Etika Kristen
Etika Kristen
Dosen Pengampu :
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan YME. Yang telah memberikan kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Pdt. Paulina H.N Sirait S.Th., M.Si. Teol selaku pengampu mata kuliah Etika
Kristen, dan pihak terkait yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang berjudul
“Gerakan Anti Perundungan sebagai Upaya Menghindari Intimidasi” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, kami sangat
menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca untuk evaluasi saya
mengenai penulisan makalah berikutnya. Demikian, kami kelompok lima sampaikan
terimakasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pembaca.
Pematangsiantar
Kelompok Lima
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
1. Pendahuluan..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
1. Defenisi Perundungan dan Intimidasi...............................................................................2
2. Jenis Jenis Perundungan....................................................................................................2
2.1 Bullying Fisik................................................................................................................2
2.2 Bullying Verbal.............................................................................................................3
2.4 Cyber Bullying..............................................................................................................3
3. Pihak yang terlibat dalam perundungan............................................................................3
3.1 Pelaku............................................................................................................................3
3.2 Korban...........................................................................................................................4
3.3 Saksi..............................................................................................................................4
4. Tempat Terjadi Perundungan............................................................................................4
4.1 Rumah...........................................................................................................................5
4.2 Sekolah..........................................................................................................................5
4.3 Lingkungan Masyarakat................................................................................................5
4.4 Dunia Maya...................................................................................................................6
5. Dampak dari perundungan................................................................................................6
5.1 Dampak bagi korban.....................................................................................................6
5.2 Dampak bagi Pelaku......................................................................................................6
6. Gerakan Anti Perundungan...............................................................................................7
BAB III............................................................................................................................................8
1. Kesimpulan.......................................................................................................................8
2. Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9
BAB I
1. Pendahuluan
1.3 Tujuan
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso (2007), bullying
dibagi menjadi empat jenis yaitu :
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat
diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian penindasan fisik
terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa. Jenis
penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju,
menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke
posisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barangbarang
milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin
berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara
serius.
2.2 Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh anak
perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan
dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi.
Penindasan verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar binger yang
terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak
simpatik di antara teman sebaya. Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik
kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual
Perundungan social ialah penindasan yang dapat mengakibatkan atau merusak reputasi atau
hubungan seseorang. Intimidasi social ini mencakup berbohong, menyebarakan rumor negative,
mempermalukan seseorang dan mengucilkan seseorang.
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya teknologi,
internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan
negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya.
Bentuknya seperti, mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar,
meninggalkan pesan voicemail yang kejam, menelepon terus menerus tanpa henti namun
tidak mengatakan apa-apa (silent calls), membuat website yang memalukan bagi si korban, si
korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya, dan “Happy slapping” – yaitu
video yang berisi dimana si korban dipermalukan.
3.1 Pelaku
Pelaku adalah pihak yang melakukan tindakan atau perbuatan perundungan kepada
korban. Pelaku perundungan bisa perorangan ataupun berkelompok. Hal-hal yang sering
dilakukan pelaku perundungan misalnya seperti menghina, menyindir, mengancam,
mengucilkan, memalak, memfitnah, mendorong, menjegal, menjambak, dan sebagainya.
Seseorang dapat menjadi pelaku perundungan karena meniru perilaku buruk orang
dewasa, mencari perhatian dari teman sebaya dan orang tua, mengalami peristiwa
perundungan, melakukan balas dendam atas kekalahannya dan melampiaskan kemarahannya,
dan lain-lain.
3.2 Korban
Korban adalah pihak yang mengalami perilaku perundungan oleh pihak pelaku. Seseorang
yang dapat menjadi korban perundungan antara lain anak yang dianggap berbeda, baik secara
fisik maupun kebiasaan, anak yang cenderung penurut dan tidak pandai bergaul, anak yang
dianggap menyebalkan tetapi tidak mampu membela diri, dan sebagainya.
Tak banyak korban perundungan yang tidak bisa melawan karena takut dengan kekuatan
yang dimiliki oleh pelaku perundungan. Namun, pola pikir seperti ini yang harus diubah. Jika
kamu menjadi korban perundungan maka jangan takut untuk melaporkannya kepada guru,
orang tua, ataupun pihak lain yang bisa membantu kamu mengatasi masalah ini.
3.3 Saksi
Dalam kasus perundungan, pihak saksi bisa ada ataupun tidak. Jika perundungan
dilakukan hanya antara pelaku dan korban, maka tidak ada yang terlibat. Terkadang, ada pula
saksi yang ikut melihat peristiwa perundungan. Namun, tak semua saksi membela korban.
Bahkan, ada pula saksi yang juga ikut menjadi perundung. Seseorang dapat menjadi saksi
perundungan ketika melihat kejadian, tetapi cenderung tidak melaporkan karena pelaku
adalah temannya, menganggap ini bukan masalahnya, menganggap korban pantas
mendapatkan perundungan, takut menjadi korban berikutnya, ataupun malas terlibat.
4.1 Rumah
Rumah seharusnya adalah tempat paling nyaman dan aman bagi anak. Peranan orang tua
dan juga anggota keluarga dalam menjaga kenyamanan dan keamanan anak sangatlah
penting. Namun, siapa sangka ternyata rumah justru bisa menjadi tempat yang
“menyeramkan” bagi anak?
Perundungan ternyata juga bisa terjadi di lingkungan rumah. Perundungan di rumah dapat
terjadi antara lain: orang tua ke anak, kakak ke adik, ataupun adik ke kakak. Sebagai contoh,
misalnya orang tua sering kali membandingkan kakak dengan adiknya. Contoh lainnya
adalah ketika sang kakak berulang kali memerintah adiknya melakukan sesuatu dengan
memaksa.
4.2 Sekolah
Selain rumah, satuan pendidikan adalah tempat yang cukup rawan terjadi perundungan.
Keberagaman yang ada di sekolah terkadang membuka peluang terjadinya perundungan.
Perundungan di sekolah dapat terjadi antara lain guru ke siswa, guru ke guru, siswa ke guru,
atau siswa ke siswa. Perundungan di sekolah dapat terjadi saat di dalam kelas atau di luar
kelas. Contoh perilaku perundungan di sekolah misalnya adalah guru menjuluki Si “A”
dengan anak nakal, siswa memalak uang jajan temannya, ataupun siswa mengejek
penampilan fisik guru.
Karena sekolah rawan terjadi perundungan, di sini semua elemen harus bersinergi dalam
mengkampanyekan satuan pendidikan bebas perundungan. Kepala sekolah dan guru perlu
memberikan pemahaman kepada peserta didik agar tidak melakukan tindak perundungan.
Peserta didik juga harus berani untuk melaporkan tindakan perundungan apabila mengalami
ataupun melihat peristiwa tersebut terjadi di lingkungan sekolah.
Tempat terakhir yang seringkali terjadi perundungan adalah dunia maya. Perundungan
yang terjadi di dunia maya dikenal juga dengan istilah cyberbullying atau perundungan
siber. Cyberbullying dapat menimpa siapa pun di dunia maya, khususnya di media sosial.
Bentuk perundungan yang ada di dunia maya umumnya berupa hujatan pada kolom
komentar, mengunggah informasi yang tidak benar (hoax keburukan) tentang seseorang,
maupun pesan teror yang dikirimkan lewat pesan pribadi.
Sering kali korban maupun pelaku tidak menyadari tindakan tersebut termasuk dalam
kategori tindak perundungan siber, sehingga kasus perundungan siber terasa sepele dan
terlewatkan begitu saja. Padahal tindak perundungan siber bisa berdampak besar bagi korban
dan pelaku. Berikut dampak perundungan siber bagi korban dan pelaku:
a. Dampak fisik, yaitu menurunnya kondisi kesehatan, psikosomatis, gangguan tidur dan
makan
b. Gangguan pola pikir, seperti Sulit konsentrasi, menyalahkan diri sendiri, menilai diri
negatif
c. Dampak emosional seperti menghayati beragam emosi negatif yang meruntuhkan
d. Perubahan perilaku dengan Menyendiri, menutup diri, bahkan perilaku menyakiti diri
sendiri
e. Dampak interaksi sosial seperti kehilangan minat bergaul, menghindari aktivitas
sosial
f. Dampak pendidikan seperti Menurunnya prestasi belajar, tidak mau sekolah
g. Dampak psikologis yang serius
a. Dampak emosi, yaitu hidup dengan dibayangi perasaan bersalah, rasa empati mulai
terkikis
b. Munculnya stigma dari masyarakat terhadap pelaku dimana pelaku berpotensi disebut
sebagai ‘anak nakal’, ‘anak bermasalah’, atau ‘panjat sosial (pansos)’.
c. Dampak interaksi sosial, yaitu Dijauhi rekan sebaya dan makin terjebak dalam relasi
negatif
d. Dirundung oleh masyarakat karena perbuatan yang ia lakukan terhadap korban
e. Dampak pada pendidikan, dimana pelaku bisa diberi sanksi disiplin dari sekolah,
kehilangan beasiswa, atau dari kegiatan ekstrakurikuler
f. Dampak hukum yang serius, bila korban maupun pihak keluarga korban melaporkan
tindakan perundungan siber tersebut ke pihak yang berwajib
Berikut merupakan beberapa caara agar tidak terjadinya perundungan dikalangan masyrakat,
Rumah dan Sekolah ;
1. Kesimpulan
Bullying bukan tindakan terpuji dan harus dihindari. Tindakan perundungan atau bully
seringnya dilakukan pihak-pihak yang merasa dirinya senior sehingga bullying dan senioritas
sering berkaitan satu sama lain. Bullying merupakan tindakan yang tak hanya mengganggu
namun termasuk tindakan agresif yang melanggar hak-hak orang lain dan pada titik tertentu
bisa dikategorikan sebagai tindakan pidana. Bullying dilakukan dengan tujuan menyakiti,
melecehkan, merendahkan dan semacamnya yang dilakukan secara sengaja, sadar dan
berulang-ulang baik oleh perseorangan atau kelompok.
2. Saran
Semoga dengan pemahaman dari makalah ini, setiap pembaca dapat memahami mengenai
perundungan dan mengetahui bagaimana cara mencegah perundungan baik di lingkungan masyarakat,
Sekolah, dan Rumah
DAFTAR PUSTAKA
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/tiga-pihak-yang-terlibat-dalam-kasus-perundungan/
https://www.indopositive.org/2020/04/perundungan-bullying-pengertian.html
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/di-mana-perundungan-bisa-terjadi/