Anda di halaman 1dari 3

Pertanyaan dari Kelompok 7:

1. Risma adalah pegawai di PT ABC. Ia dikenal sebagai pegawai yang rajin dan
konstruktif. Tak jarang ia dibebani dengan pekerjaan berlebih untuk membantu
kepala divisinya. Padatnya beban kerja yang ditanggung Risma membuatnya
mudah sakit, namun kondisinya itu tidak pernah diperhatikan oleh PT ABC.
Akhirnya, Risma memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Berdasarkan
kasus tersebut, bagaimana analisismu terhadap keputusan yang dipilih oleh
Risma?
Jawab:
Menurut saya, Risma telah mengambil keputusan yang tepat. Hal ini karena
perusahaan yang ia tempati selalu membebani pekerjaan berlebih hingga overload
namun tidak mempedulikan kesehatan para pegawainya. Tuntutan tugas dan
kemampuan kerja harus seimbang agar performa pegawai dapat maksimal dan
terhindar dari stress dan penyakit kerja. Tuntutan tugas yang lebih besar daripada
kapasitas kerja yang dimiliki dapat menyebabkan overstress, kelelahan, sakit, dan
pegawai menjadi tidak produktif. Jika ia terus memaksakan diri untuk bekerja di PT
ABC maka akan membahayakan dirinya sendiri. Meskipun Risma pegawai yang rajin
dan konstruktif, tidak seharusnya PT ABC mengabaikan kondisinya. Meskipun
pegawainya rajin, namun jika terus dihujani tuntutan tugas tanpa memperhatikan
kondisi kesehatannya, justru pegawai tersebut akan kehilangan performanya, sehingga
produktivitasnya menurun. PT ABC seharusnya mampu menjamin kondisi kesehatan
fisik maupun mental pegawainya dan mempertimbangkan dampak bagi perusahaan
apabila tidak memperhatikan K3. Risma berhak mendapatkan jaminan kesehatan fisik
dan mentalnya sebagai salah satu apresiasi perusahaan terhadap apa yang telah ia
dedikasikan atau ia berikan kepada perusahaan tempat ia bekerja.

2. Apakah bisa penilaian beban kerja mental dilakukan diakhir masa pekerjaan?
Misalnya ketika terdapat karyawan yang ingin resign dari pekerjaan, kemudian
kita cegah dengan cara melakukan penilaian tersebut? Berikan alasannya
Jawab:
Menurut saya, pengukuran beban kerja mental mungkin bisa saja dilakukan di akhir
masa pekerjaan dengan atribut motivasi sebagai penyemangatnya. Namun, tidak bisa
dipastikan ampuh untuk mencegah karyawan tersebut resign dari pekerjaan.
Sebaiknya penilaian beban kerja mental tidak hanya dilakukan semata-mata untuk
menahan karyawan yang ingin resign saja, namun juga dilakukan secara berkala
sebagai antisipasi agar setiap karyawan tidak mengalami kejenuhan dalam bekerja
akibat beban mental yang dialami.

3. Ergonomi dan K3 pasti diperlukan dalam segala bidang pekerjaan. Jika


terdapat suatu perusahaan terdapat melakukan pelanggaran dalam kedua hal
tersebut dan berakibat fatal, tindakan apa yang akan dilakukan serta berakibat
apa bagi perusahaan yang melanggarnya?
Jawab:
Apabila suatu perusahaan melakukan pelanggaran ergonomi dan K3 yang berakibat
fatal, maka terdapat konsekuensi yang harus diterimanya. Terdapat sanksi pidana
terhadap yang melakukan pelanggaran di bidang ketenagakerjaan kaitannya dengan
K3. Sebagaimana termaktub dalam pasal 183 sampai dengan pasal 189 Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 sanksi pidana tersebut berupa sanksi pidana penjara,
kurungan, dan denda. Adapun penerapan sanksi administrasinya dalam pasal 190
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 berupa teguran, peringatan tertulis,
pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pembatasan persetujuan,
pembatasan pendaftaran, penghentian sementara Sebagian atau seluruh alat produksi,
hingga pencabutan izin. Selain itu, perusahaan juga dapat diancam Undang-Undang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pasal 84 ayat 3 dan dikenakan pidana kurungan
selama 1 tahun atau pidana denda paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah). Tindakan yang selanjutnya dilakukan oleh perusahaan ialah melakukan
evaluasi untuk meninjau ulang penerapan ergonomi dan K3 di perusahaan tersebut.
Perusahaan secara berkala melakukan observasi terhadap alat, bahan, atau mesin yang
digunakan apakah betul-betul layak dan dipastikan aman untuk digunakan. Selain itu,
juga perlu menggencarkan sosialisasi terhadap setiap pegawainya untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya penerapan ergonomi dan K3 di lingkungan
pekerjaan dan melaksanakan peraturan atau kebijakan perusahaan terkait K3. Dengan
adanya peristiwa yang berakibat fatal tersebut, perusahaan seyogyanya mampu
membangun dan meningkatkan budaya ergonomi dan budaya K3 bagi seluruh
pegawainya.
4. Menurut Cary Cooper, kkjenis pekerjaan yang monoton dapat menimbulkan
rasa bosan dan memicu adanya stres yang dialami pekerja. Ketika Anda adalah
pemimpin di sebuah perusahaan dengan kondisi tersebut, langkah apa saja yang
akan anda terapkan untuk mencegah hal tersebut?
Jawab:
Seandainya saya sebagai pemimpin di sebuah perusahaan dengan kondisi tersebut
saya akan mengadakan aktivitas yang menyenangkan atau program yang bisa
menyalurkan hobby pegawai misalnya senam bersama, atau aktivitas olahraga
lainnya. Saya juga akan menyediakan fasilitas untuk menunjang program tersebut
misalnya penyediaan fasilitas ruang tenis meja, tempat untuk bersantai, dan
sebagainya. Selain itu, sebagai pimpinan saya juga akan mengadakan rekreasi
bersama seluruh pegawai. Berbagai upaya ini dilakukan dalam rangka mencapai
work-life balance. Pegawai bisa melepas penat sejenak kemudian siap kembali
mengerjakan pekerjaannya dengan fokus dan maksimal, sehingga dapat terjaga
produktivitasnya. Work-life balance dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk
mengatasi rasa bosan yang terjadi selama di tempat kerja.
Di samping itu, langkah yang akan dilakukan ialah penataan ruang kerja atau kantor.
Bila perlu, tempat kerja didesain ulang agar menciptakan suasana yang nyaman.
Penataan ruang kerja atau kantor dilakukan dengan mengganti warna cat dan
meletakkan tanaman. Pemilihan warna cat dinding sangat berpengaruh karena
menimbulkan penciptaan kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan
lingkungan psikologis yang optimal. Keberadaan tanaman di dalam maupun di luar
ruangan kantor terbukti mampu membantu meredakan stress dan kelelahan sebab
warna hijau memiliki efek yang menenangkan. Atau bisa juga meletakkan gambar dan
tulisan yang membuat pegawai termotivasi dan meningkatkan mood atau semangat
pegawai.
Dengan langkah-langkah tersebut, harapannya mampu meminimalkan dampak negatif
pekerjaan yang monoton atau repetitif seperti stress, burnout, atau kelelahan baik
secara fisik maupun mental.

Anda mungkin juga menyukai