Anda di halaman 1dari 5

Pengembangan Integrated Farming System untuk menunjang energi dan pertanian berkelanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Universitas Diponegoro sejak tahun 2020 menerima lahan seluas 100 Ha dari
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Lingkungan hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No.339 /MENLHK/SETJEN /PLA.2/
8/2020 dalam bentuk KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus). Tujuan dari KHDTK
adalah sebagai pusat penelitian dan pengabdian bidang multidisiplin terutama berkaitan
Sesuai dengan Hibah Matching Fund DIKTI yang diberikna dengan SK
2121/E3/SK.06/KL/2021 bahwa Sekolah Pascasarjana merupakans alah satu penerima Dana
Matching Fund Batch I sebesar Rp. 2.253.500.000,-. Kegiatan Matchig Fund ini diperuntukkan
untuk menunjang peningkatan IKU Undip melalui kegiatan degan topik: Pengembangan
Integrated Farming System Untuk Menunjang Energi dan Pertanian Berkelajutan, dengan
mitra kerjasama PT AlgaepArk Indonesia Mandiri (AIM). Tujuan dari proposal kegiatan
kedaireka ini adalah mengembangkan field laboratory di Kawasan KHDTK dengan
mengintegrasikan aktivitas produksi bioenergy (biogas, biobriket/biopellet) dari kebun energi
dan integrated farming system.
Kegiatan Matching Fund meliputi pengembangan field laboratory: (1). Pengembangan
Produksi Mikroalga dengan biorwaktor open pond luas 55 m2, (2). Pengembangan proses
produksi bibriket dan biopellet, (3)Pengembangan produksi biogas vol 25 m3, (4)
Pengembangna Produksi Kompos padat dan cair, (5) Pengembangan hewan ternak untuk riset,
(5) Penanaman tanaman produksi (porang, kaliandra), (6) Produksi pakan berbasis mikroalga.
Field laboratory digunakan untuk aktivitas penujang MBKM (Merdeka Belajar, Kampus
Merdeka) diantaraya KKN Thematik yang diikuti oleh 150 mahasiswa, Magang di lokasi field
laboratory sebanyak 26 mahasiswa baik dari Undip maupun dari luar Undip, pelatihan
kewirausahaan dengan menghadirkan pengusaha-pengusaha muda yang mendirikan start up.
Pelatihan kewirausahaan diikuti oleh mahasiswa S1 sebanyak 150 mahasiswa. Sedangkan
webinar mengenai biobriket telah diikuti oleh peserta sebanyak 430 peserta. Kegiatan ini telah
menghasilkan 7 produk yang telah didaftarkan HKI.
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah mahasiswa untuk kegiatan penelitian, dan
magang serta KKN thematik. Penerima manfaat lain adalah masyarakat dalam bentuk
menerima langsung penggunaan biogas untuk kegiatan memasak, serta pengenalan
pemanfaatan tanaman produksi. Selain itu, dosen juga merupakan salah satu penerima manfaat
dengan beraktivitas di lokasi field laboratory untuk kegiatan pengabdian masyarakat serta
aktivitas penelitian. Penigkatan kompetensi melalui pelatihan K3 Umum telah dilakukan untuk
menunjang sertifikasi an kompetensi dosen.
Pembentukan suatu research center telah diinisiasi melalui beberapa FGD (Focus Group
Discussion) dan menghasilkan perumusan untuk pembentukan riset center yang bernama Ceter
for Sustaiable Energy and Environment Development (C-SEED) di bawah Sekolah Pascasarjaa
Universitas Diponegoro.
Video kegiatan ini dapat diakses via: https://youtu.be/0eOmG4YJJEM

vii
Pengembangan Integrated Farming System untuk menunjang energi dan pertanian berkelanjutan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi dan pangan saat ini menjadi kebutuhan pokok bagi penduduk dunia termasuk
Indonesia. Tiap negara diharapkan mampu untuk menyediakan ketiga kebutuhan utama tersebut
sehingga dapat diakses dengan mudah untuk peningkatan kesejahteraan dan menjamin
pelaksanaan perekonomian negara. Menurut tujuan ke 7 dari Sustainable Developments Goal
(SDG), Negara harus memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan,
berkelanjutan dan modern bagi semua. Sedangkan SDG tujuan kedua menyatakan bahwa
negara harus mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik
dan mendukung pertanian berkelanjutan. Target SDGs di Indonesia pada tahun 2030, akan
memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan mengimplemantasikan paktek-
praktek agrikultur yang tahan lama yang dapat menaikkan produktivitas dan produksi, dan
dapat membantu menjaga ekosistem, yang dapat menguatkan kapasitas adaptasi terhadap
perubahan iklim, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, dan bencana lainnya, serta secara progresif
memperbaiki kualitas lahan dan tanah. Untuk bidang energi, maka pada tahun 2030, Indonesia
akan memastikan adanya akses universal terhadap pelayanan energi yang terjangkau, dapat
diandalkan dan modern serta meningkatkan secara substantif proporsi energi terbarukan dalam
energi campuran global. Ketahanan pangan akan berlangsung jika semua penduduk memiliki
akses yang cukup untuk menunjang kesehatan mereka (World Food Summit, 1996). Namun
demikian, ketahanan pangan tidak dapat lepas dari ketahanan energi. Tanpa adanya akses
terhadap energi maka ketahanan pangan sulit tercapai.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan smart agriculture
system dimana pada sistem ini produksi energi dapat diperoleh dari energi berbasis pada
biomasa seperti biogas dan biobriket dan dapat diintegrasikan dengan pertanian dan peternakan.
Banyak petani kecil di negara berkembang mempraktikkannya integrasi produksi pangan dan
energi setiap hari dalam berbagai sistem pertanian yang terdiversifikasi dan terintegrasi
(Verchot et al 2007). Diversifikasi sederhana dan integrasi pangan dan produksi energi di
tingkat lapangan telah berhasil mendemonstrasikan dan menghasilkan diseminasi skala luas
dari sistem pertanian ini di seluruh dunia. Berbagai praktik dan produksi pertanian sistem
seperti tumpang sari, pertanian organik, konservasi pertanian, pengelolaan tanamanternak
terintegrasi, agroforestri dan pengelolaan hutan lestari kegiatan telah terbukti melindungi atau
bahkan meningkatkan ekosistem jasa pada skala lokal atau lanskap, sambil berproduks
makanan, pakan dan produk kayu. Dalam banyak hal ini sistem, sisa pertanian / kayu yang
berlebih tersedia yang dapat digunakan untuk energi. Contoh penggunaan residu termasuk
memberi makan produk sampingan ke ternak, menggunakan residu sebagai pelengkap
makanan, pengomposan untuk dijadikan pupuk input dan, yang tak kalah pentingnya,
penyediaan kayu bakar.
Saat ini Universiats Diponegoro (Undip) memiliki hutan Pendidikan dan penelitian sebagai
hibah dari kementrian kehutanan dengan Surat Keputusan Menteri Lingkungan hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia No.339 /MENLHK/SETJEN /PLA.2/ 8/2020 dalam bentuk
KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) seluas 100 Ha. Undip memfokuskan
pemanfaatan KHDTK sebagai field laboratory untuk keperluan Pendidikan, penelitian dan
pengembangan (Gambar 1).

1
Pengembangan Integrated Farming System untuk menunjang energi dan pertanian berkelanjutan

Gambar 1.1. Peta KHDTK Wana Dipa Undip


Sebagai salah satu PTNBH, Universitas Diponegoro selalu berupaya untuk meningkatkan
kinerja dalam bidang Pendidikan, penelitian, serta pengabdian masyarakat. Peningkatan kinerja
tersebut dalam rangka untuk mencapai visi Undip sebagai Universitas riset yang Unggul baik
di level nasional maupun internasional. Selain itu, target 8 IKU PTNBH terus diupayakan
tercapai dengan penguatan riset di Undip.
Perumusan Masalah DUDI dan Masyarakat
Mitra DUDI yang akan menjadi mitra adalah PT Algaepark Indonesia Makmur (AIM).
PT Algae Park Indonesia Makmur saat ini merupakan UMKM dibidang produksi mikroalga
untuk kebutuhan pangan dan obat. AIM terus melakukan diversifikasi produk dan saat ini
sedang mengembangkan mikroalga untuk aplikasi peternakan yaitu pakan ternak sehingga
memerlukan formulasi yang perlu diinvestigasi lebih lanjut. Sehingga kerjasama dengan Undip
akan membantu dalam pencapaian target tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan sistem terintegrasi antara pertanian,
peternakan, produksi bioenergi dan pakan/pangan dengan memanfaatkan kawasan KHDTK
Undip sebagai field laboratory yang mampu berkontribusi mendukung katahanan energi dan
pangan di Indonesia. Pendekatan yang akan digunakan yaitu pendekatan mutidisiplin keilmuan
dimana bidang pertanian, peternakan serta teknik akan diinegrasikan dalam suatu kegiatan.
Tujuan Khusus:
1. Mengembangkan KHDTK WanaDipa Undip sebagai salah satu resources untuk
produksi energi alternative berbasis biomasa (biogas dan biobriket), pupuk serta pakan
ternak/ikan/ungags.
2. Mengembangkan smart-farming system sebagai suatu teaching industry berbasis
pertanian dan peternakan.
3. Menghasilkan produk-produk yang dapat diimplmentasikan pada masyarakat dan
tersertifikasi
4. Meningkatkan peran serta dosen, mahasiswa dan masyarakat untuk kegiatan penelitian
serta magang sebagai penunjang kurikulum kampus merdeka.

2
Pengembangan Integrated Farming System untuk menunjang energi dan pertanian berkelanjutan

5. Menghasilkan suatu research center yang fokus pada pengelolaan alam, lingkungan dan
energi.
1.3 Konsep Pengembangan Field Lab KHDTK Undip
Sebagai response terhadap kebutuahn DUDI diatas, Konsep teknologi yang diusulkan yaitu
pengembangan field laboratory yang berupa sistem terintegrasi dari produksi pertanian,
pakan/pangan dan energi serta carbon stock dan water management. Teknologi akan
diimplementasikan di wilayah KHDTK (Kawasan hutan dengan wilayah khusus) Wana Dipa
Undip seluas 100 Ha (Gambar 1).
Dengan luas sekitar 100 Ha, KHDTK Undip mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai field laboratory untuk dosen dan mahasiswa baik bagi Undip, Universtas lain di
Semarang, Jawa tengah maupun Indonesia. Selian itu badan litbang di Lembaga pemerintah
dan non kementrian dapat memanfaatkan field laboratory ini.
Sebagai field laboratory, maka perlu dikembangkan beberapa pilot pengembangan
diantaranya kebun energi yang akan dikombinasikan dengan integrated farming system serta
poroduksi biogas dan biodiesel (Gambar 2). Teknologi ini menawarkan produksi energi dan
pangan yang dintegrasikan dengan sistem pertanian dan peternakan di Kawasan KHDTK
Undip. Sebagian kawasan akan dibuat kebon energi dengan jenis tanaman pohon Kaliandra
merah, Jarak dan bambu. Jenis tanaman tersebut memiliki sifat fisik yang baik sebagai material
dan sumber energi karena mengandung sumber minyak yang cukup tinggi. Disekitar tanaman
tersebut dapat ditanam tanaman hijauan bisa dimanfaatkan untuk peternakan seperti sapi atau
kambing, dan peternakan lebah madu yang memanfaatkan bunga dari tanaman kebun energi.
Dengan adanya Kebun energi juga menyerap CO2 dari atmosfer dalam bentuk Carbon neutral
sehingga adanya kebun energi ini termasuk dalam upaya mitigasi perubahan iklim melalui
aforestasi (penanaman/penambahan stok karbon), dan pembangunan Sustainable Forest
Management.
Peternakan sapi akan menghasilkan kotoran baik padat (manure) maupun cairan. Kotoran
padat tersebut merupakan sumebr potensial sebagai bahan baku biogas dengan C/N mendekati
20. Biogas diproduksi dalam suatu biodigester dengan tambahan co-substrate berupa ranting
atau daun-daun kering. Sisa ampas dari biodigester masih mempunyai tingkat nutrient yang
tinggi sehingga potensi digunakan sebagai pupuk organik. Sedangkan produk biogas dapat
dimanfaatkan lebih lanjut menjadi energi listrik dengan memanfaatkan generator atau untuk
aktivitas memasak.

3
Pengembangan Integrated Farming System untuk menunjang energi dan pertanian berkelanjutan

Gambar 1.2 Konsep Pengembangan Field Lab di KHDTK Undip


Di integrated farming system ini juga dapat dikembangkan produksi mikroalga sebagai
salah satu biomasa yang mengandung protein tinggi. Kandungan protein ini, mempunyai
potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai suplemen pada produk pakan ternak, maupun
perikanan. Bersama dengan PT Algaepark Indonesian Mandiri (AIM), produksi mikroalga ini
akan dikembangkan sehingga menjadi suatu center dalam produksi pakan ternak/ikan dengan
kualitas yang baik

Anda mungkin juga menyukai