Anda di halaman 1dari 6

BAB III

3.1 Peran Pemerintah Mengatasi Nomophobia


Di antara solusi yang dapat diuji-cobakan adalah ketegasan dari pemerintah disertai dengan
peran masyarakatnya. Berbentuk aturan pemerintah tentang penggunaaan ponsel yang cerdas,
mengetahui waktu, kondisi, serta pemilihan akses- akses halaman website yang sesuai dengan
usia. Prosesnya adalah dengan menyebarkan kader pemerintah secara merata ke seluruh daerah,
kemudian melakukan penyuluhan programnya kepada masyarakat,khususnya bagi orang tua
yang hakikatnya memiliki peran ganda, yakni tak hanya mengendalikan dirinya saja, melainkan
juga mengawasi anak-anaknya, khususnya dalam menggunakan ponsel.
Akan tetapi, seringkali terjadi, seorang anak tidak patuh terhadap orang tuanya,
bahkan ada anak yang sampai berani melawan. Demikian itu, disebabkan karena kurangnya
ketegasan orang tua, serta tidak adanya kekuatan. Hal itu sudah menjadi alasan yang tidak asing
lagi terdengar dari keluhan masyarakat yang berperan sebagai orang tua, bahwa pasalnya mereka
telah berusaha bertindak selayaknya tugas orang tua dalam mengontrol keseharian aktifitas anak-
anaknya.Akan tetapi, sampai saat ini, hukum untuk sebagian besar kalangan masih sangat ditakuti,
hal ini bisa menjadi pembantu peran orang tua. Maksudnya, proses pengawasan orang tua
memiliki kekuatan hukum, sehingga anak tidak akan berani mengelak. Adapun untuk hukum yang
ditetapkan tentunya disesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis anak.

3.2 Peran Kader Mengatasi Nomophobia Di Masyarakat

Tindak lanjut dari kader terhadap konsep sederhana tidak lain adalah perlu adanya konsistensi
dari seluruh elemen dalam menjalankannya. Selain dari pada itu,kader harus tetap menjalankan
kontrol sosialnya terhadap masyarakat. Salah satu faktor yang mempertimbangkan alasan
mengapa warga masyarakat perlu dikontrol atau diberi rambu rambu di dalam berperilaku
sehari-hari ada kaitannya dengan efektivitas- tidaknya proses sosial.Proses sosialisasi, secara
normatif tidak hanya mendatangkan manfaat bagi masyarakat—dalam arti memungkinkan
terwujudnya tertib sosial—akan tetapi juga mendatangkan manfaat bagi warga masyarakat secara
individual. Melalui proses-proses sosialisasi inilah warga-warga masyarakat dapat belajar
bagaimana bertingkah pekerti dan menyesuaikan diri di dalam masyarakat tanpa menemui
kesulitan apa pun juga. Peran kader yang tergambar demikian tentu dapat menciptakan keadaan
masyarakat yang terus belajar mawas diri, mengendalikan sikap, serta merevolusi mentalnya.
Sehingga apabila mental telah kembali dapat dikendalikan dengan baik, maka kondisi jiwa serta
tindakan raga pun akan sangat baik.yang sangat memprihatinkan namun dianggap hal biasa oleh
masyarakat itu sendiri adalah kondisi psikis masyarakat yang menderita Nomophobia, yakni
perasaan cemas berlebihan karena tidak bisa menjauh dari ponsel pintarnya. Mengakibatkan
tugastugasnya tidak dilaksanakan secara maksimal, bahkan terbengkalai sama sekali.Selain dari
pada itu, pun mengakibatkan munculnya sifat malas yang tak terkendali, juga sisi negatif yang
lainnya.
Salah satu solusi yang dibentuk dalam konsep sederhana yang sudah dipaparkan,perlu adanya
ketegasan pemerintah dalam menetapkan aturan yang berkaitan dengan penggunaan ponsel secara
bijak. Bersama dengan itu, mengikut sertakan seluruh elemen masyarakat dalam
merealisasikannya, dengan cara sistem controlling dari pihak pemerintah yang disebar secara
merata serta berkelanjutan.
Permasalahan apapun pada masyarakat, akan terselesaikan dengan kebersamaan dan kesadaran
masing-masing individu. Karena yang terpenting bukan seberapa hebat konsep yang dirancang,
untuk mengentaskan permasalahan apapun. Melainkan kerja nyata dan bersama-sama terhadap
konsep yang telah dirancang, meski konsep yang sangat sederhana sekalipun.

3.3 Peanganan Nomophobia di Kalangan Siswa

Fenomena nomophobia di kalangan siswa harus menjadi perhatian serius khususnya dalam
konteks bimbingan dan konseling di sekolah yang semuanya memberi implikasi kepada program
bimbingan konseling sekolah yang lebih antisipatif dan preventif. Olehnya, dibutuhkan penguatan
dan pembekalan atas kemampuan konselor dalam memberikan pelayanan bimbingan konseling
sekolah, juga perlunya keterpaduan penangan dari berbagai pihak dalam menangani masalah
nomophobia di kalangan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.Bimbingan dan konseling
bagi siswa yang terindikasi mengalami nomophobia sangat perlu diberikan. Pemberian layanan
konseling ini adalah suatu upaya untuk mengurangi kecanduan terhadap smartphone di kalangan
siswa. Konseling realitas memandang bahwa Reality therapy pada dasarnya tidak mengatakan
bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep perilaku menurut konseling
realitas siswa yang diharapkan mampu berperilaku yang tepat agar dapat mengurangi kecanduan
atas penggunaan smartphone.

Konseling Realitas

Glasser dalam Corey mengemukakan bahwa konseling realitas adalah suatu sistem yang
difokuskan pada tingkah laku sekarang. Corey (2007) memandang bahwa Reality therapy pada
dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep
perilaku menurut konseling realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau
berperilaku yang tidak tepat. Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak tepat tersebut
disebabkan karena ketidakmampuannya dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya kehilangan
‖sentuhan‖ dengan realitas objektif, dia tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak
dapat melakukan atas dasar kebenaran, tanggung jawab dan realitas.
Pendekatan realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku saat ini. Pendekatan realitas juga
tidak bergantung pada pemahaman untuk mengubah sikap, tetapi menekankan bahwa perubahan
sikap mengikuti perubahan tingkah laku.

Wubbolding menjelaskan praktek terapi realitas terdiri dari dua komponen utama:

(1) lingkungan konseling

(2) prosedur spesifik yang menyebabkan perubaha perilaku. Dua elemen sebagai ―siklus
konseling‖. Siklus menggambarkan bahwa ada urutan keseluruhan untuk menerjemahkan teori
terapi realitas kedalam praktek.

Konseling realitas diharapkan dapat membantu konseli untuk dapat bertanggungjawab atas
semua tindakan yang dilakukan. Konselor menggunakan sistem intervensi konseling realitas
dalam pemberian layanan konseling individual. Ada empat sistem intervensi, yaitu want
(eksplorasi keinginan), Doing Direction (Tindakan), evaluation (evaluasi) dan plan (rencana).
Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru sebagai upaya untuk memperbaiki
tingkah laku malasuai, perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian
yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk
mengubahnya sendiri, dan terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran
sendiri.

a.Want (W) konselor realitas membantu klien dalam menemukan keinginan, kebutuhan, persepsi,
harapan, dan impian. Mereka bertanya, "Apa yang kau inginkan?" Melalui interogasi terampil
terapis/ konselor, klien didorong untuk mengenali, mendefinisikan, dan kembali mencari
bagaimana mereka ingin memenuhi kebutuhan mereka.

b. Doing and Direction (D) Setelah konseli/ klien mengetahui apa yang mereka (ingin) dan
butuhkan, mereka diminta untuk melihat perilaku mereka saat ini untuk menentukan apakah apa
yang akan mereka lakukan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Wubbolding (1991)
mengemukakan bahwa, tahapan ini membutuhkan kesadaran yang tinggi dan self-insight adalah
langkah kunci menuju membuat perubahan.

c. Evaluation (E) dalam tahapan ini konselor membantu konseli dalam mengeksplorasi perilaku
total. Konseli/ klien tidak akan mengubah perilaku mereka atau membuat pilihan yang lebih baik
sampai mereka mengevaluasi perilaku mereka sendiri dan membuat penentuan bahwa
program/tindakan mereka saat ini tidak membantu. Evaluasi diri merupakan hal terpenting dalam
prosedur terapi realitas. Setelah anggota kelompok membuat evaluasi tentang kualitas perilaku
mereka, mereka dapat menentukan hal apa yang mungkin berkontribusi terhadap kegagalan
mereka dan perubahan apa yang dapat meningkatkan keberhasilan mereka.

d. Planning (P) Setelah seseorang telah membuat evaluasi tentang perilakunya dan memutuskan
untuk mengubahnya, konselor kelompok berada dalam posisi untuk membantu anggota dalam
mengembangkan rencana untuk perubahan perilaku. Rencana terbaik pertama adalah rencana yang
diinisiatifkan oleh individu/ konseli. Rencana terbaik kedua adalah salah satu yang diprakarsai
oleh konselor dan konseli. Dan rencana terbaik ketiga adalah salah satu yang diinisiasi oleh
konselor (Wubbolding, 2000, 2009). Setelah konseli menyebutkan perencanaan mereka dengan
jelas, konselor dan konseli membuat sebuah komitmen dengan jelas.

Dengan keterangan di atas, Kedudukan kedudukan dari konseling realitas disini adalah dapat
dipahami sebagai sebuah intervensi yang diberikan oleh konselor terhadap penyandang
nomophobia. Sebagai sebuah strategi, dalam aplikasinya konseling realitas memiliki kekuatan dan
keterbatasan. Di antara kekuatannya adalah klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistik dan
karenanya bisa tercapai keberhasilan.

Oleh karena itu, menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang
tersebut telah mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R,
yaitu keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan
menunjukkan total behavior (perilaku total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking), perasaan
(feeling), dan fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu realita (reality),
dan benar (right). Jadi, kesuksesan dalam konseling yaitu pencapaian individu dalam mengurangi
sifat phobia yang dimiliki dan keterlibatan berbagai pihak dalam penanganan masalah dapat
dijadikan sebagai tantangan dalam mensosialisasikan keberhasilan konseling.

3.4. Pengobatan Nomophobia

Terapis biasanya akan merekomendasikan beberapa cara pengobatan yang disesuaikan dengan
kondisi Anda. Ada beberapa jenis pengobatan Nomophobia, yaitu:

a. Cognitive Behavioral Therapy


Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah terapi bertujuan untuk membantu Anda belajar mengelola
pikiran dan perasaan negatif yang muncul saat timbul gejala Nomophobia.

b. Exposure therapy
Exposure therapy atau terapi pemaparan membantu Anda belajar menghadapi kekhawatiran
Anda melalui pemaparan secara bertahap. Jadi, perlahan-lahan Anda akan dibiasakan berada
dalam keadaan tidak memiliki akses pada ponsel.Tujuan terapi eksposur bukanlah untuk
sepenuhnya menghindari penggunaan ponsel, melainkan untuk membantu Anda belajar
mengatasi ketakutan ekstrem yang dialami ketika Anda tidak memiliki ponsel. Mengelola rasa
takut dengan cara ini dapat membantu Anda menggunakan ponsel dengan cara yang lebih
sehat. [1]

c. Penggunaan Obat-obatan
Obat memang dapat membantu Anda mengatasi gejala Nomophobia yang parah, tetapi tidak
bisa menjadi satu-satunya metode untuk mengobati Nomophobia. Jadi, obat-obatan hanya
berfungsi sebagai pengobatan tambahan saja dan harus dikombinasikan dengan teknik
pengobatan lainnya.Psikiater biasanya akan merekomendasikan 2 jenis obat-obatan ini untuk
membantu mengatasi gejala Nomophobia
1.Beta Blocker, yang dapat membantu mengurangi gejala fisik fobia, seperti pusing, kesulitan
bernapas, atau detak jantung yang cepat.
2.Benzodiazepines, yang dapat membantu Anda mengurangi rasa takut dan cemas saat Anda
membayangkan kondisi tanpa smartphone.

d. Melakukan Perawatan Mandiri


Anda juga dapat mengambil beberapa langkah untuk berikut untuk mengatasi Nomophobia
dengan cara mandiri, yaitu:
1. Matikan telepon Anda secara berkala, terutama pada malam hari untuk mendapatkan tidur
yang lebih nyenyak.
2. Hindari menggunakan ponsel sebelum tidur. Apabila membutuhkan alarm untuk
membangunkan Anda, letakkan ponsel agak jauh dari tempat tidur agar Anda tak tergoda untuk
mengecek Twitter atau Whatsapp.

3. Cari hobby baru yang tidak melibatkan teknologi, misalnya berkebun, menjahit, melukis,
memasak, bermain musik, atau membaca. Dengan begitu, Anda tidak akan tergantung pada
smartphone untuk dapat merasa terhibur.

4. Mengurangi aktivitas online dengan banyak bertemu atau mengobrol langsung dengan teman
dan keluarga

https://idnmedis.com/nomophobia
https://jurnal.stit-rh.ac.id/index.php/idrak/article/download/20/19
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/11558
https://id.scribd.com/document/532403203/REVOLUSI-MENTAL-DI-ERA-NOMOPHOBIA

Anda mungkin juga menyukai