Bab Iv Hasil Survey Lapangan PDF
Bab Iv Hasil Survey Lapangan PDF
Lokasi Alternatif 2
Lokasi Alternatif 1
Lokasi Alternatif 3
Halaman IV-1
4.2.2 Lokasi Alternatif 2
Lokasi Berada di Desa Letting Kecamatan Aru Sir-Sir, Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku,
tepatnya berada pada kordinat 5°34'18.5"S dan 134°39'19.9".
Halaman IV-2
mengingat kecamatan Aru Sir-Sir merupakan daerah kepulauan sehingga untuk mendukung
pergerakan masyarakatnya di dominasi oleh transportasi Laut.
Namun dalam perkembangannya pelabuhan rakyat di desa letting memerlukan dukungan akses
jalan dari desa-desa yang berada dalam satu pulau untuk kelancaran pendistribusian pergerakan
barang dan orang
Halaman IV-3
Pengukuran Topografi dilakukan pada 3 (tiga) alternatif lokasi rencana pelabuhan Bungin.
Tahapan pengukuran diawali dengan pembuatan titik referensi lokal dimana posisinya
ditentukan berdasarkan pengukuran menggunakan GPS Handheld. Dari titik referensi kemudian
dilakukan pengukuran kerangka dasar horizontal atau poligon, sebagai acuan untuk pengukuran
detail situasi daerah survei. Pada kedua alternatif lokasi rencana pelabuhan dibuat 1 (satu) Bench
Mark (BM) dan 1 (satu) Control Point (CP), berikut ini disajikan tabel gambaran bangunan BM dan
CP yang dibuat dilapangan beserta koordinatnya.
Halaman IV-4
Mark (BM) dan 1 (satu) Control Point (CP), berikut ini disajikan tabel gambaran bangunan BM dan
CP yang dibuat dilapangan beserta koordinatnya.
Halaman IV-5
Gambar 4.6 Kondisi Bathimetri dan Topografi Lokasi Alternatif 1 dan 2
Halaman IV-6
Gambar 4.7 Kondisi Bathimetri dan Topografi Lokasi Alternatif 3
Halaman IV-7
4.5 Kondisi Hidro Oseanografi
Angin membangkitkan gelombang laut, oleh karena itu data angin dapat digunakan untuk
memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi rencana. Mengingat ketidak tersediaan data
gelombang hasil pengukuran lapangan, data tersebut tidak dapat mewakili kondisi gelombang
secara keseluruhan. Untuk perencanaan struktur pelabuhan ini akan digunakan hasil ramalan
gelombang berdasarkan data angin. Data angin diperlukan sebagai data masukan dalam
peramalan gelombang sehingga diperoleh tinggi gelombang rencana. Data angin untuk prediksi
gelombang secara normal didapat melalui cara observasi langsung di titik fetch dengan
memproyeksikan harganya di titik fetch (daerah pembentukan gelombang) yang diasumsikan
memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan dari pengamatan di darat. Arah dan
kecepatan angin maksimum harian akan digunakan untuk memprediksi tinggi dan perioda
gelombang maksimum yang dapat dibangkitkan angin dalam perioda ulang waktu tertentu
Halaman IV-8
Tabel 4.1.Windrose Bulan Januari – Juni Tahun 2007-2016 di Lokasi Rencana
Januari Februari
Maret April
Halaman IV-9
Mei Juni
Juli Agustus
Halaman IV-10
September Oktober
November Desember
Halaman IV-11
Gambar 4.9 Garis Pembangkitan Gelombang (Fetch) di lokasi Pelabuhan
Dapat dilihat pada gambar diatas, pembentukan gelombang dari arah Barat, Barat Laut memiliki
fetch yang sangat kecil.
Halaman IV-12
dilakukan dengan mempergunakan metoda SMB (Sverdrup Munk Neider) dengan formula
sebagai berikut.
U 2 gF 1 / 2
H 1.6 x 10 3
g U2
U F1/ 3
T 2.857 x 10 1
g U2
U gF 2 / 3
t 6.88 x 10
g U2
Peramalan yang digunakan untuk kondisi pembentukan gelombang (fully developed) dinyatakan
sebagai berikut:
gH
2.433 x 10 1
U 2A
gT
8.134
UA
gt
7.15 x 10 4
UA
dimana:
H : tinggi gelombang (m);
T : perioda gelombang (detik);
F : panjang fetch (m);
t : durasi angin (detik);
UA : kecepatan angin setelah koreksi (m/s);
g : percepatan gravitasi (m/s2).
Dengan mempertimbangkan durasi angin yang bertiup, diperoleh gelombang untuk kecepatan
angin yang berbeda-beda. Garis fetch efektif yang diambil, sesuai dengan posisi daratan
terhadap arah datang gelombang seperti ditunjukkan pada Tabel sebelumnya.
Halaman IV-13
Gambar 4.10 Diagram Alir Hindcasting
Tinggi gelombang maksimum tiap tahun (2007 – 2016) ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Tabel 4.4 Tabel Tinggi Gelombang Maksimum Tiap Arah Tiap Tahun
Wave Height Max (m)
Tahun N NE E SE S SW W NW
2007 1.86 1.48 1.63 1.91 2.30 0.70 0.86 2.06
2008 1.69 1.46 2.10 2.23 2.40 0.67 0.76 1.95
2009 1.55 2.33 1.78 2.72 1.91 0.80 0.74 1.67
2010 1.94 1.54 1.81 1.75 1.51 0.75 0.86 2.07
2011 1.91 2.00 2.00 2.13 2.07 0.54 0.81 2.09
2012 1.76 1.91 1.92 2.03 2.91 0.78 0.84 2.73
2013 1.65 2.26 2.02 2.73 2.85 0.70 0.81 1.93
2014 1.95 1.51 1.78 2.29 2.55 1.21 1.21 2.27
2015 2.18 1.70 2.06 1.96 1.79 0.47 0.90 2.77
2016 1.99 1.87 1.68 2.58 2.33 0.84 0.64 2.52
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017
Halaman IV-14
Tabel 4.5.Waverose Bulan Januari – Juli Tahun 2007-2016 di Lokasi Rencana
Januari Februari
Maret April
Halaman IV-15
Mei Juni
Tabel 4.6 Waverose Bulan Juli – Desember Tahun 2007-2016 di Lokasi Rencana
Juli Agustus
Halaman IV-16
September Oktober
November Desember
1. Dasar laut yang halus dan pemantulan gelombang yang dapat diabaikan. Gelombang yang
dipantulkan dari garis pantai atau dari dasar laut yang curam diabakan.
Halaman IV-17
2. Gelombang, arus, dan angin dalam kondisi steady-state. Yang memiliki arti bahwa model
tidak terpengaruh oleh waktu. Model diformulasikan sebagai model steady-state karena
dapat mengurangi waktu perhitungan. Untuk pembentukan gelombang, asumsi angin
berhembus dengan kondisi stabil dan cukup lama untuk gelombang mencapai kondisi fetch-
limited atau full-developed conditions (bukan tim- limited).
3. Refraksi dan shoaling linear. Model menggabungkan refraksi, pendangkalan, dan propagasi
gelombang linear. Dengan demikian, model tidak mewakili gelombang asimetri atau fitur
gelombang acak yang menyebabkan akurasi model berkurang.
4. Kecepatan arus yang seragam terhadap kedalaman. Interaksi gelombang – arus dalam
model berdasarkan arus yang konstan di seluruh kolom air. Oleh karena itu model tidak
merepresentasikan refraksi dan shoaling karena gradien vertikal arus.
5. Linear radiation stress. Tekanan radiasi dihitung berdasarkan teori gelombang linear.
𝐸(𝑓, 𝛼) 2𝑘𝑑
𝑆𝑥𝑦 = 𝜌𝑤 𝑔 ∫ ∫ [0.5 (1 + ) sin 2𝛼] 𝑑𝑓 𝑑𝛼
2 sinh 2𝑘𝑑
2𝑘𝑑
𝑆𝑦𝑦 = 𝜌𝑤 𝑔 ∫ ∫ 𝐸(𝑓, 𝛼) [0.5 (1 + ) (sin2 𝛼 + 1) − 0.5] 𝑑𝑓 𝑑𝛼
sinh 2𝑘𝑑
Halaman IV-18
peramalan gelombang untuk setiap arah yang berpengaruh. Adapun spektrum energi
gelombang yang dihasilkan dan grid perhitungan ditunjukkan pada gambar berikut.
Halaman IV-19
Gambar 4.12 Hasil Transformasi Gelombang dari Arah Tenggara
Halaman IV-20
Gambar 4.13 Hasil Transformasi Gelombang dari Arah Timur
Halaman IV-21
Gambar 4.14 Hasil Transformasi Gelombang dari Arah Timur Laut
Halaman IV-22
Gambar 4.15 Hasil Transformasi Gelombang dari Arah Utara
Halaman IV-23
Gambar 4.16 Hasil Transformasi Gelombang dari Arah Barat Laut
Lokasi pengamatan tinggi gelombang pada model terletak seperti yang ditunjukkan gambar di
bawah ini:
Halaman IV-24
Gambar 4.17 Lokasi Dermaga pada Model beserta Batimetri Model
Halaman IV-25
Ringkasan tinggi gelombang hasil transformasi pada titik lokasi dermaga dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tinggi Gelombang
Hasil Perambatan (m)
Alternatif 1 0.13
Alternatif 2 0.35
Alternatif 3 0.25
0.50
0.40
Wave Heitgh (m)
Alternatif 1
0.30
Alternatif 2
0.20 Alternatif 3
0.10
0.00
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Dapat dilihat dari hasil pemodelan diatas, bahwa gelombang relative kecil < 0.5 m. Gelombang
yang kecil ini disebabkan ketiga lokasi berada pada daerah yang terlindung.
Halaman IV-26
4.5.5.1 Setup Pemodelan
Simulasi hidrodinamika dan sedimentasi pada modul ini memerlukan data batimetri dan pasang
surut lokasi. Data batimetri hasil survei akan dilengkapi dengan data batimetri sekunder yaitu
berupa peta dishidros agar pemodelan yang dilakukan dapat mencakup seluruh coastal shell
lokasi studi. Untuk data pasang surut digunakan data pasang surut global NAOTide untuk
melengkapi data hasil survei pasang surut. Hal ini dikarenakan titik pasang surut yang akan
digunakan sebagai kondisi batas pemodelan lokasi studi terlalu jauh untuk dicapai.
Berikut tahapan setup pemodelan arus dan sedimentasi pada model:
• Grid Pemodelan
Simulasi dengan piranti lunak menggunakan input batimetri yang divisualisasikan ke
dalam bentuk mes perairan di sekitar lokasi rencana. Proses simulasi dilakukan dengan
langkah langkah berikut:
a. Membuat grid mesh dari peta batimetri.
Halaman IV-27
Gambar 4.19 Input Data Batimetri Model
Boundary Condition pada simulasi Pasang Surut dengan modul ini adalah Pasang Surut.
Dalam pemodelan ini pasang surut diambil dari perangkat Lunak NAOTIDE. Lokasi-lokasi
Boundary Condition tersebut adalah seperti yang digambarkan pada Gambar di bawah
ini.
Halaman IV-28
Gambar 4.20 Syarat Batas Pemodelan Hidrodinamika
Halaman IV-29
Gambar 4.21 Velocity Magnitude saat Menuju Pasang
Halaman IV-30
Dengan mengambil titik tinjau sesuai dengan titik lokasi pelabuhan, maka didapatkan besaran
arus sebagai berikut:
Kecepatan Arus
Maksimum (m/s)
Alternatif 1 0.16
Alternatif 2 0.22
Alternatif 3 0.31
Halaman IV-31
Contoh Pola Arus Letting Alternatif 1
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
m/s
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 20 40 60 80 100 120
Dapat dilihat pada lokasi rencana pelabuhan memiliki arus yang relative kecil. Hal ini disebabkan
oleh lokasi rencana yang terlindung dan berada di estuary perbesaran penampang sungai.
4.6 Dokumentasi
Halaman IV-32
Halaman IV-33
Halaman IV-34