Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN OBSERVASI

SETTING PENDIDIKAN

PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BAYI USIA 11 BULAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum pada Mata Kuliah


Psikodiagnostik II – Observasi

Nama Pembimbing:
Natasha Ghaida Husna, M.psi, Psikolog

Disusun Oleh:
Ryfa Meriam
1903077

DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
A. LATAR BELAKANG
Awal pertumbuhan dan perkembangan anak di tahun pertama sangat menakjubkan,
yakni dari seorang bayi yang tak berdaya ketika lahir, akan memiliki sejumlah kepandaian
dan perubahan-perubahan yang sangat cepat. Pada awal gerak bayi yang kecil memang hanya
mampu menggerakkan kepala, tangan, dan kakinya saja, saat itu reflek tubuhnya yang
bekerja sempurna. Menyaksikan perkembangan motorik bayi setiap bulannya tentu menjadi
pemandangan yang sangat ditunggu oleh orang disekitarnya. Rasa bangga dirasakan orangtua
dan keluarga saat melihat bayi sudah bisa duduk atau sekedar berbicara 1-2 kata.
Akan tetapi, menurut Lee (1989:3) tidak semua bayi tumbuh dengan kecepatan yang
sama walaupun mereka mengikuti pola umum yang sama. Ada bay iyang mencapai setiap
tahap perkembangan lebih awal ketimbang bayi yang lain. Misalnya seorang bayi merangkak
pada usia tujuh bulan sementara yang lain tidak mencapai tahap merangkak sampai usia
Sembilan bulan.Upaya pengoptimalan tumbuh kembang pada awal-awal kehidupan bayi
adalah sangat penting. Pencapaian tersebut pada setiap bayi berbeda-beda, tetapi ada patokan
umur untuk mencapai kemampuan tersebut yang sering disebut dengan istiah milestone
(Moersintowarti, 2002). Hal ini membuat observer tertarik untuk memahami tahapan
perkembangan motorik bayi setiap bulannya agar dapat memaksimalkan tumbuh kembang
bayi tersebut. Observer akan mencatat bagaimana perkembangan motorik subjek seperti
aspek motorik kasarnya juga aspek motorik halusnya.

B. KAJIAN PUSTAKA
Perkembangan (development) menurut Soetjiningsih (1995) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya. Peristiwa perkembangan dengan pertumbuhan terjadi secara
sinkron sebab perkembangan itu berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu
sedangkan pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik.

Perkembangan dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek fisik (perkembangan
dapat berupa perkembangan motorik kasar dan motorik halus), aspek mental (berupa kegiatan
berpikir yang sederhana sampai kompleks), aspek emosional (berhubungan dengan perasaan
seseorang seperti takut, malu, kecewa), aspek sosial (merupakan kemampuan seseorang
untuk berhubungan dengan orang lain).

Elizabeth B Hurlock (1978: 159) menyatakan bahwa perkembangan motorik diartikan


sebagai perkembangan dari unsur kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai
pusat gerak. Gerak ini secara jelas dibedakan menjadi gerak kasar dan halus. Menurut
Endang Rini Sukamti (200:15) bahwa perkembangan motorik adalah sesuatu proses
kemasakan atau gerak yang langsung melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses
pensyarafan yang menjadi seseorang mampu menggerakkan dan proses persyarafan yang
menjadikan seseorang mampu menggerakan tubuhnya.

Menurut Richard A. Magill, (1989:11) berdasarkan kecermatan dalam melakukan


gerakan, keterampilan motorik dibagi menjadi dua yaitu keterampilan motorik kasar (gross
motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill). Keterampilan motorik kasar
(gross motor skill) merupakan keterampilan gerak yang menggunakan otot-otot besar, tujuan
kecermatan gerakan bukan merupakan suatu hal yang penting akan tetapi koordinasi yang
halus dalam gerakan adalah hal yang paling penting. Motorik kasar meliputi melompat,
memelempar, berjalan, dan meloncat. Sedangkan keterampilan motorik halus (fine motor
skill) merupakan keterampilan motorik halus yang merupakan keterampilan yang
memerlukan control dari otot kecil dari tubuh untuk mencapi tujuan dari keterampilan. Secara
umum keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata dan tangan keterampilan ini
membutuhkan kecermatan yang tinggi. contoh motorik halus adalah melukis, menjahit, dan
mengancingkan baju.

C. METODOLOGI
Tujuan Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan motorik pada bayi laki laki usia
11 bulan sehingga dapat mengetahui sudah sejauh mana kematangan pengendalian gerak
tubuh dan otak. Observer akan mencatat bagaimana perkembangan motorik subjek seperti
aspek motorik kasarnya juga aspek motorik halusnya.

Metode
Metode yang digunakan observer dalam observasi ini yaitu event recording yaitu
metode yang dilakukan dengan cara merekam setiap hal dari perilaku spesifik atau kejadian-
kejadian yang ingin diukur selama periode observasi. Observer menunggu perilaku atau
kejadian yang ingin di ukur terkait variabel muncul kemudian melakukan pencatatan.

Subjek Observasi
Berikut adalah karakteristik subjek yang diobservasi:
Nama : AGZ
Umur : 11 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Praesens Subjek


a. Status Fisik
1) Konstitusi Tubuh
- Tinggi Badan : ± 65 cm
- Berat Badan : ± 11 kg
- Kesan : Subjek memiliki kulit kuning langsat dan proporsi badan yang sedikit
gemuk dan tinggi yang sesuai sehingga membuat tubuhnya terlihat memiliki proporsi
yang sehat.

2) Kondisi Tubuh
Subjek memiliki kulit kuning langsat dan terlihat memiliki proporsi yang pas dengan
berat badan ± 11 kg dan tinggi ± 65 cm. Subjek memiliki bentuk wajah bulat dan rambut
yang sedikit botak. Gaya berpakaian subjek santai dan nyaman. Pada hari pertama
observasi subjek menggunakan kaos berwarna biru dan celana pendek bewarna hijau
muda, lalu pada hari kedua subjek menggunakan kaos berwarna biru muda dengan aksen
matahari dan celana pendek berwarna biru tua. Pada observasi hari ketiga, subjek
menggunakan kaos putih dengan aksen garis abu-abu dan celana putih dengan aksen
abstrak berwarna hitam.

b. Status Psikis
Saat observasi berlangsung, subjek terlihat segar dan aktif bermain berkeliling kamar.
Subjek juga aktif mengoceh dan berteriak yang menggambarkan bahwa subjek
gembira dan dalam mood yang baik. Subjek juga menunjukan ekspresi penasarannya
saat diajak untuk berkeliling komplek dan melihat ada kucing. Subjek terlihat senang
dan takut saat berhadapan dengan kucing tersebut secara langsung.
Definisi Operasional
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Motorik kasar anak akan
berkembang sesuai dengan usianya. Pada usia 11 bulan, bayi sudah menguasai bangun dari
posisi tidur ke posisi duduk, otot-otot tangan dan kaki bayi juga semakin kuat sehingga
mereka mulai bisa merangkak ke sana dan kemari. Bayi juga sudah mulai senang berdiri
tanpa bantuan orang lain. Hal ini terjadi karena kontrol dirinya tentang keseimbangan
semakin berkembang baik dan dilanjutkan dengan berjalan dua tiga langkah yang akan
dicobanya lagi secara terus-menerus.

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih,
misalnya menggenggam, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Pada usia 11 bulan, bayi sudah
mulai belajar untuk berbicara satu atau dua suku kata dan menggenggam sesuatu dengan
tekstur yang bervariasi.

Perkembangan motorik kasar secara alami terbentuk sesuai kematangan fisik bayi dan
lingkungan sekitar yang menunjang. Sedangkan motorik halus dapat lebih berkembang jika
ada bantuan stimulasi dari orang sekitarnya.

Intrumentasi
Konsep Variabel Dimensi Indikator
Motorik Kasar Duduk a. Subjek mampu bangkit dari posisi
tidur lalu duduk
b. Subjek mampu bangkit dari posisi
tengkurap lalu duduk
c. Subjek duduk dengan posisi sila d
an punggung yang tegak
d. Subjek duduk tanpa adanya sandar
an
e. Subjek duduk dengan posisi W
Merangkak a. Subjek merangkak dengan awalan
duduk
b. Subjek merangkak dengan awalan
tengkurap
c. Subjek merangkak lalu duduk
d. Subjek merangkak maju
e. Subjek merangkak mundur
f. Subjek merangkak maju lalu mera
ngkak mundur
Berdiri a. Subjek berdiri tanpa bantuan
orang lain
b. Subjek menggunakan tangan
sebagai tumpuan untuk berdiri
c. Subjek berdiri dengan seimbang
selama 5 detik tanpa tumpuan
d. Subjek merentangkan tangan saat
berdiri
e. Subjek berdiri dengan tangan
yang diarahkan ke depan
f. Subjek menekukkan lutut saat
berdiri
g. Subjek berdiri dengan kaki yang
tegak
Berjalan a. Subjek melangkah 2 langkah deng
an bantuan orang lain
b. Subjek melangkah 2 langkah tanp
a bantuan orang lain
c. Subjek melangkah dengan telapak
kaki kearah bawah
Motorik Halus Menggenggam a. Subjek menggenggam makanan (Fi
dan Menyentuh nger Food)
b. Subjek menggenggam sendok dan
mengarahkan ke mulut
c. Subjek mampu mengarahkan makan
annya ke mulut
d. Subjek menggenggam Finger Food
dengan lima jari
e. Subjek menggenggam Finger Food
dengan jari telunjuk dan ibu jari saj
a
f. Subjek mampu menggenggam bend
a berukuran kecil seperti peniti
g. Subjek mampu mengarahkan jari un
tuk menunjuk sesuatu
h. Subjek mampu menyentuh rambut-r
ambut pada binatang

D. HASIL
Hasil
Observasi ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 12-14 Desember 2020
dari pukul 11.00-13.00 pada hari pertama dan ketiga lalu pukul15.00-17.00 pada hari kedua
dengan cara mengamati pergerakan subjek yang termasuk kedalam perkembangan motorik
kasar dan halus.
Observasi hari pertama:
 Subjek bermain di kasur dan terlihat mengubah-ubah posisinya dimulai dari duduk
lalu tidur, tengkurap dan kembali bangkit duduk dari posisi sebelumnya.
 Subjek duduk dengan berbagai macam posisi seperti sila meskipun belum sempurna,
duduk dengan kaki lurus kearah depan dan punggung yang tegak tanpa adanya
sandaran.
 Subjek kemudian merangkak maju mengelilingi kamar dengan berbagai macam posisi
awalan, seperti duduk dan tengkurap lalu berhenti merangkak dan kembali lagi ke
posisi awal.
 Subjek berusaha untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain dengan bertumpu pada
tangan dan berdiri secara seimbang.
 Subjek berdiri dengan kaki yang tegak dengan tangah diarahkan kesamping dan juga
kedepan untuk menyeimbangkan tubuhnya meskipun pada akhirnya sedikit menekuk
kedua lututnya.
 Subjek pada mulanya melangkah dengan bantuan orang lain, lalu kemudian
melangkah sendirinya tanpa bantuan orang lain dengan seluruh telapak kaki kearah
bawah.
 Subjek makan siang dan menggenggam finger food-nya dengan 5 jari lalu
mengarahkannya ke mulut.
 Subjek menggenggam snack-nya yang berukuran hampir sama dengan peniti dan
mengarahkannya ke mulut.
Observasi hari kedua:
 Subjek bangun dari tidur siang nya dan langsung duduk dengan tegak.
 Subjek lalu bermain di kasur dan terlihat mengubah-ubah posisinya dimulai dari
duduk lalu tidur, tengkurap dan kembali bangkit duduk dari posisi sebelumnya.
 Subjek duduk dengan berbagai macam posisi seperti sila meskipun belum sempurna,
duduk dengan kaki lurus kearah depan dan punggung yang tegak tanpa adanya
sandaran.
 Subjek kemudian merangkak maju kearah ibunya dengan awalan duduk lalu berhenti
dan kembali lagi ke posisi awal.
 Subjek berusaha untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain dengan bertumpu pada
tangan dan berdiri secara seimbang.
 Subjek berdiri dengan kaki yang tegak dengan tangan diarahkan kesamping dan juga
kedepan untuk menyeimbangkan tubuhnya meskipun pada akhirnya sedikit menekuk
kedua lututnya.
 Subjek pada mulanya melangkah dengan bantuan orang lain, lalu kemudian
melangkah sendirinya tanpa bantuan orang lain dengan seluruh telapak kaki kearah
bawah.
 Subjek makan sore dan menggenggam finger food-nya dengan jari telunjuk dan ibu
jari lalu mengarahkannya ke mulut.
 Setelah mandi, subjek berkeliling komplek dengan ibunya lalu bertemu kucing.
 Subjek menyentuh rambut pada tubuh kucing tersebut.
Observasi hari ketiga:
 Subjek bermain di playground dan terlihat mengubah-ubah posisinya dimulai dari
duduk lalu tidur, tengkurap dan kembali bangkit duduk dari posisi sebelumnya.
 Subjek duduk dengan berbagai macam posisi seperti sila meskipun belum sempurna,
duduk dengan kaki lurus kearah depan dan punggung yang tegak tanpa adanya
sandaran.
 Subjek kemudian merangkak maju mengelilingi kamar dengan berbagai macam posisi
awalan, seperti duduk dan tengkurap lalu berhenti merangkak dan kembali lagi ke
posisi awal.
 Subjek merangkak maju lalu merangkak mundur.
 Subjek berusaha untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain dengan bertumpu pada
tangan dan berdiri secara seimbang.
 Subjek berdiri dengan kaki yang tegak dengan tangan diarahkan kesamping dan juga
kedepan untuk menyeimbangkan tubuhnya meskipun pada akhirnya sedikit menekuk
kedua lututnya.
 Subjek pada mulanya melangkah dengan bantuan orang lain, lalu kemudian
melangkah sendirinya tanpa bantuan orang lain dengan seluruh telapak kaki kearah
bawah.
 Subjek makan siang dan menggenggam finger food-nya dengan 5 jari lalu
mengarahkannya ke mulut.
 Subjek mengubah posisi genggaman finger food-nya menjadi jari telunjuk dan ibu
jari.
 Subjek menggenggam snack-nya yang berukuran hampir sama dengan peniti dan
mengarahkannya ke mulut.

Analisa
Dari hasil observasi diatas, terlihat subjek melakukan hampir semua indikator
perkembangan motorik, baik itu kasar maupun halus dan dapat dikatakan sudah matang.
Encep Sudirjo dan Muhammad Nur Alif (2018:38-39) Mulai usia ke 11 bulan, yang paling
menonjol adalah kemampuan motor kasar bayi, yaitu dapat berdiri sendiri dalam waktu
kurang lebih 2 detik. Pada saat ini bayi sudah mulai senang berdiri tanpa bantuan orang lain.
Hal ini terjadi karena kontrol dirinya tentang keseimbangan semakin berkembang baik,
sehingga bayi terbiasa berdiri di atas kakinya. Dalam melakukan aktivitas berlatih berdiri
tanpa bantuan, bayi akan meluruskan tungkainya dari posisi tengkurap atau duduk. Kemudian
bayi akan mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada ke dua telapak tangannya.
Pada observasi kali ini, terdapat total 29 indikator, yang mana 21 diantaranya adalah
indikator perkembangan motorik kasar dan 8 indikator perkembangan motorik halus. Untuk
menghitung tingkat perkembangan motorik kasar, halus dan keseluruhan motorik bayi selama
3 hari pengamatan bisa dihitung dengan rumus:

jumlah indikator motorik kasar yang muncul


Motorik kasar = X 100 %
jumlah keseluruhan indicator motorik kasar x 3
56
= X 100 % = 88,8%
63
jumlah indikator motorik halus yang muncul
Motorik halus = X 100 %
jumlah keseluruhan indikator motorik halus x 3
13
= X 100 % = 54,1%
24
jumlah indikator yang muncul
Perkembangan Motorik = X 100 %
jumlah keseluruhan indikator x 3
69
= X 100 % = 79,31%
87
Hari Pertama
19
Motorik kasar = X 100 % = 90,4%
21
4
Motorik halus = X 100 % = 50%
8
23
Perkembangan Motorik = X 100 % = 79,31%
29
Hari Kedua
17
Motorik kasar = X 100 % = 80,9%
21
4
Motorik halus = X 100 % = 50%
8
21
Perkembangan Motorik = X 100 % = 72,41%
29
Hari Ketiga
20
Motorik kasar = X 100 % = 95,2%
21
5
Motorik halus = X 100 % = 62,5%
8
24
Perkembangan Motorik = X 100 % = 82,7%
29
Dari hasil perhitungan diatas, perkembangan motorik subjek selama 3 hari sudah
mencapai tingkat matang pada perkembangan motorik halusnya dengan hasil 54,1%, bahkan
dapat dikatakan sangat matang pada perkembangan motorik kasar dengan hasil 88,8% dan
juga perkembangan motorik secara keseluruhan dengan hasil 79,31% selama 3 hari.
Pada hari pertama, kemampuan motorik kasarnya menampilkan 90,4% dari indikator
yang ada. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan motorik kasar subjek sudah sangat matang.
Akan tetapi, hal ini mengalami penurunan menjadi 80,9% di hari kedua. Angka tersebut
masih termasuk ke dalam tingkatan yang sama seperti sebelumnya dan hal tersebut terjadi
karena ada beberapa indikator yang tidak muncul selama waktu observasi berlangsung. Pada
hari ketiga indikator yang ditampilkan oleh subjek kembali menginjak angka 95,2% yang
berarti hanya satu indikator yang tidak ditampilkan oleh subjek. Sementara itu, untuk
kemampuan motorik halus subjek cenderung stabil. Subjek hanya menampilkan 50% dari
seluruh indikator yang diharapkan muncul di hari pertama dan kedua lalu meningkat menjadi
62,5% di hari ketiga.
Untuk dimensi pertama yaitu duduk, subjek sudah menampilkan kemampuannya
untuk bisa duduk dengan baik seperti duduk dengan tegak tanpa adanya sandaran, lalu duduk
dengan posisi awal tidur atau tengkurap dan kembali lagi ke posisi semula. Subjek juga sudah
mampu untuk duduk dengan berbagai macam posisi seperti duduk sila meskipun belum
sempurna. Subjek telah menampilkan 5 dari 5 indikator kemampuan duduk.
Untuk dimensi kedua yaitu merangkak, subjek mampu merangkak maju mengelilingi
ruangan dengan berbagai macam posisi awalan, seperti duduk dan tengkurap lalu berhenti
merangkak dan kembali lagi ke posisi awal. Subjek juga menunjukan kemampuannya untuk
merangkak maju lalu merangkak mundur di hari ketiga observasi.
Untuk dimensi ketiga yaitu berdiri. Sejak hari pertama obesrvasi, subjek sudah bisa
untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain dengan bertumpu pada tangan dan juga berdiri
secara seimbang. Subjek terkadang mencari tumpuan lain selain tangannya seperti kasur atau
meja yang ada di sekitarnya. Subjek berdiri dengan kaki yang tegak dengan tangan diarahkan
kesamping dan juga kedepan untuk menyeimbangkan tubuhnya meskipun pada akhirnya
sedikit menekuk kedua lututnya saat berdiri sedikit lebih lama.
Untuk dimensi keempat yaitu berjalan, subjek mampu untuk berjalan meskipun pada
mulanya melangkah dengan bantuan orang lain, lalu kemudian melangkah sendirinya tanpa
bantuan orang lain. Langkahnya masih belum sempurna dan sedikit patah namun seluruh
telapak kakinya mengarah kebawah. Subjek terlihat semangat untuk berjalan mengelilingi
rumah. Subjek juga mengarahkan tangannya kesamping dan kedepan sebagai penyeimbang
jalannya yang terkadang digerakkan sebagai tanda bahwa subjek senang berjalan.
Untuk dimensi kelima yaitu menggenggam dan menyentuh, subjek mampu
menggenggam berbagai macam benda mulai dari ukuran sedang hingga kecil. Untuk ukuran
besar, subjek masih sedikit kesusahan untuk menggenggamnya. Subjek selalu penasaran
untuk menggenggam benda yang ada disekitarnya seperti finger food-nya pada saat makan,
snack dengan berbagai macam bentuk, dan juga sendok makannya. Akan tetapi, subjek belum
bisa untuk mengarahkan sendoknya ke mulut. Subjek hanya menggenggam dan
menjadikannya mainan saja.

E. SIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut,
perkembangan motorik subjek secara keseluruhan dapat dikatakan sangat matang karena
menyentuh angka 79,31% dengan penjabaran kemampuan motorik kasarnya mencapai 88,8%
dan kemampuan motorik halusnya 54,1%.
Pada hari pertama observasi, kemampuan motorik kasarnya menampilkan 90,4% dari
indikator yang ada. Akan tetapi, hal ini mengalami penurunan menjadi 80,9% di hari kedua
dikarenakan beberapa indikator tidak subjek tampilkan pada saat observasi berlangsung. Pada
hari ketiga indikator yang ditampilkan oleh subjek kembali menginjak angka 95,2% yang
berarti hanya satu indikator yang tidak ditampilkan oleh subjek. Sementara itu, untuk
kemampuan motorik halus subjek cenderung stabil. Subjek hanya menampilkan 50% dari
seluruh indikator yang diharapkan muncul dari mulai hari pertama dan hari kedua, lalu
mengalami peningkatan hingga 62,5% di hari ketiga. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan
motorik kasar subjek sudah lebih matang dibandingkan kemampuan motorik halusnya.
Dimensi yang paling dikuasai pada observasi kali ini adalah dimensi berdiri dan
berjalan. Hal ini karena subjek menampilkan 100% indikator kemampuan berdiri dan
berjalannya selama 3 hari. Subjek terlihat sangat senang untuk berdiri dan berjalan
mengeksplor hal-hal disekitarnya saat berjalan yang menjadikan proses berdiri dan
berjalannya dapat berkembang secara pesat.

Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat penulis kepada orang tua subjek adalah untuk membekali
diri dan terus memperhatikan detail perkembangan motorik bayi, baik itu motorik kasar
maupun halus. Orang tua juga diharapkan memberikan berbagai macam stimulus yang dapat
membantu memaksimalkan perkembangan motorik pada bayi.
Fasilitas yang dapat menunjang perkembang motorik bayi juga diharapkan diberikan
oleh orang tua seperti mainan untuk melatih genggaman bayi dan motorik halus lainnya agar
perkembangan motorik halus subjek tidak tertinggal jauh dengan perkembangan motorik
kasarnya.
Selanjutnya rekomendasi untuk penulis pada observasi selanjutnya untuk lebih
membekali diri dengan menambah indikator yang ada pada perkembangan motorik bayi dari
sumber terpercaya dan teori para tokoh yang mungkin saja belum dimasukkan dalam
observasi kali ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga

Indrawati, S.W., Herlina., Misbach, Ifa H. (2007). Handout Mata Kuliah Psikodiagnostik II
(Observasi). Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/
195010101980022SITI_WURYAN_INDRAWATI/PD2-Teori_Observasi.pdf [15
November]

Lee, C. (1989). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: ARCAN.

Magill, Richard A. (1989). Motorlearning Con Cepts and Application. USA:


Brown Publishers.

Moersintowarti . (2002). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.

Puspita, Widya Ayu. (2014). PENGEMBANGAN PROGRAM STIMULASI GERAK UNTUK


MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI
USIA 0 - <12 BULAN. BPAUDNI Regional II Surabaya Timur. 9(1).

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Soedirjo, Encep, Alif, Muhammad Nur. (2018). Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik:

Konsep Perkembangan dan Pertumbuhan Fisik dan Gerak Manusia. Sumedang: UPI

Sumedang Press

Suhartini, B. (2007). TAHAP PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI. FKIK Universitas Negeri


Yogyakarta. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655987/TAHAP%20PERKE
BANGAN%20MOTORIK%20BAYI_0.pdf

Sukamti, Endang Rini. (2007). Perkembangan Motorik. Yogyakarta: UNY

Anda mungkin juga menyukai