Dosen Pengampu
Prof. Dr. Hari Setiono, M.Pd
Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
DBON merupakan dokumen rencana induk yang berisikan arah kebijakan
pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional yang dilakukan secara efektif,
efisien, unggul, terukur, sistematis, akuntabel, dan berkelanjutan dalam lingkup
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga prestasi, dan industri olahraga.
Dokumen yang merupakan lampiran dari Perpres 86/2021 ini memuat visi, misi,
prinsip, tujuan, dan sasaran; kebijakan, strategi, dan penyelenggaraan; serta peta jalan
DBON. Dimana DBON mempunyai misi;
Sepak bola adalah suatu cabang olahraga yang sangat digemari dan diminati semua
lapisan masyarakat di Indonesia maupun di Dunia. Pengertian sepak bola adalah suatu
olahraga yang dilakukan secara beregu dan beranggotakan 11 orang pemain, dimana
terdiri dari 1 orang penjaga gawang dan 10 pemain yang masing-masing mempunyai
posisi sebagai penyerang, pemain tengah dan pemain bertahan.
Konflik merupakan gejala serba hadir dalam masyarakat atau istilah lainnya
dikenal dengan “everday to life” seperti tidak ada individu atau masyarakat tanpa
konflik. Konflik sudah menjadi bagian keseharian hidup manusia. Seiring dengan itu,
pemikir Karl Marx dan Thomas Hobbes juga menekankan konflik-konflik secara
mendasar melekat dalam sifat manusia.
Ada empat persyaratan agar dapat dikategorikan konflik dalam masyarakat, 1).
Terdapat dua atau lebih pihak (individu/kelompok) yang terlibat, 2). Mereka terlibat
dalam tindakan yang saling memusuhi, 3). Mereka menggunakan perlakuan kekerasan
yang bertujuan untuk menghancurkan, melukai, dan menghalang–halangi lawannya, dan
4). Reaksi pertentangan bersifat terbuka sehingga dapat dideteksi dengan mudah oleh
orang lain.
Pate, Rotela dan Mc. Clenaghan mendefinisikan suporter adalah orang yang
fanatik menjadi “teman baik” apabila berpenampilan baik dan menjadi “musuh paling
jahat” apabila tidak tampil baik.
Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan
atau suatu pandangan tentang sesuatu yang positif atau yang negatif, pandangan mana
tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam
sehingga sulit diluruskan atau diubah. Menurut Duning, mendefinisikan fanatisme
sebagai bentuk kebudayaan baru yang menyediakan pilihan simbolisasi nilai–nilai
kekuasaan, maskulinitas, konflik bahkan politik. Fanatisme menjadi daya tarik bagi anak
muda untuk berduyun–duyun ke stadiun, mengorbankan semua hal dan siap untuk
berdarah membela panji kesebelasan. Perayaan kemenangan, ataupun ejekan terhadap
pendukung tim lawan adalah penyebab terjadinya kerusuhan yang membuat jatuhnya
korban. Perilaku mereka menjadi tidak terkontrol. Potensi kerusuhan semakin besar
ketika tim yang didukungnya menang.
Secara umum konflik merupakan aktualisasi dari perbedaan dan pertentangan
antara dua pihak atau lebih sehingga wujud konflik dan kompetisi direpresentasikan
tidak hanya oleh dua puluh dua orang di lapangan, tetapi juga melibatkan seluruh
komponen tim, baik official ataupun suporter masing-masing.
Hak dan kewajiban suporter dalam UU SKN. Pasal 55 UU 11/2022 yang
mengatur tentang suporter.
-Ayat (2) Suporter olahraga membentuk organisasi atau badan hukum suporter
olahraga dengan mendapat rekomendasi dari klub atau induk organisasi cabang
olahraga.
-Ayat (3) Organisasi atau badan hukum Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) memiliki anggaran dasar/anggaran rumah tangga dan anggota yang
terdaftar.
-Ayat (4) Pengurus organisasi atau badan hukum suporter olahraga sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) bertanggung jawab melakukan pengelolaan dan
pembinaan terhadap anggotanya.
Tindak kekerasan, kerusuhan, dan jatuhnya korban baik luka, tewas, rusak dan
terganggunya ketertiban merupakan, pranata sosial sampai prasarana umum merupakan
citra buruk yang melekat pada Suporter Sepak Bola Indonesia. Kerusuhan suporter yang
terjadi di Indonesia sebenarnya bukan isu baru, karena sejak lama sebenarnya sudah
sering terjadi. Penyebab utama terjadinya Konflik suporter Aremania dengan pasukan
pengamanan stadion (polisi) dimulai pada saat suporter fanatik AREMA INDONESIA
turun dari tribun penonton dan kemudian masuk ke lapangan hal ini disebabkan
kecewaan suporter fanatik arema indonesia kecewa akan kekalahan tim kesayangannya
tidak pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri, melawan persebaya
surabaya dalam derby jawa timur di stadion KANJURUAN dengan skor 2-3. Kekalahan
tersebut menyebabkan suporter arema indonesia turun dari dari tribun penonton
sebanyak 3000 orang,lalu turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain
dan ofisial untuk melampiaskan kekecewaannya. Kemudian berlanjut pada terjadinya
kerusuhan yang melibatkan Suporter AREMA INDONESIA dengan pasukan
pengamanan Stadion kanjuruan yang diawali melakukan upaya-upaya pencegahan dan
melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para
pemain. pasukan pengamanan stadion (polisi) menembakkan gas air mata serta mengejar
para pendukung tersebut dalam upaya memulihkan ketertiban. Para petugas polisi itu
menggunakan senjata tongkat dan perisai, di karenakan para suporter Aremania mulai
anarkis,menyerang petugas kepolisian hingga merusak sejumlah fasilitas stadion. Selain
itu, keputusan polisi untuk menembakkan gas air mata hanya akan membuat orang-orang
yang ada di stadion itu panik dan situasi semakin kacau.Terlebih lagi, stadion
Kanjuruhan hanya memiliki satu pintu keluar (yang juga merupakan pintu masuk).
Biasanya, dalam pertandingan olahraga yang kompetitif, emosi penonton mudah
meningkat. Jadi, tidak heran bila hiruk pikuk kerumunan penonton yang bergegas ingin
keluar stadion melalui hanya satu pintu keluar rentan menyebabkan kematian dan cedera.
Kita harusnya bisa belajar dari tragedi Hillsborough yang terjadi pada 1989, di
Inggris dan tragedi festival musik Love Parade di Jerman pada 2010. Kedua acara
tersebut berakhir sebagai tragedi kelam sebagai akibat dari kombinasi tindakan polisi,
komunikasi yang buruk, serta akses jalan keluar yang buruk bagi penonton. Di luar itu,
para penggemar sepak bola di Indonesia dikenal dengan rasa antusiasme yang tinggi.
Sehingga, risiko kerusuhan yang tidak terkendali harus diantisipasi. Salah satu cara
mengantisipasinya adalah dengan memisahkan penonton ke beberapa zona yang berbeda
– teknik ini digunakan dalam pertandingan Piala Dunia. Cara ini dapat mengurangi
ketegangan di stadion karena akan meminimalisir kemungkinan para penggemar dari
tim yang berbeda bertemu satu sama lain.
Polisi juga dapat membentuk barikade penghalang – namun jangan terlihat
konfrontatif menjelang akhir pertandingan, untuk memberi sinyal kepada kerumunan
penonton bahwa polisi ada di sana untuk mengamankan situasi. Yang terpenting, polisi
tidak perlu dipersenjatai. Di Inggris, polisi cenderung pendekatan yang “lunak” dalam
menangani kerumunan, dan cara itu sukses besar. Aparat polisi juga kerap mengenakan
topi bisbol dan hoodies, bukan perlengkapan anti huru-hara seperti yang terjadi di
Malang, dan hal itu telah terbukti dapan melunakkan respon massa, sehingga
memungkinkan polisi untuk menerobos dan membubarkan bentrokan kecil sebelum
situasi semakin panas.
Baru PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) seolah tutup telinga dengan kritikan-
kritikan banyak pihak terhadap jadwal pertandingan Liga 1. Mereka beberapa kali
diminta untuk mengubah jadwal pertandingan agar tidak terlalu malam. Pertandingan
terlalu malam akan mempersulit proses evakuasi jika terhadi hal diinginkan. Laga Piala
Presiden 2022 antara Persib Bandung kontra Persebaya di Stadion Gelora Bandung
Lautan Api (GBLA) sebelum musim ini bergulir sudah menjadi bukti. Namun PT LIB
seolah tidak belajar dari kejadian pilu di GBLA tersebut. Laga dengan risiko tinggi tetap
digelar pada malam hari.
Tragedi Kanjuruhan sebetulnya hanyalah bom waktu karena PSSI tidak pernah
mau belajar dari kesalahan. Permasalahan korban tewas di sepak bola Indonesia sudah
terjadi sejak beberapa tahun silam. Selama ini, PSSI selalu memberikan solusi yang itu-
itu saja. Sanksi yang tidak jauh berbeda terus ditujukkan kepada klub atau panpel yang
terlibat. Namun alih-alih menimbulkan efek jera, kejadian serupa masih terus berulang
di banyak tempat. Bahkan semakin marak, dan semakin besar jumlah korbannya. PSSI
seolah enggan memikirkan solusi lain untuk setidaknya mencegah tragedi.
Tragedi di stadion kanjuruan malang adalah salah satu tragedi terburuk di dunia
sepakbola indonesia dalam pencegahan kerusuhan di dalam stadion. Tragedi di stadion
kanjuruan merupakan salah satu contoh permasalahan bahwa olahraga sepakbola
indonesia masih jauh dari kata olahraga yang maju dan modern. pssi selaku induk
organisasi hendaknya memberikan pembekalan terhadap pihak terkait di dalam dunia
olahraga sepakbola indonesia. Dan hendaknya pihak-pihak terkait agar mau
mengevaluasi dan intropeksi diri agar tragedi stadion kanjuruan tidak terulang kembal