oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya maka
penyusun dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul “Perubahan Kolagen pada
Patofisiologi Prolap Organ Panggul (POP)”. Tulisan ini berisi tentang hubungan
metabolism kolagen dengan patofisiologi terjadinya prolap organ panggul (POP)..
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan semua pihak yang
membantu terselesaikannya tulisan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa review ini masih kurang dari sempurna, karena itu
kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan tulisan ini.
Semoga karya ini dapat berguna dan memberi manfaat serta memenuhi harapan
para pembaca yang selalu haus akan ilmu, khususnya ilmu kedokteran.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. ii
PENDAHULUAN……………………………………………………….................. 1
PANGGUL (POP)….................................................................................................. 2
B. Kolagen ……………………………………………………………………. 2
A. Ringkasan ………………………………………………………………….. 9
B. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 10
ii
PERUBAHAN KOLAGEN PADA PATOFISIOLOGI
PROLAP ORGAN PANGGUL (POP)
Abstrak
Patofisiologi prolap organ panggul (POP) masih belum banyak diketahui. Hubungan
antara POP dan metabolisme jaringan ikat sudah banyak diungkapkan dan menunjukkan ada
hubungan yang erat antara jaringan ikat dasar panggul dengan POP. Tujuan dari penulisan
paper ini adalah untuk menjelaskan perubahan-perubahan dalam kuantitas dan kualitas
kolagen yang terjadi pada POP. Kolagen merupakan protein yang paling berpengaruh
terhadap sifat biomekanis dari jaringan ikat. Jumlah dan kualitas dari kolagen ditentukan
oleh proses sintesis, maturasi dan degradasinya. Jumlah kolagen pada POP secara umum
menurun. Turnover kolagen imatur meningkat, sehingga jumlah kolagen terglikasi yang sulit
terdegradasi menjadi banyak. Kolagen terglikasi bersifat kaku dan rapuh sehingga mudah
jaringan dasar panggul menjadi mudah ruptur. Terjadi penurunan jumlah kolagen tipe I,
sedangkan kolagen tipe III jumlahnya bertambah, sehingga terjadi penurunan rasio kolagen
tipe I/III. Peningkatan jumlah kolagen tipe III menyebabkan peningkatan fleksibilitas dan
penurunan kekuatan untuk menahan tarikan dari jaringan dasar panggul pada POP. Hal ini
sangat berkaitan erat dengan progresivitas POP.
iii
PENDAHULUAN
POP merupakan kasus terbanyak dari operasi ginekologi pada perempuan setelah
masa reproduktif. Kegagalan operasi juga masih relatif tinggi. Diperkirakan 30% penderita
POP perlu operasi ulang (1). Walaupun kejadian POP cukup tinggi, patofisiologi yang
mendasari POP belum banyak diketahui. Multiparitas, umur, obesitas, tegangan kronis, dan
penyakit paru-paru obstruktif merupakan faktor resiko terpenting dari POP. Faktor genetik
Pada tahun 1996, Jackson menemukan bahwa pasien POP mempunyai penurunan
kandungan kolagen, dengan peningkatan jumlah kolagen ikatan silang imatur bila
bandingkan dengan bukan pasien POP. Kolagen yang baru dibentuk lebih mudah
terdegradasi daripada kolagen lama yang terglikasi, sehingga kandungan kolagen menurun
dengan menyisakan kolagen terglikasi yang rapuh (3). Banyaknya jumlah kolagen terglikasi
menyebabkan jaringan mudah ruptur sehingga menjadi etiologi yang penting dari POP.
1
PERUBAHAN KOLAGEN PADA PATOFISIOLOGI
PROLAP ORGAN PANGGUL (POP)
Dinding vagina terdiri dari empat lapisan: lapisan superfisial epitel skuamus berlapis,
jaringan ikat padat subepitelial yang terdiri dari kolagen dan elastin, lapisan otot polos dan
adventisia yang menyusun jaringan ikat longgar. Lapisan subepitelium dan muskularis
membentuk lapisan fibromuskular yang menunjang vagina secara sentral dan longitudinal.
Jaringan ikat vagina mengandung sel adiposa, sel mast dan fibroblast yang
dan elastin) yang terbenam dalam substansi dasar. Substansi dasar merupakan glikoprotein
non kolagen, proteoglikan dan asam hyaluronat (5). Komponen fibrilar paling berpengaruh
terhadap sifat biomekanis dari jaringan. Jumlah dan kualitas dari kolagen dan elastin
ditentukan oleh proses sintesis, maturasi dan degradasinya. Proses tersebut merupakan
B. Kolagen
Kolagen adalah salah satu protein yang menyusun tubuh. Jumlah kolagen kurang lebih
mencapai 30% dari seluruh protein yang terdapat di tubuh. Serat kolagen memiliki daya tahan yang
kuat terhadap tekanan dan tarikan. Kata kolagen berasal dari bahasa Yunani yang artinya bersifat
2
C. Struktur Kolagen
dari tiga rantai α yang membentuk struktur triple heliks. Struktur primer rantai α adalah
Glicin-X-Hidroxiprolin atau Glicin-Prolin-X. Struktur tertier kolagen adalah triple helix. Struktur triple
heliks distabilisasi oleh beberapa ikatan hidrogen. Terdapat juga sejumlah ikatan silang
kovalen diantara struktur triple heliks. Perbedaan jumlah ikatan silang diantara triple heliks
D. Sintesis Kolagen
modifikasi pasca translasi untuk membentuk prokolagen. Prokolagen merupakan kolagen triple
3
karboksi peptidase. Tropokolagen membentuk fibril kolagen melalui ikatan silang yang
4
Terdapat 28 jenis kolagen. Kolagen I, III dan V terdapat dalam vagina. Kolagen I
memberikan fleksibilitas dan kekuatan terhadap tarikan. Kolagen III terutama terdapat pada
jaringan yang memerlukan peningkatan fleksibilitas dan distensi karena tegangan yang
periodik. Kolagen I dan III keduanya ditemukan pada jaringan granulasi pada penyembuhan
luka. Kolagen V memiliki peranan yang lebih kecil secara kuantitas. Peranan kolagen V pada
dengan kolagen III dan V akan mengontrol diameter dari serat. Peningkatan jumlah kolagen
III dan V akan menurunkan kekuatan mekanis dari jaringan karena penurunan ukuran dari
E. Maturasi Kolagen
Terdapat dua mekanisme maturasi kolagen. Pertama adalah kontrol enzimatis ikatan
silang lisin aldehid. Ikatan silang divalen, dehidroksi lisinketo-norleusin dan hidroksilisinketo-
norleusin akan diubah menjadi ikatan trivalen yang stabil, histidino-hidroksilisinorleusin dan
hidroksilisil-piridinolil (7). Proporsi relatif dari ikatan silang divalen menjadi ikatan silang
trivalen dapat digunakan untuk menilai maturitas jaringan. Kedua, ikatan silang non
Kolagen matur dengan metabolisme lambat mudah mengalami ikatan silang non
enzimatis yang dikenal dengan glikasi atau reaksi Maillard. Reaksi ini melibatkan
penambahan glukosa secara acak pada kolagen. Produk glikasi tersebut akan bereaksi lebih
lanjut membentuk ikatan silang antar molekul. Advance Glycated Endproducts (AGEs) dari
kolagen terakumulasi seiring dengan bertambahnya umur. Kolagen akan menjadi lebih kaku
5
Gambar 3. Maturasi Kolagen
F. Degradasi Kolagen
Keseimbangan antara sintesis dan degradasi dari kolagen pada remodeling jaringan
yang kontinyu memegang peranan penting untuk mempertahankan integritas dan kekuatan
jaringan. Degradasi tergantung dari kombinasi aktivitas dan pelepasan dari matrix
proenzim. Terdapat 23 famili MMP pada manusia. Interstisial dan neutropil kolagenase
(MMP-1, MMP-8 dan MMP-13) dapat memotong serat kolagen, sedangkan gelatinase
mendepolimerisasi serat kolagen dengan memotong ikatan silang. Kombinasi dari enzim-
6
Aktivitas dari MMP diatur melalui modulasi produksi proenzim untuk membatasi
degradasi dari jaringan ikat (9). Degradasi yang berlebihan juga diatur oleh inhibitor
metalloproteinases (TIMPs). MMP juga dapat mengalami inaktivasi secara spontan karena
autokatalis.
Terjadi perubahan kuantitas dan rasio subtipe kolagen pada POP. Kandungan
kolagen total menurun (10), disertai dengan peningkatan konsentrasi kolagen tipe III yang
mengindikasikan adanya tissue repair setelah regangan berlebihan pada jaringan penunjang
dasar panggul (11). Aktivitas MMP-9 meningkat secara signifikan pada penderita POP (12).
Peningkatan kolagen III dan aktivitas MMP-9 merupakan tipikal dari perbaikan jaringan
setelah mendapat cidera atau peningkatan beban mekanis secara progresif (13).
Maturitas jaringan tergantung pada proporsi relatif dari ikatan silang divalen dengan
ikatan silang trivalen (matur). Kolagen matur yang dimetabolisme lambat akan mudah
mengalami glikasi non enzimatik. Beberapa senyawa yang terbentuk karena glikasi, AGEs
seperti pentosidin menghambat turnover dari kolagen. Pentosidin juga meningkat dengan
bertambahnya umur. Pada POP terjadi peningkatan degradasi kolaagen ikatan silang imatur,
sedangkan ikatan silang piridinolin matur tidak berubah. Pentosidin meningkat secara
signifikan dan lebih tinggi pada wanita dengan usia lebih tua. Peningkatan konsentrasi
7
I. Degradasi Kolagen, MMPs dan TIMPs pada POP
Terjadi peningkatan aktivitas MMP-9 dan MMP-2 pada POP, yang menunjukkan
bahwa turnover kolagen juga meningkat. Peningkatan aktivitas MMPs pada jaringan dasar
Defisiensi esterogen merupakan faktor resiko POP. Terapi pengganti esterogen telah
esterogen (ER) telah diidentifikasi pada nukleus sel jaringan penunjang pada vagina dan
ligamen uterosakral. Reseptor esterogen ada dua jenis pada manusia, yaitu ER-α dan ER-β.
ER-α merupakan reseptor yang dominan pada uterus orang dewasa. Reseptor tersebut
sintesis atau menurunkan degradasi kolagen dan protein matriks ekstaseluler lainnya (15).
Ekspresi mRNA kolagen tipe I dan III meningkat pada terapi esterogen. Esterogen
meningkatkan turnover kolagen pada dasar panggul, namun rasio kolagen tipe I/III tidak
berubah (16).
8
RINGKASAN DAN KESIMPULAN
A. Ringkasan
Pemecahan kolagen imatur yang baru terbentuk meningkat pada POP. Kandungan
kolagen secara umum juga menurun. Cepatnya turnover kolagen imatur menyebabkan
jumlah kolagen terglikasi yang tidak terdegradasi bertambah banyak. Kolagen terglikasi
bersifat kaku dan rapuh sehingga menyebabkan jaringan mudah ruptur. Peningkatan
turnover kolagen pada POP terlihat dari peningkatan produksi kolagen oleh fibroblas,
peningkatan aktivitas MMP-2 dan MMP-9, serta penurunan aktivitas TIMPs. Kandungan
AGEs seperti pentosidin juga meningkat pada penderita POP. Terjadi pula peningkatan
jumlah kolagen tipe III dan penurunan jumlah kolagen tipe I, sehingga terjadi penurunan
rasio kolagen tipe I/III. Peningkatan ekspresi kolagen tipe III dan MMP-9 menunjukkan
bahwa terjadi remodelling jaringan karena cedera atau penyesuaian jaringan terhadap
kerusakan jaringan dasar panggul pada saat melahirkan. Setelah melahirkan akan terjadi
perbaikan jaringan ikat penunjang dasar panggul. POP mungkin berhubungan dengan
perbaikan yang abnormal dari jaringan yang cedera saat melahirkan. Peningkatan
fleksibilitas dan penurunan kekuatan untuk menahan tarikan pada dasar panggul mungkin
berhubungan dengan peningkatan kandungan kolagen tipe III dan penurunan jumlah elastin.
Hal ini sangat berkaitan dengan progresifitas dari POP. Perubahan sifat biomekanis jaringan
juga dapat disebabkan oleh perubahan konsentrasi ikatan silang intermolekul dari kolagen.
9
B. Kesimpulan
4. Terjadi penurunan jumlah kolagen tipe I disertai dengan peningkatan jumlah kolagen
tipe I, sehingga terjadi penurunan rasio kolagen tipe I/III pada POP.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Olsen AL, Smith VJ, Bergstrom JO, Colling JC, Clark AL (1997).Epidemiology of surgically
managed pelvic organ prolapse and urinary incontinence. Obstet Gynecol 89:501–506.
2. Bai SW, Choe BH, Kim JY, Park KH (2002) Pelvic organ prolapse and connective tissue
with genital prolapse have a low collagen concentration. Acta Obstet Gynecol Scand
83:1193–1198.
4. Bhatia NN, Ho MH (2004) Stem cell therapy for urinary incontinence and pelvic floor
5. Goh JT (2003) Biomechanical and biochemical assessments for pelvic organ prolapse.
Dev 122:735–755.
7. Bailey AJ, Paul RG, Knott L (1998) Mechanisms of maturation and ageing of collagen.
8. Paul RG, Bailey AJ (1996) Glycation of collagen: the basis of its central role in the late
9. Curry TE Jr, Osteen KG (2003) The matrix metalloproteinase system: changes, regulation,
and impact throughout the ovarian and uterine reproductive cycle. Endocr Rev 24:428–
465.
11
10. Buchanan S, Robertson GW, Hocking PM (2000) Effects of food restriction or delayed
11. Moalli PA, Talarico LC, Sung VW, Klingensmith WL, Shand SH, Meyn LA et al (2004)
12. Moalli PA, Shand SH, Zyczynski HM, Gordy SC, Meyn LA (2005) Remodeling of vaginal
14. Yamauchi M, Woodley DT, Mechanic GL (1988) Aging and cross-linking of skin collagen.
15. Da Chung J, Bai SW (2006) Roles of sex steroid receptors and cell cycle regulation in
12