Disusun Oleh:
Kelompok 8
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN MANAJEMEN
2023
KATA PENGANTAR
Pertama – tama kami ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas pertolongan yang diberikannya untuk penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua orang yang telah membantu
dalam penyusunan karya tulis ini baik teman – teman sekelas atau seangkatan maupun
kepada orang tua yang selalu memperhatikan dan mendukung penulis. Tanpa orang –
orang yang telah disebut sebelumnya karya tulis ini tidak dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah yang ditulis belum sempurna dan karena itu
kami ingin memohon maaf sebesar – besarnya untuk semua kekurangan karya tulis ini
dan karena itu semua kritik atau saran yang diberikan oleh pembaca akan digunakan
untuk menyempurnakan karya tulis ini.
Kami berharap bahwa makalah ini dapat berguna bagi pembacanya dan dapat membawa
pemahaman yang lebih dalam tentang Pricing in oligopoly and monopolistic markets.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 3
1. Permintaan .............................................................................................................................. 4
2. Penerimaan ............................................................................................................................. 5
Dalam pasar oligopoli, terdapat dua jenis strategi umum yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk mencapai laba maksimal. Pertama, perusahaan dapat mengejar strategi kolusi,
yaitu dengan bekerja sama untuk menetapkan harga tinggi dan membatasi jumlah produksi untuk
meningkatkan keuntungan bersama. Namun, strategi ini melanggar hukum persaingan dan dapat
berpotensi mengakibatkan tindakan hukum.
Alternatif lainnya adalah strategi non-kolusi, yaitu ketika perusahaan saling bersaing
secara langsung tetapi tetap berusaha memaksimalkan keuntungan sendiri. Strategi ini mencakup
pengembangan produk yang lebih baik, menjaga biaya produksi rendah, dan memasarkan produk
secara efektif untuk mencapai pangsa pasar yang lebih besar daripada pesaing. Dalam strategi
non-kolusi, perusahaan juga dapat berupaya untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapi
dengan mengembangkan aliansi strategis atau merger dan akuisisi.
Namun, mencapai laba maksimal pada pasar oligopoli tidak selalu mudah karena para pesaing
cenderung memiliki kekuatan tawar yang sama, dan perubahan kecil dalam harga atau strategi
pemasaran dapat mempengaruhi tindakan pesaing lainnya. Oleh karena itu, perusahaan dalam
pasar oligopoli harus mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan mereka
dan berupaya untuk memprediksi reaksi pesaing mereka terhadap tindakan yang mereka ambil.
2. Penerimaan
Penerimaan total perusahaan (Total Revenue/TR) sama dengan jumlah output (Q) dikali harga
jual (P). Karena harga telah ditetapkan, penerimaan rata-rata (Average Revenue) dan penerimaan
marjinal (Marginal Revenue) adalah sama dengan harga.
Karena pasar oligopolistik hanya memiliki sedikit penjual, maka sifatnya yang sangat
mencolok adalah kuatnya tarik-menarik antar perusahaan atau para penjual yang bekerjasama di
pasar tesebut. Tapi jika kerjasama mereka dalam pasar tesebut bisa dikompromikan, maka
masing-masing dari mereka akan dapat memproduksi pada tingkat output yang rendah dan
menekankan harga diatas biaya marginal. Namun sayangnya masing-masing perusahaan tesebut
berusaha untuk mencapai kepentingan dan keuntungannya masing-masing tanpa memperhatikan
keuntungan perusahaan lainnya. dan apabila keadaan ini terus mereka jalani maka cepat atau
lambat kekuatan mereka akan berakhir.
Salah satu karakteristik pasar oligopoli yang diperdagangkan adalah barang-barang yang bersifat
sama (homogeny) seperti semen, bensin, minyak mentah, rokok, air dll. Barang-barang yang
homogen dalam pasar oligopoli itu selalu saling bergantung dan berkaitan satu sama lain. Karena
jika suatu pelaku usaha yang mendominasi pasar menaikan harganya maka otomatis yang lain
juga ikut menaikan harganya, begitu juga sebaliknya.
Berikut adalah model-model penentuan harga dalam pasar monopoli menurut beberapa ahli :
1. Model Cournot (1838): Model ini dikembangkan oleh Antoine Augustin Cournot dan
mengasumsikan bahwa perusahaan akan menghasilkan output yang lebih sedikit dengan
harga yang lebih tinggi, tetapi mereka menganggap reaksi pesaing mereka dalam
menentukan output mereka. Model ini juga mengasumsikan bahwa perusahaan bersaing
hanya melalui kuantitas produksi dan tidak memperhitungkan harga pesaing mereka.
2. Model Bertrand (1883): Model ini dikembangkan oleh Joseph Bertrand dan
mengasumsikan bahwa perusahaan akan bersaing melalui harga. Model ini juga
mengasumsikan bahwa perusahaan akan mencoba untuk menetapkan harga yang lebih
rendah dari harga pesaing mereka.
3. Model Stackelberg (1934): Model ini dikembangkan oleh Heinrich von Stackelberg dan
mengasumsikan bahwa satu perusahaan akan menjadi pemimpin dalam menentukan
output dan harga, sedangkan perusahaan lain akan menentukan output mereka
berdasarkan keputusan pemimpin. Model ini mengasumsikan bahwa pemimpin dapat
memprediksi reaksi pesaing mereka dan menggunakan informasi ini untuk menentukan
output dan harga yang optimal.
4. Model Kinked-Demand Curve (1939): Model ini dikembangkan oleh Paul Sweezy dan
mengasumsikan bahwa kurva permintaan pasar memiliki bentuk kink yang tajam pada
harga yang sama. Model ini juga mengasumsikan bahwa pesaing akan menyesuaikan
harga mereka jika harga pesaing naik atau turun, tetapi mereka tidak akan menyesuaikan
harga mereka jika harga pesaing tetap stabil.
Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana
hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau konsumen.
Contoh : perusahaan televisi kabel local yang terdapat di kota – kota besar dapat dipandang
sebagai seorang monopoli. Dalam ilmu ekonomi dikatakan ada monopoli jika seluruh hasil
industri diproduksi dan dijual oleh satu perusahaan yang disebut monopolis atau perusahaan
monopoli. Monopoli murni terdapat dalam situasi pasar di mana hanya ada satu penjual yang
memperdagangkan produk tunggal yang tidak dapat diganti dan disubstitusikan dengan produk
lain. Penjual tunggal ini tidak dipengaruh dan tidak mempengauhi harga serta output dari
produk-produk lain yang dijual dalam perekonomian. Sekali lagi bentuk pasar ini merupakan
bentuk yang sangat idealistic, karena sulit membayangkan bahwa didalam system perekonomian
yang saling tergantung ini, ada seseorang yang dapat menjual suatu produk yang tidak ada
substitusinya. Contohnya ada seseorang yang menguasai satu-satunya sarana transportasi dari
Los Angles ke Hawaii. Asumsikan juga bahwa tidak ada jalan lain menuju Hjawaii kecuali
melalui Los Angles. Bila orang ingin berlibur ke Hawaii, maka ia harus berhadapan dengan
seorang monopolis murni, seperti yang didefenisikan di atas. Tetpi jelas ada tempat lain untuk
berlibur, misalnya pergi ke Meksiko. Tentu saja pengganti ini bukan merupakan pengganti yang
mirip. Jadi sebaiknya kita mengganti defenisi kita semula tentang monopoli murni dengan
membacanya sebagai tidaka ada pengganti yang mirip, ketimbang tidak ada penggantinya, Tanpa
berhayal terlalu jauh, kita selalu dapat menemukan pengganti bagi suatu barang dan jasa.
Berikut ini adalah beberapa model penetapan harga pada pasar persaingan monopoli
menurut para ahli:
1. Harga Monopoli
Model ini menetapkan harga yang lebih tinggi daripada biaya margin produk yang
dihasilkan. Produsen dalam pasar persaingan monopoli dapat memanfaatkan kekuatan
pasar mereka untuk menetapkan harga yang lebih tinggi dari biaya margin untuk
mendapatkan keuntungan maksimal. Contoh: Saat ini, Microsoft Windows menjadi
sistem operasi yang mendominasi pasar. Microsoft menetapkan harga yang cukup tinggi
untuk sistem operasi mereka karena tidak ada produsen lain yang dapat menyaingi
produk mereka.
2. Penetapan Harga Diskriminatif
Model ini menetapkan harga yang berbeda untuk konsumen yang berbeda, tergantung
pada karakteristik yang dimiliki oleh konsumen tersebut. Dalam model ini, produsen
memanfaatkan perbedaan permintaan konsumen untuk menetapkan harga yang berbeda-
beda dan memaksimalkan keuntungan. Contoh: Tiket pesawat adalah contoh penetapan
harga diskriminatif. Maskapai penerbangan menetapkan harga tiket yang berbeda-beda
tergantung pada waktu pemesanan tiket, kelas kursi, dan jenis tiket.
3. Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan
Model ini menetapkan harga berdasarkan kekuatan permintaan konsumen, sehingga
produsen dapat memaksimalkan keuntungan dengan menetapkan harga yang lebih tinggi
ketika permintaan tinggi dan harga yang lebih rendah ketika permintaan rendah. Contoh:
Pada musim panas, permintaan es krim meningkat. Produsen es krim menetapkan harga
yang lebih tinggi pada musim panas karena permintaan konsumen yang tinggi.
4. Penetapan Harga Berdasarkan Biaya
Model ini menetapkan harga berdasarkan biaya produksi dan biaya margin, sehingga
produsen dapat memperoleh keuntungan yang wajar dari penjualan produk mereka.
Contoh: Produsen baju kemeja menentukan harga kemeja berdasarkan biaya produksi
bahan, upah tenaga kerja, dan biaya margin. Harga yang diterapkan oleh produsen akan
mencakup semua biaya tersebut dan memberikan keuntungan yang wajar.
Dalam pasar persaingan monopoli, produsen harus berhati-hati dalam menentukan harga
agar tidak mengurangi permintaan konsumen dan keuntungan mereka. Produsen juga harus
mempertimbangkan kebijakan pemerintah terkait penetapan harga dan mengikuti regulasi yang
berlaku.
2. Jumlah output paling banyak sehingga ratio output per penduduk maksimal (kemakmuran
maksimal).
3. Masyarakat merasa nyaman dalam mengonsumsi karena tidak perlu membuang waktu untuk
memilih barang dan jasa (produk yang homogen) dan tidak takut ditipu dalam kualitas dan harga
(informasi sempurna).
Asumsi-asumsi yang dipakai dalam pasar persaingan sempurna mustahil terwujud, karena dalam
dunia nyata manusia (produsen dan konsumen) dibatasi oleh dimensi waktu dan tempat.
Keterbatasan itu menyebabkan perpindahan faktor produksi dan pengumpulan informasi
membutuhkan biaya. Hasil (output dan informasi) yang diperoleh pun tidak homogen dan
sempurna.
Model pasar persaingan sempurna menyatakan bahwa keseimbangan dalam jangka panjang akan
tercapai dan setiap perusahaan memperoleh laba normal. Masalahnya apakah dengan laba normal
perusahaan dapat melakukan kegiatan riset dan pengembangan. Padahal kegiatan riset dan
pengembangan amat dibutuhkan untuk memperoleh teknologi produksi yang meningkatkan
efisiensi produksi.
Pasar persaingan sempurna sangat menekankan efisiensi. Tetapi hal ini menimbulkan masalah
jika diterapkan dalam kehidupan nyata. Misalnya kasus industrialisasi di negara sedang
berkembang. Karena industrinya masih amat muda atau dalam tahap awal perkembangan, biaya
produksinya jelas lebih tinggi daripada industri di negara maju.. jika dibiarkan bersaing dalam
pasar global, industri di negara berkembang akan ambruk karena kalah bersaing. Kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat di negara sedang berkembang tidak akan meningkat dibanding di
negara maju. Sehingga akan muncul masalah ketidakadilan. Agar tidak kalah bersaing, industri
di negara sedang berkembang membutuhkan perlindungan sementara. Tetapi hal ini akan
menimbulkan inefisiensi
DAFTAR PUSTAKA
Lipczynski, J., Wilson, J. O., & Goddard, J. A. (2013). Industrial organization: Competition,
strategy and policy. Pearson Education.
Bain, J. (1956). Barriers to new competition. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Baumol, W. J., & Blinder, A. S. (2015). Microeconomics: principles and policy. Nelson
Education.
Sumber referensi yang sesuai untuk penjelasan tentang model-model penetapan harga pada pasar
persaingan sempurna di atas adalah:
Motta, M. (2004). Competition policy: theory and practice. Cambridge university press.