Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS INFEKSI AV SHUNT PASIEN CKD DI BANGSAL DAHLIA II RSUP DR.
SARDJITO YOGYAKARTA
Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Khairiyah Fajriati
22/511319/KU/24582

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi Chronic Kidney Disease


Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulusfiltration
rate (GFR). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)
dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia.

B. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi
GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang ketiga
dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropatirefluks) dan
penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni
uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. Penyebab gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi
etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan
18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan
13,65%.

C. Patofisiologi
Inflamasi kronik pada glomerulus dan tubuli akan meningkatkan sintesis matriks
ektraseluler dan mengurangi degradasinya, dengan akumulasi kolagen tubulointerstitiel yang
berlebihan. Glomerular sklerosis, fibrosistubulointerstitiel, dan atropi tubuler akan
menyebabkan massa ginjal yang sehat menjadi berkurang dan akan menghentikan siklus
progresi penyakit olehhiperfiltrasi dan hipertrofi nefron. Kerusakan struktur ginjal tersebut
akan menyebabkan kerusakanfungsi ekskretorik maupun non-ekskretorik ginjal. Kerusakan
fungsiekskretorik ginjal antara lain penurunan ekskresi sisa nitrogen, penurunanreabsorbsi Na
pada tubuli, penurunan ekskresi kalium, penurunan ekskresifosfat, penurunan ekskresi
hidrogen. Kerusakan fungsi non-ekskretorik ginjal antara lain kegagalanmengubah bentuk
inaktif Ca, menyebabkan penurunan produksi eritropoetin (EPO), menurunkan fungsi insulin,
meningkatkan produksi lipid, gangguansistem imun, dan sistem reproduksi. Angiotensin II
memiliki peran pentingdalam pengaturan tekanan intraglomerular. Angiotensin II diproduksi
secara sistemik dan secara lokal di ginjal dan merupakan vasokonstriktor kuat yangakan
mengatur tekanan intraglomerular dengan cara meningkatkan iramaarteriole efferent.
Angiotensin II akan memicu stres oksidatif yang padaakhirnya akan meningkatkan ekspresi
sitokin, molekul adesi, dankemoaktraktan, sehingga angiotensin II memiliki peran penting
dalam patofisiologi CKD.Gangguan tulang pada CKD terutama stadium akhir
disebabkankarena banyak sebab, salah satunya adalah penurunan sintesis 1,25-
dihydroxyvitamin D atau kalsitriol, yang akan menyebabkan kegagalanmengubah bentuk
inaktif Ca sehingga terjadi penurunan absorbsi Ca.Penurunan absorbsi Ca ini akan
menyebabkan hipokalsemia dan osteodistrofi. Pada CKD akan terjadi hiperparatiroidisme
sekunder yang terjadi karenahipokalsemia, hiperfosfatemia, resistensi skeletal terhadapPTH.
Kalsium dankalsitriol merupakan feedback negatif inhibitor, sedangkan hiperfosfatemiaakan
menstimulasi sintesis dan sekresi PTH.Karena penurunan laju filtrasi glomerulus, maka ginjal
tidak mampuuntuk mengekskresikan zat – zat tertentu seperti fosfat sehingga
timbulhiperfosfatemia. Hiperfosfatemia akan menstimulasi FGF-23, growth faktor ini akan
menyebabkan inhibisi 1- α hydroxylase. Enzim ini digunakan dalamsintesis kalsitriol. Karena
inhibisi oleh FGF-23 maka sintesis kalsitriol punakan menurun. Akan terjadi resistensi
terhadap vitamin D. Sehingga feedback negatif terhadap PTH tidak berjalan. Terjadi
peningkatan hormon parathormon. Akhirnya akan timbul hiperparatiroidisme sekunder.
Hiperparatiroidisme sekunder akan menyebabkan depresi pada sumsum tulangsehingga akan
menurunkan pembentukan eritropoetin yang pada akhirnyaakan menyebabkan anemia. Selain
itu hiperparatiroidisme sekunder juga akanmenyebkan osteodistrofi yang diklasifikasikan
menjadi osteitis fibrosa cystic, osteomalasia, adinamik bone disorder, dan mixed osteodistrofi.
Penurunanekskresi Na akan menyebabkan retensi air sehingga pada akhirnya
dapatmenyebabkan oedem, hipertensi. Penurunan ekskresi kalium juga terjaditerutama bila
GFR < 25 ml/mnt, terlebih pada CKD stadium 5. Penuruanekskresi ini akan menyebabkan
hiperkalemia sehingga meningkatkan resikoterjadinya kardiak arrest pada pasien. Asidosis
metabolik pada pasien CKD biasanya merupakan kombinasiadanya anion gap yang normal
maupun peningkatan anion gap. Pada CKD, ginjal tidak mampu membuat ammonia yang
cukup pada tubulus proksimaluntuk mengekskresikan asam endogen ke dalam urin dalam
bentuk ammonium. Peningkatan anion gap biasanya terjadi pada CKD stadium 5. Anion gap
terjadi karena akumulasi dari fosfat, sulfat, dan anion – anion lainyang tidak terekskresi dengan
baik. Asidosis metabolik pada CKD dapatmenyebabkan gangguan metabolisme protein. Selain
itu asidosis metabolic juga merupakan salah satu faktor dalam perkembangan osteodistrofi
ginjal. Pada CKD terutama stadium 5, juga dijumpai penurunan ekskresisisa nitrogen dalam
tubuh. Sehingga akan terjadi uremia. Pada uremia, basalurea nitrogen akan meningkat, begitu
juga dengan ureum, kreatinin, sertaasam urat. Uremia yang bersifat toksik dapat menyebar ke
seluruh tubuh dandapat mengenai sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Selain itu
sindromuremia ini akan menyebabkan trombositopati dan memperpendek usia seldarah merah.
Trombositopati akan meningkatkan resiko perdarahan spontanterutama pada GIT, dan dapat
berkembang menjadi anemia bila penanganannya tidak adekuat. Uremia bila sampai di kulit
akan menyebabkan pasien merasa gatal – gatal. Pada CKD akan terjadi penurunan fungsi
insulin, peningkatan produksi lipid, gangguan sistem imun, dan gangguan reproduksi. Karena
fungsi insulin menurun, maka gula darah akan meningkat. Peningkatan produksi lipid akan
memicu timbulnya aterosklerosis, yang pada akhirnyadapat menyebabkan gagal jantung.
Anemia pada CKD terjadi karena depresi sumsum tulang padahiperparatiroidisme sekunder
yang akan menurunkan sintesis EPO. Selain ituanemia dapat terjadi juga karena masa hidup
eritrosit yang memendek akibat pengaruh dari sindrom uremia, anemia dapat juga terjadi
karena malnutrisi.
D. Manifestasi Klinis
Sistem Tubuh Manifestasi
Biokimia  Asidosis Metabolik (HCO3 serum 18-20 mEq/L)
 Azotemia (penurunan GFR, peningkatan BUN,
kreatinin)
 Hiperkalemia
 Retensi atau pembuangan Natrium
 Hipermagnesia
 Hiperurisemia
Perkemihan& Kelamin Poliuria, menuju oliguri lalu anuria
 Nokturia, pembalikan irama diurnal
 Berat jenis kemih tetap sebesar 1,010
 Protein silinder
 Hilangnya libido, amenore, impotensi dan sterilitas
Kardiovaskular Hipertensi
 Retinopati dan enselopati hipertensif
 Beban sirkulasi berlebihan
 Edema
 Gagal jantung kongestif
 Perikarditis (friction rub)
 Disritmia
Pernafasan  Pernafasan Kusmaul, dispnea
 Edema paru
 Pneumonitis
Hematologik  Anemia menyebabkan kelelahan
 Hemolisis
 Kecenderungan perdarahan
 Menurunnya resistensi terhadap infeksi (ISK,
pneumonia,septikemia)
Kulit  Pucat, pigmentasi
 Perubahan rambut dan kuku (kuku mudah patah, tipis,
bergerigi, ada garis merah biru yang berkaitan dengan
kehilangan protein)
 Pruritus
 “kristal” uremik
 kulit kering
 memar
Saluran cerna  Anoreksia, mual muntah menyebabkan penurunan BB
 Nafas berbau amoniak
 Rasa kecap logam, mulut kering
 Stomatitis, parotitid
 Gastritis, enteritis
 Perdarahan saluran cerna
 Diare
Neuromuskular  Mudah lelah
 Otot mengecil dan lemah
 Apati
 Letargi/gelisah, insomnia
 Kekacauan mental
 Koma
 Otot berkedut, asteriksis, kejang
 Neuropati perifer :
 Konduksi saraf lambat, sindrom restless leg
 Perubahan sensorik pada ekstremitas – parestesi
 Perubahan motorik – foot drop yang berlanjut menjadi
parapleg

E. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD antara lain adalah :
o Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan
masukandiit berlebih.
o Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampahuremik dan dialisis yang tidak adekuat.
o Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensinaldosteron.
o Anemia akibat penurunan eritropoitin.
o Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serumyang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan
kadaralumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
o Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
o Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
o Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
o Hiperparatiroid dan Hiperfosfatemia

F. Tatalaksana
 Pengaturan minum : pemberian cairan
 Pengendalian hipertensi=<intake garam
 Pengendalian K+ darah
 Penanggualan anemia: transfusi.
 Penanggualan asidosisf.
 Pengobatan dan pencegahan infeksi
 Pengaturan protein dalam makan
 Pengobatan neuropatii.
 Dialisis

G. Terapi Hemodialisa
Hemodialisis adalah proses yang melibatkan difusi dan ultrafiltrasi dengan tujuan
pembuangan unsur tertentu dari darah dengan memanfaatkan perbedaan laju difusi darah ketika
melewati membran semipermeabel. Hemodialisis dilakukan dengan cara memompa darah
pasien dan mengalirkannya menuju kompartemen darah yang dibatasi membran semi
permeabel buatan dengan kompartemen dialisat. Cairan dialisat yang memiliki komposisi
elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolik dan tidak mengandung
pirogen dialirkan ke kompartemen dialisat. Cairan darah dan dialisat akan berubah konsentrasi
karena zat terlarut berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai konsentrasi
zat terlarut sama. Proses ini disebut dengan difusi. Sedangkan ultrafiltrasi adalah proses
perpindahan air dari kompartemen darah menuju kompartemen dialisat dengan menaikkan
tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen dialisat.
Jumlah dan tekanan darah yang mengalir ke mesin dialisis haruslah adekuat. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu akses khusus untuk hemodialisis, terutama untuk hemodialisis
rutin. Pada umumnya, akses ini dibentuk pada lengan dengan menyambungkan vena lengan
dengan arteri radialis atau ulnaris. Hal ini akan menimbulkan shunt aliran darah dari arteri ke
vena sehingga vena akan membesar dan mengalami epitelialisasi. (Rahardjo, et al., 2009)
Akses yang digunakan dalam hemodialisis cukup beragam. D/T Femoral dan D/T Jugular
dipakai pada 1% kasus hemodialisis di Indonesia. D/T Subclavia dipakai pada 3% kasus,
sedangkan Femoral dipakai cukup banyak, yaitu pada 22% kasus. Akses vaskular yang paling
sering dipakai adalah menggunakan A-V Shunt yaitu pada 71% pasien.

H. Definisi AV-Shunt
A-V Shunt merupakan tindakan operasi menyambungkan arteri dan vena pada lengan
ataupun bagian tubuh lain dengan tujuan menjadikan sambungan tersebut menjadi akses untuk
hemodialisis. A-V Shunt adalah baku emas untuk menciptakan akses vaskular untuk
hemodialisis dengan penurunan fungsi ginjal dan ESRD. A-V Shunt diciptakan untuk
meningkatkan efektivitas dari dialisis dan mengurangi resiko dan komplikasi daripada akses
vaskular lain.

I. Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan AV-Shunt


Indikasi pasien yang harus dilakukan A-V Shunt adalah pasien yang memerlukan
tindakan hemodialisis yang berulang dan dalam jangka waktu yang panjang (National Kidney
Foundation, 2006). Kontra indikasi A-V Shunt adalah pada vena yang telah dilakukan
penusukkan jarum untuk akses cairan intravena, vena seksi, dan trauma. Selain itu, kontra
indikasi A-V Shunt adalah pada vena yang telah mengalami pengapuran/kalsifikasi. Kontra
indikasi lain untuk A-V Shunt adalah apabila dilakukan tes Allen, terdapat hasil abnormal pada
aliran arteri

J. Komplikasi Pemasangan AV-Shunt


 Trombosis dengan atau tanpa tromboflebitis, lengan bengkak, bisa melepuh, memar
 Infeksi
 Limfedema
 Aneurisma
 Stenosis
 Steal syndrome, akibat kondisi iskemia (kurang sirkulasi darah), ditandai dengan
lengan tampak pucat, hilangnya denyut nadi di bagian ujung dari shunt, nekrosis
(kematian) jaringan,
 Gagal jantung
Penanganan komplikasi ini bila segera dilakukan dapat mengembalikan fungsi
AV shunt tersebut. Namun pada kebanyakan kasus, akses AV shunt tersebut harus
ditutup dan tindakan bedah dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi di lengan tersebut.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

1. Nama Mahasiswa : Khairiyah Fajriati Ruangan : Dahlia 2

2. Waktu Praktik : 24 April 2023 Pembimbing : Nanik, S.Kep., Ns.

a. Identitas Diri Klien

Nama : Indri Febriyanti

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Yogyakarta

Status Perkawinan : Sudah menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : Sarjana (S1)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Lama Bekerja :-

Tanggal MRS : 23 April 2023

Tanggal pengkajian : 24 April 2023

No. RM : 00.60.04.31

Dx Medis :

- CKD stage V on HD rutin dengan awal edema pulmo


- Site infection AV shunt brachialis sinistra

Sumber Informasi : Pasien sendiri

b. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama masuk rumah sakit
9 hari SMRS pasien mengalami KLL yang mengakibatkan benturan pada bahu kiri. Setelah
beberapa hari pasien mengeluhkan av shunt bengkak , terdapat nanah, dan teraba hangat. Pasien
menerima HD rutin setiap hari Rabu dan Sabtu. Pada Rabu, 19 April 2023 dilakukan HD di
bracialis kiri namun tidak lancar sehingga dilakukan direct puncture di brachalis kanan.
Demam (-), batuk (-), pilek (-), muntah (-)
Riwayat penyakit saat ini
CKD Stage V
Infeksi av shunt di brachialis sinistra
Riwayat penyakit dahulu
Memiliki riwayat hipertensi sejak 2016  rutin terapi candesartan 1x16 mg, DM (-).
Rutin HD sejak awal 2022.
Diagnosa medis pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah
dilakukan, mulai dari pasien MRS (UGD/ Poli), sampai diambil kasus kelolaah:
Dx Medis:
- CKD stage V on HD rutin dengan awal edema pulmo
- Site infection AV shunt brachialis sinistra
Tindakan yang sudah dilakukan:
- Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
- Insersi HD cath jugularis sinistra (24 April 2023)
- Repair av shunt
- Hemodialisa
Catatan Penanganan Kasus (dimulai saat pasien dirawat di ruang rawat sampai
pengambilan kasus kelolaan)
Hari, Tanggal Implementasi
Minggu, 23 April 2023 Pukul 12.45
- Anamnesa, foto thorax  adanya gambaran awal edema
pulmo dan cardiomegaly
- Cek lab darah  Hb 8.7 gr/dL;
Pukul 18.45
- Koreksi kalium Rl 10 iu+D40% 2 fl
- Injeksi furosemide 1A/8jam
- PO natrium bicarbonat 500 mg
- Injeksi ketorolac
- Pemasangan catheter urin
Pukul 22.45
- Monitoring vital sign
- Melakukan monitor status nutrisi
- Mempertahankan keakuratan catatan intake dan output
cairan
- Mengelola terapi oksigen nasal kanul 3 lpm

Senin, 24 April 2023 - USG mapping AV shunt ekstremitas superior dextra


- Drip moxifloxacin 400mg/250 ml
- Injeksi ceftriaxon 1 gr
- Injeksi furosemide 1A/8jam
- Infus paracetamol 1000 mg
- Koreksi hiperkalemia  novorapid FlexPen
100.000IU/ml
- Koreksi hiperkalemia  njeksi D40
- Insersi HD cath jugularis sinistra
- Hemodialisa 4 jam UF goal 3000 cc, Qb 200 cc/menit,
Qd 500 cc/ menit, heparin mini
- Tranfusi PRC 1 kolf durante hemodialisa
- Cek darah lengkap post hemodialisa
-
Selasa, 25 April 2023 - Monitor hasil lab darah
- PO natrium bicarbonat 500 mg
- Injeksi furosemide 1A/8jam
- Drip moxifloxafin 400 mg/250ml
- Implementasi standar diet HD 65 gram (nasi 3 kali
makan utama, 2 kali selingan via oral)
- Cek darah lengkap pre operasi  Hb 10.1 gr/dL;
Rabu, 26 April 2023 - Amlodipine PO 10 mg
- Premedikasi pukul 22.00 dan 05.00  pasien
dipuasakan
- Repair av shunt s.d ligasi av shunt
- Infus NaCl 0.9% 20 tpm
- Injeksi ondansentron 1A/8 jam
- Infus ketorolac
- Injeksi ceftazidin 1 gr/ 8 jam
- Cek laboratorium darah lengkap
- Monitor bising usus post pembedahan
- PO natrium bicarbonat 500 mg
- PO candesartan 16 mg sesudah makan
- Injeksi furosemide 10 mg/ml
- Inf moxifloxacin 400 mg/250 ml
Kamis, 27 April 2023 - Injeksi rantidin 50 mg
- Injeksi ondansentron 1A/8 jam
- Inf moxifloxacin 400 mg/250 ml
- Usul BLPL
- IV plug
Jumat, 28 April 2023 - Monitor luka dan ganti verban
- Persiapan pemulangan pasien
Obat-Obatan
Nama Obat Dosis Rute
Amlodipin 100 mg PO
CaCO3 500 gr PO
Candesartan 16 mg PO
NaCO3 500 mg PO
Ceftriaxon 1 gr IV
Furosemide 10 mg/ml IV

c. Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan


Pasien sepenuhnya memahami terkait dengan kondisi kesehatannya. Pasien juga rutin
melakukan hemodialisa serta kontrol rutin untuk hipertensi dan melakukan pengobatan rutin
selama hampir 7 tahun. Selama didiagnosa gagal ginjal, pasien cukup patuh terkait dengan
anjuran dan larangan yang diberikan oleh dokter. Pasien mengatakan tidak ada
alergi/sensitivitas.
2. Pola nutrisi/ metabolik
 Program diit RS: TKTP (tinggi kalori tinggi protein), cairan yang dianjurkan tidak melebihi
800 cc dalam 24 jam
 Intake makanan: pasien menyampaikan menghabiskan porsi makan ½ sampai dengan ¾
porsi, lauk dan sayur dimakan, serta pasien terkadang mengkonsumsi makanan dari luar
rumah sakit seperti nasi dan lauk.
Mual (-). Muntah (-), hambatan menelan (-), gigi lengkap
Nafsu makan tetap baik selama di rumah sakit
BB 70 kg, TB 160 kg, IMT 27,3 kg/m2 (obesitas)
Tidak terdapat kenaikan berat badan pada 1 bulan terakhir
 Intake cairan:
Terapi intravena NaCl 0,9%
Intake cairan 300 cc
Urin keluar 600 cc
Tanggal 24 April 2023 :
I: 800cc
O: 1200 cc
3. Pola Eliminasi
 Buang air besar
Pasien mengatakan selama masuk rumah sakit sudah pernah BAB, dikatakan BAB 1-2 hari
sekali, konsistensi lunak, jumlah sedang. Konstipasi (-), Diare (-)
 Buang air kecil
Pasien terpasang catheter, urin keluar 600 cc dalam sehari, warna urin kuning keruh
Hematuria (-), nyeri saat berkemih (-)
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V
Keterangan:
0: Mandiri
1: Alat bantu
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Ketergantungan total
Oksigenasi :
Pasien tidak ada keluhan sesak nafas, terpasang nasal canul 3 lpm

5. Pola Tidur dan Istirahat (Lama tidur, gangguan tidur, perasaan saat bangun tidur)
Pasien menyampaikan dikarenakan rasa nyeri, terkadang suka terbangun dari tidur di tengah
malam, namun semenjak 2 hari terakhir disampaikan pasien dapat tidur tanpa ada keluhan
terbangun saat tidur
Kesulitan memulai tidur (-)
Lama tidur pasien 8-10 jam per hari, pasien menyampaikan terkadang tidur siang
 Pengkajian nyeri
P: apabila lengan kiri digerakkan atau tersentuh
Q: rasa sakit menusuk dan menetap
R: nyeri menyebar sampai dengan leher dan lengan bawah
S: nyeri skala 3 sampai 4
T: 5-10 menit
6. Pola Perseptual (Penglihatan, Pendengaran, Pengecap, Sensasi)
Compos mentis, GCS score 15
7. Pola Persepsi Diri (Pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)
Pasien mengatakan tidak mengalami kecemasan karena sudah mampu menerima akan kondisi
fisiknya.
8. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Tidak terkaji
9. Pola Peran-Hubungan (Komunikasi, Hubungan dengan orang lain, kemampuan
keuangan)
Pasien mendapatkan dukungan yang sangat baik dari keluarga khususnya dari suami pasien yang
selalu menunggu saat dirawat di rumah sakit serta saat dilakukannya cuci darah. Terdapat
komunikasi yang baik antar pasien dan suami.
10. Pola managemen koping-stress
Pasien dalam beberapa hari terakhir mengalihkan kesuntukan dengan bermain telepon seluler,
beristirahat, serta bermain sosial media serta mengobrol dengan suaminya.
11. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll)
Pasien memiliki nilai pemahaman terhadap pengobatan yang cukup modern sehingga pasen
patuh terhadap pengobatan dan percaya terhadap tindakan-tindakan yang diberikan oleh rumah
sakit.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
CA-/-
SI -/-
JVP 5+2 cm H2O
2. Thorax
- Inspeksi: Simetris kanan-kiri, luka (-), memar (-), laserasi (-), eskoriasi (-), bekas
operasioperasi lengan kiri, warna kulit homogen, pernafasan dada, frekuensi nafas
20x/menit, pergerakan dinding dada simetris (tidak ada ketertinggalan gerak dada kiri dan
kanan)
- Palpasi: nyeri tekan (-), krepitasi (-), pergerakan simetris (+), pulsasi iktus cordis (+) vokal
premitus normal.
- Perkusi: suara sonor, kardiomegali (+) , edema paru (+)
- Auskultasi: vesikuler, suara jantung s1 s2 reguler, murmur (-), gallop (-)
3. Abdomen
- Inspeksi: lesi (-), perdarahan (-), memar (-), asites (-)
- Palpasi: nyeri tekan (-), nyeri viseral (-)
- Perkusi: suara timpani pada 4 kuadran perut, perut bawah teraba penuh
- Auskultasi: terdengar bising usus di 4 kuadran
4. Ekstremitas
edema (-), akral hangat (-), memar brachialis sinistra, CRT < 2 detik.
HASIL PEMERIKSAAN LABORATRIUM DAN DATA PENUNJANG

NILAI Hasil Pemeriksaan


JENIS Tgl Interpretasi Tgl Interpretasi Tgl Interpretasi
NORMAL
PEMERIKSAAN
DARAH LENGKAP 23/04 27/04
/2023 /2023
Hb L 13–18; P 8.7 10.1
12–16 gr/dL
LED L 0-15; P
0-20mm/jam
Leukosit 4,5-10,5x103/ 6.1 9.9
uL
Eritrosit L4,7-6,1; P 4,2-
5,4x106/uL
Trombosit 150-450x103/ 248
uL
Hct L 42–52 %; P 29.0 33.5
37–47%
MCV L 80-94/ P 81- 98 94.9
99 fL
MCH 27-31 pg 29.4 28.6
MCHC 30-34G/dL 30.0 30.1
Eosinofil 1–4 % 0.26 0.26
Monosit 3-7% 5.8 4.1
Basofil 0-2% 0.2 0.1
Retikulosit 5-15%
APPT/kontrol Beda s.d 7 33.9
detik
PT/kontrol Beda s.d 2 10.5
detik
HBSAg
Golongan Darah AB0
Golongan Darah
Rhesus
ANALISA GAS
DARAH
pH 7,35-7,45
pO2 88-108 mmHg
pCO2 35-45 mmHg
HCO -3 21-28 mmol/L
BE -3 – +3 mmol/L
TCO2 21-27 mmol/L
SO2 95 – 98%
SERUM ELEKTROLIT

Na+ 136-145 mEq/L 135


K+ 3,8-5,1 mEq/L 6,6
Ca 9-12 mEq/L
Cl- 97-113 mEq/L 103
Fosfor organic 2,5-4,8 mEq/L
FAAL HATI

SGOT 2-19 u/L 11


SGPT 3-17 u/L 7
Albumin 3,5 – 5 g/dL
Globulin 2,6 – 3,6 gr/dL
Bilirubin Total s.d 1,10 mg/
dL
Direc Bilirubin 0,10-0,40
mg/dL
Indirect Bilirubin
Colinesterase
FAAL RENAL
BUN 10-20 mg/dL 61 19 10
Serum Kreatinin 0,5-1,2 mg/dL 12.8 4.61 3
Asam urat L 3-7/ P 5-6
mg/dL
Creatinin Clear- ance L 105-132 /
P 110 -
150
FAAL JANTUNG
CK-NAC L < 80 / P < 70
uL
CK-MB < 10 u/L
LDH 226-451 u/L
GLUKOSA DA- RAH
Glukosa puasa 80-110 mg/dL
Glukosa 2 JPP s.d 140 mg/dL
Glukosa Acak
HbAiC
LEMAK
Kolesterol Total 12-250 mg/dL
Triglisireda s.d 200 mg/dL
HDL > 55 mg/dL
LDL < 150 mg/dL
Total Lipid 450-1000 mg/
dL
URINALISIS
pH 5,0-8,0
Berat Jenis 1.015-1.025
Analisis Data
No Data Diagnosa Keperawatan Etiologi
1. DO: Nyeri akut Agen cedera fisik
- Site infection Av
Shunt di brachialis
sinistra
- Luka memar
kebiruan
- Terdapat sedikit pus
dan darah
- Hematoma
DS:
- Pasien mengatakan
nyeri skala 3
- Wajah pasien
menunjukkan
ketidaknyamanan
- Pasien mengatakan
sakt apabila tangan
tersentuh atau
digerakkan
2. DO: Kelebihan Volume Penyimpangan yang
- Terdapat edema Cairan mempengaruhi eliminasi cairan
pulmo
DS:
- Pasien mengeluhkan
terkadang sesak
nafas
3. DO: Resiko Disfungsi renal
- Hiperkalemia (K: Ketidakseimbangan
6.6) Elektrolit
- BUN 61
- Creatinin 12.8
4. DO: Resiko Infeksi Prosedur invasif
- Site infection on AV
Shunt brachialis
sinistra
- Luka memar
kebiruan
- Terdapat pus dan
sedikit darah
- Adanya hematoma
- Terpasang HD cath
jugularis sinistra
DS:
- Pasien mengatakan
post KLL 9 hari
sebelum masuk
rumah sakit dan
mengalami benturan
pada bahu kiri
- Setelah terbentur,
bahu kiri memar,
keluar darah dan
nanah
- Tidak terdapat
keluhan nyeri
maupun rembesan
pada pemasangan
HD cath di jugularis
sinistra
5. DO: Mual Agens farmaseutikal
- Post operasi
debridement and
repair av shunt
- Pemberian general
anestesi
DS:
- Pasien mengeluhkan
adanya mual setelah
dilakukan proses
operasi
BAB II
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Faktor yang berhubungan: Setelah dilakukan intervensi selama Aktivitas:
- Agens cedera fisik 3x24 jam, tingkat nyeri akan  Lakukan pengkajian nyeri
Batasan karakteristik: berkurang komprehensif yang melip lokasi,
- Perilaku ekspresif Dengan Kriteria Hasil: karakteristik, onset/durasi,
- Wajah menunjukkan nyeri Indikator A T frekuensi, kualit intensitas atau
- Melaporkan nyeri Ekspresi nyeri wajah 3 5 beratnya nyeri dan faktor pencetus
menggunakan standar skala Nyeri yang dilaporkan 3 5  Ajarkan prinsip -prinsip
nyeri Frekuensi nyeri 3 5 manajemen nyeri
- Sikap melindungi area nyeri Tidak bisa beristirahat 4 5  Dorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyerinya
Keterangan dengan tepat
1: berat  Ajarkan teknik non farmakologi
2: cukup berat (seperti relaksasi, acupressure,
3: sedang aplikasi panas/dingin dan pijatan
4: ringan  Tentukan akibat dari pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup
Kontrol Nyeri pasien
Dengan kriteria hasil:
Indikator A T
Mengenali kapan 3 5
nyeri terjadi
Menggambarkan faktor 3 5
penyebab nyeri
Melakukan teknik 3 5
relaksasi efektif
Menggunakan tindakan 3 5
pengurangan nyeri
tanpa analgesik

Keterangan
1: tidak pernah menunjukkan
2: jarang menunjukkan
3: kadang-kadang menunjukkan
4: sering menunjukkan
5: secara konsisten menunjukkan
2. Kelebihan Volume Cairan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
Kondisi terkait Setelah dilakukan intervensi selama Aktivitas:
- Penyimpangan yang 3x24 jam, keseimbangan cairan akan  Pertahankan catatan intake dan
mempengaruhi elimnasi meningkat output yang akurat
cairan Dengan kriteria hasil:  Pasang urin kateter jika diperlukan
Batasan karakterstik: Indikator A T  Monitor hasil lAb yang sesuai
- Edema Keseimbangan intake 3 5 dengan retensi cairan (BUN , Hmt)
dan output dalam 24  Monitor vital sign
jam  Monitor indikasi retensi /
Kelembaban membran 3 5 kelebihan cairan (cracles, CVP ,
mukosa edema, distensi vena leher, asites)
Serum elektrolit 3 5  Berikan diuretik sesuai interuksi
Turgor kulit 3 5  Kolaborasi dokter jika tanda cairan
Edema 3 5 berlebih muncul memburuk
Pola nafas 3 5  Monitor berat badan
 Monitor serum dan elektrolit urine
Keterangan:  Monitor tekanan darah orthostatik
1: sangat terganggu dan perubahan irama jantung
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
3. Resiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Elektrolit dan Manajemen Elektrolit:
Elektrolit Asam Basa Hiperkalemia
Kondisi terkait: Setelah dilakukan intervensi selama
- Disfungsi ginjal 3x24 jam, keseimbangan elektrolit Pemantauan Elektrolit
- Program pengobatan dan asam basa akan meningkat
Faktor resiko: Dengan kriteria hasil: Terapi Hemodialisa
- Kelebihan volume cairan Indikator A T
Blood urea nitrogen 3 4
(BUN)
Kreatinin urin 2 4
Elektrolit dalam darah 3 5
Keterangan:
1: deviasi berat dari kisaran normal
2: deviasi cukup berat dari kisaran
normal
3: deviasi sedang dari kisaran normal
4: deviasi ringan dari kisaran normal
5: tidak ada deviasi dari kisaran
normal

4. Resiko Infeksi Keparahan Infeksi Pencegahan Infeksi


Kondisi terkait: Setelah dilakukan intervensi selama Aktivitas:
- Anemia 3x24 jam, keparahan infeksi akan Observasi
- Penyakit kronik berkurang  Monitor tanda dan gejala infeksi
- Prosedur invasif Dengan kriteria hasil: lokal dan sistemik
Indikator A T Terapeutik
Kemerahan 3 5  Batasi jumlah pengunjung
Nyeri 3 5  Cuci tangan sebelum dan sesudah
Cairan luka 4 5 kontak dengan pasien dan
Bengkak 3 5 lingkungan pasien
Keterangan:  Pertahankan teknik aseptic pada
1: berat pasien berisiko tinggi
2: cukup berat  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3: sedang  Ajarkan cara mencuci tangan
4: ringan dengan benar
5: tidak ada  Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antibiotika
5. Mual Tingkat Mual Manajemen Mual
Faktor yang berhubungan: Setelah dilakukan intervensi selama  Edukasi teknik non farmakologi
- Efek agen farmakologi 3x24 jam, tingkat mual akan untuk mmengurangi rasa nyeri
berkurang  Edukasi makan sedikit tapi sering
Dengan kriteria hasil:  Kolaborasi pemberian antiemetik
Indikator A T
Kehilangan selera 3 5
makan
Hasrat untuk 3 5
makan
Energi untuk 3 5
makan
Catatan Perkembangan Pasien

Diagnosa Hari, Tanggal Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Nyeri Akut Senin, 24 April - Melakukan pengkajian S:
2023 komprehensif terkait terjadinya - Pasien mengungkapkan nyeri
Pukul 15.00 nyeri sudah berkurang semenjak masuk
- Mengkaji faktor yang dapat rumah sakit
memicu timbulnya rasa nyeri - P: apabila lengan kiri digerakkan
- Mengidentifikasi skala nyeri
atau tersentuh
- Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal Q: rasa sakit menusuk dan menetap
- Mengelola pemberian analgesik
R: nyeri menyebar sampai
per oral
denganleher dan lengan bawah
S: nyeri skala 3 sampai 4
T: 5-10 menit
O:
- Wajah menunjukkan ekspresi
menahan sakit pada saat bahu kiri
tersentuh
- Pasien protektif terhadap area nyeri
A:
Indikator A T C
Ekspresi nyeri 3 5 3
wajah
Nyeri yang 3 5 3
dilaporkan
Frekuensi nyeri 3 5 3
Tidak bisa 4 5 4
beristirahat

Indikator A T C
Mengenali kapan 3 5 3
nyeri terjadi
Menggambarkan 3 5 3
faktor penyebab
nyeri
Melakukan teknik 3 5 3
relaksasi efektif
Menggunakan 3 5 3
tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgesik
Permasalahan Nyeri Akut belum
teratasi
P:
- Mengajarkan teknik relaksasi
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi terkait pemberian
analgesik
Selasa, 25 April - Mengajarkan teknik nafas dalam S:
2023 untuk mengurangi nyeri apabila - Pasien mengatakan lebih rileks saat
Pukul 10.00 nyeri timbul diberikan intervensi teknik nafas
- Mengedukasi terkait mobilisasi dalam
ringan yang dapat dilakukan serta - Pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang menjadi skala 2
tidak memprovokasi timbulnya - Pasien mengatakan mampu tidur
nyeri tanpa ada gangguan nyeri dan
- Mengkaji apakah nyeri terkadang melakukan tidur siang
mengganggu jam istirahat pasen O:
- Ekspresi wajah pasien
menunjukkan lebih rileks dan
santai
A:
Indikator A T C
Ekspresi nyeri 3 5 4
wajah
Nyeri yang 3 5 5
dilaporkan
Frekuensi nyeri 3 5 3
Tidak bisa 4 5 5
beristirahat

Indikator A T C
Mengenali kapan 3 5 5
nyeri terjadi
Menggambarkan 3 5 5
faktor penyebab
nyeri
Melakukan teknik 3 5 4
relaksasi efektif
Menggunakan 3 5 4
tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgesik
Permasalahan Nyeri Akut teratasi
sebagian

P:
- Evaluasi frekuensi nyeri pada
pasien
- Evaluasi kemampuan pasien dalam
melakukan teknik nafas dalam
untuk mengurangi rasa nyeri
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Kolaborasikan pemberian
analgesik
Rabu, 26 April - Mengkaji nyeri post operasi S:
2023 (debribement av shunt) - Pasien mengatakan tidak berasa
Pukul 11.30 - Menciptakan lingkungan yang nyeri pasca tindakan operasi
nyaman untuk mengurangi - Pasien mengatakan dapat tidur
pemicu timbulnya rasa nyeri atau siang setelah tindakan operasi
tidak nyaman O:
- Mengkaji pola istirahat pasien - Pasien menunjukkan wajah rileks
- Tidak menunjukkan sikap protektif
terhadap area pembedahan
A:
Indikator A T C
Ekspresi nyeri 3 5 5
wajah
Nyeri yang 3 5 5
dilaporkan
Frekuensi nyeri 3 5 5
Tidak bisa 4 5 5
beristirahat

Indikator A T C
Mengenali kapan 3 5 5
nyeri terjadi
Menggambarkan 3 5 5
faktor penyebab
nyeri
Melakukan teknik 3 5 5
relaksasi efektif
Menggunakan 3 5 5
tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgesik
Permasalahan Nyeri Akut teratasi
sepenuhnya

P:
- Monitor adanya nyeri
- Mengelola pemberian analgesik
apabila diperlukan
Kelebihan Volume Senin, 24 April - Melakukan monitor tanda vital S:
Cairan 2023 pasien - Pasien mengatakan sedikit sesak
- Monitor terkait adanya edema nafas
- Melakukan monitor intake cairan O:
dan output cairan - Sebelum hemodialisa:
- Mengelola persiapan pasien untuk TD 127/76 mmHg
hemodialisa Nadi 65x/ menit
- Melakukan monitoring tanda vital RR 20x/ menit
pasien setelah dilakukan SpO2 98%
hemodialisa - Edema paru (+), edema
- Memberikan terapi oksigen (nasal ekstremitas (-)
canul 3 lpm) - Intake cairan 1000 cc, output
cairan 1100 cc (balance cairan
negatif 100 cc)
- Telah dilakukan hemodialisa 4 jam
UF goal 3000 cc, Qb 200 cc/menit,
Qd 500 cc/ menit, heparin mini
- Setelah hemodialisa
TD 137/81 mmHg
Nadi 79x/ menit
RR 24x/ menit
A:
Indikator A T C
Keseimbangan intake 3 5 5
dan output dalam 24
jam
Kelembaban 3 5 4
membran mukosa
Turgor kulit 3 5 5
Edema 3 5 3
Pola nafas 4 5 4
Permasalahan Kelebihan Volume
Cairan sudah teratasi sebagian

P:
- Monitor vital sign
- Catat dan monitor intake serta
output cairan
- Mengelola pemberian diuretik

Selasa, 25 April - Memonitor tanda vital pasien S:


2023 - Memonitor status hidrasi - Pasien mengatakan tidak sesak
- Memonitor tanda overhidrasi pada nafas
pasien O:
- Melakukan pembatasan cairan - TD 126/71 mmHg
- Mengelola pemberian diuretik Nadi 88x/ menit
- Mencatat input dan output cairan RR 17x/ menit
SpO2 97%
- Edema paru (+), edema
ekstremitas (-)
- Intake cairan 800 cc, output cairan
1000 cc (balance cairan negatif 200
cc)
- Turgor kulit dan mukosa lembab
A:
Indikator A T C
Keseimbangan intake 3 5 5
dan output dalam 24
jam
Kelembaban 3 5 5
membran mukosa
Turgor kulit 3 5 5
Edema 3 5 3
Pola nafas 4 5 5
Permasalahan Kelebihan Volume
Cairan sudah teratasi sebagian

P:
- Monitor vital sign
- Catat dan monitor intake serta
output cairan
- Mengelola pemberian diuretik

Rabu, 26 April - Monitoring vital sign O:


2023 - Mengelola terkait pemberian - TD 131/89mmHg
diuretik Nadi 65x/ menit
RR 21 x/ menit
SpO2 97%
A:
Indikator A T C
Keseimbangan intake 3 5 5
dan output dalam 24
jam
Kelembaban 3 5 5
membran mukosa
Turgor kulit 3 5 5
Edema 3 5 4
Pola nafas 4 5 5
Permasalahan Kelebihan Volume
Cairan sudah teratasi sebagian

P:
- Monitor vital sign
- Catat dan monitor intake serta
output cairan
- Mengelola pemberian diuretik

Resiko Senin, 24 April - Melakukan pengkajian penyebab S:


Ketidakseimbangan 2023 ketidakseimbangan elektrolit - Pasien mengatakan tidak ada mual
Elektrolit - Melakuan monitor tanda gejala
hiperkalemia (mual, muntah, O:
takikardi) - BUN 61
- Melakukan pemantauan hasil lab Creatinin 12.6
BUN, serum kreatinin pasien Na 135
- Mempersiapkan pasien K 6.6
hemodialisa Cl 103
- Monitor respon pasien setelah A:
hemodialisa Indikator A T C
- Melakukan cek lab darah setelah Blood urea nitrogen 3 4 3
dilakukannya hemodialisa (BUN)
Kreatinin urin 2 4 2
Elektrolit dalam 3 5 3
darah
Permasalahan Resiko
Ketidakseimbangan Elektrolit belum
teratasi

P:
- Melanjutkan intervensi
Rabu, 26 April - Melakuan monitor tanda gejala S:
2023 hiperkalemia (mual, muntah, - Pasien mengatakan tidak ada mual
takikardi)
- Melakukan pemantauan hasil lab O:
BUN, serum kreatinin pasien - BUN 10
setelah dilakukan hemodialisa Creatinin 3.0
Na 139
- Mengelola pemberian obat PO
K4
bicnat 3x500 mg
Cl 101
A:
Indikator A T C
Blood urea nitrogen 3 4 4
(BUN)
Kreatinin urin 2 4 4
Elektrolit dalam 3 5 5
darah
Permasalahan Resiko
Ketidakseimbangan Elektrolit teratasi
sepenuhnya

P:
- Melanjutkan intervensi
Resiko Infeksi Senin, 24 April - Mengkaji terkait tanda gejala S:
2023 infeksi pada luka pemasangan av- - Pasien mengatakan adanya nyeri
shunt di lengan kiri dan sedikit rembesan pada lengan
- Melakukan monitor kadar leukosit kiri, nyeri, dan bengkak
- Monitor resiko perdarahan O:
perdarahan - Terpsang HD cath di jugularis
sinistra
- Mengelola pemberian antibiotik
- Sedikit rembesan, perdarahan (-),
infus moxifloxacin 400 mg/250 ml pus (-)
- Patologi klinik
Hb 8.7 gr/dL
Leukosit 6.1x103
Trombosit 248
A:
Indikator A T C
Kemerahan 3 5 4
Nyeri 3 5 3
Cairan luka 4 5 4
Bengkak 3 5 3
Permasalahan resiko infeksi teratasi
sebagian

P:
- Monitor tanda gejala infeksi
- Kelola pemberian antibiotika
- Rencanakan rawat luka dan ganti
balutan

Rabu, 26 April - Mengkaji terkait adanya tanda S:


2023 kemerahan, perdarahan, serta - Pasien mengatakan tidak ada rasa
produk cairan pada luka post nyeri
repair av-shunt di lengan kiri O:
- Mengkaji terkait adanya nyeri - Perdarahan (-), balutan kering,
pada area pembedahan tidak ada rembesan
- Menganjurkan agar segera - Sedikit memar
melapor ke tenaga kesehatan - Patologi klinik
apabila terdapat tanda gejala Hb 8.7 gr/dL
infeksi Leukosit 6.1x103
- Mengelola terkait pemberian Trombosit 248
antibiotik A:
Indikator A T C
Kemerahan 3 5 5
Nyeri 3 5 5
Cairan luka 4 5 5
Bengkak 3 5 4
Permasalahan resiko infeksi teratasi
sebagian

P:
- Monitor tanda gejala infeksi
- Kelola pemberian antibiotika

Kamis, 27 April - Menjaga lingkungan tetap bersih S:


2023 - Mencuci tangan sebelum dan - Pasien mengatakan sudah tidak
sesudah berinteraksi dengan terasa nyeri
pasien O:
- Menerapkan universal precaution - Terpasang HD cath di jugularis
- Mengelola pemberian antibiotika sinistra, tidak ada nyeri dan
- Memonitor balutan luka pasca rembesan
pembedahan - Balutan kering, perdarahan (-), pus
- Memonitor resiko perdarahan (-), kemerahan (-)
- Memar dan bengkak berkurang
A:
Indikator A T C
Kemerahan 3 5 5
Nyeri 3 5 5
Cairan luka 4 5 5
Bengkak 3 5 5
Permasalahan resiko infeksi teratasi
sepenuhnya

P:
- Monitor tanda gejala infeksi
- Kelola pemberian antibiotika
- Rencanakan rawat luka dan ganti
balutan
Mual Rabu, 26 April - Mengkaji terkait adanya rasa S:
2023 mual setelah operasi - Pasen mengatakan ada rasa ingin
- Mengedukasi terkait teknik nafas muntah sesaat setelah operasi
dalam untuk mendistraksi mual O:
- Mengedukasi pasien makan - Pasien belum mau untuk makan
sedikit tetapi berulang untuk A:
mengurangi mual dan Indikator A T C
menghindari muntah Kehilangan selera 3 5 3
- Mengelola pemberian anti makan
emetik Hasrat untuk makan 3 5 3
Energi untuk makan 3 5 3

P:
- Melakukan monitor adanya mual
dan muntah

Kamis, 27 April - Memonitor adanya mual muntah S:


2023 - Mengelola pemberian anti - Pasien mengatakan sudah tidak
emetik mual
O:
- Pasien menghabiskan makan 1
porsi
A:
Indikator A T C
Kehilangan selera 3 5 5
makan
Hasrat untuk makan 3 5 5
Energi untuk makan 3 5 5

P:
- Intervensi selesai

Anda mungkin juga menyukai