Anda di halaman 1dari 7

PKM : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Vol 1, No 10 Juli 2023

BUDIDAYA CACING TANAH SEBAGAI PUPUK


ORGANIK
Fauzi Musyarrof, Andra Saktia Rahardian, Haris Bunayya, Rizky Habli Al Hafizh
Program Studi Manajemen, Universitas Labuhanbatu
Email: fauzimusyarrof@gmail.com; andrasaktia98@gmail.com; harisbunaya@gmail.com;
rizkyalhafizh13@gmail.com

Abstrak
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk
diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun
yang lalu. Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari
kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin.Lahan-
lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan
lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun
dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Cacing
tanah merupakan hewan tanah yang mudah dibudidayakan, serta memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.
Cacing tanah mempunyai banyak manfaat, diantaranya memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah,
meningkatkan daya serap air permukaan tanah, menyuburkan tanah, sebagai pakan bagi ikan, ternak dan
hewan piaraan, serta bahan obat, dan kosmetik. Cacing berkembang biak dengan bertelur dalam waktu 7 hari,
satu ekor cacing menghasilkan 1-2 telur, satu telur cacing menghasilkan 5-10 ekor cacing.
Kata kunci : cacing tanah, pupuk organik, budidaya

Abstract

The history of the use of fertilizers is basically part of the history of agriculture. The use of fertilizers is
thought to have started since the beginning of humans getting to know farming, which is about 5,000 years
ago. A primitive form of using fertilizers to improve soil fertility dates back to ancient human cultures in the
watersheds of the Nile, Euphrates, Indus, China, and Latin America. The agricultural lands located around
these rivers are very fertile because they receive sediment. nutrient-rich silt through the floods that occur
every year. Organic fertilizers are fertilizers composed of living matter, such as weathering of plant, animal
and human remains. Organic fertilizers can be in solid or liquid form which are used to improve the physical,
chemical and biological properties of the soil. Earthworms are soil animals that are easy to cultivate and have
a fairly high nutritional content. Earthworms have many benefits, including improving and maintaining soil
structure, increasing the absorption of surface water, fertilizing the soil, as feed for fish, livestock and pets, as
well as medicinal and cosmetic ingredients. Worms reproduce by laying eggs within 7 days, one worm
produces 1-2 eggs, one worm egg produces 5-10 worms.
Keyword : earthworm, organic fertilizer, cultivation

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber bahan organik dapat berupa kompos,
pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen
Pupuk organik adalah pupuk yang (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas
tersusun dari materi makhluk hidup, seperti tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak,
pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan limbah industri yang menggunakan bahan
manusia. Pupuk organik dapat berbentuk pertanian, dan limbah kota (sampah).
padat atau cair yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi Sejarah penggunaan pupuk pada
tanah. Pupuk organik mengandung banyak dasarnya merupakan bagian daripada sejarah
bahan organik daripada kadar haranya. pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan
sudah dimulai sejak permulaan manusia sangat sensitif terhadap cahaya, suhu,
mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 getaran, dan sentuhan (Saptono, 2011).
tahun yang lalu. Bentuk primitif dari
penggunaan pupuk dalam memperbaiki 1.2. Tujuan
kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua Adapun tujuan dari pembuatan artikel ini
manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, adalah untuk menambah ilmu atau wawasan
Euphrat, Indus, Cina, dan Amerika tentang bagaimana cara memanfaatkan cacing
Latin.Lahan-lahan pertanian yang terletak di tanah sebagai pupuk organik. Seperti yang
sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat kita ketahui bahwasanya cacing tanah sangat
subur karena menerima endapan lumpur yang mudah di jumpain di berbagai daerah.
kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap
tahun. Di Indonesia, pupuk organik sudah
lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia 2. METODOLOGI PENELITIAN
sudah mengenal pupuk organik sebelum 2.1. Pembahasan
diterapkannya revolusi hijau di Indonesia.
Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) sering
lebih suka menggunakan pupuk buatan
disebut perut bumi karena semua
karena praktis menggunakannya, jumlahnya
mikroorganisme menguntungkan ada di perut
jauh lebih sedikit dari pupuk organik,
cacing tanah. Cacing tanah yang kelihatan
harganyapun relatif murah, dan mudah
sangat lemah tapi mempunyai kekuatan yang
diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat
melebihi semua kekuatan yang ada di bumi
tergantung pada pupuk buatan, sehingga
ini, yaitu kekuatan untuk merubah semua
dapat berdampak negatif terhadap
bentuk bahan organik dalam sekejap menjadi
perkembangan produksi pertanian.
tanah subur dan kekuatan lainnya. Cacing
Tumbuhnya kesadaran para petani akan
tanah termasuk binatang lunak di alam ada
dampak negatif penggunaan pupuk buatan
1800 species, tetapi baru sebagian kecil dapat
dan sarana pertanian modern lainnya terhadap
dimanfaatkan.
lingkungan telah membuat mereka beralih
dari pertanian konvensional ke pertanian
organik. Cacing tanah termasuk binatang yang
sangat kompleks karena masing-masing jenis
Cacing tanah merupakan hewan cacing tanah memiliki habitat yang spesifik.
tanah yang mudah dibudidayakan, serta Hal ini menyebabkan setiapjenis cacing tanah
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. akan bertahan pada habitatnya masing-
Cacing tanah mempunyai banyak manfaat, masing. Cacing tanah dapat hidup denganbaik
diantaranya memperbaiki dan pada pH 6 s/d 7,2, kelembaban 12,5 s/d
mempertahankan struktur tanah, 17,5dan suhu 15 s/d 31oC Cacing tanah
meningkatkan daya serap air permukaan adalah salahsatu dari makroorganisme tanah
tanah, menyuburkan tanah, sebagai pakan yang mempunyai
bagi ikan, ternak dan hewan piaraan, serta
bahan obat, dan kosmetik (Manurung, 2008). Cacing tanah bisa secara signifikan
Pada setiap segmen dari tubuh cacing tanah mengubah sifat fisik, kimia dan biologi
terdapat alat gerak yang disebut dengan satae dari profil tanah. Cacing adalah kontributor
yaitu berwujud seperti rambut halus, utama untuk memperkaya dan memperbaiki
pergerakan dari satae diatur oleh otot yang tanah bagi tumbuhan, hewan, dan bahkan
dapat disebut dengan muskulus protaktor manusia. Kontribusi cacing tanah bagi
dengan fungsi untuk mendorong keluar dan lingkungan sangatlah besar. Fungsi cacing
muskulus retraktor yang memiliki fungsi tanah juga bermanfaat langsung bagi
untuk menarik kembali satae kedalam rongga manusia.
kembali, letak dari kedua muskulus tersebut
berada pada ujung dari satae (Ristek, 2009). Sesuai namanya, cacing tanah merupakan
Pada segmen ketiga dalam tubuh cacing tanah organisme yang hidup di dalam tanah. Cacing
terdapat pusat syaraf dan terletak pada tanah diklasifikasikan dalam filum Annelida
sebelah bawah dari faring berupa kumpulan atau Annelids. Annelida dalam bahasa Latin
system saraf anterior (ganglion celebrale). artinya, “cincin kecil”. Tubuh cacing tanah
Simpul syaraf vertikal dan serabutserabut terdiri dari segmen seperti cincin yang
syaraf, pada saraf cacing terdapat ujung sarat disebut annuli. Segmen ini tercakup dalam
yang memiliki fungsi untuk menangkap rang setae, atau bulu kecil, yang digunakan cacing
sangan yang berupa sinar atau getaran dan untuk bergerak dan menggali.
selanjutnya akan dikirim ke otak. Syaraf ini
Cacing tanah menggunakan ruas-ruas
untuk berkontraksi atau mengendur secara
independen sehingga menyebabkan tubuh Pemanfaatan pupuk organic dapat
memanjang di satu area atau berkontraksi di menjadi solusi dalam rangka mengurangi
area lain. Segmentasi membantu cacing penggunaan pupuk anorganik yang
menjadi fleksibel dan kuat dalam berlebihan. Hal ini menjadi suatu terobosan
pergerakannya. dalam mengurangi penggunaan pupuk
anorganik, terlebih lagi proses budidaya
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal cacing tanah tergolong mudah. Salah satu
dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan atau titik kritisnya adalah pada pemberian pakan
bagian hewan dan atau limbah organik yang tepat waktu. Produksi pupuk organik
lainnya yang telah melalui proses rekayasa, kascing dapat mencapai angka ± 30 ton setiap
berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya bulan (Maulida, 2019). Kandungan unsur
dengan bahan mineral dan atau mikroba, hara yang terdapat pada pupuk organik
yang bermanfaat untuk meningkatkan kascing yaitu nitrogen 1,79%, kalium 1,79%,
kandungan hara dan bahan organik tanah fosfat 0,85%, kalsium 30,52% dan karbon
serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan 27,13%. Kandungan tersebut efektif untuk
biologi tanah (Kementerian Pertanian, 2011). menggemburkan tanah dan membuat tanaman
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat menjadi subur (Direktorat Perlindungan
dikelompokkan menjadi pupuk organik padat Hortikultura, 2018).
dan pupuk organik cair. Dilihat dari bahan
penyusunnya, yang termasuk kedalam pupuk Fungsi cacing tanah bagi ekosistem
organik antara lain pupuk kandang, kompos,
kascing, gambut, rumput laut dan guano a. Tingkatkan struktur tanah
(Helmi, 2017).
Fungsi cacing tanah bagi ekosistem yang
Kascing (bekas cacing) merupakan salah pertama adalah perannya bagi struktur tanah.
satu pupuk organik. Berdasarkan bahan Cacing tanah mengubah struktur lingkungan
penyusunnya, pupuk organik satu ini mereka. Berbagai jenis cacing tanah dapat
diproduksi dari media tempat hidup cacing, membuat liang horizontal dan vertikal,
diantaranya sampah organik, serbuk gergaji, beberapa di antaranya bisa sangat dalam di
kotoran ternak, dan lain-lain. Pupuk organik tanah. Liang ini membuat pori-pori di mana
kascing terbuat dengan melibatkan cacing oksigen dan air dapat masuk dan karbon
tanah (Lumbricus rubellus). Kerjasama antara dioksida dapat meninggalkan tanah
cacing tanah dengan mikroorganisme
memberi dampak proses penguraian yang b. Dekomposisi tanah
berjalan dengan baik. (Sinha et al., 2009).
Kondisi tersebut menyebabkan pupuk organik Cacing tanah memainkan peran penting
kascing diproduksi ketika cacing tanah dalam memecah bahan organik mati dalam
(Lumbricus rubellus) dibudidayakan. proses yang dikenal sebagai dekomposisi.
Dekomposisi melepaskan nutrisi yang
dikurung dalam tumbuhan dan hewan yang
mati dan membuatnya siap untuk digunakan
oleh tumbuhan hidup

c. Suburkan tanah

Fungsi cacing tanah selanjutnya adalah


membantu menyuburkan tanaman. Cacing
tanah juga bertanggung jawab untuk
mencampur lapisan tanah dan memasukkan
bahan organik ke dalam tanah. Pencampuran
ini meningkatkan kesuburan tanah dengan
membiarkan bahan organik tersebar melalui
tanah dan nutrisi yang ada di dalamnya
tersedia untuk bakteri, jamur dan tumbuhan.
Selain itu, saat cacing tanah mati, tubuhnya
yang kaya protein mengembalikan pupuk
nitrogen ke tanah.
d. Meningkatkan ketersediaan hara langsung digunakan di lahan. Sedangkan
cacingnya nanti dapat dipergunakan lagi.
Fungsi cacing tanah ini terjadi dalam dua
cara: dengan memasukkan bahan organik ke Cacing berkembang biak dengan
dalam tanah dan dengan membuka nutrisi bertelur dalam waktu 7 hari, satu ekor cacing
yang ada di dalam organisme mati dan materi menghasilkan 1-2 telur, satu telur cacing
tanaman. Nutrisi seperti fosfor dan nitrogen menghasilkan 5-10 ekor cacing.
menjadi lebih mudah tersedia bagi tanaman
setelah dicerna oleh cacing tanah dan Pupuk kascing ini bisa digunakan pada
diekskresikan dalam cetakan cacing tanah. hampir semua jenis tanaman tanpa membuat
Cacing tanah juga mengambil nutrisi melalui tanaman menjadi rusak dan mati. Pupuk
profil tanah, mendekatkannya dengan akar kascing dapat diterapkan sebagai pupuk dasar
tanaman. (dalam tanah), ditabur di atas tanah, ditabur
di samping mengelilingi tumbuhan.
Pupuk kascing adalah pupuk organik
yang berasal dari kotoran cacing atau bekas
cacing yang sudah difermentasi langsung 2.2. Metode Penelitian
oleh cacing itu sendiri. Pupuk ini memiliki
tekstur yang halus seperti pasir, berwarna Percobaan menggunakan rancangan acak
hitam, homogen, tidak berbau dan ringan. kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor
Bila dilihat dengan kaca pembesar, kotoran pertama adalah media cacing tanah (B)dan
cacing akan terlihat seperti pelet ikan namun faktor kedua adalah populasi
dalam ukuran yang sangat kecil. cacing tanah (C) sebagai berikut :

Biasanya cacing yang digunakan untuk 1. Media Cacing


membuat pupuk kascing ini berasal dari jenis B1 : Slurry babi + 25% jerami padi
cacing tanah spesies Lumbricus rubellus, atau B2 : Slurry sapi + 25% jerami padi
jika tidak didapatkan bisa menggunakan B3 : Slurry babi +25 % jerami padi + 25%
cacing tanah lokal yang ada di kebun, sampah sayuran
pekarangan ataupun tumpukan bahan organik B4 : Slurry sapi + 25 % jerami padi + 25
lainnya, seperti cacing yang ada di pohon Sampah sayuran
pisang yang sudah membusuk. 2. Populasi Cacing
Proses pembuatan pupuk kascing sangatlah P0 : tanpa penambahan cacing tanah
sederhana yaitu hanya dengan memberi P1 : 20 Ekor
makan cacing maka kotoran yang dikeluarkan P2 : 40 Ekor
dari cacing tersebut langsung dapat dijadikan P3 : 60 Ekor
pupuk. Namun, sebelum itu perlu
diperhatikan juga terkait faktor pertumbuhan Dari kedua factor tersebut, diulang
cacingnya. sebanyak 3 kali sehingga diperlukan 48
ember percobaan. Parameter yang diamati
Untuk pertumbuhan yang terbaik adalah: (1) Kecepatan melapuk, C-organik,
bagi cacing tanah diperlukan pH untuk Jumlah cacing tanah, jumlah telur cacing
tempat tinggal (media) antara 6,5-7,5, suhu tanah,P-tersedia, Populasi Mikroorganisme
22-28oC, dan kelembaban media 40-60%. (spk g-1 x 10 8),pH dan N-totalBahan bahan
Ketinggian atau kedalaman media maksimum dikumpulkan,masing - masing ditimbang
25 cm dan berada di tempat teduh atau tidak sesuai dengan persentasenya yang berat
terkena sinar matahari langsung. Untuk keseluruhan 2 kg . Jerami dan sampah
makanannya bisa disediakan sampah-sampah sayuran dipotong-potong dengan ukuran
organik yang telah dihancurkan dan kurang lebih 2 cm .dimasukan ke ember
kemudian dicampur dengan pupuk kandang. keember difermentasi selama 2 minggu
Cacing tanah tersebut makan sebanyak berat ditutup dengan kain diaduk setiap 3 hari
tubuhnya sehingga untuk produksi pupuk dengan menjada kelembannya 50%. Setelah 2
bergantung pada jumlah cacing yang minggu di media ini siap diletakan cacing
dilepaskan dan jumlah bahan makanannya. tanah. Cacing tanah dipilih yang besarnya
Kotoran yang dikeluarkan cacing (pupuk hampir sama dalam kondisi sehat. Bibit
kascing) akan berada pada tumpukan yang cacing diletakan permukaan media biarkan
paling atas. Pemanenan dapat dilakukan cacing masuk ke dalam media.
menggunakan saringan untuk memisahkan Pemeliharaannya dengan melakukan
antara pupuk kascing dan cacingnya, pengadukan setiap tiga hari dan menjaga
selanjutnya pupuk dapat dikemas atau kelemban 50% . Panen dilakukan pada saat
media berwarna coklak kehitamhitaman Data Berdasarkan hasil analisis statistika
hasil percobaan dianalisis dengan sidik ragam diperoleh signifikansi pengaruh media cacing
(anova) dan bila nilai rata-rata perlakuan (B) dan populasi cacing tanah (C) serta
yang diperoleh menunjukkan pengaruh nyata interaksinya (B x C) terhadap variabel yang
atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan diamati. Interaksi antara media cacing (B)
uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf dan populasi cacing tanah (C) (B x C)
5%. Untuk melihat keeratan hubungan antar berpengaruh sangat nyata terhadap variabel
parameter pengamatan dilakukan analisis C-organik, Populasi Cacing Tanah, Telur
korelasi (Gomez, 1995). cacing tanah, Populasi mikroorganisme, pH
media cacing, serta berpengaruh nyata
terhadap Kecepatan Melapuk. sedangkan
terhadap variabel lainnya berpengaruh tidak
nyata. Jenis media cacing (B) berpengaruh
sangat nyata terhadap C-Organik, populasi
cacing tanah, telur cacing tanah, P-tersedia,
pH. Populasi cacing tanah (C) berpengaruh
sangat nyata terhadap semua variable
penelitian.Hasil analisis P-tersedia pada
perlakuan (B3) slurry babi+25% jerami padi
+ 25% sampah sayuran memiliki kandungan
P-Tersedia lebih tinggi yaitu 922,30,
sedangkan pada slurry (B2) slurry sapi + 25%
jerami padi memiliki kandungan P-tersedia
lebih rendah yaitu 841,30, namun tidak
demikian halnya pada hasil analisis N-total
dimana perlakuan slurry (B4) slurry sapi + 25
% jerami padi + 25 sampah sayuran memiliki
kandungan N-total lebih tinggi yaitu 1,38
yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
yang lain.
Analisi P-tersedia pada perlakuan cacing
sebanyak 60 ekor (C3) memilikikandungan
P-tersedia lebih tinggi yaitu 975,87 dan untuk
perlakuan yang tanpa cacing memiliki
kandungan P-tersedia paling rendah yaitu
794,41 yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Hal yang sama pada hasil analisis N-
Total perlakuan cacing sebanyak 60 ekor
(C3) memiliki kandungan N-total lebih tinggi
yaitu 1,38 dan terendah dengan perlakuan
tanpa penggunaan cacing yaitu 1,80 yang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 1. Pengaruh Cacing Tanah dan Media


Terhadap Jumlah Cacing Tanah (ekor)
B1 B2 B3 B4

C0 0a 0a 0a 0a

C1 24,23b 30,32b 26,09b 32,15b

C2 39,39c 43,52c 41,90c 49,30c

C3 51,70d 63,88d 64,01d 75,20d

Jumlah cacing tanah (Tabel 2)


3. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan perlakuan (B4C3) slurry sapi + 25 %
jerami padi + 25 Sampah sayuran dengan
jumlah cacing tanah 60 ekor memiliki jumlah
paling banyak yaitu 75,20, sedangkan dengan Cacing tanah dan media sangat
perlakuan (B1C0) slurry babi + 25 % jerami mempengaruhi kualitas pupuk organik yang
padi dengan tanpa cacing tidak ditemui dihasilkan. Jumlah cacing tanah semakin
adanya cacing tanah Menurut Lavelle (1988), tinggi pada jenis media yang berbeda
aktivitas cacing tanah dalam melakukan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
dekomposisi bahan organik selain kualitas kompos. Semua parameter yang
mempengaruhi sifat-sifat fisiknya juga diamati samua berpengaruh nyata sampai
mempengaruhi sifat kimia karena adanya sangat nyata, terjadi interaksi kecuali pada P-
proses mineralisasi dan bahan-bahan organik tersedia dan N-total pada pupuk organik
yang dilakukan oleh mikroorganisme yang bekas cacing (kascing).Berdasarkan hasil
dibantu oleh cacing tanah. Peranan cacing penenelitian menunjukkan bahwa jenis media
tanah dalam proses mineralisasi adalah secara tunggal tidak menyebabkan ada
mempercepat proses tersebut bersama perubahan pada P-tersedia kascing demikian
mikroorganisme, sehingga menghasilkan juga dengan N-total kascing. Hal ini terjadi
unsur hara yang lebih tersedia bagi tanaman karena kandungan masingmasing jenis media
(Albanell et al., 1980 ). Hara yang sama sama bahan organik yang memiliki
terakumulasi dalam kascing baik itu hara kadar P dan N yang hampir sama. Perlakuan
makro maupun hara mikro merupakan jumlah cacing secara tunggal dapat
cerminan dari kandungan hara bahan organik meningkatkan P-tersedia dan N-total
sebagai sumber makanan utama cacing tanah. kascing.Peningkatan P-tersedia terjadi karena
Pembuatan pupuk kascing sangat dipengaruhi dalam tubuh cacing tanah bersimbiosa
oleh jenis media yang digunakan, karena berbagai macam mikroorganisme yang bisa
dengan media yang lebih tapat akan menghasilkan enzim fosfatase yang berfungsi
menghasilkan kualitas pupuk kascing yang meningkatkan ketersediaan P seperti
lebih baik. Beberapa media yang sering Mikrobia pelarut fosfat, bakteri pelarut fosfat
digunakan sebagai media pupuk kascing yang mampu memecah ikatan fosfat yang
adalah kotoran sapi, kotoran babi dan sluri tadinya tidak tersedia menjadi tersedia.
babi ataupun sluri sapi. Salah satu hasil Peningkatan N-total pada kascing karena
proses fermentasi anaerob pada instalasi adanya Azotobacter dalam tubuh cacing
biogas adalah terbentuknya limbah cair cacing tanah yang dapat mengikat N yang
berbentuk slurry . Limbah biogas, yaitu bebas yang ada di udara. Cacing tanah dan
kotoran ternak yang telah hilang gasnya jenis medianya secara bersama sama dapat
(slurry) merupakan pupuk organik yang meningkatkan pelapukan bahan organik,
sangat kaya akan unsur-unsur yang dimana proses pelapukan pada masing
dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, masing jenis media dipengaruhi oleh jumlah
unsurunsur tertentu seperti protein, selulose, oleh jumlah cacing tanah, semakin banyak
lignin dan lain-lain tidak dapat digantikan cacing tanah pada media campuran sllury
oleh pupuk kimia. Slurry mengalami sapi, jerami padi dan sayuran semakin cepat
penurunan COD sebesar 90% dari kondisi terjadi pelapukan. Jumlah cacing 60 ekor
bahan awal dan perbandingan BOD/COD memberikan kecepatan pelapukan tertinggi.
slurry sebesar 0,37. Nilai ini lebih kecil dari Hal ini terjadi karena media hidup cacing
perbandingan BOD/COD limbah cair sebesar tanah sekaligus sebagai makanan cacing
0,5. Slurry juga mengandung lebih sedikit tanah, keanekaragaman sumber bahan
bakteri pathogen sehingga aman untuk organik sebagai media hidup cacing tanah
digunakan sebagai pupuk (Widodo dkk, 2007 akan menyebabkan akan meningkatkan
dalam Prariesta dan Winata, 2009). Menurut aktivitas cacing tanah hal ini terbukti pada
Suzuki et al (2001) dalam Oman (2003), perlakuan ini jumlah cacingnya paling tinggi .
sludge yang berasal dari biogas (slurry) Tingkat pelapukan yang tinggi membuktikan
sangat baik untuk dijadikan pupuk karena C-organik tertinggi pada perlakuan ini, pada
mengandung berbagai macam unsur yang perlakuan ini terdapat jumlah populasi
dibutuhkan oleh tumbuhan seperti P, Mg, Ca, mikroorganisme teringgi demikian juga
K, Cu dan Zn. Kandungan unsur hara dalam pHnya tertinggi . dan jumlah telur cacing.
limbah (slurry) hasil pembuatan biogas Aktivitas cacing tanah meningkat ketika
terbilang lengkap meskipun jumlahnya tersedia sumber makanan.
sedikit. Beberapa penelitian menunjukkan
penggunaan pupuk organik cair memberikan 4. KESIMPULAN
dampak positif terhadap pertumbuhan
tanaman. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh
cacing tanah dan media terhadap kualitas
pupuk organik bekas cacing (kascing), dapat
disimpulkan bahwa jumlah cacing tanah dan
jenis media secara bersama sama
(berinteraksi) berpengaruh sangat nyata
terhadap pelapukan, C-organik, jumlah
cacing tanah, jumlah telur cacing, jumlah
populasi mikroorganisme dan pH kascing.
Pelapukan yang paling tinggi pada perlakuan
cacing tanah 60 ekor dengan sllury
sapi+jerami padi +sayuran. Kualitas pupuk
organik bekas cacing
(kascing) terbaik pada perlakuan cacing tanah
60 ekor dengan medianya sllury sapi+jerami
padi +sayuran .

5. DAFTAR PUSTAKA

Atiyeh, R.M., J. Dominguez, S. Subler, and


C.A. Edwards. 2000. Changes in biochemical
properties of cow manure during processing
by wearthworm (Eisenia andrei) and the
effects on seedling growth. Pedobiologia
44 :709-7724.
Briljan, H. S. Pemanfaatan Crotalaria retusa
(L.) dan “Kascing” Sebagai Pupuk Organik
Untuk Sayuran Selada (Lactuca sativa).
Agroteknolgi Fakultas Pertanian Unsika.
Majalah Ilmiah Solusi Unsika.
Vol. 10 No. 20Lavelle, P.1988. Earthworm
Activities and The Soil
System. Biol. Fertil. Soil 6 : 237-251.
Albanell, E., Plaixats, J. and T. Carbero.
1988. Chemical Changes During
Vermicomposting (Eisenia foetida) of Sheep
Manure Mixed with Cotton
Industrial Waste. Biol. Fertil. Soil. 6 : 266-
269.
Palungkun, R. 1999. Sukses Beternak Cacing
Tanah Lumbricus rubellus. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Yudiarsana I.M., 2009. “Pengaruh Dosis
Pupuk Kascing dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Nilam
(Pogostemon cablin Benth) di Lahan Kering”
(tesis). Denpasar : Universitas Udayana.
Karnata, N. 2000. “Pengaruh Waktu Tanam
dan Jenis Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kentang (Solanum
tuberosum L.) di
Lahan Kering Beriklim Basah” (tesis).
Denpasar: Universitas Udayana.
Sutanto, R. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai