Anda di halaman 1dari 30

KARTEL INTERNASIONAL DAN

DISKRIMINASI HARGA

Oleh :

KELOMPOK 4
1. WINA ADESTIA (180110091)
2. RISTIANA (180110082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS HAMZANWADI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
Makalah ini. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan
menuju alam yang terang berderang seperti sekarang ini.
Tugas Makalah ini disusun sebagai salah satu penunjang nilai yang
diberikan oleh dosen dalam proses perkuliahan. Semua hasil diskusi kelompok
kami telah terlampir dalam makalah ini.
Tugas Makalah ini mengalami banyak kendala dalam pembuatannya. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen maupun teman-teman
sekalian yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Dan demi kesempurnaan penyusunan Tugas Makalah
ini selanjutnya kami mohon kritik dan saran dari pembaca.

Pancor, 9 Oktober 2021


DAFTA ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan

d. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian tentang kartel

b. Model-Model Kartel

c. Penerapan kartel terhadap kebijakan internasional

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang sampai saat ini masih
terus Melaksanakan peningkatan terhadap pembangunan perekonomian
negara. Salah Satu usaha yang dilakukan pemerintah ialah dengan membuka
diri untuk Perdagangan internasional. Hal tersebut mendorong masuknya
barang atau jasa Dari negara lain dan membanjiri pasar dalam negeri. Pelaku
usaha dalam negeri Harus berhadapan dengan pelaku usaha dari berbagai
negara, dalam suasana Persaingan tidak sempurna.
Pembangunan perekonomian tersebut harus diarahkan kepada
terwujudnya Kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945
ditentukan bahwa: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi Dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan Lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan Kesatuan ekonomi nasional.”
Persaingan ketat dan tidak sempurna yang terjadi antar pelaku usaha
Mendapat perhatian khusus dari pemerintah, maka nilai-nilai persaingan
sehat Dibutuhkan dalam sistem ekonomi Indonesia. Oleh karena itu,
Pemerintah Republik Indonesia mengundangkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat yang Juga sebagai perwujudan nyata dari Pasal 33 ayat 4
Undang-Undang Dasar 1945.
b. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian tentang kartel ?
2. Apa itu Model-Model Kartel ?
3. Bagaimana penerapan kartel terhadap kebijakan internasional ?
c. Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian Kartel
2. Mengetahui Dasar-dasar Kartel
3. Mengetahui penerapan kartel terhadap kebijakan internasional
d. Manfaat
Untuk mengetahui tentang pengertian Kartel, dasar-dasar kartel dan
penerapan kartel terhadap kebijakan internasional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kartel
Kartel merupakan suatu organisasi resmi dari para penjual yang secara
bersama Menentukan harga, kuantitas, dan diferensiasi produk secara
bersama-sama untuk Memaksimumkan keuntungan industri tersebut.
Sedangkan dalam UU Anti Monopoli No.5 tahun 1999, dijelaskan
perjanjian yang bersifat kartel sebagai berikut :
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha
saingannya, yang Bermaksud mempengaruhi harga dengan mengatur
produksi dan atau pemasaran Suatu barang dan atau jasa, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli Dan atau persaingan usaha tidak
sehat. Salah satu yang diatur oleh Undang-undang Anti Monopoli diantaranya
adalah dilarangnya perjanjian-perjanjian tertentu yang Dianggap dapat
menimbulkan monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Rintangan
untuk masuk yang dihadapi oleh perusahan baru yang ingin memasuki
Industri kartel sama seperti halnya oligopoli, misalkan ada perusahaaan yang
ada Dalam suatu industri berhasil dan menaikkan harga sampai di atas biaya
total rata-Rata jangka panjang, sehingga diperoleh laba ekonomi. Tetapi
perusahaan ini tidak Tertarik ikut bergabung pada perusahaan kartel, maka
perusahaan baru tersebut Harus menghadapi rintangan-rintangan.

B. Model-Model Kartel
Sebelum mengetahui dari model-model dari kartel, perlu kita ketahui
Terlebih dahulu lahir dan dibentuknya kartel dalam industri-industri yang
Memiliki :
1. Sedikit perusahaan.
2. Faktor penghalang.
3. Permintaan akan produk inelastik.
4. Produk-produk ho
5. Keuntungan rendah atau kecil.
6. Konsentrasi perusahaan-perusahaan secara geografis.
7. Tidak ada larangan-larangan hukum.
Jadi kartel akan lahir dan dibentuk apabila dari perusahaan-perusahan
Yang sejenis ini mau bekerja sama dan mematuhi peraturan-pearturan yang
Telah dibuat bersama. Perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih besar
Jika perusahaan tersebut terbentuk dan efektif, akan tetapi perusahaan itu
akan
rugi jika perusahaan salah satu dari anggota melanggar apa yang telah
disepakati bersama.
Perilaku sebuah kartel yang terorganisir dengan ketat dapat
Menentukan harga dan output sebagaimana halnya sebuah monopoli. Kartel
Sendiri dapat bertindak sebagai penjual tunggal yang dapat mempertahankan
Harga yang tinggi.
Adapun model-model yang umum kita kenal antara lain :
1. Oligopoly adalah struktur pasar diamana secara relatif terdapat
beberapa Perusahaaan yang cukup mempunyai kekuatan pasar
sehingga mereka Tidak dapat dianggap sebagai penerima harga,
akan tetapi mempunyai Cukup saingan sehingga mereka tidak dapat
mengangap kurva permintaan Pasar sebagai kurva permintaan atas
produk mereka saja. Biasanya masuk Atau keluar dari perusahaan
tersebut tidaklah begitu mudah.
2. Duopoly adalah keadaan khusus di mana dalam pasar oligopoly
hanya ada Dua perusahaan.dan ini dikembangkan untuk melihat
lebih tajam interaksi Antar perusahaan dalam pasar oligopoly.
a. Model Cournot menganggap, bahwa setiap perusahaan bertindak
Seakan-akan output perusahaan saingannya adalah tetap.
Perusahaan Tersebut kemudian berusaha untuk
memaksimumkan keuntungan pada Sisa pasar.
b. Edgeworth ini didasarkan pada 2 asumsi yaitu:
1). Perusahanaan menganggap harga perusahaan saingannya
tetap.
2). Masing masing perusahaan menghadapi kendala output
Maksimumnya.
Sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut, perusahaan saingan Akan
menjual produknya dengan harga yang lebih murah dalam
Usahanya untuk meguasai bagian pasar yang lebih besar.
3. Kurva Permintaan Patah merupakan permintaan yang menunjukkan
Ketegaran harga jika suatu perusahaan menurunkan harga,
perusahaan lain Dalam industri tersebut juga ikut menurunkan
harga. Tetapi jika Perusahaan menaikkan harga, perusahaan lain
tidak akan mengubah Harganya. Jika sebuah perusahaan menaikkan
harganya dan tidak ada Orang yang mengikutinya, perusahaan
tersebut kehilangan porsi pasarnya Dan penjualannya akan menurun
dengan tajam.
4. Penentuan Harga perusahaan yang dominan tersebut, menentukan
harga Tertentu untuk memaksimumkan keuntungannya.
Perusahaan-perusahaan Yang kecil diperbolehkan untuk menjual
kuantitas, yang mereka inginkan Pada tingkat harga yang ditetapkan
oleh perusahaan yang dominan. Harga monopoli : menurut pendapat
umum harga monopoli lebih Tinggi dari harga kompetisi, dan hasil
yang dibuat oleh seorang yang Melakukan monopoli lebih rendah
dari pada yang dibuat di bawah kondisi Yang bersaing, yaitu
persaingan tidak sempurna. Kurva yang diperlukan Dalam
menghadapi tiap-tiap penjual sangat elastis dan dia terus
Memproduksi dan menjual hasil tambahan sampai pendapatan
marjinal Sama dengan harga. Tetapi seorang yang melakukan
monopoli harus Menghadapi kurva keperluan yang dapat
dibandingkan dengan yang tidak Elastis, karena dia terproduksi dan
menjual hasil produksi tambhaan, maka Harga dipasaran turun.
Pendapatan marjinalpun akan kurang dari harga Dan seoranag yang
melakukan monopoli dan memproduksi sampai biaya Marjinalnya
sama dengan pendapatan marjinal. Oleh karena itu pada Umumnya,
produksi monopoli lebih rendah dari pada produksi kompetitif,
Dana harga monopoli lebih tinggi dari pada harga kompetitif.
Sedangkan keputusan harga dan output suatu perusahaan kartel
Tergantung pada kesepakatan yang telah disepakati bersama.

c. Penerapan Kartel Terhadap Kebijakan Internasion


Menurut literatur ekonomi, diskriminasi harga terjadi ketika produk
atau jasa yang Sama dijual kepada segmen konsumen yang berbeda pada
harga yang berbeda (Awh, 1988). Diskriminasi selalu berdasarkan prinsip
bahwa sesuatu yang sama Atau sejenis diperlakukan secara tidak sama.
Diskriminasi harga terdiri dari tiga Tingkatan (Kotler dan Keller, 206).
Tingkatan pertama, penjual menetapkan harga Terpisah untuk masing-
masing konsumen tergantung dengan intensitas Persaingannya. Kedua,
penjual menetapkan harga lebih rendah kepada pembeli Yang membeli
dalam jumlah lebih besar. Ketiga, penjual menetapkan harga berbeda
Kepada kelompok berbeda dari pembeli, seperti: customer-segment pricing,
product- Form pricing, image pricing, channel pricing, location pricing, dan
time pricing.
Menurut Hakim dalam www.KHO.htm, tidak semua perusahaan jasa
dapat Melakukan diskriminasi harga. Hanya dalam keadaan-keadaan
tertentu diskriminasi Harga dapat dijalankan dengan sukses. Dalam rangka
mengimplementasikan Diskriminasi harga dalam pasar, beberapa asumsi
yang harus diikuti adalah sebagai Berikut :
1. Harus tersegmentasi dengan baik dan masing tersebut harus
Menunjukkan intensitas permintaan yang berbeda.
2. Anggota dalam segmen harga rendah harus tidak bisa menjual
kembali barang kepada segmen harga tinggi.
3. Pesaing tidak bisa menjual dengan harga lebih rendah dalam
segmen harga Tinggi perusahaan.
4. Biaya segmentasi dan kebijakan pasar tidak boleh melebihi
pendapatan ekstra Dari diskriminasi harga.
5. Dalam praktek diskriminasi tidak boleh merugikan konsumen dan
harus legal.
Mendukung pendapat Kotler dan Keller, Hakim dalam
www.KHO.htm juga Memberikan asumsi agar diskriminasi harga dapat
sukses yaitu:
1) barang atau jasa memungkinkan dilakukan pembedaan
harga.
Barang-Barang atau jasa-jasa tertentu dapat dengan
mudah dijual dengan harga yang Berbeda. Barang seperti
itu biasanya berbentuk jasa perseorangan seperti jasa
Seorang dokter, ahli hukum, penata rambut dan
sebgainya. Mereka dapat Menetapkan tarif mereka
berdasarkan kepada kemampuan langganan untuk
Membayar, orang kaya dikenakan tarif yang tinggi,
sebaliknya orang miskin Diberi potongan harga.
2) Permintaan dan elastisitas permintaan di masing-masing
pasar haruslah Sangat berbeda. Kalau permintaan dan
elastisitas permintaan sama di kedua Pasar tersebut, maka
keuntungan tidak akan diperoleh dari kebijakan tersebut.
Biasanya diskriminasi harga dijalankan apabila elastisitas
permintaan di masing-Masing pasar sangat berbeda.
Apabila permintaan tidak elastis harga akan Ditetapkan
pada tingkat yang relatif tinggi, sedangkan di pasar yang
Permintaannya lebih elastis harga ditetapkan pada tingkat
yang rendah. Dengan Cara ini penjualan dapat
diperbanyak dan keuntungan dimaksimumkan.
3) Kebijakan diskriminasi harga tidak memakan biaya yang
melebihi keuntungan Dari kebijakan tersebut. Ada
kalanya untuk melaksanakan kebijakan diskriminasi
Harga harus dikeluarkan biaya. Misalnya kebijakan
tersebut dilakukan di dua Daerah yang berbeda, maka
biaya untuk mengangkut barang harus dikeluarkan.
Sekiranya dilakukan di daerah yang sama, biaya yang
dikeluarkan mungkin Dalam bentuk iklan. Apabila biaya
yang dikeluarkan adalah melebihi Pertambahan
keuntungan yang diperoleh dari diskriminasi harga, tidak
ada Manfaatnya menjalankan kebijakan tersebut.
4) Produsen dapat mengeksploiter beberapa sikap tidak
rasional konsumen. Ini Misalnya dengan menjual barang
yang sama tetapi dengan pembungkus,Merek, dan
kampanye iklan yang berbeda. Dengan cara ini produsen
dapat Menjual barang yang dikatakannya bermutu tinggi
kepada konsumen kaya dan Sisanya kepada golongan
masyarakat lainnya. Cara yang lain ialah menjual Barang
yang sama, tetapi dengan harga yang berbeda pada
daerah pertokoan Yang berbeda. Di daerah pertokoan
yang merupakan segmen orang kaya Harganya lebih
dimahalkan daripada di daerah segment orang miskin.
Dalam hukum antimonopoli ada diskriminasi harga yang dilarang.
Seperti yang Dikutip oleh Hakim dalam www.KHO.htm dikenal beberapa
macam diskriminasi Harga yang dilarang, yaitu sebagai berikut:
1. Diskriminasi harga primer, yaitu suatu diskriminasi harga yang
dilakukan oleh Seorang pelaku usaha yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerugian bagi Pelaku usaha pesaingnya.
2. Harga sekunder, yaitu suatu diskriminasi harga yang dilakukan
oleh Seorang pelaku usaha yang dapat mempunyai akibat negatif
terhadap para Konsumen dari pelaku usaha pesaingnya.
3. Harga umum, yaitu suatu diskriminasi harga yang dilakukan oleh
Seorang pelaku usaha tanpa melihat kepada letak geografisnya.
4. Harga geografis, yaitu suatu diskriminasi harga di mana harga
Dibeda-bedakan menurut letak geografisnya.
5. Diskriminasi harga tingkat pertama, yaitu disebut juga dengan
diskriminasi harga Sempurna (perfect price discrimination) yang
dalam hal ini perbedaan harga dari Satu pembeli dengan pembeli
lainnya sangat jauh. Pihak pembeli yang Membayar harga lebih
mahal oleh penjual diberikan harga yang paling mahal Yang bisa
diberikan kepadanya.
6. Diskriminasi harga tingkat kedua, yaitu disebut juga dengan
diskriminasi harga Tidak sempurna (imperfect price
discrimination) yang dalam hal ini pihak pembeli Yang membeli
pada tingkat harga yang lebih mahal memang membeli dengan
Harga yang lebih mahal, tetapi bukan pada tingkat harga
termahal yang mungkin Diberikan, atau bukan kelompok
pembeli yang mau membeli barang
7. tersebut Pada tingkat harga termahal. Jadi dalam hal ini,
pihak penjual dalam menjual Kepada pembeli tadi
tidak/tidak mungkin melakukan segregasi pasar secara
Sempurna.
8. Diskriminasi harga secara langsung, yaitu suatu
diskriminasi harga yang Diberikan oleh seorang penjual
kepada para pembeli di mana kelihatan dari Harganya
secara nominal memang berbeda terhadap satu pembeli
dengan Pembeli lainnya.
9. Diskriminasi harga secara tidak langsung, yaitu suatu
diskriminasi harga kepada para pembeli di mana harga
nominalnya tetap sama.
Secara keseluruhan, model diskriminasi harga memberi
perluasan dan perspektif Realistis dari harga jasa dengan
mempertimbangkan lingkungan eksternal, faktor Internal
dan sensitivitas konsumen. Rating skor dari berbagai
faktor oleh para ahli, Konsumen, dan manajer dapat
membantu mengidentifikasi dimensi jasa dengan
Karakteristik berkontribusi tinggi atau rendah terhadap
faktor diskriminasi harga. Sehingga akan membantu
manajer menambah kekuatan dalam memperbaiki
Kelemahan dalam jasa yang ditawarkan. Ranking
gabungan dari dimensi didasarkan Pada bobot skor untuk
masing-masing variabel akan membuat manajer
organisasi Jasa secara umum mampu untuk membangun
strategi pemasaran dan secara Khusus membangun
strategi penetapan harga yang sesuai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kartel merupakan suatu organisasi resmi dari para penjual yang
secara bersama Menentukan harga, kuantitas, dan diferensiasi produk
secara bersama-sama untuk Memaksimumkan keuntungan industri
tersebut.
Adapun model-model yang umum kita kenal antara lain :
1. Oligopoly adalah struktur pasar diamana secara relatif
terdapat beberapa Perusahaaan yang cukup mempunyai
kekuatan pasar sehingga mereka Tidak dapat dianggap
sebagai penerima harga, akan tetapi mempunyai Cukup
saingan sehingga mereka tidak dapat mengangap kurva
permintaan Pasar sebagai kurva permintaan atas produk
mereka saja. Biasanya masuk Atau keluar dari perusahaan
tersebut tidaklah begitu mudah.
2. Duopoly adalah keadaan khusus di mana dalam pasar
oligopoly hanya ada Dua perusahaan.dan ini dikembangkan
untuk melihat lebih tajam interaksi Antar perusahaan dalam
pasar oligopoly.
3. Kurva Permintaan Patah merupakan permintaan yang
menunjukkan Ketegaran harga jika suatu perusahaan
menurunkan harga, perusahaan lain Dalam industri tersebut
juga ikut menurunkan harga.
4. Penentuan Harga perusahaan yang dominan tersebut,
menentukan harga Tertentu untuk memaksimumkan
keuntungannya.
Dalam hukum antimonopoli ada diskriminasi harga yang
dilarang. Seperti yang Dikutip oleh Hakim dalam
www.KHO.htm dikenal beberapa macam diskriminasi Harga
yang dilarang, yaitu sebagai berikut:
1. Diskriminasi harga primer, yaitu suatu diskriminasi harga
yang dilakukan oleh Seorang pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerugian bagi Pelaku usaha
pesaingnya.
2. harga sekunder, yaitu suatu diskriminasi harga yang
dilakukan oleh Seorang pelaku usaha yang dapat
mempunyai akibat negatif terhadap para Konsumen dari
pelaku usaha pesaingnya.
3. harga umum, yaitu suatu diskriminasi harga yang
dilakukan oleh Seorang pelaku usaha tanpa melihat
kepada letak geografisnya.
4. harga geografis, yaitu suatu diskriminasi harga di mana
harga Dibeda-bedakan menurut letak geografisnya.
5. Diskriminasi harga tingkat pertama, yaitu disebut juga
dengan diskriminasi harga Sempurna (perfect price
discrimination) yang dalam hal ini perbedaan harga dari
Satu pembeli dengan pembeli lainnya sangat jauh. Pihak
pembeli yang Membayar harga lebih mahal oleh penjual
diberikan harga yang paling mahal Yang bisa diberikan
kepadanya.
6. Diskriminasi harga tingkat kedua, yaitu disebut juga
dengan diskriminasi harga Tidak sempurna (imperfect
price discrimination) yang dalam hal ini pihak pembeli
Yang membeli pada tingkat harga yang lebih mahal
memang membeli dengan Harga yang lebih mahal, tetapi
bukan pada tingkat harga termahal yang mungkin
Diberikan, atau bukan kelompok pembeli yang mau
membeli barang tersebut Pada tingkat harga termahal. Jadi
dalam hal ini, pihak penjual dalam menjual Kepada
pembeli tadi tidak/tidak mungkin melakukan segregasi
pasar secara Sempurna.
7. Diskriminasi harga secara langsung, yaitu suatu
diskriminasi harga yang Diberikan oleh seorang penjual
kepada para pembeli di mana kelihatan dari Harganya
secara nominal memang berbeda terhadap satu pembeli
dengan Pembeli lainnya.
8. Diskriminasi harga secara tidak langsung, yaitu suatu
diskriminasi harga kepada para pembeli di mana harga
nominalnya tetap sama.
B. Saran
Penulis mengetahui masih terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini, karena itu penulis mengharapkan kritik yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini, dan terimakasi
penulis ucapkan kepada pembaca dan pihak-pihak yang membantu
penulis menyelesaikan makalah ini, semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin. (2000). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE.
Lincolin Arsyad. (1993). Ekonomi Mikro. Yogyakarta:BPFE.
Marzuki (2018). Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
.
Bab III PENUTUP

A. Kesimpulan
Kartel merupakan suatu organisasi resmi dari para penjual yang secara
bersama Menentukan harga, kuantitas, dan diferensiasi produk secara
bersama-sama untuk Memaksimumkan keuntungan industri tersebut.
Adapun model-model yang umum kita kenal antara lain :
1. Oligopoly adalah struktur pasar diamana secara relatif terdapat
beberapa Perusahaaan yang cukup mempunyai kekuatan pasar
sehingga mereka
Tidak dapat dianggap sebagai penerima harga, akan tetapi mempunyai
Cukup saingan sehingga mereka tidak dapat mengangap kurva
permintaan Pasar sebagai kurva permintaan atas produk mereka saja.
Biasanya masuk Atau keluar dari perusahaan tersebut tidaklah begitu
mudah.
2. Duopoly adalah keadaan khusus di mana dalam pasar oligopoly
hanya ada Dua perusahaan.dan ini dikembangkan untuk melihat
lebih tajam interaksi Antar perusahaan dalam pasar oligopoly.
3. Kurva Permintaan Patah merupakan permintaan yang menunjukkan
Ketegaran harga jika suatu perusahaan menurunkan harga, perusahaan
lain Dalam industri tersebut juga ikut menurunkan harga.
4. Penentuan Harga perusahaan yang dominan tersebut, menentukan
harga Tertentu untuk memaksimumkan keuntungannya.
Dalam hukum antimonopoli ada diskriminasi harga yang dilarang. Seperti
yang Dikutip oleh Hakim dalam www.KHO.htm dikenal beberapa macam
diskriminasi Harga yang dilarang, yaitu sebagai berikut:

1.Diskriminasi harga primer, yaitu suatu diskriminasi harga yang dilakukan oleh
Seorang pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya kerugian bagi
Pelaku usaha pesaingnya.

2. harga sekunder, yaitu suatu diskriminasi harga yang dilakukan oleh


Seorang pelaku usaha yang dapat mempunyai akibat negatif terhadap para
Konsumen dari pelaku usaha pesaingnya.

3. harga umum, yaitu suatu diskriminasi harga yang dilakukan oleh


Seorang pelaku usaha tanpa melihat kepada letak geografisnya.

4. harga geografis, yaitu suatu diskriminasi harga di mana harga Dibeda-


bedakan menurut letak geografisnya.

5. Diskriminasi harga tingkat pertama, yaitu disebut juga dengan diskriminasi


harga Sempurna (perfect price discrimination) yang dalam hal ini perbedaan
harga dari Satu pembeli dengan pembeli lainnya sangat jauh. Pihak pembeli
yang Membayar harga lebih mahal oleh penjual diberikan harga yang paling
mahal Yang bisa diberikan kepadanya.

6. Diskriminasi harga tingkat kedua, yaitu disebut juga dengan diskriminasi


harga Tidak sempurna (imperfect price discrimination) yang dalam hal ini pihak
pembeli Yang membeli pada tingkat harga yang lebih mahal memang membeli
dengan Harga yang lebih mahal, tetapi bukan pada tingkat harga termahal yang
mungkin Diberikan, atau bukan kelompok pembeli yang mau membeli barang
tersebut Pada tingkat harga termahal. Jadi dalam hal ini, pihak penjual
dalam menjual Kepada pembeli tadi tidak/tidak mungkin melakukan
segregasi pasar secara Sempurna.

7. Diskriminasi harga secara langsung, yaitu suatu diskriminasi harga yang


Diberikan oleh seorang penjual kepada para pembeli di mana kelihatan dari
Harganya secara nominal memang berbeda terhadap satu pembeli dengan
Pembeli lainnya.

8. Diskriminasi harga secara tidak langsung, yaitu suatu diskriminasi harga


kepada para pembeli di mana harga nominalnya tetap sama.

B. Saran
Penulis mengetahui masih terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, karena itu penulis mengharapkan kritik yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini, dan terimakasi
penulis ucapkan kepada pembaca dan pihak-pihak yang membantu
penulis menyelesaikan makalah ini, semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka

Nopirin. (2000). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE.


Lincolin Arsyad. (1993). Ekonomi Mikro. Yogyakarta:BPFE.
Marzuki (2018). Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional.
Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai