x Bulan Tahun
e-ISSN: 2502-7573 p-ISSN: 2502-8960
Open Acces at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/ActaComitas
I. Pendahuluan
Pada era Globalisasi khususnya bagi Indonesia dan negara-negara yang sedang
berkembang, penanaman modal memiliki peranan penting sehingga kompetisi untuk
merebut investasi atau investor dari seluruh dunia juga diperlukan oleh suatu negara,
hal ini perlu dilakukan guna mendukung dan kebutuhan akan modal pembangunan
yang sangat besar. Investor sebagai pemilik modal umumnya akan memilih untuk
berinvestasi pada Negara-negara yang bisa memberikan perlindungan hukum, karena
akan menciptakan suatu kepastian (predictability), keadilan (fairness) dan efisiensi
(efficiency) bagi para investor dalam rangka penanaman modal. 1 Pertumbuhan ekonomi
suatu Negara akan selalu berkaitan erat dengan pertumbuhan dan peningkatan
penanaman modal, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ini akan
berbanding lurus dengan tingkat penanaman modal yang tinggi pada suatu Negara
tersebut.2 Dari setiap penanaman modal yang lakukan oleh para investor yang
merupakan sebagai kegiatan bisnis, yang dicari investor tersebut tidak lain adalah
dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan atau profit yang dilakukan dalam
berbagai bidang usaha bisnis. Landasan atau dasar hukum Penanaman Modal di
Indonesia yaitu Undang Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
(selanjutnya disebut UUPM) menyatakan:
“Pasal 1 Angka (1), Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,
baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia”.
“Pasal 1 Angka (2), Penanaman modal dalam dalam negeri adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunkan modal dalam negeri dan”,
“ pada Pasal 1 angka (3), Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri”.
1
Harjono, D. K, (2012). Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-
Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2
Ansari, M. I. (2020). Omnibus Law Untuk Menata Regulasi Penanaman Modal. Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 9(1), 71. DOI: 10.33331/rechtsvinding.v9i1.378
Untuk mendapatkan dukungan dana ini suatu perusahaan dapat melakukan cara-cara
tertentu yaitu dengan Penggabungan (Merger), Pengambilalihan (Accussision) ataupun
Konsolidasi (Consolidation) sehingga memungkinkan perusahaan untuk tetap bisa
bertumbuh kembali, cara-cara tersebut merupakan suatu bentuk corporate action yang
merupakan suatu usaha perusahaan untuk menjadi besar, kuat dan terus bertumbuh, 3.
Istilah ataupun terminologi memang sering menjadi permasalahan dalam pembelajaran,
begitu juga pada UUPM yang menjadi landasan hukum penanaman modal tidak
menyatakan secara tegas definisi Akuisisi, Merger, dan Konsolidasi, dan justru definisi
dari istilah-istilah tersebut terdapat pada UUPT, padahal UUPM setingkat Undang-
undang ini bisa dikatakan sebagai Undang-undang yang memiliki kekhususannya (lex
spesialis) dalam bidang penanaman modal yang seharusnya menjadi dasar dan prinsip-
prinsip umum untuk peraturan perundang-undangan yang berada
dibawahnya/peraturan pelaksana. Pengertian definisi Merger, Konsolidasi, dan
Akuisisi pada UUPT dinyatakan pada Pasal 1 angka (9), angka (10), angka (11)
mengenai akuisisi, merger dan konsolidasi ini juga sejalan terdapat pada pasal 1 angka
(1), angka (2), angka (3) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 Tentang
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, dan sebagaimana
kita ketahui bahwa Peraturan Pemerintah tersebut merupakan peraturan pelaksana dari
UUPT, yang dalam pasal tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan:
1. “Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan, atau lebih
untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya
perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
2. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk
meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing-masing
perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.
3. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk mengambilalih baik seluruh ataupun sebagian besar saham
perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut”.
Sementara itu pada Pasal 5 ayat (3) UUPM menyatakan “penanam modal dalam negeri
dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas
dilakukan dengan:
a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas
b. Membeli saham, dan
c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan “.
Ketentuan pasal 5 ayat (3) UUPM ini tersebut di atas tidak dilengkapi dengan
penjelasan lebih lanjut pada ketentuan pasal tersebut, dan bila dihubungkan dengan
Akuisisi, Merger, dan Konsolidasi yang merupakan sebagai tindakan dari suatu
perusahaan (corporate action) maka timbul suatu pertanyaan apakah tindakan suatu
perusahaan (corporate action) ini dapat dikatakan sebagai salah satu cara untuk
melakukan penanaman modal?, dan bagaimana kedudukannya bila dilihat dari
Perspektif Hukum Penanaman Modal?.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dipandang perlu untuk dilakukannya
penelitian mengenai bagaimanakah kedudukan “Akuisisi, Merger, dan Konsolidasi
Perusahaan dilihat dari Perspektif Hukum Penanaman Modal”.
3
Nurhidayat, Muhamad Syarief.2022. Peran Dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Merger,
Akuisisi Dan Konsolidasi Perusahaan. Jurnal Kertha Semaya,Vol. 10 No. 4 Tahun 2022 hlm. 946-
959. doi.org/10.24843/KS.2022.v10.i04.p17
Acta Comitas : Jurnal Hukum Kenotariatan, Vol. x No. xBulan Tahun, h. xxx - xxx
ISSN: 1978-1520
2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang bersumber
dari bahan hukum primer, yang meneliti hukum tersebut dari sudut pandang internal
dengan objek penelitiannya berupa norma hukum,4 yaitu berupa Undang-Undang dan
peraturan pelaksana dibawah undang-undang, dalam hal ini beranjak dari Pasal 5 Ayat
(3) UUPM yang menimbulkan adanya kekaburan norma. Pendekatan penelitian ini
adalah dengan pendekatan undang-undang (statute approach) dengan bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, teknik pengumpulan bahan hukum dalam
penulisan ini dengan cara menyusun dan mengidentifikasi secara sistematis bahan
hukum primer dan juga bahan hukum sekunder, serta teknik analisis bahan hukum
yang penulis gunakan dengan teknik deskriptif yang memaparkan apa adanya
mengenai suatu peristiwa atau kondisi hukum tertentu.5
Pasal 1 angka (3), “Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”.
8
Budi Untung, H, Op.Cit., hal.1.
9
Ibid.
10
Harjono, Dhaniswara K, (2007), Op.Cit., Hal. 22-23
11
Ibid.
12
Supancana,Ida Bagus Rahmadi (1), Op.Cit., hal. 3.
Acta Comitas : Jurnal Hukum Kenotariatan, Vol. x No. xBulan Tahun, h. xxx - xxx
ISSN: 1978-1520
3.4 Akuisisi
Akuisisi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “acquisition”. Akuisisi
dapat dimaknai sebagai pengambilalihan suatu perusahan yang dilakukan oleh suatu
13
Ibid, hal.4
14
Manurung, A. H., FoEh, J. E., Ni Nyoman, S., & Saragih, H. S. (2021). Restrukturisasi
Perusahaan: Merger, Akuisisi dan Konsolidasi serta Pembiayannya, Jakarta: PT. Adler Manurung
Press. hal. 13-14
15
Ibid
16
Budiartha, I. (2013). Pengaturan Bentuk Organisasi, Merger, Dan Akuisisi
Perusahaan. Majalah Ilmu Hukum Kertha Wicaksana, 19(2), 151-159.
badan hukum tertentu ataupun perorangan yang dalam akuisisi tersebut juga akan
berakibat beralihnya pengendalian atas perusahaan tersebut dan perusahan yang
diakuisisi badan usahanya tetap berdiri secara hukum dan perusahaan yang
mengakuisisi akan menjadi induk perusahaan.17 Pasal 1 ayat (11) UUPT
mendefinisikan pengambilalihan, yaitu "perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih ssaham Perseroan yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut".18
Dalam hal dilakukan Akuisisi akan berdampak pada semua para stakeholder yang
merupakan sebagai suatu perbuatan hukum, sehingga proses akuisisi ini haruslah
dilakukan melalui RUPS dengan persetujuan para pemegang saham dengan prinsip
minimal Quorum dan prinsip minamal Voting sebagaimana tertuang dalam Pasal 89
UUPT.
Menurut H. Budi Untung (2020:2) menyatakan Berdasarkan hubungan usahanya,
akuisisi dikelompokkan sebagai berikut:19
1. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi dari perusahaan lain yang memiliki bidang
usaha yang sama. Entitas yang diakuisisi dan pengakuisisi sebelumnya saling
bersaing untuk memasarkan produk yang mereka tawarkan,
2. Akuisisi vertikal, akuisisi ini dilakukan kepada entitas yang memiliki lini bisnis
yang berbeda tetapi sebelumnya ada hubungan sebagai pemasok dan pembeli
contohnya perusahaan rokok mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau,
3. Akuisisi konglomerasi, yaitu pengambilalihan unit-unit usaha yang tidak
terkait dengan unit usaha pengakuisisi dan tidak mempunyai hubungan
operasional satu sama lain
Dikutip juga dari H. Budi Untung (2020:2) bila dilihat dari objek yang diakuisisi,
dibedakan menjadi:20
1. Akuisisi saham, istilah ini dipakai dalam menggambarkan transaksi jual beli
perusahaan yang mengakibatkan adanya perpindahan kepemilikan saham dari
penjual ke pembeli. Akuisisi saham adalah salah satu bentuk akuisisi yang
paling sering ditemukan dalam proses akuisisi yang merupakan sebagai suatu
tindakan perusahaan (corporate action),
2. Akuisisi aset, terjadi ketika sebuah perusahaan bermaksud untuk memiliki
perusahaan lain, ia dapat mengakuisisi sebagian atau seluruh aset dari
perusahaan lain tersebut. Bila akuisisi dilakukan terhadap sebagian dari
kekayaan perusahaan, ini disebut sebagai akuisisi parsial. Akuisisi aset secara
sederhana dapat digambarkan sebagai penjualan (aset) antara pihak pembeli
dan penjual ketika akuisisi dilakukan secara tunai, atau pembelian tidak dalam
bentuk tunai yaitu dengan suatu perjanjian tertentu dilakukan pertukaran antara
properti yang dibeli dan sesuatu yang lain yang dimiliki oleh pembeli . Dalam
akuisisi aset dapat menghindari adanya pemegang saham minoritas sedangkan
dalam akuisisi saham akan memunculkan saham minoritas.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam tindakan akuisisi tidak ada
entitas/ subjek hukum yang hilang setelah akuisisi, baik entitas/ subjek hukum yang
mengambil alih (pengakuisisi) maupun entitas/ subjek hukum penerima (perusahaan
17
Febrina, R. (2014). Proses Akuisisi Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 71-78. DOI: 10.30652/jih.v4i1.2090
18
Ibid, hal. 26
19
Budi Untung, H, (2020), Hukum Akuisisi. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hal. 3.
20
Ibid, hal. 2.
Acta Comitas : Jurnal Hukum Kenotariatan, Vol. x No. xBulan Tahun, h. xxx - xxx
ISSN: 1978-1520
target) akan tetap eksis, namun akuisisi hanya mengubah kekuatan pengawasan atas
perusahaan target.21
4. Kesimpulan
Walaupun dalam UUPM tidak dinyatakan secara explisit dan gamblang mengenai
terminologi definisi Merger, Akuisisi dan Konsolidasi, dari pembahasan yang telah
diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan Merger, Akuisisi dan
Konsolidasi dari perspektif Hukum Penanaman Modal merupakan sebagai bentuk dan
metode investasi/penanaman modal, dalam rangka suatu perusahaan atau badan
usaha menjalankan kegiatan bisnis untuk mendapatkan keuantungan atau profit.
Buku:
Budi Untung, H. (2010). Hukum Investasi, Ed. 1, Cet. 1, Jakarta : Sinar Grafika.
Diantha, I Made Pasek.(2018). Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori
Hukum, Cet.3,Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Manurung, A. H., FoEh, J. E., Ni Nyoman, S., & Saragih, H. S. (2021). Restrukturisasi Perusahaan:
Merger, Akuisisi dan Konsolidasi serta Pembiayannya, Jakarta: PT. Adler Manurung Press.
Supancana ,Ida Bagus Rahmadi.(2006). Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, Cet. Pertama. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
Jurnal:
Ansari, M. I. (2020). Omnibus Law Untuk Menata Regulasi Penanaman Modal. Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 9(1), 71. DOI: 10.33331/rechtsvinding.v9i1.378
Nurhidayat, Muhamad Syarief.2022. Peran Dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Merger,
Akuisisi Dan Konsolidasi Perusahaan. Jurnal Kertha Semaya,Vol. 10 No. 4 Tahun 2022 hlm.
946-959. doi.org/10.24843/KS.2022.v10.i04.p17
Sukananda, S., & Mudiparwanto, W. A. (2020). Analisis Pengaturan Penanaman Modal Asing
dalam Bentuk Perusahaan Joint Venture di Indonesia. DIVERSI: Jurnal Hukum, 5(2), 210-
236. DOI: 10.32503/diversi.v5i2.559
21
Budiartha, I. (2013), Loc.Cit,.
Widiangga, I. G. C., & Sumadi, I. P. S. (2018). Joint Venture Ditinjau dari Perspektif Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum, 1-6.
Peraturan Perundang-undangan: