Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Mewujudkan Kesatuan Sila-sila Pancasila Guna


Memperkuat Kesatuan dan Persatuan Bangsa”
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila

Disusun oleh :

Suci Rahmawati (201311011)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SURAKARTA
2013/2014
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Mewujudkan Kesatuan Sila-sila Pancasila Guna
Memperkuat Kesatuan dan Persatuan Bangsa”.

Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada


penulis.

2. Dra. Sabar Marniyati, Msi selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila.

3. Orang tua yang selalu mendukung setiap aktivitas penulis.

4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2

A. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem................. 2


B. Pancasila Sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia ........ 5
C. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat ................... 6
D. Makna Nilai-nilai Setiap Sila-sila Pancasila........................................... 7
E. Nilai-nilai yang Terkandung di dalam Pancasila .................................... 9
F. Pengamalan Pancasila ......................................................................... 10

BAB III PENUTUP .................................................................................. 12

A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................... 12

Daftar Pustaka........................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pancasila adalah dasar filsafat dan pandangan hidup negara Republik
Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila merupakan suatu sistem
filsafat yang melandasi tata kehidupan masyarakat bangsa dan negara Indonesia.
Pancasila memiliki kedudukan yang sangat penting dan bersifat imperatif, baik
imperatif moral maupun politis-ideologis bagi bangsa Indonesia dalam menata,
mengatur, serta menyelesaikan masalah-masalah sosial, kebangsaan dan
kenegaraan termasuk juga masalah hukum. Sebagai dasar filsafat, maka Pancasila
merupakan sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia. Sebagai pemersatu
bangsa dan negara Indonesia maka sudah semestinya bahwa Pancasila dalam
dirinya sendiri sebagai suatu kesatuan.
Pancasila sudah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai sarana pemersatu,
artinya sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung
didalam sila-sila Pancasila disetujui sebagai milik bersama.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah rumusan kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem?
2. Apakah Pancasila sebagai asas persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia?
3. Apakah kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat?
4. Apakah makna nilai-nilai setiap sila-sila Pancasila?
5. Apakah nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila?
6. Bagaimana pengamalan Pancasila?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Pancasila yang terdiri dari lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem
filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila, setiap sila
pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis


Sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar
filsafat negara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing merupakan
suatu asas peradaban. Namun demikian sila-sila Pancasila itu merupakan suatu
kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak)
dari Pancasila. Maka pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk
tunggal. Konsekuensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas
dari sila-sila lainnya serta di antara sila satu dan lainnya tidak saling
bertentangan akan tetapi saling melengkapi dan bersatu.
Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada
hakikatnya secara filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia
sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia
“monopluralis” yang memiliki unsur-unsur, “susunan kodrat” jasmani-rokhani,
“sifat kodrat” individu-makhluk sosial, dan “kedudukan kodrat” sebagai
pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur hakikat
manusia tersebut merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis dan
harmonis. Setiap unsur memiliki fungsi masing, namun saling berhubungan.
Oleh karena sila-sila Pancasila merupakan penjelmaan hakikat manusia
“monopluralis” yang merupakan kesatuan organis maka sila-sila Pancasila juga
memiliki kesatuan yang bersifat organis pula.

2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal


Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan berbentuk piramidal. Pengertian
matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhis
sila-sila Pancasila dalam urut-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal isi
sifatnya (kwalitas). Kalau dilihat dari intinya urut-urutan lima sila
menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya
merupakan pengkhususan dari sila-sila di mukanya.
Jika urut-urutan lima sila dianggap mempunyai maksud demikian maka di
antara lima sila ada hubungan yang mengikat yang satu kepada yang lainnya,
sehingga Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Seandainya urut-
urutan itu dipandang tidak mutlak maka di antara satu sila dengan sila lainnya
tidak ada sangkut pautnya, maka Pancasila itu akan menjadi terpecah-pecah,
oleh karena itu, tidak dapat dipergunakan sebagai asas kerokhanian negara.
Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan sila-
sila Pancasila yaitu: Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.
Berdasarkan hakikat yang terkandung dalam sila-sila Pancasila dan
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, maka segala hal yang berkaitan dengan
sifat dan hakikat negara harus sesuai dengan landasan sila-sila Pancasila. Hal
itu berarti hakikat dan inti sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut: sila
pertama Ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan
sifat dan hakikat Tuhan, sila kedua kemanusiaan adalah sifat-sifat dan keadaan
negara yang harus sesuai dengan hakikat manusia, sila ketiga persatuan adalah
sifat-sifat dan keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat satu, sila
keempat kerakyatan adalah sifat-sifat dan keadaan negara yang harus sesuai
dengan hakikat rakyat, dan sila kelima keadilan adalah sifat-sifat dan keadaan
negara yang harus sesuai dengan hakikat adil.
Kesesuaian yang dimaksud adalah kesesuaian antara hakikat nilai-nilai
silai-sila Pancasila dengan negara, dalam pengertian kesesuaian sebab dan
akibat. Maka kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut: bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa (sebagai sebab) (hakikat sila I
dan II) yang membentuk persatuan mendirikan negara dan persatuan manusia
dalam suatu wilayah disebut rakyat (hakikat sila III dan IV), yang ingin
mewujudkan suatu tujuan bersama yaitu suatu keadilan dalam suatu
persekutuan hidup masyarakat negara (keadilan sosial) (hakikat sila V).
Demikianlah maka secara konsisten negara haruslah sesuai dengan hakikat
Pancasila.

Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal


1. Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai
sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi dan dijiwai
oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai sila Ketuhanan
yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan menjiwai
sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
4. Sila keempat : kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai sila Ketuhanan
yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
serta meliputi dan menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
5. Sila kelima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi
dan dijiwai sila Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta sila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan


Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang “Majemuk Tunggal”, “Hierarkhis
Piramidal” juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal
ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya,
atau dengan kata lain dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat
sila lainnya.

B. Pancasila Sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


Bagi bangsa Indonesia adanya kesatuan asas kerokhanian, kesatuan pandangan
hidup, kesatuan ideologi adalah sangat penting dan bersifat sentral, karena suatu
bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui ke arah mana tujuan bangsa itu
ingin dicapai maka bangsa itu harus memiliki satu pandangan hidup, ideologi
maupun satu asas kerokhanian.
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang dengan
sendirinya memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda pula. Namun
demikian bahwa perbedaan itu harus disadari sebagai sesuatu yang memang
senantiasa ada pada setiap manusia (suku bangsa) sebagai makhluk pribadi, dan
dalam masalah ini bersifat biasa. Namun demikian dengan adanya kesatuan asas
kerokhanian yang kita miliki, maka perbedaan itu harus dibina ke arah suatu
kerjasama dalam memperoleh kebahagiaan bersama. Maka disinilah letak fungsi
dan kedudukan asas kerokhanian Pancasila sebagai asas persatuan, kesatuan dan
asas kerjasama bangsa Indonesia. Dalam masalah ini maka membina,
membangkitkan, memperkuat dan mengembangkan persatuan dalam suatu pertalian
kebangsaan menjadi sangat penting artinya, sehingga persatuan dan kesatuan tidak
hanya bersifat statis namun harus bersifat dinamis. Perbedaan-perbedaan itu
tidaklah mempengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, karena memiliki
daya penarik ke arah kerjasama yang saling dapat diketemukan dalam suatu
perpaduan dan sintesa yang memperkaya masyarakat sebagai suatu bangsa.
Pancasila sebagai dasar filsafat hidup bangsa sekaligus berfungsi sebagai
pemersatu bangsa Indonesia, yang dalam penghayatan Pancasila merupakan
penghayatan material, kemudian diwujudkan dalam pengamalan subjektif
Pancasila.

C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat


Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar
ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.

1. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila

Pancasila sebagai suatu kesatuan filsafat tidak hanya kesatuan yang


menyangkut sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-
sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah asas
yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut
sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok sila-sila Pancasila
adalah manusia, hal ini dijelaskan sebagai berikut : bahwa yang berketuhanan
yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial, pada
hakikatnya adalah manusia.

2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila


Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan
suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila merupakan
pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam
semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara tentang makna hidup serta
sebagai dasar bagi manusia menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup
dan kehidupan. Pancasila juga telah menjadi cita-cita atau keyakinan-keyakinan
yang telah menyangkut praksis, karena dijadikan sebagai landasan bagi cara
hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat dalam berbagai bidang
kehidupan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologisnya. Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologis, yaitu: tentang sumber pengetahuan manusia, tentang teori
kebenaran pengetahuan manusia, serta tentang watak pengetahuan manusia.

3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila


Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologisnya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.

D. Makna Nilai-nilai Setiap Sila-sila Pancasila


Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki
perbedaan antara satu dengan lainnya namun kesemuanya itu tidak lain merupakan
suatu kesatuan yang sistematis.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa adanya
pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam
semesta. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan,
penyelenggaraan dan pembangunan negara untuk menciptakan kesejahteraan
rakyat bahkan moral negara, moral penyelenggara negara, politik negara,
pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-undangan negara,
kebebasan dan hak asasi warga negara harus dengan memenuhi perintah Tuhan
dan menjiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan
kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber
pada dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat
rokhani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan
kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan.
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan
perundang-undangan negara harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian
harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak
dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan negara.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu
kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi
budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan
pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun
terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
perwujudan nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan
beragama.
Dalam kehidupan bersama dalam negara, nilai kemanusiaan harus dijiwai
karena untuk saling menghargai sekalipun terdapat suatu perbedaan karena hal
itu merupakan suatu kodrat manusia untuk saling menjaga keharmonisan dalam
kehidupan bersama sehingga negara kita akan kuat persatuan dan kesatuannya.
Nilai kemanusiaan juga menjunjung tinggi untuk berbuat adil. Adil terhadap
Tuhan yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai
atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status
sosial maupun agama.

3. Sila Persatuan Indonesia


Negara Indonesia adalah negara yang beraneka ragam tetapi harus tetap
satu, seperti sembohyang negara kita Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukan
alasan untuk diruncingkan menjadi suatu konflik dan permusuhan, melainkan
diarahkan untuk menghasilkan suatu yang menguntungkan yaitu persatuan
dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Bangsa ini bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam menjalankan
kekuasaannya melalui sistem perwakilan dari keputusan-keputusannya diambil
dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh
tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada rakyat
yang diwakilinya. Sila keempat ini merupakan sendi yang penting untuk asas
kekeluargaan masyarakat dan asas tata pemerintahan Republik Indonesia yang
didasarkan atas kedaulatan rakyat.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila kelima ini berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan
yang adil dalam segala bidang.
Nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama, yaitu:
1) Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara
terhadap warganya.
2) Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu suatu hubungan keadilan antara
warga negara teradap negara.
3) Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu
dengan lainnya secara timbal balik.

E. Nilai-nilai yang Terkandung di dalam Pancasila


Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila, yaitu :
1. Dalam sila I : Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang
sempurna.
b. Ketakwaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dalam sila II : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a. Pengakuan terhadap adanya martabat manusia.
b. Perlakuannya yang adil terhadap sesama manusia.
c. Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan
keyakinan.
3. Dalam sila III : Persatuan Indonesia
a. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.
b. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia.
c. Persatuan terhadap “Ke-Bhineka Tunggal Ika-an” suku bangsa (etis) dan
kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah
dalam pembinaan persatuan bangsa Indonesia.

4. Dalam sila IV : Kerakyatan yang di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan
a. Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat.
b. Pimpinan kerakyatan adalah hikamat kebijaksanaan yang di landasi akal
sehat.
c. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
d. Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil
rakyat.
5. Dalam sila V : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau kemasyarakatan
meliputi seluruh rakyat Indonesia.
b. Keadilan dalam kehidupan sosial.
c. Cita-cita masyarakat adil dan makmur material dan spiritual yang merata
bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban dan menghormati hak orang lain.

F. Pengamalan Pancasila
Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978, yang juga dinamakan “Ekaprasetia
Pancakarsa”, memberi petunjuk-petunjuk nyata dan jelas. Wujud pengamalan
kelima sila Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina
kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3. Sila Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Kemajuan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka
Tunggal Ika.
4. Sila Kerakyatan yang di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
a. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
b. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
c. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
d. Keputusan yang di ambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perilaku-perilaku yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Bersikap adil.
c. Menghormati hak-hak orang lain.
d. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
e. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila adalah dasar filsafat dan pandangan hidup negara Republik


Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Sila-sila Pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan.

Pancasila memiliki kedudukan yang sangat penting bagi bangsa Indonesia


dalam menata, mengatur, serta menyelesaikan masalah-masalah sosial, kebangsaan
dan kenegaraan termasuk juga masalah hukum. Sebagai dasar filsafat, maka
Pancasila merupakan sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang dengan
sendirinya memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda pula. Namun
demikian bahwa perbedaan itu harus disadari sebagai sesuatu yang memang
senantiasa ada pada setiap manusia (suku bangsa) sebagai makhluk pribadi, dan
dalam masalah ini bersifat biasa. Namun demikian dengan adanya kesatuan asas
kerokhanian yang kita miliki, maka perbedaan itu harus dibina ke arah suatu
kerjasama dalam memperoleh kebahagiaan bersama.

B. Saran
1. Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa, bukanlah
hanya merupakan rangkaian kata-kata yang indah namun harus diwujudkan dan
diaktualisasikan dalam berbagai bidang dalam kehidupan bangsa.
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila hendaknya harus
mewarnai setiap prosedur dalam penyelesaian konflik yang ada didalam
masyarakat.
3. Hendaknya masyarakat bangsa Indonesia harus mengamalkan sila-sila Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Seharusnya masyarakat bangsa Indonesia harus mewujudkan kesatuan sila-sila
Pancasila guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan MS. 1991. Filsafat Pancasila. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

Kaelan MS. 2002. Pendidikan pancasila. Edisi Reformasi. Yogyakarta : Paradigma.

Noor Ms Bakry. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Salam, Burhanuddin. 1988. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta : Bina Aksara.

Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Edisi Kedua.

Jakarta : PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai