Industri Kaca
Industri Kaca
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi
KATA PENGANTAR....................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
I.3 Permasalahan.................................................................................2
II.2.2 Cullet...............................................................................................8
III.1.4 Lehr...............................................................................................37
IV.2.5 Air..................................................................................................41
IV.3 Instrumentasi................................................................................42
Bismillahirohmanirohim
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga Laporan Kerja Praktek di PT. ASAHIMAS
FLAT GLASS ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan laporan ini
bertujuan guna memenuhi mata kuliah Kerja Praktek, dimana mata kuliah tersebut
merupakan salah satu syarat kelulusan dari jurusan Teknik Kimia Industri Sekolah Tinggi
Manajemen Industri-Kementrian Perindustrian, Jakarta.
Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,
baik selama kerja praktek, maupun masa penyusunan laporan. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Kami berharap dengan penulisan laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan
datang.
Penulis
Salah satu industri yang memproduksi kaca adalah PT. Asahimas Flat
Glass, Tbk. Perusahaan ini merupakan pabrik kaca lembaran pertama ( glass
pioneer ) di Indonesia yang terletak di Jalan Ancol IX no. 5 Jakarta Utara. PT.
Asahimas Flat Glass, Tbk. didirikan pada tanggal 7 Oktober 1971 dengan
penanaman modal asing ( PMA ), yang merupakan kerja sama ( joint venture )
antara ‘’ PT. Rodamas CO. LTD. ‘’ Dengan ‘’ Asahi Glass ‘’Jepang.
Lokasi pabrik harus strategis untuk penyediaan air dan energy. Pemilihan
lokasi pabrik yang bertempat di Ancol memungkinkan pemanfaatan air
laut sebagai sumber air yang murah. Selain itu kebutuhan listrik disupply
dari PLTU yang letaknya tidak jauh dari daerah pabrik.
Kondisi tempat dibangunnya pabrik harus bebas dari bencana alam seperti
gempa bumi, angin ribut, longsor, dan lainnya yang dapat mengganggu
kegiatan produksi.
4. Transportasi
5. Tenaga kerja
Bahan baku (raw material) merupakan bahan dasar yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk. Dalam industri kaca, ada beberapa bahan baku/raw
material yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok :
1. Bahan Tambang
2. Bahan Manufaktur/Produksi
Jenis bahan baku dan asalnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
5 Makalah Industri Kaca| Sekolah Tinggi Manajement Industri
Jenis Material Asal
Dolomite Tuban
Feldspar Tayu/India
Calumite Jepang
Bahan baku (raw material) utama pembuatan kaca dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu bahan baku batch dan cullet.
Pasir silika (silica sand) merupakan bahan baku utama dalam pembuatan kaca
yang berguna sebagai sumber SiO2 dan diperoleh dari Belitung. Pasir silika yang
o Dolomite
o Soda Ash
Sumber Na2O dan K2O dapat diperoleh dari soda ash (Na2CO3). Fungsi Na2O
adalah untuk menurunkan titik lebur sehingga dapat menghilangkan foam (buih)
atau Bubble pada molten glass, menaikan thermal expansion dan untuk
mengoksidasi besi
o Salt Cake
Salt cake (Na2SO4) diperoleh dari Purwakarta (Jawa Barat) atau diimpor dari
China, yang memiliki titik lebur ± 884 oC. Salt cake juga merupakan sumber
o Sodium Nitrate
Sodium nitrate (NaNO3) mempunyai titik lebur ± 308 oC. Fungsi dari sodium
nitrate adalah untuk menangkap ion-ion nikel di material impurities sehingga
tidak bereaksi membentuk NiS, menghilangkan gelembung-gelembung pada kaca,
dan untuk mengoksidasi besi, sehingga tidak terlalu terlihat pada kaca lembaran.
o Feldspar
o Calumite
Calumite berasal dari limbah kerak besi baja yang sudah diolah melalui proses
size reduction. Kandungan calumite adalah silika (SiO2), alumina (Al2O3), Fe2O3,
TiO2, CaO, MgO, dan H2O. calumite ini berfungsi untuk menurunkan temperatur
peleburan.
o Blue Dust
Blue dust merupakan sumber utama senyawa Fe 2O3, dan digunakan jika ingin
memproduksi kaca dengan % transmittan tinggi (kandungan Fe tinggi).
o Nickel Oxyde
o Cobalt Oxyde
Cobalt oxide (CoO) merupakan zat pewarna yang juga digunakan dan biasanya
akan memberikan warna biru pada kaca yang dihasilkan.
o Sodium Selenite
Sodium selenite (Na2SeO3) digunakan sebagai pewarna pada produk kaca yang
dihasilkan (pink,coklat)
II.1.2 Cullet
Selain bahan-bahan di atas, bahan baku pembuatan kaca adalah cullet. Cullet
merupakan pecahan-pecahan kaca sisa yang berfungsi untuk menurunkan titik lebur
bahan baku kaca dan mengurangi kebutuhan bahan bakar karena cullet dapat menurunkan
titik lebur batch.
Proses produksi kaca di PT. Asahimas flat Glass juga menggunakan bahan baku
penunjang lainnya, seperti :
1. Bahan-bahan pewarna
f) OGTAA
Diimpor dari Belgia dan berbentuk cair, mudah terbakar, dan dapat
bereaksi dengan asam kuat, oksidator, dan halon.
Diimpor dari Belgia dan berbentuk cairan kuning muda jernih, berbau
alkohol, mudah terbakar, memiliki densitas sebesar 0,99 gram/cm 3,
titik didih sebesar 312 oC, titik lebur -55 oC, titik nyala 77 oC.
Diencerkan dengan solar menjadi TFL, digunakan untuk
menghilangkan foam pada permukaan kaca.
Bahan-bahan diatas hanya digunakan untuk membuat kaca stopsol yang dapat
dilakukan di unit produksi F-4.
PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. Menggunakan bahan bakar Natural Gas.
Sebelumnya bahan bakar yang digunakan adalah heavy oil. Namun karena harga minyak
semakin mahal dan tidak ramah lingkungan, maka digunakan natural gas. Saat ini, solar
digunakan untuk menghidupkan generator, sehingga bila listrik dari PLN mengalami
gangguan proses masih dapat terus berlanjut. Selain itu, solar digunakan untuk
menjalankan alat-alat berat (forklift) dan alat transportasi.
Penggunaan kaca sebagai bahan bangunan dimulai setelah kaca lembaran dapat
dibuat di roma, yaitu sekitar tahun 30 Sebelum Masehi sampai dengan tahun 345 Masehi
dengan teknik yang disebut dengan teknik tiup. Meskipun kaca lembaran yang dihasilkan
berukuran kecil dan dengan mutu yang kurang baik, namun teknik tiup ini tetap dipakai
hingga abad XVII.
Setelah teknik tiup, proses pembuatan kaca terus berkembang. Bermula dari
teknik-teknik sederhanan hingga ditemukan suatu teknik yang dapat menghasilkan kaca
dengan kualitas yang cukup baik, yaitu floating process. Teknik-teknik pembuatan kaca
yang telah ditemukan dan digunakan antara lain :
1. Rolling Process
2. Fourcault Process
3. Colburn Process
4. Float Process
2. Cairan kaca dengan float process ini lebih mudah untuk dibentuk sehingga
dapat dihasilkan kaca dengan ketebalan yang bervariasi.
3. Bagian kaca yang dibuang/tidak terpakai (edge loss) dapat diatur besarnya
dan dapat diminimalkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Pada proses pembentukan kaca, bahan-bahan batch dan cullet akan dicampurkan
dalam furnace dan mengalami proses peleburan. Pada proses ini akan dihasilkan kaca
dalam bentuk molten glass, yaitu pada temperatur antara 1400-1700 oC. Proses peleburan
Selain reaksi dekomposisi diatas , reaksi-reaksi yang terjadi didalam furnace pada
proses peleburan bahan baku kaca adalah sebagai berikut :
II.6 Produk
PT. Asahimas Flat Glass,Tbk. yang merupakan pioneer produsen kaca di Indonesia
yang menghasilkan kaca berjenis soda-lime silica. Kaca jenis ini memiliki kandungan
utama alkali (R2O), lime (RO), dan silika (SiO2). Dengan komposisi utama kaca adalah :
SiO2 70-74
Al2O3 0-2
CaO 6-12
MgO 0-4
Na2O 12-16
Pada dasarnya, produk PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. dapat dibedakan berdasar :
1. Warna
a) Clear (FL)
c) Green (GNFL)
d) Pink (PKFL)
f) Grey (GFL)
g) Blue (HFL)
2. Kualitas
a) Glazing
b) Tempered
c) Mirror
d) Lamisafe
Secara umum, jenis-jenis kaca diproduksi oleh PT. Asahimas Flat Glass, Tbk.
antara lain :
c) Panasap brown
3. Kaca Es
7. Kaca Pengaman
a) Tempered glass
b) Laminate glass
PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. menghasilkan banyak produk kaca yang digunakan
untuk tujuan arsitektural. Berikut beberapa contoh dari produk kaca untuk tujuan
tersebut :
Karakteristik umum :
Pemakaian :
a) Eksterior dan interior pada bangunan, baik untuk rumah tinggal, bangunan
umum, perkantoran, pertokoan, bangunan tinggi dan lain-lain.
Karakteristik umum :
Pemakaian :
Karakteristik umum :
Pemakaian :
Karakteristik umum :
a) Pecahan kaca lamisafe tidak akan jatuh atau berhamburan, namun tetap
melekat pada filmnya dan kaca tetap terpasang pada bingkainya.
b) Kaca lamisafe yang sudah pecah akan sulit ditembus oleh manusia
sehingga memberikan tingkat keamanan sangat tinggi bagi penghuninya.
c) Dengan berbagai kombinasi antara jenis dan warna kaca dengan warna
film polifinil, maka didapat berbagai jenis dan warna lamisafe yang sangat
bervariasi.
Pemakaian :
a) Untuk atap kaca, sky light dan lain-lain, dimana tidak diinginkan adanya
reruntuhan kaca jika pecah.
Bahan baku pembuatan kaca sebelum digunakan harus diuji terlebih dahulu agar
kaca yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ada. Uji dilakukan terhadap beberapa
sampel secara acak. Ada 2 macam uji yang dilakukan, yaitu uji fisik dan uji secara kimia.
Metode yang digunakan untuk grain size test adalah pegayakan. Pengayakan
dilakukan pada mesh 8-14. Rentang mesh ini dipilih karena ukuran pertikel
bahan baku yang digunakan harus berada pada rentang tersebut.
2. Moisture test
Alat yang digunakan untuk melakukan uji ini adalah moist meter. Uji ini
dilakukan dengan cara menimbang 50g sampel dan dimasukan ke dalam alat
moist meter dan ditunggu beberapa saat, baru kemudian dibaca nilai moist
dari sampel tersebut.
1. Gravimetric
2. Volumetric
3. X-ray
4. spectrofotometri
Secara umum, ada 2 proses dalam pembuatan kaca, yaitu hot process dan cold
process. Hot process meliputi proses dari persiapan bahan baku, peleburan, pembentukan
kaca dan pendinginan. Sedangkan cold process meliputi pemotongan kaca dan
pengepakan.
Pada bagian hot process terbagi menjadi beberapa tahap yaitu melting dan drawing.
Batch house, melter dan refiner merupakan bagian dari melting sedangkan drawing terdiri
dari alat utama berupa metal bath dan lehr.
1. 2 buah silo untuk pasir silika dengan kapasitas masing-masing 70 ton dan
memiliki 2 buah saluran keluaran pada masing-masing silo yang dibantu
dengan belt conveyor sebagai alat transportasi batch dari silo menuju scale.
2. Silo untuk dolomite dengan kapasitas 78 ton dan memiliki 2 buah saluran
keluaran yang dibantu dengan vibrator sebagai alat transportasi batch dari silo
menuju scale.
3. Silo untuk soda ash dengan kapasitas 28 ton dan memiliki 2 buah saluran
keluaran yang dibantu dengan vibrator sebagai alat transportasi batch dari silo
menuju scale.
4. Silo untuk calumite dengan kapasitas 24 ton dengan 1 buah saluran keluaran
yang dibantu dengan vibrator sebagai alat transportasi batch dari silo menuju
scale.
22 Makalah Industri Kaca| Sekolah Tinggi Manajement Industri
5. Silo untuk salt cake dengan kapasitas 12 ton dengan 1 buah saluran keluaran
yang dibantu dengan screw (ulir) sebagai alat transportasi batch dari silo
menuju scale.
6. Silo untuk sodium nitrate dengan kapasitas 12 ton dengan 1 buah saluran
keluaran yang dibantu dengan screw (ulir) sebagai alat transportasi batch dari
silo menuju scale.
7. Silo untuk alumunium hydrate dengan kapasitas 36 ton dengan 1 buah saluran
keluaran yang dibantu dengan screw (ulir) sebagai alat transportasi batch dari
silo menuju scale.
9. Silo untuk blue dust dengan kapasitas 2 ton dengan 1 buah saluran keluaran
yang dibantu dengan blade sebagai alat transportasi batch dari silo menuju
scale.
10. Silo untuk cobalt oxide dengan kapasitas 2 ton dengan 1 buah saluran keluaran
yang dibantu dengan vibrator sebagai alat transportasi batch dari silo menuju
scale.
11. Silo untuk nickel oxide dengan kapasitas 2 ton dengan 1 buah saluran keluaran
yang dibantu dengan vibrator sebagai alat transportasi batch dari silo menuju
scale.
Penimbangan bahan baku harus dilakukan secara akurat karena sangat berpengaruh
terhadap produk kaca yang dihasilkan. Untuk penimbangan bahan pewarna dilakukan
dengan cara manual Karena jumlahnya bahan yang dibutuhkan hanya sedikit dan batas
minimal untuk menimbang menggunakan scale adalah sebesar 0,5 kg. Scale yang
digunakan dalam proses batch house adalah sebanyak 6 buah, yaitu scale A untuk pasir
silika (silica sand), scale B untuk soda ash dan dolomite, scale C untuk alumunium
hydrate, sodium nitrate, salt cake, dan calumite, scale D untuk blue dust, scale E untuk
nickel oxide dan cobalt oxide, scale F untuk selenium contain cullet.
Penggunaan bahan-bahan diatas sesuai dengan jenis kaca yang ingin dihasilkan.
Bahan-bahan di atas akan dibawa dari scale menuju mixer menggunakan belt conveyor
Dalam pembuatan kaca selain membutuhkan bahan baku batch juga membutuhkan
cullet (sisa-sisa pecahan kaca). Cullet ini diperlukan untuk menurunkan titik lebur dari
bahan baku batch dan juga mengurangi biaya bahan bakar. Cullet yang ditampung pada
cullet hopper diproses terlebih dahulu dengan dimasukan ke dalam roll crusher kemudian
akan melewati iron eliminator yang akan menarik serpihan-serpihan besi dari tangki
yang ikut terbawa oleh aliran cullet dan juga akan melewati metal detector dimana
apabila terdeteksi pengotor logam lainnya, cullet tersebut akan dibuang melalui saluran
miss batch. Setelah melalui metal detector, cullet ini kan ditampung dalam cullet tank 1
dan cullet tank 2 yang berkapasitas 90 ton dimana akan dicampurkan dengan bahan baku
batch dari tangki mixed batch. Sebelum bahan baku batch dan cullet dicampurkan,
keduanya-duanya terlebih dahulu ditimbang dengan menggunakan scale sesuai dengan
B/C ratio yang telah ditentukan. Pencampuran bahan baku batch dengan cullet dilakukan
dengan belt conveyor, dimana cullet terletak di atas bahan baku batch untuk mencegah
24 Makalah Industri Kaca| Sekolah Tinggi Manajement Industri
sobeknya belt conveyor oleh cullet. Campuran cullet dan bahan batch ini kemudian
dibawa oleh belt conveyor dan bucket elevator menuju left batch tank dan right batch
tank yang masing-masing berkapasitas 25 ton. Kedua tangki ini memiliki batas minimum
pengisian sebesar 19 ton. Campuran ini kemudian diumpankan ke dalam furnace dengan
menggunakan pan feeder.
Pertama-tama bahan baku batch dicampur dengan cullet pada belt conveyor (BC
6), lalu campuran bahan baku tersebut (batch pile) dimasukan ke dalam furnace dengan
suatu alat yang disebut blanket feeder. Proses pengumpanan ini bekerja maju mundur,
yaitu dengan mendorong umpan ke dalam furnace. Kecepatan dari feeder dapat diatur
sesuai kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah sesuai dengan level glaas/ketinggian
kaca dalam melter dan refiner. Furnace yang digunakan dalam proses peleburan berjenis
“flat Bottom Furnace”. Jenis tungku ini memiliki kondisi dasar tungku yang rata/flat.
Furnace ini dibuat dengan batu tahan api. Batu tahan api ini dapat tahan panas hingga
suhu yang sangat tinggi dan juga dapat menyimpan panas dengan cukup baik. Di dalam
furnace terdapat burner yang terletak dalam port-port. Port yang ada pada furnace
berjumlah 6 buah yang terdapat pada kiri dan kanan furnace yang bekerja secara
bergantian setiap 20 menit. Masing-masing port terdapat 2 burner kecuali pada port 6
yang hanya memiliki 1 burner. Sehingga total burner yang digunakan berjumlah 22
burner.
Setiap 20 menit burner tersebut berpindah pemanasan dari bagian yang satu ke
bagian yang lain, misalnya burner kiri dinyalakan terlebih dahulu kemudian setelah 20
menit bergantian dengan burner yang di kanan. Penggantian ini bertujuan agar
pemanasan dalam proses peleburan batch dapat lebih sempurna.
Panas dari tiap burner yang ada pada masing-masing port berlainan. Panas yang
paling maksimal terdapat di anatara port 3 dan port 4, sedangkan pada port 5 dan 6 panas
yang digunakan sudah mulai menurun. Bahan yang dilebur setelah melewati port 3 sudah
seluruhnya menjadi molten glass. Temperatur pada port 1, 2, 3, dan 4 kurang lebih adalah
1500 oC, sedangkan pada port 5 dan 6 kurang lebih 1400 oC. Setelah melewati furnace,
temperature molten glass akan semakin berkurang. Oleh karena itu, pada port 5 dan 6
temperatur yang digunakan lebih kecil. Hal ini dimaksudkan agar kaca tidak mudah pecah
karena perbedaan temperatur yang tinggi, dari temperatur yang tinggi ke rendah.
Pada furnace juga terdapat bubbler, yang terletak di antara port 3 dan 4. Bubbler
berfungsi untuk menyemprotkan gelembung-gelembung udara dari bagian bawah furnace
dengan tekanan tertentu. Bubbler terletak memanjang secara horizontal dan memiliki
fungsi untuk menghomogenkan campuran. Laju yang dibutuhkan bubbler ini tergantung
dari kebutuhan gelembung dan produk kaca yang ingin dihasilkannya. Biasanya untuk
Setelah melewati furnace, molten glass akan masuk ke dalam refiner. Diantara
furnace dan refiner terdapat suatu daerah yang disebut daerah neck. Pada daerah neck ini
terdapat 6 buah stirrer dan neck skimbar. Stirrer ini berfungsi untuk mengaduk campuran
agar lebih homogen. Stirrer yang diguakan dilapisi dengan casting, yaitu pencampuran
dari bahan cucalon dan air. Fungsi pelapisan ini untuk menghambat perpindahan panas ke
dalam stirrer sehingga besi stirrer tidak cepat bengkok/rusak. Selain itu, stirrer dialiri air
pada bagian dalamnya. Hal ini juga berfungsi untuk menjaga stirrer agar tidak terlalu
panas dan tidak cepat bengkok. Neck skimbar merupakan suatu alat bebentuk pipa U yang
dialiri air dingin pada bagian dalam pipanya. Fungsi dari neck skimbar ini adalah untuk
menurunkan suhu, menahan kotoran, dan juga menimbulkan aliran balik (back current).
Aliran balik ini merupakan suatu arah perputaran dari molten glass sehingga dapat
teraduk sempurna, dan juga untuk membendung kaca sehingga kaca yang melewatinya
hanya kaca yang sejenis, misalnya kaca yang sama-sama ringan (berat jenis sama).
Pada refiner temperatur molten glass sekitar 1200 oC. Ketinggian kaca yang harus
dijaga konstan ini dikontrol dengan menggunakan alat yang disebut elektroda. Elektroda
berfungsi untuk mendeteksi ketinggian kaca di dalam melter dan refiner. Elektroda ini
akan bergerak naik turun sesuai dengan ketinggian kaca. Ketinggian kaca yang dijaga
konstan ini adalah 1125 mm. selain itu juga pada refiner terdapat OHC (Over Heat
Cooler) yang berjumlah 2 buah, yaitu pada masing-masing sisi kiri dan kanan. OHC
berfungsi untuk menurunkan temperatur atau sebagai air pendingin. Pada refiner juga
terdapat 3 buah bubbler yang terletak secara acak. Bubbler ini biasa digunakan pada saat
adanya penggantian jenis kaca yang membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu.
Fungsinya adalah untuk mengaduk agar pencampuran lebih sempurna sehingga kaca yang
diproduksi sebelumnya dapat terbuang lebih sempurna. Dan juga agar kotoran yang
mengendap dapat ikut teraduk dan terbuang bersama sisa produk kaca sebelumnya.
Pada bagian ujung refiner terdapat pintu yang dapat diatur naik turunnya yang
disebut dengan tweel. Tweel ini ada 2 buah, yaitu front tweel dan back tweel. Yang
digunakan sebagai cadangan. Tweel ini merupakan suatu pintu yang digunakan untuk
mengatur laju keluaran molten glass ke dalam metal bath. Tweel ini terbuat dari batu
g = percepatan gravitasi
r = jari-jari
Dengan melihat persamaan di atas, terlihat bahwa nilai kecepatan naiknya bubbler
berbanding tebalik dengan viskositas namun sebanding dengan gravitasi, diameter
bubbler, dan densitas bubbler. Jadi semakin besar densitas moltern glass dan diameter
bubbler, serta semakin kecil viskositas molten glass akan menyebabkan kecepatan
naiknya bubble semakin besar.
Oleh karena itu digunakan bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai refining
agent yang dapat menghilangkan bubble. Refining agent yang digunakan adalah salt cake
(Na2SO4). Senyawa ini akan terurai dalam reaksi menjadi gas SO 3. Gas SO3 ini dapat
membantu bubble keluar dari molten glass karena SO3 dapat menghasilkan bubble yang
cukup besar dan dapat menekan ke atas lebih besar bersama dengan bubble yang
terbentuk pada reaksi. Sehingga bubble tersebut tidak tertahan pada molten glass dan
tidak terjadi cacat kaca. Selain salt cake, digunakan TBT yang dicampur dengan solar
membentuk TFL yang berguna untuk dapat menghilangkan gelembung (bubble) pada
molten glass. TFL akan menurunkan tegangan permukaan molten glass, sehingga bubble
dapat melewatinya dan keluar dari molten glass.
Untuk memudahkan pengaturan gerak dan tebal kaca, di dalam metal bath
digunakan aroll (Assist Roll) yang berjumlah sebanyak 9 pasang di sepanjang metal bath
mulai dari bay 2,5 sampai bay 7. Alat ini berupa roda gigi yang dapat berputar dan dapat
diatur sudut serta kecepatan putarnya. Fungsi dari alat ini adalah :
Selain itu, alat ini dilengkapi dengan pipa yang berisi air pendingin yang berfungsi
untuk mencegah menempelnya ribbon pada roda gigi. Bila ribbon menempel akan
menyebabkan terjadinya cacat kaca.
System operasi ini digunakan bila kaca yang ingin diproduksi memiliki
ketebalan dibawah 5 mm (kaca tipis). Cara membuat kaca tipis adalah dengan
membuka sudut aroll (sudut aroll bernilai positif). Bila sudut aroll bernilai
positif, maka ribbon akan melebar menjadi tipis.
Sistem operasi ini digunakan bila kaca yang ingin diproduksi memiliki
ketebalan di 8-5 mm. Cara membuat kaca tipis adalah dengan mengecilkan
sudut aroll (sudut aroll bernilai negatif). Bila sudut aroll bernilai negatif,
maka ribbon akan menyempit dan menjadi tebal. Spread out ribbon harus
dikecilkan dengan alat yang bernama carbon extention tile (CET).
Gas H2 dan gas N2 dimasukan ke dalam metal bath untuk atmosfer control. Gas
hidrogen berfungsi untuk mengikat gas oksigen yang terdapat di dalam metal bath,
karena bila terdapat gas oksigen maka gas O2 akan bereaksi dengan uap timah
menghasilkan senyawa SnO2. Bila senyawa ini jatuh dan menempel pada kaca akan
menyebabkan cacat pada produk. Sedangkan gas nitrogen berfungsi untuk menaikan
tekanan dalam metal bath agar udara luar tidak dapat masuk ke dalam, dan juga memiliki
fungsi lain, yaitu untuk mendinginkan instrumen elektronik yang terdapat di dalam metal
bath. Saat memasukan gas hidrogen, tidak boleh berlebihan. Hal ini dikarenan gas
hidrogen dapat larut ke dalam timah pada temperatur tinggi, dan akan berusaha keluar
pada temperature yang lebih rendah (daerah exit) dan jika gelembung ini keluar dari
timah menuju bagian bawah ribbon maka dapat menyebabkan bubble pada kaca.
Metal bath terdiri dari 15 bay dan terbagi menjadi 5, antara lain :
1) Daerah Hot End, pada daerah ini terdapat 4 buah heater di bay 1 – 2.
4) Daerah Auxiliary, pada daerah ini terdapat 6 buah heater di bay 8 – 14.
5) Daerah Exit, pada daerah ini terdapat 3 buah heater di bay 15.
Setelah molten glass keluar dari tweel, ribbon akan mengalami spread out dan
memiliki temperatur yang paling panas.
2) Daerah reheat
Di daerah ini, ribbon akan dipanaskan kembali agar kaca yang diperoleh
memiliki kualitas yang baik.
3) Daerah shoulder
Di daerah ini, kaca sudah mulai mengeras tapi masih elastis. Temperatur ribbon
di daerah ini sudah mendekati temperatur exit. Tujuan dibuat daerah ini adalah
untuk mnyesuaikan dengan pola aliran ribbon agar dapat mengecil.
4) Daerah exit
Ribbon kaca akan keluar di daerah ini dan memasuki bagian lehr. Untuk dapat
keluar dari metal bath, dibantu oleh 3 roll yaitu LOR (Lift Out Roll). Temperatur
keluar ribbon dari metal bath harus sesuai dengan temperatur yang ditentukan
agar memperoleh nilai TOL (Take Off Length) yang baik sekitar setengah kali
tebal kaca. TOL merupakan jarak ribbon yang menuju LOR tanpa mengenai
permukaan cairan timah dan batu pinggiran metal bath.
Di metal bath terdapat pula carbon barrier yang terletak di bay 8 – 11 sebanyak 4
pasang. Carbon barrier diletakkan 10 inch dari lebar ribbon yang berfungsi untuk
mensirkulasi aliran timah dan menahan bercampurnya temperatur timah yang lebih panas
dengan yang lebih dingin. Di bay 15/exit terdapat alat DDP (De Drossing Pocket) yang
berfungsi untuk mengambil kotoran SnO 2 pada timah agar timah bersih dan kotoran
tersebut tidak menempel pada kaca. Alat ini juga dapat dipakai untuk memasukan timah
padat untuk menambah level timah dalam metal bath. Dibagian bottom metal bath
terdapat bottom cooling fan yang berfungsi untuk mendinginkan batu bagian dasar metal
bath. Ketika ribbon memasuki metal bath, alirannya ditahan oleh resrictor tile, kemudian
disambung oleh carbon extention tile. Fungsinya agar kaca tidak terlalu melebar.
Umumnya carbon extention tile digunakan untuk kaca tebal.
III.1.4 Lehr
Setelah melewati metal bath kaca akan memasuki lehr. Di bagian ini kaca akan
mengalami pendinginan secara bertahap. Proses annealing dan cooling terjadi pada
bagian lehr. Annealing merupakan proses pendinginan secara perlahan-lahan, sedangkan
cooling adalah proses pendinginan secara cepat. Lehr terbagi menjadi dua yaitu opened
lehr dan closed lehr. Pada setiap zona di lehr, terdapat T-burner, yang berfungsi untuk
memanaskan bagian pinggir kaca. Hal ini dikarenakan di bagian pinggir kaca sangat
mudah melepas panas dan untuk mencegah pelepasan itu, diperlukan pemanasan.
Di dalam lehr terdapat empat macam roll yang digunakan. Roll yang digunakan
adalah stainless roll (antara zona AO sampai B1), asbestos roll (antara zona B2 sampai
C3), HTC roll (antara zona C3 sampai D) dan rubber roll (antara F1 sampai guillotine).
Sampai saat ini 30% asbestos roll telah diganti dengan HTC. Selain itu, kecepatan lehr
harus diatur sesuai dengan target produksi yang didinginkan.
Closed lehr terdiri dari zona AO, A, B, dan C. pada zona AO tidak terdapat heat
exchanger untuk pendinginan, namun terdapat heater untuk menyamakan temperatur
pada bagian pinggir kaca dengan bagian tengah dari kaca. Bagian hood pada zona AO
dapat diganti dengan alat evaporizing untuk produksi kaca stopsol, dimana cairan
solution disemprotkan ke kaca dengan tekanan tinggi (12 bar) dalam bentuk kabut. Hal
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya thermal shock dan juga agar lembaran kaca
terlapisi oleh cairan stopsol ini secara merata. Kemudian kaca memasuki zona A yang
dibagi menjadi 5 daerah, yaitu A1 – A5 yang dipisahkan dengan partition plat dengan
jarak 10 cm dari kaca bagian atas. Pada zona AO dan zona A terjadi proses annealing,
dimana temperatur kaca akan turun secara perlahan-lahan. Pada zona A terdapat pada
bagian top dan bottom lehr. Pada umumnya pada daerah ini terjadi bowing, yaitu
melengkungnya kaca, oleh karena itu pemakaian heat exchanger dan heater akan
disesuaikan untuk menghilangkan bowing tersebut. Setelah itu kaca akan memasuki zona
B (B1 – B8), pada zona ini terjadi proses transisi antara annealing dan cooling, sehingga
penurunan temperatur dari kaca tidak terlalu besar. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan tegangan pada kaca dan juga akan menyusun molekul kaca agar lebih
stabil. Pada zona B terdapat heat exchanger pada bagian bottom dan top dari lehr.
Sedangkan heater hanya terdapat pada bagian top dari lehr, yaitu pada bagian left end dan
right end. Selanjutnya kaca memasuki zona C (C1 – C5) dimana terjadi proses cooling,
pada proses ini temperatur atmosfer dari lehr mengalami penurunan sebesar ± 200 oC. Hal
Setelah keluar dari daerah open lehr kaca akan memasuki tahap terakhir yaitu
cutting. Kaca yang keluar dari lehr memiliki temperatur sekitar ± 60 – 70 oC. Setelah
keluar kaca akan dicuci dalam washing machine. Di dalam washing machine kaca akan
dicuci oleh air pencuci yang memiliki beda temperatur dengan kaca maksimal 20 oC.
Temperatur kaca dan air pencuci tidak boleh terlampau jauh. Hal ini dikarenakan bila
temperatur terlampau jauh, kaca akan mengalami thermal shock sehingga kaca akan
pecah / mengalami distorsi.
Untuk perhitungan jumlah kaca yang dihasilkan digunakan satuan konversi case
(cc), dimana :
14400 in2/case
Chemical
Coating
Cutter
Sample Snapping
Exam
Packing
1) Guilotine
Setelah keluar dari open lehr, kaca akan memasuki guillotine. Kaca yang
memasuki guillotine memiliki temperatur sekitar 60 – 70 oC. Guillotine ini
berguna untuk menghancurkan kaca bila kaca mengalami cacat/defect dan
tidak sesuai dengan standar dari pabrik misalnya suhu kaca terlalu tinggi
yaitu lebih dari 90 oC, kaca pecah secara vertikal (memanjang), penggantian
jenis dan warna kaca, kaca buckling, dan juga ada trouble/accident.
2) Washing machine
c) Dry Area
3) HDD
Kaca yang telah dicuci dan kering akan memasuki tahap selanjutnya.
Tahap selanjutnya adalah pendeteksian defect/cacat kaca. Bila terdapat defect,
alat ini segera melaporkan hasil pendeteksiannya ke komputer. Dari
komputer, hasil deteksi akan ditampilkan di monitor. Keuntungan alat ini
adalah dapat mengklasifikasikan defect berdasarkan ukuran, diameter dan
posisi dari defect itu sendiri. Namun tingkat akurasinya hanya sekitar 85 – 90
%.
Dari HDD, kaca akan masuk ke dalam dark booth room. Di ruang ini,
defect kaca akan kembali dideteksi namun secara manual oleh seorang
operator. Ruang ini akan mendeteksi defect kaca yang tidak terdeteksi oleh
kamera di HDD, dan juga mendeteksi terjadinya scratch.
5) Chemical Coating
Di bagian ini kaca akan diberi lapisan kimia dengan ketebalan ± 10 µm.
tujuan dari pemberian lapisan ini adalah agar kaca tidak mudah tergores dan
tahan terhadap perubahan cuaca sehingga tidak mudah berjamur. Namun
proses ini tidak digunakan pada kaca jenis stopsol karena ditakutkan lapisan
stopsol akan bereaksi dengan bahan kimia dari chemical coating. Bahan-
bahan kimia yang digunakan untuk tahap ini :
ZnZO4
Citric Acid
Pada bagian ini, kaca digores secara vertikal (searah lebar kaca).
Untuk memperoleh garis lurus, maka lintasan pisau dibuat dengan
kemiringan tertentu, yaitu ± 18 o. cross cutter dari 3 buah pisau yang
dapat bekerja secara otomatis ataupun manual. Kerja dari ketiga
pisau ini dapat bergantian tergantung dari produksi kaca yang
diinginkan. Selain itu, kerja pisau ini diatur oleh Pulse Generator
(PG). PG akan mengirim informasi ke cross cutter dalam bentuk
pulse untuk menggores kaca sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Untuk memperlancar kerja pisau, ditambahkan pelumas. Pelumas ini
berfungsi selain untuk memperlancar kerja pisau dan untuk
mempermudah pemotongan kaca. Di bagian ini kaca digores menurut
arah vertikal (tegak lurus dengan arah aliran kaca)
3) Marking machine
Di setiap tepi lembaran kaca, terdapat bekas aroll atau disebut pattan
yang harus dibuang. Pada tahap ini, roda kecil akan memberi sedikit
tekanan di tepi lembaran kaca diberi sedikit tekanan. Dan akan
menyebabkan bagian tepi yang telah digores SP cutter patah.
6) HO Hopper
Bagian tepi kaca yang telah dipatahkan dan kaca-kaca yang out of
standard dibuang ke HO hopper untuk digunakan sebagi cullet. Di
HO hopper cullet sirami air. Tujuannya untuk menghilangkan debu-
debu yang tertinggal akibat pemotongan kaca.
7) Sample exam
8) Longitudinal snapping
9) Cullet blower
Bagian sales dari PT.Asahimas Flat Glass, Tbk. akan memasarkan kaca, yang
kemudian customer melakukan pemesanan. Bila ada pemesanan, maka bagian sales akan
menyampaikan ke PCPC (Production Control Planning Group). Bagian ini akan
Untuk pasar dalam negeri, kaca dikemas dalam peti kayu (untuk daerah di luar
Pulau Jawa seperti Sulawesi dan Kalimanta), sedangkan untuk daerah Jawa dan Sumatra
digunakan besi. Untuk pasar ekspor, kemasan yang digunakan adalah peti kayu.
Ada beberapa bahan yang digunakan untuk pengepakan lembar kaca, yaitu :
Digunakan untuk melapisi antara lembaran kaca. Ada empat jenis kertas yang
digunakan : senkasi, AP (Asahimas Paper), Kraft Linier, dan Kraft.
2) Powder
3) Styrofoam
4) Softboard
Berada di bagian bawah peti untuk melindungi kaca dari goncangan atau
benturan.
5) Steel Band
Berupa pita baja untuk mengikat susunan lembaran kaca dan peti.
6) Klem seng
8) Box
c) Type end cop, pengepakan kaca dengan menutup bagian tertentu saja.
9) Plastik
10) Pallet
Bila tahap packing telah selesai, kemasan-kemasan ini diberi label untuk
memudahkan identifikasi ukuran, jenis dan tebal kaca. Kemasan ini pula diberi barcode
agar konsumen dapat dengan mudah mengklaim kaca yang diterimanya. Bila kaca-kaca
telah diberi label dan barcode, selanjutnya diangkut denganmenggunakan dork lift untuk
disimpan di dalam gudang. Di dalam gudang kemasan kaca selalu dikontrol kualitasnya
hingga target pemesanan kaca terpenuhi. Bila telah terpenuhi, kaca-kaca tersebut dikirim
a. Vibrating Screen
lebih kecil
b. Conveyor
c. Crusher
Kapasitas : 8ton/jam
menghancurkannya.
Kapasitas : 8-100ton/jam
sebagai pengaduk.
e. Bucket Elevator
2. Cullet
a. Belt Conveyor
Tebal belt : 11 mm
Kecepatan : 45 m/menit
b. Crusher
Silika Sand 4 70
Dolomite 2 42,5
Soda Ash 3 20
Calumite 1 43
Salt Cake 2 10
Blue Dust 1 10
NaNO4 1 10
2. Scale
A& B 2 2000 2
C 1 1200 2
D 1 1200 2
E 1 150 0.2
F 1 100 0,1
G 1 150 0.2
H 1 25 0,01
I 1 200 0.2
Cullet 1 3000 10
3. Mixing Tank
Jumlah : 2 buah
batch house.
a) Belt Conveyor
Kapasitas : 40 ton/jam
b) Bucket Elevator
Panjang : 2,2 m
Kecepatan : 80 m/jam
vertikal
6. Moistmeter
Range : 0 – 160
Fungsi : Mengukur kadar air dari silica sand, dolomite, dan bahan
batch lainnya.
2) Bubbler
pitch : 900 mm
jumlah : 11 buah
atas.
4) Storage Tank
Kapasitas : 5000 kL
D. tangki : 9320 mm
T. tangki : 9150 mm
5) Boost Up Pump
6) Service Tank
Kapasitas : 28 kL
Jumlah : 2 buah
D. tangki : 2,91 mm
burner.
7) Pressure Regulator
Inlet : 40 kg/cm²
Outlet : 3 – 10 kg/cm²
Kapasitas : 20 – 60 L/menit
Inlet : 20 – 25 kg/cm²
Outlet : 3 – 5 kg/cm²
Kapasitas : 2000L/menit
10) Stirrer
Kecepatan : 30 rpm
Jumlah : 6 buah
D. blade : 500 mm
Thermocouple
a. Roff
b. Timah
Heater : 4400 Kw
(flat ) kaca.
c. Dedrossing Pocket
Lebar : 805 mm
mengambang di tine
d. Bottom
2set
b. Compressed Air
Jumlah : 2 unit
c. Roots Blower
Jumlah : 2 set
pendingin.
3. Roll
( F-4 )
tertentu.
Jumlah : 3 buah
Diameter : 300 mm
bergerak horizontal
IV.1.5 Lehr
1. Ukuran lehr
Diameter : 305 mm
Panjang : 4500 mm
Diameter : 305 mm
Panjang : 4500 mm
yang tinggi
3. Fan
cepat dingin.
2. Washing Machine
coating
Jumlah : 3 set
yang lurus.
Jumlah : 2 set
Jumlah : 3
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 530 Kl
2. Transfer Pump
Jumlah : 2 unit
2. Transformer Utama
3. Generator Diesel
(1650kW)
Jumlah : 2 unit
IV.2.5 Air
1. Water pond
2. Coolling Tower
Jumlah : 3 unit
Kedalaman : 3 meter
Kapasitas : 274 m³
4. Pompa
dengan baik.
5. Over HeadTank
Monitor
proses yang berlangsung, yaitu dengan temperature, tekanan, flow / laju alir.
IV.3.1 Temperatur
Dalam produksi kaca, temperature merupaka salah satu aspek yang paling penting
untuk dikontrol. Hal ini dikarenakan temperatur berkaitan dengan kualitas dari
produk kaca yang dihasilkan. Selain itu, temperatur pun berhubungan dengan
Pengambilan
Temperature 1st Down stream port 5 menit setelah api 4 jam sekali
floater 6 mati
mati
Tanggal genap :
R Tanggal
Ganjil : L
kiri)
floater
mati
port 3-4
tinggi (1 m dari
dapat tercapai.
b. Menjaga kualitas kaca agar kaca yang dihasilkan baik dan
berikut :
a. Agar temperatur tetap stabil, maka temperatur pada panel ( atap furnace )
bagian tertentu yang ditunjukkan apada table 4.6. pengukuran ini selalu
IV.3.2 Tekanan
Tekanan dalam metal bath perlu dijaga agar udara dari luar tidak masuk
pyrometer
a. Striagram
Dilakukan guna mengetahui distribusi molten glass.
b. Specific gravity
Dilakukan untuk mengetahui berat jenis kaca.
Pengontrolan terhadap produk dilakukan supaya produk yang dihasilkan
lebih besar dari 0,3 mm. Cacat jenis dapat terjadi dalam prosespeleburan
b. Seed
Sama seperti bubble, cacat kaca jenis ini juga berupa gelembung udara.
batuab crown.
d. Ream
Disebabkan kurang homogennya campuran molten glass yang terbentuk.
e. Ream knot
Merupakan jenis cacat kaca yang transparan, diakibatkan proses
adanya endapan pada botton roll kaca figure pada temperature tinggi.
g. Dross/speck
Cacat kaca yang terjadi akibat adanya oksida timah yang menempel di
kaca.
h. Bloom
Disebabkan adanya lapisan film timah yang menempel di sisi bawah
forming.
k. Drop/Drip/Spot
Diakibatkan adanya cairan atau benda asing yang menetes atau
a. Angle
Kesikuan/kemiringan cutter line tidak sesuai standar.
b. Crack
Retakan pada badan kaca akibat benturan benda keras atau karena
(tegangan dalam kaca). Hasil yang tidak rata ini disebabkan karena
i. Scratch
Goresan di permukaan kaca akibat gesekan benda keras atau tajam
seperti besi, penutup metal bath atau adanya cullent yang tersangkut
di roll.
j. Water stain
Adanya sisa air dari proses washing yang tidak kering secara merata
seperti cullet.
kaca dari pengotor, untuk keperluan umum dan juga untuk keperluan pemadam
kebakaran. Unit penyediaan air di PT Asahimas Flat Glass Tbk dibagi menjadi 2,
yaitu penyediaan air utama dan penyediaan air cadangan. Unit penyediaan air
utama diperoleh dari PAM yang ditampung dalam bak penerima ( receiving pond )
dengan kapasitas 45 ton/jam, kemudian dari bak penerima air PAM dialirkan
menuju bak penyimpanan ( storage pond ) yang berkapasitas 270 ton/jam dengan
dari 3 buah sumur dengan kapasitas total 400 liter/menit yang digunakan apabila
Kegunaan dari air yang dibutuhkan oleh PT. Asahimas Flat Glass Tbk
1. Keperluan Umum
Air yang digunakan untuk keperluan umum ditampung dalam drinking pond
extinguisher pump menuju fire plug yang terdapat diberbagai lokasi baik
PAM yang digunakan sebagai air pencuci, terlebih dahulu dialirkan menuju
raw water tank yang kemudian disaring dengan menggunakan carbon active
filter dan dimurnikan menjadi pure water dengan resin penukar kation dan
anion. Pure water ini kemudian dialirkan menuju dua tangki yang berbeda,
yaitu hot water tank dan rinse water tank. Pada hot water tank digunakan
steam untuk memanaskan air. Air yang keluar dari tangki kemudian
dilewatkan ke dalam heat exchanger dan disaring kembali cartride filter, air
digunakan air PAM sebagai pendingin. Air PAM yang akan digunakan
timbulnya kerak dan karat pada pipa pendingin. Oleh karena itu, air yang
Variabel Harga
Ph ( 25ºC ) 7–8
Conductivity < 200 µ/cm
Total hardness 30 – 150 ppm CaCO3
Silica < 130 ppm SiO2
Turbidity < 20 ppm SiO2
Iron < 1 ppm Fe
Chloride < 300 ppm Cl
Cycle Number <3
Retention < 100 jam
30 meter.
akan dibooster.
Unit penyediaan listrik yang digunakan oleh PT Asahimas Flat Glass Tbk
dibagi menjadi dua bagian, yaitu sumber energy listrik utama dan sumber energy
listrik cadangan. Sumber energy listrik utama diperoleh dari PLN dengan tenaga
sebesar 20 Kv DAN 50 Hz. Jika PLN mati, maka listrik akan disupply dari back
up genset diesel. Energy listrik cadangan diperoleh dari tiga buah generator diesel
engine yang menggunakan bahan bakar solar dengan kapasitas energy yang
dihasilkan masing – masing 1250 Kw dan 3,3 kV. Sumber energy listrik cadangan
digunakan apabila pasokan listrik dari PLN tiba – tiba terputus. Untuk pemakaian
secara spesifik, listrik dari PLN harus diturunkan terlebih dahulu tegangannya
menjadi 0,3 Kv DAN 50 Hz dengan trafo step down. Unit penyediaan energy
listrik sangat penting dalam proses produksi, oleh karena itu dilakukan
pemeriksaan dan pemanasan generator setiap 4 hari sekali.
1. Limbah dari cafeteria, dinning room dan westafel yang berupa air cucian
yang mengandung detergen. Proses industry ini tidak menghasilkan banyak
limbah cairan karena menggunakan sistem sirkulasi air untuk
mendinginkan instrument – instrument yang digunakan selama proses
industry.
2. Air pencuci yang digunakan dalam proses pembuatan cermin. Air pencuci
ini diolah dahulu sebelum dibuang ke laut dengan menggunakan zat
tambahan seperti alumunium sulfat dalam suatu unit water treatment.
3. Air sisa chemical coating mengandung Fe dlam jumlah yang cukup besar.
Oleh karena jumlahnya tidak telalu banyak, maka air ini dimasukkan ke
Gas – gas ini dapat dibuang secara langsung melalui cerobong karena
kadarnya yang tidak terlalu tinggi. Menurut Sucofindo, kadar SO2 yang
diijinkan untuk dibuang secara langsung adalah < 2,6% wt/days, sedangkan
untuk kadar gas CO2 yang diijinkan untuk dibuang adalah < 11,1% wt/days.
Kadar SO2 yang dibuang perusahaan per hari adalah 0,39% wt, sedangkan
kadar gas CO2 yang dibuang oleh perusahaan ini adalah 5,71% wt.