Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MODIFIKASI PERILAKU

TEORI DAN TEKNIK INTERVENSI INDIVIDU


“Pola Tidur dan Menggunakan Gadget Maladaptif”

Oleh:

Devina Fadzila Rochim

(201810230311120

Dosen Pengampu : Uun Zulfiana, M. Psi


Asisten Laboraturium : Oktaviana Wulansari

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2020
PENDAHULUAN

Manusia dipandang sebagai individu yang mampu melakukan refleksi atas tingkah
lakunya sendiri, mengatur serta dapat mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku
baru atau dapat dipengaruhi perilaku orang lain (Sa’diyah, Chotim & Triningtyas, 2016).
Tindakan atau perilaku seorang individu juga dapat dikendalikan, dirubah atau dihilangkan
sesuai kebutuhan individu.

Manusia juga merupakan makhluk sosial dimana pastikan membutuhkan orang lain
ataupun sebaliknya. Setiap individu juga harus mampu menyesuaikan perilaku yang sesuai
dengan harapan lingkungannya atau disebut perilaku adaptif. Grossman menjelaskan bahwa
perilaku adaptif sebagai keefektifan atau tingkatan individu dalam memenuhi standard kebeasan
pribadi dan tanggung jawab masyarakat yang diharapkan bagi suatu kelompok umur kebudayaan
(Praptiningrum, 2007).

Individu yang berada dalam lingkungan masyarakat tentunya harus mengusahakab


menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sehingga tidak terjadi permasalahan dan menimbulkan
perilaku maladaptive yang dapat mengganggu dirinya maupun orang lain. Menurut Latipun,
perilaku bermasalah merupakan kebiasaan-kebiasaan negatif dan perilaku yang tidak sesuai
harapan. Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari
lingkungannya. Tingkah laku maladaptif juga terjadi karena kesalahpahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan dan juga
tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar (Handoko,
2013).

Modifikasi perilaku merupakan cara mengubah perilaku dengan menerapkan prinsip-


prinsip belajar. Modifikasi perilaku secara umum dapat diartikan sebagai hampir segala tindakan
yang bertujuan mengubah perilaku (Purwanta, 2012). Menurut Purwanta, secara mendasar
modifikasi perilaku bertujuan untuk mendukung dan mempromosikan perilaku adaptif dan
mengurangi atau meniadakan perilaku tidak adaptif (maladaptif). Bootzin (1975) mendefinisikan
modifikasi perilaku adalah usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun
prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia. Powers & Osborn (1976)
memberi batasan modifikasi perilaku sebagai penggunaan secara sistematik teknik kondisioning
pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan
mengontrol lingkungan perilaku tersebut. Wolpe (1973) memberi batasan tentang modifikasi
perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk
mengubah perilaku yang tidak adaptif, kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan
dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan.

Dapat disimpulkan, definisi dari beberapa ahli menekankan pada penerapan teori dan
hukum belajar pada modifikasi perilaku. Mereka berpendapat bahwa mengubah perilaku baru
disebut modifikasi perilaku bila teknik kondisioning diterapkan secara ketat: tanggapan
(response), konsekuensi (akibat), dan stimulus (perangsang) didefinisikan secara objektif dan
dicatat secara cermat (Widiasari & Pujiati, 2016). Dengan demikian modifikasi perilaku ini
intinya bertujuan pada mengubah perilaku maldaptif menjadi perilaku adaptif dengan
menerapkan teknik kondisioning stimulus, respond an akibat atau ABC, yaitu anteceden,
behavior dan consequence.

Dalam masalah ini, perilaku maladaptif yang akan diubah adalah perilaku penggunaan
gadget berlebihan dan pola tidur yang maladaptif yang mengganggu produktivitas harian.
Dengan teknik modifikasi peilaku ini, dimaksudkan bertujuan agar mengurangi perilaku
menggunakan gadget berlebihan dan perilaku tidur yang maladaptif serta tentunya meningkatkan
perilaku adaptif yang bisa dilakukan untuk mengisinya.

METODE ASESMEN DAN IDENTIFIKASI MASALAH AWAL

a. Metode Asesmen
Metode Asesmen yang digunakan dalam intervensi ini adalah self report. Subjek
menjelaskan dan melaporkan perilaku maladaptive atau perilaku sasaran yang ingin
diubah secara rinci bahkan kronologisnya sehingga konselor atau terapis dapat
menganalisis masalah dan mengetahui terapi harus dimulai dari mana dan membentuk
program implementasi treatment.
b. Hasil Asesmen
Berdasarkan hasil self-report, subjek mengalami perilaku maladaptif yaitu pola tidur yang
maladaptif dan perilaku menggunakan gadget secara berlebihan. Subjek sering kali tidur
malam diatas pukul 24.00 WIB dan bangun di pagi hari pukul 10.00 WIB. Hal ini
mengganggu produktifitas subjek yaitu kegiatan kuliah yang sering terlewat, tugas kuliah
yang tidak maksimal, melewatkan sholat, serta mengganggu pencernaan karena pola
makan terutama saat sarapan yang tidak teratur dikarenakan telat bangun pagi. Pola tidur
tersebut dipicu oleh penggunaan gadget yang berlebihan yaitu pada pagi hari pukul 10.00
WIB setelah bangun tidur sampai sebelum tidur. Subjek biasanya menonton film atau
menonton IG tv serta melihat-lihat media sosial lainnya. Padahal, subjek telah memiliki
masalah pada penglihatannya yang mengalami minus dan akan bertambah parah apabila
penglihatannya tidak dijaga dengan baik sementara subjek tengah asyik bermain gadget
seharian yang tentu mempengaruhi perkembangan fungsi penglihatannya menjadi
semakin buruk.

MODIFIKASI PERILAKU

a. Metode Modifikasi Perilaku

Metode modifikasi perilaku yang digunakan adalah self management. Self management
merupakan salah satu teknik dalam konseling behavior, yang mempelajari tingkah laku (individu
manusia) yang bertujuan merubah perilaku maladaptif menjadi adaptif. Self management adalah
suatu prosedur dimana individu mengatur perilakunya sendiri. Dalam penerapan teknik self
management tanggung jawab keberhasilan konseling berada di tangan konseli (Sa’diyah, Chotim
& Triningtyas, 2016). Merriam & Caffarella menyatakan bahwa pengarahan diri atau self
management merupakan upaya individu untuk melakukan perencanaan, pemusatan perhatian,
dan evaluasi terhadap aktivitas yang dilakukan. Di dalamnya terdapat kekuatan psikologis yang
memberi arah pada individu untuk mengambil keputusan dan menentukan pilihannya serta
menetapkan cara-cara yang efektif dalam mencapai tujuannya (Nurzaakiyah & Budiman, 2016).

Dalam teknik self management ini konseli memegang kunci utama keberhasilan terapi.
Konseling harus memiliki komitmen dalam menjalankan terapi dan outputnya dikemudian hari
konseli bisa mengendalikan perilaku nya sendiri sehingga terwujud perilaku yang adaptif dan
berusaha untuk tidak mewujudkan perilaku maladaptif kembali.

b. Hasil

Baseline Hasil Intervensi


16 16
14 14
12 12
10 10
8 8
6 6
4 4
2 2
0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa pada baseline, menurut subjek, ia bisa
memainkan gadget selama 8-15 jam dalam sehari. Sedangkan pada tahap intervensi,
setelah dilakukan penilaian rata-rata menunjukkan subjek menggunakan gadget selama 5
jam sehari. Dalam hal ini menunjukkan bahwa subjek menunjukkan perubahan
penggunaan gadget menuju perilaku adaptif kearah yang lebih baik. Subjek mampu
mengontrol dirinya untuk menggunakan gadget dengan tidak berlebihan.

PEMBAHASAN

Anggapan dasar self management merupakan teknik kognitif behavioral adalah bahwa
setiap manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan positif maupun negatif. Setiap perilaku
manusia itu merupakan hasil dari proses belajar (pengalaman) dalam merespon berbagai stimulus
dari lingkungannya. Namun self management juga menolak pandangan behavioral radikal yang
mengatakan bahwa manusia itu sepenuhnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungannya.
Sehingga dalam hal ini, klien tidak sepenuhnya bergantung pada lingkungan dan sebagian besar
mengandalkan dirinya sendiri untuk mengubah perilakunya. Klien mengusahakan mengatur
kembali kognitifnya melalui metode selftalk memikirkan kembali penyebab perilaku tersebut
muncul dan berbagai konsekuensi yang dapat ditimbulkan dari perilakunya dan kemudian
membuat keputusan untuk benar-benar mengubah perilaku tersebut.
Menurut Cormier dan Cormier bahwa self-management bukanlah suatu pendekatan yang
sepenuhnya deterministik dan mekanistik yang menyingkirkan potensi klien untuk membuat
pilihan dan keputusan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam proses belajar untuk menghasilkan
perilaku itu aspek kognitif juga memiliki peranan penting terutama dalam mempertimbangkan
berbagai tindakan yang hendak dilakukan, menentukan pilihan-pilihan tindakan itu, dan
mengambil keputusan tindakan perilakunya (Sa’diyah, Chotim & Triningtyas, 2016). Maka
dalam memulai treatment ini klien harus memulai dengan menetapkan komitmen ingin berubah
dan bersiap untuk melaksanakan program terapi.

Menurut Soekadji ada empat tahap untuk menerapkan teknik self management ini, yaitu:
(a). Tahap monitor atau observasi diri, pada tahap ini subjek atau siswa dengan sengaja
mengamati perilakunya sendiri dan mencatat jenis, waktu, durasi perilaku yang ada pada diri
subjek yang akan dimodifikasi. (b) Mengatur lingkungan, pada tahap ini lingkungan perlu diatur,
sehingga dapat mengurangi atau meniadakan perilaku-perilaku yang memungkinkan
mendapatkan pengukuhan segera. (c)Tahap evaluasi diri, pada tahap ini subjek membandingkan
apa yang tercatat sebagai kenyataan dengan apa yang seharusnya dilakukan. Catatan data
observasi perilaku yang teratur sangat penting untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas
program. Bila evaluasi data menunjukkan bahwa program tidak berhasil, maka perlu ditinjau
kembali. (d)Tahap pemberian pengukuhan penghapusan atau hukuman. Pada tahap ini
diperlukan kemauan diri yang kuat untuk menentukan dan memilih pengukuhan apa yang perlu
segera dihadirkan atau perilaku mana yang segera dihapus dan bahkan hukuman diri sendiri apa
yang harus segera diterapkan (Nurzaakiyah & Budiman, 2016).

Dimulai dari tahap self monitoring klien mengobservasi beberapa perilaku, mengamati
dan mencatat waktu, frekuensi, durasi perilakunya. Selanjutnya subjek juga mengusahakan
mengatur lingkungan tujuan mengurangi potensi perilaku sasaran dan mengendalikan pengaruh
lingkungan terhadap dirinya. Dalam hal ini penyebab klien melakukan perilaku tersebut
dikarenakan tidak ada kegiatan lain yang dilakukan dan klien merasa bosan dengan
kesehariannya yang sebagian besar berada dirumah. Klien mengatur atau me-manage kegiatan
hariannya dengan memperbanyak kegiatan positif untuk mengisi waktu dirumah dan
mengalihkan perilaku bermain gadget berlebihan, seperti menertibkan sholat tepat pada
waktunya, membaca Al-qur’an, membantu ibu membersihkan rumah, menyapu teras, menjemur
pakaian, memasak, mempelajari materi-materi kuliah, mengerjakan tugas dan kegiatan-kegiatan
ringan di dalam rumah.

Klien mengusahakan menurunkan dan mengurangi perilaku bermain gadget dengan


memulai menambahkan kegiatan-kegiatan positif secara bertahap, kemudian berlanjut hingga
mencapai perilaku bermain gadget dengan adaptif. Setelah itu klien mengevaluasi efisiensi
selama program berlangsung apakah program ini berhasil atau tidak. Klien sebenarnya juga
melakukan evaluasi per hari untuk meninjau perilakunya dalam satu hari untuk kemudian
mengusahakan mengontrol perkembangan pada hari berikutnya.

Untuk tahap selanjutnya klien memberi pengukuhan pada perilaku adaptif menggunakan
gadget mempertimbangkan kebutuhan dan konsekuensi yang didapat bahwa klien membutuhkan
berperilaku adaptif untuk menjaga produktivitas kesehariannya, menjaga kesehatan penglihatan,
menjaga hubungan dan interaksi dengan keluarga, dan jika tidak meakukan perilaku adaptif klien
akan mendapat punishment yaitu rusaknya hubungan dengan keluarga dan orang disekitar,
kegiatan kuliah yang tidak terpenuhi dengan maksimal dan masalah penglihatan.

HAMBATAN

Hambatan dalam menjalankan program antara lain, dari diri sendiri ketika tidak bisa
mengontrol emosi dan perasaan ketika bosan dan jenuh. Namun hal ini termasuk wajar jika
terjadi sesekali dan tidak terlalu sering bahkan berkelanjutan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil bahwa klien telah berhasil menyelesaikan program dengan baik dan
dapat mengubah perilaku secara gradual dan klien dapat mengendalikan perilaku selama
program berlangsung. Namun, prinsip dalam program harus tetap dilaksanakan agar tidak terjadi
relaps pada perilaku bahkan setelah program ini telah selesai. Klien tetap harus mengendalikan
perilakunya, memonitor serta mengevaluasi dan memberi pengukuhan pada erilaku tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanta, Edi. (2012). Modifikasi Perilaku Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Pustaka pelajar

Sa’diyah, H., Chotim, M., & Triningtyas, D. A. (2017). Penerapan teknik self management untuk
mereduksi agresifitas remaja. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 6(2), 67-78.

Handoko, A. (2013). Mengatasi perilaku membolos melalui konseling individual menggunakan


pendekatan behavior dengan teknik self management pada siswa kelas X Tkj SMK Bina
Nusantara Ungaran tahun ajaran 2012/2013 (Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Semarang).

Nurzaakiyah, S., & Budiman, N. (2013). Teknik self management dalam mereduksi body
dysmorphic disorder. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan ISSN 197102191998021.

Anda mungkin juga menyukai