Portofolio Tugas Mata Kuliah Pendidikan Konsumen
Portofolio Tugas Mata Kuliah Pendidikan Konsumen
Dosen Pengampu :
OLEH :
19513241012
2020
I
TUGAS KELOMPOK
Disusun oleh :
KRONOLOGI KASUS
Bagian Pertama
Hak dan Kewajiban Konsumen
Pasal 4
Pasal 7
Hal-hal Yang dilanggar Berdasarkan UU No.8 Thn 1999 Pasal 4 dan Pasal 7
KONSUMEN PRODUSEN
1. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan 1. Beritikad baik dalam
jujur mengenai kondisi dan jaminan melakukan kegiatan
barangdan/ataujasa; usahanya;
- Produsen tidak
jujur ,barang yang
diberikan kepada
konsumen tidak
sesuai dengan
takaran yang
diminta
KONSUMEN PRODUSEN
Konsumen melapor kepada produsen Produsen mengecek kembali laporan
bahwa ada ketidaksesuaian dengan dari konsumen apakah benar barang
barang yang dibeli , lalu meminta yang diterima tidak sesuai dengan
kompensasi / ganti rugiatas barang yang permintaan. Produsen mengecek nota
dibeli pembelian konsumen sebagai bukti
bahwa konsumen benar berbelanja di
toko tersebut. Apabila benar terjadi
ketidak sesuaian barang yang diterima
konsumen hendaknya produsen
memberikan kompensasi terhadap
barang yang dibeli konsumen.
SPESIFIKASI BARANG YANG IDEAL SEHINGGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................................
Rumusan Masalah...................................................................................................
Tujuan.......................................................................................................................
BAB II Isi
Saran.........................................................................................................................
Kesimpulan...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Konsumen adalah semua pihak yang menggunakan barang/ jasa yang ada di
masyarakat, baik untuk kepentingan pribadi, orang lain, dan mahluk hidup lainnya
dan tidak untuk dijual kembali.Spesifikasi barang ideal yang membuat para
konsumen fanatik terhadap barang meliputi harga, ketersediaan, kualitas,
manfaat.,dan tingkat kepuasan pelanggan.
1.3 Tujuan
ISI
1. Hal dasar yang mempengaruhi tingkat kesuksesan suatu produk atau layanan
di pasaran yaitu harga, ketersediaan, dan kualitas.
2. Konsumen sangat mebutuhkan produk atau layanan yang berkualitas tinggi,
harga terjangkau, dan sesuai dengan manfaat yang diperoleh.
3. Organisasi atau perusahaan akan mampu bersaing di pasaran jika tingkat
kepuasan pelanggan cukup tinggi.
Pada pasar monopolistik dimana tingkat persaingan sangat rendah yaitu pada
saat barang/jasa yang dibutuhkan hanya dikuasai oleh satu penyedia. Dalam kondisi
seperti ini spesifikasi teknis pada akhirnya mengarah pada merek tertentu. Dari
kriteria-kriteria pasar seperti ini dapat dipetakan daya tarik pembeli dimata penyedia
kedalam Matrix Kraljilc Box berbentuk Supplier Perception Model.
Kondisi pasar atau persepsi Zpenyedia terhadap pasar pemerintah juga harus
menjadi pertimbangan dalam menyusun spesifikasi teknis. Penyusunan spesifikasi
teknis yang tidak sesuai dengan kondisi pasar akan menjadi add cost
(kerugian/tambahan biaya) diantaranya adalah pelelangan/seleksi gagal yang pada
akhirnya menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan.
1. Performance (kinerja)
Karakteristik operasi dan produk inti (core product) yang dibeli. Misalnya
kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan dalam penggunaan.
2. Durability (daya tahan)
Daya tahan menunjukan usia produk yaitu jumlah pemakaian suatu produk
sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu
semakin awet, produk yang awet akan dipersepsikan lebih berkualitas
dibanding produk yang cepat habis atau cepat diganti. Daya tahan (Durability)
berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan
produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi)
Kesesuaian yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya pengawasan kualitas
dan desain. Standar karakteristik operasional adalah kesesuaian kinerja
produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam “janji”
yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi
ini berarti sesuai dengan standarnya,
4. Features (fitur)
Karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu
produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Fitur bisa
meningkatkan kualitas produk jika kompetitor tidak memiliki fitur tersebut. Ciri-
ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan karakteristik
sekunder atau pelengkap.
5. Reliability (reabilitas Keandalan)
Kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai. Misalnya
pengawasan kualitas dan desain, standar karakteristik operasional
kesesuaian dengan spesifikasi
6. Aesthetics (estetika)
Daya tarik produk terhadap panca indera, misalkan bentuk fisik, model atau
desain yang artistik, warna dan sebagainya
7. Perceived quality (kesan kualitas)
Persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu
produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau
ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya
dari aspek harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara
pembuatnya. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan
reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
8. Serviceability
Kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki (Serviceability),
meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi serta
penanganan keluhan yang memuaskan.Produk yang mampu diperbaiki tentu
kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit
diperbaiki
Menurut Martinich dalam Badri (2011:63), ada enam spesifikasi dari dimensi kualitas
produk barang yang relevan dengan pelanggan.
Hal hal seperti yang telah disebutkan diatas harus sangaat diperhatikan
sebelum kita mengonsumsi barang atau jasa.Dimaksdukan agar kita tidak
mengalami kekecewaan setelah menerima atau memakai barang atau jasa tersebut.
Konsumen juga harus mengtahui apa-apa saja yang harus diperhatikan dan dinilai
sebelum kita memutuskan untukmembeli barang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-konsumen.html
https://samsulramli.net/2014/02/11/analisa-pasar-untuk-menyusun-spesifikasi/
https://www.hestanto.web.id/kualitas-produk/
STANDAR NASIONAL INDONESIA
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
laporan ini bisa selesai pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................................................
Tujuan........................................................................................................................
Manfaat......................................................................................................................
BAB II Isi
Kesimpulan................................................................................................................
Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
a. Penulis
1. Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan konsumen
2. Mengetahui informasi mengenai SNI
b. Masyarakat
1. Menambah pengetahuan mengenai SNI
2. Menjadi lebih cermat dalam mengonsumsi suatu produk
BAB II
ISI
Barang dan atau jasa, proses, sistem, dan personel yang telah memenuhi
ketentuanatauspesifikasi teknisdapat diberikan sertifikat dan atau dibubuhi tanda
SNI(Pasal 14 ayat [1] PP 102/2000) :
2. Tanda SNI adalah tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada barang kemasan atau
label yang menyatakan telah terpenuhinya persyaratan Standar Nasional
Indonesia (Pasal 1 angka 13 PP 102/2000).
Ketentuan SNI
3. SNI tidak diwajibkan pada semua barang. Berdasarkan Pasal 12 ayat (2) PP
102/2000, SNI bersifat sukarela untuk ditetapkan oleh pelaku usaha. Akan tetapi,
dalam hal SNI berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan,
kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau
pertimbangan ekonomis, instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib
sebagian atau seluruh spesifikasi teknis dan atau parameter dalam SNI (Pasal 12
ayat [3] PP 102/2000).
4. Jika suatu barang atau jasa telah diberlakukan SNI wajib, maka pelaku usaha
yang barang atau jasanya tidak memenuhi dan/atau tidak sesuai dengan SNI
wajib, tidak boleh memproduksi dan/atau mengedarkan barang atau jasa
tersebut (Pasal 18 ayat (1) PP 102/2000).
5. Jika pelaku usaha telah memperoleh sertifikat produk dan/atau tanda SNI dari
lembaga sertifikasi produk, pelaku usaha tersebut dilarang memproduksi dan
mengedarkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi SNI (Pasal 18 ayat [2]
PP 102/2000).
6. SNI yang telah diberlakukan secara wajib, tidak hanya dikenakan pada barang
dan/atau jasa yang produksi dalam negeri, tetapi juga berlaku untuk barang
dan/atau jasa impor (Pasal 19 ayat [1] PP 102/2000).
Contoh barang yang wajib SNI antara lain:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, pada dasarnya tidak semua barang atau jasa wajib berlabel SNI.
Biasanya SNI wajib diberlakukan pada hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan
keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan
hidup dan atau pertimbangan ekonomis. Serta dengan adanya label SNI ini dapat
memberikan keuntungan baik dari sisi produsen maupun konsumen.
3.2 Saran
a. Produsen
Sebaiknya tetap memberi label SNI pada produknya agar memberi jaminan
keselamatan, keamanan, dan kesehatan pada konsumen.
b. Konsumen
Sebaiknya lebih cermat dalam membeli produk agar tetap keselamatan,
keamanan, kesehatan, atau pelestarian lingkungan hidup dan atau
pertimbangan ekonomis menjadi hal yang utama.
DAFTAR PUSTAKA
http://yiziep.blogspot.com/2019/09/pengertian-produk-sni-dan-manfaat-sni.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/gsujayanto/apa-
perlunya-sni-dan-apa-manfaatnya_56cbe8c7597b61341daad1fc
read:https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl3855/apakah-semua-
produk-jasa-wajib-sni/
II
PAPER INDIVIDU
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
4. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun
tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak,
dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang
dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan,
atau dimanfaatkan oleh konsumen.
5. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan
atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
dimanfaatkan oleh konsumen.
6. Promosi adalah kegiatan pengenalan atau
penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa
untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang
dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.
7. Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang ke
dalam daerah pabean.
8. Impor jasa adalah kegiatan penyediaan jasa asing untuk
digunakan di dalam wilayah Republik Indonesia.
9. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat adalah lembaga non-Pemerintah yang
terdaftar dan diakui oleh Pemerintah yang mempunyai
kegiatan menangani perlindungan konsumen.
10. Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan
syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan
terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang
dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian
yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
11. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan
yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa
antara pelaku usaha dan konsumen.
12. Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan
yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan
perlindungan konsumen.
13. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi bidang perdagangan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta
kepastian hukum.
Pasal 3
Perlindungan konsumen bertujuan :
1. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri;
2. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan
cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian
barang dan/atau jasa;
3. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai
konsumen;
4. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan
informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai
pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh
sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha;
6. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang
menjamin kelangsungan usaha produksi barang
dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Pertama
Hak dan Kewajiban Konsumen
Pasal 4
Hak konsumen adalah :
1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan/atau jasa yang digunakan;
5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan
upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut;
6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen;
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif;
8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Pasal 5
Kewajiban konsumen adalah :
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau
jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang dan/atau jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Pasal 6
Hak pelaku usaha adalah :
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan
kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan
konsumen yang beritikad tidak baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di
dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara
hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Pasal 7
Kewajiban pelaku usaha adalah :
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar
dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan
standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,
dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta
memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang dterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
BAB IV
PERBUATAN YANG DILARANG
BAGI PELAKU USAHA
Pasal 8
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang :
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto,
dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang
dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan
jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang
sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau
kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket
atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses
pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu
sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan
barang dan/atau jasa tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label,
etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang
dan/atau jasa tersebut;
g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka
waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas
barang tertentu;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,
sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan
dalam label;
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang
yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau
netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan,
akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut
ketentuan harus di pasang/dibuat;
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang
rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi
dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan
atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1)
dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa
tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.
Pasal 9
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan,
mengiklan-kan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar,
dan/atau seolah-olah :
a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki
potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu,
gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah
atau guna tertentu;
b. barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;
c. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan
dan/atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan
tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesori
tertentu;
d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan
yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi;
e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;
f. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;
g. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang
tertentu;
h. barang tersebut berasal dari daerah tertentu;
i. secara langsung atau tidak langsung merendahkan
barang dan/atau jasa lain;
j. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman,
tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek
sampingan tanpa keterangan yang lengkap;
k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang
belum pasti.
(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang untuk diperdagangkan.
(3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat
(1) dilarang melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan
barang dan/atau jasa tersebut.
Pasal 10
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan,
mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang
tidak benar atau menyesatkan mengenai :
a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;
b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas
suatu barang dan/atau jasa;
d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang
ditawarkan;
e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.
Pasal 11
Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara
obral atau lelang, dilarang mengelabui/menyesatkan konsumen
dengan :
a. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah
telah memenuhi standar mutu tertentu;
b. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah
tidak mengandung cacat tersembunyi;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan
melainkan dengan maksud untuk menjual barang lain;
d. tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu
dan/atau jumlah yang cukup dengan maksud menjual
barang yang lain;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau
dalam jumlah cukup dengan maksud menjual jasa yang
lain;
f. menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa
sebelum melakukan obral.
Pasal 12
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau
mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan harga atau
tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha
tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai
dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau
diiklankan.
Pasal 13
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau
mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan cara
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain
secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau
memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.
(2) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau
mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat
kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain.
Pasal 14
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah
melalui cara undian, dilarang untuk :
a. tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu
yang dijanjikan;
b. mengumumkan hasilnya tidak melalui media masa;
c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
d. mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah
yang dijanjikan.
Pasal 15
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa dilarang
melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat
menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap
konsumen.
Pasal 16
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui
pesanan dilarang untuk :
a. tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu
penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan;
b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau
prestasi.
Pasal 17
(1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :
a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas,
bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa
serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau
jasa;
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau
jasa;
c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat
mengenai barang dan/atau jasa;
d. tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian
barang dan/atau jasa;
e. mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa
seizin yang berwenang atau persetujuan yang
bersangkutan;
f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai periklanan.
(2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran
iklan yang telah melanggar ketentuan pada ayat (1).
BAB V
KETENTUAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU
Pasal 18
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau
mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau
perjanjian apabila:
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;
c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang
dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada
pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak
yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan
barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan
konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan
yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau
pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku
usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang
dibelinya;
h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada
pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak
gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli
oleh konsumen secara angsuran.
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang
letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara
jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku
usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan
batal demi hukum.
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang
bertentangan dengan Undang-undang ini.
BAB VI
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA
Pasal 19
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau
jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan
pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya
unsur kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.
Pasal 20
Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang
diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan
tersebut.
Pasal 21
(1) Importir barang bertanggung jawab sebagai pembuat barang
yang diimpor apabila importasi barang tersebut tidak dilakukan
oleh agen atau perwakilan produsen luar negeri.
(2) Importir jasa bertanggung jawab sebagai penyedia jasa asing
apabila penyediaan jasa asing tersebut tidak dilakukan oleh
agen atau perwakilan penyedia jasa asing.
Pasal 22
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam
kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4),
Pasal 20, dan Pasal 21 merupakan beban dan tanggung jawab
pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa untuk
melakukan pembuktian.
Pasal 23
Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan
dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan penyelesaian
sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di
tempat kedudukan konsumen.
Pasal 24
(1) Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada
pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi
dan/atau gugatan konsumen apabila:
a. pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa
melakukan perubahan apa pun atas barang dan/atau
jasa tersebut;
b. pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak
mengetahui adanya perubahan barang dan/atau jasa
yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai
degan contoh, mutu, dan komposisi.
(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibebaskan dari tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi
dan/atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain yang
membeli barang dan/atau jasa menjual kembali kepada
konsumen dengan melakukan perubahan atas barang dan/atau
jasa tersebut.
Pasal 25
(1) Pelaku usaha yang memproduksi barang yang
pemanfaatannya berkelanjutan dalam batas waktu sekurangkurangnya
1 (satu) tahun wajib menyediakan suku cadang
dan/atau fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau
garansi sesuai dengan yang diperjanjikan.
(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan
konsumen apabila pelaku usaha tersebut :
a. tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang
dan/atau fasilitas perbaikan;
b. tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau
garansi yang diperjanjikan.
Pasal 26
Pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi
jaminan dan/atau garansi yang disepakati dan/atau yang
diperjanjikan.
Pasal 27
Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari
tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen, apabila :
a. barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan
atau tidak dimaksudkan untuk diedarkan;
b. cacat barang timbul pada kemudian hari;
c. cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai
kualifikasi barang;
d. kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;
e. lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat) tahun
sejak barang dibeli atau lewatnya jangka waktu yang
diperjanjikan.
Pasal 28
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam
gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19,
Pasal 22, dan Pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab
pelaku usaha.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Pertama
Pembinaan
Pasal 29
(1) Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan
penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin
diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta
dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.
(2) Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan
perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Menteri dan/atau menteri teknis terkait.
(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan
koordinasi atas penyelenggaraan perlindungan konsumen.
(4) Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi upaya untuk :
a. terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang
sehat antara pelaku usaha dan konsumen;
b. berkembangnya lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat;
c. meningkatnya kualitas sumber daya manusia serta
meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan di
bidang perlindungan konsumen.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 30
(1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan
konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundangundangannya
diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat,
dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
(2) Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri dan/atau menteri teknis
terkait.
(3) Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat dilakukan terhadap barang
dan/atau jasa yang beredar di pasar.
(4) Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) ternyata menyimpang dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan membahayakan konsumen, Menteri dan/atau
menteri teknis mengambil tindakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Hasil pengawasan yang diselenggarakan masyarakat dan
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat dapat
disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat disampaikan
kepada Menteri dan menteri teknis.
(6) Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL
Bagian Pertama
Nama, Kedudukan, Fungsi, dan Tugas
Pasal 31
Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen
dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Pasal 32
Badan Perlindungan Konsumen Nasional berkedudukan di Ibu
Kota Negara Republik Indonesia dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
Pasal 33
Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai fungsi
memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam
upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia.
Pasal 34
(1) Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33, Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai
tugas:
a. memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah
dalam rangka penyusunan kebijaksanaan di bidang
perlindungan konsumen;
b. melakukan penelitian dan pengkajian terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
perlindungan konsumen;
c. melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa
yang menyangkut keselamatan konsumen;
d. mendorong berkembangnya lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat;
e. menyebarluaskan informasi melalui media mengenai
perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikap
keberpihakan kepada konsumen;
f. menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen
dari masyarakat, lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat, atau pelaku usaha;
g. melakukan survei yang menyangkut kebutuhan
konsumen.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Badan Perlindungan Konsumen Nasional dapat bekerja
sama dengan organisasi konsumen internasional.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 35
(1) Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri atas seorang
ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap
anggota, serta sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang dan
sebanyak-banyaknya 25 (dua puluh lima) orang anggota yang
mewakili semua unsur.
(2) Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri, setelah
dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
(3) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Badan
Perlindungan Konsumen Nasional selama 3 (tiga) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan
berikutnya.
(4) Ketua dan wakil ketua Badan Perlindungan Konsumen
Nasional dipilih oleh anggota.
Pasal 36
Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri atas
unsur :
1. pemerintah;
2. pelaku usaha;
3. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;
4. akademisi; dan
5. tenaga ahli.
Pasal 37
Persyaratan keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen
Nasional adalah:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. berbadan sehat;
c. berkelakuan baik;
d. tidak pernah dihukum karena kejahatan;
e. memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang
perlindungan konsumen; dan
f. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.
Pasal 38
Keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen Nasional berhenti karena :
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
c. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia;
d. sakit secara terus menerus;
e. berakhir masa jabatan sebagai anggota; atau
f. diberhentikan.
Pasal 39
(1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, Badan Perlindungan Konsumen
Nasional dibantu oleh sekretariat.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang
sekretaris yang diangkat oleh Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
(3) Fungsi, tugas, dan tata kerja sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam keputusan Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Pasal 40
(1) Apabila diperlukan Badan Perlindungan Konsumen Nasional dapat
membentuk perwakilan di Ibu Kota Daerah Tingkat I untuk membantu
pelaksanaan tugasnya.
(2) Pembentukan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
lebih lanjut dengan keputusan Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Pasal 41
Dalam pelaksanaan tugas, Badan Perlindungan Konsumen Nasional berkerja
berdasarkan tata kerja yang diatur dengan keputusan Ketua Badan Perlindungan
Konsumen Nasional.
Pasal 42
Biaya untuk pelaksanaan tugas Badan Perlindungan Konsumen Nasional
dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara dan sumber lain
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Badan Perlindungan Konsumen
Nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB IX
LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN
SWADAYA MASYARAKAT
Pasal 44
(1) Pemerintah mengakui lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
yang memenuhi syarat.
(2) Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat memiliki kesempatan
untuk berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen.
(3) Tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat meliputi
kegiatan:
a. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak
dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
b. memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;
c. bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen;
d. membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk
menerima keluhan atau pengaduan konsumen;
e. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB X
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Pertama
Umum
Pasal 45
(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di
luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak menghilangkan tanggungjawab pidana sebagaimana diatur dalam
Undang-undang.
(4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya
tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak
yang bersengketa.
Pasal 46
(1) Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh:
a. seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;
b. sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;
c. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi
syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam
anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan
didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan
konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran
dasarnya;
d. pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang
besar dan/atau korban yang tidak sedikit.
(2) Gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen, lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat atau pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d diajukan kepada peradilan umum.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian materi yang besar dan/atau korban
yang tidak sedikit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan
Pasal 47
Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau
mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak
akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen.
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
Pasal 48
Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada ketentuan
tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan dalam
Pasal 45.
BAB XI
BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN
Pasal 49
(1) Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II
untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.
(2) Untuk dapat diangkat menjadi anggota badan penyelesaian sengketa konsumen,
seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. warga negara Republik Indonesia;
b. berbadan sehat;
c. berkelakuan baik;
d. tidak pernah dihukum karena kejahatan;
e. memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang perlindungan
konsumen;
f. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.
(3) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur pemerintah,
unsur konsumen, dan unsur pelaku usaha.
(4) Anggota setiap unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah
sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang, dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
(5) Pengangkatan dan pemberhentian anggota badan penyelesaian sengketa
konsumen ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 50
Badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49 ayat (1) terdiri atas :
a. ketua merangkap anggota;
b. wakil ketua merangkap anggota;
c. anggota.
Pasal 51
(1) Badan penyelesaian sengketa konsumen dalam menjalankan tugasnya
dibantu oleh sekretariat.
(2) Sekretariat badan penyelesaian sengketa konsumen terdiri atas kepala
sekretariat dan anggota sekretariat.
(3) Pengangkatan dan pemberhentian kepala sekretariat dan anggota sekretariat
badan penyelesaian sengketa konsumen ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 52
Tugas dan wewenang badan penyelesaian sengketa konsumen meliputi:
a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen,
dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
c. melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
d. melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran
ketentuan dalam Undang-undang ini;
e. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen
tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
f. melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan
konsumen;
g. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
h. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang
yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-undang ini;
i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan
huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian
sengketa konsumen;
j. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti
lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
k. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
konsumen;
l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan Undang-undang ini.
Pasal 53
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang badan
penyelesaian sengketa konsumen Daerah Tingkat II diatur dalam surat
keputusan menteri.
Pasal 54
(1) Untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen, badan
penyelesaian sengketa konsumen membentuk majelis.
(2) Jumlah anggota majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ganjil
dan sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang yang mewakili semua unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3), serta dibantu oleh seorang panitera.
(3) Putusan majelis bersifat final dan mengikat.
(4) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas majelis diatur
dalam surat keputusan menteri.
Pasal 55
Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling
lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima.
Pasal 56
(1) Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima putusan
badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
55 pelaku usaha wajib melaksanakan putusan tersebut.
(2) Para pihak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan
tersebut.
(3) Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggap menerima putusan badan
penyelesaian sengketa konsumen.
(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) tidak
dijalankan oleh pelaku usaha, badan penyelesaian sengketa konsumen
menyerahkan putusan tersebut kepada penyidik untuk melakukan penyidikan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Putusan badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud
pada ayat
(6) merupakan bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan
penyidikan.
Pasal 57
Putusan majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3) dimintakan
penetapan eksekusinya kepada Pengadilan Negeri di tempat konsumen yang
dirugikan.
Pasal 58
(1) Pengadilan Negeri wajib mengeluarkan putusan atas keberatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) dalam waktu paling lambat 21 (dua puluh
satu) hari sejak diterimanya keberatan.
(2) Terhadap putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
para pihak dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari dapat mengajukan
kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia.
(3) Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib mengeluarkan putusan dalam
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak menerima permohonan kasasi.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 59
(1) Selain Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang perlindungan konsumen juga diberi wewenang khusus
sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang
berlaku.
(2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan
konsumen;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti serta melakukan penyitaan terhadap barang hasil pelanggaran
yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang
perlindungan konsumen;
f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perlindungan konsumen.
(3) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada
Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
BAB XIII
SANKSI
Bagian Pertama
Sanksi Administratif
Pasal 60
(1) Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi
administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat
(3), Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26.
(2) Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(3) Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 61
Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau
pengurusnya.
Pasal 62
(1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1)
huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat
tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
Pasal 63
Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat
dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:
a. perampasan barang tertentu;
b. pengumuman keputusan hakim;
c. pembayaran ganti rugi;
d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian konsumen;
e. kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau
f. pencabutan izin usaha.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi
konsumen yang telah ada pada saat Undang-undang ini diundangkan,
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-undang ini.
Kaum pria lebih sering bertindak dulu baru berpikir tetapi kaum wanita berpikir
dulu sebelum bertindak. Pria sebagai seorang “pemburu” membutuhkan fokus,
pandangan yang jauh, dan mampu bertindak sebagai navigator . Sedangkan wanita
merasa nyaman berada di dalam atau di sekitar tempat tinggalnya, membangun
hubungan dengan orang dewasa lain dan anak-anaknya. Sehingga wanita juga
dikenal memiliki indra keenam (sixth sense) karena perasaannya itu, sehingga lebih
dapat merasakan apabila seseorang berbohong kepadanya. Di lain pihak, pria tidak
memiliki lie-detector semacam itu. Sehingga spesies pria juga sering melupakan hal-
hal yang detil.
A. Konsumen Pria
Jika seorang pria pergi ke tempat perbelanjaan entah itu pasar, mall
dsb, umumnya mereka hanya akan membeli apa yang mereka
rencanakan sejak awal berangkat dari rumah. Misalnya, mereka ingin
membeli sabun dan sikat gigi, maka hanya kedua barang itulah yang
akan mereka beli
Mudah dipengaruhi oleh bujukan penjual dan argumentasi yang
objektif.
Seorang pria umumnya kurang berminat untuk melakukan tawar
menawar. Harga yang ditawarkan oleh penjual menjadi harga
kesepakatan. Kalaupun menawar hanya berbeda sedikit dengan harga
semula (harga dari si penjual).
Kurang berminat berbelanja sehingga ia kerap kali terburu-buru dalam
mengambil keputusan untuk membeli sesuatu.
Waktu berbelanja seorang pria hanya terbatas, ia tidak terlalu suka
berlama-lama berbelanja.
Pria menginginkan pelayanan yang cepat tanpa perlu banyak bicara,
dan penjelasan mengenai suatu produk cukup terbatas hanya pada
hal-hal yang mereka tanyakan saja.
B. Konsumen Wanita
Berbeda dengan pria, terkadang wanita kurang bisa mengontrol
dirinya dalam berbelanja. Jika awalnya dari rumah ia memiliki rencana
untuk membeli sepatu anaknya saja, berbeda kondisinya ketika ia
sudah tiba di pasar, sekiranya ada barang yang menurut ia menarik, ia
akan membeli. Jadi, ia kurang bisa konsisten terhadap rencana awal
ia berbelanja
Peran wanita sebagai “bendahara” dalam keluarga menuntutnya untuk
pandai-pandai dalam mengelola “uang belanja” dan berusaha berlaku
“hemat”. Oleh karenanya faktor harga menjadi penentu apakah ia
membeli suatu produk atau tidak.
Kebanyakan wanita dibekali Tuhan ketrampilan untuk menawar.
Tidah mudah terkena bujuk rayu penjual. Wanita adalah Makhluk
Tuhan yang paling kritis ketika akan melakukan pembelian. Mereka
akan mempertimbangkan secara matang seluk beluk sebuah produk
sebelum ia memutuskan untuk membeli.
Wanita memiliki banyak waktu untuk berbelanja, mereka memiliki
kesenangan tersendiri jika diberi keleluasaan untuk memilih aneka
barang yang ditawarkan.
Wanita umumnya sangat tertarik pada even-even penjualan khusus.
Misalnya diskon, obral dan sebagainya.
Wanita memiliki perasaan yang lembut dan peka. Ini bisa Anda lihat
pada bunyi iklan yang biasanya menyangkut masalah kesejahteraan
anak, kesehatan suami, keharmonisan rumah tangga dan sebagainya.
Wanita cepat terbawa arus tren atau mode yang sedang berkembang,
terutama pada remaja putri.
Tidak terlalu menyukai produk-produk yang bersifat teknis.
Mereka lebih menyukai dan tertarik terhadap warna dan bentuk dari
suatu produk, bukan pada fungsi dan kegunaannya.
Wanita lebih peka dan mementingkan status sosial sebuah produk.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/wahyurinda/552a1628f17e61de57d623aa/consumer-
behavior-tipetipe-pembeli-berdasarkan-gender
https://shintaokrami.wordpress.com/2014/11/21/perbedaan-perilaku-konsumen-pria-
dengan-wanita-dalam-berbelanja/
TELAAH KASUS
Jakarta -
Menemukan gaun sempurna untuk momen istimewa seperti pernikahan adalah
salah satu hal tersulit bagi banyak pengantin wanita. Membeli produk secara online
pun jadi pilihan. Seperti dilakukan oleh wanita ini yang memilih membeli gaun
pengantinnya secara online.
Demi menghemat waktunya untuk menyusuri toko pakaian dan bisa melelahkan,
wanita ini memutuskan untuk memilih gaun pengantin di internet. Tapi, ketika gaun
tersebut tiba, ia sangat kecewa dengan barang yang dibelinya itu.
Seorang wanita yang identitasnya tak ingin disebutkan ini berbagi foto di grup
Facebook. Ia menceritakan pengalaman mengecawakan membeli gaun pengantin
secara online.
Pada foto yang diunggahnya itu terlihat penampilan gaun pengantin yang dijual di
internet. Namun, ketika ia membelinya, gaun tersebut terlihat tak sama dengan foto
yang dijual secara online.
"Kiri adalah apa yang aku pesan. Kanan adalah apa yang aku terima. Pesanan
online yang gagal. Jangan khawatir karena gaun yang bagus sedang dalam
pembelian," tulisnya.
Foto: Facebook
Gaun yang dipesannya memiliki lengan tertutup dengan aksen rok bergelombang
yang terlihat anggun. Sementara itu, gaun pengantin yang datang terlihat sangat
tipis dan tembus pandang
Tak sedikit netizen mengomentari postingan foto tersebut sebagai pembelajaran
dalam berbelanja online. Beberapa dari mereka juga merasa terhibur dengan
kegagalan wanita tersebut.
"Lihatlah sisi baiknya, sekarang kamu punya kostum Hallowen. Buat kerang dada
dan cat gaun hijau, boom kamu menjadi Ariel. Senang bisa tertawa dari ini,"
komentar netizen.
Analisis kasus :
Online shop tersebut sering menipu pembeli karena banyak sekali ditemukan
keluhan yang sama. Tak benar-benar membohongi tapi beberapa website
menampilkan foto produk yang terlihat lebih menggiurkan dari tampilan asli.
Apalagi untuk produk busana. Saat sampai di rumah sering kali pembeli
mendapati baju yang dipesan tak sebagus yang terlihat di situs belanja.
Penjual selalu menginginkan produknya terlihat bagus saat ditampilkan dalam
websitenya agar cepat laku sehingga ia menggunakan berbagai cara untuk
itu.
Terdapat kesalahan dari sisi konsumen, dimana ia terlalu tergesa dalam
pengambilan keputusan untuk membeli barang tersebut. Hal itu di dorong
oleh penampilan gambar yang menggiurkan di dalam online shop tersebut.
Konsumen tidak melihat dari berbagai aspek, seperti meminta keterangan
lebih, gambar asli, dan memastikan bahan yang digunakan.
Penjual tidak bersikap jujur dan tanggung jawab.
Rancangan Pengaduan :
Situs cekrekening.id merupakan situs resmi milik Kominfo yang memang disiapkan
pemerintah untuk masyarakat Indonesia yang ingin melaporkan kasus penipuan
online yang banyak menimpa masyrakat Indonesia. Situs ini 100% gratis dan bisa
diakses baik di handphone maupun PC kamu.
2.Masukan rekening penipu.
Masukan Bank dan Rekening penipu yang sudah menipu kamu. Jika kamu
perhatikan, kamu bisa melihat apakah rekening tersebut sudah ada yang melapor
atau belum. Semakin banyak yang melapor, maka investigasi terhadap kasus itu
akan semakin dipercepat.
- LaporPolisi
Cara yang satu ini tentunya cara terakhir yang dapat anda lakukan, setelah
anda sudah mendapatkan sebuah informasi seperti nama, rekening, wajah
yang sebelumnnya sudah anda lakukan pencarian informasi dari 3 cara di
atas tentunya akan memudahkan kepolisian atas pengungkapan pelaku
tersebut agar dapat segera tertangkap.
3.Tuliskan kronologi penipuan, bukti pendukung dan fakta pendukung lainnya.
Kamu harus bersiap menuliskan kronologi, menyiapkan fakta dan bukti pendukung
seperti struk ATM, screenshot dengan penipu, toko online shop milik penipu.
Siapkan data-data selengkap mungkin agar kasus penipuan yang kamu alami bisa
diproses.
Sumber :
https://wolipop.detik.com/sale-and-shop/d-4387577/ini-alasan-baju-online-shop-tak-
terlihat-sebagus-di-foto-website
https://today.line.me/id/pc/article/5+Cara+Lapor+Penipuan+Online+Dengan+Sekali+
Klik+Dijamin+Uang+Kembali-RDX9M3
MENGIDENTIFIKASI TIMBANGAN
TELAAH KASUS
Eni menyadari hal tersebut karena kerap membeli barang yang sama. "Cuma
tokonya pindah-pindah. Berat barang yang dibeli biasanya sama. Makanya,
saya bisa langsung sadar kalau beratnya beda," ungkap Eni, Sabtu (22/2).
Menurutnya, modus mengurangi berat barang terpaksa dia lakukan jika harga
sayuran di pasaran ternyata lebih rendah dibanding saat ia membeli dari
petani. Untuk menghindari kerugian besar, penjual biasanya menyiasatinya
dengan mengurangi bobot timbangan.
“Biasanya yang sering diakali itu cabai dan bawang karena harganya sering
berubah-ubah. Buah juga sering. Itu sebetulnya kalau terpaksa saja supaya
kerugiannya tidak besar,” katanya.
Analisis Kasus
Hal ini dapat dibantu oleh Dinas perdagangan dan Kepala Pasar di tiap
kabupaten atau kota harus memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada
para pedagang agar selalu menjalankan praktik perdagangan secara jujur.
Petugas penyuluhan di lapangan juga harus berusaha mengingatkan para
pedagang yang menjual barang dengan menggunakan alat ukur agar taat
pada perintah agama masing-masing. Para perugas mengingatkan para
penjual bahwa mencurangi penimbangan barang itu perbuatan dosa. Petugas
juga mengutip ayat-ayat dari kitab suci sesuai dengan agama yang dianur
pedagang untuk meningatkan dosa-dosa dan hukuman yang akan
ditanggungnya jika mencuranginya
Selain itu juga harus ada kesadaran dalam diri penjual, untuk tetap
menjunjung tinggi nilai kejujuran dan tanggung jawab. Selain itu, apabila
terdapat yang melakukan kecurangan konsumen harus berani menyatakan
kebenarannya dengan menegur ataupun melaporkan serta memberikan
informasi kepada konsumen lain agar tidak mengalami kerugian yang sama.
Dengan cara tersebut, maka penjual akan merasa tokonya sepi, kemudian
penjual akan menyadari akibat dari melakukan kecurangan tersebut dan
menimbulkan efek jera.
DAFTAR PUSTAKA
https://serviceacjogja.pro/alat-ukur-berat/
https://lalalaila.com/macam-macam-timbangan/
Tribunlampung.co.id
A. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan mengenali kebutuhan yang dipicu oleh
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya dorongan untuk
memiliki peralatan rumah tangga yang memiliki tingkat keawetan yang tinggi,
kualitas yang baik, kenyamanan saat pemakaian dan lain-lain. Faktor
eksternal, misalnya yaitu keinginan untuk menjaga lingkungan agar terhindar
dari penggunaann plastik yang berlebihan sehingga memerlukan beberapa
produk tempat makanan meskipun terbuat terbuat dari plastik namun tetap
aman saat pemakaian berkelanjutan. Dengan dua faktor penjelasan diatas,
Kebanyakan konsumen mengambil keputusan untuk memakai produk-produk
alat rumah tangga dari perusahaan tertentu. Produk tersebut dipercaya
memiliki kualitas yang baik dan ramah akan lingkungan.
B. Pencarian informasi
Konsumen yang terdorong untuk memenuhi kebutuhannya akan mencari
informasi yang lebih banyak dari berbagai sumber. Sumber informasi
konsumen yaitu :
a. Sumber pribadi : Keluarga, teman, tentangga, dan kenalan baru.
b. Sumber komersial : waraniaga, iklan, pamflet maupun brosur yang
dibagikan, kemasan dan penjualan.
c. Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, dan pengalaman
pemakaian.
Iklan yang memiliki daya tarik tinggi akan meningkatkan kesadaran merek,
mendorong pencobaan terhadap merek, dan menekankan pembelian ulang.
Daya tarik iklan yang tinggi akan memunculkan memori yang kuat di benak
konsumen yang nantinya mendorong munculnya perilaku pembelian ulang di
masa depan. Pembelian ulang tersebut merupakan indikator dari munculnya
loyalitas konsumen yang tinggi. Semakin tinggi daya tarik dari promosi maka
semakin tinggi munculnya loyalitas konsumen.
C. Evaluasi alternatif
Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatof
terhadap suatu kebutuhan yang dikenali, maka konsumen mengevaluasi
pilihan serta menyempitkan pilihan pada laternatif yang iinginkan. Hal tersebut
dengan memilih produk dar perusahaan tertentu yang memiliki kualitas yang
baik dalam kategori perlatan rumah tangga. Konsumen akan menjatuhkan
pada produk dari perusahaan/merk tupperware daripada dari merk lainnya.
Hal ini disebabkan oleh keunggulan yang dimiliki dan juga memiliki ketahanan
pada kualitas yang baik secara berkelanjutan dengan sesuai dengan
kebutuhan pelanggan. Konsumen dalam mencari atau memilih produk akan
mempertimbangkan faktor desain produk tersebut, Tupperware dinilai oleh
konsumen memiliki desain yang menarik, bervariatif dengan konsep yang
tidak terlihat ketinggalan zaman.
D. Pembelian
Konsumen melakukan pembelian yang nyata berdasarkan alternatif yang
dipilih. Pembelian meliputi keputusan mengenai apa yang dibeli, keputusan
membeli atau tidak, waktu pembelian, dimana dan bagaimana cara
pembayarannya. Pembelian produk alat rumah tangga pada proses ini
melalui beberapa pertimbangan untuk keputusan akhir yang bulat.
E. Konsumsi
Pada tahap ini, konsumen menggunakan alternatif dalam pembelian.
Biasanya tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau
menggunakan produk alat rumah tangga. Banyak konsumen menjatuhkan
pilihannya secara tetap pada produk tupperware.
DAFTAR PUSTAKA
http://etheses.uin-malang.ac.id/1476/6/11410058_Bab_2.pdf
2. Analisispengeluarananda.
B. PEMBUAT IKLAN
Iklan dibuat oleh pelaku bisnis ataupun sebuah perusahaan atau
lembaga tertentuk sebagai bent komunikasi atau presentasi non pribadi
produk , jasa, ataupun perusahaan yang dikendalikan oleh produsen untuk
berkomunikasi dengan pelanggan.
Sebagai bentuk realisasinya, iklan akan disalurkan kepada perusahaan
periklanan. Perusahaan periklanan (seringkali disebut sebagai “Biro Iklan”)
adalah sebuah perusahaan yang membantu pengiklan (produsen) dalam
menangani perumusan rencana periklanan (dan program promosi),
membuat rancangan iklan, menyiapkan materi iklan hingga mengurus
pemasangan iklan di media massa dan media periklanan lainnya.
Perusahaan periklanan membuat perencanaan, desain, materi dan
pemasangan iklan berdasarkan perintah, informasi dan persetujuan dari
pihak pengiklan (produsen).
C. Fungsi Iklan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2017/04/macam-macam-bentuk-media-iklan.html
https://www.pahlevi.net/pengertian-iklan/
http://www.iklanvideotron.com/2017/07/mengapa-iklan-diperlukan/
https://web7crawler.wordpress.com/2014/10/06/bidang-bidang-pekerjaan-dalam-
perusahaan-periklanan/
http://www.iklanvideotron.com/2017/07/mengapa-iklan-diperlukan/
CARA BERBELANJA YANG SMART
Kegiatan berbelanja merupakan salah satu hal umum yang dapat dilakukan oleh
masyarakat. Terlebih sejalan dengan era perkembangan teknologi yang semakin
meningkat, maka hal tersebut berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat
menginginkan segala sesuatu hal yang mereka lakukan dan mereka inginkan dapat
dicapai seefisien mungkin. Pada era saat ini masyarakat memerlukan sistem
pembayaran yang lebih efektif, efisien dan tentunya transaksi tersebut aman untuk
dilakukan.
Berbelanja merupakan suatu aktivitas yang biasa dilakukan oleh setiap orang untuk
memenuhi kebutuhan dengan membeli barang/jasa melalui proses transaksi.
Sementara berbelanja yang smart merupakan aktivitas berbelanja seperti biasa
namun memperhatikan berbagai aspek kebutuhan, kemampuan, kualitas
barang/jasa dll sehingga ia mampu mengalokasikan keuangan yang dimiliki secara
efektif dan efisien dan kebutuhan utama tetap terpenuhi.
Berbelanja yang smart perlu diterapkan oleh semua semua orang. Bagi sebagian
orang, “lapar mata” saat belanja menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihilangkan.
Saat jalan-jalan ke tempat belanja, niat awal untuk sekadar lihat-lihat alias window
shopping, malah berujung memborong banyak barang karena sulit mengendalikan
diri.
Hedonisme yang dapat mengarah pada perilaku konsumtif merupakan kebiasaan
hidup yang dapat merusak keuangan yang dimiliki . Gaya hidup seperti ini sudah
melekat di kalangan generasi milenial. Gaji anak-anak muda ini habis untuk
nongkrong di kafe, jajan kopi, makan di restoran, jalan-jalan, dan perilaku konsumtif
lainnya tanpa memiliki tabungan maupun investasi. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan mengatur strategi yaitu dengan berbelanja yang smart. Mengalokasikan
keungan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
D. Kesimpulan
Berbelanja yang dilakakukan secara cerdas akan membuat seseorang menjadi
hidup hemat dan meminimalisir keperluan yang tidak perlu. Tentunya, berbelanja
dengan smart merupakan strategi utama yang harus dilakukan agar
keuangannya terarah. Langkah-langkah yang dapat dilakukan sederhana dan
mudah untuk dilakukan.
E. Daftar Pustaka
http://repository.wima.ac.id/17249/2/BAB%201.pdf
https://money.kompas.com/read/2020/01/23/140800826/jadilah-konsumen-cerdas-
perhatikan-5-hal-ini-saat-belanja?page=all
CARA MEMBELI BUSANA DAN AKSESORISNYA
1.Busana kerja
Busana ini dikenakan saat kita bekerja. Saat memilih busana ini,
sebaiknya kita pilih busana yang sopan dan rapi. Memilih busana kerja
juga harus sesuai dengan pekerjaan kita. Busana kerja kantoran bagi
seorang wanita biasanya terdiri dari celana/ rok, blus, dan kemeja,
sedangkan bagi pria biasanya terdiri dari jas, kemeja dan celana
Sumber : www.google.com
2. Busana sekolah/kuliah
Busana ini dipakai pada saat sekolah. Pada sekolah TK, SD, SMP, dan
SMA biasanya ada seragam yang modelnya sudah ditentukan oleh pihak
sekolah. Tetapi pemilihan busana untuk kuliah sebaiknya yang sopan,
rapi, memakai celana atau baju yang tidak terlalu ketat dan tidak
transparan. Hindari memakai kaos oblong. Pakailah kemeja atau baju
berkerah dan juga sepatu.
Gambar : Desain busana sekolah di Jepang
Sumber : www.google.com
3. Busana santai/rekreasi
Busana ini dipakai saat kita sedang bersantai atau berekreasi. Saat kita
bersantai, sebaiknya memilih busana yang berdesain sederhana tetapi
tetap terlihat stylist.
Sumber : www.google.com
4. Busana pesta
Busana ini dipakai untuk menghadiri acara pesta. Pemilihan busana pesta
juga harus memperhatikan waktu, karena hal itu juga sangat
mempengaruhi desainnya juga Busana pesta sengaja dipilih dengan
desain yang mewah dan glamour.
Sumber : www.google.com
5. Busana olahraga
Sumber : www.google.com
6. Busana khusus
Busana ini dikenakan pada waktu khusus, misalnya: saat pesta kostum,
pernikahan atau saat karnaval
Sumber : www.google.com
b. Scale
Skala aksesoris busana merupakan hal penting. Bila memakai pola,
aksesoris sederhana adalah pilihan terbaik. Aksesoris dan perhiasan
yang terlalu sibuk akan membuat cetakan terlihat norak. Hal yang
sama berlaku untuk mengacak-acak, berpayet, bordir atau menghiasi
pakaian: Kenakan aksesori bersahaja untuk menjaga penekanan
pada pakaian Anda.
c. Style
Berikut adalah beberapa aksesoris yang umum untuk
dipertimbangkan, tergantung pada gaya pribadi :
Aksesoris Classic – anting mutiara atau berlian–stud, syal
sutra, clutch kulit dan sepatu hitam klasik
Aksesoris Glamorous – anting chandelier, bib kalung,
cincin koktail yang besar, clutch kristal-menghiasi,
oversized sunglasses dan langit-tinggi heel,
Aksesoris Playful – perhiasan chunky, tas hobo, ikat
kepala, skinny belt dan berwarna-warni balet flat
Aksesoris Edgy – tebal manset gelang, kalung choker,
bertabur tas dan booties kulit hitam
Aksesoris hari kerja – kalung halus, menonton klasik, tas
bahu atau tas besar dan kitten heels
Aksesoris kasual – permen berwarna gelang atau jam
tangan, kacamata hitam Wayfarer, tas crossbody, floppy
topi dan sepatu bot setinggi lutut atau sandal espadrille
F. Daftar Pustaka
- https://bp-guide.id/AXXd5swq
- http://hartonomall.com/tips-memilih-busana-dan-aksesoris-busana-sesuai-
bentuk-tubuh/
- https://www.slightshop.com/cara-memilih-aksesoris-yang-pas-dengan-
busana/
- http://novfitrisih.blogspot.com/2011/05/busana-dan-aksesoris-dan-
penampilan.html
- https://elmodista.com/2020/02/11/penggolongan-busana-berdasarkan-
kesempatan/
-
III
UJIAN TENGAH SEMESTER
MENGHADAPI PERILAKU KONSUMTIF DI ERA EDUCATION 4.0
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Abad ke-21 ditandai dengan era revolusi industri 4.0 sebagai abad
keterbukaan atau abad globalisasi. Era revolusi industri 4.0 juga
mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan
tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih esensial, yakni
perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri yang
disebut era education 4.0.
Education 4.0 adalah program untuk mendukung terwujudnya
pendidikan cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas
pendidikan, perluasan akses dan relevansi memanfaatkan teknologi dalam
mewujudkan pendidikan Kelas Dunia untuk menghasilkan peserta didik
yang memiliki setidaknya 4 keterampilan abad 21 yaitu kolaborasi,
komunikasi, berpikir kritis dan kreatif, mengacu pada standar kompetensi
global dalam mempersiapkan generasi muda memasuki realitas kerja
global dan kehidupan abad 21. Era educaton 4.0 erat kaitannya dengan
sebuah pemanfaatan teknologi secara maskimal, banyak hal dapat
dilakukan melalui media online yang dipermudah dalam era ini, sebagai
contoh pedaftaran sekolah maupun perkuliahan melalui media online,
penyebaran surat edaran melalui via email, pembelajaran online, bahkan
banyak aplikasi yang menyediakan video pembelajaran beserta materi
yang biasa didapatkan di sekolah.
Pada era ini, identik dengan kehidupan yang segalanya dipermudah
dengan adanya teknologi. Hal ini menimbulkan beberapa pengaruh positif
dan juga negatif. Perubahan pola konsumsi masyarakat tampak pada
sikap konsumerisme, dan menjadikan konsumsi sebagai bagian dari
gaya hidup dengan memperhatikan prestise dan pencitraan. Hal ini
tidak terlepas dari perubahan yang terjadi akibat era revolusi industri
4.0 yang berdampak pada penjualan produk dengan memanfaatkan
teknologi, Dengan adanya era education 4.0 diharapkan mampu
menghadapi adanya perilaku konsumtif dengan menerapkan pola hidup
sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan, berfikir kritis, teliti dan
menerapkan hidup hemat.
b. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perilaku konsumtif dapat terjadi ?
b. Bagaimana system yang diterapkan dalam education 4.0 untuk
menghadapi perilaku konsumtif?
c. Bagamaina implementasi secara nyata untuk menghadapi perilaku
konsumtif di era education 4.0
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab dan dampak negatif dari perilaku
konsumtif
2. Untuk mengetahui cara menghadapi perilaku konsumtif di era
education 4.0
3. Untuk mengetahui implementasi secara nyata dalam menghadapi
perilaku konsumtif
BAB II
PEMBAHASAN
Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini merupakan dampak dari
adanya era industri 4.0. Adanya kemudahan dalam mengakses teknologi
terutama dalam hal berbelanja mendorong para konsumen untuk berperilaku
konsumtif karena semua perbelanjaan dapat dilakukan secara online. Para
konsumen diberi kemudahan dalam mengaksesnya, bahkan dalam segala
bidang. Menurut Penelitian oleh Dewi, Nas, & Riadi (2016) menunjukkan
bahwa faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan
keputusan terhadap pembelian produk, dipengaruhi oleh faktor kebudayaan,
pribadi, sosial dan psikologi. Dalam penelitian ini, perubahan terhadap
perilaku terutama pada segmen mahasiswa, pekerja profesional dan pekerja
berpenghasilan rendah yang memiliki tingkat ketergantungan pada teknologi
yang tinggi. Penyebab dari mundulnya perilaku tersebut diantaranya yaitu :
Era education 4.0 dengan masuknya pendidikan konsumen dalam mata pelajaran
merupakan hal penting untuk menghadapi perilaku konsumtif pada era tersebut.
Oleh karena itu pendidikan memiliki peran penting dalam mempersiapkan peserta
didik agar mampu berpikir kritis dalam pengelolaan keuangan sehingga terhindar
dari perilaku yang konsumtif. Dalam hal ini dukungan dari berbagai pihak terkait
sangatlah diperlukan agar mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang
mampu berpikir kritis dalam berkonsumsi.
Daftar Pustaka
ABSTRAK
Kegiatan mengkonsumsi barang/jasa merupakan salah satu hal umum yang dapat
dilakukan oleh masyarakat. Terlebih sejalan dengan era digitalisasi yang ditandai
dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hal tersebut berpengaruh terhadap
pola konsumsi masyarakat. Kemudahan dalam melakukan konsumsi mewujudkan
keinginan konsumen yang ingin berbelanja dengan cepat dan efisien. Banyak
fasilitas berbelanja yang dilakukan secara online merupakan perwujudan dari era
digitalisasi di bidang bisnis. Pada era ini, sebagai konsumen yang baik harus
memiliki sikap bijaksana agar terhindar sikap konsumtif dan hedonisme.
PENDAHULUAN
c. DUMB
Golongan dumb ini merupakan mengalami kejahatan dalam
golongan yang bukan pemilih berbelanja online. Oleh karena itu,
tetapi memiliki satu prinsip yang sebagai konsumen kita harus belajar
selalu ia gunakan. Konsumen
menjadi konsumen yang bijaksana dan
pada golongan ini tidak melihat
kualitas, nilai, ataupun benefit bijaksana agar terhindar dari hl-hal
yang akan didapatkan. buruk seperti penipuan, kekecewaam
Konsumen golongan ini membeli terhadap barang yang sudah dibeli,
suatu produk yang dengan sikap konsumtif, dan hedonisme. Ada
melihat harga yang paling banyak cara yang dapat dilakukan
murah. Saat produk tersebut untuk menjadi konsumen yang
memiliki harga murah, maka
bijaksana, diantaranya yaitu
dengan mudah juga mereka
akan membelinya. Contoh untuk a. Membuat prioritas dan
golongan dumb ini, ada orang membandingkan harga
yang ingin membeli sepatu. Putuskan apakah Anda benar-
Orang tersebut tidak akan benar membutuhkan barang yang
mencari sepatu dengan harga akan anda beli. Sebagai
yang mahal, namun mereka konsumen, Anda mungkin tergoda
akan membeli sepatu harga
untuk membeli barang secara
murah walaupun sepatu tersebut
akan cepat rusak. impulsif, terutama jika produk
ditampilkan dengan bagus. Tetapi
Perdagagan di era ini dipenuhi Anda harus mencoba memahami
oleh transaksi jual-beli maupun cara membelanjakan uang Anda
pemanfaatan jasa menggunakan dan menghindari membeli sesuatu
digital, dan platform yang digunakan hanya karena sedang diobral.
oleh para konsumen adalah gadget. Sebaliknya, pastikan barangnya
Alasan terbesar berbelanja sesuai dengan anggaran Anda
menggunakan gadget adalah lebih dan tidak akan membahayakan
flesibel dan lebih nyaman. Selain keuangan Anda.
itu,dapat dilakukan dimana saja, tidak Selain itu, sebelum Anda
membutuhkan waktu yang lama, membeli suatu barang, Anda
konsumen tidak perlu keluar membeli harus memastikan bahwa
barang karena barang akan dikirim dan penjualan tersebut bagus untuk
sampai pada tangan konsumen dengan anda. Anda dapat mengambil
aman. keputusan pembelian dengan
Semakin hari semakin banyak terlebih dulu membandingkan
masyarakat Indonesia yang beralih harga barang di beberapa
berbelanja via online. Hingga tahun pengecer berbeda secara online
2017, perilaku masyarakat Indonesia atau di toko.
dalam berbelanja online meningkat Carilah harga terendah untuk
sebesar 15% dari tahun sebelumnya. barang tersebut, karena beberapa
Konsumen dan produsen semakin pengecer mungkin memiliki
banyak yang beralih memanfaatkan penjualan yang lebih baik daripada
kecanggihan teknologi di yang lain. Baik online maupun off-
era digital. Tak jarang konsumen
line, hemat adalah prinsip terbaik dengan mudah melakukan
bagi seorang konsumen. transaksi.
Salah satu
b. Perhatikan image penjual di toko keunggulan marketplace misalnya
online uang yang anda bayarkan belum
Sebagai upaya kehati-hatian, bisa diterima penjual sampai anda
anda perlu mengetahui image toko menyatakan proses pembelian
online tujuan anda dengan selesai. Ketika barang sampai dan
beberapa cara. Misalnya melihat Anda merasa barang tidak sesuai
testimoni konsumen, rating dari dengan deskripsi, bahkan tidak
pelanggan (biasanya dengan logo sesuai yang Anda cari, bisa
bintang) dan bisa juga komplain dan barang dikembalikan
berdasarkan review yang bisa ke penjual dan uang dikembalikan
ditemukan di internet. ke Anda sepenuhnya.
Namun anda perlu hati-hati juga Sementara kekurangannya yaitu
sebab ada beberapa e-commerce kemudahan menjual barang
dan toko online yang membuat di marketplace tanpa harus
testimoni dan review palsu atau membangun brand juga rentan
hasil rekayasa di media sosial dan akan penjualan barang-barang
forum mereka. palsu.
Intinya adalah mencari informasi Sedangkan toko online adalah
sebanyak dan se-berkualitas sebuah toko yang menjual barang-
mungkin sebelum membeli. barang yang direalisasikan dalam
tampilan sebuah website yang
c. Memahami Keunggulan Dan dapat diakses saat terhubung
Kelemahan toko Online Ataupun dengan jaringan internet. Anda
Marketplaces bisa menjumpai banyak nama toko
Ketika ingin melakukan belanja online baik yang memiliki website
online, anda bisa memilih sendiri atau hanya menggunakan
menggunakan toko online media sosial seperti Instagram.
atau marketplace. Marketplace Keunggulan toko online
dapat disebut dengan pasar misalnya kualitas barang lebih
online. dapat dipercaya karena penjual
Beberapa contoh marketplace yan toko online biasanya punya produk
g populer di Indonesia saat ini sendiri, atau kerjasama dengan
seperti; Tokopedia, BukaLapak, produsen secara lebih khusus.
Lazada dan Elevenia. Selain mereka harus membangun
Pada prinsipnya, marketplace atau dan menjaga brand supaya tetap
pasar online akan bisa tumbuh berkelanjutan.
mempertemukan banyak penjual
dengan banyak d. Pahami hak dan kewajiban anda
pembeli. Marketplace menyediaka sebagai konsumen.
n tempat, fasilitas dan infrastruktur Hak dan kewajiban konsumen
agar penjual dengan pembeli bisa diantaranya yaitu :
Hak konsumen 1. Membaca atau mengikuti
petunjuk informasi dan
1. Hak atas kenyamanan, prosedur pemakaian barang
keamanan, dan dan jasa
keselamatan dalam 2. Beriktika baik dalam
mengkonsumsi barang melakukan transaksi
dan/atau jasa; pembelian barang dan jasa
2. Hak untuk memilih barang 3. Membayar sesuai dengan
dan/atau jasa serta nilai tukar yang disepakati
mendapatkan barang 4. Mengikuti upaya
dan/atau jasa tersebut penyelesaian hukum
sesuai dengan nilai tukar sengketa secara patut.
dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan; Kita dan konsumen Indonesia
3. Hak atas informasi yang lainnya, dinilai masih memerlukan
benar, jelas, dan jujur edukasi dan pemberdayaan agar
mengenai kondisi dan mengerti hak dan kewajiban
jaminan barang dan/atau
sebagi konsumen.
jasa;
4. Hak untuk didengar Ketidakpahaman kita sebagai
pendapat dan keluhannya konsumen terhadap hak dan
atas barang dan/atau jasa kewajiban menyebabkan masih
yang digunakan; sangat rendahnya keberanian kita
5. Hak untuk mendapatkan untuk melapor apabila dirugikan
advokasi, perlindungan, dan pelaku usaha.
upaya penyelesaian
“Konsumen Indonesia harus
sengketa perlindungan
konsumen secara patut; didorong agar berani melapor bila
6. Hak untuk mendapat dirugikan. Tidak usah takut karena
pembinaan dan pendidikan ada undang-undang yang
konsumen; menjamin,” ujar Ketua Pengurus
7. Hak untuk diperlakukan Harian Yayasan Lembaga
atau dilayani secara benar Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus
dan jujur serta tidak
Abadi ketika dihubungi, kemarin.
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan Konsumen Indonesia dilindungi
kompensasi, ganti rugi Undang-Undang Nomor 8 Tahun
dan/atau penggantian, 1999.
apabila barang dan/atau
jasa yang diterima tidak e. Lindungi data pribadi anda.
sesuai dengan perjanjian Terbongkarnya penyalahgunaan
atau tidak sebagaimana
data pengguna Facebook oleh
mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam lembaga bernama Cambridge
ketentuanperaturan Analitica untuk kepentingan politik,
perundang-undangan mengingatkan kita untuk selalu
lainnya. berhati-hati dan bijaksana terkait
data pribadi kita. Hal ini diperlukan
Kewajiban Konsumen
untuk mengantisipasi pencurian
kepada konsumen bahwa online
dan penyalahgunaan identitas.
shop ini benar-benar tidak fiktif.
f. Mengutamakan membeli produk
lokal berstandar nasional . 3. Tidak Menerima COD
Dengan membeli produk lokal di
era ekonomi digital yang begitu Cara teraman yang sering dilakukan
terbuka ini, kita sebagai konsumen oleh konsumen adalah COD (Cash on
setidaknya memberikan beberapa
kontribusi positif, misalnya: Delivery). Logikanya begini, para
penipu ini tidak mungkin bertemu
1. Memperluas lapangan kerja
langsung dengan konsumen karena
2. Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tidak memiliki barang.
3. Meningkatkan kualitas
produksi
4. Website Terlihat Janggal
4. Memperkuat rasa bangga
akan produk dalam negeri. Jika diperhatikan, foto yang terdapat
pada website penipuan ini terlihat
Online shop benar-benar telah menjadi
pasaran atau editan, tulisannya asal-
solusi berbelanja di era digital, dengan
kecanggihan teknologi yang ada, maka asalan, dan terlalu banyak meyakinkan
kerap kali terjadi penipuan bahwa mereka
secara online di Indonesia. Terdapat 5
ciri yang menandakan online shop bukan website penipuan.
tersebut adalah penipu, diantaranya
yaitu :
5. Sudah Murah, Ditambah
Diskon Pula
1. Melakukan Promosi Melalui
SMS Ciri-ciri paling mencolok dari
Sering sekali penipuan melalui SMS penipuan online shop adalah
yang berisi produk gadget yang super menawarkan barang dagangan dengan
murah. Para penipu ini berharap dari harga diskon yang fantastis atau besar-
1000 SMS yang terkirim, mungkin ada besaran.
Apabila ditarik garis besarnya ,Di
100 orang lugu yang akan tersangkut
tengah kemudahan transaksi digital
dalam aksinya. saat ini, kita sebagai konsumen
cenderung terus mencari cara untuk
2. Tidak Ada Alamat Toko menghemat waktu, uang dan energi
serta supaya tetap terlindungi ketika
Ini yang sering terjadi, walaupun tidak melakukan pembelian.
memiliki alamat toko, setidaknya ada Untuk menjadi konsumen yang
alamat sang penjual sebagai informasi bijaksana, kita harus memahami apa
yang kita butuhkan, apa yang dapat
kita bayar, bagaimana deskripsi, bahkan tidak sesuai dengan
mempertahankan anggaran kita dan yang dicari, bisa komplain dan barang
memiliki kemauan untuk tidak dikembalikan ke penjual dan uang
melakukan pembelian yang boros. dikembalikan sepenuhnya atau dengan
Disisi lain, kita juga perlu banyak kebijakan lainnya. Untuk menjadi
mempelajari segala hal tentang konsumen yang bijaksana, kita harus
ekonomi digital, terutama yang memahami apa yang kita butuhkan,
berkaitan dengan hak dan kewajiban apa yang dapat kita bayar, bagaimana
konsumen, berbagai review dan mempertahankan anggaran kita dan
pengalaman dari konsumen lain baik memiliki kemauan untuk tidak
yang positif maupun negatif dan melakukan pembelian yang boros.
memahami segala ketentuan yang Disisi lain, kita juga perlu banyak
berlaku sebelum melakukan transaksi. mempelajari segala hal tentang di era
digitalusasi, terutama yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban konsumen,
Menjadi konsumen yang
berbagai review dan pengalaman dari
bijaksana tentu memberikan
konsumen lain baik yang positif
keuntungan bagi yang menerapkannya.
maupun negatif dan memahami segala
Selain membantu dan memudahkan
ketentuan yang berlaku sebelum
konsumen lain dalam melakukan
melakukan transaksi.
transaksi belanja online, keuntungan
lainnya yang akan kita dapatkan ketika
DAFTAR PUSTAKA
menjadi konsumen bijaksana adalah :
[1] https://www.qlausa.com/digitalisasi-
bisnis-di-era-revolusi-4-0/
[2] http://dewina-journal.foutap.com/
karakter-konsumen-di-era-digital/
[3] https://indonesiaimaji.com/menjadi-
konsumen-cerdas-di-era-ekonomi-
digital/
Z
[4] https://joecandra.com/kunci-utama-
a. Mendapatkan barang
sesuai dengan harapan berbelanja-online-di-era-digital-
kita. adalah-menjadi-konsumen-cerdas/
[5] Wikipedia
b. Terhindar dari kecurangan [6] http://repository.upi.edu/5260/4/
penjualan. S_PKK_0607466_Chapter1.pdf
[7] http://eprints.ums.ac.id/36498/6/BAB
%20I%20%281%20-%209%29.pdf
c. Terhindar dari segala
bentuk penipuan online.
KESIMPULAN
Ketika mengkonsumsi barang/jasa dan
merasa barang tidak sesuai dengan