Anda di halaman 1dari 9

Vol. x No.

x Bulan Tahun
e-ISSN: 2502-7573  p-ISSN: 2502-8960
Open Acces at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/ActaComitas

Kedudukan Akuisisi, Merger, dan Konsolidasi


Perusahaan dari Perspektif Hukum Penanaman Modal

Kade Suwartawa1, Made Gde Subha Karma Resen2


1
Fakultas Hukum Universitas Udayana, E-mail: kadesuwartawa@yahoo.com
2
Fakultas Hukum Universitas Udayana, E-mail: karma_resen@unud.ac.id
Info Artikel Abstract
Masuk : Acquisition is the takeover of a company which is a legal act of
Diterima : the company that will have an impact on all stake holders. The
Terbit : terminology of acquisition, merger and consolidation is not
explicitly regulated in the Undang-Undang Penanaman Modal
Keywords : (UUPM) which should be the basis for the formation of
Investment; Merger; implementing regulations under the Act, and in fact the
Acquisition; Consolidation; definition of the terminology is contained in the Undang-
Capital investment Undang Perseroan Terbatas (UUPT). In this research wants to
inform, although the terminology of acquisition, merger, and
consolidation is not stated explicitly and clearly in the Undang-
Undang Penanaman Modal (UUPM), however about the
acquisitions, mergers and consolidations are often carried out by
local companies or foreign companies and also as a method or
organic methods that a company can do in the context of
investment. This study uses a doctrinal method by using a
literature approach and doctrines from experts to draw the
conclusion that acquisitions, mergers, and consolidations are a
way or method for companies to invest.
Abstrak
Kata kunci: Akuisisi adalah pengambilalihan perusahaan yang merupakan
Investasi; Merger; Akuisisi; sebagai perbuatan hukum perusahaan yang akan berdampak
Konsolidasi; Penanaman Modal pada semua stake holder. Terminologi akuisisi, merger dan
konsolidasi tidak diatur secara tegas dalam Undang-Undang
Corresponding Author: Penanaman Modal (UUPM) yang seharusnya menjadi dasar
Kade Suwartawa, E-mail: dalam pembentukan peraturan-peraturan pelaksananya di bawah
kadesuwartawa@yahoo.com Undang-undang, dan justru definisi dari terminology tersebut
terdapat pada Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT).
DOI : Yang ingin disampaikan dalam penelitian ini adalah, walaupun
Xxxxxxx terminology akuisisi, merger, dan konsolidasi ini tidak nyatakan
secara explisit dan gamblang dalam Undang-undang
Penanaman Modal (UUPM), namun akuisisi, merger dan
konsolidasi ini sering dilakukan oleh perusahaan local ataupun
perusahaan asing dan merupakan sebagai metode atau cara-cara
organic yang bisa dilakukan suatu perseroan dalam rangka
penanaman modal atau investasi. Penelitian ini menggunakan
metode doctrinal dengan menggunakan pendekatan kepustakaan
dan doktrin-doktrin dari para ahli untuk menarik kesimpulan
bahwa akuisisi, merger, dan konsolidasi ini merupakan suatu
cara atau metode bagi perseroan untuk melakukan penanaman
modal.
Acta Comitas : Jurnal Hukum Kenotariatan, Vol. x No. xBulan Tahun, h. xxx - xxx
ISSN: 1978-1520

I. Pendahuluan

Pada era Globalisasi khususnya bagi Indonesia dan negara-negara yang sedang
berkembang, penanaman modal memiliki peranan penting sehingga kompetisi untuk
merebut investasi atau investor dari seluruh dunia juga diperlukan oleh suatu negara,
hal ini perlu dilakukan guna mendukung dan kebutuhan akan modal pembangunan
yang sangat besar. Investor sebagai pemilik modal umumnya akan memilih untuk
berinvestasi pada Negara-negara yang bisa memberikan perlindungan hukum, karena
akan menciptakan suatu kepastian (predictability), keadilan (fairness) dan efisiensi
(efficiency) bagi para investor dalam rangka penanaman modal. 1 Pertumbuhan ekonomi
suatu Negara akan selalu berkaitan erat dengan pertumbuhan dan peningkatan
penanaman modal, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ini akan
berbanding lurus dengan tingkat penanaman modal yang tinggi pada suatu Negara
tersebut.2 Dari setiap penanaman modal yang lakukan oleh para investor yang
merupakan sebagai kegiatan bisnis, yang dicari investor tersebut tidak lain adalah
dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan atau profit yang dilakukan dalam
berbagai bidang usaha bisnis. Landasan atau dasar hukum Penanaman Modal di
Indonesia yaitu Undang Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
(selanjutnya disebut UUPM) menyatakan:
“Pasal 1 Angka (1), Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,
baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia”.

“Pasal 1 Angka (2), Penanaman modal dalam dalam negeri adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunkan modal dalam negeri dan”,

“ pada Pasal 1 angka (3), Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri”.

Penanaman modal di Indonesia pada umumnya sangatlah terbuka bagi kegiatan


penanaman modal, kecuali bidang-bidang usaha tertentu yang secara tegas dinyatakan
tertutup oleh peraturan perundang-undangan, misalnya seperti produksi senjata, misiu,
alat peledak dan peralatan perang. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya di Indonesia
suatu perusahaan tentunya akan dihadapkan dengan para pesaingnya/kompetitor
dalam uapaya mencari, merebut, dan atau mengembangkan market bisnisnya, baik
dengan perusahaan sebagai pesaing lokal dan ataupun dengan perusahaan asing
lainnya yang bergerak pada bidang usaha yang sejenis, yang juga akan bisa
menyebabkan perusahaan-perusahaan tersebut mengalami hambatan dan tantangan
dalam persaingan pasar tersebut yang bahkan juga dapat menyebabkan perusahan-
perusahaan tersebut krisis keuangan sehingga usaha-usaha untuk menyelamatkannya
adalah dengan mengupayakan dukungan dana agar suatu perusahaan tetap eksis,
bertumbuh dan dapat memperbaiki kinerjanya dari waktu ke waktu.

1
Harjono, D. K, (2012). Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-
Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2
Ansari, M. I. (2020). Omnibus Law Untuk Menata Regulasi Penanaman Modal. Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 9(1), 71. DOI: 10.33331/rechtsvinding.v9i1.378

July 201x : first_page – end_page


P-ISSN: 2502-8960, E-ISSN: 2502-7573

Untuk mendapatkan dukungan dana ini suatu perusahaan dapat melakukan cara-cara
tertentu yaitu dengan Penggabungan (Merger), Pengambilalihan (Accussision) ataupun
Konsolidasi (Consolidation) sehingga memungkinkan perusahaan untuk tetap bisa
bertumbuh kembali, cara-cara tersebut merupakan suatu bentuk corporate action yang
merupakan suatu usaha perusahaan untuk menjadi besar, kuat dan terus bertumbuh, 3.
Istilah ataupun terminologi memang sering menjadi permasalahan dalam pembelajaran,
begitu juga pada UUPM yang menjadi landasan hukum penanaman modal tidak
menyatakan secara tegas definisi Akuisisi, Merger, dan Konsolidasi, dan justru definisi
dari istilah-istilah tersebut terdapat pada UUPT, padahal UUPM setingkat Undang-
undang ini bisa dikatakan sebagai Undang-undang yang memiliki kekhususannya (lex
spesialis) dalam bidang penanaman modal yang seharusnya menjadi dasar dan prinsip-
prinsip umum untuk peraturan perundang-undangan yang berada
dibawahnya/peraturan pelaksana. Pengertian definisi Merger, Konsolidasi, dan
Akuisisi pada UUPT dinyatakan pada Pasal 1 angka (9), angka (10), angka (11)
mengenai akuisisi, merger dan konsolidasi ini juga sejalan terdapat pada pasal 1 angka
(1), angka (2), angka (3) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 Tentang
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, dan sebagaimana
kita ketahui bahwa Peraturan Pemerintah tersebut merupakan peraturan pelaksana dari
UUPT, yang dalam pasal tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan:
1. “Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan, atau lebih
untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya
perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
2. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk
meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing-masing
perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.
3. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk mengambilalih baik seluruh ataupun sebagian besar saham
perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut”.

Sementara itu pada Pasal 5 ayat (3) UUPM menyatakan “penanam modal dalam negeri
dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas
dilakukan dengan:
a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas
b. Membeli saham, dan
c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan “.

Ketentuan pasal 5 ayat (3) UUPM ini tersebut di atas tidak dilengkapi dengan
penjelasan lebih lanjut pada ketentuan pasal tersebut, dan bila dihubungkan dengan
Akuisisi, Merger, dan Konsolidasi yang merupakan sebagai tindakan dari suatu
perusahaan (corporate action) maka timbul suatu pertanyaan apakah tindakan suatu
perusahaan (corporate action) ini dapat dikatakan sebagai salah satu cara untuk
melakukan penanaman modal?, dan bagaimana kedudukannya bila dilihat dari
Perspektif Hukum Penanaman Modal?.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dipandang perlu untuk dilakukannya
penelitian mengenai bagaimanakah kedudukan “Akuisisi, Merger, dan Konsolidasi
Perusahaan dilihat dari Perspektif Hukum Penanaman Modal”.
3
Nurhidayat, Muhamad Syarief.2022. Peran Dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Merger,
Akuisisi Dan Konsolidasi Perusahaan. Jurnal Kertha Semaya,Vol. 10 No. 4 Tahun 2022 hlm. 946-
959. doi.org/10.24843/KS.2022.v10.i04.p17
Acta Comitas : Jurnal Hukum Kenotariatan, Vol. x No. xBulan Tahun, h. xxx - xxx
ISSN: 1978-1520

2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang bersumber
dari bahan hukum primer, yang meneliti hukum tersebut dari sudut pandang internal
dengan objek penelitiannya berupa norma hukum,4 yaitu berupa Undang-Undang dan
peraturan pelaksana dibawah undang-undang, dalam hal ini beranjak dari Pasal 5 Ayat
(3) UUPM yang menimbulkan adanya kekaburan norma. Pendekatan penelitian ini
adalah dengan pendekatan undang-undang (statute approach) dengan bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, teknik pengumpulan bahan hukum dalam
penulisan ini dengan cara menyusun dan mengidentifikasi secara sistematis bahan
hukum primer dan juga bahan hukum sekunder, serta teknik analisis bahan hukum
yang penulis gunakan dengan teknik deskriptif yang memaparkan apa adanya
mengenai suatu peristiwa atau kondisi hukum tertentu.5

3. Hasil Dan Pembahasan


3.1 Pengertian dan Jenis Penanaman Modal
Investasi dan penanaman modal pada hakekatnya memiliki makna yang sama,
penggunaan istilah investasi biasanya lebih sering digunakan dalam ruang
pergaulan bisnis, sedangkan penanaman modal merupakan istilah yang lebih
sering dipakai dalam bahasa perundang-undangan. Pada umumnya investasi
dapat maknai sebagai suatu upaya dan usaha seseorang ataupun badan hukum
untuk mengembangkan dan meningkatkan nilai modal yang dimilikinya.6
Pasal 1 angka (1) UUPM menyatakan "Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan
menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanarn modal asing
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia"
Oleh karena itu, pengertian penanaman modal atau penanaman modal adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan hukum dalam
menempatkan modal dan atau menyisihkan sebagian dari penghasilannya agar
dapat digunakan dalam menjalankan suatu usaha dengan harapan pada suatu saat
akan mendatangkan hasil dan Keuntungan.
UUPM dan pada beberapa peraturan perundang-undangan menyampaikan
pengertian yang sama tentang investasi yaitu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1(1) UUPM, Pasal 1(7) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pemberian Insentif dan Fasilitasi Penanaman Modal di Daerah (PP No.
45/2008) dan Pasal 1 Ayat (1 ) Keputusan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang
Kebijakan dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal (Perka BKPM
No.12/2009), yang menyatakan:7
“Penanaman Modal diartikan sebagai segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
Penanam Modal Dalam Negeri maupun Penanam Modal Asing untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia.”

3.2 Jenis-Jenis Penanaman Modal


Berdasarkan asal modalnya, penanaman modal dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu
penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA),
4
Diantha, I Made Pasek, (2018), Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori
Hukum, Cet.3,Jakarta: Kencana Prenada Media Group,hal.12
5
Ibid, hal.149-160
6
Supancana ,Ida Bagus Rahmadi, (2006), Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, Cet. Pertama. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, hal. 1-2.
7
Harjono, Dhaniswara K, (2007), Op.Cit., hal.21.

July 201x : first_page – end_page


P-ISSN: 2502-8960, E-ISSN: 2502-7573

berdasarkan tempat operasionalnya penanaman modal dibagi menjadi 2 (dua)


yaitu penanaman modal secara langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yaitu
dilakukan dengan mendirikan badan usaha tetap tertentu dan penanam modal
terlibat secara langsung dan aktif dalam pengelolaan badan usaha tersebut, dan
(Foreign Indirect Investment/FII) yang dilakukan di Pasar Modal.8
UUPM menyatakan:
Pasal 1 Angka (2), “Penanaman modal dalam dalam negeri adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri”.

Pasal 1 angka (3), “Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”.

1. Penanaman modal langsung (Direct Investment) , merupakan investasi yang


dilakukan untuk kurun waktu jangka panjang dan umumnya dilakukan
dengan mendirikan suatu badan usaha yang berbadan hukum, selain itu pihak
investor selaku penanam modal juga terlibat secara aktif dan juga bertanggung
jawab dalam pengelolaan suatu perusahaan dalam hal terjadi suatu kerugian. 9
Jonker Sihombing (dalam Harjono, DK, 2007:22) memberikan difinisi Investasi
langsung (Direct Invesment), sebagai berikut:10
“Investasi yang dilaksanakan dengan kepemilikan proyek yang kelihatan wujudnya,
kajian mengenai resiko dan hasil yang diterima dari investasi tersebut dilakukan
melalui studi kelayakan investasi yang menyangkut semua aspek-aspek keuangan,
aspek ekonomi/sosial, aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek hukum serta aspek
organisasi dan menajemen.”
Sebagaimana dinyatakan pada pasal 5 ayat (1) “Penanaman modal dalam
negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan
hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”, dan pasal 5 ayat (2) menyatakan
“Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan
hukum lndonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik
Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang”.

2. Investasi tidak langsung, (Indirect Investment) atau dikenal dengan Portofolio


Investment
Menurut Jonker Sihombing, “investasi tidak langsung (Indirect Invesment) adalah
investasi yang dilakukan dengan membeli surat-surat berharga yang diterbitkan oleh
perseroan ataupun yang diterbitkan oleh Olter ego dari pemerintah, kajian mengenai
resiko dan hasil yang diterima dari investasi dimaksudkan dilakukan melalui analisis
atas data-data yang berkaitan dengan portofolio investasi yang diminati, data-data
tersebut didapatkan dari emiten maupun sumber-sumber lainnya”. 11 Pasar modal
pada Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu wujud dari Investasi tidak
langsung (indirect Investment).12

8
Budi Untung, H, Op.Cit., hal.1.
9
Ibid.
10
Harjono, Dhaniswara K, (2007), Op.Cit., Hal. 22-23
11
Ibid.
12
Supancana,Ida Bagus Rahmadi (1), Op.Cit., hal. 3.
Acta Comitas : Jurnal Hukum Kenotariatan, Vol. x No. xBulan Tahun, h. xxx - xxx
ISSN: 1978-1520

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara investasi


langsung dan investasi tidak langsung adalah:13
a. Dalam investasi tidak langsung, pemegang saham tidak memiliki kendali
dan tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehari-hari.
b. Dalam investasi tidak langsung, pemegang saham menanggung sendiri
risikonya, sehingga tidak dapat menuntut perusahaan yang melakukan
kegiatannya.
c. Tidak ada perlindungan dari kebiasaan-kebiasaan international terhadap
kerugian yang timbul pada investasi tidak langsung.

3.3 Merger dan Konsolidasi


UUPT pada Pasal 1 angka (9) menyatakan “Penggabungan/Merger adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada mengakibatkan aktiva
dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada
Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hokum
Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum”.14
Menurut Reed and Lajoux (dalam Manurung, A. H, dkk, 2021: 13-14)
mendefinisikan merger adalah bergabungnya dua perusahaan atau lebih
dalam menjalankan usaha bisnis tertentu, dimana salah satu perusahaan
yang bergabung status badan hukumnya menjadi hilang dan tidak
beroperasi. Dalam tindakan merger ini perusahaan yang tetap beroperasi
tidak menutup kemungkinan dapat berganti nama setelah merger selesai
dilakukan sebagai bentuk pernyataan operasi perusahaan. Penggabungan
perusahaan biasanya dibubarkan untuk menyatakan bahwa merger telah
terjadi. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua
perseroan atau lebih untuk melebur dengan membentuk perseroan baru,
yang karena hukum menerima aktiva dan pasiva dari perseroan yang
meleburkan diri dan perseroan yang meleburkan diri juga berakhir.
Konsolidasi dapat puyla disebut sebagai merger, contohnya di Indonesia
pernah dilakukan oleh Bank Mandiri yang merupakan penggabungan dari
empat bank yaitu Bank EXIM, BDN, BBD dan Bapindo milik pemerintah
Indonesia..15
Sehingga dalam hal ini melalui merger ataupun konsolidasi, outputnya
akan ada perusahaan atau perseroan yang status badan hukumnya
berakhir.16

3.4 Akuisisi
Akuisisi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “acquisition”. Akuisisi
dapat dimaknai sebagai pengambilalihan suatu perusahan yang dilakukan oleh suatu
13
Ibid, hal.4
14
Manurung, A. H., FoEh, J. E., Ni Nyoman, S., & Saragih, H. S. (2021). Restrukturisasi
Perusahaan: Merger, Akuisisi dan Konsolidasi serta Pembiayannya, Jakarta: PT. Adler Manurung
Press. hal. 13-14
15
Ibid
16
Budiartha, I. (2013). Pengaturan Bentuk Organisasi, Merger, Dan Akuisisi
Perusahaan. Majalah Ilmu Hukum Kertha Wicaksana, 19(2), 151-159.

July 201x : first_page – end_page


P-ISSN: 2502-8960, E-ISSN: 2502-7573

badan hukum tertentu ataupun perorangan yang dalam akuisisi tersebut juga akan
berakibat beralihnya pengendalian atas perusahaan tersebut dan perusahan yang
diakuisisi badan usahanya tetap berdiri secara hukum dan perusahaan yang
mengakuisisi akan menjadi induk perusahaan.17 Pasal 1 ayat (11) UUPT
mendefinisikan pengambilalihan, yaitu "perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih ssaham Perseroan yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut".18
Dalam hal dilakukan Akuisisi akan berdampak pada semua para stakeholder yang
merupakan sebagai suatu perbuatan hukum, sehingga proses akuisisi ini haruslah
dilakukan melalui RUPS dengan persetujuan para pemegang saham dengan prinsip
minimal Quorum dan prinsip minamal Voting sebagaimana tertuang dalam Pasal 89
UUPT.
Menurut H. Budi Untung (2020:2) menyatakan Berdasarkan hubungan usahanya,
akuisisi dikelompokkan sebagai berikut:19
1. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi dari perusahaan lain yang memiliki bidang
usaha yang sama. Entitas yang diakuisisi dan pengakuisisi sebelumnya saling
bersaing untuk memasarkan produk yang mereka tawarkan,
2. Akuisisi vertikal, akuisisi ini dilakukan kepada entitas yang memiliki lini bisnis
yang berbeda tetapi sebelumnya ada hubungan sebagai pemasok dan pembeli
contohnya perusahaan rokok mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau,
3. Akuisisi konglomerasi, yaitu pengambilalihan unit-unit usaha yang tidak
terkait dengan unit usaha pengakuisisi dan tidak mempunyai hubungan
operasional satu sama lain
Dikutip juga dari H. Budi Untung (2020:2) bila dilihat dari objek yang diakuisisi,
dibedakan menjadi:20
1. Akuisisi saham, istilah ini dipakai dalam menggambarkan transaksi jual beli
perusahaan yang mengakibatkan adanya perpindahan kepemilikan saham dari
penjual ke pembeli. Akuisisi saham adalah salah satu bentuk akuisisi yang
paling sering ditemukan dalam proses akuisisi yang merupakan sebagai suatu
tindakan perusahaan (corporate action),
2. Akuisisi aset, terjadi ketika sebuah perusahaan bermaksud untuk memiliki
perusahaan lain, ia dapat mengakuisisi sebagian atau seluruh aset dari
perusahaan lain tersebut. Bila akuisisi dilakukan terhadap sebagian dari
kekayaan perusahaan, ini disebut sebagai akuisisi parsial. Akuisisi aset secara
sederhana dapat digambarkan sebagai penjualan (aset) antara pihak pembeli
dan penjual ketika akuisisi dilakukan secara tunai, atau pembelian tidak dalam
bentuk tunai yaitu dengan suatu perjanjian tertentu dilakukan pertukaran antara
properti yang dibeli dan sesuatu yang lain yang dimiliki oleh pembeli . Dalam
akuisisi aset dapat menghindari adanya pemegang saham minoritas sedangkan
dalam akuisisi saham akan memunculkan saham minoritas.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam tindakan akuisisi tidak ada
entitas/ subjek hukum yang hilang setelah akuisisi, baik entitas/ subjek hukum yang
mengambil alih (pengakuisisi) maupun entitas/ subjek hukum penerima (perusahaan

17
Febrina, R. (2014). Proses Akuisisi Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 71-78. DOI: 10.30652/jih.v4i1.2090
18
Ibid, hal. 26
19
Budi Untung, H, (2020), Hukum Akuisisi. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hal. 3.
20
Ibid, hal. 2.
Acta Comitas : Jurnal Hukum Kenotariatan, Vol. x No. xBulan Tahun, h. xxx - xxx
ISSN: 1978-1520

target) akan tetap eksis, namun akuisisi hanya mengubah kekuatan pengawasan atas
perusahaan target.21

4. Kesimpulan
Walaupun dalam UUPM tidak dinyatakan secara explisit dan gamblang mengenai
terminologi definisi Merger, Akuisisi dan Konsolidasi, dari pembahasan yang telah
diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan Merger, Akuisisi dan
Konsolidasi dari perspektif Hukum Penanaman Modal merupakan sebagai bentuk dan
metode investasi/penanaman modal, dalam rangka suatu perusahaan atau badan
usaha menjalankan kegiatan bisnis untuk mendapatkan keuantungan atau profit.

Daftar Pustaka / Daftar Referensi

Buku:

Budi Untung, H. (2010). Hukum Investasi, Ed. 1, Cet. 1, Jakarta : Sinar Grafika.

Diantha, I Made Pasek.(2018). Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori
Hukum, Cet.3,Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Harjono, D. K.(2012). Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang


No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Manurung, A. H., FoEh, J. E., Ni Nyoman, S., & Saragih, H. S. (2021). Restrukturisasi Perusahaan:
Merger, Akuisisi dan Konsolidasi serta Pembiayannya, Jakarta: PT. Adler Manurung Press.

Supancana ,Ida Bagus Rahmadi.(2006). Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, Cet. Pertama. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Jurnal:

Ansari, M. I. (2020). Omnibus Law Untuk Menata Regulasi Penanaman Modal. Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 9(1), 71. DOI: 10.33331/rechtsvinding.v9i1.378

Budiartha, I. (2013). Pengaturan Bentuk Organisasi, Merger, Dan Akuisisi Perusahaan. Majalah


Ilmu Hukum Kertha Wicaksana, 19(2), 151-159.

Febrina, R. (2014). Proses Akuisisi Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 2007


Tentang Perseroan Terbatas. Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 71-78. DOI: 10.30652/jih.v4i1.2090

Nurhidayat, Muhamad Syarief.2022. Peran Dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Merger,
Akuisisi Dan Konsolidasi Perusahaan. Jurnal Kertha Semaya,Vol. 10 No. 4 Tahun 2022 hlm.
946-959. doi.org/10.24843/KS.2022.v10.i04.p17

Sukananda, S., & Mudiparwanto, W. A. (2020). Analisis Pengaturan Penanaman Modal Asing
dalam Bentuk Perusahaan Joint Venture di Indonesia. DIVERSI: Jurnal Hukum, 5(2), 210-
236. DOI: 10.32503/diversi.v5i2.559

21
Budiartha, I. (2013), Loc.Cit,.

July 201x : first_page – end_page


P-ISSN: 2502-8960, E-ISSN: 2502-7573

Widiangga, I. G. C., & Sumadi, I. P. S. (2018). Joint Venture Ditinjau dari Perspektif Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum, 1-6.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang No. 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal


Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Penanaman Modal
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan dan
Pengambilalihan Perseroan Terbatas
Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan
Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah

Anda mungkin juga menyukai