Anda di halaman 1dari 3

Lokasi : KUA Jumoyo, Salam

1. Jika saya hendak mewakafkan tanah, apakah bisa saya pergi ke KUA di luar daerah
rumah saya?

Oh ya tidak, misalkan di kecamatan mana ya harus di KUA kecamatan itu pula. KUA kan pasti ada
di setiap kecamatan.

2. Apakah bisa mewakafkan sesuatu selain tanah?

Bisa, ada yang dalam bentuk uang. Tetapi, biasanya kan diberikan langsung. Jadi, tidak perlu ke
KUA.

3. Tetapi, apakah tetap bisa mewakafkan uang di KUA?

Keperluannya untuk apa dulu, nanti disampaikan. Kita menyaksikan aja. Kita kan tugasnya
menyaksikan dan mencatat.

4. Apa saja syarat-syarat wakaf?

Yan pertama jelas ada tanah yang diwakafan. Ada yang mewakafkan. Ada ikrarnya, keperluannya
apa, dan ada saksi juga. Ada nadhir, yang menerima wakaf. Nadhir ada 2, nadhir perorangan dan
nadhir berbadan hukum. Nadhir perorangan ada yang dibentuk kelompok, terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, dan 2 anggota. Nadhir yang berbadan hukum kan sudah jelas, misalnya
nadhir muhammadiyah, nadhir mu’alamat, dan nadhir lembaga lain yang berbadan hukum yang
menerima dan mengelola tanah wakaf. Tanah yang sudah diwakafkan bukan milik nadhir, tetapi
miliknya Allah, sudah dikembalikan. Lalu

5. Adakah perbedaan antara wakaf dan sedekah?

Hampir sama. Wakaf bisa digolongkan sebagai sedekah. Sedekah kan amalnya mengalir terus-
menerus. Tetapi, kalau wakaf kan tertulis. Ya sama saja hanya wakaf disedekahkan. Nah, kalau
tertulis kan nanti timbul di kemudian harinya. Kan kemungkinan kalau tanah kan sudah
diwakafkan kemudian dicatat, nanti timbul sertifikat. Itu yang menerbitkan bukan KUA, tetapi
badan pertanahan.

6. Siapa yang membawa sertifikat tanah yang sudah diwakafkan itu?

Sertifikat tersebut dibawa pihak nadhir.

7. Bagaimana tata cara untuk mewakafkan tanah?

Pertama kali kan ada sertifikat hak milik, tanah yang mau diwakafkan. Lalu di-fotocopy sertifikat
tanah itu. Pihak yang mewakafkan membawa fotocopy-an ke KUA kecamatan, nanti yang asli
dibawa ke kabupaten. Di KUA kecamatan tidak menerima yang asli, fotocopy-annya ini saja hanya
sebagai bahan ikrar wakaf kan perlu ini nomor berapa sertifikatnya, juga dilampiri fotocopy
pewakaf dan juga fotocopy nadhir, serta surat keterangan nadhir bisa, perihal sengketa tanah
tersebut. Nah nanti kita mengecek ke lapangan, lokasinya dimana, batasnya dimana yang
diwakafkan. Karena semuanya yang diwakafkan tidak tertera di sertifikat hak milik. Disini
misalnya, di sertifikat tanah hak milik tertera luas tanah 3.970 m², tetapi yang diwakafkan 100
m². Lalu kita ke lapangan, membatasi tanah yang diwakafkan agar tidak ada masalah dan dalam
sengketa tanah tersebut, kita membuatkan blangko ikrar wakaf. Nanti ada saksi juga. Nanti kalau
sudah jadi, dibawa ke badan pertanahan di kabupaten biasanya, nanti timbul sertifikat wakaf.
Jika ada orang lain yang belum tau, bisa dijelaskan. Nah, kemungkinan orang dulu, karena percaya
mewakafkan tanah ke nadhir, tetapi tidak ada buktinya (tertulis) karena kepercayaan. Nah, nanti
timbul kemudian hari beberapa tahun lagi, orang tersebut meninggal, anak keturunannya tidak
tahu, nanti menimbulkan gugatan karena tidak ada buktinya yang secara tertulis.

8. Apa yang menjadi kriteria pewakaf dan nadhir?

Dewasa, berakal sehat, kalau syarat nadhir itu adil, harus memiliki pengelola ahlinya harta itu.

9. Apa yang menjadikan wakaf itu sah (rukun sah)?

Yang utama harus mengucap ikrar, lalu harus ada saksinya. Nah, KUA kan nanti menyaksikan,
nanti bukti tertulis itu.

10. Adakah waktu untuk mewakafkan yang dilarang? Atau bisa kapan saja?

Bisa kapan saja kok.

11. Apakah tanah wakaf terkena pajak?

Tidak, karena sudah diwakafkan. Karena nantinya, kita meminta tebusan. Ada blangko-blangko
itu kan ditebus di kantor desa. Nanti kantor desa tahu kalau tanah ini sudah diwakafkan, jadi tidak
terkena pajak.

12. Apakah wakaf bisa diminta kembali oleh pewaris si pewakaf? Misalkan alasannya
karena sudah tidak mempunyai apapun lagi.

Kenyataannya sih belum pernah ada. Tetapi, di sinetron itu ya ada yang seperti itu karena
berhubung sekitarnya, tetangga-tetangganya tidak mampu, dulu bapak-kakeknya tidak
memberikan tanah itu ke anaknya, tetapi malah ke tetangganya. Tetapi, yang jelas tanah yang
sudah diwakafkan tidak bisa diminta kembali. Karena itu kan sudah diwakafkan dan sudah dicatat
oleh Allah.
13. Tetapi jika tanah yang diwakafkan tidak digunakan dengan baik atau tidak digunakan
semestinya, apakah tetap tidak bisa diminta kembali?

Ya, kemungkinan jika tanahnya itu sudah diwakafkan, tetapi malah digunakan yang melenceng
atau tidak sesuai dengan yang dikehendaki dulu, itu perlu peringatan saja. Tetap tidak bisa
diminta kembali karena saya juga belum mengalaminya.

14. Rata-rata tanah yang diwakafkan digunakan sebagai apa?

Bisa masjiid, mushola, dan makam.

Anda mungkin juga menyukai