Disusun oleh:
Anna Monita
20204010124
Diajukan kepada:
Dr. Warih Andan, Sp. KJ
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Takut dengan banyak orang
RPS : Pasien datang ke poli jiwa RS PKU Muhammadiyah Gamping
sejak Mei 2019, ia mengeluh merasa takut dengan banyak orang dan merasa orang lain
disekitarnya membicarakan tentang dirinya. Pasien takut orang lain mendengar makian
yang berasal dari dalam dirinya dan terus terngiang-ngiang didalam pikirannya dan
kemudian orang lain tersebut memaki balik dirinya. Pasien sering mendengar bisikan-
bisikan yang tidak ada wujudnya, bisikan tersebut berupa bisikan jika orang-orang
disekitarnya sedang membicarakan dirinya. Keluhan pasien memberat di pagi hari dan
semakin menurun di sore hari.
RPD : rawat inap di RS Grhasia tahun 2018
RPK : informasi tidak tersedia
RPSos : informasi tidak tersedia
V. DIAGNOSIS
Skizofrenia residual (F 20.5)
VIII. TATALAKSANA
a. Farmakologi
R/ Amitriptilin 25 mg tab No. LX
S 2 dd tab 1 p.c (pagi)
R/
Risperidone 2 mg
Trihexyphenidyl 2 mg
mfla da in caps dtd No. XXX
S 1 dd caps 1 p.c (pagi)
R/
Risperidone 2 mg
Clorilex 100 mg
Trihexylpenidil 2 mg
Mfla da in caps dtd No. XXX
S 1 dd caps 1 p.c (sore)
b. Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif,
dan terapi kognitif-perilaku:
Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan)
pasien terhadap stres. Hal ini dilakukan mengingat toleransi (kemampuan) pasien
mengahadapi stres (tekanan, kecewa, frustasi) rendah.
Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan insight (pengetahuan pasien)
terhadap penyakitnya serta mengembangkan kemampuannya untuk menunjang
penyembuhan dirinya. Selain itu juga meningkatkan pengetahuan keluarga untuk
mendukung kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan
edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga.
Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik
nirsadar dengan usaha untuk mecapai perubahan struktur luas kepribadian.
c. Edukasi
Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien,
mengajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang dapat meningkatkan stressor.
Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan kontrol
selain itu kembali menyibukan diri seperti aktivitas dulu, kembali melakukan hal-
hal yang menyenangkan, jangan menyimpan emosi sendiri, bila mungkin bisa
kontrol ke psikiater.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tak berdaya, serta gagasan bunuh diri. 1,2
Maramis (2005) memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi. Afek
ialah nada perasaan menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan, kekecewaan, dan
kasih sayang), yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang
disertai oleh komponen fisiologis. Sedangkan emosi merupakan manifestasi afek keluar
dan disertai oleh banyak komponen fisiologis, biasanya berlangsung relative tidak lama
(misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). Afek dan emosi dengan
aspek-aspek yang lain seorang manusia (umpama proses berpikir, psikomotor, persepsi,
ingatan) saling mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi dari manusia itu pada suatu
waktu.2
Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian,
rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda-tanda retardasi psikomotor atau kadang-
kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan fisiologis seperti insomnia dan
anoreksia. Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai
oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang.3
II. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2010 di Amerika Serikat, CDC telah merilis laporan tentang
prevalensi depresi selama tahun 2006-2008. Dari 235.067 orang dewasa, 9% di antaranya
memenuhi kriteria depresi dan 3,4% diantaranya memenuhi kriteria
depresi berat. 4
Gangguan depresi berat, paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup
sekitar 15 persen. Perempuan dapat mencapai 25%. Sekitar 10% perawatan primer dan
15% dirawat di rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2%. Pada
usia remaja didapatkan prevalensi 5% dari komunitas memiliki gangguan depresif berat.
Pada saat setelah pubertas resiko untuk depresi meningkat 2-4 kali lipat, dengan 20%
insiden pada usia 18 tahun. Perbandingan gender saat anak-anak 1:1, dengan peningkatan
resiko depresi pada wanita setelah pubertas, sehingga perbandingan pria dan wanita
menjadi 1:2. Hal ini berhubungan dengan tingkat kecemasan pada wanita tinggi,
perubahan estradiol dan testosteron saat pubertas, atau persoalan sosial budaya yang
berhubungan dengan perkembangan kedewasaan pada wanita.4,5
Pada umumnya, rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah
kira-kira 40 tahun, dimana 50% dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20
dan 50 tahun. Gangguan depresif berat juga memiliki onset selama masa anak-anak
atau pada lanjut usia. Beberapa data epidemiologis menyatakan bahwa insidensi
gangguan depresif berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang
dari 20 tahun.2,3
c. Status Perkawinan
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang
tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, pasangan yang bercerai atau
berpisah. 2,3
1. Faktor genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika
adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks. Bukan saja tidak mungkin untuk
menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor non genetik kemungkinan memainkan
peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada sekurangnya beberapa
orang. Penelitian keluarga menemukan bahwa sanak saudara derajat pertama dari
penderita gangguan depresif berat berkemungkinan 2 sampai 3 kali lebih besar
daripada sanak saudara derajat pertama. 6
2. Faktor Biokmia
Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia
luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka
cenderung akan mengalami depresi. Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang
mengalami gangguan depresif mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam
pertumbuhan perkembangan dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru
dalam keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru
perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresif. Orang belajar dengan proses
adaptif dan maladaptif ketika menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di
keluarga, sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi
perkembangan psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor
pembelajaran sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah psikologik
kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga dari generasi ke generasi.
Jika anak dibesarkan dalam suasana pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan
jarang atau tidak biasa, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan
kerentanan tinggi terhadap gangguan depresif. 3,6
4. Faktor Lingkungan
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah ini:
ringan, sedang dan berat, individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energy yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah: 1
3) Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe
ringan sekalipun)
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
6) Tidur terganggu
Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari hari ke hari, dan
sering kali tak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya, namun dapat memperlihatkan variasi
diurnal yang khas seiring berlalunya waktu. Sebagaimana pada episode manik, gambaran
klinisnya juga menunjukkan variasi individual yang mencolok, dan gambaran tak khas
adalah lumrah, terutama di masa remaja. Pada beberapa kasus, anxietas, kegelisahan dan
agitasi motorik mungkin pada waktu-waktu tertentu lebih menonjol daripada depresinya,
dan perubahan suasana perasaan (mood) mungkin juga terselubung oleh cirri tambahan
seperti iritabilitas, minum alkohol berlebih, perilaku histrionik, dan eksaserbasi gejala
fobik atau obsesif yang sudah ada sebelumnya, atau oleh preokupasi hipokondrik. Untuk
episode depresif dari ketiga-tiganya tingkat keparahan, biasanya diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. 1,2,3,6
Beberapa di antara gejala tersebut di atas mungkin mencolok dan
memperkembangkan ciri khas yang dipandang secara luas mempunyai makna klinis
khusus. Contoh paling khas dari gejala somatik ialah kehilangan minat atau kesenangan
pada kegiatan yang biasanya dapat dinikmati, tiadanya reaksi emosional terhadap
lingkungan atau peristiwa yang biasanya menyenangkan, bangun pagi lebih awal 2 jam
atau lebih daripada biasanya, depresi yang lebih parah pada pagi hari, bukti objektif dari
retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata (disebutkan atau dilaporkan oleh orang lain),
kehilangan nafsu makan secara mencolok, penurunan berat badan (sering ditentukan
sebagai 5% atau lebih dari berat badan bulan terakhir), kehilangan libido secara
mencolok. 1,2,3,6
Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, dan
mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala depresi yang paling khas;
sekurang-kurangnya dua dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lazim di atas
harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang berat di
antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu. 1
Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang
gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan
social, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali. 1,2,3,6
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan mampu
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas. 1,2,3,6
Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode depresif berat tunggal
tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya, harus digunakan subkategori dari
gangguan depresif berulang. 1,2,3,6
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 terssebut di atas,
disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara
yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi
dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood). 1,2,3,6
Diagnosis banding. Stupor depresif perlu dibedakan dari skizofrenia katatonik,
stupor disosiatif, dan bentuk stupor organik lainnya. Kategori ini hendaknya hanya
digunakan untuk episode depresif berat tunggal dengan gejala psikotik; untuk episode
selanjutnya harus digunakan subkategori gangguan
depresif berulang. 1,2,3,6
F32.8 Episode depresif lainnya
Episode yang termasuk di sini adalah yang tidak sesuai dengan gambaran yang
diberikan untuk episode deprresif pada F32.0-F32.3, meskipun kesan diagnostik
menyeluruh menunjukkan sifatnya sebagai depresi. Contohnya termasuk campuran gejala
depresif (khususnya jenis somatik) yang berfluktuasi dengan gejala non diagnostik seperti
ketegangan, keresahan dan penderitaan; dan campuran gejala depresif somatik dengan
nyeri atau keletihan menetap yang bukan akibat penyebab organik (seperti yang kadang-
kadang terlihat pada pelayanan rumah sakit umum). 1,2,3,6 F32.9 Episode depresif YTT
c) Kondisi yang berkaitan dengan obat-obatan (cocaine abuse, efek samping obat
antidepressan)
d) Penyakit infeksi (mononucleosis, pneumonia)
IX. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien dengan gangguan mood harus diamanahkan pada sejumlah
tujuan. Pertama, keamanan pasien harus terjamin. Kedua, pemeriksaan diagnostik yang
lengkap pada pasien harus dilakukan. Ketiga, suatu rencana pengobatan harus dimulai
yang menjawab bukan hanya gejala sementara tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya. 8
Dokter harus mengintegrasikan farmakoterapi dengan intervensi psikoterapeutik.
Jika dokter memandang gangguan mood pada dasarnya berkembang dari masalah
psikodinamika, ambivalensi mengenai kegunaan obat dapat menyebabkan respons yang
buruk, ketidakpatuhan, dan kemungkinan dosis yang tidak adekuat untuk jangka waktu
yang singkat. Sebaliknya, jika dokter mengabaikan kebutuhan psikososial pasien, hasil
dari farmakoterapi mungkin terganggu. Ada tiga fase pengobatan depresi: 8
2) Fase lanjutan, sering berlangsung sekitar 16-20 minggu dan dapat hingga
9-12 bulan
3) Fase rumatan; pada pasien depresi rekuren, fase ini dapat berlangsung selama
hidup.
Terapi Farmakologis
a) Trisiklik
SSRIs adalah jenis pengobatan yang juga menjadi pilihan lini pertama
pada gangguan depresif berat selain golongan trisiklik. Obat golongan ini
mencakup fluoxetine, citalopram dan setraline. SSRIs sering dipilih oleh klinisi
yang pengalamannya mendukung data penelitian bahwa SSRIs sama manjurnya
dengan trisiklik dan jauh lebih baik ditoleransi oleh tubuh karena mempunyai
efek samping yang cukup minimal karena kurang memperlihatkan pengaruh
terhadap sistem kolinergik, adrenergik dan histaminergik. Interaksi
farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRIs dikombinasikan dengan
MAOIs, karena akan terjadi peningkatan efek serotonin secara berlebihan yang
disebut sindrom serotonin dengan gejala hipertermia, kejang, kolaps
kardiovaskular dan gangguan tanda vital.6,8
Selain dari golongan obat yang telah dibahas sebelumnya, masih ada
beberapa alternatif yang digunakan untuk terapi medikamentosa pada pasien
depresi dengan keadaan tertentu. Hal tersebut dapat terlihat lebih jelas pada
gambar di bawah ini. Golongan antidepresan SNRIs bekerja dengan mekanisme
yang hampir sama dengan golongan SSRIs, hanya saja pada SNRIs juga
menghambat dari reuptake norepinefrin. Contoh obat dari golongan ini adalah
desvenlafaxine dan duloxetine. 6,8
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang digunakan dalam pengobatan depresif
berat adalah terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku. Saat ini telah
ditemukan predictor respons terhadap berbagai pengobatan sebagai berikut ini : (1)
disfungsi sosial yang rendah menyatakan respons yang baik terhadap terapi interpersonal,
(2) disfungsi kognitif yang rendah menyatakan respons yang baik terhadap terapi
kognitif-perilaku dan farmakoterapi, (3) disfungsi kerja yang tinggi mengarahkan respons
yang baik terhadap farmakoterapi, (4) keparahan depresi yang tinggi menyatakan respons
yang baik terhadap terapi interpersonal dan farmakoterapi.6,9,10
Pada awalnya, terapi ini memusatkan pada distorsi kognitif yang didalilkan ada
pada gangguan depresi berat. Tujuan terapi ini untuk menghilangkan episode depresif dan
mencegah rekurennya dengan membantu
pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif. 9,10
Terapi interpersonal dikembangkan oleh Gerald Klerman, memusatkan pada satu
atau dua masalah interpersonal pasien yang sedang dialami sekarang, dengan
menggunakan dua anggapan: pertama, masalah interpersonal sekarang kemungkinan
memiliki akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua, masalah interpersonal
sekarang kemungkinan terlibat di dalam mencetuskan atau memperberat gejala depresif
sekarang. 9,10
X. PROGNOSIS
Gangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan pasien
cenderung mengalami kekambuhan. Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6
sampai 13 bulan, sementara sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3
bulan. Menghentikan antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan
kembalinya gejala. 2,6
Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif
berat memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun pertama. Banyak penelitian
telah berusaha untuk mengidentifikasi indikator prognostik yang baik dan buruk di dalam
perjalanan gangguan depresif berat. Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, fungsi
keluarga yangstabil, tidak adanya gangguan kepribadian, tinggal dalam waktu singkat di
rumah sakit dalam waktu yang singkat, dan tidak lebih dari satu kali perawatan di rumah
sakit adalah indikator prognostik yang baik. Prognosis buruk dapat meningkat oleh
adanya penyerta gangguan distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala
gangguan kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode sebelumnya. 2,6
Depresi merupakan penyakit kronik yang cenderung rekuren. Tujuan pengobatan
depresi adalah asimptomatik atau pulih. Ada tiga jenis luaran terapi depresi:4