Absorpsi merupakan proses masuknya obat dan tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya tempat pemberian obat dalam saluran cerna (mulut sampai dalam rektum) kulit, paru, otot dan lain-lain (Ganiswara, 2008). Sistem saraf terdiri dari dua kelompok yakni susunan saraf pusat (SSP) yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang, dan sistem saraf perifer dengan saraf-saraf yang secara langsung atau tidak langsung ada hubungannya dengan SSP. Saraf perifer ini terbagi lagi kedalam dua bagian, yaitu susunan saraf motorik yang bekerja sehendak kita, misalnya otot-otot lurik ( kaki, tangan, dan sebagainya) serta susunan saraf otonom (SSO) yang bekerja menurut aturannya sendiri. Susunan saraf otonom (SSO), juga disebut susunan saraf vesetatif, meliputi antara lain saraf-saraf dan ganglia ( majemuk dari ganglion yang artinya simpul saraf) yang merupakan persarafan ke otot polos dari berbagai organ ( lambung, usus, pembuluh darah, dan lain-lain). Termasuk kelompok ini pula adalah otot jantung ( lurik) serta beberapa kelenjar ( ludah, keringat, dan pencernaan). Dengan demikian, sistem saraf otonom tersebar luas diseluruh tubuh dan fungsinya adalah mengatur secara otonom keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu badan, tekanan, dan peredaran darah, serta pernafasan ( Tjay dan Rahardja, 2002). Anastesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi cukup. Sebagai contoh, bila anastesi lokal dikenakan pada korteks motorik, impuls, yang didirikan dari daerah tersebut terhenti, dan bila disuntikkan ke dalam kulit maka transmisi impuls sensorik dihambat. Obat anastetik lokal bersifat reversibel. Penggunaannnya akan diikuti dengan pemulihan lengkap dari fungsi saraf tanpa disertai kerusakan serabut atau sel-sel saraf. Status anastesia umum pada dasarnya mencakup, analgesia, amnesia, hilangnya kesadaran, terhambatnya sistem sensorik dan otomik, serta dalam banyak kasus relaksasi otot bergaris. Sejauh mana suatu anastetika tertentu dapat menimbulkan efek-efek diatas bergantung pada obat-obat itu sendiri, dosisnya dan kondis klinis. Anastesia umumnya adalah tindakan menghilangkan rasa sakit/nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible) ( Tjay dan Rahardja , 2002). 1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengenal tahap-tahap manifestasi anastesi umum dan tahap-tahap
pemulihan dari anastesi umum. 2. Mampu menganalisa perbedaan anastesia berbagai bahan. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bahan
1. Eter (Ditjen Pom, 2014) Nama Resmi : ETER Nama Lain : Ether Rumus Molekul : C4H10O Berat Molekul : 74,12 Pemerian : Cairan mudah bergerak, mudah menguap, tak berwarna, berbau khas, mendidih pada suhu lebih kurang 35o. Kelarutan : Larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan kloroform, dengan minyak lemak, dan minyak menguap Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2. Kloroform (Ditjen Pom, 1979)
Nama Resmi : CHLOROFORMUM Nama Lain : Kloroform Rumus Molekul : CHCl3 Berat Molekul : 119,38 Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak berwarna, bau hkas, rasa manis dan membakar. Kelarutan : Larut lebih kurang dalam 200 bagian air, mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam eter P, dan dalam minyak lemak Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, terlindung dari cahaya. 2.2 Uraian Hewan Coba 1 Mencit ( Mus Musculus ) Sistem taksomi mencit sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia Genus : Mus Spesies : Musculus Mencit memiliki data biologi sebagai berikut : Lama hidup : 1-2 tahun Lama produksi ekonomis : 9 bulan Lama bunting : 19-21 hari Kawin sesudah beranak : 1-24 jam Umur disapih : 21 hari Umur sesudah dewasa : 35 hari Umur dikawinkan : 8 minggu Siklus kelamin : Poliestrus Perkawinan : Pada waktu etrus Berat dewasa : 20-40 g (jantan), 18-35 g (betina)