuk
pendaratan baik warna, bentuk
B maupun ukurannya.
 Dilengkapi dengan alat pemadam api
Landasan dengan bahan busa dan peralatan
3 27
Helikopter bantu evakuasi lainnya.
 Ketentuan lain bagi pendaratan
disesuaikan dengan peraturan yang
terkait dalam bidang penerbangan.
 Tanda dan perlengkapan pendaratan
C tidak terpelihara dengan baik.
 Warna tanda telah kusam dan kotor
Tidak memenuhi standar atau
K
persyaratan yang berlaku.
58

Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub

komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.4. Pemberian

nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan

peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-

standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku.

3. Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

Sistem proteksi aktif kebakaran dinilai dengan menggunakan kriteria

sesuai dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-

T-11-2005-C) seperti pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Aktif Kebakaran

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
 Perancangan dan pemasangan system
deteksi dan alarm kebakaran sesuai
SNI 03-3986.
 Sistem deteksi dan alarm harus
dipasang pada semua bangunan
8 B
kecuali kelas 1a
 Tersedia detektor panas
Deteksi dan  Dipasang alat manual pemicu alarm
1
Alarm  Jarak tidak > dari 30 m dari titik
alarm manual
Perancangan system deteksi dan alarm
kebakaran sesuai SNI 03-3986 , namun
C
pemasangannya tidak sesuai SNI 03-
3986.
Tidak sesuai dengan persyaratan
K
perancangan maupun pemasangannya.
 Tersedia dan ditempatkan pada lokasi
Siamese
2 8 B yang mudah dijangkau mobil
Connection
pemadam kebakaran kota.
59

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
 Diberikan tanda petunjuk sehingga
mudah dikenali
Tersedia, namun sulit dijangkau secara
C
mudah dari mobil pemadam.
Tidak tersedia sebagaimana yang
K
dipersyaratkan.
 Jenis APAR sesuai SNI 03-3988
 Jumlah sesuai dengan luasan
B bangunannya.
 Jarak penempatan antar alat
maksimal 25 m
Alat  Jenis APAR sesuai SNI 03-3988
3 Pemadam Api 8  Kurang dari jumlah sesuai dengan
Ringan C luasan bangunannya
 Jarak penempatan antar alat
maksimal 25 m
Jenis dan jumlah yang dipasangtidak
sesuai dengan yang dipersyaratkan
K
dalam SNI 03-3988.

 Tersedia sambungan slang diameter


35 mm dalam kondisi baik, panjang
selang minimal 30 m dan tersedia
kotak untuk menyimpan.
 Pasokan air cukup tersedia untuk
kebutuhan system sekurang-
kurangnya untuk 45‘
8 B
 Bang. Kelas 4, luas 1000m2/bh
(kompartemen tanpa partisi), 2
buah/1000m2 (kompartemen dengan
partisi)
Hidran
4  Bang. Kelas 5, luas 800m2/buah
gedung
tanpa partisi, dan 2 bh/800m2 dengan
partisi
 Tersedia sambungan selang diameter
35 mm, panjang selang minimal 30
m dan tersedia kotak untuk
menyimpan
C  Bang. Kelas 4, hanya tersedia 1 buah
perluas 1000m2, baik pada ruang
kompartemen tanpa partisi,maupun
kompartemen dengan partisi.
 Bang. Kelas 5, hanya tersedia 1 buah
60

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
perluas 800m2, baik pada ruang
kompartemen tanpa partisi,maupun
kompartemen dengan partisi.
Tersedia sambungan slang diameter
35 mm, panjang selang minimal 30 m
K
dan tersedia kotak untuk menyimpan
namun kondisi kurang terawat.
 Jumlah, perletakan dan jenis sesuai
dengan persyaratan.
 Tekanan catu air sprinkler pada titik
terjauh (0,5-2,0) kg/cm2,
 Debit sumber catu air minimal (40-
200) liter/menit per kepala sprinkler.
 Jarak kepala sprinkler kedinding
kurang dari ½ jarak antara kepala
B sprinkler
 Jarak max. Sprinkler:
o Bahaya kebakaran ringan dan
sedang - 4,6 m
o bahaya kebakaran berat - 3,7 m
 Dalam ruang tersembunyi , jarak
langit-langit dan atap lebih 80 cm, di
pasang jenis kepala sprinkler dengan
8 pancaran keatas
5 Sprinkler  Jumlah, perletakan dan jenis sesuai
dengan persyaratan
 Tekanan catu air sprinkler pada titik
terjauh (0,5-2,0) kg/cm2,
Debit sumber catu air minimal (40-
200) liter/menit per kepala sprinkler.
 Jarak Sprinkler:
o Bahaya kebakaran ringan dan
C
sedang lebih dari jarak maksimal
- 4,6 m
o bahaya kebakaran berat lebih dari
j arak maksimal - 3,7 m
 Dalam ruang tersembunyi , jarak
langit-langit dan atap lebih 80 cm,
dipasang jenis kepala sprinkle
dengan pancaran kebawah.
Jumlah, perletakan dan jenis kurang
K
sesuai dengan persyaratan
6 Sistem 7 B  Tersedia dalam jenis yang sesuai
61

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
Pemadam dengan fungsi ruangan yang
luapan diproteksi.
 Jumlah kapasitas sesuai dengan
beban api dari fungsi ruangan yang di
proteksi.
 Tersedi a dalam jenis yang sesuai
dengan fungsi ruangan yang
diproteksi.
C
 Jumlah kapasitas tidak sesuai dengan
beban api dari fungsi ruangan yang
diproteksi.
 Tidak tersedia dalam jenis dan
K kapasitas yang sesuai dengan
fungsi ruangan yang di proteksi.
 Fan pembuangan asap akan
berputar berurutan setelah
aktifnya detector asap yang
ditempatkan dalam zona sesuai
dengan reservoir asap yang
dilayani fan.
 Detektor asap harus dalam
keadaan bersih dan tidak
terhalang oleh benda lain
disekitarnya.
8 B  Di dalam kompartemen
bertingkat banyak, system
pengolahan udara beroperasi
dengan menggunakan seluruh
udara segar melalui ruang kosong
7 bangunan tidak menjadi satu
dengan cerobong pembuangan
Pengendali asap.
Asap  Tersedia Panel control manual
dan indicator kebakaran serta
buku petunjuk pengoperasian
bagi petugas jaga.
 Fan pembuangan asap akan
berputar berurutan setelah
aktifnya detector asap yang
C ditempatkan dalam zona sesuai
dengan reservoir asap yang
dilayani fan.
 Detektor asap kotor atau
62

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
terhalang oleh benda lain
disekitarnya.
 Di dalam kompartemen
bertingkat banyak, system
pengolahan udara beroperasi
dengan menggunakan seluruh
udara segar melalui ruang kosong
bangunan tidak menjadi satu
dengan cerobong pembuangan
asap.
 Tersedia Panel control manual
dan indicator kebakaran serta
buku petunjuk pengoperasian
bagi petugas jaga
 Peralatan pengendali tidak
terpasang sesuai dengan
K
persyaratan, baik jenis, jumlah
atau tempatnya.
 Sistem Deteksi Asap memenuhi
SNI 03-3689, mengaktifkan
system peringatan penghuni
bangunan.
 Pada ruang dapur dan area lain
yang sering mengakibatkan
terjadinya alarm palsu di pasang
alarm panas, terkecuali telah di
B pasang sprinkler.
 Detektor asap yang terpasang
dapat mengaktifkan system
pengolahan udara secara
Deteksi Asap 8 otomatis, system pembuangan
8
asap, ventilasi asap dan panas
 Jarak antar detector< 20 m dan <
10 m dari dinding pemisah atau
tirai asap
 Sistem Deteksi Asap memenuhi
SNI 03-3689, mengaktifkan
system peringatan penghuni
bangunan
C
 Pada ruang dapur dan area lain
yang sering mengaki batkan
terjadinyan alarm palsu tidak
dipasang alarm panas, atau
63

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
sprinkler atau
 Jarak antar detector> 20 m dan >
10 m dari dinding pemisah atau
tirai asap
 Tidak satupun tersedia peralatan
K
yang dimaksud.
 Kapasitas fan pembuang mampu
menghisap asap.
 Terletak dalam reservoir asap
tinggi 2 meter dari lantai.
 Laju pembuangan asap sesuai
dengan persyaratan yang berlaku.
 Fan pembuangan Asap mampu
beroperasi terus menerus pada
temperature 200 C selang waktu
60 atau pada temperature 300 C
selang waktu 30’.
 Luas horizontal reservoir asap
maksimal 2000 m2, dengan
tinggi tidak boleh kurang dari
500 mm
7 B  Setiap reservoir asap dilayani
minimal satu buah fan, pada titik
kumpul dari panas di dalam
Pembuangan
9 reservoir asap, jauh dari
Asap
perpotongan koridor atau mal.
 Void eskalator dan tangga tidak
dipergunakan sebagai jalur
pembuangan asap.
 Udara pengganti dalam jumlah
kecil harus disediakan secara
otomatis /melalui bukaan
ventilasi permanent, kecepatan
tidak boleh lebi h dari 2,5
m/detik, di dalam kompartemen
kebakaran bertingkat banyak
melal ui bukaan vertical dengan
kecepatan rata-rata 1m/detik.
 Kapasitas fan pembuang dibawah
kapasitas yang dipersyaratkan.
C
 Pemasangan telah sesuai dengan
persyaratan yang diperlukan.
K  Tidak satupun tersedia peralatan
64

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
yang dimaksud.
 Untuk penanggulangan saat
terjadi kebakaran sekurang-
kurangnya 1 buah lif kebakaran
harus dipasang pada bangunan
ketinggian efektif 25 m.
 Ukuran lift sesuai dengan fungsi
bangunan yang berlaku.
 Lif kebakaran dalam saf yang
tahan api, dioperasikan oleh
petugas pemadam kebakaran,
dapat berhenti disetiap lantai,
B sumber daya listrik direncanakan
dari 2 sumber menggunakan
kabel tahan api, memiliki akses
ke tiap lantai hunian.
Lift  Peringatan terhadap pengguna lif
10 7
Kebakaran pada saat kebakaran, dipasang di
tempat yang mudah terlihat dan
terbaca dengan tulisan tinggi
huruf minimal 20 mm.
 Penempatan lift kebakaran pada
lokasi yang mudah dijangkau
oleh penghuni.
 Pemasangan lift kebakaran telah
sesuai dengan punt “B” hanya
penempatan lift kebakaran pada
C
lokasi yang tersembunyi dan
tidak mudah dijangkau oleh
penghuni.
 Tidak satupun tersedia peralatan
K yang dimaksud

 System pencahayaan darurat


harus dipasang disetiap tangga
yang dilindungi terhadap
kebakaran, disetiap lantai dengan
Cahaya luas lantai > 300 m2, disetiap
11 8 B
darurat jalan terusan ,koridor.
 Desain Sistem pencahayaan
Keadaan darurat beroperasi
otomatis, memberikan
pencahayaan yang cukup, dan
65

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
harus memenuhi standar yang
berlaku
 Tanda exit jelas terlihat dan di
pasang berdekatan dengan pintu
yang memberikan jalan keluar
langsung, pintu dari suatu tangga,
exit horizontal dan pintu yang
melayani exit
 Bila exit tidak terlihat secara
langsung dengan jelas oleh
penghuni, harus dipasang tanda
petunjuk dengan tanda panah
penunjuk arah
 Setiap tanda exit harus jelas dan
pasti, diberi pencahayaan yang
cukup, dipasang sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi gangguan
listrik, tanda petunjuk arah keluar
harus memenuhi standar yang
berlaku
 Cahaya darurat dan Petunjuk
Arah telah di pasang sesuai
dengan persyaratan, namunt
C ingkat illuminasi nya telah
berkurang, karena kotor
permukaan atau daya
elluminasinya menurun
 Cahaya darurat dan Petunj uk
Arah terpasang tidak memenuhi
K ketentuan baikti ngkat eliminasi,
warna, dimensi, maupun
penempatannya.
 Daya yang disuplai sekurang-
kurangnya dari 2 sumber yaitu
sumber daya listrik PLN, atau
sumber daya darurat berupa
Batere, Generator, dll
12 Listrik darurat 8 B  Semua instalasi kabel yang
melayani sumber daya listrik
darurat harus memenuhi kabel
tahan api selama 60 ‘, catu daya
dari sumber daya ke motor harus
memenuhi ketentuan
66

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
 Memenuhi cara pemasangan
kabel yang termuat dalam PUIL
Daya terpasang sesuai dengan punt ”B”,
C namun kapasitas generator tidak
memenuhi persyaratan minimal.
K Tidak ada sumber daya listrik cadangan.
 Tersedia dengan peralatan yang
B lengkap, dan dapat memonitor
bahaya kebakaran yang akan terjadi.
Ruang  Tersedia dengan peralatan relatif
13 pengendali 7 sederhana seperti CCTV, namun
Operasi C cukup dapat memberikan membantu
memonitor bahaya kebakaran yang
akan terjadi.
K Tidak tersedia

Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub

komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.5. Pemberian

nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan

peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-

standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku. Selain itu, peneliti juga

melakukan diskusi dengan orang yang berkompeten di bidang keselamatan

kebakaran, untuk menghindari subjektifitas penilaian.

4. Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Sistem proteksi pasif kebakaran dinilai dengan menggunakan kriteria

sesuai dengan pedoman pemeriksaan keselamatan bangunan gedung (Pd-

T-11-2005-C) seperti pada tabel 4.6 berikut ini.


67

Tabel 4.6

Kriteria Penilaian Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
 Ketahanan api komponen struktur
bangunan sesuai dengan yang
B dipersyaratkan (tipe A, Tipe B,
Tipe C), yang sesuai dengan
Ketahanan Api
fungsi/ klasifikasi bangunannya.
1 Struktur 36
Proteksi terhadap struktur bangunan
Bangunan
C telah dilaksanakan, namun dibawah
yang seharusnya.
Tidak memenuhi semua kriteria
K
tersebut di atas.
 Berlaku untuk bangunan dengan
luas lantai :
o Konstruksi tipe A : 5.000 m2
o Konstruksi tipe B : 3.500 m2
o Konstruksi tipe C: 2.000 m2
 Luas lebih dari 18.000 m2,
volume 108.000 m3 dilengkapi
32 B dengan sprinkler, dikelilingi jalan
masuk kendaraan dan sistim
pembuangan
Kompartemenisasi
2 asap otomatis dengan jumlah, tipe
Ruang.
dan cara pemasangan sesuai
persyaratan yang berlaku.
 Lebar jalan minimal 6 m, mobil
pemadam dapat masuk ke lokasi
Semua kriteria dalam punt “B”,
namun
C
jumlah sprinkler kurang dari yang
dipersyaratkan.
Tidak memenuhi semua kriteria
K
tersebut di atas.
 Bukaan harus dilindungi, diberi
penyetop api
 Bukaan Vertikal dari dinding
Perlindungan tertutup dari bawah sampai atas
3 32 B
Bukaan disetiap lantai diberi penutup
tahan api
 Sarana proteksi pada bukaan:
o Pintu kebakaran, Jendela
68

No. Sub KNKB Nilai Kriteria Penilaian


Bobot
1 2 3 4
kebakaran, pintu penahan
Asap dan penutup api sesuai
dengan standar pintu
kebakaran
o daun pintu dapat berputar di
satu sisi.
o Pintu mampu menahan asap
200oC
o Tebal daun pintu 35 mm
 Jalan keluar/masuk pada dinding
tahan api:
o Lebar bukaan pintu keluar
harus tidak lebih ½ dari
panjang dinding tahan api
o Tingkat isolasi min. 30 menit
o Harus menutup sendiri/
otomatis
Tidak memenuhi salah satu
C
kriteria pada penilaian baik ( “B”).
Tidak memenuhi semua kriteria
K
tersebut di atas.

Penilaian dilakukan dengan cara menilai kelengkapan masing-masing sub

komponen sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 4.6. Pemberian

nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada pengetahuan

peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran didukung dengan standar-

standar sistem keselamatan kebakaran yang berlaku. Selain itu, peneliti juga

melakukan diskusi dengan orang yang berkompeten di bidang keselamatan

kebakaran, untuk menghindari subjektifitas penilaian.


69

4.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan (Pd-T-11-2005-C) dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Memberikan penilaian terhadap semua sub parameter KSKB

(Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan) berdasarkan data hasil

pengamatan lapangan.

Penilaian didasarkan pada kriteria yang ada dalam tabel

kriteria penilaian.

2. Menghitung nilai kondisi setiap sub KSKB

Perhitungan nilai kondisi setiap sub KSKB dilakukan cara

memberi nilai pada masing-masing subkomponen didasarkan pada

pengetahuan peneliti tentang sistem keselamatan kebakaran

didukung dengan standar-standar sistem keselamatan kebakaran

yang berlaku. Selain itu, peneliti juga melakukan diskusi dengan

orang yang berkompeten di bidang keselamatan kebakaran, untuk

menghindari subjektifitas penilaian. Setelah itu, hasil perhitungan

kondisi setiap sub-KSKB dikalikan dengan bobot masing-masing

sub-KSKB.

3. Menghitung nilai kondisi KSKB dengan cara menjumlahkan nilai

kondisi semua sub KSKB yang bersangkutan.


70

Hasil perkalian sub-KSKB dengan bobot dari sub-KSKB

kemudian dijumlahkan seluruhnya sehingga didapatkan nillai

kondisi KSKB.

4. Menghitung nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dengan

menggunakan menjumlahkan nilai kondisi keempat komponen

proteksi.

Setelah didapatkan nilai KSKB, nilai masing-masing

KSKB dikalikan dengan bobot masing-masing KSKB tersebut

kemudian hasil seluruhnya dijumlahkan. Sehingga didapatkanlah

hasil pemeriksaan nilai KSKB yang kemudian bisa memberikan

gambaran tentang kondisi fisik komponen keselamatan kebakaran

bangunan dan rekomendasi yang dapat diberikan untuk RSUD

Kota Tangerang, seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

5. Pembobotan

Pembobotan pada masing-masing komponen dilakukan

dengan metode Analitycal Hierarchycal Process (AHP). Metode

ini adalah metode yang digunakan didalam pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C)

dengan tujuan untuk mengurangi unsur subyektivitas pada

pembobotan (Saptaria, 2005). AHP adalah metode sistematis untuk

membandingkan suatu daftar pengamatan atau alternatif. Hierarki


71

adalah suatu jenis khusus sistem yang didasarkan pada asumsi

bahwa satuan-satuan yang ada, yang telah diidentifikasikan, dapat

dikelompokkan ke dalam kumpulan terpisah, yang mana satuan

suatu kelompok mempengaruhi satuan sebuah kelompok yang lain,

dan dipengaruhi sebuah kelompok lain. Elemen tiap kelompok

hirarki diasumsikan tidak saling tergantung satu sama lain.

Tabel 4.7

Kondisi Fisik Komponen Keselamatan Kebakaran Bangunan

dan Rekomendasi

Kondisi Keandalan Kondisi Fisik Rekomendasi


Semua komponen sistem proteksi kebakaran
(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, 1. Pemeriksaan
sarana penyelamatan dan kelengkapan tapak) secara berkala
Baik (B) berfungsi sempurna sehingga gedung dapat 2. Perawatan/pemeli
( 80% ≤ NKSKB ≤ 100% ) digunakan secara optimum, dimana para haraan berkala
pemakai gedung dapat melakukan kegiatannya 3. Perawatan dan
dengan mendapat perlindungan dari kebakaran perbaikan berkala
yang baik.
Semua komponen sistem proteksi kebakaran
(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,
sarana penyelamatan dan kelengkapan tapak)
masih berfungsi baik, tetapi ada sub komponen 1. Perawatan dan
Cukup (C) utilitas yang berfungsi kurang sempurna, perbaikan berkala
(60% ≤ NKSKB < 80% ) kadang-kadang menimbulkan gangguan atau 2. Penyetelan atau
kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan perbaikan elemen
dalam design atau spseifikasi, sehingga
kenyamanan dan fungsi ruang dan/atau gedung
menjadi terganggu.
Semua komponen sistem proteksi kebakaran
(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,
sarana penyelamatan dan kelengkapan tapak) 1. Penyetelan atau
ada yang rusak atau tidak berfungsi, perbaikan elemen
Kurang (K)
kapasitasnya jauh dibawah dari nilai yang 2. Melengkapi
NKSKB < 60 % ditetapkan dalam desain/spesifikasi, sehingga komponen yang
kenyamanan dan fungsi ruang dan/atau gedung kurang
menjadi sangat terganggu atau tidak dapat
digunakan secara total.
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum RSUD Kota Tangerang

5.1.1. Profil RSUD Kota Tangerang

RSUD Kota Tangerang dibentuk sebagai upaya tindak lanjut

Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang

komprehensif kepada masyarakat Kota Tangerang, yang bertujuan

untuk memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

Pengembangan pelayanan RSUD Kota Tangerang adalah pelayanan

berdasarkan standar RSU kelas C dengan kapasitas 300 tempat tidur

yang dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit.

RSUD Kota Tangerang berlokasi di pusat Kota Tangerang tepatnya

di Jl. Pulau Putri Raya No. 101 Kelurahan Kelapa Indah, Kecamatan

Tangerang. Pembangunan fisik RSUD Kota Tangerang telah dibuat

dengan memperhatikan zoning dan rencana alur pelayanan sehingga

tidak menyalahi aturan standar persyaratan yang telah ditetapkan oleh

Kementerian Kesehatan RI, yang aman bagi pasien dan pelanggan,

serta efektif dan efisien. Pelayanan rumah sakit yang melihat dan

mengacu pada sumber daya yang ada akan memberikan keuntungan

kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kesejahteraan

pegawai.

71
72

RSUD Kota Tangerang berdiri di atas lahan 14.000 m2 dengan luas

bangunan 19.743 m2 dan tinggi bangunan 8 lantai, merupakan rumah

sakit tipe C non kelas. Fasilitas yang disediakan terdiri dari Instalasi

Gawa Darurat, rawat jalan dengan 4 bidang spesialistik dasar dan 12

bidang spesialistik lainnnya, intalasi rawat inap dengan 300 tempat

tidur, HCU, ICU, PICU, NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi,

Laboraturium, Farmasi, Rehabilitasi Medik, Ruang jenazah,

workshop, dapur, laundry, CSSD, IPAL, ruang administrasi, ruang

medical record dan ruang keamanan.

5.1.2. Visi dan Misi RSUD Kota Tangerang

RSUD Kota Tangerang memiliki visi dan misi sebagai berikut :

a. Visi

Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat Kota Tangerang

dengan pelayanan yang terbaik dan paripurna

b. Misi

1) Mewujudkan tata kelola kelembagaan yang berkualitas

dan sumber daya aparatur yang profesional

2) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas

3) Mewujudkan kesehatan lingkungan rumah sakit yang

berkualitas.
73

5.2. Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang

Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti, kelengkapan tapak yang dinilai di RSUD Kota

Tangerang meliputi 4 sub komponen, yaitu sumber air, jalan lingkungan,

jarak antar bangunan dan hidran halaman.

Penilaian masing-masing sub komponen dilakukan dengan

membandingkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara dengan

kriteria penilaian yang dipersyaratkan. Bila hasil observasi, telaah dokumen

dan wawancara telah memenuhi seluruh kriteria penilaian, maka nilai yang

akan diberikan adalah nilai sempurna. Namun, bila terdapat salah satu kriteria

penilaian yang tidak dipenuhi, maka nilai akan berkurang sesuai dengan

kriteria penilaian yang tidak berhasil dipenuhi.

a. Kategori baik adalah nilai yang ≥ 80.

b. Kategori cukup adalah nilai dalam jangkauan ≥ 60 hingga < 80.

c. Kategori kurang adalah nilai yang < 60.

5.2.1. Sumber Air

Sumber air merupakan salah satu sub komponen kelengkapan

tapak yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara melakukan

observasi pada sub komponen tersebut. Hasil observasi pada sub

komponen sumber air dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.


74

Tabel 5.1

Pemenuhan Kriteria Penilaian Sumber Air di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria
Kondisi Aktual Keterangan
Penilaian

Tersedia dengan Sumber air di RSUD Memenuhi


kapasitas yang Kota Tangerang berasal Kriteria
memenuhi dari air PDAM dan Penilaian
persyaratan pompa air tanah yang
1 minimal disimpan didalam 2 jenis
terhadap fungsi tangki, yaitu tangki
bangunan (500 bawah tanah (120 m3)
lt/bed) dan tangki atap gedung
(68 m3).

Sumber air di RSUD Kota Tangerang telah sesuai dengan seluruh

kriteria penilaian yang ada pada pedoman pemeriksaan keselamatan

kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C). Kriteria penilaian

yang dimaksud diantaranya adalah sumber air di RSUD Kota

Tangerang harus memenuhi persyaratan minimal terhadap fungsi

bangunan, dan RSUD Kota Tangerang telah memenuhinya. Fungsi

bangunan RSUD Kota Tangerang adalah rumah sakit, yang menurut

pedoman sanitasi rumah sakit (2013), persyaratan minimal

ketersediaan air di bangunan rumah sakit adalah sejumlah 500 liter

tiap 1 tempat tidur. Hasil observasi sumber air yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang didapatkan bahwa sumber air di RSUD Kota


75

Tangerang berasal dari air PDAM dan pompa air tanah yang

disimpan didalam 2 jenis tangki, yaitu tangki bawah tanah dan tangki

atap gedung. Masing-masing tangki dapat digunakan untuk

operasional rumah sakit.

Berdasarkan hasil telaah dokumen, tangki bawah tanah dapat

menampung air sejumlah 120 m3 dan dua tangki atap gedung yang

total keduanya dapat menampung air sejumlah 68 m3. Hal ini

didukung dengan pernyataan staff ISPRS dan teknisi RSUD Kota

Tangerang mengenai sumber air yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang sebagai berikut.

“mencukupi atau engga saya kira sih mencukupi ya, buktinya

sampe sekarang kita ga ada permasalahan kekurangan air...” (i1)

“...saya juga lupa lagi pak, tapi itu udah sesuai sama debit

pemakaian, jadi udah terbagi lah...” (i2)

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga sumber air di RSUD Kota Tangerang telah

dapat diyakini sebagai data yang valid.


76

5.2.2. Jalan Lingkungan

Jalan lingkungan merupakan jalan yang tersedia di lingkungan

RSUD Kota Tangerang untuk akses kendaraan. Penilaian dilakukan

dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian pada sub

komponen tersebut. Hasil observasi pada sub komponen jalan

lingkungan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Pemenuhan Kriteria Penilaian Jalan Lingkungan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


o Tersedia o Jalan lingkungan di
dengan lebar RSUD Kota Tangerang
1 minimal 6m telah tersedia dengan
lebar 6,3 m
o Diberi o Jalan lingkungan di
pengerasan RSUD Kota Tangerang Memenuhi
2 telah diberi pengerasan Kriteria
(aspal) Penilaian

o Lebar jalan o Lebar jalan masuk di


masuk minimal RSUD Kota Tangerang
3 4 m. telah disediakan dengan
lebar mencapai 6,3m

Untuk sub komponen jalan lingkungan di RSUD Kota Tangerang,

hasil observasi menggunakan alat ukur meteran menyatakan bahwa

jalan lingkungan di RSUD Kota Tangerang telah tersedia dengan

lebar 6,3 m. Kemudian jalan lingkungan di RSUD Kota Tangerang

telah diberi pengerasan. Lebar jalan masuk di RSUD Kota

Tangerang telah disediakan dengan lebar mencapai 6,3 m.


77

5.2.3. Jarak Antar Bangunan

Jarak antar bangunan merupakan jarak antara bangunan RSUD

Kota Tangerang dengan bangunan lain yang terdekat. Penilaian

dilakukan dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian pada

sub komponen tersebut. Hasil observasi pada sub komponen jarak

antar bangunan dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3

Pemenuhan Kriteria Penilaian Jarak Antar Bangunan di

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria
Kondisi Aktual Keterangan
Penilaian

Bangunan terdekat yang


ada didekat RSUD Kota
Jarak antar Memenuhi
Tangerang adalah masjid
1 bangunan Kriteria
yang jaraknya dengan
>8m Penilaian
RSUD Kota Tangerang
mencapai 14 m.

Dalam pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C) disebutkan jika tinggi bangunan mencapai

lebih dari 40 m, maka jarak antar bangunan yang dipersyaratkan

adalah selebar lebih dari 8 m. Hasil observasi menggunakan meteran

yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan bahwa lebar jarak antar

bangunan RSUD Kota Tangerang dengan bangunan di sekitarnya

mencapai 14m. Bangunan terdekat yang ada didekat RSUD Kota


78

Tangerang adalah masjid yang jaraknya dengan RSUD Kota

Tangerang mencapai 14m.

5.2.4. Hidran Halaman

Hidran halaman merupakan hidran yang tersedia di halaman RSUD

Kota Tangerang. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen tersebut. Hasil

observasi pada sub komponen hidran halaman dapat dilihat pada

tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4

Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Halaman di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1  Tersedia di o Telah tersedia pada tempat yang Sesuai
halaman pada mudah dijangkau
tempat yang
mudah dijangkau
2  Berfungsi secara o Peralatan yang tersedia pada Sesuai
sempurna dan hidran halaman di RSUD Kota
lengkap Tangerang juga telah lengkap
yaitu selang sepanjang 30 m dan
nozzle yang disimpan dalam
kotak berwarna merah
bertuliskan “HYDRANT” dan
berfungsi secara sempurna.
3  Supply air 38 o Berdasarkan telaah dokumen, Sesuai
l/detik dan supply air yang tersedia
bertekanan 35 mencapai 47,34 lt/detik dengan
Bar tekanan 35 bar.
79

Sub komponen terakhir yang dinilai dalam komponen kelengkapan

tapak bangunan RSUD Kota Tangerang adalah hidran halaman.

Hidran halaman di RSUD Kota Tangerang telah tersedia pada tempat

yang mudah dijangkau. Peralatan yang tersedia pada hidran halaman

di RSUD Kota Tangerang juga telah lengkap yaitu selang sepanjang

30 m dan nozzle yang disimpan dalam kotak berwarna merah

bertuliskan “HYDRANT”. Berdasarkan telaah dokumen sistem fire

fighting RSUD Kota Tangerang, supply air yang tersedia mencapai

47,34 lt/detik dengan tekanan 35 bar. Kesempurnaan fungsi dari

hidran halaman ini dapat diketahui dari hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti.

“...cukup bagus lah, karena alatnya juga masih baru pasti masih

bagus, terus perencanaan juga dari dinas tata kota saya pikir udah

sesuai pasti sama peraturan yang ada.” (if1)

“...udah... instalasinya mereka itu sebelum dikasih ke yang punya,

mereka manggil yang ahlinya...” (if2)

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen

diatas, dapat disimpulkan bahwa hidran halaman yang ada di RSUD

Kota Tangerang dapat berfungsi secara sempurna. Dengan asumsi

alat yang tersedia masih baru dan tentu masih terjaga kualitasnya.
80

5.2.5. Penilaian Kelengkapan Tapak

Hasil penilaian pada komponen kelengkapan tapak dapat dilihat

pada tabel 5.5. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub

komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)

sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.

Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi

dengan bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai

sub komponen KSKB.

Tabel 5.5

Hasil Penilaian Kelengkapan Tapak di RSUD Kota Tangerang

Tahun 2014

KSKB/Sub Hasil Hasil Bobot Nilai Jumlah


No.
KSKB Penilaian Penilaian (%) Kondisi Nilai

I. Kelengkapan Tapak 25
1 Sumber Air Baik 80 27 21,6 5,4%

Jalan
2 Baik 90 25 22,5 5,625%
Lingkungan

Jarak Antar
3 Baik 90 23 20,7 5,175%
Bangunan
Hidran
4 Baik 80 25 20 5%
Halaman
Jumlah Nilai 21,2%

Hasil penilaian kelengkapan tapak dalam kategori baik tetapi

karena tidak dapat dilakukan pengetesan terhadap masing-masing

sub komponen, hasil penilaian menjadi tidak sempurna meskipun

telah sesuai dengan kriteria penilaian setelah telaah dokumen.


81

5.3. Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang

Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti, sarana penyelamatan yang dinilai di RSUD Kota

Tangerang meliputi 3 sub komponen, yaitu sarana jalan keluar, konstruksi

jalan keluar dan landasan helikopter.

5.3.1. Sarana Jalan Keluar

Sarana jalan keluar merupakan sarana jalan keluar yang tersedia di

RSUD Kota Tangerang. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen tersebut

menggunakan metode observasi dan telaah dokumen. Pemenuhan

kriteria penilaian sub komponen sarana jalan keluar dapat dilihat pada

tabel 5.6.

Tabel 5.6

Pemenuhan Kriteria Penilaian Sarana Jalan Keluar di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 o Minimal perlantai 2 exit o Tiap lantai tersedia 4 Sesuai
dengan tinggi efektif 2,5 exit dengan tinggi 4 m
m
2 o Setiap exit harus o Setiap exit telah Sesuai
terlindung dari bahaya terlindung dari bahaya
kebakaran. kebakaran
3 o Jarak tempuh maksimal o Jarak tempuh dari pintu Sesuai
20 meter dari pintu keluar. keluar 18 m
82

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


4 o Ukuran minimal 200 Cm o Ukuran lebar jalan Sesuai
keluar 2 m
5 o Jarak dari suatu exit o Jarak dari suatu exit 6 m Sesuai
tidak> 6 m
6 o Pintu dari dalam tidak o Pintu exit tidak buka Sesuai
buka langsung ke tangga langsung ke tangga
7 o Penggunaan pintu ayun o Penggunaan pintu ayun Sesuai
tidak mengganggu proses tidak mengganggu
jalan keluar. proses jalan keluar
8 o Disediakan lobby bebas o Berdasarkan telaah Sesuai
asap dengan TKA dokumen, telah tersedia
60/60/60 lobby bebas asap
dengan TKA 60/60/60
9 o Terdapat Pintu keluar o Pintu keluar diberi Sesuai
diberi tekanan positif. tekanan positif
10 o Exit tidak boleh terhalang o Jalan keluar tidak Sesuai
terhalang
11 o Exit menuju ke Ruang o Jalan keluar menuju Sesuai
Terbuka ruang terbuka

Sarana jalan keluar RSUD Kota Tangerang dalam keadaan yang

baik, dengan per lantai memiliki 4 jalan keluar, kemudian setiap jalan

keluar juga terlindung dari bahaya kebakaran. Jarak tempuh yang

diperlukan dari pintu keluar berjarak 18 m. Ukuran lebar jalan keluar

yang terdapat di RSUD Kota Tangerang mencapai 2 m. Pintu keluar

tidak buka langsung ke tangga dan tidak mengganggu proses jalan

keluar. Jalan keluar di RSUD Kota Tangerang juga telah bebas

halangan dan menuju ke ruang terbuka.


83

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga sarana jalan keluar di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.3.2. Konstruksi Jalan Keluar

Konstruksi jalan keluar merupakan salah satu sub komponen

sarana penyelamatan yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara

menilai pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen konstruksi

jalan keluar dari hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara.

Seperti dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7

Pemenuhan Kriteria Penilaian Konstruksi Jalan Keluar di

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

1 Konstruksi tahan minimal Hasil telaah Sesuai


2 jam dokumen,
konstruksi dari
beton, tahan
minimal 2,5 jam.

2 Harus bebas halangan Jalan keluar telah Sesuai


bebas halangan.

3 Lebar minimal 200 cm. Lebar jalan keluar 2 Sesuai


m
4 Jalan terusan yang Jalan terusan telah Sesuai
dilindungi terhadap dilindungi dari
Kebakaran bahaya kebakaran.
5 Bahan tidak mudah Hasil telaah Sesuai
terbakar dokumen, bahan
konstruksi
merupakan bahan
beton yang tidak
84

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan

mudah terbakar

6 Langit-langit punya Langit-langit Sesuai


ketahanan Penjalaran api memiliki bahan
tidak < 60 menit. beton, dianggap
mempunyai
ketahanan
penjalaran api
hingga lebih dari 60
menit

7 Pada tingkat tertentu Elemen bangunan Sesuai


elemen bangunan bisa dapat
mempertahankan mempertahankan
stabilitas struktur bila stabilitas struktur
terjadi kebakaran pada tingkat
tertentu, karena
memiliki bahan
beton

8 Dapat mencegah Konstruksi jalan Sesuai


penjalaran asap kebakaran keluar dapat
mencegah
penjalaran asap
kebakaran

9 Cukup waktu untuk Belum dapat Tidak Sesuai


evakuasi penghuni dipastikan cukup
waktu evakuasi

10 Akses ke bangunan harus Akses ke bangunan Sesuai


disediakan bagi tindakan telah disediakan
petugas kebakaran bagi tindakan
petugas kebakaran

Konstruksi jalan keluar di RSUD Kota Tangerang masih belum

sempurna. Hal ini disebabkan oleh belum dapat dipastikannya

kecukupan waktu untuk melakukan evakuasi di RSUD Kota

Tangerang. Hal ini disebabkan oleh belum terlaksananya simulasi

pelaksanaan evakuasi di RSUD Kota Tangerang. Tetapi, berdasarkan


85

hasil observasi, konstruksi jalan keluar yang ada di RSUD Kota

Tangerang telah dipastikan bebas halangan, memiliki lebar jalan 2 m

dan telah tersedia akses ke bangunan bagi tindakan petugas kebakaran.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti juga mendukung hasil

observasi yang dilakukan oleh peneliti.

“... kalau masalah itu, kalau untuk tahan api itu udah, tapi di

tempat-tempat tertentu...” (if2)

Selain itu berdasarkan hasil telaah dokumen yang dilakukan oleh

peneliti, konstruksi jalan keluar yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang dibangun dengan menggunakan bahan tahan api. Bahan

yang dimaksud adalah beton yang dapat menahan api sehingga tidak

mudah terbakar.

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga konstruksi jalan keluar di RSUD Kota Tangerang

telah dapat diyakini sebagai data yang valid.

5.3.3. Landasan Helikopter

Landasan helikopter merupakan salah satu sub komponen sarana

penyelamatan yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian pada sub komponen landasan helikopter

dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut.


86

Tabel 5.8

Pemenuhan Kriteria Penilaian Landasan Helikopter di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

Kriteria
No Kondisi Aktual Keterangan
Penilaian

Hanya pada Tinggi bangunan mencapai Sesuai


bangunan tinggi 48 m, sehingga tidak
1
minimal 60 memerlukan landasan
meter. helikopter.

Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen profil gedung

RSUD Kota Tangerang, gedung RSUD Kota Tangerang memiliki

ketinggian gedung 48 m. Artinya RSUD Kota Tangerang tidak

memerlukan landasan helikopter, sehingga pada penilaian landasan

helikopter, gedung RSUD Kota Tangerang di kelompokkan dalam

kondisi yang baik.

5.3.4. Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan

Hasil penilaian pada sub komponen sumber air dapat dilihat pada

tabel 5.9. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub

komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)

sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.

Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi dengan

bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai sub

komponen KSKB.
87

Tabel 5.9

Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

KSKB/Sub Hasil Hasil Bobot Nilai Jumlah


No.
KSKB Penilaian Penilaian (%) Kondisi Nilai
II. Sarana Penyelamatan 25
Sarana Jalan
1 Baik 80 38 30,4 7,6%
Keluar
Konstruksi
2 Baik 80 35 28 7%
Jalan Keluar
Landasan
3 Baik 100 27 27 6,75%
Helikopter
Jumlah Nilai 20,75%

Dari tabel 5.9, dapat diketahui berdasarkan hasil observasi,

wawancara dan telaah dokumen, dari masing-masing sub komponen

yang terdapat dalam komponen sarana penyelamatan memiliki kondisi

yang baik. Hasil penilaian didapat berdasarkan observasi yang

dilakukan yang dibandingkan dengan kriteria penilaian yang terdapat

dalam pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C).

Hasil penilaian sarana jalan keluar mendapatkan nilai 80 karena

telah sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam pedoman

pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-

2005-C) tetapi tidak dapat dilakukan pengecekan. Sedangkan hasil

penilaian landasan helikopter mendapatkan nilai 100 karena

ketinggian gedung RSUD Kota Tangerang hanya mencapai 48 m,

ketinggian gedung yang dipersyaratkan memiliki landasan helikopter


88

menurut pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C) adalah gedung dengan ketinggian < 60 m.

Meskipun hasil penilaian konstruksi jalan keluar masih dapat

dikategorikan baik, namun hasil penilaian konstruksi jalan keluar

tidak mencapai 100, tetapi berkurang menjadi 80. Hal ini disebabkan

oleh belum terlaksananya simulasi evakuasi gedung sehingga belum

dapat diketahui waktu tempuh yang diperlukan untuk melakukan

evakuasi. Padahal waktu untuk evakuasi penghuni juga menjadi

kriteria penilaian yang terdapat dalam pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C).

5.4. Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang

Penilaian sistem proteksi aktif yang terdapat di RSUD Kota Tangerang

berdasarkan observasi, wawancara dan telaah dokumen yang dilakukan oleh

peneliti mencakup 13 sub komponen yaitu deteksi dan alarm, siamese

connection, APAR, hidran gedung, sprinkler, sistem pemadam luapan,

pengendali asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift kebakaran, cahaya

darurat, listrik darurat dan ruang pengendali operasi.

5.4.1. Deteksi dan Alarm

Deteksi dan alarm merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai


89

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen deteksi dan alarm dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut.

Tabel 5.10

Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi dan Alarm di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Terdapat detektor Terdapat detektor Sesuai
kebakaran yang dipasang kebakaran yang
di seluruh ruangan. dipasang di seluruh
ruangan
2 Setiap detektor yang Setiap detektor yang Sesuai
terpasang dapat terpasang telah dapat
dijangkau untuk dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk pemeliharaan dan
pengujian secara periodik pengujian berkala.
3 Detektor diproteksi Detektor telah Sesuai
terhadap kemungkinan diproteksi terhadap
rusak karena gangguan kemungkinan rusak
mekanis. karena gangguan
mekanis
4 Terdapat alarm Telah terdapat alarm Sesuai
kebakaran kebakaran.
5 Tersedia detektor panas. Telah tersedia Sesuai
detektor panas
6 Sinyal suara alarm Sinyal suara alarm Sesuai
kebakaran berbeda dari kebakaran berbeda
sinyal suara yang dipakai dengan sinyal suara
untuk penggunaan lain. pengumuman lain.
7 Sistem deteksi dan alarm Sistem deteksi dan Sesuai
harus dipasang pada alarm telah dipasang
semua bangunan kecuali dengan baik
kelas 1a
8 Dipasang alat manual Telah teredia alat Sesuai
pemicu alarm. manual pemicu
alarm.
9 Jarak tidak > dari 30 m Jarak detektor 25 m Sesuai
dari titik alarm manual dari titik alarm
manual
90

Berdasarkan observasi menggunakan meteran dan telaah dokumen

fire fighting di RSUD Kota Tangerang, Deteksi dan alarm yang ada di

RSUD Kota Tangerang telah terpasang dan dapat dijangkau untuk

pemeliharaan dan pengujian secara periodik. Sinyal suara alarm

kebakaran juga berbeda dari sinyal suara yang dipakai untuk

penggunaan lain.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga deteksi dan alarm di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.4.2. Siamese Connection

Siamese Connection merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen Siamese Connection dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut.

Tabel 5.11

Pemenuhan Kriteria Penilaian Siamese Connection di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Tersedia dan Telah tersedia dan Sesuai
ditempatkan pada lokasi terletak pada lokasi
yang mudah dijangkau yang mudah
mobil pemadam dijangkau mobil
kebakaran kota. pemadam kebakaran
91

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


2 Diberikan tanda Tidak terdapat Tidak Sesuai
petunjuk sehingga petunjuk
mudah dikenali

Siamese connection yang terdapat di RSUD Kota Tangerang juga

telah tersedia dan ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh

mobil pemadam kebakaran. Namun dalam penilaian siamese

connection ini hasilnya tidak sempurna karena tidak diberikan

petunjuk letak siamese connection sehingga tidak mudah untuk

dikenali meskipun penilaian masih dapat dimasukkan dalam kategori

yang baik.

Gambar 5.1

Siamese Connection
92

5.4.3. Alat Pemadam Api Ringan

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) merupakan salah satu sub

komponen sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan

dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria

penilaian sub komponen APAR dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut.

Tabel 5.12

Pemenuhan Kriteria Penilaian APAR di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Jarak penempatan antar alat Jarak penempatan antar Sesuai
maksimal 25 m alat 20 m
2 APAR diletakkan di tempat yang APAR terletak di Tidak
terlihat mata, mudah dijangkau tempat yang mudah Sesuai
dan siap dipakai dilihat, dijangkau,
namun tidak siap pakai
karena tidak memiliki
tekanan yang bagus
3 APAR selain jenis APAR beroda APAR selain jenis Sesuai
dipasang kokoh pada APAR beroda dipasang
penggantung, atau pengikat pada penggantung
buatan manufaktur APAR, atau dengan baik.
pengikat yang terdaftar yang
disetujui untuk tujuan tersebut,
atau ditempatkan dalam lemari
atau dinding yang konstruksinya
masuk ke dalam.
4 Jarak antara APAR dengan lantai Jarak antara APAR Sesuai
≥ 10 cm dengan lantai 50 cm

5 Instruksi pengoperasian harus Instruksi Pengoperasian Sesuai


ditempatkan pada bagian depan telah ditempatkan di
dari APAR dan harus terlihat bagian depan APAR
jelas namun menggunakan
bahasa asing.
6 APAR harus mempunyai label Pada setiap APAR tidak Tidak
yang ditempelkan untuk terdapat label maupun Sesuai
memberikan informasi nama kartu pemeliharaan
93

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


manufaktur atau nama agennya,
alamat surat dan nomor telepon

7 Setiap APAR mempunyai kartu Tidak terdapat label Sesuai


atau label yang dilekatkan dengan atau kartu
kokoh yang menunjukkan bulan pemeliharaaan
dan tahun dilakukannya
pemeliharaan
8 Pada label pemeliharaan terdapat Tidak terdapat label
identifikasi petugas yang pemeliharaan
melakukan pemeliharaan
9 Label sistem identifikasi bahan o Tidak terdapat label
berbahaya, label pemeliharaan pemeliharaan
enam tahun, label uji hidrostatik,
atau label lain harus tidak boleh
ditempatkan pada bagian depan
dari APAR atau ditempelkan
pada bagian depan APAR.
10 Jumlah sesuai dengan luasan Jumlah sesuai dengan
bangunannya. luasan bangunannya

Berdasarkan hasil observasi dengan melihat indikator tekanan pada

APAR, masih terdapat beberapa alat pemadam api ringan yang

memiliki tekanan yang tidak baik, oleh karenanya dapat dipastikan

alat pemadam api ringan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang tidak

dapat digunakan seluruhnya. Namun berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan peneliti, informan memiliki keterangan berbeda dari

hasil observasi. Informan pada saat wawancara tidak melihat kondisi

APAR.

“... disini semua siap, semua bagus kok kondisinya...” (if1)


94

“...semua itu siap pakai pokoknya itu semua. Ya termasuk juga

yang perawatan itu mah siap...” (if2)

Gambar 5.2

APAR

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga APAR di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.4.4. Hidran Gedung

Hidran gedung merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen hidran gedung dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut.

Hasil observasi sub komponen hidran gedung dapat dilihat pada

tabel 5.13 berikut.


95

Tabel 5.13

Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Gedung di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Tersedia sambungan slang Sesuai
Tersedia
diameter 35 mm dalam
lengkap dengan
kondisi baik, panjang
kondisi yang
selang minimal 30 m dan
baik
tersedia kotak untuk
menyimpan.
2 Pasokan air Sesuai
Pasokan air cukup tersedia
tersedia cukup
untuk kebutuhan sistem
untuk sistem
sekurang-kurangnya untuk
selama 2 jam
45‘
3 Bang. Kelas 4, luas Sesuai
1000m2/bh (kompartemen
tanpa partisi), 2
buah/1000m2 Jumlah hidran
(kompartemen dengan gedung telah
partisi) sesuai dengan
4 Bang. Kelas 5, luas persyaratan
800m2/buah tanpa partisi,
dan 2 bh/800m2 dengan
partisi

Berdasarkan observasi menggunakan meteran dan telaah dokumen

fire fighting di RSUD Kota Tangerang, hidran gedung yang terdapat

di RSUD Kota Tangerang memiliki slang dengan diameter 45 mm dan

panjang slang 30 m. Pasokan air juga cukup tersedia dan tiap lantai

terdapat 5 hidran gedung.


96

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga hidran gedung di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.4.5. Sprinkler

Sprinkler merupakan salah satu sub komponen sistem proteksi aktif

yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai pemenuhan

kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub komponen

Sprinkler dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut.

Tabel 5.14

Pemenuhan Kriteria Penilaian Sprinkler di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Jumlah, perletakan Jumlah dan Sesuai
dan jenis sesuai peletakkan
dengan persyaratan. mengacu pada
persyaratan
2 Tekanan catu air Tekanan catu air Sesuai
sprinkler pada titik sprinkler pada titik
terjauh (0,5-2,0) terjauh 1,5 kg/cm3
kg/cm2,
3 Debit sumber catu air Debit sumber catu Sesuai
minimal (40-200) air 150 lt/menit tiap
liter/menit per kepala kepala sprinkler
sprinkler.
4 Jarak kepala sprinkler Jarak kepala Sesuai
kedinding kurang dari sprinkler ke dinding
½ jarak antara kepala 1m
sprinkler
5 Jarak max. Sprinkler: Jarak antar kepala Sesuai
sprinkler 3 m
97

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


o Bahaya kebakaran
ringan dan sedang
- 4,6 m
o bahaya kebakaran
berat - 3,7 m
6 Dalam ruang Sprinkler dengan Sesuai
tersembunyi , jarak jenis kepala
langit-langit dan atap sprinkler pancaran
lebih 80 cm, di pasang keatas telah
jenis kepala sprinkler disediakan pada
dengan pancaran ruang tersembunyi
keatas dengan jarak langit-
langit dan atap lebih
dari 80 cm.

Berdasarkan telaah dokumen dan observasi mengunakan meteran,

di setiap lantai telah terdapat sprinkler dengan jumlah per lantai

berbeda-beda kecuali lantai 5 hingga lantai 8 diakibatkan bedanya

kondisi masing-masing lantai. Di lantai 1 terdapat 212 buah,

kemudian di lantai 2 terdapat 229 buah, di lantai 3 terdapat 151 buah,

lantai 4 = 155 buah, lantai 5 = 107 buah, lantai 6 = 107 buah, lantai 7

= 107 buah dan lantai 8 = 107 buah. Jarak penempatan mencapai 3 m

dari masing-masing sprinkler.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga sprinkler di RSUD Kota Tangerang telah dapat diyakini

sebagai data yang valid.

5.4.6. Sistem Pemadam Luapan

Sistem pemadam luapan merupakan salah satu sub komponen

sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara


98

menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian

sub komponen sistem pemdam luapan dapat dilihat pada tabel 5.15

berikut.

Tabel 5.15

Pemenuhan Kriteria Penilaian Sistem Pemadam Luapan di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Tersedia dalam jenis Tersedia sistem Tidak Sesuai
yang sesuai dengan pemadam luapan
fungsi ruangan yang sesuai dengan
diproteksi. fungsi ruangan
yang diproteksi
namun terdapat alat
yang tidak siap
pakai
2 Jumlah kapasitas sesuai Sesuai
dengan beban api dari Jumlah kapasitas
fungsi ruangan yang di sesuai
proteksi.

Berdasarkan observasi, Kondisi sistem pemadam luapan dianggap

belum memenuhi kriteria penilaian karena meskipun telah tersedia

sistem pemadam luapan di RSUD Kota Tangerang. Namun terdapat

kekurangan, diantaranya karena pemadam luapan ini menggunakan

APAR yang kondisinya tidak siap pakai.

5.4.7. Pengendali Asap

Pengendali asap merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai


99

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen Pengendali asap dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut.

Tabel 5.16

Pemenuhan Kriteria Penilaian Pengendali Asap di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Fan pembuangan asap akan Fan pembuangan Sesuai
berputar berurutan setelah asap berputar
aktifnya detector asap yang berurutan setelah
ditempatkan dalam zona aktifnya detektor
sesuai dengan reservoir asap
asap yang dilayani fan.
2 Detektor asap harus dalam Detektor asap dalam Sesuai
keadaan bersih dan tidak keadaan bersih dan
terhalang oleh benda lain tidak terhalang
disekitarnya. benda lain
3 Di dalam kompartemen Sistem pengolahan Sesuai
bertingkat banyak, system udara beroperasi
pengolahan udara dengan
beroperasi dengan menggunakan
menggunakan seluruh seluruh udara segar
udara segar melalui ruang melalui ruang
kosong bangunan tidak kosong bangunan
menjadi satu dengan tidak menjadi satu
cerobong pembuangan dengan cerobong
asap. pembuangan asap.
4 Tersedia Panel control Tersedia panel Sesuai
manual dan indicator control manual dan
kebakaran serta buku indikator kebakaran
petunjuk pengoperasian serta buku
bagi petugas jaga. pengoperasian

5 Fan pembuangan asap akan Fan pembuangan Sesuai


berputar berurutan setelah asap berputar
aktifnya detector asap yang berurutan setelah
ditempatkan dalam zona aktifnya detector
sesuai dengan reservoir asap yang
asap yang dilayani fan. ditempatkan dalam
zona sesuai dengan
reservoir asap yang
100

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


dilayani fan
6 Detektor asap harus dalam Detektor asap dalam Sesuai
keadaan bersih dan tidak keadaan bersih dan
terhalang oleh benda lain tidak terhalang
disekitarnya.
7 Di dalam kompartemen Sistem pengolahan Sesuai
bertingkat banyak, system udara beroperasi
pengolahan udara menggunakan
beroperasi dengan seluruh udara segar
menggunakan seluruh melalui ruang
udara segar melalui ruang kosong dan tidak
kosong bangunan tidak menjadi satu dengan
menjadi satu dengan cerobong
cerobong pembuangan pembuangan asap
asap.
8 Tersedia Panel control Telah tersedia panel Sesuai
manual dan indicator kontrol manual dan
kebakaran serta buku indikator kebakaran
petunjuk pengoperasian dan disertai dengan
bagi petugas jaga. buku petunjuk
pengoperasian bagi
petugas jaga

Berdasarkan observasi dan telaah dokumen mengenai ventilasi di

RSUD Kota Tangerang, komponen pengendali asap yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang, sub komponen tersebut dalam keadaan bersih

dan tidak terhalang benda lain di sekitarnya, kemudian fan dan

pembuangan asap akan berputar berurutan setelah aktifnya detektor

asap yang ditempatkan dalam zona sesuai dengan reservoir asap yang

dilayani fan. Panel kontrol manual dan indikator kebakaran juga telah

tersedia.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga pengendali asap di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.


101

5.4.8. Deteksi Asap

Deteksi asap merupakan salah satu sub komponen sistem proteksi

aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen deteksi asap dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut.

Tabel 5.17

Pemenuhan Kriteria Penilaian Deteksi Asap di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Sistem Deteksi Asap Sistem deteksi asap Sesuai
mengaktifkan system mengaktifkan
peringatan penghuni sistem peringatan
bangunan. rumah sakit
2 Pada ruang dapur dan Pada ruang dapur Tidak Sesuai
area lain yang sering masih terdapat
mengakibatkan sistem deteksi asap
terjadinya alarm palsu di
pasang alarm panas,
terkecuali telah di pasang
sprinkler.
3 Detektor asap yang Detektor asap tidak Tidak Sesuai
terpasang dapat dapat mengaktifkan
mengaktifkan system sistem pengolahan
pengolahan udara secara udara secara
otomatis, system otomatis
pembuangan asap,
ventilasi asap dan panas
4 Jarak antar detector< 20 Jarak antar detektor Sesuai
m dan < 10 m dari 15 m dan 7,5 m dari
dinding pemisah atau dinding pemisah
tirai asap atau tirai asap

Hasil observasi menggunakan meteran, telaah dokumen dan

wawancara sub komponen deteksi asap telah memenuhi kriteria


102

penilaian namun tidak sampai setengah kriteria yang dipersyaratkan.

Di RSUD Kota Tangerang pada bagian kantin yang juga terdapat

dapur didalamnya, masih menggunakan detektor asap, sehingga hal ini

menyebabkan sub komponen deteksi asap di RSUD Kota Tangerang

masih belum memenuhi kriteria penilaian secara lengkap. Hal ini juga

didukung oleh hasil wawancara yang mengatakan bahwa pernah

terjadi alarm palsu akibat masih ditempatkannya detektor asap di

dapur yang terdapat di RSUD Kota Tangerang.

“...waktu itu pernah kejadian malem saya denger ada di kantin itu

orang kantin lagi bakar apa gitu,ikan bakar atau apa ya, itu kejadian

alarmnya bunyi...” (if1)

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga deteksi asap di RSUD Kota Tangerang telah

dapat diyakini sebagai data yang valid.

5.4.9. Pembuangan Asap

Pembuangan asap merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen pembuangan asap dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut.


103

Tabel 5.18

Pemenuhan Kriteria Penilaian Pembuangan Asap di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Kapasitas fan Kapasitas fan Sesuai
pembuang mampu pembuang mampu
menghisap asap menghisap asap

2 Terletak dalam Telah diletakkan pada Tidak Sesuai


reservoir asap tinggi reservoir asap dengan
2 meter dari lantai. tinggi 3 meter dari
lantai.
3 Laju pembuangan Laju pembuangan asap Tidak Sesuai
asap sesuai dengan mencapai 2000m3/jam
persyaratan yang
berlaku.
(3000m3/jam)
4 Fan pembuangan Fan pembuangan asap Sesuai
Asap mampu berdasarkan telaah
beroperasi terus dokumen dapat
menerus pada beroperasi terus
temperature 200o C menerus pada suhu
selang waktu 60 atau 200o C selang waktu
pada temperature 60 menit
300o C selang waktu
30’
5 Luas horizontal Luas horizontal Tidak Sesuai
reservoir asap reservoir asap 800m2
maksimal 2000 m2, dengan tinggi 45cm
dengan tinggi tidak
boleh kurang dari
500 mm
6 Setiap reservoir asap Beberapa reservoir Sesuai
dilayani minimal satu asap dilayani dengan
buah fan, pada titik satu buah fan, dari
kumpul dari panas di panas di dalam
dalam reservoir asap, reservoir asap, jauh
jauh dari perpotongan dari perpotongan
koridor atau mal. koridor
104

7 Void eskalator dan Tangga tidak Sesuai


tangga tidak digunakan sebagai
dipergunakan sebagai jalur pembuangan asap
jalur pembuangan
asap
8 Udara pengganti Udara pengganti Sesuai
dalam jumlah kecil diberikan melalui
harus disediakan bukaan dengan
secara otomatis kecepatan 1m/detik.
/melalui bukaan
ventilasi permanent,
kecepatan tidak boleh
lebih dari 2,5
m/detik, di dalam
kompartemen
kebakaran bertingkat
banyak melal ui
bukaan vertical
dengan kecepatan
rata-rata 1m/detik.

Observasi dan telaah dokumen ventilasi di RSUD Kota Tangerang

dilakukan pada sub komponen pembuangan asap, hasil penilaian

menunjukkan bahwa sub komponen pembuangan asap yang terdapat

di RSUD Kota Tangerang masih belum memenuhi seluruh kriteria

penilaian, akibat kapasitas fan pembuang yang tidak dapat diketahui.

Dalam dokumen yang ditelaah oleh peneliti terdapat 3 kriteria

penilaian yang tidak dapat dipenuhi oleh pembuangan asap yang

tersedia di RSUD Kota Tangerang.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga pembuangan asap di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.


105

5.4.10. Lift Kebakaran

Lift kebakaran merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen lift kebakaran dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut.

Tabel 5.19

Pemenuhan Kriteria Penilaian Lift Kebakaran di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Untuk penanggulangan Telah tersedia 1 lift Sesuai
saat terjadi kebakaran kebakaran
sekurang-kurangnya 1
buah lif kebakaran harus
dipasang pada bangunan
ketinggian efektif 25 m
2 Ukuran lift sesuai dengan Ukuran lift cukup Sesuai
fungsi bangunan yang untuk pengoperasian
berlaku saat proses
pemadaman

3 Lif kebakaran dalam saf Lift kebakaran Sesuai


yang tahan api, dalam saf yang
dioperasikan oleh petugas tahan api,
pemadam kebakaran, dioperasikan oleh
dapat berhenti disetiap petugas pemadam
lantai, sumber daya listrik kebakaran, dapat
direncanakan dari 2 berhenti tiap lantai,
sumber menggunakan sumber daya listrik 2
kabel tahan api, memiliki sumber (PLN dan
akses ke tiap lantai Generator),
hunian. menggunakan kabel
tahan api dan ada
akses tiap lantai.
4 Peringatan terhadap Peringatan terhadap Tidak
pengguna lif pada saat pengguna lift pada Sesuai
106

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


kebakaran, dipasang di saat kebakaran tidak
tempat yang mudah tersedia
terlihat dan terbaca
dengan tulisan tinggi
huruf minimal 20 mm.
5 Penempatan lift Penempatan lift Tidak
kebakaran pada lokasi kebakaran pada Sesuai
yang mudah dijangkau lokasi yang tidak
oleh penghuni mudah ditemukan

Hasil observasi lift kebakaran di RSUD Kota Tangerang juga

belum memenuhi seluruh kriteria penilaian, hal ini dikarenakan

penempatan lift kebakaran di RSUD Kota Tangerang terdapat pada

lokasi yang tersembunyi dan tidak mudah dijangkau oleh penghuni.

5.4.11. Cahaya Darurat

Cahaya darurat merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen cahaya darurat dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut.

Tabel 5.20

Pemenuhan Kriteria Penilaian Cahaya Darurat di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Sistem pencahayaan Sistem pencahayaan Sesuai
darurat harus dipasang darurat telah
disetiap tangga yang terpasang disetiap
dilindungi terhadap tangga darurat dan di
kebakaran, disetiap setiap jalan terusan
lantai dengan luas
107

lantai > 300 m2, dan koridor


disetiap jalan terusan
,koridor.
2 Desain Sistem Sesuai
pencahayaan Keadaan
darurat beroperasi Pencahayaan darurat
otomatis, memberikan bekerja secara
pencahayaan yang otomatis dengan
cukup, dan harus pencahayaan yang
memenuhi standar cukup
yang berlaku
3 Tanda exit jelas Tanda exit telah Sesuai
terlihat dan di pasang terlihat dan dipasang
berdekatan dengan berdekatan dengan
pintu yang pintu exit.
memberikan jalan
keluar langsung, pintu
dari suatu tangga, exit
horizontal dan pintu
yang melayani exit
4 Bila exit tidak terlihat Tanda exit disertai Sesuai
secara langsung dengan petunjuk arah
dengan jelas oleh
penghuni, harus
dipasang tanda
petunjuk dengan tanda
panah penunjuk arah
5 Setiap tanda exit harus Setiap tanda exit Sesuai
jelas dan pasti, diberi diberi pencahayaan
pencahayaan yang dan jelas terlihat
cukup, dipasang
sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi
gangguan listrik, tanda
petunjuk arah keluar
harus memenuhi
standar yang berlaku

Pencahayaan darurat juga telah dipasang di setiap tangga darurat

dan di setiap jalan terusan koridor. Pencahayaan darurat yang

disediakan juga dapat beroperasi otomatis dalam keadaan darurat dan


108

dapat memberikan pencahayaan yang cukup. Tanda exit juga jelas

terlihat dan telah dipasang berdekatan dengan pintu darurat. Tanda

exit juga telah jelas dan mendapat pencahayaan yang cukup. Sehingga

cahaya darurat di RSUD Kota Tangerang telah dalam kondisi baik

juga telah sesuai dengan persyaratan.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga cahaya darurat di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.

5.4.12. Listrik Darurat

Listrik darurat merupakan salah satu sub komponen sistem proteksi

aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen listrik darurat dapat dilihat pada tabel 5.21 berikut.

Tabel 5.21

Pemenuhan Kriteria Penilaian Listrik Darurat di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kondisi
Kriteria Penilaian Keterangan
Aktual
1 Daya yang disuplai sekurang- Daya yang
kurangnya dari 2 sumber yaitu disuplai berasal
sumber daya listrik PLN, atau dari 2 sumber Sesuai
sumber daya darurat berupa yaitu PLN dan
Batere, Generator, dll Generator

2 Semua instalasi kabel yang Semua instalasi


Sesuai
melayani sumber daya listrik kabel
109

darurat harus memenuhi kabel merupakan


tahan api selama 60 ‘, catu kabel SNI
daya dari sumber daya ke
motor harus memenuhi
ketentuan
3 Memenuhi cara pemasangan Pemasangan
kabel yang termuat dalam kabel dilakukan
PUIL oleh petugas
Sesuai
bersertifikat
dan sesuai
dengan PUIL

Hasil observasi dan telaah dokumen instalasi listrik di RSUD Kota

Tangerang, daya listrik yang disuplai berasal dari 2 sumber, yaitu PLN

dan generator. Semua instalasi kabel juga menggunakan kabel SNI

yang artinya telah sesuai dengan persyaratan. Instalasi listrik juga

telah dilakukan oleh pekerja bersertifikat yang artinya telah sesuai

dengan pedoman umum instalasi listrik (PUIL).

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga listrik darurat di RSUD Kota Tangerang telah dapat diyakini

sebagai data yang valid.

5.4.13. Ruang Pengendali Operasi

Ruang pengendali operasi merupakan salah satu sub komponen

sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara

menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian

sub komponen ruang pengendali operasi dapat dilihat pada tabel 5.22

berikut.
110

Tabel 5.22

Pemenuhan Kriteria Penilaian Ruang Pengendali Operasi di

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Tersedia dengan peralatan yang Tersedia namun
lengkap, dan dapat memonitor peralatan Sesuai namun
bahaya kebakaran yang akan sederhana tidak sempurna
terjadi.

Hasil observasi ruang pengendali operasi yang telah tersedia dalam

kondisi yang sangat terbatas dan hanya tersedia peralatan yang

sederhana, didalam ruang tersebut hanya tersedia panel kontrol alarm

dan detektor kebakaran yang terdapat di RSUD Kota Tangerang.

5.4.14. Hasil Penilaian Sistem Proteksi Aktif

Hasil penilaian pada komponen sistem proteksi aktif dapat dilihat

pada tabel 5.23. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub

komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)

sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.

Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi dengan

bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai sub

komponen KSKB.
111

Tabel 5.23

Penilaian Sistem Proteksi Aktif di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

KSKB/Sub Hasil Hasil Bobot Nilai Jumlah


No.
KSKB Penilaian Penilaian (%) Kondisi Nilai
III. Sistem Proteksi Aktif 24
Deteksi dan
1 Baik 90 8 7,2 1,728%
Alarm
Siamese
2 Baik 80 8 6,4 1,536%
Connection
Alat
3 Pemadam Api Kurang 40 8 3,2 0,768%
Ringan
Hidran
4 Baik 90 8 7,2 1,728%
Gedung
5 Sprinkler Baik 90 8 7,2 1,728%
Sistem
6 Pemadam Kurang 40 7 2,8 0,672%
Luapan
Pengendali
7 Baik 90 8 7,2 1,728%
Asap
8 Deteksi Asap Cukup 60 8 4,8 1,152%
Pembuangan
9 Cukup 60 7 4,2 1,05%
Asap
Lift
10 Cukup 60 7 4,2 1,05%
Kebakaran
Cahaya
11 Baik 90 8 7,2 1,728%
Darurat
Listrik
12 Baik 90 8 7,2 1,728%
Darurat
Ruang
13 Pengendali Cukup 60 7 4,2 1,05%
Operasi
Jumlah Nilai 17,65%

Berdasarkan tabel 5.23 dapat terlihat bahwa masih terdapat sub

komponen sistem proteksi aktif kebakaran di RSUD Kota Tangerang

yang masih dalam kategori kurang, yaitu alat pemadam api ringan dan
112

sistem pemadam luapan. Kedua sub komponen tersebut berada dalam

kategori kurang karena tidak memenuhi kriteria penilaian.

Sedangkan sub komponen deteksi asap, pembuangan asap dan

ruang pengendali operasi masuk dalam kategori cukup dikarenakan

hanya memenuhi beberapa kriteria penilaian dan tidak mencapai

setengah dari kriteria penilaian.

Sub komponen lainnya yaitu deteksi dan alarm, siamese

connection, hidran gedung, sprinkler, pengendali asap, cahaya darurat

dan listrik darurat masuk dalam kategori baik. Karena telah memenuhi

kriteria penilaian. Tetapi, pada sub komponen yang dalam kategori

baik, diperoleh nilai yang tidak sempurna, karena tidak berhasil

memenuhi seluruh kriteria penilaian dan tidak dapat dilakukan

pengetesan alat..

5.5. Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang

Penilaian komponen proteksi pasif RSUD Kota Tangerang didasarkan

pada hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen. Penilaian diberikan

kepada 3 sub komponen yaitu ketahanan api struktur bangunan,

kompartemenisasi ruang dan perlindungan bukaan.

5.5.1. Ketahanan Api Struktur Bangunan

Ketahanan api struktur bangunan merupakan salah satu sub

komponen sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan


113

dengan cara menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan

kriteria penilaian sub komponen ketahanan api struktur bangunan

dapat dilihat pada tabel 5.24 berikut.

Tabel 5.24

Pemenuhan Kriteria Penilaian Ketahanan Api Struktur

Bangunan di RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Ketahanan api Ketahanan api
komponen struktur komponen
bangunan sesuai struktur Memenuhi
dengan yang bangunan telah Kriteria
dipersyaratkan (tipe sesuai. Penilaian
A, Tipe B, Tipe C), (setelah telaah
yang sesuai dengan dokumen dan
fungsi/ klasifikasi wawancara)
bangunannya.

Hasil telaah dokumen sub komponen ketahanan api struktur

bangunan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah memenuhi

kriteria penilaian karena berdasarkan hasil telaah dokumen, RSUD

Kota Tangerang yang masuk dalam konstruksi tipe A telah memiliki

ketahanan api komponen struktur bangunan yang sesuai dengan

persyaratan untuk ketahanan api konstruksi tipe A. Unsur struktur

pembentuknya tahan api dan mampu menahan secara struktural

terhadap beban bangunan. Kemudian di RSUD Kota Tangerang

terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk

mencegah penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan


114

dinding yang mampu mencegah penjalaran panas pada dinding

bangunan yang bersebelahan.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga ketahanan api struktur bangunan di RSUD Kota Tangerang

telah dapat diyakini sebagai data yang valid.

5.5.2. Kompartemenisasi Ruang

Kompartemenisasi ruang merupakan salah satu sub komponen

sistem proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara

menilai pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian

sub komponen kompartemenisasi ruang dapat dilihat pada tabel 5.25.

Tabel 5.25

Pemenuhan Kriteria Kompartemenisasi Ruang di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Berlaku untuk Telah tersedia Sesuai
bangunan dengan luas kompartemenisasi
lantai : ruang di RSUD
Kota Tangerang
- Konstruksi tipe A :
5.000 m2
- Konstruksi tipe B :
3.500 m2
- Konstruksi tipe C:
2.000 m2
115

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


2 Luas lebih dari 18.000o Dilengkapi dengano Sesuai
m2, volume 108.000 sprinkler
m3 dilengkapi dengano Dikelilingi dengan
springkler, dikelilingi jalan masuk
jalan masuk kendaraan kendaraan
dan sistim pembuangano Sistem
asap otomatis dengan pembuangan asap
jumlah, tipe dan cara otomatis telah
pemasangan sesuai tersedia
persyaratan yang
berlaku.
3 Lebar jalan minimal 6 Lebar jalan Sesuai
m, mobil pemadam memungkinkan
dapat masuk ke lokasi. pemadam
kebakaran masuk
ke lokasi

Hasil observasi, telaah dokumen dan wawancara sub komponen

kompartemenisasi ruang yang telah di observasi ternyata telah

tersedia dan dilengkapi dengan sprinkler. Jalan masuk kendaraan

pemadam kebakaran juga telah disediakan. Sistem pembuangan asap

otomatis telah tersedia.

Hasil wawancara yang dilakukan dapat menjelaskan kondisi

kompartemenisasi ruang yang terdapat di RSUD Kota Tangerang

telah memenuhi kriteria penilaian.

“...ada... itu dipake ada ininya khusus, jadi bilamana ada

kebakaran, kecuali kalau ada yang kebakaran diluar dia aman, dia

aman, kebakarannya diluar dia aman...” (if2)


116

Hasil dari obsevasi, telaah dokumen dan wawancara telah memiliki

kecocokan sehingga kompartemenisasi ruang di RSUD Kota

Tangerang telah dapat diyakini sebagai data yang valid.

5.5.3. Perlindungan Bukaan

Perlindungan bukaan merupakan salah satu sub komponen sistem

proteksi aktif yang dinilai. Penilaian dilakukan dengan cara menilai

pemenuhan kriteria penilaian. Pemenuhan kriteria penilaian sub

komponen perlindungan bukaan dapat dilihat pada tabel 5.26.

Tabel 5.26

Pemenuhan Kriteria Perlindungan Bukaan di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2014

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


1 Bukaan harus dilindungi, Bukaan dilindungi dan
diberi penyetop api diberi penyetop api
(pada pintu darurat
Sesuai
dengan baja, pada
jendela dengan kaca
tahan api)
2 Bukaan Vertikal dari Bukaan vertikal dari
dinding tertutup dari dinding tertutup hanya
Tidak
bawah sampai atas dengan papan kayu
Sesuai
disetiap lantai diberi
penutup tahan api
3 Sarana proteksi pada
bukaan:
- Pintu kebakaran, o Pintu kebakaran,
Jendela kebakaran, jendela kebakaran
pintu penahan Asap sesuai dengan Sesuai
dan penutup api standar pintu
sesuai dengan standar kebakaran
pintu kebakaran o Daun pintu dapat
- daun pintu dapat berputar di satu
117

No Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Keterangan


berputar di satu sisi. sisi
- Pintu mampu menahan o Pintu mampu
asap 200oC menahan asap
o
- Tebal daun pintu 35 200 C
mm o Tebal daun pintu
4cm
4 Jalan keluar/masuk pada
dinding tahan api:
- Lebar bukaan pintu
keluar harus tidak o Lebar bukaan
lebih ½ dari panjang pintu tidak lebih ½
dinding tahan api dari panjang
Sesuai
- Tingkat isolasi min. 30 dinding
menit o Tingkat isolasi
- Harus menutup mencapai 60 menit
sendiri/ otomatis o Pintu menutup
sendiri secara
otomatis

Observasi menggunakan meteran dan telaah dokumen yang

dilakukan peneliti memperlihatkan bahwa perlindungan bukaan yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang telah memiliki sarana proteksi

yang baik. Sarana proteksi pada pintu kebakaran, jendela kebakaran,

pintu penahan asap dan penutup api telah dapat melindungi dari

bahaya kebakaran. Kemudian jalan keluar/masuk pada dinding tahan

api juga telah dalam kondisi yang baik. Lebar bukaan pintu keluar

tidak lebih dari ½ dinding tahan api.

Hasil dari obsevasi dan telaah dokumen telah memiliki kecocokan

sehingga perlindungan bukaan di RSUD Kota Tangerang telah dapat

diyakini sebagai data yang valid.


118

5.5.4. Hasil Penilaian Sistem Proteksi Pasif

Hasil penilaian pada komponen sistem proteksi pasif dapat dilihat

pada tabel 5.27. Hasil penilaian tersebut dikalikan dengan bobot sub

komponen Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (KSKB)

sehingga didapatkan nilai kondisi sub komponen KSKB tersebut.

Nilai kondisi sub komponen tersebut kemudian dikalikan lagi

dengan bobot komponen KSKB, sehingga didapatkan jumlah nilai

sub komponen KSKB.

Tabel 5.27

Penilaian Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

KSKB/Sub Hasil Hasil Bobot Nilai Jumlah


No.
KSKB Penilaian Penilaian (%) Kondisi Nilai
IV. Sistem Proteksi Pasif 26
Ketahanan Api
1 Struktur Baik 80 36 28,8 7,488%
Bangunan
Kompartemenisasi
2 Baik 80 32 25,6 6,656%
Ruang
Perlindungan
3 Baik 90 32 28,8 7,488%
Bukaan
Jumlah Nilai 21,63%

Dalam tabel 5.27 sistem proteksi pasif yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat terlihat dari 3 sub

komponen didalamnya dalam kondisi yang baik. Baik ketahanan api

struktur bangunan, kompartemenisasi ruang dan perlindungan

bukaan mendapatkan hasil penilaian yang baik.


119

5.6. Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang

Keandalan sistem keselamatan bangunan (KSKB) dari bahaya kebakaran

RSUD Kota Tangerang didapatkan dari jumlah hasil perkalian antara masing-

masing nilai kondisi sub komponen KSKB dengan bobot KSKB. Tabel 5.28

menunjukkan total hasil penilaian keandalan sistem keselamatan bangunan

RSUD Kota Tangerang dari bahaya kebakaran.

Tabel 5.28

Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang Tahun 2014

Bobot Nilai Sub


Komponen Nilai
KSKB Sub Komponen KSKB
KSKB KSKB (%)
(%) (%)
Sumber Air 5,4%
Jalan Lingkungan 5,625%
Kelengkapan
25 Jarak Antar 21,2
Tapak
Bangunan 5,175%

Hidran Halaman 5%
Sarana Jalan
7,6
Keluar

Sarana Konstruksi Jalan


25 7 20,75
Penyelamatan Keluar

Landasan
6,75
Helikopter

Deteksi dan
Alarm 1,728
Sistem Proteksi
24 17,65
Aktif Siamese
Connection 1,536
120

Bobot Nilai Sub


Komponen Nilai
KSKB Sub Komponen KSKB
KSKB KSKB (%)
(%) (%)
Alat Pemadam
Api Ringan 0,768

Hidran Gedung 1,728


Sprinkler 1,728
Sistem Pemadam
Luapan 0,672

Pengendali Asap 1,728


Deteksi Asap 1,152
Pembuangan Asap 1,05
Lift Kebakaran 1,05
Cahaya Darurat 1,728
Listrik Darurat 1,728
Ruang Pengendali
Operasi 1,05

Ketahanan Api
Struktur 7,488
Bangunan
Sistem Proteksi
26 Kompartemenisasi 21,63
Pasif 6,656
Ruang

Perlindungan
Bukaan 7,488

Total 81,23

Hasil penilaian keandalan sistem keselamatan bangunan dari bahaya

kebakaran di RSUD Kota Tangerang menunjukkan hasil 81,23%. Menurut

pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-


121

2005-C), nilai KSKB ≥ 80% hingga 100% menunjukkan keandalan sistem

keselamatan bangunan tersebut dalam kondisi yang baik. Namun pada

dasarnya, masih terdapat banyak kekurangan terutama pada komponen sistem

proteksi aktif yang dalam kategori cukup dan didalam komponen tersebut,

terdapat dua sub komponen dalam kategori kurang yaitu APAR dan sistem

pemadam luapan.
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian mengenai keandalan sistem keselamatan kebakaran

bangunan gedung RSUD Kota Tangerang, peneliti menyadari terdapat

keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, yaitu dalam melakukan

pengecekan fungsi alat proteksi aktif kebakaran. Peneliti tidak dapat

melakukan pengecekan fungsi alat proteksi aktif kebakaran karena kebijakan

dari penanggung jawab gedung RSUD Kota Tangerang. Namun, untuk

menutupi kekurangan tersebut, peneliti menggunakan wawancara agar dapat

diketahui fungsi dari alat tersebut.

6.2. Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Dari Bahaya Kebakaran

RSUD Kota Tangerang

Keandalan sistem keselamatan bangunan dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C). Berdasarkan penilaian yang dilakukan,

pedoman ini kurang sensitif terhadap hasil penilaiannya, sebagai contoh pada

penelitian ini sistem proteksi aktif kebakaran di RSUD Kota Tangerang

sebenarnya dalam kategori cukup, bahkan didalam sub komponen sistem

proteksi aktif terdapat sub komponen yang dalam kategori kurang. Namun

hasil yang didapat secara keseluruhan tingkat keandalan sistem keselamatan

kebakaran bangunan di RSUD Kota Tangerang dalam kategori baik karena


122
123

hasil penilaian secara keseluruhan dalam kategori baik yaitu 81,23%. Padahal

dalam penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2011) sistem proteksi aktif

merupakan sistem proteksi kebakaran yang berperan sangat penting dalam

penghambatan laju kebakaran dibandingkan dengan sistem proteksi pasif,

kelengkapan tapak dan juga sarana penyelamatan. Seharusnya pedoman

pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C)

lebih sensitif terhadap hasil penilaian dan tidak hanya mengacu pada bobot

penilaian saja, tetapi juga memperhitungkan pentingnya suatu komponen

proteksi kebakaran dalam suatu sistem.

Tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan RSUD Kota Tangerang

dilihat berdasarkan hasil dari penjumlahan hasil penilaian komponen

kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan sistem

proteksi pasif di RSUD Kota Tangerang. Hasil penilaian 81,23% berarti

sistem keselamatan kebakaran di RSUD Kota Tangerang masih dalam

kategori baik, namun hampir mencapai kategori cukup. Sehingga dapat

dikatakan bahwa sistem keselamatan kebakaran di RSUD Kota Tangerang

perlu melakukan peningkatan berkelanjutan untuk mencapai penilaian yang

lebih baik untuk menjauhi nilai dengan kategori cukup. Hal ini dikarenakan

masih terdapat komponen yang dalam kategori cukup yaitu sistem proteksi

aktif. Sebaiknya pihak RSUD Kota Tangerang segera memperbaiki dan

meningkatkan sistem proteksi aktif kebakarannya untuk dapat melindungi

penghuni gedung yang beraktivitas di dalam gedung dari bahaya kebakaran

yang dapat terjadi kapan saja tanpa peringatan sebelumnya.


124

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka menurut Saptaria (2005)

rekomendasi yang dapat diberikan untuk hasil penilaian 81,23% adalah:

1. Pemeriksaan secara berkala

2. Perawatan/pemeliharaan berkala

3. Perawatan dan perbaikan berkala

Rekomendasi ini diberikan karena berdasarkan pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C), hasil penilaian

dapat berubah seiring dengan bertambahnya umur suatu bangunan gedung.

Untuk menghindari penurunan kualitas keandalan sistem keselamatan

kebakaran bangunan gedung, diperlukan kegiatan untuk mempertahankan dan

meningkatkan keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung

tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Furness dan Muckett

(2007), bahwa dalam manajemen keselamatan kebakaran, dibutuhkan

peningkatan yang berkelanjutan yang ditujukan untuk selalu meningkatkan

manajemen keselamatan kebakaran dalam sebuah komunitas. Hal ini

diperlukan untuk selalu menjaga keselamatan kebakaran berada pada

tingkatan yang baik dan menghindari kerusakan suatu sistem manajemen

keselamatan kebakaran.

Dengan melakukan peningkatan berkelanjutan, suatu komunitas dapat

mengetahui bilamana terdapat ketidaksesuaian dalam suatu sistem

manajemen keselamatan kebakaran dan dapat segera melaksanakan tindakan


125

untuk penanggulangannya yang dimaksudkan untuk menjaga tingkat

keamanan keselamatan kebakaran komunitas tersebut. Salah satu cara untuk

melaksanakan peningkatan yang berkelanjutan adalah dengan melakukan

pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala (Furness dan Muckett, 2007).

Oleh sebab itu, meskipun hasil pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

RSUD Kota Tangerang adalah baik, namun rekomendasi untuk peningkatan

berkelanjutan tetap dianggap perlu untuk diberikan bagi RSUD Kota

Tangerang.

6.3. Kelengkapan Tapak Bangunan RSUD Kota Tangerang

Pada kelengkapan tapak RSUD Kota Tangerang, telah tercapai hasil yang

baik. Dengan pemenuhan seluruh kriteria penilaian yang terdapat dalam

pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-

2005-C) tentu dapat memberikan keuntungan bagi RSUD Kota Tangerang.

Bila masing-masing sub komponen telah memiliki nilai yang sempurna,

maka semua sub komponen berfungsi sempurna, sehingga gedung dapat

digunakan secara optimum, dimana para pemakai gedung dapat melakukan

kegiatannya dengan mendapat perlindungan dari kebakaran yang baik

(Saptaria, 2005). Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi pihak RSUD

Kota Tangerang. Dengan kelengkapan tapak yang baik, tentunya dapat

mendukung pencegahan bahaya kebakaran yang dapat terjadi kapan saja.

Dengan kelengkapan tapak yang baik, pihak RSUD Kota Tangerang juga
126

dapat memaksimalkan kelengkapan tapak bangunannya dari bahaya

kebakaran.

6.3.1. Sumber Air

Pada sub komponen sumber air yang telah dalam kategori baik,

dapat menjadi sebuah keuntungan bagi RSUD kota Tangerang. Dengan

pemenuhan kriteria sumber air sesuai dengan persyaratan, maka RSUD

Kota Tangerang telah mendapatkan dampak positif. Dampak positif

menurut Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia adalah penurunan

penyakit yang dapat ditularkan melalui air atau penyakit yang

ditularkan karena kegiatan mencuci dengan air, kebersihan lingkungan

dan alat-alat termasuk kebersihan pribadi (OCW UI, 2013).

Penyediaan air yang cukup juga tentunya dapat membantu proses

pemadaman jika terjadi kebakaran pada gedung RSUD Kota

Tangerang. Pihak pemadam kebakaran akan terbantu dengan

penyediaan air, sehingga lebih mudah untuk mencari sumber air yang

tersedia di sekitar lokasi kejadian kebakaran.

Ahlbrandt Jr. (1973) menyebutkan bahwa sumber air yang

merupakan salah satu pendukung dalam proses pemadaman api harus

disiapkan sebagai faktor pendukung efisiensi waktu dalam proses

pemadaman kebakaran. Dalam kutipan tersebut dapat terlihat bahwa

sumber air sebenarnya memegang peranan penting dalam proses

pemadaman kebakaran. Pemadaman kebakaran memang tidak hanya


127

dilakukan menggunakan air, namun penggunaan air dalam pemadaman

kebakaran tetap dibutuhkan. Untuk menjaga efisiensi dalam

pemadaman api, diperlukan sumber air yang selalu tersedia sehingga air

yang digunakan untuk pemadaman kebakaran selalu siap dan tersedia.

Sejalan dengan itu, Grant et al (2000) mengatakan bahwa

penggunaan air dalam pemadaman kebakaran sudah berkembang

seiring dengan perkembanagan teknologi. Teknologi masa kini telah

mampu membuat air dapat lebih efisien dalam memadamkan

kebakaran. Air dapat diintegrasi dengan alat yang dapat membuat air

bertekanan. Sehingga pemadaman kebakaran dapat lebih efektif dan

efisien.

Dengan perkembangan teknologi tersebut, tentu sumber air

menjadi sangat penting ketersediaannya di gedung, termasuk RSUD

Kota Tangerang. RSUD Kota Tangerang sudah semestinya menjaga

ketersediaan air di gedungnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses

pemadaman kebakaran, pihak pemadam kebakaran dapat terbantu

dengan tersedianya sumber air. Pemadam kebakaran dapat terbantu

sehingga dapat dengan efektif dan efisien memadamkan kebakaran

bilamana terjadi kebakaran di RSUD Kota Tangerang. Pihak RSUD

Kota Tangerang pun akan mendapatkan dampak yang positif. Bila

terjadi kebakaran, pemadam kebakaran dapat dengan cepat

memadamkan kebakaran. Dengan pemadaman kebakaran yang lebih


128

cepat, tentu akan lebih banyak aset gedung yang terselamatkan.

Kerugian yang diderita akibat kebakaran juga akan menjadi minimal.

Kemudian ditinjau dari jumlah tempat tidur di RSUD Kota

Tangerang yang berjumlah 300 tempat tidur. Bila dihitung berdasarkan

ketentuan pedoman sanitasi di rumah sakit (2013) yang memberikan

persyaratan kebutuhan air di rumah sakit sejumlah 500 liter per tempat

tidur, maka sumber air yang diperlukan RSUD Kota Tangerang adalah

mencapai 150 m3. Dengan ketersediaan air mencapai 188m3, RSUD

Kota Tangerang telah dapat menyesuaikan dengan peraturan yang

berlaku. Sehingga dapat dikatakan bahwa kecukupan sumber air di

RSUD Kota Tangerang dapat terjaga.

6.3.2. Jalan Lingkungan

Sub komponen jalan lingkungan yang telah mencukupi syarat yang

berlaku juga mempunyai peran penting dalam perlindungan dari bahaya

kebakaran. Kondisi jalan lingkungan yang telah mencapai lebar 6,3 m

dan telah diberi pengerasan seperti yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang tentu dapat membantu proses pemadaman kebakaran.

Kondisi yang dipersyaratkan adalah minimal lebar jalan lingkungan 6 m

dan diberikan pengerasan. Dengan jalan lingkungan sebesar 6 m dan

diberi pengerasan, mobil pemadam kebakaran akan lebih mudah

memasuki area gedung, sehingga proses pemadaman kebakaran akan

menjadi lebih cepat (Saptaria, 2005). Jika terjadi kebakaran di RSUD


129

Kota Tangerang, proses pemadaman kebakaran dapat dilakukan lebih

cepat.

Menurut Hesna (2009), jalan lingkungan yang tersedia dapat

meningkatkan efisiensi waktu masuknya kendaraan pemadam

kebakaran. Sehingga proses pemadaman kebakaran dapat lebih cepat

dilaksanakan oleh pihak pemadam kebakaran.

Dengan jalan lingkungan yang cukup, pemadam kebakaran dapat

leluasa masuk ke daerah gedung. Kemudian dengan keleluasaan

tersebut, pemadam kebakaran dapat dengan segera memadamkan api.

Dengan demikian, pihak RSUD Kota Tangerang akan mendapatkan

dampak yang baik. Dampak positif yang akan didapat yang pertama

tentu akan menjadi lebih cepat dalam pemadaman api bila terjadi

kebakaran. Kemudian yang kedua adalah dengan pemadaman

kebakaran lebih cepat, kerugian dapat diminimalisir. Oleh karena itu,

pihak RSUD Kota Tangerang yang telah menyediakan jalan lingkungan

yang telah sesuai pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran

bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) akan mendapatkan keuntungan

dengan ketersediaan jalan lingkungan tersebut.

Selain itu, lebar jalan lingkungan yang cukup dan diberi

pengerasan juga dapat mendukung proses evakuasi terhadap penghuni

gedung. Pada hal ini penghuni gedung rumah sakit yang merupakan

pasien dan pekerja rumah sakit (Kemenkes, 2012). Pasien di rumah

sakit merupakan orang yang sedang berobat dan dalam kondisi yang
130

tidak fit. Dengan tersedianya jalan lingkungan yang cukup, tentu dapat

membantu proses evakuasi yang dilakukan terhadap pasien yang ada di

RSUD Kota Tangerang dan dapat mempercepat proses evakuasi bila

terjadi keadaan darurat.

6.3.3. Jarak Antar Bangunan

Jarak antar bangunan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang yang

telah memenuhi persyaratan juga dapat memberikan proteksi terhadap

bahaya kebakaran. Persyaratan mengenai jarak antar bangunan yang

menjadi kriteria penilaian adalah > 8m (Saptaria, 2005). Jarak antar

bangunan menjadi penting bagi RSUD Kota Tangerang karena letak

RSUD Kota Tangerang yang berada di pemukiman warga. Dengan

adanya jarak antar bangunan, dapat menghindari penyebaran kebakaran

ke bangunan lain yang ada di sekitar suatu bangunan. Dengan kata lain,

kebakaran tidak akan sampai merambat ke bangunan lain di sekitar

RSUD Kota Tangerang karena RSUD Kota Tangerang telah memenuhi

persyaratan mengenai jarak antar bangunan yang terdapat dalam

pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan (Pd-T-11-

2005-C).

Jarak antar bangunan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang yang

telah sesuai dengan kriteria pedoman pemeriksaan keselamatan

kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C) dapat membantu pihak

pemadam kebakaran juga. Pemadam kebakaran dapat memadamkan


131

kebakaran yang terkonsentrasi pada satu bangunan saja. Jadi kebakaran

tidak akan meluas pada bangunan lain, sehingga pemadam kebakaran

akan lebih fokus memadamkan pada satu bangunan saja.

Menurut Suprapto (2009) salah satu upaya untuk pencegahan dan

penanggulangan kebakaran di lingkungan kumuh dan perkotaan adalah

dengan memberi jarak antar bangunan. Dengan memberi jarak antar

bangunan, dapat memperkecil nilai risiko kejadian kebakaran dan

menghambat penyebaran kebakaran.

Dengan jarak antar bangunan yang cukup tersebut, pihak RSUD

Kota Tangerang juga dapat meningkatkan citra institusi. Masyarakat

sekitar akan melihat pihak RSUD Kota Tangerang memiliki perhatian

terhadap bahaya kebakaran yang dapat terjadi dan dapat menyebar ke

pemukiman warga. Dengan memberikan perhatian terhadap masyarakat

sekitar, pihak RSUD Kota Tangerang akan mendapatkan kepercayaan

dari masyarakat yang tentu akan memberikan keuntungan lebih bagi

pihak RSUD Kota Tangerang.

Sebuah studi yang di publikasi dalam safetynewsalert.com (2013)

yang diambil dari Journal of Occupational and Environmental

Medicine mengatakan, perusahaan yang memiliki komitmen dalam

peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja akan memiliki citra lebih

baik yang kemudian akan memberikan keuntungan lebih besar dari

sebelumnya yang didapat dari efek kepercayaan publik. Publik akan

lebih percaya terhadap perusahaan yang komitmen terhadap kesehatan


132

dan keselamatan kerja daripada yang tidak. Dengan begitu tentu citra

perusahaan sangat penting bila terkait dengan profit perusahaan.

6.3.4. Hidran Halaman

Sub komponen terakhir yang dinilai dalam komponen kelengkapan

tapak merupakan hidran halaman. Hidran halaman merupakan hidran

yang terletak di halaman gedung. Hidran halaman menjadi penting

untuk penanggulangan kebakaran bangunan untuk membantu proses

pemadaman kebakaran (Saptaria, 2005). Hidran halaman di RSUD

Kota Tangerang telah dalam kondisi yang baik. Hidran halaman di

RSUD Kota Tangerang telah tersedia pada tempat yang mudah

dijangkau. Ini artinya penanggulangan kebakaran dapat segera

dilakukan bila terjadi kebakaran di RSUD Kota Tangerang.

Kebakaran perlu ditangani dengan cepat dan tepat. Penggunaan

hidran halaman dapat sangat membantu pemadam kebakaran dalam

memadamkan kebakaran. Dengan adanya alat tersebut dapat menambah

sumber daya yang dapat digunakan oleh pemadam kebakaran dalam

memadamkan kebakaran.

Menurut Gunawan (2011), perencanaan proteksi kebakaran

diantaranya meliputi kesiapan peralatan pemadaman kebakaran.

Peralatan yang tersedia pada hidran halaman telah lengkap dengan

selang yang memiliki panjang 30m dan telah terdapat nozzle. Supply air

yang terdapat pada hidran halaman berdasarkan telaah dokumen juga


133

telah sesuai dengan kriteria penilaian. Dengan kesiapan hidran halaman,

tentu dapat membantu proses pemadaman kebakaran apabila terjadi

kebakaran. Pernyataan ini dapat memperkuat anggapan bahwa dengan

ketersedian hidran halaman di RSUD Kota Tangerang dapat menjadi

faktor pendukung pemadaman kebakaran yang cepat dan tepat.

Dengan pemadaman kebakaran yang lebih cepat, pihak RSUD

Kota Tangerang dapat mengurangi kerugian yang diderita akibat dari

kejadian kebakaran tersebut. Kerugian bisa berkurang karena aset

rumah sakit yang terdapat di dalam gedung akan dapat terselamatkan

bila kebakaran lebih cepat padam.

Oleh karena itu, RSUD Kota Tangerang akan sangat terbantu

dengan adanya hidran halaman ini. Keuntungan yang didapat memang

tidak terlihat sekarang. Tetapi keuntungan yang didapat adalah

minimalnya kerugian yang terjadi akibat dari kebakaran. Jadi, RSUD

Kota Tangerang dapat terhindar dari kerugian yang lebih besar bila

terjadi kebakaran.

6.4. Sarana Penyelamatan RSUD Kota Tangerang

Secara keseluruhan sarana penyelamatan yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang telah dalam kondisi baik, meskipun terdapat pada salah satu sub

komponennya yang tidak sempurna yaitu sub komponen konstruksi jalan

keluar. Namun hal tersebut dapat ditingkatkan. Tentunya dengan komitmen


134

dari manajemen rumah sakit dalam melaksanakan proteksi terhadap bahaya

kebakaran yang terdapat di RSUD Kota Tangerang.

Dengan sarana penyelamatan yang baik tentunya pihak RSUD Kota

Tangerang dapat melakukan evakuasi atau penyelamatan penghuni gedung

dengan baik. Menurut Alfian (2012) salah satu faktor yang berperan dalam

ketepatan waktu dalam melakukan evakuasi merupakan sarana evakuasi itu

sendiri.

Oleh karena itu, RSUD Kota Tangerang yang memiliki sarana

penyelamatan yang baik, akan sangat terbantu dengan ini. Pihak RSUD Kota

Tangerang akan lebih mudah dan cepat melakukan evakuasi bila memiliki

sarana penyelamatan yang baik.

6.4.1. Sarana Jalan Keluar

Jalan keluar yang tersedia di RSUD Kota Tangerang juga

mendukung proses penyelamatan yang akan dilakukan bila terjadi

keadaan darurat. Sarana jalan keluar diperlukan sebagai pendukung

pelaksanaan proses penyelamatan penghuni gedung. Sarana jalan keluar

yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah tersedia dan telah sesuai

dengan kriteria penilaian yang terdapat dalam pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C). Dengan

sarana jalan keluar yang baik, RSUD Kota Tangerang dapat melakukan

proses penyelamatan penghuni gedung dan pasien dengan baik tanpa

perlu terganggu oleh tidak siapnya sarana jalan keluar. Kondisi jalan
135

keluar yang dalam kategori baik dan mendapat penilaian 9,5% dari nilai

maksimal 9,5% dapat membantu proses penyelamatan penghuni gedung

sehingga dapat melindungi penghuni dari bahaya kebakaran (Saptaria,

2005). Dengan demikian, proses evakuasi yang dilakukan oleh RSUD

Kota Tangerang dapat terlaksana tanpa perlu terganggu oleh

ketidaksiapan sarana jalan keluar yang terdapat pada gedung RSUD

Kota Tangerang.

Terlebih lagi, penghuni gedung rumah sakit kebanyakan adalah

pasien yang sedang menerima perawatan dan pengobatan. Dengan

melihat dari konteks tersebut, ketersediaan dan kesiapan jalan keluar

untuk proses evakuasi menjadi sangat penting. Pasien yang sedang

menerima perawatan dan pengobatan akan kesulitan bila ketersediaan

dan kesiapan sarana jalan keluar tidak baik.

Dengan kesiapan dan ketersediaan sarana jalan keluar di RSUD

Kota Tangerang yang telah sesuai dengan pedoman pemeriksaan

keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11-2005-C), akan

membantu proses evakuasi yang perlu dilakukan bila terjadi keadaan

darurat. RSUD Kota Tangerang telah menyediakan pintu ayun yang

tidak mengganggu proses jalan keluar, pintu keluar tidak terhalang,

pintu keluar yang tersedia diberi tekanan positif, ukuran lebar jalan

keluar 2m, jarak dari suatu exit maksimal 6m dan jalan keluar langsung

menuju ruang terbuka. Hal ini lah kemudian yang mendukung proses

penyelamatan penghuni gedung bila terjadi kebakaran. Menurut Hesna


136

(2009) kesesuaian sarana penyelamatan di suatu bangunan dengan

pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung (Pd-T-

11-2005-C) dapat membantu proses penyelamatan yang dilakukan.

Sesuai dengan pedoman teknis prasarana rumah sakit sarana

keselamatan jiwa yang diterbitkan oleh Kemenkes RI (2012), rumah

sakit perlu melakukan perencanaan terhadap sarana keselamatan jiwa

penghuni gedung rumah sakit untuk melindungi penghuni gedung dari

bahaya kebakaran yang dapat terjadi kapan saja, sehingga rumah sakit

dituntut untuk selalu siap dalam melaksanakan proses penyelamatan

jiwa untuk melindungi penghuni gedung rumah sakit itu sendiri.

6.4.2. Konstruksi Jalan Keluar

Konstruksi jalan keluar juga menjadi penilaian dalam keandalan

sistem keselamatan bangunan. Konstruksi jalan keluar di RSUD Kota

Tangerang telah dalam keadaan baik. Konstruksi berdasarkan telaah

dokumen telah mampu menahan penjalaran api, jalan terusan telah

dilindungi dari bahaya kebakaran, lebar jala keluar 2m, jalan keluar

bebas halangan, akses bagi pemadam kebakaran telah tersedia. Namun

kecukupan waktu dalam melakukan evakuasi di RSUD Kota Tangerang

masih belum sesuai. Kecukupan waktu dalam melakukan evakuasi

perlu dihitung untuk memperhitungkan pelaksanaan evakuasi yang

perlu dilakukan bila terjadi kebakaran (Septiadi, 2012). Pelaksanaan

evakuasi yang cepat dan tepat perlu dilakukan untuk menghindari


137

jatuhnya korban bila terjadi keadaan darurat. Kita tidak akan pernah

tahu secepat apa keadaan darurat akan terjadi atau kapan keadaan

darurat tersebut berhenti terjadi. Kejadian tersebut dapat terjadi kapan

saja dan dimana saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan

yang baik mengenai kecukupan waktu dalam melaksanakan evakuasi.

Sebaiknya pihak RSUD Kota Tangerang melakukan simulasi

evakuasi keadaan darurat sebagai tolok ukur kecukupan waktu dalam

melakukan evakuasi. Karena kecukupan waktu dalam melakukan

evakuasi dapat menentukan keberhasilan dari proses evakuasi itu

sendiri. Kecukupan waktu dapat diperhitungkan dengan baik bila telah

dilakukan simulasi. Dengan demikian kecukupan waktu dapat dihitung

dan bila kejadian kebakaran maupun keadaan darurat lainnya terjadi,

pelaksanaan evakuasi dapat dipastikan aman dan dapat dilaksanakan

tanpa gangguan.

Sejalan dengan itu, Alfian (2012) mengatakan bahwa proses

penanggulangan keadaan darurat, diperlukan penanganan yang cepat,

tepat, efektif, efisien dan terpadu agar kerugian jiwa dan kerugian harta

benda dapat di minimalisir. Oleh karena itu, seharusnya dengan

melakukan simulasi evakuasi maupun simulasi tanggap darurat dapat

melatih dan mengukur kecepatan, ketepatan, efektivitas, efisiensi dan

keterpaduan suatu upaya penanganan dalam keadaan darurat.


138

6.4.3. Landasan Helikopter

Kondisi gedung RSUD Kota Tangerang yang memiliki ketinggian

48 m dianggap tidak memerlukan landasan helikopter, karena menurut

Saptaria (2005) kondisi gedung yang memerlukan landasan helikopter

hanyalah gedung yang memiliki ketinggian > 60 m. Ketentuan ini

diberikan dengan pertimbangan proses evakuasi penghuni gedung.

Dengan ketinggian gedung yang 48 m, gedung RSUD Kota

Tangerang dianggap dapat melaksanakan evakuasi dengan waktu yang

cukup meskipun tanpa dibantu dengan evakuasi menggunakan

helikopter dan masih dapat dijangkau oleh tim penyelamat.

6.5. Sistem Proteksi Aktif RSUD Kota Tangerang

Sistem proteksi aktif yang tersedia di RSUD Kota Tangerang meliputi

deteksi dan alarm, siamese connection, APAR, hidran gedung, sprinkler,

sistem pemadam luapan, pengendali asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift

kebakaran, cahaya darurat, listrik darurat dan ruang pengendali operasi.

Secara keseluruhan sistem proteksi aktif di RSUD Kota Tangerang dalam

keadaan baik meskipun sub komponen APAR dan sistem pemadam luapan

dalam keadaan kurang.

Dengan sistem proteksi aktif yang baik, RSUD Kota Tangerang telah

dapat memberikan keamanan pada penghuni gedung dari bahaya kebakaran.

Dengan sistem proteksi aktif yang baik juga, penghuni gedung dapat

menjalankan aktivitas secara optimal, tanpa perlu khawatir dengan bahaya


139

kebakaran yang dapat terjadi. Bila terjadi kebakaran, gedung RSUD Kota

Tangerang dapat melakukan pembatasan kebakaran dengan baik karena

memiliki sistem proteksi aktif yang baik. Menurut Gunawan (2011) sistem

proteksi aktif berfungsi optimal dalam pembatasan kebakaran.

6.5.1. Deteksi dan Alarm

Pada sub komponen deteksi dan alarm, hasilnya dalam kondisi baik

dengan hasil penilaian 1,92% dari nilai maksimal 1,92%. Deteksi dan

alarm yang tersedia di RSUD Kota Tangerang telah dapat melindungi

penghuni gedung di RSUD Kota Tangerang. Dengan deteksi dan

alarm yang baik, penghuni gedung dapat segera mengetahui bilamana

terjadi kebakaran dengan cepat, dan tentu dapat segera mengambil

langkah atau tindakan dengan cepat.

Pihak RSUD Kota Tangerang pun akan mendapat keuntungan,

karena dengan deteksi dan alarm yang baik, pihak RSUD Kota

Tangerang dapat segera mengetahui bila terjadi kebakaran dan dapat

segera melakukan tindakan pemadaman sebelum kebakaran

membesar. Sehingga RSUD Kota Tangerang dapat meminimalisir

kerugian yang diterima akibat kebakaran.

Kerugian yang dapat dihindari diantaranya kerugian akibar

kerusakan aset rumah sakit akibat dari kebakaran, Bila kebakaran

terjadi tentu akan merusak fasilitas dan aset rumah sakit yang ada di

dalam gedung. Bila kebakaran terjadi, aset-aset rumah sakit tersebut


140

akan terlindungi dengan cepat, meskipun pasti akan ada kerugian,

namun kerugian yang akan diterima akan lebih kecil dibandingkan

dengan jika RSUD Kota Tangerang tidak menyiapkan deteksi dan

alarm. Kebakaran akan lebih lambat terdeteksi, upaya penanganan

lebih lambat dan yang terjadi adalah kebakaran menghanguskan

seluruh aset rumah sakit tanpa sisa dan kerugian akan jauh lebih besar

didapat.

Hal ini didukung oleh Saptaria (2005) yang menjelaskan bahwa

deteksi dan alarm adalah salah satu sistem proteksi aktif kebakaran

yang digunakan untuk memperingatkan penghuni gedung bilamana

terjadi kebakaran. Selain itu, menurut Kemenkes RI (2012), deteksi

dan alarm kebakaran merupakan upaya pencegahan bahaya kebakaran

di rumah sakit. Dengan mendeteksi lebih dini kebakaran yang terjadi,

upaya penanggulangan dapat lebih cepat terlaksana sehingga dapat

melindungi penghuni dan aset yang berada di dalam rumah sakit.

6.5.2. Siamese Connection

Siamese connection yang tersedia di RSUD Kota Tangerang juga

telah dalam kondisi baik. Siamese connection merupakan alat bantu

pemadaman kebakaran yang memiliki fungsi kebalikan dari sistem

hidran. Pemasangan siamese connection memerlukan petunjuk

peletakkan alat tersebut (Saptaria, 2005).


141

Namun dalam pemasangannya, RSUD Kota Tangetang tidak

memberi petunjuk peletakkan. Seharusnya siamese connection

diberikan petunjuk peletakkan untuk memudahkan pengenalan

siamese connection dan letaknya. Dengan demikian bila kebakaran

terjadi, pihak pemadam kebakaran tidak menghabiskan waktu banyak

untuk mencari letak siamese connection yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang.

Pemadam kebakaran juga dapat dengan segera menggunakan

siamese connection untuk menyuplai air ke sprinkler yang terdapat

didalam gedung. Sehingga penjalaran api kebakaran akan terhambat,

pemadaman dapat dilakukan dengan cepat, pihak rumah sakit akan

terhindar dari kerugian yang besar pula.

Keuntungan lain dari ketersediaan alat ini juga akan memberikan

opsi lain dan tambahan sumber daya dalam melaksanakan proses

pemadaman kebakaran. Pemadam kebakaran akan memiliki opsi lebih

bila kebakaran terjadi. Tentu saja hal ini akan menjadi keuntungan

bagi pihak RSUD Kota Tangerang. Dengan ini, RSUD Kota

Tangerang akan terhindar dari kerugian besar yang diakibatkan oleh

kejadian kebakaran.

6.5.3. Alat Pemadam Api Ringan

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) memang telah tersedia di

RSUD Kota Tangerang. Namun kondisinya tidak terjaga dan masih


142

terdapat APAR yang tidak siap pakai. Padahal menurut Saptaria

(2005), APAR merupakan alat pemadam tahap awal untuk mencegah

kebakaran membesar. Selain itu Kemenkes RI (2012) memberikan

pedoman instalasi khusus proteksi aktif yang terdapat APAR

didalamnya untuk diterapkan di rumah sakit. Selain itu, seharusnya

pihak RSUD Kota Tangerang belajar dari kasus kebakaran yang

pernah terjadi di RSUD Kabupaten Tangerang. Kebakaran tersebut

sebenarnya dapat dicegah membesar bila APAR yang tersedia siap

untuk digunakan. Namun berdasarkan keterangan yang terdapat dalam

laporan kebakaran yang terjadi, APAR yang tersedia tidak siap

digunakan sehingga menyebabkan kebakaran membesar dan

menimbulkan kerugian yang besar pula (Adityawarman, 2011).

APAR yang tidak siap tentu akan berakibat buruk pada RSUD

Kota Tangerang. Karena api akan membesar dengan cepat bila tidak

segera dipadamkan. Seharusnya bila tersedia APAR yang siap pakai,

penghuni bangunan dapat mencegah kebakaran membesar dengan

menggunakan APAR.

Menurut Smith (2006), rumah sakit memiliki potensi kebakaran

yang akan cepat membesar diakibatkan oleh tersedianya berbagai

macam bahan yang mudah terbakar di rumah sakit. Seperti misalnya

alkohol, kapas, baju pasien, dan berbagai macam peralatan rumah

sakit lainnya. Kebakaran yang terjadi bila mengenai bahan yang

mudah terbakar itu mungkin saja tidak memiliki suhu yang cukup
143

besar untuk mengaktifkan sprinkler, jadi pihak rumah sakit tidak bisa

hanya mengandalkan sprinkler. Oleh karena itu, Smith (2006)

mengatakan bahwa rumah sakit memerlukan APAR yang selalu siap

pakai sehingga dapat mengendalikan kebakaran dan meminimalisir

kebakaran itu sendiri.

Namun, ketersediaan dan kesiapan APAR harus didukung dengan

pelatihan terhadap penghuni gedung untuk menggunakannya. Menurut

The Financial Express (2010), anggota pemadam kebakaran

mengatakan bahwa jumlah korban kematian dan kerusakan properti

akibat kebakaran dapat diminimalisir dengan cara menyediakan

APAR di tempat yang tepat dan penduduk wilayah tersebut atau

penghuni gedung mendapatkan pelatihan untuk menggunakan APAR.

Oleh karena itu, sebaiknya RSUD Kota Tangerang segera

memperbaiki APAR yang tidak siap dan memberikan pelatihan

terhadap penghuni gedung agar dapat menggunakan APAR.

Tidak siapnya APAR di RSUD Kota Tangerang dapat terjadi

akibat beberapa hal. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

peneliti, informan menjelaskan bahwa belum ada tanggung jawab

yang jelas mengenai perawatan APAR di RSUD Kota Tangerang.

Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang

belum terbentuk menjadi alasan belum jelasnya tanggung jawab

mengenai hal ini. Sebaiknya pihak manajemen RSUD Kota Tangerang

mempercepat proses terbentuknya bagian K3RS yang sebenarnya


144

memiliki urgensi cukup tinggi mengingat tanggung jawab

pemeliharaan APAR juga belum jelas. Dengan terbentuknya bagian

K3RS, pemeliharaan dan pemeriksaan APAR tentu akan lebih jelas

menjadi tanggung jawab siapa dan dapat segera dilakukan perbaikan

mengenai keadaan APAR yang tidak sepenuhnya siap.

6.5.4. Hidran Gedung

Hidran gedung yang tersedia di RSUD Kota Tangerang telah

dalam kondisi yang baik. Semua persyaratan telah terpenuhi, ini

artinya hidran gedung telah siap digunakan bila terjadi kebakaran.

Dengan hidran gedung yang telah siap pakai, akan memudahkan

proses pemadaman kebakaran yang dilakukan oleh petugas pemadam

kebakaran dan mempercepat proses pemadaman api. Hidran gedung

yang siap pakai juga merupakan persyaratan sistem proteksi aktif

kebakaran yang diberlakukan oleh Kemenkes RI (2012). Gunawan

(2011) mengatakan, perencanaan proteksi kebakaran diantaranya

meliputi kesiapan peralatan pemadaman kebakaran. Dengan

pemenuhan terhadap persyaratan ini, RSUD Kota Tangerang telah

siap bila terjadi kebakaran secara tiba-tiba.

Dengan begitu, tentu kebakaran yang terjadi akan dapat segera

ditangani dan tidak akan terjadi kebakaran besar karena dapat segera

ditangani. Kebakaran akan terhambat perkembangannya dan segera

dapat dipadamkan.
145

Pemadaman kebakaran yang dilakukan dengan cepat akan mampu

memberikan dammpak positif bagi pihak rumah sakit. Pihak rumah

sakit akan terhindar dari bahaya kebakaran yang besar dan aset rumah

sakit yang ada dalam gedung yang terkena kebakaran akan dapat

segera terlindung.

6.5.5. Sprinkler

Sprinkler yang terdapat di RSUD Kota Tangerang juga telah

memiliki kondisi yang baik. Tentunya hal ini dapat menjadi

pendukung proses pemadaman api bila terjadi kebakaran. Sprinkler

yang berada dalam kondisi yang baik berarti dapat melindungi

penghuni gedung dari bahaya kebakaran. Sprinkler yang telah tersedia

dapat membantu proses pemadaman sekaligus menghambat

perkembangan api kebakaran. Dengan begitu, penghuni dan aset

gedung dapat terlindungi dari bahaya kebakaran. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Friedman (1992), bahwa pemasangan

sprinkler dapat membantu menghambat perkembangan api kebakaran.

Terhambatnya perkembangan api kebakaran tentu akan

memudahkan pihak pemadam kebakaran dalam memadamkan api.

Bahkan bila kebakaran yang terjadi tidak terlalu besar dan terdapat

petugas terlatih, api dapat segera padam dengan bantuan petugas

tersebut.
146

Dampak positif yang didapat oleh rumah sakit tentunya adalah

kerugian yang dapat diminimalisir. Karena bagaimanapun, kebakaran

akan selalu menimbulkan kerugian. Namun, dengan ketersediaan alat

proteksi kebakaran akan menurunkan kerugian yang akan diterima

oleh korban dan manajemen RSUD Kota Tangerang.

6.5.6. Sistem Pemadam Luapan

Sistem pemadam luapan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang

erat kaitannya dengan APAR. Hal ini dikarenakan sistem pemadam

api luapan yang tersedia di RSUD Kota Tangerang menggunakan

APAR sebagai komponen utamanya. Namun seperti dijelaskan dalam

pembahasan APAR diatas, dapat diketahui bahwa sistem pemadam

luapan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang tidak sesuai dengan

persyaratan pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan

gedung (Pd-T-11-2005-C).

Hal ini dapat menyebabkan kegagalan dalam memadamkan api,

selain itu, pemadam luapan ditujukan untuk menghindari kerusakan

pada alat listrik dan komputer yang berisikan data-data penting rumah

sakit. Sehingga dapat dipastikan bila terjadi kebakaran, data-data

penting rumah sakit dalam keadaan yang sangat tidak aman

Hal tersebut dapat terjadi karena upaya pemadaman kebakaran

yang dilakukan tidak dapat melindungi peralatan komputer yang

terdapat di RSUD Kota Tangerang. Seperti yang dikatakan oleh


147

Nunez (2007), setiap gedung seharusnya memiliki APAR yang

memiliki bahan yang dapat memadamkan api tanpa merusak komputer

berisikan data-data penting yang ada di rumah sakit.

Seharusnya, bila pemadam luapan yang tersedia di RSUD Kota

Tangerang telah siap pakai, akan membantu penghambatan

perkembangan api kebakaran juga. Namun, dengan ketidaksiapan ini,

akan memberikan efek buruk bagi RSUD Kota Tangerang. Bahkan

dapat dikatan efek ganda. Yang pertama kebakaran yang terjadi dapat

dengan cepat menyebar, kemudian yang kedua kerugian yang akan

diterima oleh pihak RSUD Kota Tangerang akibat kebakaran akan

menjadi sangat besar dan tidak dapat diminimalisir.

6.5.7. Pengendali Asap

Pengendali asap yang tersedia di RSUD Kota Tangerang telah

dalam kondisi yang baik. Kondisi baik dapat diartikan bahwa

pengendali asap yang tersedia telah siap untuk digunakan dan dapat

melindungi penghuni gedung dari bahaya kebakaran (Saptaria, 2005).

Pengendali asap menjadi penting untuk mengendalikan asap akibat

kebakaran yang dapat mengganggu jalan nafas penghuni yang

melakukan evakuasi dan juga dapat menjadi penghalang penglihatan

daripada korban kebakaran. Dengan demikian RSUD Kota Tangerang

telah dapat mengendalikan asap akibat kebakaran, sehingga dapat


148

melindungi jalan nafas dan penglihatan penghuni yang melakukan

evakuasi dan pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan api.

Kemudian asap yang banyak mengandung gas CO2 tersebut akan

merepotkan petugas pemadam kebakaran juga nantinya. Bila suatu

ruangan dipenuhi dengan CO2, maka gas O2 yang menjadi elemen

pembentuk api akan berkurang. Hal ini menyebabkan api akan segera

menyambar gas O2 dengan cepat. Maka akan terjadi ledakan yang

biasa disebut dengan flashover. Kejadian ini lah yang dihindari oleh

siapapun yang terdapat di daerah kebakaran. Ledakan akibat dari

peristiwa ini sanggup untuk meruntuhkan satu gedung bila

kejadiannya melibatkan sangat banya gas O2. Oleh karena itu,

pengendali asap yang tersedia di RSUD Kota Tangerang sangat

penting untuk melindungi gedung dari keruntuhan.

Sesuai dengan yang telah dibahas oleh Colt (2014), bahwa dengan

pengendalian asap, kita dapat membantu rute evakuasi terlindung dari

asap, pelaksanaan pemadaman kebakaran dapat lebih optimal,

flashover atau kejadian ledakan akibat proses kebakaran di ruangan

tertutup dapat dikurangi, dapat melindungi isi ruangan/gedung dan

mengurangi risiko kerusakan pada gedung.

6.5.8. Deteksi Asap

Deteksi asap yang terdapat di RSUD Kota Tangerang masih

dikategorikan dalam kategori cukup dikarenakan masih terdapat


149

detektor asap di bagian dapur pada kantin RSUD Kota Tangerang.

Seharusnya hal tersebut dapat dihindari dan detektor yang digunakan

dapat diganti dengan detektor panas. Hal ini untuk menghindari

terjadinya alarm palsu akibat dari detektor asap yang terdapat di

bagian dapur, yang kita tahu bahwa dapur merupakan tempat

memasak yang terkadang terdapat asap akibat proses memasak.

Menurut Saptaria (2005) deteksi asap dalam pemasangannya perlu

menghindari tempat seperti dapur yang dapat menyebabkan alarm

palsu. Alarm palsu dapat mengakibatkan kesalahan dalam menanggapi

keadaan atau situasi dan dapat berbahaya bila kejadian berulang. Pada

saat terjadi alarm asli akibat kebakaran, penghuni akan terbiasa

berfikir bahwa itu hanyalah alarm palsu.

Hal tersebut juga dapat menjadi faktor penghambat evakuasi dalam

keadaan darurat. Penghuni gedung akan bersikap acuh dengan alarm

keadaan darurat bila terbiasa seperti itu. Dan bila terjadi kejadian

darurat yang sesungguhnya, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi.

Waktu untuk melakukan evakuasi sangatlah singkat, bila waktu yang

singkat tersebut dipotong oleh sikap penghuni yang acuh, maka waktu

akan menjadi sangat terbatas. Dalam keadaan seperti itu, pihak RSUD

Kota Tangerang akan mendapatkan masalah yang lebih besar.


150

6.5.9. Pembuangan Asap

Pembuangan asap yang terdapat di RSUD Kota Tangerang juga

masih dalam kategori cukup. Ini artinya keadaan pembuangan asap

yang terdapat di RSUD Kota Tangerang masih belum optimal. Hal ini

dapat menyebabkan terganggunya proses penghambatan

perkembangan api kebakaran. Bila tidak diperbaiki bukan tidak

mungkin akan mengganggu proses pengendalian asap yang terdapat di

RSUD Kota Tangerang dan mengganggu proses evakuasi juga proses

pemadaman kebakaran. Hal ini saling berkaitan, karena penghambatan

api kebakaran sangat penting peranannya.

Penghambatan api kebakaran dilakukan untuk memberikan cukup

waktu dalam pelaksanaan evakuasi. Selain itu, penghambatan api

dimaksudkan agar kejadian kebakaran tidak membesar dan dapat

segera dipadamkan.

Sehingga yang terjadi adalah kejadian kebakaran tidak membesar,

evakuasi cukup waktu untuk dilakukan kemudian pemadaman

kebakaran juga dapat segera terlaksana. Api akan lebih cepat padam

bila api kebakaran tersebut tidak membesar.

Seperti dikatakan oleh Friedman (1992), pembuangan asap menjadi

penting untuk penghambatan proses penjalaran api, sehingga api

kebakaran tidak mudah menyebar sehingga terdapat cukup waktu

untuk dilakukannya evakuasi dan pemadaman kebakaran.


151

6.5.10. Lift Kebakaran

Lift Kebakaran yang tersedia di RSUD Kota Tangerang sudah

tersedia, namun akan lebih baik lagi bila penempatannya lebih

mudah diketahui oleh penghuni gedung. Pada gedung RSUD Kota

Tangerang yang memiliki 8 lantai, tentu ketersediaan lift kebakaran

dapat membantu proses evakuasi menjadi lebih cepat. Namun, bila

ketersediaannya tidak mudah dilihat dan diketahui oleh penghuni,

maka lift kebakaran yang tersedia menjadi tidak maksimal

penggunaannya. Seharusnya RSUD Kota Tangerang memberikan

petunjuk mengenai letak lift kebakaran ini agar mudah diketahui

oleh penghuni gedung.

Lift kebakaran diperlukan untuk proses penanggulangan kebakaran

sehingga pemadam kebakaran dapat melaksanakan proses

pemadaman dan penyelamatan dengan cepat (Saptaria, 2005).

Bukowski (2003) juga menyebutkan, bahwa lift kebakaran yang

tersedia harus mudah diketahui oleh penghuni gedung, agar dapat

maksimal dalam penggunaannya dalam melakukan evakuasi.

Oleh karena itu, lift kebakaran yang tersedia di RSUD Kota

Tangerang menjadi penting, untuk mempercepat proses evakuasi,

sehingga dapat menghindari jatuhnya korban akibat kejadian

kebakaran. Penghuni gedung dapat dengan aman melaksanakan

evakuasi, kemudian RSUD Kota Tangerang juga akan mendapatkan

keuntungan bila menerapkan lift kebakaran dengan baik. Pengunjung


152

dan penghuni gedung akan merasa aman, sehingga pelayanan yang

diberikan dapat menjadi maksimal, pengunjung rumah sakit akan

merasa lebih nyaman dan akan meningkatkan citra RSUD Kota

Tangerang.

6.5.11. Cahaya Darurat

Cahaya Darurat yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah

dalam kondisi baik. Sub komponen ini berkaitan dengan listrik

darurat. Sub komponen ini dalam kondisi baik yang artinya dapat

digunakan bila terjadi keadaan darurat dan dapat membantu jalannya

proses evakuasi penghuni gedung. Penghuni gedung dapat melihat

dengan jelas petunjuk arah evakuasi dengan tersedianya

pencahayaan darurat di RSUD Kota Tangerang.

Ketersediaan cahaya darurat dimaksudkan untuk membantu proses

evakuasi sehingga penghuni dapat dengan jelas melihat petunjuk

evakuasi dengan pencahayaan yang cukup. (Saptaria, 2005). Jadi

dengan adanya pencahayaan darurat di RSUD Kota Tangerang,

pelaksanaan evakuasi akan lebih cepat. Pihak RSUD Kota

Tangerang dapat menghindari jatuhnya korban akibat kejadian

darurat.

Dengan begitu, maka pihak RSUD Kota Tangerang dapat terhindar

dari kerugian yang sangat besar dan dapat melindungi pasien dan

pengunjung rumah sakit. Sesuai dengan komitmen RSUD Kota


153

Tangerang yang ingin memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik

bagi masyarakat Kota Tangerang

6.5.12. Listrik Darurat

Listrik darurat yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah dalam

kondisi baik. Sub komponen ini saling berkaitan dengan cahaya

darurat. Listrik darurat menjadi penting untuk mengaktifkan cahaya

darurat yang tersedia. Sub komponen ini dalam kondisi baik yang

artinya dapat digunakan bila terjadi keadaan darurat dan dapat

membantu jalannya proses evakuasi penghuni gedung. Seperti

halnya dengan cahaya darurat, dengan listrik darurat yang baik,

RSUD Kota Tangerang dapat memudahkan proses evakuasi yang

dilakukan penghuni gedung.

Sumber listrik yang tersedia dalam suatu bangunan gedung

minimal terdapat 2 sumber. Hal ini dimaksudkan untuk tersedianya

listrik dalam keadaan darurat bila salah satu sumber tidak dapat

menyediakan listrik. Sehingga dalam keadaan darurat, penghuni

gedung tetap dapat melaksanakan evakuasi dengan cepat. (Saptaria,

2005).

Pelaksanaan evakuasi yang cukup waktu dapat meningkatkan

kemungkinan korban selamat. Kemudian pelaksanaan evakuasi yang

cukup waktu juga dapat memberikan keuntungan bagi RSUD Kota

Tangerang. Pihak RSUD Kota Tangerang akan mendapatkan


154

kepercayaan dari pengunjung dan pasien yang berobat. Yang mana

hal tersebut akan memberikan profit lebih bagi rumah sakit.

6.5.13. Ruang Pengendali Operasi

Ruang pengendali operasi yang terdapat di RSUD Kota Tangerang

juga masih dalam kondisi cukup. Seharusnya ruang pengendali

operasi yang tersedia lebih lengkap peralatannya. Tidak hanya

menggunakan peralatan sederhana saja. Seharusnya pihak RSUD

Kota Tangerang menyediakan ruang pengendali operasi yang

memiliki ventilasi yang cukup. Hal ini diperlukan agar petugas jaga

dapat lebih nyaman di dalam ruang pengendali operasi sehingga

pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus.

Ruang pengendali operasi yang baik seharusnya memiliki ventilasi

yang baik, dapat memonitor seluruh kejadian kebakaran dan selalu

diawasi oleh petugas jaga. (Saptaria, 2005).

Dengan petugas yang nyaman berada di ruang pengendali operasi,

tentu akan meningkatkan pemantauan yang dilakukan oleh petugas

tersebut. Namun, bila pihak RSUD Kota Tangerang tidak segera

memperbaiki hal ini, maka yang akan terjadi adalah petugas jaga

tidak merasa nyaman, proses pemantauan akan tidak maksimal,

sehingga akan memberikan kerugian bagi pihak RSUD Kota

Tangerang.
155

6.6. Sistem Proteksi Pasif RSUD Kota Tangerang

Sistem proteksi pasif RSUD Kota Tangerang yang terdiri dari ketahanan

api struktur bangunan, kompartemenisasi ruang dan perlindungan bukaan

telah dalam kondisi yang baik. Dengan hasil penilaian yang sempurna, tentu

menjadi keuntungan lebih bagi RSUD Kota Tangerang. Kondisi ini

memastikan bahwa sistem proteksi pasif yang tersedia di RSUD Kota

Tangerang telah dilaksanakan dengan baik dan dapat membantu proses

penghambatan meluasnya kejadian kebakaran.

6.6.1. Ketahanan Api Struktur Bangunan

Pada sub komponen ketahanan api struktur bangunan

didapatkan hasil penilaian yang sempurna. Ketahanan api

struktur bangunan RSUD Kota Tangerang erat kaitannya dengan

proses evakuasi dan mencegah proses penyebaran kebakaran

dalam gedung (Saptaria, 2005). Dengan ketahanan api struktur

bangunan yang baik, penjalaran api maupun panas dari

kebakaran dapat diminimalisir (SNI 03–1736-2000). Hal ini

dapat menjadi pertanda, bahwa dengan ketahanan api struktur

bangunan yang baik, RSUD Kota Tangerang dapat mencegah

proses penyebaran kebakaran dan mencegah proses penjalaran

api dan panas.

Dengan ketahanan api struktur bangunan yang baik, RSUD

Kota Tangerang akan terhindar dari kerugian yang besar.


156

Kemudian evakuasi yang dilakukan juga akan menjadi lebih

aman. Sehingga RSUD Kota Tangerang akan terhindar dari

kerugian akibat jatuhnya korban akibat kejadian kebakaran.

Kebakaran yang terjadi juga akan lebih mudah dipadamkan,

kemudian aset rumah sakit yang terdapat di gedung dapat

terlindungi bila ketahanan api struktur bangunannya dapat

mempertahankan struktur bangunan tersebut. Maka kerugian

yang terjadi akibat kejadian kebakaran dapat diminimalisir.

6.6.2. Kompartemenisasi Ruang

Kompartemenisasi ruang yang terdapat di RSUD Kota

Tangerang merupakan kompartemenisasi ruang yang telah

terencana dan masuk dalam kategori baik dalam hasil penilaian.

Kompartemenisasi ruang yang baik diperlukan sebagai salah

satu upaya proteksi pasif bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran (Saptaria, 2005). Selain itu, kompartemenisasi ruang

yang baik juga dapat melindungi penghuni dan aset gedung dari

bahaya kebakaran dan dapat melakukan evakuasi tanpa terpapar

bahaya kebakaran (SNI 03–1736-2000). Dengan hasil penilaian

yang baik ini, RSUD Kota Tangerang dapat dikatakan telah

melindungi penghuni gedung dari bahaya kebakaran yang dapat

terjadi kapan saja.


157

Kondisi kompartemenisasi ruang yang baik dapat menjadi

keuntungan bagi RSUD Kota Tangerang. RSUD Kota

Tangerang tidak terhindar dari paparan bahaya kebakaran yang

dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, kompartemenisasi

ruang yang terdapat di RSUD Kota Tangerang harus dalam

keadaan baik. Dengan manfaat yang diberikannya,

kompartemenisasi ruang sangat diperlukan oleh RSUD Kota

Tangerang.

Kompartemenisasi ruang yang tersedia di RSUD Kota

Tangerang dapat menghindarkan RSUD Kota Tangerang dari

kerusakan aset secara besar-besaran akibat kebakaran. Selain itu,

pelaksanaan evakuasi juga dapat dilakukan dengan aman,

sehingga korban akibat kebakaran dapat diminimalisir.

Keuntungan lebih dari ketersediaan kompartemenisasi ruang

bagi RSUD Kota Tangerang ialah dengan terlindungnya aset

perusahaan, tentu akan meminimalisir kerugian yang

ditimbulkan akibat terjadinya kebakaran bila kebakaran terjadi.

6.6.3. Perlindungan Bukaan

Perlindungan bukaan juga dimaksudkan untuk melindungi

penghuni dan aset gedung dari bahaya kebakaran (Saptaria,

2005). Dengan hasil penilaian yang baik, tentunya perlindungan

bukaan yang terdapat di RSUD Kota Tangerang telah dapat


158

melindungi penghuni dan aset gedung RSUD Kota Tangerang.

Selain itu, RSUD Kota Tangerang dapat memastikan bahwa

proses evakuasi dapat segera dilakukan karena penjalaran api

telah terproteksi. Menurut SNI 03–1736-2000, perlindungan

bukaan yang baik dapat mencegah penjalaran api dan membantu

proses evakuasi yang dilakukan bila terjadi keadaan darurat

akibat kebakaran.

Dengan kata lain, bila RSUD Kota Tangerang menyiapkan

perlindungan bukaan sesuai dengan persyaratan, maka RSUD

Kota Tangerang dapat menghambat penjalaran api kebakaran,

dengan begitu perkembangan api kebakaran juga akan

terhambat. Kemudian kebakaran yang terjadi juga tidak akan

memberikan kerusakan yang berlebih dalam waktu yang cepat.

Jadi proses pengendalian kebakaran tetap dibutuhkan meskipun

telah tersedia perlindungan bukaan ini, namun akan memberikan

waktu bagi pelaksanaan evakuasi.

Bila proses pemadaman api segera dilakukan, kerusakan

aset rumah sakit juga dapat diminimalisir. Dengan begitu

kerugian yang diderita oleh RSUD Kota Tangerang akibat

kebakaran juga akan lebih sedikit. Kerugian memang akan

selalu ada bila terjadi kebakaran, namun kerugian tersebut dapat

diminimalisir bila manajemen RSUD Kota Tangerang telah

menyiapkan perencanaan pengendalian kebakaran dengan baik.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Hasil penilaian keandalan sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung

RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut.

1. Tingkat keandalan kelengkapan tapak bangunan di RSUD Kota

Tangerang telah dalam kategori baik dengan nilai 21,2% dari

standar nilai 25%. Semua sub komponen telah mendapatkan hasil

penilaian yang baik dan memenuhi seluruh kriteria penilaian,

artinya komponen kelengkapan tapak bangunan RSUD Kota

Tangerang berfungsi dengan baik, sehingga pemakai gedung dapat

melakukan kegiatannya dengan mendapat perlindungan dari

kebakaran dengan baik.

2. Tingkat keandalan sarana penyelamatan RSUD Kota Tangerang

telah dalam kategori baik dengan nilai 20,75% dari standar nilai

25%, namun terdapat salah satu sub komponen yang tidak dapat

memenuhi seluruh kriteria penilaian, yaitu konstruksi jalan keluar.

Sub komponen konstruksi jalan keluar tidak mendapatkan nilai

yang sempurna karena belum dapat dipastikannya kecukupan

waktu dalam pelaksanaan evakuasi akibat dari belum terlaksananya

simulasi keadaan darurat di RSUD Kota Tangerang.

159
160

3. Tingkat keandalan sistem proteksi aktif RSUD Kota Tangerang

masuk dalam kategori cukup dengan nilai 17,65% dari standar nilai

24%. Hal ini dikarenakan 13 sub komponen penyusun komponen

sistem proteksi aktif, 4 diantaranya masih dalam kategori cukup

dan bahkan 2 sub komponen dinyatakan dalam kategori kurang.

Sub komponen yang masuk dalam kategori kurang adalah APAR

dan sistem pemadam luapan. Hal ini dikarenakan ketidaksiapan

kedua komponen tersebut untuk digunakan dalam keadaan darurat.

4. Tingkat keandalan sistem proteksi pasif RSUD Kota Tangerang

masuk dalam kategori baik dan telah memenuhi seluruh kriteria

penilaian dengan nilai 21,63% dari standar nilai 26%. Artinya

sistem proteksi pasif yang dimiliki oleh RSUD Kota Tangerang

telah dapat melindungi penghuni gedung dari bahaya kebakaran.

5. Tingkat keandalan sistem keselamatan bangunan RSUD Kota

Tangerang terhadap bahaya kebakaran secara keseluruhan telah

dalam kondisi baik. Dengan nilai keandalan 81,23%, RSUD Kota

Tangerang memiliki nilai keandalan dengan kategori baik, tetapi

masih ada kekurangan pada komponen sistem proteksi aktif yang

dalam komponen tersebut terdapat 2 sub komponen masuk dalam

kategori kurang yaitu APAR dan sistem pemadam luapan.


161

7.2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka peneliti memberikan beberapa

saran sebagai berikut.

7.2.1. Saran Untuk RSUD Kota Tangerang

1. Sebaiknya pihak RSUD Kota Tangerang melakukan simulasi

evakuasi keadaan darurat sebagai tolok ukur kecukupan waktu

dalam melakukan evakuasi.

2. RSUD Kota Tangerang hendaknya memberikan petunjuk

peletakkan siamese connection untuk memudahkan pengenalan

terhadap alat dan letak alat tersebut.

3. Untuk alat deteksi asap yang terletak di bagian dapur kantin

RSUD Kota Tangerang sebaiknya diganti menggunakan detektor

panas untuk menghindari terjadinya alarm palsu.

4. Dokumen mengenai spesifikasi alat-alat proteksi kebakaran

sebaiknya menjelaskan spesifikasi alat secara lebih rinci untuk

memudahkan proses inspeksi dan pengecekan alat.

5. Lift kebakaran yang sudah tersedia akan menjadi lebih baik lagi

bila diberikan petunjuk mengenai penggunaan dan

peletakkannya.
162

6. RSUD Kota Tangerang sebaiknya menambahkan peralatan yang

tersedia di ruang pengendali operasi dan memberikan ventilasi

udara yang cukup pada ruangan tersebut untuk membuat petugas

jaga lebih nyaman sehingga pemantauan dapat dilakukan terus

menerus.

7. Sebaiknya RSUD Kota Tangerang melakukan pengecekan dan

pemeliharaan tabung APAR secara berkala untuk menghindari

ketidaksiapan APAR bila terjadi keadaan darurat.

8. Sebaiknya RSUD Kota Tangerang segera memperbaiki APAR

yang tidak siap dan memberikan pelatihan penggunaan APAR.

9. Manajemen RSUD Kota Tangerang sebaiknya segera

membentuk tim ataupun bagian keselamatan dan kesehatan kerja

rumah sakit (K3RS) untuk memperjelas tugas dan tanggung

jawab untuk pemeliharaan sistem keselamatan kebakaran

bangunan gedung RSUD Kota Tangerang.

10. Untuk keselamatan kebakaran bangunan gedung secara

keseluruhan, perlu dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan,

perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala

dengan tujuan meningkatkan sistem keselamatan kebakaran

bangunan RSUD Kota Tangerang.


163

7.2.2. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan tools

yang lebih spesifik terhadap keselamatan kebakaran bangunan

di rumah sakit untuk analisis dan pembahasan yang lebih rinci

terhadap keselamatan kebakaran bangunan rumah sakit

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan observasi

disertai dengan pengecekan seluruh alat untuk memastikan

seluruh alat proteksi kebakaran berfungsi dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Adityawarman. 2011. Kebakaran Pabrik Tangerang Dominan Akibat


Korsleting Listrik. Diakses dari
http://banten.antaranews.com/berita/16878/kebakaran-pabrik-tangerang-dominan-
akibat-korsleting-listrik pada tanggal 28 Desember 2013

Ahlbrandt Jr. 1973. Efficiency in the provision of fire services. Kluwer


Academic Publishers

Ahmadi. 2009. Akibat Las, RSUD Tangerang Dilalap Api. Diakses dari
http://news.detik.com/read/2009/12/16/164912/1261369/10/akibat-las-rsud-
tangerang-dilalap-api?nd771108bcj pada tanggal 24 Maret 2014

Al Banna, M. H. (2010). Gambaran Penerapan Sistem Kesiagaan dan


Tanggap Darurat di Gardu-Gardu Induk PT PLN (Persero) Penyalur dan Pusat
Pengatur Beban Jawa Bali Region Jakarta dan Banten, Unit Pelayanan
Transmisi Jakarta Selatan (P3B-JB RJKB UPT Jakarta Selatan). Jakarta:
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Alfian, Qorik; Budisantoso W. 2012. Upaya Percepatan Waktu Tanggap


Darurat Terhadap Penanggulangan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Anonim. 2010. Install fire extinguishers soon. The Financial Express, 2010 Jun
10

Anonim. 2010. Rumah Sakit Sari Asih Serang. Diakses dari


http://sariasih.com/lvl2/index.php?option=com_content&view=article&id=40&Ite
mid=118&lang=en pada tanggal 20 Mei 2014

Anonim. 2013. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Diakses dari


http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/396/mod_resource/content/0/bahan%201-
Pedoman%20Sanitasi%20Rumah%20Sakit%20di%20Indonesia.pdf pada tanggal
3 Mei 2014

Anonim. 2013. Study: Good Safety Boosts The Bottom Line. Diakses dari
http://www.safetynewsalert.com/study-good-safety-boosts-the-bottom-line/ pada
tanggal 24 Mei 2014

Anonim. 2014. DAMKAR Tangsel Sosialisasi Antisipasi Kebakaran Untuk


Warga. Diakses dari http://tangseloke.com/news/2013/05/14/damkar-tangsel-
sosialisasi-antisipasi-kebakaran-untuk-warga/ Pada tanggal 15 Mei 2014
Anonim. 2014. Laporan Kejadian Bencana dan Kebakaran Bulan Januari-
Maret 2014. Diakses dari http://tangerangkab.go.id/laporan-kejadian-bencana-
dan-kebakaran-bulan-januari-maret-2014/ pada tanggal 12 April 2014

Arrazy, Syafran. 2013. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kebakaran


di Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013. Palembang:
Universitas Sriwijaya

Bennet NB.Silalahi dan Rumondang Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Bierster, Gregory. 2010. Improving Fire and Life Safety in Hospitals. New
York: Fire Department, City of New York

Bukowski, Richard W. 2003. Protected Elevators For Egress and Access


During Fires in Tall Buildings. Gaithersburg: NIST Building and Fire Research
Laboratory

Colt.2014. Smoke Control Systems: Creating a safe environment. Diakses dari


http://www.coltinfo.co.uk/smoke-control.html pada tanggal 26 Mei 2014.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit
Sarana Penyelamatan Jiwa. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Fauza, Iqbal. (2011). Pra Rancangan Pabrik Glukosa Monohidrat dari Pati
Sagu. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22554/5/Chapter%20I.pdf pada
tanggal 5 November 2013

Friedman, Raymond. 1992. An International Survey of Computer Models for


Fire and Smoke. Norwood: Factory Mutual Research Corporation Norwood, MA

Furness, Andrew dan Muckett, Martin. 2007. Introduction to Fire Safety


Management. Oxford: Butterworth-Heinemann

Gunawan, Tri. 2011. Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam


Pencegahan Bahaya Kebakaran (Studi Kasus Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo
Square). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta

G. Grant, J. Brenton, D. Drysdale. 2000. Progress in Energy and Combustion


Science. Edinburgh: Department of Civil and Environment Engineering of The
University of Edinburgh

Haessler, W.M. 1974. The Extinguishment of Fire. Madison: National Fire


Protection Association
Hargiyarto, Drs. Putut. 2003. Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran.
Yogyakarta: FT Universitas Negeri Yogyakarta

Hepiman, Fison; Rico Januar Sitorus; Hamzah Hasyim. 2009. Rancangan dan
Tanggap Darurat Terhadap Bahaya Kebakaran di Rumah Sakit Dr. Ernaldi
Bahar Palembang Tahun 2009. Palembang: Universitas Sriwijaya

Himpunan Pemerhati Lingkungan Indonesia. Potensi Bencana. Diakses dari


http://www.hpli.org/bencana.php pada tanggal 28 Oktober 2013

Isaac, Stephen dan Michael, William B. 1981. Handbook in Research and


Evaluation. California: EdITS publishers

Jamsostek. (2012). Laporan Tahunan 2012. Diakses dari


http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=5&id=47 pada tanggal 28 Oktober
2013

Jojo, dkk. 2013. 2013, Kebakaran Capai 74 Kasus. Diakses dari


http://bantenposnews.com/berita-8261-2013-kebakaran-capai-74-kasus.html pada
tanggal 21 Maret 2014

Kusnendar, Yustinus K. 2009. Sistem Dan Implementasi Emergency Response


And Preparedness Sebagai Upaya Pengendalian Kondisi Darurat Di PT.
Seamless Pipe Indonesia Jaya Cilegon-Banten. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret

Kristiyanto, Ambar. 2012. Evaluasi Sistem Manajemen Kebakaran Gedung


Rektorat Universitas Brawijaya (Lantai 1 s.d. 4). Malang: Universitas Brawijaya

Lasino dan Suhedi, Fefen. 2005. Kajian Penerapan Manajemen Keselamatan


Kebakaran (Fire Safety Management )Pada Bangunan Gedung Tinggi di
Indonesia. Bandung: Balai Sains Bangunan – Puslitbang Permukiman
Departemen Pekerjaan Umum

Mahmudah. 2012. Evaluasi Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Pada


Bangunan Gedung (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir).
Pekanbaru: Universitas Riau

Marbun, Zulkifli. 2014. Polisi Periksa Petugas Rumah Sakit Jambi


Pascakebakaran. Diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/04/03/n3gnv8-polisi-
periksa-petugas-rumah-sakit-jambi-pascakebakaran pada tanggal 7 April 2014
Nugroho, Adhitya. 2010. Evaluasi Emergency Response Plan dan Alat
Pemadam Api Ringan pada PT. Philips Indonesia. Surabaya: Institut Teknologi
Surabaya

Nunez, R. 2007. Fire in the Workplace: Fundamental Elements of Prevention


& Protection. Professional Safety, 52, 46-48

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 10/ 2008


tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan


Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4/MEN/1980 tentang


Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. 2009.


Kebakaran di Rumah Sakit Sari Asih Serang Akibat Arus Pendek Listrik. Diakses
dari http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=306 pada tanggal 7 April 2014

Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Kebakaran. Jakarta: Dian Rakyat


Rangga. 2009. RSUD Tangerang Terbakar. Diakses dari
http://tangerangnews.com/baca/2009/12/16/1963/rsud-kabupaten-tangerang-
terbakar pada tanggal 24 Maret 2014

Saptaria, Erry et al. 2005. Pedoman Teknis Pemeriksaaan Keselamatan


Kebakaran Bangunan Gedung (Pd-T-11-2005-C). Bandung: Puslitbang
Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Departemen Pekerjaan
Umum

Septiadi, Anas. 2012. Perbedaan Sistem Dan Pengetahuan Tanggap Darurat


Bencana Kebakaran Sebelum Dan Sesudah Pemberian Pelatihan Pada Gedung
Sekolah Dasar Sang Timur Semarang. Diakses dari
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Smith, J. P. 2006. Hospital Fires: Special Challenges For Emergency


Responders -- Part 2. Firehouse, 31, 26-31
SNI 03-1736-2000. Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Diakses dari
http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_PASIF.PDF pada tanggal 25 Maret
2014
Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penerbit PPM, Jakarta.

Sulaksmono. 1997. Mekanisme Penanganan Kebakaran Dalam Keadaan


Darurat. Bandung : Departement Biologi FMIPA IPB

Suma’mur, P.K. 1997. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.


Jakarta: PT Gunung Agung

Suprapto. Angelina Aimee. 2009. Pendekatan Upaya Pencegahan dan


Penanggulangan Kebakaran di Lingkungan Pemukiman Kumuh dan Perkotaan.
Diakses dari http://www.penataanruang.net/bulletin/view/_printart.asp?idart=210
pada tanggal 19 Mei 2014

Sutjana, I Dewa P. 2006. Hambatan Dalam Penerapan K3 dan Ergonomi di


Perusahaan. Pascasarjana Universitas Udayana. Bali

Syahri, Endah Alfiyanti. 2011. Aplikasi Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai


Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran di PT. Pura
Barutama Unit Offset Kudus. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Tarwaka, Solichul Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk


Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Widyaningsih. 2006. Studi Tentang Sarana dan Prasarana Pemadam


Kebakaran di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal Tahun 2006. Semarang:
Universitas Diponegoro

Wood Jr., Henson M. 1973. Modular Firefighting Unit. Lockheed Aircraft


Corporation (Burbank, CA)

Yunus, Muhammad. 2010. Gambaran Pencegahan dan Penanggulangan


Kebakaran RSUD Pasar Rebo di Gedung B. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran
Hasil Penilaian

Komponen Bobot KSKB Nilai Sub KSKB Nilai KSKB


Sub Komponen
KSKB (%) (%) (%)

Sumber Air 6,75

Jalan Lingkungan 6,25


Kelengkapan
25 25
Tapak
Jarak Antar Bangunan 5,75

Hidran Halaman 6,25

Sarana Jalan Keluar 9,5


Sarana
25 Konstruksi Jalan Keluar 7,875 24,125
Penyelamatan
Landasan Helikopter 6,75

Deteksi dan Alarm 1,92%

Siamese Connection 1,72%

Alat Pemadam Api Ringan 0,96%

Hidran Gedung 1,92%

Sprinkler 1,92%

Sistem Pemadam Luapan 0,84%


Sistem Proteksi
24 Pengendali Asap 1,92% 20,416
Aktif
Deteksi Asap 1,344%

Pembuangan Asap 1,344%

Lift Kebakaran 1,344%

Cahaya Darurat 1,92%

Listrik Darurat 1,92%

Ruang Pengendali Operasi 1,344%

Ketahanan Api Struktur


9,36%
Bangunan
Sistem Proteksi
26 26
Pasif Kompartemenisasi Ruang 8,32%

Perlindungan Bukaan 8,32%

Total 95,54
Hidran Halaman Diesel Fire Pump Panel Control Diesel Pump

Ruang Kontrol Jalan Lingkungan Sprinkler dan Detektor


Pintu Darurat Tangga Darurat APAR

Siamese Connection Hidran Gedung Pengendali Asap

Dapur Kantin
Matriks Wawancara
Jawaban
No. Pertanyaan
Informan 1 Informan 2
1 Menurut anda, bagaimana potensi ...saya pikir pasti ada lah bahaya itu kebakaran itu.
bahaya kebakaran di RSUD Kota
Tangerang?
2 Menurut anda, apakah seluruh pekerja Saya pikir pasti tau lah, karena kan sebelum ini juga kan ... semua pasti tau lah, ya pasti
mengetahui hal-hal apa saja yang perlu karyawan disini udah dapet pelatihan juga... tau kayak gini ini, pasti tau...
dilakukan jika terjadi kebakaran? Hal
apa yang meyakinkan anda dapat
memiliki opini tersebut?
3 Bagaimana cara RSUD Kota ...pasti udah koordinasi sama damkar, karena emang kan Ada, itu pasti...
Tangerang berinteraksi dengan pembangunan ini sendiri diserahkan sama kontraktor, tapi
Pemadam Kebakaran Kota untuk masalah perencanaan kebakaran ini juga kan
Tangerang? Apakah terdapat resopn awalnya dari dinas tata kota ya, pasti ada koordinasi sama
yang positif dari pihak pemadam pihak damkar...
kebakaran Kota Tangerang?
4 Berapa kapasitas air di RSUD Kota ... mencukupi atau engga saya kira sih mencukupi ya, ... saya juga lupa lagi pak, tapi itu
Tangerang? buktinya sampe sekarang kita ga ada permasalahan udah sesuai sama debit
kekurangan air... pemakaian, jadi udah terbagi
lah...
5 Bagaimana fungsi dari hidran halaman ...cukup bagus lah, karena alatnya juga masih baru pasti ...udah... instalasinya mereka itu
yang ada di RSUD Kota Tangerang? masih bagus, terus perencanaan juga dari dinas tata kota sebelum dikasih ke yang punya,
Apakah telah sesuai dengan peraturan saya pikir udah sesuai pasti sama peraturan yang ada. mereka manggil yang ahlinya...
yang berlaku?
6 Bagaimana konstruksi jalan keluar Kalo itu sih saya kurang paham ya, coba nanti tanya- Itu sesuai ini mah, udah, kita kan
yang terdapat di RSUD Kota tanya lagi aja sama orang teknisi... punya ini jalan utama, yang
Tangerang? Apakah dapat melindungi kawat depan itu nah itu jalan
proses evakuasi? Jika ya, bagaimana utama...
bisa dikatakan demikian?
7 Bagaimana ketahanan api struktur Kalo struktur bangunan saya juga kurang paham, nanti ... kalau masalah itu, kalau untuk
bangunan di RSUD Kota Tangerang? coba saya carikan orang teknisi nya deh ya sekalian biar tahan api itu udah, tapi di tempat-
Apakah sudah sesuai dengan fungsi bisa tanya lebih jauh... tempat tertentu...
bangunan tersebut?
8 Apakah ada kompartemenisasi ruang ...kalau itu sih ada ya, di ruangan administrasi ruang Ada, ada ada... itu dipake ada
di RSUD Kota Tangerang? Bagaimana pasien berobat kecuali poli ya, itu udah temboknya semua ininya khusus, jadi bilamana ada
kriteria kompartemenisasi ruang di beton.. menurut saya sih udah sesuai lah pasti ya, kan kebakaran, kecuali kalau ada
RSUD Kota Tangerang? Apakah balik lagi ya ke yang tadi yang bikin perencanaan gedung yang kebakaran diluar dia aman,
sudah sesuai dengan standar? ini kan orang dinas tata kota pasti juga udah koordinasi dia aman, kebakarannya diluar
sama ahli... dia aman.
9 Apakah terdapat perlindungan bukaan ...pintu darurat disini juga pake besi yang tebel juga tuh ... makanya kita pakai pintu yang
dari bahaya kebakaran di RSUD Kota ya saya pikir bisa meminimalisir lah penyebaran kalo ada tahan api, makanya pakai pintu
Tangerang? Bagaimana kriteria kebakaran... saya pikir udah cukup melindungi lah yang dari besi itu... kaca mah
masing-masing perlindungan bukaan walaupun mungkin tergantung besarnya kebakaran juga pasti pecah, tapi kalau api dia
yang ada? Apakah sudah sesuai tahan, kuat dia...
dengan standar?
10 Apa saja sistem proteksi aktif yang Disini kita sedia apar, ada juga sprinkler, hidran, kayak ... kita kan ga cuma
terdapat di RSUD Kota Tangerang? gitu-gitu mungkin ya ada detektor juga. mengandalkan air, dari apar juga
kan kita menyediakan.
11 Bagaimana sistem deteksi dan alarm Kalo mekanismenya detailnya gimana ya yang lebih tau ... detektor itu Cuma nyala aja
kebakaran di RSUD Kota Tangerang? mungkin teknisi... kalau ada asap, kalau misalnya
Bagaimana mekanisme perawatan dan ada api itu baru sprinkler nyala...
pengecekannya? kalau pengujian kita harus ada
izin sih dari pihak tertentu contoh
waktu itu ada pengujian dari apa
pihak pemadam itu koordinasi
juga orang operator takutnya kan
orang kan panik...
12 Bagaimana APAR yang terdapat di ... disini semua siap, semua bagus kok kondisinya, untuk Bahannya itu, apa gimana ya
RSUD Kota Tangerang? Bagaimana kalo misalnya ada pengecekan itu dari bagian teknisi sejenis itu tapi kan kita kan Cuma
mekanisme perawatan dan untuk mengecek, dan kalo misalnya ada pengisian baru bisa pengoperasiannya doang,
pengecekannya? Apakah sudah sesuai itu diarahkan ke bagian umum... Cuma untuk isi ulang udah ada
dengan standar? disini kan... itu jadi semua
pengoperasian itu kita udah tes
semua jadi semua itu siap pakai
pokoknya itu semua. Ya
termasuk juga yang perawatan itu
mah siap...
13 Bagaimana Hidran gedung yang Ya itu sama aja pak, kalo disini itu yang ngecek semua Kalau hidran gedung itu kan kita
terdapat di RSUD Kota Tangerang? teknisi itu ranahnya, memang seharusnya kan bagian K3 udah menyediakan alat-alatnya
Bagaimana mekanisme perawatan dan tapi untuk sementara ya seperti itu. ada didalam box itu yang hidran
pengecekannya? Apakah sudah sesuai itu, kan kalau pengecekan itu
dengan standar? damkar, makanya yang tadi itu
kan saya bilang awal itu dari 3
bulan itu dia sebulan sekali,
kesininya mungkin dari hasil
pengecekannya udah oke,
makanya paling kalau misalnya
ada kebocoran ada apa paling
baru kita hubungi mereka.
14 Bagaimana springkler yang terdapat di Ya sama kayak tadi pak, balik lagi ke pertanyaan yang Kalau sprinkler mah
RSUD Kota Tangerang? Bagaimana tadi ya begitu itu, kalo misalnya ada kerusakan atau apa pengecekannya perawatannya
mekanisme perawatan dan ya jadinya cepet diperbaiki sama mereka... bisa diliat aja, kayak dari sini dari
pengecekannya? Apakah sudah sesuai bawah aja keliatan, jadi gini aja,
dengan standar? kalau sprinkler itu kalau gak
normal ini, mungkin ada keluar
air, netes...
15 Apakah terdapat pemadam luapan di ... kalo disini selain apar ya saya pikir pakai air ya, karena ... yang beda mungkin penentuan
RSUD Kota Tangerang? Ruangan apa sprinkler juga kan air, hidran juga begitu sama, ya paling titiknya, letaknya, tergantung luas
yang diproteksi menggunakan apar aja yang gak pakai air... ruangan, perseginya berapa meter
pemadam jenis tersebut? Bagaimana kali berapa, penentuan
mekanisme perawatan dan sprinklernya ada berapa titiknya
pengecekannya? Apakah sudah sesuai dimana itu baru beda.
dengan standar?
16 Bagaimana kriteria detektor asap yang ...detektor disini aktif semua, bisa diliat juga dari ruang ...kemarin pernah kejadian ada
terdapat di RSUD Kota Tangerang? kontrol itu ada gimana keaktifannya, sejauh ini aman- orang waskita yang nyobain
Penempatannya? Apakah detektor aman, tapi waktu itu pernah kejadian malem saya denger nyalain alarm, itu pasien-pasien
terintegrasi dengan alat pemadam ada di kantin itu orang kantin lagi bakar apa gitu,ikan semua pada panik, karena kurang
secara otomatis? Bagaimana bakar atau apa ya, itu kejadian alarmnya bunyi... koordinasi. Itu pokoknya sensitif
mekanisme perawatan dan kalau smoke itu, ini misalnya
pengecekannya? Apakah sudah sesuai asap rokok, ya uap air, sama asap
dengan standar? ini ya bara, itu kan beda kalau
bara, itu kan lebih panas, jadi
bakalan nyalain detektornya
17 Bagaimana pembuangan asap yang ... pembuangan asap disini pakai exhaust ya namanya, ya ... , exhaust itu kita misalnya ada
terdapat di RSUD Kota Tangerang? itu dia menyedot asap juga kan, kalau jalurnya sih ya asap itu misalnya asap menyebar
Bagaimana perhitungan penempatan lewat atap itu langsung ke atas kan mesinnya diatas itu, untuk mencegahnya ada
dan jalur buangan? Bagaimana jalur langsung kebuang ke atas... dengan exhaust itu, jadi itu dia
yang dilewati pembuangan ini? kan alatnya ada diatas, mesinnya
Bagaimana mekanisme perawatan dan ada di atap, jadi dibuang ke atas
pengecekannya? Apakah sudah sesuai lewat exhaust itu...
dengan standar?
18 Apakah terdapat buku panduan untuk Mungkin ada... Operatornya ada orang sini,
operator ruang pengendali operasi orang apa mekanik.. mungkin gak
bahaya kebakaran? ada kan itu mah gak dirawat ya
itu jenis elektrik kecuali mesin,
gitu kan, itu mah gak dirawat..

Anda mungkin juga menyukai