SKRIPSI
“Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana (S1)
Pendidikan Bimbingan Konseling”
Disusun Oleh:
YEFNITA
2613.218
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling dewasa ini tidak lagi terbatas hanya kepada
menghadapkan manusia kepada perubahan pesat dan ragam informasi yang amat
disusun oleh lembaga-lembaga konseling profesional dan sesuai dengan kode etik
1
Mamat Supriatman, Bimbingan Konseling Berbasis Kompetensi :Orientasi Dasar
Pengembangan profesi konselor, (Jakarta :Rajawali Pers,2011)
2
Musnamar Tohari, Membantu Memecahkan masalah orang lain dengan teknik
konseling, pustaka belajar, Jogyakarta: 2004, hal.12
1
2
memilih dan menerapkan sebagian atau satu kesatuan teori yang satu dengan yang
yang disesuaikan dengan kondisi klien yang diberikan pelayanan konseling. Oleh
3
Prayitno, konseling pancawaskita, Ikip Padang, Padang :1998,hal.20
3
bertanggung jawab serta merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain .
jawab, menunjukkan bahwa mereka bukan korban dari keadaan tetapi hasil dari
dorongan tingkah laku harus diubah dengan landasan teori yang lebih jelas.
untuk melahirkan konsep baru yang dikenalkannya sebagai terapi realitas pada
tahun 1964.
prinsip ini akan memberikan gambaran seperti apa upaya pelayanan konseling
yang akan dilakukan oleh seorang konselor. Penggunaan teknik-teknik realitas ini
4
Taufik, Model-Model Konseling, (Padang; FIP UNP,2009), h.191.
4
akan menjadi pembeda layanan konseling ini dengan layanan konseling dengan
orang lain”.5
konseling realitas mengharapkan klien untuk dapat menerima kenyataan yang ada
dan dialami oleh klien. Kedua, pendekatan konseling realitas dilaksanankan agar
klien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain,
R36. Jadi, hasil dari konseling realitas adalah klien mampu memenuhi kebutuhan
dengan tanggung jawab dan sesuai dengan kenyataan, serta tidak menyimpang
5
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung; PT Reefika
Aditama, 2009).h. 263
6
Prayitno, Konseling..., h. 76
5
Contoh kasus tingkah laku salah suai konseling realita “seorang remaja
yang sering ugal-ugalan di jalan raya hanya untuk menikmati kesenangan semata
tampa mereka peduli terhadap keselamatan dirinya dan juga orang yang ada di
Jadi, dari uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa konseling realitas,
dan mampu bertanggung jawab dalam setiap tingkah lakunya. Karena peran
identitas keberhasilan dan jauh dari identitas kegagalan. Tanggung jawab akan
selalu memunculkan tingkah laku individu yang realistis, yang sesuai dengan
Berkenaan dengan hal tersebut Agus Sujanto menjelaskan “bahwa mulai dapat
sudah masuk tahap dewasa. Ia telah mengerti tentang norma, dan sadar diri untuk
menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu
Menurut pendapat Agus Sujanto di atas dapat kita lihat bahwa sikap
7
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 267
6
tingkah laku yang positif karena mereka memiliki kesadaran diri dan pemahaman
cenderung pada tingkah laku yang buruk. Karena dia tidak memahami adanya
norma yang bersifat mengikat dan sebagai fungsi kontrol dalam bertingkah laku.
anaknya, para pegawai yang sering terlambat, para remaja yang kecanduan obat
bius, siswa yang melakukan tawuran, dan orang yang suka “jajan” adalah contoh-
8
Taufik, Model-model Konseling,(Padang; FIP UNP,2009), h. 191.
9
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbinan dan Konseling Islami,
(Yogyakarta: UII PRESS, 1992), h. 95
7
pada remaja menjelaskan bahwa terdapat suatu kelebihan dari konseling realitas
Seperti halnya Fenomena yang terjadi pada jorong II koto panjang. Dari
hasil observasi pada tanggal 06 Maret 2017 penulis lihat di lapangan ditemukan
dengan kecepatan tinggi dan bunyi sepeda motor yang memekakkan telinga
mereka senang dan bangga terhadap tingkah laku mereka. Mereka tidak
menggunakan jalan tersebut. Selain itu, tingkah laku remaja tersebut dapat
maupun kelompok yang dapat juga berujung pada bentrok antar kelompok remaja
yang berbeda. Bahkan dampak tingkah laku remaja tersebut juga dapat memicu
layaknya pasangan suami istri. Remaja tersebut tidak acuh terhadap nilai-nilai
kesopanan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Selain itu, hanya sebagian
kecil remaja yang ikut dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti kegiatan
gotong royong perbaikan jalanan umum. Remaja seperti tidak berempati dengan
tanggal 13 Maret 2017 di jorong II koto panjang bahwa juga terdapat beberapa
orang remaja yang sering membuat ketidaktenangan karena prilaku mereka sering
orang, yang direkomendasikan oleh jorong II Koto Panjang yaitu remaja yang
putus sekolah yang berjumlah 5 orang. Oleh karena itu remaja perlu diberikan
perhatian lebih dan dibantu pengembangan tanggung jawab dalam dirinya agar
realitas yang sesuai dengan masalah yang ada, maka penulis memberi judul
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab pada
F. Manfaat penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara praktis
Bukittinggi.
G. Penjelasan Judul
penulis perlu menjelaskan dari beberapa kata yang peting yang terdapat dalam
judul penelitian ini, sehingga mudah untuk dipahami baik bagi penulis maupun
pihak pembaca.
10
Prayitno,..., h.105
12
kebutuhannya”.13
11
Corey, Teori..., h. 268.
12
Monks, F.J, A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan,
(Yogyakarta; Gajah Mada University PRESS, 2002), h. 262.
13
Corey, Teori..., h. 263.
13
Jadi yang penulis maksud dengan judul secara keseluruhan adalah konselor
membantu untuk memenuhi kebutuhan dasar klien yang merugikan iri sendiri dan
orang lain dan juga membantu meningkatkan tanggung jawab pada remaja dengan
H. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
jawab remaja.
BAB V :Kesimpulan
LANDASAN TEORI
memecahkan kesulitannya.1
bantuan secara perorangan dan secara langsung. Dalam hal ini pemberian
konseling.
1
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung : CV Alfabeta,
2007), h. 18
15
16
2
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2004), h. 105
17
perorangan yaitu salah satu jenis dari layanan bimbingan dan konseling
yang dilakukan secara tatap muka antara konselor dan klien untuk
peningkatan pada diri klien, baik dari segi berpikir, berperasaan, bersikap
dan berperilaku.
3
Holipah, The Using Of Individual Counseling Service to Improve Student’s Learning
Attitude and Habit At The Second Grade Student of SMP PGRI 6 Bandar Lampung, (Jurnal
Counseling, 2011)
18
dsb.
keterampilan kognitif.
4
Prayitno, Konseling Perorangan , (Padang, Universitas Negeri Padang, 2005), h. 52
19
a. Fungsi Pemahaman.
b. Fungsi Pengentasan.
d. Fungsi Pencegahan.
5
Hibana Rahman S, Bimbingan dan Konseling Pola , (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), h.85
20
e. Fungsi Advokasi.
life style serta mengurangi penilaian negatif terhadap dirinya sendiri serta
a. Konselor
6
Prayitno,…, hal. 4-5
21
asas asas konseling terhadap klien.7 Maka tanpa adanya konselor maka
b. Klien
referal), datang karena perantaraan orang lain dan bahkan ada yang
pada diri klien.8 Dalam hal ini, apapun dan bagaimanapun kondisi
a. Kerahasiaan
boleh disampaikan kepada orang lain apalagi data dan keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain dan siapa pun
juga.
7
Prayitno, Layanan L1-L9, (Padang: Jurusan BK FIP UNP, 2004) h.6
8
Prayitno, Layanan L1-L9, (Padang: Jurusan BK FIP UNP, 2004) h.8
9
Prayitno, Layanan L1-L9, (Padang: Jurusan BK FIP UNP, 2004) h.10
22
pada remaja.
yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, adat, hukum, ilmu
10
Prayitno, Layanan L1-L9, (Padang: Jurusan BK FIP UNP, 2004) h.10
11
Prayitno dkk, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994)
h.118
12
Prayitno dkk, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994)
h.119
23
yang telah berlalu maupun masalah yang akan datang. 13 Dalam hal ini
defenisi masalah klien atas dasar isu, kepedulian atau masalah klien.
13
Prayitno dkk, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994)
h.117
24
proses konseling.
mungkin dilaksanakan.
d. Menegosiasi kontrak
itu berisi (1) Kontrak waktu, artinya berapa lama diinginkan waktu
Kontrak tugas, artinya konselor apa tugasnya dan klien apa pula.
lebih jauh.
dan dinamis.
yang jelas.
perubahan.
14
Sofyan S. Willis,..., h. 50-52
27
a. Tahap Pengataran
b. Tahap Penjajakan
keadaan atau kondisi diri dari klien yang selama ini terpendam atau
15
Soli Abimanyu dan M. Thayeb Manrihu, Teknik dan Laboratorium Konseling,(Jakarta :
Senayan, 1996), h. 148
16
Prayitno, Konseling Pancawaskita, (Padang: IKIP padang, 1998), hal. 23
28
pikirannya.17
c. Tahap Penafsiran
memberikan tafsiran pada diri klien secara jelas, tepat, dan dinamis
17
Achmad Juntika Nurihsan,…, hal. 14
29
d. Tahap Pembinaan
perubahan.
e. Tahap Penilaian
permasalahannya.
18
Ahmad Sudrajat, Teknik Umum Dalam Konseling. Tersedia: http://ahmadsudrajat.
Wordpress.Com /2008/01/05/ teknik-teknik umum konseling. (25 Desember 2013)
30
B. Konseling Realitas
harus diubah dengan landasan teori yang lebih jelas. Menurutnya, psikiatri
tahun 1964.
kenyataan yang ada dan dialami oleh klien. Kedua, pendekatan konseling
merugikan diri sendiri dan orang lain, yang memiliki keterkaitan dengan
tanggung jawab.
prinsip-prinsip realitas.
19
Corey, Teori..., h. 263
32
Gerald Corey yang dikutip oleh Taufik bahwa “menurut terapi realitas
memiliki hidup senang, dan kebutuhan untuk bebas dan mengontrol nasib”
.21
kebutuhan.
20
Prayitno, Konseling Panca Waskita, (Padang; FIP UNP, 2005), h.75.
21
Taufik, Model-model Konseling, (Padang; FIP UNP, 2009), h, 189.
33
atas asumsi bahwa manusia adalah agen yang menentukan dirinya sendiri
”.23 Pendapat ini menyiratkan bahwa manusia akan menjadi apa yang
hasil yang didapatkan oleh individu tersebut, yang dalam hal ini berkaitan
dengan pendekatan lainnya. Perbedaan tersebut dapat kita lihat pada 8 ciri
Corey yaitu:
22
Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy, (USA : Thomson
Brooks, 2005), h. 399
23
Corey, Teori..., h. 265
34
24
Corey, Teori..., h. 265-268.
35
yang melihat dirinya sebagai orang yang sanggup memberi dan menerima
cinta, merasa berharga, berarti, dan dibutuhkan oleh orang lain, serta
yang penuh makna dan terhindar dari keinginan untuk bertinkah laku yang
25
Prayitno, Konseling..., h. 75.
26
Taufik, Model..., h.192.
36
berdasarkan norma yang ada, dan tidak sesuai dengan kenyataan, serta
27
Prayitno, konseling..., h.76
37
dilingkungannya.
treatment .29
28
Prayitno, Konseling..., h. 76
29
Namora Lumonnga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori Dan
Praktek, (Jakarta; Kencana, 2011), h. 188
30
Corey, Teori..., h. 270.
38
merasa dicintai dan merasa berguna.31 Artinya, agar seorang anak yang
keberhasilan dia harus bisa merasa bahwa dirinya berhaga dan berguna
bagi orang lain. Sehingga setiap perilaku yang akan dimunculkan oleh
31
Prayitno, Konseling..., h. 76.
39
32
Prayitno, Konseling..., h. 77.
40
33
Prayitno, Konseling..., h. 77
34
Prayitno, Konseling..., h. 78
41
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah salah satu fase perkembangan manusia sepanjang
masa remaja secara global berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun. Masa
remaja dapat dikelompokkan menjadi tiga periode, yaitu usia 12-15 tahun
masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21
35
Lubis, Memahami..., h. 189.
36
Elizabeth B.Hurlock, Developmental Psychologya Life Span Approach (terjemahan)
Istiwidayanti , Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
(Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama, 1980), h. 206
37
Monks, F.J, A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan,
(Yogyakarta; Gajah Mada University PRESS, 2002), h. 262.
42
dengan rentang usia 12 sampai 21 tahun. Akan tetapi, batasan usia tidak
menikah tidak dapat disebut remaja lagi meskipun dia berusia dalam
rentang usia 12-21 tahun. Jadi, remaja menurut penulis adalah individu
yang berada dalam rentang usia 12 sampai 21 tahun dan belum menikah.
2. Ciri-ciri Remaja
serta kompetensi lainnya yang juga terkait dengan diri individu yang
kesenjangan tersebut disebabkan oleh faktor yang datang dari dalam diri
individu dan pengaruh lain yang datang dari lingkungan. Faktor yang
datang dari dalam diri individu lebih disebabkan oleh perkembangan yang
38
Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan, Edisi 5, (Jakarta; Erlangga, 1980), h.
207-209.
39
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.65-67.
44
berikut:
sebayanya.
tersebut sudah terlihat dalam diri individu, berarti individu telah mampu
indikator yang belum tercapai, itu artinya individu tersebut belum mampu
tugas yang muncul dalam suatu priode tertentu dalam kehidupan individu.
selanjutnya.
40
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 65.
46
tetapi penulis melihat bahwa esensi dari pendapat ahli tersebut bahwa ada
remaja adalah:
41
Lihat, Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 74-94.
42
Elizabeth ,Psikologi..., h. 209-210.
47
lain. Untuk itu, tanggung jawab harus ada dalam diri remaja agar tingkah
43
Zulkifli, Psikoogi Perkembangan (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.76-79.
48
remaja kedepanya.
yang paling penting dalam kehidupan individu, kecuali masa remaja. Masa
memiliki status sosial tertentu, seperti pekerja, orang tua, suami dan istri44.
Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan tanggung jawab dalam diri
D. Tanggung Jawab
Secara sepintas, tanggung jawab dapat difahami sebagai beban yang harus
dipikul oleh seorang individu. Akan tetapi kalau kita lihat lebih dalam,
44
Syamsu Yusuf..., h. 89.
49
tanggung jawab bukanlah sebuah beban yang harus dipikul oleh seseorang,
tanggung jawab lebih merujuk pada sebuah kompetensi kognitif yang ada
positif karena keputusan tersebut berkaitan dengan orang lain. Oleh karena
keputusan yang tidak merugikan diri individu itu sendiri, orang lain,
45
Sudarsono, Kamus Konseling, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 1993), h. 202.
50
dihasilkan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat penulis cermati esensi dari
46
Cambridge AdvancedLearners Dictionari (second edition), (Cambridge; Cambridge
University Press, 2005), h. 1083.
47
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung; PT Reefika
Aditama, 2009).h. 268
51
memiliki tanggung jawab atau tidak. Akan tetapi, ada beberapa aspek yang
dapat penulis amati sebagai wujud dari adanya tanggung jawab dalam diri
dan hidup jujur; e) melihat prilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem
pokok yang harus kita cermati tentang arti dari tanggung jawab. Pertama,
48
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 196.
52
Tingkah laku yang ada bukanlah tingkah laku yang yang timbul tampa
tingkah laku yang bersifat terbuka, dan mau menerima masukan dari orang
kesadaran akan etika dan hidup jujur. Aspek ini mengarah pada adanya
upaya kontrol diri seseorang dalam bertingkah laku. Tanggung jawab akan
terlihat pada diri seseorang jika orang mampu merealisasikan sifat jujur
dan menjunjung tinggi etika dalam tingkah lakunya. Aspek ini akan
sistem nilai. Jadi, tingkah laku yang ada tidak hanya sebatas intuisi semata,
atau tidaknya bantuan dari orang lain tidak menjadi kendala dalam
lebih bisa menetapkan apa yang harus dilakukannya dengan segera sesuai
dengan kebutuhan.
harus dimilki oleh seseorang. Karena adanya tanggung jawab dalam diri
sikap dan tingkah lakunya. Seseorang yang tidak bertanggung jawab akan
dalam berbagai situasi yang dibutuhkan oleh orang lain. Orang yang tidak
55
ada tanggung jawab dalam dirinya tidak mampu menerima kenyataan yang
bahwa “secara garis besarnya penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat
sesorang.
yang sudah mencapai kematangan emosi dapat dilihat dari ciri-ciri tingkah
49
Desmita, Psikologi..., h. 195
50
Abdul Mujib, Yusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2001), h. 142.
56
oleh tingkah laku remaja yang bertanggung jawab terhadap dirinya dan
orang lain. Artinya, remaja yang memiliki tanggung jawab akan mampu
pada kematangan.
emosional.
Remaja sering kali salah langkah dalam menentukan tindakan untuk memenuhi
memiliki kepribadian yang berbeda dari pada masa anak-anak. Remaja lebih
bahwa :
51
Lubis, Memahami..., h. 186.
52
Corey, Teori..., h. 269.
58
realistis.
realitas ini juga dilakukan oleh penelliti lainya. Penelitian ini dilakukan
terhadap hal-hal yang berbeda dengan variabel penulis yaitu tanggung jawab,
salah satunya adalah tentang peningkatan harga diri siswa. Penelitian ini
ini adalah untuk mengetahui perbedaan skor harga diri rendah siswa sebelum
dan sesudah penerapan konseling realita pada siswa. Penelitian ini merupakan
test one group design. Subyek penelitian ini adalah 6 siswayang memunyai
Esteem Inventory (CSEI) yang telah dihitung validitas dan reliabilitas. Tehnik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji tanda. Dari hasil analisis data
perbedaan yang signifikan skor harga diri antara sebelum dan sesudah
Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa pendekatan konseling realitas juga
agar tingkah laku remaja nantinya didasari oleh konsep 3R (right, reality,
G. Hipotesis Hipotesis
maka penulis menarik sebuah hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut:
H. KerangkaBerfikir
Agar kerangka berfikir penulis dapat difahami, maka penulis petakan
kerangka berfikir penulis sebagaimana berikut:
melakukan perencanaan
dan melaksanakannya
secara fleksibel
Konseling Tanggung jawab
realitas
sikap altruisme, empati,
bersahabat dalam
hubungan inter personal
kemampuan bertindak
independen
Kerangka berfikir penulis diatas menggambarkan bahwa terdapat enam
Agar tanggung jawab dimiliki oleh remaja, remaja perlu dibantu dengan
tanggung jawab dengan adanya enam aspek tanggung jawab dalam tingkah
bermasyarakat.
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian ini pada prinsipnya tidak dapat mengontrol validitas internal dan
eksternal secara utuh, karena satu kelompok hanya dipelajari satu kali, atau
peneliti melakukan yang berupa pretes (TI) kemudian diberikan perlakuan (X)
realitas. Pada akhir penelitian dilakukan tes akhir untuk melihat intensitas
1
A Muri Yusuf, Metode Penelitian :Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah, (Universitas
Negeri Padang (UNP), 1997), h.235
63
B. Rancangan Penelitian
Tabel 3.1
T1 X T2
Keterangan :
konseling realitas.
Gall dan Borg dalam Punanji Setyosari meliputi tiga langkah, yaitu3 :
variabel
2
Sumadi Suryabrata, 2004, Metodologi Penelitian, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada).h
101
3
Punanji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan ,,,h. 174
64
yakni sebelum dan sesudah perlakuan. Data yang terkumpul berupa nilai
pertama dan nilai tes kedua. Tujuan penelitian adalah membandingkan dua
nilai dengan mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan nilai rata-rata dari
kedua nilai yang diperoleh dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang
disebut dengna uji-t (t-test)4. Jadi dalam penelitian ini jelas sekali tidak ada
diberi perlakuan kemudian setelah itu dilakukan tes sekali lagi yaitu tes akhir.
C. Lokasi Penelitian
penulis teliti berdasarkan masalah yang penulis jelaskan dalam penelitian ini.
penelitian penulis adalah beberapa orang remaja yang terlibat dalam masalah-
1. Populasi
diteliti. Oleh karena itu, terlebih dahulu perlu ditetapkan objek penelitian atau
4
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian , (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.
508
65
akhir yang putus sekolah dengan rentang usia 17 atau 18 tahun sampai dengan
21 atau 22 tahun sebanyak 20 orang remaja akhir laki-laki yang berada pada
jorong II koto panjang Nagari lansek kadok kecamatan Rao selatan kabupaten
pasaman.
Tabel 3.2
Jumlah remaja akhir yang putus sekolah menurut umur
Jorong II koto panjang
NO INISIAL JENIS KELAMIN
1 AP LAKI-LAKI
2 AS LAKI-LAKI
3 PT LAKI-LAKI
4 RK LAKI-LAKI
5 YD LAKI-LAKI
6 DD LAKI-LAKI
7 AJ LAKI-LAKI
8 ZK LAKI-LAKI
9 IK LAKI-LAKI
10 MT LAKI-LAKI
11 AZ LAKI-LAKI
12 YS LAKI-LAKI
13 AR LAKI-LAKI
14 RN LAKI-LAKI
15 RY LAKI-LAKI
16 AD LAKI-LAKI
17 AR LAKI-LAKI
18 YY LAKI-LAKI
19 RZ LAKI-LAKI
20 IL LAKI-LAKI
Sumber: Profil jorong II koto panjang
66
2. Sampel
tercermin dalam sampel yang dialami.6 Bila populasi besar dan peneliti tidak
yang diambil dari populasi. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
populasi, maka perlu dilakukan teknik sampel yang tepat. Teknik yang
Sampel yang ditentukan oleh jorong yaitu ada 5 orang remaja yang membuat
sebagai berikut:
6
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung, Tarsito: 2005), hal. 161
7
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009),
cet. Ke-8, hal. 176
67
Tabel 3.3
E. Instrument Penelitian
Dalam suatu penelitian tentu banyak cara yang dapat digunakan sebagai
salah satu metode untuk memperoleh data penelitian. Pada penelitian ini untuk
a. Angket
dilakukan atau diberikan pada remaja dua kali yang pertama diberikan
yang menjadi subjek penelitian saja yang dilihat dari hasil pretes
(KD)dan tidak pernah (TP). Setiap item pernyataan ada yang berupa
Tabel 3.4
selalu (SL), 5 1
sering (SR), 4 2
Kadang-kadang (KD) 3 3
Jarang (JR) 2 4
F. Validitas Instrument
validitas isi. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut secara tepat, benar
diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
instrumen non tes yang telah disusun kemudian dikonsultasikan kepada ahli
atau disebut juga dengan expert jugment, yang sekaligus merupakan konsultai
dosen di bidang bimbingan dan konseling, bapak Dr. Wedra Aprison, M.Ag
selaku dosen pendidikan bapak Dr, H Arman Husni, Lc.Ma selaku validator
dalam angket dimana ada kalimat yang perlu di perbaiki didalam beberapa
item, dan juga disarankan agar disetiap akhir kalimat item pernyataan
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, …..hal. 121
70
G. Reliabelitas Instrumen
cermat akurat. Jika uji realiabelitas instrument dilakukan dengan tujuan untuk
homogen diperoleh hasil yang relative sama, selama aspek yang diukur dalam
H. Prosedur Penelitian
berikut:
1. Tahap Persiapan
penelitian
9
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Anlisis Korelasi, Regresi dan Jalur
dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 37
71
2. Tahap Pelaksanaan
Tabel 3.5
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Eksperimen
(personal,mempertimbangkan
nilai, tidak ada maaf,
membuat perencanaan) Klien
RZ
(personal,mempertimbangkan
nilai, tidak ada maaf, tidak
ada hukuman dan melakukan
tindakan
8 Selasa / 09 Pengukuran Posttests
Januari 2018 Tanggung jawab remaja
Klien PT 20 menit 14.00 s/d
Klien IL 20 menit 17.00
Klien AS 20 menit
Klien YY 20 menit
Klien RZ 20 menit
10
Taufik, Model-model Konseling, (Padang:UNP, 2009), h. 198
74
orang (saya, anda, dan kita )dan mendorong klien menggunakan kata ganti
orang.
tidak pada masa lalu. Jika pengalaman masa lalu dibahas, hanya apabila
d. Mempertimbangkan nilai
e. Membuat perencanaan
h. Penghapusan hukuman
identity (FI). Dalam hal itu pada konselor memberikan kesempatan kepada
dapat berubah, sehingga sesuai dengan keadaan yang baik saat sekarang
Treatment
Pretest Posttest
(Konseling Realitas)
Personal
Mempertimbangkan nilai
Membuat perencanaan
Komitmen
perlakuan.
77
1. Tahap penyelesaian
memperoleh data dari tes akhir, maka kemudian data diolah dengan
itu semua dapat dilihat dari hasil perbandingan pretest dan posttest
adalah:
1. Editing, yaitu penulis meneliti kembali catatan atau data yang ada,
dalam skripsi.
78
berikut:
Keterangan:
X = mean
sebagai berikut :
79
Tabel 3.6
Kategori Nilai Angket
Kategori Interpretasi
Tinggi Jika persentase penerapan pendekatan
konseling realitas berkisar antara 80-100%
Sedang Jika persentase penerapan pendekatan
konseling realitas berkisar antara 60-70%
Rendah Jika persentase penerapan pendekatan
konseling realitas berkisar antara 00-50%
1. Uji Normalitas
x2=
Keterangan:
2. Uji Hipotesis
tes adalah suatu teknik analisa yang bertujuan untuk mencari dan
parametrik wilcoxon.
Ha
Pertama :adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara
variabel X dan variabel Y
H0
Kedua :adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
variabel X dan variabel Y
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Pretest
Tabel 4.1
Rata-Rata Keseluruhan Perindikator Angket Nilai Pretest
N=40
Mea Ra
NO Indikator SD Max Min Skor
n nge
(%)
1 Sikap produktif dalam
mengembangkan diri 16 2.82 6 19 13 84.21
mean 16, standar deviasi 2.82, range 6, maximal 19 pada nilai minimal 13
pretest yaitu mean 16, standar deviasi 3,0, range 8, nilai maximal 21, nilai
keseluruhan nilai pretest yaitu mean 10,4, standar deviasi 1,81, range 4, nilai
maximal 12, nilai minimal 8 dan skornya adalah 86,66. Pada indikator
kesadaran akan etika dan hidup jujur diperoleh rata-rata keseluruhan nilai
pretest yaitu mean 10,6, standar deviasi 2,3, range 6, nilai maximal 13, nilai
minimal 7 dan skornya adalah 81,53. Pada indikator sikap melihat perilaku
dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai diperoleh rata-rata keseluruhan
nilai pretest yaitu mean 15,4, standar deviasi 3,2, range 7 nilai maximal 19,
mean 11,4, standar deviasi 3,57, range 9, nilai maximal 16, nilai minimal 7
Rata-rata nilai pretest berdasarkan spss versi 22 dapat dilihat dari tabel
berikut:
83
Tabel 4.2
N 5
Mean 79,80
Median 80,00
Varian 145,20
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 60
Standar Deviasi 12,05
Standar Eror 5,38
meannya adalah 79,80 yang mana ini adalah rata-rata prilaku remaja yang
tergolong pada kriteria rendah, mediannya adalah 80,00 yang mana ini
adalah titik tenyah semua data yang diurutkan dan dibagi dua sama besar,
kemudian variannya adalah 145,20 yaitu varian data yang di dapatkan dari
adalah 5,38 yang mana ini adalah kesalahan standar untuk populasi yang
Maka dapat disimpulkan dari hasil tabel diatas bahwa rata-rata skor pre-
realias tergolong kepada kategori rendah yang mana 5 orang remaja akhir
2. Gambaran Posttest
Tabel 4.3
Rata-Rata Keseluruhan Perindikator Angket Nilai Posttest
N=40
2 Melakukan perencanaan
dan melaksanakannya 22.6 4.97 12 26 14 86.92
secara fleksibel
3 Sikap altruisme, empati,
bersahabat dalam 18 3.74 10 22 12 1.82
hubungan interpersonal
4 Kesadaran akan etika dan
16.6 5.22 14 22 8 75.45
hidup jujur
5 Melihat perilaku dari segi
konsekuensi atas dasar 80
24 7.44 19 30 11
sistem nilai
6 Kemampuan bertindak 80
17.6 5.77 14 22 8
independen
mean 20, standar deviasi 3,56, range 9, nilai maximal 23 pada nilai minimal
85
posstest yaitu mean 22,6, standar deviasi 4,97, range 12, nilai maximal 26,
nilai minimal 14 dan skornya adalah 86,92. Pada indikator sikap altruisme,
keseluruhan nilai posstest yaitu mean 18, standar deviasi 3,74, range 10,
nilai maximal 22, nilai minimal 12 dan skornya adalah 1,82. Pada indikator
Kesadaran akan etika dan hidup jujur diperoleh rata-rata keseluruhan nilai
posstest yaitu mean 16,6, standar deviasi 5,22, range 14, nilai maximal 22,
nilai minimal 8 dan skornya adalah 75,45. Pada indikator melihat perilaku
dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai diperoleh rata-rata keseluruhan
nilai posstest yaitu mean 24, standar deviasi 7,44, range 19, nilai maximal
30, nilai minimal 11 dan skornya adalah 80. Pada indikator kemampuan
mean 17,6, standar deviasi 5,77, range 14, nilai maximal 22, nilai minimal 8
Rata-rata nilai postest berdasarkan spss versi 22 dapat dilihat dari tabel
berikut:
86
Tabel 4.4
Hasil Posttest Tanggung jawab Remaja
N 5
Mean 130,60
Median 130,39
Varian 35,80
Nilai Tertinggi 140
Nilai Terendah 125
Standar Deviasi 5,98
Standar Eror 5.38
realitas, meannya adalah 130,60 yang mana ini adalah rata-rata prilaku
nilai ini tergolong pada kriteria tinggi, mediannya adalah 130,39 yang mana
ini adalah titik tenyah semua data yang diurutkan dan dibagi dua sama
besar, kemudian variannya adalah 35,80 yaitu varian data yang di dapatkan
dari kelipatan standar deviasi, sedangkan nilai tertinggi dalam kelompok ini
adalah 140 , nilai terendah 125, Standar deviasinya 5,98, ukuran penyebaran
data dari rata-ratanya dan standar errornya adalah 5.38 yang mana ini adalah
Maka dapat disimpulkan dari hasil tabel diatas bahwa rata-rata skor
Tabel 4.5
Rata-Rata Keseluruhan Perindikator Angket Nilai Perbedaan Hasil
Pretest-Postest
N=40
NO. MEAN SD RANGE Max MIN
Indikator PRE POS PRET POST PRE POS PRE POS PRE POS
TEST TEST EST EST TEST TEST TEST TEST TEST TEST
1 Sikap produktif
dalam 16 20 2.82 3.56 6 9 19 23 13 14
mengembangkan diri
2 Melakukan
perencanaan dan
16 22.6 3.00 4.97 8 12 21 26 13 14
melaksanakannya
secara fleksibel
3 Sikap altruisme,
empati, bersahabat
10.4 18 1.81 3.74 4 10 12 22 8 12
dalam hubungan
interpersonal
4 Kesadaran akan etika
dan hidup jujur 10.6 16.6 2.30 5.22 6 14 13 22 7 8
yaitu 3.56. Range pretest 6 dan postest adalah 9 Pada maximal pretest 19
sedangkan postest yaitu 23. dan pada minimal nilai pretest 13 dan nilai
postestnya 22,6. Standar Deviasi pretest 3,00 sedangkan postest yaitu 4,97.
postest yaitu 26. dan pada minimal nilai pretest 13 dan nilai postest yaitu 14.
yaitu 3,74. Range pretest 4 dan postest adalah 10 Pada maximal pretest 12
sedangkan postest yaitu 22. dan pada minimal nilai pretest 8 dan nilai
Pada indikator kesadaran akan etika dan hidup jujur diperoleh rata-rata
Deviasi pretest 2,30 sedangkan postest yaitu 5,22. Range pretest 6 dan
postest adalah 14 Pada maximal pretest 13 sedangkan postest yaitu 22. dan
pada minimal nilai pretest 7 dan nilai postest yaitu 8. sehingga secara
Pada indikator melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem
postestnya 24. Standar Deviasi pretest 3,20 sedangkan postest yaitu 7,44.
postest yaitu 30. dan pada minimal nilai pretest 12 dan nilai postest yaitu
keseluruhan antara pretest dan postest. kecuali pada indikator ini adanya
Deviasi pretest 3,57 sedangkan postest yaitu 5,77. Range pretest 9 dan
postest adalah 14 Pada maximal pretest 16 sedangkan postest yaitu 22. dan
pada minimal nilai pretest 7 dan nilai postest yaitu 8. sehingga secara
Tabel 4.6
Gambaran Rata-Rata Pretest-Postest Kelompok Eksperimen
Statistik Pretest Posttest
N 5 5
Mean 79.80 130.60
Median 80.00 130.39
Modus - -
Varian 145.200 35.800
Nilai Tertinggi 90 140
Nilai Terendah 60 125
Standar Deviasi 12.050 5.983
Standar Error 5.389 5.389
ke posttest ada peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mean pretest
varian posttest 35.800 sehinga juga terdapat peningkatan sebesar 104.4 nilai
nilai terendah pretest yaitu 60 sedangkan posttest 125 dan Standar Error
1. Uji Normalitas
pengujian normalitas ini, analisis data yang digunakan adalah Shapiro Wilk
jika nilai significance > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika nilai
juga akan lebih tergambar dari normal Q-Q Plot. Pada normal Q-Q Plot
menggunakan teknik analisa data program SPSS versi 22, yaitu dengan
Tabel 4.7
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Tabel 4.8
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
C. Uji Hipotesis
analisa ini menjelaskan tentang ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan
antara pretest dan postest setelah diberi perlakuan, hal ini sesuai dengan
Hasilnya dicari dengan menggunakan program SPSS versi 22, yaitu dengan
Hasil dari postest ini kemudian dianalisa dengan mencari berapa besar
Tabel 4.9
a
Test Statistics
posttest – pretest
b
Z -2,023
ini berdasarkan nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari pada taraf signifikan 0,05,
yaitu 0,43<0,05 ada perbedaan rata-rata nilai tes antara sebelum diberikan
sebagai berikut :
ratanya.
1) Klien PT
Deskripsi masalah :
96
peraturan itu dibuat untuk dilanggar, Jadi untuk apa dia harus menaati
salah.
a. Tahap Pengantaran
bersuasana hangat, permisif dan KTPS (klien tidak pernah salah) serta
Pengertian konseling
Tujuan konseling
b. Penjajakan
97
dilanggar, Jadi untuk apa dia harus menaati peraturan yang ada di
c. Penafsiran
tersebut.
d. Pembinaan.
98
bermasyarakat ada norma dan etika yang harus dijunjung tinggi dan
e. Penilaian
tindakan irresponsible.
2) Klien IL
Deskripsi masalalh :
a. Tahap Pengantaran
lakukan yaitu:
Pengertian konseling
Tujuan konseling
b. Penjajakan
kebanggaan tersendiri .
c. Penafsiran
101
tersendiri .
d. Pembinaan.
mengubah pola pikir terhadap tingkah laku yang dilakukan IL. Maka
juga bagi orang lain. Konselor juga memahami apa yang dialami oleh
responsible .
e. Penilaian
yang bermafaat dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain, IL juga
3) Klien AS
Deskripsi masalah :
103
salah selama ini , mulai dari tidak menghargai orang lain ,tidak
melakukan tindakan ini karena ingin diakui dan ingin merasa bebas
a. Tahap Pengantaran
lakukan yaitu:
Pengertian konseling
Tujuan konseling
b. Penjajakan
104
salah selama ini , mulai dari tidak menghargai orang lain ,tidak
melakukan tindakan ini karena ingin diakui dan ingin merasa bebas
c. Penafsiran
d. Pembinaan.
membawa dampak buruk bagi AS dan bagi orang lain. Konselor juga
memahami apa yang dialami oleh AS, akan tetapi dalam konseling
e. Penilaian
peneliti.
4) Klien YY
Deskripsi masalah :
a. Tahap Pengantaran
Pengertian konseling
Tujuan konseling
b. Penjajakan
c. Penafsiran
d. Pembinaan.
positif.
109
e. Penilaian
baik lagi.
5) Klien RZ
Deskripsi masalah :
tetapi karena segan kepada temannya dan tidak ingin berdebat maka
a. Tahap Pengantaran
lakukan yaitu:
Pengertian konseling
Tujuan konseling
b. Penjajakan
apa yang diinginkan oleh temannya tersebut maka RZ tidak lagi bisa
c. Penafsiran
saja, karena apabila tidak melakukan hal serupa maka RZ takut tidak
d. Pembinaan
dan merugikan orang lain, teman yang baik adalah teman yang
terulang lagi karena akan membawa dampak buruk bagi RZ dan bagi
e. Penilaian
Tabel. 4.10
bahwa peraturan itu dibuat untuk tindakan selama ini dapat menimbulkan efek
dilanggar, Jadi untuk apa dia negatif terhadap dirinya sendiri beserta
merugikan..
knalpot yang sangat keras melakukan apa yang telah disepakati oleh
salah selama ini , mulai dari mulai peduli dengan perasaan orang lain dan
orang lain.
orang lain.
dan RZ juga sering mendapat yang dialami RZ, yang mana RZ sudah mau
teguran dari masyarakat karena ikut dalam kegiatan masyarakat dan merasa
prilakunya tidak mau hidup malu jika mendapat teguran dari masyarakat
bermasyrakat. .
115
B. Pembahasan
Hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai hasil pre-test meannya adalah
79,80 yang mana ini adalah rata-rata prilaku tidak bertanggung jawab yang
dilakukan oleh remaja sebelum diberikan perlakuan dan standar deviasi pre-test
adalah 12,05 yaitu ukuran penyebaran data dari rata-ratanya yang diambil dari 5
dengan meannya adalah 130,60 yaitu rata-rata prilaku tidak bertanggung jawab
pada remaja setelah diberikan perlakuan dan standar deviasi eksperimen pada post-
test ini adalah 5,98 yang mana meningkatnya prilaku bertanggung jawab pada 5
Hasil uji statistik non parametrik wilcoxon menunjukkan perbedaan antara nilai
pretest dengan nilai postest, pernyataan ini berdasarkan nilai sig (2-tailed) lebih
kecil dari pada taraf signifikan 0,05, yaitu 0,43<0,05 ada perbedaan rata-rata nilai
tes antara sebelum diberikan perlakuan kepada remaja yang kurang bertanggung
jawab dan setelah diberikan perlakuan kepada remaja yang kurang bertanggung
positif pada penerapan konseling realitas. Penerapan ini sesuai untuk meningkatkan
jawab dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri konseling realitas sebagaimana
yang dijelaskan oleh Gerald Corey yaitu: Terapi realitas menekankan tanggung
116
jawab. Belajar tanggung jawab merupakan proses seumur hidup dan merupakan inti
tanggung jawab pribadi guna mencapai suatu identitas keberhasilan (succes identit).
sebaliknya fungsi pemenuhan kebutuhan yang tidak tepat artinya seseorang dalam
Remaja sudah menyadari bahwa untuk mencapai succes identity mereka sedapat
mungkin mengambil keputusan untuk melakukan suatu perbuatan dengan dasar 3R,
yaitu right, reality dan responsibility. Prayitno menjelaskan lebih lanjut bahwa:,
dengan norma yang berlaku karena right berkaitan dengan kebenaran tingkah laku
yang dimunculkan, bertingkah laku sesuai dengan kenyataan yang ada, serta
bertingkah laku yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
1
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung; PT Reefika Aditama,
2009), h. 265-268.
2
Prayitno Konseling..., h. 75.
3
Prayitno, Konseling..., h. 76
117
untuk membantu mengubah tingkah laku remaja yang tidak sesuai dengan norma
yang berlaku dimasyarakat menjadi tingkah laku yang lebih bernilai positif, atau
tingkah laku yang lebih bermanfaat baik untuk dirinya maupun terhadap orang lain.
Karena pendekatan ini menganggap bahwa tingkah laku remaja yang bertanggung
jawab adalah kata kunci untuk menggambarkan tingkah laku remaja yang memiliki
kesehatan mental.
mampu bertangung jawab atas siapa mereka dan ingin menjadi apa mereka, serta
4
Corey, Teori ..., h. 270.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
79,80 yang mana ini tergolong pada kategori rendah, mediannya adalah
80,00 variannya adalah 145,20 nilai tertinggi dalam kelompok ini adalah
meannya adalah 130,60 yang mana ini tergolong pada kriteria tinggi,
nilai tertinggi adalah 140 , nilai terendah 125, Standar deviasinya 5,98, dan
berdasarkan nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari pada taraf signifikan 0,05,
yaitu 0,43<0,05 ada perbedaan rata-rata nilai tes antara sebelum diberikan
B. Saran
aktifitas anaknya agar anak tidak terjerumus kepada hal-hal yang bersifat
dikalangan remaja.
3. Kepada remaja
tingkah laku ke arah yang lebih baik dan tidak melakukan tingkah laku
4. Pemerintahan Nagari
Baswori dan Suwardirman. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.
university press.
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT Reefika
Aditama.
Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy. USA : Thomson
Brooks.
Lumonnga, Namora Lubis. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan
Tohari Musnamar. 2004. Membantu Memecahkan masalah orang lain dengan teknik
Monks, F.J, A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono. 2002 . Psikologi Perkembangan.
Grafindo Persada.
Mujtaba, Sayyid Musawi Lari. 1995. Psikologi Islam. Bandung: Pustaka Hidayah.
Prayitno. 2005. Kerangka Konseling Ekletik, Konseling Pancawaskita. Padang: FIP UNP.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumadi Suryabrata. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Surya Mohammad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung; C.V Pustaka Bani Quraisy.
Walgito Bimo. 2010. Bimbingan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta : Andi Offset.
Yusuf Syamsu LN. 2009. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung; PT Remaja
Rosdakarya.