Anda di halaman 1dari 48

TEKNOLOGI BETON:

DARI TEORI KE PRAKTEK

Universitas Negeri Jakarta


Jl. Rawamangun Muka. Jakarta 13220
http://www.unj.ac.id

 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.


All rights reserved

Buku ini di cetak dengan hurup Times New Roman 12pt


Tata Letak dan desain sampul oleh M.Farhan HK

Perpustakaan Nasional/Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Mulyono, Tri.,
Teknologi Beton: Dari Teori ke Praktek

ISBN: 978 – 602 – 390 – 005 – 3

Cetakan Pertama, Juni 2015

1. Dari Teori ke Praktek 2 Teknologi Beton


I. Judul

Dicetak dan diterbitkan pertama kali oleh: Lembaga Pengembangan Pendidikan - UNJ
Jurusan Teknik Bangunan Fakultas Teknik – Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka – Jakarta 13220 Telp/Fax. +62 (21).4700676
http://www.unj.ac.id
BAB II
BETON DAN PERKEMBANGANNYA
Berisi tentang perkembangan pekerjaan beton mencakup
perkembangan penggunaan material beton pada struktur
bangunan di dunia termasuk di Indonesia maupun di Negara-
negara lain serta peran ahli dan perkembangan konstruksi.

A. Riwayat Perkembangan Beton

Periode waktu selama beton pertama kali ditemukan, tergantung pada bagaimana orang
menafsirkan istilah "beton." Bahan Kuno beton adalah semen mentah dibuat dengan
menghancurkan dan membakar gipsum atau kapur. Kapur yang dihancurkan atau batu kapur
dibakar. Ketika pasir dan air ditambahkan ke semen tersebut akan menjadi mortar, yang
merupakan bahan plester-seperti digunakan untuk membentuk batu satu sama lain. Selama
ribuan tahun, bahan tersebut diperbaiki, dikombinasikan dengan bahan lain dan, pada
akhirnya, berubah menjadi beton modern. Beton saat ini dibuat dengan menggunakan semen
Portland, agregat kasar dan halus dari batu dan pasir, dan air. Pencampuran bahan kimia yang
ditambahkan ke campuran beton untuk mengontrol pengaturan sifat karekateristik beton dan
digunakan terutama ketika menempatkan beton dengan lingkungan ekstrim, seperti suhu
tinggi atau rendah, kondisi berangin, dan lain lain (Gromicko & Shepard, 2012).

Beton diciptakan pada sekitar 1300 SM ketika pembangunan di Timur Tengah, dan ahli
menemukan bahwa ketika mereka melapisi bagian luar benteng dan dinding rumah yang
ditumbuk dengan tanah liat tipis, lapisan basah batu kapur yang dibakar, akan bereaksi secara
kimia dengan gas di udara untuk membentuk material keras pada permukaan pelindung. Ini
tidak nyata, tapi itu adalah awal dari perkembangan semen. Material komposit awal
cementicious biasanya termasuk mortar-hancur, batu kapur dibakar, pasir dan air, yang
digunakan untuk bangunan dengan batu, sebagai bahan pengecoran materi dalam cetakan,
yang pada dasarnya adalah bagaimana beton modern digunakan dengan cetakan untuk
menjadi bentuk beton.

Sebagai salah satu unsur utama dari beton modern, semen telah ada sejak lama. Sekitar
12 juta tahun lalu di wilayah yang sekarang disebut Israel, deposit alam dibentuk oleh reaksi
Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 27
antara batu kapur dan serpihan minyak yang dihasilkan oleh pembakaran spontan. Namun,
semen tidak konkret. Beton merupakan bahan bangunan komposit dan bahan-bahan dan
semen adalah salah satunya yang telah berubah dari waktu ke waktu dan berubah bahkan
sampai sekarang. Karakteristik kinerja dapat berubah sesuai dengan kekuatan yang berbeda
bahwa beton akan perlu meningkat terus kekuatannya. Kekuatan ini dapat dilakukan secara
bertahap atau intens, mungkin berasal dari atas (gravitasi), bawah (tanah naik-turun), sisi
(beban lateral), atau mungkin mengambil bentuk erosi, abrasi atau serangan kimia. Bahan-
bahan beton dan proporsinya disebut campuran desain. Sejarah perkembangan beton secara
“timeline”. (lihat Gambar 2.1).

28 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


Gambar 2.1: Timeline Beton

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 29


B. Penggunaan awal Beton pada Bangunan

Beton pertama adalah seperti struktur yang dibangun oleh pedagang Nabataea atau
Badui yang yang menduduki dan menguasai oasis dan mengembangkan kerajaan kecil di
wilayah selatan Suriah dan Yordania utara di sekitar 6500 SM. Mereka kemudian menemukan
keuntungan dari penggunaan kapur hidrolik - yaitu, semen yang mengeras di bawah air - dan
pada 700 SM, mereka membangun kiln untuk memasok mortar untuk pembangunan rumah
atau dinding, lantai beton, dan waduk tahan air bawah tanah. Waduk dirahasiakan dan salah
satu alasan Nabataea yang mampu tumbuh subur di padang pasir.

1. Nabataea

Nabataea adalah suatu daerah di jajirah Arab yang dalam pembuatan beton dilakukukan
dan dipahami bahwa kebutuhan untuk menjaga campuran sampai kering atau slum serendah
mungkin sudah ada seak dulu, karena kelebihan air menyebabkan void dan kelemahan
kekuatan beton. Pada bangunan Nabataea kuno (Gambar 2.2) pada pelaksanaan
pembuatannya termasuk penempatan dan pemadatan beton baru, ditempatkan dengan alat
khusus. Proses tamping (pemadatan) menghasilkan lebih gel, yang merupakan bahan
pengikat yang dihasilkan oleh reaksi kimia yang terjadi selama hidrasi yang ikatan partikel dan
agregat bersama.

Gambar 2.2: Sebuah Bangunan Kuno Nabataea (National Geographic (Photograph by Martin
Gray), 2013)
Seseorang berdiri di ambang pintu Biara di Petra, Yordania, menunjukkan dahsyatnya
pintu masuk bangunan kuno. Diukir di bukit pasir oleh Nabataeans di abad kedua Masehi,
struktur menjulang, disebut El-Deir, mungkin telah digunakan sebagai gereja atau biara oleh
masyarakat kemudian, tapi kemungkinan dimulai sebagai sebuah kuil (Milstein, 2014).

Seperti Romawi, pada 500 tahun kemudian, Nabataea memiliki bahan yang tersedia
secara lokal yang dapat digunakan untuk membuat semen dan tahan air. Dalam wilayah

30 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


mereka deposit permukaan utamanya adalah pasir silika halus. Tanah merembes melalui
silika dapat mengubahnya menjadi bahan pozzolan, yang merupakan abu vulkanik berpasir.
Untuk membuat semen, yang terletak di deposit Nabataea dan menggunakannnya serta
dikombinasikan dengan kapur, kemudian dipanaskan dalam tanur untuk digunakan untuk
membuat tembikar dengan suhu dalam kisaran yang sama. Sekitar 5600 SM di sepanjang
Sungai Danube di daerah bekas negara Yugoslavia, rumah yang dibangun menggunakan
jenis beton untuk lantai.

2. Mesir

Pada sekitar 3000 SM, orang Mesir kuno menggunakan lumpur dicampur dengan jerami
untuk membentuk batu bata. Lumpur dengan jerami lebih mirip dengan adobe dari beton.
Namun, mereka juga menggunakan mortar gipsum dan kapur dalam membangun piramida,
meskipun sebagian besar dari kita berpikir mortar dan beton sebagai dua bahan yang berbeda.
Piramida Besar di Giza (Vyse & Howard, 1784-1853) diperlukan sekitar 500.000 ton mortar
(Gambar 2.3), yang digunakan sebagai bahan tempat tidur untuk batu casing yang membentuk
permukaan dari piramida. Hal ini memungkinkan tukang batu untuk mengukir dan mengatur
casing batu sendi dengan membuka tidak lebih luas dari 1/50-inch.

Salah satu misteri Mesir Great Pyramid diteliti awal September 2002, ketika arkeolog
menembus poros yang dibuat 4.500 tahun hanya untuk menemukan batu lain menghalangi
jalan masuk selama berabad-abad yang dibuat dari kapur dengan angkur tembaga dan
mungkin telah tertanam saat pembangun piramida yang digunakannya sebagai alat perekat
(Gupton, 2003). Sekitar tahun 2550 SM, Pyramid terbesar dibangun di Giza dengan menara
setinggi 481 kaki (147 meter) di atas dataran tinggi. Estimasi 2,3 juta blok batu masing-masing
berat rata-rata 2,5 sampai 15 ton digunakan (Handwerk, 2014).

Gambar 2.3: Bangunan Piramid di Mesir (Wikipedia, 2014)

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 31


3. Cina

Tembok besar di China diukur sepanjang lebih dari 20.000 Km atau panjangnya 21,196
kilometer (13,173 miles), berdasarkan laporan Xinhua News Agency, merujuk the State
Administration of Cultural Heritage (Bloomberg News, 2012).

Material yang digunakan untuk membuat tembok besar beda-beda sesuai periode
dinasti. Sebelum batu bata ditemukan, tembok besar dibuat dari tanah, batu dan kayu.
Pembangunannya selalu membutuhkan sumber daya yang banyak, para pekerja
memanfaatkan bahan-bahan yang seadanya tergantung material setempat, dipegunungan
menggunakan batu gunung, saat membangun di tanah datar, tembok dibuat dari tanah yang
digemburkan dan jika melewati padang gurun, bahan yang digunakan adalah rerumputan
campur pasir dan ranting-ranting pohon conifer. Tembok dari bahan ini rapuh, mudah ditembus
dan cepat hancur. Pada masa Dinasti Qin dan Dinasti Han, material yang digunakan adalah
tanah atau tanah campur kerikil dengan beberapa bagian tembok hanya terdiri dari gundukan
batu-batu besar. Pada masa Dinasti Tang, batu bata sudah diproduksi digunakan terbatas
pada gerbang kota dan tembok yang dekat. Baru pada zaman Dinasti Ming, diproduksi batu
bata berkualitas dan lebih ringan, tahan beban dan lebih efektif dalam waktu yang cepat. Batu
masih dipakai, terutama untuk fondasi, pinggiran luar dan dalam gerbang dikarenakan lebih
kuat daripada batu bata. Cina utara menggunakan bentuk semen di perahu-bangunan dan
dalam membangun Tembok Besar (Gambar 2.4). Spektrometer pengujian telah
mengkonfirmasi bahwa bahan utama dalam mortar yang digunakan dalam Great Wall dan
struktur lain Cina kuno glutenous, ketan. Beberapa struktur ini telah bertahan dalam test waktu
sampai sekarang serta beberapa bagian telah dirombak (TravelChinaGuide , 2014).

Gambar 2.4:Tembok Besar di China, kemiringan di Pegunungan Yan, Utara Propinsi Hebei, China
(Scholz, 2014)

32 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


4. Roma

Pada 600 SM, orang Yunani telah menemukan bahan pozzolan alami yang
dikembangkan sifat hidrolik bila dicampur dengan kapur. Orang-orang Yunani adalah pekerja
produktif dalam membangun dengan beton di Roma. Pada 200 SM, Roma sedang
membangun dan sangat berhasil menggunakan beton, tapi itu tidak seperti beton yang
digunakan saat ini. Itu bukan beton plasits yang dituangkan ke dalam bentuk yang mengalir,
tetapi lebih seperti puing-puing yang disemen. Bangsa Romawi membangun sebagian besar
struktur bangunan dengan menumpuk batu berbagai ukuran dan mengisi ruang antara batu
dengan mortar. Di atas tanah, pada dinding dilapisi bagian dalam dan luar dengan batu bata
tanah liat yang juga berfungsi sebagai pembentuk beton. Bata memiliki sedikit atau tidak ada
nilai struktural dan penggunaannya terutama hanya kosmetik. Dahulu, dan di sebagian besar
pada waktu itu (termasuk 95% dari Roma), mortar umum digunakan adalah semen kapur
sederhana yang mengeras perlahan-lahan dari bereaksi dengan karbon dioksida di udara, hal
ini merupakan hidrasi kimia.

Bangsa Romawi membangun struktur megah dan lebih berseni, serta infrastruktur yang
terletak di atas tanah dan akan membutuhkan daya tahan yang lebih, mereka membuat semen
yang reaktif dari pasir vulkanik alami disebut harena fossicia. Untuk struktur di laut dan yang
berhubungan langsung dengan air tawar, seperti jembatan, dermaga, badai saluran air dan
saluran air, mereka menggunakan pasir vulkanik yang disebut pozzuolana. Kedua bahan
mungkin mewakili penggunaan pertama berskala besar dari bahan pengikat yang benar-benar
cementicious. Pozzuolana dan harena fossicia bereaksi secara kimia dengan kapur dan air
untuk melembabkan dan membentuk menjadi massa batuan-seperti yang dapat digunakan di
bawah air. Bangsa Romawi juga menggunakan bahan-bahan untuk membangun struktur yang
besar, seperti Roman Baths, Pantheon, dan Colosseum, dan struktur ini masih berdiri sampai
saat ini. Sebagai admixtures, mereka menggunakan lemak hewani, susu dan darah - bahan
yang mencerminkan metode yang sangat sederhana. Di sisi lain, selain menggunakan
pozzolans alami, orang-orang Romawi belajar untuk memproduksi dua jenis pozzolans buatan
- tanah liat dikalsinasi kaolinitik dan batu vulkanik dikalsinasi - yang, bersama dengan prestasi
spektakuler bangunan bangsa Romawi, adalah bukti dari tingkat tinggi kecanggihan teknis
untuk waktu itu (Encyclopædia Britannica’s, 2014; Herring, 2002; Hansen & Zenobia, 2011).

Salah satunya adalah The Pantheon (Encyclopædia Britannica’s, 2014; Rome On


Segway, 2014; Moore D. , 2002). Dibangun oleh Kaisar Roma Hadrian dan selesai pada 125
Masehi, Pantheon memiliki kubah beton terbesar dengan diperkuat yang pernah dibangun.
Kubahnya dengan diameter 142 meter dan memiliki lubang 27 kaki, yang disebut oculus, pada
puncaknya, yaitu 142 meter di atas lantai. Itu dibangun di tempat, mungkin dengan memulai

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 33


di atas dinding luar dan membangun lapisan semakin tipis saat mencapai pusat bangunan
(Newby, 2001).

The Pantheon (Gambar 2.5) memiliki eksterior dinding pondasi 26 meter dan lebar 15
meter dan terbuat dari semen pozzolana (kapur, pasir vulkanik reaktif dan air) yang dipadatkan
di atas lapisan agregat batu padat. Kubah tersebut masih ada sampai saat ini walaupun terjadi
perubahan pergerakan selama hampir 2.000 tahun, bersama dengan gempa bumi sesekali,
telah menciptakan keretakan, biasanya akan melemah struktur. Dinding eksterior yang
mendukung kubah berisi tujuh relung spasi merata dengan ruang antara dinding yang
memanjang ke luar. Relung dan ruang ini awalnya dirancang hanya untuk meminimalkan berat
struktur, lebih tipis dari bagian utama dari dinding dan bertindak sebagai kontrol sendi yang
mengontrol lokasi retak. Tekanan disebabkan oleh pergerakan yang terjadi dengan retak di
relung dan ruang ini berarti bahwa kubah pada dasarnya didukung oleh 16 pilar beton
struktural. Cara lain untuk menghemat berat adalah penggunaan agregat ringan dalam
struktur, penggunaannya seperti batu apung pada dinding tinggi dan kubah atau lancip
dengan ketebalan yang tipis untuk mengurangi berat struktur itu sendiri.

Gambar 2.5:The Pantheon di Roma (Encyclopædia Britannica’s, 2014)

Selain the The Pantheon bangunan lainnya adalah Guilds Romawi (Gambar 2.6).
Rahasia lain untuk keberhasilan Romawi adalah penggunaan serikat dagang. Setiap
perdagangan memiliki serikat yang anggotanya bertanggung jawab untuk atas pengetahuan
tentang bahan, teknik dan alat untuk magang di Legions Romawi. Selain pertempuran, legiun
dilatih untuk menjadi mandiri, sehingga mereka juga dilatih dalam metode konstruksi dan
rekayasa (Stoeger, 2009).

34 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


Gambar 2.6: Bangunan Guilds Romawi (Hao, 2010)

C. Tonggak Teknologi

Selama Abad Pertengahan, teknologi beton tidak signifikan perkembangannya. Setelah


jatuhnya Kekaisaran Romawi pada 476 Masehi, teknik untuk membuat semen pozzolan hilang
sampai penemuan pada tahun 1414 yang ditunjukan pada sebuah naskah yang
mengGambarkan minat dalam membangun dengan beton. Baru sampai 1756-1759 bahwa
teknologi mengambil lompatan besar ke depan ketika John Smeaton (Wilhelm Ernst & Sohn
Verlag, 2014) menemukan metode yang lebih modern untuk memproduksi kapur hidrolik untuk
semen. Dia menggunakan batu kapur yang mengandung tanah liat yang dibakar sampai
menjadi klinker, yang kemudian digiling menjadi bubuk. Dia menggunakan bahan ini dalam
pembangunan kembali bersejarah mercusuar Eddystone di Cornwall, Plymouth, Devon, South
West England, Inggris (Wilhelm Ernst & Sohn Verlag, 2014) lihat Gambar 2.7.

Pada, awal abad ke sembilan belas ternyata merupakan awal penggunaan bahan beton
bertulang secara secara lebih intensif (Somerville, 2001). Pada tahun 1801, F.Coignet
menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembahan
bahan beton terhadap tariknya (Hurst, 2001). Coignet, bersama dengan saudara-saudaranya
Louis (1819) dan Stephane (1820), mengambil alih bisnis keluarga dari sebuah pabrik kimia
di Lyon pada tahun 1846.

Pada tahun 1847 ia membangun beberapa rumah beton yang menggunakan semen
yang tidak diperkuat dengan besi apapun. (Day & McNeil, 2003; Hurst, 2001). Coignet mulai
bereksperimen dengan besi beton yang diperkuat pada tahun 1852 dan merupakan
pembangun pertama yang menggunakan teknik ini sebagai bahan bangunan. (Sutherland,
Intorduction, 2001) dan memperoleh paten untuk klinker semen. Coignet kemudian
Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 35
membangun pabrik semen di sana menggunakan dinding kapur mendapatkan sebuah paten
di Inggris berjudul "Emploi de Beton" yang memberikan rincian teknik konstruksinya. (Collins
2004). Penggunaan pertama besi beton bertulang oleh François Coignet di Perancis pada
1850-an dengan membangun rumahnya sendiri, atap dan lantai diperkuat dengan besi kecil
tempa termasuk balok beton, saat ini masih ada (Encyclopædia Britannica, Inc 2014). Pada
tahun 1853 ia menggunakan besi pertama struktur beton bertulang untuk membangun sebuah
rumah bertingkat empat di 72 rue Charles Michels. (Day & McNeil, 2003; Newby, 2001)
lokasinya dekat pabrik semen keluarganya di St. Denis, sebuah tempat di pinggiran utara
Paris. Gedung ini dirancang oleh arsitek lokal Theodore Lachez.

Gambar 2.7: Eddystone di Cornwall, Inggris (Wikipedia, 2014)

Pada tahun 1824, seorang Inggris bernama Joseph Aspdin menciptakan semen
Portland dengan membakar tanah kapur dan tanah liat halus di kiln sampai karbon dioksida
telah dihapus. Itu bernama "Portland" semen karena menyerupai batu bangunan berkualitas
tinggi yang ditemukan di Portland, Inggris. Ini secara luas diyakini bahwa Aspdin adalah yang
pertama untuk memanaskan bahan alumina dan silika sampai ke titik vitrifikasi, sehingga
terjadi fusi. Selama vitrifikasi, bahan menjadi seperti gelas. Aspdin menyempurnakan
metodenya dengan hati-hati melalui proporsi batu kapur dan tanah liat, penghancurannya, dan
kemudian membakar campuran ke klinker, yang kemudian digiling menjadi semen jadi dia
mendapatkan patent No. 5022 tahun 1824 (Moore, 2013).

36 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


Joseph Aspdin (1778 - 1855) adalah putra tertua dari Thomas Aspdin, seorang tukang
batu Hunslet. Ia masuk dalam Bisnis ayahnya dan membangun bisnis di Leeds (Gambar 2.8).
Tempat mereka berada di dekat Pack Horse Yard antara Lands Lane dan Briggate. Pada 21
Oktober 1824 Aspdin membuat Paten di Inggris 5022 untuk An Peningkatan dalam Mode
Memproduksi Batu Buatan, di mana ia pertama kali menggunakan istilah "Semen Portland".
Spesifikasinya (bawah) diterbitkan pada tanggal 15 Desember 1824. Tahun berikutnya ia
mendirikan pabrik produksi di Wakefield, dan perusahaannya terus melakukan bisnis dalam
abad ke-20.

Gambar 2.8: Joseph Aspdin (1778-1855) (Illingworth, 2012)

J.L. Lambot, 1850 (Gambar 2.9) untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan
semen atau saat ini dikenal sebagai ferrocement untuk dipamerkan pada Pameran Dunia
Tahun 1855 di Paris (Hartley & Brookes Associates, 2014). J. Monier, seorang ahli taman dari
Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi tariknya yang
digunakan untuk tempat tanamannya, dan Koenen, 1886 menerbitkan tulisannya tentang teori
dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner, 1906, mengembangkan plat slab tanpa balok
(Kurrer, 2008; Roads and Maritime, 2005). Dengan kemajuan besar yang terjadi dalam bidang
ini terbentuklah German Committee Reinforce Concrete, Australian Concrete Committee,
American Concrete Institute, dan British Concrete Institute. Di Indonesia sendiri melalui

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 37


Departmen Pekerjaan Umum selalui mengikuti perkembangan beton melalui Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan (LPMB). Melalui lembaga ini diterbitkan peraturan-peraturan
standar beton yang biasanya mengadopsi dari peraturan internasional (code standard
international) yang disesuaikan dengan kondisi bahan dan jenis bangunan di Indonesia.

Gambar 2.9: kapal kecil dari bahan semen dibuat J.L. Lambot,1850 untuk dipamerkan pada
Pameran Dunia Tahun 1855 di Paris (Escales Maririmes, 2008)

Perkembangan yang cepat dalam bidang seni dan analisis perancangan dan konstruksi
beton telah menyebabkan dibangunnya struktur-struktur beton yang sangat khas (Nawy, 1985)
seperti Auditorium Kresge di Boston, Kemudian Marina Tower, Lake Point Tower di Chicago,
dan lainnya seperti Keong Mas di Taman Mini Indonesia.

D. Milestones bangunan

Meskipun ada pengecualian, selama abad ke-19, beton digunakan terutama untuk
bangunan industri. Namun masyarakat menganggap dan belum dapat menerima sebagai
bahan bangunan untuk alasan estetika. Meluasnya penggunaan pertama semen Portland
dalam pembangunan rumah mewah di Inggris dan Perancis antara tahun 1850 dan 1880 oleh
Prancis Francois Coignet, yaitu beton bertulang pertama di bangun di paris, yang
menambahkan batang baja untuk mencegah dinding eksterior dari penyebaran, dan kemudian
digunakan sebagai elemen lentur sebagai beton bertulang (The Editors of The Encyclopædia
Britannica, 2014). Rumah pertama yang dibangun menggunakan beton bertulang adalah
sebuah Rumah yang dibangun di Inggris oleh William B. Wilkinson pada tahun 1854 (Claydon,
2011). Pada tahun 1875, insinyur mekanik Amerika William Ward menyelesaikan pertama
rumah beton bertulang di AS masih berdiri di Port Chester, New York. Ward (National Trust,
38 | BAB II: Beton dan Perkembangannya
2014) rajin memelihara catatan konstruksi, sehingga banyak yang diketahui tentang rumah ini
yang diibangun dari beton karena istrinya takut api, dan agar lebih diterima secara sosial,
bangunan dirancang menyerupai batu. Ini adalah awal dari apa yang kini menjadi industri
konstruksi yang mempekerjakan lebih dari 2 juta orang di Amerika Serikat saja. Bangunan
tersebut dikenal sebagai Ward’s Castle (Gambar 2.10).

Gambar 2.10: Rumah yang dibangun oleh William Ward (Ward’s Castle in Rye Brook, NY)
(BN Products, 2013)
Pada era 1840 – 1849, The Starrucca Viaduct (Gambar 2.11), adalah dinding bata
jembatan dari New York dan Erie Railroad, adalah salah satu struktur yang paling awal antara
pesisir timur dan Midwest di USA (Navickas, 2010). Pembangunan dilaksanakan dalam waktu
singkat dan yang pertama, sebagai beton struktural. The Starrucca Viaduct dari Perusahaan
Kereta Api Erie yang melintasi Starrucca Creek di Lanesboro, Pennsylvania. Ini adalah salah
satu bangunan yang tertua dan yang terpanjang sebagai jembatan kereta api di Pennsylvania.
Bangunan in 18 slender, dengan arsitektur lengkungan batu berbentuk setengah lingkaran
masing-masing rentang 50 meter dan struktur setinggi 110 meter di atas sungai.

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 39


Gambar 2.11: Starrucca Viaduct (ASCE, 2014)
Ketika dibangun, diyakini menjadi jembatan kereta api yang paling mahal di dunia pada
saat itu. Biaya pembangunan $ 320.000 dengan lebih dari 800 pekerja, yang dibayar $ 1 per
hari, untuk menyelesaikan seluruh jembatan selama setahun. Setengah juta kayu digunakan
dalam perancah itu, digunakan sebagau kerangka kayu sementara untuk mendukung
lengkungan batu cincin sampai keystones ditempatkan.

Pada tahun 1891, George Bartholomew menuangkan jalan beton pertama di Amerika
Serikat (Gambar 2.12), dan masih ada hingga sekarang (Kirby, Smith, & Wilkins, 2014). Beton
yang digunakan untuk jalan ini diuji di sekitar 8.000 psi, yaitu sekitar dua kali kekuatan beton
modern yang digunakan dalam konstruksi perumahan.

Gambar 2.12: Court Street di Bellefontaine, Ohio, Jalan Beton Tertua di Amerika (flickr,
2011)

40 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


Pada tahun 1897, Sears Roebuck (Encyclopædia Britannica, 2014) menjual 50 galon
drum semen Portland impor seharga $3,40/galon. Meskipun pada 1898 produsen semen
tahun 1900 -belum dipabrikasi- menggunakan lebih dari 90 formula yang berbeda, pengujian
dasar menghasilkan produksi semen menjadi standar.

Selama akhir abad ke-19, penggunaan beton bertulang baja yang sedang
dikembangkan lebih atau kurang secara bersamaan oleh Jerman, GA Wayss, seorang
Prancis, Francois Hennebique, dan Amerika, Ernest L. Ransome. Ransome mulai
membangun dengan beton bertulang baja pada tahun 1877 dan mematenkan sistem yang
digunakan dengan memutar batang persegi untuk meningkatkan ikatan antara baja dan beton.
Sebagian besar struktur yang dibangun adalah industri.

Hennebique mulai membangun rumah-rumah yang diperkuat baja di Perancis pada


tahun 1870-an (Gambar 2.13),. Dia menerima paten di Perancis dan Belgia untuk sistem dan
sangat sukses, akhirnya membangun sebuah kerajaan dengan menjual waralaba di kota-kota
besar. Dia mempromosikan metodenya melalui ceramah di konferensi dan mengembangkan
standar perusahaan sendiri. Seperti yang dilakukan Ransome, sebagian besar struktur
Hennebique yang dibangun adalah industri. Pada tahun 1879, Wayss membeli hak sebuah
sistem yang dipatenkan oleh orang Prancis bernama Monier, yang mulai menggunakan baja
untuk memperkuat pot bunga beton dan wadah tanam. Wayss mempromosikan sistem
Wayss-Monier.

Gambar 2.13: Tipikal Bangunan Hennebique (Wilhelm Ernst & Sohn Verlag, 2014)
Pada tahun 1902, Agustus Perret merancang dan membangun sebuah gedung
apartemen di Paris menggunakan beton bertulang baja untuk kolom, balok dan pelat lantai.

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 41


Bangunan ini tidak memiliki dinding bantalan, tapi itu memiliki façade yang elegan, yang
membantu membuat beton lebih dapat diterima secara sosial/masyarakat (Gambar 2.14).
Bangunan ini secara luas dikagumi dan penggunaan beton menjadi lebih banyak digunakan
sebagai bahan arsitektur serta bahan bangunan. Desain ini sangat mempengaruhi dalam
desain bangunan beton di tahun-tahun berikutnya.

Gambar 2.14: 25 Rue Franklin Apartments, by Auguste Perret, at Paris, France, 1902 to 1904.
(Gwinner, 2013)
Pada tahun 1903 (Gambar 2.15), pertama beton bangunan bertingkat tinggi dibangun di
Cincinnati, Ohio yaitu sebuah bangunan yang berdiri 16 lantai atau 210 meter terletak di
Central Business District Kota Cincinnati Negara Bagian Ohio, USA (Newby, 2001)

Gambar 2.15: The Ingalls Building di Cincinnati, Ohio (ASCE, 2014; Hein, 2014)

The Cheesman Dam (Gambar 2.16) adalah bendungan besar pertama di Amerika
Serikat yang menggabungkan lengkungan gravitasi, dibangun tahun 1905 dan setelah selesai

42 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


bangunan ini adalah yang tertinggi lengkungan gravitasi menggunakan pasangan batu untuk
bendungan di dunia. Struktur bendungan merupakan struktur penting dalam pasokan air untuk
Denver. Tiga tahun masa pelaksanaan konstruksi, banjir menyapu struktur batu pengisi yang
sebagian telah selesai. Bendungan yang solid selesai hanya dalam waktu lima tahun - suatu
prestasi besar untuk proyek terpencil dan kompleks. Ketika sudah selesai, bendungan lebih
tinggi dari gedung tertinggi di Denver- Colorado.

Gambar 2.16: Bendungan Cheesman, Denver - Colorado (ASCE, 2014)

Era 1900-1909 bangunan bendung Buffalo Bill (Gambar 2.17) dibangun pada tahun
1905 dan selesai 1910 terletak di Park County negara bagian WY-USA. Ketika selesai, Buffalo
Bill Dam adalah yang tertinggi di dunia, dan satu-satunya dengan tinggi / lebar rasio lebih
besar dari satu.

The Buffalo Bill Dam, yang dikenal sebagai Shoshone Dam sampai 1946, adalah
bendungan yang pertama menggunakan beton massa di Amerika, merupakan bendungan
tertinggi di dunia pada saat penyelesaian, dengan tinggi hampir 325 meter.Bangunan ini
merupakan satu lengkungan bendungan pertama di Amerika Serikat yang akan dirancang
menggunakan metode analisis matematis. Insinyur Edgar Wheeler sebagai konsultan
dianggap mengubah ketinggian permukaan air, variasi masalah suhu dan defleksi, hal ini
memungkinkan dia untuk menentukan distribusi beban secara horisontal dan vertikal. Ini
adalah pendahulu dari metode trial- analisis beban tegangan lengkung bendungan yang
merupakan pendahulu dari sistem komputerisasi saat ini.

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 43


Gambar 2.17: Buffalo Bill Dam (ASCE, 2014)
Bendungan merupakan struktur beton gravitasi-lengkungan dengan radius 150 meter
dan panjang puncak 200 kaki. Dua puluh lima persen dari bendungan terbuat dengan
menempatkan batu seberat 25-200 pon menggunakan tangan. Faktanya (1) Beton
ditempatkan dan selesaikan meskipun suhu di bawah nol, membutuhkan alat kelengkapan
uap untuk menghangatkan ke lokasi pembangunan. (2). Untuk menggali abutment bendungan
di dinding sisi ngarai, pekerja mempertaruhkan nyawa mereka, tergantung dari garis laba-laba
yang terhubung ke menara cableway. (3) Tenaga Kerja yang terbatas di perbatasan yang
jarang penduduknya sehingga kontraktor dan buruh harus diimpor dan dilatih terlebih dahulu.
(4) Ribuan ton bahan harus dikirimkan ke lokasi di atas jalan canyon terjal.

Pada saat konstruksi, Atlantic City Municipal Convention Hall (Gambar 2.18) diyakini
aula terbesar di dunia, yang mampu duduk 40.000 orang. Hal ini terus berfungsi sebagai
tempat pertemuan untuk acara, kontes, acara olahraga, dan konvensi. Bangunan ini dibangun
pada tahun 1926 dan selesai 1929. Jumlah material yang digunakan di dalam gedung
mengejutkan pada saat itu yaitu 12.000 ton baja struktural; 42.000 meter kubik beton - yang
terdiri dari 65.000 barel semen dan 25.000 ton pasir; 360.000 kaki tiang pancang; dan
10.000.000 batu bata serta lebih dari 365.000 meter kubik pasir yang digali untuk ruang bawah
tanah. Convention Hall dibangun dengan biaya sebesar $ 15 juta.

Gambar 2.18: Atlantic City Convention Hall (ASCE, 2014)

44 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


Bangunan ini adalah struktur proporsi heroic dengan atap ruang utama, yaitu 488 meter
dan lebar 288 kaki memiliki ketinggian langit-langit 137 meter, didukung oleh tiga lengkungan
truss tiga berengsel terbesar yang pernah dibangun dalam struktur permanen. Meskipun
lengkungan secara rutin digunakan dalam pembangunan gudang senjata, di Convention Hall,
dengan rentang 350-kaki, sekitar 130 meter lebih panjang dari biasanya yang digunakan pada
saat itu.

Convention Hall mampu menampung 40.000 orang dan memiliki atap 4 hektar. Sampai
saat ini kemajuan besar dalam bahan bangunan yang struktur atap yang lebih besar dapat
dibangun yaitu The Houston Astrodome (dibangun pada 1965) mampu menampung 66.000
orang dengan atap 7,5 hektar; Superdome di New Orleans (1975) mampu menampung 97.300
orang dengan atap 9-hektar; dan Pontiac Silverdome (1975) mampu menampung 80.600
orang dan memiliki atap 10-acre.

Tahun 1911, Jembatan Risorgimento dibangun di Roma dengan panjang 328 kaki. Pada
tahun 1913 (Gambar 2.19), penggunaan beton siap-pakai diproduksi di Baltimore, Maryland.
Empat tahun kemudian, Biro Standar Nasional (sekarang National Bureau of Standar dan
Teknologi) dan American Society for Testing dan Material (ASTM International sekarang)
menetapkan rumusan standar untuk semen Portland.

Gambar 2.19: Jembatan Risorgimento di Roma (Lalupa, 2005)

Matte Trucco membangun lima lantai Fiat-Lingotti Autoworks di Turin menggunakan


beton bertulang pada tahun 1915, (Gambar 2.20). Bangunan ini memiliki trek untuk tes mobil
di atap.

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 45


Gambar 2.20: Bangunan Fiat-Lingotti Autoworks di Turin (Dgtmedia - Simone, 2008)
Ugène Freyssinet adalah seorang insinyur Perancis dan pelopor dalam penggunaan
konstruksi beton (Newby, 2001). Pada tahun 1921, ia membangun dua hanggar pesawat
raksasa dengan parabola melengkung di Bandara Orly di Paris. Pada tahun 1928, ia diberi
paten untuk beton pra-stres (Gambar 2.21).

Gambar 2.21: Hanggar pesawat raksasa dengan parabola melengkung di Bandara Orly, Paris
(MacDonald, 2003)

Penggunaan beton pratekan dimulai di akhir abad 19, untuk memperbaiki kelemahannya
terhadap tarik (Newby, 2001). Di Ingris, Pabrik Bryant & May’s menggunakan konstruksi
balok-plat (flat-slab concrete) tahun 1919 (Sutherland, 2001).

Beton Air Entrainment dikembangkan pada tahun 1930. Beton air-entrainment (beton
hampa udara) untuk meningkatkan ketahanan terhadap pembekuan dan meningkatkan
workability nya. Air entrainment merupakan perkembangan penting dalam meningkatkan daya
tahan beton modern. Air entrainment adalah penggunaan agen yang, ketika ditambahkan ke
beton selama pencampuran, menciptakan banyak gelembung udara yang sangat kecil dan
berjarak dekat, dan sebagian besar dari udara tetap dalam beton keras. Beton mengeras
melalui proses kimia yang disebut hidrasi. Saat hidrasi berlangsung, beton akan memiliki rasio
air-semen minimal 25 bagian air sampai 100 bagian semen. Air lebih dari rasio ini adalah air
berlebih yang membuat beton lebih dapat dituangkan dalam pekerjaan. Saat beton mengeras,
kelebihan air akan menguap, meninggalkan permukaan beton berpori. Air dari lingkungan
sekitarnya, seperti hujan dan salju yang meleleh, bisa masuk pori-pori ini. Cuaca dingin dapat
46 | BAB II: Beton dan Perkembangannya
mengubah air menjadi es, seperti yang terjadi, air mengembang, menciptakan retakan kecil
dalam beton yang akan menjadi besar karena proses ini diulang, akhirnya mengakibatkan
pengelupasan permukaan dan kerusakan disebut spalling. Ketika beton telah ber-entrained,
gelembung kecil bisa remuk sedikit, menyerap beberapa tekanan/stres yang diciptakan oleh
ekspansi karena air berubah menjadi es. Udara entrained juga meningkatkan kemampuan
kerja karena gelembung bertindak sebagai pelumas antara agregat dan partikel dalam beton.
Udara terperangkap terdiri dari gelembung yang lebih besar terperangkap dalam beton dan
tidak dianggap menguntungkan untuk beton.

Selain beton Air Entrainment, Beton Tipis (Thin Shell) dikembangkan oleh ahli beton.
Keahlian dalam membangun dengan beton bertulang, memungkinkan pengembangan cara
baru bangunan beton, teknik Thin-shell merupakan struktur bangunan, seperti atap, dengan
cangkang yang relatif tipis beton. Kubah, lengkungan dan kurva senyawa biasanya dibangun
dengan metode ini, karena akan membentuk secara alami lebih kuat. Pada tahun 1930,
insinyur Eduardo Torroja di Spanyol merancang kubah bertingkat rendah untuk pasar di
Algeciras, dengan ketebalan 3 ½ inci yang membentang 150 meter. Kabel baja yang
digunakan untuk membentuk sebuah cincin prategang. Pier Luigi Nervi (Newby, 2001), di Italia
mulai membangun hanggar untuk Angkatan Udara Italia (Gambar 2.22).

Gambar 2.22: Hanggar untuk Angkatan Udara Italia (Hassemer, 2012)

Hanggar yang di cor di tempat, tapi banyak karya Nervi yang digunakan adalah beton
pra-cetak. Mungkin orang yang paling berhasil ketika datang ke gedung menggunakan teknik
shell beton adalah Felix Candela, seorang matematikawan Spanyol-insinyur-arsitek yang
menggunakan Thin-Shell sebagian besar di Mexico City (Gambar 2.23). Atap Laboratorium
Ray Cosmic di University of Mexico City dibangun dengan tebal 5/8-inch (Newby, 2001).
Bentuk khasnya adalah paraboloid hiperbolik. Beberapa atap paling mencolok di mana saja
telah dibangun menggunakan teknologi thin-shell, seperti Sidney Opera House, Australia, dan
Keong Mas di TMMI Indonesia.
Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 47
Gambar 2.23: Cosmic Ray Pavilion (wikiarquitectura, 2010)

Era 1945-65 merupakan pengembangan beton sel (concrete shell roofs) yang
diterapkan untuk atap-atap bangunan gedung (Anchor, 2001) seperti Gedung Opera Sydney.

Gedung Opera Sydney (Sydney Opera House) di Sydney, New South Wales (Gambar
2.24) adalah salah satu bangunan abad ke-20 yang paling unik dan terkenal di desain oleh
Jørn Utzon dari Denmark pada tahun 1955 melalui sebuah kompetisi. Utzon sendiri datang ke
Sydney untuk supervisi pada 1957. Gedung ini terletak di Bennelong Point di Sydney Harbour
dekat Sydney Harbour Bridge dan pemandangan kedua bangunan ini menjadi ikon tersendiri
bagi Australia. Bagi jutaan turis yang datang, gedung ini memiliki daya tarik dalam bentuknya
yang seperti cangkang. Selain sebagai objek pariwisata, gedung ini juga menjadi tempat
berbagai pertunjukkan teater, balet, dan berbagai seni lainnya. Gedung ini dikelola oleh Opera
House Trust dan menjadi markas bagi Opera Australia, Sydney Theatre Company, dan
Sydney Symphony Orchestra.

Gedung ini juga masuk kedalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun
2007. Desain gedung opera ini berbentuk mirip cangkang yang dilapisi dengan keramik putih
Swedia, membuat pantulan sinar matahari dari fajar hingga senja menghasilkan nuansa
artistik. Perusahaan engineering Ove Arup dan Partners digandeng untuk mewujudkan desain
di atas kertas menjadi sebuah konstruksi nyata. Proyek pembangunan gedung opera dibagi
dalam tiga tahap yaitu Tahap I – podium atas dimulai awal tahun 1959 dan selesai pada
tanggal 31 Agustus 1962 dengan berbagai hambatan seperti desain yang belum sempurna,
masalah struktural, hingga cuaca buruk. Pada tahap ini ditemukan bahwa kolom podium terlalu
lemah sehingga harus dibangun ulang. Kondisi ini menyebabkan jadwal penyelesaian
tertinggal 42 minggu.

48 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


Gambar 2.24: Sydney Opera House di Sydney Australia (Amazine, 2014)

Tahap II – konstruksi bagian luar dimulai pada tahun 1963 juga tak lepas dari masalah.
Pembangunan atap berbentuk cangkang ternyata menjadi tantangan teknis tersendiri
sehingga membuat sang arsitek, Utzon, dan perusahaan konstruksi Ove Arup harus
menghabiskan empat tahun untuk memecahkan masalah tersebut. Konstruksi cangkang
akhirnya dibangun oleh perusahaan Jerman, Hornibrook Group Pty Ltd. Berbagai perubahan
dalam desain asli yang disertai kenaikan biaya menimbulkan ketegangan antara pemerintah
NSW dan semua yang terlibat dalam proyek. Akhirnya, konstruksi tahap II bisa diselesaikan
empat tahun kemudian pada 1967. Tahap III – desain interior dan konstruksi keseluruhan. Di
tengah-tengah semua kritik, pekerjaan terus dilakukan dengan berbagai perubahan dari
desain awal Utzon. Tahap ketiga akhirnya selesai pada tahun 1973, dengan perkiraan biaya
$ 102 juta. Pembangunan Sydney Opera House berlangsung selama sepuluh tahun dengan
anggaran empat belas kali lebih besar dari rencana awal $ 7 juta.

Struktur cangkang di Indonesia salah satunya adalah Teater IMAX Keong Mas.
Gedung teater ini didirikan atas prakarsa Ibu Tien Soeharto, dan diresmikan pada tanggal 20
april 1984. Teater Imax Keong Emas stuktur cangkangnya memiliki ketebalan 15 cm bagian
atas dan bawah 20 cm dengan diameter 46 meter (Gambar 2.25).

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 49


Gambar 2.25: Keong Mas, TMMI, di Indonesia (TMMI, 2012)

Hoover Dam di bangun pada tahun 1935, Bendungan Hoover (Gambar 2.26) selesai
dengan menggunakan sekitar 3.250.000 meter beton, dengan tambahan 1.110.000 meter
yang digunakan dalam pembangkit listrik dan struktur bendungan-terkait lainnya. Ingatlah
bahwa ini adalah kurang dari 20 tahun setelah formula standar untuk semen didirikan.

Gambar 2.26: Hoover Dam (HDR, Inc, 2014)


Insinyur untuk Biro Reklamasi menghitung bahwa jika beton ditempatkan dalam satu,
pour monolitik, bendungan baru akan selesai 125 tahun untuk mengeras, dan tekanan dari
panas yang dihasilkan akibat kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan struktur pecah dan
runtuh. Solusinya adalah dengan menuangkan bendungan dalam serangkaian blok yang
membentuk kolom, dengan beberapa blok seluas 50 meter persegi dan 5 meter. Setiap bagian
5-kaki-tinggi memiliki serangkaian pipa 1 inci dipasang di alur air sungai dan kemudian air
dingin secara mekanis dipompa untuk membawa pergi panas. Setelah kontraktor beton
50 | BAB II: Beton dan Perkembangannya
berhenti pipa diisi dengan nat. Sampel beton inti diuji pada tahun 1995 menunjukkan bahwa
beton terus mendapatkan kekuatan dan memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dari rata-rata.

Selain Hoover dam, Konstruksi bendungan lainnya adalah Grand Coulee Dam (Gambar
2.27). The Grand Coulee Dam di Washington, selesai pada tahun 1942, merupaka struktur
beton terbesar yang pernah dibangun. Sturktur ini berisi 12 juta meter beton melalui
penggalian lebih dari 22 juta meter kubik tanah dan batu. Untuk mengurangi penggunaan
jumlah truk saat pekerjaan, ban berjalan sepanjang 2 mil dibangun. Pada lokasi tapak beton
dipompa ke dalam lubang yang dibor 660-880 meter (dalam granit) untuk mengisi setiap celah
yang mungkin melemahkan tanah di bawah bendungan.

Untuk menghindari runtuhnya saat penggalian karena berat overburden, pipa 3-inch
dimasukkan ke bumi dengan penambahan cairan dingin dari tanaman pendingin yang
dipompa dan membeku untuk menstabilkan konstruksi agar bisa berlanjut.

Beton untuk Grand Coulee Dam ditempatkan menggunakan metode yang sama
digunakan untuk Hoover Dam. Setelah ditempatkan di kolom, air sungai yang dingin dipompa
melalui pipa tertanam dalam beton untuk mengurangi suhu dari 105 ° F (41°C) sampai 4°F
(7°C). Hal ini menyebabkan bendungan bergerak sekitar sepanang 8 inci, dan kesenjangan
yang dihasilkan diisi dengan nat.

Gambar 2.27: Grand Coulee Dam (usa.gov, 2013)

Di Indonesia sendiri pembuatan Jembatan Surabaya – Madura (Suramadu) merupakan


salah satu mega struktur yang ada di Indonesia saat ini. Jembatan Suramadu (Gambar 2.28)
dengan total panjang 5,438 km merupakan jembatan terpanjang di Indonesia, yang dalam
pelaksanaannya dihadapi berbagai kompleksitas, terutama dalam aspek teknik konstruksi,
teknologi bahan, maupun manajemen pelaksanaan.

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 51


Dengan total panjang jembatan 5,438 km, dipilih teknik konstruksi cable stayed yang
menggunakan teknologi bahan box girder baja untuk bentang tengah sepanjang 0,818 km.
Untuk jembatan pendekat sepanjang 1,280 km digunakan konstruksi beton semen pra-tekan
box girder. Sedangkan untuk jembatan cause way sepanjang 3,247 km diterapkan konstruksi
I girder pra-cetak. Jembatan Suramadu dilengkapi dengan jalan pendekat sepanjang 15,850
km yang terdiri dari 4,350 km untuk sisi Surabaya yang dibangun dengan menggunakan teknik
konstruksi perkerasan beton semen dan 11,500 km untuk sisi Madura yang konstruksinya
menggunakan perkerasan beton aspal.

Jembatan Suramadu dibangun dengan lebar 30 m, terdiri dari 2 lajur lalu lintas masing-
masing arah dengan lebar 3,5 m dan bahu jalan dengan lebar 2,25 m. Untuk mengakomo-asi
aspirasi masyarakat Madura dan memper-imangkan tingginya volume lalu lintas sepeda
motor, maka disediakan jalur khusus sepeda motor dengan lebar 3,05 m di masing-masing
sisi. Biaya pembangunan Jembatan Suramadu seluruhnya sekitar Rp 5 trilyun yang bersumber
dari APBN termasuk pinjaman dari Pemerintah China dan APBD Provinsi Jawa Timur.
(Renstra PU, 2014).

Gambar 2.28: Jembatan Surabaya – Madura (Suramadu) (Waspada Online, 2012)

Beton pada Jembatan Suramadu menggunakan bahan semen tipe khusus yaitu Special
Blended Cement (SBC) yang diproduksi secara khusus oleh PT. Semen Gresik yang
merupakan riset bersama antara PT. Semen Gresik dengan Proyek Jembatan Suramadu.
Kelebihan dari SBC ini mampu melindungi beton dari serangan korosi adalah (Suhendro,
Bambang, 2010):
a. Tahan terhadap serangan Sulfat dan Chlor maupun lingkungan yang agresif pada
daerah laut.
52 | BAB II: Beton dan Perkembangannya
b. Panas hidrasi yang terjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan semen tipe lain.
c. Permeabilitas lebih kecil dari semen tipe lain
Penggunaan beton dalam konstruksi, dari sisi pasar tenaga kerja, pembangunan prasarana
jalan dalam menciptakan peluang usaha dan menampung angkatan kerja juga sangat besar
dan berpotensi untuk mem-berikan multiplier effect terhadap perekonomian lokal maupun
kawasan.

Jalan Tol Cipularang (CIkampek - PUrwakarta - PadaLARANG) adalah jalan tol di


Indonesia yang menghubungkan kota Jakarta dan Bandung. Jalan tol ini selesai dibangun
pada akhir April 2005. Tol ini membentang dari Cikampek - Purwakarta sampai Padalarang
(Gambar 2.29) Tol ini berada di pegunungan sehingga jalannya naik-turun dan juga
mempunyai banyak jembatan yang panjang dan tinggi.

Gambar 2.29: Tol Cipularang Km 97 (Rosad, 2013)

Contohnya adalah, pembangunan Jalan Tol Cipularang sepanjang 58 km yang menelan


biaya sekitar 1,6 triliun rupiah dan 100% dikerjakan oleh tenaga lokal. Proyek pembangunan
ini melibatkan 50 ribu tenaga kerja. Disamping menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak,
pembangunan Jalan Tol Cipularang juga meningkatkan nilai konsumsi dengan menggunakan
500 ribu ton semen, 25 ribu ton besi beton, 1,5 juta m3 agregat, dan 500 ribu m3 pasir.

Konstruksi High-Rise dalam tahun-tahun setelah pembangunan Gedung Ingalls pada


tahun 1904, sebagian besar bangunan bertingkat tinggi yang terbuat dari baja. Pada tahun
1962 di Bertrand Goldberg dibangun Konstruksi 60 lantai Twin Towers di Chicago memicu
Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 53
minat baru dalam menggunakan beton bertulang untuk gedung-gedung bertingkat. Struktur
tertinggi di dunia (per 2011) dibangun dengan menggunakan beton bertulang. The Burj Khalifa
di Dubai di Uni Emirat Arab (UEA) berdiri pada 828 m (2,717 ka).

Pembangunan dimulai pada 21 September 2004, dan struktur luarnya disiapkan pada 1
Oktober 2009 serta dibuka secara rasmi pada 4 Januari 2010. Bangunan ini merupakan berdiri
di lahan seluas 2 km2 yang dikenali sebagai Downtown Burj Khalifa di persimpangan di
sepanjang Jalan Sheikh Zayed, dekat kawasan niaga utama di Dubai. Selain The Burj Khalifa
di Dubai, beberapa bangunan tinggi yang ada adalah CN Tower di Canada setinggi 553,33
meter, Taipei 101 di Taiwan setinggi 508 meter dan menara kembar petronas di Malaysia
setinggi 452 meter, Menara Willis setinggi 442 m di Chicago, Amerika.

Menara Willis (Willis Tower atau dulu dikenal Sears Tower) adalah pencakar langit di
Chicago, Illinois. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Amerika Serikat sejak tahun 1973
setelah mengalahkan ketinggian World Trade Center. Sebelumnya, World Trade Center
merupakan gedung tertinggi di AS selama setahun setelah mengungguli Gedung Empire State
yang berada di kota yang sama, New York City. Menara Sears dibangun konglomerat bisnis
eceran Sears, Roebuck and Company. Perancangnya adalah arsitek kepala Bruce Graham
dan insinyur struktur Fazlur Khan dari Skidmore, Owings and Merrill.

Pembangunan dimulai bulan Agustus 1970, dan dicapai tinggi maksimum gedung
seperti direncanakan pada tanggal 3 Mei 1973. Ketika selesai, ketinggian Menara Sears
mengungguli World Trade Center di New York City, dan menjadi gedung tertinggi di dunia.
Gedung ini terdiri dari 108 lantai, namun pemilik gedung menghitung lantai atap sebagai lantai
109, dan bagian paling atas yang berisi peralatan mekanik sebagai lantai 110. Tinggi gedung
sampai ke atap adalah 442 m, dihitung dari pintu masuk sebelah timur.

Menurut standar Emporis (Emporis Data Standards ESN 18727, ESN 24419)., gedung
dengan 12 lantai atau 35 meter atau lebih tingginya dan gedung berlantai banyak lebih dari
100 meter di klasifikasikan sebagai gedung sangat tinggi (High-rise building) dan gedung
pencakar langit (skyscraper). Gedung tinggi dapat diGambarkan sebagai sebuah bangunan
bertingkat yang umumnya dibangun menggunakan kerangka struktural, dilengkapi dengan lift
kecepatan tinggi, dan menggabungkan ketinggian yang luar biasa dengan ruang kamar biasa
seperti dapat ditemukan dalam-bangunan rendah. Secara keseluruhan, itu adalah ekspresi
fisik, ekonomi, dan teknologi dari basis kekuasaan kota, mewakili investasi swasta dan publik
(Günel & Ilgin, 2014).

54 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


The Burj Khalifa adalah struktur mixed-use, dengan sebuah hotel, kantor dan ruang ritel,
restoran, klub malam, kolam renang, dan 900 tempat tinggal. Konstruksi menggunakan
431.600 meter kubik beton dan 61.000 ton besi/rebar. Bangunan itu memiliki berat kosong
sekitar 500.000 ton seperti Piramida Besar di Giza.

Burj Khalifa dapat menampung 35.000 orang sekaligus. Untuk menutupi 160 lantainya,
Sebanyak 57 elevator dengan kecepatan 40 mph digunakan. Panas, iklim lembab Dubai,
dikombinasikan dengan pendingin udara yang diperlukan untuk menangani suhu luar yang
mencapai lebih dari 120°F, menghasilkan begitu banyak kondensasi air yang dikumpulkan
dalam tangki penampungan di bawah tanah (ground water tank) dan digunakan untuk irigasi
lanskap. Piramida Besar di Giza memegang rekor sebagai buatan manusia tertinggi struktur
dunia selama sekitar 4.000 tahun. Sebuah bangunan 568 meter lebih tinggi dari Burj Khalifa
dijadwalkan selesai pada tahun 2016 di Kuwait.

Di Jakarta – Indonesia, saat ini gedung tertingginya adalah Wisma 46 (Gambar 2.30)
yang dibuat oleh DP Architects Private Limited dan Zeidler Partnership Architects adalah nama
sebuah gedung setinggi 250 meter di Jakarta, Indonesia. Menurut Emporis – Building data
and Construction Project Worldwide, gedung ini juga merupakan gedung tertinggi ke-97 di
dunia pada tahun 2008.

Gedung-gedung bertingkat di dunia dari yang tertinggi seperti The Burj Khalifa dan
lainnya (Gambar 2.31). Pada tabel berikut (lihat tabel 2.1) dapat di lihat daftar 50 gedung tinggi
di dunia.

Wisma 46 diresmikan pada tahun 1996 dan memiliki 50 lantai. Gedung ini memiliki
bentuk yang unik, seperti sebuah pena yang berdiri tegak. Menurut data Emporis, Wisma 46
tidak lagi masuk dalam 200 gedung tinggi di dunia (emporis, 2012). Berdasarkan data terbaru
Emporis gedung Wisma 46 merupakan gedung tertinggi di Indonesia, dan 20 Gedung tinggi di
Indonesia semuanya ada di Jakarta, berikut daftar gedung tinggi di Indonesia (lihat tabel 2.2)

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 55


Gambar 2.30: Gedung Wisma BNI 46 (Azahari, 2008)

56 | BAB II: Beton dan Perkembangannya


Gambar 2.31: Beberapa Bangunan Tinggi (Deskarati, 2012)

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 57


Tabel 2.1: World's tallest buildings - Top 50
Urutan Lantai Tinggi Tahun
Gedung (Building) Kota (City)
(#) (Floors) (Height) (Year)
1 Burj Khalifa Dubai 163 828 m 2010
2 Shanghai Tower Shanghai 121 632 m 2014
Makkah Clock Royal Tower Makkah
3 [Abraj Al Bait] 120 601 m 2012
One World Trade Center New York
4 [New World Trade Center] City 104 541 m 2014
CTF Finance Centre Guangzhou
5 [Guangzhou Twin Towers] 116 530 m 2016
6 Taipei 101 Taipei 101 509 m 2004
Shanghai World Financial Shanghai
7 Center 101 492 m 2008
International Commerce Hong Kong
8 Centre [Union Square] 118 484 m 2010
Petronas Tower 1 [Petronas Kuala
9 Towers] Lumpur 88 452 m 1998
Petronas Tower 2 [Petronas Kuala
10 Towers] Lumpur 88 452 m 1998
11 Zifeng Tower Nanjing 66 450 m 2010
12 Willis Tower Chicago 108 442 m 1974
13 KK100 Shenzhen 100 442 m 2011
Guangzhou International Guangzhou
Finance Center [Guangzhou
14 Twin Towers] 103 438 m 2010
432 Park Avenue New York
15 City 96 426 m 2015
Trump International Hotel & Chicago
16 Tower 98 423 m 2009
17 Jin Mao Tower Shanghai 88 421 m 1999
Two International Finance Hong Kong
Centre [International Finance
18 Centre] 88 415 m 2003
19 Princess Tower Dubai 101 413 m 2012
20 Al Hamra Tower Kuwait City 80 412 m 2011
21 23 Marina Dubai 89 393 m 2012
22 CITIC Plaza [CITIC Plaza] Guangzhou 80 391 m 1997
Eton Place Dalian 1 [Eton Dalian
23 Place Dalian] 81 388 m 2014
Capital Market Authority Riyadh
24 Headquarters 77 385 m 2014
Shun Hing Square [Shun Shenzhen
25 Hing Square] 69 384 m 1996
26 The Domain [Central Market] Abu Dhabi 88 382 m 2014
Empire State Building New York
27 City 102 381 m 1931
28 Elite Residence Dubai 91 380 m 2012
58 | BAB II: Beton dan Perkembangannya
Tabel 2.1: World's tallest buildings - Top 50
Urutan Lantai Tinggi Tahun
Gedung (Building) Kota (City)
(#) (Floors) (Height) (Year)
29 Central Plaza Hong Kong 78 374 m 1992
30 Bank of China Tower Hong Kong 70 367 m 1990
Bank of America Tower New York
31 City 58 366 m 2009
32 Almas Tower Dubai 68 363 m 2009
33 The Pinnacle Guangzhou 60 360 m 2012
JW Marriott Marquis Dubai 1 Dubai
34 [JW Marriott Marquis Dubai] 77 355 m 2012
JW Marriott Marquis Dubai 2 Dubai
35 [JW Marriott Marquis Dubai] 77 355 m 2014
Emirates Office Tower Dubai
36 [Emirates Towers] 54 355 m 2000
37 OKO Apartment Tower [OKO] Moscow 85 352 m 2015
Tuntex Sky Tower Kaohsiung
38 City 85 348 m 1997
39 Aon Center Chicago 83 346 m 1973
40 The Center Hong Kong 73 346 m 1998
41 John Hancock Center Chicago 100 344 m 1969
42 ADNOC Headquarters Abu Dhabi 75 342 m 2014
Ahmed Abdul Rahim Al Attar Dubai
43 Tower 76 342 m 2014
44 The Wharf Times Square Wuxi 68 339 m 2015
45 Global Financial Building Chongqing 73 339 m 2014
46 Mercury City Moscow 75 339 m 2013
Tianjin Global Financial Tianjin
47 Center 72 337 m 2011
48 The Torch Dubai 79 337 m 2011
Keangnam Hanoi Landmark Hanoi
49 Tower 72 336 m 2012
50 Wenzhou Trade Center Wenzhou 68 333 m 201
Sumber: (Emporis GMBH, 2014)

Mulyono, Tri., (2015), Teknologi Beton:dari Teori ke Praktek, Jakarta, LPP-UNJ | 59


Tabel 2.2: Gedung Tinggi di Indonesia – 20 Top
Urutan Gedung (Building) Kota Lantai) Tinggi Tahun
(#)
Raffles Jakarta [Ciputra World 1 Jakarta
1 Jakarta] 52 253 m 2014
2 Wisma 46 [Kota BNI] Jakarta 50 250 m 1996
3 The Pakubuwono Signature Jakarta 52 235 m 2015
4 BCA Tower [Grand Indonesia] Jakarta 56 230 m 2008
5 Equity Tower Jakarta 44 220 m 2010
The Peak 1 & 2 [The Peak, a Jakarta
6 Beaufort Residence at Sudirman] 55 219 m 2006
Denpasar Residence @ Kuningan Jakarta
7 City 1 58 218 m 2012
Denpasar Residence @ Kuningan Jakarta
8 City 2 58 218 m 2012
9 The Energy [Graha Niaga] Jakarta 40 217 m 2008
Bakrie Tower [Rasuna Epicentrum Jakarta
10 Superblock] 50 214 m 2009
11 Sudirman Place [Sudirman Place] Jakarta 52 213 m 2006
Ritz-Carlton Jakarta Tower A [Ritz- Jakarta
12 Carlton Jakarta] 48 212 m 2005
Ritz-Carlton Jakarta Tower B [Ritz- Jakarta
13 Carlton Jakarta] 48 212 m 2005
Keraton at The Plaza [Plaza Jakarta
14 Indonesia] 46 210 m 2009
Seaview Condominium @ Green Jakarta
15 Bay Pluit Tower J [Green Bay Pluit] 48 208 m 2014
Seaview Condominium @ Green Jakarta
Bay Pluit Tower K [Green Bay
16 Pluit] 48 208 m 2014
Seaview Condominium @ Green Jakarta
17 Bay Pluit Tower L [Green Bay Pluit] 48 208 m 2014
Seaview Condominium @ Green Jakarta
Bay Pluit Tower M [Green Bay
18 Pluit] 48 208 m 2014
19 The City Center @ Batavia City Jakarta 47 208 m 2012
Ciputra World Residential Tower Jakarta
20 [Ciputra World 1 Jakarta] 49 207 m 2014
Sumber: (Emporis GMBH, 2014)

E. Keahlian yang dibutuhkan

Keahlian dalam perencanaan struktur beton bertulang haruslah memenuhi persyarat-


persyarat yang berlaku. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik
yang baku. Analisis dengan komputer, harus disertai dengan penjelasan mengenai prinsip
cara kerja program, data masukan serta penjelasan mengenai data keluaran. Ahli dapat
menggunakan percobaan model dan diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis

Bab II: Beton dan Perkembangannya | 60


teoritis. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang
mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan
kekakuan unsur-unsurnya. Bila cara perhitungan menyimpang dari ketentuan dalam SNI 03-
2847-2002, maka harus mengikuti persyaratan sebagai berikut:

(1) Struktur yang dihasilkan harus dapat dibuktikan cukup aman dengan bantuan
perhitungan dan/atau percobaan.

(2) Tanggung jawab atas penyimpangan yang terjadi dipikul oleh perencana dan
pelaksana yang bersangkutan.

(3) Perhitungan dan/atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk oleh
pengawas bangunan yang berwenang, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang
menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut. Bila perlu, panitia dapat
meminta diadakan percobaan ulang, lanjutan atau tambahan. Laporan panitia yang
berisi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan penggunaan cara tersebut mempunyai
kekuatan yang sama dengan tata cara ini.

1. Perkembangan Industri Konstruksi

Industri Konstruksi Dunia adalah salah satu industri terbesar di seluruh dunia. Kontribusi
industri ini memberikan kontribusi terhadap GDP global berkisar sepersepuluh dari jumlah
total. Industri Konstruksi Dunia juga merupakan generator kerja potensial dan memberikan
pekerjaan untuk hampir tujuh persen pekerja yang bekerja total di seluruh dunia. Luasnya
industri ini telah menjadi begitu besar sehingga energi, dalam bentuk listrik maupun bahan
bakar, yang dikonsumsi sekitar dua-seperlima dari total energi yang dikonsumsi di seluruh
dunia. Sumber daya yang digunakan dalam Industri Konstruksi Dunia juga mengejutkan
tingginya dan mengkonsumsi lima puluh persen dari total sumber daya dunia. Industri
Konstruksi Dunia adalah dasar dari perekonomian dunia yang dicapai melalui pembangunan
properti real estate (perumahan dan komersial), jembatan, terowongan, jalan, rel kereta api
dan kompartemen, bandara, dan lainnya. Industri Konstruksi Dunia saat ini sebagai dasar
untuk menilai kinerja kondisi ekonomi suatu negara. Industri ini bukanlah entitas homogen
tetapi memiliki karakteristik heterogen. (EconomyWatch, 2010).

Tren Industri Konstruksi di seluruh dunia menunjukkan kenaikan laju pertumbuhan.


Industri ini terdiri dari banyak komponen termasuk konstruksi teknik sipil berat dan (jalan raya,
jembatan, rel kereta api, bandara, dll), real estate (baik perumahan maupun komersial)
pengembangan, dan produk konstruksi khusus (seperti produk arsitektur, sambungan listrik,
barang-barang dekoratif, dll). Semua segmen ini tidak dapat diharapkan untuk menunjukkan
tren serupa dan bahkan menunjukkan pola pertumbuhan diferensial di seluruh dunia.
Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 61
Demikian juga di Indonesia, seperti halnya pada industri lain, pasar jasa konstruksi
sangat dipengaruhi oleh daya beli dari masyarakat dan pemerintah, dimana daya beli ini
berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi makro Indonesia yang mengalami
gangguan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997/1998 tersebut. Sebelum krisis
ekonomi pada tahun 1997, Biro Pusat Statistik (BPS, 2006) mencatat adanya pertumbuhan
di sektor konstruksi yang mencapai 13,71% per tahun. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi
dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 7,85%. Akan tetapi setelah krisis
ekonomi menyerang Indonesia, konstruksi merupakan sektor yang paling merasakan
imbas dari krisis ekonomi tersebut dimana sektor konstruksi pada tahun 1998 terpuruk hingga
minus 36,4% dan mengalami pertumbuhan yang paling parah dibandingkan sektor ekonomi
yang lainnya seperti manufaktur dan pertanian. Dalam kurun waktu tersebut perusahaan-
perusahaan jasa konstruksi sangat terpukul pada saat terjadinya krisis ekonomi karena
volume pekerjaan konstruksi berkurang drastis, proyek ditangguhkan atau dihentikan
sementara oleh pemiliknya dan juga pemilik proyek banyak yang kesulitan melakukan
pembayaran kepada kontraktor. Sementara dalam waktu yang bersamaan, kontraktor
memiliki kewajiban membayar kepada pihak ketiga, terutama pengusaha golongan
ekonomi lemah, disamping harus membayar bunga pinjaman kepada pihak perbankan yang
mana pada saat itu suku bunga perbankan melonjak drastis sampai mencapai sekitar 25-26%
per tahunnya.

Perkembangan industri jasa konstruksi di Indonesia dibagi dalam 5 (lima) periode


Periode 1945 – 1950: Pada periode ini praktis industri jasa konstruksi belum bangkit, karena
negeri kita masih disibukkan dengan usaha Belanda yang ingin menjajah kita kembali
sehingga terjadilah Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948). Tahun
1950, Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan membubarkan
Republik Indonesia Serikat (RIS), karena nya dalam periode ini belum tumbuh pembangunan
atau industri jasa konstruksi. Perusahaan jasa konstruksi yang ada dalam periode ini
kebanyakan adalah perusahaan Belanda seperti NV de Hollandshe Beton Maatschappij (PT.
Hutama Karya), NV Volker Associate (PT. Adhi Karya), NV Nederlandshe Aanneming
Maatschappij (PT. Nindya Karya), NV Volker Aanneming Maatschappij (PT. Waskita Karya).

Periode 1951 – 1959: Sejak tahun 1951 sampai dengan 1959, Pemerintah Republik
Indonesia yang menggunakan sistem Kabinet Parlementer tidak pernah stabil. Kabinet silih
berganti, karena itu dalam periode ini industri jasa konstruksi tetap masih belum bangkit.
Perencanaan pembangunan yang definitive belum ada. Bentuk kontrak mengacu kepada satu
– satunya ketentuan warisan Belanda, yaitu AV41.

Bab II: Beton dan Perkembangannya | 62


Periode 1960 – 1966: Pada periode ini, pembangunan baru dimulai dan dipimpin
langsung oleh Bung Karno dengan nama proyek “Proyek – Proyek Mandataris”, seperti
MONAS, Monumen Irian Barat, Hotel Indonesia, Samudra Beach, Bali Beach, Wisma
Nusantara, Jembatan Semanggi, Gelora Senayan dan lainnya. Hingga tahun 1966 bentuk
kontrak pada umumnya adalah cost plus fee. Pekerjaan langsung ditunjuk langsung oleh
Pemerintah (tanpa tender) dan sektor swasta belum ikut serta. Setelah tahun 1966,
Pemerintah melarang bentuk kontrak cost plus fee. Kontrak ini dinilai tidak begitu baik karena
mudah terjadi manipulasi dan tidak efisien sehingga biaya proyek menjadi tidak terukur.

Periode 1967 – 1996: Pada awal tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program
pembangunan yang terencana. Program ini dikenal dengan nama Pembangunan Jangka
Panjang Tahap I (PJP I) Tahun 1969 – 1994 yang terdiri dari 5 (lima) Rencana Pembanguna
Lima Tahun (REPELITA) dan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) Tahun 1994 –
2019, yang dimulai dengan REPELITA VI Tahun 1994 – 1999. Kontrak konstruksi sebagian
besar menggunakan standar atau versi Pemerintah kecuali sektor swasta dan proyek yang
menggunakan dana pinjaman luar negeri (loan) yang biasanya mengacu pada standar kontrak
seperti FIDIC / JCT / AIA / JCT.

Periode 1997 – 2002: Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter. Industri jasa
konstruksi mengalami goncangan yang sangat hebat. Proyek – proyek mendadak berhenti
dikarenakan Pengguna Jasa tidak mampu membayar Penyedia Jasa. Pada tahu 1999,
Pemerintah membuat peraturan perundang – undangan baku mengenai industri jasa
konstruksi, yaitu Undang – Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diikuti dengan
3 (tiga) Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaannya, yaitu PP No. 28, 29 dan 30
Tahun 2000. Selain itu melalui BSN, pemerintah secara kontinyu mengembangkan standar-
standar yang berkaitan dengan konstruksi.
Di tengah ketatnya kondisi persaingan bisnis jasa konstruksi ini, para pelaku bisnis jasa
konstruksi di Indonesia, dalam hal ini adalah kontraktor jasa konstruksi, berupaya keras untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaannya. Terjaganya eksistensi suatu perusahaan di-
antaranya tergantung pada kemampuan perusahaan tersebut untuk melihat peluang-peluang
pasar yang ada.

Sektor konstruksi di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam PDB


tahun 2011 yaitu sekitar sebesar 8%, tahun 2012 sebesar 10% dan pada tahun 2013
diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 11-12%. Secara nilai juga mengalami
peningkatan, pada tahun 2011 sebesar Rp 250 triliun, pada tahun 2012 sebesar Rp 330 Triliun
dan diprediksi pada tahun 2013 nilai belanja konstruksi nasional meningkat sekitar 20% (Road
to 41st IFAWPCA Convention, 2012). Pasar Konstruksi sesuai dengan (tabel 2.3) terjadi

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 63


peningkatan signifikan. Peningkatan ini seiring dengan komitmen pemerintah yang berfokus
pada pembangunan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi dan juga meningkatkan
mobilitas dalam hubungan internasional, terlebih sejak Indonesia masuk ke dalam zona
Investment grade. Komitmen pemerintah untuk membenahi kualitas infrastruktur nasional
direfleksikan dalam RAPBN 2013 mencapai 11,76 persen dari total anggaran belanja negara
sebesar Rp. 1.657,9 trilliun. Angka tersebut, meningkat 14,9 persen dari alokasi belanja modal
dalam APBN-P tahun 2012

Tabel 2.3:Pasar Industri Konstruksi di Indonesia


Pasar Konstruksi Nasional 2012 2014
APBN Rp.93 triliun Rp.150 triliun
APBD Rp.40 triliun Rp.60 triliun
BUMN & BUMD Rp.97 triliun Rp.70 triliun
Swasta Rp.170 triliun Rp.200 triliun
Total Rp. 400 triliun Rp. 480 triliun
Sumber: (AKI, 2013)

Beberapa factor yang menjadi kendala dalam sektor konstruksi antara lain adalah (1)
Tingginya suku bunga sehingga daya saing dengan kontraktor asing menjadi sangat lemah.
(2) Masalah pajak juga menjadi kendala berat karena PPH final yang cukup besar. (3)
Terbatasnya SDM tenaga skill mulai dari mandor hingga project manager, karena banyak
pekerja yang memilih untuk bekerja di luar negeri melalui PJTKI, padahal sebenarnya
pendapatan tenaga skill ini juga cukup tinggi di dalam negeri. Kurangnya informasi kepada
masyarakat mengenai besarnya pendapatan. (4) Tidak adanya kesepahaman mengenai
berbagai hal yang menyangkut konstruksi mulai dari desain sampai dengan pelaksanaan,
terutama ketidak sepahaman dari penegak hukum. Hal ini sangat memprihatinkan karena
memperlambat kinerja dan efisiensi. Sebagai conton, 1 proyek bisa diperiksa oleh 5 penegak
hukum, padahal dengan 2 pemeriksa saja sudah cukup.

2. Perkembangan keahlian

Laporan 2001 ASCE, “Engineering the Future of Civil Engineering”, bahwa untuk insinyur
sipil harus mempertahankan gaya kepemimpinan dalam infrastruktur dan lingkungan
sekitarnya, rencana induk pelaksanaan diperlukan; dan dasarnya rencana induk ini adalah
dokumen yang disebut “Body of Knowledge”. Menurut ASCE, seorang insinyur sipil harus
memiliki keahlian professional dan terus belajar sesuai dengan spesialisasinya yang
dibuktikan dengan sertifikasi ahli dibidangnya (Hansen & Zenobia, 2011), yang dipublikasikan
dalam Body of Knowledge/BOK1, tahun 2004 (Gambar 2.32).

Bab II: Beton dan Perkembangannya | 64


Pengertian “baccalaureate education” (Farlex, Inc, 2014) adalah pendidikan dengan
tingkat universitas Sarjana atau Arts, Bachelor of Science, dll. Pengalaman berarti
kemampuan untuk merancang dan melakukan percobaan, serta menganalisis dan
menginterpretasikan data (Hansen & Zenobia, 2011). Kaitannya dengan ahli sipil adalah
seorang yang mempunyai kompetensi atau kemampuan untuk merancang dan melakukan
percobaan di ilmu sipil, serta menganalisis dan menginterpretasikan data untuk pekerjaannya.
Lifelong learning-pengakuan dari kebutuhan, dan kemampuan untuk terlibat dalam, belajar
sepanjang hayat. Profesional berarti seorang yang kompeten dalam bidangnya.

AHLI SIPIL SEKARANG


(TODAY’S CE PROFESSIONAL)
Body of Knowledge
(Implicit)

Pendidikan, Teknik, Praktisi/Ahli


tingkat universitas Ujian/ profesional dan
Sarjana atau Arts, Pengalaman Sertifikat Belajar Selama
Bachelor of Science, dll (Experience) (Exam/ hidup
(Baccalaureate License) (Professional
Education) Practice and
Lifelong Learning)

AHLI SIPIL DULU


(TOMORROW’S CE PROFESSIONAL TRACK)
Body of Knowledge
(Explicit) Banyak fokus
Beragam Pendidikan, pada Pengalaman
Praktisi/Ahli
Teknik, tingkat & Pendidikan
Ujian/Sert profesional dan
universitas Sarjana atau Megister atau
ificat Belajar Selama
Arts, Bachelor of tambahan 30 SKS
(Exam/ hidup
Science, dll (More Focused
License) (Professional
(Modified Baccalaureate Experience &
Practice and
Education) Master’s Degree
Lifelong Learning)
or ~ 30 credits)

Gambar 2.32: Visi ASCE untuk mempersiapkan karir di Teknik Sipil (Adapted from ASCE
Policy Statement 465 (Hansen & Zenobia, 2011)

Sejak tahun 1999 melalui Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
mewajibkan setiap orang yang terlibat dalam usaha jasa konstruksi memiliki sertifikat baik itu
sertifikat keahlian maupun sertifikat keterampilan. Untuk orang-orang dengan keterampilan
tertentu, misalnya juru Gambar professional memang wajar harus punya sertifikat
keterampilan yang menunjukkan bahwa dia memang terampil dalam bidang Gambar teknik.

Tujuan sertifikasi adalah menciptakan orang-orang mumpuni dibidangnya. Sertifikasi


digolongkan menjadi Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Ketrampilan (SKT). SKA adalah
bukti kompetensi dan kemampuan profesi keahlian kerja tenaga ahli bidang Jasa Pelaksana
Konstruksi (KONTRAKTOR), Jasa Perencana Konstruksi atau Jasa Pengawas Konstruksi
(KONSULTAN), dengan kualifikasi tenaga ahli tenaga ahli Jasa Konstruksi adalah; (1) Ahli
Utama, (2) Ahli Madya, dan (3) Ahli Muda.

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 65


SKT (Sertifikat Keterampilan) adalah bukti kompetensi dan kemampuan profesi
keterampilan kerja bidang Jasa Pelaksana Konstruksi (KONTRAKTOR) yang harus dimiliki
tenaga kerja/ahli perusahaan untuk dapat ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik
(PJT) dalam permohonan Sertifikasi dan Registrasi Jasa Pelaksana Konstruksi. Kualifikasi
tenaga terampil Jasa Pelaksana Konstruksi adalah (1) Tingkat I, (2) Tingkat II dan (3) Tingkat
III

Sebuah badan usaha jasa konstruksi harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian
(SKA) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) atau Penanggung Jawab
Bidang (PJB) yang merupakan salah satu persyaratan utama untuk mengajukan permohonan
Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha bidang Jasa Konstruksi. SKA dan SKT tersebut
dikeluarkan oleh asosiasi profesi jasa konstruksi yang telah diakreditasi Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). SKT hanya untuk tenaga ahli perusahaan Jasa
Pelaksana Konstruksi (kontraktor); sedangkan SKA berlaku baik untuk kontraktor maupun
konsultan.

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) adalah Lembaga yang sah sebagai
penyelenggara peran masyarakat dalam pengembangan jasa konstruksi dan Keabsahan
Sertifikat Badan Usaha (SBU), Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan (SKT)
yang sah digunakan untuk memenuhi persyaratan dalam Pengurusan ljin Usaha Jasa
Konstruksi (IUJK) dan persyaratan menjadi Penyedia Jasa untuk mengikuti pemilihan
pengadaan jasa penyelenggara jasa Konstruksi (LPJK, 1 Oktober 2014).

Pengelompokan bidang untuk SKA menurut LPJK, sesuai dengan Sertifikat Keahlian
(SKA) untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Konstruksi menjadi Bidang Arsitektur, Sipil,
Mekanikal, Elektrikal, Tata Lingkungan dan Bidang Lainnya. Sertifikat Keterampilan (SKT)
untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi mencakup Bidang Arsitektur, Sipil,
Mekanikal, Elektrikal, Tata Lingkungan. Terkait dengan assoisasi yang dapat mengeluarkan
SKA atau SKT sesuai Bidang Sipil dan Sub Bidang Tenaga Ahli Jasa Konstruksi (tabel 2.4):

Bab II: Beton dan Perkembangannya | 66


Tabel 2.4:Asosiasi Profesi
Sub Bidang
No Keahlian Kode Asosiasi Profesi Deskripsi
Sipil/Klasifikasi
1 Ahli Teknik Bangunan Gedung/201 Ahli Teknik Bangunan Gedung
Teknik Sipil AS100 HAKI/PII/PATI adalah ahli yang memiliki
Struktur AS200 HAKI/PII/PATI kompetensi merancang,
Perencana Struktur AS201 ATAKI melaksanakan dan mengawasi
Pelaksana Struktur AS202 ATAKI pekerjaan struktur bangunan
Pengawas Struktur AS203 ATAKI gedung yang menguasai
bangunan gedung.
2 Ahli Teknik Jalan/202 Ahli Teknik Jalan adalah ahli
Teknik Sipil yang memiliki kompetensi
Transportasi AS300 HAKI merancang geometri dan
Perencana Jalan AS301 HPJI/PATI/ATAKI struktur jalan, melaksanakan
Pelaksana Jalan AS306 HPJI/PATI/ATAKI dan mengawasi pekerjaan
Pengawas Jalan AS311 HPJI/PATI/ATAKI konstruksi jalan.
3 Ahli Teknik Jembatan/203 Ahli Teknik Jembatan adalah
Transportasi AS300 HAKI ahli yang memiliki kompetensi
Perencana Jembatan AS302 HPJI/PATI/ATAKI merancang bentuk dan struktur
Pelaksana Jembatan AS307 HPJI/PATI/ATAKI jembatan, melaksanakan dan
Pengawas Jembatan AS312 mengawasi pekerjaan
HPJI/PATI/ATAKI konstruksi jembatan.
4 Teknik Sipil (Ahli Keselamatan Jalan/204) Ahli Keselamatan Jalan adalah
- ahli yang memiliki
ompetensimerancang, dan
menilai seluruh aspek
keselamatan jalan.
5 Ahli Teknik Terowongan/205 Ahli Teknik Terowongan adalah
Perencana AS303 ahli yang memiliki kompetensi
HPJI
Terowongan Jalan merancang bentuk dan struktur
Pelaksana AS308 terowongan, melaksanakan
HPJI dan mengawasi pekerjaan
Terowongan Jalan
Pengawas AS313 konstruksi terowongan.
HPJI
Terowongan Jalan
6 Ahli Teknik Landasan Terbang/206 Ahli Teknik Landasan Terbang
Perencana Landasan AS304 adalah ahli yang memiliki
Terbang HPJI kompetensi merancang bentuk
geometri dan struktur landasan
Pelaksana Landasan AS309 terbang, melaksanakan dan
Terbang HPJI mengawasi pekerjaan
konstruksi landasan terbang.
Pengawas Landasan AS314
Terbang HPJI

7 Ahli Teknik Jalan Rel/207 Ahli Teknik Jalan Rel adalah ahli
Perencana Jalan Rel AS305 HPJI yang memiliki kompetensi
Pelaksana Jalan Rel AS310 HPJI merancang geometri dan
Pengawas Jalan Rel AS315 struktur jalan rel, melaksanakan
HPJI dan mengawasi pekerjaan
konstruksi jalan rel.

Bab II: Beton dan Perkembangannya | 67


Tabel 2.4:Asosiasi Profesi
Sub Bidang
No Keahlian Kode Asosiasi Profesi Deskripsi
Sipil/Klasifikasi
8 Teknik Sipil (Ahli Teknik Dermaga/208) Ahli Teknik Dermaga adalah
ahli yang memiliki kompetensi
merancang bentuk dan struktur
dermaga, melaksanakan dan
mengawasi pekerjaan
konstruksi dermaga dan
melakukan pengawasan
pekerjaan dermaga.
9 Teknik Sipil (Ahli Teknik Bangunan Lepas Ahli Teknik Bangunan Lepas
Pantai/209) Pantai adalah ahli yang
memiliki kompetensi
merancang bentuk dan struktur
bangunan lepas pantai,
melaksanakan konstruksi
bangunan lepas pantai.
10 Bendungan Besar AS401 Ahli Teknik Bendungan Besar
adalah ahli yang memiliki
kompetensi merancang bentuk
KNI-BB dan struktur bendungan besar,
melaksanakan dan mengawasi
pekerjaan konstruksi
bendungan besar.
11/ Sumber Daya Air (Ahli AS400 (211) Ahli Teknik Sungai dan
12/ Teknik Sungai dan Drainase adalah ahli yang
13 Drainase (211)/Ahli memiliki kompetensi merancang
Teknik Irigasi HAKI/PII/HATHI bentuk dan struktur sungai dan
(212)/Ahli Teknik drainase, melaksanakan dan
Rawa dan Pantai mengawasi pekerjaan
(213)) konstruksi sungai dan drainase.
Perencana Sumber AS402 (212) Ahli Teknik Irigasi adalah
ATAKI
Daya Air ahli yang memiliki kompetensi
Pelaksana Sumber AS403 merancang bentuk dan struktur
ATAKI irigasi termasuk bendung,
Daya Air
Pengawas Sumber AS404 melaksanakan dan mengawasi
Daya Air pekerjaan konstruksi irigasi.
(213) Ahli Teknik Rawa dan
Pantai adalah ahli yang memiliki
ATAKI kompetensi merancang bentuk
dan struktur rawa dan pantai,
melaksanakan dan mengawasi
pekerjaan konstruksi rawa dan
pantai.

Bab II: Beton dan Perkembangannya | 68


Tabel 2.4:Asosiasi Profesi
Sub Bidang
No Keahlian Kode Asosiasi Profesi Deskripsi
Sipil/Klasifikasi
14 Ahli Teknik Pembongkaran Bangunan (214) Ahli Teknik Pembongkaran
Bangunan adalah ahli yang
memiliki kompetensi
merancang pembongkaran
bangunan gedung sesuai
kondisi lingkungan,
melaksanakan dan mengawasi
pekerjaan pembongkaran
bangunan.
15 Teknik Sipil AL 400 Ahli Pemeliharaan dan
(Perawatan Perawatan Bangunan adalah
Bangunan/215) ahli yang memiliki kompetensi
melaksanakan dan mengawasi
pekerjaan pemeliharaan dan
perawatan bangunan.

16 Teknik Sipil (Ahli Geoteknik/216) Ahli Geoteknik adalah ahli yang


Geoteknik AS500 memiliki kompetensi
melaksanakan pengukuran dan
uji kekuatan daya dukung tanah
HAKI/PII/HATTI
dan menilai jenis-jenis tanah
pada lokasi yang akan didirikan
bangunan.
17 Teknik Sipil (Ahli Geodesi/217) Ahli Teknik Geodesi adalah ahli
Geodesi AS600 PII yang memiliki kompetensi
Survey dan Pemetaan AS601 melaksanakan pemetaan tanah
PII dan atau laut dengan metoda
Teristris
Fotogrametri AS602 PII teristis, fotogrameris, remote
Remote Sensing AS603 PII sensing maupun GPS yang
Survey Hidrografi dan AS604 diperlukan sebagai dasar
Pemetaan PII merancang bangunan dan
Bathymetric atau wilayah tertentu.
System Informasi AS605
PII
Geografi
Sumber: (Andhika Consulting, 2014; PII, 2014)

3. Peran Ahli Beton

Berdasarkan aktifitas pekerjaan beton dalam sebuah pekerjaan jasa konstruksi, ahli
beton berperan dari mulai pre-engineering sampai dengan penyerahan akhir sebuah
pekerjaan (Final Hand Over/FHO), diagramnya (Gambar 2.33).

Pada tahap study kelayakan dan pre-engineering, ahli beton akan memilih alternatif
material apa dan struktur yang bagaimana yang akan dibangun dengan mempertimbangkan
Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 69
rencana arsitekturalnya. Pilihannnya jika dimensi besar atau tinggi, kemungkinan penggunaan
kekuatan tekan beton dalam struktur menjadi lebih longgar, akan tetapi jika dimensi yang
dipilih haruslah ekonomis dengan tingkat kekuatan yang besar maka kekuatan tekan beton
yang dipilih haruslah cukup tinggi atau di atas beton normal.

Pada tahapan perencanaan detail, ahli beton merumuskan kekuatan yang dipilih dan
digunakan untuk dasar perencanaan mekanika teknik (analisa struktur), jika hasil analisis
memberikan keluaran bahwa kekuatan tekan yang dipilih atau ditentukan cukup selanjutnya
ahli beton akan menuangkan dan mendesripsikan menjadi spesifikasi teknis untuk pekerjaan
beton termasuk didalamnya spesifikasi penggunaan material beton, perancangannya,
pembuatan, perawatan dan pengujian beton serta evaluasi yang akan dilakukan.

Pre-Engineering Detailed Engineering


Feasibility Study
(Kekuatan Struktur; Design
(Study Kelayakan)
Dimensi Struktur) (Perencanaan Detail)

Technical Specifications
(Rencana Kerja & syarat-Syarat)
Fase Perencanaan oleh Konsultan

Bidding Process
(Proses Tender)
Fase Procurement /Pengadaan

Contract
Hand Over
(Kontrak)
(Serah Terima)

Project Management and Supervision Implementation Project Work


(Monitoring & Evaluasi) (Pelaksanaan)

Fase Konstruksi

Gambar 2.33: Pekerjaan Ahli Beton: (Mulyono, T, 2003)

Tahapan selanjutnya pemilihan kontraktor pelaksana sampai kontrak untuk pelaksanaan


pekerjaan. Peran monitoring dan evaluasi pekerjaan umumnya dilakukan oleh konsultan
pengawasan atau manajemen konstruksi. Ahli beton pada tahap ini melakukan evaluasi dan
monitoring pekerjaan serta melakukan konfirmasi apakah pekerjaan beton sesuai dengan

Bab II: Beton dan Perkembangannya | 70


spesifikasi teknis yang ditentukan. Jika tidak maka harus dilakukan tindakan perbaikan
terhadap struktur beton yang ditolak. Jika pekerjaan telah sesuai dengan spesifikasi teknis
maka pekerjaan dapat diterima dan dinyatakan dalam suatu serah terima pekerjaan.

F. Latihan Soal

1. Jelaskan secara singkat perkembangan beton?

2. Bahan perekat apa yang digunakan untuk membuat bangunan sebelum jaman masehi?

3. Jelaskan perkembangan semen setelah masa penemuan semen yang diproduksi


sebagai semen Portland?

4. Jelaskan perkembangan struktur cangkang/shell yang menggunakan bahan beton?

5. Jelaskan mengapa seorang ahli beton harus tersertifikasi?

6. Jelaskan bagaimana peran ahli beton dalam industri konstruksi dari mulai tahap studi
kelayakan sampai dengan serah terima pekerjaan?

7. Apa saja tindakan yang harus diambil jika hasil evaluasi kekuatan tekan beton dari benda
uji silinder tidak memenuhi kriteria penerimaan syarat yang ditetapkan?

Teknologi Beton: Dari Teori Ke Praktek | 71


72 | Lampiran C: Penulisan Buku Ajar Berbasis Kurikulum KKNI

Anda mungkin juga menyukai