Anda di halaman 1dari 78

rainmardiansaf planvoyage

MATERI 1
PERSIAPAN PERENCANAAN PELAYARAN

Dalam pembahasan materi persiapan perencanaan pelayaran yang akan dilakukan


oleh taruna pelayaran kapal niaga jurusan nautika diharapkan setiap taruna sudah
mahir dalam perhitungan mengkonversi antara nilai pedoman dan perubahan
menjadi sejati dan sebelum melaksanakan kegiatan perncanaan pelayaran diharap
mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
1. Peralatan menjangka peta
a. Pinsil ,penghapus
b. Jangka semat/ jangka pinsil
c. Mistar jajar / penggaris segitiga
d. Peta jalur pelayaran
e. Kalkulator

2. Publikasi navigasi pelayaran


a. Buku panduan
b. Koreksi BPI
c. Katalog Peta
d. Pasang Surut
e. Log book deck
f. Almanak Nautika

3. Alat Navigasi elektronik


a. GPS (Global Position Sistem)
b. RADAR (Radio Detections and Rangging)
c. AIS (Automatic Indentivications Sistem)
d. Echo Sounders
e. Peta Elektronik
f. Kompas/ gyro

1
rainmardiansaf planvoyage

4. Data kapal
a. Haluan pedoman/ kemudi
b. Tabel deviasi kapal
c. Ship Particular, untuk penentuan draft maximum kapal

Dari keseluruhan perlengkapan dalam persiapan melaksanakan pelayaran tersebut


diatas tentunya tidak secara keseluruhan wajib dipenuhi dalam hal persiapan
pelayaran untuk mencapai kompetensi dasar taruna SMK pelayaran kapal niaga
jurusan nautika. Persiapan itu bisa diminimalisisir dengan sebuah skema simulasi
rekayasa dalam bentuk soal latihan yang akan dibahas dalam materi persiapan
perencanaan pelayaran.

Pelatihan yang akan diberikan kali ini adalah taruna diharapkan mahir dalam
perencanaan pelayaran dan akan melakukan simulasi latihan menggunakan peta
laut perairan Indonesia no.80. Diharapkan taruna memiliki copy peta no 80 sebagai
lembar kerja dalam pelatihan perencanaan pelayaran.

Peta No.80

2
rainmardiansaf planvoyage

Selanjutnya taruna bisa memulai dengan mengidentifikasi peta no.80 secara


seksama dengan ulasan sebagai berikut :

1. JUDUL PETA
Terdapat judul peta dan beberapa keterangan peta dalam hal pembuat dan
tahun pembuatan disertai skala peta, dan koordinat lintang yang menandakan
posisi perairan berada pada Lintang Utara atau Lintang selatan yang harus
diperhatikan dalam membantu menentukan koordinat posisi kapal

Judul Peta

2. SKALA BUJUR
Pada peta No.80 tertera peta tersebut berada pada posisi Bujur Timur dari
titik Greenwich dan ini pun menjadi patokan dalam menentukan koordinat
posisi kapal.

Skala Bujur (Bujur Timur)

3. SKALA JANGKA/ NAUTICAL MILE


Taruna harus bisa menjabarkan gambaran blok blok hitam putih pada skala
lintang bujur yang berada ditepian peta yang akan dijadikan acuan koordinat
dalam menghitung jarak dalam drajah, menit dan detik dalam Lintang dan
bujur.

Skala dalam Nautical mile

3
rainmardiansaf planvoyage

4. KEDALAMAN LAUT DAN NOMOR PETA


Satuan kedalam laut tertera pada peta dan dituliskan bersamaan dengan
nomor peta

Kedalam Meter

5. MAWAR PEDOMAN
Pada mawar pedoman yang merupakan acuan arah baik haluan maupun
baringan juga terdapat nilai Variasi dan perubahan tahunan peta sehingga
sebelum memulai konversikan nilai variasi pada tahun saat ini.

Mawar pedoman

6. KOREKSI BPI
Pada peta terdapat koreksi terakhir pada simbol peta sehingga taruna
diharapkan mendapatkan publikasi nautika koreksi BPI ditahun berikutnya
dan rutin mengkoreksi apabila ada perubahan

4
rainmardiansaf planvoyage

Koreksi BPI

7. JARAK WAKTU DAN KECEPATAN


Taruna sudah manguasai dala menghitung Jarak, waktu dan kecepatan untuk
menentukan koordinat, ETA dan konversi pedoman/kemudi menjadi sejati
yang akan digambarkan pada peta latih nomor 80.

5
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 2
PERSIAPAN NAVIGASI ELEKTRONIK

Taruna diharapkan mampu mengoperasikan alat navigasi lektronik minimal dalam


pelatihan perencanaan pelayaran terutama GPS dan Radar, yang akan digunakan
sebagai acuan koreksi kesalahan dan pembanding hasil dari navigasi konvensional
dan akurasi ketelitian dalam pelaksanaan perencanaan pelayaran.

1. RADAR

Radar Furuno 1715

Tampilan layar radar tersebut harus dapat menunjukkan Heading arah haluan
kapal, Range/ jarak dalam nautical mile, terdapat kursor untuk
mengidentifikasi objek dan terdapat EBL sebagai arah baringan objek sebagai
pedoman dan VRM yang menunjjukkan jarak objek yang akan dideteksi saat
melakukan pembaringan.

2. GPS MENU
Pada GPS terdapat vitur menu yang harus dikuasai taruna dan bagian bagian
yang akan dioperasikan dalam melksanakan perencanaan pelayaran seperti
tampilan dibawah ini

6
rainmardiansaf planvoyage

Menu GPS

a. Waypoint (digunakan untuk menginput data WP/ koordinat dan waktu saat
posisi tersebut berada)

b. Rute (digunakan menginput alur pelayaran setelah mengisi seluruh


waypoint yang akan dilalui)

c. Kalkulasi (digunakan untuk menghitung total jarak dan waktu tempuh serta
ETA perencanaan pelayaran tersebut)

7
rainmardiansaf planvoyage

d. Set TD (digunakan untuk bentuk penulisan input koordinat yang


dikonversikan dalam menit dan detik

Derajat, menit dan detik

Derajat dan menit

e. Display atau tampilan layar GPS pada saat memulai atau pada saat
menentukan koordinat secara lektronik serta terdapat tampilan saat
melakukan oleh kemudi saat pelayaran. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah :
1. Tampilan koordinat saat posisi berada dan seting tanggal dan waktu
setempat
2. Arah haluan kapal dan kecepatan saat kapal berlayar
3. SOG (speed over ground), kecepatan menyemping haluan/ heading
4. COG (cours over ground), sudut menyemping dari haluan/ heading

8
rainmardiansaf planvoyage

9
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 3
IDENTIFIKASI KAPAL

Pembahasan materi kali ini adalah taruna diharap bisa mengidentifiaksi data data
kapal yang akan digunakan dalam pelatihan perencanaan pelayaran sehingga
meminimalisir kesalahan memilih alur perairan yang akan dilalalui oleh kapal
tersebut.

1. SHIP PARTICULAR
Didalam ship particular biasanya terdapat data identitas kapal secara umum
mengenai konstruksi kapal, bobot, muatan, tahun, draft, mesin dll.
Contoh gambaran data latihan :

Nama kapal MV DEWANTIE BOWS


LOA 120 M
LENGHT 18 M
DEPTH 10 M
GT 50.000 GROSSTONAGE
MAX DRAFT 7M
SPEED 20 KN
SPESIFICATIONS GENERAL & BULK CARIER

Tabel diatas merupakan gambaran data yang akan digunakan sebagai acuan
perencanaan pelayaran yang akan dilakukan dalam simulasi latihan taruna sehingga
tidak seluruh data ditampilkan dalam tabel data kapal tersebut. Apabila taruna
menginginkan data ship partikular lengkap bisa merekomendasikan dalam
latihannya menggunakan ship particular yang dapat diambil dari buku laporan
kegiatan prakerin taruna dan dapat pula mengaplikasikan data tabel deviasi kapal
sebenarnya yang dapat dijadikan acuan latihan.

10
rainmardiansaf planvoyage

2. TABEL DEVIASI KAPAL


Deviasi kapal digunakan untuk mengkonversi tiap haluan kapal pada saat
merubah haluan pedoman menjadi haluan sejati kapal dengan perhitungan
variasi dan sembir yang akan digambarkan pada peta laut.

Contoh deviasi kapal yang akan digunakan dalam latihan :

Keterangan :

SHIPS HEAD = arah haluan pedoman kapal/ kemudi kapal

DEVIATIONS = pengeruh nilai deviasi saat haluan kemudi

11
rainmardiansaf planvoyage

3. PERUBAHAN TAHUNAN VARIASI PETA

Akan ditampilkan gambaran mawar pedoman peta nomor 80 dan perubahan


nilai variasi yang akan dicontohkan pada saat penggunaan peta pada tahun
2019

Pada mawar pedoman diatas tertera 01⁰00 T 2010 (0) artinya peta nomor 80
memiliki nilai variasi peta pada tahun 2010 adalah 1⁰ Timur yang artinya
bernilai positif dan perubahan tahunannya adalah 0 (nol). Sehingga nilai
Variasi tahun 2019 adalah :

 2019 – 2010 = 9 Tahun


 Perubahan tahunan = 0 x 9 tahun = 0
 Variasi 2019 = Variasi 2010 + Perubahan tahunan

= +1⁰ (T) + 0

= + 1⁰ Timur

Sehingga pada saat latihan dengan peta nomor 80, taruna menggunakan nilai
variasi tahun 2019 adalah 1⁰ T. Setelah mendapatkan nilai variasi dan deviasi
maka selanjutnya taruna bisa mencari nilai Sembir untuk digunakan konversi
haluan dan baringan.

12
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 4

MENENTUKAN KOORDINAT PADA PETA

Sebelum menentukan koordinat posisi kapal maka taruna harus membaca lintang
dan bujur serta skala yang terbaca pada peta nomor 80. Pada peta tersebut didapati
berada pada Lintang Selatan sehingga pertumbuhan atau arah gerak nilai derajah
nya adalah kearah selatan/ bawah peta sedangkan Bujur berada pada Bujur Timur
sehingga pergerakan derajahnyapun kearah timur atau ke kanan peta. Dengan
demikian taruna harus membaca garis lintang dan bujur terdekat dari posisi kapal
berada saat itu atau bisa dirumuskan pergerakan derajah koordinatnya adalah “atas
ke bawah” untuk lintang dan “kiri ke kanan” untuk bujur.

Tahap 1

1. Gambarkan posisi kapal dengan segitiga dan posisi tengahnya adalah posisi
kapal sejati
2. Terbaca lintang 7⁰ , tetapi karena lintang selatan maka “atas kebawah”
(selatan) mendekati segitiga sehingga lintang nya adalah 6⁰ dan lintang
terdekat terbaca adalah 6⁰ 50’
3. Terbaca bujur 110⁰ 20’ pada peta “kiri ke kanan” (timur) mendekati segitiga

13
rainmardiansaf planvoyage

4. Selanjutnya taruna bisa memulai dengan menjangkakan garis lintang dan


garis bujur sehingga bisa tepat pada posisi tengah segitiga atau posisi kapal
5. Atau bisa menggesernya dengan mistar jajar untuk membuat garis lintang
dan bujur sebagai penanda posisi/ koordinat

Tahap 2

1. Setelah menjangkakan garis lintang atau menggeser dengan mistar jajar (lihat
garis merah) maka tepat mengenai segitiga dan mulailah membaca (lihat
panah merah).
2. Dari 6⁰ 50’ ternyata bergerak ke bawah/ selatan sejauh 2,5’ atau 2’ 30’’
sehingga 6⁰ 50’ + 2’ 30’’ = 6⁰ 52’ 30’’
3. Maka koordinat Lintang nya adalah 6⁰ 52’ 30’’ LS
4. Konversi pada WP input GPS dengan vitur SET TD
a. SET TD XX . XXX’
Koordinat 6⁰ 52’ 30’’ LS harus dirubah tanpa menggunakan detik
sehingga 30’’ akan dibulatkan desimal menjadi menit menjadi 30’’ /60
adalah 0,5’ sehingga 6⁰ 52’ + 0,5’ = 6⁰ 52,5’ LS
b. SET TD XX’ XX . X’’ , Koordinat 6⁰ 52’ 30’’ LS tidak perlu dirubah lagi.

14
rainmardiansaf planvoyage

Tahap 3

1. Jangkakan garis bujur 110⁰ 20’ kearah kanan (timur) atau geser dengan
mistar jajar hingga diposisi kapal (lihat garis biru)
2. Perhatikan skala garis (panah biru) ternyata bergerak dari 110⁰ 20’ sejauh
2,25’ atau 2’ 15’’
3. Sehingga koordinat bujur adalah 110⁰ 20’ + 2’ 15’’ = 110 ⁰ 22’ 15’’ BT
5. Konversi pada WP input GPS dengan vitur SET TD
c. SET TD XX . XXX’
Koordinat 110 ⁰ 22’ 15’’ BT harus dirubah tanpa menggunakan detik
sehingga 15’’ akan dibulatkan desimal menjadi menit menjadi 15’’ /60
adalah 0,25’ sehingga 110⁰ 22’ + 0,25’ = 110⁰ 22,25’ BT
4. SET TD XX’ XX . X’’ , Koordinat 110 ⁰ 22’ 15’’ BT tidak perlu dirubah lagi.

15
rainmardiansaf planvoyage

Koordinat Lintang dan Bujur posisi kapal

16
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 5

BARINGAN DENGAN JARAK

Baringan dengan jarak merupakan penentuan posisi kapal dengan menggunakan


metode penggabungan arah sudut baringan yang didapat menggunakan azimuth
circle pada saat membaring objek bumiawi yang terlihat jelas dan tergambar jelas
pada peta nomor 80 atau dengan menggunakan data baca Radar pada VRM dan
EBL dan kemudian nilai pedoman tersebut dikonversikan menjadi sejati dan
digambarkan pada peta.

Contoh simulasi:

MV Dewantie Bows belayar menuju Semarang dengan Haluan Pedoman 123⁰ dan
membaring suar karangkorowelang 223⁰ dan pada Radar terbaca VRM = 2 Nm.

Langkah 1 : Menghitung Sembir dan Hs

V = 1⁰ T
D = 6⁰ T (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + 6⁰ = 7⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 123⁰ + 7⁰ = 130⁰

17
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 2 : merubah Baringan Pedoman Bp menjadi Baringan Sejati Bs

Bs = Bp + S
= 223⁰ + 7⁰ = 230⁰ (maka dikurangi 180 karena lebih 230 lebih besar dari 180)
= 230⁰ - 180 = 50⁰

Langkah 3 : menjangkakan pembacaan VRM 2Nm dari suar korowelang pada garis
baringan sehingga terjadi perpotongan antara baringan dan VRM
(jarak)

18
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 4 :perpotongan antara garis jarak warna hijau dan garis baringan warna
merah merupakan posisi kapal sejati

Baringan dengan jarak

19
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 6
BARINGAN DENGAN PERUMAN

Baringan dengan peruman merupakan penentuan posisi kapal dengan


menggabungkan hasil pembacaan baringan objek bumiawi dengan pembacaan
kedalaman laut penggunakan peruman tangan/tali (manual) atau dengan
pembacaan menggunakan echo sounders secara bersamaan pada saat penentuan
posisi kapal.

Contoh simulasi:

MV Dewantie Bows belayar diutara tanjung korowelang dengan Haluan Pedoman


62⁰ dan membaring tanjung karangkorowelang 163⁰ dan pada echosounders terbaca
kedalaman laut saat itu adalah 20 meter

Langkah 1 : Menghitung Sembir dan Hs

V = 1⁰ T
D = 2⁰ T (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + 2⁰ = 3⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 62⁰ + 3⁰ = 65⁰

20
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 2 : merubah Baringan Pedoman Bp menjadi Baringan Sejati Bs

Bs = Bp + S
= 163⁰ + 3⁰ = 166⁰ (maka ditambah 180 karena lebih 166 lebih kecil dari 180)
= 166⁰ + 180 = 346⁰

Langkah 3 : Pembacaan echo sounders pada angka kedalaman 20m ditandai


sebagai posisi kapal sejati

Baringan dengan peruman

21
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 7
BARINGAN JARAK DAN JARAK

Baringan jarak dan jarak merupakan penentuan posisi kapal dengan menggunakan
dua jarak yang didapat dari pengukuran jarak dua objek baringan benda bumiawi
yang dibaring dengan pembacaan VRM pada radar secara bersamaan.

Contoh simulasi:

MV Dewantie Bows belayar diutara Ujung Comal dengan Haluan Pedoman 297⁰
dan membaring jarak pada VRM Radar Ujung Comal sejauh 4Nm dengan baringan
jarak kedua pada bouy terumbu pemalang sejauh 3Nm.

Langkah 1 : Menghitung Sembir dan Hs

V = 1⁰ T
D = 6⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + (-6⁰) = -5⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 297⁰ + (-5⁰) = 292⁰

22
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 2 : menjangkakan baringan jarak Ug Comal radius 4Nm

Langkah 3 : menjangkakan baringan jarak Bouy terumbu pemalang radius 3Nm

23
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 4 : perpotongan dua radius jarak hasil penjangkaan adalah posisi kapal

Baringan Jarak dan Jarak

24
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 8
BARINGAN SILANG

Pada baringan silang diperlukan dua objek bumiawi yang akan dibaring secara
bersamaan untuk menentukan posisi kapal sejati yang merupakan hasil persilangan
dua baringan secara bersamaan.

Contoh simulasi:

MV Dewantie Bows belayar diperairan Tegal dengan Haluan Pedoman 293⁰ dan
membaring suar karang jeruk 226⁰ secara bersamaan membaring juga Ujung
Brebes 154⁰

Langkah 1 : Menghitung Sembir dan Hs

V = 1⁰ T
D = 5⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + (-5⁰) = -4⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 293⁰ + (-4⁰) = 289⁰

25
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 2 : melukis baringan Bs I dengan Bp I = 154⁰

Bs I = Bp I + S
= 154⁰ + (-4) = 150⁰ (150⁰ ditambah 180 karena kurang dari 180)
= 150⁰ + 180 = 330⁰

Langkah 3 : melukis baringan Bs II dengan Bp II = 266⁰

Bs II = Bp II + S
= 266⁰ + (-4) = 262⁰ (262⁰ dikurangi 180 karena lebih dari 180)
= 262⁰ - 180 = 82⁰

26
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 4 : Persilangan dua garis baringan Bs I dan Bs II merupakan posisi kapal

Baringan Silang

27
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 9
BARINGAN SILANG DENGAN GESERAN

Baringan silang dengan geseran merupakan penentuan posisi kapal dengan cara
membaring dua objek bumiawi dengan selang waktu yang berbeda, tekniknya
hampir sama dengan baringan silang tetapi pada baringan ini terdapat perhitungan
waktu karena ada selisih waktu beda saat melakukan pembaringan dan akan
didapatkan jarak saat membaring pertama dan kedua dengan tentunya
diperhitungkan rata-rata kecepatan kapal, sehingga diharapkan taruna sudah mahir
dalam perhitungan waktu, kecepatan dan jarak dalam materi baringan siilang
dengan geseran.

Contoh simulasi

MV Dewantie Bows dengan haluan 270 berlayar diperairan Batang –Pekalongan


dan pada pukul 08.00WIB membaring Suar CM4s9m6M dengan Baringan Pedoman
198⁰. Setelah 10 menit melakukan pembaringan pada Suar C5s14m10M dengan
baringan 213⁰ dengan kecepatan rata-rata kapal 15Knots.

Langkah 1 : Menghitung Sembir dan Hs

V = 1⁰ T
D = 4⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S=V+D
= 1⁰ + (-4⁰) = -3⁰

Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 270⁰ + (-3⁰) = 267⁰

28
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 2 : merubah Bp I menjadi Bs I


Bs I = Bp I + S
= 198⁰ + (-3) = 195⁰ (195⁰ dikurangi 180 karena lebih dari 180)
= 195⁰ - 180 = 15⁰

29
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 3 : merubah Bp II menjadi Bs II


Bs II = Bp II + S
= 213⁰ + (-3) = 210⁰ (210⁰ dikurang 180 karena lebih dari 180)
= 210⁰ - 180 = 30⁰

Langkah 4 : menentukan penjangkaan jarak yang ditempuh antara Bp I ke Bp II


Diketahui : Waktu = 10 menit
Kecepatan = 15 Knot

Maka Jarak D = W X K
60

= 10 X 15
60

= 150
60

D = 2,5 Nm (jangkakan jarak pada haluan dari perpotongan haluan dan


BS I)

30
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 5 : geser Bs I sejauh D jarak tempuh 2,5Nm hingga terjadi perpotongan


antara Bs I dengan Bs II sehingga persilangan dua baringan tersebut
adalah posisi sejati kapal

Baringan silang dengan geseran

31
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 10
BARINGAN DENGAN GESERAN

Baringan dengan geseran merupakan teknik penentuan posisi kapal yang hanya
menggunakan satu objek bumiawi yang dibaring dua kali dengan selang waktu dan
kecepatan rata-rata kapal dan menggeser garis baringan pertama sejauh jarak
tempuh sehingga terjadi perpotongan antara baringan pertama dan baringan kedua
yang menghasilkan persilangan yang merupakan posisi sejati kapal.

Contoh simulasi:
MV Dewantie Bows pada pukul 09.00 WIB membaring Tanjung Losari dengan
baringan pedoman 149⁰ dengan kecepatan rata-rata 10Knots kapal melaju dengan
haluan 47⁰. Tepat pukul 09.10 WIB membaring kembali Tj Losari dengan baringan
174⁰.

Langkah 1 : Menghitung Sembir dan Hs

V = 1⁰ T
D = 0 (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S=V+D
= 1⁰ + 0 = 1⁰

Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 47⁰ + 1 = 48⁰

32
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 2 : menjabarkan Bp I menjadi Bs I


Bs I = Bp I + S
= 149⁰ + 1 = 150⁰ (150⁰ ditambah 180 karena kurang dari 180)
= 150⁰ + 180 = 330⁰

33
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 3: merubah Bp II menjadi Bs II

Bs II = Bp II + S
= 174⁰ + 1 = 175⁰ (175⁰ ditambah 180 karena kurang dari 180)
= 175⁰ + 180 = 355⁰

Langkah 4 : menghitung jarak antara baringan pertama dengan baringan kedua dan
menjangkakan jarak D pada garis haluan

Diketahui : Kecepatan kapal = 10 Knots


Waktu selang mambaring = 10 menit

Maka D jarak membaring = Waktu X Kecepatan


60
= 10 menit x 10 knots
60
= 2,5 Nm

34
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 5 : menggeser Bs I sejauh jarak D hingga akhirnya terjadi perpotongan


dengan garis Bs II yang merupakan posisi kapal sejati

Baringan dengan geseran

35
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 11
BARINGAN SUDUT BERGANDA

Pada baringan sudut beganda terjadi perbedaan dalam pelaksanaan pembaringan


pada baringan-baringan sebelumnya. Pada baringan sudut berganda mirip dengan
baringan empat surat dan baringan istimewa. Pada baringan ini pelaksanaannya
dibalik dengan merencanakan garis haluan dan baringan sejati terlebih dahulu pada
peta dan merubahnya menjadi pedoman. Setelah itu barulah melakukan
pembaringan dengan kecepatan rata-rata untuk mendapatkan waktu saat
melakukan pembaringan. Keistimewaan baringan sudut berganda, baringan empat
surat dan baringan istimewa adalah akan mendapatkan dua posisi kapal sebelum
kapal mencapai posisi tersebut. Pada baringan sudut berganda dilukiskan dengan
garis baringan pertama yang dibuat membentuk sudut α (alfa) dan baringan kedua
membentuk sudut β (beta) yang merupakan dua kali sudut α (alfa) dari garis haluan
kapal, selanjutnya membentuk garis tegak lurus 90⁰ dari garis haluan dengan
menggunakan satu objek baringan.

Contoh simulasi :
MV DeeBows berlayar dengan haluan 315⁰ diperairan Brebes dan akan melakukan
perencanaan penentuan posisi kapal dengan baringan sudut berganda.
Perencanaan tersebut telah dilukis pada peta nomor 80 didapati bahwa Bs I 100⁰
dengan sudut α 30⁰ sedangkan Bs II 73⁰ dengan sudut β 60⁰ pada Ug Brebes,
kecepatan kapal saat itu 8 Knots. Dari hasil pembaringan (Bp I dan Bp II) berjarak 15
menit.

Langkah 1 : Menghitung Sembir dan Hs

V = 1⁰ T
D = 6⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S=V+D
= 1⁰ + (-6) = -5⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 315⁰ + (-5) = 310⁰

36
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 2 : Merubah Bs I menjadi Bp I dan selanjutnya mengukur sudut pada


azimuth circle pada gyro compas dan melakukan pembaringan
dengan haluan tetap hingga objek baringan tepat pada celah baringan
dan catat waktu membaring

Bs I = 100⁰
Maka Bp I = Bs I – S
= 100⁰ - (-5) = 105⁰ (105⁰ ditambah 180⁰ karena kurang dari 180⁰)
= 105⁰ + 180 = 285⁰

 Bp I 285⁰ inilah yang dijadikan ukuran pada azimuth circle saat membaring
sehingga akan diperoleh waktu pembaringan

 Dalam simulasi ini diketahui waktu yang didapat saat onjek baringan Ug
Brebes tepat pada sudut 285⁰ adalah pukul 10.30 WIB

 Dan selanjutnya adalah melaksanakan pemberingan kedua dengan Bp II


yang didapat dari merubah Bs II

37
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 3 : merubah Bs II menjadi Bp II dan melakukan pembaringan untuk


mencatat waktu pembaringan
Bs II = 73⁰
Maka Bp II = Bs II – S
= 73⁰ - (-5) = 78⁰ (78⁰ ditambah 180⁰ karena kurang dari 180⁰)
= 78⁰ + 180 = 258⁰

Tercatat pada saat melakukan Bp II pada pukul 10.45 WIB

38
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 4 : membuat garis tegak lurus 90⁰ dengan haluan kapal kearah Ug Brebes
sebagai garis baringan ketiga tetapi tidak perlu dihitung nilai sudut
arah baringannya.

Langkah 5 : menentukan jarak D yang didapat dari selisih waktu pembaringan dan
kecepatan kapal lalu di lukiskan / d jangka pada garis tegak lurus 90⁰
dari Ug Brebes

Diketahui :
Waktu pembaringan = 10.45 -10.30 = 15 menit
Kecepatan kapal = 8 Knots
Maka Jarak D = W X K
60
= 15 X 8
60
= 2Nm

39
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 6 : menggeser haluan kapal hingga titik D jarak 2Nm maka akan diperoleh
tiga perpotongan antara garis haluan dan garis baringan. Perpotongan
tersebutlah letak posisi kapal sejati.

Baringan sudut berganda

40
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 12
BARINGAN EMPAT SURAT

Prosedur pelaksanaan baringan empat surat tidak jauh berbeda dengan baringan
sudut berganda hanya saja barinagn empat surat hanya menggunakan baringan
dengan sudut 45⁰ dan sudut 90⁰ dari haluan kearah objek baringan, setelah itu
menjabarkannya menjadi baringan pedoman dan melakukan pembaringan untuk
mencatat waktu pembaringan untuk didapatkan jarak D.

Contoh simulasi :

MV Dewantie Bows berlayar dengan haluan 350⁰ di perairan Tanjung Losari dan
membaring empat surat tanjung losari dengan selang waktu 9 menit dengan
kecepatan kapal 10 Knots dan dilukis pada peta Bs I 121⁰ dan Bs II 78⁰.

Langkah 1 : Menghitung Sembir dan Hs


V = 1⁰ T
D = 5⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + (-5) = -4⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 350⁰ + (-4) = 346⁰

41
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 2 : Merubah Bs I menjadi Bp I

Bs I = 121⁰
Maka Bp I = Bs I – S
= 121⁰ - (-4) = 125⁰ (125⁰ ditambah 180⁰ karena kurang dari 180⁰)
= 125⁰ + 180 = 305⁰

Langkah 3 : Merubah Bs II menjadi Bp II

Bs II = 78⁰
Maka Bp II = Bs II – S
= 78⁰ - (-4) = 82⁰ (82⁰ ditambah 180⁰ karena kurang dari 180⁰)
= 82⁰ + 180 = 262⁰

42
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 4 : menentukan jarak D yang didapat dari selisih waktu pembaringan


Diketahui :
Waktu pembaringan = 9 menit
Kecepatan kapal = 10 Knots
Maka Jarak D = W X K
60
= 9 X 10
60
= 1,5Nm

Langkah 5 : menggeser haluan kearah D jarak 1,5 Nm

Baringan Empat surat

43
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 13
BARINGAN ISTIMEWA

Baringan istimewa merupakan penentuan posisi kapal dengan menggunakan tiga


garis baringan dengan melukis pada peta dengan satu objek baringan dan tiap garis
baringan membentuk sudut 22,5⁰, 45⁰ dan 90⁰ terhadap garis haluan kapal.

Contoh simulasi :

MV DeeBows akan berlabuh jangkar diarea letgo anchore perairan Cirebon dengan
haluan 294⁰ dalam pelayaran cadet nautika melakukan praktik pembaringan
istimewa dengan objek baringan Tg Bangkaderes dengan Bs I 86⁰ Bs II 65⁰ dengan
selang waktu 18 menit dan kecepatan kapal 10 knot.

Langkah 1 : Menghitung Sembir dan Hs


V = 1⁰ T
D = 5⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + (-5) = -4⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 294⁰ + (-4) = 290⁰

44
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 2 : Merubah Bs I menjadi Bp I


Bs I = 86⁰
Maka Bp I = Bs I – S
= 86⁰ - (-4) = 90⁰ (90⁰ ditambah 180⁰ karena kurang dari 180⁰)
= 90⁰ + 180 = 270⁰

Langkah 3 : Merubah Bs II menjadi Bp II


Bs II = 65⁰
Maka Bp II = Bs II – S
= 65⁰ - (-4) = 69⁰ (69⁰ ditambah 180⁰ karena kurang dari 180⁰)
= 69⁰ + 180 = 249⁰

45
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 4 : membuat garis baringan tegak lurus dengan haluan kapal 90⁰

Langkah 5 : mengukur jarak baringan pada baringan garis tegak lurus 90⁰ sejauh
3Nm dari Tj Bangkaderes
Diketahui waktu pembaringan berselang 18 menit dengan kecepatan 10Knots maka
jarak D adalah :
D = W x K = 18 x 10 = 180 = 3 Nautical Mile
60 60 60

46
rainmardiansaf planvoyage

Langkah 6 : menggeser haluan kapal hingga jarak D 3Nm sehingga terbaca dua
posisi kapal sejati

Baringan istimewa

47
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 14
MENGHITUNG ETA KAPAL

ESTIMATE TIME ARRIVAL


Estimate Time Arrival adalah perkiraan waktu tiba, kali ini yang akan kita bahas
adalah perkiraan waktu dari sebuah pelayaran. Untuk memperkirakan waktu tiba
dibutuhkan beberapa data seperti: ETD/ estimate time departure (perkiraan waktu
keberangkatan), distance/ jarak tempuh pelayaran dan kecepatan rata-rata kapal.
Sebelum masuk kedalam perhitungan ETA perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar diatas menggambarkan bumi yang tertera derajah lintang dan derajah
bujur, dalam perhitungan ETA yang akan sangat berpengaruh adalah derajah bujur.
Dalam perhitungan ETA dikenal beberapa istilah seperti :
1. LMT (local mean/meridian time) adalah waktu setempat saat kapal berada
2. GMT (Greenwitch Mean/meridian Time) adalah waktu internasional yang
berdasarkan pembagian area berdasar garis bujur yang dimulai dari 0⁰ tepat
di greenwitch Inggris. Hala yang diperhatikan pada pembagian derajah bujur
GMT adalah :

48
rainmardiansaf planvoyage

a. 1⁰ Bujur sama dengan 4 menit dalam GMT


b. 1 GMT sama dengan 15⁰ Bujur
c. Bujur dibagi dua bagian yaitu BB/ Bujur Barat dari 0⁰ hingga 180⁰ dan BT/
Bujur Timur 0⁰ hingga 180⁰
d. Bujur Barat dan Bujur Timur masing-masing memiliki 12 bagian GMT yang
diartikan tiap belahan bumi memiliki waktu selama 12 jam
e. Sehingga GMT BB bernilai negatif yang berakibat apabila pelayaran
kearah barat (west bound) maka mundur dan GMT BT bernilai positif yang
berakibat pelayaran kearah timur (east bound) maka maju jam.

Dasar dari perhitungan ETA adalah menghitung waktu tempuh sebuah perjalanan,
seperti contoh dibawah ini :

Kota 20 Km Kota
A B

Apabila perjalanan ditempuh dengan kendaraan dengan rata-rata kecepatan Δ V


speed 40 km/jam dan diperkirakan berangkat dengan LMT 10.00 WIB maka ETA
akan dihitung dengan rumus:

ETA = LMT + TIME DURATIONS


= 10.00 + 30 MENIT
= 10.30 WIB

49
rainmardiansaf planvoyage

Selanjutnya kita akan membahas tentang contoh hitungan ETA kapal mundur (west
bound) atau pelayaran kearah barat.

Pada peta diatas tergambar pelayaran dari Makasar (departure) menuju Jakarta
(arrival) dan dua wilayah tersebut ternyata berbeda zona waktu Makasar WITA GMT
+8 dan Jakarta WIB GMT +7. Apabila jarak Makasar-Jakarta adalah 850 Nautical
Mile dan berangkat pada 10 Juni 2019 pukul 10.30 WITA dengan kecepatan rata-
rata 12 Knots maka ETA di jakarta adalah :

a. Beda waktu GMT = GMT WITA – GMT WIB (WEST BOUND)


=8–7
Δ = 1 Hours (artinya kurang 1 jam/ mundur 1 jam)

b. Time durations =

= 70,83 Hours
c. Time & date = (time durations + LMT) ± beda jam (GMT)
= (70,83 H + 10.30 WITA) – 1 H
= (70,83 H + 10,5) – 1H
= 81,33 – 1
= 80,33 H

50
rainmardiansaf planvoyage

d. Konversi menjadi hari

80,33 H = = 3,35 day

Tanggal Tiba = tanggal berangkat + durasi layar hari


= 10 Juni 2019 + 3 day
Day ETA = 13 Juni 2019
e. Konversi Jam
3,35 day = 3 day + 0,35 day
0,35 day x 24 hours = 8,4
Hours ETA = 08.00 LMT
f. Konversi menit
8,4 = jam 8 + jam 0,4
0,4 x 60 menit = 24 menit
ETA menit = 24 Menit

ETA TIME = 08.24 LMT atau 08.24 WIB (Jakarta)

51
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 15
MEMBACA ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DIATAS KAPAL

Dalam membaca arah dan kecepatan angin diperlukan alat navigasi elektronik
anemometer. Dalam anemometer terdapat dua indikator pengukur yaitu :
a. Wind directions (wind vane) untuk menentukan arah angin bergerak
b. Wind speed (fan anemometer) untuk menentukan kecepatan angin
Pada pembacaan dua indikator anemometer harus diperhatikan apakah kapal dalam
keadaan berlayar atau saat berlabuh karena akan terjadi perbedaan bila saat
berlabuh maka dalam pembacaan anemometer merupakan True Wind/ sejati,
sedangkan pada saat kapal berlayar makan pembacaan anemometer adalah relatif
karena kapal memiliki kecepatan sendiri.

Anemometer

Sebagai contoh dalam pembacaan anemometer true/sejati terbaca wind vane 30⁰
STBD dan Fan Anemo 12Kn, sedangkan kapal bergerak dengan haluan sejati 300⁰
dengan kecepatan 13Kn. Maka arah dan kecepatan angin saat itu adalah relatif
sehingga untuk menentukan arah dan kecepatan angin sebenarnya dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Sediakan peta laut saat itu pada jalur pelayaran yang sedang dilalui
2. Pastikan sudah diperhitungkan perubahan pedoman menjadi sejati ( nilai
deviasi, variasi dan sembir)
3. Gunakan mawar pedoman sebagai media gambar dan pusat mawar
pedoman adalah posisi kapal yang disebut centre ship
4. Gambarkan arah/course/ Hs pada mawar pedoman

52
rainmardiansaf planvoyage

5. Gambarkan wind vane pada mawar pedoman dari garis sudut garis haluan

53
rainmardiansaf planvoyage

6. Lalu jangkakan kecepatan kapal pada garis haluan dan kecepatan angin pada
garis wind vane

Arah angin masih relatif

7. Lalu hubungkan titik wind speed dengan speed kapal lalu jangkakan sehingga
terbaca nilai True Wind Speed dan geser garis TWS tersebut ke titik Center
hingga terbentuk Directions Wind True

54
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 15
SPEED LOG

SPEED LOG
Kecepatan adalah jarak persatuan waktu, satuan kecepatan yang lazim digunakan
untuk mengukur kecepatan kapal dengan Knots(mil/jam). Kecepatan kapal
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Kecepatan terhadap air (speed trought the water)
2. Kecepatan terhadap bumi (speed over ground)

Speed trought the water adalah kecepatan kapal yang diukur berdasarkan air,
dimana pengeruh arus belum diperhitungkan. Speed trought the water ini dapat
diperoleh pada alat pengukur kecepatan seperti : shaft RPM, impeler log, pilot log
dan doppler speed log.
Speed over ground adalah kecepatan kapal yang diukur berdasarkan permukaan
dasar laut/ bumi.
Untuk log modern dapat menunjukan kecepatan kapal baik speed trought the water
maupun speed over ground. Akurasi speed log banyak dipengaruhi beberapa faktor
antara lain :
a. Pengaruh keadaan laut
b. Temperatur air laut
c. Kadar garam air laut
d. Suara yang terjadi dibawah air laut
e. UKC
f. Kemiringan kapal
g. Trim kapal

COG ; Course Over Ground. Adalah arah bergeraknya kapal terhadap bumi. Jadi
sudah pasti sering berbeda dengan kompas kapal kecuali kapal saat berlayar atau
arah gerakan kapal yang relatif terhadap posisi di bumi/ tanah, maka COG akan
hampir sama dengan.
6. SOG ; Speed Over Ground. Adalah kecepatan kapal terhadap bumi.

55
rainmardiansaf planvoyage

Adalah kecepatan sebenarnya suatu unit GPS bergerak diatas permukaan


tanah. Hal ini mungkin berbeda dari kecepatan diudara atau kecepatan diatas
laut karena hal-hal seperti arah angin atau kondisi laut. Sebagai contoh sebuah
kapal bergerak dengan kecepatan 120knot dan berlawanan dengan kecepatan
angin 10 knot maka akan memiliki SOG sebesar 110 knot.
7. STW ; Speed Through Water. Kecapatan kapal terhadap air. Disini kita bisa
mengetahui kecepatan arus saat kapal berlabuh atau berhenti. Atau slip kapal
(tenaga kapal yg terbuang) dengan cara membandingkan STW dengan SOG.

Tampilan Speed Log pada display Radar Arpa

Keterangan :
a. HDG : Heading, menunjukan arah haluan kapal
b. SPD : Speed, menunjukkan kecepatan kapal
c. SB : Starboard, menunjukkan gerakan menyerong/ side way kapal kearah kiri
atau kanan kapal
d. COG : Cour Over Ground, menunjukkan arah serongan kapal
e. SOG : Speed Over Ground, menunjukkan besaran serongan kapal

56
rainmardiansaf planvoyage

Hubungan SB, SOG, SPD DAN COG

CONTOH

57
rainmardiansaf planvoyage

MATERI 16
RADAR PLOTTER

Radar dan Arpa


Apa yang harus kita ketahui tentang Radar dan Arpa untuk navigasi di laut. Akan
memberika hal-hal penting yang harus kita ketahui tentang radar terutama dalam hal
navigasi demi keamanan dan keselamatan pelayaran.

Radar
Radar adalah suatu sistem dimana menggunakan frekuensi dalam menangkap
suatu objek yang tidak kita ketahui. Pada antena radar yang terus berputar memiliki
dua fungsi yaitu untuk memancarkan frekuensi dan untuk menangkap pantulan dari
frekuensi. Jadi penangkapan dari suatu objek dapat kita ketahui dari pantulan
frequensi yang di pancarkan dan di tangkap kembali.

Untuk mengenal radar terutama dalam hal navigasi di laut, ada beberapa hal yang
perlu kita ketahui yaitu:
1. Range Yaitu jarak tangkap dari radar
2. Gain Yaitu seberapa besar frekuensi yang ditangkap
3. Rain Yaitu untuk mengurangi tangkapan atau hasil yang kurang baik pada
saat cuaca hujan
4. Sea Yaitu untuk memberikan hasil yang lebih baik pada saat keaadaan laut
berombak
5. Ebl (electronic bearing line) Yaitu untuk membaring pada radar. Guna untuk
menghindari tubrukan
6. Vrm (vector range measure) Yaitu untuk mengetahui jarak terhadap suatu
objek
7. H-up (heading up) Dimana tampilan dari radar menunjukan arah kapal yang
menghadap ke depan
8. N-up (north up) Dimana tampilan dari radar menunjukkan utara menghadap
ke depan
9. Off center Dimana tampilan pada radar posisi kapal tidak berada di tengah

58
rainmardiansaf planvoyage

Arpa
Arpa adalah suatu sistem operasi dari hasil tangkapan radar. Di sini arpa sebagai
pengolah data dari radar. Sistem ini memberikan kita informasi untuk menghindari
bahaya dari objek di sekeliling.
Adapun hal-hal yang di hasilkan oleh arpa yaitu:
1. Target
Yaitu kita dapat menangkap objek yg di hasilkan radar dan membuat arpa
untuk memproses data tersebut
2. CPA (clostest point approach)
Yaitu memberikan informasi bahwa berapa jarak terdekat terhadap kapal kita
saat berpapasan
3. TCPA (time clostest point approach)
Yaitu waktu saat kapal akan berpapasan pada jarak terdekat
4. True bearing
Yaitu baringan sejati terhadap objek tersebut
5. Ctw (course through water)
Yaitu haluan relatif dari kapal tersebut. Relatif di sini berarti haluan dengan
adanya pengaruh arus dan angin
6. CTG (course through ground)
Yaitu haluan sejati dari objek tersebut
7. Stw (speed through water)
Yaitu kecepatan kapal relatif terhadap air. Dimana kecepan tersebut sudah di
pengaruhi arus dan angin
8. Stg (seepd through ground)
Yaitu kecepatan kapal terhadap bumi. Maksudnya adalah jika kapal memiliki
kecepatan stg 10 knots berarti dalam waktu 1 jam dapat menempuh 10 mil
laut. Akan tetapi jika kecepatan kapal terhadap air atau stw yaitu 10 knots
berarti belum tentu dalam satu jam kapal menempuh jarak 10 mil laut.
Jaraknya tergantung dari arus dan angin sehingga dapat memungkinkan
menumpuh jarak yang lebih jauh ataupun malah lebih pendek.

59
rainmardiansaf planvoyage

Radar Plotting
Rumus perhitungan Radar Ploting

Time to CPA (TCPA) = "A" to CPA (AN) x Plotting Interval


Distance "O" to "A"

"WO" = Own ships speed x Plotting interval


60

Targets Course/Haluan Target = "W" through Centre of "A" = WA

Targets speed = Distance "WA" x 60


Ploting Interval

MANOUVERING BOARD OF RADAR PLOTING SHEET

Keterangan titik-titik yang harus diketahui dalam RADAR PLOTING:


 Titik C = Adalah pusat dari plotting sheet
 Titik O = Posisi relative target pada saat pertama kali diamati untuk
keperluan plotting

60
rainmardiansaf planvoyage

 Titik A = Posisi relative target setelah beberapa saat dilakukan


pengamatan dan dianggap posisi terakhir untuk dilukisnya segitiga vector
kecepatan.
 Titik N = Titik terdekat yg akan ditempuh target terhadap kapal sendiri,
atau disebut juga Closest Point of Approach (CPA)
 Garis OA = Gerakan relative target hasil pengamatan RADAR,
perpanjangan garis OA ini disebut garis pendekatan
 Garis CN = Jarak terdekat atau jarak CPA adalah merupakan jarak tegak
lurus dari C kegaris perpanjangan OA
 Garis WO = Haluan dan kecepatan Own ship selama selang waktu
pengamatan pertama dan terakhir dari target
 Garis WA = Haluan dan kecepatan target selama selang pengamatan
pertama dan terakhir dalam plotting.
 Aspect = Sudut antara haluan target dengan kebalikan baringan terhadap
target, fungsi aspect untuk mengetahui kapal target berada diarah mana dari
own ship (Apakah nampak lambung kiri atau lambung kanan)
 Drift = Distance dari "A" ke "W"
 Set = Direction/arah from "A" to "W"
 Rate of Tide = Distance from "A" to "W" x 60

Contoh :01 ploter


Dbow Vessel mempunyai data sbb:
Haluan = 260⁰, kecepatan = 6 Knots dan pengamatan pada layar RADAR diperoleh
data sbb:
Jam Baringan Jarak
10.04 195⁰ 5 MIL
10.10 195⁰ 4 MIL
10.16 195⁰ 3 MIL

Ditanyakan:
a. Haluan dan Laju kapal lain/target tersebut?
b. Pada pukul 10.16 dengan kecepatan tetap, haluan dirubah menjadi 320⁰,
berapakah New CPA nya?

61
rainmardiansaf planvoyage

WO = Ploting Interval X Own Speed


60
= 12/60 X 6 = 1.2 Mil
a. Bearing tetap, jadi CPA = 0 (Nol)
TCPA = AN/OA X Ploting Interval
= 3/2 X 12 = 18 Menit
TCPA = 10.16 + 18 menit = 10.34 Hrs
Haluan Target = WA = 340⁰
Speed target = WA X 60 .
Ploting Interval

= 1.9 X 60/12
= 9.5 Knots

Aspect jam 10.16: Kebalikan Baringan 195⁰ = 015⁰


Hs Target = 340⁰
Aspect = 325⁰+360⁰ =35⁰ tampak lambung kanan (Hijau)

CPA = O
(TERJADI BAHAYA TUBRUKAN)

62
rainmardiansaf planvoyage

Dari hasil perhitungan dan observasi diatas maka pada saat dinas jaga dan saat
olah gerak untuk menghindarinya maka diperlukan upaya menghindar agar tidak
terjadi tubrukan dengan upaya :

1. Alterations of course (merubah haluan/ change course, ke kanan/ to starboard


atau ke kiri / to port
2. Alterations of speed (merubah kecepatan / change speed dengan menambah
atau mengurangi kecepatan
3. Alterations course and speed (merubah haluan dan kecepatan dengan
bersamaan)

OWN SHIP MERUBAH HALUAN (Alteration of Course)


Keterangan:
1. Buatlah/gambarlah Basic RADAR Ploting sebagaimana langkah-langkah diatas
(Make basic Radar ploting)
2. Tentukan berapa derajat anda akan merubah haluan (amount of alter course)
3. WO adalah haluan sejati kapal anda sebelum merubah haluan, katakanlah
anda merubah haluan sebesar 90⁰ kekanan (A/C 90⁰ to starboard). Dengan
menggunakan busur, dimulai dari garis WO sebagai OOO⁰, ukurlah sudut 90⁰
kearah kanan dari garis WO tersebut dan berikan tanda. (Merubah haluan
kekanan buat sudut kekanan sedangkan bila merubah haluan kekiri buat sudut
kekiri)
4. Dari W buatlah garis melalui sudut perubahan 90⁰ pada tanda tersebut. Untuk
menentukan titik O baru (O1), sedangkan panjang WO1 adalah sama dengan
WO mula-mula.
5. WO1 adalah haluan anda yang baru setelah merubah haluan 90⁰ kekanan.
6. Dari garis O1, buatlah garis memotong titik A dan terus perpanjang garis
tersebut sampai melewati titik pusat ploting.
7. New CPA adalah garis perpotongan antara garis perpanjangan O1A dengan
garis tegak lurus dari O1A terhadap titik pusat ploting sheet

63
rainmardiansaf planvoyage

Alteration of Course

OWN SHIP MERUBAH KECEPATAN (Alteration of Speed)


Keterangan:
1. Buatlah/gambarlah Basic RADAR Ploting sebagaimana langkah diatas (Make
basic Radar ploting)
2. Tentukan kecepatan baru anda
3. Apabila anda mengurangi kecepatan, maka garis WO akan memendek sesuai
dg kecepatan yg anda tentukan. Dan sebaliknya garis WO akan menjadi
panjang jika anda menambah kecepatan.
4. Dari titk W, ukurlah jarak sesui kecepatan anda dan tandailah dg O1 (WO1 =
kecepatan baru)
5. Dari garis O1, buatlah garis memotong titik A dan terus perpanjang garis
tersebut sampai melewati titik pusat ploting.
6. New CPA adalah garis perpotongan antara garis perpanjangan O1A dengan
garis tegak lurus dari O1A terhadap titik pusat ploting sheet

64
rainmardiansaf planvoyage

Alteration of Speed

Merubah haluan dan kecepatan (Change of course and speed)

Langkah-langkahnya:
1. Buatlah/gambarlah Basic RADAR Ploting sebagaimana langkah-langkah
diatas (Make basic Radar ploting)
2. Tentukan kecepatan baru anda
3. Pada garis WO, dari titik W jangkakan kecepatan kapal dan tandai dengan
W1
4. Sekarang Tentukan berapa derajat anda akan merubah haluan (amount of
alter course)
5. W1O adalah haluan sejati anda sebelum merubah haluan, katakanlah
kemudian anda merubah haluan 090⁰, Dengan menggunakan busur, dimulai
dari garis WO sebagai OOO⁰, ukurlah sudut 90⁰ kearah kanan dari garis WO
tersebut dan berikan tanda.
6. Dari W1 buatlah garis melalui sudut perubahan 90⁰ pada tanda tersebut.
Untuk menentukan titik O baru (O1),W1O1 adalah haluan baru anda.
7. Dari O1, buatlah garis memotong titik A dan terus perpanjang garis tersebut
sampai melewati titik pusat ploting.

65
rainmardiansaf planvoyage

8. New CPA adalah garis perpotongan antara garis perpanjangan O1A dengan
garis tegak lurus dari O1A terhadap titik pusat ploting sheet
9. Ukurlah dengan jangka berapa CPA baru anda

Change of course and speed

melanjutkan soal contoh : 01 plotter , agar tidak terjadi atau terhindar dari bahaya
tubrukan maka :

Pukul 10.16 dengan kecepatan tetap merubah haluan menjadi 320⁰

New CPA = CN’ = 0.5 Mil

New TCPA = AN’/O’A X Ploting Interval

= 2.95 / 0.81 X 12

= 43.6 Menit

New TCPA = 10.16 + 43.6 Menit

= 10.59.36 Hrs

= 11.00 Hrs

66
rainmardiansaf planvoyage

ALTERATIONS OF COURSE

CPA ≠ 0

Untuk CPA ≠ 0 artinya terjadi jarak dari titik C dan titik N sehingga bahaya tubrukan
tidak terjadi dan pada TCPA kapal hanya akan berpapasan dengan jarak CN=CPA.
Perhatikan contoh dibawah ini :

Kapal yang melaju dengan haluan 280⁰ True dengan kecepatan rata-rata 12 Knots
dan observasi pada radar pukul 13.15 pada titik O dengan baringan 10⁰ terdapat
sebuah kapal dengan jarak 5 mil dan observasi kedua pada titik A pukul 13.25
dengan baringan 5⁰ kapal tersebut berjarak 4 mil. Maka untuk menentukan ada
bahaya tubrukan atau tidak harus dicari nilai CPA dan TCPA

1. Data kapal :
a. Own course = 280⁰
b. Own speed = 12knots
titik baringan jam Jarak
O 10⁰ 13.15 5mil
A 5⁰ 13.25 4mil

67
rainmardiansaf planvoyage

2. Plotter Interval = 13.25 – 13.15 = 10 menit


3. WO = (Plotter interval x own speed) / 60
= (10 menit x 12 knots) / 60
= 120/60 = 2 mil
4. Jarak WA = 2,5 mil (hasil penjangkaan)
5. Speed Target = (WA x 60) / plotter interval
= (2,5mil x 60) / 10 menit
= 150/10 = 15knots
6. WA = Course Target = 257⁰ (hasil penggeseran WA ke titik C)
7. Perpanjang garis OA hingga melewati titik C dan selanjutnya buat garis tegak
lurus daris garis perpanjangan OA ke titik C, garis tegak lurus tersebut adalah
garis CN dan jangkakan sebagai nilai CN, hasil jangka CN = 1,5 mil.
8. Menentukan jarak kapal saat berpapasan adalah nilai CPA, CPA = CN
sehingga CPA = 1,5 mil artinya CPA ≠ 0 (tidak ada bahaya tubrukan)
9. Menentukan waktu kapal akan berpapasan adalah TCPA
TCPA = (AN/OA) x plotter interval
= (3,8 mil / 1,1 mil) x 10 menit
= 3,45 / 10 = 34,5 menit
(Nilai AN dan OA adalah hasil penjangkaan)
34,5 menit = 34 menit 30 detik
TCPA = time A + 34,5 menit
= 13.25 + 34 menit 30 detik
= 13.59.40 / 14.00
10. Aspect adalah sudut pandang kapal yang terlihat lambung kapal target saat
berpapasan dengan mengukur sudut antara garis target course dengan back
azimuth garis pergerakan OA
Target Course = 257⁰
BA OA = 207⁰
Aspeck = TC – BA
= 257 ⁰ - 207⁰ = 50⁰
Berada di sisi kanan own ship sehingga RED 50⁰ yang artinya saat
berpapasan Ship target terlihat lambung Kiri dengan sudut 50⁰.

68
rainmardiansaf planvoyage

CPA ≠ 0

69
rainmardiansaf planvoyage

CPA = 0

Iinterval = 09.00 – 09.12 = 12 menit


WO = (12 menit x 12 knot) / 60 = 2,4 mil
WA = 2,6 mil
Course target = WA = 348⁰
Speed target = (2,6 mil x 60) / 12 menit = 13 knots
CN = 0 , CPA = CN , CPA = 0 (bahaya tubrukan)
TCPA = (2 mil/ 1mil) x 12 menit = 24 menit
TCPA = 09.12 + 24 menit = 09.36

70
rainmardiansaf planvoyage

Aspect = 348⁰ - 280⁰ = 68⁰ Red

Kesimpulan dari hasil observasi adalah akan terjadi tubrukan pada 09.36 dengan
jarak 0mil dengan haluan kapal target 348⁰ kecepatan 13 knot dan tampak lambung
kiri dengan sudut pandang 68⁰.

Maka untuk menghindari bahaya tubrukan CPA=0 harus dirubah menjadi CPA≠0
dengan cara :
1. Merubah haluan (change of course)
2. Merubah kecepatan (change of speed)
3. Merubah haluan dan kecepatan (change course and speed)

Kita ambil contoh apabila kapal merubah haluan ke kiri sebesar 30⁰ artinya haluan
semula 10⁰ to port 30⁰ sehingga haluan berubah menjadi 340⁰ maka alterations of
course to port akan menimbulkan New CPA dan New TCPA sebagai berikut :

WO = WO1
CN1 = 1,75 mil
NCPA = CN1
NCPA = 1,75 mil
NTCPA = (AN1 / 01A) x Interval
= (1,1 mil / 0,35 mil) x 12 menit
= 37,7 menit
= 37 menit 42 detik
NTCPA = 09.12 + 37 menit 42 detik
= 09.49.42

Dapat disimpulkan bahwa dengan merubah haluan kapal sebesar 30⁰ dengan
kecepatan tetap maka terhindar bahaya tubrukan dengan kapal akan berpapasan
pada jarak 1,75 mil pada jam 09.49.42

71
rainmardiansaf planvoyage

Alterations of Course

72
rainmardiansaf planvoyage

Change own speed

Apabila kapal merubah kecepatan semula 12 knot menjadi 15 knot maka akan
timbul perubahan NCPA dan NTCPA. Karena kapal menambah kecepatan maka
terjadi perubahan panjang WO dan akan timbul titik O1 karena perubahan
pertambahan kecepatan tersebut.

WO1 = (Interval x New speed) / 60


= (12 menit x 15 knot) / 60
= 3 mil

Jangkakan jarak untuk mendapat NCPA dan NTCPA


a. O1A = 3,1 MIL
b. CN1 = 1,9 MIL
c. AN1 = 0,62 MIL

NCPA = CN1
NCPA = 1,9 MIL
Kapal akan berpapasan dengan kapal target pada jarak 1,9 mil

NTCPA = (AN1/ O1A) x INTERVAL


= (0,62 mil / 3,1 mil) x 12 menit
= 2,4 menit
NTCPA = 09.12 + 2 menit 24 detik
= 09.14.24
Waktu kapal berpapasan pada jarak 1,9 mil adalah pukul 09.14.24

73
rainmardiansaf planvoyage

Alterations of Speed

74
rainmardiansaf planvoyage

Change own course and speed

Apabila kapal merubah haluan ke kanan sebesar 10⁰ artinya haluan menjadi 20⁰ dan
mengurangi kecepatan semula 12 knot menjadi 10 knot maka akan terjadi NCPA
dan TCPA baru.

1. Merubah kecepatan dengan merubah panjang WO menjadi W1O


W1O = (interval x new speed) / 60
= (12 menit x 10 knot) / 60
= 2 mil
2. Rubah haluan kekanan dari garis WO semula pada titik W1 ke kanan 10⁰ dan
tarik garis sepanjang W1O1 sepanjang 2 mil dan beri tanda O1
3. Tarik garis O1 ke titik A hingga melewati titik C dan ukur jarak
a. W1O = 2 MIL
b. CN1 = 0,1 MIL
c. AN1 = 2,05 MIL
d. O1A = 1,3 MIL
4. Tentukan NCPA
NCPA = CN1
NCPA = 0,1 MIL = 185,2 meter ( kapal akan berpapasan pada jarak 185,2
meter)
5. Tentukan NTCPA
NTCPA = (AN1 / O1A) x INTERVAL
= (2,05 mil / 1,3 mil) x 12 menit
= 18,9 menit
NTCPA = 09.12 + 18 menit 54 detik
= 09. 30.54 (waktu kapal berpapasan saat jarak NCPA)

75
rainmardiansaf planvoyage

Alterations Course and Speed

76
Figure 11-4.—Maneuvering board.

To work maneuvering board problems, you need diagram as they are used in maneuvering board
two additional pieces of equipment: problems.
1. Dividers, for accurate measurements of time,
distance, and speed VECTORS

2. Parallel rulers, to accurately parallel lines of We often use the terms speed and velocity
motion interchangeably, and sometimes we are justified in
Before you begin working maneuvering board doing so. However, speed is not always the same thing
problems, you must understand vectors and the vector as velocity. Strictly speaking, speed measures the rate

11-4

Anda mungkin juga menyukai