Anda di halaman 1dari 43

MODUL

JENIS USAHA DIBIDANG


KETENAGALISTRIKAN

Oleh :
A. Patar Simanjuntak, S.T

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KETENAGALISTRIKAN, ENERGI BARU,
TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

2014
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Diskripsi Singkat .................................................................................. 3
C. Manfaat Modul ………………………………………………………… 3
D. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 3
D.1.Hasil Belajar .................................................................................. 3
D.2. Indikator Hasil Belajar .................................................................. 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ................................................... 4

BAB II MATERI POKOK I .......................................................................... 5


JENIS USAHA PENYEDIA ........................................................................ 5
A. Peraturan Terkait ................................................................................. 5
B. Usaha Penyedia Tenaga Listrik ........................................................... 9
B.1. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum ... 10
B.2. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri ... 12
C. Tingkat Kandungan Dalam Negeri ..................................................... 14
D. Rangkuman ....................................................................................... 16
E. Evaluasi ............................................................................................. 17

ii
BAB III MATERI POKOK II ...................................................................... 18
JENIS USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK .......................... 18
A. Klasifikasi........................................................................................... 21
B. Kualifikasi .......................................................................................... 23
C. Perizinan............................................................................................ 24
D. Rangkuman ....................................................................................... 26
E. Evaluasi ............................................................................................. 27

BAB IVPENUTUPAN ............................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29


KUNCI JAWABAN SOAL ..................................................................... 31
LAMPIRAN ............................................................................................... 34

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik ....... 9

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Bidang Usaha Jasa Konsultan, Pembangunan dan


Pemasangan, Pemeriksaan dan Pengujian ........................... 21
Tabel 3.2 Klasifikasi Bidang Usaha Jasa Penunjang Kegiatan Usaha
Pengoperasian dan Pemeliharaan .......................................... 22
Tabel 3.3 Klasifikasi Bidang Usaha Jasa Penunjang
Ketenagalistrikan Pendidikan dan Pelatihan ........................... 22
Tabel 3.4 Klasifikasi Usaha Jasa Sertifikasi Kompetensi Tenaga
Teknik Ketenagalistrikan ......................................................... 23

v
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Skema Usaha di Bidang Tenaga Listrik ............................... 8


Diagram 3.1 Diagram Alir Pengurusan Izin Badan Usaha ....................... 25

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan


mencerdaskan kehidupan bangsa guna mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila
dan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945). Salah satu upaya mewujudkan tujuan nasional tersebut,
adalah pembangunan sektor ketenagalistrikan yang mampu menunjang
dan mendorong kegiatan ekonomi maupun kegiatan di sector - sektor
produktif lainnya.
Pembangunan sektor ketenagalistrikan bertujuan untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna
mewujudkan tujuan pembangunan nasional, yaitu menciptakan
masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tenaga listrik, sebagai salah satu
hasil pemanfaatan kekayaan alam, mempunyai peranan penting bagi
negara dalam mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Mengingat arti penting tenaga listrik bagi negara dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang dan sejalan dengan
ketentuan dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945, Undang-Undang ini
menyatakan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara
dan dipergunakan sebesar - besar untuk kemakmuran rakyat yang
penyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
menetapkan kebijakan, pengaturan, pengawasan, dan melaksanakan
usaha penyediaan tenaga listrik.

1
Peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik, pada satu sisi menuntut
peningkatan usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi usaha
pembangkitan, usaha transmisi, dan usaha distribusi, dan di sisi lain
dalam rangka pemanfaatan tenaga listrik diperlukan instalasi
ketenagalistrikan yang aman, memenuhi persyaratan teknis, dan
memperhatikan fungsi hidup. Dalam rangka penyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik tersebut, diperlukan instalasi ketenagalistrikan yang handal.
Oleh karena itu, diperlukan sistem Usaha Penunjang Tenaga Listrik yang
memenuhi kualifikasi tertentu serta mampu menyediakan jasa dan atau
melakukan pekerjaan yang terjamin mutunya.
Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan,
kegiatan usaha di bidang ketenagalistrikan dapat di kelompokkan menjadi
dua kelompok besar, yaitu usaha penyedia dan usaha penunjang
ketenagalistrikan. Sedangkan usaha penunjang di bagi dalam dua
kelompok usaha yaitu:
1. Usaha jasa penunjang tenaga listrik; dan
2. Usaha industri penunjang tenaga listrik.
Usaha bidang ketenagalistrikan ini telah tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik dan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang
Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Dengan adanya peraturan
pemerintahan ini diharapkan agar di satu pihak usaha ketenagalistrikan
baik usaha penyedia, maupun usaha jasa penunjang tenaga listrik dapat
meningkatkan kualitasnya, sedangkan di lain pihak memungkinkan
pemerintah menyelenggarakan pengawasan dan pembinaan terhadap
kegiatan usaha penyedia maupun usaha jasa penunjang tenaga listrik
secara efektif sehingga dapat memberikan perlindungan kepada
masyarakat konsumen tenaga listrik.

2
B. Deskripsi Singkat

Modul ini berisikan tentang usaha – usaha bidang ketenagalistrikan yang


merupakan pengetauhan dasar bagi aparatur pemerintah baik pusat
maupun daerah didalam melakukan kegiatannya di bidang
ketenagalistrikan.

C. Manfaat Modul

Manfaat modul pembelajaran ini bagi peserta diklat/pembaca adalah untuk


memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang usaha – usaha yang
ada di bidang ketenagalistrikan.

D. Tujuan Pembelajaran
D.1. Hasil Belajar
Setelah membaca/mempelajari modul ini peserta diklat mampu
memahami tentang usaha – usaha yang ada di bidang ketenagalistrikan.

D.2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu:
1. Mampu menjelaskan tentang jenis usaha penyedia ketenagalistrikan
mulai dari usaha pembangkitan, transmisi, distribusi, dan badan
usaha penjualan.
2. Mampu menjelaskan tentang jenis usaha penunjang
ketenagalistrikan.
3. Mampu menjelaskan tentang jenis usaha industri penunjang
ketenagalistrikan baik untuk iundustri peralatan maupun industri
pemanfaatan.

3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Materi pokok dan sub materi pokok pada modul diklat ini, akan diuraikan
menjadi:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Manfaat Modul
D. Tujuan Pembelajaran
D.1. Hasil Belajar
D.2. Indikator Hasil Belajar
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

BAB II MATERI POKOK I


JENIS USAHA PENYEDIA
A. Peraturan Terkait
B. Usaha Penyedia Tenaga Listrik
B.1. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum
B.2. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri
C. Tingkat Kandungan Dalam Negeri
D. Rangkuman
E. Evaluasi

BAB III MATERI POKOK II


JENIS USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK
A. Klasifikasi
B. Kualifikasi
C. Perizinan
D. Rangkuman
E. Evaluasi

BAB IV PENUTUPAN

4
BAB II
MATERI POKOK I
JENIS USAHA PENYEDIA

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mempelajari materi pokok ini pembaca mampu menjelaskan
jenis – jenis usaha penyedia ketenagalistrikan mulai dari usaha
pembangkitan, transmisi, distribusi, dan badan usaha penjualan.

A. Peraturan Terkait

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan usaha


penyediaan tenaga listrik yang pelaksanaannya dilakukan oleh badan
usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Untuk lebih
meningkatkan kemampuan negara dalam penyediaan tenaga listrik,
Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2009 memberi kesempatan kepada
badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat untuk
berpartisipasi dalam usaha penyediaan tenaga listrik. Sesuai dengan
prinsip otonomi daerah, Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya menetapkan izin usaha penyediaan tenaga
listrik.
Dalam Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2009, PT. Perusahaan Listrik
Negara (PT. PLN Persero) yang dulunya sebagai Pemegang Kuasa
Usaha Ketenagalistrikan (PKUK), sekarang telah murni menjadi salah satu
badan usaha milik negara yang telah memiliki izin usaha dan juga
merupakan badan usaha yang di perioritaskan didalam pengadaan
ketenagalistrikan di wilayah Indonesia. Walaupun demikian, dalam
Undang - Undang ini di beri keleluasan kepada setiap badan usaha untuk
menyediakan tenaga listrik.

5
Definisi dari usaha penyediaan tenaga listrik dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik adalah pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan, transmisi,
distribusi, dan penjualan tenaga listrik kepada konsumen.
Usaha penyediaan tenaga listrik terdiri dari:
1. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum; dan
2. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012, mengatur ketentuan
mengenai usaha penyediaan tenaga listrik, yang mencakup jenis usaha,
wilayah usaha, pelaku usaha, perizinan, hak, dan kewajiban pemegang
izin usaha penyediaan tenaga listrik, ganti rugi atas penggunaan tanah
secara langsung, perhitungan kompensasi penggunaan tanah secara
tidak langsung untuk usaha penyediaan tenaga listrik, harga jual/sewa
jaringan, keselamatan ketenagalistrikan, dan pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik.
Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dilakukan
berdasarkan izin usaha penyediaan tenaga listrik dan usaha penyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan sendiri dilakukan berdasarkan izin operasi
yang dikeluarkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangannya. Untuk usaha penyediaan tenaga listrik yang
dilakukan secara terintegrasi, usaha distribusi, atau usaha penjualan,
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota menerbitkan izin usaha
penyediaan tenaga listrik setelah adanya penetapan wilayah usaha dari
Menteri.
Tarif tenaga listrik untuk konsumen ditetapkan oleh Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR)/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sesuai dengan
kewenangannya masing-masing. Penetapan tarif tenaga listrik untuk
konsumen dilakukan dengan memperhatikan kaidah usaha yang sehat
dan pemerintah/pemerintah daerah diwajibkan untuk memberi subsidi
kepada konsumen tidak mampu. Untuk mewujudkan penyediaan tenaga

6
listrik yang aman, andal, dan ramah lingkungan, Peraturan Pemerintah ini
mengatur ketentuan keselamatan ketenagalistrikan yang mewajibkan
instalasi tenaga listrik memiliki sertifikat laik operasi, peralatan, dan
pemanfaat tenaga listrik harus sesuai dengan standar nasional Indonesia
(SNI), dan tenaga teknik harus memiliki sertifikat kompetensi.
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
menjelaskan tugas dan kewenangan dari pemerintah baik pusat maupun
daerah adalah sebagai berikut:
1. Membuat Peraturan Bidang Ketenagalistrikan Daerah;
2. Membuat Perencanaan Umum Ketenagalistrikan Daerah;
3. Pemberian Izin Usaha Bidang Ketenagalistrikan;
4. Penetapan Tarif Listrik Regional;
5. Pembinaan dan Pengawasan Badan Usaha;
6. Pengangkatan Inspektur Ketenagalistrikan dan;
7. Penetapan Sanksi Administratif.
Seluruh permasalahan bidang tenaga listrik, mulai dari perencanaan
pembangunan, perizinan, pembinaan dan pengawasan, uji laik operasi
pembangkit sampai dengan penetapan tarif listrik regional sudah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah setempat selama sistem
tersebut tidak termasuk di dalam grid nasional (off grid).
Pada umumnya sistem tenaga listrik yang lengkap terdiri empat bagian
utama. Keempat bagian tersebut saling mendukung antara satu dengan
lainnya. Keempat bagian tersebut adalah:
1. Sistem pembangkit tenaga listrik.
Tegangan yang dihasilkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik
biasanya merupakan tegangan menengah (TM).
2. Sistem transmisi, beserta dengan gardu induk.
Karena jaraknya jauh dan besarnya daya yang akan ditransmisikan
biasanya perlu penggunaan tegangan tinggi (TT), atau tegangan
ekstra tinggi (TET).

7
3. Sistem distribusi, yang terdiri dari saluran distribisi primer dengan
tegangan menengah (TM) dan saluran distribusi sekunder dengan
tegangan rendah (TR).
4. Sistem pemanfaatan tenaga listrik, yang terdiri atas instalasi
pemanfaatan tenaga listrik.
Jika dilihat dari usaha penyediaan tenaga listrik, maka usaha sistem
tenaga listrik dapat dibagi dalam beberapa kategori yaitu :
1. Usaha penyediaan tenaga listrik yang melingkupi usaha
pembangkitan, transmisi, distribusi, dan penjualan;
2. Usaha penunjang tenaga listrik yang meliputi jasa penunjang dan
industri penunjang. Untuk usaha jasa penunjang antara lain adalah
konsultansi, pemasangan, pengujian, pemeliharaan, pengoperasian,
penelitian, pendidikan dan pelatihan serta usaha lainnya yang
menunjang tenaga listrik. Sedangkan untuk industri penunjang
adalah industri yang menghasilkan peralatan maupun pemanfaat
tenaga listrik.
Skema usaha di bidang tenaga listrik dapat dilihat pada diagram 2.1
berikut ini:

Diagram 2.1. Skema Usaha di Bidang Tenaga Listrik


Pembangkit Transmisi Distribusi Penjualan Penunjang Industri
BUMN P3 B TM - Konsultansi - Peralatan
IPP TR - Pemasangan - Pemanfaatan
Koperasi - Pengujian
Perorangan - Pengoperasian
- Pemeliharaan
- Penelitian
- Penunjang
- Diklat
- Dll

Yang termasuk didalam usaha penyedian tenaga listrik adalah


pembangkit, transmisi, distribusi, dan penjualan. Pada pembangkit,
dimungkinkan sifat bisnisnya adalah kompetisi (multi seller dan multi
buyer) sehingga disini perlu sekali peranan pemerintah untuk mengawasi

8
pergerakan bisnis pembangkit yang ada. Sedangkan untuk transmisi dan
distribusi sifat bisnisnya adalah monopoli (dikuasi oleh satu badan usaha
saja) dalam hal ini hak izin kekuasan usaha tenaga listrik tersebut
diserahkan kepada PT. PLN (Persero).

B. Usaha Penyedia Tenaga Listrik

Yang termasuk di dalam usaha penyedia adalah pembangkit, transmisi,


distribusi, dan penjualan tenaga listrik, hal ini dapat dilihat pada gambar
2.1 berikut:

Gambar 2.1. Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

Dari gambar 2.1 diatas, dapat dilihat bahwa untuk bidang usaha penyedia
ketenagalistrikan adalah di daerah berwarna biru, sehingga baik PT. PLN
(Persero) maupun badan usaha lain yang bergerak atau memiliki izin
usaha penyediaan tenaga listrik bertanggung jawab didalam penyediaan
kelistrikan ke konsumen.
Didalam usaha penyediaan ketenagalistrikan, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan terutama didalam kebijakkan ketenagalistrikan adalah
sebagai berikut:

9
1. Setiap pembangkit, sebelum dioperasikan harus memiliki sertifikat uji
laik operasi ini sesuai dengan Undang–Undang Nomor 30 Tahun
2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012;
2. Seluruh pembangkit (penyedia) ketenagalistrikan memiliki izin usaha;
3. Seluruh transmisi dan distribusi, juga harus memiliki sertifikat uji laik
operasi;
4. Untuk kegiatan usaha penjualan, tarif yang dikenakan atau
dibebankan kepada konsumen harus ditetapkan oleh pemerintah;
5. Setiap tenaga teknik yang bekerja di bidang usaha penyediaan harus
memiliki sertifikat kompetensi;
6. Kegiatan usaha Penyediaan tenaga listrik dibagi dalam dua
kelompok besar usaha yaitu :
a. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dan;
b. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri.

B.1. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum


Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum
merupakan perubahan nomenklatur nama izin usaha, yang dahulu
lebih dikenal dengan sebutan Izin Usaha untuk Kepentingan Umum
(IUKU).
Dalam Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2009, badan usaha
penyedia tenaga listrik dapat dilakukan oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi,
dan swadaya masyarakat.
Badan usaha penyedia dapat juga mendapatkan rekomendasi dari
pemerintah daerah untuk penetapan wilayah usaha yang akan
ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dengan
ketentuan bahwa badan usaha tersebut memiliki pembangkit,
transmisi dan distribusi serta pelanggan (konsumen) atau badan
usaha yang memiliki izin usaha penyedia tenaga listrik terintegrasi.

10
Suatu badan usaha penyedia tenaga listrik (pemilik izin usaha
penyedia tenaga listrik) dalam hal melakukan kegiatan usahanya
harus melakukan beberapa kewajiban yang di atur dalam Undang –
Undang Nomor 30 Tahun 2009 yaitu :
1. Menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan
keandalan yang berlaku;
2. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen
dan masyarakat;
3. Memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan; dan
4. Mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
Sedangkan peranan Pemerintah baik pusat maupun Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap badan usaha penyediaan tenaga listrik dalam
hal:
1. Penyediaan dan pemanfaatan sumber energi untuk pembangkit
tenaga listrik;
2. Pemenuhan kecukupan pasokan tenaga listrik;
3. Pemenuhan persyaratan keteknikan;
4. Pemenuhan aspek perlindungan lingkungan hidup;
5. Pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri;
6. Penggunaan tenaga kerja asing;
7. Pemenuhan tingkat mutu dan keandalan penyediaan tenaga
listrik;
8. Pemenuhan persyaratan perizinan;
9. Penerapan tarif tenaga listrik; dan
10. Pemenuhan mutu jasa yang diberikan oleh usaha penunjang
tenaga listrik.
Dalam melakukan pengawasan, Pemerintah,dan Pemerintah Daerah
dapat:
1. Melakukan inspeksi pengawasan di lapangan;
2. Meminta laporan pelaksanaan usaha di bidang ketenagalistrikan;

11
3. Melakukan penelitian dan evaluasi atas laporan pelaksanaan
usaha di bidang ketenagalistrikan; dan
4. Memberikan sanksi administratif terhadap pelanggaran ketentuan
perizinan.
Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, pemerintah dapat
dibantu oleh inspektur ketenagalistrikan ataupun oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil.
Bentuk badan usaha penyedia tenaga listrik dalam pelaksanaannya
saat ini sangatlah bervariasi terutama di bidang penjualan. Pada
saat ini, banyak kegiatan bentuk badan usaha penjualan mulai dari
penyewaan pembangkit maupun penjualan energi listrik kepada
penyewa ataupun pemilik kios yang ada di pusat – pusat
perbelanjaan.
Dalam peraturan memang belum jelas dirincikan bentuk badan
usaha penyediaan tenaga listrik, apakah yang termasuk badan
usaha penyedia tenaga listrik adalah badan usaha yang
menyediakan energi tenaga listrik saja atau termasuk juga suatu
badan usaha yang menyewakan pembangkit tenaga listrik misalnya
penyewaan Genset.

B.2. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri


Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri atau
dikenal sekarang dengan istilah izin operasi, merupakan perubahan
nomenklatur dari Izin Usaha untuk Kepentingan Sendiri (IUKS). Pada
dasarnya setiap kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik, harus
memiliki izin terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan usahanya.
Kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri
merupakan usaha dimana pemilik izin menyediakan energi tenaga
listrik sendiri (pembangkit) dan digunakan/dimanfaatkan untuk
kepentingan sendiri. Penggunaan pembangkit dapat berupa:

12
1. Penggunaan utama, apabila pembangkit tenaga listrik
dioperasikan secara terus-menerus dalam memenuhi kebutuhan
tenaga listrik untuk kepentingan sendiri;
2. Penggunaan cadangan, apabila pembangkit tenaga listrik
dioperasikan hanya sewaktu-waktu untuk menjamin kontinuitas
dan keandalan penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
sendiri;
3. Penggunaan darurat, apabila pembangkit tenaga listrik
dioperasikan hanya pada saat terjadi gangguan pasokan tenaga
listrik dari pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
setempat;
4. Penggunaan sementara, apabila pembangkit tenaga listrik
dioperasikan hanya untuk kegiatan yang bersifat sementara,
termasuk dalam pengertian ini pembangkit yang dapat dipindah-
pindahkan (mobile dan portable).
Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 29 Tahun 2012, bahwa izin
usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri diberikan
dengan melihat kapasitas dari pembangkit tersebut, adapun jenis izin
dan kapasitas yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Untuk kapasitas pembangkit diatas 200 kVA, pemilik harus
memiliki izin operasi;
2. Untuk kapasitas 25–200 kVA wajib memiliki surat keterangan
terdaftar dari pemerintah;
3. Sedangkan untuk kapasitas dibawah 25 kVA, pemilik wajib
melaporkan kepada pemerintah sesuai dengan kewenangan
dimana instalasi tersebut berada.
Dalam peraturan menteri tersebut, tata cara pelaksanaan pemberian
izin diberikan kepada pemerintah sesuai dengan kewenangannya.

13
C. Tingkat Kandungan Dalam Negeri

Salah satu tugas dan kewenangan pemerintah adalah pembinaan dan


pengawasan kepada semua badan usaha yang bergerak di bidang
ketenagalistrikan, salah satu bentuk pembinaan dan pengawasan adalah
penggunaan kandungan dalam negeri. Aturan dan peraturan tentang
penggunaan kandungan dalam negeri ini tertuang dalam Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 48 tahun 2010 tentang Pedoman
Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan.
Dalam peraturan ini dinyatakan bahwa setiap pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan untuk kepentingan umum harus menggunakan barang
dan jasa dalam negeri. Peraturan ini berlaku untuk semua badan usaha
yang akan membangun infrastruktur ketenagalistrikan.
Adapun hal yang diatur didalam peraturan ini dapat di lihat pada table di
bawah ini :
1. Besaran Nilai TKDN barang dan jasa untuk PLTU Batubara.
Barang Gabungan
Jasa
No Kapasitas (MW) Minimum Barang & Jasa
Minimum (%)
(%) (%)
1 15 67,09 96,31 70,00
2 15-25 46,36 91,99 50,00
3 25-100 41,75 88,07 45,00
4 >100 38,00 71,33 40,00

14
2. Besaran nilai TKDN barang dan jasa untuk PLTA Non Storage
Pump.
Gabungan
Kapasitas Barang Jasa Minimum
No Barang & Jasa
(MW) Minimum (%) (%)
(%)
1 15 64,20 86,06 70,76
2 15-50 49,84 55,54 51,60
3 50-150 48,11 51,10 49,00
4 >150 47,82 46,98 47,60

3. Besaran nilai TKDN barang dan jasa untuk PLTP.


Gabungan
Kapasitas Barang Jasa Minimum
No Barang & Jasa
(MW) Minimum (%) (%)
(%)
1 100/blok 35,71 71,53 40
2 100-300/blok 30,67 71,53 15
3 >300/blok 25,63 71,53 15

4. Besaran nilai TKDN barang dan jasa untuk PLTGU.

Gabungan
Kapasitas Barang Jasa Minimum
No Barang & Jasa
(MW) Minimum (%) (%)
(%)
1 10 21,00 82,30 40,45
2 10-60 15,70 74,10 33,24
3 60-100 16,00 60,10 29,21
4 >110 16,30 58,40 28,95

5. Besaran nilai TKDN barang dan jasa untuk PLTS Solar Home
System (SHS)
Gabungan
Kapasitas Barang Jasa Minimum
No Barang & Jasa
(MW) Minimum (%) (%)
(%)
1 50/unit 32,56 100 39,30

15
6. Besaran nilai TKDN gabungan barang dan jasa Jaringan Distribusi
Listrik untuk:
a. Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV (per km)
minimum sebesar 57,70%;
b. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV minimum sebesar
38,00%;
c. Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 275 kV minimum
sebesar 63,00%;
d. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 275 kV minimum sebesar
38,00%;
e. Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi 150 kV (per km) minimum
sebesar 59,00%;
f. Gardu Induk Tegangan Tinggi 150 kV minimum sebesar 59,00%;
g. Jaringan Transmisi Tegangan 70 kV (per km) minimum sebesar
59,00%;
h. Gardu Induk Tegangan Tinggi 70 kV minimum sebesar 67,00%;
i. Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 kV (per km) minimum
sebesar 71,00%;
j. Gardu Distribusi Tegangan Menengah 20 kV minimum sebesar
69,00%;
k. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah 380/220 V (per km)
minimum sebesar 78,00%; dan
l. Gardu Distribusi Tegangan Rendah (sambungan rumah) 380/220
V (per konsumen) minimum sebesar 77,00%.

D. Rangkuman

1. Dalam Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2009, yang termasuk


dalam usaha penyediaan tenaga listrik adalah:
a. Pembangkit;
b. Transmisi;

16
c. Distribusi; dan
d. Penjualan.
2. Setiap badan usaha penyedia tenaga listrik harus memiliki izin
didalam melakukan usahanya dan harus memenuhi aturan serta
kaidah–kaidah yang tertuang di dalam Undang–Undang Nomor 30
Tahun 2009.
3. Kewajiban suatu badan usaha penyedia tenaga listrik adalah:
a. Menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan
keandalan yang berlaku;
b. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen
dan masyarakat;
c. Memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan; dan
d. Mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
4. Peranan pemerintah baik pusat maupun daerah adalah berperan
sebagai pembina dan pengawasan terhadap badan usaha penyedia
tenaga listrik.

E. Evaluasi

1. Sebutkan jenis usaha yang termasuk dalam usaha penyediaan


tenaga listrik!
2. Sebutkan kewajiban yang harus diikuti oleh suatu badan usaha
didalam melakukan kegiatannya didalam penyediaan tenaga listrik!
3. Sebutkan fungsi dan perenanan pemerintah terhadap badan usaha
penyedia tenaga listrik!
4. Siapa yang dapat melakukan usaha penyediaan tenaga listrik?
5. Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah didalam melakukan
pengawasan terhadap suatu badan usaha penyedia tenaga listrik!

17
BAB III
MATERI POKOK II
JENIS USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

Indikator Hasil Belajar :


Setelah mempelajari materi pokok ini pembaca mampu menjelaskan
jenis – jenis usaha jasa penunjang ketenagalistrikan.

Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa usaha tenaga listrik dibagi
didalam dua kelompok yaitu : usaha penyedia tenaga listrik dan usaha
penunjang tenaga listrik. Ada beberapa peraturan ataupun kebijakan yang
mendukung tentang kegiatan usaha penunjang tenaga listrik secara
umum yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009, tentang Tenaga listrik;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa
Penunjang Tenaga Listrik;
3. Peraturan Menteri ESDM Nomor 048 Tahun 2006 tentang
Pemanfaatan Jaringan Tenaga listrik untuk Kepentingan Telematika;
4. Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2014 tentang Tatacara
Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan.
Tujuan dari usaha jasa penunjang tenaga listrik ini adalah:
1. Menunjang usaha penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik dalam
rangka pelayanan tenaga listrik kepada masyarakat secara merata;
2. Menjamin mutu pelayanan tenaga listrik kepada masyarakat;
3. Menumbuh kembangkan badan usaha penunjang yang berkualitas;
4. Mendorong pertumbuhan ahli spesialis di bidang tenaga listrik
(tenaga teknik yang kompeten);
5. Melindungi kepentingan konsumen tenaga listrik dan pengusaha
penyediaan tenaga listrik.

18
Dalam Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan,
usaha penunjang tenaga listrik dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
1. Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik; dan
2. Industri Penunjang Tenaga Listrik.
Usaha jasa penunjang tenaga listrik berperan penting dalam menunjang
kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik untuk mewujudkan penyediaan
tenaga listrik yang andal, aman, dan ramah lingkungan. Untuk
mewujudkan usaha jasa penunjang tenaga listrik yang mampu
memberikan pelayanan yang profesional, perlu dilakukan pengaturan
terhadap usaha jasa penunjang tenaga listrik. Usaha jasa penunjang
tenaga listrik antara lain : konsultansi, pembangunan dan pemasangan,
pemeriksaan dan pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan instalasi
tenaga listrik. Usaha jasa penunjang tenaga listrik harus dilakukan oleh
badan usaha.
Kegiatan–kegiatan yang termasuk didalam jasa penunjang tenaga listrik
adalah:
1. Konsultansi dalam bidang instalasi penyediaaan tenaga listrik;
2. Pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga listrik;
3. Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;
4. Pengoperasian instalasi tenaga listrik;
5. Pemeliharaan instalasi tenaga listrik;
6. Penelitian dan pengembangan;
7. Pendidikan dan pelatihan;
8. Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
9. Sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
10. Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan;
11. Usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan penyediaan
tenaga listrik.
Badan usaha jasa penunjang tenaga listrik sebagaimana dimaksud diatas,
dapat dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, badan usaha swasta, dan koperasi yang memiliki sertifikasi,

19
klasifikasi, dan kualifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan
usaha swasta, dan koperasi dalam melakukan usaha jasa penunjang
tenaga listrik wajib mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
Fungsi dari pemerintah terhadap usaha penunjang ini adalah mengatur,
membina dan mengawasi serta menerbitkan izin usaha dari usaha jasa
penunjang tersebut.
Sedangkan untuk usaha industri penunjang adalah sebagai berikut :
1. Usaha industri peralatan tenaga listrik; dan/atau
2. Usaha industri pemanfaat tenaga listrik.
Usaha industri penunjang tenaga listrik dilaksanakan oleh badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan
koperasi. Badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan
usaha swasta, dan koperasi dalam melakukan usaha industri penunjang
tenaga listrik wajib mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
Seluruh badan usaha penunjang tenaga listrik, dapat melakukan
kegiatannya setelah mendapatkan izin usaha penunjang tenaga listrik.
Seluruh badan usaha jasa penunjang, wajib diakreditasi badan usahanya
oleh lembaga sertifikasi badan usaha. Jika diwilayah daerah usaha
penunjang tidak memiliki lembaga sertifikasi, maka gubernur, bupati
maupun walikota berhak menunjuk lembaga yang dianggap mampu untuk
mensertifikasi badan usaha. Jika badan usaha belum ada yang
terakreditasi, maka pemimpin wilayah juga berhak menunjuk badan usaha
yang dianggap mampu untuk melakukan kegiatan badan usaja jasa
penunjang.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa
Penunjang Tenaga Listrik, badan usaha jasa penunjang dikelompokkan
berdasarkan:
1. Klasifikasi dan
2. Kualifikasi.

20
Masing–masing kelompok badan usaha tersebut akan dibahas pada sub
bab dibawah ini.

A. Klasifikasi

Untuk klasifikasi badan usaha pada kegiatan usaha jasa penunjang,


dibagi dalam beberapa klasifikasi dengan berdasarkan dari pada bidang
dan sub bidang pada kegiatan masing–masing usaha jasa penunjang.
Untuk klasifikasi bidang usaha jasa konsultan, pembangunan dan
pemasangan, pemeriksaan dan pengujian dapat diklasifikasikan seperti
terlihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Klasifikasi Bidang Usaha Jasa Konsultan, Pembangunan


dan Pemasangan, Pemeriksaan dan Pengujian

BIDANG SUB BIDANG


Uap, Gas, Gas-Uap, Panas Bumi, Air, Air Kecil
Pembangkit
&Menengah, Diesel, Nuklir, EBT
Transmisi SUTT, SUTET &Gardu Induk

Distribusi SUTM & SUTR

Instalasi Pemanfaatan TT, TM, TR

Untuk klasifikasi perencana, pelaksana, dan pengawas bangunan sipil dan


gedung untuk instalasi penyediaan tenaga listrik harus mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi. Hal
ini jelas dinyatakan pada pasal 5 ayat 6 dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 62 Tahun 2012. Sedangkan untuk kegiatan badan usaha jasa
penunjang dengan kegiatan usaha Pengoperasian dan Pemeliharaan
diklasifikasikan seperti terlihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut :

21
Tabel 3.2. Klasifikasi Bidang Usaha Jasa Penunjang Kegiatan Usaha
Pengoperasian dan Pemeliharaan

BIDANG SUB BIDANG


Uap, Gas, Gas-Uap, Panas Bumi, Air, Air Kecil
Pembangkit
& Menengah, Diesel, Nuklir, EBT
Transmisi SUTT, SUTET & Gardu Induk

Distribusi SUTM & SUTR

Untuk badan usaha jasa penunjang ketenagalistrikan pendidikan dan


pelatihan diklasifikasikan seperti terlihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut :

Tabel 3.3. Klasifikasi Bidang Usaha Jasa Penunjang


Ketenagalistrikan Pendidikan dan Pelatihan

BIDANG SUB BIDANG


Uap, Gas, Gas-Uap, Panas Bumi, Air, Air Kecil
Pembangkit
& Menengah, Diesel, Nuklir, EBT
Transmisi SUTT, SUTET & Gardu Induk

Distribusi SUTM & SUTR

Instalasi Pemanfaat Pemanfaatan TT, TMdan TR


Pembangkit, Transmisi, Distribusi & Instalasi
Assesor
Pemanfaat
Industri Penunjang Peralatan & Pemanfaatan Tl

Sedangkan Klasifikasi Usaha jasa Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik


Ketenagalistrikan diklasifikasi seperti terlihat pada Tabel 3.4 sebagai
berikut :

22
Tabel 3.4. Klasifikasi Usaha Jasa Sertifikasi Kompetensi Tenaga
Teknik Ketenagalistrikan

BIDANG SUB BIDANG


Konsultansi, Pembangunan & Pemasangan,
Pemeriksaan & Pengujian, Pengoperasian,
Pembangkit Pemeliharaan, Litbang, Diklat, Lab Pengujian,
Assesor, Usaha Jasa Lain yang berkaitan
dengan Pembangkit
Konsultansi, Pembangunan & Pemasangan,
Pemeriksaan & Pengujian, Pengoperasian,
Transmisi Pemeliharaan, Litbang, Diklat, Lab Pengujian,
Assesor, Usaha Jasa Lain yang berkaitan
dengan Transmisi
Konsultansi, Pembangunan & Pemasangan,
Pemeriksaan & Pengujian, Pengoperasian,
Distribusi Pemeliharaan, Litbang, Diklat, Lab Pengujian,
Assesor, Usaha Jasa Lain yang berkaitan
dengan Distribusi
Konsultansi, Pembangunan & Pemasangan,
Instalasi
Pemeriksaan & Pengujian, Pemeliharaan,
Pemanfaatan
Litbang, Diklat, Lab Pengujian, Assesor,

Klasifikasi untuk badan Usaha jasa penunjang tenaga listrik pada kegiatan
usaha Penelitaian dan Pengembangan, laboratorium pengujian peralatan
dan pemanfaat tenaga listrik dan sertifikasi peralatan dan pemanfaat
tenaga listrik diklasifikasikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

B. Kualifikasi

Kualifikasi Bidang usaha jasa penunjang tenaga listrik adalah sebagai


berikut :
1. Usaha Besar;
2. Usaha Menengah; dan
3. Usaha Kecil.

23
Kualifikasi badan usaha jasa penunjang berdasarkan pada:
1. Tingkat kemampuan usaha; dan
2. Keahlian kerja orang perseorangan.
Demikian juga dengan klasifikasi, untuk kualifikasi perencana, pelaksana,
dan pengawas bangunan sipil dan gedung untuk instalasi penyediaan
tenaga listrik harus mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
dibidang jasa konstruksi.

C. Perizinan

Pada dasarnya seluruh badan usaha yang bergerak dalam bidang


ketenagalistrikan harus memiliki izin terlebih dahulu sebelum melakukan
kegiatan usahanya. Untuk mendapatkan izin dari Menteri/Bupati/Walikota
ada beberapa persyaratan administrasi maupun teknik yang harus
dipenuhi oleh suatu badan usaha. Adapun persyaratan administrasinya
adalah sebagai berikut:
1. Identitas pemohon;
2. Akta pendirian badan usaha;
3. Profil badan usaha;
4. Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
5. Surat keterangan domisili dari instansi yang berwenang.
Sedangkan persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu badan
usaha adalah sebagai berikut:
1. Sertifikat badan usaha sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasinya,
kecuali untuk usaha jasa pemeriksaan dan pengujian di bidang
Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik tegangan rendah;
2. Tenaga teknik yang bersertifikat;
3. Penanggung jawab teknik;
4. Sistem manajemen mutu.

24
Jadi jika dilihat dari persyaratan diatas, maka dapat dibuatkan suatu
diagram alir bagi suatu badan usaha dalam pengurusan perizinan, seperti
terlihat pada Diagram 3.1 sebagai berikut, yaitu :

Diagram 3.1. Diagram Alir Pengurusan Izin Badan Usaha

Badan usaha memiliki beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh


badan usaha antara lain:
1. Memberikan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik sesuai
dengan sistem manajemen mutu;
2. Memenuhi standar teknis dan ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan;
3. Mengutamakan produk dan potensi dalam negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
4. Memberikan laporan secara berkala 1 (satu) tahun sekali kepada
Menteri atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

25
D. Rangkuman

1. Usaha Jasa Penunjang di bagi dalam 11 (sebelas) kelompok badan


usaha yaitu :
1) Konsultansi dalam bidang instalasi penyediaaan tenaga listrik;
2) Pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga
listrik;
3) Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;
4) Pengoperasian instalasi tenaga listrik;
5) Pemeliharaan instalasi tenaga listrik;
6) Penelitian dan pengembangan;
7) Pendidikan dan pelatihan;
8) Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
9) Sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
10) Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan; atau
11) Usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan
penyediaan tenaga listrik.
2. Dari sebelas kelompok tersebut dapat dikelompokan dalam 2
kelompok besar yaitu:
1) Usaha jasa konstruksi dan
2) Usaha jasa non konstruksi.
3. Usaha jasa konstruksi merupakan pengejawantahan dari Undang–
Undang jasa konstruksi yang mengatur 3 (tiga) pokok bidang usaha
yaitu:
1) Perencanaan;
2) Pelaksanaan; dan
3) Pengawasan

26
E. Evaluasi

1. Apa yang dimaksud dengan usaha penunjang tenaga listrik?


2. Sebutkan jenis–jenis badan usaha yang termasuk dalam usaha jasa
penunjang tenaga listrik!
3. Sebutkan usaha jasa konstruksi yang merupakan bagian jasa
penunjang di bidang ketenagalistrikan!
4. Siapa yang berwenang didalam pemberian akreditasi untuk badan
usaha jasa penunjang konstruksi pada saat ini!
5. Siapa yang berhak untuk melakukan pengujian instalasi pembangkit
listrik pada saat ini!

27
BAB IV
PENUTUPAN

Karena begitu banyaknya kegiatan usaha disektor ketenagalistrikan dan


Undang–Undang ketenagalistrikan telah diberlakukan, hendaknya
pemerintah daerah membuat peraturan daerah yang mengatur tentang
pelaksanaan kegiatan bidang ketenagalistrikan.
Seluruh kegiatan ketenagalistrikan ini dapat berjalan setelah mendapatkan
izin dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan di bidang ketenagalistrikan, hendaknya
pemerintah daerah menyiapkan aparatur fungsional Inspektur
Ketenagalistrikan.
Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat membantu
dalam penyempurnaan modul inidiwaktu mendatang, serta dapat
disampaikan ke alamat e-mail : patar_ektl@yahoo.com.

28
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, Energi, UI Press, Jakarta, 1995;

Bulletin Energi Hijau, Edisi I, Desember 2002, DJLPE.

Djuhana Djoekardi, Mesin – Mesin Listrik Motor Induksi, Jakarta 1996

Elgerd; Olle L. Electric Energy Systems Theory : An Introduction, Tata


McGraw Hill Publinshing Company Limited.

Gonen, Turan, Electric Power Transmission System Eengineering :


Analysis and Design, John Wiley and Son

Gonen, Turan, Electric Power Distribution System Engineering, John Wiley


and Son.

Gupta, B.R., Generation of Electrical Energy, Eurasia Publishing House


(PVT.) LTD, Ram Nagar, New Delhi, 1996.

Leaflet “Pemanfaatan Energi”, Proyek Pengembangan Sistem


Pemanfaatan Energi, 2002.

Marsudi, Djiteng, Ir, Operasi Sistem Tenaga Listrik, ISTN.

Murty, P. S. R, Power System Operation and Control, Tata McGraw Hill


Publinshing Company Limited.

Pusat Informasi Energi Baru dan Terbarukan, Proyek Pengembangan dan


Pemanfaatan Energi 1997/1998, DJLPE, 1999.

Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron, Jakarta 1999

Pansisni, Electrical Distribution Engineering, McGraw Hill.

Sinly Evan Putra, Nuklir, www.chemistry.org, 2002.

____, Statistik Ekonomi Energi Indonesia Tahun 2002, Pusat Infornasi


Energi DESDM, 2002.

____, Rural Energy Technology: Biomass Convertion, Economic and


Social Commission for Asia and the Pacific, United Nations,
New York, 2001.

29
Weedy, Electric Power System, John Wiley and Son.

Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Jakarta 1988

30
KUNCI JAWABAN EVALUASI

Materi Pokok I
1. Jenis Usaha yang termasuk usaha penyediaan tenaga listrik adalah :
a. Pembangkitan
b. Transmisi
c. Distribusi dan
d. Penjualan
2. Kewajiban yang harus diikuti oleh suatu badan usaha didalam
melakukan kegiatan penyediaan tenaga listrik adalah:
a. Menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan
keandalan yang berlaku;
b. Memberikan pelayanan yang sebaik - baiknya kepada
konsumen dan masyarakat;
c. Memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan; dan
d. Mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
3. Fungsi dan peranan pemerintah terhadap badan usaha penyediaan
tenaga listrik adalah sebagai pemberi izin dan sebagai regulator
dalam bidang ketenagalistrikan serta dapat juga sebagai suatu
badan Pembina dan pengawasan terhadap badan usaha tersebut.
4. Yang dapat melakukan kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik
adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan usaha Milik Daerah,
Koperasi, swasta maupun Swadaya Masyarakat.
5. Dalam melakukan pengawasan, Pemerintah dan pemerintah daerah
dapat:
1. melakukan inspeksi pengawasan di lapangan;
2. meminta laporan pelaksanaan usaha di bidang
ketenagalistrikan;
3. melakukan penelitian dan evaluasi atas laporan pelaksanaan
usaha di bidang ketenagalistrikan; dan

31
4. memberikan sanksi administratif terhadap pelanggaran
ketentuan perizinan.

Materi Pokok II
1. Usaha penunjang tenaga listrik adalah usaha yang menunjang
seluruh kegiatan ketenagalistrikan baik berbentuk jasa maupun
industri.
2. Usaha jasa penunjang terbagi dalam sebelas jenis usaha yaitu :
a. konsultansi dalarn bidang instalasi penyediaaan tenaga listrik;
b. pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga
listrik;
c. pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;
d. pengoperasian instalasi tenaga listrik;
e. pemeliharaan instalasi tenaga listrik;
f. penelitian dan pengembangan;
g. pendidikan dan pelatihan;
h. laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
i. sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
j. sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan; atau
k. usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan
penyediaan tenaga listrik.
3. Usaha jasa kontruksi yang merupakan bagian dari usaha jasa
penunjang bidang ketenagalistrikan adalah :
a. Jasa Perencanaan
b. Pelaksanaan konstruksi dan
c. Pengawasan
4. Yang mengakreditasi badan usaha konstruksi saat ini adalah LPJK
(Lembaga Pelaksanaan Jasa Konstruksi).
5. Yang berhak melakukan pengujian adalah badan usaha jasa
inspeksi yang terakreditasi atau yang di tunjuk oleh pemerintah dan
di anggap mampu.

32
Materi Pokok III
1. Industri Penunjang Ketenagalistrikan di bagi dalam dua kelompok
besar yaitu:
a. Industri peralatan tenaga listrik dan
b. Industri pemanfaat tenaga listrik
2. Contoh insutri peralatan adalah industry yang memproduksi Kabel,
trafo, kotak kontak, saklar, piting lampu dll.
3. Contoh industry pemanfaat adalah Pabrik Televisi, kipas angin,
Radio Tape, kompor listrik dll.
4. Yang berwenanga dalam pengawasan adalah dinas yang memiliki
tugas di bidang perdagangan dan industri.
5. Apabila seluruh peralatan telah di pasang atau terinstal di sisten
tenaga listrik, maka peralatan tersebut merupakan tanggung jawab
dari inspektur ketenagalistrikan.

33
LAMPIRAN

Lampiran I

34
Lampiran II

35
Lampiran III

36

Anda mungkin juga menyukai