MATERI 1
PERSIAPAN PERENCANAAN PELAYARAN
1
rainmardiansaf planvoyage
4. Data kapal
a. Haluan pedoman/ kemudi
b. Tabel deviasi kapal
c. Ship Particular, untuk penentuan draft maximum kapal
Pelatihan yang akan diberikan kali ini adalah taruna diharapkan mahir dalam
perencanaan pelayaran dan akan melakukan simulasi latihan menggunakan peta
laut perairan Indonesia no.80. Diharapkan taruna memiliki copy peta no 80 sebagai
lembar kerja dalam pelatihan perencanaan pelayaran.
Peta No.80
2
rainmardiansaf planvoyage
1. JUDUL PETA
Terdapat judul peta dan beberapa keterangan peta dalam hal pembuat dan
tahun pembuatan disertai skala peta, dan koordinat lintang yang menandakan
posisi perairan berada pada Lintang Utara atau Lintang selatan yang harus
diperhatikan dalam membantu menentukan koordinat posisi kapal
Judul Peta
2. SKALA BUJUR
Pada peta No.80 tertera peta tersebut berada pada posisi Bujur Timur dari
titik Greenwich dan ini pun menjadi patokan dalam menentukan koordinat
posisi kapal.
3
rainmardiansaf planvoyage
Kedalam Meter
5. MAWAR PEDOMAN
Pada mawar pedoman yang merupakan acuan arah baik haluan maupun
baringan juga terdapat nilai Variasi dan perubahan tahunan peta sehingga
sebelum memulai konversikan nilai variasi pada tahun saat ini.
Mawar pedoman
6. KOREKSI BPI
Pada peta terdapat koreksi terakhir pada simbol peta sehingga taruna
diharapkan mendapatkan publikasi nautika koreksi BPI ditahun berikutnya
dan rutin mengkoreksi apabila ada perubahan
4
rainmardiansaf planvoyage
Koreksi BPI
5
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 2
PERSIAPAN NAVIGASI ELEKTRONIK
1. RADAR
Tampilan layar radar tersebut harus dapat menunjukkan Heading arah haluan
kapal, Range/ jarak dalam nautical mile, terdapat kursor untuk
mengidentifikasi objek dan terdapat EBL sebagai arah baringan objek sebagai
pedoman dan VRM yang menunjjukkan jarak objek yang akan dideteksi saat
melakukan pembaringan.
2. GPS MENU
Pada GPS terdapat vitur menu yang harus dikuasai taruna dan bagian bagian
yang akan dioperasikan dalam melksanakan perencanaan pelayaran seperti
tampilan dibawah ini
6
rainmardiansaf planvoyage
Menu GPS
a. Waypoint (digunakan untuk menginput data WP/ koordinat dan waktu saat
posisi tersebut berada)
c. Kalkulasi (digunakan untuk menghitung total jarak dan waktu tempuh serta
ETA perencanaan pelayaran tersebut)
7
rainmardiansaf planvoyage
e. Display atau tampilan layar GPS pada saat memulai atau pada saat
menentukan koordinat secara lektronik serta terdapat tampilan saat
melakukan oleh kemudi saat pelayaran. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah :
1. Tampilan koordinat saat posisi berada dan seting tanggal dan waktu
setempat
2. Arah haluan kapal dan kecepatan saat kapal berlayar
3. SOG (speed over ground), kecepatan menyemping haluan/ heading
4. COG (cours over ground), sudut menyemping dari haluan/ heading
8
rainmardiansaf planvoyage
9
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 3
IDENTIFIKASI KAPAL
Pembahasan materi kali ini adalah taruna diharap bisa mengidentifiaksi data data
kapal yang akan digunakan dalam pelatihan perencanaan pelayaran sehingga
meminimalisir kesalahan memilih alur perairan yang akan dilalalui oleh kapal
tersebut.
1. SHIP PARTICULAR
Didalam ship particular biasanya terdapat data identitas kapal secara umum
mengenai konstruksi kapal, bobot, muatan, tahun, draft, mesin dll.
Contoh gambaran data latihan :
Tabel diatas merupakan gambaran data yang akan digunakan sebagai acuan
perencanaan pelayaran yang akan dilakukan dalam simulasi latihan taruna sehingga
tidak seluruh data ditampilkan dalam tabel data kapal tersebut. Apabila taruna
menginginkan data ship partikular lengkap bisa merekomendasikan dalam
latihannya menggunakan ship particular yang dapat diambil dari buku laporan
kegiatan prakerin taruna dan dapat pula mengaplikasikan data tabel deviasi kapal
sebenarnya yang dapat dijadikan acuan latihan.
10
rainmardiansaf planvoyage
Keterangan :
11
rainmardiansaf planvoyage
Pada mawar pedoman diatas tertera 01⁰00 T 2010 (0) artinya peta nomor 80
memiliki nilai variasi peta pada tahun 2010 adalah 1⁰ Timur yang artinya
bernilai positif dan perubahan tahunannya adalah 0 (nol). Sehingga nilai
Variasi tahun 2019 adalah :
= +1⁰ (T) + 0
= + 1⁰ Timur
Sehingga pada saat latihan dengan peta nomor 80, taruna menggunakan nilai
variasi tahun 2019 adalah 1⁰ T. Setelah mendapatkan nilai variasi dan deviasi
maka selanjutnya taruna bisa mencari nilai Sembir untuk digunakan konversi
haluan dan baringan.
12
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 4
Sebelum menentukan koordinat posisi kapal maka taruna harus membaca lintang
dan bujur serta skala yang terbaca pada peta nomor 80. Pada peta tersebut didapati
berada pada Lintang Selatan sehingga pertumbuhan atau arah gerak nilai derajah
nya adalah kearah selatan/ bawah peta sedangkan Bujur berada pada Bujur Timur
sehingga pergerakan derajahnyapun kearah timur atau ke kanan peta. Dengan
demikian taruna harus membaca garis lintang dan bujur terdekat dari posisi kapal
berada saat itu atau bisa dirumuskan pergerakan derajah koordinatnya adalah “atas
ke bawah” untuk lintang dan “kiri ke kanan” untuk bujur.
Tahap 1
1. Gambarkan posisi kapal dengan segitiga dan posisi tengahnya adalah posisi
kapal sejati
2. Terbaca lintang 7⁰ , tetapi karena lintang selatan maka “atas kebawah”
(selatan) mendekati segitiga sehingga lintang nya adalah 6⁰ dan lintang
terdekat terbaca adalah 6⁰ 50’
3. Terbaca bujur 110⁰ 20’ pada peta “kiri ke kanan” (timur) mendekati segitiga
13
rainmardiansaf planvoyage
Tahap 2
1. Setelah menjangkakan garis lintang atau menggeser dengan mistar jajar (lihat
garis merah) maka tepat mengenai segitiga dan mulailah membaca (lihat
panah merah).
2. Dari 6⁰ 50’ ternyata bergerak ke bawah/ selatan sejauh 2,5’ atau 2’ 30’’
sehingga 6⁰ 50’ + 2’ 30’’ = 6⁰ 52’ 30’’
3. Maka koordinat Lintang nya adalah 6⁰ 52’ 30’’ LS
4. Konversi pada WP input GPS dengan vitur SET TD
a. SET TD XX . XXX’
Koordinat 6⁰ 52’ 30’’ LS harus dirubah tanpa menggunakan detik
sehingga 30’’ akan dibulatkan desimal menjadi menit menjadi 30’’ /60
adalah 0,5’ sehingga 6⁰ 52’ + 0,5’ = 6⁰ 52,5’ LS
b. SET TD XX’ XX . X’’ , Koordinat 6⁰ 52’ 30’’ LS tidak perlu dirubah lagi.
14
rainmardiansaf planvoyage
Tahap 3
1. Jangkakan garis bujur 110⁰ 20’ kearah kanan (timur) atau geser dengan
mistar jajar hingga diposisi kapal (lihat garis biru)
2. Perhatikan skala garis (panah biru) ternyata bergerak dari 110⁰ 20’ sejauh
2,25’ atau 2’ 15’’
3. Sehingga koordinat bujur adalah 110⁰ 20’ + 2’ 15’’ = 110 ⁰ 22’ 15’’ BT
5. Konversi pada WP input GPS dengan vitur SET TD
c. SET TD XX . XXX’
Koordinat 110 ⁰ 22’ 15’’ BT harus dirubah tanpa menggunakan detik
sehingga 15’’ akan dibulatkan desimal menjadi menit menjadi 15’’ /60
adalah 0,25’ sehingga 110⁰ 22’ + 0,25’ = 110⁰ 22,25’ BT
4. SET TD XX’ XX . X’’ , Koordinat 110 ⁰ 22’ 15’’ BT tidak perlu dirubah lagi.
15
rainmardiansaf planvoyage
16
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 5
Contoh simulasi:
MV Dewantie Bows belayar menuju Semarang dengan Haluan Pedoman 123⁰ dan
membaring suar karangkorowelang 223⁰ dan pada Radar terbaca VRM = 2 Nm.
V = 1⁰ T
D = 6⁰ T (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + 6⁰ = 7⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 123⁰ + 7⁰ = 130⁰
17
rainmardiansaf planvoyage
Bs = Bp + S
= 223⁰ + 7⁰ = 230⁰ (maka dikurangi 180 karena lebih 230 lebih besar dari 180)
= 230⁰ - 180 = 50⁰
Langkah 3 : menjangkakan pembacaan VRM 2Nm dari suar korowelang pada garis
baringan sehingga terjadi perpotongan antara baringan dan VRM
(jarak)
18
rainmardiansaf planvoyage
Langkah 4 :perpotongan antara garis jarak warna hijau dan garis baringan warna
merah merupakan posisi kapal sejati
19
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 6
BARINGAN DENGAN PERUMAN
Contoh simulasi:
V = 1⁰ T
D = 2⁰ T (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + 2⁰ = 3⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 62⁰ + 3⁰ = 65⁰
20
rainmardiansaf planvoyage
Bs = Bp + S
= 163⁰ + 3⁰ = 166⁰ (maka ditambah 180 karena lebih 166 lebih kecil dari 180)
= 166⁰ + 180 = 346⁰
21
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 7
BARINGAN JARAK DAN JARAK
Baringan jarak dan jarak merupakan penentuan posisi kapal dengan menggunakan
dua jarak yang didapat dari pengukuran jarak dua objek baringan benda bumiawi
yang dibaring dengan pembacaan VRM pada radar secara bersamaan.
Contoh simulasi:
MV Dewantie Bows belayar diutara Ujung Comal dengan Haluan Pedoman 297⁰
dan membaring jarak pada VRM Radar Ujung Comal sejauh 4Nm dengan baringan
jarak kedua pada bouy terumbu pemalang sejauh 3Nm.
V = 1⁰ T
D = 6⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + (-6⁰) = -5⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 297⁰ + (-5⁰) = 292⁰
22
rainmardiansaf planvoyage
23
rainmardiansaf planvoyage
Langkah 4 : perpotongan dua radius jarak hasil penjangkaan adalah posisi kapal
24
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 8
BARINGAN SILANG
Pada baringan silang diperlukan dua objek bumiawi yang akan dibaring secara
bersamaan untuk menentukan posisi kapal sejati yang merupakan hasil persilangan
dua baringan secara bersamaan.
Contoh simulasi:
MV Dewantie Bows belayar diperairan Tegal dengan Haluan Pedoman 293⁰ dan
membaring suar karang jeruk 226⁰ secara bersamaan membaring juga Ujung
Brebes 154⁰
V = 1⁰ T
D = 5⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S = V + D
= 1⁰ + (-5⁰) = -4⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 293⁰ + (-4⁰) = 289⁰
25
rainmardiansaf planvoyage
Bs I = Bp I + S
= 154⁰ + (-4) = 150⁰ (150⁰ ditambah 180 karena kurang dari 180)
= 150⁰ + 180 = 330⁰
Bs II = Bp II + S
= 266⁰ + (-4) = 262⁰ (262⁰ dikurangi 180 karena lebih dari 180)
= 262⁰ - 180 = 82⁰
26
rainmardiansaf planvoyage
Baringan Silang
27
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 9
BARINGAN SILANG DENGAN GESERAN
Baringan silang dengan geseran merupakan penentuan posisi kapal dengan cara
membaring dua objek bumiawi dengan selang waktu yang berbeda, tekniknya
hampir sama dengan baringan silang tetapi pada baringan ini terdapat perhitungan
waktu karena ada selisih waktu beda saat melakukan pembaringan dan akan
didapatkan jarak saat membaring pertama dan kedua dengan tentunya
diperhitungkan rata-rata kecepatan kapal, sehingga diharapkan taruna sudah mahir
dalam perhitungan waktu, kecepatan dan jarak dalam materi baringan siilang
dengan geseran.
Contoh simulasi
V = 1⁰ T
D = 4⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S=V+D
= 1⁰ + (-4⁰) = -3⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 270⁰ + (-3⁰) = 267⁰
28
rainmardiansaf planvoyage
29
rainmardiansaf planvoyage
Maka Jarak D = W X K
60
= 10 X 15
60
= 150
60
30
rainmardiansaf planvoyage
31
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 10
BARINGAN DENGAN GESERAN
Baringan dengan geseran merupakan teknik penentuan posisi kapal yang hanya
menggunakan satu objek bumiawi yang dibaring dua kali dengan selang waktu dan
kecepatan rata-rata kapal dan menggeser garis baringan pertama sejauh jarak
tempuh sehingga terjadi perpotongan antara baringan pertama dan baringan kedua
yang menghasilkan persilangan yang merupakan posisi sejati kapal.
Contoh simulasi:
MV Dewantie Bows pada pukul 09.00 WIB membaring Tanjung Losari dengan
baringan pedoman 149⁰ dengan kecepatan rata-rata 10Knots kapal melaju dengan
haluan 47⁰. Tepat pukul 09.10 WIB membaring kembali Tj Losari dengan baringan
174⁰.
V = 1⁰ T
D = 0 (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S=V+D
= 1⁰ + 0 = 1⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 47⁰ + 1 = 48⁰
32
rainmardiansaf planvoyage
33
rainmardiansaf planvoyage
Bs II = Bp II + S
= 174⁰ + 1 = 175⁰ (175⁰ ditambah 180 karena kurang dari 180)
= 175⁰ + 180 = 355⁰
Langkah 4 : menghitung jarak antara baringan pertama dengan baringan kedua dan
menjangkakan jarak D pada garis haluan
34
rainmardiansaf planvoyage
35
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 11
BARINGAN SUDUT BERGANDA
Contoh simulasi :
MV DeeBows berlayar dengan haluan 315⁰ diperairan Brebes dan akan melakukan
perencanaan penentuan posisi kapal dengan baringan sudut berganda.
Perencanaan tersebut telah dilukis pada peta nomor 80 didapati bahwa Bs I 100⁰
dengan sudut α 30⁰ sedangkan Bs II 73⁰ dengan sudut β 60⁰ pada Ug Brebes,
kecepatan kapal saat itu 8 Knots. Dari hasil pembaringan (Bp I dan Bp II) berjarak 15
menit.
V = 1⁰ T
D = 6⁰ W (lihat tabel deviasi berdasar haluan pedoman)
SEMBIR S=V+D
= 1⁰ + (-6) = -5⁰
Haluan Sejati Hs = Hp + S
= 315⁰ + (-5) = 310⁰
36
rainmardiansaf planvoyage
Bs I = 100⁰
Maka Bp I = Bs I – S
= 100⁰ - (-5) = 105⁰ (105⁰ ditambah 180⁰ karena kurang dari 180⁰)
= 105⁰ + 180 = 285⁰
Bp I 285⁰ inilah yang dijadikan ukuran pada azimuth circle saat membaring
sehingga akan diperoleh waktu pembaringan
Dalam simulasi ini diketahui waktu yang didapat saat onjek baringan Ug
Brebes tepat pada sudut 285⁰ adalah pukul 10.30 WIB
37
rainmardiansaf planvoyage
38
rainmardiansaf planvoyage
Langkah 4 : membuat garis tegak lurus 90⁰ dengan haluan kapal kearah Ug Brebes
sebagai garis baringan ketiga tetapi tidak perlu dihitung nilai sudut
arah baringannya.
Langkah 5 : menentukan jarak D yang didapat dari selisih waktu pembaringan dan
kecepatan kapal lalu di lukiskan / d jangka pada garis tegak lurus 90⁰
dari Ug Brebes
Diketahui :
Waktu pembaringan = 10.45 -10.30 = 15 menit
Kecepatan kapal = 8 Knots
Maka Jarak D = W X K
60
= 15 X 8
60
= 2Nm
39
rainmardiansaf planvoyage
Langkah 6 : menggeser haluan kapal hingga titik D jarak 2Nm maka akan diperoleh
tiga perpotongan antara garis haluan dan garis baringan. Perpotongan
tersebutlah letak posisi kapal sejati.
40
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 12
BARINGAN EMPAT SURAT
Prosedur pelaksanaan baringan empat surat tidak jauh berbeda dengan baringan
sudut berganda hanya saja barinagn empat surat hanya menggunakan baringan
dengan sudut 45⁰ dan sudut 90⁰ dari haluan kearah objek baringan, setelah itu
menjabarkannya menjadi baringan pedoman dan melakukan pembaringan untuk
mencatat waktu pembaringan untuk didapatkan jarak D.
Contoh simulasi :
MV Dewantie Bows berlayar dengan haluan 350⁰ di perairan Tanjung Losari dan
membaring empat surat tanjung losari dengan selang waktu 9 menit dengan
kecepatan kapal 10 Knots dan dilukis pada peta Bs I 121⁰ dan Bs II 78⁰.
41
rainmardiansaf planvoyage
Bs I = 121⁰
Maka Bp I = Bs I – S
= 121⁰ - (-4) = 125⁰ (125⁰ ditambah 180⁰ karena kurang dari 180⁰)
= 125⁰ + 180 = 305⁰
Bs II = 78⁰
Maka Bp II = Bs II – S
= 78⁰ - (-4) = 82⁰ (82⁰ ditambah 180⁰ karena kurang dari 180⁰)
= 82⁰ + 180 = 262⁰
42
rainmardiansaf planvoyage
43
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 13
BARINGAN ISTIMEWA
Contoh simulasi :
MV DeeBows akan berlabuh jangkar diarea letgo anchore perairan Cirebon dengan
haluan 294⁰ dalam pelayaran cadet nautika melakukan praktik pembaringan
istimewa dengan objek baringan Tg Bangkaderes dengan Bs I 86⁰ Bs II 65⁰ dengan
selang waktu 18 menit dan kecepatan kapal 10 knot.
44
rainmardiansaf planvoyage
45
rainmardiansaf planvoyage
Langkah 4 : membuat garis baringan tegak lurus dengan haluan kapal 90⁰
Langkah 5 : mengukur jarak baringan pada baringan garis tegak lurus 90⁰ sejauh
3Nm dari Tj Bangkaderes
Diketahui waktu pembaringan berselang 18 menit dengan kecepatan 10Knots maka
jarak D adalah :
D = W x K = 18 x 10 = 180 = 3 Nautical Mile
60 60 60
46
rainmardiansaf planvoyage
Langkah 6 : menggeser haluan kapal hingga jarak D 3Nm sehingga terbaca dua
posisi kapal sejati
Baringan istimewa
47
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 14
MENGHITUNG ETA KAPAL
Gambar diatas menggambarkan bumi yang tertera derajah lintang dan derajah
bujur, dalam perhitungan ETA yang akan sangat berpengaruh adalah derajah bujur.
Dalam perhitungan ETA dikenal beberapa istilah seperti :
1. LMT (local mean/meridian time) adalah waktu setempat saat kapal berada
2. GMT (Greenwitch Mean/meridian Time) adalah waktu internasional yang
berdasarkan pembagian area berdasar garis bujur yang dimulai dari 0⁰ tepat
di greenwitch Inggris. Hala yang diperhatikan pada pembagian derajah bujur
GMT adalah :
48
rainmardiansaf planvoyage
Dasar dari perhitungan ETA adalah menghitung waktu tempuh sebuah perjalanan,
seperti contoh dibawah ini :
Kota 20 Km Kota
A B
49
rainmardiansaf planvoyage
Selanjutnya kita akan membahas tentang contoh hitungan ETA kapal mundur (west
bound) atau pelayaran kearah barat.
Pada peta diatas tergambar pelayaran dari Makasar (departure) menuju Jakarta
(arrival) dan dua wilayah tersebut ternyata berbeda zona waktu Makasar WITA GMT
+8 dan Jakarta WIB GMT +7. Apabila jarak Makasar-Jakarta adalah 850 Nautical
Mile dan berangkat pada 10 Juni 2019 pukul 10.30 WITA dengan kecepatan rata-
rata 12 Knots maka ETA di jakarta adalah :
b. Time durations =
= 70,83 Hours
c. Time & date = (time durations + LMT) ± beda jam (GMT)
= (70,83 H + 10.30 WITA) – 1 H
= (70,83 H + 10,5) – 1H
= 81,33 – 1
= 80,33 H
50
rainmardiansaf planvoyage
51
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 15
MEMBACA ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DIATAS KAPAL
Dalam membaca arah dan kecepatan angin diperlukan alat navigasi elektronik
anemometer. Dalam anemometer terdapat dua indikator pengukur yaitu :
a. Wind directions (wind vane) untuk menentukan arah angin bergerak
b. Wind speed (fan anemometer) untuk menentukan kecepatan angin
Pada pembacaan dua indikator anemometer harus diperhatikan apakah kapal dalam
keadaan berlayar atau saat berlabuh karena akan terjadi perbedaan bila saat
berlabuh maka dalam pembacaan anemometer merupakan True Wind/ sejati,
sedangkan pada saat kapal berlayar makan pembacaan anemometer adalah relatif
karena kapal memiliki kecepatan sendiri.
Anemometer
Sebagai contoh dalam pembacaan anemometer true/sejati terbaca wind vane 30⁰
STBD dan Fan Anemo 12Kn, sedangkan kapal bergerak dengan haluan sejati 300⁰
dengan kecepatan 13Kn. Maka arah dan kecepatan angin saat itu adalah relatif
sehingga untuk menentukan arah dan kecepatan angin sebenarnya dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Sediakan peta laut saat itu pada jalur pelayaran yang sedang dilalui
2. Pastikan sudah diperhitungkan perubahan pedoman menjadi sejati ( nilai
deviasi, variasi dan sembir)
3. Gunakan mawar pedoman sebagai media gambar dan pusat mawar
pedoman adalah posisi kapal yang disebut centre ship
4. Gambarkan arah/course/ Hs pada mawar pedoman
52
rainmardiansaf planvoyage
5. Gambarkan wind vane pada mawar pedoman dari garis sudut garis haluan
53
rainmardiansaf planvoyage
6. Lalu jangkakan kecepatan kapal pada garis haluan dan kecepatan angin pada
garis wind vane
7. Lalu hubungkan titik wind speed dengan speed kapal lalu jangkakan sehingga
terbaca nilai True Wind Speed dan geser garis TWS tersebut ke titik Center
hingga terbentuk Directions Wind True
54
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 15
SPEED LOG
SPEED LOG
Kecepatan adalah jarak persatuan waktu, satuan kecepatan yang lazim digunakan
untuk mengukur kecepatan kapal dengan Knots(mil/jam). Kecepatan kapal
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Kecepatan terhadap air (speed trought the water)
2. Kecepatan terhadap bumi (speed over ground)
Speed trought the water adalah kecepatan kapal yang diukur berdasarkan air,
dimana pengeruh arus belum diperhitungkan. Speed trought the water ini dapat
diperoleh pada alat pengukur kecepatan seperti : shaft RPM, impeler log, pilot log
dan doppler speed log.
Speed over ground adalah kecepatan kapal yang diukur berdasarkan permukaan
dasar laut/ bumi.
Untuk log modern dapat menunjukan kecepatan kapal baik speed trought the water
maupun speed over ground. Akurasi speed log banyak dipengaruhi beberapa faktor
antara lain :
a. Pengaruh keadaan laut
b. Temperatur air laut
c. Kadar garam air laut
d. Suara yang terjadi dibawah air laut
e. UKC
f. Kemiringan kapal
g. Trim kapal
COG ; Course Over Ground. Adalah arah bergeraknya kapal terhadap bumi. Jadi
sudah pasti sering berbeda dengan kompas kapal kecuali kapal saat berlayar atau
arah gerakan kapal yang relatif terhadap posisi di bumi/ tanah, maka COG akan
hampir sama dengan.
6. SOG ; Speed Over Ground. Adalah kecepatan kapal terhadap bumi.
55
rainmardiansaf planvoyage
Keterangan :
a. HDG : Heading, menunjukan arah haluan kapal
b. SPD : Speed, menunjukkan kecepatan kapal
c. SB : Starboard, menunjukkan gerakan menyerong/ side way kapal kearah kiri
atau kanan kapal
d. COG : Cour Over Ground, menunjukkan arah serongan kapal
e. SOG : Speed Over Ground, menunjukkan besaran serongan kapal
56
rainmardiansaf planvoyage
CONTOH
57
rainmardiansaf planvoyage
MATERI 16
RADAR PLOTTER
Radar
Radar adalah suatu sistem dimana menggunakan frekuensi dalam menangkap
suatu objek yang tidak kita ketahui. Pada antena radar yang terus berputar memiliki
dua fungsi yaitu untuk memancarkan frekuensi dan untuk menangkap pantulan dari
frekuensi. Jadi penangkapan dari suatu objek dapat kita ketahui dari pantulan
frequensi yang di pancarkan dan di tangkap kembali.
Untuk mengenal radar terutama dalam hal navigasi di laut, ada beberapa hal yang
perlu kita ketahui yaitu:
1. Range Yaitu jarak tangkap dari radar
2. Gain Yaitu seberapa besar frekuensi yang ditangkap
3. Rain Yaitu untuk mengurangi tangkapan atau hasil yang kurang baik pada
saat cuaca hujan
4. Sea Yaitu untuk memberikan hasil yang lebih baik pada saat keaadaan laut
berombak
5. Ebl (electronic bearing line) Yaitu untuk membaring pada radar. Guna untuk
menghindari tubrukan
6. Vrm (vector range measure) Yaitu untuk mengetahui jarak terhadap suatu
objek
7. H-up (heading up) Dimana tampilan dari radar menunjukan arah kapal yang
menghadap ke depan
8. N-up (north up) Dimana tampilan dari radar menunjukkan utara menghadap
ke depan
9. Off center Dimana tampilan pada radar posisi kapal tidak berada di tengah
58
rainmardiansaf planvoyage
Arpa
Arpa adalah suatu sistem operasi dari hasil tangkapan radar. Di sini arpa sebagai
pengolah data dari radar. Sistem ini memberikan kita informasi untuk menghindari
bahaya dari objek di sekeliling.
Adapun hal-hal yang di hasilkan oleh arpa yaitu:
1. Target
Yaitu kita dapat menangkap objek yg di hasilkan radar dan membuat arpa
untuk memproses data tersebut
2. CPA (clostest point approach)
Yaitu memberikan informasi bahwa berapa jarak terdekat terhadap kapal kita
saat berpapasan
3. TCPA (time clostest point approach)
Yaitu waktu saat kapal akan berpapasan pada jarak terdekat
4. True bearing
Yaitu baringan sejati terhadap objek tersebut
5. Ctw (course through water)
Yaitu haluan relatif dari kapal tersebut. Relatif di sini berarti haluan dengan
adanya pengaruh arus dan angin
6. CTG (course through ground)
Yaitu haluan sejati dari objek tersebut
7. Stw (speed through water)
Yaitu kecepatan kapal relatif terhadap air. Dimana kecepan tersebut sudah di
pengaruhi arus dan angin
8. Stg (seepd through ground)
Yaitu kecepatan kapal terhadap bumi. Maksudnya adalah jika kapal memiliki
kecepatan stg 10 knots berarti dalam waktu 1 jam dapat menempuh 10 mil
laut. Akan tetapi jika kecepatan kapal terhadap air atau stw yaitu 10 knots
berarti belum tentu dalam satu jam kapal menempuh jarak 10 mil laut.
Jaraknya tergantung dari arus dan angin sehingga dapat memungkinkan
menumpuh jarak yang lebih jauh ataupun malah lebih pendek.
59
rainmardiansaf planvoyage
Radar Plotting
Rumus perhitungan Radar Ploting
60
rainmardiansaf planvoyage
Ditanyakan:
a. Haluan dan Laju kapal lain/target tersebut?
b. Pada pukul 10.16 dengan kecepatan tetap, haluan dirubah menjadi 320⁰,
berapakah New CPA nya?
61
rainmardiansaf planvoyage
= 1.9 X 60/12
= 9.5 Knots
CPA = O
(TERJADI BAHAYA TUBRUKAN)
62
rainmardiansaf planvoyage
Dari hasil perhitungan dan observasi diatas maka pada saat dinas jaga dan saat
olah gerak untuk menghindarinya maka diperlukan upaya menghindar agar tidak
terjadi tubrukan dengan upaya :
63
rainmardiansaf planvoyage
Alteration of Course
64
rainmardiansaf planvoyage
Alteration of Speed
Langkah-langkahnya:
1. Buatlah/gambarlah Basic RADAR Ploting sebagaimana langkah-langkah
diatas (Make basic Radar ploting)
2. Tentukan kecepatan baru anda
3. Pada garis WO, dari titik W jangkakan kecepatan kapal dan tandai dengan
W1
4. Sekarang Tentukan berapa derajat anda akan merubah haluan (amount of
alter course)
5. W1O adalah haluan sejati anda sebelum merubah haluan, katakanlah
kemudian anda merubah haluan 090⁰, Dengan menggunakan busur, dimulai
dari garis WO sebagai OOO⁰, ukurlah sudut 90⁰ kearah kanan dari garis WO
tersebut dan berikan tanda.
6. Dari W1 buatlah garis melalui sudut perubahan 90⁰ pada tanda tersebut.
Untuk menentukan titik O baru (O1),W1O1 adalah haluan baru anda.
7. Dari O1, buatlah garis memotong titik A dan terus perpanjang garis tersebut
sampai melewati titik pusat ploting.
65
rainmardiansaf planvoyage
8. New CPA adalah garis perpotongan antara garis perpanjangan O1A dengan
garis tegak lurus dari O1A terhadap titik pusat ploting sheet
9. Ukurlah dengan jangka berapa CPA baru anda
melanjutkan soal contoh : 01 plotter , agar tidak terjadi atau terhindar dari bahaya
tubrukan maka :
= 2.95 / 0.81 X 12
= 43.6 Menit
= 10.59.36 Hrs
= 11.00 Hrs
66
rainmardiansaf planvoyage
ALTERATIONS OF COURSE
CPA ≠ 0
Untuk CPA ≠ 0 artinya terjadi jarak dari titik C dan titik N sehingga bahaya tubrukan
tidak terjadi dan pada TCPA kapal hanya akan berpapasan dengan jarak CN=CPA.
Perhatikan contoh dibawah ini :
Kapal yang melaju dengan haluan 280⁰ True dengan kecepatan rata-rata 12 Knots
dan observasi pada radar pukul 13.15 pada titik O dengan baringan 10⁰ terdapat
sebuah kapal dengan jarak 5 mil dan observasi kedua pada titik A pukul 13.25
dengan baringan 5⁰ kapal tersebut berjarak 4 mil. Maka untuk menentukan ada
bahaya tubrukan atau tidak harus dicari nilai CPA dan TCPA
1. Data kapal :
a. Own course = 280⁰
b. Own speed = 12knots
titik baringan jam Jarak
O 10⁰ 13.15 5mil
A 5⁰ 13.25 4mil
67
rainmardiansaf planvoyage
68
rainmardiansaf planvoyage
CPA ≠ 0
69
rainmardiansaf planvoyage
CPA = 0
70
rainmardiansaf planvoyage
Kesimpulan dari hasil observasi adalah akan terjadi tubrukan pada 09.36 dengan
jarak 0mil dengan haluan kapal target 348⁰ kecepatan 13 knot dan tampak lambung
kiri dengan sudut pandang 68⁰.
Maka untuk menghindari bahaya tubrukan CPA=0 harus dirubah menjadi CPA≠0
dengan cara :
1. Merubah haluan (change of course)
2. Merubah kecepatan (change of speed)
3. Merubah haluan dan kecepatan (change course and speed)
Kita ambil contoh apabila kapal merubah haluan ke kiri sebesar 30⁰ artinya haluan
semula 10⁰ to port 30⁰ sehingga haluan berubah menjadi 340⁰ maka alterations of
course to port akan menimbulkan New CPA dan New TCPA sebagai berikut :
WO = WO1
CN1 = 1,75 mil
NCPA = CN1
NCPA = 1,75 mil
NTCPA = (AN1 / 01A) x Interval
= (1,1 mil / 0,35 mil) x 12 menit
= 37,7 menit
= 37 menit 42 detik
NTCPA = 09.12 + 37 menit 42 detik
= 09.49.42
Dapat disimpulkan bahwa dengan merubah haluan kapal sebesar 30⁰ dengan
kecepatan tetap maka terhindar bahaya tubrukan dengan kapal akan berpapasan
pada jarak 1,75 mil pada jam 09.49.42
71
rainmardiansaf planvoyage
Alterations of Course
72
rainmardiansaf planvoyage
Apabila kapal merubah kecepatan semula 12 knot menjadi 15 knot maka akan
timbul perubahan NCPA dan NTCPA. Karena kapal menambah kecepatan maka
terjadi perubahan panjang WO dan akan timbul titik O1 karena perubahan
pertambahan kecepatan tersebut.
NCPA = CN1
NCPA = 1,9 MIL
Kapal akan berpapasan dengan kapal target pada jarak 1,9 mil
73
rainmardiansaf planvoyage
Alterations of Speed
74
rainmardiansaf planvoyage
Apabila kapal merubah haluan ke kanan sebesar 10⁰ artinya haluan menjadi 20⁰ dan
mengurangi kecepatan semula 12 knot menjadi 10 knot maka akan terjadi NCPA
dan TCPA baru.
75
rainmardiansaf planvoyage
76
Figure 11-4.—Maneuvering board.
To work maneuvering board problems, you need diagram as they are used in maneuvering board
two additional pieces of equipment: problems.
1. Dividers, for accurate measurements of time,
distance, and speed VECTORS
2. Parallel rulers, to accurately parallel lines of We often use the terms speed and velocity
motion interchangeably, and sometimes we are justified in
Before you begin working maneuvering board doing so. However, speed is not always the same thing
problems, you must understand vectors and the vector as velocity. Strictly speaking, speed measures the rate
11-4