Anda di halaman 1dari 6

Artikel 1 :

Saat dua ditambah dua sama dengan sepuluh

Mari kita mulai dengan pertanyaan, yang mungkin merupakan pertanyaan terlama
yang pernah ada: mengapa kelompok-kelompok tertentu dapat menghasilkan
pekerjaan yang lebih baik, dan kelompok-kelompok lain menghasilkan pekerjaan
yang lebih buruk.Beberapa tahun yang lalu seorang designer dan engineer Peter
Skillman mengadakan kompetisi untuk menemukan jawabannya.
Selama beberapa bulan, dia mengumpulkan beberapa grup yang terdiri dari 4 orang,
di Standford, the University of California, the University of Tokyo, dan beberapa
tempat lainnya. Peter menantang setiap grup untuk membangun struktur tertinggi
menggunakan:

 20 buah spaghetti yang belum dimasak


 1 yard cellotape
 1 yard benang
 1 marshmallow berukuran standard

Kompetisi ini memiliki satu peraturan: Marshmallow harus berada di tempat paling
atas.

Bagian yang menarik dari eksperimen ini, bukanlah mengenai tugasnya, melainkan
partisipan nya. Sebagian kelompok merupakan mahasiswa sekolah bisnis, sebagian
kelompok bahkan adalah murid TK.

Mahasiswa bisnis langsung bekerja. Mereka mulai berdiskusi dan berpikir secara
strategis. Mereka memeriksa materi nya. Mereka saling melempar ide dan juga
pertanyaan-pertanyaan cerdas. Mereka membuat beberapa kemungkinan, dan
mengasah ide yang paling menjanjikan. Semua sangat professional, rasional, dan
cerdas. Proses ini menghasilkan keputusan untuk mengerjakan sebuah strategi.
Lalu mereka berbagi tugas dan mulai bekerja.

1
Murid-murid TK memiliki pendekatan yang berbeda. Mereka tidak menyusun
strategi. Mereka tidak menganalisa atau berbagi pengalaman. Mereka tidak
bertanya, mengajukan pilihan, atau mengasah ide. Bahkan faktanya, mereka hampir
tidak berbicara. Mereka berdiri sangat berdekatan. Interaksi mereka tidak lancar
ataupun tertata. Mereka saling memperebutkan materi yang diberikan dan langsung
mulai bekerja, tidak memiliki rencana maupun strategi. Bila mereka berbicara,
mereka bicara dengan teriakan singkat: “Ini !.. Tidak, ini !...” tehnik yang mereka
gunakan bisa dibilang adalah mencoba banyak cara bersama.

Jika anda harus bertaruh kelompok mana yang akan menang, itu bukan merupakan
pilihan yang sulit. Anda akan bertaruh untuk kelompok mahasiswa sekolah bisnis,
karena mereka memiliki kecerdasan, keterampilan, dan pengalaman untuk bekerja
dengan unggul. Hal ini adalah jika kita berpikir secara normal mengenai kinerja
sebuah kelompok. Kita menganggap individu yang terampil jika digabungkan akan
menghasilkan performa yang terampil sebagaimana kita menganggap dua tambah
dua sama dengan empat.

Taruhan anda salah. Di beberapa percobaan, murid TK berhasil membangun


struktur setinggi 26 inch, sementara mahasiswa sekolah bisnis membangun struktur
dibawah 10 inch.

Hasil ini sulit dicerna karena terdengar seperti ilusi. Kita melihat mahasiswa sekolah
bisnis yang pintar dan berpengalaman, dan kita merasa sulit untuk membayangkan
bahwa kelompok yang berisikan orang-orang tersebut menghasilkan pekerjaan yang
buruk.

Lalu kita melihat murid-murid TK yang sederhana dan tidak berpengalaman, mereka
menghasilkan pekerjaan yang sukses. Namun ilusi ini, sama halnya dengan ilusi
lain, terjadi karena naluri kita membuat kita fokus kepada detail yang salah. Kita
fokus kepada sesuatu yang dapat kita lihat yaitu : keterampilan individual. Namun
keterampilam individual bukanlah hal yang terpenting. Yang terpenting adalah
interaksi antara individu.

Mahasiswa sekolah bisinis terlihat seperti saling berkolaborasi, namun faktanya


mereka terlibat dalam sebuah proses psikologis yang dinamakan status
management. Mereka mencari tahu dimana mereka cocok berada di gambaran yang

2
lebih besar. Siapa yang memimpin? Apakah boleh mengkritik ide orang lain? Apa
peraturan umum disini?

Interaksi mereka terlihat lancar, namun perilaku mendasar mereka penuh dengan
ketidak efisienan, keraguan, dan ada sedikit rasa kompetitif. Mereka tidak fokus
kepada pekerjaan, mereka saling meragukan satu sama lain. Mereka memakan
banyak waktu untuk memikirkan status mereka sehingga mereka melupakan
masalah yang terpenting (misalnya : marshmallow yang berat dan spaghetti yang
sulit untuk diamankan). Hasilnya, percobaan pertama mereka gagal, dan mereka
sudah kehilangan banyak waktu.

Tindakan murid-murid TK terlihat tidak teratur dipermukaan. Namun jika anda


melihatnya sebagai entitas tunggal, perilaku mereka sangat efisien dan efektif.
Mereka tidak berlomba-lomba untuk mendapatkan status. Mereka berdiri bersama
berdekatan dan bekerja bersama dengan penuh energi. Mereka bergerak dengan
cepat, menemukan masalah dan menawarkan bantuan. Mereka bereksperimen,
mengambil resiko, memperhatikan hasilnya, yang membawa mereka ke solusi yang
efektif.

Murid-murid TK sukses bukan karena mereka lebih pintar melainkan karena mereka
bekerja sama dengan pintar. Mereka menggunakan metode yang simple dan kuat,
dimana grup beranggotakan orang biasa dapat menghasilkan performa diluar
kekuatan mereka sebagai individu.

3
Artikel 2 :

Apel Yang Bagus


Perkenalkan Nick, pria tampan 20 tahun berambut hitam duduk dengan nyaman di
ruang rapat berpanel kayu bersama dengan tiga orang lainnya. Jika dilihat dari luar,
dia adalah orang biasa di meeting yang juga biasa. Penampilan ini yang menipu.
Anggota rapat yang lain tidak mengetahuinya, namun dia memiliki misi untuk
mensabotase performa grup.

Nick adalah kunci eksperimen yang dijalankan oleh Will Felps, yang mempelajari
perilaku organisasi di Univeristy of Southwales, Australia. Felps membawa Nick
untuk menampilkan tiga tipe negative: si Brengsek (agresif dan suka melawan), si
Pemalas (enggan berusaha), dan si Pemurung (depresi seperti tokoh kartun Eeyore
si keledai teman Winny de Pooh).

Nick memainkan peranan ini di kelompok berisikan 44 orang yang sedang membuat
strategi pemasaran sebuah start-up. Felps menyuntikan Nick kedalam beberapa
kelompok sebagaimana seorang biologis menyuntikan virus kedalam badan
seseorang: untuk meilhat bagaimana sistem kelompok itu bereaksi.

Nick sangat cakap dalam memainkan peranan jahatnya. Dihampir setiap kelompok,
perilakunya menurunkan kualitas performa kelompok sebanyak 30-40%. Penurunan
ini sangat konsisten baik saat dia memainkan peran si Brengsek, si Pemalas,
ataupun si Pemurung.

“Saat Nick menjadi si Pemurung, semua orang datang ke rapat dengan energi yang
bagus. Lalu dia berakting lelah dan pendiam dan terkadang menundukan kepalanya
dimeja,” kata Felps. “dan seiring dengan waktu, semua orang mulai berperilaku
sama, terlihat lelah, diam, dan memiliki sedikit energi. Diakhir rapat, ada tiga orang
yang menundukan kepalanya dimeja seperti Nick, dengan tangan dilipat.”

Saat Nick menjadi si Pemalas, pola yang sama juga terlihat. “anggota lain dengan
cepat menangkap getarannya,” kata Felps. “mereka menyelesaikan project dengan
sangat cepat, namun mereka mengerjakannya dengan setengah-setengah. Yang
menarik adalah, jika anda menanyakan bagaimana project ini berjalan, mereka
4
terlihat sangat positif dari luar. Mereka berkata, ‘kami melakukan pekerjaan dengan
baik, dan kami menikmati nya’. Tetapi sebenarnya ini tidak benar, mereka sudah
menganggap pekerjaan ini tidak begitu penting, dan merasa tidak sebanding dengan
waktu dan energi yang harus mereka keluarkan.

Kita berpikir seseorang dalam kelompok ini akan marah dengan si Pemalas atau si
Pemurung. Namun ternyata tidak ada yang marah. Mereka seperti, ‘Ok, jika
memang seperti itu, maka kami akan menjadi si Pemalas dan si Pemurung juga.’”

Terkecuali satu kelompok. Mereka adalah kelompok outlier,” kata Felps. “mereka
mencuri perhatian saya saat Nick berkata ada satu kelompok yang terasa sangat
berbeda baginya. Kelompok ini memiliki performa yang baik apapun yang Nick
kerjakan. Nick bilang bahwa ini karena satu orang. Anda lihat satu orang ini hampir
membuat Nick geram – perilaku negatif Nick tidak berpengaruh seperti dikelompok
lain, karena satu orang ini dapat menemukan cara untuk membalikkan situasi dan
mengajak semua orang untuk bergerak mencapai tujuan.”

Kami memanggil orang ini Jonathan. Dia adalah pria kurus berambut keriting dengan
suara yang lembut dan tegas dan murah senyum. Diluar usaha “apel yang buruk”,
kelompok Jonathan penuh perhatian dan berenergi tinggi, dan mereka menghasilkan
pekerjaan yang berkualitas tinggi. Yang lebih menarik lagi, dimata Felps, pada
pandangan pertama, Jonathan tampak seperti tidak mengerjakan apa-apa.

“Yang dia kerjakan adalah hal-hal sederhana yang hampir tidak terlihat,” kata Felps.
“Nick mulai memainkan sikap si Brengsek, dan Jonathan akan memajukan
badannya, menggunakan bahasa tubuhnya, tertawa dan tersenyum, tidak dengan
terang-terangan, namun dapat membuang bahaya keluar ruangan dan meredakan
situasi. Tidak terlihat begitu berbeda diawal. Namun jika anda melihat lebih dekat, ini
menyebabkan banyak hal luar biasa terjadi.”

Berkali-kali Felps memperhatikan video bagaimana Jonathan bergerak, menganalisa


nya bagaikan menganalisa permainan tenis atau langkah dansa. Terlihat pola yang
jelas: Nick bersikap lebih brengsek, dan Jonathan langsung bersikap hangat,
membelokkan energi negatif dan membuat situasi yang terlihat tidak stabil menjadi
solid dan aman.

5
Jonathan melemparkan pertanyaan sederhana yang menarik perhatian kelompok,
lalu dia mendengarkan jawabannya dengan penuh perhatian dan memberikan
respon. Level energi meningkat; orang-orang mulai terbuka dan berbagi ide,
membangun rantai wawasan dan kerjasama dan membawa kelompok dengan cepat
dan stabil kearah tujuan.

“Pada dasarnya, Jonathan membuat situasi aman, lalu beralih ke orang lain dan
bertanya, ‘Hey, bagaimana menurutmu?’” kata Felps. “Kadang bahkan ia bertanya
kepada Nick ‘Bagaimana kamu akan mengerjakannya?’ Jonathan memancarkan
energi seperti, ‘Hey, ini semua sangat nyaman dan menarik, dan saya ingin tahu
mengenai pendapat semua orang’. Sangat luar biasa bagaimana perilaku yang
sangat kecil dan sederhana dapat membuat semua orang bekerja dengan baik.”
Bahkan Nick, diluar keinginannya, menemukan dirinya ikut membantu.

Anda mungkin juga menyukai