Disusun oleh:
Dana Aguna
Muarasari Siahaan
21.1.09.008
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan dengan judul “ Pengoperasian Alat
Tangkap Purse Seine pada KM. Sumber Mandiri di Peraiaran Natuna” adalah benar karya
saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.
Disetujui oleh,
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Lapangan dengan judul “ Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine pada
KM. Sumber Mandiri di Peraiaran Natuna” tepat pada waktunya. Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. Hasil laut Sejati selama 2 bulan
dari 2 Mei-2 Juli 2023.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini tidak dapat disusun dengan baik
tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapakan
terimahkasih kepada:
1. Dr. Yaser Krisnafi, S.St.Pi.,M.T selaku Direktur Politeknik Kelautan dan
Perikanan Dumai
2. Roma Yuli F Hutapea,S.Pi.,M.Si selaku Ketua Program Studi Perikanan
Tangkap;
3. Tyas Dita Pramesty,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan, motivasi, dalam penyusunan laporan ini;
4. Paiman selaku Nahkoda KM.Sumber Mandiri.
5. Direktur berserta staf PT. Hasil Laut Sejati Kota Batam yang telah
memberi kesempatan penulis melaksanakan PKL 1.
Penulis telah berusaha secara optimal dalam penyusunan laporan ini.
Penulis mengharapkan masukan guna kesempurnaan laporan ini. Semoga Laporan
PKL 1 ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Dumai, Juli 2023
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Kapal Purse Seine......................................................................................3
2.2 Konstruksi Purse Seine..............................................................................4
BAB III METODELOGI.......................................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................7
3.2 Sarana dan Peralatan Praktik.....................................................................7
3.3 Metode Praktik..........................................................................................8
3.4 Prosedur Kerja...........................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................10
4.1 KM. Sumber Mandiri..............................................................................10
4.1.1 Bagian atau ruangan KM. Sumber Mandiri ....................................12
4.1.2 Struktur organisasi di KM. Sumber Mandiri...................................14
4.2 Kontruksi Purse Seine Pada KM. Sumber Mandiri................................15
4.2.1 Bagian badan jaring (webbing)........................................................16
4.2.2 Tali ris atas dan tali ris bawah..........................................................16
4.2.3 Pelampung........................................................................................17
4.2.4 Cincin...............................................................................................17
4.2.5 Pemberat...........................................................................................18
4.3 Pengoperasian Purse Seine pada KM.. Sumber Mandiri........................18
4.4 Ikan hasil tangkapan Purse Seine pada KM. Sumber Mandiri................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................25
5.1 Kesimpulan..............................................................................................25
5.2 Saran........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
LAMPIRAN..........................................................................................................30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kontruksi purse seine secara umum.......................................................6
Gambar 2. Peta wilayah penangkapan.....................................................................7
Gambar 3. Prosedur Kerja pada saat pengoperasian................................................9
Gambar 4. Kapal KM. Sumber Mandiri................................................................10
Gambar 5. ABF pada KM. Sumber Mandiri..........................................................13
Gambar 6. Struktur organisasi KM. Sumber Mandiri............................................14
Gambar 7. Tali ris (a) atas; (b) bawah...................................................................16
Gambar 8. Pelampung di KM. Sumber Mandiri....................................................17
Gambar 9. Cincin Pada KM. Sumber Mandiri.......................................................17
Gambar 10. Pemberat yang digunakan pada KM. Sumber Mandiri......................18
Gambar 11. Proses hauling pada KM. Sumber Mandiri........................................21
Gambar 12. Penyerokan ikan pada KM. Sumber Mandiri.....................................22
Gambar 13. Ikan Hasil Tangkapan pada KM. Sumber Mandiri............................224
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sarana dan peralatan yang digunakan saat praktik....................................8
Tabel 2. Fishing Ground KM. Sumber Mandiri...................................................19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin Usaha Perikanan................................................................32
Lampiran 2. Sertifikat kelaikan dan Pengawakan kapal Penangkapan Ikan..........33
Lampiran 3. Surat Persetujuan Berlayar................................................................34
Lampiran 4. Power block pada KM. Sumber Mandiri...........................................35
Lampiran 5. Persiapan Berlayar KM. Sumber Mandiri.........................................35
Lampiran 6. Alat Navigasi KM. Sumber Mandiri.................................................36
Lampiran 7. Hasil Pendapatan selama satu trip pada KM. Sumber Mandiri........38
BAB I
PENDAHULUAN
Perairan Natuna Utara merupakan salah satu beranda nasional terpenting Republik
Indonesia. Perairan Natuna merupakan bagian dari Wilayah Penangkapan Ikan Indonesia
(WPP-RI) 711. Seperti diketahui, luas perairan Natuna adalah 99,24 persen dari luas
keseluruhan. Menurut Kementerian Perairan dan Perikanan, terdapat 504.212,85 ton ikan
per tahun di perairan dan kawasan penangkapan ikan Natuna. Berbagai infrastruktur saat
ini sedang dibangun di kawasan Perairan Natuna dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat nelayan dan mengembangkan perekonomian di Kabupaten
Natuna (Pigawati, 2005).
Potensi sumber daya perairan Natuna menjadi pilihan untuk mendukung
perekonomian daerah. Perairan Natuna cocok untuk penangkapan ikan purse seine, karena
produktivitas dan efisiensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap
lainnya. Sejumlah besar ikan dapat ditangkap dengan pancing (Nelwan et al 2015).
Akibatnya, banyak kapal pukat di perairan Natuna.
Praktek Kerja Lapangan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan
memberikan pengalaman kerja langsung sesuai bidangnya, khususnya bidang
penangkapan ikan. Berdasarkan hal tersebut maka Praktek kerja lapangan di Kapal Motor
(KM) Sumber Mandiri yang menggunakan Alat Tangkap Purse Seine yang beroperasi di
wilayah perairan Natuna dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan tentang kapal dan Alat tangkap Purse seine.
1
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan P K L di kapal purse seine KM. Sumber Mandiri
adalah:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kapal Purse seine memiliki ruang kemudi, ruang kru, dan ruang mesin (Novita,
Iskandar, Imron, dan Nurdin 2016). Ruang kemudi dan ruang kru terletak di deck bagian
tengah sampai dibagian buritan kapal. Ini dilakukan untuk kenyamanan dan efisiensi
dalam melakukan aktifitas penangkapan dibagian Haluan kapal sampai tengah kapal. Palka
hasil tangkapan yang dimodifikasi ditempatkan di bawah lantai geladak di tengah haluan
untuk memudahkan nelayan menyimpan hasil tangkapannya setelah hauling. Ruang mesin
purse seine yang dimodifikasi dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
nelayan karena terdapat ruang yang lebih luas di bawah dek lantai saat pemeriksaan atau
3
perbaikan mesin.
Kapal purse seine membutuhkan awak kapal guna kelancaran saat
melakukan operasi penangkapan. Menurut Handayani, Wisudo, Iskandar &
Haluan, (2014). awak kapal purse seine terdiri atas 4 perwira dengan tugas umum
sebagai berikut:
1. Captain (Tonas) : keputusan, proses penangkapan (fishing master);
2. Asistant captain : asisten fishing master;
3. Kepala kerja : menyiapkan kegiatan setting, hauling, dan penanganan hasil
tangkapan;
4. Chief officer : administrasi surat-surat izin berlayar, pencatatan pembelian
perbekalan, logistik, mengatur strorage plan.
4
yang terbuat dari bahan Polyamide (PA) multifilament, tali ris atas (headrope) dan tali
ris bawah (foot rope) serta tali kolor (purse line). Berikut bagian-bagian dari purse seine
bserta fungsinya:
Bagian jaring terdiri dari 3 bagian yaitu bagian sayap, badan jaring
webbing dan kantong yang memiliki ukuran mesh size 1”- 3/4”. Kantong terletak
dibagian tengah jaring. Webbing berfungsi untuk menghadang pergerakan ikan. Bahan
jaring terbuat dari benang PA
5
PE. Tali pemberat berbahan dasar PE, dikarenakan PE bahan yang
ringan, memiliki kekenyalan yang tinggi serta permukaannya halus
Ardidja, (2010).
f. Tali cincin. Tali cincin merupakan tali yang dipergunakan untuk
menggantungkan cincin pada tali ris bawah, bentuk tali cincin yang
digunakan yaitu bentuk kaki tunggal. Tali cincin memiliki panjang
6
100 cm terbuat dari bahan PE dengan diameter 10 mm. Tali cincin
berfungsi untuk menggantungkan cincin pada tali ris bawah.
3. Serampat. Serampat diikatkan pada bagian atas dan bawah jaring yang
berfungsi sebagai penguat jaring agar tidak mudah putus atau sobek.
Serampat terbuat dari bahan PE. Menurut Silitonga, Isnaniah, & Syofyan
(2016), menyatakan bahwa serampat berfungsi untuk menahan jaring pada
saat pengoperasian alat tangkap. Ukuran benang pada serampat biasanya
lebih besar dibandingkan ukuran benang pada jaring utama
4. Cincin. Cincin pada purse seine berfungsi sebagai jalur lewatnya tali
kolor. Cincin yang digunakan berbentuk oval dan berbahan dasar
kuningan.
5. Pemberat (sinkker). Pemberat berfungsi sebagai alat untuk
menenggelamkan jaring. Pemberat terletak diibagian bawah alat tangkap.
Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah, berbentuk seperti buah
pinang yang terpasang pada tali ris bawah.
7
2.2.2. Metode Pengoperasian
Pengoperasian purse seine dapat dilakukan pada siang hari dan malam hari.
Penangkapan yang dilakukan pada malam hari ternyata hasilnya akan lebih baik bila
dibandingkan waktu lainya (Dirjen Perikanan, 1991). Metode pengoperasian purse seine
ditekankan pada kecepatan tenggelam jaring, dalam arti cepat mengurung ikan dari sisi atas
dan bawah. (Mallawa dan Sudirman, 2004).
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam menangkap ikan adalah sebagai berikut:
a. Penurunan alat tangkap (Setting)
Setting merupakan kegiatan penurunan alat tangkap mengitari dan membentuk suatu
lingkaran penuh untuk mengelilingi dan mengurung gerombolan ikan yang telah terkumpul.
Menurut (Sadhori, 1985) bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dengan cermat sebelum
penurunan jaring meliputi :
a. Kecepatan dan arah angin.
b. Kecepatan dan arah arus.
c. Arah renang gerombolan ikan.
d. Kedalaman dasar perairan.
Proses Setting dimulai dengan komando Nakhoda, pelampung besar (buoy)
dilepas kelaut, kapal dijalankan dengan cepat hampir searah dengan arus, kemudian jaring
dilingkarkan pada gerombolan ikan, dengan memperhitungkan jari-jari lingkaran jaring dan
gerombolan ikan maka setelah selesai penawuran jaring maka pelampung besar sudah
berada di haluan kapal dan segera dinaikan ke atas kapal (Sadhori, 1985).
b. Penarikan Tali Kolor
Menurut Gardjito dkk (2000), sebaiknya penarikan tali Kolor tidak memakan waktu yang
lama kira-kira berkisar 30 menit. Untuk menghindari ikan-ikan meloloskan diri kearh
bawah ataupun horizontal maka kecepatan penarikan tali Kolor harus diperhatikan setelah
jaring dilingkarkan.
Semakin cepat proses penarikan tali Kolor, maka semakin cepat pula cincin purse seine
akan terkumpul sehingga jaring akan membentuk sebuah kantong dan kawanan ikan tidak
dapat meloloskan diri lagi. Hal ini dimaksudkan demi efisiensi dan tingkat keberhasilan
operasi penangkapan yang tinggi.
c. Penarikan Isi Jaring
Menurut Tomasila dan Usemahu (2004), penarikan isi jaring harus dilakukan dengan cepat
8
namun berhati-hati mengingat ikan masih dapat lolos atau melarikan diri dengan cara
melompati tali pelampungnya dan dalam penarikan jaring, hal-hal yang harus diperhatikan
yaitu :
1. Setelah tali kolor tertarik semua, maka sedikit demi sedikit bagian-bagin
jaring dinaikkan keatas kapal yang mulai dari ujung-ujung sayap.
2. Setelah sebagian jaring dinaikkan keatas kapal, ikan-ikan yang terkurung
dapat langsung diambil atau dinaikkan keatas kapal dengan menggunakan
serok.
3. Kemudian jaring yang dinaikkan keatas kapal disusun di tempat yang telah
ditentukan seperti pada waktu mulai operasi dengan tujuan agar jaring
langsung dapat dipergunakan untuk operasi berikutnya.
9
2.4.2.Alat – Alat Navigasi
Sejak manusia mengenal sarana apung sebagai alat transportasi sarana
penangkapan, maka sejak itu pula tindakan navigasi telah dilakukan, yaitu suatu cara yang
dilakukan secara terus menerus untuk mengarahkan sarana apungnya menuju suatu titik
sasaran dengan tepat, hemat dan efisien. Untuk mencapai titik sasaran tersebut selain
dengan menggunakan cara yang telah disebutkan diatas, dapat juga dengan menggunakan
alat bantu agar memudahkan dalam pencapaian sasaran yang dimaksud (Wahyono dan
Sjarif, 2004). Beberapa jenis alat bantu navigasi antara lain :
a. Kompas magnet, berfungsi untuk menentukan arah pelayaran kapal dan untuk
menentukan arah baringan suatu benda terhadap kapal. Pedoman magnet di kapal
biasanya terdiri dari : Pedoman standart, Pedoman kemudi dan Pedoman kemudi
darurat.
b. GPS, yaitu alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan penerimaan gelombang
radio dari beberapa satelit yang mengorbit untuk mengetahui posisi, merekam arah
haluan dan kecepatan kapal.
c. Radio komunikasi, peralatan bantu ini di kapal sangat penting agar antar kapal yang
satu dan kapal yang lainnya dapat bertukar informasi pada waktu berlayar. Terdapat 3
frekuensi yaitu : VHF (Very High Frequency), HF (High Frequency) dan MF (Medium
Frequency). Radio komunikasi ini walaupun dilengkapi berbagai frekuensi. Tapi yang
sering digunakan dalam pelayaran adalah frekuensi 16.
d. Fish finder atau Echosounder Alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan
pemancaran gelombang bunyi untuk mendeteksi kedalaman perairan, mendeteksi suatu
obyek dalam perairan arah vertikal. Untuk tujuan perikanan sensitifitasnya ditingkatkan
sehingga mampu mendeteksi adanya ikan dibawah permukaan air.
10
2.5. Penanganan Hasil Tangkap
Sebelum ikan disimpan pada palka penyimpanan, dilakukan beberapa proses atau
tahap agar ikan yang disimpan terpisah berdasarkan jenis dan ukurannya serta ikan tersebut
memiliki kualitas yang baik. Tahap penanganan yang dimaksud yaitu terdiri dari
penyortiran, pencucian, pendinginan/pembekuan, danpengemasan. PenyortiranIkanMenurut
Junianto (2003),sortasi adalah proses pemilihan dan pemisahan ikan berdasarkan
jenis, ukuran, dan kualitasnya. Namun pada KM. Asia Jaya AR 03, proses sortir
yang dilakukan umumnya hanya berdasarkan jenis dan kualitasnya saja tidak
dengan ukurannyakarena ukuran setiap jenis ikan yang berhasil tertangkap relatif
sama. Penyortiran dilakukan dengan caraikan dipilah lalu disimpan kedalam basket untuk
kemudian dicuci. Ikan yang rusak serta yang tidak menjadi target penangkapan
(tidak laku dipasaran) dibuang. Penyortiran Jenis IkanHal yang harus diperhatikan pada saat
penyortiran yaitu waktu, kecakapan kerja, serta keselamatan Anak Buah Kapal.
Waktu penyortiran dilakukan pada malam/pagi hari (suhu relatif rendah) atau sesegera
mungkin ketika ikan disimpan pada dek kiri kapal. Kecakapan kerja meliputi
kecepatan dan ketelitian Anak Buah Kapaldalam menyortir ikan karena mutu dan
harga ikan akan menurun jika tidak segera diinginkan serta dipisahkan berdasarkan
jenisnya. Terkadang ketika disortir ikan diinjak dan ditindis oleh basket yang berisi ikan
sehingga tesktur tubuh ikan rusak/sobek. kan dicuci menggunakan air lautbersihyang
dialirkan melalui selang. Pencucian dilakukan dengan cara ikan disemprot
menggunakan air laut sambil ikan digoyang-goyangkanhingga ikan bersih. Hal ini
bertujuan membersihkan ikan dari sisik dan darah sebelum dibekukan.
Kebersihan ikan juga berpengaruh terhadap harga jual ikan dipasaran karena jika ikan
yang dipasarkan masih mengandung darah maka harga ikan tersebut akan menurun dari
hargaaslinya.. Pencucian IkanPencucian menurut Junianto (2003) yaitu proses
menyingkirkan sisa-sisa darah dan beberapa bakteri dari kulit. Hal itu yang menjadi tujuan
utama agar kualitas ikan dapat dipertahankan. Selain itu, pencucian menyingkirkan
beberapa lapisan lendir dari ikan, yang menjadi media perkembangbiakan yang baik bagi
bakteri selama penyimpanan.air sisa pencucian selalu dialirkan keluar kapalPembekuan
IkanSetelah ikan bersih kemudian disusun kedalam nampan. Ikan yang
disusun kedalam nampan yaitu ikan yang berukuran kecil atau ukurannya tidak
melebihi kapasitas nampan. Nampan disusun secara menumpuk sebelum dimasukan
kedalam freezer. Dalam hal ini ikan disusun secara rapi agar tidak tertindis waktu nampan
11
ditumpuk.Gambar 12. Penyusunan Ikan kedalam NampanIkan yang telah disusun
padanampankemudiandimasukan kedalam freezzerdan disusun pada rak-rak berupa pipa
evaporator. Untuk jenis ikan besar, pembekuannyadilakukan dengan cara
menggantungnya menggunakan besi berbentuk S pada dinding freezzer. Lama
pembekuanikan berlangsung selama 18-24 jam. Ikan diketahui telah beku/siap
dikemas jika suhu freezzerberkisar antara -25°C hingga -26°C.
12
BAB III
METODELOGI
13
Tabel 1. Sarana dan peralatan yang digunakan saat praktik
No Sarana dan Peralatan Kegunaan
1 KM. Sumber Mandiri Sarana menuju daerah penangkapan
dan untuk membawa alat tangkap
2 Alat tangkap purse seine Untuk menangkap ikan
3 Handphone Dokumentasi Kegiatan
4 Sepatu boat Melindungi kaki
5 Sarung tangan Melindungi tangan
14
Proses hauling merupakan proses penaikan alat tangkap ditandai dengan tali
kerut, cincin dan pemberat mulai dinaikan keatas kapal dengan menggunakan bantuan
gardan untuk mempermudah penaikan karena beban terlalu besar sehingga tidak dapat
dilakukan dengan tenaga manusia saja. Setelah tali kerut, cincin dan pemberat naik keatas
kapal lalu jaring ditarik oleh ABK hingga ikan berkumpul, kemudian ikan hasil tangkapan
dinaikan keatas kapal. Prosedur kerja saat pengoperasian disajikan pada Gambar 3.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Azis, Iskandar dan Novita (2017). disebutkan bahwa kapal adalah armada
penangkapan ikan yang digunakan nelayan untuk menuju daerah penangkapan ikan dan
menggunakan alat tangkap khususnya purse seine, namun kapal tersebut harus disesuaikan
dengan alat tangkap dan penangkapan ikan di bawahnya. Keberhasilan suatu kapal
penangkap ikan adalah jika memenuhi 3 (tiga) faktor yaitu laik laut dan muat. Kelaikan
laut sangat mempengaruhi kinerja kapal di laut, sehingga desain kapal harus diperhatikan
dan disesuaikan dengan kriteria kapal penangkap ikan Indonesia.
Berikut kapal KM. Sumber Mandiri pada Gambar 4.
16
Keberangkatan kapal perikanan memerlukan beberapa dokumen sebelum berlayar
diantaranya adalah SIPI, SLO, dan SPB. Berdasarkan Permen KP No.30 tahun 2012
tentang penangkapan ikan di Wilayah Negara Republik Indonesia. beberapa dokumen yang
dimiliki oleh KM. Sumber Mandiri adalah; Surat Izin Usaha Perikanan (SIPI)
Surat Izin Usaha Perikanan adalah surat izin yang harus dimiliki setiap kapal
perikanan berbendera Indonesia yang melakukan kegiatan penangkapan ikan diperairan
Indonesia dan atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). KM. Sinar Mandiri dimiliki
oleh King Lie. Pemilik tersebut memiliki 2 buah kapal yang tertuang dalam Surat Izin
Usaha Perikanan (SIPI) dengan nomor 33.23.0001.107.01686 yang dikeluarkan oleh
Direktur Jendral Perikanan Tangkap (Lampiran 1). SIPI tersebut berlaku dari 30
November 2020 sampai dengan 30 November 2050.
17
Cina Selatan. Jumlah awak kapal pada KM. Sumber Mandiri yang tertera pada SPB
berjumlah 35 orang.
atau ruangan KM. Sumber Mandiri Berdasarkan kegiatan PKL, KM. Sumber Mandiri
memilki bagian kapal diantaranya lunas, linggi Bagian, galar 7, gading-gading, balok
geladak, wrang, kulit luar, pondasi mesin, pagar, pisang-pisang, sekat, palka, bangunan di
atas geladak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan. Basid, (2018). yang menyebutkan
bahwa bagian kontruksi kapal purse seine KM. SUMBER MANDIRI yaitu bagian lunas
luar, linggi haluan, linggi buritan, gading, wrang, galar balok galar kim, balok geladak,
tutup sisi geladak, pagar, papan sekat, penegar sekat dan pondasi mesin.
Kekurangan selama kegiatan Praktek kerja lapangan berlangsung adalah bagian
lunas, pondasi mesin, linggi, gading-gading, galar 7, balok geladak dan wrang tidak dapat
diamati secara langsung, karena bagian tersebut tertutup dengan lantai dan dinding
lambung kapal. Pagar KM. Sumber Mandiri terbuat dari kayu berfungsi untuk mencegah
ABK atau muatan yang ada di geladak terlempar ke laut serta untuk mengurangi basahnya
geladak akibat ombak. Proses pembekuan di KM. Sumber Fortuna mengunakan mesin
pembeku jenis Air Blast Freezer (ABF). ABF adalah salah satu ruangan yang terdapat alat
untuk membekukan ikan (Gambar 5). Ikan hasil tangkapan disortir kemudian dimasukan
kedalam ABF dan diletakan pada rak yang tersedia selama 8 jam.
18
Gambar 5. ABF pada KM. Sumber Mandiri
Palka KM. Sumber Mandiri dilengkapi dengan pipa pendingin yang terpasang di
dinding palka bersuhu rendah mempunyai fungsi menjaga suhu ikan yang sudah di
bekukan. Dinding palka dilapisi fiber dan dilengkapi dengan pipa- pipa jalur pendingin.
Untuk menjaga suhu ruang pendingin maka perlu adanya isolasi yang baik pada ruang
palka tersebut agar udara dingin yang ada didalam ruang palka tetap terjaga, selain itu agar
udara panas yang mengalir melalui dinding dapat terhambat. Kulit kapal KM. Sumber
Mandiri terbuat dari fiber dan bangunan di atas geladak KM Sumber Mandiri sebagai
ruang kemudi dan akomodasi tersusun dari balok-balok kayu.
Ruang kemudi KM. Sumber Mandiri terdapat pada bagian deck, tepatnya di atas
kamar mesin. Ruang kemudi KM. Sumber Mandiri berfungsi sebagai tempat kemudi atau
ruang komando. Ruang kemudi tersebut dilengkapi dengan alat-alat navigasi, diantaranya
Fish finder, GPS, Kompas, GPS Plotter, dan Radio SSB (Lampiran 4). Posisi ruang pada
KM.Sumber Mandiri memiliki pandangan ke berbagai arah guna mempermudah
pemantauan terhadap kondisi sekitar.
Ruang akomodasi KM. Sumber Mandiri terletak di deck tepatnya dibelakang ruang
kemudi. Ruang akomodasi merupakan tempat tinggal awak kapal, selain itu menjadi area
umum bagi awak kapal untuk berinteraksi. Ruang
19
akomodasi juga dilengkapi dengan fasilitas seperti TV yang berfungsi sebagai
hiburan selama di laut. Kamar mesin pada KM. Sumber Mandiri terletak dibagian tengah
kapal tepatnya dibawah ruang kemudi. Biasanya kamar mesin mengambil bagian paling
bawah. Kamar mesin KM. Sumber Mandiri berfungsi sebagai jantung kapal karena di
dalamnya terdapat mesin-mesin yang vital bagi operasional kapal.
BAGIAN DECK
Mualim 1 BAGIAN MESIN
Mualim 2 KKM
Mualim 3 Tekong Bot Kerani Koki Masinis 1
ABK Masinis 2
20
Mualim 3 Teodorus Ginting bertugas membantu tugas mualim 1 dan 2 dalam melakanakan
tugasnya diatas kapal.
boat membawa lampu tanda dengan menggunakan boat pada saat pengoperasian
alat tangkap. Kerani pada KM Sumber Mandiri bertugas Menangani jangkar-jangkar kapal
dan Tekong boat KM. Sumber Mandiri bernama Jekson saragih. Tugas utama tekong
Membantu apit dalam melaksanakan tugasnya, pada saat operasi penangkapan. Kerani
Lungguk Hutagalung yang betugas sebagai penggiling tali kolor. Koki Daniel KM.
Sumber Mandiri bertugas Membantu apit dalam melaksanakan tugasnya, pada saat operasi
penangkapan, kerani yang betugas sebagai penggiling tali kolor, Bertanggung jawab atas
kebersihan semua peralatan masak di atas kapal dan Ikut berperan dalam pengoperasian
alat tangkap. ABK KM. Sumber Mandiri berjumlah 29 orang ditambah 6 orang Taruna
Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai yang melakukan kegiatan PKL 1. Adapun tugas
ABK adalah mempersiapkan segala sesuatu peralatan perlengkapan penangkapan, dan
Menarik alat tangkap ke atas kapal.
Pardamean, bertugas melaksanakan dinas jaga, bertanggung jawab batas perawatan
dan operasi Bagian Mesin pada KM. Sumber Mandiri dipimpin oleh seorang KKM yang
bernama Jonsius Sitorus, KKM tersebut memiliki SKK 60 mil. Tugas KKM Sumber
Mandiri Memegang kekuasaan tertinggi di kamar mesin serta menjaga, bertanggung jawab
kepada nahkoda terhadap seluruh kegiatan yang ada di kamar mesin, memimpin
departemen mesin, memastikan bahwa semua unit di bawahnya bekerja dengan baik dan
siap sewaktu waktu diperiksa, Mengatur dan mengawasi pengoperasian mesin utama dan
mesin bantu yang ada di atas kapal, dalam keadaan darurat memegang penuh kendali
kamar mesin. Masinis 1 KM. Sumber Mandiri bernama Tegar palomoan pohan yang
bertugas Memeriksa, mengontrol keadaan semua mesin serta menjaga dan merawat semua
peralatan mesin yang ada di atas kapal, membantu KKM dalam melaksanakan pekerjaan
di kamar mesin. Masinis 2 KM. Sumber Mandiri bernama mesin bantu.
21
berbentuk empat persegi panjang atau trapesium. Pada bagian atas terdapat
pelampung-pelampung yang dipasang pada tali pelampung dan tali ris atas. Pada
bagian bawah terdapat pemberat-pemberat yang dipasang pada tali ris bawah. Jaring
ini juga dilengkapi dengan tali kolor (purse line) yang dilewatkan melalui cincin yang
diikatkan pada tali ris bawah.
jaring. Komponen kedua adalah komponen penunjang yang terdiri dari serampatan
(selvedge), tali ris atas (upper ris line), tali ris bawah (under ris line), tali pelampung (float
line), tali pemberat (sinker Berdasarkan hasil yang didapatkan di lapangan bahwa
konstruksi alat tangkap purse seine yang terdapat di KM. Sumber Mandiri memiliki dua
komponen dan bahan yang digunakan sesuai dengan pernyataan Silitonga, Isnaiah, &
Syofyan (2016) yaitu komponen utama yang merupakan jaring (webbing) yang terdiri dari
kantong jaring, bahu jaring, perut jaring dan sayap line), tali cincin (ring line), tali kerut
(purse line), pelampung (float), pemberat (sinker), dan cincin (ring).
(a) (b)
Gambar 7. Tali ris (a) atas; (b) bawah
22
4.2.3 Pelampung (float)
Pelampung yang digunakan oleh KM. Sumber Mandiri pada alat tangkap
purse seine terbuat dari bahan Polivynil cloride (PVC). Pelampung yang digunakan
berjumlah 105 buah dan jarank antara setiap pelampung adalah 50 cm. Berikut pelampung
pada KM. Sumber Mandiri:
4.2.4 Cincin
Cincin yang digunakan pada alat tangkap purse seine KM. . Sumber Mandiri
terbuat dari besi putih. Cincin yang digunakan pada KM. . Sumber Mandiri menggunakan
ketebalan 16 mm yang berjumlah 120 buah. jarak antara setiap cincin adalah 3 m. Berikut
cincin pada KM. . Sumber Mandiri:.
23
Gambar 9. Cincin Pada KM. SumberMandiri;
24
4.2.5 Pemberat
Pemberat yang digunakan oleh KM. . Sumber Mandiri berbahan timah hitam
(PB). Pemberat yang digunakan KM. . Sumber Mandiri memiliki panjang 55 mm, diameter
luar 30 mm. Cincin yang digunakan berjumblah 1.680 buah dan jarak antara setiap
pemberat adalah 30 cm.Berikut batu pemberat pada KM. Sumber Mandiri
25
Selama P K L berlangsung. Adapun data fishing ground pada trip
ke Dua tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Fishing Ground KM. Sinar Mandiri pada trip ke dua Bulan Juni 2023
No Tanggal Koordinat
1 10 Mei 2023 4° 29.46’ LU-106° 46.22’ BT
2 11 Mei 2023 4º4.50’ LU-107° 46.22’ BT
3 11 Mei 2023 4° 5.50’ LU-107º46.22’ BT
4 13 Mei 2023 3º12.9’LU-107º3.3’BT
5 14 Mei 2023 3º12.5’LU-107º59.43’BT
6 15 Mei 2023 4º20.58’LU-105º19.38’BT
7 16 Mei 2023 4º19.38’LU-106° 25.35’BT
8 17 Mei 2023 4º50.39’LU-106º33.35’BT
9 18 Mei 2023 4º49.35’LU-105º42.41’BT
10 19 Mei 2023 4º42.12’LU-105º3.4’BT
11 20 Mei 2023 4º1.42’LU-107º42.44’BT
12 22 Mei 2023 5º10.4’LU-107º43.47’BT
13 23 Mei 2023 5º11.5’LU-107º1.3’BT
14 24 Mei 2023 3º10.4’LU-106º43.44’BT
15 25 Mei 2023 3º16.8’LU-106º44.47’BT
16 26 Mei 2023 2º19.41’LU-104º1.3’BT
17 27 Mei 2023 4º4.48’LU-108° 46.23’BT
18 28 Mei 2023 6° 37.58’LU-108° 30.3’BT
Fishing ground dari KM. Sumber Mandiri berada di Perairan Natuna. Fishing
ground KM. Sumber Mandiri rata-rata memiliki kedalaman yang berkisar antara 30–70 m
dengan dasar perairan berpasir dan berlumpur. GPS digunakan untuk mencatat
koordinat dari fishing ground yang telah dicapai. Suatu wilayah perairan laut dapat
dikatakan sebagai “daerah penangkapn ikan” apabila terjadi interaksi antara sumber daya
ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang
digunakan untuk menangkap ikan. (Rusmilyansari & Aminah, 2012). Walaupun suatu area
perairan terdapat sumber daya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap
tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor seperti antara lain keadaan
cuaca maka kawasan tersebut tidak dikatakan sebagai daerah penagkapan ikan demikian
pula jika terjadi sebaliknya Sains, Coto & Hardjanto, (2004). adapun syarat Fishing
ground yang baik yaitu:
Daerah penangkapan tersebut memiliki banyak gerombolan ikan;
Daerah penangkapan ikan memiki kedalam melebihi dalam jaring, dan;
Tidak daerah jalur pelayaran kapal niaga ataupun kapal lain.
26
Tahap ketiga adalah penurunan rumpon. Rumpon adalah salah satu jenis alat
bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam.
Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul
disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap. Jayanto, Rosyid, & Boesono,
(2015). Rumpon yang digunakan pada KM. . Sumber Mandiri ada dua macam yaitu
rumpon kecil dan besar.
Rumpon kecil diturunkan pada saat kapal tiba di fishing ground dan siap
melakukan operasi penangkapan. Adapun persiapan yang dilakukan adalah pengikatan
daun dan pemasangan pemberat. Rumpon kecil untuk kapal diturunkan dari bagian
lambung kiri haluan kapal. Rumpon kecil juga dibawa dan diturunkan dari boat yang
tersimpan di lambung kiri dan diikat dibagian buritan kapal. Penurunan rumpon kecil
memakan waktu 20-30 menit. Kegiatan yang penulis lakukan pada saat penurunan rumpon
kecil adalah ikut serta mengikat dan ikut serta menurunkan rumpon ke air.
Rumpon besar diturunkan setelah selesasi melakukan operasi penangkapan.
Adapun persiapan dilakukan adalah pengikatan pelampung, daun, pemotongan tali
pengikat dan pemasangan pemberat rumpon. Kegiatan yang penulis lakukan saat tahap
persiapan adalah ikut serta mengikat daun, memasang pemberat dan menurunkan rumpon.
Penurunan rumpon besar memakan waktu 3-4 jam yang dipimpin oleh nahkoda
dikomandoi mualim 1 dan dibantu ABK.
Tahap keempat penurunan boat dilakukan setelah lampu kapal dimatikan satu
persatu sehingga yang tersisa lampu dibagian buritan. Saat boat diturunkan, boat akan
menghidupkan lampu boat. Adapun persiapan yang dilakukan crew boat adalah
menaikkan lampu, aki dan rumpon ke atas boat, kemudian menurukan boat dari KM. .
Sumber Mandiri. Penurunan boat mengunakan power blok memakan waktu 10-20 menit
yang dioperasikan oleh masinis 1. Tujuan boat diturunkan adalah agar ikan dapat
berkumpul disekitar boat, sehingga akan memudahkan proses setting purse seine.
Pengoperasian alat tangkap purse seine dapat dilakukan pada siang dan malam
hari, namun biasanya banyak dioperasikan pada malam hari karena ikan relatif tidak
bergerak cepat dan lebih mudah dikumpulkan dengan media lampu. Yami, Jagtman &
van't (1999). Pengoperasian alat tangkap ini pada dasarnya
27
terdiri dari 2 tahapan kegiatan yang meliputi setting (penurunan alat tangkap) dan
hauling (pengangkatan alat tangkap). Tahap kelima adalah setting. Proses setting di KM. .
Sumber Mandiri biasanya dilakukan pada pukul 03:30. Proses tersebut dilakukan secara
bertahap. Setelah boat diturunkan untuk mengumpulkan ikan, nakhoda memberikan tanda
untuk menaikan jangkar dan kemudian menurunkan pelampung tanda (buoy) pada bagian
buritan diikuti jaring sembari kapal bergerak melingkari boat dengan kecepatan kapal 3-4
knot, tergantung kondisi gelombang. Proses setting ini memerlukan waktu 25-30 menit
hingga jaring melingkar secara sempurna hingga posisi pelampung tanda kembali berada di
haluan kapal.
Tahap keenam adalah hauling. Hauling dilakukan sesegera mungkin setelah alat
tangkap selesai di lingkarkan mengelilingi gerombolan ikan. proses hauling dimulai
dengan penarikan tali kolor hingga seluruh cincin-cincin purse seine terkumpul dan
muncul di permukaan laut. Tujuan dari penarikan tali kolor adalah agar purse seine
membentuk mangkok secara sempurna, sehingga gerombolan ikan tidak dapat keluar.
Setelah tali kolor beserta cincin dinaikan ke lambung kanan kapal, boat yang berada di
tengah-tengah purse seine, keluar dari lingkaran purse seine menuju lambung kiri KM. .
Sumber Mandiri dan bertugas untuk menarik kapal menggunakan tali dengan tujuan agar
lingkaran purse seine tetap sempurna. Penaikan isi jaring menggunakan power block
dilakukan setelah boat keluar dari lingkaran purse seine. Proses penarikan isi jaring
memakan waktu 2-3 jam bergantung pada jumlah hasil tangkapan dan cuaca. Proses
hauling dikatakan selesai setelah badan jaring naik ke lambung kapal. proses hauling dapat
dilihat pada Gambar 11.
28
Tahap terakhir adalah pengambilan ikan, Proses ini dilakukan setelah jaring yang
tertarik sudah mencapai jaring bagian kantong, pada saat ini pelampung digantung guna
agar ikan tidak melompat dan pelampung tidak tenggelam oleh ikan. Pada bagian ini di
lakukanlah pengambilan ikan yang sudah terkumpul di kantong jaring dengan
menggunakan alat bantu serok bertenaga gardan. Proses penyerokan ini ikan langsung
ditarik oleh para ABK menuju palka untuk disimpan di dalam palka. Palka sudah tersedia
air yang dingin agar ikan tetap dalam kondisi mutu yang baik. Pengambilan ikan dapat
dilihat pada Gambar 12.
Target ikan Hasil tangkapan kapal purse seine pada umumnya adalah ikan-ikan
pelagis yang hidup secara bergerombol (scholling). Hasil Tangkapan Utama KM. . Sumber
Mandiri antara lain ikan layang (Decapterus), ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan
kembung (rastrelliger), ikan selar (Atule mate), dan tangkapan didominasi oleh ikan layang
terdiri dari dua jenis ikan layang yaitu ikan layang panjang (Decapterus macrosoma) dan
ikan layang pendek (Decapterus russelli). Hasil tangkapan sampingannya yaitu Cumi-cumi
(loligosp). Ikan Hail Tangkapan Dapat Dilihat Pada Gambar 13.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktek kerja Lapangan (PKL) ini adalah:
1. Bagian-bagian kapal purse seine pada KM. . Sumber Mandiri memilki
bagian kapal diantaranya lunas, linggi, galar 7, gading- gading, balok
geladak, wrang, kulit luar, pondasi mesin, pagar, pisang-pisang, sekat,
palka, bangunan di atas geladak.
2. Konstruksi alat tangkap purse seine yang terdapat di KM. . Sumber
Mandiri memiliki dua komponen dan bahan yang digunakan.
komponen utama yang merupakan jaring (webbing) yang terdiri dari
kantong jaring, bahu jaring, perut jaring dan sayap jaring. Komponen
kedua adalah komponen penunjang yang terdiri dari serampatan
(selvedge), tali ris atas (upper ris line), tali ris bawah (under ris line),
tali pelampung (float line), tali pemberat (sinker line), tali cincin (ring
line), tali kerut (purse line), pelampung (float), pemberat (sinker), dan
cincin (ring). Bagian-bagian purse seine pada KM. . Sumber Mandiri
terdiri dari bagian badan jaring, tali ris atas, tali ris bawah, pelampung,
cincin, pemberat.
3. pengoperasian purse Seine pada KM. . Sumber Mandiri dimulai dari
proses tahap persiapan, tahap menuju fishing ground, tahap
penurunan rumpon, tahap penurunan boat, setting, hauling dan
pengambilan ikan.
4. Ikan hasil tangkapan purse seine pada KM. . Sumber Mandiri Hasil
Tangkapan Utama KM. . Sumber Mandiri antara lain ikan layang
(Decapterus), ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan kembung
(rastrelliger), ikan selar (Atule mate), Hasil tangkapan sampingannya
yaituCumi-cumi(loligosp)
30
5.2 Saran
Saran dari Praktek kerja lapangan (PKL) ini adalah:
Setiap kapal harus memperhatikan kondisi alat tangkap dan alat bantu
penangkapan agar tidak terjadi kerusakan alat tangkap selama operasi penangkapan
berlangsung. Taruna yang melaksanakan PKL selanjutnya diharapkan lebih
mempersiapkan mental dan fisik agar lebih kuat di laut.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Kristanto, V. H. (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah:(KTI). Deepublish.
Nelwan, A. F., Nursam, M., & Yunus, M. A. (2015). Produktivitas Penangkapan
Ikan Pelagis di Perairan Kabupaten Sinjai pada Musim Peralihan
Barat-Timur. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 17(1), 18-
26.
Novita, Y., Iskandar, B. H., Imron, M., & Nurdin, H. S. (2016). Desain Kapal
Purse Seine Modifikasi di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi
Selatan. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 6(2), 125-136.Idonesia.
Pigawati, B. (2005). Identifikasi potensi dan pemetaan sumberdaya pesisir pulau-
pulau kecil dan laut Kabupaten Natuna-Provinsi Kepulauan Riau. Ilmu
Kelautan: Indonesian Journal of Marine Sciences, 10(4), 229-236.
Pusat Data dan Informasi. (2016). Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka
Kabupaten Natuna. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Prasetyo, A.P. 2009. Kekuatan Putus (Breaking Strength) Benang dan Jaring PA
Multifilamen pada Kondisi Cuaca dan Perlakuan yang Berbeda.
Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB.
Rizwan, Setiawan I., Rahmini, S.A.E., Dewiyanti I, Purbana NR & Arif M.
(2017). Desain Studi Kontruksi Kapal Purse Seine Bermaterial Kayu
Di Pelabuan Perikanan Samudra (PPS) Lampulo. Prosding Seminar
Nasional II USM 2017, 1:91-99.
Rusmilyansari, R., & Aminah, S. (2012). Teknologi dan Manajemen Perikanan
Tangkap.
Sains, M. P. F., Coto, I. Z., & Hardjanto, I. (2004). Pengembangan Kawasan
Perairan Menjadi Daerah Penangkapan Ikan.
Setiawan, A. H. (2004). Peningkatan Partisipasi Anggota Dalam Rangka
Menunjang Pengembangan Usaha Kpperasi . 1(1), 39-44
Silitonga.C., Isnaiah & Syofyan. I. (2016). Studi Konstruksi Alat Tangkap Pukat
Cincin (Purse Seine) di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di
Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Indonesia.
Wirartha, I. (2006). Metode Penelitian Sosial Ekonomi.Yogyakarta:Andi Offset
33
Yami, E. A., Kuijpers-Jagtman, A. M., & van't Hof, M. A. (1999). Stability of
orthodontic treatment outcome: follow-up until 10 years
postretention. American Journal of Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics, 115(3), 300-304.
34
LAMPIRAN
35
Lampiran 1. Surat izin Usaha Perikanan
36
Lampiran 2. Sertifikat kelaikan dan Pengawakan kapal Penangkapan Ikan
37
Lampiran 3. Surat Persetujuan Berlayar
38
Lampiran 4. Power block pada KM. Sumber Mandiri.
39
Lampiran 6. Alat Navigasi KM. Sumber Mandiri
40
41