Anda di halaman 1dari 78

CHAPTER 1

AWAL DARI SEGALANYA

Tak terasa hari sudah pagi, aku baru saja terbangun dengan perasaan “Perasaan
baru aja tidur deh”. Anyway, aku Anan, mahasiswa Universitas Sejahtera, jurusan
sastra inggris. Aku adalah yang paling terkenal di kampus, hahaha tentu tidak! Ya
aku sebenarnya tidak terlalu populer terutama di kalangan wanita, namun seleraku
soal wanita tidak kalah dari para lelaki yang popular di kampus. Meskipun tubuhku
tinggi dan kurus, aku justru menyukai wanita yang sedikit berisi, terutama yang rutin
berolahraga, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek juga tentu nya, ntah lah
mengapa aku menjadi orang yang terlalu pemilih.

Ah ya! Mari bahas keseharianku!!

Seperti yang kalian tahu, Aku baru saja bangun tidur dan aku pastinya akan bersiap,
setelah bersiap aku akan menunggu 3 sahabatku di bangku depan kost kami, oh ya
jangan bertanya siapa mereka, nanti akan ku perkenalkan.

Aku duduk menunggu mereka sambil membuka sosial media, dengan ditemani kopi
buatan ibu kost yang rasanya sangat ampuh untuk mengusir rasa kantuk.

Akhirnya 3 sahabatku datang!

Yang pertama ada Alfian, anak yang belajar di jurusan Bisnis Manajemen ini jauh
lebih tidak populer dariku, karena dia adalah pria kutu buku, bahkan tidak jarang ia
di bully oleh teman sekelasnya, Alfian juga merupakan andalan kami di kost ibu
Yanti, karena ketika kita makan nasi goreng buatan bu Yanti yang hambar, kami
selalu menyerahkan makanan itu kepada Alfian, karena selain kutu buku, dia juga
sangat rakus terhadap makanan, meskipun tidak enak prinsip nya adalah “yang
penting kenyang”. Soal perempuan, Alfian suka wanita yang kurus namun seksi, dan
yang terpenting adalah dia suka wanita yang 3-5 tahun lebih muda dari dirinya. Buku
favorit Alfian adalah buku-buku dewasa yang tentu nya 18+.

Yang kedua ada Yoga, anak jurusan geografi yang tentunya menyukai geografi, tak
heran mengapa rambut nya keriting karena terlalu banyak memikirkan ilmu
geografi. Menurutnya geografi itu ibarat tulang rusuk kanan yang selalu
mendampingi dia dimana pun dan kapan pun. Meskipun terlihat pintar, nyatanya dia
pun tidak populer di kalangan wanita, karena sifatnya yang lumayan tertutup.

1
Soal ketertarikannya pada wanita, dia cukup membosankan karena setiap kita
bertanya tentang tipe wanita yang dia suka, dia hanya menjawab “yang penting
punya sifat yang baik”.

Yang ketiga ada Sahrul, anak jurusan Ekonomi ini cukup populer di kampus, karena
dia juga merupakan preman kampus yang cukup ditakuti oleh kalangan pria di
kampus, bahkan dia juga terkenal sebagai senior paling kejam, karena dia suka
menatar junior-junior nya dengan cara yang agak sadis. Beruntung kami bersahabat
dengan nya, jadi kita tidak pernah merasakan tataran nya yang sadis itu. Oh ya,
Sahrul juga lah yang selalu melawan anak-anak yang suka mem-bully Alfian di
kampus.

Baiklah, saatnya kami berangkat ke kampus!

Kebetulan kost kami tidak terlalu jauh dari kampus, jadi kita selalu berangkat dengan
berjalan kaki bersama. 15 menit kami berjalan sampailah kami di depan gerbang
kampus. Kami pun bergegas ke kelas kami masing-masing, karena memang kami
berempat berbeda jurusan.

Tak terasa hari sudah sore dan kami berempat hari ini kebetulan tidak ada kelas
tambahan, kami berempat memutuskan untuk nongkrong bersama di cafe Q&A.
Cafe Q&A ini merupakan cafe langganan kami, tempat kami nongkrong sambil
mengerjakan tugas-tugas kuliah. Tidak lama setelah kami memesan kopi, datang 3
wanita yang cukup populer di kampus menghampiri kami.

Yang pertama ada Irina, dia merupakan mahasiswi jurusan sejarah, dia juga
merupakan wanita yang populer karena paras nya yang cantik, dan dia juga
merupakan blasteran Jawa-Belanda. Irina adalah wanita yang sangat suka marah
padaku entah apa alasan nya, tapi dia juga sangat perhatian padaku, terkadang Irina
juga suka mengajakku bermain permainan kesukaannya yaitu Puzzle & Rubik di sela-
sela istirahat di kampus.

Yang kedua ada Icha, Icha ini sekelas denganku, dia juga merupakan mahasiswi
Sastra Inggris, sebenarnya tidak ada yang terlalu mencolok dari Icha, bahkan aku
bingung mengapa dia juga sangat populer di kalangan kampus, karena menurutku
dia agak sedikit aneh. Saat di kelas dia selalu diam, dan saat kelas sepi, aku sering
beberapa kali melihatnya sedang berbicara sendiri. Itulah mengapa pendapatku
tentang Icha adalah dia wanita yang aneh.

Yang ke tiga ada Vina, ah kalau Vina dia populer dikalangan kampus, karena dia
adalah pacarnya Sahrul. Tidak ada yang menarik dari dirinya selain semangatnya
yang dia tunjukan kepada Sahrul untuk terus membully junior-junior di kampus,
terkadang Vina mengadu kepada Sahrul saat ada orang yang menggoda nya di
kampus. Dan tentu dia lah dalang perkelahian yang di buat Sahrul.

2
Mereka bertiga duduk 1 meja dengan kami, dan dengan suara yang lembut Irina
berkata kepada pelayan di Cafe

“Kak aku pesan Cappuccino Coffee ya 1, oh ya aku juga pesan 1 lagi Expresso buat
Anan”

“Baik kak, mohon ditunggu ya ka” jawab pelayan Cafe

“Irina? Kok jadi Expresso sih? Lagian gue kan udh ada kopi” tanyaku ke Irina

“Gapapa nan, gue cuma mikir udh lama gue ngga liat ekspresi lu saat minum
Expresso” jawab jahat Irina

“Seriously? OMG no Irina” tanya pasrahku ke Irina

“Udah cuy minum aja, demi Irina juga kan” sahut Sahrul kepadaku

“Hah, apaansi anjir ko jadi demi Irina dah?” tanyaku ke Sahrul sambil menatap Irina
yang wajahnya mulai memerah

“Sadar ga sih gais kalo Irina muka nya jadi merah? Hahaha” tanya Icha kepada kami

Semua nya tertawa kecuali aku dan Irina yang hanya saling menatap bingung dengan
apa yang sebenarnya terjadi di sini

“Eh udah apa udah kasihan Irina, kalian mending diem aja baca apa kek tuh kaya
Alfian dari tadi sibuk baca buku bokep” aku dengan nada sedikit bercanda

“Nan ini tuh buku tentang percintaan yang rumit tau, jadi cewe sama cowo nya
saling suka, tapi ngga ada yang berani nyatain karena mereka temenan dari kecil”
jawab Alfian

“Ko lu jadi nyindir gua sih Al?” tanyaku sambil keheranan

“Kok lu yang tersinggung sih Nan?” tanya balik Yoga kepadaku

“Ohhhh lu juga ikut-ikutan Yog? Oke Yog okee” Aku yang sedikit merajuk

“Lagian lu Nan orang gaada yang nyindir lu, emang cerita di buku ini tuh begitu”
sahut Alfian

“Silahkan kak kopi nya” pelayan Cafe yang tiba-tiba datang

Kami pun menikmati kopi dan perbincangan ini sampai malam. Dan saat kami keluar
dari Cafe, aku berpapasan dengan wanita berambut panjang dan lurus dengan
warna rambut nya yang hitam pekat, dan sorot mata nya yang tajam, dia sempat
tersenyum kepadaku, namun saat aku ingin menghampiri nya, Irina menggandeng

3
tanganku dan aku pun menolehkan pandanganku dari wanita itu, namun dalam
hatiku, aku tetap bertanya “siapa dia?”.

CHAPTER 2

4
WHO IS . . . ?

Malam ini terasa begitu sunyi, semua kembali ke kost masing-masing, terkecuali aku
yang masih berjalan mengantarkan Irina pulang ke rumah nya. Entah mengapa
malam ini terasa berbeda, seperti ada firasat aneh yang aku sendiri tidak paham,
namun angin malam ini terasa sedikit kencang, membuat rambut Irina tertiup.
Semakin aku pandangi wajah nya yang cantik dan rambut nya yang tertiup angin itu
semakin aku lupa akan firasat yang aku rasakan. Tak terasa kami tiba di depan
gerbang rumah Irina.

“Eh udah sampe aja” ucapku ke Irina

“Eh iya ya ngga kerasa bgt, lu mau mampir dulu?” ajak Irina

“Ga dulu deh Rin, gua mau langsung pulang aja” jawabku

“Oh yaudah, makasih ya Anan, hati-hati di jalan” ucapnya

“Iya Rin, salam buat mamah papah ya” ucapku

Dan aku pun berjalan menuju kost, namun di sepanjang jalan aku merasa sangat
janggal, rasanya seperti ada yang mengawasiku. Aku mencoba untuk tetap berfikir
positif dan melanjutkan perjalanan, namun lagi-lagi aku merasa bahwa ada mata
yang mengawasiku. Aku bergegas untuk cepat sampai ke kost, namun alangkah sial
nya gerbang kost sudah di kunci, mau tidak mau aku memanjat gerbang itu, dan
setelahnya aku langsung bergegas masuk ke kamar dan tidur.

Terbangun aku di pagi hari, sempat berpikir bahwa yang ku alami itu hanya sebuah
mimpi, namun lagi-lagi aku mencoba untuk tetap positif. Aku pun mulai merapikan
kasurku dan berjalan menuju kamar mandi, ku kira aku yang pertama bangun,
ternyata Alfian, Sahrul dan Yoga sudah rapi dan menungguku bersiap, melihat
mereka aku terkejut karena itu hal yang jarang terjadi, aku bergegas mandi dan
berpakaian.

Kami akhirnya berangkat, namun aku merasa sangat lesu dan bahkan mataku terasa
perih karena kurang tidur, padahal aku merasa aku sudah cukup puas tidur. Kami
berempat akhirnya sampai di kampus, aku langsung pergi ke kelas, duduk di bangku
dan memejamkan mata sambil menunggu jam pelajaran di mulai. Namun baru saja
aku mulai tertidur, Icha datang dan menepuk pundakku.

5
“Anan, itu bangku gue, bangku lu di sebelah” ucapnya

“Hah? Seriusan? Oh iya itu bangku gua ya?” tanyaku dengan suara yang mirip
seperti orang mabuk, dengan mata yang setengah terbuka

“Iya, pindah cepet, sebentar lagi mau mulai pelajaran” jawab Icha

Akhirnya aku pun pindah ke tempat dudukku yang kebetulan berada di samping kiri
Icha, aku berniat melanjutkan tidurku namun tiba-tiba pembimbing akademik atau
yang biasa di panggil PA masuk.

“Teman-teman, sebelum kita mulai pelajaran hari ini, saya akan memperkenalkan
salah satu mahasiswi pindahan dari kampus sebelah, silakan masuk”

Perempuan itu pun melangkahkan kakinya pertama kali ke dalam kelas, dan saat
sepatunya menyentuh lantai, seketika tubuhku terasa berat, kepalaku terasa seperti
sedang menahan beban yang begitu berat, alangkah sulit pula untuk bernapas,
bahkan mataku sangat sulit untuk berkedip. Perlahan-lahan aku menoleh ke arah
Icha, alangkah terkejutnya aku melihat Icha yang jauh lebih parah dariku, tubuhnya
berkeringat seperti baru saja selesai lari maraton dan pandangannya tidak pernah
lepas dari mahasiswi baru tersebut. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa terbebas dari
beban yang membelengguku, aku langsung bangun dari tempat dudukku dan
langsung menggendong Icha.

“Bu, maaf kayaknya si Icha sakit Bu, saya izin bawa Icha ke UKS ya Bu” ucapku
dengan tergesa-gesa

“Oh ya Anan, silakan” jawab Ibu PA

Dan saat bersebelahan dengan gadis baru itu aku sempat terdiam karena rasanya
seperti ada sesuatu yang menusukku dari segala arah, namun tekadku untuk
membawa Icha lebih kuat, sampai akhirnya aku berhasil terlepas dari perasaan itu
dan aku bergegas ke ruang UKS, namun karena posisi kelas kami di lantai 3 dan
ruang UKS berada di lantai 1, jadi aku harus menuruni tangga untuk dapat sampai ke
ruang UKS. Sesampainya di UKS, aku langsung membaringkan tubuh Icha, dan
mengambilkan minum untuknya.

“Cha Icha? Lu gapapa? Chaaa?” tanyaku dengan sangat khawatir

“Nan, sumpah gua juga gak tau gua kenapa, rasanya susah banget buat gerakin
badan” jawab Icha

“Gua baru sadar Cha, dia cewe yang gua liat di Cafe semalem” ucapku

“Hah? Gua gatau kalo masalah itu” ucap Icha

6
“Iya, tapi lebih baik mikir positif aja, ga mungkin cewe itu yang bikin kita begini,
mungkin cuma waktunya aja yang pas banget lagi ada dia” ucapku

“Iya Nan, gua istirahat dulu ya” ucap Icha

Aku pun meninggalkan Icha dan menunggunya di depan ruang UKS sambil
mengirimkan pesan ke Irina untuk datang ke ruang UKS.

Irina pun datang dengan terburu-buru seperti orang yang sedang ketinggalan kereta,
dia datang dan memelukku erat.

“Anan lu sakit?” tanya Irina

“Eh Rin, kita di kampus woi, lagian yang sakit si Icha bukan gua Irina” jawabku

“Oh iya ya, yaudah gua kedalem dulu ya” ucapnya sambil melepaskan pelukan nya

“Irina, lu jagain Icha ya, gua mau balik ke kelas” ucapku

Aku pun meninggalkan mereka berdua dan kembali ke kelas, lututku baru terasa
sakit saat aku menaiki tangga untuk sampai ke lantai 3, Namun aku memaksakannya
dan sampailah aku di kelas. Aku pun langsung duduk dan menatap gadis baru yang
ternyata duduk di sebelah kiriku itu, namun anehnya tidak ada perasaan yang
janggal sama sekali. Hal itu membuatku yakin bahwa bukan dia penyebab dari
semua ini, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada nya.

“Sorry, I missed your introduction... What’s your name?” tanyaku

“Ohh, ya I knew it, you suddenly went with your friend... And I’m Sindy” jawabnya

“Nice to meet you Sindy, I’m Anan” ucapku

“Nice to meet you too, Anan” ucapnya

“Anyway, kita pernah ketemu deh kayaknya, di deket Cafe Q&A gak si?” tanyaku

“Oh yaa aku inget, kita papasan cuma tiba-tiba kamu di tarik pacar kamu kan?”
tanya balik Sindy

“Oh Irina, dia bukan pacar gua, dia tuh temen gua dari kecil” jawabku

“Oh gitu, kirain pacaran” ucapnya

“Ngga cuma temen aja kok” ucapku

Dia pun hanya tersenyum, aku memalingkan wajahku darinya dan berpikir “apa aku
bisa tidur lagi?”, namun setidaknya kini aku tahu siapa wanita itu, dia adalah gadis

7
cantik yang bernama Sindy. Aku menghela nafas yang panjang dan akhirnya tertidur
di kelas.

CHAPTER 3

8
PECAHAN GELAS

Terbangun aku dari tidurku, kulihat seisi kelasku kosong, ternyata itu sudah jam
istirahat, aku pun bangun dari tempat dudukku dan mencoba mengumpulkan
nyawaku satu persatu. Aku berpikir untuk menemui Irina di kelas, namun dia tidak
ada di kelas, aku ingat bahwa aku sempat meninggalkannya di ruang UKS, aku pun
langsung menuju ke ruang UKS. Dan benar saja Irina ada di ruangan ini bersama Icha
yang sudah mulai membaik, aku dan Irina akhirnya mengantar Icha pulang ke kost
nya. Aku berjalan sambil menggendong tubuh Icha yang agak berat, rasanya ingin
aku mengeluh, namun aku tahu bahwa membicarakan berat badan pada wanita
adalah salah satu pemicu perang dunia, padahal tubuh Icha tidaklah gemuk, namun
entah kenapa terasa sangat berat. Sementara Irina hanya membawa tas Icha yang
ternyata sangat ringan, karena Icha tidak membawa begitu banyak buku. Sampailah
kami di depan kost yang di tempati Icha, namun Icha memintaku untuk
menurunkannya di depan gerbang, karena dia merasa dia bisa berjalan sendiri ke
kamarnya. Akhirnya setelah mengantarkan Icha, aku dan Irina berniat untuk kembali
ke kampus dan bertemu teman-teman yang lain. Namun, seketika Irina berubah
pikiran, dia mengajakku ke Cafe Q&A untuk berbincang sambil meminum kopi.

“Nan, abis ini ada kelas?” tanya Irina

“Ada 1 kelas lagi sih, kenapa Rin?” tanyaku

“Gue niat nya mau ngajak lu ke Cafe, soalnya gue udah ngga ada kelas lagi hari ini”
ucap Irina

“Yaudah ayo, kayaknya ada sesuatu yang mau lu obrolin” ucapku

“Loh? Kelas lu gimana? Masa mau di tinggal?” tanya Irina

“Yah elah Rin, gapapa kok soalnya gua juga lagi ga bisa fokus belajar nih, jadi ya
memang udah paling bener kalo kita ngopi dulu” jawabku

Kami pun masuk ke dalam Cafe.

“Eh Nan, ada yang mau gua tanya nih, menurut lu aneh nggak sih soal yang terjadi
sama Icha?” tanya Irina

“Ah? Gak sih, mungkin cuma perasaan lu aja kali yang aneh” jawabku

9
“Serius Nan, kalo demam, dia tuh harus nya panas, tapi badan nya gue pegang
dingin bgt” ucap Irinia

“Arah pembahasan lu kemana sih Rin? Gue agak ngga paham dah” tanyaku

“Gua curiga ada sesuatu yang ganjil deh, kaya ada hubungan nya sama hal mistis
gitu” jawab Irina

“Bisa jadi sih, Cuma ya nama nya kelas kan semua nya pasti punya penunggu
masing-masing, mungkin kalo dari hal mistis ya ke penunggu kelas gue kali” ucapku

“Ya bisa juga ya” ucap Irina

“Lagian kenapa deh tiba-tiba jadi horror gini?” tanyaku

“Ya lu tau kan gue sama Icha temenan dari kelas 3 SMA, gua paham banget dia lah
Nan” jawabnya

“Make sense sih, yaudahlah kita belum pesen kopi nih by the way, gue pesen dulu
ya” ucapku

“Lu tau gue pengen pesen apa?” tanya Irina

“Berhubung ini hari lagi panas, gue tau lu pengen pesen Ice Cappuccino kan?”
jawabku

“Emang lu doang yang paling hafal mau nya gue” ucapnya

Aku pun memanggil pelayan Cafe di tempat itu dan memesan apa yang akan kami
minum.

“Ka, Ice Cappuccino nya 2 ya” ucapku ke pelayan Cafe

“Baik kak, ditunggu ya” jawab pelayan Cafe

“Alright, gue baru aja update game Online Battle Puzzle nih, ayo main Rin” ajakku ke
Irina

“Ayo, siap-siap kalah ya lu” jawab nya

“Hah? Anan ? Kalah? Seriously? Seorang Anan kalah? No way” ucapku

“Oke, kita duel ya, yang kalah harus nurutin apa aja yang di minta sama si
pemenang” ajak Irina

“Deal, nanti tapi nunggu kopi, gua agak nggak fokus kalo nggak ada dorongan kopi”
balasku

10
Beberapa menit kemudian, pelayan pun menyajikan pesanan kami.

“Ayo Nan” ajak Irina

“Gas!” balasku

Kami pun asyik bermain sampai 10 ronde dan ternyata....

“Shit? Gua kalah? Kok bisa kita main 10x tapi gua cuma menang 2x?” tanyaku
dengan wajah tak terima

“Please Nan, lu kan emang selalu kalah main game ini” jawab Irina sambil tertawa
terbahak-bahak

“So I have to do what you want?” tanyaku dengan wajah pasrah

“Yeah! Definitely, dan gua mau nanti pulang dari sini ke rumah, lu gendong gua”
jawabnya dengan wajah sombongnya

“Baiklah, ayo kita pulang” ajakku

Dan seperti biasa aku kalah dari Irina, dan aku pun harus menuruti permintaannya,
aku harus menggendongnya dari Cafe ke rumahnya. Rasanya aku memang terlalu
berani menjawab tantangan Irina, harusnya aku tahu bahwa puzzle adalah
keahliannya. Aku sempat berpikir bahwa dia akan jauh lebih berat daripada Icha,
karena dia adalah yang paling tinggi di antara Icha dan Vina. Namun, setelah dia
merangkulkan kedua tangannya dan memposisikan kedua kaki nya di pinggangku,
ternyata berat badannya tidak seberat yang aku pikir. Aku pun mulai berjalan
menuju rumahnya sambil menggendongnya, entah mengapa aku merasa sangat
senang bisa menggendongnya dan mengobrol dengannya.

“Irina, inget nggak? Dulu gua pernah gendong lu pas lu jatoh dari sepeda” tanyaku

“Iya inget, kalo ngga salah dulu kita masih umur 5 tahun itu, bersyukur banget sih
orang tua kita udah ngenalin kita dari bayi” jawabnya

“Ya gimana nggak ngenalin Rin, orang tua kita kan emang sahabatan dari kecil juga
kan” ucapku

“Ahh, rindu banget masa-masa kecil, dimana kita cuma tau main sama jajan”
ucapnya

“Sekarang kita boro-boro bisa begitu ya Rin, yang ada kita fokus belajar dan belajar
aja” ucapku

“Yah, namanya juga hidup Nan kita nikmatin aja” ucapnya

11
“Kalo udah tua kita kaya apa ya Rin?” tanyaku

“Ya kaya kakek-kakek sama nenek-nenek” jawabnya

“Ga gitu maksudnya Samsudin” ucapku

“Hahaha demen dah kalo lu lagi emosi gitu” ucapnya

“Imut ya gue kalo emosi?” tanyaku

“Ga Nan, gaada begitu” jawabnya

“Kenapa pada gak terima sih kalo gua emang imut” ucapku

“Eh Nan, by the way gua lagi persiapan buat ujian nih, tapi takut ada ujian soal
sejarah geologi deh, gua ga paham banget sama geologi, gimana ya?” ucapnya

“Geologi? Tanya Yoga aja, kan dia anak geologi tuh” ucapku

“Oh iya ya gua ngga kepikiran Nan, besok ada jam kosong ngga?” tanya Irina

“Besok gua cuma ada kelas 2 jam doang, jam ke 3 udah kosong sih” jawabku

“Oke kalo gitu besok temenin gua ketemu yoga ya Nan” ucapnya

“Siap, tapi nanti gua tanya juga dia ada jam kosong nya kapan, nanti gua chat deh
kalo gua udah nanya dia” ucapku

Tidak lama kami pun sampai di rumah Irina, aku yang masih menggendong Irina
berusaha juga untuk membuka gerbang rumahnya. Alangkah terkejutnya aku
melihat ibunya Irina berada di depan pintu rumah nya, dia melihat ke arahku dengan
sambil tersenyum.

“Hayo kalian abis darimana?” tanya ibunya Irina

“Kita abis dari Cafe Q&A tante” jawabku

“Iya mah, asik tau main game terus Anan kalah, dia gendong aku dari Cafe sampe
rumah” sahut Irina

“Eh iya ini udah sampe Rin, turun dong” ucapku

“Iya nih gua turun hehe” ucap Irina

“Anan duduk dulu sini, tante buatin es jeruk ya Nan” ucap Ibunya Irina

“Iya tante, makasih loh tante” ucapku

12
Aku dan Irina pun duduk, tidak lama setelah itu ibunya Irina datang membawa 3
gelas es jeruk. Kami pun berbincang-bincang, setelah kurang lebih 1 jam kami
berbincang, aku pun memutuskan untuk kembali ke kost.

“Tante aku pulang ke kost dulu ya, makasih ya tante, Irina gua pulang ya” ucapku

“Iya Anan, jaga kesehatan ya... Sering-sering ya main kesini” ucap ibunya Irina

“Anan!!” teriak Irina

“Rin gua denger ko gak usah pake teriak” ucapku

“Hehehe hati-hati ya dijalan, kalo kesandung telepon aku ya”ucapnya

“Rin, kesambet apa lu tiba-tiba ngomong aku” ucapku sambil tertawa

“Biasa Nan, kamu kaya ngga tau aja manja nya Irina” ucap Ibunya Irina

“Hehe, iya Tante aku paham kok, yaudah aku pulang ya, dadah tante, dah Irina”

Aku pun berjalan menuju kost, dan entah mengapa aku merasa seperti diawasi
seseorang, namun aku mencoba berpikir tidak ada apa-apa di sekitarku. Untuk
mengatasinya aku pun memakai sepasang earpods dan memutar lagu sambil
berjalan ke kost. Tidak lama aku pun sampai di kost, aku langsung menuju ke
kamarku dan tertidur dengan lelapnya.

Keesokan harinya aku bangun dari tidur lelapku, dengan sepasang earpods di
telingaku, yang pasti earpods itu sudah kehabisan baterai, aku pun mengisi daya
earpodsku dan pergi mandi. Setelah mandi dan berpakaian, aku duduk di depan kost
sambil menunggu ketiga sahabatku yang masih bersiap sambil membuka sosial
media dan tidak lupa kopi pengusir kantuk cap ibu Yanti. Setelah menunggu agak
lama, akhirnya 3 sahabatku datang. Kami berempat pun langsung berjalan menuju
kampus dengan aku, Sahrul, Yoga yang berjalan sok keren dan Alfian yang berjalan
sambil memakan lontong buatan Ibu Yanti. Sesampainya di kampus, kami berempat
berpisah ke kelas masing-masing dan tak lama waktu jam pelajaran pertama
dimulai.

Pelajaran berakhir, dan aku berniat untuk pergi ke kantin untuk minum jus sambil
menunggu ketiga temanku, namun belum sempat aku meninggalkan kelas, Irina
datang ke kelasku.

“Anan, lama banget gua nunggu kabar dari lu” ucap Irina

“Hah? Emang ada apa ya Rin?” tanyaku sambil keheranan

“Gua udah menduga si lu pasti lupa, kita kan mau ketemu yoga hari ini” jawab Irina

13
“Oh astaga gua l-u lu p-a pa lupa Na” ucapku

“Yaudah gimana nih?” tanya Irina

“Yaudah ayo ke kelasnya Yoga” jawabku

Kami pun pergi ke kelas yoga.

“Yah Yoga gaada disini Rin” ucapku

“Terus dimana dia?” tanya Irina

“Di kantin kali ya? Yaudah yuk ke kantin” ucapku

Kami pun pergi ke kantin.

“Shit, gaada juga tu anak” ucapku

“Ih si Yoga ko kaya setan ya, ilang nya gatau kemana” ucap Irina sambil merasa kesal

“Hah? Setan? Mirip sih emang muka nya” sahutku

“Heh, temen lu itu...” ucap Irina

“Hahaha, gua tau Rin, dia kalo di cari susah tuh pasti di perpustakaan” ucapku

“Kenapa ga dari tadi aja ke perpustakaan setan” ucap Irina dengan sedikit kesal

“Rin kan yang setan Yoga Rin” ucapku dengan suara yang seperti kucing ketakutan

“Lu juga sama setan nya” sahut Irina

Aku pun hanya menggaruk kepalaku dengan wajah kebingungan.

“Okei” jawabku dengan cuek sambil berbalik badan dan berjalan ke arah
perpustakaan.

Sesampainya di perpustakaan.

“Nah itu dia si Yoga, Rin” ucapku sambil menunjuk ke arah Yoga

“Oh iyaa, ketemu juga dia” ucap Irina

“Yaudah yuk samperin” ajakku sambil berjalan ke arah yoga

“Eh Yog, udah gua duga lu pasti disini, gua tuh udh hapal banget kalo lu ngga ada di
kelas pasti ke perpustakaan, ga mungkin ketempat lain kan Yog” ucapku ke Yoga

14
“Heh kalo lu beneran tau dia disini kita ngga akan cape kaya gini Nan” sahut Irina

“Emang kenapa Rin? Lu keliatan cape banget kayanya” ucap Yoga

“Bayangin ya Yog, kelas si Anan di lantai 3, gue sama dia awalnya nyamperin lu ke
kelas lu di lantai 4, dan abis itu dia sok tau banget lu ada di kantin, yaudah kita turun
ke lantai 1, abis itu nih kita naik lagi ke perpustakaan di lantai 2, untung lu ketemu,
kalo ngga udah gua jorogin nih anak dari lantai 2” ucap Irina dengan nada kesal

“Kan yang penting ketemu Rin, kan untuk menempuh hasilnya kita butuh usaha”
ucapku

“Bodo ah Nan” ucap Irina dengan nada suntuk

“Yailah, nanti gua traktir Cappucino Coffee deh” ucapku

“Pake ice ya” ucap Irina dengan wajah manja

“Iyaaaaa” ucapku dengan senyum diwajah dan kesal di hati

“Eh woy, lu berdua nyari gua ada apaan? Malah pacaran” tanya Yoga

“Ini Yog, jadi begini Yog, gimana ya Yog, mending lebih jelasnya biar Irina yang
jawab” jawabku

“Jadi gini Yog, gue kan lagi persiapan buat ujian, nah gua takut ada ujian soal sejarah
geologi, gue mau minta tolong ajarin soal geologi sama lu” jelas Irina

“Hmm mau mulai dari mana emang nya Rin?” tanya Yoga

“Ahhh! Ini dia buku yang mau gua baca” sahutku

“Woy gua lagi nanya Irina” seru Yoga

“Hah? Kenapa si? Kan gua cuma bilang kalo buku ini yang mau gua baca” ucapku

“Huh, gimana Rin? Mau mulai dari mana?” tanya Yoga ke Irina

“Pengen nya sih dari yang gampang atau yang paling familiar dulu gitu” jawab Irina

“Oh mending belajar soal fase bulan dulu” ucap yoga

“Oh gitu, yaudah boleh deh Yog” ucap Irina

“Jadi fase bulan itu ada 8” ucap Yoga

15
Itu adalah pembahasan terakhir yang aku dengar, karena aku tidak terlalu tertarik
dengan geologi, jadi aku memutuskan untuk memakai earpods dan membaca buku
yang aku ambil di perpustakaan. Kurang lebih 15 menit aku membaca, tiba-tiba Yoga
yang duduk di depanku menepuk tanganku.

“Nan, lu baca buku apa ?” tanya Yoga

“Oh ini buku judul nya Maling Kutang Yog, lu harus baca sih someday” jawabku

“Oh gitu... Tapi lu baca buku kebalik bodoh” ucap Yoga

“Lah iya kebalik, ko bisa kebalik si? “ tanyaku

“Lah lu gimana dari tadi baca buku tapi kebalik?” Yoga yang bertanya balik

“Gatau Yog gua fokus sama musik hahaha, dan ini bukan buku maling kutang tapi ini
gua lagi baca tentang Ratna Yulia Indrajaya. Sang penemu White spider lily” jawabku

“Aduh kenapa gua harus di pertemukan sama manusia seperti ini” keluh yoga

“Yaudahlah, gua mau ke toilet ya, kalian belajar aja dulu” ucapku sambil
meninggalkan mereka berdua

Aku pun berjalan keluar perpustakaan dan menuju ke toilet. Setiap lantai memiliki
toilet, namun entah mengapa aku ingin ke toilet di lantai 1, padahal aku harus turun
tangga untuk mencapai toilet itu. Aku pun sampai di toilet, dan setelah buang air
kecil, aku keluar toilet dan tanpa sengaja aku menabrak seorang mahasiswa. Kami
berdua terjatuh dan mahasiswa itu tiba-tiba bangun dan menarik kerah bajuku.

“Woi jalan yang bener dong lu, pake mata” ucap mahasiswa itu

“Iya iya maaf gua ga fokus, eh lu...” ucapku

“Lah si Anan, gua kira siapa, baru mau gua pukulin” ucap mahasiswa itu

“Dasar Sahrul, bocah nya emosian” ucapku

“Ya gua kirain lu orang lain Nan” ucap mahasiswa yang ternyata adalah Sahrul

“Eh Rul, bentar-bentar... “ ucapku sambil menoleh ke arah taman di kampus

“Kenapa lu Nan?” tanya Sahrul

“Cuy itu kaya nya temen gua dah” jawabku

“Yang mana?” tanya Sahrul

16
“Itu yang cewe, eh iya itu temen gua Rul, si Sindy itu Rul” jawabku

“Cewe yang di bully itu?” tanya Sahrul

“Iya Rul, bantuin Rul temen gua itu” jawabku

Kami pun menghampiri 2 mahasiswa yang sedang merundung Sindy di taman.

“Woy lu berdua, kalo berani jangan sama cewe lu bangsat!!” Teriakku ke 2


mahasiswa itu

“Kenapa ? Lu mau sok jagoan disini?” ucap mahasiswa 1

“Gua pukulin, kelar lu” ucap mahasiswa 2

“Berani lu sama gua?” ucapku

“Kalo gua berani sama lu, lu mau apa?” ucap mahasiswa 2

“Ya kalo lu berani, ya.... Ya.... Ya gua panggil temen gua, kan lu curang lu berdua. Rul,
lawan Rul” ucapku sambil menepuk pundak Sahrul

“Jeh sialan, gua kira lu beneran berani, somplak” ucap Sahrul

“Hehehe gua kan ga jago berantem” ucapku

“Heh, lu berdua kenal gua kan? Jangan pernah ganggu temen sekelas nya si somplak
ini, berani nyentuh temen-temen nya, ataupun temen gua, gua abisin lu berdua”
ucap Sahrul nada santai

“Eh bang Sahrul, maaf bang gua ngga tau bang kalo dia ini temen sekelas nya temen
lu bang, maaf ya bang sekali lagi” ucap mahasiswa 1

“Iya bang maafin kita ya bang” ucap mahasiswa 2 sambil berjalan menjauhi kami

“Yeh, kabur, sini lu woy” ucapku sambil bergaya seperti petinju

“Lu ngapain bodoh, gaya-gayaan kaya petinju” ucap Sahrul

“Hehe, biar keren aja sih elah” ucapku

“Hmm, Anan, bang, makasih ya udh nolongin aku, aku ngga tau bakal diapain sama
mereka kalo ngga ada kalian” ucap Sindy secara tiba-tiba

“Eh? Tenang aja Sindy, ini mah urusan enteng” ucapku dengan sombong

“Jeh, enteng? Kalo tadi lu disikut juga mimisan lu Nan” ucap Sahrul

17
“Iya santai aja, Sindy ya nama lu? Jangan panggil gua bang, panggil aja Sahrul”
sambung Sahrul

“Iya aku Sindy” ucap Sindy

“Eh btw, lu mau kemana Nan?” tanya Sahrul kepadaku

“Gua tadi mau balik ke perpustakaan, soalnya tadi gua abis nganterin Irina ketemu si
Yoga, dia mau belajar soal apalah tadi lupa gua, lu sendiri mau kemana?” tanyaku
kembali

“Gua mau ke kantin nih, mau ketemu si Icha, sama Vina, mau ikut?” ajak Sahrul

“Ayo dah, nanti yang lain gua chat aja, gua suruh ke kantin” jawabku

“Sekalian ayo Sindy, ikut aja sekalian kenalan sama yang lain, daripada sendirian
nanti ada yang bully lagi kan” ajak Sahrul

“Boleh?” tanya Sindy

“Boleh kok, lagian banyak juga cewe nya di kumpulan kita” jawab Sahrul

“Yaudah, aku ikut” ucap Sindy

Kami bertiga pun pergi menuju kantin untuk menemui Icha dan Vina. Sesampainya
di kantin, aku memesan es jeruk dan menuliskan pesan ke group chat dengan isi
pesan nya :

“Guys, gua, Sahrul, Vina sama Icha di kantin ya, kalo kalian urusan nya udah selesai,
kesini ya kalian”

Irina menjawab “Alright, I’ll go there ASAP, babe”

Alfian menjawab “Oke Nan, gua otw kesana sekarang”

Yoga menjawab “Otw”

Tidak lama mereka bertiga pun datang dan duduk di bangku yang masih kosong di
meja kantin yang berbentuk persegi panjang itu.

“Loh Nan, yang duduk di samping lu siapa Nan?” tanya Alfian

“Iya, siapa dia?” tanya Yoga

“Oh, ini temen sekelas gua, anak baru dia, ya dia belum ada temen juga makanya
gua ajak kesini biar main sama kita-kita” jawabku

18
“Halo semua nya, nama aku Sindy. Aku temen sekelasnya Icha sama Anan, salam
kenal ya semua nya”

“Salam kenal juga Sindy” ucap kami bertujuh

Seketika Icha menatap ke arah Irina, wajah Irina terlihat marah. Icha pun
menyenggol tanganku dan berkata padaku secara pelan-pelan.

“Nan, kaya nya Irina bad mood deh” ucap Icha

“Hm iya ya Cha” jawabku

“Coba tanya deh” ucap Icha

“Rin, lu kenapa Na? Ko diem aja?” tanyaku ke Irina

“Lu pikir aja deh Nan, gue nungguin lu di perpustakaan tapi lu malah disini duduk
sampingan sama cewe lain, lu pahamin dong Nan perasaan gue” ucap Irina dengan
nada tinggi

“Rin, ko lu tiba-tiba begini sih?” tanyaku ke Irina

“Dah lah” ucap singkat Irina

Seketika Irina beranjak dari tempat duduk nya, aku mencoba menghalaunya. Namun
Irina mendorongku dan membuatku menyenggol gelas yang ada di meja.

“Praaaangggg” suara gelas yang pecah

Seketika semua terdiam dan menatap serpihan-serpihan gelas yang pecah itu.

CHAPTER 4

THE KEY

19
“Oh gelas, mengapa engkau pecah? Padahal tenggorokan ini masih membutuhkan
air yang kau tampung untuk menyambung hidupku yang indah ini, keren ngga
guys?” ucap Alfian dengan peragaan seorang puitis

“Apaan si lu garing amat” ucap Sahrul

“Gatau orang lagi pada serius dia bercanda” sambung Vina

Irina pun meninggalkan kami di kantin, sementara aku membersihkan gelas yang
kupecahkan. Hatiku sungguh gelisah memikirkan Irina, sampai tak sadar pecahan
gelas yang sedang kubersihkan menusuk jari telunjukku.

“Aww, shit... Tangan gua berdarah” ucapku

“Aku ada plester nih, aku selalu sedia p3k di tas” ucap Sindy

“Sini biar gua yang pakein, Sin” sahut Alfian

“Kok jadi lu si, jijik banget ewwhhh” ucapku

“Hahaha sini Sindy pakein aja” ucap Sindy sambil meraih tanganku dan merekatkan
plester ke jari telunjukku

“Makasih Sindy” ucapku

“It’s okay Nan” ucap Sindy

“Aduh Sindy tangan aku juga kena beling nih, aduh sakit” ucap Alfian

“Sini gua injek tangan lu mau ga?” sahut Sahrul

“Ah elah kan gua butuh perhatian Sindy, Rul” sambung Alfian

“Eh gua nyari Irina dulu ya, gua agak takut dia murung” ucap Vina secara tiba-tiba

“Gua ikut Vin” ucap Icha

Icha dan Vina pun meninggalkan kantin dan mencari Irina.

“Sindy pulang duluan deh ya, ada yang harus Sindy kerjain di rumah” ucap Sindy

“Gua anter sampe depan gerbang kampus ya Sindy” ajak Alfian

“Boleh Alfian” jawab Sindy

“Anjir, terus yang bantuin gua buang ni beling siapa cuk?” tanyaku ke Alfian

“Lah itu ada Yoga sama Sahrul” jawab Alfian

20
Alfian pun pergi mengantar Sindy dan meninggalkan kantin, sementara Yoga dan
Sahrul membantuku membuang beling-beling yang sudah aku kumpulkan. Setelah
itu aku meninggalkan kantin dan mencari Irina, karena aku ingin mengajaknya
pulang bersamaku. Aku mencari di kelasnya, namun dia tidak ada di kelas, aku
mencari di sekitar kelasnya pun tidak ada, dari kelasnya di lantai 5 aku melihat ke
arah taman, aku melihatnya sendirian di bawah pohon yang rindang. Aku pun
bergegas turun dari lantai 5 menuju taman, dan yang pasti aku tidak menuruni
tangga, aku menggunakan lift. Sesampainya di lantai 1 aku langsung berlari menuju
taman dan menemui Irina yang sedang duduk merenung di bawah pohon yang
rindang itu.

“Rin... Fuuhhh fuuuhh” ucapku dengan napas terengah-engah

“Ada apa Nan?” tanya Irina

“Cape juga ya lari dari gedung kampus ke taman” jawabku

“Sampe lari begitu, ada apa?” tanya Irina lagi

“Ayo pulang, jangan menyendiri terus” jawabku

“Duluan aja, gua nanti bareng Yoga, gua mau belajar masalah geografi lagi, tadi
belum sempet di pelajarin semua soal fase bulan nya” ucap Irina

“Kok gitu Rin?” tanyaku

“Ya gimana Nan, gua juga butuh belajar, dah ya gua mau ke perpustakaan lagi” ucap
Irina yang sambil bangun dan meninggalkanku

Aku pun akhirnya pulang ke kost bu Yanti sendirian. Sesampainya di kost, aku
langsung mandi dan setelahnya aku berbaring di kamarku sambil mendengarkan
musik dengan earpods di kedua telingaku, tanpa sadar aku tertidur. Padahal waktu
masih menunjukkan pukul 3 sore, dan saat waktu menunjukkan jam 5 sore, Sahrul
membangunkanku.

“Cuy udah jam 5 jangan tidur mulu, nongkrong yuk di kamar si Al” ajak Sahrul

“Oh ayo boleh, gua charge earpods dulu ya” jawabku

“Yaudah ayo cepetan” ucap Sahrul

“Dah ayo berangkat” ucapku sambil meninggalkan kamarku

Kami pun berjalan menuju kamar Alfian yang jaraknya tidak jauh dari kamarku,
sesampainya di depan kamar Alfian, tanpa permisi Sahrul langsung membuka pintu
kamarnya, dan itu membuat Alfian sangat terkejut.

21
“Surprise....!!!” seru Sahrul

“Uwaaaaaaaaa, kaget anjir” ucap Alfian dengan ekspresi terkejut

“Hahahaha kagetan dah lu” ucap Sahrul

“Lu ngagetin nya gitu, gua kira lu setan” ucap Alfian

“Mirip sih Al” sahutku

“Sial bener gua disamain sama setan” ucap Sahrul

“Dah sini masuk, tutup aja pintu nya” ucap Alfian

“Al, bagi rokok dong, gua mau beli tapi lagi ngirit, orang tua gua belum transfer”
ucapku ke Alfian

“Gua juga mau dong Al” sahut Sahrul

“Yailah pada ngga modal banget mentang-mentang di kamar gua nongkrongnya,


yaudah ambil aja itu di laci meja belajar gua” jawab Alfian

“Gila, banyak banget lu stock rokok, ini lu beli buat sebulan?” tanyaku

“Ngga lah, gatau abisnya kapan, ambil aja 2 bungkus, buat kita barengan” jawab
Alfian

“Gua bikin kopi dulu ya” ucap Sahrul

“Nah itu enak tuh” sahutku

Sahrul pun pergi menyeduh kopi, dan setelah jadi kami pun melanjutkan
perbincangan sambil minum kopi dan merokok. Tanpa sadar kami telah berbincang
selama 2 jam, waktu menunjukkan pukul 7 malam, dan kami bertanya-tanya
mengapa Yoga tak kunjung pulang.

“Eh Yoga kok belum pulang ya?” tanya Alfian

“Gatau nih tumben telat banget pulangnya” jawab Sahrul

“Coba gua telpon deh” ucapku

“Riiiinggg... Riiingggg... Riiinggg....” suara panggilan keluar dari hp ku

“Iya Nan” ucap Yoga yang baru saja menjawab panggilanku

“Lu dimana?” tanyaku

22
“Baru banget nyampe depan kost nih” jawab Yoga

“Langsung ke kamar Alfian aja” ucapku

“Oke oke ini gua kesana” ucap Yoga

Tidak lama Yoga pun datang.

“Dari mana yog?” tanyaku

“Dari perpustakaan, ngajarin si Irina soal geografi” jawabnya

“Lu pulang bareng Irina? Terus lu anter sampe rumah ga?” tanyaku

“Engga, dia pulang pake ojek online tadi” jawab Yoga

“Oh gitu, yaudah sini nongkrong dulu” ajakku

Tiba-tiba ruangan di kamar Alfian terasa seperti gempa, barang-barang berjatuhan


dan berserakan. Getarannya sangat kuat sehingga membuat kami berempat
terpental-pental dari satu sisi ke sisi lainnya. Namun getarannya seketika berhenti,
kami pun berkumpul untuk keluar bersama-sama, namun ketika kami berempat
bangkit dan menuju ke arah pintu, tiba-tiba pintu itu terasa sangat jauh, bahkan
tidak sedikitpun kami berhasil mendekatinya meskipun kami berempat saat itu
berlari bersama. Kami memilih untuk berhenti meraih pintu itu, namun tiba-tiba
kami tertarik ke dekat pintu. Dan tiba-tiba sosok makhluk berjubah hitam, bewajah
seram, dengan mata hitam pekat dan kornea mata yang merah menyalala, serta
tanduk di kepala sebelah kiri nya, tangan yang dipenuhi darah dan kuku yang
teramat panjang dan tajam muncul dihadapan kami. Sontak kami terkejud dan
dengan spontan aku mengibaskan tanganku ke makhluk itu, namun tiba-tiba sosok
itu menghilang. Kami berempat tumbang, tergeletak dan tertidur di kamar Alfian.
Bukan di kasur, melainkan di lantai yang dipenuhi barang-barang yang jatuh karena
getaran tadi.

Keesokan harinya kami berempat terbangun dengan mimik wajah yang sedikit ling-
lung, dan kami hanya bisa menatap satu sama lain.

“Eh udah pagi aja ya…” ucapku dengan pelan

“Iya nih, semalem ada apa ya?” tanya Alfian

“Gatau, mimpi kaya nya” jawab Sahrul

“Mimpi kok kaya nyata ya?” tanya Yoga

“Maksudnya Yog?” tanyaku

23
“Lu liat aja sekitar kita, barang-barang pada berantakan gitu kaya abis gempa, masa
iya mimpi bisa bikin ruangan seberantakan ini sih, kalo difikir pake logika susah buat
nyambung Nan” jawab Yoga

“Iya juga sih, coba kita liat ke kamar masing-masing” ucapku sambil berdiri dan
berjalan menuju kamarku

Aku, Yoga dan Sahrul pergi ke kamar kami masing-masing, dan alangkah terkejutnya
kami melihat bahwa kamar kami tidak berantakan seperti yang terjadi di kamar
Alfian. Sontak hal ini menimbulkan banyak pertanyaan di otak kami, pasalnya jika
memang terjadi gempa bumi, pasti kamar kami bertiga sama berantakan seperti
kamar Alfian, namun karena kami harus pergi ke kampus, kami pun tidak terlalu
memikirkan apa yang terjadi pada kejadian semalam.

Kami langsung bersiap-siap dan langsung berangkat menuju kampus. Sesampainya


di kampus, kami berpisah ke kelas masing-masing, namun saat itu tubuhku terasa
sangat lelah jadi aku putuskan untuk menggunakan lift kampus untuk sampai ke
lantai 3. Sesampainya aku di kelas, aku langsung terduduk lemas di tempat dudukku,
posisi tempat dudukku berada diantara Icha dan Sindy, Icha di sebelah kananku dan
Sindy di sebelah kiriku. Akhirya jam pelajaran dimulai, dan kami seperti biasa
mengikuti jam pelajaran, sampai tiba waktu dimana jam pelajaran berakhir.

“Sindy, ada waktu luang? Atau mau istirahat dimana?” tanyaku ke Sindy

“Ngga tau juga nih mau kemana, bingung” jawab Sindy

“Jalan-jalan keliling kampus yuk, sambil cerita apa gitu” ajakku

“Boleh Nan” jawab Sindy

Aku dan Sindy pun akhirnya berjalan-jalan keliling kampus sambil bercerita tentang
banyak hal, namun kejadian tak terduga terjadi ketika kita baru saja ingin melewati
aula kampus.

“Kepada seluruh mahasiswa dan mahasiswi Universitas Sejahtera, kegiatan belajar-


mengajar sementara di berhentikan, karena ada suatu masalah yang terjadi pada
beberapa mahasiswa dan mahasiswi di aula. Diharapkan jangan panik dan
berkumpul di tempat terbuka demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan” suara
pengumuman di kampus yang membuat mahasiswa dan mahasiswi di kampus
bergerombol turun dari kelas masing-masing.

“Sindy, ada apa ya di aula?” tanyaku

“Aku ngga tau deh” jawabnya

24
“Ayo coba kita liat Sin, mumpung kita deket dari aula” ucapku sambil menarik
tangan Sindy dan membawa nya berlari ke aula

“Ehh, kok aku di tarik-tarik?’ ucap Sindy

“Maaf ya gua penasaran” jawabku

“Itu ada apa ya rame banget gitu?” tanya Sindy

“Ngga tau deh Sin, eh tapi itu ada Icha, coba yuk kita kesana” jawabku

Aku pun memutuskan untuk memegang tangan Sindy lagi dan membawa nya
berjalan mendekati Icha. Namun ketika kami baru berjalan beberapa langkah, tiba-
tiba Irina dan Vina datang ke hadapanku dengan tatapan penuh amarah.

“Anan!!!! How can you do this?” ucap Irina dengan nada tinggi

“Do what?” ucapku dengan ekspresi kebingungan

“You broke my heart many times Anan!! Many times!! And now you do this
anymore? You son of a bitch!! I fucking hate you, bastard” ucap Irina dengan nada
yang semakin tinggi

“Irina….” ucapku dengan santai

“Plakkkkkk!!!!” suara tamparan Irina yang tiba-tiba mendarat ke pipiku

“You deserve it, bastard!” ucap Irina sambil menunjuk ke arah wajahku

“Irina udah Irina, kita pergi ayo, kontrol emosi lu Na” ucap Vina sambil menarik dan
membawa Irina menjauh dariku dan Sindy

“Anan, kamu nggapapa? Maaf ya kaya nya semenjak aku gabung, Irina jadi marah
terus ke kamu” ucap Sindy

“Ngga Sindy, ini bukan salah lu kok, emang terkadang Irina suka bertingkah kaya
anak kecil aja” ucapku

“Tapi aku ngerasa nya semenjak ada aku kalian jadi begini” ucap Sindy

“Udah jangan terlalu dipikirin” ucapku

“Eh, ngomong-ngomong Icha kemana ya ko ngga ada ya?” tanya Sindy

“Loh ko ilang?” tanyaku kembali

“Mana aku tau aku kan nanya kamu barusan” jawab Sindy

25
“ Ayo kita cari Sin” ucapku

Aku pun mencari Icha, melihat ke kiri-kanan dan terus mencari di sekitar, namun
karena aku terlalu fokus pada Icha, tanpa sadar aku menabrak pria yang sedang
membawa 3 dus air mineral, yang ternyata pria itu adalah Sahrul.

“Braaakkkk” suara dus air mineral yang jatuh

“Aduh, Goblok banget si jalan” ucap Sahrul

“Eh lu Rul, maaf cuk gua ngga liat, gua lagi nyari si Icha, tadi sekitar sini” ucapku

“Ya ampun Nan, lagi-lagi gua ditabrak lu, ngapain lu nyariin Icha?” tanya Sahrul
sambil mencoba berdiri

“Ada yang mau gua ceritain aja, lu sendiri lagi ngapain disini?” tanyaku kembali

“Gua? Lagi bawa ini nih air mineral buat korban yang di aula” jawabnya

“Oh iya, emang ada apa sih di aula? Rame banget sampe pada teriak-teriak gitu?”
tanyaku

“Lagi pada kesurupan, nah itu lagi di kumpulin di aula, lagi di keluarin arwah-arwah
yang masuk” ucap Sahrul

“Hah? Serius?” tanyaku

“Iya, eh lu liat Vina ngga? Gua takut Vina juga kesurupan” tanya Sahrul

“Tadi sih sama Irina, tapi gua ngga tau mereka kemana nya” jawabku

“Bagus deh, jangan sampe kesini, dah ya gua mau bawa air mineralnya dulu ke aula”
ucap Sahrul

“Oke hati-hati cuy” ucapku sambil melanjutkan mencari Icha

Aku mencari Icha sampai tepat di depan pintu aula, aku melihat di dalam aula
banyak sekali orang yang kesurupan, aku tetap fokus mencari Icha. Akhirnya aku
masuk ke dalam aula, dan benar saja Icha berada di dalam aula bersama dosen yang
biasa kita panggil Pak Esa.

“Cha Icha… Icha? Cha lu kenapa hey?” teriakku ke Icha

“Eh, Anan. Kebetulan kamu disini, kamu bisa tolong pegangin Icha ngga? Nih kasih
air minum, dia udah ngga di rasukin lagi kok, saya mau nanganin yang lainnya” ucap
Pak Esa sambil menurunkan kepala nya dari pengkuannya ke pangkuanku dan
memberikanku air mineral untuk diberikan kepada Icha

26
Aku pun menjaga Icha dari kesurupan massal di aula, aku terus memegang
kepalanya dan sesekali memanggilnya, namun entah mengapa Icha tak kunjung
sadar. Belum 5 menit aku menjaganya, Icha tiba-tiba berontak dan mengamuk,
namun entah mengapa amukan nya melebihi mahasiswa atau mahasiswi lain yang
kesurupan. Tubuhnya sangat sulit di tahan, sehingga membuatku kewalahan
memegangnya, dia pun lepas dari genggamanku, mengamuk dan menyerang
siapapun di aula, tak terkecuali mereka yang kesurupan.

“Icha sadar Cha, jangan mau badan lu dikuasain setan, Icha sadar… Lawan Cha
jangan sampe kalah sama setan yang ngambil alih badan lu” teriakku ke Icha

Seketika Icha terdiam, dari mulutnya aku mendengar dia berkata “Tolong Nan….”
Dengan nada seperti orang yang sangat pasrah. Namun setelah dia mengucapkan
kata-kata itu, dia kembali hilang kendali, dia kembali menyerang siapapun di
dekatnya, terutama aku yang sangat dekat dengan posisinya. Aku menoleh kesana
kemari mencari dimana posisi Pak Esa, namun yang kusadari ialah aku kehilangan
Sindy, aku tidak sadar dari kapan Sindy menghilang. Namun, aku mengesampingkan
Sindy untuk sementara demi menolong Icha. Icha terus menyerangku dengan kedua
tangan dan kuku-kuku yang tanpa kusadari memanjang serta terlihat sangat tajam
itu mencakar-cakar ku, aku terus menghindari serangan yang di lakukan Icha
kepadaku, namun ketika aku berhasil menemukan posisi Pak Esa, aku sedikit lengah
dan akhirnya tangan kananku tercakar oleh 3 kuku nya sepanjang kurang lebih
17cm. Aku teriak sekencang-kencangnya sampai Pak Esa pun terkejut melihat Icha
menyerangku sebegitu ganas nya, Pak Esa sontak meninggalkan mahasiswi yang
telah di sadarkan dan langsung menuju ke arah Icha, dari belakang Icha ia berjalan
pelan-pelan dan tiba-tiba ia langsung memegang kepala Icha dengan disertai doa-
doa yang ia bacakan ke Icha, Icha pun seketika tumbang, aku yang masih menahan
sakit nya bekas cakaran Icha langsung mengesampingkan rasa sakitnya, aku
langsung menangkap Icha yang tubuhnya tumbang dan hampir terbentur lantai. Aku
langsung menggendong Icha keluar dari aula, dengan darah yang terus menetes dari
tanganku. Di depan aula aku bertemu Sahrul yang sedang membuka kardus air
mineral.

“Rul tolong gua Rul!!” ucapku dengan keras ke Sahrul

“Eh, lu kenapa Nan?” tanya Sahrul

“Udah lu gausah liatin tangan gua, ini lu tolongin aja si Icha” ucapku sambil menahan
sakit

“Sini senderin disini dulu badan nya” ucap Sahrul sambil membantuku
menyenderkan tubuh Icha ke tembok dan mengambil sebotol air mineral di dus
yang telah ia buka

27
“Anjir, gila si Icha kesurupan apaan si ya? Tiba-tiba kuku nya tadi jadi panjang
semua, dan ini normal lagi” ucapku dengan sedikit kelelahan

“Anan… Sahrul” suara Icha yang terdengar sangat lirih

“Iya Cha, kenapa Cha?” tanya Sahrul

“Gua dimana? Gua tadi dibawa sama cewe,muka nya serem, bagian perut sampe
kaki nya itu badan ular, panjang banget, terus di buntutnya ada keris yang nancep
gitu, tangan nya udah kaya pisau, tajem semua, serem pokoknya” ucap Icha sambil
merintih kesakitan

“Udah lu tenang dulu, minum dulu jangan banyak gerak dulu, jangan lupa juga terus
berdoa ya Cha” ucapku sambil tersenyum menahan rasa sakit

“Loh Nan tangan lu kenapa Nan?” ucap Icha dengan sangat terkejut

“Gapapa Cha, gua tinggal ya, lu sama Sahrul dulu, gua mau nyari si Sindy, tadi dia
sama gua tapi ilang nih ngga tau kemana” ucapku

“Kapan lu sama Sindy? Perasaan dari tadi pas gua tabrakan sama lu juga lu udah
sendirian” tanya Sahrul

“Masa dah? Ah mungkin dia udah pergi dari sebelum kita tabrakan kali, yaudah ya
gua tinggal dulu” jawabku sambil berjalan meninggalkan mereka

Awalnya aku mencari Sindy di sekitar aula, namun aku tidak menemukannya, aku
terus berjalan menyusuri kampus. Aku mulai berjalan ke arah toilet dan di sekitar
toilet ternyata ada Irina dan Vina, aku mendekati mereka berdua.

“Ngapain lu kesini? Masih belum puas gua tampar?” ucap Irina yang sedang marah

“Nan udah deh jangan cari masalah lagi” ucap Vina

“Hufffftttt….” Aku hanya menghembuskan napasku dan mengangkat tangan kananku

“Anan? Kenapa? Anan gapapa kan? Anan lu kenapa? Kok tangan lu penuh darah?”
tanya Irina yang panik dan mulai menangis

“Udah Rin, gua baik-baik aja kok” ucapku

“Nan kok bisa begitu sih tangan lu?” tanya Vina

“Udah nanti aja ceritanya!!” sahut keras Irina

Irina tiba-tiba menjatuhkan tas nya dan mencari sesuatu di dalam tasnya, ternyata
dia mencari kotak P3K. Dia langsung menarik tangan kananku dan mengobati

28
tanganku dengan alkohol luka yang justru membuat tangan ku terasa lebih perih 3x
lipat dari sebelumnya, tentu saja hal itu membuatku teriak “Ah, sakit Na sumpah ini
perih banget”. Setelah Irina memberikan obat luka pada tanganku, dia langsung
mengikatkan sapu tangan nya ke tanganku sebagai ganti perban. Aku pun mulai
cerita tentang apa yang terjadi kepadaku, dan pastinya aku menceritakan apa yang
terjadi kepada Icha. Hal itu membuat mereka berdua bergegas ingin cepat-cepat
menemui Icha.

“Gua mau ke aula buat nemuin Icha sekarang ya Nan” ucap Irina kepadaku

Aku hanya menganggukan kepalaku dan Irina tiba-tiba berlari dan Vina pun berlari
menyusul Irina, aku melanjutkan pencarianku tentang dimana Sindy berada. Aku
pun menemukannya duduk di taman, dibawah pohon beringin yang sangat besar.

“Sindy? Kok disini?” tanyaku

“Iya Nan, maaf ya aku tinggal, aku takut kalo liat orang kesurupan Nan, makanya aku
lari kesini” jawabnya

“Yaudah yuk gue temenin lu pulang “ ajakku

“Boleh Nan” jawabnya

Aku pun berjalan mengantarnya pulang, namun sampai di depan gerbang kampus
dia berkata “cukup Nan sampe sini aja, mending kamu kembali ke aula aja deh,
firasatku lagi ada sesuatu yang terjadi sama salah satu sahabat kamu”. Tanpa berfikir
panjang aku langsung berlari menuju aula, namun karena sekitar aula masih ramai
kerumunan, aku pun harus berdesak-desakan dan menahan sakitnya tangan
kananku yang tersenggol sana-sini di tengah ramainya kerumunan. Alangkah
terkejutnya aku saat aku sampai di aula dan melihat hanya tinggal 1 mahasiswi yang
mengamuk karena kesurupan, dan lebih terkejut nya lagi ternyata mahasiswi itu
adalah Irina. Aku langsung memegang kepalaku dengan kedua tanganku dan dengan
wajah yang sangat depresi, dalam hati berkata “HOLY SHIT”.

29
CHAPTER 5

INCARNATION

Setelah kurang lebih 30 menit Pak Esa menangani Irina, akhirnya Irina pun tersadar,
dengan kondisi tubuh yang sangat lemas dan wajah yang sangat pucat. Sesekali dia
menyebutkan namaku dengan suara yang rintih “Naaannn”, karena tak kuasa aku
pun langsung menghampiri dan memeluk tubuhnya dengan erat.

“It’s okay Irina, you’re okay now…. I’m here” ucapku dengan pelan

30
“Gue takut Nan” ucap Irina

“Nggak ada yang perlu ditakutin lagi, ada gue disini” ucapku

Tiba-tiba….

“Diinformasikan untuk seluruh mahasiswa dan mahasiswi bahwa pada hari ini
semua kegiatan kampus ditunda dan akan dilanjutkan setelah suasana kampus
efektif. Untuk saat ini seluruh mahasiswa dan mahasiswi boleh meninggalkan
kampus, dimohon untuk tidak panik dan tetap tertib berjalan keluar dari kampus,
untuk informasi selanjutnya akan di sampaikan oleh PA masing-masing kelas di
group chat, Terima Kasih” suara dari pusat informasi di kampus.

Suasana menjadi sangat ramai oleh mahasiswa dan mahasiswi yang berjalan keluar
dari kampus, sementara beberapa dari mahasiswa dan mahasiswi yang kesurupan,
tidak dapat berjalan pulang bahkan untuk berdiri pun terasa sulit, karena mereka
sangat lemas dan tak berdaya.

“Pak ini gimana sama mahasiswa/mahasiswi yang efek dari kesurupannya parah?”
tanya Icha ke Pak Esa

“Hmmm, kaya nya kita antar pulang saja pakai mobil saya dan dosen-dosen lain yang
membawa mobil, karena biar bagaimanapun kami bertanggung jawab atas
keselamatan putra/putri kampus ini” jawab Pak Esa.

Akhirnya para dosen pun menyiapkan mobil untuk mengantar


mahasiswa/mahasiswi yang terdampak dari kesurupan massal itu. Akupun
menggendong Irina ke mobil Pak Esa, setelah ku sandarkan Irina di jok tengah, aku
mengelus kepalanya dan berkata kepadanya “lu pasti baik-baik aja, kalo butuh
sesuatu, bilang aja sama gue, nanti gue kerumah lu”, Irina hanya tersenyum
kepadaku, akupun balik tersenyum sambil menutup pintu mobinya, tak lama setelah
itu Pak Esa pun mulai menjalankan mobil nya dan pergi menjauh dari kampus untuk
mengantarkan Irina dan korban kesurupan yang lain.

Setelah semua mobil berangkat mengantar para korban kesurupan, aku bergegas
mencari teman-temanku. Namun aku hanya bertemu Icha yang sedari tadi duduk
sendirian di kursi depan aula, akupun menghampirinya.

“Gimana cha rasanya? Udah baikan atau masih agak lemes?” tanyaku ke Icha

“Gua aman kok, baik-baik aja… Lu kenapa masih disini?” tanya balik Icha

“Gua tadi nyari yang lain, kok pada ga ada ya, Cuma lu doang” jawabku

31
“Kalo Sharul sama Vina tadi udah balik sih, kalo Alfian sama yoga emang daritadi
ngga ada di aula kan” ucap Icha

“Eh Cha… berhubung lu tadi nyebut Alfian, gua jadi inget sesuatu” ucapku

“Apa tuh?” tanya Icha

“Sebenernya tadi tuh pas abis nanganin lu yg kesurupan, gua nyariin Sindy tuh, terus
gua ketemu Irina, dia care banget langsung buru-buru ngobatin luka yang di tangan
gua ini, sampe di perban juga yakan” jawabku

“Terus hubungan nya sama Alfian apaan???” tanya Icha dengan sedikit kesal

“Sabar anjir gua belum selesai cerita” jawabku

“Lagian lu bahas siapa ceritainya apa, lanjut” ucap Icha

“Nah abis itu gua cerita ke Irina kalo lu kesurupan, oh ya saat itu dia lagi sama Vina,
abis gua cerita, dia berdua buru-buru dah tuh nyamperin lu ke aula karena khawatir
sama lu, dan gua lanjut dah nyari Sindy, gua cari ke kelasnya ngga ada, eh malah gua
ketemu nya si Alfian, dan yaudah berhubung Sindy gak ada di kelasnya, gua pun ikut
turun dah tuh sama si Al, gua turun pake lift, naahhh pas gua mau keluar dari lift,
tiba-tiba di sebelah kanan gua kaya ada orang, dan dia bilang “be careful” pas gua
nengok, gak ada siapa-siapa, dan btw nih Alfian di sebelah kiri gua yak, nah gua
nanya ke si Al juga dia bilang, dia gak liat siapapun dan gak denger suara apapun,
menurut lu ada kaitan nya gak ya sama kejadian di aula?” tanyaku ke Icha

“Ngaco, darimana bisa lu menyambungkan dua hal yang lu belum research juga
kebenaran nya atau hal yang bersangkutan nya darimana, tiba-tiba lu nanya
berkaitan atau nggak, tapi bisa jadi sih kalo itu hal yang mistis mah” jawab Icha

“Jadi nya berkaitan atau nggak nih?” tanyaku ke Icha

“Ya mungkin berkaitan, mungkin juga nggak, yang penting sesuai sama yang dia
bilang aja, buat hati-hati” jawab Icha

“Hmm, gitu ya… Yaudahlah anggep aja gua lagi halu tadi tuh, dah yuk pulang yuk
Cha” ucapku

“Yaudah, gua juga mau balik ke kosan nih, mau mampir dulu tapi beli boba di deket
Café Q&A, mau ikut?” Ajak Icha

“Nggak deh gua mau ke minimarket deket rumah Irina aja, sekalian nanti gua mau
ke rumah Irina” jawabku

“Oke deh kalo gitu, gua duluan ya” ucap Icha

32
Akupun berjalan menuju minimarket yang searah dengan rumah Irina dengan
menaiki angkutan umum, selama kurang lebih 15 menit, akupun turun di
minimarket. Aku membeli apel, 1 liter yoghurt dan 1 bungkus rokok. Setelah
membayar semua nya, akupun berjalan menuju rumah Irina yang tidak terlalu jauh
dari minimarket. Setelah 5 menit berjalan, akupun tiba di depan rumah Irina, aku
menekan bel rumahnya dan tidak lama ibu nya keluar dan membukakan gerbang
rumahnya.

“Eh Anan, masuk Nan sini” ucap ibunya Irina

“Iya tante, Anan masuk ya” ucapku

“Iya Nan, masuk aja di kamar, Irina masih kurang enak badannya” ucap ibunya Irina

“Baik tante” ucapku

Akupun masuk ke rumahnya dan menuju ke kamar Irina di lantai 2, setelah sampai di
depan kamarnya, ternyata pintu kamarnya terbuka, akupun masuk ke kamarnya dan
melihat ke kasurnya tapi ternyata Irina tidak ada di kasurnya, aku pun mencari nya
dan ternyata dia duduk di balkon kamarnya, dia sedang duduk di kursi dengan kedua
kaki nya yang menyila dan pandangan yang selalu menatap ke langit.

“Irinaaa? Huft gua kira lu kabur kali dari kamar” ucapku ke Irina

“Gimana cara nya gua kabur kalo badan gua aja lemes begini Nan” sahut Irina

“Bener juga sih, boleh gua duduk disebelah lu?” tanyaku ke Irina

“Kaya sama siapa aja Nan, biasanya juga lu langsung duduk tanpa nanya ke gua”
jawab Irina

“Iya sih cuma gua bingung dari tadi lu ngomong ke gua tapi mata lu ke langit terus,
ada apa Rin?” tanyaku ke Irina sambil duduk di kursi sebelahnya

“Nggapapa Nan, sore ini kaya nya langit bikin tenang aja, tadi siang ngga setenang
ini, saat di kampus gua ngerasa semua nya kacau aja Nan” jawab Irina

“It’s okay now… at least now I’m here Irina” ucapku

“Yeah but when I saw you with her, I felt so sad” ucap Irina

“Her? You mean Sindy? We’re just a friend, Irina… No more” sahutku

“We?” tanya Irina

“Maksud gua, gua sama Sindy, Na” jawabku

33
“I hope so” ucap Irina

“Anyway gua bawa buah apel, buah kesukaan lu, sama yoghurt nih” ucapku
sekaligus mengalihkan pembicaraan

“Yoghurt nya rasa blueberry?” tanya Irina

“Pasti dong” jawabku

“Gua ambil gelas ya” ujar Irina

“No, gausah… gua aja yang ngambil” ucapku

“Baik deh, itu aja tuh yg di meja lampu samping kasur gua” ucap Irina

“On it, princess” ucapku sambil berjalan mengambil gelas

Tiba-tiba…

“Anan gua telpon mama lu nih, gua nemuin rokok di peper bag belanjaan lu” ucap
irina dengan sedikit kesal

“Eh jangan anjir, itu buat di kosan hahaha” ucapku dengan tertawa

“Yehh yaudah yang penting jangan disini ya” ucap Irina

“Siapppp Rin tenang aja” ucapku dengan sedikit tersenyum

“Yaudah cepet sini gua mau minum yoghurt nya” seru Irina

“Iya iya nih gelas nya” ucapku sambil kembali duduk dan mulai menuangkan yoghurt
ke gelas Irina

“Loh 1 doang? Lu nggak mau?” tanya Irina

“Ngga Rin, nanti aja kalo gua mau tinggal gua ambil sendiri” jawabku

Irina mulai mengambil gelas yang telah kutuangkan yoghurt dan tanpa basa-basi dia
pun langsunh meminumnya.

“Wooowwww, deze yoghurt is zo vers!!!” ucap Irina dengan ekspresi gembira

“Ya, gua paham lu suka yoghurt, tapi gua ngga paham lu ngomong apa Rin” ucapku
dengan ekspresi bingung

34
“Hahaha arti nya tuh yoghurt ini seger banget, itu tuh bahasa Belanda” jelasnya

“Lah sejak kapan lu belajar bahasa Belanda?” tanyaku

“Heh kita udah temenan dari kecil, kita satu kampung kita biasa main tiap hari dan lu
lupa kalo bokap gua tuh orang Belanda?” tanya balik Irina

“Oh iyaaa, gua lupa hahaha… Ya maklum lah ini pertama kalinya juga gua denger lu
ngomong pake bahasa Belanda” jawabku

“Oh ya, kita temenan udah lama, tapi gua belum tau alasan lu kuliah di sini tuh
karena apa, kenapa coba kasih tau gua” ucapnya dengan ekspresi bertanya-tanya

“Lu yakin mau tau?” tanyaku

“Ya yakin lah” jawabnya

“Ya alasan gua sih karena Universitas Sejahtera ini kan kampus yang bagus, terus
juga jaraknya masih bisa terbilang deket lah ya sama kampung, jadi kalo ada apa-apa
ya gua bisa balik ke kampung” jelasku

“Yakin itu doang? Gua ngga percaya loh, soalnya lu tipikal orang yang paling males
ninggalin rumah, apalagi jarak lu sekarang ke rumahlu disana itu terbilang lumayan
karena buat kesana lu harus naik bis dan waktuk tempuh nya kan bisa 6-7 jam,
apalagi coba alesan lu?” tanya Irina dengan sikap seperti Polisi yang sedang
menginterogasi pelaku kriminal

“Hmm, oke oke… Sebenernya gini Rin, kita kan dulu sekolah bareng terus, dari TK
sampe SMA kita bareng terus, dan pas kelas 3 SMA keluarga lu pindah kesini dan
selama 1 tahun itu gua kesepian di sana, saat lu ngabarin gua di Chat bahwa lu mau
masuk ke Universitas Sejahtera ini, gua langsung memberanikan diri aja buat
merantau kesini, so I won’t get alone without you, that’s all.” Jelasku

“Serius Nan?” tanya Irina dengan mata yang berkaca-kaca

Suasana menjadi sangat canggung, waktu seolah berhenti sangat lama, kami berdua
menjadi saling bertatapan.

“Oh ya, Nan gimana luka di tangan lu?” tanya Irina yang memecahkan suasana

“Oh… Ini, masih agak sakit sih, Cuma berkat lu yang tadi sianh udah ngobatin dan lu
perban kaya gini, ya gua yakin aman lah” jawabku

“Semoga cepet sembuh ya Nan” ucapnya

“Iya, btw besok lu nggak usah masuk dulu aja, lu kan masih kurang fit” ucapku

35
“Iya iya, kalo besok gua masih kurang fit gua nggak maksain kok” jelasnya

“Yaudah deh gua balik dulu ya, gua nggak ngabarin temen-temen yang lain soalnya
kalo gua kesini, takutnya mereka bertanya-tanya, lagian udah mau petang juga, lu
istirahat ya” ucapku

“Iya Anan, makasih ya udah kesini, udah nemenin gua, lu hati-hati di jalan ya”
ucapnya

Setelah berpamitan dengan Irina, akupun turun dari kamarnya ke lantai 1 rumahnya
dan berpamitan dengan ibunya. Setelah berpamitan aku pun meninggalkan
rumahnya untuk kembali ke kosan untuk melakukan aktifitasku yang lain.

Akupun sampai di kosan, saat itu Alfian, Yoga dan Sahrul mungkin sedang berada di
kamarnya masing-masing, jadi aku putuskan untuk langsung ke kamarku dan
bergegas membersihkan diri. Namun, setelah sampai di kamar, bukan nya bergegas
mandi, aku malah tergeletak di kasur.

Tiba-tiba aku berpindah di tempat yang gelap gulita, tanpa ada cahaya penerang.
Tubuhku yang dalam posisi terlentang pun bangun dan mencoba mencari tau
dimana sebenarnya aku berada. Aku mulai berjalan dan mengitari tempat yang luas
itu, tempat itu sangat luas namun sangat sulit untuk di telusuri karena banyaknya
ranting-ranting pohon yang menghalangi. Namun, aku terus berjalan tempat itu
sampai pada akhirnya aku melihat sebuah tugu yang menarik perhatianku, karena di
tempat seperti ini bagaimana ada tugu sebesar dan setinggi itu. Aku mendekati tugu
itu, dan menelusuri sekitaran tugu itu dengan harapan mendapatkan jawaban
dimana sebenarnya aku berada. Aku pun menemukan sebuah pintu yang menurutku
itu adalah pintu masuk kedalam tugu tersebut. Namun, ketika aku hendak membuka
pintu itu, seketika pintu itu terbuka dengan sendirinya, langkahku perlahan mundur
untuk menjauhi pintu itu. Tapi tiba-tiba aku terseret dan tersedot ke dalam tugu itu,
aku berpegangan pada gagang pintu itu selagi tubuhku tersedot kedalam tugu itu,.
Namun peganganku tetap kalah dengan arus yang menyeretku kedalam tugu, aku
tak dapat melakukan apa-apa sampai akhirnya aku benar-benar tersedot masuk
kedalam tugu. Arus yanh menyeretku pun akhirnya berhenti dan aku tanpa
keseimbangan yang membuatku harus berguling-guling dengan jarak 5-7 meter.

Aku pun berhenti berguling karena aku menabrak sesuatu,dengan posisi tengkurap
tentu aku tak tau apa yang kutabrak, yang pasti saat ini aku memastikan apakah
tubuhku baik-bain saja. Ternyata tubuhku masih utuh, walaupun semua nya terluka
dan terasa sangat sakit. Perlahan aku mulai memberanikan diri melihat sesuatu yang
kutabrak tadi, dan ketika aku menolehkan kepalaku untuk melihat hal tersebut, aku
kaget bukan kepalang… Hal pertama yang aku lihat adalah sebuah kaki manusia, hal

36
itu membuatku kaget dan sontak aku memaksakan diri untuk bangun. Aku pun
menoleh ke arah sebaliknya dan bersiap untuk meninggalkan kaki tersebut, tapi aku
masih penasaran, karena tidak mungkin sebuah kaki manusia bisa menahanku saat
aku berguling-guling tadi.

Akhirnya perlahan-lahan aku menolehkan pandanganku kembali ke kaki tersebut,


dan benar saja ternyata itu bukan hanya sebuah kaki, tapi juga sebuah gundukan
tanah dan bongkahan batu-batu yang besar, aku mulai mencoba melihat lebih ke
atas lagi. Namun, seketika aku menjerit ketakutan, karena yang kulihat diatas
gundukan itu adalah gunung mayat dan beberapa dari mereka adalah Alfian, Sahrul,
Yoga, Icha, Vina dan Irina. Tubuh mereka kaku dan sangat pucat, dengan mata yang
melotot dan mulut yang terbuka lebar. Teriakan dan tangisanku tak kunjung henti,
aku tak dapat menahan amarah dan kesedihanku atas apa yang terjadi pada mereka,
akupun tak dapat meninggalkannya begitu saja. Aku mulai mendekati mereka,
menaiki gundukan tanah, batu, dan mayat-mayat tersebut. Aku pun sampai di
gundukan mayat teman-temanku, aku melihat wajah mereka, mereka telah mati
dengan sangat sadis, mata mereka yang melotot itu mulai mengeluarkan air mata
yang amat banyak, aku pun semakin keras berteriak. Sampai kulihat wajah Irina yang
malang itu, menyentuh wajahnya yang telah dingin, tubuhnya yang tak berdaya itu
membuatku terdiam sejenak.

Namun, seketika aku mendengar suara tawa bahagia seseorang yang kuyakini itu
adalah suara lelaki, kepalaku terasa sangat berat, darahku mulai mendidih, hampir
saja aku mengeluarkan kata dari mulutku, tapi tiba-tiba sebuah kata terucap dari
mulut Irina yang telah terbujur kaku itu. “Naann….” Aku tak kuasa mendengarnya,
aku mulai menangis lagi dan saat itu juga tiba-tiba tubuhku terseret lagi ke arah
yang berlawanan. Ya, aku kini terseret keluar, aku tak bisa menahan nya dan aku
hanya bisa berteriak memanggil Irina yang telah meninggal itu.

Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku, dengan nafas yang terengah-engah, dan
keringat yang membasahi sekujur tubuh.

“Huft… huft… huft… Syukur deh cuma mimpi, tapi kok berasa nyata banget ya, ah
yaudahlah…Mendingan mandi aja” ucapku dalam hati.

Akupun bergegas dari tempat tidur, mandi dan membersihkan luka di tanganku.
Setelah selesai, aku melihat jam dinding di kamarku, dan ternyata sudah pukul 8
malam. Aku keluar kamar, turun ke lantai bawah dan sesampainya di bawah, aku
mendengar tawa bahagia dari Alfian, Sahrul dan Yoga di depan kosan, alangkah
bahagianya aku karena ternyata yang telah kulalui hanyalah sebuah mimpi. Akupun
bergegas keluar untuk menemui mereka.

“Eh Anan, gua fikir lu masih tidur” ucap Yoga

37
“Tau si tumbenan lu masih petang udah tidur aja” sahut Sahrul

“Dah sini duduk, gua bikinin kopi dulu ya” sahut Alfian sambil bergegas masuk ke
kosan dan membuatkan kopi

“Oh, ya Al, makasih loh langsung dibikinin kopi gini” ucapku dengan perasaan
bahagia

“Eh iya Nan, tadi lu kemana ya abis dari kampus? Tadi lu doang soalnya yang gak ada
di kosan” tanya Yoga

“Gua abis ke rumah Irina tadi, ngecheck aja kondisi nya Irina” jawabku

“Kerumah Irina? Wihhh 18+ nih? Ngaku luuuu” tanya Sahrul

“Goblok, ngga gitu lah, gua sama Irina itu temenan dari kecil, ya gak mungkin lah gua
sama dia begitu, ngaco lu… Lagian Irina juga kondisinya lagi sakit gitu” jawabku

“Berarti kalo ngga lagi sakit, lu berdua pasti melakukan dong?” tanya Yoga

“Ya ngga gitu juga konsepnya anjirrrr” jawabku

“Bahas-bahas 18+ gua ikutan dong” sahut Alfian yang tiba-tiba datang dengan
membawa secangkir kopi untukku

“Apaan si lu ngga diajak bodoh” seru Sahrul

“Jehh, oh iya Nan, nih kopi lu” ucap Alfian sambil memberikan kopi

“Wih suwun pol yo Al, awakkmu baik tenan loh” ucapku

“Gua gak paham bahasa jawa, jancok” seru Alfian

“Artinya makasih Al, lu baik banget, gituuu” ucapku

“Oh gitu, oke sama-sama jancok” ucap Alfian

“Asu lu cak cok cak cok mulu” ucapku

“Bahasa jawa yang dia tau itu doang Nan, itu juga kan lu yang ngajarin” sahut Sahrul

“Nah itu lu tau Rul” ucap Alfian

“Hedeehhh, eh btw btw ada yang mau gua ceritain nih” ucapku sambil
mengeluarkan sebungkus rokok di saku celanaku

“Yaudah cerita lah, tapi soal apa nih?” tanya Yoga

38
“Ntar gua bakar rokok dulu” ucapku sambil membakar rokok

“Nah yaudah gua juga bakar rokok dulu biar enak dengerin nya” sahut Sahrul

“Gaada hubungan nya rokok sama dengerin jancok” seru Alfian

“Ya kan biar konsentrasi dengerin nya” ujar Sahrul

“Oke, ini tentang mimpi gua tadi pas gua ketiduran….” Jelasku

Aku pun mulai bercerita tentang apa yang aku alami di mimpi tersebut dengan detail
dan apa ada nya.

Di waktu yang sama di tempat yang berbeda.

Dimalam yang tenang dan damai ini Aku sedang mencuci piring di wastafel dapurku
sambil mendengarkan musik dengan earphone di telingaku. Namun tiba-tiba aku
seperti mendengar ada orang yang memanggilku, lantas ku lepaskan earphone di
telinga kananku, aku memastikan apakah ada yang memanggilku atau tidak.
Ternyata tidak ada siapapun yang memanggilku, jadi aku putuskan untuk memasang
kembali earphoneku ke telinga kananku.

Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang berjalan di belakangku, aku mencoba
untuk tetap berfikir positif, karena mungkin ini hanya perasaanku saja, aku tetap
mencoba menyelesaikan cucian piringku dan kembali ke kamar.

“Huufftt, selesai juga cucian nya, dah ah ke kamar dulu” ucapku dengan lega

Akupun berjalan menuju ke kamarku yang juga berada di sebelah kamar Vina, di
depan kamar Vina, aku mengetuk pintu nya untuk memastikan apakah dia sudah
tidur atau belum.

“Tok tok tok……”

“Vin, udah tidur belum?” tanyaku sambil mengetuk pintu kamarnya.

“Belum Cha, dikit lagi nih gue lagi nyelesaiin drakor, tanggung nih episode terakhir,
kenapa?” tanya Vina

“Gapapa Vin, mau mastiin aja” jawabku

“Oh ya Cha, earphone lu dipake nggak? Earphone gue rusak, gue udah minta Sahrul
beliin tapi kata dia besok aja dia beli nya” tanya Vina

39
“Oh, ada nih pake aja” jawabku sambil melepaskan earphone di kedua telingaku,
dan mencabut nya dari handphoneku

“Mana Cha?” tanya Vina sambil membuka pintu kamarnya

“Nih Vin” jawabku sambil memberikan earphoneku pada nya

“Maaciw Ichaaaa” ucapnya sambil menutup kembali pintu kamarnya

Akupun melanjutkan langkahku menuju kamarku.

Sesampainya di kamar, aku menutup pintu dan mematikan lampu kamarku, karena
aku tidak bisa tidur jika lampu menyala. Baru saja aku mematikan lampu, tiba-tiba
ada yang mengetuk pintu kamarku.

“Tok tok tok”

Aku pun menyalakan kembali lampu dan membuka pintu, namun saat ku buka pintu,
tidak ada siapapun di depan kamarku. Aku memutuskan untuk keluar kamar, aku
melangkah keluar dan menutup pintu kamarku.

“Vin? Vinaa?? Lu ngetok-ngetok kamar gue Vin?” tanyaku sambil menoleh ke kiri-
kanan

Tiada jawaban dari Vina, aku pun memutuskan untuk kembali saja ke kamarku,
namun saat ku buka pintu kamarku, tiba-tiba…

“Duarrr….” Suara jendela terbuka

“Duh kenapa kebuka sih jendela” ucapku dalam hati

Aku mendekati jendela itu dan mencoba untuk menutupnya kembali, namun saat
ingin ku tutup, tiba-tiba aku melihat sesosok bayangan hitam menyerupai wanita.
Aku terpaku melihat bayangan itu, tubuhku seakan terhenti, bahkan nafasku pun
terhenti seakan aku lupa cara bernafas, tapi dalam sekejap bayangan itu menghilang
dan aku pun kembali dapat bergerak dan bernafas lagi. Akhirnya ku tutup jendela
kamarku rapat-rapat. Saat aku memalingkan tubuh dan pandanganku, tiba-tiba….

“JANGAN BERI TAHU SIAPAPUN!!!!!” sesosok wanita dengan suara yang berat dan
penampilan penuh darah muncul dihadapanku.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriakanku karena sangat terkejut

Wanita itu tak kunjung lenyap dari pandanganku, sampai akhirnya

40
“Krekkk” suara pintu terbuka

“Icha, Icha lu kenapa Cha?” ucap Vina yang tiba-tiba masuk

“Aaaa, Jangan mendekat, pergiiiiiii” aku yang masih teriak

“Ini gua Vina woyy, lu kenapa Icha, ini guaaaa Vinaa” ucap Vina dengan nada penuh
khawatir

“Oh, Vina? Beneran Vina kan?” tanyaku

“Ya beneran gua, masa gua boongan” jawabnya

“Oh, syukur dehh” ucapku

“Lu kenapa Cha?” tanya Vina

“Gapapa, gua Cuma mimpi buruk aja, Vin” jawabku

Vina memelukku dengan erat.

“Udah santai gua disini Cha” ucap Vina

“Gua boleh ngga tidur bareng di kamar lu semalem aja?” tanyaku

“Yaudah ayo ke kamar gua, udah santai aja, lagian liat lu begini gua juga malah jadi
takut, lu tau kan gua anaknya parnoan, kalo ga di temenin yang ada gua juga ngga
bisa tidur” jawab Vina

Kami pun pindah ke kamar Vina, tak butuh lama bagi Vina untuk tidur lelap, namun
entah mengapa bagiku, sangat sulit untuk sekedar memejamkan mata. Aku terus
berusaha untuk memejamkan mata dan tidur, dan akhirnya aku pun memejamkan
mataku, namun aku merasa seperti tubuhku jatuh dari ketinggian, namun tak
kunjung jatuh ke daratan. Aku membuka mataku, dan yang kulihat ketika aku
membuka mata hanyalah kegelapan, aku melihat di sekitar tapi tak ada siapapun,
bahkan Vina yang tidur di sebelahku pun tak ada, hanya aku yang terlentang di lantai
yang amat dingin ini.

Aku mencoba untuk bangun dan melihat-lihat isi ruangan yang gelap ini, sama sekali
tidak ada penerangan di ruangan ini, jadi aku berjalan sambil meraba dinding-
dinding di ruangan ini. Akhirnya aku menemukan pintu yang sepertinya pintu keluar
dari ruangan Ini, aku buka pintu itu dan ternyata itu adalah pintu untuk masuk ke
ruangan lain.

Di ruangan yang ku masuki ini, tidak ada lampu atau apapun yang menerangi nya,
hanya ada kegelapan dan asap-asap merah pekat yang entah dari mana asalnya. Aku

41
memberanikan diri untuk memasuki asap-asap merah itu, tiba-tiba aku melihat
sesosok perempuan muda, dengan wajah pucat dan tubuh yang penuh darah.
Perempuan itu sedang menangis, aku memberanikan diri untuk mendekatinya.

“Kamu siapa?” tanyaku

Perempuan itu tak menjawab.

“Kamu tau kita dimana?” tanyaku lagi

Dia pun tak kunjung menjawab

“Baiklah, kalo nggak mau jawab” ucapku

“To-Tolong kami….” Sahut perempuan itu dengan sesenggukan

“Kami? Siapa yang kamu maksud kami?” tanyaku

“Aku dan 19 perempuan yang lain” jawabnya

“Dimana mereka?” tanyaku

Perempuan itu hanya diam membatu dan tak berbicara 1 kata pun, aku pun
meninggalkannya dan mencari tau dimana aku saat ini.

Aku melihat ada pintu yang menutup sebuah ruangan, namun seakan cahaya-cahaya
di dalam ruangan itu terlihat melalui sela-sela pintu, aku pun mendekati pintu itu. Di
pintu itu ada tulisan yang bertuliskan ꧋ꦮꦸꦭꦤ꧀. aku tak tau tulisan apa itu dan
bagaimana cara membacanya. Yang pasti hanya ada tulisan itu di pintu depan
ruangan itu.

Aku buka pintu itu dan seketika angin berhembus ke arahku, hembusannya cukup
kencang sampai aku sedikit kesulitan bergerak, namun perlahan hembusan nya
menghilang. Aku mulai berjalan mengitari ruangan yang lumayan besar, aku terus
berjalan dan aku pun melihat ada sebuah meja bundar yang sangat besar, dengan 7
kursi yang mengelilinginya. Sekilas terlihat pantulan cahaya di meja tersebut yang
membuatku penasaran, akupun mencoba untuk mendekatinya. Namun, tiba-tiba
aku mendengar suara teriakan yang dapat kupastikan itu suara seorang perempuan.

“TIDAAAAAKKKKK……”

“TOLOOOOOOOOOONNNGGGG……”

“DI-DIAAAA….”

“SUDAHH…..”

42
“BANGKIIIIITTTTTT!!!!!!!!!”

CHAPTER 6

OVERTURE

“Kukuruyuuuuuuukkkk” suara ayam berkokok tanda bahwa waktu telah pagi.

“Vin, bangun Vin, udah pagi” ucapku sambil membangunkan Vina

“Oh udah pagi ya” ucap Vina yang baru saja bangun sambil mengambil handphone
nya

“Yeh masih pagi Vin udah buka handphone aja lu” ucapku

“Mau ngasih ucapan selamat pagi ke ayang Sahrul lah Cha” ucapnya

“Ya elahhh dia ngebucin dong…” ucapku sambil menepuk kepala nya

“Eh ini ada info dari group Chat kelas gue, PA gue bilang hari ini kampus diliburkan,
dan masuknya besok Cha, cuma buat jaga-jaga korban yang kemarin kena kesurupan
nggak di wajibkan buat masuk” jelasnya

43
“Coba gue liat di group Chat gue deh” ucapku sambil mengambil handphoneku

“Oh iya, di group kelas gue juga Vin” sambungku

“Terus lu masuk nggak? Lu kan kemaren juga salah satu korban kan?” tanya Vina

“Gua tetep masuk kok” jawabku

“Eh ini ada notif berita terkini, judulnya Warga hilang misterius, buka nggak ya?”
tanya Vina

“Di gua juga ada Vin, coba gua buka deh” jawabku sambil membuka notifikasi berita
tersebut

“Eh Vin, banyak warga menghilang di Blok Delta, sejauh ini ada sekitar 20 orang yang
hilang, tapi semua nya perempuan Vin” jelasku

“Loh deket kosan nya Sahrul sama sahabat-sahabatnya dong? Kosan mereka kan di
blok Charlie” tanya Vina

“Coba gue chat di group Chat kita deh” jawabku

Akupun menuliskan pesan di group Chat yang bertuliskan “Guys, di hp kalian ada
notif berita terkini soal yang terjadi di blok Delta nggak?”

“Ting… Ting… Ting….” Suara notifikasi Chat

“Nih si Anan bales Vin, katanya dia liat juga” ucapku

“Waduh, kok bisa ya? Pelaku nya siapa?” tanya Vina

“Mana gua tau Vin, di berita yang gua baca pun sampai saat ini belum di ketahui
pelaku dan motifnya apa” jawabku

Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

“20 perempuan, apa mungkin yang semalem gua mimpi itu bener? Saat perempuan
itu bilang tolong dia sama 19 lainnya?” ucapku dalam hati

Akupun membuka kembali artikel tentang berita 20 perempuan yang hilang itu, aku
scroll berita itu sampai halaman terbawah, dan ternyata ada foto dari 20 perempuan
yang hilang itu.

“Cewe ini…. “

“Cewe yang gua temuin di mimpi semalem” ucapku dengan spontan

44
“Hah? Cewe apa Cha?” tanya Vina

“Nggak Vin, gua kaya pernah ketemu cewe ini aja, tapi mungkin Cuma papasan aja
kali ya” jawabku

“Hah? Dimana ?” tanya Vina

“Ya nggak tau Vin” jawabku yang berniat menutupi mimpi semalam

“Yaudah lah ya mumpung nggak kuliah, gua mau jogging sambil cari udara segar,
ikut ngga?” ajakku

“Ngga deh, gua mau mandi aja nanti mau ketemu Sahrul soalnya” jawabnya

“Oke deh” singkatku

Akupun segera kembali ke kamarku dan mengganti pakaianku dengan pakaian


training, setelahnya aku mulai memakai sepatu dan mulai jogging di sekitaran blok
Beta. Ya blok Beta adalah tempat dimana kosanku dan vina.

Sekitar 10 menit aku berlari kecil ke arah taman blok Beta, akupun akhirnya sampai
di taman. Aku berhenti di taman dan mulai olahraga kecil sambil menikmati udara
pagi yang sangat sejuk ini. Tiba-tiba aku melihat seorang laki-laki memakai baju
training serba hitam dengan sepatu putih biru sedang jogging di sekitar taman. Aku
seperti mengenali lelaki itu, jadi aku putuskan untuk mengikutinya dan mencari tahu
siapa lelaki itu. Akupun membuntutinya, sampai di ujung taman dia pun tiba-tiba
menghilang, aku menoleh ke kiri-kanan mencari lelaki tersebut dan ternyata….

“BAAAAAAAA!!!” lelaki itu mengejutkanku dari belakang

“AAAAAA!!!” teriakku karena terkejut

“Mau kemana lu???” tanya pria itu

“Lohh si Anan, sialan lu ngagetin aja” jawabku sambil menepuk lengannya

“Aduh, sakit woe” ucapnya

“Lagian lu ngagetin gua” ucapku

“Lah lu ngapain ngikutin gua?” tanya Anan

“Gua tadi ngeliat orang jogging tapi kaya familiar gitu, pas ketemu ternyata lu”
jawabku

“Yahh gua udah pede, kirain di ikutin cewe cantik, gatau nya lu Cha” ucapnya
dengan berlagak sombong

45
“Yeh kalo gua tau itu lu, gak bakalan gua ikutin Nan, oh ya btw lu mau kemana?
Tumbenan lu ada di sini?” tanyaku

“Gua mau ke rumah Irina …” jawabnya

“Boong lu, rumah Irina di blok Juliet, ini blok Beta, harusnya lu jogging ke arah blok
Delta sampe Indie, ngapain lu disini?” tanyaku

“Gua belum selesai ngomong anjir, gua mau ke rumah Irina tapi gua fikir nanti aja
deh kasian kan Irina juga badan nya masih kurang fit, jadi yaudah gua kesini aja”
jawabnya

“Btw sahabat-sahabat lu kemana?” tanyaku

“Alfian tadi masih tidur, Yoga tadi lagi main game kayaknya, kalo Sahrul ya lu pasti
tau dia ketemu Vina” jawabnya

“Oh gitu ya” ucapku singkat

“Tiba-tiba gua punya ide deh” ucap Anan

“Apa Nan?” tanyaku

“Irina emang pasti seneng kalo gua jenguk dia ke rumahnya, tapi pasti bakalan jauh
lebih seneng kalo kalian juga ikut” jawabnya

“Maksud lu, kita semua ke rumah Irina?” tanyaku

“Lah iya masa kita berdua doang” jawabnya

“Yaudah, gua chat di group deh buat langsung ke rumah Irina” ucapku

“Jangan!!” ucapnya

“Loh? Why?” tanyaku

“Biar gua chat mereka 1 per 1, biar jadi surprise” jawabnya

“Yaudah terserah lu Nan” ucapku

Anan pun mengirim pesan kepada Sahrul, Yoga, Alfian dan Vina.

“Lu ngechat Vina juga? Buat apa? Kan cukup lu chat Sahrul buat ajak Vina juga pasti
selesai Nan” tanyaku

46
“Lah ya ga begitu Cha, alangkah baiknya kalo di kabarin semua nya” jawabnya

“Loh lu chat siapa lagi itu?” tanyaku

“Sindy Cha, tapi kok pesan nya ngga terkirim nih” jawabnya

“Nan, bukan nya gua ngga suka sama Sindy, Cuma lu tau lah Irina bakal cemburu
banget kalo ada Sindy, jangan dulu deh, lu mah cowo tapi gak pekaan dah heran
gua” ucapku dengan nada tinggi

“Loh kok jadi gua yg diomelin, yaudah gua tarik nih pesan nya” ucapnya

“Lagian cowo kok nggak pekaan” ucapku

“Yaudah gua tinggal sebentar ya, gua mau beli minum, haus gais” ucapnya

Anan pun pergi untuk membeli minum, aku duduk di bawah pohon yang berada di
ujung taman ini untuk menunggunya. Baru saja aku duduk, tiba-tiba tubuhku seperti
dipaku ke tanah, aku tak dapat bergerak sedikitpun, dan hawa merinding yang
sangat dahsyat menjatuhkan keberanianku untuk bergerak, tubuhku tak berdaya
dengan keringat yang membasahi tubuhku.

“Kenapa Icha? Kenapa?” suara perempuan dari balik pohon

“Siapa itu??” ucapku dalam hati

“Kenapa Ichaaaa???” suara nya dengan nada yang hampir memecahkan gendang
telingaku

Ingin rasanya aku berbicara dan menjawab pertanyaannya, namun mulutku seakan
terbungkam tak bisa mengatakan sepatah kata pun. Bahkan kepalaku pun terasa
sangat berat untuk terangkat, rasanya seperti tertindih beban yang amat berat.

“Cha? Cha?? Woiii!!!!” ucap Anan yang tiba-tiba menepuk pundakku

“HAHHH!!! Yaampun Anan, untung lu ngaggetin gua” ucapku dengan merasa lega

“Kenapa lu?” tanya Anan

“Gua di ganggu penunggu pohon ini kaya nya” jawabku

“Ngaco, pagi-pagi gini mana ada setan Cha” ucapnya

“Ih serius gua Nan” ucapku

47
“Alah lu Cuma kecapean aja kali, ni minum, gua beli 2” ucapnya sambil memberikan
minuman yang dia beli

“Iya semoga aja deh” ucapku sambil meraih minuman itu

Kami pun duduk berdua di bawah pohon ini sambil menunggu teman-teman yang
lain datang ke sini.

Setelah sekitar 20 menit menunggu, semuanya pun berkumpul untuk menjenguk


Irina.

“Nah udah kumpul semua kan? Gua pulang ya” ucap Anan

“Gua tampol bolak-balik mau Nan?” ucap Sahrul

“Hahahaha bercanda anjir” ucap Anan

“Oh ya Nan, ini kenapa ketemuan nya di blok Beta sih? Kan bisa kita ketemuan di
telpat yang lebih deket dari rumah Irina” tanya Yoga

“Ya nggak papa dong, suka-suka gua kan gua yang mau hahaha” jawab Anan dengan
tertawa

“Asli Nan, gua sama Sahrul lagi enak pacaran tau tadi tuh” sahut Vina

“Iye iye gua tau, cuma masa iya lu ngga mau jenguk Irina” ucap Anan dengan ketus

“Eh guys guys, kalian ngerasa aneh ngga sih sama Irina?” tanya Alfian

“Aneh kenapa ya?” tanyaku balik

“Ya menurut temen-temen gua, semua yang kesurupan parah kemarin, hari ini udah
pada sehat loh, kenapa cuma Irina aja yang masih sakit coba?” Alfian yang bertanya
lagi

“Secara umum, fisik dan mental manusia itu beda-beda Al, mungkin saat itu fisik nya
Irina memang lagi nggak fit, bisa jadi sebelum kesurupan dia tuh emang lagi nggak
enak body kan bisa” jawab Anan

“Lah iya juga ya Nan” ucap Alfian

“Tapi gua penasaran dah sama kesurupan kemaren, tumben banget gitu, biasanya
kan ngga pernah ada kejadian kaya gitu di kampus” sahut Vina

48
“Hmm iya juga ya, lu tau kejadian nya itu kenapa? Kan lu yang pertama gua temuin
di lokasi kesurupan Rul” tanya Anan

“Ya mana gua tau, tiba-tiba gua dipanggil dosen buat bantu-bantu” jawab Sahrul

“Nah itu yang masih jadi misteri tuh, soalnya ngga ada yang tau sebab nya
darimana” sahutku

“Ihh gue jadi takut ihh kalo bahas beginian” ucap Vina

“Menurut kalian ada hubungannya nggak sih sama kasus orang-orang yang hilang di
blok Delta?” tanya Yoga

“Jawaban nya ya mungkin iya mungkin tidak sih” jawab Anan

“Coba deh kalian buka update terbaru soal orang-orang yang hilang itu” ujar Yoga

“Coba gua aja deh yang buka” ucapku sambil membuka situs berita di handphone

“Coba bacain yang keras Cha” ucap Yoga

“Berita terkini, reporter telah bertanya kepada 5 paranormal di blok Delta, 3


diantara nya berkata bahwa orang-orang yang hilang itu adalah tumbal untuk
seseorang dari masa lampau, dan 2 diantara nya memilih diam tanpa memberikan
sepatah kata. Fakta lain nya, korban yang semuanya adalah perempuan ini berusia
19-21 tahun, dan bebeeapa diantara nya merupakan mahasiswi Universitas
Sejahtera.” Ucapku

“Nah, kan ? Sekarang apa masuk akal kalo kita menganggap 2 peristiwa ini
berkaitan?” tanya Yoga

“Gua setuju sih Yog, soalnya beberapa diantara mereka anak Universitas Sejahtera”
jawabku

“Ya masih bisa si kalo kita bilang itu mungkin cuma kebetulan, cuma firasat gua
bilang itu berkaitan” ucap Yoga

“Firasat gua mengatakan, kita jadi jenguk Irina atau nggak?” sahut Vina dengan
ekspresi jenuh karena pembahasan horror yang membuatnya takut

“Hahahahaha penakut amat, kan ada ayan arul noh” jawab Anan dengan spontan

“Behh setan takut sama gua, Vin” ucap Sahrul ke Vina

“Kok bisa?” tanya Vina

“Iya lah kan gua punya Alfian, yang lebih serem daripada setan” ucap Sahrul

49
“Jancok, gua lagi gua lagi….” Sahut Alfian dengan ekspresi pasrah

Semua nya tertawa melihat ekspresi Alfian.

“Yaudahlah, misteri atau bukan, semuanya bakalan kejawab seiring berjalannya


waktu, tergantung gimana kesiapan kita menghadapi semuanya nanti. Benar kan,
Cha?” Anan yang tiba-tiba bertanya kepadaku

“I-iya Nan, mungkin” jawabku dengan terbata-bata

Suasana menjadi canggung, karena semua bingung mengapa Anan hanya bertanya
kepadaku, seakan ia yang amat sangat tau bahwa aku memang memiliki mata
terkutuk ini.

“Setau gua disini ada toko buah deh, kita bawa buah kali ya buat Irina?” tanya Vina
yang memecah suasana

“Setuju tuh, pinter juga lu Vina” jawab Alfian

“Kalo mau beli paket buah, banyakin apel nya ya, soalnya Irina suka banget apel”
ucap Anan

“Sipaling tau soal Irina ya Nan” sahut Sahrul

Kami pun berjalan menuju toko buah yang tidak jauh dari taman tempat kami
berkumpul.

Setelah 5 menit berjalan, kami pun sampai di toko buah.

“Nah mau beli 1 tau 2 paket buah ya?” tanya Vina

“Kayaknya 1 aja deh Vin” jawab Alfian

“2 aja lah” ucapku

“Guys gua ke toko mainan sebelah sana ya?” ucap Anan sambil menunjuk ke toko
mainan yang berjarak kurang lebih 10 meter dari toko buah

“Lah ada apa Nan?” tanya Yoga

“Lah iya ngapain lu ke toko mainan?” tanya Sahrul

“Kepo dah kalian, yang pasti ada yang mau gua beli” jawab anan sambil
meninggalkan kami

50
Kami pun lanjut memilih buah untuk kami beli.

“Bang ini di bikin 2 paket ya, kalo bisa sih banyakin apel nya bang” ucap Vina ke
penjaga toko buah

“Siap neng, laksanakan!!” ucap penjaga toko buah

“Nih Vin gua tambahin segini” ucap Yoga

“Gua juga nih” ucap Alfian

“Ini gua juga Vina” ucapku

“Nah gitu dong pada peka, hehehe” ucap Vina

“Ini neng, totalnya 150.000 ya neng” ucap penjaga toko buah sambil memberikan 2
paket buah ke Sahrul

“Ini bang uang nya, pas ya bang” ucap Vina

“Oke neng, makasih ya” ucap penjaga toko buah

“Sama-sama bang” ucap Vina

“Dah yuk kerumah Irina” ucap Sahrul

“Terus lu mau ninggalin Anan?” tanya Yoga

“Lah iya Anan belum selesai juga ke toko mainan nya?” tanya Alfian

“Kalo belum disini ya berarti blm dateng Al” jawabku

“Halo, semua nya… Apa kalian merindukanku?” ucap Anan secara tiba-tiba dengan
kacamata hitam aneh, paperbag di tangan kirinya dan sambil melambai-lambaikan
tangan kanannya

“Anjriiiittttt, manusia dari planet mana lu?” ucap Alfian

“Nan lu aneh dah sumpah” ucapku

“Sorry gua lama, abis beli mainan, gua niatnya langsung balik kesini, tapi disebelah
toko mainan itu ternyata toko kacamata, yaudah sekalian gua beli, SO HANDSOME
RIGHT?” ucap Anan dengan nada sok keren

“Terserah lu aja dah nan” ucapku

“Dah lah ayo berangkat” ucapku

51
“Jalan kaki atau naik angkot ya? Soalnya blok Juliet kan rada jauh” tanya Alfian

“Jalan kaki aja lah, mumpung masih pagi juga, anggep aja olah raga” jawabku

“Tapi ini jam 10 Cha, matahari udah mulau panas” tanya Alfian

“Halah lebay bgt lu, dah ayo jalan aja” ucapku

Kami pun berjalan menuju rumah Irina yang berjarak lumayan jauh dari posisi kami
saat ini, meskipun tidak sejauh dari kampus ke rumah Irina, tetap saja ini perjalanan
yang lumayan karena kita semua berjalan kaki.

Setelah berjalan lebih dari 20 menit, kami pun tiba di rumah Iriana.

“Iriana…. “ kami yang memanggil Iriana di depan gerbang rumahnya

“Eh, temen-temen nya Iriana ya? Masuk sini” ucap ibunya Iriana yang membukakan
gerbang

“Halo ibu” salam hangat kami

“Halo, sudah lama ya ndak pada main kesini” ucap nya membalas salam kami

“Oh ya tante, Irina ada di dalem?” ucap Anan

“Lohhh, Anan? Kamu ngapain pake kacamata begitu?” tanya ibunya Irina

“Hehehe biar keren tante, kan mau ketemu Irina” jawab Anan

“Kamu ini ada-ada aja, udah pada masuk gih ke kamar nya… Irina ada di kamarnya”
ucap ibunya Irina

“Baik tante” ucap Anan

Kami pun masuk ke kamar Irina, tepatnya di lantai 2.

“Ibu bikin minum dulu ya” ucap ibunya Irina sambil pergi meninggalkan kami

“Eh, Irina gimana kabar lu?” tanyaku

“Baik-baik aja kok gua, cuma sedikit masih lemes aja” jawab Irina

“Nih Rin” ucap Anan sambil melemparkan mainan dari dalam paper bag nya

“Apa nih?” tanya Irina

52
“Buka aja” jawab Anan

“Wahh rubik, asiikkk” ucap Irina dengan ekspresi gembira

“Sorry gua cuma dapet yang 3x3, tapi gua beli ukuran nya yg agak gedean” ucap
Anan

“Gapapa, gua suka kok” ucap Irina

“Gua kira lu beli boneka barbie Nan, makanya lu rahasiain dari kita” ucap Alfian

“Irina ga suka barbie cok” jelas Anan

“Uhuk, iya deh sipaling tau” ucap Alfian sambil menepuk tangan Anan

“Aduhhh, masih sakit cok tangan gua” ucap Anan kesakitan

“Ehh Anan gapapa ?” ucap Irina yang tiba-tiba memgang tangan Anan

“Uhukkk, iya deh sipaling perhatian” ucap Alfian sambil menepuk pundak Irina

Semua nya tertawa menyaksikan itu.

“Oh ya Rin, kita juga bawa buah, dan sesuai request dari Anan. Banyakin apel nya
karena Irina suka apel” ucapku

“Uhuk…” ucap Alfian

“Apa lu mau ngomong sipaling tau? Gua gelindingin lu Al” ucap Anan memotong
kalimat Alfian

“Hahahaha” semua nya tertawa

“Anak-anak, ini orange juice nya udah jadi” ucap ibunya Irina yang telah selesai
membuat minum

“Wahhh pas banget nih, lagi panas begini cuaca nya” ucapku

“OH JUS JERUK, MENGAPA ENGKAU BEGITU SEGAR DI KALA PANAS BEGINI…” ucap
Alfian

“Harusnya itu dialog gua cok…” sahut Anan

“Oh iya, maaf Nan keceplosan” ucap Alfian

“Oh ya ini lampu nya ngga nyala atau gimana sih? Kok gelap banget perasaan” tanya
Anan

53
“Hmm, lu pake kacamata Nan” jawabku

“Lah iya” ucap Anan sambil melepas kacamata hitam nya yang aneh

“Wah gua baru sadar lu pake kacamata” ucap Irina

“Dahlah, telat Rin, emang cewe tuh gitu nggak pernah menyadari apa yang
dilakukan cowo buat dia” ucap Anan

“Hehehe ya maaf Nan, lu emosian amat” ucap Irina

Kami pun bercanda gurau di kamar Irina, namun tiba-tiba Anan izin keluar untuk
merokok sebentar.

“Gua ke balkon dulu yak, mau udud sebentar” ucapnya sambil meninggalkan
ruangan

“Eh Nan gua ikut dong, gua juga mau liat balkon nya Irina” ucapku

Aku pun mengikuti Anan ke balkon kamar Irina.

“Ada apa Cha? Gua tau maksud lu nemuin gua bukan sekedar mau liat balkon kan?”
tanya Anan sambil membakar rokoknya

“Ketauan yah, iya Nan ada yang mau gua omongin sama lu” jawabku

Aku pun menceritakan semua kejadian yang aku alami di mimpi.

“Gua ngerti, gua juga punya mimpi yang mirip” ucap nya

“Dan selama beberapa hari ini gua di teror terus gila di kosan” ucapku

“Jadi lu bisa melihat mereka?” tanya Anan

“Hah? Lu juga bisa liat mereka Nan?” tanyaku balik

“Nggak, gua ngga bisa melihat mereka, cuma terkadang gua punya feeling kuat soal
mereka” jawabnya

“Dan iya, gua punya mata terkutuk ini, gua bisa melihat mereka” ucapku

“No, that’s not cursed eyes…. That’s a gift” jawabnya dengan santai

“How can?” tanyaku

“Gua kenal seseorang, dia punya mata yang sama, dia lebih tua dari kita, dan dia
banyak ngajarin gua soal kehidupan ini, dia nggak pernah mengeluh soal mata itu

54
tapi dia selalu bersyukur karena tidak semua orang bisa melihat apa yang dia lihat”
jawabnya dengan jelas

“Ya, lu bener” ucapku yang kehabisan kata-kata

“Untuk meja yang lu liat itu, ada gambaran apa lagi?” tanya Anan

“Gua liat bulan, tapi gimana ya jelasin nya… Meja itu tuh atas nya kaya air yang
merefleksikan pantulan dari bulan tapi meja itu bukan air” jawabku

“Bulan ya… Coba nanti lu tanya Yoga deh, karena pasti bulan yang lu liat itu punya
bentuk kan, jadi kaya nya lu bisa tanya ke dia soal bulan” ucap Anan

“Oke deh, thanks ya Nan, dan sorry buat tangan lu, biar gimanapun gua masih
merasa bersalah” ucapku

“Don’t mind, gua tau bukan lu yang melakukannya kok” ucapnya dengan tersenyum

Akupun meninggalkan Anan di balkon dan kembali ke dalam kamar Irina. Sesuai
dengan saran dari Anan, akupun mendekati Yoga untuk bertanya soal bulan. Namun
sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya kepadanya, karena akan
memecahkan suasana tawa di kamar Irina jika aku tiba-tiba bertanya kepada nya
soal bulan.

“Yog, lu free nggak? Ada yg mau gua tanyain ke lu tapi ngga disini” tanyaku ke Yoga
dengan berbisik, karena takut akan memecahkan suasana

“Free sih, yaudah kalo gitu kita balik duluan aja” jawab Yoga

“Guys, gua sama Yoga ada urusan nih, kita duluan ya” ucapku kepada semua nya

“Yeh berduaan nih… Jadian ntar lu lama-lama hahaha” ucap Sahrul

“Jangan gitu dong nanti gua jadi jomblo sendirian disini woy” sahut Alfian

“Loh kok sendirian?” tanya Vina

“Ya kan lu sama Sahrul, Anan sama Irina kan? Gua?” tanya Alfian dengan kesal

“Apaan sih cokk” ucap Irina sambil menepuk pundak Alfian

“Tuh lu aja ngomong nya persis kaya Anan” ucap Alfian

“Woii gua denger yeee!!” sahut Anan dari balkon

“Hahahahaha” semuanya tertawa sambil melihat wajah Irina yang memerah

55
“Dah yaa kita duluan” ucapku sambil meninggalkan kamar Irina dengan Yoga

Aku dan yoga pun meninggalkan rumah Irina.

“Mau dimana nih ceritanya?” Tanya yoga

“Iya ya dimana nih, biasanya di café Q&A tapi kejauhan Yog” jawabku

“Taman di blok Juliet jauh ngga dari sini?” tanya Yoga

“Nggak sih, deket ko malah, yaudah yuk kesana aja” jawabku

Kami pun akhirnya pergi ke taman di blok Juliet dan sesampainya di taman, kami
pun duduk di dekat arena bermain anak. Aku pun mulai bercerita tentang mimpi dan
bulan yang aku lihat disana.

“Pola bulan yang lu liat tuh gimana?” tanya yoga

“Pola nya ya bulat Yog” jawabku

“Oh, full moon…” ucapnya

“Iya gitu deh” ucapku

“Kamu…” ucap pria yang tiba-tiba datang entah dari mana

“Iya kak? Kenapa ya?” tanyaku pada pria itu

“Saya mau bicara sebentar boleh, disana sebentar aja, penting banget” ucap pria itu

Anehnya, aku menurut dan mengikuti pria itu. Meskipun dengan perasaan yang
takut aku mendengarkan pria itu dengan seksama, di sisi lain karena tak terlalu jauh
dari posisi tempat duduk kami, Yoga mencoba untuk mendengarkan percakapan
kami namun pendengarannya terhalang oleh suara-suara motor yang melintas.

56
CHAPTER 7

MOONLIGHT ACROSS SPACE AND TIME

“Baik kak ini nomer saya” ucapku setelah mendengarkan semua percakapan pria itu

“Kalo gitu saya pergi dulu ya, sampai bertemu saat semua nya siap” ucap pria itu
sambil berbalik badan dan meninggalkan ku.

Aku pun segera menghampiri Yoga yang sedari tadi menungguku berbincang dengan
pria tadi.

“Udahan Cha?” tanya Yoga

“Udahan kok” jawabku

“Ngobrolin apa sih? Lama banget gua nunggu” tanya Yoga

“Nanti aja itu kita bahasnya” jawabku

“Oh ya masalah tadi gimana? Lu mau lanjutin ngga yang masalah bulan” tanya Yoga

57
“Iya lanjut, tapi ada sesuatu yang harus gua kasih tau lu, bulan yang gua liat disana
itu bukan bulan yang pernah gua liat sebelumnya” jalasku

“Bentuk nya lu masih inget kan tapi?” tanya Yoga

“Iya, bentuk nya full bulat” jawabku

“Full Moon?” tanya Yoga

“Gua ngga tau nama nya intinya gitu sih” jawabku

“Yang pasti sih itu gerhana, mungkin besok kita bisa pake perpustakaan kampus
buat cari tau fase mana yang lu liat disana” ucapnya

“Boleh sih, yaudah kita bahas besok aja , gua pulang duluan gapapa kan?” tanyaku

“Iya santai, gua juga mau balik ke rumah Irina” jawabnya

Aku berpisah dengan Yoga, dan karena hari sudah sore, akupun memutuskan untuk
kembali ke kosan dan mungkin aku akan beristirahat di kosan. Karena aku cukup
lelah, akupun memutuskan untuk pulang menggunakan transportasi umum.
Angkutan pertama berhenti, namun angkutan itu telah penuh, akhirnya aku kembali
menunggu angkutan berikutnya. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya angkutan
kedua berhenti, hanya ada 2 wanita di angkutan itu, aku pun masuk dan menunggu
angkutan itu membawaku ke Blok Beta.

Akupun sampai di Blok Beta, dan aku mulai berjalan menuju kosan. Namun, di
tengah perjalanan aku bertemu Sindy yang mungkin sedang menunggu seseorang,
aku pun menghampiri Sindy. Saat jarakku dengan nya hanya tinggal beberapa
langkah, tiba-tiba aku terpaku dan seakan waktu berhenti, tubuhku merinding hebat
walaupun saat itu hari masih sore.

“Icha…” ucap Sindy yang tiba-tiba menepuk pundakku

“Eh… Sindy” ucapku yang akhirnya bisa kembali bergerak

“Kamu kenapa Icha?” tanya Sindy

“Gapapa Sin, aku cuma lagi bengong aja” jawabku

“Lagi jalan jangan bengong Icha, bahaya” ucapnya

“Ehehehe iya Sindy, makasih ya udah diingetin” ucapku

“Iya Icha sama-sama” ucapnya

58
“Kamu mau kemana Sin? Nunggu orang?” tanyaku

“Ngga kok, aku lagi liat-liat aja Icha, siapa tau aja ada kosan yang kosong” jawabnya

“Loh, kamu mau ngekos? Bukan nya rumah kamu deket ya?” tanyaku

“Iya rumah aku deket sih dari kampus, tapi kan kamu tau sendiri masalah yang
terjadi kemarin, di Blok Delta, orang tuaku khawatir, karena kebanyakan korban nya
perempuan yang umurnya 19-21 tahun, jadi mereka suruh aku cari kosan untuk
sementara sampai keadaan disana kondusif” jawabnya

“Bahasa kamu polite banget ya Sin hehehe” ucapku

“Hehehe aku masih nyoba buat menyesuaikan sama kalian kok biar bisa pakai
bahasa sehari-hari kalian” ucapnya

“Oh iya, sebenernya kosan aku juga deket sini loh Sin, mau coba liat-liat nggak?
Kayanya sih ada yang kosong” tanyaku

“Boleh Icha, ayo kita kesana” jawabnya dengan tersenyum

Kami pun berjalan menuju kosan yang aku tempati, tempat nya tidak jauh dari
tempat aku dan Sindy bertemu, jarak tempuh nya hanya sekitar 2-3 menit.

“Ini loh Sin kosan nya, ayo masuk aja” ucapku

“Lumayan ya disini suasananya juga enak” ucapnya

“Oh iya, yang punya kosan nggak tinggal disini, jadi kalau mau perlu kita telpon dulu
biar dia kesini” jelasku

“Oh gitu ya, aku boleh minta tolong hubungin yang punya kosan ngga Icha?” tanya
Sindy

“Ya pasti boleh dong, lagian kita kan temen, ga perlu terlalu kaku” jawabku

“Hehe makasih Icha” ucapnya sambil tersenyum tipis

“Oh iya, aku udah chat yang punya kosan, kita nunggu di kamar aku aja yuk” ucapku
sambil menarik tangan Sindy

“Let’s go” ucapnya dengan ekspresi senang

...

“Nah ini kamarku, duduk aja sini” ucapku

59
“Iya Icha, makasih banget ya udah mau bantu aku” ucapnya

“Eh apa sih Sindy, santai aja ngga perlu kebanyakan makasih, kan udah tugas temen
buat saling bantu” jelasku

“Oke deh okee hehehe” ucapnya

Tidak lama kemudian pemilik kosan pun datang.

“Icha, dimana Cha?” Suara bu Sri dari luar kamar

“Eh itu yang punya kosan Sin, ayo keluar” ucapku sambil berjalan dan membuka
pintu kamarku

“Kenapa Icha tadi chat saya suruh kesini?” tanya bu Sri

“Ini bu, temen saya mau ngekos disini” jawabku

“Oh ini anaknya…” ucapnya sambil menunjuk Sindy

“Iya bu, aku Sindy bu kenalin, aku mau ngekos disini, apa ada yang kosong?” tanya
Sindy

“Loh ya ada, orang di sini saya punya 3 kamar, dan yang ngisi ya cuma Icha sama
Vina doang, masih ada itu yang di samping Vina itu, kamar pertama itu kosong” jelas
bu Sri

“Oh iya untuk harga nya berapa?” tanya Sindy

“Kalo buat mahasiswa ibu kasih 500 ribu aja perbulan” jawab bu Sri

“Oh baik bu, mulai hari ini aku bisa tinggal disini bu? Besok aku baru ambil barang-
barangku, soalnya sudah petang jua” tanya Sindy

“Oh ya boleh nggak apa-apa ko” jawab bu Sri

“Ini ibu uangnya untuk 1 bulan ini ya bu” ucap Sindy sambil memberikan uang kos ke
bu Sri

“Baik, kalau ada apa-apa bisa langsung kirim pesan aja ya di aplikasi Chat, untuk
nomer nya Icha punya kok nomer saya” ucap bu Sri sambil mengambil uang yang di
berikan Sindy

60
Sindy hanya mengangguk sambil tersenyum, sementara bu Sri bergegas
meninggalkan kos-kosan miliknya dan pulang ke rumahnya.

“Sindy aku masuk ke kamar dulu ya, mau mandi nih” ucapku ke Sindy

“Oh ya aku juga deh, oh iya aku lupa minta kunci kamarku sama bu Sri tadi” ucapnya

“Oh, tenang aja Sin, kalo kamar yang kosong kunci nya ada di dalem, gantung ko di
pintu” ucapku

“Oh gitu baik deh, terima kasih ya Icha” ucapnya dengan tersenyum

“Ah ngga usah di fikirin” ucapku

“Ichaaaaaaa” teriak Vina yang baru pulang dari rumah Irina

“Berisik Vin, gaperlu teriak gue denger” ucapku

“Ehhh… ada Sindy, lu nginep di sini?” tanya Vina ke Sindy

“Nggak kok, aku ngekos juga disini” jawab Sindy

“Hah? Serius? Mulai kapan?” tanya Vina

“Baru aja Vin” jawab Sindy

“Wahh, kita harus sering ngobrol berarti kalo malem nih” ucap Vina

“Hehehe, boleh kok tinggal panggil aku aja ya” ucap Sindy

“Btw gua masuk ya, gua mau mandi Vin” ucapku sambil meninggalkan mereka
berdua yang masih mengobrol di ruang tamu depan kamar kami.

Aku masuk ke kamar, mengunci kamar dan memasuki kamar mandi, anehnya aku
merasa sesuatu yang janggal ketika aku masuk ke lamar mandi, aku tidak mengerti
apa yang menjanggal itu, namun rasa nya sungguh sangat aneh, aura di kamar
mandi ini tidak biasa nya.

Aku mencoba untuk tetap berfikir positif, ku ikat rambut panjangku dan mulai
membasuh wajahku di wastafel kamar mandiku, dan setelahnya aku melihat
wajahku yang telah ku basuh melalui cermin di atas wastafel itu. Aku berfikir
mengapa belakangan ini aku merasa sangat cepat lelah dan aku yang biasanya giat
di kampus, mulai sungkan untuk berada di kampus. Tapi, sudahlah aku tak mau
berfikir terlalu panjang, akupun kembali membasuh wajahku dan melihat kembali
wajahku di kaca. Namun, air yang ku gunakan untuk membasuh wajahku tiba-tiba

61
menjadi cairan merah pekat seperti darah, akupun melihat ke arah keran di wastafel
yang masih mengucur, dan benar saja, bukan air bersih yang keluar dari keran,
melainkan darah yang mengalir begitu derasnya.

“AAAAAAAAA……” teriakanku disertai lampu yang tiba-tiba berkedip

Aku sangat ketakutan, aku bergegas membuka pintu kamar mandi, namun pintu itu
tak bisa terbuka, aku terkurung di dalam kamar mandi ini. Dan tiba-tiba…

“Tok tok tok………” suara ketukan pintu yang tak beraturan

Tiba-tiba pintu terbuka dengan sendiri nya, akupun bergegas untuk keluar dari
kamar mandi, dan membuka pintu kamarku yang masih terkunci. Betapa terkejutnya
aku saat aku buka pintu kamarku…

“Waaaaaaaaaaaaa” teriakku

“Lu kenapa si? Ini gua Vina woyyy” ucap Vina

Aku langsung bergegas memeluk Vina dengan erat.

“Vin gua takut Vin, tolong gua Vin” ucapku yang menangis histeris

“Takut apa? Ada gua di sini kok” ucap Vina sambil mengelus rambutku

“Ada apa Icha?” tanya Sindy yang tiba-tiba datang

“Ngga tau nih Icha dari tadi teriak-teriak di dalem” jawab Vina

“Ya ampun, yaudah ayo duduk dulu di sofa ruang tamu, aku ambilin air putih dulu”
ucap Sindy sambil berjalan mengambil air putih.

Sementara itu, Vina membawaku ke sofa di ruang tamu, dan tidak melepaskan
tangan nya dari pundakku. Aku tak kuasa menahan tangis, mengingat cairan yang
keluar dari keran dan melumuri wajahku saat di kamar mandi tadi.

“Ini Icha kamu minum dulu” ucap Sindy sambil memberikanku segelas air putih

“…..” aku yang tak mampu berbicara berusaha untuk meraih gelas yang di berikan
Sindy

“Malem ini lu tidur sama gua aja ya Cha” ucap Vina

“….” Aku hanya menganggukkan kepala

62
Akhirnya setelah meminum air putih, aku dituntun oleh Vina dan Sindy ke kamar
Vina. Pelan-pelan akupun menceritakan kejadian yang aku alami tadi ke Vina dan
Sindy.

“Ih serius Icha? Ah gua jadi takut kan” tanya Vina

“Gua serius Vin” jawabku

“Eh kok aku juga jadi takut ya, aku ikut tidur sama kalian boleh nggak malam ini?”
tanya Sindy

“Boleh kok boleh, lebih baik kalo kita sama-sama” jawab Vina

Kami pun memutuskan untuk tidur bersama di kamar Vina.

“DONGGGG!!!!!!” suara misterius yang terdengar begitu kencang hingga


membuatku bangun, namun aneh nya ketika aku bangun, aku berada di tempat
yang ku yakini itu adalah tempat dimana aku bertemu dengan gadis-gadis dari blok
Delta yang hilang secara misterius.

Aku sangat takut, namun aku tetap mengatur nafasku agar dapat meringankan rasa
takutku ini. Perlahan aku melangkah maju dan kembali menelusuri tempat itu,
sampai aku di pintu yang bertuliskan ꧋ꦮꦸꦭꦤ꧀ dan ketika ku buka hawa nya masih
terasa sama dengan saat terakhir kali aku disini, angin yang berhembus kencang dan
udara yang sangat dingin, itu adalah ruangan dengan meja besar yang memiliki
pantulan cahaya yang sangat amat terang, dan terdapat 7 kursi di sekitarnya.
Namun, tak ada teriakan wanita yang ku dengar saat itu, aku pun terus menelusuri
tempat itu.

꧋ꦏꦼꦩ꧀ꦧꦁ , lagi-lagi aku menemukan tulisan di sebuah pintu yang aku tak bisa
membacanya, yang aku tau adalah aku tidak sedang bermimpi, dan aku semakin
penasaran dengan ruangan itu, akupun membuka nya dengan perlahan.

“Woooosssshhhh!!!” angin yang begitu kencang berhembus dari dalam ruangan itu,
namun berbeda dengan saat pertama kali aku mendatangi ruangan sebelumnya, kali
ini tidak dingin dan tidak terlihat ada bahaya, aku hanya mencium aroma yang sangat
harum dari ruangan ini, dengan begitu banyak bunga berwarna putih yang memenuhi
seisi ruangan yang sangat besar ini. Bagiku ini bukan lah ruangan, karena begitu
besar aku menganggap ini adalah sebuah halaman atau perkebunan yang sangat
indah, namun tetap di selimuti oleh kegelapan.

63
Aku mulai melangkah maju untuk menelusuri tempat itu, namun di langkah ke 3
tiba-tiba aku kembali ke ruangan yang ku datangi sebelumnya.

Disana tentu nya ada meja besar dengan 7 kursi yang mengelilinginya, aku
mendekati meja yang memantulkan cahaya terang entah pantulan dari mana karena
jelas disini tidak ada cahaya setidkitpun selain di meja itu. Dan cahaya dari meja itu
adalah cahaya bulan, karena hanya ada bulan di meja itu, anehnya meja itu terlihat
seperti refleksi bulan di air pada malam hari, terkadang tenang terkadang goyah
karena gelombang air, namun saat ku sentuh, hanya kepadatan dari meja itu yang
kurasakan, tidak ada air tapi terlihat seperti air. Entahlah, akupun bingung.

Dan yang lebih membuatku bingung adalah bagaimana caraku kembali ke tempat
dimana seharusnya aku tinggal.

Baru saja aku berkata dalam hati “kembalikan aku, ke tempat seharusnya aku
berada” tiba-tiba aku melayang dan tertarik ke atas yang juga dengan tiba-tiba
menjadi tidak beratap, hanya pemandangan hitam pekat yang kurasakan saat ini.
Namun, seketika aku berhenti dan terjatuh begitu kencangnya, saking kencangnya
aku tak dapat menggerakan bahkan hanya 1 jaripun, aku pun terjatuh. Saat aku
sadar, aku ada di kamar Vina, bersama dengan Vina dan Sindy yang masih tertidur.

Aku melihat ke arah jam dinding di kamar Vina, dan waktu menunjukan pukul 3 pagi.
Karena merasa masih terlalu pagi, serta tubuhku yang terasa amat sangat sakit,
akupun memutuskan untuk kembali tidur.

64
CHAPTER 8

ONCE IN 195 YEARS ?

Terbangun aku dari tidur yang sangat melelahkan dan dari malam yang sangat
panjang, perlahan akupun bangkit dari kasur Vina, kulihat Vina masih tertidur
dengan begitu nyenyak nya di sebelahku, sementara Sindy….

“Halo, bangun semua nya!!” Sindy yang tiba-tiba datang dari luar kamar Vina

“Loh? Kok rapih banget Sin?” tanyaku

“Kan mau kuliah” jawab Sindy

“Oh iya yaa, udah jam berapa sih?” tanyaku

“Jam 7, kita ada kelas loh jam 8” jawab Sindy

“Aduh lupa, yaudah aku mandi dulu ya Sindy” ucapku

“Oke, aku tunggu di ruang tamu ya” ucapnya

“Vin… bangun… kuliah woy” ucapku sambil membangunkan Vina

65
“Aaaah, apasih… gue nanti siang, hari ini kelas gua mulai jam 10 Cha” ucapnya yang
masih sangat mengantuk

“Oh gitu, yaudah gua pinjem kamar mandi lu ya Vin, boleh kan?” tanyaku

“Hoaaammsss, iyaaa Cha” jawabnya

Aku pun pergi ke kamarku untuk mengambil baju ganti dan handuk. Akupun kembali
ke kamar Viba untuk mandi, karena aku masih merasa takut dengan apa yang terjadi
kemarin.

Aku tiba di depan kamar mandi Vina, aku terdiam sambil memegang gagang pintu
kamar mandi itu dengan tangan yang gemetar. Perlahan ku buka pintu itu sambil
berharap kali ini akan baik-baik saja dan bahkan seterusnya akan baik. Pintu terbuka
lebar dan aku pun masuk kedalam kamar mandi Vina, tentu saja wangi di kamar
mandi ini berbeda dengan milikku, wangi nya jauh lebih harum. Ku akui soal
kebersihan, gaya dan aroma wangi, Vina lah yang terbaik daripada kami bertujuh.

Akupun melepaskan pakaianku dan mulai mandi dengan shower yang ku atur
temperaturnya agar hangat. Air yang hangat ini membuatku sangat menikmatinya,
rasanya semua beban dan perasaan negatif dalam diriku ini menghilang.

Selesai mandi, aku memakai baju yang kuambil di kamarku tadi, dan akupun
berangkat ke kampus bersama dengan Sindy. Kami berdua berjalan kaki karena jarak
dari kosan kami dengan Universitas Sejahtera hanya berjarak 1 blok. Ya, kampus
kami ada di blok Alfa.

Kami pun sampai di gerbang kampus, dan tidak biasanya ada Anan dan Irina di
depan gerbang kampus, sepertinya dia berdua ingin merencanakan sesuatu.

“Sindy, aku mau nemuin mereka berdua dulu ya, kamu mau ikut?” tanyaku

“Hmm aku langsung ke kelas aja deh, salam aja buat mereka, see you Icha” jawab
Sindy sambil meninggalkan aku

“See you too Sindy” ucapku

Akupun menghampiri Anan dan Irina.

“Kalian gak masuk kelas?” tanyaku

“Kelas? Nggak dulu deh, gua sama Irina mau ke café” jawab Anan

“Loh? Skip kelas nih ceritanya?” tanyaku

“Iya nih, kata Anan ada yang mau di bahas” jawab Irina

66
“Dan gua mau lu ikut” ucap Anan dengan wajah yang tiba-tiba serius

“Hah? Serius lu? Kenapa?” tanyaku

“Karena ada yang mau gua bilang juga ke lu” jawab Anan

“Hmm, yaudah deh tapi gua mau ketemu Yoga dulu, ada sesuatu yang harus gua
bahas juga sama dia” ucapku

Tiba-tiba Anan mengeluarkan handphone nya dan menelpon seseorang.

“Yog, lu dimana?” tanya Anan yang ternyata menelpon Yoga

“Di kosan Nan” jawab Yoga dari handphone Anan yang di loudspeaker

“Ke café Yog, ada yang mau di omongin Icha ke lu. Btw, ngga ada kelas kah hari ini?”
tanya Anan

“Ada lah gila, Cuma nanti jam 9, yaudah gua otw nih ke café” jawab Yoga

Anan memutus telpon nya dengan Yoga.

“Done, kita tinggal ke café aja” ucap Anan

Kamipun berjalan menuju café dan meninggalkan kelas hari ini, aku masih bingung
apa yang ingin di bicarakan Anan, tapi aku percaya bahwa dia tidak akan bolos kelas
untuk hal sepele.

Kami sampai di café dan seperti biasa Irina memesan 2 Cappucino untuknya dan
yang pasti untuk Anan, sementara kali ini aku memesan Hot Dark Chocolate. Kami
duduk bertiga dengan hening, Irina yang bermain game Puzzle di handphone nya
dan Anan yang berusaha menyelesaikan rubik yang telah dia acak-acak sendiri,
sementara aku yang terdiam kebingungan melihat situasi yang baru kali ini terjadi,
tidak biasanya mereka nyaman bersama tanpa pembicaraan.

“Woi, kalian kok tumben si pada diem? Lagi pada kenapa sih?” tanyaku yang
memecah suasana

“Gatau, Anan duluan yang main rubik” jawab Irina

“Gua takut kebanyakan ngomong sebelum Yoga dateng, nanti malah gua udah
jelasin ke kalian dan harus gua ulang lagi ke Yoga” jawab Anan

“Ehh itu Yoga dateng” potong Irina

“Bertiga aja kalian? Sahrul sama Vina?” tanya Yoga

67
“Sahrul lagi fokus sama materi Ekonomi makro atau mikro ya tadi dia bilangnya, lupa
gua intinya itu lah” jawab Anan

“Vina tadi belum bangun” jawabku

“Oh gitu ya” ucap singkat Yoga

“Oh ya Cha, tadi lu sama Sindy kan? Kok gak ikut nyamperin gua sama Anan tadi?”
tanya Irina

“Katanya sih menghargai perasaan lu yang cinta banget sama Anan” jawabku

“Apaansi Icha yaampun, kok si Sindy bisa baik banget hahahaha” ucap Irina dengan
gembira

“Nggak deng, dia tadi kata nya pengen duluan ke kelas” ucapku

“Yeh gua kirain beneran dia ngomong gitu” ucap Irina dengan kesal

“Ini gua dari kosan kesini cuma buat liat kalian ngerumpi?” tanya Yoga

“Hehehe gapapa sih” jawab Irina

“Dan anyway, daritadi perasaan ngga ada yang mention Alfian, kemana itu anak?”
tanyaku

“Lah iya gua lupa malah soal Alfian” jawab Anan

“Kasian Alfian, si gendut yang terlupakan” jawab Irina

“Masih tidur dia, salah sendiri semalem begadang nonton bokep sampe jam 3 pagi,
giliran di bangunin ngga mau bangun” jawab Yoga

“Ya ampun, otak mesum” sahutku

“Anyway guys, nih siapa dulu nih yang mau ngomong atau cerita?” tanya Anan

“Lu dulu deh nan, kan lu yang punya ide” jawabku

“Yang lain setuju kalo gua duluan?” tanya Anan lagi

“Gua setuju” jawab Yoga

“Yapss gua juga setuju” sahut Irina

“Oke, sebenernya bukan ke cerita sih, lebih ke pengen nanya, akhir-akhir ini kalian
ngerasa janggal nggak sih?” Tanya Anan

68
“Janggal gimana Nan?” tanya Irina ke Anan

“Ya kaya akhir-akhir ini kalian sering nggak di hantuin atau di tampakin wujud yang
aneh-aneh gitu?” Tanya Anan lagi

“Iya sih gua akhir- akhir ini emang di hantuin terus Nan” jawabku

“Gua sih biasa aja Nan” jawab Irina

“Kalo gua tuh saat kita ngerasa kaya ada gempa di kamar Alfian, lu inget kan Nan?
Dan itu gua yakin 100% bukan mimpi” jawab Yoga

“Hooh, gua inget Yog” ucap Anan

“Menurut kalian, ada gak sih kaitan nya kita yang di hantuin ini sama entah siapapun
di antara kita?” sambung Anan yang kembali bertanya

“Maksudnya?” Tanya balik Irina

“Ya ada yang bilang kalo di hantuin itu kemungkinan nya ada beberapa hal, kaya
mungkin hantu itu marah sama kita, pengen ngusik kita, atau bahkan bisa juga
pengen nyampein sesuatu ke kita” jelas Anan

“Bener kan Cha?” sambung Anan

“Ya, itu bener sih Nan, tapi dalam kasus kita, entah yang mana gua ngga tau Nan,
marah, ngusik atau mau nyampein pesan gua nggak tau Nan” jawabku

“Iyaps, ini yang harus kita cari tau sih sebenernya, tentang apa yang dia mau dari
kita” ucap Anan

“Lu berkata seakan ini mudah Nan” ucap Yoga

“I didn’t say it’ll be easy, I knew that it’ll be so difficult” sahut Anan

“Wait, mba… Long black coffee nya 1 ya” teriak yoga ke pelayan café

“Etdah gua lagi serius” ucap Anan

“Gua belum pesen apa-apa dari tadi anjrit” ucap Yoga

“Oke gua lanjut nanti, nunggu kopi nya Yoga dateng, gua ngga mau ke distract” ucap
anan

10 menit kemudian kopi pesanan Yoga pun datang.

69
“Oke gua lanjut ya, kali ini lebih ke cerita. Jadi, gua pernah mimpi gua ada di tempat
yang gua nggak tau dan di situ gua ngeliat kalian mati, bertumpuk jadi kaya
gundukan tanah gitu loh…” ucap Anan

“Anjirrr serem banget” ucapku dengan kaget

“I hope that it was just a dream” ucap Irina

“Yea me too” sahut Anan

“Balik ke pembahasan tadi, gimana cara kita tau alasan kita di hantui?” tanya Yoga

“Gua belum tau cara nya” jawab Anan

“Ada lagi ceritanya?” tanya Yoga ke Anan

“Gak ada sih, gantian kalian buat cerita” jawab Anan

“Gua, gua mau cerita” ucapku

“Ya silahkan” ucap Yoga

“Tapi pertama soal pembicaraan nya Anan, gua punya asumsi liar kalo mungkin
mereka pengen kasih tau atau nyampein pesan ke kita deh, tapi asumsi ini bukan
tanpa alasan, soalnya sebelum kejadian hilang nya 20 perempuan di blok Delta
tempo hari lalu, itu gua kelempar di alam yang gua juga ngga tau dimana, dan di ditu
gua bertemu salah satu dari 20 korban, dia minta tolong buat di bebasin dan dia
bilang ada 19 orang selain dia, ya itu 19 perempuan yang hilang juga. Tapi, gua ngga
tau cara bebasin mereka, sementara gua pun bingung gua ada dimana dan
bagaimana cara gua menyelamatkan diri gua di alam itu” ungkapku

“Wow, that’s creepy!!” ucap Irina

“Yeaa itu bener-bener serem sih” sahut Anan

“Wait, itu lu sekali doang atau lu pernah kesana lagi?” tanya Yoga

“Lebih dari sekali sih Yog” jawabku

“Lu secara sengaja atau ngga sengaja?” tanya Yoga

“Secara tidak sengaja dong pastinya, karena tadi gua bilang gua pun bingung cara
nyelametin diri gua, artinya ya gua pun ga tau cara keluarnya” Jawabku

“Terus gimana cara lu bisa keluar dan balik ke sini lagi?” gantian Anan yang bertanya

70
“Gak tau Nan, gua selalu keluar dengan tiba-tiba juga, sama kaya pas masuk ke alam
itu” jawabku

“Ada ngga gejala-gejala atau tanda-tanda sebelum lu ke alam itu?” tanya Yoga

“Ya paling gua di hantuin gitu, terus tiba-tiba pas tidur gua tau-tau ada di sana,
bahkan terakhir kali yang parah itu pas gua lagi cuci muka, tiba-tiba air itu jadi cairan
merah kaya darah gitu” jawabku

“Darah?” tanya Irina

“Iya Rin, gua ga bisa mastiin itu darah tapi warna nya ya warna darah” jawabku

“Tapi ada yang bikin gua penasaran, saat di alam itu lu di satu tempat aja atau lu
pindah-pindah?” tanya Yoga

“Pindah-pindah Yog, dan waktu itu gua pernah cerita ke lu kan kalo disana gua liat
bulan, makanya gua mau ngomongin ini ke lu, karena terakhir kali gua kesana, gua
liat bulan itu lagi” jawabku

“Hmm gitu Cha” ucap Yoga

“Wait, ceritain lebih detail soal alam dan tempat yang lu datengin dong” tanya Anan

“Oke, awalnya pas pertama kali itu gua terlempar di alam yang barusan gua ceritain,
dan yaa di waktu itu gua tiba-tiba aja ada disana, terus ya gua ketemu sama salah
satu dari korban hilang di blok Delta itu, dan template aja namanya ketemu orang
baru, gua nanya dong dia siapa, tapi dia ngga jawab pertanyaan gua, gua tanya lagi
kalo kita tuh lagi dimana, dia diem, terus gua niatnya mau ninggalin dia, eh tapi dia
tiba-tiba minta tolongin dirinya sama 19 orang lain nya, terus ya selebih nya dia
cuma bilang tolong kami, gua tanya kami nya siapa aja dia ngga jawab, yaudahlah
gua tinggal. Dan abis itu gua explore kan tempat itu sambil gua nyari jalan keluar,
gua malah nemu ruangan yang tulisan nya gua ngga ngerti, tapi kaya nya gua inget
sih nanti gua tulis deh. Nah gua pun masuk dan gua nemuin meja gede banget ada 7
bangku di sekelilingnya, tapi meja itu terang banget dah intinya, terus tiba-tiba ada
teriakan minta tolong, terus dia telah bangkit gitu kalo ga salah” ucapku

“Terus gimana lagi Cha?” tanya Irina

“Ya gua tiba-tiba bangun, balik lagi gua ke kasur” jawabku

“Terus terakhir kali kesitu kapan?” tanya Anan

“Semalem” jawabku

“Ceritain lagi coba” ucap Yoga

71
“Oke, terakhir kali gua kesana itu ya gua tiba-tiba di ruangan itu lagi, tapi kali ini gua
samperin tuh meja, dan disitu ya bener ada kaya pantulan bulan gitu, kaya lu kalo
liat di photography kan ada tuh yang orang foto perairan dan ada refleksi bulan nya,
nah kaya gitu kadan goyang kena arus kadang tenang, dan yang aneh nya begitu gua
pegang tuh meja ya rasanya kaya megang meja aja ngga kaya megang air, padahal
jelas-jelas yang di mata gua itu moon reflection, bulan nya keliatan gede banget dan
terang banget. Tapi gua telusurin lagi dah tempat lain nya, dan gua nemuin lagi
ruangan yang di pintu nya ada tulisan yang beda tapi model nya sama kaya di pintu
pertama itu. Tapi, di ruangan itu gelap, cuma ada bunga yang banyak dan luas
banget kaya kebun gitu, tapi anehnya bunga itu terang banget, pokoknya putih
terang, jadi walaupun ruangan nya gelap, gua tetep bisa liat dengan bantuan cahaya
dari bunga itu, dan ya I came back to Vina’s bed. Tamat” ucapku

“Het was heel eng, maar maakte me nieuwsgierig” ucap Irina

“Apaan lagi sih artinya, kalian ngomong Inggris aja gua pusing sekarang lu ngomong
pake bahasa yang gua nggak ngerti” sahut Yoga

“Hehehe, itu artinya sangat menakutkan tapi membuatku penasaran, bahasa


belanda hihi soalnya gua lagi sering ngomong pake bahasa belanda, gegara bokap
lagi disana dan keluarga disana nelpon kan dan ngobrol deh” jelas Irina

“Well, stay focus guys. Sekarang yang bikin gua penasaran itu gimana tulisan yang lu
liat disana, bisa lu tulis?” tanya Anan

“Well bisa, tapi gatau sama atau nggak, soalnya ingetan gua samar-samar” ucapku

꧋ꦮꦸꦭꦤ꧀

“Itu tulisan di pintu yang ada diruangan pertama” ucapku

꧋ꦏꦼꦩ꧀ꦧꦁ

“Itu tulisan di pintu ruangan kedua, entah mirip atau nggak, ingatan gua rada samar”
ucapku

“Wait, kayaknya gua bisa baca tulisan-tulisan ini. Buat yang pertama ini, Wa
sandhangan suku atau U, jadi Wu, terus ini La, ini Na, Wulana, dengan sandhangan
paten, jadi tulisan ini dibaca Wulan” jelas Irina

“Hah? Gimana caranya lu bisa baca ini Rin?” tanya Yoga

“Ini Aksara Jawa, atau kita biasa bilangnya Ha Na Ca Ra Ka” jawab Irina

“Lalu yang kedua ini coba baca lagi Rin” ucap Yoga

72
“Oke, tapi ini agak rumit sih, disini ada Ka dan sandhangan pepet atau ê, jadi Kê, dan
ini huruf yang di bawah agak ribet deh, sebentar gua inget-inget dulu, ohhh ini
pasangan Ba, dan yang di atas itu Ma, sedangkan yang mirip koma diatas ini
sandhangan cêcak atau Nga” ucap Irina yang masih berfikir

“Hah? Kêbamanga gitu? Apa coba artinya?” tanya Yoga

“Bukan, bukan gitu cara baca nya, ini dibaca Kêmbang, karena sandhangan cêcak itu
buat kata yang mati, kaya kijang, sedang, dan lain nya yang berakhiran ng,
sedangkan Ba di sini adalah pasangan buat menyambungkan huruf Ma ini, jadi ini
dibaca Kêmbang” jelas Irina

“Gokil, darimana lu belajar ini Rin?” tanyaku

“Well, gua suka banget sama sejarah” jawab singkat Irina

“Oke, we got it now. Tapi maksud dari semua ini apa? Dari cerita Icha, cukup
nyambung sama tulisan aksara jawa disini, kaya ruangan Wulan, berisi ruangan yang
berhubungan dengan Bulan. Dan Kêmbang, berisi ruangan yang di penuhi oleh
bunga” ucap Anan

“Wait, dari semua kejadian yang gua alami, gua melihat bulan besar, bunga, dan
darah pas gua di kamar mandi kosan gua” ucapku

“Big moon, flower, blood” ucap Anan

“Yeh udah pake bahasa Indonesia malah di translate ke English” ucapku

“Thanks Nan!!” sahut Yoga secara tiba-tiba

“Hah? Maksud nya?” tanya Anan yang heran

“Kalo dari cerita Icha, objek utama yang di bahas pertama kali itu bulan kan ya, coba
kalo kita anggap aja bulan disini adalah objek utama, dan dari apa yang gua pelajari,
ada yang namanya Flower Moon, yaitu Bulan Bunga, ada Blood Moon, Bulan Darah,
dan itu bukan big moon Nan, tapi Super Moon” jelas Yoga

“Lalu? Apa kita harus satuin? Dari di ruangan pertama, Super Moon, lalu Flower
Moon, dan Blood Moon? Atau gimana?” tanya Irina

“Iya tapi…” jawab ragu Yoga

“Tapi?” tanyaku

“Gak mungkin kalo itu Super Flower Blood Moon” jawab Yoga

73
“Kenapa ngga mungkin Yog? Bukan nya pembahasan kita soal mistis ini juga
terkesan ngga mungkin dan ga masuk akal?” tanya Anan

“Masalah nya peristiwa itu terjadi 195 tahun sekali” ucap Yoga

“Dan kapan akan terjadi lagi?” Tanya Anan

“Coba gua cek website Geografi dan Antariksa” ucap Yoga

“Oke coba cek” ucapku

“Disini disebutkan bahwa itu akan terjadi di pertengahan bulan, tanggal nya 7 hari
dari hari ini” ucap Yoga

“Oke, nanti malam kita diskusiin lagi bareng yang lain, biar lengkap” ucap Anan

“Loh Anan ada disini? Eh ada Irina juga? Kalian berdua masih saling bersama ya?”
tanya seorang pria yang tiba-tiba menghampiri kami

“Loh, kak? Kaka bukan nya….??” Tanyaku dengan terkejut

74
CHAPTER 9

SUPER FLOWER BLOOD MOON

Seorang lelaki yang tiba-tiba datang adalah orang yang pernah bertemu denganku
dan Yoga di taman dekat rumah Irina. Aku tak tau apakah ini sebuah kebetulan atau
memang dia berencana menemuiku saat ini. Namun, menurutku jika ingin
menemuiku mengapa harus saat aku sedang berkumpul dengan teman-temanku.
Dan lagi, bagaimana bisa dia mengenal Irina dan Anan, bahkan ia menyapa mereka
seakan mereka sanga akrab.

“Loh mas kok ada disini mas?” Tanya Anan

“Iya mas udah lama nyari kosan kamu tapi nggak ketemu-ketemu” jawab pria itu

“Loh mas kenapa nggak coba hubungin aku atau Anan aja mas?” Tanya Irina

“Itu dia masalahnya Rin, mas kan ga punya nomermu, trus si Anan setiap di telpon
tuh ngga pernah di angkat” jawab pria itu

“Ya kan mas tau aku paling ngga mau angkat dari nomer tidak di kenal, salah mas
sendiri kenapa nomernya di privasiin” ucap Anan

“Iya iya mas yang salah deh” balas pria itu santai

“Ngga berubah ya mas, masih ngalah terus jadi orang hehe” ucap Irina

75
“Tunggu-tunggu, ini kok mas mas sih? Kalian kenal dia?” tanyaku pada Irina dan
Anan

“Ya masa gua ngga kenal sama abang gua sendiri Cha” jawab Anan

“Iya ini mas Aris, abang nya Anan. Emang kenapa ya Cha?” tanya Irina

“Soalnya gua pernah ketemu dia Rin, Nan” jawabku

“Iya, gua inget dia yang waktu itu ngobrol sama lu di taman blok Juliet kan ya Cha?”
tanya Yoga

“Iya Yog” jawabku

“Oh jadi kalian saling kenal ?” tanya mas Aris

“Kenal mas, ini temen-temenku” jawab Anan

“Wah, kebetulan banget ya. Irina kamu makin serasi aja nih sama Anan” ucap mas
Aris

“Eh, apa sih mas jadi malu kan” ucap Irina

“Oh ya, btw darimana mau kemana mas?” tanya Yoga

“Iya saya niat nya tadi masih nyari kosan nya Anan, dan kebetulan ada café disini,
jadi saya mau ngopi dulu, eh gak nyangka malah ketemu disini” jawab mas Aris

“Jauh-jauh dari kampung ke sini, pasti ada perlu yang penting banget ya mas?” tanya
Anan

“Iya nanti deh, mas pesen kopi dulu ya Nan” jawab mas Aris

Mas Aris pun pergi ke kasir untuk memesan kopi.

“Oh ya Cha, Yog, kalian pernah ketemu abang gua, ngomong apa aja dia?” tanya
Anan

“Wah gua ngga tau Nan, dia ngomongnya sama Icha bukan sama gua, gua sempet
mau nguping tapi ga kedengeran karena banyak suara motor” jawab Yoga

“Iya dia bahas sesuatu yang mirip-mirip sama apa yang lagi kita bahas Nan” jawabku

“Mistis?” tanya Anan

“Iya nanti aja deh kalo abang lu udah kesini lu tanya sendiri” jawabku

76
“Ada apa nih? Lagi ngomongin saya ya? Hahaha” ucap mas Aris yang tiba-tiba datang
setelah memesan kopi

“Apa sih mas nyambung aja heran” jawab Anan

“Nah tuh kebetulan ada abang lu minta kasih tau aja sekalian” ucapku

“Jadi gini mas, Icha sama mas kan pernah ketemu dan bahas soal mistis, aku mau
tanya apa aja sih yang kalian bahas waktu itu soalnya kita semua penasaran, aku
tanya Icha katanya ya bahas soal mistis” ucap Anan

“Ayo dong mas kasih tau kita” sambung Irina

“Ya jadi gini ceritanya, malam itu saya lagi duduk di depan rumah sambil minum
kopi, tapi tiba-tiba perasaan saya ngga enak mikirin ade saya si Anan ini, tapi saya
mencoba untuk biasa aja, sampe akhirnya entah gimana ada fikiran yang terlintas di
otak saya buat coba rogo sukmo ke Anan, dan ternyata Anan baik-baik aja. Tapi,
karena Anan sering ketemu kalian, energi kalian pun menempel di badan nya Anan,
itu disebut nya jejak energi. Saya merasakan energi kalian semua, tapi ada 2 hal yang
menurut saya janggal, yang pertama saya merasakan energi yang tidak stabil dan
ketika saya telusuri, orang yang memiliki energi tersebut sukma nya sedang ada di
alam lain. Ya itu adalah Icha” jelas mas Aris

*Rogosukmo adalah sejenis ilmu yang membuat seseorang bisa mengembara


dengan cara melepaskan/mengeluarkan ruh dari tubuhnya.

“Lalu apa hubungannya sama ketemu Icha di taman mas?” tanya Irina

“Iya sabar mas belum selesai cerita Rin” jawab mas Aris

“Hehe oke lanjut” ucap Irina

“Nah akhirnya, karena Icha adalah temennya si Anan, saya khawatir kalo Anan
bakalan kena dampaknya, makanya saya memutuskan buat nyari Anan kesini. Eh
malah ketemu langsung sama Icha, pemilik energi yang saya rasain di badannya si
Anan, saya waktu itu nanya ke icha saat dia ada di alam sana, apa aja yang dia
temukan disana, karena tidak semua orang bisa berada disana, saat itu saya Cuma
bisa merasakan kalo Icha ini ruh nya tidak ada di dunia, tapi energi yang dia punya
bukan energi orang yang udah wafat. Makanya saya berasumsi kalo Icha ada di alam
lain, dan Icha saat itu bilang kalo dia ketemu perempuan yang hilang di blok Delta.
Saat itu saya tukeran nomor buat saling bertukar info kalo seandainya dia
menemukan hal yang kaya gitu lagi. Tapi sampe sekarang malah ngga diinfoin” jelas
mas Aris

77
“Ohh hehe maaf mas, saat itu aku belum percaya banget karena aku ngga kenal mas
sebelumnya” ucapku

“Ya, nggapapa kok saya paham” ucap mas Aris

“Tunggu, tadi kan mas bilang pertama, harusnya ada yang kedua dong mas?” tanya
Yoga

“Oh ya, teliti juga ya kamu. Yang kedua ada energi yang bingung sih sebenernya dia
tuh udah meninggal atau belum. Dan pas saya coba buat telusurin, dia tiba-tiba
menutup aura nya supaya saya nggak bisa menelusuri lebih jauh soal dia” jawab mas
Aris

“Berarti ilmu nya udah lumayan tinggi ya sampe bisa nutup aura?” tanya Anan

“Yaps, kamu bener Nan” jawab mas Aris

“Oh ya mas, soal alam lain itu kita berencana buat nyari tau lebih dalem soal itu,
kira-kira mas ada ide buat kita telusuri?” tanyaku

“Ide? Kaya nya belum terfikirkan sih, tapi kalo kalian punya clue yang berhubungan
sama alam itu mungkin aja kita bisa kupas tuntas misteri dibalik alam sana” jawab
mas Aris

“Tentu ada mas, kita punya clue soal bulan, bunga, darah dan Super Flower Blood
Moon” sahut Anan

“Hmm? Mas baru denger Super Flower Blood Moon” ucap mas Aris

“Ya itu semacam gerhana bulan yang terjadi setiap 195 tahun sekali mas” jelas Yoga

“Dan itu akan terjadi seminggu lagi mas” sambung Anan

“Tapi perlu kalian tau kalo gerbang gaib itu ngga sembarangan bisa di buka loh”
ucap mas Aris

78

Anda mungkin juga menyukai