Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL II

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD

PDGK4204.140046

RIKA VERINA

856236906

TUTOR: Drs. PUARDI, M.Pd

UPBJJ PADANG
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
1. Empat kompetensi dasar untuk membaca permulaan

1) Sikap membaca yang benar mencakup berbagai aturan dalam membaca seperti, bagaimana

posisi duduk yang benar, mengatur jarak antar mata dan objek yang tepat, bagaimana

memegang objek yang benar dan bagaimana membuka buku dengan urutan yang benar.

Sikap membaca yang benar ini, bertujuan untuk menjaga postur tubuh dalam posisi yang

tepat. Dengan begitu, kesehatan leher, punggung, dan mata tetap terjaga ketika membaca.

Sebaliknya, jika kita tidak memperhatikan posisi duduk saat membaca, maka kelainan

tulang dan otot mungkin terjadi.

2) Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan volume suara yang

keras, tinggi dan lantang di depan banyak orang. Suara yang sengaja dibuat keras, tinggi

dan lantang pada kegiatan membaca nyaring bertujuan untuk menyampaikan informasi

dalam bacaan pada orang banyak. Selain itu, membaca nyaring juga bisa melatih kita untuk

membenarkan pelafalan dan intonasi ketika membaca, melatih kepercayaan diri dan lain

sebagainya. Membaca nyaring adalah kegiatan yang umum digunakan guru untuk melatih

kemampuan siswa yang baru belajar membaca. Selain membaca nyaring, terdapat pula

metode membaca dalam hati. Kegiatan membaca dengan metode ini bertujuan untuk lebih

memahami isi bacaan sebab melibatkan proses telaah yang lebih baik.

3) Membaca bersuara (lancar) yaitu membaca dengan tidak terputus-putus, memahami tanda

baca serta memahami lafal dan intonasi yang tepat. Dalam membaca bersuara (lancar)

membaca dengan memperhatikan tempat jeda( untuk berhenti, menarik nafas) jeda panjang

atau pendek.membaca dengan memberi penekanan pada kata tertentu sesuai dengan

konteksnya, dan mengidentifikasi kata-kata kunci dari bacaan yang agak panjang.
4) Membacakan Pengalan cerita dalam membaca penggalan cerita harus dengan intonasi yang

benar.

2. Struktural analitik sintetik atau yang biasa disingkat dengan SAS merupakan salah satu metode

yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Pembelajaran

MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan

sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap,

yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep

“kebermaknaan” pada diri anak. Sebelum pembelajaran MMP dimulai, guru dapat melakukan

pra pembelajaran melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan rangsang

gambar, benda nyata, tanya jawab informal untuk menggali bahasa peserta didik. Proses

penguraian/penganalisian dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi:

1. Kalimat menjadi kata-kata

2. Kata menjadi suku-suku kata, dan

3. Suku kata menjadi huruf-huruf.

Contohnya :

ini mama
ini mama
i - ni ma - ma
i-n-i m-a-m-a
i - ni ma – ma
Contoh Langkah pembelajarannya adalah:

1) Pada saat awal masuk pembelajaran, guru menulis kata-kata siswa sebagai bahan pelajaran

dalam pembelajaran membaca permulaan agar siswa tidak mengalami kesulitan.

2) Guru menampilkan gambar sambil bercerita, Guru menunjukkan sebuah gambar kepada

siswanya sambil mengucapkan kalimat, misalnya gambar pahlawan.


3) Guru membaca gambar dengan kartu kalimat. Gambar-gambar yang memandu kalimat

pada kartu kalimat kemudian sedikit demi sedikit dihilangkan, sehingga yang ada hanyalah

kartu-kartu kalimat yang terlihat oleh siswa. Siswa mulai belajar membaca secara

struktural kartu kalimat.

4) Setelah siswa dapat membaca kalimat pada kartu kalimat, kemudian pada tahap ini mulai

mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Melalui

tahap analitik ini, siswa diharapkan mampu mengenali huruf-huruf yang terdapat pada

kalimat yang telah dibacanya.

Contoh:

ini sepeda

i - ni se - pe - da

i-n-is-e-p-e-d-a

Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-huruf tersebut

digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi

kalimat.

Contoh:

i-n-is-e-p-e-d-a

i - ni se - pe - da

ini sepeda
3. Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan berbahasa

adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah satu

kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yang ada. Dengan demikian, dalam

langkah-langkah pembelajaran semua kegiatan belajar mengajar tertumpu atau berfokus pada

satu keterampilan berbahasa yang telah ditetapkan.

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus sastra berarti dalam langkah-langkah

pembelajarannya semua kegiatan belajar mengajar difokuskan untuk mengapresiasi sastra apa

lewat pembacaan puisi,mendengarkan cerita rakyat atau yang lainnya yang disesuiakan dengan

tingkat kelas siswa.

4. a. Skenario pembelajaran fokus keterampilan berbahasa (membaca nyaring)

1) Guru menjelaskan materi tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan

pembelajaran membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat, melalui media

cerita bergambar.

2) Guru memberikan contoh cara membaca nyaring melalui media cerita bergambar.

3) Siswa menyimak guru saat membaca nyaring cerita bergambar.

4) Guru menunjukkan kartu kata kepada siswa guna menumbuhkan motivasi siswa

kemudian guru memberikan contoh membaca nyaring

5) setelah itu siswa menirukan bacaan yang di contohkan oleh guru

6) Selanjutnya siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok mendapatkan

beberapa kartu kata kemudian mereka menyusun kartu kata menjadi sebuah kalimat,

lalu menempelkan di papan yang sudah disiapkan.


7) Setelah itu siswa secara berkelompok membacakan beberapa kalimat yang telah di

rangkainya di papan, selanjutnya secara individu membacakan kalimat tersebut

dengan suara nyaring. Selain itu selama proses pembelajaran, dilakukan observasi

untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa.

b. Skenario pembelajaran fokus sastra (membaca nyaring)

1)Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang puisi

2) Siswa membaca materi tentang puisi

3) Siswa melihat demonstrasi tentang pembacaan puisi

4) Siswa dibagi ke dalam kelompok dengan anggota tiap kelompok berjumlah 4 orang

5) Siswa mendapatkan LKS dari guru

6) Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi bersama dengan kelompoknya

7) Siswa menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas

8) Siswa membaca puisi di depan kelas

9) Siswa memberikan pendapat tentang hasil kerja kelompok lain

10) Siswa memberikan pendapat tentang pembacaan puisi yang dilakukan kelompok

lain

5. Penilaian untuk pembelajaran Bahasa nyaring dengan fokus keterampilan berbahasa yaitu

aspek lafal. Siswa diukur dalam pengucapannya, apakah sesuai atau tidak. Aspek intonasi,

kemudian aspek kelancaran, kejelasan suara. Dapat diukur dalamklasifikasi rubrik berikut:

No Hasil yang dicapai Frekuensi Persentase Tingkat penguasaan


siswa %
1 85-100 0 0 Sangat baik
2 70-84 0 0 Baik
3 55-69 1 15 Cukup
4 50-54 6 85 Kurang
Jumlah 7 100

Anda mungkin juga menyukai