SKRIPSI
Oleh:
NIM: 108101000010
JAKARTA
2015 M/1436 H
ABSTRAK
Kebakaran adalah salah satu bencana yang sering terjadi dan memberikan
kerugian baik kerugian korban jiwa maupun kerugian materi, terutama bila kejadian
kebakaran terjadi pada bangunan IGD suatu Rumah Sakit. Bencana kebakaran juga
berpotensi timbul di bangunan gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta sehingga perlu
diperiksa keandalan sistem proteksi kebakarannya dengan pedoman pemeriksaan
keselamatan bangunan yang memeriksa keandalan 4 komponen yaitu kelengkapan
tapak, sistem proteksi kebakaran aktif, sistem proteksi kebakaran pasif, dan saran
penyelamatan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui observasi,
telaah dokumen, dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat keandalan sistem proteksi kebakaran
gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta berada dalam kategori baik (84,7715%)
dengan rincian: nilai kondisi kelangkapan tapak adalah 23,5625% dari nilai
maksimal 25%; nilai kondisi sistem proteksi kebakaran aktif adalah 16,848% dari
nilai maksimal 24 % (subkomponen springkler, sistem pemadam luapan, pengendali
asap, dan pembuangan asap berkategori kurang); nilai kondisi sistem proteksi
kebakaran pasif adalah 21,736% dari nilai maksimal 26%; dan nilai kondisi saran
penyelamatan adalah 22,2625% dari nilai maksimal 25%. Nilai kondisi sistem
proteksi kebakaran RSUP IGD Fatmawati Jakarta secara keseluruhan adalah
84,7715% dari nilai maksimal 100% hingga memiliki tingkat keandalan sistem
proteksi kebakaran berkategori baik.
Peneliti merekomendasikan pihak RSUP Fatmawati Jakarta untuk
melengkapi subkomponen proteksi kebakaran yang tidak tersedia serta melakukan
pemeriksaan, pemeliharaan, dan pengujian secara berkala terhadap subkomponen
yang sudah tersedia di gedung IGD.
Kata kunci: Kebakaran, gedung IGD, Sistem Proteksi Kebakaran, Keandalan Sistem
Proteksi Kebakaran
Daftar bacaan: 35 (2000 – 2014)
v
ABSTRACT
Fire is a disaster that happens frequently and causes loss either in human
victim matter or material matter, especially if the fire hits emergency building of a
hospital. Fire is also likely to hit at emergency section building of RSUP Fatmawati
Jakarta that the level of reliablity of its fire protection system needs to be checked
using guidelines of building fire safety that evaluate 4 components such as site
completeness, active protecttion system, passive protection system, and rescue
facilty.
This research used descriptive cuantitative method. The datas used in this
research were primary data and scondary data which came from observation,
document review, and interview
Research showed that the level of reliability of fire protection system of
emergency building of RSUP Fatmawati Jakarta was in good category (84,7715%)
with details as follows: condition score of site completness was 23,5625% of
maximum score 25%; condition score of active protection system was 16,848%
maximum score 24 % (subcomponent of springkler, overflow fire system, smoke
control, and smoke exhasut were in poor category); condition score of passive
protection system was 21,736% of maximum score 26%; and condition score of
rescue facility was 22,2625% of maximum score 25%. Overall, condition score of
fire protection system of emergency building of RSUP Fatmawati Jakarta was
84,7715% of maximum score 100% that the level of reliability of fire protection
system was in good category.
Researcher recommended RSUP Fatmawati Jakarta to complement the
unavailable subcomponents and also to periodically check, maintain, and test the
available subcomponent at emergency building.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat dan ridha-Nya penulis dapat proposal skripsi dengan judul
“Gambaran Tingkat Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung IGD
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta 2015”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir kuliah sekaligus sebagai
salah satu syarat wajib untuk memperoleh gelar S1 (Strata-1) di Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik dalam proses penyusunan skripsi ini.
1. Ayah, Ibu, dan kedua adik yang tidak henti-hentinya memberikan semangat,
doa, dan dukungan hingga penulis mampu menyelesaikan jenjang pendidikan
strata satu.
2. Ibu Fajar Ariyanti, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat yang
terus mendorong penulis untuk segera menyelesaikan studinya.
3. Bapak Arif Sumantri selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
waktu, ilmu, dan siraman rohani selama proses pembuatan skripsi ini.
4. Ibu Riastuti Kusuma Wardani selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktu, ilmu, dan motivasi selama proses pembuatan skripsi ini.
5. Bapak Ali Sayhrul dan dr.Jati dari bagian HSE, serta Bapak Turiman dari
bagian IGD RSUP Fatmawati Jakarta RSUP Fatmawati Jakarta yang telah
banyak membantu penulis selama proses pembuatan skripsi di lapangan.
6. Seluruh pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat atas ilmu yang telah
diberikan
7. Seluruh rekan-rekan Kesmas 2008. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah
didapat akan membawa manfaat bagi kita semua.
vii
8. Rekan senasib seperjuangan setujuan: Nurmalita Sani, Nadya Hanifa, Dasyu
Irmayanti, Frita Nindya, Ahmad Chusanudin, serta mereka “yang berjuang
lolos dari lubang jarum”.
9. Teguh Priyanto dan Syukron Maulana, yang sama-sama berjuang mengejar
gelar sarjana.
10. Ahmad Chusanudin dan Muhammad Luqmanul Hakim. Terima kasih atas
tumpangannya.
11. Nur Najmi Laila (Kak Ami) yang telah membantu mengurus ini dan itu.
12. Seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung berperan
dalam selesainya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu masukan, saran atau pun kritik yang konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan.
Semoga karya tulis ini memberikan manfaat bagi kepada penulis secara
Penulis
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Nomor HP : 08569934415
RIWAYAT PENDIDIKAN
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................... ii
ABSTRAK.................................................................................................................. v
DAFTAR ISI.............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xx
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah...................................................................................... 6
1.3.Pertanyaan Penelitian................................................................................. 6
1.4.Tujuan Penelitian....................................................................................... 6
1.4.1.Tujuan Umum............................................................................. 6
1.4.2.Tujuan Khusus............................................................................ 7
1.5.Manfaat Penelitian..................................................................................... 7
x
1.5.3.Manfaat Bagi Pengelola Gedung IGD RSUP Fatmawati
Jakarta......................................................................................... 8
1.6.Ruang Lingkup........................................................................................... 8
2.1.Kebakaran................................................................................................ 10
2.1.2.Bahaya Kebakaran.................................................................... 13
2.2.Bangunan Gedung.................................................................................... 17
2.2.1.Definisi...................................................................................... 17
2.5.Kelengkapan Tapak................................................................................. 25
2.5.1.Sumber Air................................................................................ 25
2.5.2.Jalan Lingkungan...................................................................... 25
2.5.3.Hidran Halaman........................................................................ 26
2.6.2.Hidran Gedung.......................................................................... 28
2.6.4.Sprinkler.................................................................................... 29
xi
2.6.5.Siamese Connection.................................................................. 29
2.6.7.Pengendali Asap........................................................................ 30
2.6.8.Deteksi Asap............................................................................. 30
2.6.9.Pembuangan Asap..................................................................... 31
2.6.10.Lift Kebakaran........................................................................ 31
2.6.12.Listrik Darurat......................................................................... 31
2.8.Sarana Penyelamatan............................................................................... 33
2.10.Kerangka Teori...................................................................................... 36
3.1.Kerangka Konsep..................................................................................... 38
3.2.Definisi Istilah.......................................................................................... 40
3.2.1.Kelengkapan Tapak.................................................................. 40
3.2.4.Sarana Penyelamatan................................................................ 49
xii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 53
4.1.Jenis Penelitian......................................................................................... 53
4.3.Informan Penelitian.................................................................................. 53
4.4.Instrumen Penelitian................................................................................ 55
4.5.Pengumpulan Data................................................................................... 55
4.7.Penyajian Data......................................................................................... 65
Jakarta ....................................................................................... 67
Jakarta....................................................................................... 70
xiii
5.3.Sistem Proteksi Kebakaran Gedung IGD RSUP Fatmawati
Jakarta...................................................................................................... 73
Jakarta....................................................................................... 73
5.3.1.1.Sumber Air................................................................. 73
5.3.1.2.Jalan Lingkungan....................................................... 75
5.3.1.4.Hidran Halaman......................................................... 78
Jakarta....................................................................................... 81
5.3.2.2.Siamese Connection................................................... 83
5.3.2.4.Hidran Gedung........................................................... 86
5.3.2.5.Sprinkler..................................................................... 88
5.3.2.7.Pengendali Asap......................................................... 89
5.3.2.8.Deteksi Asap.............................................................. 90
5.3.2.9.Pembuangan Asap...................................................... 92
5.3.2.10.Lift Kebakaran......................................................... 93
xiv
5.3.2.11.Cahaya Darurat dan Petunjuk Arah......................... 93
5.3.2.12.Listrik Darurat.......................................................... 95
Fatmawati Jakarta...................................................... 97
Jakarta....................................................................................... 99
Jakarta..................................................................................... 105
xv
6.2.Tingkat Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Gedung
7.1.Simpulan................................................................................................ 132
7.2.Saran...................................................................................................... 132
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
Tabel 5.8. Hasil Pemenuhan Kriteria Penilaian APAR
xviii
Tabel 5.21.Hasil Pemenuhan Kriteria Sarana Penyelamatan
xix
DAFTAR GAMBAR
Maret 2015.............................................................................................. 38
Bangunan Terdekat................................................................................. 77
xx
Gambar 6.1 Atap Yang Terhubung dari Gedung IGD dengan
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status
bangunan gedung.
bahaya kebakaran pada bangunan gedung ini dilakukan melalui proteksi aktif dan
Bangunan Gedung, Perda DKI No 7 tahun 2010 tentang Bangunan Gedung juga
kebakaran yang sangat tinggi. Selama kurun waktu 10 tahun (2003-2013), angka
1
kejadian kebakaran terendah tercatat sebanyak 708 (tahun 2010) dan tertinggi pada
angka 1039 (tahun 2012). Perkiraan kerugian yang ditimbulkan akibat kejadian-
mencapai Rp. 298.450.580.000. Sepanjang 2013 terjadi 997 kasus kebakaran di DKI
jiwa, dan jumlah jiwa yang terkena dampak mencapai 20.861 jiwa (Fatma Lestari
bangunan yang semakin beragam serta tuntutan keselamatan yang semakin tinggi,
membuat pihak pemilik atau pengembang bangunan harus mulai memikirkan Fire
penyiapan Fire Safety Management (Yervi Hesna, dkk, 2009). Tidak terkecuali
dengan bangunan rumah sakit. Karena rumah sakit merupakan bentuk “bangunan”,
teknis yang tertuang dalam UU RI nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung,
Rabu, 28 Mei 2014. Setidaknya 20 pasien dan seorang suster dinyatakan meninggal
itu 37 orang tewas dalam sebuah insiden kebakaran di Rumah Sakit Jiwa Oksochi,
2
kebakaran pernah menimpa Rumah Sakit Sari Asih yang terletak di pinggir pintu tol
Serang Timur, Banten. Meski tidak ada korban jiwa, kebakaran tersebut
menimbulkan kepanikan dan membuat puluhan pasien yang berada dalam kondisi
Indosiar.com, 29 Juli 2009). Untuk kasus kebakaran yang pernah RSUP Fatmawati
Jakarta, terjadi pada tahun 2002 dimana api membakar satu ruangan di gedung
instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu. Meski tidak menimbulkan korban, kebakaran
tersebut menyebabkan lima pasien yang ada di ruang operasi harus dievakuasi
Dari sekian bagian yang menyusun sebuah rumah sakit, bagian Instalasi
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa Ruang Gawat Darurat adalah
salah satu ruang yang disyaratkan harus ada pada bangunan rumah sakit, yang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang
penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar. IGD adalah suatu
unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua pengalaman pasien yang pernah
datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi pengaruh yang besar bagi masyarakat
tentang bagaimana gambaran Rumah Sakit itu sebenarnya. Fungsi IGD sendiri
gejala yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak
3
gawat. IGD juga menyediakan sarana penerimaan untuk penatalaksanaan pasien
dalam keadaan bencana, hal ini merupakan bagian dari perannya di dalam
Bagian instalasi gawat darurat dihuni oleh pasien gawat maupun tidak gawat
sehingga diperlukan banyak alat penunjang yang membantu proses pemulihan para
pasien dimana alat-alat penunjang tersebut adalah bertenaga listrik. Dari hal
tersebut, timbul potensi munculnya kebakaran akibat korsleting listrik. Ini bisa
Jakarta Timur mengalami kejadian kebakaran. Menurut Kepala Seksi Operasi Sudin
PKPB Jakarta Timur, Idris DN, kebakaran berawal dari penyalahgunaan panel
November 2012).
Selain itu, kejadian kebakaran juga berpotensi timbul bersumber dari bahan-
pasien tidak berdaya (tidak bisa mengevakuasi diri sendiri) yang menempati IGD.
Meski tidak meninggal karena panas api ataupun asap, pasien IGD masih terancam
kehilangan nyawa karena panik akibat peristiwa kebakaran. Oleh karenanya, sebuah
gedung semacam IGD perlu memiliki sistem proteksi kebakaran yang andal hingga
4
dapat menekan potensi terjadinya kebakaran atau menekan api supaya tidak
membesar.
mengenai tingkat keandalan yang dimiliki oleh gedung IGD RSUP Fatmawati
Jakarta menunjukkan bahwa sistem proteksi kebakaran yang dimiliki hanya mampu
memenuhi kategori “C” alias CUKUP (Nilai keandalan yang diperoleh adalah
bangunan seperti IGD, mengingat gedung yang harus diproteksi adalah bagian yang
dengan risiko kebakaran tinggi dan sangat berpotensi menimbulkan banyak korban
jiwa jika kebakaran terjadi. Hal ini sejalan dengan Kementrian Kesehatan (2012)
yang menekankan bahwa keamanan dan keselamatan sebuah ruang gawat darurat
perlu didukung oleh bangunan dan prasarana yang memenuhi persyaratan teknis.
Akan tetapi, hasil studi tersebut belum merupakan hasil akhir sehingga perlu
mengenai sistem proteksi kebakaran yang dimiliki gedung IGD RSUP Fatmawati
proteksi kebakaran, maka bisa diperoleh pula kekurangan atau kelemahan sistem
5
1.2. Rumusan Masalah
kebakaran yang dimiliki gedung IGD RSUP Fatmawati tidak mampu mencapai
kategori ideal dari sebuah sistem proteksi kebakaran bangunan gedung. Masih ada
bagian-bagian dari sistem proteksi kebakaran yang kurang atau belum terpenuhi.
Misalnya, ada satu pintu “exit” yang tertutup dan terhalang ranjang pasien. Selain
itu jarak gedung IGD dengan gedung disebelahnya tidak memenuhi standar dan
Bagian berikut akan menjabarkan mengenai tujuan yang coba diperoleh dalam
penelitian ini. Tujuan penelitian dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
6
1.4.2. Tujuan Khusus
Jakarta
melalui pemanfaatan hasil dari penelitian ini. Manfaat penelitian dibagi menjadi
tiga, yaitu manfaat bagi peneliti, manfaat bagi institusi Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan manfaat bagi pengelola bangunan
penanggulangan kebakaran
7
1.5.2. Bagi Institusi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan
Jakarta Selatan. Objek dari peneleitian ini adalah sistem proteksi kebakaran yang
meliputi kelengkapan tapak, sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, hingga
sistem proteksi kebakaran yang dimiliki dan apakah sudah memenuhi ketentuan
yang ada. Wawancara dengan informan diperlukan untuk memperoleh data primer
serta mencari data yang tidak bisa diperoleh dengan observasi. Telaah dokumen
8
dilakukan unuk memperoleh data dari pihak pengelola bangunan gedung terutama
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori kebakaran, teosi dasar bangunan
gedung, ruang instalasi gawat darurat, potensi kebakaran dalam bangunan instalasi
gawat darurat, sistem proteksi kebakaran aktif, sistem proteksi kebakaran pasif, sarana
2.1. Kebakaran
Berbicara soal kebakaran tentu tidak akan lepas kaitannya dengan api. Secara
sederhana, Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan api sebagai panas dan
Api sendiri merupakan penemuan paling awal dan sebuah bagian esensial dari
kehidupan manusia di bumi. Namun tetap saja api adalah hal berbahaya dan dapat
kerusakan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan dan api adalah salah satu
sumber bahaya yang sangat ditakuti dalam peradaban modern. (Sarraz, dkk, 2012)
bertemunya tiga buah unsur yaitu bahan yang dapat terbakar, oksigen di udara, dan
panas yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda atau cidera bahkan kematian
sebagai sebuah reaksi kimia atau rangkaian reaksi yang meliputi proses oksidasi,
10
pengeluaran panas, cahaya, dan asap. Terdapat dua jenis kebakaran, yaitu
conflagration (kebakaran yang terjadi dimana api muncul relatif perlahan) dan
Terdapat dua teori populer mengenai api di dunia ini, yaitu teori
segitiga api (triangle of fire) dan teori tetrahedron. Teori segitiga api
elemen, yaitu panas, oksigen, dan bahan bakar. Sumber panas diperlukan
energi listrik, percikan api listrik, api las/potong, gas yang dikompresi, dan
lainnya.
sebesar 21% diantara gas-gas lain yang ada di atmosfir dan setidaknya
pembakaran.
Elemen terakhir dari teori segitiga api ini adalah bahan bakar. Bahan
Ada tiga wujud bahan bakar, yakni padat, cair, dan gas. Untuk benda padat
11
sebagian darinya ke bnetuk gas agar dapat mendukung terjadinya
pembakaran.
1. Tidak terdapat bahan bakar sama sekali atau tidak terdapat dalam
2. Tidak ada sama sekali oksigen atau tidak dalam kondisi yang cukup
suatu reaksi pembakaran merupakan hasil tidak hanya dari tiga unsur yang
sudah disebutkan di atas, tetapi ada satu elemen tambahan yaitu reaksi
12
berlangsung akan menghasilkan beberapa zat, yaitu CO, CO2, SO2, asap, dan
gas. Hasil lain dari reaksi ini adalah berupa radikal-radikal bebas dari atom
oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil. Bila ada dua hidroksil, akan
segitiga api terbentuk bidang empat api, dimana elemen keempat bertindak
kemunculan api berdasarkan dua teori yang telah disebutkan, maka manusia
menimbulkan bahaya dan juga kerugian. Karena api tidak pandang bulu
dalam membakar setiap materi yang ada disekitarnya, maka bahaya dari
kebakaran dapat menimbulkan dampak pada dua hal, yaitu harta benda dan
13
berupa kerusakan harta benda dan dampak pada manusia baik itu luka,
Gambar 2.2 Grafik Bahaya Akibat Kebakaran Yang Disusun oleh USA
National Institute of Standard and Technology (2001)
14
sebesar 74% dari korban, sementara yang diakibatkan sengatan panas
sebesar 18%, serta korban jiwa karena penyebab lain sebesar 8% dari total
ditolerir oleh manusia hanya mencapai temperatur ± 65 oC, itu pun dengan
2004).
Tabel 2.1
15
Perda DKI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan
dengan tinggi tidak lebih dari dua setengah meter dan apabila terjadi
dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter, dan apabila terjadi kebakaran
16
2.2. Bangunan Gedung
Bagian ini akan menjelaskan hal-hal terkait bangunan gedung yaitu defiinsi
untuk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya. Serupa
17
2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung mengelompokkan
1. Klas 1: Bangunan gedung hunian biasa, adalah satu atau lebih bangunan gedung
yang merupakan:
b. Klas 1b: rumah asrama/kost, rumah tamu, hostel, atau sejenisnya dengan
2
luas total lantai kurang dari 300 m dan tidak ditinggali lebih dari 12
orang secara tetap, dan tidak terletak di atas atau dibawah bangunan
hunian lain atau bangunan klas lain selain tempat garasi pribadi.
2. Klas 2: Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang
3. Klas 3: Bangunan gedung hunian diluar bangunan klas 1 atau 2, yang umum
digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang
b. bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
18
e. bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan kesehatan yang
menampung karyawan-karyawannya.
4. Klas 4: Bangunan gedung hunian campuran, adalah tempat tinggal yang berada
b. ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel
b. gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci
gudang.
19
8. Klas 8: Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel mobil,
a. Klas 10a: bangunan gedung bukan hunian yang merupakan garasi pribadi,
b. Klas 10b: struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding penyangga
gedung atau bagian dari bangunan gedung yang tidak termasuk dalam klasifikasi
20
12. Bangunan gedung yang penggunaannya insidentil, adalah bagian bangunan
13. Klasifikasi jamak, adalah bangunan gedung yang beberapa bagian dari
a. bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10%
dari luas lantai dari suatu tingkat bangunan, dan bukan laboratorium,
b. Klas-klas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang terpisah;
c. Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler atau
tersebut terletak.
21
bangunan-bangunan seperti perumahan bertingkat, asrama,
meledak.
menyebutkan bahwa ruang gawat darurat adalah salah satu ruang yang disyaratkan
harus ada pada bangunan rumah sakit, yang merupakan Ruang pelayanan khusus
jam.
Instalasi gawat darurat sebagai salah satu pelayanan di rumah sakit merupakan
pelayanan pra rumah sakit dan rumah sakit. Pelayanan pra rumah sakit atau
pelayanan sebelum pasien masuk ke rumah sakit, yaitu tindakan yang mencakup
dukungan, instruksi, perawatan serta tindakan yang di berikan kepada pasien sampai
pasien diserahkan ke rumah sakit. Pelayanan rumah sakit yaitu semua aspek
22
perawatan dan tindakan yang diberikan oleh petugas gawat darurat termasuk
tindakan atas bencana massal serta keadaan darurat dalam masyarakat lainnya
seperti bencana alam dan mempersiapkan dukungan medik untuk pelayanan gawat
Sebuah ruang IGD mesti memenuhi kebutuhan ruang, fungsi, dan fasilitasnya.
linen, ruang alat medis, ruang radiologi cito, laboratorium standar, ruang
(Kemenkes, 2012)
Keadaan darurat yang disebabkan oleh faktor internal adalah kejadian yang
diakibatkan langsung karena proses yang terjadi dalam operasi suatu kegiatan
23
perusahaan. Faktor-faktor internal meliputi faktor manusia,peralatan,material,
prosedur kerja, hingga kondisi lingkungan kerja. Sementara itu, keadaan darurat
yang diakibatkan oleh faktor ekstenal adalah kejadian darurat yang timbul dalam
operasi perusahaan sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari faktor luar
proses perusahaan. Faktor eksternal ini diantaranya adalah bencana alam, huru hara,
kebakaran. Adapun hal-hal yang bisa memicu terjadinya kebakaran pada sebuah
Korsleting atau arus pendek listrik bisa timbul dari aliran listrik yang
- Bahan-bahan kimia
- Ledakan
Potensi ledakan dalam ruang IGD bisa bersumber dari hal-hal seperti tabung
24
2.5. Kelengkapan Tapak
Sumber air adalah sumber yang menyediakan pasokan air yang akan
(Prangola, 2008).
sehingga tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur kebakaran, atau
gedung dapat dijangkau oleh pancaran air unit pemadam kebakaran dari
jalan di lingkungannya.
gedung harus tersedia jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui
25
oleh kendaraan pemadam kebakaran. Selain itu, jalan lingkungan tersebut
harus tersedia dengan lebar minimal 6 meter dengan lebar jalan masuk
minimal 4 meter.
Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan
harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota
tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman. Suplai air untuk
26
Tabel 2.2
kebakaran dalam melakukan operasi pemadaman. Selain itu sistem ini digunakan
27
kondisi darurat. Selain itu, sistem alarm mempunyai fungsi tersendiri yakni
kebakaran.
Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu hidran gedung dan hidran halaman.
Hidran gedung (indoor hydrant) adalah hidran yang terletak di dalam suatu
ringan serta mudah dilayanai oleh satu orang untuk memadamkan api pada
mula kebakaran. Media pemadaman api yang dimiliki oleh suatu APAR
dikelompokkan menjadi lima jenis yakni air, busa, tepung kering, dan halon.
28
2.6.4. Sprinkler
sprinkler menajdi tiga, yaitu sistem bahay kebakaran ringan, sistem bahaya
kebakaran sedang, dan sistem bahay kebakaran berat. Sementara itu, NFPA
system, wet pipe system, deluge system, preaction system, dan combined dry
pipe-preaction.
ditemukan pada suatu sistem pipa tegak. Saat sistem springkler menyala,
memberikan tambahan supali air, tetapi tidak menyediakan suplai air untuk
Siamese connection harus tersedia dan ditempatkan pada lokasi yang mudah
29
dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran. Selain itu siamese connection
ruang magnetik, ruang elektronik, dan lainnya. Sistem pemadam khusus ini
dapat berupa gas, busa, dan bubuk kering (Yervi Hesa dkk, 2009)
menghalangi aliran asap ke dalam sarana jalan keluar, jalam terusan keluar,
Sistem deteksi asap yang baik dapat mengaktifkan sistem pengolahan udara,
sistem pembuangan asap, dan ventilasi asap dan panas. Jarak antar detektor
30
2.6.9. Pembuangan Asap
tinggi 2 meter dari lantai. Selain itu, fan pembuangan Asap mampu
sekurang-kurangnya dari dua sumber, yaitu PLN dan sumber daya darurat
31
2.6.13. Ruang Pengendali Operasi
dari setiap bagian pada lantai ruang tersebut kearah jalan atau ruang terbuka
cm.
dari aspek arsitektur dan struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. Pengendalian lewat
Tahun 2000 menyebutkan fungsi dari adanya sistem prosteksi pasif ini adalah untuk
32
atau antar bangunan. Hal-hal yang berkaitan dengan sistem proteksi pasif meliputi
digunakan oleh penghuni bangunan, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk
menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan oleh
keadaan darurat. Selain itu, sarana penyelamatan haruslah dibuat sedemikian rupa
sehingga dalam proses evakuasi bisa dicegah terjadinya kecelakaan atau luka pada
manusia. Adapun sarana penyelamatan yang harus dimiliki oleh suatu bangunan
gedung meliputi:
- Sarana jalan keluar, atau lebih umum dikenal dengan sebutan exit, bagian
- Kontruski jalan keluar. Konstruksi jalan keluar yang dimiliku oleh suatu
bangunan gedung harus bebas halangan dan tahan terhadap api minimal 2
jam. Selain itu, konstruksi jalan keluar harus memiliki lebar tidak kurang
dari 200 cm dan bagian langit-langitnya punya ketahanan api tidak kurang
dari 60 menit.
33
2.9. Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran
keselamatan dimana salah satu hal yang harus diperhatikan dalam persyaratan
1. Kerugian Jiwa
2. Kerugian Materi
Dibalik kerugian itu, kerugian tidak langsung justru jauh lebih tinggi,
dan lainnya.
3. Menurunnya Produktivitas
4. Gangguan Bisnis
mengakibatkan gangguan bisnis yang sangat luas suatu pasar atau mall
34
terbakar, mengakibatkan kegiatan perdagangan akan terhenti total, arus
5. Kerugian Sosial
masyarakat (Trikomara,dkk,2012).
yang menjamin keselamatan, serta fungsi dan kenyamanan suatu bangunan gedung
dan lingkungannya selama masa pakai dari gedung tersebut dari segi bahayanya
Setelah semua komponen dihitung, maka akan didapatkan nilai tingkat keandalan
35
Tabel 2.3
Tingkat Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran
kebakaran baik yang terpasang di dalam maupun luar gedung. Adapun elemen
- Kelengkapan tapak
- Sarana penyelamatan
36
Pemeriksaan komponen kelengkapan tapak
Pemeriksaan komponen sistem proteksi aktif
Pemeriksaan komponen sistem proteksi pasif
Pemeriksaan sarana penyelamatan
Menghasilkan
Gambar 2.3
37
BAB III
Pembobotan Parameter
Sistem Proteksi Kebakaran Komponen proteksi
Aktif: Deteksi dan Alarm, kebakaran
Siamese Connection, APAR,
Hidran Gedung, Springkler,
Pemadam Luapan, Pengendali
Asap, Deteksi Asap,
Pembuangan Asap, Lift
Kebakaran, Cahaya Darurat,
Tingkat Keandalan
Listrik Darurat, Ruang
Pengendali Operasi Sistem Proteksi
Kebakaran
Sarana Penyelamatan:Jalan
Keluar dan Konstruksi Jalan
Keluar
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penentuan Nilai Keandalan Sistem Proteksi
Kebakaran Bangunan Gedung Bangunan Gedung IGD RSUP Fatwamati
Jakarta Maret 2015
38
Penilaian terhadap keadaan suatu sistem proteksi kebakaran dapat dilakukan
dengan menggunakan suatu jenis pedoman. Salah satu pedoman yang bisa dipakai
untuk melakukan pengukuran nilai terhadap suatu sistem proteksi kebakaran adalah
kelengkapan tapak, sistem proteksi kebakaran aktif, sistem proteksi kebakaran pasif,
yaitu sumber air, hidran halaman, jarak antar bangunan, dan jalan lingkungan.
yaitu, deteksi dan alarm, siamese connection, APAR, hidran gedung, springkler,
sistem pemadam luapan, pengendali asap, deteksi asap, pembuanagan asap, lift
kebakaran, cahaya darurat dan penunjuk arah, listrik darurat, dan ruang pengendali
komponen yaitu jalan keluar, konstruksi jalan keluar, dan landasan helikopter.
39
Seluruh subkomponen dari masing-masing komponen dihitung nilai
dengan informan lalu dibandingkan dengan kriteria yang tekah ditentukan. Hasil
kuantitaif tersebut dengan cara mengkalikan nilai kuantitatif yang sudah didapat
dengan bobot sub KSKB dan bobot KSKS. Hasil perkalian tersebut akan
gedung Pd-T-11-2005-C.
40
o Sumber air: Sumber yang menyediakan pasokan air yang akan
41
ditentukan atas hal-hal seperti ketersediaan di di halaman dan
detektor panas dan manual pemicu alarm, serta tidak lebih dari 30
42
o Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Alat yang ringan serta mudah
sprinkler pada titik terjauh (0,5-2,0) kg/cm2, debit sumber catu air
berupa gas, busa, dan bubuk kering. Sistem pemadam luapan harus
43
diproteksi dan jumlah kapasitas sesuai dengan beban api dari fungsi
deteksi asap harus memenuhi SNI 03-3689. Pada ruang dapur dan
44
dipasang alarm panas, terkecuali telah dipasang sprinkler. Detektor
Jarak antar detector < 20 m dan < 10 m dari dinding pemisah atau
tirai asap
maksimal 2000 m2, dengan tinggi tidak boleh kurang dari 500 mm
Setiap reservoir asap dilayani minimal satu buah fan, pada titik
45
o Lift kebakaran. Lift khusus yang bisa dioperasikan saat terjadinya
fungsi bangunan yang berlaku. Lift kebakaran dalam saf yang tahan
informasi tentang jalan keluar dan alur menuju jalan keluar. Tanda
horizontal dan pintu yang melayani exit. Bila tanda exit tidak
46
terlihat secara langsung dengan jelas oleh penghuni, harus dipasang
tanda petunjuk dengan tanda panah penunjuk arah. Setiap tanda exit
harus memenuhi kabel tahan api selama 60 menit. Catu daya dari
47
3.2.3. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
pasif meliputi:
tahun 2000)
(konstruksi tipe C). Luas bangunan lebih dari 18000 m2 dan volume
48
penyetop api. Bukaan vertikal dari dinding tertutup dari bawah
sampai atas disetiap lantai diberi penutup tahan api. Bukaan harus
standar pintu kebakaran dan daun pintu dapat berputar di satu sisi,
bukaan pintu keluar tidak lebih ½ dari panjang dinding tahan api,
sendiri / otomatis.
meliputi:
o Jalan keluar (exit). Jalan atau akses dari dalam bangunan IGD
maksimal 20 meter dari pintu keluar, ukuran exit minimal 200 cm,
jarak dari suatu exit tidak lebih dari 6 m, pintu dari dalam tidak
49
60/60/60 terdapat pintu keluar diberi tekanan positif, exit tidak
50
- Subkomponen berlabel B diberi nilai 80 – 100
nilai kuantitaif dengan bobot subkomponen dan juga bobot komponen (bobot
komponen tersebut.
51
dan sarana penyelamatan). Hasilnya adalah berupa nilai persentase. Nilai
kriteria:
52
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian dengan apa adanya (Best, 1982). Dalam hal ini, penelitian akan akan
kebakaran di gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta Maret 2015. Karena metode
penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif, hasil dari penelitian ini digunakan untuk
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas atau menjelaskan hubungan kausal antar
variabel.
sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Teknik yang
digunakan untuk menentukan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive
53
sampling dimana pemilihan informan didasarkan pada pertimbangan tertentu bahwa
orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa informasi yang akan diteliti
Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pihak yang memiliki
Tabel 4.1
Informan Penelitian
Fatmawati Jakarta
Fatmawati Jakarta
kebakaran. Selain itu, komite K3 RSUP Fatmawati Jakarta adalah satuan kerja
dipilih dari bagian IPSRS RSUP Fatmawati Jakarta dengan pertimbangan bagian
IPSRS berkaitan dengan sarana dan prasarana sistem proteksi kebakaran gedung.
54
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena peneliti
instrumen berupa:
1. Lembar observasi
2. Lembar wawancara
3. Laptop
4. Alat perekam
5. Kertas catatan
6. Alat tulis
7. Kamera
8. Meteran pengukur
1. Data Primer
55
2. Data Sekunder
1. Studi Dokumen
proteksi kebakaran.
2. Observasi
hidran halaman
56
o Sarana Proteksi Kebakaran Aktif: keberadaan alarm dan
3. Wawancara
kelengkapan sistem proteksi kebakaran yang tidak bisa dimana data yang
dimaksud tidak bisa diperoleh melalui cara observasi. Hal-hal yang akan
57
o Sarana proteksi kebakaran aktif: pasokan air hidran gedung,
darurat
bangunan
triangulasi data.
58
dan terpercaya. Gambaran mengenai triangulasi data dalam penelitian ini dapat
Tabel 4.2
Triangulasi Data
Objek Triangulasi Sumber Triangulasi Metode
Penelitian Informan Informan Observasi Wawancara Telaah
Kunci Pendukung Dokumen
KELENGKAPAN TAPAK
Sumber Air √ √ √ √ -
Jalan Lingkungan - - √ - -
Jarak Antar - - √ - -
Bangunan
Hidran Halaman √ √ √ √ -
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF
Deteksi - - √ - √
Siamese - - √ - -
Connection
APAR √ √ √ √ √
Hidran gedung √ √ √ √ √
Springkler √ √ √ √ -
Pemadam Luapan √ √ √ √ -
Pengendali Asap √ √ √ √ -
Deteksi Asap - - √ - √
Pembuangan Asap √ √ √ √ -
Lift Kebakaran - - √ - -
Cahaya dan - - √ - -
Petunjuk Arah
Listrik Darurat √ √ √ √ -
Ruang Operasi √ √ √ √ -
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PASIF
Ketahanan Api √ √ - √ √
Kompartemenisasi √ √ - √ √
Perlindungan √ √ √ √ -
Bukaan
SARANA PENYELAMATAN
Jalan Keluar - - √ - √
Konstruksi Jalan - - √ - √
Keluar
Landasan - - √ - √
Helikopter
59
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah dan dianalisis
gedung Pd-T-11-2005-C.
observasi langsung. Data yang tidak bisa diperoleh melaui observasi atau
melalui telaah dokumen. Data yang tidak bisa diperoleh melaui observasi
dan telaah dokumen atau data yang hanya dapat diambil melalui proses
100, nilai C akan diberikan nilai kuantitatif 60-80, dan nilai K akan
60
diberikan nilai kuantitatif <60. Hasil temuan yang diperoleh peneliti
Jika terdapat kriteria yang tidak dapat diperoleh dengan observasi, maka
nilai kuantitatif (<60, 60-80, dan >80-100) bagi setiap subkomponen yang
subkomponen.
61
Hierarchy Process (AHP) dimana metode tersebut digunakan untuk
Tabel 4.3
Tabel 4.4
62
Tabel 4.5
Tabel 4.6
63
Tabel 4.7
persentase).
14. Jika tingkat nilai keandalan sistem proteksi kebakaran ≥80%-100%, maka
64
15. Jika jumlah nilai keandalan sistem proteksi kebakaran ≥60%-<80%, maka
16. Dan jika nilai tingkat keandalan sistem proteksi kebakaran kurang dari 60
Data yang sudah diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel yang berisikan
65
BAB V
HASIL PENELITIAN
sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU
Kelas B Pendidikan.
tahun 1991, pada tahun 1994 ditetapkan menjadi Unit Swadana Tanpa Syarat,
pada tahun 1997 sesuai dengan diperlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah
66
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU)
(www.rsupfatmawati.com).
Pada tahun 2007, gedung eks RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat)
funtuk pelayanan pendidikan dan pelatihan dan klinik Wijaya Kusuma (HIV
AIDS) dan klinik Amarylis (kesehatan jiwa). Pada tanggal 2 Mei 2008, RSUP
Fatmawati ditetapkan oleh Depkes sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan
67
unggulan bidang orthopaedi dan rehabilitasi medik, yang
penelitian
pelayanan pelanggan
68
5.1.1.4. Moto RSUP Fatmawati Jakarta
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian layanan yang dimiliki
oleh RSUP Fatmawati Jakarta. Bagian IGD RSUP Fatmawati Jakarta ditujukan
1. Lantai 1 teridiri atas lobby utama, bagian apotik, ruang tunggu, ruang poli
24 jam, ruang tunggu dan periksa KDRT, bagian triage officer, ruang
kasus bedah, ruang kasus non bedah, ruang server, ruang radiologi, ruang
radiologi CT Scan, ruang resusitasi, ruang tindakan sub steril, ruang IGD
2. Lantai 2 terdiri atas ruang tunggu, mushola, ruang isolasi, ruang karu
ICU, ruang konsultasi, nurse station, ruang ICU dan ICU khusus, ruang
dokter jaga, gudang alat ICU, ruang makan, ruang tunggu VIP, ruang
3. Lantai tiga terdiri atas aula, mushola, ruang Kepala IGD, ruang
pendidikan dan Kepala Pendidikan, ruang IGD dan Kepala IGD, ruang
69
kelas, lobby, ruang IRI, ruang SMF anastesi, ruang SMF Jantung, dan
gudang.
Fatmawati terlampir).
tersebut membawahi lagi wakil kepala ruang dan waki kepala ruang
70
2. Koordinator pelayanan medis: bertanggungjawab terhadap
optimal di IGD
71
pengelolaan alat kesehatan habis pakai dan fasilitas lain yang
jam
optimal di IGD
IGD
secara optimal
optimal
optimal
aplikasi komputer
72
5.3. Sistem Proteksi Kebakaran Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
Jakarta terdiri atas empat komponen yaitu kelengkapan tapak, sistem proteksi
kondisi aktualnya dengan standar penilaian yang digunakan dalam tulisan ini.
berikut ini.
sumber air, jalan lingkungan, jarak antar bangunan, dan hidran halaman.
73
“...sumber air sudah mencukupi. Biar lebih jelas, coba tanya
Tabel 5.1
Hasil Pemenuhan Kriteria Penilaian Sumber Air
Gedung IGD RSUP Fatmawati
74
5.3.1.2. Jalan Lingkungan
Tabel 5.2
Hasil Pemenuhan Kriteria Penilaian Jalan Lingkungan
Gedung IGD RSUP Fatmawati
75
Gambar 5.1
Jalan Lingkungan IGD RSUP Fatmawati Jakarta
bangunannya adalah 3m
bangunannya adalah 6 m
76
Bangunan IGD RSUP Fatmawati berada dalam kisaran
Gambar 5.2
Jarak Bangunan IGD RSUP Fatmawati Jakarta
Dengan Gedung Terdekat
berikut.
77
Tabel 5.3
Hasil Pemenuhan Kriteria Penilaian Jarak Antar
Bangunan Gedung IGD RSUP Fatmawati
diantaranya adalah:
78
lengkap. Dalam ujicoba tersebut diketahui pula tekanan airnya
Tabel 5.4
Hasil Pemenuhan Kriteria Penilaian Hidran Halaman
Gedung IGD RSUP Fatmawati
Fatmawati Jakarta
79
lingkungan, jarak antar bangunan, dan hidran halaman. Hasil
Tabel 5.5
Penilaian Komponen Kelengkapan Tapak Gedung IGD RSUP
Fatmawati Jakarta
KELENGKAPAN TAPAK 25
Lingkungan
Bangunan
Halaman
JUMLAH 23.5625%
80
5.3.2. Sistem Proteksi Aktif Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
pembuangan asap, lift kebakaran, cahaya darurat, listrik darurat, dan ruang
cahaya, uap air, asap, karbon monoksida, atau produk dan efek
03-3985-2000).
mekanis
81
3. Setiap detektor yang terpasang harus dapat dijangkau
alarm manual
berikut.
Tabel 5.6
Hasil Pemenuhan Kriteria Deteksi dan Alarm Gedung
IGD RSUP Fatmawati
82
Hasil pengamatan langsung menunjukkan detektor sudah dipasang
dan alarm.
Gambar 5.3
Deteksi dan Alarm Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
83
connection ini adalah untuk memberikan tambahan suplai air,
Tabel 5.7
Hasil Pemenuhan Kriteria Siamese Connection
Gedung IGD RSUP Fatmawati
84
Tabel 5.8
Hasil Pemenuhan Kriteria APAR Gedung IGD RSUP
Fatmawati Jakarta
85
tempat yang terlihat. Instruksi pengoperasian dan identifikasi
Gambar 5.4
APAR Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
86
Tabel 5.9
Hasil Pemenuhan Kriteria Hidran Gedung IGD RSUP
Fatmawati Jakarta
87
Api/Kebakaran Serta Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran di
RSUP Fatmawati.
Gambar 5.5
Hidran Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
5.3.2.5. Springkler
88
aktualnya secara otomatis akan menghasilkan nilai kategori
89
Fatmawati Jakarta tidak memiliki pengendalian asap. Hal ini
Jakarta.
90
Tabel 5.10
Hasil Pemenuhan Kriteria Deteksi Asap Gedung IGD
RSUP Fatmawati Jakarta
tanda bunyi bel dan bunyi sirine. Sementara itu deteksi asap yang
91
pengamatan menunjukkan gedung IGD RSUP Fatmawati tidak
Gambar 5.6
Deteksi Asap Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
dari informan.
92
Berdasarkan hal-hal di atas, maka kondisi aktual
93
Tabel 5.11
Hasil Pemenuhan Kriteria Cahaya Darurat dan
Petunjuk Arah IGD RSUP Fatmawati Jakarta
94
Gambar 5.7
Cahaya Darurat dan Petunjuk Arah
Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
Tabel 5.12
Hasil Pemenuhan Kriteria Listrik Darurat IGD RSUP
Fatmawati Jakarta
95
Sumber listrik untuk kebutuhan daya di gedung IGD RSUP
lebih dari satu sumber. Hal ini dipertegas dengan informasi dari
informan.
UPS...” (ik)
UPS...”(ip)
Tabel 5.13
Hasil Pemenuhan Kriteria Ruang Pengendali Operasi
IGD RSUP Fatmawati Jakarta
96
kegiatan dalam gedung secara umum, keberadaan CCTV juga
Gambar 5.8
Ruang Pengendali Operasi
Gedung IGD RSUP fatmawati Jakarta
97
dijumlahkan sehingga menghasilkan nilai kondisi komponen
Tabel 5.14
Penilaian Komponen Sistem Proteksi Kebakaran Aktif Gedung IGD RSUP
Fatmawati Jakarta
PROTEKSI AKTIF 24
5 Springkler K 0 8 0
6 Sistem Pemadam K 0 7 0
Luapan
7 Pengendali Asap K 0 8 0
9 Pembuangan K 0 7 0
Asap
10 Lift Kebakaran B 100 7 1,68 -
98
Hasil penghitungan nilai komponen sistem proteksi
kebakaran aktif yang sebesar 24%. Hal ini disebabkan karena ada
99
Tabel 5.15
Hasil Pemenuhan Kriteria Ketahan Api Struktur
Bangunan Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
yang tahan api. Hal ini kemudian diperkuat dengan informasi dari
informan.
baku...” (ip)
100
5.3.3.2. Kompartemenisasi Ruangan
Tabel 5.16
Hasil Pemenuhan Kriteria Kompartemensisasi
Ruangan Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
sebagian.
101
Poin kedua kriteria penilaian subkomponen
lantai lebih dari 18.000 m2 dan volume ruangan 108.100 m3. Luas
102
Tabel 5.17
Hasil Pemenuhan Kriteria Perlindungan Bukaan
Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
103
Bangunan (KSKB). Nilai yang didapat kemudian masing-masing
Tabel 5.18
Hasil Pemenuhan Kriteria Sistem Proteksi Pasif Gedung IGD RSUP Fatmawati
Jakarta
PROTEKSI PASIF 26
104
menjadi bobot komponen sistem proteksi kebakaran pasif yang
105
Tabel 5.19
Hasil Pemenuhan Kriteria Jalan Keluar Gedung IGD
RSUP Fatmawati Jakarta
106
Gambar 5.9
Jalan Keluar Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
107
Tabel 5.20
Hasil Pemenuhan Kriteria Konstruksi Jalan Keluar
Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
108
RSUP Fatmawati belum dilengkapo dengan sistem
penanggulangan asap.
Gambar 5.10
Konstruksi Jalan Keluar Gedung IGD
RSUP Fatmawati Jakarta
109
perlu dinilai. Dengan kondisi tersebut, maka nilai dari
110
Tabel 5.21
Hasil Pemenuhan Kriteria Sarana Penyelamatan Gedung IGD RSUP
Fatmawati Jakarta
SARANA PENYELAMATAN 25
111
komponen diperoleh dengan menghitung nilai kondisi dari subkomponen-
Tabel 5.22
Tingkat Kendalan Sistem Proteksi Kebakaran Gedung IGD
RSUP Fatmawati Jakarta Maret 2015
KSKB
JUMLAH 84,7715 %
112
Hasil penghitungan tingkat keandalan sistem proteksi kebakaran
113
BAB VI
PEMBAHASAN
proses pembuatan karya tulis ini. Hal tersebut kemudian menjadi keterbatasan
dalam penelitian tingkat keandalan sistem proteksi kebakaran gedung IGD RSUP
Selain itu, keterbatasan dalam penelitian ini juga terdapat pada pedoman yang
Umum Republik Indonesia. Dalam pedoman tersebut terdapat salah satu langkah
digunakan dalam penelitian ini tidak secara spesifik menjelaskan mengenai kondisi-
kondisi seperti apa suatu nilai kuantitatif dapat diberikan pada sebuah
114
subkomponen. Sebagai contoh, terdapat subkomponen yang berkategori A.
2005-C tidak mengatur secara rinci mengenai jumlah nilai kuantitatif yang bisa
diberikan apakah sebanyak 82, 85, 90, dan sebagainya. Keputusan mengenai jumlah
6.2. Tingkat Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Gedung IGD RSUP Fatmawati
Jakarta
2005-C yang disusun oleh Departmen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Dalam
gedung didapat melalui penjumlahan nilai empat komponen yang diperiksa yaitu
kelengkapan tapak, sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, dan sarana
penyelamatan.
kebakaran gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta adalag 84,7715 %. Hal ini berarti
bahwa keandalan sistem proteksi kebakaran gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
115
termasuk dalam kategori BAIK (B). Dengan nilai kondisi tersebut, maka
2. Perawatan/pemeliharaan berkala
Meski sudah mencapai kategori BAIK, terdapat beberapa hal yang perlu
CUKUP seperti jarak antar bangunan, APAR, ruang pengendali operasi, dan
subkomponen yang sama sekali tidak tersedia di dalam sistem proteksi kebakaran
pertimbangan pihak RSUP Fatmawati Jakarta agar sistem proteksi kebakaran yang
dimiliki oleh gedung IGD menjadi lebih baik lagi sehingga dapat menjamin upaya
kebakaran.
116
6.3. Kondisi Kelengkapan Tapak Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
menunjukkan kapasitas sumber air sekitar 108.000 liter. Hal ini telah sesuai dengan
persyaratan dimana kapasitas sumber air adalah minimal 10.000 liter terhadap
fungsi bangunan (Trikomara, dkk, 2012). Mengingat air adalah kebutuhan vital
dalam sistem proteksi kebakaran, maka dalam penyusunan suatu rencana proteksi
kebakaran perlu diidentifikasi apakah sumber air yang akan digunakan untuk proses
jalan dengan lebar diatas 6 meter serta sudah diberi pengerasan aspal akan sangat
meter dan diberi pengerasan, mobil pemadam kebakaran akan lebih mudah
memasuki area gedung, sehingga proses pemadaman akan menjadi lebih cepat
(Saptaria, 2005). Jalan lingkungan yang telah memenuhi syarat tentu akan
lebih besar disebabkan kurangnya pertolongan yang cepat oleh petugas pemadam
gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta sudah tersedia di halamn gedung, mudah
dijangkau, berfungsi sempurna, dan memiliki tekanan 3,5 – 4 bar dengan suplai air
117
38 – 40 liter/detik. Sebuah penelitian evaluasi sistem kebakaran yang menilai
tersebut berada tempat yang mudah dijangkau tetapi tidak berfungsi secara
sempurna karena peralatan yang kurang terawat dan jarang dilakukan ujicoba
(Hesna, 2009). Hidran gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta berada dalam kondisi
baik sehingga hal tersebut akan sangat berperan penting dalam upaya
jarak antar bangunan memiliki nilai kategori cukup. Hal ini terjadi karena jarak
mensyaratkan jika bangunan dengan tinggi 8 – 14 meter harus berjarak 6 meter dari
gedung lain di sebelahnya. Selain masalah jarak yang tidak memenuhi syarat, hasil
semakin parah dan api membakar gedung lain akibat jarak antar bangunan yang
tidak sesuai kriteria. Salah satunya adalah kejadian kebakaran yang menimpa Pasar
Johar, Semarang, dimana api yang bermula membakar Pasar Johar membesar dan
kemudian membakar Pasar Yaik yang berada di sebelah barat bangunan utama pasar
118
Gambar 6.1
Atap Yang Terhubung dari Gedung IGD dengan Gedung Terdekat
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan menyebutkn kriteria jarak antar
menjalankan tugas pemadaman. Namun dengan kondisi aktual jarak antar bangunan
geudng IGD RSUP Fatmawati yang tidak sesuai kriteria serta adanya atap/kanopi
seperti yang terlihat pada gambar di atas, dikhawatirkan kebakaran akan meluas
karena api dapat merambat ke gedung di sebelahnya. Jika gedung IGD mengalami
dan begitu pula sebaliknya. Hal seperti itu tentu akan menambah risiko kerusakan
material dan potensi bertambahnya korban manusia. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
suatu tindakan dari pihak RSUP Fatmawati Jakarta untuk menangani hal tersebut.
119
6.4. Kondisi Sistem Proteksi Kebakaran Aktif Gedung IGD RSUP Fatmawati
Jakarta
berada dalam kondisi baik. penerapan sistem deteksi dan peringata kebakaran
bangunan gedung senantiasa andal dan berkualtias (Iswara,2009). Deteksi dan alarm
yang berfungsi baik akan memberikan peringatan segera bila terjadi kejadian
kebakaran atau insiden yang bisa memicu terjadinya kebakaran. Peringatan dini dari
deteksi dan alarm yang berfungsi baik akan memberitahu seluruh penghuni gedung
melakukan evakuasi terhadap diri sendiri maupun membantu proses evakuasi orang
lain. Peringatan kebakaran dari deteksi dan alarm yang baik juga memberitahu
sangat besar dalam meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh suatu kejadian
kebakaran.
berada dalam kondisi baik. Minnesota State Fire Marshal (2006) menyebutkan
upaya pemadaman tambahan saat terjadinya kejadian kebakaran. Hal ini sejalan
untuk memberikan tambahan suplai air meski tidak dibuat untuk memberikan suplai
120
air dalam jatah tertentu. Meski penilaian secara umum siamese connection gedung
IGD RSUP Fatmawati Jakarta berada dalam kondisi baik, namun ada satu hal yang
perlu mendapat perhatian dari pengelola gedung atau pihak yang berwenang dalam
memelihara sistem proteksi kebakaran gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta. Hal
yang perlu diperhatikan tersebut adalah penanda atau penunjuk siamese connection.
Penanda atau penunjuk dibuat agar siamese connection lebih mudah dikenali.
Dengan bantuan penanda atau penunjuk tersebut, pihak petugas pemadam bisa
menemukan letak siamese connection dengan mudah tanpa harus membuang waktu
Fatmawati Jakarta berada dalam kondisi baik. Namun, dari hasil pengamatan
langsung terdapat APAR yang tidak tersedia pada tempat yang telah ditentukan
Gambar 6.2
APAR Tidak Tersedia
121
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012) menyebutkan bagian IGD
dari sebuah rumah sakit adalah bagian pelayanan khusus yang menyediakan
satu hal yang menunjang dimana APAR berperan dalam mencegah kebakaran
menyebutkan bahwa api kebakaran menjadi membesar akibat APAR yang tersedia
tidak siap digunakan (Permana, 2014). Oleh karena itu, pihak-pihak berwenang
perlu memperhatikan hal ini dan segera melakukan tindakan terkait kelengkapan
kriteria-kriteria yang berlaku sehingga berada dalam kondisi baik. Ramli (2010)
kebakaran. Dengan kondisi hidran yang baik tentu hal tersebut akan sangat berperan
kebakaran atau regu internal yang bertugas memadamkan api dapat melakukan
bisa ditekan.
kondisi kurang. Kondisi kurang tersebut didapat setelah hasil pengamatan langsung
122
terhadap ketersediaan springkler di gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
Fatmawati Jakarta tidak tersedia karena gedung tersebut pada awalnya dibangun
dengan jumlah dua lantai. Hal ini senada dengan pernyataan dari informan
pendukung yang mengatakan bahwa jumlah lantai pada desain awal gedung IGD
RSUP Fatmawati Jakarta hanya berjumlah dua lantai sehingga springkler tidak
diperlukan. Sistem springkler sendiri bekerja saat panas dari api melelehkan
sambungan solder atau memecahkan bulb dan kemudian kepala springkler akan
mengeluarkan air (Ramli, 2010). Dengan cara kerja seperti itu, bisa dikatakan
bahwa springkler adalah komponen sistem proteksi kebakaran yang segera bekerja
memadamkan api tanpa perlu diaktifkan oleh tenaga manusia. Dari hal tersebut, bisa
peran yang sangat penting. Perihal springkler di gedung IGD RSUP Fatmawati
Jakarta yang tidak tersedia terkait jumlah lantai gedung, Ramli (2010) menegaskan
bahwa bangunan rumah sakit yang memiliki bangunan bertingkat perlu dilengkapi
dengan springkler yang dapat berfungsi saat kebakaran terjadi. Hal ini senada
dengan Badan Litbang PU (2005) yang menyatakan jika bangunan rumah sakit
dengan lebih dari 2 lantai sudah harus memasang springkler. Sebagai contoh adalah
pada bangunan IGD RSHS Bandung yang melengkapi bangunan IGD dengan
123
dalam gedung dan kondisi pasien penghuni IGD RSUP Fatmawati Jakarta. Dua
menyatakan bahwa springkler tidak wajib dipasang pada kondisi dimana penerapan
air membuat ancaman kebakaran lebih besar serta pada kondisi dimana pasien sulit
IGD RSUP Fatwamati Jakarta juga berada dalam kondisi kurang. Hasil pengamatan
menunjukkan tidak ada sistem pemadam luapan yang terpasang di dalam gedung
bahwa sistem pemadam luapan memiliki tingkat urgensi yang tidak terlalu
mendesak. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informan yang
selama 24 jam setiap harinya. Selain itu, pekarya dan satuan pengamanan (satpam)
suatu garis komando untuk di luar jam kerja normal sehingga gedung IGD RSUP
Fatwamati Jakarta bisa terus terpantau. Dari hal-hal tersebut, dapat ditarik
Fatwamati Jakarta bisa segera diatasi secara manual dengan tenaga manusia
sehingga sistem pemadaman awal yang bersifat otomatis seperti pemadam luapan
124
Subkomponen pengendali asap gedung IGD RSUP Fatwamati Jakarta berada
dalam kondisi kurang karena subkomponen tersebut tidak tersedia di gedung IGD
korban jiwa. Saran yang tertulis di atas juga pernah diberikan pada penelitian lain
yang memeriksa keandalan sistem proteksi kebakaran pada gedung Kantor Bupati
pengolahan udara, sistem pembuangan asap, ventilasi asap dan panas secara
otomatis. Namun karena sistem pembuangan asap gedung IGD RSUP Fatwamati
Jakarta tidak tersedia, hal ini mengurangi nilai kondisi dari deteksi asap yang
dimiliki gedung IGD RSUP Fatwamati Jakarta. Hasil ini seperti hasil penilaian
dilakukan oleh Hesna dkk (2009) dimana deteksi asap tidak mengoperasikan
pengolahan udara secara otomatis. Hal ini perlu dijadikan bahan pertimbangan oleh
125
pihak pengelola RSUP Fatmawati Jakarta agar melengkapi kriteria deteksi asap di
gedung IGD.
pengamatan tersebut kemudian dari dipertegas dengan informasi dari informan yang
pembuangan asap. Kondisi ini tentu berbahaya mengingat asap adalah produk
paling berbahaya dari suatu kejadian kebakaran. National Institue of Standard and
Serikat adalah akibat menghirup asap. Selain meracuni pernafasan, asap juga
Dari hal-hal tersebut, penting bagi pihak RSUP Fatmawati Jakarta untuk
bangunan dengan tinggi efektif 25 meter. Bangunan gedung IGD RSUP Fatwamati
Jakarta memiliki tinggi sekitar 12 meter sehingga lift kebakaran tidak terlalu
diperlukan.
126
Subkomponen cahaya dan petunjuk arah gedung IGD RSUP Fatwamati
Jakarta berada dalam kondisi baik. Saptaria (2005) menyebutkan bahwa cahaya dan
petunjuk arah berperan dalam proses evakuasi dimana penghuni bangunan dapat
Subkomponen cahaya dan petunjuk arah yang dimiliki gedung IGD RSUP
dalam kondisi baik. Dari hasil wawancara dengan informan, diperoleh informasi
bahwa sumber listrik gedung IGD RSUP Fatwamati Jakarta dipasok dari tiga
sumber yaitu PLN, generator, dan UPS. Ketersediaan listrik darurat pada sebuah
sistem deteksi dan alarm, hidran, springkler, pengendali asap, pintu tahan api
memiliki subkomponen listrik darurat dengan kondisi baik, akan terjamin proses
pengendali operasi memiliki peralatan yang lengkap dan dapat memonitor bahaya
127
kebakaran yang terjadi. Ruang pengendali operasi yang dimiliki gedung IGD RSUP
Fatwamati Jakarta hanya terdiri dari kamera CCTV yang terpasang di beberapa titik.
Untuk itu, pihak RSUP Fatmawati perlu melengkapi peralatan ruang pengendali
6.5. Kondisi Sistem Proteksi Pasif Gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta
Jakarta berada dalam kondisi baik. Hasil wawancara dengan informan menyebutkan
konstruksi gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta terbuat dari beton. KepmenPU
bahan konstruksi yang tahan api. Bangunan yang memiliki struktur bangunan yang
tahan api yang baik berperan dalam memberikan waktu bagi penghuni bangunan
Jakarta berada dalam kondisi baik. Kompartemenisasi ruang yang baik berperan
evakuasi secara aman tanpa dihalangi oleh penyebaran api dan asap kebakaran
ruang sehingga tidak ada asap, gas, atau api yang dapat berpenetrasi masuk dari
128
ruang di luarnya. Selain itu, kompartemenisasi juga bisa berfungsi sebagai ruang
berada dalam kondisi kurang. Dari hasil wawancara dengan informan, gedung IGD
RSUP Fatmawati Jakarta hanya memiliki perlindungan bukaan pintu tahan api yang
IGD RSUP Fatmawati Jakarta berada dalam kondisi kurang. Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta (2010) menekankan bahwa setiap gedung harus memiliki perlindungan
perlindungan bagi penghuni dan harta benda dari kerugian akibat kebakaran.
dalam kondisi baik. Dari seluruh kriteria yang telah ditentukan, hanya ketersediaan
loby bebas asap yang tidak terpenuhi. Tersedianya jalan keluar yang memenuhi
bahwa ketersediaan rute aman untuk menyelamatkan diri dinikai sangat penting
agar penghuni gedung terhindar dari bahaya kebakaran atau asap. Dengan kondisi
penghuni gedung IGD RSUP Fatmwati yang banyak dihuni oleh pasien-pasien
gawat darurat dan tidak bisa menyelamatkan diri sendiri, maka ketersediaan jalan
129
keluar yang memiliki kondisi baik akan sangat membantu dalam proses evakuasi
dalam kondisi baik. Dari seluruh kriteria konstruksi jalan keluar yang disyaratkan
terdapat satu kriteria yang belum dapat terpenuhi yaitu kriteria konstruski jalan
keluar dapat mencegah penjalaran asap kebakaran. Kriteria tersebut belum dapat
penanggulangan asap. Hal ini menjadi penting mengingat dalam kejadian kebakaran
gedung, sebagian besar kematian disebbakan oleh asap kebakaran (Ramli, 2010).
Kondisi konstruksi jalan keluar yang baik akan sangat berperan dalam proses
helikopter disyaratkan untuk gedung dengan tinggi efektif 60 meter. Karena gedung
IGD RSUP Fatmawati hanya memiliki tinggi sekitar 12 meter, maka gedung IGD
130
Proses penyelamatan penghuni gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta masih dapat
dilakukan meski tanpa bantuan dari helikopter tim penyelamat. Hal serupa juga
131
BAB VII
7.1. Simpulan
B (BAIK)
adalah 23,5625%
adalah 22,625 %
7.2. Saran
132
2. Pihak RSUP Fatmawati Jakarta perlu mempertimbangkan untuk
IGD
masing-masing komponen
133
DAFTAR PUSTAKA
dari http://www.tempo.co/read/news/2013/09/14/117513206/Kebakaran-Rumah-
134
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.2012.Pedoman
Furness, Andrew & Muckett, Martin. 2007. Introduction to Fire Safety Management.
Oxford: Elsevier
135
Hapsari, Yunita.2012.Analisis Sitem Pelayanan Pasien Rawat Inap Dengan Jaminan
Skripsi:Universitas Indonesia
Lingkungan
Utara
dari http://news.detik.com/internasional/2593511/kebakaran-rumah-sakit-di-
136
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang
Bangunan Gedung
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) di Instlasai Gawat Darurat RSU PKU
137
Rahman, N.Vinky.2004.Kebakaran, Bahaya Unpredictible, Upaya, dan Kendala
Sumatera Utara
Bangladesh.
138
Suara Pembaruan.2012.IGD RS Persahabaran Terbakar, Pasien Berhamburan.Diakses dari
http://www.sp.beritasatu.com/home/igd-rs-persahabatan-terbakar-pasien-
Indonesia
Supaidi, Heni Murniati.2009.Kebakaran Di Rumah Sakit Sari Asih Ratusan Pasien dan
http://metro.tempo.co/read/news/2002/10/17/05730910/rs-fatmawati-jakarta-
139
Trikomara, Rian, et all.2012.Evaluasi Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Hilir).Pekanbaru:Universitas Riau
Wahono, Edi. 2008.Analisis Sistem Fire Roller Shutter Terhadap Tingkat Keselamatan
Indonesia.
140
LAMPIRAN
LEMBAR PENILAIAN KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN PEDOMAN
PEMERIKSAAN KESELAMATAN KEBAKARAN BANGUNAN GEDUNG Pd-
T-2005-11-C DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
1.Penilaian Komponen Kelengkapan Tapak
1.Bagaimana sumber air yang terdapat di gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta?
3.Bagaimana dengan suplai air untuk hidran halaman di gedung IGD RSUP
Fatmawati Jakarta?
5.Bagaimana dengan suplai air untuk hidran halaman di gedung IGD RSUP
Fatmawati Jakarta?
7.Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada sistem pemadam luapan yang terpasang
10.Sumber listrik apa saja yang terdapat di gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta?
Fatmawati Jakarta?
12.Bagaimana dengan ketahan api konstruksi gedung IGD RSUP Fatmawati Jakarta?
Jakarta?
Fatmawati Jakarta?
15.Bagaimana dengan ketersediaan loby bebas asap di gedung IGD RSUP Fatmawati
Jakarta?