Sebelumnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kak Tiwi yang
telah memberikan e-book ini, buku ini memberikan banyak sekali insight. Buku ini
adalah karya Tina Seelig, yang merupakan seorang professor di departemen Ilmu
Manajemen Rekayasa di Stanford School of Engineering. Beliau juga telah
menerima gelar PhD di Stanford School of medicine. Beliau adalah pendidik yang
sangat baik dan telah memenangkan beberapa penghargaan atas pendidikan dan
pekerjaannya.
Buku ini juga cocok untuk kita yang akan memasuki perguruan tinggi,
ataupun yang lulus dari perguruan tinggi dan memulai karir. Hal seperti itu
merupakan perubahan yang besar dalam hidup, ketika meninggalkan lingkungan
belajar dan mengawali karir baru sering kali membuat kita merasa khawatir/
waswas. Biasanya, kita menghadapi masa transisi seperti ini di usia 20-an. Di saat
itulah kita membuat keputusan penting, yang bisa saja merupakan titik balik
kehidupan kita dan menentukan jalan hidup kita selanjutnya. Karena pada
dasarnya, tujuan buku ini adalah untuk membuka kacamata kehidupan baru, untuk
melihat hambatan yang kita hadapi sambil mencatat arahnya menuju masa depan.
Buku ini memberikan izin untuk meninjau kembali aturan di sekitar, karena akan
ada ketidakpastian di setiap kesempatan, dengan melihat bagaimana orang lain
telah mengatasi kebingungan yang sama, stress akan berubah menjadi
keterpaksaan, dan tantangan yang kita hadapi akan menjadi peluang.
Di dalam buku ini terdapat 10 bagian, berikut adalah rangkumannya :
1. BUY ONE GET TWO FREE (BELI SATU GRATIS DUA)
Prof. Tina membentuk mindset para mahasiswa. Anda akan selalu
mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dan tetap bisa eksis di tengah
perubahan-perubahan yang terjadi. Di dalam BAB 1 ini, Prof. Tina Seelig
memaparkan bahwa setiap orang semestinya memiliki pola pikir atau
mindset entrepreneurship. Beliau menjelaskan makna entrepreneur adalah
orang atau kelompok organisasi yang mampu memberikan sebuah solusi
kreatif dan sebuah persoalan atau seseorang yang bahkan selalu mencari
masalah dan bisa mengubahnya menjadi solusi atau peluang untuk
memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan mereka.
Pola pikir entrepreneurship adalah ketika seseorang memiliki paradigma
mau untuk mengelesaikan persoalan yang muncul di dalam setiap kehidupan
yang mereka lalui. Karena faktanya, banyak orang yang menganggap bahwa
persoalan itu adalah sebuah beban yang berat, bukan menjadi sebuah
tantangan atau peluang.
Oleh karena itu, menurut Prof. Tina Seelig menantang mahasiswanya
yaitu bagaimana cara mendapat uang sebanyak mungkin dalam dua jam dan
hanya dengan lima dollar. Tanggapan yang paling standar akan memulai
tempat cuci mobil atau limun menggunakan $5 untuk membeli bahan awal.
Namun, tim yang menghasilkan uang paling banyak tidak menggunakan $5
sama sekali. Mereka sadar bahwa memusatkan perhatian pada uang
sebenarnya membuat masalah menjadi rumit. Mereka memahami bahwa $5
pada dasarnya tidak berarti memutuskan untuk menafsirkan masalah secara
lebih luas. Mereka meningkatkan keterampilan observasi, memanfaatkan
bakat, dan mengidentifikasi masalah dan tidak pernah terpikir untuk
memecahkan masalah. Orang yang memiliki mindset entrepreneur berpikir
semakin besar masalah yang dihadapi itu artinya semakin besar peluang baru
yang didapatkan.
3. BIKINI OR DIE
Prof. Tina Seelig menjelaskan salah satu karakter yang harus dimiliki
oleh para entrepreneur sebagai sebuah pola pikir adalah melawan aturan atau
tidak mengikuti arus umum. Maksudnya adalah untuk bisa sukses atau harus
diatur seperti arus pada umumnya. Norma-norma umum itu dibuat supaya
seragam, dan prinsip sebuah pemecahan masalah adalah jika Anda
melakukan sebagaimana dilakukan oleh orang banyak, maka Anda hanya
akan sampai pada pengalaman orang banyak itu. Sebagai seorang problem
solver, harus melakukan sedikit perbedaan yaitu salah satunya melabrak
aturan umum atau yang dilakukan orang banyak. Salah satu contoh kasus,
Prof Tina meminta para pengusaha dan para mahasiswanya untuk membuat
solusi-solusi terbaik mereka, Prof Tina juga meminta mereka untuk
membuat solusi-solusi terburuk dari penyelesaian persoalan itu. Kemudian,
mereka menyelesaikan dan mengumpulkan tugasnya. Lalu, semua solusi
yang mereka anggap terbaik dibuang ke tempat sampah oleh Prof. Tina.
Namun, solusi yang dianggap paling buruk dibagikan kembali kepada
para peserta. Kemudian, masing-masing diminta untuk menemukan solusi
kreatif dari solusi yang dianggap terburuk itu. Menariknya, banyak solusi
kreatif yang dihasilkan dari sesuatu yang pada awalnya dianggap solusi
terburuk. Oleh karena itu, untuk memecahkan sebuah masalah yang besar
dan membutuhkan sebuah kreativitas. Anda harus melawan arus, harus
berbeda, dan harus menciptakan arus baru dari penyelesaian persoalan.
OTHER INSIGHT
Mengakui kesalahan, saat kita merasa salah, kita tidak perlu berpidato atau
beralasan Panjang lebar. Cukup katakan saja “saya tidak menjalankannya
dengan baik, saya minta maaf.”
Membantu orang lain dengan tidak mengharapkan balasannya.
Dunia ini sangat kecil, kemungkinan kita akan bertemu dengan orang yang
sama berkali-kali. Jadi, Lindungi reputasi kita, itu merupakan asset yang
berharga yang harus kita jaga.