Anda di halaman 1dari 3

1. Seorang filosof selalu memiliki pola berpikir yang beraneka ragam.

Cara berpikir seorang


filosof adalah radikal, dimana radikal disini berarti pemikiran secara mendasar sampai
kepada hal yang prinsip. Karena memilki pola berpikir yang radikal, ia tidak pernah
terpaku hanya kepada satu fenomena tertentu. Dengan berpikir radikal, filsafat berupaya
untuk menemukan jawaban dari akar permasalahan yang ada. Filsafat berupaya mencari
hakikat yang sesungguhnya dari segala sesuatu. Berpikir radikal bukan berarti hendak
mengubah, membuang, atau menjungkirbalikkan segala sesuatu, melainkan dalam arti
berupaya berpikir secara mendalam, untuk mencari akar persoalan yang
dipermasalahkan. Berpikir radikal justru berupaya memperjelas realitas, melalui
penemuan serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri. Filsafat bukan hanya mengacu
kepada bagian tertentu dari realitas, akan tetapi berupaya mencari keseluruhan. Dalam
memandang keseluruhan realitas, filsafat senantiasa berusaha mencari asas yang paling
hakiki dari keseluruhan realitas. Mencari asas berarti berupaya menemukan sesuatu yang
menjadi esensi realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas tersebut dapat
diketahui dengan pasti dan menjadi jelas.

2. Ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak, Epistemologi adalah cara mendapatkan
pengetahuan yang benar, karena epistemologi itu adalah teori pengetahuan, tidak lain
dan tidak bukan merupakan kelanjutan yang tak terpisahkan dari ontologi, sedangkan
aksiologi adalah bagaimana manusia dalam penerapan pengetahuan itu, dapat
mengklasifikasinya, tujuan pengetahuan dan perkembangannya agar dapat mengetahui
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Ketiga istilah ini mempunyai hubungan
yang erat dalam sebuah aspek kajian ilmiah karena ketiganya saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan.

Salah satu contoh permasalahan yang dapat dikaji secara ilmiah adalah “Bagaimana
implementasi mekanisme pengakuan masyarakat hukum adat di Indonesia?”. Tujuan
dari pengkajian ini adalah untuk menginventarisir dan mengidentifikasi permasalahan-
permasalahan Hukum dan menganalisis terkait dengan pengkajian hukum tentang
mekanisme pengakuan masyarakat hukum adat serta memberikan rekomendasi berupa
upaya dan langkah yang perlu diambil dalam rangka pembinaan dan pembaharuan
hukum menuju terbentuknya sistem hukum nasional, khususnya susbtansi pengaturan
mekanisme pengakuan masyarakat hukum adat .

4. Etika adalah bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku seseorang
dari sudut baik dan jahat. Semua perilaku mempunyai nilai, jadi tidak benar suatu perilaku
dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepatnya adalah perilaku beretika baik atau perilaku beretika
tidak baik, sejalan dengan perkembangan penggunaan bahasa yang berlaku sekarang. Istilah etis
dan tidak etis, tidak baik untuk hal yang sama. Demikian juga etis baik dan baik dan etis tidak
baik. Dalam hal perilaku digunakan istilah baik dan jahat untuk etika karena perbuatan manusia
yang tidak baik berarti merusak sedangkan perbuatan yang baik berarti membangun. Sedangkan,
estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari
sudut indah dan jelek. Secara umum estetika disebut sebagai kajian filsafati mengenai
pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, rasa
tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lainnya.

Hubungan antara etika dan estetika dalam hal tanggung jawab seorang ilmuwan dalam
kajian akademik adalah bagaimana seorang ilmuwan itu dapat menjalankan ketiganya dalam
setiap pemikiran dan tindakan sehari-hari.. Etika membicarakan tentang pandangan baik dan
buruk yang setiap pribadi dan lingkungan dapat memandangnya secara berbeda-beda (abstrak).
Sedangkan, estetika membicarakan mengenai indah dan jelek yang dapat memandangnya dari
berbagai sisi sesuai selera pribadi masing-masing. Sehingga, dalam kehidupan sehari-hari
hubungannya adalah dengan menyatukan ketiga pandangan ini dalam setiap tindakan.

Kesimpulannya, dengan mengambil tindakan melalui pandangan ini, Etika akan melihat
apakah yang kita lakukan dalam suatu system akan memberikan dampak yang baik dan buruk
terhadap lingkungan, kemudian setiap perbuatan yang kita lakukan akan tercermin melalui suatu
tampilan fisual melalui pandangan estetika. Sebagai contoh, sebuah pepatah yang mengatakan
“De gustibus non disputdum” yang artinya meskipun tidak mutlak, tidak untuk segala hal. Secara
fisual dan imajinasi estetika disebut juga kajian mengenai keindahan atau teori tentang cita rasa,
kritik dalam kesenian kreatif serta pementasan. Sehingga, hubungan dari kedua pandangan ini
adalah sebagai dasar pemikiran dalam setiap tindakan yang akan diambil.

Anda mungkin juga menyukai