Anda di halaman 1dari 7

Nama :EVA SUJIATI

NIM :E1A017023

Kelas : SNT 4

 TEORI ASAM BASA

Secara Umum :

Asam : Cairan berasa asam dan dapat memerahkan kertas lakmus biru

Basa :Cairan berasa pahit dan dapat membirukan kertas lakmus merah

Garam : Cairan yang berasa asin

Konsep Asam-Basa berkembang, ada 3 konsep asam-basa dalam memahami reaksi kimia :

1.Arhenius

2.Bronsted-Lowry

3.Lewis

1. Teori Arrhenius :

Asam adalah senyawa yang melepaskan H+ dalam air.

Contoh :

HCl -----u H+ + Cl-

HNO3 -----u H+ + NO3-

Basa adalah senyawa yang melepaskan OH- dalam air

Contoh :

NaOH -----u Na+ + OH-

NH4OH -----u NH4+ + OH-

Kelemahan : hanya berlaku untuk larutan dalam air saja.

2. Teori Bronsted - Lowry

Asam : senyawa yg dapat memberikan proton ( H+ ) / donor proton.

Basa: senyawa yg dapat menerima proton (H+) / akseptor proton.


 Perhatikan contoh berikut.

NH4 + (aq)  +  H2O(l)  ⎯→  NH3(aq) + H3O+(aq)


asam                basa
H2O(l)  + NH3(aq) ⎯⎯→  NH4+(aq)  +  OH–(aq)
asam          basa

 Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (donor proton) dan sebagai
basa (akseptor proton).

Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada konsep asam-basa Arrhenius
karena hal-hal berikut :

1. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi
asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
2. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat berupa kation atau
anion. Konsep asam-basa ronsted-Lowry dapat menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam
NH4Cl, yang bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.

Asam dan Basa Konjugasi


1. Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang disebut basa konjugasi
dari asam tersebut.
2. Sedangkan basa yang telah menerima proton menjadi asam konjugasi.
3. Perhatikan tabel berikut.

Pasangan asam-basa setelah terjadi serah-terima proton dinamakan asam-basa konjugasi.

3. Teori Asam Basa Lewis.


Teori sebelumnya tidak dapat menjelaskan jika ada reaksi antara NH3 dan BF3 menjadai H3N
BF3
Di sini terjadi ikatan koordinasi antara atom N dan B yang pasangan elektronnya berasal dari N.
 Asam : suatu partikel yg dapat menerima pasangan elektron dari partikel lain untuk
membetuk ikatan kovalen koordinasi,
 Basa : suatu partikel yg dapat memberikan pasangan elektron kepada partikel lain
utukmembetuk ikatan kovalen koordinasi,
SO3 + O2- -------à SO42-
CO2 + OH- ----à HCO3-
** Partikel seperti H+, SO3, CO2 dan HCl adalah sebagai asam Lewis
OH-, O2- dan H2O sebagai basa Lewis.

Contoh :

** Teori asam-basa Lewis banyak digunakan dalam kimia organik

 pH ASAM DAN BASA


             pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau ke basaan yang
dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan “keasaman” di sini adalah konsentrasi ion hidrogen dalam
pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada
konsentrasi H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan.

           Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut (sebagai
tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada kesetimbangan. Penambahan senyawa
ion H+ terlarut dari suatu asam akan mendesak kesetimbangan ke kiri (ion OH– akan diikat
oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya.
            
              Sorensen (1868 – 1939), seorang ahli kimia dari Denmark mengusulkan konsep pH untuk
menyatakan konsentrasi  ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+. Secara
sistematis diungkapkan dengan persamaan sebagai berikut :
                                                
             pH = – log [H+]

Analog dengan di atas, maka :

pH = – log [OH–]

Sedangkan hubungan antara pH dan pOH adalah :


Kw     = [H+] [OH–]
Kw     = – log [H+] + – log [OH–]

Maka :
 
pKw  = pH + pOH
                      
 
**Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
 
 
Atas dasar pengertian ini, maka :
1. Netral : [H+] = 1,0 x 10-7 M atau PH = 7 dan [OH-] = 1,0 x 10-7 M atau PH = 7
2. Asam : [H+] > 1,0 x 10-7 M atau PH < 7 dan [OH-] < 1,0 x 10-7 M atau POH > 7
3. Basa : [H+] < 1,0 x 10-7 M atau PH > 7 dan [OH-] > 1,0 x 10-7 atau POH < 7
 
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan beberapa rumus sebagai berikut :
Jika [H+] = 1 x 10-n, maka pH = n
Jika [H+] = x x 10-n, maka pH = n – log x
Sebaliknya, jika pH = n, maka [H+] =  10-n
 
Contoh soal menyatakan hubungan pH dengan [H+]
1. Berapa pH larutan jika konsentrasi ion [H+] sebesar :
a.     1 x 10-3                b. 5 x 10-6
Jika diketahui log 2 = 0,3
           Jawab :
a. [H+] = 1 x 10-3 → pH = – log (1 x 10-3)    = 3
b.  [H+] = 5 x 10-6 → pH = -log (5 x 10-6)    
                                                          = 6 – log 5
                                                          = 6 – log 10/2
                                                          = 6 – ( log 10 – log 2)
                                                          = 5 + log 2
                                                          = 5,3
 
 
 
 Penghitungan pH
       Asam terbagi menjadi dua, yaitu asam kuat dan asam lemah. Begitu juga pada larutan basa terbagi
menjadi dua, yaitu basa kuat dan basa lemah. Pembagian ini sangat membantu dalam penentuan
derajat keasaman (pH).
 
1. Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk
menyatakan derajat  keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat
valensinya.
Rumus :
H+] = x . [HA] [

   pH = – log [H+]

Contoh :
  Hitung pH larutan dari 100 ml larutan 0.01 M HCl!
 
Jawab :
HCL → H+ + Cl–
[H+]      = x . [HA]
            = 1 x 0.01 M
             = 10-2 M
pH        = – log 10-2
pH        = 2    
 
 
2. Asam lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α
< 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam
lemahnya (seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan
menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :

[H+] = √ Ka . [HA]  atau    [H+] = M x α


Ket :    
Ka      :tetapan ionisasi asam lemah
pH = – log [H ] +
[HA] : konsentrasi asam lemah
 

Contoh :
 
 Hitunglah pH dari 0,025 mol CH3COOH dalam 250 mL larutannya, jika Ka =10-5 !
Jawab :
Molaritas = mol/v = 0,025/0,25 = 0.1
[H+] = √ Ka . [HA]
      = √ 10-5 . 0,1                                                                                       
         = √ 10-6
         = 10-3 M  
pH   = – log 10-3
         = 3
Cat : Semakin besar konsentrasi ion H+, semakin kecil nilai pH. Larutan dengan pH = 1 adalah 10
kali lebih asam dari larutan dengan pH = 2.

3. Basa kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada
penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi
basanya.
 
  Rumus :
OH–] = x. [M(OH)]

pOH = – log [OH–]

pH = 14 – pOH
pH larutan basa kuat dapat ditentukan dengan alur sebagai berikut.
 Tentukan [OH–] berdasarkan perbandingan koefisien
 Tentukan pOH dengan rumus pOH = – log [OH–]
 Tentukan pH berdasarkan pH = 14 – pOH

Contoh :
Hitung pH dari :
a. 100 mL larutan KOH 0,1 M !                         b. Larutan Ca(OH)2 0,001 !

Jawab :
 
a. KOH → K+ + OH–                                    b. Ca(OH)2  → Ca2+ + 2OH–
[OH–] = x. [M(OH)]                                       [OH–]  = x. [M(OH)]
                    = 1 . 0,1 M = 10-1 M                                           = 2 . 0,001 = 2 x 10-3 M
       pOH = – log 10-1                                          pOH   = – log 2 x 10–3
                   = 1                                                                        = 3 – log 2
      pH      = 14 – pOH                                          pH       = 14 – pOH
                   = 14 – 1                                                                = 14 – (3-log 2)
                   = 13                    = 11 + log 2
                            
 
 

4. Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,  α  ≠ 1, (0 <  α
< 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH– tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa
lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :
 
Rumus :
            
[OH–] = √Kb . [M(OH)]       atau   [OH–] = M x α
pOH = – log [OH–]              pH = -14 – pOH

Contoh
Hitung pH dari larutan 500 mL amonia 0,1M (Kb= 4 x 10-5
 
Jawab                                                                                                           
NH4OH → NH4+ + OH–
[OH– ]= √Kb . [M(OH)]
            = √ 4x 10-5 . 0,1
            = √ 4 x 10-6
              = 2 x 10-3 M
pOH   = – log  2 x 10-3
              = 3 – log 2
pH      = 14 – pOH
             = 14 – (3 – l0g 2)
             = 11 + log 2
 

Anda mungkin juga menyukai