Anda di halaman 1dari 56

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... 1

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... 2

DAFTAR TABEL ....................................................................................... 3

BAB I PROSES BISNIS PMO ................................................................... 4

1.1 Pengelolaan Proyek di PT PLN (Persero) .......................................................... 4


1.2 Tahapan Pengelolaan Proyek ............................................................................ 7
1.3 Knowledge Area Dalam Pengelolaan Proyek (Berbasis PMBOK) ................... 13

BAB II PENGENALAN FIDIC .................................................................. 15

2.1 Pengenalan Standar FIDIC dan Standar Kontrak Internasional Lainnya. ........ 15

BAB III STRUKTUR GENERAL CONDITIONS OF CONTRACT............ 21

3.1 Dokumen dan isi Kontrak .................................................................................. 21


3.2 Aspek-aspek yang terkandung dalam kontrak konstruksi ................................ 22
3.3 Perbedaan Interpretasi atas Kontrak. ............................................................... 23
3.4 Pasal Penting dalam Persyaratan Umum Kontrak FIDIC ( FIDIC GCC) .......... 24
3.5 Contoh Isi dari Klausula Penting sesuai standar GCC ..................................... 27

BAB IV PENYIAPAN SPECIAL CONDITIONS OF CONTRACT ............ 39

4.2 Penyiapan Special Conditions of Contract ....................................................... 39

BAB V ADMINISTRASI KONTRAK DAN KLAIM ................................... 42

5.1 Pendahuluan ..................................................................................................... 42


5.2 Administrator Kontrak ....................................................................................... 43
5.3 Klaim ................................................................................................................. 53

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gambaran Kegiatan Pembangunan Sistem Ketenagalistrikan Yang


Dilaksanakan Oleh PLN Selama 10 Tahun Kedepan .........................................................4
Gambar 1.2 Sistem Ketenagalistrikan PLN .........................................................................6
Gambar 1.3 Tiga Tingkatan Proyek Ketenagalistrikan ........................................................8
Gambar 1.4 Tahapan dalam Proses Bisnis Investasi Pembangunan Ketenagalistrikan ....8
Gambar 1.5 Output Tahapan Inisiasi ...................................................................................9
Gambar 1.6 Siklus 5 Tahapan Pengelolaan proyek ..........................................................13
Gambar 2.1 Jenis Buku FIDIC ...........................................................................................16

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Matrix Antara 5 Tahapan Pengelolaan Proyek Dan Knowledge Area .............. 14
Tabel 2.1 Model Standard dari Condition Of Contract ...................................................... 18
Tabel 3.1 Priority of Document dalam FIDIC .................................................................... 21
Tabel 3.2 Pasal – pasal yang terkait tambahan harga kontrak......................................... 24
Tabel 3.3 Pasal-pasal yang terkait dengan potensi untuk mendapatkan Perpanjangan
Waktu (Extension of Time/EOT). ...................................................................................... 25
Tabel 3.4 Pasal-pasal yang ada di dalam GCC yang memungkinkan Pengguna untuk
mengajukan Klaim ke Kontraktor. ..................................................................................... 26

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


BAB I PROSES BISNIS PMO

1.1 Pengelolaan Proyek di PT PLN (Persero)


1.1.1 Pengantar Investasi Sistem Ketenagalistrikan di PT PLN
(Persero)
PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) Persero merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan layanan listrik untuk kebutuhan
masyarakat Indonesia. Sebagai satu-satunya perusahaan penyedia layanan
listrik Negara, PT PLN diharapkan dapat terus meningkatkan rasio elektrifikasi
hingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan baru maupun lama diseluruh
Indonesia. Dengan pertumbuhan demand yang tinggi, PLN dituntut untuk
meningkatkan kapasitas produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat pengguna listrik mulai dari Rumah Tangga, Sosial, Bisnis, Industri
sampai Kantor Pemerintahan.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi seluruh Pelanggan, PLN
ditugaskan menyediakan untuk pasokan listrik dengan kapasitas diatas
kebutuhan serta kehandalan sistemnya. Penyediaan pasokan tenaga listrik
setiap tahunnya dilaksanakan oleh PLN melalui PLN Unit Induk Pembangunan di
seluruh Indonesia. Pembangunan sistem ketenagalistrikan yang dilaksanakan
oleh PLN mengacu pada RUPTL (Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik)
yang diterbitkan setiap tahun oleh PLN dan mendapat persetujuan dari
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (Kemen
ESDM).
Secara umum gambaran kegiatan pembangunan sistem ketenagalistrikan
yang dilaksanakan oleh PLN selama 10 tahun kedepan dapat dilihat pada profil
di bawah ini :

Gambar 1.1 Gambaran Kegiatan Pembangunan Sistem Ketenagalistrikan Yang


Dilaksanakan Oleh PLN Selama 10 Tahun Kedepan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


Dari tabel di atas, dapat dilihat jumlah proyek di RUPTL yang akan
dilaksanakan selama 10 tahun sejumlah 3.432 dengan proyek kebutuhan
investasi PLN setiap tahunnya mencapai Rp 60 Trilyun. Kegiatan investasi
pembangunan sistem ketenagalistrikan yang dilaksanakan oleh PLN melalui
tahapan panjang yang meliputi 5 fase yaitu:
1. Fase Inisiasi (Initiation)
2. Fase Perencanaan (Planning)

3. Fase Pra-Pelaksanaan (Pre-Execution)


4. Fase Pelaksanaan (Execution)
5. Fase Penyelesaian (Closing)
Kelima fase tersebut berlaku pada kegiatan pembangunan instalasi Pembangkit,
transmisi dan Gardu Induk. Pada 5 fase tersebut terdapat 111 proses yang
dijalankan untuk mendukung pembangunan sistem ketenagalistrikan mulai dari
penyiapan RUPTL sampai proses serah terima proyek kepada unit operasi.
Dalam setiap fase dibutuhkan komunikasi yang baik antara PLN dengan seluruh
stakeholdernya agar dapat tercipta pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
rencana proyek yang meliputi Scope, Waktu, Biaya dan Mutu (kwalitas proyek).
Komunikasi yang dibangun harus memenuhi semua kebutuhan dan
harapan dari para stakeholders mulai dari Pemerintah, Pemasok, Konsultan,
Kontraktor, Pemerintah Daerah, Masyarakat disekitar lingkungan proyek, Media
dan para Pekerja. Keberhasilan komunikasi akan berdampak pada suksesnya
proyek sehingga PLN dapat memenuhi pasokan tenaga listrik bagi seluruh
masyarakat dalam waktu yang tepat dan kwalitas yang baik.
Aspek pendukung keberhasilan dalam komunikasi proyek meliputi pelaku
komunikasi, media yang digunakan, waktu yang telah ditetapkan, alur informasi
yang sesuai dengan Basic Communication yang disepakati dan isi informasi yang
dibutuhkan oleh stakeholder.
Kemampuan anggota tim proyek baik secara individu maupun secara
kolektif dalam melaksanakan komunikasi proyek perlu dibangun dan
dipersiapkan agar seluruh prasyarat komunikasi dapat terpenuhi. Dalam buku ini
akan diuraikan bagaimana tim proyek mengidentifikasi stakeholder terkait,
bagaimaan merencanakan komunikasi proyek, bagaimana mendistribusikan
informasi, bagaimana mengelola komunikasi dan bagaimana mempersiapkan
laporan yang mendukung proses komunikasi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


1.1.2 Latar Belakang
Sebagai ilustrasi kegiatan sistem ketenagalistrikan yang dikelola PLN,
berikut ini dapat dilihat siklus mulai diproduksinya tenaga listrik oleh beberapa
pembangkit tenaga listrik dilanjutkan dengan proses transmisi (pengiriman)
tenaga listrik ke konsumen melalui sisten transmisi, gardu induk samai kepada
pelanggan akhir.

Gambar 1.2 Sistem Ketenagalistrikan PLN

Aset pembangkit, transmisi dan gardu induk yang dioperasikan PLN, dibangun
oleh Direktoraat Konstruksi & EBT dibantu 14 PLN Unit Induk Pembangunan
(UIP) dengan 59 Unit Pelaksana Konstruksi (UPK) yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Dalam upaya medukung pelaksanaan pembangunan sisem ketenagalistrikan,
PLN telah membangun sistem komputerisasi PMO Konstruksi (Program
Management Office) yang berfungsi sebagai tools untuk kegiatan monitoring dan
controlling bagi proyek-proyek yang sedang disiapkan maupun proyek yang
sedang berlangsung.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


Pembangunan sistem PMO didasarkan oleh beberapa kebutuhan /
tantangan yaitu
1. Tantangan untuk mendapatkan gambaran yang terkonsolidasi terhadap
seluruh proyek-proyek ketenagalistrikan, sehingga Manajemen dapat
mengambil keputusan secara cepat dan tepat
2. Tantangan untuk meningkatkan kinerja proyek demi tercapainya sasaran
kerja investasi proyek
3. Tantangan dalam penyelenggaraan adsministrasi investasi proyek
sehingga memudahkan komunikasi dengan stakeholders
4. Tantangan dalam mengelola utilisasi sumber daya proyek, terutama
anggaran, secara optimal
5. Konsistensi Proses pelaporan proyek agar sesuai dengan bentuk
pelaporan yang diharapkan Stakeholders

1.2 Tahapan Pengelolaan Proyek


Proyek pada ketenagalistrikan terbagi dalam 3 tingkatan:
1. Portfolio Management merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengidentifikasi kandidat proyek, memilih serta memprioritasi proyek
yang akan dijalankan dengan mempertimbangkan aspek jadwal dan
kesiapan pendanaan (investasi).
2. Program Management Office (PMO) merupakan suatu metodologi
sekaligus organisasi yang bertanggung jawab untuk mengelola multi
proyek.
3. Project Management adalah Penerapan pengetahuan, keterampilan,
alat bantu dan teknik-teknik yang mendukung kegiatan proyek untuk
memenuhi kebutuhannya sehingga proyek tersebut bisa berjalan
secara efektif dan efisien.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


Ketiga tingkatan proyek tersebut diilustrasikan pada gambar berikut :

Gambar 1.3 Tiga Tingkatan Proyek Ketenagalistrikan

Menurut PMBOK (Project Management Body of Knowledge) Proyek adalah


upaya temporer yang dilakukan untuk menciptakan/ membangun sebuah produk,
service atau hasil yang unik (produk yang khas). Sedangkan menurut RUPTL,
proyek adalah aktivitas pembangunan satu atau lebih asset ketenagalistrikan
dalam RUPTL yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
kelayakan teknis dankepastian pendanaan serta diimplementasikan dalam satu
atau lebih kontrak pekerjaan.

1.2.1 Tahapan Pengelolaan Proyek Berbasis Pedoman Proses Bisnis


Investasi Pembangunan Ketenagalistrikan di PLN
Tahapan dalam proses bisnis investasi pembangunan ketenagalistrikan terdiri
dari 5 tahapan yaitu :

Inisiasi Perencanaan Pra-Pelaksanaan Pelaksanaan Penyelesaian

Gambar 1.4 Tahapan dalam Proses Bisnis Investasi Pembangunan


Ketenagalistrikan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


a. Fase Inisiasi.
 Fase Inisiasi merupakan fase atau tahap pertama dari Proses Bisnis
Proyek. Pada fase ni terdapat proses analisi keperluan Aset melalui
sebuah Forum Perencanaan yang dihadiri oleh berbagai Divisi terkait di
PLN. Hasil forum tersebut nantinya akan dituangkan dalam bentuk
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
 Kegiatan dalam Fase Inisiasi :
- Menyusun dan memasukan daftar Proyek dalam RUPTL
- Mengkoordinasikan Penyusunan KKP (Kajian Kelayakan Proyek)
 Output Fase Inisiasi :
- Dokumen RUPTL
- Dokumen KKP

Output dari tahapan inisiasi adalah buku RUPTL yang disahkan oleh Pemerintah.

Gambar 1.5 Output Tahapan Inisiasi

b. Fase Perencanaan.

 Fase Perencanaan ini sangat penting karena hanya dengan perencanaan


yang matang dan cermat maka proyek dapat dijalankan dengan baik dan
terkontrol. Fase Perencanaan akan menilai apakah suatu proyek layak
secara teknis dan layak secara komersil.
 Pada Fase inilah suatu proyek ditetapkan apakah dilanjutkan atau
dihentikan (Go or Not Go).
 Kegiatan dalam Fase Perencanaan :
- Melakukan survey pendahuluan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


- Menetapkan ruang lingkup proyek, khususnya terkait energi primer
yang digunakan
- Menyusun Spesifikasi Teknis/ Desain Awal/ Basic Design dan Harga
Perkiraan Enjiner (HPE)
- Menyusun Kajian Risiko
- Menyusun Financial Projection/ Proyeksi Pendanaan
- Menyusun Dokumen Feasibility Study (Studi Kelayakan Proyek)
 Output Fase Perencanaan :
- Project Charter
- Dokumen Kajian Risiko
- Dokumen Feasibility Study
- Basic Design
- Dokumen Financial Projection
- Dll

c. Fase Pra-Pelaksanaan.

 Setelah suatu calon Aset dinyatakan Layak secara Teknis dan Komersil
yang tuangkan dalam Dokumen Feasibility Study, maka langkah
selanjutnya adalah
- (1) Menentukan Pendanaan,
- (2) Melakukan Pengadaan Kontraktor/Pengembang IPP/Pemasok
Energi Primer, dan
- (3) Melakukan Persiapan Lingkungan dan Pengadaan Tanah.
 Fase ini sangat penting karena akan menentukan proses selanjutnya
berdasarkan jenis pendanaan yang digunakan. Setiap jenis pendanaan
memiliki mekanisme yang berbeda-beda.
 Kegiatan dalam Fase Pra-Pelaksanaan :
- Menentukan dan Mempersiapkan Pendanaan  APLN/ APBN/ Loan
- Membuat Tender Document dan melaksanakan pengadaan
- Mempersiapkan proses perizinan dan pengadaan Tanah
- Dll
 Output Fase Pra-Pelaksanaan :
- Surat Kuasa Investasi (APLN)
- DIPA APBN

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


- DIPA SLA (Loan)
- Tender Document
- Dokumen Kontrak
- Dokumen Studi Lingkungan
- AMDAL
- Izin Prinsip
- Bukti Pembebasan Lahan
- Dll

d. Fase Pelaksanaan.

 Tahap Pelaksanaan Proyek (Project Execution) adalah suatu proses


untuk melaksanakan perencanaan proyek yang tertuang dalam RUPTL,
dan untuk mencapai objective (sasaran) proyek. Adapun tujuan
Pelaksanaan Proyek adalah:
1. Merealisasikan perencanaan proyek yang tertuang dalam Project
Management Plan.
2. Mengkoordinasikan dan mengoptimalkan kinerja Project Team serta
pemanfaatan sumber daya non-personil.
3. Melaksanakan aktivitas proyek sesuai metodologi dan standar proses
yang sudah didefinisikan.
4. Merealisasikan perubahan perencanaan proyek yang sudah disetujui.
5. Mendokumentasikan aktivitas dan kemajuan proyek serta
mengkomunikasikan secara internal dan eksternal.
 Kegiatan dalam Fase Pelaksanaan :
- Aktivitas Konstruksi
- Pembayaran Konstruksi sesuai Progres Pekerjaan
- Melanjutkan proses pengadaan Lahan (untuk proyek Transmisi jika
belum selesai)
 Output Fase Pelaksanaan :
- Laporan Rutin Progress Konstruksi
- Invoice Pembayaran, dll

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


Fase ini merupakan rangkaian aktivitas/proses yang berkaitan dengan
konstruksi proyek, mulai dari pembangunan fisik proyek hingga proses
pembayaran para vendor yang terlibat.
Pada kasus-kasus tertentu untuk proyek transmisi, masih dilakukan proses
pengadaan lahan dalam fase ini. Hal tersebut mempertimbangkan cakupan
geografis pembangunan transmisi.

e. Fase Penyelesaian.

 Fase ini menggambarkan bagaimana proses serah terima proyek


dilakukan, serta bagaimana penyelesaian tanggung jawab lainnya kepada
Stakeholders termasuk di dalamnya laporan pertanggungjawaban.
 Tahapan Penyelesaian Proyek/ Project Closing merupakan suatu
rangkaian aktivitas untuk mengakhiri proyek atau fase proyek yang
meliputi serah terima deliverables, post project review, penutupan
kontrak, pengarsipan dokumen proyek dan pembubaran tim. Tujuan
Project Closing adalah :
1. Secara formal mengakhiri proyek dengan pihak-pihak yang terlibat di
dalam suatu proyek.
2. Memperoleh Acceptance of Deliverables dari Customer.
3. Mengarsipkan dokumen proyek sebagai Historical Information dan
dokumentasi Lesson Learned.
4. Mengakhiri penugasan anggota tim proyek.
 Kegiatan dalam Fase Penyelesaian :
- Finalisasi Kontraktual yang ditandai dengan membuat BA SLO, COD,
TOC, dan FAC.
- Finalisasi Kepentingan Stakeholder berupa membuat Laporan
Kegiatan Selesai (APBN)
 Output Fase Penyelesaian :
- Sertifikat Laik Operasi (SLO)
- Commercial Operational Date (COD)
- Taking Over Certificate (TOC)
- Final Acceptance Certificate (FAC)
- Serah Terima Proyek (STP)
- Laporan Kegiatan Selesai (LKS)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


1.3 Knowledge Area Dalam Pengelolaan Proyek (Berbasis
PMBOK)
Metoda pengelolaan proyek (Project Management Methodology) yang
dikenal di dunia diantaranya adalah PMI (Project Management Institute), Prince,
Din.
PMI menyatakan bahwa pengelolaan proyek terdiri dari 5 tahapan yaitu :
1. Tahap Inisiasi (Initiation)
2. Tahap Perencanaan (Planning)
3. Tahap Pelaksanaan (Execution)
4. Tahap Monitoring & Controlling (Pengawasan dan Pengendalian)
5. Tahap Penyelesaian (Closing)
Siklus 5 tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut :

Monitoring and
Controlling processes
Planning

Initiating Closing
Processes

Executing

Gambar 1.6 Siklus 5 Tahapan Pengelolaan proyek

Selain 5 tahapan pengelolaan proyek, dikenal juga aspek lain yaitu


Knowledge Area.
Knowledge Area merupakan bidang pengetahuan yang terdapat didalam
manajemen proyek dan merupakan kompetensi utama yang harus
dikembangkan oleh project manager.
PMBOK (Project Management Body of Knowledge) menyatakan bahwa
dalam project management (pengelolaan proyek) terdapat 10 Knowledge Area
yaitu :
4 Area Utama :
1. Scope (Ruang Lingkup)
2. Time (Waktu)
3. Cost (Biaya) dan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


4. Quality (Kwalitas
Area Pendukung
1. Human Resources (SDM)
2. Communication (Komunikasi)
3. Risk (Risiko)
4. Procurement (Pengadaan)
5. Stakeholder (Pemangku kepentingan)

Ditambah satu area lain yaitu integrasi (integration) yang mengkonsolidasi


area utama dan area pendukung. Komunikasi proyek merupakan salah satu dari
10 Knowledge Area yang menjadi faktor penting dalam keberhasilan pengelolaan
proyek. Governance atau tata kelola dari komunikasi proyek akan dijelaskan
pada bab berikutnya.

Berikut ini matrix antara 5 tahap pengelolaan proyek dan Knowledge Area.

Tabel 1.1 Matrix Antara 5 Tahapan Pengelolaan Proyek Dan Knowledge Area

Komunikasi proyek berada pada tahapan Perencanaan, Pelaksanaan, monitoring


& Controlling serta tahap Penyelesaian.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


BAB II PENGENALAN FIDIC

2.1 Pengenalan Standar FIDIC dan Standar Kontrak


Internasional Lainnya.
Organisasi “FIDIC” (Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils)
didirikan pada tahun 1913 oleh Perancis, Belgia dan Swiss. Inggeris baru
bergabung pada tahun 1949. Edisi pertama dari Kondisi Kontrak (International)
untuk Pekerjaan Teknik Sipil Konstruksi (the Conditions of Contract for Works of
Civil Engineering Construction diterbitkan pada Agustus 1957 yang telah
disiapkan atas nama FIDIC dan “Fédération Internationale du batiment et des
Travaux Publik" (International Federation of Perumahan dan Pekerjaan Umum).
selanjutnya diterbitkan edisi kedua pada tahun 1969, edisi ketiga pada tahun
1977 dan edisi keempat tahun 1987. Pada tahun 1988 FIDIC 4th edition dicetak
ulang dengan editorial amendments dan pada tahun 1992 FIDIC 4th edition
kembali dicetak ulang dengan beberapa perubahan.
Pada era globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN ke depan,
pemahaman standar kontrak internasional, khususnya FIDIC Condition of
Contract (FIDIC CC) yang digunakan di 95 negara di dunia, merupakan suatu
“keharusan” dan bukan lagi suatu “pilihan”, mengingat FIDIC CC, adalah standar
kontrak internasional yang direkomendasikan untuk dipakai oleh para institusi
pemberi pinjaman internasional, dan sudah menjadi Standard Bidding Document
dari World Bank, Asian Development Bank (ADB), JBIC dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui suatu kontrak adalah mengatur tentang hak dan
kewajiban para pihak, dalam hal ini Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa, saat ini
banyak dijumpai persyaratan umum kontrak yang dibuat secara “tailor made”
yang ternyata banyak menimbulkan permasalahan, baik pada saat pelaksanaan
proyek maupun pada saat selesainya pekerjaan phisik proyek. Kesetaraan
kontrak yang adil dan berimbang tidak terdapat pada kontrak-kontrak yang
disiapkan secara “unilateral” oleh Pengguna Jasa.
Oleh karena itu, maka sangat penting untuk diketahui standar kontrak yang
sudah berlaku secara internasional agar memudahkan Pengguna Jasa maupun
Penyedia Jasa dalam mengetahui hak dan kewajiban yang berimbang dalam
pelaksanaan suatu proyek. Saat ini FIDIC telah menerbitkan edisi kelima (tahun
1999) Standard Form of Contract atau General Conditions of Contract untuk

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


Pekerjaan Konstrusi disamping itu pada tahun yang sama menerbitkan suite of
FIDIC Standard Conditions of Contract dengan beberapa model kondisi kontrak
sebagai berikut:

1. Conditions of Contract for Construction - the New Red book


Kontrak yang menggunakan CC for construction umumnya digunakan
untuk pekerjaan konstruksi sipil dimana Design menjadi tanggung jawab dari
Pengguna dan pembayarannya berdasarkan unit price.

2. Conditions of Contract for Plant and Design-Build – the New Yellow


book
Kontrak yang menggunakan CC for Plant and Design Build umumnya
digunakan untuk pekerjaan Elekto-mechanical works dimana Design menjadi
tanggung jawab dari Kontraktor dan pembayarannya berdasarkan Lump Sum.

3. Conditions of Contract for Engineering Procurement Construction (EPC)


/ Turnkey – the Silver book.
Kontrak yang menggunakan CC for Engineering Procurement Construction
(EPC) umumnya digunakan untuk pekerjaan Elekto-mechanical works dimana
Design menjadi tanggung jawab dari Kontraktor dan pembayarannya
berdasarkan Lump Sum. Sifat kontraknya single package dimana tanggung
jawab penuh oleh Kontraktor (risiko sebagian besar ada di Kontraktor)

Gambar 2.1 Jenis Buku FIDIC

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


Jika melihat aplikasi ataupun penggunaan standard form FIDIC di PLN, secara
umum dapat dibagi dua yaitu penggunaan secara penuh untuk proyek-proyek
yang didanai oleh Multi-lateral Development Bank (MDB) seperti World Bank,
JBIC, dan lain-lain; dan standard form modifikasi dengan tidak mengacu pada
standard form manapun termasuk FIDIC seperti Proyek EPC Pembangunan
PLTU batubara/ FTP1 yang memiliki jumlah maupun isi dari pasal-pasal
kontraknya berbeda dengan jumlah dari pasal standar kontrak FIDIC seperti
berikut ini :
Pasal 1 : Pasal 2 : Pasal 3 :
DEFINITIONS APPLICATION COUNTRY OF ORIGIN
Pasal 4 : Pasal 5 : Pasal 6 :
ASSIGNMENT SUBLETTING EXTENT OF CONTRACT
Pasal 7 : Pasal 8 : Pasal 9 :
DOCUMENT CUSTODY OF DRAWING PERFORMANCE SECURITY
Pasal 10 : Pasal 11 : Pasal 12 :
INSPECTION OF SITE SUFFICIENCY OF BID PROPOSAL WORKS TO THE
SATISFACTION OF OWNER
Pasal 13 : Pasal 14 : Pasal 15 :
CONTRACTOR’S CONTRACTOR’S EMPLOYEE SETTING OUT
SUPERINTENDENCE
Pasal 16 : Pasal 17 : Pasal 18 :
LIGHTING AND GUARDING CARE OF WORKS INDEMNITY
Pasal 19 : Pasal 20 : Pasal 21 :
FORCE MAJEURE CONTRACTOR’S INSURANCE CONTRACTOR’S INSURANCE
DOCUMENTATION
Pasal 22 : Pasal 23 : Pasal 24 :
COMPLIANCE WITH STATUTES MINERALS AND ARTICLES OF PATENT RIGHTS
AND REGULATIONS. VALUE
Pasal 25 : Pasal 26 : Pasal 27 :
INTERFERENCE WITH TRAFFIC EXTRAORDINARY TRAFFIC WATER BORNE TRAFFIC
AND A JOINING PROPERTIES.
Pasal 28 : Pasal 29 : Pasal 30 :
CO-OPERATION OPERATION SUPPLY OF PLANT MATERIALS CLEAN UP OF SITE
WITH OTHER CONTRACTORS. AND LABOUR
Pasal 31 : Pasal 32 : Pasal 33 :
LABOUR RATES OF PAY AND WORKING REPORTS REGARDING
HOURS LABOUR
Pasal 34 : Pasal 35 : Pasal 36 :
WARRANTY INSPECTIONS AND TESTS OWNER’S ACCESS TO WORKS
Pasal 37 : Pasal 38 : Pasal 39 :
EXAMINATION OF WORK REJECTION SUSPENSION OF WORK
BEFORE COVERING UP
Pasal 40 : Pasal 41 : Pasal 42 :
COMMENCEMENT OF THE ALLOCATION OF SITE TIME FO COMPLETION
WORKS
Pasal 43 : Pasal 44 : Pasal 45 :
EXTENSION OF TIME FOR NIGHT, SUNDAY OR HOLIDAY RATE OF PROGRESS
COMPLETION WORK ON SITE

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


Pasal 46 : Pasal 47 : Pasal 48 :
LIQUIDATED DAMAGES VARIATIONS FORFEITURE
Pasal 49 : Pasal 50 : Pasal 51 :
URGENT REPAIRS TERMINATION FOR SETTLEMENT OF DISPUTES
CONVENIENCE OF THE OWNER
Pasal 52 : Pasal 53 : Pasal 54 :
BRIBERY AND CORRUPTION DELIVERY VESTING OF PLANT

Pasal 55 : Pasal 56 : Pasal 57 :


OWNER’S SUPERVISION OWNER’S DECISION TESTS ON COMPLETION AT
SITE
Pasal 58 : Pasal 59 : Pasal 60 :
TAKING OVER DEFECTS AFTER TAKING OVER CONTRACTOR TO SEARCH
Pasal 61 : Pasal 62 : Pasal 63 :
PAYMENT CERTIFICATE FINAL ACCEPTANCE CORRECTION AND WITH
CERTIFICATE HOLDING OF CERTIFICATE
Pasal 64 : Pasal 65 : Pasal 66 :
PAYMENTS DUE FROM THE NOTICES IMPLEMENTATION
CONTRACTOR PROCEDURES
Pasal 67 : Pasal 68 : Pasal 69 :
LAW EFFECTIVENESS PAYMENT OF RETENTION
MONEY

Sebagai perbandingan, FIDIC CC for Works of Civil Engineering Construction 4th


edition 1987 juga mempunyai jumlah pasal yang lebih banyak ( 72 clauses ) akan
tetapi standard form yang dipakai oleh PLN secara isi dan esesnsi berbeda
dengan standard form dari FIDIC.
Pada tahun 1999 FIDIC menerbitkan edisi baru terhadap 3 kondisi standar
Conditions of Contract dengan jumlah klausula yang ada sebanyak 20 klausula.
Pengurangan jumlah klausula pada edisi terakhir dibandingkan dengan edisi
sebelumnya tidak berarti terjadi pengurangan lingkup, namun sebaliknya
memberikan pengelompokan dan uraian yang lebih jelas untuk hak dan
kewajiban dari para pihak yang berkontrak. Berikut adalah susunan ketiga model
standard dari conditions of contract tersebut, sebagai berikut:
Tabel 2.1 Model Standard dari Conditions Of Contract
Clause Conditions Of Contract Conditions Of Contract Conditions Of Contract For
For Construction For Plant And Design- Engineering Procurement
Build Construction (EPC) / Turnkey
(The New Red Book) ( The New Yellow Book) (The Silver Book)
1. General Provisions General Provisions General Provisions
2. The Employer The Employer The Employer
3. The Engineer The Engineer The Employer’s
Administartion
4. The Contractor The Contractor The Contractor
5. Nominated Design Design
Subcontractors

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18


6. Staff And Labour Staff And Labour Staff And Labour
7. Plant, Materials And Plant, Materials And Plant, Materials And
Workmanship Workmanship Workmanship
8. Commencement, Commencement, Delays Commencement, Delays And
Delays And Suspension And Suspension Suspension
9. Test On Completion Test On Completion Test On Completion
10. Employer’s Taking Over Employer’s Taking Over Employer’s Taking Over
11. Defects Liability Defects Liability Defects Liability
12. Measurement And Tests After Completion Tests After Completion
Evaluation
13. Variations And Variations And Variations And Adjustments
Adjustments Adjustments
14. Contract Price And Contract Price And Contract Price And Payment
Payment Payment
15. Termination By Termination By Employer Termination By Employer
Employer
16. Suspension And Suspension And Suspension And Termination
Termination By Termination By By Contractor
Contractor Contractor
17. Risk And Responsibility Risk And Responsibility Risk And Responsibility
18. Insurance Insurance Insurance
19. Force Majeure Force Majeure Force Majeure
20 Claims, Disputes And Claims, Disputes And Claims, Disputes And
Arbitration. Arbitration. Arbitration.

FIDIC General Conditions of Contract hanya merupakan salah satu bentuk


standard persyaratan umum kontrak (general conditions of contract) yang umum
digunakan dalam proyek konstruksi internasional sejak tahun 1945. FIDIC CC
saat ini merupakan General Conditions of Contract yang direkomendasikan
penggunaannya untuk kontrak-kontrak internasional yang didanai oleh IBRD
(Bank Dunia, the International Bank of Reconstruction and Development), ADB
(Asian Development Bank), JBIC (Japan Bank for International Cooperation), dan
sebagainya. Dengan FIDIC CC ini, pihak Kontraktor merasa mendapat posisi
yang sederajat dengan Konsultan dan Pengguna Jasa.
Jenis-jenis National Standard Form of General Conditions of Contract
lainnya yang dapat digunakan untuk proyek konstruksi internasional, antara lain
seperti:

a. AIA (the American Institute Architects) berlaku di Amerika.


Standar kontrak AIA disebut “AIA standard”, AIA General Condition of contract
terdiri dari 14 pasal dan 71 ayat. Kata-kata/istilah yang digunakan seperti
Pengguna jasa disebut “owner” dan Engineer/konsultan disebut “architect”.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 19


Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase dan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
dapat memutuskan kontrak.

b. ICE (Insitute of Civil Engineering) berlaku di Inggris.


Bagian dari kontrak terdiri dari: Perjanjian yang disebut “Article of Agreement”,
Bagian I: Umum terdiri dari 34 pasal yang menguraikan tentang difinisi,
kewajiban para pihak dan ketentuan Pemutusan kontrak. Bagian II: memuat
tentang sub Penyedia Jasa tertunjuk atau nominated sub contractor dan uraian
tentang pemasok bahan tertunjuk (nominated supplier). Bagian III: Memuat
tentang peluang dari Penyedia Jasa untuk mendapatkan Penyesuian harga
(fluktuasi) yang terdiri dari perhitungan fluktuasi, fluktuasi pajak, upah dan bahan.
c. SIA (Singapore Institute of Architect).
SIA menyusun kontrak standar kontrak dikenal dengan “Article and Condition of
Building Contract yang terdiri dari: Article of contract; condition of contract;
appendix dan addendum and amendement. Dokumen Kontrak terdiri dari:
Perjanjian; Syarat kontrak; Gambar kontrak; RAB dan Surat menyurat. Syarat –
sayarat kontrak terdiri dari 39 pasal dan 150 ayat.

Dari standar kontrak FIDIC, AIA, ICE serta SIA kurang lebih mempunyai bentuk
(format) sebagai berikut:
1. Perjanjian/kontrak disebut “Agreement” atau “Article of Agreement” atau
“Article of Contract”;
2. Syarat-syarat Kontrak (Condition of Contract) terdiri dari Umum (General) dan
Khusus (Particular/special;
3. Lampiran-lampiran (Appendices);
4. Spesifikasi Teknis (Technical Specification);
5. Gambar- Gambar Kontrak (Contract Drawing).

Istilah-istilah yang digunakan masa pemeliharaan yang biasa dikenal diganti


dengan istilah “Masa Tanggung Jawab atas cacat” (defect liability period) kecuali
SIA masih menggunakan istilah “Maintenance period”. Denda yang lazim kita
kenal diganti dengan istilah “Ganti Rugi atas Keterlambatan” (Liquidity Damages
for delay) atau “Ascertain Damages for Delay”.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 20


BAB III STRUKTUR GENERAL CONDITIONS OF CONTRACT

3.1 Dokumen dan isi Kontrak


Dalam kontrak atau perjanjian antara Pengguna dan Penyedia jasa terdiri dari
beberapa dokumen yang saling melengkapi dan secara bersama disebut
Dokumen Kontrak. Dilihat dari kekuatan hukum sesuai Keputusan Direksi PT
PLN (Persero) No. 0620.K/DIR/2013, pasal 4.6.22.7: Urutan Kekuatan Hukum
Dokumen Perjanjian/Kontrak, terdiri dari:
a. Perjanjian Kontrak (Contract Agreement);
b. Kesepakatan Diskusi Perjanjian (contract discussion Agreement);
c. Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ);
d. Surat Penawaran;
e. Addendum/Amandemen Dokume Pelelangan (apabila ada);
f. Syarat-syarat khusus Perjanjian/kontrak;
g. Syarat-syarat Umum Perjanjian/kontrak;
h. Spesifikasi Teknis;
i. Gambar-gambar (bila ada);
j. Daftar kuantitas dan harga.

Didalam standar Dokumen Fidic “Priority of Document” ada didalam pasal 1.5
seperti berikut:
Tabel 3.1 Priority of Document dalam FIDIC
Clause Conditions of Contract for Conditions of Contract for Conditions of Contract
Construction Plant and Design-Build. for Engineering
Procurement
Construction (EPC) /
Turnkey
(the New Red book) ( the New Yellow book) (the Silver book)
1.5 a) the Contract Agreement a) the Contract Agreement a) the Contract
(if any), (if any), Agreement,
b) the Letter of Acceptance, b) the Letter of Acceptance, b) the Particular
c) the Letter of Tender,
d) the Particular c) the Letter of Tender, Conditions,
Conditions - Part A, d) the Particular c) these General
e) the Particular Conditions, Conditions,
Conditions - Part B, e) these General d) the Employer's
f) these General Conditions, Requirements,
Conditions,
f) the Employer's e) the Tender, and
g) the Specification,
h) the Drawings, Requirements, f) any other documents
i) the Schedules, and g) the Schedules, forming part of the
j) any other documents h) the Contractor's Contract.
forming part of the Proposal, and

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 21


Contract. i) any other documents
forming part of the
Contract.

Syarat khusus maupun syarat umum mutlak ada dalam suatu kontrak karena
ketentuan tersebut adalah inti dari suatu kontrak, sedangkan dokumen lainnya
merupakan penunjang untuk melengkapinya. Ketentuan isi kontrak sesuai
Keputusan Direktur PT PLN (Persero) maupun Dokumen Kontrak menurut FIDIC
mensyaratkan adanya bagian syarat khusus maupun syarat umum yang mutlak
harus tercantum dalam dokumen kontrak.

3.2 Aspek-aspek yang terkandung dalam kontrak konstruksi


Dalam dokumen kontrak konstruksi mengandung beberapa aspek seperti Aspek
Hukum, Teknis, Administrasi, Keuangan, Perpajakan, Asuransi dan Sosial
Ekonomi. Keseluruhan aspek harus dicermati karena saling mempengaruhi dan
ikut menentukan keberhasilan dari pelaksanaan proyek.

3.2.1 Aspek Teknis


Pada umumnya aspek-aspek teknis yang tercakup dalam suatu dokumen kontrak
termuat didalam dokumen kontrak sebagai berikut:
a. Syarat-syarat umum kontrak (General Conditions of Contract)
b. Syarat-syarat khusus kontrak (Special/ Particular Conditions of Contract)
c. Spesifikasi Teknis (Technical Specification)
d. Gambar-gambar kontrak (Contract Drawings)

3.2.2 Aspek Hukum


Beberapa contoh pasal-pasal dalam suatu dokumen kontrak yang sarat dengan
aspek hukum, seperti:
a. Ketaatan pada ketentuan hukum (Compliance with Laws)
b. Perubahan Peraturan (Changes in Legislation)
c. Hukum dan Bahasa (Law and Language)
d. Keadaan memaksa (Force Majeure)
e. Penghentian sementara pekerjaan (Suspension of Work)
f. Pengakhiran Perjanjian/Pemutusan Kontrak (Termination)
g. Penyelesaian Perselisihan (Settlement of Dispute).

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 22


3.2.3 Aspek Keuangan
Beberapa pasal yang mengandung aspek keuangan dalam suatu dokumen
kontrak, seperti:
a. Nilai Kontrak (Contract Amount)
b. Cara Pembayaran (Method of Payment)
c. Jaminan (Guarantee/ Bond)

3.2.4 Aspek Perpajakan dan Asuransi


Terkandung dalam dokumen kontrak terutama yang terkait dengan nilai kontrak
sebagai pendapatan dari Kontraktor. Jenis-jenis pajak dan asuransi yang terkait
dengan kontrak, seperti:
a. Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
b. Pajak Penghasilan (PPh)
c. CAR & TPL (Contractor’s All Risk & Third Party Liability)
d. Asuransi Tenaga Kerja.

3.3 Perbedaan Interpretasi atas Kontrak.


Untuk membahas kelemahan-kelemahan dalam menginterpretasikan
kontrak berdasar FIDIC Conditions of Contract, perlu dipahami cara memandang
sesuatu secara optimistis atau pesimistis sesuai dengan sifat-sifat manusia.
Apabila suatu kontrak konstruksi didukung oleh suatu kontrak yang merupakan
perjanjian tertulis antar orang-orang atau antar pihak-pihak, maka kedua
pandangan di atas akan nampak dengan sendirinya dalam proses pembelajaran
kontrak tersebut.
Cara memandang suatu kontrak harus didasarkan pada pengertian bahwa
kontrak tersebut digunakan untuk membangun sesuatu dan dengan prinsip
bahwa yang terpenting adalah cara seseorang menginterpretasikan kontrak dan
bukan bagaimana seseorang membaca kontrak tersebut. Kemampuan membaca
kontrak tidak selalu diidentifikasikan dengan kemampuan bahwa seseorang
mampu menginterpretasikan kontrak tersebut secara baik. Selain itu,
permasalahan yang timbul selama konstruksi atau dengan perkataan lain selama
masa efektif suatu kontrak harus selalu dikaitkan dengan apa yang tertera dan
dijelaskan dalam kontrak.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 23


Dalam pembicaraan, perdebatan atau argumentasi selama berlangsungnya
kontrak konstruksi, pihak-pihak terkait sering melupakan batasan-batasan yang
ditetapkan dalam kontrak, sehingga pembahasan atau perdebatan sering
mengarah pada pencarian solusi yang bersifat ekstrim di luar batas kewajaran
dari suatu kontrak. Sering juga pihak-pihak terkait tidak dapat mencari
penyelesaian karena mereka tidak menyiapkan skenario penyelesaian yang
didasarkan pada apabila kita telah menandatangani suatu kontrak dengan pihak
lain untuk proyek konstruksi, semua masalah yang timbul dalam pelaksanaan
kontrak harus selalu dikembalikan pada kontrak atau dengan kata lain kontrak
menjadi perikatan hukum bagi kedua belah pihak (pacta sunt servanda).

3.4 Pasal Penting dalam Persyaratan Umum Kontrak FIDIC (


FIDIC GCC)
Berdasarkan pengalaman dalam menangani proyek konstruksi, sering terjadi
kesalahpahaman antara Pemilik Proyek dan Pelaksana Proyek (Kontraktor),
terutama pada pasal-pasal yang perlu mendapatkan perhatian (red-flag clauses)
sehingga tujuan pengelolaan proyek dapat tercapai secara; the right quality, the
right time and the right price.

3.4.1 Pasal-pasal yang terkait tambahan Harga Kontrak.


Pasal-pasal yang ada di dalam GCC yang memungkinkan Kontraktor untuk
mengajukan Klaim ke Pengguna berupa pembayaran atas biaya yang timbul
dengan menambahkan keuntungan yang wajar (Y+) atau tidak termasuk
keuntungan yang wajar (Y), yang dimasukkan didalam harga kontrak, seperti
pasal-pasal dibawah ini :
Tabel 3.2 Pasal – pasal yang terkait tambahan harga kontrak
CLAUSE HEADING RED YELLOW SILVER
1.9 Delayed Drawings or Instructions Y+ N N
1.9 Errors in Employers Requirements N Y+ N
2.1 Rights of Access Y+ Y+ Y+
4.6/13.3 Co-operation Y+ Y+ Y+
4.7 Setting-Out Y+ Y+ N
4.12 Unforseeable Physical Conditions Y Y N
4.24 Fossils Y Y Y
7.4 Testing Y+ Y+ Y+
8.9 Suspension instructed by CA Y Y Y
9.2/10.2 Delayed Tests & Interference due to the Y+ Y+ Y+

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 24


Employer
13.3 Variations Y Y+ Y+
13.7 Changes in Law Y Y Y
16.1 Suspension by Contractor Y Y Y
17.4 Employers Risks Y+ Y+ Y
19.4 Force Majeure Y Y Y

3.4.2 Pasal-pasal yang terkait dengan potensi untuk mendapatkan


Perpanjangan Waktu (Extension of Time/EOT).
Konsekuensi dari pasal-pasal dibawah ini memungkinkan Kontraktor
mendapatkan Perpanjangan waktu pelaksanaan, dengan menyampaikan secara
tertulis ke Pengguna atas kejadian sesuai pasal dibawah ini yang berakibat
terjadi kelambatan pelaksanaan dan diperlukan tambahan waktu pelaksanaan:

Tabel 3.3 Pasal-pasal yang terkait dengan potensi untuk mendapatkan


Perpanjangan Waktu (Extension of Time/EOT).
CLAUSE HEADING RED YELLOW SILVER
1.9 Errors in Employers Requirements - Y N
2.1 Rights of Access Y Y Y
4.6/13.3 Co-operation Y Y Y
4.7 Setting-Out Y Y N
4.12 Unforseeable Physical Conditions Y Y N
4.24 Fossils Y Y Y
7.4 Testing Y Y Y
8.4 ( a ) Variation Y Y Y
8.4 ( c ) Adverse Weather Y Y N
Unforseeable shortages in personnel or good
8.4 ( d ) Y Y N
due to Government
8.4 ( e )
R&Y 8.4 Delay prevention due to Employer Y Y Y
(c)S
8.5 Delay by Authorities Y Y Y
8.9
Suspension Y Y Y
/16.1
Delayed Tests & Interference due to the
9.2/10.2 Y Y Y
Employer
13.7 Changes in Law Y Y Y
17.4 Employers Risks Y Y Y
19.4 Force Majeure Y Y Y

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 25


3.4.3 Pasal-pasal yang ada di dalam GCC yang memungkinkan
Pengguna untuk mengajukan Klaim ke Kontraktor.
Konsekuensi dari pasal-pasal dibawah ini memungkinkan Pengguna
mendapatkan pembayaran atas biaya yang timbul sehubungan dengan pasal
dibawah ini yang dimasukkan didalam pengurangan (deduction) Harga Kontrak:
Tabel 3.4 Pasal-pasal yang ada di dalam GCC yang memungkinkan Pengguna
untuk mengajukan Klaim ke Kontraktor.
General Condition of
Sub
Tittle Contract, Book :
Clause
Red Yellow Silver
4.18 Electricity, Water, Gas if stated in the Contract x - -
Employer ’ s Equipment and Free - Issue Material
4.19 x -
Electricity, Water, Gas if stated in the Contract x
7.5 Rejection (Defective Plant and Materials) x x -
7.6 Remedial Work (Contractor fails to carry out) x x x
Rate of Progress (Contractor adopts revised
8.6 x x -
methods that cause Employer additional cost)
Delay Damages (Contractor fails to complete on
8.7 x x x
time)
Failure to pass tests on completion (Only if Employer
9.4 x x x
incurs additional costs)
11.4 Failure to rectify defects (Contractor fails to rectify) x x x
Adjustments for changes in Legislation (Reductions
13.7 x x x
in cost to be refunded to Employer)
Valuation at Date of Termination (Contractor ’ s
15.3 x x x
property valued by Employer on Termination)
Payment after Termination (Employer may claim
15.4 x x x
losses and damage after Termination)
Indemnities (Employer claims costs of events for
17.1 x x x
which he is indemnified by Contractor)
General Requirements for Insurances (Employer
18.1 x x x
makes claim if Contractor fails to insure)
Insurance for Works and Contractor ’ s Equipment
18.2 (Employer can claim refund if Contractor is unable to x x x
insure in accordance with Contract)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 26


3.5 Contoh Isi dari Klausula Penting sesuai standar GCC
Beberapa contoh klausula dari 3 standar kontrak yang perlu mendapatkan
perhatian khusus guna kelancaran pelaksanaan suatu proyek adalah sebagai
berikut:

3.5.1 Klausula 2.1 Right of Access to the Site (hak untuk memasuki
lapangan)
a. Conditions of Contract for Construction (the New Red book),
menyatakan :
The Employer shall give the Contractor right of access to, and possession of,
all parts of the Site within the time (or times) stated in the Contract Data. The
right and possession may not be exclusive to the Contractor. If, under the
Contract, the Employer is required to give (to the Contractor) possession of
any foundation, structure, plant or means of access, the Employer shall do so
in the time and manner stated in the Specification. However, the Employer
may withhold any such right or possession until the Performance Security has
been received.

If no such time is stated in the Contract Data, the Employer shall give the
Contractor right of access to, and possession of, the Site within such times as
required to enable the Contractor to proceed without disruption in accordance
with the programme submitted under Sub-Clause 8.3 [Programme].

If the Contractor suffers delay and/or incurs Cost as a result of a failure by the
Employer to give any such right or possession within such time, the
Contractor shall give notice to the Engineer and shall be entitled subject to
Sub-Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, if completion is or will be delayed,
under Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for Completion], and
(b) Payment of any such Cost plus profit, which shall be included in the
Contract Price.

After receiving this notice, the Engineer shall proceed in accordance with
Sub-Clause [Determinations] to agree or determine these matters.
However, if and to the extent that the Employer’s failure was caused by any
error or delay by the Contractor, including an error in, or delay in the
submission of, any of the Contractor’s Documents, the Contractor shall not be
entitled to such extension of time, Cost or profit.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 27


b. Conditions of Contract for Plant and Design-Build ( the New Yellow
book), menyatakan :

The Employer shall give the Contractor right of access to, and possession of,
all parts of the Site within the time (or times) stated in the Appendix to
Tender. The right and possession may not be exclusive to the Contractor. If,
under the Contract, the Employer is required to give (to the Contractor)
possession of any foundation, structure, plant or means of access, the
Employer shall do so in the time and manner stated in the Emplover' s
Requirements. However, the Employer may withhold any such right or
possession until the Performance Security has been received.

If no such time is stated in the Appendix to Tender, the Employer shall give
the Contractor right of access to, and possession of, the Si te within such
times as may be required to enable the Contractor to proceed in accordance
with the programme submitted under Sub-Clause 8.3 [Programme].

If the Contractor suffers delay and/or incurs Cost as a result of a failure by the
Employer to give any such right or possession within such time, the
Contractor shall give notice to the Engineer and shall be entitled subject to
Sub-Clause 20. I [Contractor's Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, if completion is or will be delayed,
under Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for Completion], and
(b) Payment of any such Cost plus reasonable profit, which shall be included
in the Contract Price.

After receiving this notice, the Engineer shall proceed in accordance with
Sub-Clause: 3.5 [Determinations] to agree or determine these matters.
However, If and to the extent that the Employer's failure was caused by any
error or delay by the Contractor, including an error in, or delay in the
submission of, any of the Contractor' s Documents, the Contractor shall not
be entitled to such extension of time, Cost. or profit.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 28


c. Conditions of Contract for Engineering Procurement Construction (EPC)
/ Turnkey (the Silver book), menyatakan :

The Employer shall give the Contractor right of access to, and possession of,
all the Site parts of the Site within the time (or times) stated in the Particular
Conditions. The right and possession may not be exclusive to the Contractor.
If, under the Contract, the Employer is required to give (to the Contractor)
possession of any foundation, structure, plant or means of access, the
Employer shall do so in the time and manner stated in the Employer’s
Requirements. However, the Employer may withhold any such right or
possession until the Performance Security has been received.

If no such time is stated in the Particular Conditions, the Employer shall give
the Contractor right of access to, and possession of, the Site with effect from
the Commencement Date.

If the Contractor suffers delay and/or incurs Cost as a result of a failure by the
Employer to give any such right or possession within such time, the
Contractor shall give notice to the Employer and shall be entitled subject to
Sub-Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, if completion is or will be delayed,
under Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for Completion], and
(b) Payment of any such Cost plus reasonable profit, which shall be added to
the Contract Price.

After receiving this notice, the Employer shall proceed in accordance with
Sub-Clause 3.5 [Determinations] to agree or determine these matters.

However, if and to the extent that the Employer’s failure was caused by any
error or delay by the Contractor, including an error in, or delay in the
submission of, any of the Contractor’s Documents, the Contractor shall not be
entitled to such extension of time, Cost or profit.

Kesimpulan dari klausula 2.1 Right of Access to the Site (hak untuk
memasuki lapangan):
Pengguna Jasa harus memberikan kepada Kontraktor hak atas jalan masuk
dan penguasaan lapangan dalam waktu dan cara sebagaimana dinyatakan
dalam kontrak, bila waktu tidak ada ketentuan waktu, maka penyerahannya
sesuai saat yang dibutuhkan. Konsekuensi atas tidak dipenuhinya klausula ini

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 29


oleh Pengguna Jasa dapat menyebabkan Kontraktor mempunyai hak (dalam
hal dipenuhi semua proses penyampaian Dokumen terkait) untuk
mengusulkan Perpanjangan Waktu serta pembayaran atas biaya yang
timbul ditambah keuntungan yang wajar, yang harus dimasukkan kedalam
Harga Kontrak.

3.5.2 Klausula 4.12: Unforeseeable Physical Condition/


Unforeseeable Difficulties (Kondisi phisik/ kesulitan-kesulitan yang
tidak dapat diperkirakan sebelumnya).

a. Conditions of Contract for Construction (the New Red book),


menyatakan :

In this Sub-Clause, “physical conditions” means natural physical conditions


and manmade and other physical obstructions and pollutants, which the
Contractor encounters at the Site when executing the Works, including sub-
surface and hydrological conditions but excluding climatic conditions.

If the Contractor encounters adverse physical conditions which he considers


to have been Unforeseeable, the Contractor shall give notice to the Engineer
as soon as practicable.

This notice shall describe the physical conditions, so that they can be
inspected by the Engineer, and shall set out the reasons why the Contractor
considers them to be Unforeseeable. The Contractor shall continue executing
the Works, using such proper and reasonable measures as are appropriate
for the physical conditions, and shall comply with any instructions which the
Engineer may give. If an instruction constitutes a Variation, Clause 13
[Variations and Adjustments] shall apply.

If and to the extent that the Contractor encounters physical conditions which
are Unforeseeable, gives such a notice, and suffers delay and/or incurs Cost
due to these conditions, the Contractor shall be entitled subject to notice
under Sub-Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, if completion is or will be delayed,
under Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for Completion], and
(b) Payment of any such Cost, which shall be included in the Contract Price.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 30


Upon receiving such notice and inspecting and/or investigating these physical
conditions, the Engineer shall proceed in accordance with Sub-Clause 3.5
[Determinations] to agree or determine (i) whether and (if so) to what extent
these physical conditions were Unforeseeable, and (ii) the matters described
in subparagraphs (a) and (b) above related to this extent.

However, before additional Cost is finally agreed or determined under sub-


paragraph (ii), the Engineer may also review whether other physical
conditions in similar parts of the Works (if any) were more favourable than
could reasonably have been foreseen when the Contractor submitted the
Tender. If and to the extent that these more favourable conditions were
encountered, the Engineer may proceed in accordance with Sub-Clause 3.5
[Determinations] to agree or determine the reductions in Cost which were due
to these conditions, which may be included (as deductions) in the Contract
Price and Payment Certificates. However, the net effect of all adjustments
under sub-paragraph (b) and all these reductions, for all the physical
conditions encountered in similar parts of the Works, shall not result in a net
reduction in the Contract Price.

The Engineer shall take account of any evidence of the physical conditions
foreseen by the Contractor when submitting the Tender, which shall be made
available by the Contractor, but shall not be bound by the Contractor’s
interpretation of any such evidence.

b. Conditions of Contract for Plant and Design-Build ( the New Yellow


book), menyatakan:

In this Sub-Clause, "physical conditions" means natural physical conditions


and man-made and other physical obstructions and pollutants, which the
Contractor encounters at the Si te when executing the Works, including sub-
surface and hydrological conditions but excluding climatic conditions.

If the Contractor encounters adverse physical conditions which he considers


to have been Unforeseeable, the Contractor shall give notice to the Engineer
as soon as practicable.

This notice shall describe the physical conditions, so that they can be
inspected by the Engineer, and shall set out the reasons why the Contractor
considers them to be Unforeseeable. The Contractor shall continue executing

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 31


the Works, using such proper and reasonable measures as are appropriate
for the physical conditions, and shall comply with any instructions which the
Engineer may give. If an instruction constitutes a Variation, Clause 13
[Variations and Adjustments] shall apply.

If and to the extent that the Contractor encounters physical conditions which
are Unforeseeable, gives such a notice, and suffers delay and/or incurs cost
due to these conditions, the Contractor shall be entitled subject to Sub-
Clause 20. 1 [Contractor's Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, If completion is or will be


delayed, under Sub-Clause 8.4 [Extension of Tillie for Completion], and
(b) Payment of any such Cost, which shall be included in the Contract Price.

After receiving such notice and inspecting and/or investigating these physical
conditions, the Engineer shall proceed in accordance with Sub-Clause .1. ."
[Determinations] to agree or determine (i) whether and (if so) to what extent
these physical conditions were Unforeseeab1e, and (ii) the matters described
in sub-paragraphs (a) and (b) above related to this extent.

However, before additional Cost is finally agreed or determined under sub-


paragraph (ii), the Engineer may also review whether other physical
conditions in similar parts of the Works (If any) were more favorable than
could reasonably have been foreseen when the Contractor submitted the
Tender. If and to the extent that these more favorable conditions were
encountered, the Engineer may proceed in accordance with Sub-Clause 3.5
[Determinations] to agree or determine the reductions In Cost. Which were
due to these conditions, which may be Included (as deductions) In the
Contract Price and Payment Certificates. However, the net effect of all
adjustments under sub-paragraph (b) and all these reductions, for all the
physical conditions encountered in similar parts of the Works, shall not result
in a net reduction in the Contract Price.

The Engineer may take account of any evidence of the physical conditions
foreseen by the Contractor when submitting the Tender, which may be made
available by the Contractor, but shall not be bound by any such evidence.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 32


c. Conditions of Contract for Engineering Procurement Construction (EPC)
/ Turnkey (the Silver book), menyatakan :
Except as otherwise stated in the Contract
(a) The Contractor shall be deemed to have obtained all necessary
information as to risks, contingencies and other circumstances which may
influence or affect the Works;
(b) By signing the Contract, the Contractor accepts total responsibility for
having foreseen all difficulties and costs of successfully completing the
Works; and
(c) The Contract Price shall not be adjusted to take account of any
unforeseen difficulties or costs.
Kesimpulan dari Klausula 4.12: Unforeseeable Physical Condition/
Unforeseeable Difficulties (Kondisi phisik/kesulitan-kesulitan yang tidak
dapat diperkirakan sebelumnya):
Berdasarkan standar kontrak Red book dan Yellow book, Kontraktor harus
menyampaikan ke Engineer alasan-alasan dalam hal ditemui kondisi phisik
yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dengan tetap melanjutkan
pekerjaannya, maka Kontraktor berhak untuk menyampaikan pemberitahuan
atas keterlambatan untuk suatu perpanjangan waktu dan/atau menanggung
biaya akibat kondisi tersebut untuk meminta pembayaran atas biaya yang
harus dimasukkan ke dalam harga kontrak. Tetapi pada standar kontrak
EPC/Silver book kondisi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dianggap
sudah diketahui dari semua informasi yang didapatkan Kontraktor dan
Kontraktor tidak berhak untuk tambahan biaya dan waktu atas konsisi seperti
ini.

3.5.3 Klausula 16.1: Contractor’s Entitlement to Suspend Work (Hak


Kontraktor untuk menghentikan Pekerjaan).
a. Conditions of Contract for Construction (the New Red book),
menyatakan :
If the Engineer fails to certify in accordance with Sub-Clause 14.6 [Issue of
Interim Payment Certificates] or the Employer fails to comply with Sub-Clause
2.4 [Employer’s Financial Arrangements] or Sub-Clause 14.7 [Payment], the
Contractor may, after giving not less than 21 days’ notice to the Employer,
suspend work (or reduce the rate of work) unless and until the Contractor has

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 33


received the Payment Certificate, reasonable evidence or payment, as the
case may be and as described in the notice.

Notwithstanding the above, if the Bank has suspended disbursements under


the loan or credit from which payments to the Contractor are being made, in
whole or in part, for the execution of the Works, and no alternative funds are
available as provided for in Sub-Clause 2.4 [Employer’s Financial
Arrangements], the Contractor may by notice suspend work or reduce the
rate of work at any time, but not less than 7 days after the Borrower having
received the suspension notification from the Bank.

The Contractor’s action shall not prejudice his entitlements to financing


charges under Sub-Clause 14.8 [Delayed Payment] and to termination under
Sub-Clause 16.2 [Termination by Contractor].

If the Contractor subsequently receives such Payment Certificate, evidence


or payment (as described in the relevant Sub-Clause and in the above notice)
before giving a notice of termination, the Contractor shall resume normal
working as soon as is reasonably practicable.

If the Contractor suffers delay and/or incurs Cost as a result of suspending


work (or reducing the rate of work) in accordance with this Sub-Clause, the
Contractor shall give notice to the Engineer and shall be entitled subject to
Sub-Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, if completion is or will be delayed,
under Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for Completion], and
(b) Payment of any such Cost plus profit, which shall be included in the
Contract Price.

After receiving this notice, the Engineer shall proceed in accordance with
Sub-Clause 3.5 [Determinations] to agree or determine these matters.

b. Conditions of Contract for Plant and Design-Build (the New Yellow


book) menyatakan:

If the Engineer fails to certify in accordance with Sub-Clause 14.6 [Issue of


Interim Payment Certificates] or the Employer fails to comply with Sub-Clause
2.4 [Employer’s Financial Arrangements] or Sub-Clause 14.7 [Payment], the
Contractor may, after giving not less than 21 days’ notice to the Employer,

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 34


suspend work (or reduce the rate of work) unless and until the Contractor has
received the Payment Certificate, reasonable evidence or payment, as the
case may be and as described in the notice.

The Contractor’s action shall not prejudice his entitlements to financing


charges under Sub-Clause 14.8 [Delayed Payment] and to termination under
Sub-Clause 16.2 [Termination by Contractor].

If the Contractor subsequently receives such Payment Certificate, evidence


or payment (as described in the relevant Sub-Clause and in the above notice)
before giving a notice of termination, the Contractor shall resume normal
working as soon as is reasonably practicable.

If the Contractor suffers delay and/or incurs Cost as a result of suspending


work (or reducing the rate of work) in accordance with this Sub-Clause, the
Contractor shall give notice to the Engineer and shall be entitled subject to
Sub-Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, if completion is or will be delayed,
under Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for Completion], and
(b) Payment of any such Cost plus reasonable profit, which shall be included
in the Contract Price.

After receiving this notice, the Engineer shall proceed in accordance with
Sub-Clause 3.5 [Determinations] to agree or determine these matters.

c. Conditions of Contract for Engineering Procurement Construction (EPC)


/ Turnkey (the Silver book), menyatakan:

If the Employer fails to comply with Sub-Clause 2.4 [Employer’s Financial


Arrangements] or Sub-Clause 14.7 [Timing of Payments], the Contractor
may, after giving not less than 21 days’ notice to the Employer, suspend work
(or reduce the rate of work) unless and until the Contractor has received the
reasonable evidence or payment, as the case may be and as described in the
notice.

The Contractor’s action shall not prejudice his entitlements to financing


charges under Sub-Clause 14.8 [Delayed Payment] and to termination under
Sub-Clause 16.2 [Termination by Contractor].

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 35


If the Contractor subsequently receives such evidence or payment (as
described in therelevant Sub-Clause and in the above notice) before giving a
notice of termination, the Contractor shall resume normal working as soon as
is reasonably practicable.

If the Contractor suffers delay and/or incurs Cost as a result of suspending


work (or reducing the rate of work) in accordance with this Sub-Clause, the
Contractor shall give notice to the Employer and shall be entitled subject to
Sub-Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, if completion is or will be delayed,
under Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for Completion],and
(b) Payment of any such Cost plus reasonable profit, which shall be added to
the Contract Price.

After receiving this notice, the Employer shall proceed in accordance with
Sub-Clause 3.5 [Determinations] to agree or determine these matters.

Kesimpulan dari Klausula 16.1: Contractor’s Entitlement to Suspend


Work (Hak Kontraktor untuk menghentikan Pekerjaan) :
Berdasarkan ketiga standar kontrak Red book, Yellow book dan Silver book,
mempunyai isi klausula yang sama untuk yang memberi hak kepada
Kontraktor menghentikan pekerjaan atau menurunkan kecepatan pekerjaan
dalam hal Engineer gagal mensahkan/menerbitkan BA Pembayaran atau
Pengguna Jasa gagal untuk memenuhi pembayaran kepada Kontraktor,
Kontraktor dapat menyampaikan pemberitahuan tidak kurang dari 21 hari
kepada Pengguna Jasa.
Apabila Kontraktor mengalami kelambatan dan/atau mengeluarkan biaya
sebagai akibat dari penghentian pekerjaan (atau mengurangi kecepatan
pekerjaan) sesuai dengan sub klausula ini, maka Kontraktor harus
menyampaikan pemberitahun kepada Engineer (Red dan Yellow book) atau
kepada Pengguna Jasa (silver book) dan berhak untuk mendapatkan
Perpanjangan waktu serta pembayaran ditambah keuntungan yang wajar,
yang harus dimasukkan ke dalam Harga Kontrak.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 36


3.5.4 Klausula 19.4: Consequences of Force Majeure (Konsekuensi
keadaan kahar ).
a. Conditions of Contract for Construction (the New Red book),
menyatakan:

If the Contractor is prevented from performing its substantial obligations


under the Contract by Force Majeure of which notice has been given under
Sub-Clause 19.2 [Notice of Force Majeure], and suffers delay and/or incurs
Cost by reason of such Force Majeure, the Contractor shall be entitled
subject to Sub-Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, if completion is or will be delayed,
under Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for Completion], and
(b) if the event or circumstance is of the kind described in sub-paragraphs (i)
to (iv) of Sub-Clause 19.1 [Definition of Force Majeure] and, in the case of
subparagraphs (ii) to (iv), occurs in the Country, payment of any such
Cost, including the costs of rectifying or replacing the Works and/or
Goods damaged or destroyed by Force Majeure, to the extent they are
not indemnified through the insurance policy referred to in Sub-Clause
18.2 [Insurance for Works and Contractor’s Equipment].

After receiving this notice, the Engineer shall proceed in accordance with
Sub-Clause 3.5 [Determinations] to agree or determine these matters.

b. Conditions of Contract for Plant and Design-Build (the New Yellow


book) menyatakan:
If the Contractor is prevented from performing any of his obligations under the
Contract by Force Majeure of which notice has been given under Sub-Clause
19.2 [Notice of Force Majeure], and suffers delay and/or incurs Cost by
reason of such Force Majeure, the Contractor shall be entitled subject to Sub-
Clause 20.1 [Contractor's Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, If completion is or will be


delayed, under Sub-Clause 8.1 [Extension of Time for Completion], and
(b) if the event or circumstance Is of the kind described in sub-paragraphs (i)
to (iv) of Sub-Clause 19.1 [Definition of Force Majeure] and, in the case of
sub-paragraphs (ii) to (iv), occurs in the Country, payment of any such
Cost.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 37


After receiving this notice, the Engineer shall proceed in accordance with
Sub-Clause 3.5 [Determinations] to agree or determine these matters.

c. Conditions of Contract for Engineering Procurement Construction (EPC)


/ Turnkey (the Silver book), menyatakan :

If the Contractor is prevented from performing any of his obligations under the
Contract by Force Majeure of which notice has been given under Sub-Clause
19.2 [Notice of Force Majeure], and suffers delay and/or incurs Cost by
reason of such Force Majeure, the Contractor shall be entitled subject to Sub-
Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to:

(a) an extension of time for any such delay, if completion is or will be delayed,
under Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for Completion], and
(b) if the event or circumstance is of the kind described in sub-paragraphs (i)
to (iv) of Sub-Clause 19.1 [Definition of Force Majeure] and, in the case of
sub-paragraphs (ii) to (iv), occurs in the Country, payment of any such
Cost.

After receiving this notice, the Employer shall proceed in accordance with
Sub-Clause 3.5 [Determinations] to agree or determine these matters.
Kesimpulan dari Klausula 16.1: Consequences of Force Majeure
(Konsekuensi keadaan kahar):
Berdasarkan ketiga standar kontrak Red Book, Yellow Book dan Silver Book,
mempunyai isi klausula yang hampir sama untuk yang memberi hak kepada
Kontraktor untuk Perpanjangan Waktu akibat kondisi/keadaan kahar.
Disamping Perpanjangan Waktu Kontraktor berhak untuk mendapatkan
biaya, termasuk biaya untuk memperbaiki atau mengganti pekerjaan
dan/atau barang-barang yang rusak oleh keadaan kahar, sampai sebatas
bahwa itu tidak diganti melalui polis asuransi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 38


BAB IV PENYIAPAN SPECIAL CONDITIONS OF CONTRACT

4.2 Penyiapan Special Conditions of Contract


Conditions of Contract (Syarat-syarat Kontrak) mengatur tentang hak,
kewajiban dan tanggung jawab para pihak yang berkontrak. Conditions of
Contract merupakan elemen inti dari kontrak yang menyatukan bagian-bagian
lain dari dokumen kontrak dengan menguraikan posisi dan tingkat kepentingan
dari masing-masing bagian dokumen kontrak. Conditions of Contract terdiri dari
standar General Conditions (Syarat-syarat Umum) yang diterbitkan oleh FIDIC
menurut project delivery system yang akan dipakai dan Particular Conditions
(Syarat-syarat Khusus) yang dibuat oleh Employer secara spesifik untuk masing-
masing kontrak.

Untuk alasan hak cipta, FIDIC tidak mengijinkan dilakukannya modifikasi


terhadap General Conditions yang diterbitkan oleh FIDIC pada seluruh edisi dan
versi yang ada (Red, Yellow dan Silver Book). Sehingga perubahan terhadap
General Conditions tidak diperkenankan langsung dilakukan pada teks kalimat
yang ada di buku format standar FIDIC, akan tetapi hal itu dapat dilakukan pada
Particular Conditions yang disiapkan oleh Employer untuk kontrak yang akan
disepakatinya dengan kontraktornya. Sebagai informasi, bahwa Particular
Conditions memiliki hirarki yang lebih tinggi dari General Conditions
sebagaimana dinyatakan pada Sub-clause 1.5., maka dengan demikian General
Conditions harus dipahami bersama dengan Particular Conditions. Karena pada
prinsipnya Particular Conditions merupakan perubahan terhadap General
Conditions yang dilakukan oleh Employer untuk mengakomodir kondisi-kondisi
tertentu yang tidak sesuai dengan keadaan pada General Conditions yang
standar tersebut. Particular Conditions dapat berupa penjelasan tambahan atas
klausula ataupun sub-klausula yang tertulis dalam General Conditions atau dapat
juga berupa penghapusan terhadap klausula maupun sub-klausula yang terdapat
dalam General Conditions. Satu hal yang harus dicatat, bahwa jika ingin
mengadopsi format standar FIDIC maka tidak diperkenankan untuk mengubah,
menambah atau mengurangi klausula, sub-klausula dan kalimat yang ada di
General Conditions, tetapi sekali lagi perubahan dapat dilakukan pada Particular
Conditions.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 39


Pada setiap format standar kontrak selalu akan ditemui kondisi yang tidak
sesuai dengan hal yang akan diperjanjikan karena sangatlah tidak mungkin
disiapkan satu format standar yang akan cocok untuk setiap pekerjaan pada
daerah atau negara yang berbeda. Mempertimbangkan adanya kondisi-kondisi
lokal tersebut, maka kemudian FIDIC menyiapkan format standar yang bersifat
umum dan diharapkan dapat diaplikasi pada setiap kontrak, tentunya dengan
adanya pilihan untuk menghapus ataupun menambahkan persyaratan-
persyaratan dengan dibuatnya Particular Conditions sebagai kesatuan dengan
General Conditions.
Terkait dengan penggunaan Conditions itu sendiri, format standar FIDIC
juga memungkinkan dimuatnya data-data kunci yang bersifat informasi non-
teknis yang ditempatkan pada satu dokumen dengan sebutan:
a) Appendix to Tender untuk Red dan Yellow Books,
b) Contract Data untuk MDB Book, dan
c) Particular Conditions untuk Silver Book.
Seluruh format standar yang dikeluarkan oleh FIDIC kecuali Silver Book
melampirkan contoh format untuk Appendix to Tender (R/Y) atau Contract Data
(M) yang menyediakan checklist mengenai informasi-informasi yang harus
dimasukkan sebagai tambahan keterangan/ data kontrak.
Conditions of Contract secara prinsip harus dipahami dengan mengacu
pada prinsip-prinsip umum mengenai kontrak dan terkait erat dengan hukum
yang mengatur di negara tersebut, selain memperhatikan ‘ruling language’ dan
prioritas/ hirarki dokumen kontrak.
Selanjutnya harus dipahami bahwa General Conditions diperlukan untuk
dibuat spesifik disesuaikan dengan keinginan Employer dan kondisi dari proyek
itu sendiri, sehingga perubahan terhadap General Conditions tidak dapat
dihindari dan dilakukan pada Particular Conditions.
Sebelum melakukan perubahan terhadap General Conditions, Employer
atau administrator kontrak disarankan untuk menyusun modifikasi tersebut
secara hati-hati dan memastikan hubungan antar klausula pada General
Conditions dan Particular Conditions tersebut tetap relevan. Dengan
mempertimbangkan bahwa Particular Conditions memiliki derajat prioritas yang
lebih tinggi dari General Conditions, maka harus dipastikan bahwa modifikasi
atau perubahan pada masing-masing klausula dilakukan secara komprehensif
sehingga menghindarkan terjadinya konflik antar klausula pada Particular

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 40


Conditions ataupun dengan bagian lain pada kontrak. Disarankan bahwa
perubahan yang dilakukan pada General Conditions melalui Particular Conditions
dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian spesifik di bidang kontrak, teknik
dan pengadaan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 41


BAB V ADMINISTRASI KONTRAK DAN KLAIM

5.1 Pendahuluan
Format FIDIC, seperti format kontrak standard lainnya di industri konstruksi
ataupun rekayasa lainnya, tidak hanya menekankan pada hak dan kewajiban dari
Employer dan Contractor saja. Syarat-syarat yang sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya juga mengatur ketentuan secara detail termasuk prosedur untuk
kepentingan administrasi kontrak dan pengelolaan proyek secara umum.
Pada FIDIC edisi 1999 untuk Red, MDB (Pink) dan Yellow Book
memberikan ruang untuk penunjukan pihak diluar para pihak yang berkontrak
yaitu Employer dan Contractor untuk bertindak sebagai administrator kontrak.
Pada Red dan Yellow Book, administrator ini biasa disebut Engineer, sedangkan
pada Silver Book, administrator kontrak menjadi tanggung jawab Employer, akan
tetapi terdapat ‘ruang’ bagi Employer untuk menunjuk dan menugaskan pihak
lain sebagai Employer’s Representative untuk melaksanakan peran sebagai
administrator kontrak atas nama Employer.
Ketentuan dan prosedur secara administrasi kontrak dinyatakan cukup
jelas diatur pada kontrak dan hal tersebut tidak terpisah dari hak dan kewajiban
para pihak menurut kontrak. Akan tetapi hal tersebut sedikit berbeda jika
membicarakan hak dan kewajiban para pihak yang selalu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap prosedur, terkadang jika prosedur tidak diikuti secara persis
maka hak atau kewajiban dari masing-masing pihak tersebut dinyatakan gugur.
Kasus yang sering terjadi pada waktu eksekusi kontrak mengenai hak yang
hilang akibat tidak taat terhadap prosedur adalah mengenai klaim, baik dari pihak
Contractor maupun Employer. Sebagai contoh, Contractor memiliki hak untuk
mendapatkan perpanjangan waktu menurut Sub-clause 8.4 yang harus
dipertimbangkan dengan ketentuan yang ada di Sub-clause 20.1 mengenai
penyampaian dan penentuan klaim dari kontraktor.
Jika administrasi kontrak yang diatur menurut format FIDIC dapat
diekspresikan dalam satu kata, maka kata yang tepat adalah ‘komunikasi’.
Walaupun kegagalan untuk menyampaikan peringatan ataupun kewajiban
prosedural lainnya yang berdampak pada hak, akan tetapi hal tersebut bukan
merupakan sebab utama hilangnya hak dari para pihak akibat prosedur yang
terkesan rumit tersebut. Tujuan utama dari administrasi kontrak menurut konsep
FIDIC adalah memastikan seluruh pihak yang berkepentingan seperti Contractor

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 42


dan Employer (melalui Engineer atau Employer’s Representative) menerima
informasi secara penuh terhadap hal yang terjadi pada pelaksanaan pekerjaan
secara progress fisik maupun masalah yang terjadi, sehingga para pihak yang
berkepentingan tersebut tidak merasa diperlakukan secara tidak adil. Sebagai
contoh, menurut ketentuan Sub-clause 20.1 pada Red Book disebutkan bahwa
Engineer memiliki waktu untuk menanggapi klaim yang disampaikan oleh
Contractor dalam waktu 42 hari. Tanggapan tersebut dapat berupa persetujuan
terhadap klaim yang disampaikan yang artinya tidak lagi memerlukan penjelasan
ataupun data tambahan, atau penolakan terhadap klaim yang disampaikan
disertai dengan uraian detail penolakan. Pemberian uraian detail untuk
penolakan tersebut tentu saja merupakan hal yang memberatkan Engineer,
tetapi hal tersebut diperlukan oleh Contractor sebagai panduan dalam mengambil
keputusan terkait dengan klaim yang diajukan sebelumnya. Tindakan berikut
yang bisa dilakukan oleh Contractor adalah antara lain tetap mendesak klaim
yang telah disampaikan untuk dijadikan sebagai item yang dipersengketakan
melalui mekanisme penyelesaian sengketa, pembatalan terhadap klaim yang
disampaikan sambil menghitung ulang dampak finansial yang akan ditanggung
oleh Contractor akibat pembatalan klaimnya, atau menyampaikan modifikasi
klaim dengan ditambahkan informasi atau data baru pada kesempatan
berikutnya.

5.2 Administrator Kontrak


Isu utama dari proses administrasi kontrak menurut kerangka FIDIC adalah
tentang orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pelaksana kontrak. Berikut
adalah perbedaan dasar administrasi kontrak menurut Red Book, Yellow Book
Silver Book. Pada Red Book dan Yellow Book, administrator kontrak diberi peran
yang independen dengan tanggung jawab yang besar untuk membuat kontrak
dapat dijalankan. Sedangkan pihak ketiga sebagai administrator kontrak menurut
Silver Book memiliki keterbatasan peran dan tanggung jawab sebagai
Employer’s Representative. Untuk detail peran dan tanggung jawab administrator
kontrak dapat dilihat pada Clause 3 tentang Engineer untuk Red dan Yellow
Book serta Clause 3 tentang Employer’s Representative untuk Silver Book.

Pada Red dan Yellow Book peran sebagai administrator kontrak disebut sebagai
Engineer, yang peran dan tanggungjawabnya merupakan turunan dari
engineering contract yang berbasis pada tradisi common law dari versi awal

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 43


format FIDIC maupun ICE. Peran dari Engineer merupakan salah satu hal yang
paling kontroversial dan menjadi ciri dari format kontrak menurut FIDIC Red dan
Yellow Book dilihat dari peran dan tanggungjawabnya. Salah satunya adalah
mengenai peran Engineer sebagai pemutus awal pada sengketa antara
Employer dengan Contractor. Hal ini menimbulkan konflik karena adanya
persinggungan antara peran Engineer sebagai pengambil keputusan yang harus
independen dan perannya sebagai pihak yang dibayar oleh Employer untuk
melaksanakan kontrak. Peran ganda dari Engineer tersebut akan dibahas lebih
lanjut pada bagian berikutnya. Pada buku FIDIC terbitan terakhir yaitu tahun
1999, peran ganda dari Engineer tersebut telah dikurangi, seperti peran pemutus
awal untuk sengketa antara Employer dengan Contractor telah diganti dengan
diperkenalkannya Dewan Pemutus Sengketa (Dispute Adjudication Board).

Penunjukan Engineer (Red dan Yellow Book)


Engineer didefinisikan menurut Red dan Yellow Book sebagai orang yang
ditunjuk dan ditugaskan oleh Employer untuk bertindak sebagai Engineer untuk
kepentingan pelaksanaan kontrak dan disebut dalam Appendix to Tender
(Contract Data (MDB)), atau orang yang ditunjuk dari waktu ke waktu oleh
Employer dan diberitahukan ke Contractor sesuai ketentuan Clause 3.4.
Penugasan terhadap Engineer merupakan bagian dari pemenuhan kewajiban
Employer yang diatur pada Sub-clause 3.1 – Engineer’s Duites and Authority
yang menyebutkan bahwa Employer harus menunjuk Engineer.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa pada buku-buku FIDIC ini tidak ditentukan
batasan waktu bagi Employer untuk menunjuk Engineer. Walaupun demikian,
para pihak umumnya mengharapkan penugasan atau penunjukan Engineer
segera dilakukan dan berlaku efektif sejak tanda tangan kontrak, dengan merujuk
pada informasi yang ada pada Appendix to Tender (R/Y) atau Contract Data (M).

Pada kondisi normal dokumen tender akan memasukkan Appendix to Tender


(R/Y) atau Contract Data (M) yang lengkap dengan indikasi pihak yang akan
ditunjuk sebagai Engineer. Memperhatikan pentingnya peran dan tanggung
jawab Engineer, maka peserta tender akan melihat sebagai hal yang positif jika
informasi mengenai Engineer yang terlibat telah diidentifikasi sejak awal proses
tender. Kondisi ini juga didukung oleh beberapa penelitian yang menyebutkan
bahwa Contractor yang kuat akan mempertanyakan kondisi proyek yang akan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 44


dikerjakan dan reputasi serta kemampuan Engineer merupakan salah satu faktor
sukses dalam pengelolaan proyek.

Memperhatikan pentingnya peran dari Engineer dalam kondisi kontrak yang


dinamis, FIDIC Guide menyarankan beberapa hal, yaitu:
“Peserta tender disaat meneliti dokumen tender dan memperhatikan peran
Engineer harus memperhitungkan hal-hal sebagai berikut;
 Kemampuan teknis dan reputasi dari Engineer dalam kaitan dengan
pengecekan dokumen dari kontraktor sebagai peserta tender,
 Tingkat independensi dari Engineer yang ditunjuk dengan melihat latar
belakang organisasinya sebagai konsultan yang independen atau memiliki
afiliasi dengan Employer.
 Hal-hal yang dapat menjadi kendala bagi Engineer dalam menjalankan
kewenangannya terkait.
Hal lain yang terkait dengan peran dan tanggung jawab Engineer dalam kontrak
dan masih dapat menimbulkan perdebatan adalah mengenai durasi penunjukan
dan penugasan Engineer tidak diatur secara jelas, akan tetapi seharusnya
penugasan Engineer hingga penerbitan Final Payment Certificate. Hal itu
terindikasi dari tugas Engineer menurut Sub-clause 14.11 yang mensyaratkan
adanya keterlibatan Engineer dalam penerimaan permohonan pembayaran dari
Contractor dan Sub-clause 14.13 yang secara jelas menyebutkan kewenangan
Engineer untuk menerbitka Final Payment Certificate. Sehingga hal tersebut
menjadi ‘kewajiban’ bagi Employer untuk memperpanjang masa penugasan bagi
Engineer jika terjadi kelambatan pelaksanaan pekerjaan.

Kriteria untuk Menjadi Engineer (R/Y)


Ketika pembahasan sampai pada penunjukan Engineer, hal sensitif yang ada
adalah mengenai rentannya posisi tersebut dalam kaitan terhadap posisi yang
tidak ideal dan tidak pasti menurut persepsi para pihak yang berkepentingan.

Red dan Yellow Book tidak menjelaskan secara khusus mengenai orang yang
dapat ditunjuk sebagai Engineer, jika pun ada penjelasan hanya bersifat umum
yaitu orang yang ditunjuk harus memiliki kualifikasi dan berpengalaman.

Engineer atau Employer’s Representative yang ditunjuk dapat berupa badan


usaha konsultan yang independen atau individu. Keuntungan dari ditunjuknya
badan usaha konsultan adalah kemampuannya untuk mengerahkan tenaga ahli

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 45


yang dibutuhkan jika keadaan membutuhkan. Selain itu, penunjukan konsultan
internasional yang memiliki reputasi internasional juga akan memberi keuntungan
dengan menimbulkan kepercayaan dari Contractor dibandingkan dengan
penggunaan individu dan atau badan usaha konsultan yang tidak memiliki
reputasi ataupun kapabilitas. Di sisi lain, Engineer atau Employer’s
Representative, jika sebuah badan usaha, dapat saja dalam pelaksanaan peran
dan tanggungjawabnya tidak konsisten dikarenakan berganti-gantinya orang
yang berperan dengan pengalaman dan pendekatan yang berbeda.

Sebagai konsekuensi, jika badan usaha yang ditunjuk, akan menempatkan orang
yang paling senior sebagai penanggungjawab untuk memegang posisi sebagai
Engineer atau Employer’s Representative. Selanjutnya individu yang ditunjuk
oleh perusahaannya untuk bertindak sebagai Engineer atau Employer’s
Representative agar diberikan surat kuasa sehingga memiliki kebebasan dan
batasan yang jelas akan tugas, kewenangan dan tanggungjawabnya.

Walaupun format FIDIC menguraikan secara detail mengenai tugas dari


Engineer atau Employer’s Representative, tetapi pada kenyataannya penunjukan
atau penugasan badan usaha atau individu yang secara hukumnya kehadirannya
sebagai pihak ketiga dalam pengelolaan proyek tidak diatur dalam kontrak
konstruksi melainkan diatur dalam kontrak terpisah antara Employer dengan
Engineer atau Employer’s Representative itu sendiri. Perjanjian atau kontrak jasa
konsultansi tersebut terpisah dan memiliki format kontrak tersendiri dan FIDIC
menerbitkan buku tersendiri untuk model kontrak jasa konsultansi yaitu the FIDIC
Client/ Consultant Model Services Agreement atau biasa disebut the White Book.
Walaupun demikian, model kontrak jasa konsultansi ini tidak hanya terbatas
diterbitkan oleh FIDIC saja, asosiasi konsultan lainnya pun memiliki buku model
kontrak tersendiri yang diberlakukan untuk anggota asosiasinya. Ketentuan-
ketentuan dalam perjanjian jasa konsultansi inilah yang mengikatkan Engineer
atau Employer’s Representative akan kewajiban-kewajibannya terhadap
Employer jika pun ada kewajiban-kewajiban Engineer atau Employer’s
Representative dalam kontrak konstruksi tetapi hal tersebut tetap harus sejalan
dengan kewajiban-kewajiban yang ada pada perjanjian jasa konsultansi. Hal ini
harus menjadi pegangan disaat Engineer menemui kesulitan ataupun kendala

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 46


yang membuatnya tidak dapat sepenuhnya menjalankan peran dan
tanggungjawabnya sebagai Engineer atau Employer’s Representative.

Pada prakteknya, Engineer atau Employer’s Representative dapat saja


ditugaskan oleh Employer untuk menangani seluruh aspek proyek. Penugasan
ini dapat saja merupakan lingkup yang sudah disepakati bersama dalam
perjanjian jasa konsultansi ataupun perjanjian terpisah yang disesuaikan dengan
tahapan proyek. Secara jelas dapat dilihat pada Red Book dan MDB Book yang
memungkinkan Engineer terlibat sejak awal proyek sebagai konsultan perencana
dan kemudian juga ditugaskan sebagai konsultan supervisi. Sebagian ahli
merekomendasikan bahwa Employer sejak awal tahapan proyek telah menunjuk
Engineer sehingga ada kejelasan untuk penanggungjawab proyek terutama
pada tahapan pra-kontrak, akan tetapi hal ini bukan merupakan keharusan dan
terkadang terjadi juga bahwa konsultan perencana dan konsultan supervisi
dilakukan oleh badan usaha yang berbeda.

Selanjutnya dengan penugasan sejak awal proyek Engineer atau Employer’s


Representative dapat memberikan saran atau masukan kepada Employer
mengenai metoda pengadaan termasuk penyusunan dokumen tender. Untuk
beberapa kasus, Employer juga diluar penugasan kepada Engineer atau
Employer’s Representative dalam penyusunan dokumen tender juga menunjuk
tenaga ahli bidang hukum dan keuangan untuk membantu menyusun dokumen
tender sehingga kekurangan atau cacat pada dokumen tender dapat dihindari.

Pada akhirnya, kriteria mengenai Engineer atau Employer’s Representative pada


Red dan Yellow Book tidak terlalu detail dan hanya menekankan perlunya
penunjukan terhadap personilnya yang memiliki kualifikasi sebagai profesional
engineer dan mampu untuk menjalankan peran dan tanggungjawabnya sebagai
Engineer atau Employer’s Representative sebagaimana diamanatkan dalam
kontrak. Walaupun di beberapa negara terdapat kriteria atau ketentuan yang
jelas mengenai kriteria profesional engineer, seperti di Singapura ada peraturan
yang mengatur tentang persyaratan agar seseorang dapat menyandang sebutan
sebagai profesional engineer yaitu Professional Engineer Act 1991. Hal yang
sama juga ditemui di Malaysia dengan peraturan terbaru di tahun 2002 sebagai
revisi atas ketentuan mengenai Registration of Engineers Act 1967 yang
mengatur tentang bagaimana menyandang sebutan profesional engineer.
Dengan adanya ketentuan-ketentuan bersifat domestik di beberapa negara,

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 47


maka kriteria untuk Engineer atau Employer’s Representative yang pada format
FIDIC belum terlalu jelas diatur dapat dilengkapi dengan ketentuan domestik
tersebut, sehingga penunjukan seorang engineer sebagai Engineer atau
Employer’s Representative dapat sesuai harapan.

Penggantian Engineer (R/ M /Y)


FIDIC edisi Red, MDB dan Yellow Book mengakomodir adanya penggantian
Engineer yaitu pada Sub-clause 3.4 (Replacement of the Engineer (R/MDB/Y)).
Sub-clause dimaksud mengatur tentang prosedur yang harus ditempuh dalam
penggantian Engineer oleh Employer.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang adanya prosedur untuk mengganti


Engineer menurut Sub-clause 3.4, ada baiknya untuk mempelajari latar belakang
dan alasan adanya hak Employer untuk mengganti Engineer pada format kontrak
menurut FIDIC. Engineer memegang peranan yang sangat penting dalam
pelaksanaan administrasi kontrak dengan hak dan kewajiban dari para pihak
sangat tergantung dari keaktifan dan keterlibatan yang secara menerus dari
Engineer. Jika dalam kondisi tertentu Engineer yang ditugaskan tidak dapat
melanjutkan pekerjaannya, misalnya karena meninggal atau karena alasan lain
yang membuatnya tidak mampu menjalankan kewajibannya secara permanen,
dan tidak ada penggantian terhadap posisi tersebut maka dapat dipastikan
pelaksanaan kontrak akan terganggu atau terhenti sama sekali. Menurut Red
Book edisi keempat disebutkan bahwa Employer tidak memiliki hak untuk
mengganti Engineer dan untuk menunjuk Engineer diperlukan persetujuan dari
Contractor. Hal yang sama juga ditemui pada Yellow Book edisi ketiga yang
secara gamblang melarang penggantian Engineer tanpa melalui persetujuan
Contractor. Dengan adanya persyaratan harus melalui persetujuan Contractor
maka terdapat kemungkinan penggantian tersebut tidak dapat dilaksanakan
karena ketidaksetujuan dari Contractor.

Masalah penggantian Engineer ini tidak akan menjadi persoalan pada situasi
yang sangat jelas bahwa Engineer memang tidak memiliki kemampuan untuk
melanjutkan peran dan tanggungjawabnya karena kondisi yang sangat jelas bisa
dipahami oleh Employer maupun Contractor. Sebagaimana dicatat pada FIDIC
Guide bahwa pada umumnya Employer ingin memiliki kapasitas untuk mengganti
Engineer tanpa adanya persyaratan tertentu seperti persetujuan dari Contractor.
Akan tetapi di sisi lain, Contractor dalam kondisi tertentu bisa saja memiliki

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 48


keinginan untuk tidak terjadi penggantian Engineer dikarenakan alasan-alasan
positif seperti sudah terbangunnya hubungan kerja profesional yang baik dengan
komunikasi yang baik pula. Contractor pada kondisi tertentu memiliki
kekhawatiran bahwa penggantian Engineer disebabkan adanya kekecewaan dari
Employer terhadap keputusan Engineer yang sebetulnya fair tetapi tidak berpihak
kepada Employer. Contractor dalam mempersiapkan harga penawarannya akan
memasukkan banyak pertimbangan termasuk kondisi positif jika Engineer yang
ditunjuk untuk proyek dikenal memiliki reputasi secara internasional atau
sebaliknya dianggap kondisi negatif jika Engineer yang ditunjuk tidak independen
ataupun berafilisiasi dengan Employer. Dalam kondisi seperti ini maka proses
penggantian Engineer harus dipertimbangkan secara seksama dikarenakan
penggantian dapat mempengaruhi kinerja kontraktor ataupun merusak kemajuan
pekerjaan yang telah dicapai oleh Contractor. Memperhatikan hal tersebut diatas,
maka alokasi penggantian Engineer sebagaimana disebutkan pada FIDIC Guide
sebagai suatu musyawarah terbaik diantara banyaknya kepentingan para pihak.
Pada Sub-cluase 3.4 di Red dan Yellow Book disebutkan bahwa Employer
memiliki kewajiban untuk memberitahukan Contractor akan rencana penggantian
tidak kurang dari 42 hari sebelum tanggal penggantian Engineer akan
dilaksanakan, sedangkan pada MDB Book disebutkan bahwa waktu
pemberitahuan lebih pendek yaitu 21 hari. Pemberitahuan ini sebagaimana diatur
harus mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan dalam Sub-clause 1.3,
misalnya pemberitahuan diberitahukan secara tertulis.

Menurut ketentuan dalam Red dan Yellow Book disebutkan bahwa Contractor
memiliki hak untuk menyatakan keberatan atas rencana penggantian dengan
menyampaikan alasan-alasannya, sehingga pada kondisi tersebut Employer
tidak dapat mengganti Engineer dengan orang yang tidak disetujui oleh
Contractor tersebut. Alasan ketidaksetujuan yang disampaikan oleh Contractor
tentunya harus memiliki alasan yang obyektif dengan menekankan pada
kemampuan dan kapasitas dari calon pengganti. Dengan demikian dan umum
terjadi bahwa ketidaksetujuan Contractor lebih disebabkan karena adanya
kesenjangan kapasitas, reputasi dan kapabilitas antara pengganti dengan yang
digantikan, misalnya penggantian individu dari independen engineer yang
memiliki reputasi internasional dengan staf/ pegawai pemula dari organisasi
Employer.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 49


Untuk dicatat bahwa pada MDB Book, posisi Contractor untuk menyatakan
keberatan atas penggantian lebih lemah dikarenakan pada Sub-clause 3.4
disebutkan bahwa “If the Contractor considers the intended replacement
Engineer to be unsuitable, he has right to raise objection against him”. Akan
tetapi di sisi lain disebutkan bahwa Employer hanya disyaratkan untuk memberi
penjelasan secara penuh dan pertimbangan akan keberatan yang disampaikan
oleh Contractor. Dengan demikian kekuatan Contractor untuk menolak pada
MDB Book dibandingkan dengan Red dan Yellow Book sangat berbeda. Hal ini
bisa dipahami bahwa pada MDB Book tidak diperlukan persetujuan mutlak dari
Contractor akan penggantian Engineer dikarenakan penyusunan FIDIC edisi
MDB ini sangat dipengaruhi oleh Muliti-development Bank sebagai pemberi
pinjaman/ lender dan pihak yang berkepentingan.

Kewenangan Engineer (R /Y)


Lingkup yang menjadi kewenangan administrator kontrak untuk bertindak
merupakan hal yang penting bagi Contractor. Hal ini disebabkan oleh
administrator kontrak menurut Red dan Yellow Book bukan merupakan para
pihak yang berkontrak, sehingga lingkup kewenangannya dalam kontrak
konstruksi akan ditentukan oleh kemampuan dan peran dari Engineer untuk
mengikatkan/ melibatkan dirinya kepada para pihak yang berkontrak.

Kewenangan administrator kontrak menurut kontrak konstruksi diatur dalam Sub-


clause 3.1 yang menyebutkan bahwa seorang administrator kontrak harus
mempelajari kewenangan yang menjadi tanggungjawabnya sebagaimana
disebutkan dalam kontrak secara eksplisit maupun implisit. Kalimat dalam Sub-
clause tersebut merupakan konfirmasi akan keberadaan dan lingkup
kewenangan yang dimiliki oleh Engineer.

Hal pertama yang sangat jelas disebutkan untuk pengecualian kewenangan yang
dimiliki oleh administrator kontrak adalah tidak memiliki hak untuk membuat
amandemen terhadap kontrak konstruksi. Kedua, menurut Sub-clause 3.1(b),
disebutkan bahwa administrator kontrak tidak memiliki kewenangan untuk
membebaskan pihak atau para pihak dari tugas, tanggung jawab, dan kewajiban
menurut kontrak kecuali ditentukan lain pada syarat-syarat kontrak. Untuk hal
kedua ini terdapat pengecualian terkait dengan pembebasan atau penambahan
kewajiban kontraktor yaitu Engineer memiliki hak untuk mengeluarkan instruksi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 50


Variasi (Sub-clause 13.1) yang dapat berupa penghilangan/ pengurangan bagian
dari pekerjaan. Selanjutnya pengecualian ketiga menurut Sub-clause 3.1(c) yang
merupakan pengulangan yaitu administrator kontrak tidak berhak untuk
melakukan tindakan yang dapat membebaskan kontraktor dari
tanggungjawabnya sebagaimana diamanatkan dalam kontrak, sekali lagi kecuali
ditentukan lain pada syarat-syarat kontrak.

Batasan dalam Menjalankan Kewenangan


Memperhatikan bahwa secara prinsip administrator kontrak memiliki kewenangan
yang mutlak agar dapat menjalankan fungsinya sebagaimana diatur dalam
kontrak, namun tetap ada fungsi yang akan dijalankan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Employer dan hal ini dinyatakan cukup jelas
hanya pada MDB Book, sedangkan pada Red dan Yellow Book terlebih dahulu
harus dilakukan inventarisasi oleh Engineer akan fungsi-fungsi tugas yang harus
mendapat persetujuan dari Employer. Pada MDB Book diuraikan secara jelas
daftar tindakan Engineer yang secara khusus harus mendapat persetujuan dari
Employer.

Red dan Yellow Book


Sub-clause 3.1 pada Red dan Yellow Book menjelaskan bahwa jika Engineer
memerlukan untuk mendapatkan persetujuan dari Employer sebelumnya maka
hal tersebut harus secara jelas diatur dalam Particular Conditions. FIDIC Guide
menyarankan bahwa pada saat akan ditentukan fungsi-fungsi yang memerlukan
persetujuan Employer dimasukkan dalam Particular Conditions, disarankan agar
Employer memperhitungkan adanya potensi kecenderungan dari kontraktor
untuk meminta tambahan biaya yang disebabkan kelambatan dalam
pengambilan keputusan oleh Employer yang dapat menyebabkan terjadinya
kelambatan pemberian keputusan oleh Engineer kepada Contractor. Sebagai
konsekuensinya, Employer harus dapat memastikan bahwa persetujuannya akan
permintaan pertimbangan dari Engineer dapat diselesaikan secara tepat waktu.
Sebagai tambahan informasi, Sub-clause 3.1 juga menerangkan bahwa saat
Engineer melihat adanya persetujuan dari Employer dan untuk kepentingan
kontrak, maka Employer harus segera memberi persetujuan. Dengan kondisi
tersebut, maka tidak pada tempatnya jika persetujuan yang telah diberikan oleh

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 51


Engineer kemudian dipertanyakan oleh Contractor mengenai dukungan atau
persetujuan dari Employer akan tindakan dari Engineer tersebut.
Dengan memperhatikan adanya fungsi-fungsi tugas yang harus mendapat
persetujuan dari Employer, maka disarankan agar pengecualian fungsi-fungsi
tersebut dapat dinyatakan secara jelas pada Particular Conditions sehingga akan
membuat para pihak yang berkepentingan menjadi paham akan batas
kewenangan yang dimiliki.

MDB Book
Ketentuan dalam MDB Book sebagian besar merupakan duplikasi dari Red Book,
kecuali untuk dua hal yang berhubungan dengan perubahan. Pertama dalam
MDB Book terdapat daftar tindakan yang harus mendapat persetujuan Employer,
yaitu:
‘‘The Engineer shall obtain the specific approval of the Employer before taking
action under the following Sub-Clauses of these Conditions:
(a) Sub-Clause 4.12: Agreeing or determining an extension of time and/or
additional cost.
(b) Sub-Clause 13.1: Instructing a Variation, except:
(i) in an emergency situation as determined by the Engineer, or
(ii) if such a Variation would increase the Accepted Contract Amount by less
than the percentage specified in the Contract Data.
(c) Sub-Clause 13.3: Approving a proposal for Variation submitted by the
Contractor in accordance with Sub-Clause 13.1 or 13.2.
(d) Sub-Clause 13.4: Specifying the amount payable in each of the applicable
currencies.
Notwithstanding the obligation, as set out above, to obtain approval, if, in the
opinion of the Engineer, an emergency occurs affecting the safety of life or of the
Works or of adjoining property, he may, without relieving the Contractor of any of
his duties and responsibility under the Contract, instruct the Contractor to execute
all such work or to do all such things as may, in the opinion of the Engineer, be
necessary to abate or reduce the risk. The Contractor shall forthwith comply,
despite the absence of approval of the Employer, with any such instruction of the
Engineer. The Engineer shall determine an addition to the Contract Price, in
respect of such instruction, in accordance with Clause 13 and shall notify the
Contractor accordingly, with a copy to the Employer.’’

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 52


Jika pun ada hal yang cukup kontroversial pada klausul diatas adalah mengenai
dimasukannya keputusan Engineer yang disebabkan oleh kondisi unforeseeable
physical conditions (Sub-clause 4.12) sebagai fungsi yang harus mendapat
persetujuan dari Employer.

Hal kedua yang membedakan MDB Book dengan Red Book untuk fungsi-fungsi
yang harus mendapat persetujuan Employer terlebih dahulu adalah mengenai
tidak diberlakukannya kalimat yang tidak dibenarkan untuk memberi
keterbatasan tambahan pada kewenangan Engineer, dan kalimat tersebut secara
total diganti dengan pernyataan bahwa Employer memiliki kewajiban untuk
memberitahukan Contractor segera jika terjadi perubahan terhadap kewenangan
yang diberikan kepada Engineer. Kalimat ini memberi kekuasaan yang sangat
besar kepada Employer untuk membatasi sebagian atau seluruh kewenangan
yang dimiliki oleh Engineer dalam memutuskan sesuatu sebagai administrator
kontrak.

5.3 Klaim
Kegiatan konstruksi pada proyek-proyek besar mengandung risiko-risiko
untuk masing-masing para pihak yang berkontrak dengan alokasi atau
pembagian risiko diatur sesuai dengan project delivery system yang diadopsi
pada masing-masing proyek tersebut, seperti design-bid-build, design by
contractor, engineering-procurement-construction, cost plus fee, dan lain-lain.
Risiko-risiko tersebut muncul akibat kondisi yang tercipta dari pelaksanaan
pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Risiko-risiko ini juga termasuk hal-hal yang bersifat operasional yang disebabkan
oleh faktor diluar kendali para pihak yang berkontrak, kondisi tanah dan atau
bawah tanah yang berbeda dari yang diperkirakan sebelumnya serta adanya
perubahan peraturan atau hukum pada masa pelaksanaan kontrak. Tak jarang
juga bahwa proyek pada pelaksanaannya memerlukan perubahan secara desain
supaya hasil yang didapat lebih optimal. Pada akhirnya harus disadari bahwa
proyek direncanakan, dibangun dan dikelola oleh manusia yang dalam
pengambilan keputusannya sering dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat
subyektif dan terkadang keputusan juga dipengaruhi oleh unsur manusiawi
lainnya sehingga kesalahan dapat saja terjadi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 53


Fungsi utama dari sebuah kontrak konstruksi adalah adanya alokasi atau
pembagian risiko yang jelas kepada masing-masing pihak yang berkontrak.
Dalam kontrak harus disadari juga bahwa perubahan hak atau kewajiban dari
satu pihak akan mempengaruhi pihak lain berupa bertambahnya risiko ataupun
biaya yang harus ditanggung. Hak dan kewajiban itu timbul karena adanya
perikatan kontrak yang mengatur interaksi dan hubungan para pihak serta
adanya regulasi ataupun ketentuan hukum yang harus ditaati oleh para pihak
tersebut. Format kontrak menurut FIDIC pun memiliki pembagian hak dan
kewajiban sesuai yang diperjanjikan dalam kontrak dan ketentuan lain yang
diatur dalam regulasi ataupun ketentuan hukum lainnya, sehingga diperlukan
mekanisme yang mengatur diantara para pihak jika terjadi pergeseran hak dan
kewajiban yang disebabkan oleh pihak lain ataupun pihak diluar para pihak yang
berkontrak. FIDIC Guide menjelaskan bahwa keberadaan klaim jangan
dipandang sebagai tindakan agresif dari salah satu pihak dalam upaya
melemahkan pihak lain, akan tetapi harus dilihat sebagai upaya untuk menutupi
adanya dampak yang harus ditanggung karena adanya pergeseran hak dan
kewajiban para pihak yang berkontrak. Sehingga penetapan prosedur dalam
upaya menyelesaikan klaim secara administrasi dapat dipertanggungjawabkan
dan memenuhi ketentuan yang berlaku serta melanggengkan kerjasama diantara
para pihak untuk menyelesaikan proyek.
Format standar FIDIC pada Sub-clause 20.1 dan 2.5 menetapkan prosedur
jika terjadi klaim dari masing-masing pihak yaitu Contractor dan Employer. Dapat
dilihat jelas bahwa pada klausul tersebut sangat terbuka lingkup klaim yang
mungkin terjadi dan diproses penyelesaiannya.
Pada edisi-edisi FIDIC sebelumnya untuk Red, Yellow dan Silver Book,
prosedur mengenai penyampaian dan penyelesaian klaim terbagi menjadi dua
prosedurnya yaitu klaim untuk biaya tambah (additional cost) dan perpanjangan
waktu (extension of time). Pada FIDIC edisi terakhir (tahun 1999) kedua hal
tersebut prosedur dan penanganan klaimnya tidak dipisahkan lagi tetapi dibuat
menjadi satu prosedur dan penanganan untuk kontraktor klaim mengani biaya
tambah maupun perpanjangan waktu.
Pada perkembangan berikutnya dari format standar FIDIC adalah adanya
prosedur yang disiapkan untuk klaim yang dilakukan oleh Employer. Prosedur
untuk mengakomodir klaim yang diinisiasi oleh Employer diatur pada Sub-clause
2.5. Sub-clause ini tidak hanya menjelaskan prosedur tetapi juga memasukkan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 54


adanya hak Employer untuk menahan pembayaran sebagian atau seluruh
pembayaran yang menjadi hak kontraktor. Hak ini pada edisi-edisi FIDIC
sebelumnya tidak pernah ada, sehingga Employer memiliki kebebasan lebih
seperti menahan pembayaran dan atau memperpanjang Defects Notifcation
Period tanpa terlebih dahulu menginformasikan kepada kontraktor.
Pada prosedur klaim menurut Sub-clause 20.1 dan 2.5 yaitu klaim yang
diinisiasi oleh Employer atau Contractor mengedepankan peranan dari
administrator kontrak dalam pengelolaan dan penetapan dari klaim tersebut.
Adapun hal yang membedakan prosedur untuk klaim dari pihak Employer
maupun Contractor terletak pada lebih ketatnya prosedur penyampaian klaim
yang disampaikan oleh Contractor sebagaimana diatur dalam Sub-clause 20.1,
yang mengatur durasi waktu dalam 28 hari untuk segera menyampaikan klaim
yang disadari atau seharusnya disadari atau disaat persitiwa yang merugikan
Contractor tersebut terjadi. Jika Contractor gagal untuk memenuhi tenggat waktu
yang telah ditetapkan tersebut, maka haknya akan hilang. Sedangkan di sisi lain,
pada semua buku FIDIC kecuali MDB Book, Employer atau administrator kontrak
tidak dibatasi secara jelas untuk penyampaian ‘notice of claim’ dengan batasan
waktu yang diberikan ditetapkan sebagai ‘as soon as practicable’. Ditambah lagi
dengan kenyataan bahwa tidak ada sanksi bagi Employer (atau administrator
kontrak) jika gagal memenuhi prosedur penyampaian klaim tersebut. The
European International Contractors (EIC) kemudian memandang perlakuan yang
berbeda antara Employer (atau administrator kontrak) dengan Contractor dalam
prosedur penyampaian klaim sebagai tindakan yang tidak seimbang dan
merugikan kontraktor.
Kemudian argumen yang disampaikan oleh FIDIC Task Group yang
membuat draft format standar FIDIC menguraikan pemikiran bahwa pemberian
waktu 28 hari kepada kontraktor merupakan waktu yang cukup. Dengan
mempertimbangkan bahwa kontraktor internasional akan memiliki staff yang
kompeten untuk menyiapkan klaim dalam durasi waktu tersebut. Selain itu jika
kontraktor merasa memiliki klaim yang sah maka tidak ada alasan bagi kontraktor
untuk menunda-nunda penyampaian klaimnya kepada Employer sehingga waktu
yang diberikan sebanyak 28 hari akan cukup untuk mengakomodir hak
kontraktor.
Selain itu diindikasikan juga bahwa FIDIC Task Group dipengaruhi oleh
asumsi Contractor selalu dalam posisi lebih baik dan pro-aktif dalam melakukan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 55


identifikasi terhadap peristiwa-persitiwa yang dapat menimbulkan klaim
dibandingkan dengan Employer. Sehingga jika kalim yang disampaikan oleh
Employer (atau administrator kontrak) maka hal tersebut akan menjadi sangat
tidak berimbang dikarenakan personil dari Employer harus mencari kegagalan
Contractor dalam waktu tertentu dan jika durasi tersebut terlampaui maka
Contractor akan terbebas dari kewajibannya menurut kontrak. Dengan dasar
pemikiran tersebut diatas, maka kemudian pembatasan waktu penyampaian
klaim diberlakukan bagi Contractor dan batasan waktu tidak diberlakukan bagi
Employer (atau administrator kontrak).

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 56

Anda mungkin juga menyukai