Anda di halaman 1dari 111

PORTOFOLIO TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN KONSUMEN

Dosen Pengampu :

Dr. Dra. Sri Wening M.Pd.

OLEH :

Meita Yustika Aisah

19513241012

PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
I

LAPORAN MATA KULIAH PENDIDIKAN KONSUMEN

TUGAS KELOMPOK

Disusun oleh :

 Uswatun Hasanah 19513241004


 Meita Yustika Aisah 19513241012
 Hasanah Arum P 19513241015
 Arba Septia Permata 19513241018
 Marina Dwi Astuti 19513241022
 Ferika Ayunda C 19513241037
 Nufa Maula Az Zahra 19513241038
IMPLEMENTASI HAK DAN KEWAJIBAN SERTA PERLINDUNGAN KONSUMEN

KRONOLOGI KASUS

Peristiwa terjadi pada tanggal 12 Desember 2019 sekitar jam 16.00 -


17.00. Padahari itu Pendidikan Busana kelas A melaksanakan praktek Teknologi
Tekstil di Lab kimiapada jam 14.30 – 17.50 .Sekitar jam 16.00 diketahui bahwa
bahan praktik yaitu tawas telah habis. Nufa selaku mahasiswi Pendidikan Busana
kelas A menjadiperwakilanuntukpergimembelitawas. Dikarenakanwaktusudahterlalu
sore maka hampir seluruh toko bangunan sudah tutup. Setelah beberapa menit
mengitari daerah sekitar kampus ,ternyata ada satu toko bangunan yang masih
buka. Toko terletak di depan GOR UNY ,tepatnya Jl. Colombo No. 46 , Karang
Malang , Caturtunggal , Kec. Depok ,KabupatenSleman , Daerah Istimewa
Yogyakarta , Toko Bangunan Pulung Jaya.

Setelah sampai di tokonya ,Nufa memberitahu ibu penjaga tokonya


hendak membeli tawas sebanyak 1kg. Lalu ibu tersebut mencatatnya di nota
pembelian serta memberitahu karyawannya untuk menimbangkan tawas sebanyak
1kg. Penimbangan tawas dilakukan di belakang sehingga Nufa tidak melihat proses
penimbangan secara langsung. Setelah beberapa menit menunggu keluarlah
karyawan toko tersebut lalu memberikan tawas sebanyak 1kg kepada Nufa.
Dikarenakan waktu yang sudah terlalu sore membuat nufa terburu-buru sehingga
tidak mengecek ulang barang yang dibelinya juga pengetahuan mengenai banyak
barang sesuai takarannya membuat nufa memasrahkan hal tersebut kepada penjual
dan meyakini bahwa barang yang diterima sudah sesuai apa yang diminta.

Sekembalinya Nufa ke Lab kimia ,ia memberikan tawas tersebut


kepada dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Tekstil. Namun ibu dosen terlihat
ragu dengan tawas yang saya beli apakah benar sebanyak 1kg karena jumlah tawas
yang Nufa beli terlihat lebih sedikit dari takaran yang seharusnya. Kemudian Ibu
dosen menimbang ulang tawas yang Nufa beli dan ternyata tawas yang diterima
hanya sebanyak 600gram.
DASAR

UU No. 8 Tahun 1999 Pasal 4 dan Pasal7 ,yaitu :

Bagian Pertama
Hak dan Kewajiban Konsumen

Pasal 4

Hak konsumen adalah :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi


barang dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuanperaturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 7

Kewajiban pelaku usaha adalah :

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta member penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
e. Member kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barangdan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi
atasbarang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g. Member kompensasi, ganti rugidan/atau penggantian apabila barangdan/atau
jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
ANALISIS KASUS

Hal-hal Yang dilanggar Berdasarkan UU No.8 Thn 1999 Pasal 4 dan Pasal 7

KONSUMEN PRODUSEN
1. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan 1. Beritikad baik dalam
jujur mengenai kondisi dan jaminan melakukan kegiatan
barangdan/ataujasa; usahanya;

- Transaksi antara konsumen dan produsen - Produsen


tidak transparan ,konsumen tidak melihat melakukan
proses penimbangan secara langsung. kecurangan
- Konsumen kurang teliti , tidak memastikan dengan
kembali barang yang diterima sudah memanipulasi
sesuai apa belum timbangan

2. Hak untuk mendapatkan kompensasi, 2. Memberikan


ganti rugi dan/atau penggantian, apabila informasi yang
barang dan/atau jasa yang diterima tidak benar, jelas dan jujur
sesuai dengan perjanjian atau tidak mengenai kondisi
sebagaimana mestinya; dan jaminan barang
dan/atau jasa serta
- Konsumenmengetahuibahwabarang yang member penjelasan
diterimatidaksesuai , penggunaan,
namuntidakmemintagantirugi perbaikan dan
pemeliharaan;

- Produsen tidak
jujur ,barang yang
diberikan kepada
konsumen tidak
sesuai dengan
takaran yang
diminta

Agar Hak-hak Konsumen tidak dilanggar ,kewajiban Konsumen diterapkan , dan


perlindungan konsumen terjaga , Proses Jual Beli harus dilakukan dengan
semestinya , yaitu :

- Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli mengenai transaksi


pembelian
- Konsumen harus teliti dalam membeli barang ,perhatikan kondisi barang
serta jumlahnya apakah sudah sesuai
- Produsen harus menerapkan kejujuran ,dan tidak berlaku curang demi
mendapatkan keuntungan

Apabila terjadi kerugian

KONSUMEN PRODUSEN
Konsumen melapor kepada produsen Produsen mengecek kembali laporan
bahwa ada ketidaksesuaian dengan dari konsumen apakah benar barang
barang yang dibeli , lalu meminta yang diterima tidak sesuai dengan
kompensasi / ganti rugiatas barang yang permintaan. Produsen mengecek nota
dibeli pembelian konsumen sebagai bukti
bahwa konsumen benar berbelanja di
toko tersebut. Apabila benar terjadi
ketidak sesuaian barang yang diterima
konsumen hendaknya produsen
memberikan kompensasi terhadap
barang yang dibeli konsumen.
SPESIFIKASI BARANG YANG IDEAL SEHINGGA

BERDAMPAK ADANYA KONSUMEN FANATIK

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik. Makalah “Spesifikasi Barang Yang Ideal Sehingga Berdampak Adanya
Konsumen Fanatik” ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan
konsumen.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan. Namun


terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 28 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang.........................................................................................................

Rumusan Masalah...................................................................................................

Tujuan.......................................................................................................................

BAB II Isi

BAB III PENUTUP

Saran.........................................................................................................................

Kesimpulan...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsumen adalah semua pihak yang menggunakan barang/ jasa yang ada di
masyarakat, baik untuk kepentingan pribadi, orang lain, dan mahluk hidup lainnya
dan tidak untuk dijual kembali.Spesifikasi barang ideal yang membuat para
konsumen fanatik terhadap barang meliputi harga, ketersediaan, kualitas,
manfaat.,dan tingkat kepuasan pelanggan.

Penyusunan spesifikasi teknis juga dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Pada


pasar persaingan sempurna dimana jumlah penyedia dan barang/jasa tersedia
dalam jumlah yang cukup dan berimbang.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian konsumen?


b. Apa pengertian konsumen fanatik?
c. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen menjadi fanatik terhadap suatu
produk?
d. Apa spesifikasi barang ideal yang membuat para konsumen fanatik terhadap
suatu barang?
e. Apa saja dimensi kualitas produk?
f. Apa saja spesifikasi dari dimensi kualitas produk barang yang relevan dengan
pelanggan?

1.3 Tujuan

a. Menjelaskan definisi konsumen


b. Menjelaskan defiisi konsumen fanatik
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen fanatik
d. Mengetahui spesifikasi barang ideal yang membuat para konsumen fanatik
terhadap suatu barang.
e. Mengetahui dimensi kualitas produk.
f. Mengetahui spesifikasi dari dimensi kualitas produk barang yang relevan dengan
pelanggan.
BAB II

ISI

Adapun spesifikasi barang ideal yang membuat para konsumen fanatik


terhadap barang tersebut, meliputi :

1. Hal dasar yang mempengaruhi tingkat kesuksesan suatu produk atau layanan
di pasaran yaitu harga, ketersediaan, dan kualitas.
2. Konsumen sangat mebutuhkan produk atau layanan yang berkualitas tinggi,
harga terjangkau, dan sesuai dengan manfaat yang diperoleh.
3. Organisasi atau perusahaan akan mampu bersaing di pasaran jika tingkat
kepuasan pelanggan cukup tinggi.

Penyusunan spesifikasi teknis juga dipengaruhi oleh mekanisme pasar, di


mana persaingan sempurna ketika jumlah penyedia dan barang/jasa tersedia dalam
jumlah yang cukup dan berimbang. Spesifikasi teknis bersifat umum karena ada
banyak merek dan penyedia yang dapat memenuhi kebutuhan.

Pada pasar oligopoli dimana persaingan hanya terjadi pada beberapa


penyedia maka penyusunan spesifikasi teknis menjadi terbatas. Kompleksitas
proses penyusunan spesifikasi teknis adalah menjaga tingkat persaingan tetap
wajar. Oligopolistik ini sering terjadi karena penguasaan beberapa penyedia
terhadap tingkat kualitas, kuantitas, sumber atau lokasi barang/jasa yang
dibutuhkan.

Pada pasar monopolistik dimana tingkat persaingan sangat rendah yaitu pada
saat barang/jasa yang dibutuhkan hanya dikuasai oleh satu penyedia. Dalam kondisi
seperti ini spesifikasi teknis pada akhirnya mengarah pada merek tertentu. Dari
kriteria-kriteria pasar seperti ini dapat dipetakan daya tarik pembeli dimata penyedia
kedalam Matrix Kraljilc Box berbentuk Supplier Perception Model.

Kondisi pasar atau persepsi Zpenyedia terhadap pasar pemerintah juga harus
menjadi pertimbangan dalam menyusun spesifikasi teknis. Penyusunan spesifikasi
teknis yang tidak sesuai dengan kondisi pasar akan menjadi add cost
(kerugian/tambahan biaya) diantaranya adalah pelelangan/seleksi gagal yang pada
akhirnya menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan.

Kondisi ideal bagi sebuah proses pelelangan/seleksi adalah apabila dimata


penyedia pengguna sangat atraktif dan menarik. Pada kotak Develop meskipun nilai
belanja tidak terlalu besar, penyedia menjadi sangat kooperatif. Pada kotak Core
dimana nilai belanja sangat besar membuat posisi pembeli dimata penyedia sebagai
klien utama yang tidak bisa diabaikan. Kondisi ideal ini umumnya terjadi pada
barang/jasa Laverage pada matrix Supply Positioning Model.

Sementara barang/jasa Routine, Bottleneck dan Critical Strategic penyedia


cenderung memposisikan diri sebagai exploit bahkan nuisance. Penyedia Exploit
tidak terlalu tertarik untuk menjadi penyedia kecuali hanya pada nilai belanja yang
besar. Targetnya hanyalah bagaimana mengeruk keuntungan sejauh yang
memungkinkan.

Nuisance sama sekali tidak tertarik sehingga kalaupun mengajukan


penawaran sifatnya hanya mengganggu proses dan sampai suatu saat pembeli
dalam kondisi terdesak untuk membeli pada mereka.

Agar barang/jasa routine, bottleneck atau Critical Strategic tidak terjebak


penyedia exploit atau nuisance. Spesifikasi teknis harus disusun mempertimbangkan
aspek-aspek kuantitas, waktu dan lokasi/sumber yang tepat.

Untuk barang/jasa routine dimana nilai belanja cenderung kecil semaksimal


mungkin menetapkan kualitas yang homogen dipasar penyedia sehingga penyedia-
penyedia baru dapat ikut berkompetisi. Atau menggeser barang/jasa routine ke
kotak laverage dengan cara menambah volume, lewat konsolidasi barang/jasa
(kuantitas) dengan unit kerja lain, sehingga nilai belanja menjadi besar.

Untuk barang/jasa bottleneck dan Critical Strategic spesifikasi teknis harus


terus dilakukan value analysis dan jika diperlukan pada komponen sumber/lokasi
dilakukan perluasan pasar sehingga penyedia baru bisa didapatkan. Jika dari hasil
value analysis tidak tersedia penyedia baru maka opsi value engineering yaitu
meng-create spesifikasi teknis barang/jasa alternatif yang dapat memenuhi
kebutuhan. Opsi lainnya adalah melakukan konsolidasi barang/jasa (kuantitas)
dengan unit kerja lain sehingga nilai belanja menjadi besar dan daya tarik penyedia
dapat bergeser ke develop atau core.

Dimensi Kualitas Produk

Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono (2008:25-26) mengemukakan bahwa


kualitas produk memiliki beberapa dimensi, antara lain :

1. Performance (kinerja)
Karakteristik operasi dan produk inti (core product) yang dibeli. Misalnya
kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan dalam penggunaan.
2. Durability (daya tahan)
Daya tahan menunjukan usia produk yaitu jumlah pemakaian suatu produk
sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu
semakin awet, produk yang awet akan dipersepsikan lebih berkualitas
dibanding produk yang cepat habis atau cepat diganti. Daya tahan (Durability)
berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan
produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi)
Kesesuaian yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya pengawasan kualitas
dan desain. Standar karakteristik operasional adalah kesesuaian kinerja
produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam “janji”
yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi
ini berarti sesuai dengan standarnya,
4. Features (fitur)
Karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu
produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Fitur bisa
meningkatkan kualitas produk jika kompetitor tidak memiliki fitur tersebut. Ciri-
ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan karakteristik
sekunder atau pelengkap.
5. Reliability (reabilitas Keandalan)
Kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai. Misalnya
pengawasan kualitas dan desain, standar karakteristik operasional
kesesuaian dengan spesifikasi
6. Aesthetics (estetika)
Daya tarik produk terhadap panca indera, misalkan bentuk fisik, model atau
desain yang artistik, warna dan sebagainya
7. Perceived quality (kesan kualitas)
Persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu
produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau
ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya
dari aspek harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara
pembuatnya. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan
reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
8. Serviceability
Kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki (Serviceability),
meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi serta
penanganan keluhan yang memuaskan.Produk yang mampu diperbaiki tentu
kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit
diperbaiki

Menurut Martinich dalam Badri (2011:63), ada enam spesifikasi dari dimensi kualitas
produk barang yang relevan dengan pelanggan.

1. Performance (hal terpenting bagi pelanggan yaitu apakah kualitas produk


menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau apakah pelayanan diberikan
dengan cara yang benar)
2. Range and type of features (selain fungsi utama dari suatu produk dan
pelayanan pelanggan sering kali tertarik pada kemampuan/keistimewaan
yang dimiliki produk dan pelayanan).
3. Reliability dan durability (kehandalan produk dalam penggunaan secara
normal dan berapa lama produk dapat digunakan hingga perbaikan
diperlukan)
4. Maintainability and Serviceability (kemudahan untuk pengoperasian produk
dan kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen pengganti).
5. Sensory Characteristic (penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera, dan
beberapa faktor lainnya mungkin menjadi aspek penting dalam kualitas.
6. Ethical profile and image (kualitas adalah bagian terbesar dari kesan
pelanggan terhadap produk dan pelayanan).
PENUTUP

Dari pemaparan materi mengenai spesifikas ibarang yang ideal, dapat


diketahui bahwa spesifikasi barang ideal meliputi dimensi kualitas produk yang
menurut Tjiptono(2008:25-26) adalah meliputi performance (kinerja), durability
(dayatahan), conformance to specification (kesesuaiandenganspesifikasi, features
(fitur), reability (reabilitaskeandalan), aesthetics (estetika/keindahan), dan perceived
quality (kesankualitas). Kefanatikan konsumen terhadap suatu produk secara tidak
langsung dipengaruhi oleh kondisi pasar saat itu.Selain itu harga, ketersediaan, dan
kualitas juga menjadi hal utama yang dipertimbangkan sebelum kita berkonsumsi.

Hal hal seperti yang telah disebutkan diatas harus sangaat diperhatikan
sebelum kita mengonsumsi barang atau jasa.Dimaksdukan agar kita tidak
mengalami kekecewaan setelah menerima atau memakai barang atau jasa tersebut.
Konsumen juga harus mengtahui apa-apa saja yang harus diperhatikan dan dinilai
sebelum kita memutuskan untukmembeli barang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-konsumen.html

https://samsulramli.net/2014/02/11/analisa-pasar-untuk-menyusun-spesifikasi/

https://www.hestanto.web.id/kualitas-produk/
STANDAR NASIONAL INDONESIA

Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
laporan ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga laporan ini bisa disusun
dengan baik. Laporan “Standar Nasional Indonesia” ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah pendidikan konsumen.

Kami berharap semoga laporan ini bisa menambah pengetahuan. Namun


terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya laporan selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 8 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang...........................................................................................................

Tujuan........................................................................................................................

Manfaat......................................................................................................................

BAB II Isi

BAB III PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................................

Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

SNI adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional


dan berlaku secara nasional terhadap barang, jasa, proses, sistem, dan personel
yang telah memenuhi ketentuan atau spesifikasi teknis.SNI tidak diwajibkan pada
semua barang dan bersifat sukarela untuk ditetapkan oleh pelaku usaha. Akan
tetapi, dalam hal yang berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan,
kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup danatau
pertimbangan ekonomis, instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib
sebagian atau seluruh spesifikasi teknis dan atau parameter dalam SNI.Jika untuk
barang dan atau jasa, proses, sistem dan personel tersebut telah ditetapkan SNI,
maka pelaku usaha harus memiliki sertifikat atau tanda SNI (Pasal 15 PP 102/2000).

1.2 Tujuan

g. Mengetahui definisi SNI.


h. Mengetahui ciri-ciri barang, jasa, proses, sistem, dan personel yang telah
memenuhi ketentuan atau spesifikasi teknis.
i. Mengetahui ketentuan SNI
j. Mengetahui contoh barang wajib berlabel SNI.
k. Mengetahui kerugian produsen dan konsumen dengan tidak adanya label SNI.
l. Mengetahui manfaat produk SNI.
m. Mengetahui dasar hukum yang mengatur SNI.

1.3 Manfaat

a. Penulis
1. Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan konsumen
2. Mengetahui informasi mengenai SNI
b. Masyarakat
1. Menambah pengetahuan mengenai SNI
2. Menjadi lebih cermat dalam mengonsumsi suatu produk
BAB II

ISI

SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah sistem manajemen mutu untuk


produk yaitu standar yang mengatur apakah proses suatu produk yang dihasilkan
telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Indonesia.Berdasarkan Pasal 1
angka 3 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional,
SNI adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dan berlaku
secara nasional terhadap barang dan atau jasa, proses, sistem dan personel yang
telah memenuhi ketentuan/spesifikasi teknis.

Barang dan atau jasa, proses, sistem, dan personel yang telah memenuhi
ketentuanatauspesifikasi teknisdapat diberikan sertifikat dan atau dibubuhi tanda
SNI(Pasal 14 ayat [1] PP 102/2000) :

1. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/laboratorium yang


telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem atau
personel telah memenuhi standar yang dipersyaratkan (Pasal 1 angka 12 PP
102/2000).
Sertifikat yang diberikan dapat berupa sertifikat hasil uji, sertifikat kalibrasi,
sertifikat sistem mutu, sertifikat sistem manajemen lingkungan, sertifikat produk,
sertifikat personel, sertifikat pengelolaan hutan produksi lestari, sertifikat inspeksi,
sertifikat keselamatan (Penjelasan Pasal 14 ayat [1] PP 102/.2000).

2. Tanda SNI adalah tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada barang kemasan atau
label yang menyatakan telah terpenuhinya persyaratan Standar Nasional
Indonesia (Pasal 1 angka 13 PP 102/2000).
Ketentuan SNI

3. SNI tidak diwajibkan pada semua barang. Berdasarkan Pasal 12 ayat (2) PP
102/2000, SNI bersifat sukarela untuk ditetapkan oleh pelaku usaha. Akan tetapi,
dalam hal SNI berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan,
kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau
pertimbangan ekonomis, instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib
sebagian atau seluruh spesifikasi teknis dan atau parameter dalam SNI (Pasal 12
ayat [3] PP 102/2000).
4. Jika suatu barang atau jasa telah diberlakukan SNI wajib, maka pelaku usaha
yang barang atau jasanya tidak memenuhi dan/atau tidak sesuai dengan SNI
wajib, tidak boleh memproduksi dan/atau mengedarkan barang atau jasa
tersebut (Pasal 18 ayat (1) PP 102/2000).
5. Jika pelaku usaha telah memperoleh sertifikat produk dan/atau tanda SNI dari
lembaga sertifikasi produk, pelaku usaha tersebut dilarang memproduksi dan
mengedarkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi SNI (Pasal 18 ayat [2]
PP 102/2000).
6. SNI yang telah diberlakukan secara wajib, tidak hanya dikenakan pada barang
dan/atau jasa yang produksi dalam negeri, tetapi juga berlaku untuk barang
dan/atau jasa impor (Pasal 19 ayat [1] PP 102/2000).
Contoh barang yang wajib SNI antara lain:

1. Mainan anak-anak, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian


Republik Indonesia No. 24/M-IND/PER/4/2013 Tahun 2013 Tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Mainan Secara Wajib (“Permen
Perindustrian 24/2013”). Mainan yang dimaksud adalah setiap produk atau
material yang dirancang atau dengan jelas diperuntukkan penggunaannya oleh
anak dengan usia 14 (empat belas) tahun ke bawah untuk bermain dengan
penggunaan yang normal maupun kemungkinan penggunaan yang tidak wajar
sesuai dengan kebiasaan seorang anak (Pasal 1 angka 1 Permen Perindustrian
24/2013).
2. Ban, yang diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.
11/M-IND/PER/1/2012 Tahun 2012 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Ban Secara Wajib sebagaimana terakhir diubah dengan
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 27/M-IND/PER/5/2013
Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 11/M-IND/PER/1/2012 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Ban Secara Wajib;
3. Semen, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No. 18/M-IND/PER/2/2012 Tahun 2012 Tentang Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) Semen Secara Wajib;
4. Pupuk anorganik tunggal, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No. 16/M-IND/PER/2/2012 Tahun 2012
Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pupuk Anorganik
Tunggal Secara Wajib;
5. Air minum dalam kemasan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No. 49/M-IND/PER/3/2012 Tahun 2012
Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) Secara Wajib;
6. Helm, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 40/M-IND/PER/6/2008 Tahun 2008 Tentang Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda
Dua Secara Wajib dan lain-lain.
Kerugianprodusen jika barang tidak berlabel SNI berdasarkan Pasal 24 ayat [1] PP
102/2000 :

1. Sanksi administratif dapat berupa pencabutan sertifikat produk dan/atau


pencabutan hak penggunaan tanda SNI, pencabutan izin usaha, dan/atau
penarikan barang dari peredaran (Pasal 24 ayat [2] PP 102/2000).
2. Sanksi pidana berupa sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Pasal 24 ayat [5] PP 102/2000). Yang dimaksud peraturan perundang-
undangan yang berlaku antara lain peraturan perundang-undangan di bidang
Perindustrian, Ketenagalistrikan, Kesehatan, Perlindungan Konsumen dan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan Standardisasi
Nasional (Penjelasan Pasal 24 ayat [5] PP 102/2000).
Kerugian konsumen dengan barang yang tidak berlabel SNI :

1. Rasa tidak aman karena adanyaproduk-produktidakber-SNI di pasaran.


2. Rasa tidak percayapadaproduksemakinmeningkatkarenadengan tidak ada tanda
SNI padaprodukakanmenyebabkan tidak adanya jaminanproduktersebut lulus
ujidansertifikasisesuaidengan SNI yang diterapkan
Manfaat Produk SNI :

1. Kepuasaan pelanggan dengan penyampaian produk secara konsisten dalam


memenuhi persyarat persyaratan pelanggan.
2. Mengurangi biaya oprasional dengan peningkatan berkesinambungan pada
proses-proses dan hasil dari efisiensi oprasional.
3. Peningkatan hubungan pada pemegang kepentingan termasuk para karyawan,
pelanggan dan pemasok.
4. Persyaratan pematuhan hukum dengan pemahaman bagaimana persyaratan
suatu peraturan dan perundang-undangan tersebut memiliki pengaruh tertentu
pada suatu organisasi para pelanggan
5. peningkatan pada pengendalian manajemen resiko dengan konsistensi secara
terus menerus dan adanya mampu telurus suatu produk dan pelayanan.
Dasar Hukum:

1. Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional;


2. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
40/M-IND/PER/6/2008 Tahun 2008 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua Secara
Wajib;
3. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 16/M-IND/PER/2/2012
Tahun 2012 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pupuk
Anorganik Tunggal Secara Wajib;
4. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 18/M-IND/PER/2/2012
Tahun 2012 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Semen
Secara Wajib;
5. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 49/M-IND/PER/3/2012
Tahun 2012 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) Secara Wajib;
6. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 24/M-IND/PER/4/2013
Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Mainan
Secara Wajib; dan
7. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 11/M-IND/PER/1/2012
Tahun 2012 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Ban
Secara Wajib sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No. 27/M-IND/PER/5/2013 Tahun 2013
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 11/M-
IND/PER/1/2012 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Ban
Secara Wajib.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, pada dasarnya tidak semua barang atau jasa wajib berlabel SNI.
Biasanya SNI wajib diberlakukan pada hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan
keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan
hidup dan atau pertimbangan ekonomis. Serta dengan adanya label SNI ini dapat
memberikan keuntungan baik dari sisi produsen maupun konsumen.

3.2 Saran

a. Produsen
Sebaiknya tetap memberi label SNI pada produknya agar memberi jaminan
keselamatan, keamanan, dan kesehatan pada konsumen.
b. Konsumen
Sebaiknya lebih cermat dalam membeli produk agar tetap keselamatan,
keamanan, kesehatan, atau pelestarian lingkungan hidup dan atau
pertimbangan ekonomis menjadi hal yang utama.

DAFTAR PUSTAKA

http://yiziep.blogspot.com/2019/09/pengertian-produk-sni-dan-manfaat-sni.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/gsujayanto/apa-
perlunya-sni-dan-apa-manfaatnya_56cbe8c7597b61341daad1fc

read:https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl3855/apakah-semua-
produk-jasa-wajib-sni/
II
PAPER INDIVIDU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
4. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun
tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak,
dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang
dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan,
atau dimanfaatkan oleh konsumen.
5. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan
atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
dimanfaatkan oleh konsumen.
6. Promosi adalah kegiatan pengenalan atau
penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa
untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang
dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.
7. Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang ke
dalam daerah pabean.
8. Impor jasa adalah kegiatan penyediaan jasa asing untuk
digunakan di dalam wilayah Republik Indonesia.
9. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat adalah lembaga non-Pemerintah yang
terdaftar dan diakui oleh Pemerintah yang mempunyai
kegiatan menangani perlindungan konsumen.
10. Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan
syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan
terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang
dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian
yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
11. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan
yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa
antara pelaku usaha dan konsumen.
12. Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan
yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan
perlindungan konsumen.
13. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi bidang perdagangan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta
kepastian hukum.
Pasal 3
Perlindungan konsumen bertujuan :
1. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri;
2. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan
cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian
barang dan/atau jasa;
3. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai
konsumen;
4. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan
informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai
pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh
sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha;
6. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang
menjamin kelangsungan usaha produksi barang
dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Pertama
Hak dan Kewajiban Konsumen
Pasal 4
Hak konsumen adalah :
1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan/atau jasa yang digunakan;
5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan
upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut;
6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen;
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif;
8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Pasal 5
Kewajiban konsumen adalah :
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau
jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang dan/atau jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Pasal 6
Hak pelaku usaha adalah :
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan
kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan
konsumen yang beritikad tidak baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di
dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara
hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Pasal 7
Kewajiban pelaku usaha adalah :
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar
dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan
standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,
dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta
memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang dterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
BAB IV
PERBUATAN YANG DILARANG
BAGI PELAKU USAHA
Pasal 8
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang :
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto,
dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang
dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan
jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang
sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau
kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket
atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses
pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu
sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan
barang dan/atau jasa tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label,
etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang
dan/atau jasa tersebut;
g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka
waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas
barang tertentu;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,
sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan
dalam label;
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang
yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau
netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan,
akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut
ketentuan harus di pasang/dibuat;
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang
rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi
dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan
atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1)
dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa
tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.
Pasal 9
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan,
mengiklan-kan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar,
dan/atau seolah-olah :
a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki
potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu,
gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah
atau guna tertentu;
b. barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;
c. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan
dan/atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan
tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesori
tertentu;
d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan
yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi;
e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;
f. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;
g. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang
tertentu;
h. barang tersebut berasal dari daerah tertentu;
i. secara langsung atau tidak langsung merendahkan
barang dan/atau jasa lain;
j. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman,
tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek
sampingan tanpa keterangan yang lengkap;
k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang
belum pasti.
(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang untuk diperdagangkan.
(3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat
(1) dilarang melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan
barang dan/atau jasa tersebut.
Pasal 10
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan,
mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang
tidak benar atau menyesatkan mengenai :
a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;
b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas
suatu barang dan/atau jasa;
d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang
ditawarkan;
e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.
Pasal 11
Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara
obral atau lelang, dilarang mengelabui/menyesatkan konsumen
dengan :
a. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah
telah memenuhi standar mutu tertentu;
b. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah
tidak mengandung cacat tersembunyi;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan
melainkan dengan maksud untuk menjual barang lain;
d. tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu
dan/atau jumlah yang cukup dengan maksud menjual
barang yang lain;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau
dalam jumlah cukup dengan maksud menjual jasa yang
lain;
f. menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa
sebelum melakukan obral.
Pasal 12
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau
mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan harga atau
tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha
tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai
dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau
diiklankan.
Pasal 13
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau
mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan cara
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain
secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau
memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.
(2) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau
mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat
kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain.
Pasal 14
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah
melalui cara undian, dilarang untuk :
a. tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu
yang dijanjikan;
b. mengumumkan hasilnya tidak melalui media masa;
c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
d. mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah
yang dijanjikan.
Pasal 15
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa dilarang
melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat
menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap
konsumen.
Pasal 16
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui
pesanan dilarang untuk :
a. tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu
penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan;
b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau
prestasi.
Pasal 17
(1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :
a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas,
bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa
serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau
jasa;
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau
jasa;
c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat
mengenai barang dan/atau jasa;
d. tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian
barang dan/atau jasa;
e. mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa
seizin yang berwenang atau persetujuan yang
bersangkutan;
f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai periklanan.
(2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran
iklan yang telah melanggar ketentuan pada ayat (1).
BAB V
KETENTUAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU
Pasal 18
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau
mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau
perjanjian apabila:
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;
c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang
dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada
pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak
yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan
barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan
konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan
yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau
pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku
usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang
dibelinya;
h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada
pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak
gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli
oleh konsumen secara angsuran.
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang
letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara
jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku
usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan
batal demi hukum.
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang
bertentangan dengan Undang-undang ini.
BAB VI
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA
Pasal 19
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau
jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan
pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya
unsur kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.
Pasal 20
Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang
diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan
tersebut.
Pasal 21
(1) Importir barang bertanggung jawab sebagai pembuat barang
yang diimpor apabila importasi barang tersebut tidak dilakukan
oleh agen atau perwakilan produsen luar negeri.
(2) Importir jasa bertanggung jawab sebagai penyedia jasa asing
apabila penyediaan jasa asing tersebut tidak dilakukan oleh
agen atau perwakilan penyedia jasa asing.
Pasal 22
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam
kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4),
Pasal 20, dan Pasal 21 merupakan beban dan tanggung jawab
pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa untuk
melakukan pembuktian.
Pasal 23
Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan
dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan penyelesaian
sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di
tempat kedudukan konsumen.
Pasal 24
(1) Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada
pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi
dan/atau gugatan konsumen apabila:
a. pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa
melakukan perubahan apa pun atas barang dan/atau
jasa tersebut;
b. pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak
mengetahui adanya perubahan barang dan/atau jasa
yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai
degan contoh, mutu, dan komposisi.
(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibebaskan dari tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi
dan/atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain yang
membeli barang dan/atau jasa menjual kembali kepada
konsumen dengan melakukan perubahan atas barang dan/atau
jasa tersebut.
Pasal 25
(1) Pelaku usaha yang memproduksi barang yang
pemanfaatannya berkelanjutan dalam batas waktu sekurangkurangnya
1 (satu) tahun wajib menyediakan suku cadang
dan/atau fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau
garansi sesuai dengan yang diperjanjikan.
(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan
konsumen apabila pelaku usaha tersebut :
a. tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang
dan/atau fasilitas perbaikan;
b. tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau
garansi yang diperjanjikan.
Pasal 26
Pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi
jaminan dan/atau garansi yang disepakati dan/atau yang
diperjanjikan.
Pasal 27
Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari
tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen, apabila :
a. barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan
atau tidak dimaksudkan untuk diedarkan;
b. cacat barang timbul pada kemudian hari;
c. cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai
kualifikasi barang;
d. kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;
e. lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat) tahun
sejak barang dibeli atau lewatnya jangka waktu yang
diperjanjikan.
Pasal 28
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam
gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19,
Pasal 22, dan Pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab
pelaku usaha.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Pertama
Pembinaan
Pasal 29
(1) Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan
penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin
diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta
dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.
(2) Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan
perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Menteri dan/atau menteri teknis terkait.
(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan
koordinasi atas penyelenggaraan perlindungan konsumen.
(4) Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi upaya untuk :
a. terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang
sehat antara pelaku usaha dan konsumen;
b. berkembangnya lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat;
c. meningkatnya kualitas sumber daya manusia serta
meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan di
bidang perlindungan konsumen.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 30
(1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan
konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundangundangannya
diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat,
dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
(2) Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri dan/atau menteri teknis
terkait.
(3) Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat dilakukan terhadap barang
dan/atau jasa yang beredar di pasar.
(4) Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) ternyata menyimpang dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan membahayakan konsumen, Menteri dan/atau
menteri teknis mengambil tindakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Hasil pengawasan yang diselenggarakan masyarakat dan
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat dapat
disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat disampaikan
kepada Menteri dan menteri teknis.
(6) Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL
Bagian Pertama
Nama, Kedudukan, Fungsi, dan Tugas
Pasal 31
Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen
dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Pasal 32
Badan Perlindungan Konsumen Nasional berkedudukan di Ibu
Kota Negara Republik Indonesia dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
Pasal 33
Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai fungsi
memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam
upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia.
Pasal 34
(1) Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33, Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai
tugas:
a. memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah
dalam rangka penyusunan kebijaksanaan di bidang
perlindungan konsumen;
b. melakukan penelitian dan pengkajian terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
perlindungan konsumen;
c. melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa
yang menyangkut keselamatan konsumen;
d. mendorong berkembangnya lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat;
e. menyebarluaskan informasi melalui media mengenai
perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikap
keberpihakan kepada konsumen;
f. menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen
dari masyarakat, lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat, atau pelaku usaha;
g. melakukan survei yang menyangkut kebutuhan
konsumen.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Badan Perlindungan Konsumen Nasional dapat bekerja
sama dengan organisasi konsumen internasional.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 35
(1) Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri atas seorang
ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap
anggota, serta sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang dan
sebanyak-banyaknya 25 (dua puluh lima) orang anggota yang
mewakili semua unsur.
(2) Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri, setelah
dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
(3) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Badan
Perlindungan Konsumen Nasional selama 3 (tiga) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan
berikutnya.
(4) Ketua dan wakil ketua Badan Perlindungan Konsumen
Nasional dipilih oleh anggota.
Pasal 36
Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri atas
unsur :
1. pemerintah;
2. pelaku usaha;
3. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;
4. akademisi; dan
5. tenaga ahli.
Pasal 37
Persyaratan keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen
Nasional adalah:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. berbadan sehat;
c. berkelakuan baik;
d. tidak pernah dihukum karena kejahatan;
e. memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang
perlindungan konsumen; dan
f. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.
Pasal 38
Keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen Nasional berhenti karena :
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
c. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia;
d. sakit secara terus menerus;
e. berakhir masa jabatan sebagai anggota; atau
f. diberhentikan.
Pasal 39
(1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, Badan Perlindungan Konsumen
Nasional dibantu oleh sekretariat.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang
sekretaris yang diangkat oleh Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
(3) Fungsi, tugas, dan tata kerja sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam keputusan Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Pasal 40
(1) Apabila diperlukan Badan Perlindungan Konsumen Nasional dapat
membentuk perwakilan di Ibu Kota Daerah Tingkat I untuk membantu
pelaksanaan tugasnya.
(2) Pembentukan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
lebih lanjut dengan keputusan Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Pasal 41
Dalam pelaksanaan tugas, Badan Perlindungan Konsumen Nasional berkerja
berdasarkan tata kerja yang diatur dengan keputusan Ketua Badan Perlindungan
Konsumen Nasional.
Pasal 42
Biaya untuk pelaksanaan tugas Badan Perlindungan Konsumen Nasional
dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara dan sumber lain
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Badan Perlindungan Konsumen
Nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB IX
LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN
SWADAYA MASYARAKAT
Pasal 44
(1) Pemerintah mengakui lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
yang memenuhi syarat.
(2) Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat memiliki kesempatan
untuk berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen.
(3) Tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat meliputi
kegiatan:
a. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak
dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
b. memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;
c. bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen;
d. membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk
menerima keluhan atau pengaduan konsumen;
e. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB X
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Pertama
Umum
Pasal 45
(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di
luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak menghilangkan tanggungjawab pidana sebagaimana diatur dalam
Undang-undang.
(4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya
tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak
yang bersengketa.
Pasal 46
(1) Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh:
a. seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;
b. sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;
c. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi
syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam
anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan
didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan
konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran
dasarnya;
d. pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang
besar dan/atau korban yang tidak sedikit.
(2) Gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen, lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat atau pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d diajukan kepada peradilan umum.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian materi yang besar dan/atau korban
yang tidak sedikit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan
Pasal 47
Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau
mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak
akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen.
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
Pasal 48
Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada ketentuan
tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan dalam
Pasal 45.
BAB XI
BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN
Pasal 49
(1) Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II
untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.
(2) Untuk dapat diangkat menjadi anggota badan penyelesaian sengketa konsumen,
seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. warga negara Republik Indonesia;
b. berbadan sehat;
c. berkelakuan baik;
d. tidak pernah dihukum karena kejahatan;
e. memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang perlindungan
konsumen;
f. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.
(3) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur pemerintah,
unsur konsumen, dan unsur pelaku usaha.
(4) Anggota setiap unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah
sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang, dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
(5) Pengangkatan dan pemberhentian anggota badan penyelesaian sengketa
konsumen ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 50
Badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49 ayat (1) terdiri atas :
a. ketua merangkap anggota;
b. wakil ketua merangkap anggota;
c. anggota.
Pasal 51
(1) Badan penyelesaian sengketa konsumen dalam menjalankan tugasnya
dibantu oleh sekretariat.
(2) Sekretariat badan penyelesaian sengketa konsumen terdiri atas kepala
sekretariat dan anggota sekretariat.
(3) Pengangkatan dan pemberhentian kepala sekretariat dan anggota sekretariat
badan penyelesaian sengketa konsumen ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 52
Tugas dan wewenang badan penyelesaian sengketa konsumen meliputi:
a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen,
dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
c. melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
d. melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran
ketentuan dalam Undang-undang ini;
e. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen
tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
f. melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan
konsumen;
g. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
h. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang
yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-undang ini;
i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan
huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian
sengketa konsumen;
j. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti
lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
k. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
konsumen;
l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan Undang-undang ini.
Pasal 53
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang badan
penyelesaian sengketa konsumen Daerah Tingkat II diatur dalam surat
keputusan menteri.
Pasal 54
(1) Untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen, badan
penyelesaian sengketa konsumen membentuk majelis.
(2) Jumlah anggota majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ganjil
dan sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang yang mewakili semua unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3), serta dibantu oleh seorang panitera.
(3) Putusan majelis bersifat final dan mengikat.
(4) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas majelis diatur
dalam surat keputusan menteri.
Pasal 55
Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling
lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima.
Pasal 56
(1) Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima putusan
badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
55 pelaku usaha wajib melaksanakan putusan tersebut.
(2) Para pihak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan
tersebut.
(3) Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggap menerima putusan badan
penyelesaian sengketa konsumen.
(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) tidak
dijalankan oleh pelaku usaha, badan penyelesaian sengketa konsumen
menyerahkan putusan tersebut kepada penyidik untuk melakukan penyidikan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Putusan badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud
pada ayat
(6) merupakan bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan
penyidikan.
Pasal 57
Putusan majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3) dimintakan
penetapan eksekusinya kepada Pengadilan Negeri di tempat konsumen yang
dirugikan.
Pasal 58
(1) Pengadilan Negeri wajib mengeluarkan putusan atas keberatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) dalam waktu paling lambat 21 (dua puluh
satu) hari sejak diterimanya keberatan.
(2) Terhadap putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
para pihak dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari dapat mengajukan
kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia.
(3) Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib mengeluarkan putusan dalam
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak menerima permohonan kasasi.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 59
(1) Selain Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang perlindungan konsumen juga diberi wewenang khusus
sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang
berlaku.
(2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan
konsumen;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti serta melakukan penyitaan terhadap barang hasil pelanggaran
yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang
perlindungan konsumen;
f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perlindungan konsumen.
(3) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada
Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
BAB XIII
SANKSI
Bagian Pertama
Sanksi Administratif
Pasal 60
(1) Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi
administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat
(3), Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26.
(2) Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(3) Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 61
Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau
pengurusnya.
Pasal 62
(1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1)
huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat
tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
Pasal 63
Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat
dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:
a. perampasan barang tertentu;
b. pengumuman keputusan hakim;
c. pembayaran ganti rugi;
d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian konsumen;
e. kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau
f. pencabutan izin usaha.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi
konsumen yang telah ada pada saat Undang-undang ini diundangkan,
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-undang ini.

SIFAT-SIFAT KONSUMEN PRIA DAN WANITA

Meskipun Pria dan wanita merupakan sama-sama manusia tetapi pola


hidupnya “lain” begitu juga dalam orientasinya sehari-hari. Species pria sering
diidentikkan lebih senang berburu, sedangkan wanita lebih suka berkumpul. Kalau
pria cenderung memiliki sifat melindungi, maka wanita memiliki sifat untuk merawat
dan mendidik terutama anak-anaknya. Hal tersebut dikarenakan tubuh dan otak
mereka memang berbeda tetapi diantara keduanya saling melengkapai satu sama
lain. Selain itu, karena pria dan wanita mengolah informasi secara berbeda. Mereka
berpikir secara berbeda pula. Mereka mempercayai hal-hal yang berbeda. Mereka
juga memiliki persepsi, prioritas dan perilaku yang berbeda pula. Kalau wanita
memiliki pandangan yang “dekat dan melingkar” (peripheral vision) sedangkan pria
memiliki pandangan yang lebih “fokus dan jauh” (tunnel vision).

Kaum pria lebih sering bertindak dulu baru berpikir tetapi kaum wanita berpikir
dulu sebelum bertindak. Pria sebagai seorang “pemburu” membutuhkan fokus,
pandangan yang jauh, dan mampu bertindak sebagai navigator . Sedangkan wanita
merasa nyaman berada di dalam atau di sekitar tempat tinggalnya, membangun
hubungan dengan orang dewasa lain dan anak-anaknya. Sehingga wanita juga
dikenal memiliki indra keenam (sixth sense) karena perasaannya itu, sehingga lebih
dapat merasakan apabila seseorang berbohong kepadanya. Di lain pihak, pria tidak
memiliki lie-detector semacam itu. Sehingga spesies pria juga sering melupakan hal-
hal yang detil.

Secara rinci, sifat-sifat konsumen secara umum yaitu sebagai berikut :

A. Konsumen Pria
 Jika seorang pria pergi ke tempat perbelanjaan entah itu pasar, mall
dsb, umumnya mereka hanya akan membeli apa yang mereka
rencanakan sejak awal berangkat dari rumah. Misalnya, mereka ingin
membeli sabun dan sikat gigi, maka hanya kedua barang itulah yang
akan mereka beli
 Mudah dipengaruhi oleh bujukan penjual dan argumentasi yang
objektif.
 Seorang pria umumnya kurang berminat untuk melakukan tawar
menawar. Harga yang ditawarkan oleh penjual menjadi harga
kesepakatan. Kalaupun menawar hanya berbeda sedikit dengan harga
semula (harga dari si penjual).
 Kurang berminat berbelanja sehingga ia kerap kali terburu-buru dalam
mengambil keputusan untuk membeli sesuatu.
 Waktu berbelanja seorang pria hanya terbatas, ia tidak terlalu suka
berlama-lama berbelanja.
 Pria menginginkan pelayanan yang cepat tanpa perlu banyak bicara,
dan penjelasan mengenai suatu produk cukup terbatas hanya pada
hal-hal yang mereka tanyakan saja.
B. Konsumen Wanita
 Berbeda dengan pria, terkadang wanita kurang bisa mengontrol
dirinya dalam berbelanja. Jika awalnya dari rumah ia memiliki rencana
untuk membeli sepatu anaknya saja, berbeda kondisinya ketika ia
sudah tiba di pasar, sekiranya ada barang yang menurut ia menarik, ia
akan membeli. Jadi, ia kurang bisa konsisten terhadap rencana awal
ia berbelanja
 Peran wanita sebagai “bendahara” dalam keluarga menuntutnya untuk
pandai-pandai dalam mengelola “uang belanja” dan berusaha berlaku
“hemat”. Oleh karenanya faktor harga menjadi penentu apakah ia
membeli suatu produk atau tidak.
 Kebanyakan wanita dibekali Tuhan ketrampilan untuk menawar.
 Tidah mudah terkena bujuk rayu penjual. Wanita adalah Makhluk
Tuhan yang paling kritis ketika akan melakukan pembelian. Mereka
akan mempertimbangkan secara matang seluk beluk sebuah produk
sebelum ia memutuskan untuk membeli.
 Wanita memiliki banyak waktu untuk berbelanja, mereka memiliki
kesenangan tersendiri jika diberi keleluasaan untuk memilih aneka
barang yang ditawarkan.
 Wanita umumnya sangat tertarik pada even-even penjualan khusus.
Misalnya diskon, obral dan sebagainya.
 Wanita memiliki perasaan yang lembut dan peka. Ini bisa Anda lihat
pada bunyi iklan yang biasanya menyangkut masalah kesejahteraan
anak, kesehatan suami, keharmonisan rumah tangga dan sebagainya.
 Wanita cepat terbawa arus tren atau mode yang sedang berkembang,
terutama pada remaja putri.
 Tidak terlalu menyukai produk-produk yang bersifat teknis.
 Mereka lebih menyukai dan tertarik terhadap warna dan bentuk dari
suatu produk, bukan pada fungsi dan kegunaannya.
 Wanita lebih peka dan mementingkan status sosial sebuah produk.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/wahyurinda/552a1628f17e61de57d623aa/consumer-
behavior-tipetipe-pembeli-berdasarkan-gender

https://shintaokrami.wordpress.com/2014/11/21/perbedaan-perilaku-konsumen-pria-
dengan-wanita-dalam-berbelanja/

KASUS KERUGIAN DAN KEKECEWAAN KONSUMEN


KETIKA MELAKUKAN PEMBELIAN

TELAAH KASUS

Kekecewaan Wanita Beli Gaun Pengantin Online, Tak Sesuai Ekspektasi

Jakarta - 
Menemukan gaun sempurna untuk momen istimewa seperti pernikahan adalah
salah satu hal tersulit bagi banyak pengantin wanita. Membeli produk secara online
pun jadi pilihan. Seperti dilakukan oleh wanita ini yang memilih membeli gaun
pengantinnya secara online.
Demi menghemat waktunya untuk menyusuri toko pakaian dan bisa melelahkan,
wanita ini memutuskan untuk memilih gaun pengantin di internet. Tapi, ketika gaun
tersebut tiba, ia sangat kecewa dengan barang yang dibelinya itu.
Seorang wanita yang identitasnya tak ingin disebutkan ini berbagi foto di grup
Facebook. Ia menceritakan pengalaman mengecawakan membeli gaun pengantin
secara online.
Pada foto yang diunggahnya itu terlihat penampilan gaun pengantin yang dijual di
internet. Namun, ketika ia membelinya, gaun tersebut terlihat tak sama dengan foto
yang dijual secara online.
"Kiri adalah apa yang aku pesan. Kanan adalah apa yang aku terima. Pesanan
online yang gagal. Jangan khawatir karena gaun yang bagus sedang dalam
pembelian," tulisnya.
Foto: Facebook

Gaun yang dipesannya memiliki lengan tertutup dengan aksen rok bergelombang
yang terlihat anggun. Sementara itu, gaun pengantin yang datang terlihat sangat
tipis dan tembus pandang
Tak sedikit netizen mengomentari postingan foto tersebut sebagai pembelajaran
dalam berbelanja online. Beberapa dari mereka juga merasa terhibur dengan
kegagalan wanita tersebut.
"Lihatlah sisi baiknya, sekarang kamu punya kostum Hallowen. Buat kerang dada
dan cat gaun hijau, boom kamu menjadi Ariel. Senang bisa tertawa dari ini,"
komentar netizen.

Analisis kasus :

 Online shop tersebut sering menipu pembeli karena banyak sekali ditemukan
keluhan yang sama. Tak benar-benar membohongi tapi beberapa website
menampilkan foto produk yang terlihat lebih menggiurkan dari tampilan asli.
Apalagi untuk produk busana. Saat sampai di rumah sering kali pembeli
mendapati baju yang dipesan tak sebagus yang terlihat di situs belanja.
 Penjual selalu menginginkan produknya terlihat bagus saat ditampilkan dalam
websitenya agar cepat laku sehingga ia menggunakan berbagai cara untuk
itu.
 Terdapat kesalahan dari sisi konsumen, dimana ia terlalu tergesa dalam
pengambilan keputusan untuk membeli barang tersebut. Hal itu di dorong
oleh penampilan gambar yang menggiurkan di dalam online shop tersebut.
Konsumen tidak melihat dari berbagai aspek, seperti meminta keterangan
lebih, gambar asli, dan memastikan bahan yang digunakan.
 Penjual tidak bersikap jujur dan tanggung jawab.

Rancangan Pengaduan :

Pengaduan dapat dilakukan melalui :

- LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat)  


`Sesuai dengan ketentuan yang ada dalam UU No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, salah satu fungsi dari kehadiran LPKSM
(Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat) adalah
penanganan pengaduan konsumen. Secara umum, konsumen dapat
menyampaikan pengaduan konsumen ke LPKSM melalui berbagai akses,
seperti: surat, telepon, datang langsung, e-mail, SMS.
a. Agar dapat ditindak lanjuti, pengaduan konsumen harus dilakukan
dengan cara : secara tertulis atau datang langsung ke LPKSM dengan
mengisi form pengaduan konsumen.
b. Dalam pengaduan, sekurang-kurangnya harus ada uraian tentang:
 Urutan kronologis kejadian
 Tuntutan konsumen, dengan dilampiri data pendukung baik
berupa dokumen atau barang bukti, serta identitas pelapor.
c. Mekanisme LPKSM dalam menyelesaikan sengketa konsumen adalah
menitikberatkan upaya tercapainya kesepakatan antara konsumen
dengan pelaku usaha melalui mediasi atau konsiliasi. Di sini, peran
LPKSM sebagai mediator antara konsumen dan pelaku usaha.
- SURAT PEMBACA  
Dalam merespon dugaan praktik pelanggaran hak-hak konsumen, hal
sederhana yang dapat dilakukan konsumen adalah memublikasikan
pengalaman buruk sebagai konsumen melalui surat pembaca di media massa
(cetak).
Tata caranya yaitu :
a. menulis pengalaman buruk konsumen di surat pembaca, diharapkan
pembaca lebih hati-hati dan tidak terperosok pada lubang yang sama
menjadi konsumen teraniaya.
b. Sebagai catatan, cara ini disarankan setelah konsumen mengadu ke
pelaku usaha. tetapi tidak ada respon atau ada respon, tetapi jawaban
pelaku usaha tidak mencerminkan pelaku usaha yang bertanggung
jawab dan menghargai hak-hak konsumen.
- Media online
Apablia ingin meminta ganti rugi, maka dapat dilakukan dengan cara :

1.Buka situs cekrekening.id

Situs cekrekening.id merupakan situs resmi milik Kominfo yang memang disiapkan
pemerintah untuk masyarakat Indonesia yang ingin melaporkan kasus penipuan
online yang banyak menimpa masyrakat Indonesia. Situs ini 100% gratis dan bisa
diakses baik di handphone maupun PC kamu.
2.Masukan rekening penipu.

Masukan Bank dan Rekening penipu yang sudah menipu kamu. Jika kamu
perhatikan, kamu bisa melihat apakah rekening tersebut sudah ada yang melapor
atau belum. Semakin banyak yang melapor, maka investigasi terhadap kasus itu
akan semakin dipercepat.
- LaporPolisi
Cara yang satu ini tentunya cara terakhir yang dapat anda lakukan, setelah
anda sudah mendapatkan sebuah informasi seperti nama, rekening, wajah
yang sebelumnnya sudah anda lakukan pencarian informasi dari 3 cara di
atas tentunya akan memudahkan kepolisian atas pengungkapan pelaku
tersebut agar dapat segera tertangkap.
3.Tuliskan kronologi penipuan, bukti pendukung dan fakta pendukung lainnya.

Kamu harus bersiap menuliskan kronologi, menyiapkan fakta dan bukti pendukung
seperti struk ATM, screenshot dengan penipu, toko online shop milik penipu.
Siapkan data-data selengkap mungkin agar kasus penipuan yang kamu alami bisa
diproses.

4.Submit laporan kamu dan tunggu hasilnya.


Kamu tinggal menunggu update laporan dari pihak cekrekening.id mengenai
perkembangan kasus yang telah kamu laporkan.

Slogan untuk menyadarkan konsumen agar mau mengadu bila mengalami


kerugian :

Hadapi kerugian, adukan kesalahan! Ayo jadilah konsumen ceras!

Sumber :

https://wolipop.detik.com/sale-and-shop/d-4387577/ini-alasan-baju-online-shop-tak-
terlihat-sebagus-di-foto-website
https://today.line.me/id/pc/article/5+Cara+Lapor+Penipuan+Online+Dengan+Sekali+
Klik+Dijamin+Uang+Kembali-RDX9M3
MENGIDENTIFIKASI TIMBANGAN

Macam-Macam Timbangan dan Fungsinya

Kategori No Nama Timbangan Fungsi


Rumah 1 Timbangan dapur Menakar atau mengukur
Tangga berat bahan-bahan
masakan, membuat kue,dll
secara akurat.

2 Timbangan badan Timbangan yang


digunakan khusus untuk
mengukur masa tubuh
(badan) manusia.

Laboratoriu 1 Timbangan presisi Untuk mengukur rentang


m kapasitas terluas (5-7kg).
Efisien untuk tugas
termasuk formulasi,
penentuan berat jenis,
quality control dan
pengujian
2 Timbangan Analitik Pengukuran masa akurat
dalam kisaran sub-
miligram.

3 Timbangan semi mikro Dirancang khusus untuk


aplikasi yang
membutuhkan akurasi lebih
dari 0.0001 gram. Selain itu
juga menjembatani
kesenjangan antara
kebutuan timbangan
analitik dan timbangan
mikro menawarkan
peningkatan akurasi
sementara masih bisa
mengakomodir ukuran
sampel yang lebih besar.

4 Timbangan mikro Timbangan mikro mampu


membuat pengukuran yang
tepat dari massa objek
sampai 0.00001 gram.

5 Timbangan ultra mikro Biasa digunakan oleh


laboratorium farmasi untuk
mengukur massa obat
untuk manusia atau
makhluk hidup lainnya.

6 Neraca Kasar : Triple beam Alat ini digunakan untuk


menimbang bahan dengan
ketelitian alat sedang (0.01-
0.001 gram). Selain itu
digunakan pula untuk
menimbang bahan kimia
dalam proses pembuatan
larutan, akan tetapi bukan
yang digunakan untuk
standarisasi.

7 Neraca dengan Ketelitian Alat ini berfungsi untuk


Tinggi : Sartorius
menimbang bahan dengan
ketelitian tinggi (0.0001
gram). Serta digunakan
untuk menimbang bahan
kimia dalam proses
pembuatan larutan untuk
uji kuantitatif dan proses
standarisasi. Selain itu
berfungsi untuk
menimbang sampel /
bahan dalam analisis
kuantitatif
Produsen 1 Bench scale Timbangan yang biasa
digunakan oleh industri.
Timbangan ini terpisah
antara tempat timbang dan
penunjuknya (indikator).
Biasanya dihubungkan
dengan penyangga.
Ukuran kapasistas
timbangan ini (umumnya) :
6kg,15kg,30kg,60kg,100kg-
300kg.
2 Timbangan truk palet Pallet truck dapat
menimbang dalam operasi
logistik secara akurat,
produktif,dan akurat

3 Timbangan palet Dirancang untuk


menyederhanakan operasi
gudang dan pengiriman
dengan penimbangan yang
mudah dan akurat.
4 Timbangan Buah Biasa digunakan oleh
pedagang buah. Skala
berat yang dimiliki terbatas.

5 Timbangan harga Timbangan yang tidak


hanya berfungsi sebagai
penimbangan tetapi juga
sebagai penentu harga.

TELAAH KASUS

1. Permasalahan konsumen berdasarkan pada kasus penggunaan alat


ukur
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Praktik kecurangan dalam jual beli ternyata
masih dilakoni pedagang di Lampung. Metode yang digunakan adalah
mengatur timbangan barang. Salah satu warga Lampung, Eni (30) mengaku
beberapa kali menyadari kalau barang yang dibeli tidak memiliki berat sesuai
timbangan.

Eni menyadari hal tersebut karena kerap membeli barang yang sama. "Cuma
tokonya pindah-pindah. Berat barang yang dibeli biasanya sama. Makanya,
saya bisa langsung sadar kalau beratnya beda," ungkap Eni, Sabtu (22/2).

Meskipun menyangsikan berat barang yang dibeli, Eni mengaku enggan


mengembalikan barang ke toko. Apalagi, meminta ganti rugi. Hanya saja, Eni
tidak lagi menjadikan toko tersebut sebagai tempat belanja. "Mau
dikembalikan juga percuma. Malah harus bolak-balik. Paling saya tidak mau
lagi beli barang di toko itu," ujarnya.

Sejumlah pedagang di beberapa pasar tradisional mengakui, kecurangna


dalam penimbangan untuk mendapatkan keuntungan dari konsumen jamak
dilakukan, seperti pedagang sayur, ayam, buah, hingga kebutuhan bahan
makanan pokok seperti beras dan minyak goring.

Seorang pedagang ayam broiler di Lampung Tengah, Widada,


mengungkapkan, kecurangan dalam penimbangan barang yang dijual ke
konsumen biasanya jamak terjadi pada transaksi dalam jumlah besar.

“Kalau belinya banyak, pedagang mudah mengelabui timbangan. Kalau


mintanya ayam hidup 100 kilogram, nanti yang dikirim hanya 90 kilogram
saja. Pedagang tahu konsumen tidak mungkin menimbang ulang, makanya
mudah dicurangi,” kata Widada,  Kamis (20/2).

Widada menjelaskan, perilaku mencurangi berat barang biasanya dilakukan


pedagang ayam terhadap konsumen yang meminta barang dikirim ke rumah.
“Biasanya konsumen yang belinya banyak itu warga yang mau hajatan. Jadi
ayam sekalian dikirim ke rumah,” ujarnya.
Berbeda dengan Widada yang mencurangi berat timbangan untuk mengeruk
keuntungan, seorang pedagang sayuran di Metro, Nasar, biasanya
mencurangi berat timbangan karena diawali rugi. Untuk mengurangi kerugian,
Nasar sengaja mengurangi berat barang yang dijual. “Misalnya konsumen beli
cabai 1 kilogram, nanti kita kurangi sedikit-sedikit barangnya,” ungkap Nasar.

Menurutnya, modus mengurangi berat barang terpaksa dia lakukan jika harga
sayuran di pasaran ternyata lebih rendah dibanding saat ia membeli dari
petani. Untuk menghindari kerugian besar, penjual biasanya menyiasatinya
dengan mengurangi bobot timbangan.

“Biasanya yang sering diakali itu cabai dan bawang karena harganya sering
berubah-ubah. Buah juga sering. Itu sebetulnya kalau terpaksa saja supaya
kerugiannya tidak besar,” katanya.
Analisis Kasus

Dari kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecurangan memanipulasi


timbangan dapat terjadi dikarenakan oleh penjual dengan sengaja melakukan
tindak kecurangan untuk mendapat keuntungan lebih dan menghindari
kerugian. Penjual tidak menerapkan sikap jujur dan bertanggung jawab,
karena hanya berfokus untuk mendapatkan nominal lebih dengan cara
apapun. Selain itu, konsumen juga kurang teliti, tidak bertindak untuk mencari
informasi lebih kepada penjual dan juga tidak melakukan tindakan lebih untuk
membuat penjual jera melakukannya. Selain itu, seharusnya konsumen
memberikan informasi kepada konsumen lainnya agar berhati-hati untuk
berbelanja di toko tersebut.

2. Bagaimana seharusnya penerapan alat ukur tersebut agar konsumen


tidak dirugikan
Alat ukur yang digunakan sebagai alat bantu (misalnya alat bantu transaksi
perdagangan) harus mengacu pada standar tertentu yang lebih akurat.
Puncak piramida adalah standard internasional dimana standar internasional
standard primer nasional standard sekunder standard kerja alat ukur standard
primer negara lain ketidak pastian penguk uran semaki n besar 9 seluruh alat
ukur yang ada di dunia ini seharusnya mengacu pada standar tertinggi ini.
Dari standar ini standar yang ada di setiap negara diturunkan. Standar
nasional digunakan sebagai acuan alat ukur yang ada di suatu negara. Untuk
menjamin ketertelusuran suatu hasil pengukuran, maka alat ukur dan bahan
ukur yang digunakan harus dikalibrasi. Kalibrasi adalah proses
membandingkan hasil pengukuran suatu alat ukur dengan hasil pengukuran
alat ukur standard/acuan. Proses kalibrasi dapat menentukan nilai-nilai yang
berkaitan dengan kinerja suatu alat ukur atau bahan acuan. Hal ini dicapai
dengan perbandingan langsung terhadap suatu standar ukur atau bahan
acuan bersertifikat. Keluaran dari kalibrasi adalah sertifikat kalibrasi. Selain
sertifikat, biasanya juga ada label atau stiker yang disematkan pada alat yang
sudah dikalibrasi. Ada tiga alasan penting mengapa sebuah alat ukur perlu
dikalibrasi: a. Memastikan bahwa penunjukkan alat tersebut sesuai dengan
hasil pengukuran lain. B. Menentukan akurasi penunjukkan alat. C.
Mengetahui keandalan alat, yaitu bahwa alat tersebut dapat dipercayai.
Menera adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal,
atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau
tanda tera batal, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya
berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya. Tera Ulang adalah hal menandai berkala dengan tanda
tera sah atau tanda tera 10 batal, atau memberikan keterangan-keterangan
tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal, dilakukan oleh pegawai-
pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan
atas alat-alat ukur,takar, timbang dan perlengkapannya yang telah ditera. Jika
alat ukur tersebut memenuhi syarat tertentu maka pegawai yang berhak akan
menandai alat ukur tersebut dengan tanda tera sah. Sebaliknya, jika alat ukur
tersebut tidak memenuhi syarat tertentu maka pegawai yang berhak akan
menandai alat ukur tersebut dengan tanda tera batal.
Tiga hal yang bisa menentukan keakuratan hasil pengukuran jumlah barang
dalam transaksi jual beli yakni alat pengukur, sistem atau cara pengukuran,
dan orang yang melakukan pengukuran. Dari segi alat penguku terdapat
petugas metrologi yang bisa mengecek keakuratan peralatan yang digunakan
pedagang. Apakah alat itu masih menghasilkan penghitungan volume atau
berat secara akurat atau tidak. Demikian pula dari segi cara pengukurannya,
Petugas metrologi bisa mengetahui dan memastikan apakah cara
pengukuran yang dilakukan pedagang benar atau tidak. Selain melakukan
tera ulang alat ukur petugas metrologi bekerja sama dengan dinas
perdagangan dan kepala pasar di tiap kabupaten/kota juga memberikan
sosialisasi dan penyuluhan pada para pedagang agar selalu menjalankan
praktik perdagangan secara jujur.petugas penyuluh di lapangan juga
berusaha mengingatkan para pedagang yang menjual barang dengan
menggunakan alat ukur seperti timbangan agar taat pada perintah agama
masing-masing.

3. Saran yang dapat disampaikan kepada konsumen agar tidak mengalami


kerugian yang diakibatkan penggunaan takaran
Konsumen sebaiknya meminta transparansi saat menimbang, hal itu
dilakukann dengan meminta pedagang untuk memperlihatkan timbangannya
dan pastikan timbangan berawal dari angka 0. Kemudian, lihat gerak-gerik
penjual saat menimbang barang, pastikan tidak ada hal lain yang ada pada
timbangan sehingga kecurangan dapat diminamlisir.

4. Bagaimana caranya menyadarkan produsen agar konsumen tidak dirugikan


ketika menggunakan takaran pada saat jual beli langsung

Hal ini dapat dibantu oleh Dinas perdagangan dan Kepala Pasar di tiap
kabupaten atau kota harus memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada
para pedagang agar selalu menjalankan praktik perdagangan secara jujur.
Petugas penyuluhan di lapangan juga harus berusaha mengingatkan para
pedagang yang menjual barang dengan menggunakan alat ukur agar taat
pada perintah agama masing-masing. Para perugas mengingatkan para
penjual bahwa mencurangi penimbangan barang itu perbuatan dosa. Petugas
juga mengutip ayat-ayat dari kitab suci sesuai dengan agama yang dianur
pedagang untuk meningatkan dosa-dosa dan hukuman yang akan
ditanggungnya jika mencuranginya
Selain itu juga harus ada kesadaran dalam diri penjual, untuk tetap
menjunjung tinggi nilai kejujuran dan tanggung jawab. Selain itu, apabila
terdapat yang melakukan kecurangan konsumen harus berani menyatakan
kebenarannya dengan menegur ataupun melaporkan serta memberikan
informasi kepada konsumen lain agar tidak mengalami kerugian yang sama.
Dengan cara tersebut, maka penjual akan merasa tokonya sepi, kemudian
penjual akan menyadari akibat dari melakukan kecurangan tersebut dan
menimbulkan efek jera.

DAFTAR PUSTAKA

https://serviceacjogja.pro/alat-ukur-berat/

https://lalalaila.com/macam-macam-timbangan/

Tribunlampung.co.id

IMPLEMENTASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ALAT RUMAH TANGGA


Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan untuk menentukan pilihan
sebagai seleksiterhadap dua pilihan alternatif yang dilakukan secara konsisten dan
bijaksana untuk memenuhi kebutuhan. Proses pengambilan keputusan menurut
Engel, Blackwell & Miniard (1994) meliputi 6 tahap, yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi,evaluasi alternatif, pembelian, konsumsi,evaluasi setelah
pembelian. Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan yaitu
yang bersifat individual (internal) maupun yang berasal dari lingkungan (eksternal).
Keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh konsumen dapat memberikan
pengalaman-pengalaman yang dapat mengubah perilaku konsumen tersebut dan
pada akhirnya akan menghasilkan sikap dan kebutuhan yang baru serta keputusan
pembelian yang baru.

Implementasi pengambilan keputusan pembelian pada produk alat rumah tangga


sesuai dengan tahap-tahapan yang ada beserta beberapa faktor yang mendorong
pembelian. Tahapan yang dilalui saat proses pengambilan keputusan pembelian
diantaranya yaitu :

A. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan mengenali kebutuhan yang dipicu oleh
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya dorongan untuk
memiliki peralatan rumah tangga yang memiliki tingkat keawetan yang tinggi,
kualitas yang baik, kenyamanan saat pemakaian dan lain-lain. Faktor
eksternal, misalnya yaitu keinginan untuk menjaga lingkungan agar terhindar
dari penggunaann plastik yang berlebihan sehingga memerlukan beberapa
produk tempat makanan meskipun terbuat terbuat dari plastik namun tetap
aman saat pemakaian berkelanjutan. Dengan dua faktor penjelasan diatas,
Kebanyakan konsumen mengambil keputusan untuk memakai produk-produk
alat rumah tangga dari perusahaan tertentu. Produk tersebut dipercaya
memiliki kualitas yang baik dan ramah akan lingkungan.

B. Pencarian informasi
Konsumen yang terdorong untuk memenuhi kebutuhannya akan mencari
informasi yang lebih banyak dari berbagai sumber. Sumber informasi
konsumen yaitu :
a. Sumber pribadi : Keluarga, teman, tentangga, dan kenalan baru.
b. Sumber komersial : waraniaga, iklan, pamflet maupun brosur yang
dibagikan, kemasan dan penjualan.
c. Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, dan pengalaman
pemakaian.

Informasi yang digali lebih dalam akan memberikan keyakinan saat


pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Sebagaian besar
konsumen mengetahui produk alat rumah tangga dari iklan dibeberapa media
dan juga pengalaman pembelian orang lain yang memiliki loyalitas tinggi
terhadap produk tersebut. Review yang diberikan oleh konsumen lain tentu
meembantu konsumen saat mencari informasi, dan sebagian besar review
yang diberikan pada produk tersebut baik.

Iklan yang memiliki daya tarik tinggi akan meningkatkan kesadaran merek,
mendorong pencobaan terhadap merek, dan menekankan pembelian ulang.
Daya tarik iklan yang tinggi akan memunculkan memori yang kuat di benak
konsumen yang nantinya mendorong munculnya perilaku pembelian ulang di
masa depan. Pembelian ulang tersebut merupakan indikator dari munculnya
loyalitas konsumen yang tinggi. Semakin tinggi daya tarik dari promosi maka
semakin tinggi munculnya loyalitas konsumen.

C. Evaluasi alternatif
Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatof
terhadap suatu kebutuhan yang dikenali, maka konsumen mengevaluasi
pilihan serta menyempitkan pilihan pada laternatif yang iinginkan. Hal tersebut
dengan memilih produk dar perusahaan tertentu yang memiliki kualitas yang
baik dalam kategori perlatan rumah tangga. Konsumen akan menjatuhkan
pada produk dari perusahaan/merk tupperware daripada dari merk lainnya.
Hal ini disebabkan oleh keunggulan yang dimiliki dan juga memiliki ketahanan
pada kualitas yang baik secara berkelanjutan dengan sesuai dengan
kebutuhan pelanggan. Konsumen dalam mencari atau memilih produk akan
mempertimbangkan faktor desain produk tersebut, Tupperware dinilai oleh
konsumen memiliki desain yang menarik, bervariatif dengan konsep yang
tidak terlihat ketinggalan zaman.

D. Pembelian
Konsumen melakukan pembelian yang nyata berdasarkan alternatif yang
dipilih. Pembelian meliputi keputusan mengenai apa yang dibeli, keputusan
membeli atau tidak, waktu pembelian, dimana dan bagaimana cara
pembayarannya. Pembelian produk alat rumah tangga pada proses ini
melalui beberapa pertimbangan untuk keputusan akhir yang bulat.

E. Konsumsi
Pada tahap ini, konsumen menggunakan alternatif dalam pembelian.
Biasanya tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau
menggunakan produk alat rumah tangga. Banyak konsumen menjatuhkan
pilihannya secara tetap pada produk tupperware.

F. Evaluasi Setelah Pembelian


Evaluasi setelah pembelian mengarah pada respon puas atau tidak puas
terhadap produk tersebut. Setelah melakukan pembelian, konsumen akan
mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan , dan
harapan segera sesudah pemakaian. Kualitas dari produk Tupperware telah
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen meluputi kegunaan,
kesesuaian produk, daya tahan, keawetan dan keistimewaan tambahan yang
dimiliki oleh produk Tupperware. Konsumen akan membandingkan kualitas
produk dengan produk lain sehingga konsumen dapat menentukan produk
yang dipilih untuk jangka waktu yang lama Kemudian penilaian yang baik
mengenai produk yang sesuai dengan tingkat baik atau tidaknya kualitas
produk yang diberikan dengan kesesuaian harga mendorong pelanggan
untuk setia terhadap produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://etheses.uin-malang.ac.id/1476/6/11410058_Bab_2.pdf

JURNAL ADMINISTRASI BISNIS, VOLUME 2, NOMOR 1, MARET 2013

PENGELOLAAN KEUANGAN PERSONAL

A. Pengertian Pengelolaan Keuangan Personal


Pengelolaan keuangan personal (perencanaan dan pengendalian
keuangan) merupakan salah satu bentuk aplikasi dari manajemen keuangan.
Manajemen keuangan tidak hanya penting untuk perusahaan saja, tetapi
pengetahuan akan manajemen keuangan juga penting untuk diterapkan ke
dalam lingkup keluarga atau rumah tangga masing-masing individu. Bukan
hanya perusahaan saja yang mutlak mengelola keuangannya secara baik,
keluarga dan individupun harus mahir menangani keuangannya agar
pendapatan dan pengeluaran bisa diatur keseimbangannya, merencanakan
keuangan pribadi dan keluarga mutlak dilakukan agar perjalanan hidup
selanjutnya lebih nyaman (Sembel et al., 2003).
Mengelola keuangan personal tidaklah mudah diaplikasikan karena
terdapat beberapa langkah sistematis yang harus diikuti. Namun,mengetahui
manajemen keuangan pribadi,merupakan langkah awal untuk aplikasi yang
tepat ketika mengelola uang pribadi. Manajemen keuangan personal
menuntut adanya pola hidup yang memiliki prioritas.Prinsip kekuatan dari
prioritas berpengaruh juga pada tingkat kedisiplinan seseorang ketika
mengelola. Prioritas akan mendorong wirausaha untuk membahas tentang
kedisiplinan yang merupakan kesadaran diri untuk mematuhi aturan serta
kemampuan diri untuk menyesuaikan dirinya dengan perubahan.

B. Tahapan Pengelolaan Keuangan Personal


a. Merencanaan penggunaan keuangan
Hal-hal penting dalam perencanaan peggunaan uang :
 Anggaran belanja merupakan hasil perundingan anggota keluarga
sehingga setiap anggota mengetahui jumlah penghasilan
(perancanaan)
 Rencana penggunaan uang harus fleksibel sesuai kebutuhan,
keadaan, keinginan, dan kepentingan (pelaksanaan)
 Rencana penggunaan uang harus realistis sesuai dengan
penghasilan sebagai kontrol jumlah uang yang membatasi
anggaran (penilaian)

Langkah-langkah perencanaan penggunaan keuangan diantaranya


yaitu :
- Melakukan inventarisasi kebutuhan
- Membuat daftar barang dalam waktu anggaran tertentu
- Mengelompokan kebutuhan berdasarkan skala prioritas
- Setiap barang ditentukan macam, jumlah dan harga satuan Checking
keseimbangan pengeluaran dan pendapatan

Pembuatan perencanaan keuangan yang dilakukan secara matang


melalui langkah-langkah tersebut memberikan keuntungan dalam hal
manajemen keuangan. Keutungan yang didapatkan dari perencanaan
keuangan yaitu :

 Menghindari pemborosan pengeluaran yang kurag ekonomis

 Mengetahui keseimbangan uang masuk dan keluar untuk


memudahkan pengawasan

 Mengetahui dengan cepat untuk apa saja uang yang dikeluarkan

b. Pelaksanaan penggunaan keuangan


Pelaksanaan penggunaan keuangan dapat direalisasikan dengan
mengontrol dan menyesuaikan anggaran keuangan. Perilaku boros dan
penggunaan uang yang tidak efektif dan produktif, akan menciptakan
krisis keuangan. Setiap pemborosan kecil secara perlahan-lahan,
akan menciptakan akumulasi dalam bentuk pemborosan besar, dan
pada akhirnya akan terjadi krisis keuangan dan akan membuat
kehidupan sehari-hari menjadi sangat berat untuk dijalani.
Cara mengontrol dan menyesuaikan anggaran keuangan yaitu :
1. Membuat pembukuan
2. Sistem amplop
3. Menggunakan tata buku

Pengontrolan keuangan memiliki dua sistem, yaitu :

 Sistem mental : merealisasi seberapa besar anggaran


diwujudkan barang
 Sistem mekanis : menyisihkan sejumlah uang untuk menabung
c. Penilaian penggunaan uang
Penggunaan uang harus realistis sesuai dengan penghasilan sebagai
kontrol jumlah uang yang membatasi anggaran.

C. Personal Financial Planning


Personal financial planning merupakan suatu alat dalam mengelola
keuangan. Tahapan dalam personal financial planning sebagai berikut.
a. Tahap I
Mengevaluasi kinerja keuangan. Membuat neraca (balance sheet)
kekayaan dan utang serta menyiapkan personal income statement yang
memuat sumber pendapatan dan kemana saja pendapatan itu digunakan.
Kemudian membuat target terhadap masing-masing pos dalam neraca
keuangan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan asset atau
mengurangi utang
b. Tahap II
Memastikan dan mengidentifikasi apa saja yang menjadi kebutuhan dan
keinginan untuk menentukan berapa banyak harus menabung secara
tetap setiap bulannya. Mencakup: biaya sekolah anak, tabungan hari tua,
asuransi ingin membeli rumah atau mobil.
c. Tahap III
Mengembangkan perencanaan keuangan sesuai keadaan keuangan. PFP
harus menjadi proteksi terhadap kehidupan anda. PFP harus fleksibel dan
likuid. Misal; mengalami musibah, terkena PHK, maka harus punya cukup
tabungan untuk biaya hidup untuk kurun wktu tertentu.
d. Tahap IV
Mengimplementasikan PFP, karena PFP sebagai “alat” bukan tujuan
sehingga harus disiplin dengan rencana tetapi bukan merupakan harga
mati. Misal: tahun 2020 target memiliki RUMAH karena fluktuasi ekonomi
maka target harus mengalami modifikasi yaitu dengan memperpanjang
tahun pencapaian target. Begitu pula sebaliknya anda diberi rejeki, target
bisa mengalami perubahan (PFP) sebagai petunjuk arah dalam mengelola
keuangan.
e. Tahap lima
Meninjau, mengevaluasi dan merevisi perencanaan keuangan yang
mengalami penyimpangan. Jika pencapaian meleset dari yang
direncanakan maka harus melakukan diagnostik ulang, mencari tahu
sebab terjadinya penyimpangan kemudiann merevisi. Bila perlu mengubah
total PFP karena tuntutan keadaan.

D. Langkah-Langkah Praktis dalam mengelola keuangan

Dengan melihat ranah di atas, maka langkah-langkah praktis yang dapat


digunakan dalam mengelola keuangan pribadi adalah sebagai berikut : 

1. Ketahui dan temukan sumber pemasukan.

Anda perlu menginventarisir segala sumber dana yang menjadi


pemasukan anda. Sumber-sumber dana ini ada yang bersifat sumber dana
tetap seperti kiriman orang tua, gaji, beasiswa, dan lainnya. Ada juga yang
bersifat sumber dana tambahan misalnya, penghargaan (hadiah) lomba,
upah menulis, upah proyek penelititian waktu tertentu dan lainnya. Dengan
mengetahui sumber-sumber dana tetap dan sumber-sumber dana
tambahan, anda akan mengetahui secara keseluruan sumber pemasukan
anda untuk dikelola. 

Penciptaan sumber-sumber dana tambahan sangat membantu


pemasukan sumber dana tetap anda, karena dengan adanya sumber dana
tambahan maka anda telah mengoptimalkan pemasukan untuk pencapaian
tujuan pengelolaan keuangan secara efektif.

2. Analisispengeluarananda. 

Setelah mengetahui pemasukan anda, inventarisirlah pengeluaran :

a. Mulailah dengan membagi persentase pengeluaran anda berdasarkan


tujuan. Misalnya 70% untuk biaya sehari-hari (selama 1 bulan), 20%
untuk ditabung, 10% untuk investasi (mungkin juga untuk biaya rekreasi
dan atau amal) 
b. Selanjutnya kelola 70% biaya sehari-hari. Mulailah dengan inventarisir
secara detail biaya pengeluaran bulanan anda, seperti uang sewa, uang
listrik & air, kos, biaya membeli kebutuhan bulanan (sabun, sikat gigi, air
galon dan lainnya). Setelah menginventarisir, sisihkan biaya tersebut atau
segeralah gunakan pengeluaran untuk kebutuhan tetap bulanan anda
tersebut. 
c. Selanjutnya dana sisa dari 70% yang telah digunakan untuk membiayai
kebutuhan tetap bulanan, manfaatkan secara efesien untuk kebutuhan
sehari-hari, seperti makan, fotokopi materi kuliah, snack dan lainnya.
Gunakan biaya ini dengan bijak dan jika ada aktivitas lain yang bisa
mengurangi pengeluaran biaya ini, maka jangan tergesa-gesa untuk
mengalihkan biaya, tapi pikirkanlah skala prioritasnya. 
d. Setelah anda menginventarisir pemasukan dan menganalisis biaya
pengeluaran, maka rencanakanlah dan manage keuangan pribadi anda.
Jangan sampai pengeluaran melebihi pemasukan, tapi kelolalah segala
sumber dana yang masuk secara efesien. 
e. Pada saat menjalankan rencana manajemen keuangan pribadi selama
satu bulan, dan ada pemasukan dari sumber dana tambahan lain (diluar
yang sudah diinventarisir), maka simpanlah untuk dimasukan kedalam
perencanaan pemasukan keuangan untuk bulan berikutnya. Hal ini
penting, supaya manajemen keuangan pribadi anda tidak terganggu
dengan pemasukan-pemasukan yang tidak terkontrol sebelumnya. 
f. Jika pada saat akhir bulan ada surplus dari pengelolaan keuangan pribadi
anda, maka gunakanlah surplus itu sebagai pemasukan untuk bulan
berikutnya.

Dalam mengelola keuangan pribadi harian, maka pertama kali yang


dilakukan adalah inventarisir kebutuhan pengeluaran pokok harian anda, dan
tambahkan kebutuhan tidak terduga sebagai antisipasi pengeluaran
keuangan penting tapi diluar rencana anda. Setelah menginventarisir
kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka taruhlah biaya yang dikeluarkan untuk
tiap kebutuhan per hari. Setelah semua hari telah diketahui biaya
pengeluarannya, maka jumlahkan keseluruhan pengeluran anda. Pada
akhirnya lakukanlah pengeluaran biaya sesuai dengan kebutuhan yang telah
direncanakan, dan hindari pengeluaran biaya diluar itu.

E. Kebiasaan Buruk Yang Harus Dihindari

Melakukan manajemen keuangan personal seharusnya sudah menjamin


segala sesuatu berjalan sesuai rencana keuangan, namun seringkali ada
kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu pada saat pengelolaan
keuangan.

Kebiasaan buruk itu adalah : 

1) Selalu melakukan pengeluaran diluar rencana, karena sikap konsumtif dan


tidak tahan dengan pengaruh atau ajakan dari luar. 
2) Selalu menggunakan prinsip “tambal sulam”. Menggunakan biaya
pengeluaran hari besok untuk hari ini, sehingga tidak konsisten dengan
rencana keuangan pribadi yangn dibuat. 
3) Jika ada pemasukan diluar rencana, seringkali pemasukan tersebut
langsung dihabiskan. 
4) Seringkali jika mendapatkan dana dari pemasukan tetap (seperti gaji dan
atau uang kiriman) 10% langsung dipakai untuk mentraktir teman atau
melakukan aktivitas senang-senang. 
5) Menggunakan tabungan atau dana investasi untuk pengeluaran tidak
terduga yang tidak penting. 
6) Berhutang untuk hal-hal yang bukan menjadi kebutuhan, sehingga pada
bulan berikutnya kebutuhan (ditambah hutang) menjadi besar. 
F. Daftar Pustaka
https://repository.maranatha.edu/18724/3/1252328_Chapter1.pdf
Ditjendikti.2013.Modul Pembelajaran Kewirausahaan. Jakarta
S. Senduk. 2004. Siapa Bilang Jadi Karyawan Ngak Bisa Kaya; Lima Kiat Praktis
Mengelola Gaji Agar Bisa Kaya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Warsono. 2010. Prinsip-Prinsip dan Praktik keuangan Pribadi. Journal of Science,
volume 13 Nomor 2 Juli-Desember 2010 .
EFEKTIFITAS IKLAN DALAM MENARIK MINAT KONSUMEN
A. Pengertian Iklan
Menurut Dewan Periklanan Indonesia (DPI) (2007: 16), Iklan
merupakan pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang
sesuatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh
pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh
masyarakat.”
Secara umum, iklan merupakan suatu pesan persuasif untuk
komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang sesuatu produk
(barang, jasa, atau ide) yang disampaikan melalui media, dibiayai oleh
pemrakarsa serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

B. PEMBUAT IKLAN
Iklan dibuat oleh pelaku bisnis ataupun sebuah perusahaan atau
lembaga tertentuk sebagai bent komunikasi atau presentasi non pribadi
produk , jasa, ataupun perusahaan yang dikendalikan oleh produsen untuk
berkomunikasi dengan pelanggan.
Sebagai bentuk realisasinya, iklan akan disalurkan kepada perusahaan
periklanan. Perusahaan periklanan (seringkali disebut sebagai “Biro Iklan”)
adalah sebuah perusahaan yang membantu pengiklan (produsen) dalam
menangani perumusan rencana periklanan (dan program promosi),
membuat rancangan iklan, menyiapkan materi iklan hingga mengurus
pemasangan iklan di media massa dan media periklanan lainnya.
Perusahaan periklanan membuat perencanaan, desain, materi dan
pemasangan iklan berdasarkan perintah, informasi dan persetujuan dari
pihak pengiklan (produsen).

C. Fungsi Iklan

Keberedaan iklan merupakan hal yang penting bagi pelaku bisnis


karena sebagai alat komunikasi  untuk dapat memperkenalkan produknya
agar dapat di kenal oleh masyarakat. Iklan juga dibutuhkan bagi sebuah
lembaga tertentu untuk mengiklankan layanan masyarkat untuk memberikan
edukasi kepada masyarakat agar mudah diterima.
Secara umum iklan memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut
 Memberikan informasi
Iklan di gunakan oleh pelaku bisnis untuk memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai produk/jasa perusahaan. Informasi-
informasi tersebut dapat berupa menjelaskan mengenai kegunaan,
kemampuan, cara kerja, keunggulan, kualitas, serta harga produk/jasa
perusahaan. Informasi mengenai produk/jasa perusahaansangat di
perlukan apalagi terhadap suatu produk/jasa perusahaanyang baru di
pasarkan. Hal ini di lakukan agar konsumen mengetahui bahwa ada
produk/jasa baru. Tentunya hal tersebut juga dapat membantu bagi
ppelaku bisnis dalam membangun citra produk.
 Membujuk
Bentuk periklanan ini bersifat membujuk masyarakat untuk melakukan
pembelian terhadap produk/jasa perusahaan. Kemudian diharapkan
masyarakat juga akan melakukan pembelian ulang. Tujuannya adalah
menciptakan permintaan terhadap produk atau merek tersebut. Hal ini
tentu penting bagi produk pada masa persaingan. Dengan berusaha
untuk meyakinkan akan keunggulan produk atau merek perusahaan
terhadap produk pesaing dan di harapkan dapat mengubah persepsi
masyarakat terhadap produk atau merek perusahaan sehingga dapat
membujuk masyarakat untuk segera melakukan pembelian serta
membujuk konsumen pesaing untuk berpindah ke merek perusahaan.
 Mengingatkan
Yaitu iklan yang bertujuan mengingatkan kembali kepada masyarakat
terhadap produk/jasa perusahaan. Ketika masyarakat membutuhkan
produk atau merek tertentu, maka mereka akan mengingat produk atau
merek perusahaan untuk memenuhi kebutuhannya sekarang dan di
masa yang akan datang. Periklanan ini sangat bermanfaat bagi
produk/jasa perusahaan yang berada pada tahap kedewasaan. Selain
itu, bentuk periklanan ini juga berusaha untuk memberikan keyakinan
kepada konsumen bahwa pilihannya tepat.
 Memberikan Nilai Tambah
Dengan iklan yang efektif dapat memberikan nilai tambah terhadap
produk atau merek tertentu sehingga produk/jasa perusahaan dapat
dipersepsikan lebih mewah, lebih modern, lebih fleksible, lebih bergaya
dan lebih bergengsi. Sehingga secara keseluruhannya produk/jasa
perusahaan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen jika
di bandingkan dengan produk pesaing.
 Mendukung Usaha Promosi Lainnya.
Iklan juga dapat di gunakan untuk membantu meningkatkan
komunikasi produk dalam bentuk sales promotion serta membantu
pemasaran produk/jasa perusahaandalam bentuk komunikasi promosi
yang lainnya.

D. Manfaat Iklan Bagi Konsumen


a. Iklan menekankan kualitas dan sangat sering harga. Ini merupakan
jaminan tidak langsung kepada konsumen atas kualitas dan harga.
Produksi skala besar lebih lanjut yang diasumsikan oleh iklan
memungkinkan penjual ke produk penjual dengan biaya lebih rendah.
b. Iklan membantu menghilangkan perantara dengan membangun kontak
langsung antara produsen dan konsumen. Hal ini menghasilkan barang
yang lebih murah.
c. Membantu mereka mengetahui di mana dan kapan produk tersebut
tersedia. Ini mengurangi waktu belanja mereka.
d. Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk membandingkan
manfaat dan kerugian berbagai produk pengganti
e. Barangkali satu-satunya medium di mana konsumen dapat mengetahui
beragam dan penggunaan baru dari produk tersebut.
f. Iklan modern sangat informat

E. Pendekatan Iklan dalam Mempengaruhi Konsumen


 Faktor psikologis
- percaya diri, penarikan emosional
- sugesti
 Faktor sosiologis
- Ingin disanjung
- ingin meniru
- ingin kelihatan menonjol
- ingin dihargai

F. Macam-Macam Media Iklan


- Media elektronik
Contoh : televisi,radio,internet
- Media cetak
Contoh : surat kabar, tabloid, majalah
- Media luar gedung
Contoh : billboard,poster, sign
- Media lainnya seperti :
 Hadiah kecil
Korek api, jam, kipas angin
 Penggunaan media cetak lepas
Brosur,kartu katalog, kalender

Dalam media iklan menurut Widyatama (2007:76) adapun pembagian


iklan menurut media yang digunakan, sebagai berikut:

1. Iklan lini atas (above the line).


Iklan yang sifat medianya lebih universal atau menyeluruh (massa),
dimana lebih pada khalayak banyak yang tidak sling mengenal satu
sama lain dan menerima terpaan pesan iklan yang serempak. Adapun
media yang termasuk kategori lini atas yaitu: televisi, radio, surat
kabar, majalah, tabloid, dan media interaktif internet.
2. Iklan lini bawah (below the line) I
klan dengan menggunakan media yang lebih khusus sebagai bentuk
penyokong (pelengkap) iklan lini atas. Adapun kategori media yang
termasuk iklan lini bawah yaitu: poster, spanduk, 16 leaflet, baliho,
point of purchase, stiker, folder, dan masih banyak lagi.

G. Cara Iklan Mempengaruhi Konsumen


Cara iklan memengaruhi konsumen dapat melalui berbagai cara, diantaranya
yaitu melalui :
 Melihat
 Mendengar
 Membaca
 Tester
 Point

H. Pengaruh Positif Iklan


1. Iklan memberikan alternatif produk dan usaha bagi konsumen.
2. Iklan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk
atau usaha tertentu.
3. Iklan berfungsi sebagai media perkenalan antara produk atau usaha t
erhadap konsumennya.
4. Iklan dapat memberikan penjelasan serta manfaat produk atau usaha
tertentu

I. Pengaruh Negatif Iklan


1. Iklan secara tidak langsung dapat membuat orang membeli sesuatu
yang sebetulnya tidak dinginkan atau butuhkan, sehingga mendorong
perilaku hidup konsumtif atau boros.
2. Iklan mengakibatkan barang-barang menjadi lebih mahal karena
adanya biaya promosi.
3. Adanya kesan yang diciptakan, bahwa semua produk yang diiklankan
berkualitas baik dan sesuai dengan iklannya.

J. Saran Bagi Konsumen Agar Tidak Terengaruh Iklan Dalam Berkonsumsi


Kita sebagai konsumen harus bijak dalam mengelola keuangan terutama
dalam hal berkonsumsi. Hal yang utama dilakukan yaitu sebuah mindset
untuk melakukan konsumsi terhadap apa yang dibutuhkan bukan yang
diinginkan. Apabila dihadapkan oleh iklan yang menarik, kita harus menggali
informasi lebih terhadap barang tersebut, seperti testimoni yang diberikan
kosumen lainnya agar kita tau kelebihan dan kekurangannya. Semua kalimat
yang dibuat dalam iklan memiliki tujuan persuasif yaitu untuk membeli dan
menggunakan, sehingga kita jangan mudah untuk tertipu oleh iklan.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2017/04/macam-macam-bentuk-media-iklan.html
https://www.pahlevi.net/pengertian-iklan/
http://www.iklanvideotron.com/2017/07/mengapa-iklan-diperlukan/
https://web7crawler.wordpress.com/2014/10/06/bidang-bidang-pekerjaan-dalam-
perusahaan-periklanan/
http://www.iklanvideotron.com/2017/07/mengapa-iklan-diperlukan/
CARA BERBELANJA YANG SMART

Kegiatan berbelanja merupakan salah satu hal umum yang dapat dilakukan oleh
masyarakat. Terlebih sejalan dengan era perkembangan teknologi yang semakin
meningkat, maka hal tersebut berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat
menginginkan segala sesuatu hal yang mereka lakukan dan mereka inginkan dapat
dicapai seefisien mungkin. Pada era saat ini masyarakat memerlukan sistem
pembayaran yang lebih efektif, efisien dan tentunya transaksi tersebut aman untuk
dilakukan.

A. Pengertian Berbelanja Smart

Berbelanja merupakan suatu aktivitas yang biasa dilakukan oleh setiap orang untuk
memenuhi kebutuhan dengan membeli barang/jasa melalui proses transaksi.
Sementara berbelanja yang smart merupakan aktivitas berbelanja seperti biasa
namun memperhatikan berbagai aspek kebutuhan, kemampuan, kualitas
barang/jasa dll sehingga ia mampu mengalokasikan keuangan yang dimiliki secara
efektif dan efisien dan kebutuhan utama tetap terpenuhi.

B. Pentingnya Berbelanja Smart

Berbelanja yang smart perlu diterapkan oleh semua semua orang. Bagi sebagian
orang, “lapar mata” saat belanja menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihilangkan.
Saat jalan-jalan ke tempat belanja, niat awal untuk sekadar lihat-lihat alias window
shopping, malah berujung memborong banyak barang karena sulit mengendalikan
diri.
Hedonisme yang dapat mengarah pada perilaku konsumtif merupakan kebiasaan
hidup yang dapat merusak keuangan yang dimiliki . Gaya hidup seperti ini sudah
melekat di kalangan generasi milenial. Gaji anak-anak muda ini habis untuk
nongkrong di kafe, jajan kopi, makan di restoran, jalan-jalan, dan perilaku konsumtif
lainnya tanpa memiliki tabungan maupun investasi. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan mengatur strategi yaitu dengan berbelanja yang smart. Mengalokasikan
keungan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

C. Langkah-Langkah Berbelanja yang Smart


1. Bedakan kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan dan keinginan merupakan dua hal yang berbeda. Namun banyak
faktor seperti lingkungan pekerjaan, hingga kondisi lingkungan yang membuat
kesulitan untuk membedakan kedua hal ini. Inilah yang paling sering
menyebabkan seseorang terjebak dengan penggunaan uang berlebih. Untuk
itu sebelum belanja, pahami dulu seberapa butuh dengan barang yang
hendak dibeli.
Cek kembali barang-barang yang sudah diliki, apabila masih ada barang yang
sama dengan yang mau dibeli dan masih layak digunakan, artinya barang
tersebut hanya keinginan semata. Cara yang lebih muda yaitu dengan
memberi jeda 10 detik sebelum memutuskan untuk membeli suatu barang,
tanyakan pada diri sendiri dalam 10 detik tersebut, apakah barang tersebut
memang dibutuhkan atau hanya ingin memilikinya saja.
2. Tulis daftar barang yang ingin dibeli
Sebelum berbelanja, buatlah daftar barang yang dibutuhkan dan akan dibeli.
Selain berguna untuk memberi gambaran tentang berapa banyak bujet yang
harus dikeluarkan, daftar pembelian juga bisa mengontrol untuk tidak
berbelanja secara berlebihan, karena bisa fokus pada barang-barang yang
ada dalam daftar tersebut.
Usahakan untuk membuat daftar pembelian tersebut dari barang yang
terpenting dulu, lalu dilanjutkan dengan barang yang sifatnya tidak begitu
mendesak atau bisa dibeli belakangan. Dengan demikian, akan lebih terbantu
untuk mengontrol diri dalam membelanjakan uang sesuai kebutuhan.
3. Hindari uang tunai terlalu banyak di dompet
Banyaknya jumlah uang tunai yang terlihat di dompet bisa membuat
seseorang begitu ringan dalam membelanjakan uang tersebut. Maka dari itu,
usahakan untuk membawa uang secukupnya sesuai daftar belanja yang
sudah dibuat sebelumnya. Untuk berjaga-jaga, bisa membawa uang lebih
sekitar 10% dari perkiraan total belanja.
Hal ini bertujuan supaya lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan yang
menjadi prioritas. Selain itu, membawa uang terlalu banyak juga bisa
memancing tindak kejahatan, jadi membawa uang pas-pasan bisa
membuatmu terhindar dari hal yang tidak diinginkan tersebut.
4. Belanja online
Belanja online bisa jadi salah satu alternatif untuk berbelanja cerdas dengan
mudah dan lebih murah. Sebab dengan berkembangnya teknologi, semakin
banyak e-commerce yang bermunculan dan menawarkan produk bervariatif
dengan harga menarik dibandingkan toko konvensional. Belum lagi ketika
belanja di toko konvensional harus menembus kemacetan jalan untuk bisa
tiba di toko tersebut. Anda harus mengorbankan tenaga, waktu, dan biaya
transportasi. Jangan lupakan juga biaya konsumsi, tentunya harus mengisi
tenaga dengan makan untuk berkeliling mencari barang yang diinginkan atau
diincar.Sedangkan dengan belanja online, hanya memerlukan gadget dan
koneksi internet untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Meskipun ada
biaya ongkos kirim yang terkadang cukup merogoh kocek.
5. Bandingkan harga
Membandingkan harga barang di sejumlah toko penting dilakukan untuk
mendapatkan harga terbaik. Malas membandingkan harga hanya akan
membuat uang habis untuk barang yang seharusnya bisa didapatkan dengan
lebih murah. Apabila memilih belanja online, maka bisa semakin mudah untuk
membandingkan harga barang melalui situs pembanding e-commerce. Hal
tersebut dapat dilakukan cukup dengan mengetik nama barang yang mau
dibeli dan situs tersebut akan menunjukkan perbandingan harga dari berbagai
situs e-commerce, kemudian tinggal memilih barang dengan harga dan
penawaran terbaik.
6. Manfaatkan fasilitas kredit
Masih ada sebagian orang yang menghindari penggunaan fasilitas kredit
karena takut terlilit utang. Padahal jika digunakan secara bijak, banyak sekali
manfaat yang bisa Anda dapatkan. Salah satunya untuk belanja barang-
barang dengan harga cukup tinggi, seperti laptop misalnya. Butuh bujet yang
tidak sedikit untuk membeli sebuah laptop. Dengan menggunakan fasilitas
kredit laptop, maka beban yang ditanggung pun menjadi lebih ringan
ketimbang membelinya dengan dana tunai dalam satu waktu sekaligus.
Apalagi saat ini semakin banyak e-commerce yang menyediakan fasilitas
kredit laptop, baik melalui kartu kredit, maupun tanpa kartu kredit.
7. Catat daftar pengeluaran belanja
Mencatat pengeluaran belanja juga tak kalah penting untuk dilakukan. Sebab
dengan melakukan hal tersebut bisa memonitor kemana saja perginya uang
yang dihabiskan. Selain itu juga bisa tahu kebiasaan belanja yang sering
dilakukan dan memprediksikan pengeluaran belanja apa saja yang bisa
ditekan di kemudian hari.

D. Kesimpulan
Berbelanja yang dilakakukan secara cerdas akan membuat seseorang menjadi
hidup hemat dan meminimalisir keperluan yang tidak perlu. Tentunya, berbelanja
dengan smart merupakan strategi utama yang harus dilakukan agar
keuangannya terarah. Langkah-langkah yang dapat dilakukan sederhana dan
mudah untuk dilakukan.

E. Daftar Pustaka

http://repository.wima.ac.id/17249/2/BAB%201.pdf

https://money.kompas.com/read/2020/01/23/140800826/jadilah-konsumen-cerdas-
perhatikan-5-hal-ini-saat-belanja?page=all
CARA MEMBELI BUSANA DAN AKSESORISNYA

A. Pengertian Busana dan aksesoris


Busana adalah segala sesuatu yang di pakai mulai dari ujung kepala
smpai ujung kaki yang memberikan rasa nyaman dan menampilkan
keindahan bagi si pemakai.
Secara garis besar busana meliputi :
1. Busana mutlak yaitu busana yang tergolong busana pokok seperti baju,
rok, kebaya, blus, bebe dan lain-lain, termasuk pakaian dalam seperti singlet,
bra, celana dalam dan lain sebagainya.
2. Milineris yaitu pelengkap busana yang sifatnya melengkapi busana mutlak,
serta mempunyai nilai guna disamping juga untuk keindahan seperti sepatu,
tas, topi, kaus kaki, kaca mata, selendang, scraf, shawl, jam tangan dan lain-
lain.
3. Aksesoris yaitu pelengkap busana yang sifatnya hanya untuk menambah
keindahan si pemakai seperti cincin, kalung, leontin, bross dan lain
sebagainya.

B. Hubungan Busana dan Aksesoris


Perlu diingat bahwa dalam upaya memperlihatkan penampilan yang baik dan
bagi seseorang yang selalu dituntut tampil dan hadir secara proefesional
penting sekali untuk memperhatikan dan memperlihatkan secara keseluruhan
penampilan seseorang karena dapat mendukung peningkatan citra diri
dengan baik sehingga dapat berkomunikasi kepada orang lain,siapa diri anda
yang sebenarnya yaitu menyangkut keberadaan posisi, pengetahuan dan
kompetensi yang dimiliki oleh anda. Tantangan diatas adalah bagaimana
caranya anda berbusana dan aksesoris  yang baik yang tidak harus mahal
dan bermerek kelas dunia melainkan rapi, bersih, sesuai dengan situasi dan
kondisi serta tujuan khusus untuk lingkungan kerja. Busana dan aksesoris
yang dikenakan lebih mementingkan faktor kualitas  dengan berpatokan pada
keserasian busana, formalitas acara, budaya perusahaan  dibandingkan
dengan faktor fashionnya.
C. Peyesuaian Aksesoris terhadap gaya berbusana
Aksesori merupakan pelengkap gaya semata-mata merupakan unsure yang
dapat menaikan citra diri seseorang karena dapat digunakan untuk
memperlihatkan symbol status seseorang, bentuk yang eksklusif ,motif yang
menawan hati terbuat dari bahan-bahan berkilau indah membuat aksesori
mempunyai nilai dan pesona tersendiri, tentu saja hal tersebut menjadikan
harganya pun berkelas. oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila
aksesori menjadi bagian penting untuk menunjukan kesuksesan seseorang
juga dapat sebagai saving/simpanan. Hal yang harus diperhaikan agar
aksesori dipakai selaras dengan busana warnanya bisa saling berpadu
serasi. Sehingga memberikan aksen tersendiri dalam penampilan, bentuknya
harus mendukung keseluruhan penampilan, hal-hal yang perlu diperhatikan
agar aksesori yang dikenakan dapat memperlihatkan multi fungsi yang
sebenarnya dan tidak hanya menempel saja pada tubuh anda.

D. Cara Membeli Busana dan Aksesorisnya


Keinginan untuk tampil stylish dan mempesona membuat banyak perempuan
dan tidak menutup kemungkinan lelak untuk selalu rutin berbelanja busana.
Belanja berbagai koleksi baru seolah menjadi keperluan untuk menunjang
penampilan. Berikut ini, langkah-langkah untuk membeli busana dan
aksesorisnya :
- Membeli busana yang cocok sesuai bentuk tubuh
Penampilan kerap menjadi faktor penunjang kepercayaan diri. Dalam
berpenampilan tentunya memilih busana yang akan dikenakan tidak bisa
sembarangan agar tak salah saat tampil di depan umum. Busana yang
dikenakan juga harus memperhatikan kenyamanan dan selaras dengan
kepriban serta sesuai tidak dengan bentuk tubuh kita. Agar tidak salah
dalam memilih busana yang pas, maka simak ulasan berikut ini.
a. Untuk Badan Tinggi dan Kurus
1. Kenakan pakaian berbahan tebal, mengenakan pakaian
berbahan tebal dapat membuat tubuhmu terlihat lebih
proporsional karena seperti memberikan tambahan berat ke
tubuh.
2. Kenakan pakaian berwarna cerah, Warna-warna cerah dapat
memberikan kesan berisi pada tubuh. Pilih warna cerah seperti
khaki atau abu-abu. Jangan kenakan warna gelap atau pakaian
dengan pola garis vertikal, karena akan membuat terlihat lebih
tinggi dan kurus.
3. Perhatikan detail lain ataupun aksesoris, Jika memakai jaket,
jangan memilih yang panjangnya sampai pinggang bawah dan
mengancingkannya sampai atas. Hindari mengenakan dasi
model slim.
4. Kenakan celana yang agak lebar, Untuk menyiasati agar tidak
terlihat lebih kurus, kenakan celana yang agak lebar, jangan
model slim fit. Jika mengenakan jeans, gunakan yang
model lower cut.
b. Untuk Badan Gemuk atau Bertubuh Besar
1. Kenakan pakaian berbahan ringan, Pria atau wanita berbadan
gemuk atau besar sebaiknya mengenakan pakaian berbahan
ringan yang dapat membuat terlihat lebih ramping.
2. Kenakan warna gelap, Warna-warna gelap dapat memberikan
efek/ilusi merampingkan tubuh. Hindari pakaian berwarna
terang dan mengkilat, karena akan memfokuskan perhatian
orang terhadap tubuhmu.
3. Jangan menggulung lengan T-shirt, Jangan menggulung lengan
T-shirt/kemeja karena akan membuat lenganmu nampak besar.
4. Jangan mengenakan jeans terlalu ketat atau terlalu lebar,
Sebaiknya pilih jeans dengan jenis classic dengan
model straight pipe
c. Untuk Tubuh Pendek
1. Kenakan pakaian motif garis vertikal, Motif garis vertikal
merupakan cara terbaik untuk memberikan ilusi agar tubuh
terlihat lebih tinggi.
2. Kenakan baju atau kemeja lengan panjang yang tidak terlalu
longgar, Dengan ini anda akan terlihat lebih tinggi.
3. Kenakan celana panjang yang ukurannya pas dengan tubuh
Anda, Tidak terlalu menggatung ataupun terlalu panjang
4. Kenakan celana panjang/jeans model low rise dan straight
leg, Model celana ini membuatmu terlihat lebih tinggi.

- Membeli Busana Berdasarkan Kesempatan

1.Busana kerja

Busana ini dikenakan saat kita bekerja. Saat memilih busana ini,
sebaiknya kita pilih busana yang sopan dan rapi. Memilih busana kerja
juga harus sesuai dengan pekerjaan kita.  Busana kerja kantoran bagi
seorang wanita biasanya terdiri dari celana/ rok, blus, dan kemeja,
sedangkan bagi pria biasanya terdiri dari jas, kemeja dan celana

Gambar : Busana kerja wanita dan pria

Sumber : www.google.com
2. Busana sekolah/kuliah

Busana ini dipakai pada saat sekolah. Pada sekolah TK, SD, SMP, dan
SMA biasanya ada seragam yang modelnya sudah ditentukan oleh pihak
sekolah. Tetapi pemilihan busana untuk kuliah sebaiknya yang sopan,
rapi, memakai celana atau baju yang tidak terlalu ketat dan tidak
transparan. Hindari memakai kaos oblong. Pakailah kemeja atau baju
berkerah dan juga sepatu.
Gambar : Desain busana sekolah di Jepang

Sumber : www.google.com
3. Busana santai/rekreasi

Busana ini dipakai saat kita sedang bersantai atau berekreasi. Saat kita
bersantai, sebaiknya memilih busana yang berdesain sederhana tetapi
tetap terlihat stylist.

Gambar : Busana santai

Sumber : www.google.com
4. Busana pesta

Busana ini dipakai untuk menghadiri acara pesta. Pemilihan busana pesta
juga harus memperhatikan waktu, karena hal itu juga sangat
mempengaruhi desainnya juga Busana pesta sengaja dipilih dengan
desain yang mewah dan glamour.

Gambar : Busana pesta untuk sore/ malam hari

Sumber : www.google.com
5. Busana olahraga

Merupakan busana yang dikenakan saat berolahraga. Busana ini


menggunakan bahan yang menyerap keringat dan juga tidak panas saat
dipakai. Pakaian olahraga bisa bervariasi, seperti pendek atau panjang,
full warna atau hitam putih. Pemilihan busana olahraga juga harus
disesuaikan dengan jenis olahraga tersebut agar terasa nyaman dan
fleksibel.
-

Gambar : Busana olahraga

Sumber : www.google.com
6. Busana khusus

Busana ini dikenakan pada waktu khusus, misalnya: saat pesta kostum,
pernikahan atau saat karnaval

Gambar : Busana pengantin wanita

Sumber : www.google.com

- Cara membeli aksesoris yang sesuai dengan busana


 Sebelum membeli aksesoris, kita perlu memperhatikan aspek berikut
ini :
a. Warna
Ketika mengenakan warna hitam, putih atau lainnya netral,
aksesoris dalam warna apapun terlihat gaya dan terkoordinasi. Jika
mengenakan pakaian berwarna-warni, meskipun, pastikan aksesoris
fashion Anda tidak berbenturan.
Semuanya akan kembali ke dasar-dasar dari roda warna.
Warna primer, tentu saja, merah, biru dan kuning. Warna sekunder
adalah mereka yang dihasilkan dari pencampuran dua warna primer
(yaitu, merah ditambah kuning sama oranye).
Warna primer dan sekunder yang berdampingan pada kemudi
analog dengan satu sama lain. Mereka bekerja sangat baik bersama-
sama ketika mereka cocok pada tingkat yang sama terang atau
gelap.
Jika ingin membuat pernyataan fashion yang besar, pilihlah
warna-warna primer dan sekunder yang berlawanan satu sama lain
pada roda. Memasangkan warna ini adalah berani dan petualang,
dan beberapa warna tidak terlihat baik bersama-sama yang lain.
Hindari bermitra merah dengan hijau, meskipun, kecuali jika itu
adalah musim liburan. Percobaan untuk menemukan warna yang
paling cocok untuk diri sendiri. Secara umum, jangan gunakan lebih
dari tiga warna dalam satu penampilan.

b. Scale
Skala aksesoris busana merupakan hal penting. Bila memakai pola,
aksesoris sederhana adalah pilihan terbaik. Aksesoris dan perhiasan
yang terlalu sibuk akan membuat cetakan terlihat norak. Hal yang
sama berlaku untuk mengacak-acak, berpayet, bordir atau menghiasi
pakaian: Kenakan aksesori bersahaja untuk menjaga penekanan
pada pakaian Anda.
c. Style
Berikut adalah beberapa aksesoris yang umum untuk
dipertimbangkan, tergantung pada gaya pribadi :
 Aksesoris Classic – anting mutiara atau berlian–stud, syal
sutra, clutch kulit dan sepatu hitam klasik
 Aksesoris Glamorous – anting chandelier, bib kalung,
cincin koktail yang besar, clutch kristal-menghiasi,
oversized sunglasses dan langit-tinggi heel,
 Aksesoris Playful – perhiasan chunky, tas hobo, ikat
kepala, skinny belt dan berwarna-warni balet flat
 Aksesoris Edgy – tebal manset gelang, kalung choker,
bertabur tas dan booties kulit hitam
 Aksesoris hari kerja – kalung halus, menonton klasik, tas
bahu atau tas besar dan kitten heels
 Aksesoris kasual – permen berwarna gelang atau jam
tangan, kacamata hitam Wayfarer, tas crossbody, floppy
topi dan sepatu bot setinggi lutut atau sandal espadrille

 Kenali bahan aksesoris


Sebelum membeli aksesoris wajib mengenali bahan dari aksesoris
tersebut. Jika ingin aksesoris yang telah dibeli tahan lama tentu
wajib membeli aksesoris dengan bahan berkualitas.selain itu juga
supaya anda tahu cara merawat dan menjaga aksesoris kita dengan
benar agar awet dan tahan lama. Selanjutnya, dengan bahan
aksesoris yang tepat kita tak perlu khawatir akan alergi jika kulit kita
sensitif pada bahan tertentu.
 Tidak perlu membeli aksesoris yang mahal
Barang mahal memang selalu menggoda untuk dibeli. Ini karena
kesan yang mewah dan menawan pada barang mahal yang
membuat kita ingin sekali memilikinya, terutama untuk barang seperti
hiasan baju. Memang yang mahal akan terlihat lebih elegan dan lebih
mewah kala dipakai dan kita pun akan merasa lebih percaya diri
ketika memakai barang mahal.
Padahal untuk tampil cantik dan elegan tak melulu harus mahal. Ada
aneka hiasan baju dengan harga murah namun bisa menonjolkan
kesan fashionable. Anda memang harus lebih pandai memilih
produknya saja. Pilih yang trendi dan kekinian supaya anda tetap
bisa merasa percaya diri dengan hiasan baju yang anda pilih kendati
harganya tidak mahal.

E. Langkah-Langkah Perawatan Pakaian dan Aksesoris


 Pakaian

Kunci dari perawatan pakaian terletak pada pencucian dan


penyimpanan yang benar. Ada beberapa trik sederhana namun
bermanfaat yang bisa anda terapkan untuk menjadikan pakaian
lebih awet. Berikut ini beberapa di anataranya yang dapat
diterapkan:

1. Ketahui saat yang paling tepat untuk mencuci baju


Ada beberapa jenis pakaian yang boleh anda pakai berkali-
kali sebelum dicuci. Ada juga yang harus segera masuk
laundry setelah dipakai sekali atau dua kali. Jeans bisa
dipakai 5 sampai 10 kali sebelum dicuci. Sweater boleh
dipakai 10 sampai 15 kali. Sementara kemeja, t-shirts,
pakaian dalam, dan kaos kaki sebaiknya langsung dicuci
setelah 1 kali pemakaian..
2. Tutup semua ritsleting sebelum dicuci
Agar ritsleting tidak mudah rusak atau melar, tutup satu per
satu sebelum dicuci. Hal ini terutama sangat berguna jika
anda mencuci dengan mesin.
3. Tambahkan garam dalam air cucian
Garam bisa menjaga agar warna cerah pakaian tidak luntur
saat proses pencucian. Tambahkan sedikit garam untuk
pakaian berwarna atau larutan garam dan cuka untuk jeans
pada air cucian.
4. Bersihkan noda secepatnya
Jika pakaian kotor karena noda, segera bersihkan. Setelah
itu, cuci dan keringkan seperti biasa. Jangan didiamkan
hingga noda melekat dan mengundang jamur.
5. Gunakan air dingin untuk mencuci
Mencuci dengan air panas atau hangat mungkin bisa
membuat noda lebih cepat luntur. Tetapi air panas juga bisa
merusak bahan dan warna pakaian. Gunakan air dingin saja,
terutama jika anda tak ingin bajumu cepat melar.
6. Pisahkan baju sesuai warna saat dicuci
Mungkin anda sudah belajar trik ini dari orangtuamu.
Pisahkan baju sesuai dengan warnanya agar tidak
kelunturan saat dicuci
7. Cuci dan keringkan baju dalam keadaan terbalik
Cuci baju dengan bagian dalamnya berada di luar, kemudian
jemur dengan cara yang sama. Ini bisa mencegah baju
kehilangan warna karena gesekan saat dicuci serta
menghindari kerusakan warna akibat paparan sinar matahari
langsung.
8. Keringkan pakaian putih di luar, baju berwarna di dalam
Jika memungkinkan, keringkan baju yang berwarna putih di
luar ruangan dan keringkan pakaian berwarna gelap dan
cerah di bawah naungan atap.
9. Simpan dan lipat dengan rapi
Lipat pakaian yang bahannya mudah melar seperti kaus dan
sweater. Gantung kemeja dan terusan dengan hanger agar
senantiasa rapi. Pastikan tempat penyimpanan tidak lembap,
namun terhindar dari paparan sinar matahari. Jika
diperlukan, letakkan beberpa butir kapur barus di dekatnya.
10. Jangan memakai pakaian untuk di luar rumah saat tidur
 Aksesoris

1. Biasakan untuk menyimpan aksesori di sebuah kotak khusus


yang dialasi oleh bahan lembut.
2. Pisahkan aksesori yang satu dengan lainnya agar tidak
bergesekan yang menjadi penyebab kerusakan
3. Menggunakan plastic clip juga adalah salah satu solusi untuk
memisahkan masing-masing aksesori.
4. Untuk aksesori kalung, rapikan rantai atau talinya sebelum
disimpan agar tidak kusut dan saling menyatu.
5. Hindari aksesoris Anda dari kontak langsung dengan bahan
kimia, bahan bersuhu panas, bahan bersuhu terlau dingin,
hairspray, parfum, aseton, dan sebagainya agar tidak rusak.
6. Lepas semua aksesoris saat mandi ataupun berenang.
Kandungan klorin dalam kolam renang juga dapat memudarkan
kilau aksesori.
7. Hindari menggunakan aksesori saat berolahraga, atau
mengerjakan pekerjaan rumah. Keringat yang menempel pun
akan merusak fisik aksesoris tersebut.
8. Simpanlah aksesoris dalam keadaan kering dan hindarkan dari
kontak matahari langsung.
9. Sisipkan silica gel khusus logam pada kotak penyimpan
aksesoris untuk mengcegah warnanya memudar.
10. Simpan aksesori dalam keadaan kering dan hindari kontak
matahari langsung.
11. Untuk aksesoris berbahan kulit, bersihkan dengan pembersih
khusus leather atau minyak kayu putih.
12. Usahakan untuk membersihkan aksesoris secara rutin
menggunakan deterjen setidaknya satu bulan sekali.

F. Daftar Pustaka
- https://bp-guide.id/AXXd5swq
- http://hartonomall.com/tips-memilih-busana-dan-aksesoris-busana-sesuai-
bentuk-tubuh/
- https://www.slightshop.com/cara-memilih-aksesoris-yang-pas-dengan-
busana/
- http://novfitrisih.blogspot.com/2011/05/busana-dan-aksesoris-dan-
penampilan.html
- https://elmodista.com/2020/02/11/penggolongan-busana-berdasarkan-
kesempatan/
-
III
UJIAN TENGAH SEMESTER
MENGHADAPI PERILAKU KONSUMTIF DI ERA EDUCATION 4.0

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Abad ke-21 ditandai dengan era revolusi industri 4.0 sebagai abad
keterbukaan atau abad globalisasi. Era revolusi industri 4.0 juga
mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan
tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih esensial, yakni
perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri yang
disebut era education 4.0.
Education 4.0 adalah program untuk mendukung terwujudnya
pendidikan cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas
pendidikan, perluasan akses dan relevansi memanfaatkan teknologi dalam
mewujudkan pendidikan Kelas Dunia untuk menghasilkan peserta didik
yang memiliki setidaknya 4 keterampilan abad 21 yaitu kolaborasi,
komunikasi, berpikir kritis dan kreatif, mengacu pada standar kompetensi
global dalam mempersiapkan generasi muda memasuki realitas kerja
global dan kehidupan abad 21. Era educaton 4.0 erat kaitannya dengan
sebuah pemanfaatan teknologi secara maskimal, banyak hal dapat
dilakukan melalui media online yang dipermudah dalam era ini, sebagai
contoh pedaftaran sekolah maupun perkuliahan melalui media online,
penyebaran surat edaran melalui via email, pembelajaran online, bahkan
banyak aplikasi yang menyediakan video pembelajaran beserta materi
yang biasa didapatkan di sekolah.
Pada era ini, identik dengan kehidupan yang segalanya dipermudah
dengan adanya teknologi. Hal ini menimbulkan beberapa pengaruh positif
dan juga negatif. Perubahan pola konsumsi masyarakat tampak pada
sikap konsumerisme, dan menjadikan konsumsi sebagai bagian dari
gaya hidup dengan memperhatikan prestise dan pencitraan. Hal ini
tidak terlepas dari perubahan yang terjadi akibat era revolusi industri
4.0 yang berdampak pada penjualan produk dengan memanfaatkan
teknologi, Dengan adanya era education 4.0 diharapkan mampu
menghadapi adanya perilaku konsumtif dengan menerapkan pola hidup
sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan, berfikir kritis, teliti dan
menerapkan hidup hemat.
b. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perilaku konsumtif dapat terjadi ?
b. Bagaimana system yang diterapkan dalam education 4.0 untuk
menghadapi perilaku konsumtif?
c. Bagamaina implementasi secara nyata untuk menghadapi perilaku
konsumtif di era education 4.0
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab dan dampak negatif dari perilaku
konsumtif
2. Untuk mengetahui cara menghadapi perilaku konsumtif di era
education 4.0
3. Untuk mengetahui implementasi secara nyata dalam menghadapi
perilaku konsumtif
BAB II
PEMBAHASAN
Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini merupakan dampak dari
adanya era industri 4.0. Adanya kemudahan dalam mengakses teknologi
terutama dalam hal berbelanja mendorong para konsumen untuk berperilaku
konsumtif karena semua perbelanjaan dapat dilakukan secara online. Para
konsumen diberi kemudahan dalam mengaksesnya, bahkan dalam segala
bidang. Menurut Penelitian oleh Dewi, Nas, & Riadi (2016) menunjukkan
bahwa faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan
keputusan terhadap pembelian produk, dipengaruhi oleh faktor kebudayaan,
pribadi, sosial dan psikologi. Dalam penelitian ini, perubahan terhadap
perilaku terutama pada segmen mahasiswa, pekerja profesional dan pekerja
berpenghasilan rendah yang memiliki tingkat ketergantungan pada teknologi
yang tinggi. Penyebab dari mundulnya perilaku tersebut diantaranya yaitu :

a.) Budaya / Tren


Fenomena tren budaya terjadi seiring perkembangan teknologi dan
media sosial yang menjadi sarana untuk mengekspresikan diri agar
diketahui oleh orang lain, komunitas dan masyarakat yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan aktivitas perilaku konsumen seperti
perkembangan mode busana dan aksesorisnya, penggunaan teknologi
(smartphone, gadget, teknologi lainnya) atau aktifitas lainnya, produk
yang mendukung dan menguatkan identitas pribadi penggunanya.
b.) Image/Pencitraan
Konsumsi barang yang dilatarbelakangi pencitraan sesungguhnya
sangat terkait oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis
yang merupakan bagian dari perilaku konsumen.
c.) Life Style / Gaya Hidup
Gaya Hidup merupakan kebutuhan sekunder manusia dan berubah
sesuai keinginannya serta pola pikirnya. Hal ini dapat terlihat dari cara
berpakaian, kebiasaan sehari-hari, produk yang dipergunakan dan
lainnya.
d.) Prestise
Secara konsep prestise ditafsirkan sebagai sebuah kehormatan atas
kemampuan yang dimiliki seseorang dan menjadikan orang tersebut
berbeda dengan orang lain. Dalam hal ini, kehormatan yang didapat
berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memiliki berbagai
macam, ragam, jenis dan kualitas produk sehingga akhirnya membuat
orang tersebut berbeda. Dalam penelitian ini, perbedaan dalam
penentuan sikap, terutama dalam memilih dan menyeleksi produk yang
menjadi citra dari nilai produk yang dikonsumsinya.
Adanya transformasi perilaku konsumsi terutama karena era revolusi
industri 4.0 yang antara lain menyebabkan perubahan pola penjualan,
promosi, dan konsumsi. Pembeli dan penjual tidak dibatasi ruang dan waktu
dalam melakukan transaksi. Perlu adanya gerakan yang dapat menimbulkan
kesadaran bagi konsumen untuk tetap memperhatikan sikap hidup hemat,
membeli produk sesuai dengan kebutuhan meskipun saat ini dihadapkan
pada kemudahan dalam membeli produk.
Era education 4.0 yang merupakan sistem pendidikan yang
mengutamakan pemanfaatan teknologi secara maksimal dan tepat sasaran.
Kemudahan mencari informasi, mentransfer informasi dan membuat sesuatu
yang baru dengan mudah dilakukan hanya dengan mengkoneksikan
komputer dan jaringan. Perubahan cara kerja lama dengan cara kerja baru
yang serba mudah secara otomatis memicu adanya perubahan pola pikir,
cara kerja dan hubungan yang harmonis antar individu atau kelompok
masyarakat. Perubahan yang disikapi secara bijak akan dapat menghasilkan
output yang positif namun sebaliknya, jika perubahan tersebut disikapi kurang
bijak akan merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Kita sebagai
generasi yang hidup di era education 4.0 informasi mengenai bagaimana
menjadi konsumen yang baik, sehingga segala transaksi yang dilakukan
dapat terjadi secara efektif dan efisien. Sebelumnya, perlu ditanamkan
sebuah prinsip bahwa perilaku konsumtif bukanlah hal yang baik. Hal ini
diharapkan mampu menjadi langkah dalam menghadapi perilaku konsumtif.
Perlunya mata pelajaran dan mata kuliah pedidikan sebagai lamgkah
untuk menghindari perilaku konsumtif agar menjadi konsumen yan bijak
dalam mengelola keuangan.
Pendidikan konsumen mengajarkan bagimana perilaku konsumen yang
bijaksana. Perilaku konsumen itu sendiri adalah semua kegiatan, tindakan
serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan
jasa setelah melakukan kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2003). Adanya
mata pelajaran maupun mata kuliah memiliki tujuan agar memiliki wawasan
luas tentang barang dan jasa, kebutuhan dan keinginan yang diperlukan
dalam kehidupannya,
mempertinggi kemampuan memilih, membeli barang dan jasa yang
dibutuhkan, mempertinggi taraf kehidupan karena ekonominya menjadi sehat
akibat umur barang menjadi panjang sehingga menghemat pengeluaran,
mencapai keuntungan dan kepuasan dalam cara berkomsumsi.
Sosialiasi dibeberapa media sosial maupun secara langsung perlu
dilakukan untuk menambah wawasan agar tidak tertipu dengan barang yang
diperdagangkan baik dengan cara promise dalan bentuk iklan yang
ditayangkan diberbagai media. Selanjutnya dilakukan sosialisasi untuk
menanamkan pemahaman peserta mengenai hak dan kewajibannya
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen dan regulasinya. Diharapkan mampu
mewujudkan komunitas konsumen yang lebih cerdas, kritis, dan memiliki
kesadaran bertindak baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya,
sehingga mampu menghadapi pasar yang semakin terbuka dan selanjutnya
kepada pelaku usaha dapat meningkatkan kesadarannya untuk melindungi
konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab dalam
menjalankan usahanya secara professional, mengedepankan etika bisnis,
tertib mutu dan tertib ukur. Sosialiasi seperti ini telah di laksanakan
dibeberapa wilayah di Indonesia.
Implementasi nyata yang dapat dilkakukan dalam menghadapi perilaku
konsumtif di era eduation 4.0 yaitu dengan menabung, membuat anggaran
belanja, mengedepankan kebutuhan daripada keinginanm lebih cermat dan
teliti dalam membeli barang. Sebagai konsumen yang terdidik harus mampu
menjadi konsumen yang memenuhi hak dan kewajibannya tanpa melanggar
hak dari orang lain.
BAB III
KESIMPULAN

Era education 4.0 dengan masuknya pendidikan konsumen dalam mata pelajaran
merupakan hal penting untuk menghadapi perilaku konsumtif pada era tersebut.
Oleh karena itu pendidikan memiliki peran penting dalam mempersiapkan peserta
didik agar mampu berpikir kritis dalam pengelolaan keuangan sehingga terhindar
dari perilaku yang konsumtif. Dalam hal ini dukungan dari berbagai pihak terkait
sangatlah diperlukan agar mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang
mampu berpikir kritis dalam berkonsumsi.
Daftar Pustaka

1. Conference on Management and Behavioral Studies Universitas


Tarumanagara, Jakarta, 25 Oktober 2018 ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO:
2541-285X
2. JURNAL NUSANTARA OF RESEARCH 2019, Vol. 6, No. 1, 1-15 P-ISSN:
2579-3063/ E-ISSN: 2355-7249 http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/efektor
3. Artikel Revolusi Industri 4.0 dan Dampaknya terhadap Pendidikan di
Indonesia oleh Sukartono FIP PGSD Universitas Muhammadiyah Surakarta
4. http://ranie928.blogspot.com/2010/09/pentingnya-pendidikan-konsumen-
terhadap.html
5. http://ditjenpktn.kemendag.go.id/edukasi-konsumen/edukasi-konsumen
6. www.sumbarprov.go.id/details/news/8240
7. https://swa.co.id/swa/trends/transformasi-edukasi-menuju-education-4-0-
harus-segera-dimulai
8. https://www.researchgate.net/publication/
332423142_ANALISIS_PENDIDIKAN_INDONESIA_DI_ERA_REVOLUSI_IN
DUSTRI_40
IV
ARTIKEL SYARAT UAS
MENJADI KONSUMEN BIJAKSANA
DI ERA DIGITALISASI
MENJADI KONSUMEN BIJAKSANA DI ERA DIGITALISASI

Meita Yustika Aisah1


1
Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: meitayustika.2019@student.uny.ac.id

ABSTRAK

Kegiatan mengkonsumsi barang/jasa merupakan salah satu hal umum yang dapat
dilakukan oleh masyarakat. Terlebih sejalan dengan era digitalisasi yang ditandai
dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hal tersebut berpengaruh terhadap
pola konsumsi masyarakat. Kemudahan dalam melakukan konsumsi mewujudkan
keinginan konsumen yang ingin berbelanja dengan cepat dan efisien. Banyak
fasilitas berbelanja yang dilakukan secara online merupakan perwujudan dari era
digitalisasi di bidang bisnis. Pada era ini, sebagai konsumen yang baik harus
memiliki sikap bijaksana agar terhindar sikap konsumtif dan hedonisme.  

Kata Kunci : Konsumen, bijaksana, era digital

PENDAHULUAN

Era digitalisasi telah Berkembangnya era digital


menyongsong perubaan dalam membawa perubahhan terhadap
berbagai bidang, teknologi kian perilaku konsumen. Kebiasaan
konvergen dengan kehidupan manusia. berbelanja di pasar kini telah
Komunikasi dan informasi bersinergi tergantikan belanja online, sehingga
hingga menghasilkan beberapa alat- membuat proses belanja semakin
alat komunikasi baru berupa gadget, mudah. Indonesia diketahui sebagai
smartphone, layanan secara online dan wilayah dengan pengguna digital
lain-lain. terbanyak di Asia Tenggara, yaitu
sekitar 100 juta orang. Hal ini membuat
cara sebuah produk terhubung dengan
Era digitalisasi mengakibatkan konsumennya berubah. Jalur
berubahnya cara berpikir manusia, pemasaran digital dengan
hidup, dan berhubungan satu dengan menggunakan internet terlihat lebih
yang lain. Perubahan yang signifikan ampuh saat ini.
pada bidang teknologi, menyebabkan
perubahan pada bidang lain, seperti
ekonomi, sosial, dan politik. Hal ini Dalam menghadapi era
membawa arus baru bagi konsumen digitalisasi, diperlukan konsumen bijak
terutama dalam perubahan dalam mengelola keuangan dan
perilakunya. mengatur pengeluaran. Konsumen
harus mampu mengikuti arus
perkembangan teknologi sehingga b. Mencari informasi
mampu mengikuti arus perubahan agar pendukung.
terhindar dari ketertinggalan. c. Mempertegas fokus
Konsumen yang kurang bijak dan
dengan mempersempit
tertinggal akan mudah diperdaya oleh
pihak penjual yang telah dan mengorganisasikan
memanfaatkan teknologi secara mahir. bahan bacaan
d. Mencari dan menemukan
sumber sebagai bahan
Konsumen bijaksana akan
bacaan melalui
mampu menghindari dari beberapa
sikap konsumtif dan hedonisme. perpustakaan online.
Konsumsi yang berlebihan akan e. Mereview dan
berdampak buruk baik dalam hal mengorganisasikan setiap
perekonomian,sosial, lingkungan dan sumber yang didapat.
lain-lain. B. Analisis Data Penelitian
Kepustakaan
Penelitian kualitatif merupakan
Tujuan artikel ini adalah untuk
jenis penelitian yang dominan
mengetahui gambaran umum menganalisis data yang telah
mengenai konsumen bijaksana di era ada yaitu dengan menggunakan
digitalisasi. reduksi data kemudian
melakukan penarikan
METODE kesimpulan dengan
menggunakan logika, etika dan
Metode yang digunakan dalam estetika.
mengidentifikasi gambaran umum Nilai pustaka ditentukan oleh
mengenai konsumen bijaksana di era sifat kebaruan pustaka dan
digitalisasi, diantaranya yaitu : luasnya publikasi pustaka.
Internet memungkinkan
A. Pengumpulan Data Penelitian pencarian informasi dapat
Kepustakaan dilakukan lebih mudah dan
Penelitian kualitatif dalam cepat. Informasi tersedia dalam
berbagai format, dalam
pengambilan data harus
penelitian ini sumber pustaka
dilakukan secara mendalam. berasal dari :
Pengambilan data disesuaikan i. Makalah
dengan tema persoalan pokok ii. Bahan referensi :
yang dibahas yaitu mengenai Wikipedia
gambaran umum konsumen iii. Artikel dari beberapa blog
bijaksana di era digitalisasi.. Dalam memilih sumber pustaka
harus dilakukan dengan teliti
Langkah-langkah mencari sesuai dengan tema/topik
referensi untuk membantu dalam penelitian.
C. Penyusunan Artikel Ilmiah
penelitian kepustakaan : Dalam penyusunan artikel ilmiah
harus dilakukan secara
a. Mencari ide umum
sistematis dalam memaparkan
mengenai topik bahasan data atau informasi yang
diperoleh, sehingga terdapat
kesinambungan dari abstrak kualitas Sumber Daya Manusia.
hingga kesimpulan. Diperlukan penguasaan tekonologi
yang baik sehingga penerapannya
akan tepat sasaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Era digitalisasi telah merubah
Era digital adalah masa dimana
tatanan kehidupan, salah satunya yaitu
semua manusia dapat saling
perilaku konsumen. perilaku kosnumen
berkomunikasi sedemikian dekat
pada era digitalisasi sekarang ini
walaupun salng berjauhan. Kita dapat
memiliki karakter tertentu diantaranya
dengan cepat mengetahui informasi
yaitu :
tertentu bahkan real time. Menurut
Wikipedia, era digital bisa juga disebut
dengan globalisasi. Globalisasi adalah
proses integrasi internasional yang
terjadi karena pertukaran pandangan
dunia, produk, pemikiran, dan aspek-
aspek kebudayaan lainnya yang
banyak disebabkan oleh kemajuan
infrastruktur telekomunikasi,
transportasi dan internet.
Memasuki era digitalisasi
memberikan kemudahan akses ke
dalam berbagai bidang, tidak hanya
teknologi komunikasi & informasi yang
berkembang pesat,namun juga
membawa dampak yang signifikan bagi
perekonomian. Semua sistem bisnis
yang masih menerapkan metode
konvensional beralih pada metode
digital.

Perdagangan pada erra digital


sudah tidak menganal batas negara
maupun waktu. Bisa melakukan
transaksi tanpa berpinda tempat dan
dalam waktu yang lebih efisien dan
menghemat biaya. Sebagai contohnya
yaitu, menjamurnya layanan
transportasi online, jual-beli online, dan
kegiatan lain yang memanfaatkan
metode daring.

Kemajuan teknologi dan informasi


harus dibarengi dengan peningkatan
a. SNOB Golongan smart ini merupakan
golongan yang perhitungan.
Golongan snob ini adalah Golongan ini dalam memilih
golongan di mana konsumen produk selalu memperhatikan
menjadi sangat pemilih. nilai-nilai yang diberikan oleh
Golongan ini sangat pemilih suatu produk. Konsumen pada
untuk menentukan produk dari golongan ini memperhatikan
kualitasnya. Menurut golongan keuntungan yang didapatkan,
ini, kualitas suatu barang yang ia lalu dibandingkan dengan harga
beli merupakan salah satu hal atau biaya yang dikeluarkan.
yang dapat meningkatkan status Contoh untuk golongan smart
sosialnya. Contoh untuk ini, ada orang ingin membeli
golongan snob ini, ada seorang sebuah handphone. Orang
wanita sosialita yang ingin tersebut akan melihat harga dan
membeli tas, maka ia akan kualitasnya lalu dibandingkan.
memilih tas bermerek dan tidak Ada 2 merek handphone dengan
membeli yang tiruan. Bagi para harga mahal namun jarang
wanita sosialita memiliki tas mengalami kerusakan dan
bermerek dapat meningkatkan handphone murah namun sering
status sosial menjadi lebih tinggi rusak dan eror. Maka, orang
dibandingkan dengan lainnya. tersebut akan memilih
b. SMART handphone dengan harga mahal
namun pengeluaran kedepan
untuk service lebih sedikit.

c. DUMB
Golongan dumb ini merupakan mengalami kejahatan dalam
golongan yang bukan pemilih berbelanja online. Oleh karena itu,
tetapi memiliki satu prinsip yang sebagai konsumen kita harus belajar
selalu ia gunakan. Konsumen
menjadi konsumen yang bijaksana dan
pada golongan ini tidak melihat
kualitas, nilai, ataupun benefit bijaksana agar terhindar dari hl-hal
yang akan didapatkan. buruk seperti penipuan, kekecewaam
Konsumen golongan ini membeli terhadap barang yang sudah dibeli,
suatu produk yang dengan sikap konsumtif, dan hedonisme. Ada
melihat harga yang paling banyak cara yang dapat dilakukan
murah. Saat produk tersebut untuk menjadi konsumen yang
memiliki harga murah, maka
bijaksana, diantaranya yaitu
dengan mudah juga mereka
akan membelinya. Contoh untuk a. Membuat prioritas dan
golongan dumb ini, ada orang membandingkan harga
yang ingin membeli sepatu. Putuskan apakah Anda benar-
Orang tersebut tidak akan benar membutuhkan barang yang
mencari sepatu dengan harga akan anda beli. Sebagai
yang mahal, namun mereka konsumen, Anda mungkin tergoda
akan membeli sepatu harga
untuk membeli barang secara
murah walaupun sepatu tersebut
akan cepat rusak. impulsif, terutama jika produk
ditampilkan dengan bagus. Tetapi
Perdagagan di era ini dipenuhi Anda harus mencoba memahami
oleh transaksi jual-beli maupun cara membelanjakan uang Anda
pemanfaatan jasa menggunakan dan menghindari membeli sesuatu
digital, dan platform yang digunakan hanya karena sedang diobral.
oleh para konsumen adalah gadget. Sebaliknya, pastikan barangnya
Alasan terbesar berbelanja sesuai dengan anggaran Anda
menggunakan gadget adalah lebih dan tidak akan membahayakan
flesibel dan lebih nyaman. Selain keuangan Anda.
itu,dapat dilakukan dimana saja, tidak Selain itu, sebelum Anda
membutuhkan waktu yang lama, membeli suatu barang, Anda
konsumen tidak perlu keluar membeli harus memastikan bahwa
barang karena barang akan dikirim dan penjualan tersebut bagus untuk
sampai pada tangan konsumen dengan anda. Anda dapat mengambil
aman. keputusan pembelian dengan
Semakin hari semakin banyak terlebih dulu membandingkan
masyarakat Indonesia yang beralih harga barang di beberapa
berbelanja via online. Hingga tahun pengecer berbeda secara online
2017, perilaku masyarakat Indonesia atau di toko.
dalam berbelanja online meningkat Carilah harga terendah untuk
sebesar 15% dari tahun sebelumnya. barang tersebut, karena beberapa
Konsumen dan produsen semakin pengecer mungkin memiliki
banyak yang beralih memanfaatkan penjualan yang lebih baik daripada
kecanggihan teknologi di yang lain. Baik online maupun off-
era digital. Tak jarang konsumen
line, hemat adalah prinsip terbaik dengan mudah melakukan
bagi seorang konsumen. transaksi.
Salah satu
b. Perhatikan image penjual di toko  keunggulan marketplace misalnya
online uang yang anda bayarkan belum
Sebagai upaya kehati-hatian, bisa diterima penjual sampai anda
anda perlu mengetahui image toko menyatakan proses pembelian
online tujuan anda dengan selesai. Ketika barang sampai dan
beberapa cara. Misalnya melihat Anda merasa barang tidak sesuai
testimoni konsumen, rating dari dengan deskripsi, bahkan tidak
pelanggan (biasanya dengan logo sesuai yang Anda cari, bisa
bintang) dan bisa juga komplain dan barang dikembalikan
berdasarkan review yang bisa ke penjual dan uang dikembalikan
ditemukan di internet. ke Anda sepenuhnya.
Namun anda perlu hati-hati juga Sementara kekurangannya yaitu
sebab ada beberapa e-commerce kemudahan menjual barang
dan toko online yang membuat di marketplace tanpa harus
testimoni dan review palsu atau membangun brand juga rentan
hasil rekayasa di media sosial dan akan penjualan barang-barang
forum mereka. palsu.
Intinya adalah mencari informasi Sedangkan toko online adalah
sebanyak dan se-berkualitas sebuah toko yang menjual barang-
mungkin sebelum membeli. barang yang direalisasikan dalam
tampilan sebuah website yang
c. Memahami Keunggulan Dan dapat diakses saat terhubung
Kelemahan toko Online Ataupun dengan jaringan internet. Anda
Marketplaces bisa menjumpai banyak nama toko
Ketika ingin melakukan belanja online baik yang memiliki website
online, anda bisa memilih sendiri atau hanya menggunakan
menggunakan toko online media sosial seperti Instagram.
atau marketplace. Marketplace  Keunggulan toko online
dapat disebut dengan pasar misalnya kualitas barang lebih
online. dapat dipercaya karena penjual
Beberapa contoh marketplace yan toko online biasanya punya produk
g populer di Indonesia saat ini sendiri, atau kerjasama dengan
seperti; Tokopedia, BukaLapak, produsen secara lebih khusus.
Lazada dan Elevenia. Selain mereka harus membangun
Pada prinsipnya, marketplace atau dan menjaga brand supaya tetap
pasar online akan bisa tumbuh berkelanjutan.
mempertemukan banyak penjual
dengan banyak d. Pahami hak dan kewajiban anda
pembeli. Marketplace menyediaka sebagai konsumen.
n tempat, fasilitas dan infrastruktur Hak dan kewajiban konsumen
agar penjual dengan pembeli bisa diantaranya yaitu :
 Hak konsumen 1. Membaca atau mengikuti
petunjuk informasi dan
1. Hak atas kenyamanan, prosedur pemakaian barang
keamanan, dan dan jasa
keselamatan dalam 2. Beriktika baik dalam
mengkonsumsi barang melakukan transaksi
dan/atau jasa; pembelian barang dan jasa
2. Hak untuk memilih barang 3. Membayar sesuai dengan
dan/atau jasa serta nilai tukar yang disepakati
mendapatkan barang 4. Mengikuti upaya
dan/atau jasa tersebut penyelesaian hukum
sesuai dengan nilai tukar sengketa secara patut.
dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan; Kita dan konsumen Indonesia
3. Hak atas informasi yang lainnya, dinilai masih memerlukan
benar, jelas, dan jujur edukasi dan pemberdayaan agar
mengenai kondisi dan mengerti hak dan kewajiban
jaminan barang dan/atau
sebagi konsumen.
jasa;
4. Hak untuk didengar Ketidakpahaman kita sebagai
pendapat dan keluhannya konsumen terhadap hak dan
atas barang dan/atau jasa kewajiban menyebabkan masih
yang digunakan; sangat rendahnya keberanian kita
5. Hak untuk mendapatkan untuk melapor apabila dirugikan
advokasi, perlindungan, dan pelaku usaha.
upaya penyelesaian
“Konsumen Indonesia harus
sengketa perlindungan
konsumen secara patut; didorong agar berani melapor bila
6. Hak untuk mendapat dirugikan. Tidak usah takut karena
pembinaan dan pendidikan ada undang-undang yang
konsumen; menjamin,” ujar Ketua Pengurus
7. Hak untuk diperlakukan Harian Yayasan Lembaga
atau dilayani secara benar Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus
dan jujur serta tidak
Abadi ketika dihubungi, kemarin.
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan Konsumen Indonesia dilindungi
kompensasi, ganti rugi Undang-Undang Nomor 8 Tahun
dan/atau penggantian, 1999.
apabila barang dan/atau
jasa yang diterima tidak e. Lindungi data pribadi anda.
sesuai dengan perjanjian Terbongkarnya penyalahgunaan
atau tidak sebagaimana
data pengguna Facebook oleh
mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam lembaga bernama Cambridge
ketentuanperaturan Analitica untuk kepentingan politik,
perundang-undangan mengingatkan kita untuk selalu
lainnya. berhati-hati dan bijaksana terkait
data pribadi kita. Hal ini diperlukan
 Kewajiban Konsumen
untuk mengantisipasi pencurian
kepada konsumen bahwa online
dan penyalahgunaan identitas.
shop ini benar-benar tidak fiktif.

f. Mengutamakan membeli produk
lokal berstandar nasional . 3. Tidak Menerima COD
Dengan membeli produk lokal di
era ekonomi digital yang begitu Cara teraman yang sering dilakukan
terbuka ini, kita sebagai konsumen oleh konsumen adalah COD (Cash on
setidaknya memberikan beberapa
kontribusi positif, misalnya: Delivery). Logikanya begini, para
penipu ini tidak mungkin bertemu
1. Memperluas lapangan kerja
langsung dengan konsumen karena
2. Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tidak memiliki barang.
3. Meningkatkan kualitas 
produksi
4. Website Terlihat Janggal
4. Memperkuat rasa bangga
akan produk dalam negeri. Jika diperhatikan, foto yang terdapat
pada website penipuan ini terlihat
Online shop benar-benar telah menjadi
pasaran atau editan, tulisannya asal-
solusi berbelanja di era digital, dengan
kecanggihan teknologi yang ada, maka asalan, dan terlalu banyak meyakinkan
kerap kali terjadi penipuan bahwa mereka
secara online di Indonesia. Terdapat 5
ciri yang menandakan online shop bukan website penipuan.
tersebut adalah penipu, diantaranya 
yaitu :
5. Sudah Murah, Ditambah
Diskon Pula
1. Melakukan Promosi Melalui
SMS Ciri-ciri paling mencolok dari
Sering sekali penipuan melalui SMS penipuan online shop adalah
yang berisi produk gadget yang super menawarkan barang dagangan dengan
murah. Para penipu ini berharap dari harga diskon yang fantastis atau besar-
1000 SMS yang terkirim, mungkin ada besaran.
Apabila ditarik garis besarnya ,Di
100 orang lugu yang akan tersangkut
tengah kemudahan transaksi digital
dalam aksinya. saat ini, kita sebagai konsumen

cenderung terus mencari cara untuk
2. Tidak Ada Alamat Toko menghemat waktu, uang dan energi
serta supaya tetap terlindungi ketika
Ini yang sering terjadi, walaupun tidak melakukan pembelian.
memiliki alamat toko, setidaknya ada Untuk menjadi konsumen yang
alamat sang penjual sebagai informasi bijaksana, kita harus memahami apa
yang kita butuhkan, apa yang dapat
kita bayar, bagaimana deskripsi, bahkan tidak sesuai dengan
mempertahankan anggaran kita dan yang dicari, bisa komplain dan barang
memiliki kemauan untuk tidak dikembalikan ke penjual dan uang
melakukan pembelian yang boros. dikembalikan sepenuhnya atau dengan
Disisi lain, kita juga perlu banyak kebijakan lainnya. Untuk menjadi
mempelajari segala hal tentang konsumen yang bijaksana, kita harus
ekonomi digital, terutama yang memahami apa yang kita butuhkan,
berkaitan dengan hak dan kewajiban apa yang dapat kita bayar, bagaimana
konsumen, berbagai review  dan mempertahankan anggaran kita dan
pengalaman dari konsumen lain baik memiliki kemauan untuk tidak
yang positif maupun negatif dan melakukan pembelian yang boros.
memahami segala ketentuan yang Disisi lain, kita juga perlu banyak
berlaku sebelum melakukan transaksi. mempelajari segala hal tentang di era
digitalusasi, terutama yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban konsumen,
Menjadi konsumen yang
berbagai review dan pengalaman dari
bijaksana tentu memberikan
konsumen lain baik yang positif
keuntungan bagi yang menerapkannya.
maupun negatif dan memahami segala
Selain membantu dan memudahkan
ketentuan yang berlaku sebelum
konsumen lain dalam melakukan
melakukan transaksi.
transaksi belanja online, keuntungan
lainnya yang akan kita dapatkan ketika
DAFTAR PUSTAKA
menjadi konsumen bijaksana adalah :
[1] https://www.qlausa.com/digitalisasi-
bisnis-di-era-revolusi-4-0/
[2] http://dewina-journal.foutap.com/
karakter-konsumen-di-era-digital/

[3] https://indonesiaimaji.com/menjadi-
konsumen-cerdas-di-era-ekonomi-
digital/
Z
[4] https://joecandra.com/kunci-utama-
a. Mendapatkan barang
sesuai dengan harapan berbelanja-online-di-era-digital-
kita. adalah-menjadi-konsumen-cerdas/

[5] Wikipedia
b. Terhindar dari kecurangan [6] http://repository.upi.edu/5260/4/
penjualan. S_PKK_0607466_Chapter1.pdf
[7] http://eprints.ums.ac.id/36498/6/BAB
%20I%20%281%20-%209%29.pdf
c. Terhindar dari segala
bentuk penipuan online.
KESIMPULAN
Ketika mengkonsumsi barang/jasa dan
merasa barang tidak sesuai dengan

Anda mungkin juga menyukai