Anda di halaman 1dari 19

JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies Vol. 2, No.

1, 2020
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jasmerah page 1–19

PERDAGANGAN DAN PEMERTAHANAN KULI


DI PERKEBUNAN: OPIUM DI DELI, 1870-1942

Erond Litno Damanik


Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
Email: eronddamanik@unimed.ac.id

Abstract
The article aims to explore and discuss opium in Deli, 1870-1942. The problem is focused on opium trade
and consumption in plantations. The study uses a social-history approach. Primary data sources are daily
notes, job handover memories, colonial reports, correspondence and newspapers during the colonial period,
while secondary data are books, journals or official websites that discuss opium in various countries. Data
obtained from the National Archives of the Republic of Indonesia, Jakarta and online. Contextual analysis is
used to explain the trade and consumption of opium in the context of colonialism. Contextuality cannot be
separated from time, continuity and change. The study found that opium was a trade commodity that was
carried out systematically in plantation communities. Novelty studies that the opium trade is a structured
mechanism for impoverishing and controlling coolies on plantations. The study concluded that the poverty
trap was the main tool to keep coolies on plantations.
.
Keywords: Coolies, Deli, Opium, Trade.

Abstrak
Artikel bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendiskusikan opium di Deli, 1870-1942. Masalah difokuskan
pada perdagangan dan konsumsi opium di perkebunan. Kajian menggunakan pendekatan sejarah sosial.
Sumber data primer adalah catatan harian, MvO, Kolonial Verslag, Mailrapport dan surat kabar selama
periode kolonial, sedang data-data sekunder adalah buku, jurnal ataupun website resmi yang mendiskusikan
opium diberbagai negara. Data-data diperoleh dari Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta maupun
online. Analisis kontekstual digunakan untuk menjelaskan perdagangan dan konsumsi opium dalam konteks
kolonialisme. Kontekstualitas tidak dapat dipisah dari waktu, kesinambungan dan perubahan. Kajian
menemukan bahwa opium adalah komoditas perdagangan yang dijalankan sistematis pada masyarakat
perkebunan. Kebaruan kajian bahwa perdagangan opium adalah mekanisme terstruktur untuk memiskinkan
dan mengendalikan kuli di perkebunan. Kajian menyimpulkan bahwa kemiskinan merupakan determinan
mempertahankan kuli di perkebunan.

Kata Kunci: Kuli, Deli, Opium, Perdagangan.

1
Erond Litno Damanik – Perdagangan dan Pemertahanan Kuli di Perkebunan

PENDAHULUAN dikemas menjadi alat pembayaran, uang opium


Referensi tentang Sumatra Timur (baca Deli), (opium geld). Opium diperdagangkan melalui
sangat terbatas mendiskusikan opium sebagai mekanisme tender. Perdagangan melibatkan
material kajian. Periode kolonialisme, banyak Dewan Cina dan local rulerserta diawasi peja-
hal menyangkut kuli perkebunan belum dikaji bat kolonial. Penawaran dilakukan di Batavia
spesifik. Misalnya, opium dan penyakit kelamin atas izin pejabat kolonial di Deli. Pemenang
dan tropika yang mematikan bagi kuli. Kemu- lelang berhak mengedarkan opium di wilayah-
dian, implementasi daktiloskopi, pengendalian nya. Opium diteruskan kepada middleman, dan
kuli berbasis sidikjari (fingerprints) belum di- sebagian dilelang kepada pengusaha lainnya
kaji. Referensi yang ada cenderung memfokus- maupun local ruler. Mekanisme lelang diganti
kan diri pada pertumbuhan ekonomi, kapita- opiumregie (dinas opium). Opium dijual me-
lisme relasi majikankuli, hukum bisnis, pem- lalui loket resmi oleh mantri candu.
belahan etnik, surat kabar, modernisasi dan Di Deli, di setiap ibukota kecamatan dan
sengketa agraria. daerah perkebunan, terdapat loket resmi opium.
Kajian lainnya berfokus pada pergerakan Penjualan dikenai retribusi daerah, keresidenan
kebangsaan, Negara Sumatera Timur, Revolusi dan negara. Pemerintah swapraja mendapat in-
Sosial 1946, dan Pemerintahan Revolusioner sentif di daerahnya. Dari Deli, opium menyum-
Republik Indonesia (PRRI). Belakangan ber- bang 8 persen devisa negara, sedang secara na-
munculan kajian tentang arsitektur bangunan sional, opium berkontribusi sebesar 13 persen.
ikonik di Medan. Kajian ini dimaksudkan me- Secara spesifik, kajian ditekankan sebagai
lengkapi realitas perkebunan di Deli, khususnya upaya pemiskinan dan pemertahanan kuli di
perdagangan opium atau candu. perkebunan. Urgensinya terletak pada belum
Di Deli, opium telah dikenal sebelum pe- adanya kajian spesifik tentang opium, sedang
riode perkebunan. Perdagangan opium dijalan- signifikansinya terletak pada pemahaman po-
kan pemerintah lokal. Opium adalah komoditas litik kolonial di masa lalu. Perdagangan opium
perdagangan diperkenalkan saudagar Arab. tidak bisa dilepaskan dari konteks kolonialisme
Opium berasal dari Levant (Turki), Pakistan, di Negara Kolonial.
Afganistan dan Bengal (India), dipasok ke
Penang dan Singapura dan selanjutnya ke Deli. KAJIAN LITERATUR
Pada permulaan perkebunan (1863), Opium dikenal dan dikonsumsi penduduk asli
opium adalah komoditas impor. Pemerintah (natives) Deli sebelum periode kolonialisme.
lokal memonopoli opium dan menjualnya ke Opium berasal dari apion (Bahasa Latin) atau
masyarakat. Hampir setiap daerah, mulai dari apian, amphioen, affion, afion, afyun (Bahasa
Langkat, Binjai, Deli, Simalungun, Karo, Asa- Arab) (Ibrahim, 2016). Dalam bahasa Indo-
han hingga Labuhanbatu mengenal opium. nesia, disebut “madat”. Opium berasal dari
Perdagangan opium memicu pemberontakan tanaman Poppy (Papacer Somniverum), yakni
Sunggal (1873-1878). Dampaknya, pemerintah tumbuhan sejenis bunga (Ibrahim, 2016).
kolonial mencabut monopoli opium dari local Poppy adalah jenis Papaver penghasil opium.
ruler, kemudian diserahkan kepada orang Cina. Papaver (Bahasa Yunani) adalah genus, dan
Di Deli, opium digemari kuli. Efek anal- Somniverum (Bahasa Latin) adalah spesiesnya,
gesik meningkatkan kekebalan tubuh dan meng- yang berarti menginduksi tidur (U.S. Depart-
hilangkan penderitaan akibat sakit atau pun luka. ment of Justice, 1992).
Opium menjadi opsi mengurangi penderitaan Poppy adalah tanaman musiman, bijinya
akibat beratnya pekerjaan di perkebunan. kecil dan menghasilkan buah. Biji terbungkus
Opium bukan hanya dibeli atau diutang, namun dalam gulungan kulit dan berkecambah dengan

2
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 2(1), 2020

cepat pada iklim hangat. Selama 6 minggu, dan Matheson mendirikan pabrik Opium di
Poppy muda muncul dari tanah, tumbuh empat Hongkong (Tarling, 1999; Trocki, 2002).
daun menyerupai kubis kecil, berwarna hijau
keabu-abuan ataupun biru kusam (U.S. Depart-
ment of Justice, 1992). Getah Poppy diolah
menjadi serbuk dan mengandung zat adiktif.
Opium dikonsumsi dengan cara dirokok, meng-
gunakan pipa hisap (ngudud) atau dilinting
dengan atau tanpa campuran. Siklus pertumbu-
hannya selama 120 hari.
Efek psikologis opium ditemukan pada
bangsa Sumeria dan Mesir Kuno tahun 4000
SM. Getah Poppy disebut wus hul atau joy,atau
senang (U.S. Department of Justice, 1992). Di
Eropa ditemukan Poppy seed cake di Danau Gambar 1. Poppy di Carolina Utara, AS.
Swiss pada era neolitik. Di Yunani, Poppy Sumber: https://www.thedailybeast.com.
dikenal melalui karya Homer, The Iliad dan
The Odyssey. Hipokrates (460-357 SM), bapak Dua perusahaan Eropa selain EIC adalah
kedokteran, merekomendasi konsumsi jus French East India Company milik Prancis, di-
Poppy dicampur Jelatang (U.S. Department of dirikan tahun 1604, dan Verenigde Oostin-
Justice, 1992). Ekstrak opium menghasilkan dische Compagnie di Amsterdam, didirikan
morfin dan heroin. tahun 1602. Perusahaan Prancis memonopoli
Sebelum kedatangan orang Eropa di Asia, opium di Indocina, Vietnam dan Myanmar,
opium dikenal di Cina. Sumber Cina dari Tiga sedang perusahaan Belanda memonopoli opium
Kerajaan tahun 220-264 Masehi, menyebut di Nusantara (Tarling, 1999). Tahun 1619,
Hua To, seorang penyembuh, menggunakan markas besar VOC di Ambon dipindahkan ke
opium dan Cannabis Indica dalam praktek Batavia oleh Jan Pieterszoon Coen (Taglia-
pengobatan (Trocki, 2002). Sumber Cina Abad cozzo, 2005). Ketiga perusahaan, EIC, FEIC
ke-7 menyebut pedagang opium adalah orang dan VOC berebut dominasi di Asia dari tangan
Arab. Walaupun familiar di Arab dan Cina, Spanyol dan Portugis. Pada akhirnya, Inggris
tetapi Inggris adalah negara pertama memo- menguasai perdagangan di Cina, Srilangka dan
nopoli opium di Asia. Inggris menguasai India, India; Prancis menguasai Indocina, dan Be-
mendirikan East India Company tahun 1600, landa menguasai Nusantara (Tarling, 1999).
berpusat di Calcutta. Produksi opium dari India Opium adalah komoditas impor di Asia
diekspor ke Cina, Macau, Canton dan Pulau (Murray, 1980; Rush, 1999). Kapitalisasi
Jawa (Bailey & Truong, 2000; Derks, 2012; opium bermula dari kedatangan orang Eropa
Owen, 1934; Sahu, 1985; Trocki, 1990). yang membentuk jejaring ekonomi di Asia
Ekspor opium memulihkan defisit perda- (Boseed, 1994; Farooqui, 1998, 2006; Gordon,
gangan Inggris di Asia. Kecanduan kronis di 1998; Habib, 2000; Heijdra, 1998; Millant,
Cina mengakibatkan dua kali Perang Opium 1913; Poroy, 1981; Prakash, 1985; Spence,
(Opium War). Perang pertama (1839-1842) 1975; Yangwen, 2005). Di Nusantara, riwayat
berdampak pada lepasnya Hongkong ke tangan opium ditemukan melalui laporan VOC atas
Inggris dan lima pelabuhan Cina. Perang kedua Pulau Jawa tahun 1910 (Baud, 1853). Laporan
(1858-1860) berdampak pada kehancuran Sum- mengkonfirmasi kebiasaan natives mengon-
mer Palace di Beijing. Pasca perang, Jardine sumsi opium. Di Pulau Jawa, 1 dari 20 natives

3
Erond Litno Damanik – Perdagangan dan Pemertahanan Kuli di Perkebunan

mengonsumsi opium (Baud, 1853). Kuat du- opium menjadi morfin maupun kokain. Pabrik
gaan, perkenalan natives terhadap opium ber- farmasi Jerman, Bayer, adalah perusahaan per-
mula dari pertemuannya dengan Saudagar Arab tama mengolah derivatif opium (Cribb, 1988).
pada Awal Abad 13. Pada orang Jawa, opium Di Hindia Belanda, pabrik opium dibangun
dibedakan dua, (1) apyun, opium mentah; dan tahun 1902 di Weltevreden (Salemba, Jakarta).
(2) candu atau madat, opium olahan atau opium Bahan baku diimpor dari Pakistan, Afganistan
matang. Konsumsi opium biasanya dicampur dan Bengal. Dari Batavia, opium olahan
dengan daun awar-awar, kecubung atau leng- (bereid opium) di distribusi ke seluruh daerah.
keng (Djoko, 1970). Pada orang Jawa di abad Guna memastikan distribusi, pemerintah
17, opium dicampur pada minuman saat upa- kolonial menerbitkan Opiumaanvoerordonantie
cara perkawinan, kematian ataupun sesajen berdasar keputusan J.P.G. van Limburg Stirum,
(Djoko, 1970). Gubernur Jenderal, tanggal 24 Januari 1918
Perdagangan opium di Asia berkembang (Besluit van den Gouverneur-Generaal, 1919).
luas karena pengaruh Spanyol dan Portugis Regulasi berimplikasi munculnya peraturan
sejak awal Abad 16. Laporan VOC menyebut opium diberbagai distrik. Opium memicu per-
opium di impor dari India, Turki maupun dagangan rahasia dan penyeludupan (Taglia-
Persia. Pedagang Arab, mengemas opium cozzo, 2005). Keduanya terjadi di porous bor-
menjadi produk perdagangan di Nusantara der karena tingginya permintaan opium (Souza,
(Coolhaas, 1962; Ewald, 1985; Geuns, 1914; 2009). Keuntungan opium menyum-bang 10-13
Rush, 1999). Tahun 1677, VOC memonopoli persen devisa negara (Scheltema, 1907).
opium (Rush, 1999) dan meminggirkan peran Penjelasan state of the arts di atas, me-
raja-raja (Baud, 1853; Rush, 1999). Melalui nyimpulkan 5 poin utama; (1) opium bukanlah
badan amphieon atau opium society, distribusi khas Asia tetapi dikenal luas natives; (2) kapita-
opium dilakukan dengan menyamarkan iden- lisasi opium untuk menambah pendapatan
titas pedagang dan menandatangani kontrak negara kolonial; (3) opium mengandung zat
pembelian (Souza, 2009). adiktif untuk menambah kekebalan tubuh,
Kebangkrutan VOC mengubah mekanis- mengurangi rasa sakit dan luka, serta bentuk-
me perdagangan melalui amphioen atau opium bentuk eksotisme lainnya; (4) mekanisme
directie tahun 1791. Namun, badan ini gagal amphieon society, opium directie, pachstelsel
menghasilkan keuntungan. Pasca opium direc- dikemas melalui sistem lelang atau tender,
tie dilanjutkan dengan pachtstelsel, penjualan opiumpacht ataupun opiumstelsel dan terakhir
dengan lelang atau tender, yaitu opiumpacht opium regie melalui mantri candu di loket-loket
atau opiumstelsel (Souza, 2009). Penjualan resmi; dan (5) opium menimbulkan perdaga-
dilakukan dengan menyebut area pemasaran, ngan rahasia dan penyeludupan disepanjang
jumlah loket, jumlah pajak bagi negara dan garis pantai. Kajian ini spesifik mengeksplorasi
insentif bagi pemerintah kolonial (Rush, 1999). opium di Deli dan lebih spesifik bagi kuli
Tahun 1894, perdagangan opium diganti opi- perkebunan.
umregie (Dinas Opium). Petugas pemasaran
disebut mantri opium (mantri candu) pada loket METODE
resmi (Coolhaas, 1962). Opiumregie digagas Kajian dijalankan secara kualitatif dengan
Groeneveldt (1841-1915), dengan sistem opium pendekatan historiografi sistematis dan objektif
farming berpola sentralistis. untuk mengeksplorasi dan mendiskusikan
Pendapatan opium menjadi inspirasi men- opium di Deli (Abdullah, 2016). Langkah-
dirikan Nederlansche Cocainfabriek (NCF) di langkah meliputi heuristik, kritik dan inter-
Amsterdam tahun 1900. NCF mengekstrak pretatif. Heuristik adalah penelahaan sumber

4
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 2(1), 2020

primer dan sekunder secara menyeluruh, kritik langka, saya pernah melihat satu peti
adalah pertimbangan akademik dan interpre- opium dibayar dengan perak atau men-
tatif, penafsiran terhadap data-data. Ketiga capai 3000 dollar... [3] opium adalah
langkah dimaksudkan menemukan signifikansi, sebuah kemewahan, beberapa golongan
subs-tansi, urgensi dan makna historis. menengah ke bawah seperti penanam
Sumber data utama adalah arsip-arsip merica hanya memakai opium pada hari
kolonial: risalah dewan, catatan daerah jajahan, raya atau perayaan-perayaan tertentu...
korespondesi, lembaran negara, serah terima [4] di pantai barat Sumatera, opium
jabatanmaupunsurat kabar di Arsip Nasional seberat 20.000 pon di konsumsi setiap
Republik Indonesia (ANRI) Jakarta ataupun bulannya. Namun sejauh yang saya tahu,
arsip online. Sumber data sekunder adalah hal semacam ini jarang terjadi sejak 2-3
referensi (buku, jurnal, web resmi) yang meng- tahun terakhir. Selama saya di sini,
kaji opium. Lingkup kajian adalah sejarah pernah melihat suatu kejadian muck
sosial, bukan saja mengurai data-data historis, [kemarahan]. Seorang lelaki asal Nias
namun dikombinasikan dengan situasi sosio- telah disakiti berkali-kali oleh nyonyanya,
kontekstual selama kolonialisme di Sumatera seorang Portugis... [5] orang Melayu
Timur. Analisis kontekstualitas dipergunakan menjadi sangat berani jika mengkonsumsi
untuk menjelaskan dan memahami event his- opium ketika perang. Opium membuat
tory. Kontekstualitas tidak dilepaskan dari kon- mereka sama sekali tidak takut bahaya.
sep waktu, kontinuitas dan perubahan selama Keberanian mereka bukanlah akibat
kolonialisme. kemabukan, tetapi karena ketakutan
terhadap eksekusi publik jika mereka
HASIL DAN PEMBAHASAN kalah... [6] peperangan menggunakan
Konsumsi opium di Sumatera telah terjadi opium lebih terlihat seperti peperangan
sebelum kolonialisme. Catatan Marsden tahun orang-orang bodoh daripada peperangan
1774 mengkonfirmasi kebiasaan penduduk karena mabuk... [7] Opium membuat
mengonsumsi opium, sebagai berikut: terjaga atau tidur tergantung sebanyak
apa mengkonsumsinya. Perasaan mema-
“[1] Orang-orang Sumatera, khususnya kai opium sangalah nikmat” (Marsden,
Melayu, sering sekali terkait dengan 2008:206).
orang-orang Timur dalam kebiasaan
menghisap opium. Biji opium dikem- Selain Marsden, sumber lain adalah la-
bangkan bukanlah tumbuh di pulau ini, poran Anderson (Anderson, 1824, 1840, 1971).
tetapi diimpor dari Benggala dalam jum- Penggambaran Anderson sangat detail. Raja
lah yang cukup besar. Satu petinya berisi Goraha Brayan, Pamogang Haji Sunggal, Da-
140 pon. Opium dikemas dalam kotak- tuk Bulu Cina, Yang Dipertuan dan Tuanku
kotak seberat 5 sampai 6 pon dan dibung- Anggal di Kampung Besar, Orangkaya Lelu
kus dengan daun kering. Dengan cara itu, dan Selambian, Raja Tanjung Morawa, Raja
opium awet 2 sampai 3 tahun... [2] sekitar Ahmed, Tuanku Wan Joho dan Wan Sepan di
150 peti dikonsumsi setiap tahunnya di Langkat, Penguasa Kampung Balai (Tanjung
sebelah barat Sumatera. Di sana, opium Balai), Raja Muda Asahan, Raja Dolog Silau,
bisa dibeli seharga 300 dollar per peti dan Panglima Raja Siantar, Tuan Sipurba dari
dijual kembali dengan jumlah yang lebih Silimahuta, masyarakat di Munto Panei, Par-
kecil seharga 5-6 dollar. Tetapi dalam dembanan Asahan, Melayu Serdang, Karau-
keadaan tertentu yang membuat opium karau (Karo), dan Raja Muda Siak adalah

5
Erond Litno Damanik – Perdagangan dan Pemertahanan Kuli di Perkebunan

bandar dan pengonsumsi opium (Damanik, ted from his earliest years...salts, opium,
2018a). Radin Inu misalnya, Raja Goraha dari tin, and gundpower–no duty chargeable
Pulau Brayan adalah bandar dan pemakai on these articles, but the purchase
opium. monopolized by the rajah” (Anderson,
1971:320).
“The Rajah Pulo Barian came down the
coast. His proper name is Radin Inu. Anderson menyebut bahwa opium di
Rajah Graha is the leading man in the impor dari India. Selain opium, penguasa lokal
busines, and has about 100 adherents, mengimpor garam, pakaian, dan karpet:
principally Battas. He gives 16 dollars for
each kubu or fort for eight days, and one “...from Bengal, the grand staple opium
pice weight of opium, with a chupah of of which the consumption is very con-
rice daily, to each fighting man, and a siderable, saltpetre, baftaes, and a variety
reward for every head of an enemy” of other cloths, taffetas, carpets or rugs”
(Anderson, 1971:86). (Anderson, 1971:206).

Kebiasaan Melayu gemar mengonsumsi Konsumsi merata diseluruh daerah.


opium, bermain judi dan mabuk: Pengonsumsi adalah anak-anak, remaja, dewasa
dan orangtua tanpa melihat kedudukan sebagai
“...the Malays in some of the states are raja, datuk, orangkaya, raja ataupun budak:
addicted to opium, gambling and other
vices. Many there are, however, who “...amongs the vices which may be termed
having used opium to excess, becoma positive checks, I should be inclined to
almost frantic and commit the most reckon the extensive use of that pernicious
horrid crimes” (Anderson, 1971:226). drug opium, as the principal; for I remarked
at several places I visited, that were the
Pada 9 Februari 1823, Anderson bertemu consumption of that inebriating and ener-
Raja Ahamed, Wan Joho dan Wan Sepan. vating substance was greatest, there were
Ketiganya adalah bandar dan pemakai opium: fewer children than at other places where the
inhabitants were more sober and abstemious
“Rajah Ahmet and his two brothers, Wan in their habits” (Anderson, 1971:209).
Joho and Wan Sepan are extremely dis-
sipated, addicted to maddat or opium, in Opium diperdagangkan di pertumbukan
which they indulge to express of feeble and Karo (Perret, 2010), bandar di Simalungun
emaciated frames and altogether worthless” (Damanik, 2017a) atau kota di Melayu
(Anderson, 1971:245). (McKinnon, 1984). Di Asahan, bandar adalah
tempat bertemunya pedagang dari dataran
Raja Muda Asahan adalah pengonsumsi tinggi dan rendah (Kroesen, 1886). Jalur-jalur
dan bandar opium: perdagangan adalah jalan setapak menghubung-
kan kota atau bandar di pesisir dan pertum-
“...the young rajah is addicted to that bukan atau tiga di pegunungan (McKinnon,
most pernicious habit of smoking opium, 2009).
and his constitution seems to have al- Selat Malaka adalah jalur perdagangan
ready suffered much from this vicious ke Bengal dan Singapura, sekaligus jalur pe-
indulgence, to which he has been addic- nyeludupan ke Deli (Derks, 2012). Salah satu

6
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 2(1), 2020

impor terbesar Sultan Deli tahun 1820-1822 “...in the later 1880s and early 1890s, the
dari Penang adalah opium. Tabel 1 adalah big five also gained control of the re-
transaksi impor Sultan Deli, 1820-1822, ditan- venue farms in Deli, while in 1908-1910
datangani A.D. Maingy, acting Collector of they cooperated with certain prominent
Customs and Land Revenues di Pulau Penang. Hakka figures of Medan to obtain the
opium monopoly for the entire east coast
Tabel 1. Nilai dan produk perdagangan dari of Sumatra” (Buiskool, 2009).
Penang ke Deli, 1820-1822
Tahun Jenis Komoditas
Nilai Pada permulaan perkebunan, penduduk
Perdagangan Labuhandeli relatif kecil, hanya 2000-an orang,
1820-1821 Komoditas Siam 67.250
diantaranya 20-an Cina dan 100-an India
Opium 663.600
Aneka jenis Barang 533.709 (Pelzer, 1985). Tahun 1874, penduduknya
1821-1822 Import 903.197 adalah 20.000 Karo, tersebar di 272 desa peda-
Export 1.934.657 laman, 12.000 Melayu di 78 kampung pesisir,
Komoditas Siam 60.379 dan 3.979 Cina (Halewijn, 1876; Nienhuijs,
Opium 417.600 1888).
Aneka Jenis Barang 768.855 Laporan Bevervoorde ke Karo dan Sima-
1822-1823 Import 788.484
lungun tahun 1892, mencatat kebiasaan orang
Export 1.517.987
Komoditas Siam 79.110 Karo mengonsumsi opium. Sibayak Lingga dan
Opium 403.200 Tuan Sipoerba dari Silimahuta adalah bandar
Aneka Jenis Barang 760.909. dan pemakai (Bevervoorde, 1892). Orang Karo
Sumber: Anderson (1971: 325-327). di gugung dan jehe mengonsumsi opium
(Middendorp, 1929). Pendapatan utama sibayak
Sebelum periode kolonial, the Big Five Karo adalah monopoli garam dan opium
Penang memasok opium ke Deli melalui (Middendorp, 1922). Para pemikul garam
Asahan (Reid, 1970). Di Aceh, Dewan Delapan (perlanja sira) dari pesisir menyusuri dataran
di Penang memasok opium (Reid, 2005). tinggi Karo (Perret, 2010). Raja Silimahuta,
Sejarahwan Reid menulis sebagai berikut: Toean Sipoerba,menguasai perdagangan kuda,
garam dan opium (Hagen, 1883). Kerajaan
“the big five even extended their control Toean Sipoerba di Nagasaribu, satu kerajaan
of revenue farming to Dutch territory. berpengaruh di timurlaut Danau Toba (Raet,
Their revenue farming interests in the 1875), dan tidak terkait dengan Singamangaraja
east coast of Sumatra had been esta- di Tapanuli (Brenner, 1894). Local ruler di
blished before the Dutch extended their Siantar dan Simalungun lainnya adalah bandar
influence there in 1858–1865. This was opium (Tideman, 1926).
particularly the case in Asahan, where the Pendapatan perdagangan opium dikelola
collection of import and export duties, as Opiumregie mencapai 15% dari total penda-
well as the opium and gambling mono- patan pemerintah kolonial. Jumlah itu setara
polies, had been entrusted to a close asso- dengan 30 juta gulden dalam setahun yang
ciate of the big five, the Penang merchant lebih besar dari pendapatan ekspor Kina (De
Ong Boon Keng” (Reid, 2005). Sumatra Post, 24 Juli 1940). Pajak pendapatan
opium berkontribusi besar bagi pemerintah
Selama kolonialisme, the Big Five ber- kolonial saat resesi ekonomi tahun 1930. Pada
kolaborasi memonopoli opium dengan Pemim- saat itu, hasil ekspor perkebunan turun hingga
pin Hakka di Deli: 50-60 persen sementara penjualan opium hanya

7
Erond Litno Damanik – Perdagangan dan Pemertahanan Kuli di Perkebunan

turun hingga 14 persen. Pemerintah kolonial 1905). Namun, akibat penaklukan dataran
sangat tertolong melalui perdagangan opium tinggi dan ekspansi perkebunan, hak penjualan
(Rush, 1999). opium datuk dicabut (Kok, 1910; Wijngaarden,
Sepanjang 1925-1929, opium menyum- 1894). Pengiriman opium ke dataran tinggi
bang devisi terbesar (Stroomberg, 2018). dihentikan tahun 1908 atas prakarsa Neder-
Pendapatan mencapai 30.421 gulden tahun landsch Zendeling Genootschap (NZG) di
1925, 28.559 gulden tahun 1926, 24.761 gulden Tanah Karo (Neumann, 1909). Selain opium,
tahun 1927, 26.730 gulden tahun 1928 dan para datuk menguasai perdagangan garam
26.641 gulden tahun 1929 (Stroomberg, 2018). (Veth, 1877). Di pedalaman, pemimpin tradi-
Pada 1930, pedagang opium berlisensi di Deli sional membeli opium dari pesisir (Kok, 1910).
didominasi orang Cina (3005 lisensi) dan Di Brastagi tahun 1927, terdapat Kepala Kam-
pribumi (1041 lisensi). Pedagang opium tidak pung dari Orang Cina. Selain mengelola opium,
berlisensi didominasi orang Cina (376.371) dan ia juga mengelola perdagangan holtikultura.
pribumi (17.731). Tabel 2 adalah total peneri- Konsumsi opium menyebabkan kemis-
maan opium tahun 1914-1932. kinan bagi penduduk (Lanting, 1937; Liere,
1931). Kunjungan Bevervoorde, Adjudant van
Tabel 2. Penjualan dan Penerimaan den Militairen Commandant van Sumatra's
Opium di Negara Kolonial, 1914-1932 Oostkust, ke dataran tinggi Karo, mencatat
Tahun Opium Penerimaan Penerimaan sebagai berikut:
terjual (dalam juta (per Kg
(dalam Kg) gulden) dalam
gulden)
“...impor utama Dataran Tinggi adalah
1914 98.810 35 354 minyak bumi, opium ataupun kain
1919 91.714 42 458 Baladjoe. Setiap hari, Batakers (maksud-
1924 50.342 35 695 nya orang Karo), memikul beban dari
1929 58.806 41 697 Medan misalnya berjalan hingga ke
1932 24.427 17 696 hulu... menggunakan opium. Mereka
Sumber: Derks (2012) sangat kecanduan opium. Di kampung
terdapat penjual opium. Opium berasal
Pada 1868, jaringan perdagangan opium dari Medan dan dijual ke kepala kampung
mengalami goncangan hebat karena hak pen- dalam keadaan kasar dan harga murah”
jualan dicabut dari datuk dan diserahkan kepada (Bevervoorde, 1892).
orang Cina. Akibatnya, kedatukan dan urung
kehilangan keuntungan monopoli dan menim- Opium beredar luas di perkebunan
bulkan konflik antara kepala-kepala tradisional (Breman, 1997; Brenner, 1894). Opium dijual
dengan orang Cina (Perret, 2010). Tahun 1872, saat gajian besar dan kecil. Selain opium,
orang Cina pemegang hak monopoli opium di pelacur dan perjudian digalakkan (Breman,
Hamparan Perak ditawan pemimpin tradisional 1997). Keramaian diadakan saat kuli menerima
(Erman, 1985). Pemberontakan Sunggal, di- gaji, tanggal 1 dan 16 tiap bulannya. Pada bulan
mana kontrolir, Sultan Deli dan usahawan Barat Agustus atau September dilakukan pembayaran
menjadi sasaran amarah datuk yang kehilangan gratifikasi bagi kuli. Pada moment pembayaran
hak monopoli (Erman, 1985). gaji dan gratifikasi, diadakan ronggeng, bios-
Pada 1905, sejumlah datuk di Langkat, kop keliling, perjudian, perdagangan opium dan
Deli dan Serdang memiliki opsi untuk membeli prostitusi (Devi, 2004). Konsekuensinya, kuli
206 bungkus opium per bulan atau menerima kehabisan uang dan tidak jarang mengutang
ganti rugi sebesar 45.000 gulden (Schaap, kepada penjual. Surat kabar Sumatera Post

8
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 2(1), 2020

menulis protes anti-opium yang menyebabkan gulden. Total pajak opium dari Deli tahun 1884
kerugian besar tahun 1939: mencapai 2.382.468 gulden, terdiri dari: i)
untuk opiumpacht sebesar 1.353.640 gulden, ii)
“Sejauh menyangkut seluruh pantai timur untuk diverse pachten sebesar 640.080 gulden,
Sumatra, opium dijual seharga 3.050.900 dan iii) hak ekspor-impor sebesar 388.468
gulden tahun 1939, yang merupakan tiga gulden. Gambar 2 adalah pecandu opium di
ratus ribu gulden lebih kecil daripada Langkat tahun 1905.
yang dijual tahun sebelumnya berkisar
3.330.800 gulden. Perbedaan yang tidak
menguntungkan tahun 1939 sekitar
279.900 gulden. Jumlahnya tidak mem-
baik. Tahun 1939 sebesar 5.470.197 gram
terjual, dibandingkan dengan 5.945.254
gram tahun 1938. Perbedaan tidak me-
nguntungkan sebesar 475.057 gram”(De
Sumatra Post, 7 Februari 1940)

Monopoli opium dipegang pemimpin


Cina. Tjong Yong Hian (hingga 1911) dan Gambar 2.Pecandu opium di Langkat, 1905.
Tjong A Fie (1911-1921) adalah pemegang Sumber:Digital Collections Leiden University
lisensi di wilayah Medan (Rush, 1999). Para Libraries. Nomor Inv. 820029.
taukeh dan tandil dimanfaatkan sebagai jari-
ngan distribusi. Penjualan opium tahun 1919 Di Simalungun, monopoli opium sejak 1
tercatat dalam Geschiedenis van Sumatra’s April 1912 menggeser peran swapraja. Sebagai
Oostkust (Schaade, 1919). Total pendapatan gantinya, pemerintah mengangkat swapraja
penjualan di Hamparan Perak, Sunggal, Suka- menjadi ambtenaar bestuur dan mendapat gaji
piring maupun Percut adalah 123.100 gulden setiap bulannya. Swapraja mendapatkan hak
per tahun. Di Labuhanbatu, penjualan opium konsesi tanah. Pemegang lisensi opium adalah
terdapat di Bilah, Panai dan Kota Pinang men- Kapitan Cina.Tandil mengedarkan opium di
capai 8.750 gulden, di Panai 7.750 gulden dan perkebunan dan taukeh di kota. Opium-
Kotapinang sebesar 7.750 gulden. Penjualan verkooplats terdapat di Siantar, Sarbelawan,
opium dan arak di Langkat mencapai 49.150 Pematang Bandar, Kerasaan, Pematang Tanah
gulden per tahun. Penjualan opium dan arak di Jawa, Bangun, Dolog Ulu, Dolog Ilir, Bukit
Serdang sebesar 47.500 gulden per tahun. Di Maraja maupun Nagori Dolog. Di daerah yang
Asahan, pajak opium mencapai 6825 gulden bukan perkebunan, penjualan opium diserahkan
per tahun. kepada partuanon, seperti di Saribudolog, Raya
Datuk Sunggal, Hamparan Perak dan dan Prapat (Damanik, 2018a). Tahun 1912,
Kampungbaru adalah pemegang lisensi mono- harga opium per-tail naik dari f 6,07 menjadi
poli opium sejak 1884 (Schaade, 1919). Opium f16 pada tahun 1920. Kuantitas opium periode
diedarkan ke panghoeloes (penghulu) dan 1912-1920 naik dari 48.210 tail menjadi 62.017
masyarakat. Pendapatan opium di Sunggal tail. Kenaikan terjadi seiring dengan pening-
2000 gulden, di Hamparan Perak 1200 gulden, katan jumlah kuli kontrak tahun 1917-1918.
dan Kampungbaru 800 gulden. Di Senembah, Tabel 3 adalah penerimaan bruto opium di
pajak opium tahun 1884 adalah 1500 gulden. Afdeeling Simalungun dan Keresidenan Suma-
Di Tebingtinggi dan Bedagei adalah 20.000 tra Timur, 1912-1920.

9
Erond Litno Damanik – Perdagangan dan Pemertahanan Kuli di Perkebunan

Tabel 3. Penerimaan Bruto Opium di day per person according to the report by
Simalungun, 1912-1920 a panglong head. However, the real ex-
Tahun Afdeeling Keresidenan tent of opium consumption is difficult to
Simalungun Sumatra Timur assess. For example, the data collected by
(dalam gulden) (dalam gulden)
the Dutch officials covers only the
1912 292.636 4.683.761
1913 455.589 6.823.794 amount of opium imported officially, but
1914 440.901 6.968.688 large quantities of opium were smuggled
1915 435.970 6.665.884 from Singapore to the panglongs on tong-
1916 424.387 7.325.692 kangs. The lack control by the Dutch
1917 574.929 8.680.403 colonial officials and their access to limi-
1918 844.628 10.518.949 ted marine transportation meant it was
1919 845.537 12.688.666
1920 993.877 ?
impossible to prevent the smuggling of
Sumber: Tideman(1926:152). either opium or labourers from Singa-
pore. Many years passed and it was only
Pada 1919, penerimaan bruto mencapai f in August 1924 that the government
845.537, sedang penerimaan bruto karasiden could intercept the smuggling of opium in
mencapai f 12.688.666. Penerimaan bruto large quantities carried to Bengkalis on
opium berkontribusi sebesar 6,66% bagi peneri- tongkangs. The number of opium-users
maan bruto karasiden. Besarnya penerimaan among the labourers tended to decrease.
bruto di Simalungun relevan dengan jumlah The decrease in opium was also as a
kuli perkebunan yang mengalami puncaknya result of cutting back on the supply of
semenjak tahun 1915. (Damanik, 2018b; opium by taukehs to panglongs during the
Dasuha & Damanik, 2016). Pada orang depression”(Erman, 1985).
Simalungun di Pematangraya, dikenal oppung
parsandu (Kakek Pecandu). Penjualan opium Pada 1860 hingga 1880-an, Penang
adalah salah satu sumber pemasukan keuangan adalah sentra perdagangan opium (Wong,
daerah di afdeeling Simalungun. Di Deli, 2015). Menurut Wong, keluarga the big five
opium menjadi alat pembayaran (Erman, 1985). Hokkien families yang terdiri atas Tan Kim
Merujuk laporan Bataviaasch Nieuwsblad Ching, Yeoh Cheng Tek, Cheang Hong Lim,
tahun 1924, Erman mencatat sebagai berikut: Cheah Chen Eok dan Khoo Teong Poh. Mereka
bukan saja bandar opium, tetapi juga berdagang
“by selling opium to the labourers, the manusia (Wong, 2007).
latter were actually exerting non- Di Deli, bandar besar opium adalah Tjong
economic coercion which could leave the Brothers yang memiliki jejaring hingga ke
Chinese labourers dependent on opium. Penang dan Singapura (Buiskool, 2009). Selain
At first, smoking the drug was just a di Deli, Tjong A Fie menjadi bandar opium di
process of trial and error for the new Riau. Buiskool menjelaskan bahwa:
arrivals. However, over time, they were
hooked, partly socially by wanting not to ”Tjong A Fie acquired the opium mono-
be left out, and partly medically because poly and made a fortune. In 1889, Tjong
the opium itself was addictive. So much A Fie was able to obtain the opium mo-
so that eventually users wanted to smoke nopoly or revenue farm for Riau for the
it continuously. The use of opium by the amount of f 85,000 (Dutch gulden) a
Chinese labourers varied from 1 to 6 a month. Five years later in 1894, he
obtained the opium farm for the east coast

10
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 2(1), 2020

of Sumatra for the amount of f 110,000 Pasca kematian Tjong Yong Hian tahun
permonth, together with Tjong A Liang 1911, Tjong A Fie menggantikan posisinya se-
and Thio Tiauw Siat. In 1905, he again bagai Mayor Cina. Tjong A Fie bukan saja ber-
obtained the opium farm for a period of pengaruh sebagai elit di Medan, tetapi meluas
thre eyears for the entire region of hingga seluruh Deli dan Tebingtinggi (Bool,
Sumatra’s east coast for the amount f 1930; Bruin, 1918; Kuhr, 1921). Pasca Tjong A
161,500 permonth.His guarantors were Fie tahun 1921, Mayor Cina dipegang Khoe
Khoe Tjauw Tiong (Khoo Cheow Tiong) Tjin Tek (1921-1942). Namun, Khoe Tjin Tek
and Tjong Jong Hian. In later years, here tidak memiliki wibawa seperti Tjong A Fie.
maine done of the main players in all Bersama saudaranya di Singapura, ia lebih
revenue farms-opium, salt, pawn house, disibukkan membangun bisnis kayu dan kons-
liquor, and gambling till the monopoly truksi perumahan (Buiskool, 2009).
system was abolished in 1918 on Ordonansi opium pertama di Deli diatur
Sumatra’s eastcoast (Buiskool, 2009). tanggal 26 Maret 1912 dan dituangkan pada

 Lembaran Negara No. 255, dan pasal 1 ordo-
Di Deli, Tjong A Fie memperoleh keun- nansi tanggal 4 Mei dan 21 November serta 11
tungan besar dari monopoli opium (Veer, Desember 1912, Lembaran Negara No. 299,
2013). Veer mencatat sebagai berikut: 566 dan 595, serta pasal 4 ordonansi tanggal 4
Februari 1913, Lembaran Negara No. 218,
“their role as agents of the colonial state pasal 1 ordonansi tanggal 4 Mei 1915, Lemba-
could be recognized in their appoitment ran Negara N0. 346, pasal 1 ordonansi tanggal
as Chinese Majors (the highest ranking 25 Agustus 1916, Lembaran Negara No. 565,
officer of the Chinese officer system), dan Bab I dan II ordonansi tanggal 11 Oktober
Tjong Yong Hian from 1898 until his 1916, Lembaran Negara No. 630 dan ordo-
death in 1911, when Tjong A Fie suc- nansi tanggal 31 Oktober 1917, Lembaran
ceeded him until he too passed away in Negara No. 644 (Schaade, 1919).
1921. From their position as majors and Penjualan opium di Deli menargetkan
wealthy busineesmen, they were able to kuli perkebunan, pertambangan dan populasi di
obtain the opium monopoly for Medan luar keduanya. Jumlahnya mencapai 2 juta
and other revenue farms salt, liquor and orang. Sebagai gambaran, perkebunan dan
gambling”(Veer, 2013). tambang minyak adalah dua faktor migrasi ke
Sumatra Timur. Pada awalnya, kuli Cina di
Sebelum Opiumregie diberlakukan, Ins- impor dari Semenanjung Malaka dan Singapura
pektur Keuangan Belanda memberikan pujian (Kartodirdjo, 1991). Pembatasan kuli Cina
pada Tjong A Fie atas sarana dan prasarana tahun 1883 dan diversifikasi perkebunan,
yang dipinjamkan kepada pemerintah. Kuhr berimplikasi pada impor kuli dari Pulau Jawa
mencatat sebagai berikut: dan India (Breman, 1997; Mondan, 1992;
Pelzer, 1985; Reid, 1979; Stoler, 1985).
“voor de invoering van de Opiumregieen Ratusan ribu kuli di impor ke Sumatera Timur.
het in eigen beheer nemen van vele vroe- Pada 1930 misalnya, terdapat 260.591 kuli
ger verpachte middelen door het Gouver- migran (Kian-wie, 1977). Jumlah tersebut
nement, waren de inspecteurs van Finan- belum menghitung kuli di tambang minyak
ciën vol lof over debijhouding der boeken Brandan. Gambar 3 adalah loket penjualan
van de verschillende pachten” (Kurt, opium di Glugur, tahun 1915.
1921).

11
Erond Litno Damanik – Perdagangan dan Pemertahanan Kuli di Perkebunan

Besarnya kuli membutuhkan pengen-


dalian dan pengawasan ketat. Sepanjang 1885-
1930, setiap bulan terdapat keributan, penye-
rangan dan pembunuhan (Devi, 2004). Pada
tahun 1913, De Poenale Sanctie (1914:576)
melaporkan 42 kasus serangan terhadap orang
Eropa (Devi, 2004). Pada 1924, surat kabar
Andalas mencatat penyerangan dan pembu-
nuhan toean keboen, asisten, mandor dan tandil
kebun sepanjang tahun 1912-1923. Dilaporkan,
351 kasus penyerangan dan 16 kasus pembu-
Gambar 3. Opiumverkooplaats dan ‘mantri nuhan. Meskipun data-data, khususnya tentang
opium’ Gloegoer, 1 Januari 1915. Zaimoedin, kematian kuli dipastikan kurang sesuai dengan
Siti Zoebaendah, Oepi, Abdul Manaf, fakta lapangan, namun informasi tercatat pada
Maimsenah, Mohammad Jacob dan Arifin suratkabar cukup representatif melukiskan pen-
Ellie. Sumber: Digital Collections Leiden deritaan kuli di perkebunan (Damanik, 2016).
University Libraries. Nomor Inv. 804633.

Jumlah kuli perkebunan tahun 1928-1938


diklasifikasi tiga tipologi; (1) kuli poenalie
sanctie, (2) kuli kontrak, dan (3) kuli lepas.
Pada 1929 misalnya, tercatat 320.502 kuli,
terdiri atas 266.234 poenale sanctie, 35.478
buruh kontrak dan 18.790 buruh lepas.
Berdasar Sensus Penduduk tahun 1930, po-
pulasi di Gemeente Medan tercatat 781.915
migran, dengan komposisi: (1) 192.079 Cina,
terdiri atas 26.037 kuli terdaftar di perkebunan,
dan selebihnya, 166.042 di luar perkebunan; (2)
589.836 migran Jawa, terdiri atas 234.554 kuli
terdaftar di perkebunan dan selebihnya,
355.282 di luar perkebunan; (3) 228.805 orang
Eropa. Penduduk asli Gemeente Medan terdiri
atas 334.870 Melayu dan 145.429 Karo
(Breman, 1997).
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun
1930, populasi di Keresidenan Sumatera Timur
dibedakan berdasar asal usul: (1) 882.189 mi-
gran lokal, terdiri atas Jawa, Toba, Mandailing, Gambar 4. Een opiumschuiver Karolanden
Minangkabau, Sunda, Banjar, Aceh dan lain- Noord-Sumatra, 1914-1919. Sumber:Digital
lain; (2) 580.879 penduduk asli Sumatra Timur, Collections Tropenmuseum.NomorInv. TM-
terdiri dari Melayu, Simalungun dan Karo; (3) 10012180.
228.805 migran Eropa; (4) 260.591 Cina; dan
(5) 4.057 India (Reid, 1979).

12
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 2(1), 2020

Kuli, dengan semua predikat peyoratif Opium digemari karena memiliki man-
adalah perlambang kemiskinan. Hingga tahun faat: (1) menginduksi euforia, (2) kesurupan,
1930, hubungan majikan-buruh identik dengan (3) menghilangkan rasa sakit, (4) eksotisme, (5)
penganiayaan fisik (van den Burg, 1898), buruh penyembuhan, (6) menambah gairah seksual,
dianggap biadap karena menyerang orang- (7) konsumsi metafisik, (8) mereduksi kebo-
orang Eropa (Hannegraaff, 1910; Mulier, sanan, (9) pengendalian tenaga kerja, dan (10)
1903), mandor dapat menyiksa dan mengurung rekreasi. Opium mengandung morfin, analgesik
buruh (Dixon, 1913), buruh pembuat kerusuhan untuk memberi rasa kebal terhadap penyakit
dan mogok kerja diajukan ke polisi (Bool, atau luka. Opium menjadi pengobatan pertama
1904; Kooreman, 1904), buruh melarikan diri bagi luka. Opium memperlambat proses pen-
dihukum cambuk dan dirantai (Haarsma, 1889), cernaan sehingga berfungsi bagi penderita diare
buruh dipecat dapat dijual ke perusahaan lain atau disentri. Selain itu, opium meringankan
(Broersma, 1919), buruh dihukum dengan cara batuk (U.S. Department of Justice, 1992).
diikat, dirantai, didenda atau kerja paksa (Hoe- Mengacu data tahun 1930 terdahulu, total
tink, 1903; Rookmaker, 1904). Pada intinya, populasi di Sumatera Timur tercatat sebesar
buruh dibayangi teror dan penyiksaan (Koore- 1.956.521. Berdasar data ini, disimpulkan
man, 1903). Gambar 4 adalah opiumschuiver bahwa konsumen opium di Sumatra Timur
tahun 1905. sangat besar. Apabila dari total populasi terda-
Koelie adalah istilah kolonial bermakna pat 60% mengonsumsi opium diperoleh angka
peyoratif (Houben & Limbald, 1999; Lubis, sebesar 1.173.912 pengguna opium. Konsumsi
1982; Lulofs, 1987; Malaka, 2014; Said, 1977; opium di perkebunan memiliki alasan: (1)
Sairin, 2014; van den Burg, 1898). Kritik Van menghilangkan rasa sakit; (2) penyembuhan
den Brand, De Millionen uit Deli (Clemens & atau pengobatan, seperti rasa kebal, mengobati
Lindbald, 1986; Dingemans, 1921; Van den luka, diare, disentri, ataupun meringankan
Brand, 1902) menjadi awal perbaikan terhadap batuk; (3) konsumsi metafisik, yaitu sumber
kehidupan kuli. Tekanan Amerika Serikat tahun euforia selama bekerja; (4) mereduksi kebosa-
1929 (Djawa Tengah, 1929) berdampak pada nan; dan (5) rekreasi. Konsumsi opium, bagi
penghapusan bertahap poenale sanctie yang kuli perkebunan ibarat trisula: (1) di konsumsi
berimplikasi pada hubungan majikan-buruh, karena penderitaan yang relatif tinggi; (2)
pola kerja, rekrutmen buruh, pemberian gaji mengakibatkan kerusakan struktur tubuh dan
dan fasilitas (Deli, 1931). berujung pada kematian; dan (3) tidak memiliki
Berdasar uraian di atas, sejarah perke- alternatif selain bertahan di perkebunan.
bunan sebagaimana digambarkan Breman, Said Perdagangan opium di Deli terhenti tahun 1942.
maupun van den Brand serta sejumlah penulis Perdagangan opium, dengan segala plus-
lainnya adalah identik perbudakan di abad minusnya merupakan implikasi logis kolo-
modern. Praktek judi, pasar malam, bioskop nialisme.
keliling, seks bebas, uang kebun dan opium
adalah upaya memiskinkan buruh agar bertahan SIMPULAN
di perkebunan(Damanik, 2018a). Perkebunan Konsumsi opium di perkebunan dimak-sudkan
Sumatra Timur, dengan segala predikatnya, untuk mereduksi penderitaan, konse-kuensi
dollarland atau tembakau berdaun emas, beban kerja yang harus dilakukan setiap hari.
hingga hari ini menyisakan masalah-masalah Bagi pemerintah kolonial perdagangan opium
sosial yang belum dapat dituntaskan (Damanik, bukan hanya mesin devisa, tetapi determinasi
2017b). Nasionalisasi tahun 1962, meminggir- memiskinkan kuli di perkebunan. Kajian
kan host population di negerinya sendiri. menemukan bahwa kehidupan sulit di

13
Erond Litno Damanik – Perdagangan dan Pemertahanan Kuli di Perkebunan

perkebunan adalah mekanisme terstruktur guna Besluit van den Gouverneur-Generaal. (1919).
mengendalikan kuli. Kemiskinan adalah stra- Opiumaanvoerordonantie met Toelich-
tegi efektif mempertahankan kuli di perke- ting, Staatblads No. 34, 1918 en No. 3,
bunan. Perdagangan opium di perkebunan 1919. Weltevreden: Electrische Drukkerij
adalah dua strategi kolonial, pemiskinan dan F. B. SMITS.
pemertahanan kuli. Kajian merekomendasikan
pentingnya kajian tema sejenis dengan lingkup Bevervoorde, K.Th.E. van. (1892). Een bezoek
lebih luas melibatkan perdagangan rahasia dan aan de Bataksche hoogvlakte. Bijdragen
penyeludupan serta mekanismenya, termasuk tot de Taal-, Land- en Volkenkunde,
detail perdagangan opium diseluruh masya- 41(1),609–621. https://doi.org/10.1163/
rakat, di dalam atau di luar perkebunan. 22134379-90000189
Bool, J. H. (1904). De practijk der koelie-
REFERENSI ordonannantie. Amsterdam: Hoverer &
Abdullah, T. (2016). Historiografi dalam Wormser.
Denyut Sejarah Bangsa. Kalam: Jurnal Bool, J. H. (1930). De Chineesche Emigratie
Kebudayaan, 28, 1–26. naar Deli. Utrech: Oostkust van Sumatra-
Anderson, J. (1824). An Exposition of the Instituut.
Political and Commercial Relations of Bose ed, S. (1994). Credit, Markets, and the
the Government of Prince of Wales Island Agrarian Economy of Colonial India.
with the States on the East Coast of Cambridge: Cambridge University Press.
Sumatrafrom Diamond Point to Siack. Breman, J. (1997). Menjinakkan Sang Kuli:
Prince of Wales Island: William Cox. Politik Kolonial Pada Awal Abad ke-20.
Anderson, J. (1840). Acheen and the Ports on Jakarta: Grafiti.
the North and East Coast of Sumatra with Brenner, J. F. von. (1894). Besuch be den
incidental Notices of the Trade in the Kannibalen Sumtras: erste Durchque-
Eastern Seas and the Aggression of the rung der unabhangigen Batak-Lande.
Dutch. London: W.H. Allen. Wurzburg: Woerl.
Anderson, J. (1971). Mission to the East Coast Broersma, R. (1919). Ooskust van Sumatra: I.
of Sumatra in 1823. Kuala Lumpur: De ontluiking van Deli. Batavia: Javasche
Oxford in Asia Historical Reprints. Boekhandel de Drukkerij.
Bailey, W. (2000). Opium and Empire: Some Bruin, A. G. de. (1918). De Chinezeen ter
Evidence from Colonial-Era Asian Stock Ooskust van Sumatra. Leiden: Oostkust
and Commodity Markets. Journal of van Sumatra-Instituut.
Southeast Asian Studies, 32(2), 173–193. Buiskool, D. A. (2009). The Chinese Commer-
https://doi.org/10.1017/S0022463401000 cial Elite of Medan, 1890-1942: The
08X Penang Connection. JMBRAS, 82(2),
Baud, J. C. (1853). Proeve van eene 113–129.
Geschiedenis van het Handel en het Clemens et al, A. H. . (1986). Het belang van
Verbruik van Opium in Nerderlandsch de buitengewesten: Economische ex-
Indie. Bijdragen tot de Taal-, Land- en pansie en koloniale staatsvorming in de
Volkenkunde, 1(1), 79–220. https://doi. Buitengewesten van Nederlands Indie
org/10.1163/22134379-90001206. 1870-1942. Amsterdam: NEHA.

14
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 2(1), 2020

Coolhaas. (1962). De Strijd tegen Opium en Perubahan Hukum di Sumatera Timur,


Alcohol in Nederlands Indie. Den Haag: 1870-1950. Medan: USU Press.
Nijhoff. Dingemans, A. J. E. (1921). In Memoriam Mr.
Cribb, R. (1988). Opium and the Industrial J. Van den Brand. De Planters, 12, 3822–
Revolution. Modern Asian Studies, 22(4), 3824.
701–722. https://doi.org/10.1017/S00267 Dixon, C. J. (1913). De assistent in Deli:
49X00015717 Practische opmerkingen met betrekking
Damanik, E. L. (2016). Kisah dari Deli: tot den omgang met koelies. Amsterdam:
Historisitas, Pluralitas dan Modernitas De Bussy.
Kota Medan tahun 1870-1942 (1st ed.). Djawa Tengah. (1929). Amerika Serikat dan
Medan: Simetri Institute. Poenale Sanctie. Djawa Tengah.
Damanik, E. L. (2017a). Agama, Perubahan Djoko, S. (1970). Perdagangan Tjandu di
Sosial dan Identitas Etnik: Moralitas Indonesia pada Abad ke-19. Universitas
Agama dan Kultural di Simalungun. Gajah Mada.
Medan: Simetri Institute. Erman, E. (1985). Pemberontakan Sunggal
Damanik, E. L. (2017b). Kisah dari Deli: 1872 di Deli: Jawaban terhadap
Masalah Sosial dan Pembangunan di Perubahan Sosial. Masyarakat Indonesia,
Kota Medan (2nd ed.). Medan: Simetri 12(1), 55–78.
Institute. Ewald, V. (1985). Wettig Opium: 350 Jaar
Damanik, E. L. (2018a). Opium di Deli: Nederlandse Opiumhandel in de Indische
Perdagangan, Konsumsi dan Pelara- Archipel (2nd ed.). Amsterdam: Onze
ngan, 1774-1956. Medan: Simetri tijd.
Institute. Farooqui, A. (1998). Smuggling as Sub-
Damanik, E. L. (2018b). Potret Simalungun version: Colonialism, Indian Merchants
Tempoe Doeloe: Menafsir Kebudayaan and the Politics of Opium. New Delhi:
Lewat Foto. Medan: Simetri Institute. New Age International.
Damanik, E. L. (2019). Inter-race, religion and Farooqui, A. (2006). Opium City: The Making
cultural tolerance: the spread of of Early Victorian Bombay. New Delhi:
Buddhism by Tjong Family’s in Medan, Three Essays.
North Sumatra, Indonesia. In N. T. Thich Geuns, M. Van. (1914). Weg met het Opium.
(Ed.), Buddhism Around the World (pp. Soerabaia: Gedrukt bij het Soerabaiasch
329–350). Vietnam: Religion Publisher. Handelsblad.
Dasuha, J& Damanik, E.L. (2016). Kerajaan Digital Collections Leiden University Libraries.
Siantar: dari Pulau Holang ke Kota Retrieved 1stMay 2020 from https://
Pematangsiantar. Medan: Simetri digitalcollections.universiteitleiden.nl.
Institute. Digital Collections Tropenmuseum.Retrieved
De Sumatra Post, 7 Februari 1940. 1stMay 2020 from http://collectie.
De Sumatra Post, 24 Juli 1940. wereldculturen.nl.
Deli, P. (1931, October 1). Poenale Sanctie Gordon, S. N. (1998). The Marathas, 1600-
Dihapuskan. Pewarta Deli. 1818: The New Cambridge History of
Derks, H. (2012). History of the Opium India. Cambridge: Cambridge University
Problem: The Assault on the East ca. Press.
1600-1950. Leiden: Brill. Haarsma, G. (1889). De tabakscultuur in Deli.
Devi, T. K. (2004). Poenale Sanctie: Studi Amsterdam: De Bussy.
Tentang Globalisasi Ekonomi dan

15
Erond Litno Damanik – Perdagangan dan Pemertahanan Kuli di Perkebunan

Habib, I. (2000). The Agrarian System of Kooreman, P. J. (1903). De koelie-ordonanntie


Mughal India, 1556-1707 (2nd ed.). tot regeling van de rechtsverbouding
Bombay: Oxford University Press. tusschen werkgevers en werklieden in de
Hagen, D. B. (1883). Eine Reise nach dem residentie Ooskust van Sumatra
Tobah-See in Zentralsumatra. Berlin: toegelicht: Lezing. Amsterdam: De
Petermanns Mittheilungen. Bussy.
Halewijn, E. A. (1876). Geographische en Kooreman, P. J. (1904). Get debat in de
ethnographische gegevens betreffende het Tweede Kamer der Staten-Generaal over
rijk van Deli. Tijdschrift voor Indische het rapport-Rhemrev. Organ Der
Taal-, Land- en Volkenkunde, 23, 147– Vereeniging Moederland En Kolonien,
158. 5(1), 1–80.
Hannegraaff, A. (1910). Hoe het thans staat Kroesen, C. A. (1886). Geschiedenis van
met den assistent en de veiligheid aan de Asahan. Tidschrift voor Indische Taal-,
Oostkust van Sumatra. Gravenhage: Van Land- en Volkenkunde, XXXI, 82-136.
der Beek. Kuhr, E. (1921). Tjong A. Fie. Nederlandsch-
Heijdra, M. (1998). The socio-economic Indië Oud & Nieuw, 6(1), 3–5.
development of rural China during the Lanting, P. A. (1937). Memorie van Overgrave
Ming. In D. C. Twitchett (Ed.), (MvO) controleur onderafdeeling Karo-
Cambridge History of China, VIII, pt. 2, landen. Medan.
The Ming Dynasty, 1368-1644 (pp. 52– Liere, A. M. (1931). Memorie van Overgrave
63). Cambridge: Cambridge University (MvO) controleur onderafdeeling Karo-
Press. landen. Medan.
Hoetink, H. R. (1903). De brochure van Mr. Lubis, M. (1982). Kuli Kontrak. Jakarta: Sinar
Van den Brand over Deli. De Indische Harapan.
Gids, 45, 46-17. Lulofs, M. H. S. (1987). Koelie. Oxford:
Houben, V.J. (1999). Coolie Labour in Oxford University Press.
Colonial Indonesia: A Study of Labour Malaka, T. (2014). Dari Penjara ke Penjara.
Relations in the Outer Island, c. 1900- Jakarta: Narasi.
1940. Wiesbaden: Harrassowitz. Marsden, W. (2008). Sejarah Sumatra.
Ibrahim, J. (2016). Candu dan Militer: Jakarta: Komunitas Bambu.
Keterlibatan Badan-badan Perjuangan McKinnon, E. E. (1984). Kota Cina: its
dalam Perdagangan Candu di Jawa pada context and meaning in the trade of
masa Revolusi. Kawistara, 6(1), 76–92. Southeast Asia in the twelfth to fourteenth
https://doi.org/10.22146/kawistara.15495. centuries. Cornell University.
Kartodirdjo, S. (1991). Sejarah Perkebunan di McKinnon, E. E. (2009). Ceramics, Cloth, Iron
Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi. and Salt: Coastal-Hinterland Interaction
Yogyakarta: Aditya Media Publishing. in the Karo Region of Northeastern
Kian-wie, T. (1977). Plantation Agriculture Sumatra. In From Distant Tales:
and Export Growth: An Economic Archaeology and Ethnohistory in the
History of East Sumatera, 1863-1942. Highlands of Sumatra (Bonatz et). New
Jakarta: LEKNAS-LIPI. Castells: Cambridge Scholars Publishing.
Kok, G. L. J. (1910). Memorie van Overgave Middendorp, W. (1922). Het Inwerken van
(MvO) Controleur onderafdeeling Dusun Westersche Krachten op Een Indonesisch
Deli-Serdang. Medan. Volk (De Karo Bataks). De Socialistische
Gids: Maandschrift der Sociaal-

16
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 2(1), 2020

Democratische Arbeiderspartij, 7(5), 74380005529X


442–465. Prakash, O. (1985). The Dutch East India
Middendorp, W. (1929). The Effect of Company and the Economy of Bengal,
Western Influence on Native Civilization 1630-1720. Princeton, NJ: Princeton
in the Malay Archipelago. In B. Schrieke University Press.
(Ed.), The administration of the outer Raet, J. C. B. de. (1875). Reize in de
provinces of the Netherlands Indies (pp. Battaklanden in December 1866 en
34–70). Batavia: G. Kolff & Co. Januarij 1867. Tijdschrifft voor Indische
Millant, R. (1913). Poppy Culture and Opium Taal-, Land- en Volkenkunde, XXII, 164–
Commerce in Turkey. Paris: Augustin 219.
Challamel. Reid, A. (1970). Early Chinese migration into
Mondan, A. (1992). Bayang-Bayang Harapan North Sumatra. In N. Tarling et al (Ed.),
di Tanah Dollar: Penderitaan Kuli Studies in the social history of China and
Kontrak Perkebunan di Sumatera Timur. Southeast Asia: Essays in memory of
Universitas Gajah Mada. Victor Purcell (pp. 289-320). Cambridge:
Mulier, W. J. H. (1903). Arbeidstoestanden op Cambridge University Press.
de Ooskust van Sumatra. Medan: Deli Reid, A. (1979). The Blood of the People:
Courant. Revolution and the End of Traditional
Murray, M. J. (1980). The Development of Rule in Northern Sumatra. Kuala
Capitalism in Colonial Indochina 1870- Lumpur: Oxford University Press.
1940. Berkeley: University of California Reid, A. (2005). An Indonesian Frontier:
Press. Acehnese & Other Histories of Sumatra.
Neumann, J. H. (1909). De tegenwoordigde Singapore: Singapore University Press.
stand der Karo-Batakzending. Mede- Rookmaker, H. . (1904). Voordracht gehouden
deelingen van Wege Het Nederlandsche op 18 november voor de Nederlansche
Zendelinggenootschap, 53, 233–245. afdeeling van de Nederlansch-Indische
Nienhuijs. (1888). De vestiging der tabaks- Maatschappij van Nijverheied en
cultures op Deli. De Indische Mercuur, Landbouw. De Indische Mercuur, 27,
11, 223–224. 808-816.
Owen, D. E. (1934). British Opium Policy in Rush, J. R. (1999). Opium to Java: Revenue
China and India. New Haven: Yale Farming and Chinese Enterprise in
University Press. Colonial Indonesia, 1860-1910. Ithaca,
Pelzer, K. J. (1985). Toean Keboen dan NY: Cornell University Press.
Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Sahu, A. C. (1985). Some Aspects of British
Agraria di Sumatera Timur 1863-1947. Trade Policy in India. New Delhi: Ashish
Jakarta: Sinar Harapan. Publishing House.
Perret, D. (2010). Kolonialisme dan Etnisitas: Said, M. (1977). Koelie Kontrak Tempo
Batak dan Melayu di Sumatera Doeloe dengan Derita dan
Timurlaut. Jakarta: KPG dan EFEO- Kemarahannya: Suatu Zaman Gelap di
Jakarta. Deli. Medan: Waspada.
Poroy, I. H. (1981). Expansion of Opium Sairin, S. (2014). Dari Ancak ka Ancak: Buruh
Production in Turkey and the State Jawa di Perkebunan Sumatera Utara
Monopoly of 1828-1839. International Pada Masa Orde Baru. Yogyakarta:
Journal of Middle East Studies, 13(2), Gadjah Mada University Press.
191–211. https://doi.org/10.1017/S0020

17
Erond Litno Damanik – Perdagangan dan Pemertahanan Kuli di Perkebunan

Schaade, W. H. M. (1919). Geschiedenis van Tilley, L. (2020). A Strange Industrial Order:”


Sumatra’s Oostkust; Deel II. Amsterdam: Indonesia’s Racialized Plantation
Oostkust van Sumatra-Instituut. Ecologies and Anticolonial Estate
Schaap. (1905). Memorie van Overgave Worker Rebellions. History of the
(MvO) Residentie Sumatra Ooskust. Present, 10(1), 67–83. https://doi.org/
Medan. 10.1215/21599785-8221425
Scheltema, J. F. (1907). The Opium Trade in Trocki, C. A. (1990). Opium and Empire:
the Dutch East Indies. American Journal Chinese Society in Colonial Singapore,
of Sociology, 3(1), 79–112. 1800-1910. Ithaca, NY: Cornell Univer-
Soegiri. (2003). Gerakan Serikat Buruh Jaman sity Press.
Kolonial Belanda hingga Orde Baru. Trocki, C. A. (2002). Opium and the
Jakarta: Hasta Mitra. Beginnings of Chinese Capitalism in
Souza, G. B. (2009). An Anatomy of Southeast Asia. Journal of Southeast
Commerce and Consumption: Opium and Asian Studies, 33(2), 297–314. https://
Merchants at Batavia over the Long doi.org/10.1017/S0022463402000152.
Eighteenth Century. Chinese Southern U.S. Department of Justice. (1992). Opium
Diaspora Studies, 3, 61–87. Poppy Cultivation and Heroin Processing
Spence, J. D. (1975). Opium Smoking in in Southeast Asia. Washington, DC: Drug
Ch’ing China. In F. Wakeman (Ed.), Enforcement Administration, Office of
Conflict and Control in Late Imperial Intelligence.
China (pp. 24–35). Berkeley: University van den Brand, J. (1902). De millioenen uit
of California Press. Deli. Amsterdam: Hoveker & Wormser.
Stoler, A. L. (1985). Capitalism and van den Burg, C. L. (1898). Bespreking van
confrontation in Sumatra’s plantation Dr. P. Adriani, Medische herinneringen
belt, 1870-1979. New Haven: Yale aan Deli en Langkat (oost-Sumatra).
University Press. Nederland Militair Geneesk, Archief
Stroomberg, J. (2018). Hindia Belanda 1930. 1898, 22ste jaargang, blz. 205. Tijdschrift
Yogyakarta: IRCiSoD. van het Koninklijk Nederlansch Aar-
Supomo, I. (1970). Pengantar Hukum drijkskunding Genootschap, 15, 740–743.
Perburuhan. Jakarta: Djambatan. Veer, A. van der. (2013). The Pao An Tui in
Tagliacozzo, E. (2005). Secret trades, porous Medan: A Chinese Security Force in
borders: smuggling and states along a Dutch Occupied Indonesia, 1945-1948.
Southeast Asian frontier, 1865-1915. Utrecht University.
New Haven: Yale University Press. Veth, P. J. (1877). Het Landschap Deli.
Tarling, N. (1999). The Cambridge History of Tidschrift van de Netherlandsch Aar-
Southeast Asia Vol. 2-1 (1800-1930s), drijkundig Genootschap, II, 157–170.
Vol. 2-2 (1940s-present). Cambridge, Wettum, V. (2010). Chineesche toestanden in
UK: Cambridge University Press. Deli: Daktyloscopie. Missive van
Tideman, J. (1926). Simeloengen: Het Land Directeur Justitie Nederburgh, 22 Juli No
der Timoer-Bataks in Zijn Vroegere 843 aan de Raad van Nederlands-Indië
Isolatie en Zijn Ontwikkwling tot een deel en de Gouverneur-Generaal’. Jakarta:
van het Cultuurgebied van de Ooskust Arsip Nasional Republik Indonesia.
van Sumatera. Leiden: Stroomdrukkerij
Louis H. Becherer.

18
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 2(1), 2020

Wijngaarden, J. K. (1894). Verslag omtrent de


zending onder Karau-Bataks over 1893.
Mededeelingen van wege het Neder-
landsche Zendelinggenootschap, 38,
133–183.
Wong, Y. T. (2007). The Big Five Hokkien
Families in Penang, 1830s–1890s.
Chinese Southern Diaspora Studies, 1(1),
106–115.
Wong, Y. T. (2015). Penang Chinese
Commerce in the 19th Century: The Rise
and Fall of the Big Five. Singapore:
ISEAS-Yushof Ishak Institute.
Yangwen, Z. (2005). The Social Life of Opium
in China. Cambridge, UK: Cambridge
University Press.

19

Anda mungkin juga menyukai