Anda di halaman 1dari 1

Asumsi Filosofis adalah pendapat atau keyakinan kita terhadap fenomena yang mau kita

teliti. Kita ambil contoh pada fenomena orang bertato,"pada umumnya" orang menganggap
bahwasannya orang bertato merupakan orang yang buruk/mungkin preman yang mana pendapat atau
asumsi tersebut sangatlah beragam dan kebanyakan tidak dilandaskan pada suatu teori ilmiah. Asumsi
filosofis merupakan ide pertama yang memulai tahap penelitian kualitatif yang kemudian akan
dihubungkan dengan asumsi-asumsi individu yang lain terhadap suatu fenomena yang sama.

Kemudian ketika peneliti sudah mulai memahami hubungan antara satu asumsi dengan asumsi
yang lain asumsi-asumsi tersebut dihubungkan pada proses riset secara keseluruhan yang akan
membuahkan hasil dari penelitian kualitatif tersebut.

Menurut Creswell, 2015 Asumsi filosofis umumnya menyangkut empat keyakinan, yaitu ontologi
(watak dari realitas), epistimologi (apa yang dianggap sebagai pengetahuan dan bagaimana klaim
pengetahuan itu diafirmasi), aksiologi (peran dari nilai dalam riset), dan metodelogi (proses riset).

Dalam penelitian kualitatif, asumsi filosofis yang paling penting adalah yang berhubungan
dengan epistemologi yang mendasari. Epistemologi berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti
‘pengetahuan’. Hal ini mengacu pada asumsi tentang pengetahuan dan bagaimana hal itu dapat
diperoleh. Dengan asumsi epistimologis, melaksanakan suatu studi kualitatif berarti bahwa para peneliti
berusaha untuk sedekat mungkin dengan para partisipan yang dipelajari. Seperti yang kita tahu, fakta
subjektif disusun berdasarkan pada pandangan individual. Maka dari itu, penting untuk melaksanakan
studi dilapangan, dimana partisipan hidup dan bekerja.

Pada kesempatan hari ini, kami akan memaparkan terkait 3 kategori epistemology yang
mendasari penelitian menurut Orlikowski dan Baroudi (1991) dan Chua (1986), yaitu positivis,
interpretif, dan kritis.

Anda mungkin juga menyukai