Perjanjian Kemitraan di Indonesia Oleh: ISMAIL HASAN AL BISRI (P224301002) AGUNG HIMAWAN (P224301028) Dosen: Prof. Dr. H. HATA, S.H., M.H.
Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha
Latar Belakang Masalah ▪ Persaingan usaha merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting bagi terwujudnya ▪ Persaingan (usaha) memiliki banyak efektivitas, efisiensi dan manfaat baik secara mikro maupun produktivitas suatu kegiatan usaha makro, untuk itu, persaingan usaha karena persaingan usaha mampu memacu diharapkan terjadi pada semua pelaku usaha untuk terus berkreasi tingkatan (level), tidak terkecuali dan berinovasi guna menghasilkan pada kegiatan usaha berskala mikro, produk yang variatif, berdaya saing kecil dan menengah, sebagaimana tinggi dan menguntungkan. Oleh tergambar pada tujuan pembentukan UU karena itu, persaingan usaha Larangan Praktek Monopoli dan merupakan hal yang wajar terjadi dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yaitu: tidak dapat dihindari dalam “Mewujudkan iklim usaha yang aktivitas usaha yang penuh dinamika. kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil Lanjutan… Pelaksanaan kemitraan antara UMKM dan Dalam praktiknya, untuk menjadikan Usaha Besar sejatinya tidak hanya kemitraan sebagai sarana menguntungkan UMKM sebagai pihak yang meningkatkan kemampuan UMKM dengan di upgrade kemampuannya, tetapi juga dibarengi adanya pengakuan kedudukan bagi Usaha Besar yang menjadi mitra yang setara (seimbang) antara UMKM UMKM karena melalui pola kemitraan, dan Usaha Besar tidak mudah Usaha Besarpun mendapat beragam diwujudkan akibat adanya kesenjangan insentif dan kemudahan dalam bentuk: (gap) yang sangat lebar antara UMKM pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan Usaha Besar, khususnya dilihat dan tidak diskriminatif, pengadaan dari perspektif ketersediaan sumber sarana prasarana, produksi dan daya yang dimiliki masing-masing pengolahan, bahan baku, bahan penolong, pihak. Kondisi inilah yang kemudian dan kemasan, perizinan dan keringanan menempatkan UMKM seakan-akan menjadi tarif sarana dan prasarana, fasilitasi pihak yang memerlukan banyak bantuan dalam memenuhi persyaratan untuk dari Usaha Besar sehingga secara memperoleh pembiayaan, dan/atau psikologis UMKM ada “di bawah” Usaha memperoleh dana, tempat usaha, bidang Besar dan kegiatan usaha, atau pengadaan barang dan jasa untuk pemerintah Lanjutan… Sekalipun KPPU telah melakukan berbagai Pengawasan terhadap pelaksanaan upaya untuk melaksanakan pengawasan kemitraan antara UMKM dan Usaha Besar terhadap kemitraan, namun “gugatan” dari potensi terjadinya perilaku terhadap wewenang KPPU dalam eksploitatif harus dilakukan dengan melaksanakan pengawasan kemitraan masih baik dan benar agar tujuan dari saja bermunculan dikarenakan dalam UU kemitraan dapat tercapai, apalagi, pola Larangan Praktek Monopoli dan kemitraan yang dibangun antara UMKM dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak Usaha Besar jumlahnya relatif banyak ditemukan ketentuan yang mengatur baik dari sisi kuantitas (jumlah kewenangan KPPU melakukan pengawasan kegiatan usaha) maupun kualitas kemitraan. Akibatnya, dalam proses (jenis/bentuk pola kemitraan). Di pengawasan yang dilakukan KPPU masih sinilah peran strategis dari KPPU dalam muncul pihak-pihak yang mempertanyakan melakukan pengawasan atas pelaksanaan legalitas tindakan KPPU tersebut. kemitraan antara Usaha Besar dan UMKM Bahkan, dalam kondisi yang lebih agar kemitraan dapat berkontribusi ekstrim ada pihak yang tidak mengakui terhadap meningkatnya kemampuan UMKM keberadaan KPPU dalam menjalankan sekaligus menjadikan Usaha Besar pengawasan atas pelaksanaan kemitraan sebagai mitra konstruktif dalam sehingga setiap keputusan yang mengembangkan perekonomian nasional dihasilkan KPPU terkait kemitraan tidak diakui Identifikasi Masalah Tujuan Penulisan Bagaimanakah kedudukan Untuk mengetahui dan KPPU dalam mengawasi menganalisis kedudukan pelaksanaan kemitraan KPPU dalam mengawasi antara usaha besar dan pelaksanaan kemitraan UMKM? antara usaha besar dan UMKM Bagaimanakah bentuk pengawasan KPPU Untuk mengetahui dan terhadap pelaksanaan menganalisis bentuk kemitraan antara usaha pengawasan KPPU besar dan UMKM? terhadap pelaksanaan kemitraan antara usaha besar dan UMKM. Kedudukan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha dalam Mengawasi Pelaksanaan Kemitraan antara Usaha Besar dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berbicara tentang pelaksanaan kemitraan antara usaha besar dan UMKM tidak dapat dilepaskan dari peraturan perundang-undangan yang melandasi lahirnya kemitraan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 37 UU UMKM. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 37 undang-undang tersebut menyebutkan: “Ketentuan lebih lanjut mengenai pola kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 diatur dalam Peraturan Pemerintah.” Adapun peraturan pemerintah yang mengatur tentang kemitraan adalah PP No. 17 Tahun 2013, yang mana mengenai kemitraan diatur dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 35. Berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja (selanjutnya disebut Perpu Cipta Kerja) membawa perubahan pada norma yang ada dalam UU UMKM dan PP No. 17 Tahun 2013 sekalipun perubahannya bersifat parsial karena hanya mengubah dan menghapus beberapa ketentuan. Lanjutan… ❑ Definisi kemitraan menurut Pasal 1 angka 13 UU UMKM, adalah: “Kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan saling menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan Usaha Besar.” ❑ Definisi ini memiliki kesamaan dengan definisi kemitraan seperti disebut pada Pasal 1 angka 4 PP No. 17 Tahun 2013. Berdasarkan definisi di atas tampak bahwa spirit dari kemitraan tergambar dari digunakannya kata “saling” yang membawa konsekuensi kedua belah pihak, dalam hal ini UMKM dan Usaha Besar, untuk berkontribusi secara aktif serta konstruktif dalam menjalankan usaha. Lanjutan… ❑ Selama ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ditempatkan sebagai lembaga yang mengawasi pelaksanaan kemitraan, sekalipun dalam UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang menjadi dasar yuridis KPPU dalam menjalankan tugas dan wewenangnya tidak menyebut KPPU sebagai lembaga yang mengawasi pelaksanaan Kemitraan. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 35 UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; ❑ Begitu pula, UU UMKM yang menjadi dasar yuridis pelaksanaan kemitraan tidak menyebut secara eksplisit KPPU sebagai lembaga yang mengawasi pelaksanaan kemitraan, sebagaimana dapat dilihat pada Pasal 36 ayat (2) UU UMKM yang menyatakan: “Pelaksanaan kemitraan diawasi secara tertib dan teratur oleh lembaga yang dibentuk dan bertugas untuk mengawasi persaingan usaha sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. ❑ Namun, berdasarkan Pasal 31 ayat (1) PP No. 17 Tahun 2013 yang merupakan peraturan pelaksanaan UU UMKM justru disebutkan dengan tegas: “KPPU melaksanakan pengawasan pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Lanjutan… ❑ Lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Perpu Cipta Kerja menegaskan kembali tentang kewenangan KPPU untuk melakukan pengawasan kemitraan, sebagaimana disebutkan pada Pasal 119 ayat (1) PP No. 7 tahun 2021: “Komisi Pengawas Persaingan Usaha melakukan pengawasan pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” ❑ Memperhatikan pada beberapa ketentuan di atas, tentunya kewenangan KPPU untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan semakin jelas dan tidak perlu diperdebatkan. Sekalipun wewenang KPPU untuk melaksanakan pengawasan kemitraan telah memiliki dasar pijakan yuridis yang kuat namun dalam melaksanakan pengawasan kemitraan KPPU tidak bertindak sendiri melainkan berkoordinasi dengan instansi terkait. Koordinasi antara KPPU dengan instansi terkait mutlak dilakukan mengingat dalam pelaksanaan kemitraan terkandung adanya persinggungan peran dari instansi lain. Koordinasi antar instansi penting juga dilakukan agar tidak menimbulkan tumpang tindih kewenangan di antara masing-masing instansi yang berdampak pada terganggunya proses pengawasan. Bentuk Pengawasan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha Terhadap Pelaksanaan Kemitraan ❑ Pengawasan pelaksanaan kemitraan oleh KPPU dilakukan terhadap penguasaan dan pemilikan mitra usaha, khususnya terhadap: Pemilikan dan/atau penguasaan seluruh atau sebagian besar saham, modal atau asset, Hak suara, Hak suara, Perjanjian dan/atau Perjanjian kemitraan; dan Syarat- syarat perdagangan. ❑ Pengawasan terhadap pemilikan atau penguasaan sebagian besar atau seluruh saham, modal dan aset oleh Usaha Besar/Usaha Menengah terhadap Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Menengah/Usaha Mikro dan Usaha kecil dapat dilakukan melalui pengambilalihan (akuisisi) atau mendirikan perusahaan baru, sedangkan pengawasan terhadap perjanjian dan/atau perjanjian kemitraan dan syarat-syarat perdagangan sebagai bentuk pengendalian mitra usaha harus dilakukan dengan memperhatikan: Prinsip Kemitraan; Etika bisnis yang sehat; Tidak bertentangan dengan prinsip dasar kemandirian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; Tidak menciptakan ketergantungan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terhadap Usaha Besar; Tidak merugikan salah satu pihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Kedudukan hukum yang setara di antara para pihak berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan/atau Penguasaan atau kepemilikan mosal, saham, asset mitra usahnya Lanjutan… ❑ Selama ini pemahaman tentang tugas KPPU untuk melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan kemitraan dipahami hanya terbatas pada tugas penegakan hukum, padahal, perannya lebih luas termasuk di dalamnya melakukan konsultasi, evaluasi, memberikan saran dan pertimbangan. KPPU dapat berposisi sebagai konsultan pada saat ada Usaha Besar dan/atau UMKM yang berencana melakukan perjanjian kemitraan dengan pola tertentu. Melalui kegiatan konsultasi KPPU dapat memberikan arahan atau pedoman kepada para pihak terkait hal apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan pada saat menyusun perjanjian. Hal ini penting untuk dipahami karena pada praktiknya masih ditemukan perjanjian kemitraan yang isinya “tidak seimbang” dan hanya menguntungkan salah satu pihak. Padahal, kemitraan seharusnya terlaksana atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan. ❑ Peran KPPU untuk melakukan evaluasi harus dipahami tidak sebatas mengevaluasi kebijakan pemerintah (makro) terkait kemitraan tetapi juga pada perjanjian kemitraan (mikro) yang telah dibuat oleh para pihak sehingga dapat diketahui isi/klausul perjanjian kemitraan mana yang harus dilakukan perbaikan agar sejalan dengan prinsip-prinsip kemitraan. SIMPULAN SARAN Kemitraan usaha bukanlah upaya Sekalipun UU Larangan Praktik penguasaan (pengendalian) salah satu Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak pihak oleh pihak lainnya apalagi Sehat tidak mencantumkan wewenang dengan cara melakukan eksploitasi, KPPU untuk melakukan pengawasan atas tetapi membangun kemandirian dan pelaksanaan kemitraan, namun kesetaraan dalam menjalankan suatu memperhatikan pada dasar hukum kegiatan usaha bagi pihak-pihak yang pelaksanaan kemitraan, yaitu UU UMKM bermitra dengan dilandasi tanggung dan PP No. 17 Tahun 2013, maka KPPU jawab hukum dan etika bisnis yang memiliki kewenangan melakukan sehat. Adanya jaminan kemandirian dan pengawasan atas pelaksanaan kesetaraan dalam berusaha inilah yang kemitraan. Begitu pula, berdasarkan diharapkan menjadi salah satu titik Pasal 119 ayat (1) PP No. 7 Tahun penting agar tujuan kemitraan 2021 yang merupakan peraturan tercapai. Adanya ketidaksetaraan/ pelaksanaan dari Perpu Cipta Kerja ketidakseimbangan kedudukan antara ditegaskan kembali kewenangan KPPU Usaha Besar dan UMKM dalam pelaksanaan untuk melakukan pengawasan kemitraan. kemitraan mengakibatkan UMKM menjadi Pengawasan KPPU terhadap pelaksanaan pihak yang paling dirugikan. Di kemitraan dilakukan dalam bentuk sinilah pentingnya pengawasan terhadap konsultasi, evaluasi, saran dan pelaksanaan kemitraan oleh instansi pertimbangan terkait kebijakan berwenang agar tujuan utama dari pemerintah, harmonisasi kebijakan kemitraan dapat terwujud serta penegakan hukum. HATUR NUHUN