Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1..1 Latar Belakang


Absorpsi merupakan proses masuknya obat dan tempat pemberian
ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya tempat pemberian
obat dalam saluran cerna (mulut sampai dalam rektum) kulit, paru, otot
dan lain-lain (Ganiswara, 2008).
Sistem saraf terdiri dari dua kelompok yakni susunan saraf pusat
(SSP) yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang, dan sistem saraf
perifer dengan saraf-saraf yang secara langsung atau tidak langsung ada
hubungannya dengan SSP. Saraf perifer ini terbagi lagi kedalam dua
bagian, yaitu susunan saraf motorik yang bekerja sehendak kita, misalnya
otot-otot lurik ( kaki, tangan, dan sebagainya) serta susunan saraf otonom
(SSO) yang bekerja menurut aturannya sendiri. Susunan saraf otonom
(SSO), juga disebut susunan saraf vesetatif, meliputi antara lain saraf-saraf
dan ganglia ( majemuk dari ganglion yang artinya simpul saraf) yang
merupakan persarafan ke otot polos dari berbagai organ ( lambung, usus,
pembuluh darah, dan lain-lain). Termasuk kelompok ini pula adalah otot
jantung ( lurik) serta beberapa kelenjar ( ludah, keringat, dan pencernaan).
Dengan demikian, sistem saraf otonom tersebar luas diseluruh tubuh dan
fungsinya adalah mengatur secara otonom keadaan fisiologi yang konstan,
seperti suhu badan, tekanan, dan peredaran darah, serta pernafasan ( Tjay
dan Rahardja, 2002).
Anastesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi cukup.
Sebagai contoh, bila anastesi lokal dikenakan pada korteks motorik,
impuls, yang didirikan dari daerah tersebut terhenti, dan bila disuntikkan
ke dalam kulit maka transmisi impuls sensorik dihambat. Obat anastetik
lokal bersifat reversibel. Penggunaannnya akan diikuti dengan pemulihan
lengkap dari fungsi saraf tanpa disertai kerusakan serabut atau sel-sel
saraf. Status anastesia umum pada dasarnya mencakup, analgesia,
amnesia, hilangnya kesadaran, terhambatnya sistem sensorik dan otomik,
serta dalam banyak kasus relaksasi otot bergaris. Sejauh mana suatu
anastetika tertentu dapat menimbulkan efek-efek diatas bergantung pada
obat-obat itu sendiri, dosisnya dan kondis klinis. Anastesia umumnya
adalah tindakan menghilangkan rasa sakit/nyeri secara sentral disertai
dengan hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible) ( Tjay
dan Rahardja , 2002).
1.2 Tujuan Percobaan

1. Mengenal tahap-tahap manifestasi anastesi umum dan tahap-tahap


pemulihan dari anastesi umum.
2. Mampu menganalisa perbedaan anastesia berbagai bahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan


1. Eter (Ditjen Pom, 2014)
Nama Resmi : ETER
Nama Lain : Ether
Rumus Molekul : C4H10O
Berat Molekul : 74,12
Pemerian : Cairan mudah bergerak, mudah menguap,
tak berwarna, berbau khas, mendidih pada
suhu lebih kurang 35o.
Kelarutan : Larut dalam air, dapat bercampur dengan
etanol, dengan kloroform, dengan minyak
lemak, dan minyak menguap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Kloroform (Ditjen Pom, 1979)


Nama Resmi : CHLOROFORMUM
Nama Lain : Kloroform
Rumus Molekul : CHCl3
Berat Molekul : 119,38
Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak berwarna,
bau hkas, rasa manis dan membakar.
Kelarutan : Larut lebih kurang dalam 200 bagian air,
mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam
sebagian besar pelarut organik, dalam eter
P, dan dalam minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat
kaca, terlindung dari cahaya.
2.2 Uraian Hewan Coba
1 Mencit ( Mus Musculus )
Sistem taksomi mencit sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Genus : Mus
Spesies : Musculus
Mencit memiliki data biologi sebagai berikut :
Lama hidup : 1-2 tahun
Lama produksi ekonomis : 9 bulan
Lama bunting : 19-21 hari
Kawin sesudah beranak : 1-24 jam
Umur disapih : 21 hari
Umur sesudah dewasa : 35 hari
Umur dikawinkan : 8 minggu
Siklus kelamin : Poliestrus
Perkawinan : Pada waktu etrus
Berat dewasa : 20-40 g (jantan), 18-35 g (betina)

Anda mungkin juga menyukai