com
MATERI KUNCI DI UJI KOMPETENSI
b. Jika dalam menghitung luas luka bakar tidak disebutkan 1/3, ¼ dari
sebuah daerah, maka dianggap penuh. Contoh: luka bakar dada dan
perut = 18%, tapi jika disebutkan ½ dada dan perut = 9%
c. Tetesan infus
1) Dewasa (makro) : (jumlah cairan/500) x 7 x (24/lama pemberian)
2) Anak (mikro) : (jumlah cairan/500) x 21 x (24/lama pemberian)
d. Urine output: 0,5-1cc/KgBB/Jam
e. Menghitung balance cairan
15. Kateter
a. Tindakan kateter selalu diberikan pada saat pasien yang mengalami
gangguan eliminasi BAK, persiapan operasi besar, kelumpuhan
syaraf
b. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami ruptur urethra
c. Soal yang terkait dengan keteter diantaranya:
1) Pengkajian
2) Waktu penggantian
3) Tindakan sebelum dilakukan pencabutan
4) Tahapan pemasangan
5) Pendidikan kesehatan
6) Etika yang terkait
16. Pemberian oksigen
a. Perhatikan saturasi oksigen
b. Perhatikan alat pemberian
bimbelkanduru.com
c. Cek kelainan napas
d. Pertanyaan yang sering muncul terkait dengan oksigen adalah:
1) Diagnosa atau masalah: bersihan jalan napas, perfusi jaringan,
pola napas, pertukaran gas.
2) Bagaimana tahapan pemberian oksigen
3) Pembebasan jalan napas
e. Tindakan yang sering muncul
1) Pemberian oksigen
2) Postural drainage
3) Water Seal Drainage
4) Membebaskan jalan napas
5) Mempertahankan kepatenan jalan napas
6) Posisi: Sim, trendernbreg, head up, fowler
7) Analisis Gas Darah
8) Nebulizer
f. Kunci dalam menjawab soal tindakan adalah gunakan logika,
bayangkan saja urutannya karena tidak akan tertukar, pasti
sistematis
17. Dahak
Jika ada pasien dengan penumpukan dahak dan suara ronchi atau
ralers maka masalah utamanya bersihan jalan napas.
18. Jika pasien menggunakan otot aksesoris, seperti cuping hidung maka
masalahnya pola napas
19. NGT
a. Pemasangan: persiapan alat, mengukur panjang NGT
b. Kalau sudah terlihat di tenggrokan, tindakan selanjutnya apa?
c. Kalau pasien sesak saat pemasangan, cabut pemasangan.
d. Hati hati pemasangan pada pasien dengan fraktur basic craii
e. Cara menentukan masuk atau tidaknya ke lambung
f. Cara memberikan jika diaspirasi kurang dari 200ml
20. Infus
a. Pemasangan
b. Langkah-langkah pemasangan
c. Pindah ke tempat lain jika terjadi flebitis (kemerahan, nyeri di daerah
penusukan)
d. Penghitungan tetesan infus dan jumlah cairan yang diperlukan
e. Menghitung kebutuhan cairan untuk 8 jam, 16 jam dan 24 jam
f. Menghitung kebutuhan cairan pada anak dibawah 6 tahun
Contoh:
Jika anak 12kg
10 kg x 100 = 1000cc
2 kg x 50 = 100
Jadi kebutuhan cairan anak tersebut adalag 1100cc
Contoh:
Jika anak 23 kg
10 x 100 cc =
1000
10 x 50 cc = 500
2 x 20 = 40
bimbelkanduru.com
Jumlah kebutuhan cairannya adalah 1540cc
21. Trauma, untuk pasien datang dengan truma maka gunakan dengan
prinsip DRABC dalam penanganan pasien
Danger
Response
Airways
Breathing
Circulation
22. Serangan Jantung, untuk pasien serangan jantung gunakan prinsip
DRCAB dalam melakukan penanganan pasien
Danger
Response
Circulation
Airways
Breathing
23. Kapan kita melakukan DC Shock.
Berikut beberapa indikasi boleh dilakukannya kardioversi (DC Syok):
a.Kardioversi darurat: Jika muncul supraventrikuler Takhicardia (SVT), Atrial
Flutter, dan atrial fibrasi (AF) rapid respon 15-20% stroke, dengan hipotensi,
hipoperpusi sistemik, congestive heart failure (CHF) atau infark Miokard. Dan
dilakukan kardioversi (DC Syok) apabila ada gambaran VT dengan palpasi vagal,
gagal ke irama sinus.
Kardioversi elektif: Jika muncul SVT, Atrial Flutter, AF rapid respon yang gagal
b.berubah ke irama sinis dengan injeksi digitalis atau lidocain atau amiodaron.
Nah, jika ada indikasi kapan sebaiknya penderita di kardioversi (DC Syok),
maka kardioversi (DC Syok) ini juga mempunyai larangan keras atau
kontraindikasi jangan dilakukan. Apa saja kontraindikasi dari Kardioversi
(DC Syok)?
Ini dia kontraindikasi dari Kardioversi (DC Syok):
Intoksikasi digitalis
VF setelah kardiobersi, TPM dapat merubah SVT
3. Penyakit, gangguan sistem konduksi
4. Pasien tidak bertahan pada irama sinus
5. Fibrilasi atrial telah lama atau bertahun
6. Kardioversi AF cepat berulang
7. Post operasi jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM
dapat menghentikan takiaritmia
bimbelkanduru.com
24. Semua harus dijawab, walau nembak.
Jawablah, karena tidak ada pemotongan apabila salah menjawab.
Menjawab dapat meningkatkan kemungkinan benar 20%.
25. Percaya insting pertama.
Jangan dirubah kalau tidak yakin 100% penggantinya benar.
26. 20 detik tidak mampu/mengerti kemana maksud soal segera pindah ke
soal lain
27. 1 soal 1 menit, tidak boleh melebihi satu menit, upayakan dalam
mengisi jawaban tidak lebih dari 45 detik. Beberapa uji coba dapat
dibuat kesimpulan bahwa dalam mengisi soal mahasiswa mampu
mengisi dalam waktu 20 – 40 detik saja.
28. Tarik napas diantara soal, untuk mengurangi ketegangan. Relaksasi
dapat meningkatkan konsentrasi dalam menjawab. Gunakan waktu
sebentar ke toilet atau ke mushola, untuk menenangkan diri, cuci muka!
Jangan lebih dari 5 menit.
29. Urutan dalam membaca soal, harus berurutan. Karena jika tidak akan
menambah waktu, bolak balik membaca kasus atau vignete
a. Baca pertanyaan
b. Baca kasus
c. Tentukan jawaban
30. Keluhan utama seringkali menjadi masalah utama, kecuali pasien
sudah dirawat lebih dari sehari. Cari masalah utama dari data
terbanyak.
31. Soal KMB, Gadar, Anak, Gerontik----> ide kalimat diawal paragraf,
setelah kalimat dengan keluhan... biasanya diikuti dengan data utama.
32. Soal KKG, manajemen, maternitas > ide diseluruh paragraf
33. Dalam menentukan masalah di keperawatan keluarga gunakan tugas
keluarga. Jika keluarga tidak mengetahui sebuah masalah adalah
masalah maka, dia tidak mengenal masalah. Jika sudah ada penjelasan
dan pasien mengerti keluarganya sakit, akan tetepi tidak datang ke
pelayanan kesehatan, maka pasien tidak mampu menggunakan fasilitas
kesehatan
bimbelkanduru.com
5 TUGAS KESEHATAN KELUARGA
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan
yang meliputi:
RPK
SP 1 : Fisik 1 (Nfs dalam) Fisik 2 (Pkl bantal)
SP 2 : Minum obat
SP 3 : Verbal (bicara baik baik)
SP 4 : Spiritual
PK
SP 1: Identifikasi+Fisik 1 (Nafas dalam)
SP 2: Fisik 2 (pukul bantal)
SP 3: Verbal
SP 4: Spiritual
SP5: Minum obat
Halusinasi
SP 1 : Identifikasi halusinasi + Menghardik
SP 2 : Minum Obat
SP 3 : Bercakap-cakap
SP 4 : Aktifitas terjadwal/Kegiatan harian
Isolasi sosial
SP1: gali untung rugi puny temen + ajar berkenalan dgn perawat
SP2: Berkenalan dgn 2-3 org + kegiatan harian
SP3: Berkenalan dgn 4-5 org + kegiatan harian
SP4: Berkenalan + kegiatan sosial (mis.ke pasar, ke kantin dll)
RBD
SP1: Identif penyebab, ident n amankan benda bahaya + kaji kemamp n
aspek positif + sugestikan px dgn aspek positif dirinya
SP2: Kaji n sugestikan aspek pstif keluarga/lingkungan
SP3: rancang harapan n masa depan + ajarkan tahapan mencapai cita2
tsbt
SP4: ajarkan tahap lanjutan untk gapai cita2
WAHAM
SP1: ident penyeb+orientasikan pd realita+penuhi kebut dasar yg blm
terpenuhi
SP2: Minum obat
SP3: Kegiatan yg disukai
(Hobby) SP4: Kegiatan yg
disukai (Hobby)
RUMUS NEAGLE
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
bimbelkanduru.com
53. Kemungkinan soal atau materi yang menjadi bahan ukom adalah
1. Pemeriksaan kehamilan, tanda kehamilan, presensi puka puki
2. Tindakan yang dilakukan di setiap kala 1-4
3. Tindakan untuk mengurangi nyeri
4. Mencgah perdarahan
5. Kelainan dalam kontraksi dan tindakan yang harus dilakukan
6. Pencegahan infeksi puerperium
7. Pemberian ASI eklusif
8. Pendidikan kesehatan
54. Anak
Kemungkinan soal
1. Pertumbuhan dan perkembangan
2. Imunisasi dasar dan kanjutan
3. Kejang demam
4. Demam
5. Keperawatan atraumatik
6. Apgar
55. Proses keperawatan dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi,
etik pada anak
56. Acungkan tangan kalau ada masalah.
57. Jangan terlalu sering membuka lembaran laboratorium
58. Jika komputer mati tiba tiba, acungkan tangan dan minta pindah
kalau mungkin
59. Siapkan pensil 2b dan penghapus secukupnya untuk yang PBT
60. Lingkar dengan merata, tidak usah terlalu kencang
61. Latihan sekarang untuk membulati, jika PBT
62. Usahakan ada waktu istirahat sebelum masuk ruangan
63. Bawa obat obatan yang penting, jika memiliki penyakit
bimbelkanduru.com
RANGKUMAN MATERI DARI BUKU SINERSI AIPNI
MATERI KMB/ANAK
PERNAPASAN
a. Menentukan suara napas dan frekuensi napas pasien asma, copd dan
efusi pleura, ciri-ciri efusi pleura, pathofisiologi asthma.
b. Menginterpetasi AGD
c. Membedakan bersihan jalan napas, kerusakan pertukaran gas, gangguan
pola napas
d. Tindakan: nebulizer, suction, PD, pemberian oksigen (nasal kanul,
masker sederhana, RM, NRM), fisioterapi dada, Purse lip breathing,
pendidikan OAT.
e. Evaluasi masalah pernapasan dan OAT
f. Prosedur pengambilan darah, etika batuk, batuk efektif, kepatenan
drainase WSD dan perawatan WSD.
g. Fokus masalah: bersihan jalan napas, kerusakan pertukaran gas, pola
napas tidak efektif.
h. Fokus evaluasi: kepatenan jalan napas, ketaatan minum obat
KARDIOVASKULER
a. Pengkajian nyeri dada
b. Interpretasi EKG sederhana dan denyut jantung, enjim jantung, derajat
edema, pengkajian gagal jantung, pengkajian aktivitas menurut New
York Heart Association, pengkajian riwayat keluarga dan gaya hidup
c. Masalah Penurunan Cardiac output, nyeri, perfusi jaringan, kelebihan
cairan
d. Manajemen nyeri, pengaturan aktivitas, mengevaluasi pemberian
antidiuretik.
e. Pendidikan manajemen hipertensi
f. Fase rehabilitasi pasien gagal jantung
g. Mengevaluasi obat digoksin, anti hipertensi
h. Prosedur pengukuran tekanan darah, dan transfusi darah.
i. Fokus masalah: penurunan cardiak output, nyeri, intoleransi aktivitas,
gangguan perfusi jaringan perifer, kelebihan cairan.
j. Fokus intervensi:
1) Manajemen nyeri dada pada pasien iskemik dan infark
2) Pemberian obat nitrat dan trombolitik serta anti koagulan
3) Perekaman EKG dan prosedur DC Shock
4) Pengaturan aktifitas pada kasus gagal jantung kongestive
5) Mengevaluasi pemberian antidiuretik
6) Mengevaluasi intensitas dan karakeristik nyeri
7) Pemasangan prekordial lead
8) Tehnik dalam melakukan defibrilasi pasien dengan ventrikuler fibrilasi
PENCERNAAN
a. Gejala typoid, tes widal, persiapan endoskopi, peristaltik
b. Masalah: hipertemi, nutirisi kurang, integritas kulit
bimbelkanduru.com
c. Diet pada pasien typoid, intervensi paska operasi sistem pencernaan
d. Perawatan kolostomi, tetesan infus, balance cairan
e. Fokus pengkajian:
1) Pengkajian dengan menggunakan 4 kuaddran
2) Investigasi keluhan nyeri abdomen, mual dan muntah.
3) Bising usus
4) Palpasi pada abdomen, stiffing dullness, pengukuran lingkar perut
pada pasien serosis hepatis dengan acites
5) Fokus penghitungan kebutuhan cairan, tanda kekurangan cairan
f. Fokus diagnosis:
1) Hipertermi
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
3) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Kerusakan integritas kulit
g. Fokus intervensi:
1) Manajemen cairan
2) Kepatenen IV akses
3) Pemasangan NGT
4) Pinsip pemasangan NGT
5) Perawatan kolostomi
h. Fokus evaluasi
1) Kepatenen NGT dan IVF
2) Perdarahan GI
3) Kulit disekitar kantong stoma, evaluasi adanya kemarahan di sekitar
stoma
ENDOKRIN
a. Trias DM (poluri, polifagi, polidipsi), pengkajian riwayat keluarga dan
gaya hidup, membedakan hipo dan hyper tiroid , hasil lab T3 dan T4
b. Tindkan hypo dan hyper glikemia, monitor kadar gula darah
c. Pemberian insulin, perawatan ulkus
d. Fokus diagosis
1) Defisit volume cairan
2) Kehilangan cairan pada penderita DM tipe 2
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Ketidak stabilan kadar gula darah
e. Fokus intervensi
1) Pemberia insulin
f. Fokus evaluasi
1) Kadar gula darah
MUSKULO SKELETAL
a. Pegkajian status neurovaskular, OA, Gout, osteoporosis, tanda dislokasi,
komplikasi fraktur
b. Masalah nyeri, kerusakan mobilitas fisik, resiko gangguan neurovaskular
dan koping tidak efektif.
c. Mengidentifikadi ciri kompartemen sindrom, manajemen: strain, sprain,
pemasangan: traksi, gips, paska amputasi, kruk, fitting kaki palsu.
d. Perawatan post: op, traksi, gips
e. Fokus pengkajian:
1) Status neurovaskular 5P ( pain, paralisis, parestesi, pulse, pale)
2) Komplikasi fraktur
f. Fokus diagnosis
1) Nyeri akut
2) Kerusakan mobilitas fisik
3) Resiko kerusakan neurovascular
g. Fokus intervensi:
1) Mnajemen fraktur
2) RICE
3) Perawatan gips dan pemerikasaan neurovaskular setelah pemasangan
gips: nyeri hebat, tidak ada nadi, parestesi, paralisis - gips di buka
4) Perawatan traksi; stabilisasi, aligmen, dan tarikan pada fraktur
bimbelkanduru.com
5) Perawatan kruk: pengukuran pada posisis supine ujung kruk berada
15cm disamping tumit. Ujung kruk ke axila 4-5cm. Pada posisi berdiri:
posisi kruk dengan ujung kruk berada 14-15cm di depan kaki
h. Fokus evaluasi
1) Mencegah kompetemen sindrom
2) Tindakan fasciotomy
PERKEMIHAN
a. Mengevaluasi Perdarahan paska TURP, menginterpretasi hasil
laboratorium GFR, BUN, kreatinin dan elektrolit
b. Kolaborasi pemasangan kateter.
c. Diet dan pembatasan cairan pada pasien hemodialisis.
d. Irigasi post TURP
e. Fokus pengkajian:
1) CKD
2) Pasien dengan hemodialisa
3) Pasien dengan BPH
f. Fokus diagnosis
1) Kelebihan volume cairan
2) Gangguan eliminasi urin
g. Fokus intervensi
1) CKD: Monitoring balance cairan, timbang bb tiap hari, batasi intake
cairan, pengendalian tekanan darah, pengendalian anemia.
2) BPH: irigasi paska TURP, pertahankan kelancaran aliran urine
3) Kateter: setelah urine keluar, sesuai anatomi kateter, maka masukan
sebanyak 5cm untuk memastikan balon berada di vesika urinaria.
INTEGUMEN
a. Luas luka bakar, klasifikasi luka bakar
b. Manajemen cairan pada pasien luka bakar
c. Fokus pengkajian:
1) Rule of nine
2) Pengkajian luka bakar berdasarkan kerusakan lapisan kulit; I – III
3) Pengkajian syok pada pasien luka bakar
d. Fokus diagnosis:
1) Kerusakan integritas kulit
2) Kekurangan volume cairan
e. Fokus intervensi
1) Rumus parkland/baxter: 4ml x luas luka bakar x berat badan.
Cairan yang diberikan kristaloid.
2) Monitoring dan hitung jumlah pemasukan dan pengeluaran cairan
setiap 30 menit
3) Waspada tanda kelebihan cairan
f. Fokus evaluasi
1) Normal urine output 0,5 – 1 ml/kg bb/jam
PENGINDERAAN
a. Visus, rinne dan weber
b. Gangguan pesepsi sensori
c. Perawtan pasien katarak
d. Pemberian tetes telinga
e. Fokus pengkajian:
1) Visus, tekanan intra okuler
2) Tes pendengaran
3) Tanda infeksi hidung dan telinga
4) Nyeri, rinore dan vertigo
f. Fokus diagnosis:
1) Gangguan persepsi sensori
2) Nyeri akut
3) Resiko infeksi
4) Resiko ijuri
5) Kecemasan
6) Kurang pengetahuan
g. Fokus intervensi
1) Ketajaman penglihatan
2) Jenis tuli
3) Penkes
4) Post op katarak, glukoma, tympanoplasty
5) Pemberian obat irigasi, tetes mata telinga hidung dan irigasi
TINDAKAN
1. Per rektal
2. Perawatan perineal anak
3. Pemberian salep mata
4. Uji torniquet
5. Pemberian transfusi darah
bimbelkanduru.com
6. NGT
7. Fototerapi
8. Pemberian oksigen
9. Test mantoux
10. Imunisasi: BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak
11. Mentode kangguru
12. Peran bermain
13. Stimulasi perkembangan
14. Menghitung usia anak
MATERNITAS
1. ANTENATAL
a. Menentukan status obstetrik, usia kehamilan, taksiran persalinan
b. Pemeriksaan leopold I-IV
c. Perdarahan
d. Plasenta previa
e. Hiperemesis gravidarum
f. PEB
2. INTRANATAL
a. Kemajuan persalinan, IMD, APGAR, KPD
b. Manajemen nyeri, penggunaan partograf, APN, mecegah hypotermi
pada bayi
c. Tindakan amniotomi, pemberian oksitosin
3. POSTNATAL
a. Involusi uteri, reflek menyusu pada bayi, REEDA, tanda Homan, KB,
atonia uteri, trauma persalinan, lochea, tanda bahaya nipas, adaptasi
fisiologis, dan psikologis postpartum
b. Masalah: resiko infeksi, resiko perdarahan, kurang pengetahuan,
pemberian asi tidak efektif
c. Bladder training, discharge planning
4. Kesehatan reproduksi
a. Servisitis, gonorhoe, kanker, manopouse
b. Sadari, pap smear, IVA
JIWA
1. Faktor predisposisi dan presipitasi Ansietas, gangguan citera tubuh, HDR,
ketidak berdayaan
2. Ganguan jiwa, Predisposisi halusinasi, perilaku kekerasan, waham, hdr,
isolasi sosial, defisit perawatan diri, dan resiko bunuh diri.
MANAJEMEN
1. Fungsi manajemen (planning, organizing, staffing, actuating, controling)
2. Gaya kepemimpinan (otokratik, paternalistik, karismatik, laissez faire,
demokratik)
3. Model asuhan: keperawatan tim, model primer, manajemen kasus, model
tim primer,
4. Modalitas dalam manajemen keperawatan:
a. Diskusi refleksi kasus
b. Operan
bimbelkanduru.com
c. Pre konferensi
d. Post konferensi
5. Tingkat ketergantungan
a. Perawatan minimal
b. Perawatan parsial
c. Perawatan total
GADAR
1. Triase bencana dan rumah sakit, labeling, warna, level, ABCD
2. Suction
3. EKG sederhana: menghitung heart rate, ventrikel takikardi, ventrikle
fibrilasi
4. SKA
KELUARGA GERONTIK
1. Fungsi keluarga : aspek instrumental dan ekspresif
2. Masalah Sifat masalah, kemungkinan masalah dapat dirubah, potensi
masalah untuk dicegah, masalah yang menonjol
3. Menghitung BMI
4. Penkes hipertensi
bimbelkanduru.com
SOP PEMASANGAN KANTONG KOLOSTOMI ATAU ILEOSTOMI
1. Kaji kondisi kantong atau barier kulit yang terpasang untuk melihat
adanya kebocoran dan perhatikan penampakanstoma dibawahnyadan
insisi bedah. Tanyakan klien tentang rasa tidak nyaman pada atau
disekitar stoma. (mungkin dibutuhkan sarung tangan)
2. Perhatikan jumlah drainase dari stoma.
3. Kaji kulit disekitar stoma, perhatikan adanya jaringan parut, lipatan
atau tonjolan kulit.
4. Tetapkan sejauh mana pengetahuan dan pemahaman klien tentang
ostomi.
5. Kumpulkan peralatan yang dibutuhkan :
a. Barier kulit (wafers seperti Stornahesive, Hollihesive, pasta atau
bedak)
b. Kantong ostomi
c. Peralatan penutup atau klem
d. Plester hipoalergik dan atau ikat pinggang
e. Lap basah, handuk, baskom cuci berisi air hangat
f. Pembersih kulit (Sween atau Bard) atau sabun lembut
g. Sarung tangan sekali pakai
6. Pilih waktu yang optimal untuk mengganti kantong/ barier kulit (mis:
saat klien sedang merasa nyaman, diantara waktu makan, atau
sebelum pemberian obat-obatan yang dapat mempengaruhi fungsi
usus)
7. Jelaskan prosedur (jika klien tidak mengetahui teknik); atau member
klien kesempatan untuk mengatur langkah-langkah penggantian
kantong. Pastikan bahwa klien mengobservasi prosedur.
8. Atur posisi klien terlentang atau duduk saat pemasangan kantong; jika
klien mampu berdiri , bantu klien mengambil posisi berdiri.
9. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
10. Tutup gorden kamar atau pintu kamar.
11. Apabila kantong penuh, geser klem dan kosongkan isinya dari bagian
bawah kantong kedalam bedpan.
12. Angkat peralatanyang lama dalam satu kesatuan.
13. Cuci kulit dengan lembut dengan menggunakan pembersih kulit atau
dengan menggunakan sabun dan air yang digunakan. Buang sekresi
dari kulit.
14. Bilas ssabun secara seksama. Biarkan sampai kering.
15. Apabila darah muncul setelah mencuci, yakinkan klien bahwa
sejumlah kecil darah adalah hal yang normal. Klarifikasi apa yang
dimaksud pengeluaran darah yang abnormal.
16. Observasi kondisi kulit dan stoma. Dorong klien untuk melakukan
observasi ini setiap hari. Ukur kembali ukuran stoma.
17. Apabila terdapat lipatan abdomen atau jika kontur abdomen tidak
beraturan , isi dengan barier tipe pasta.
18. Biarkan pasta mongering 1 sampai 2 menit.
19. Apabila kontur abdomendatae atau setelah pasta mongering, siapkan
barier kulit dengan menggunakan penyegel kulit atau pasta karaya.
Lubangi barier kulit sedikit lebih besar dari stoma, dampai 30
bimbelkanduru.com
mm. buat irisan radial dari bagian tengah lubang. Gunting secara
melingkar pada sisi barier kulit.
20. Persiapankan kantong ostomi; untuk kantong yang belum
digunting, lubangi bagian tengah lempeng 30mm lebih besar daripada
lubang pada barier.
21. Lepaskan pelapis kertas dari lempengan kantong dan tempelkan pada
sisi barier yang mengkilat dan tidak tertutup.
22. Lepaskan pelapis dan barier dan tempelkan barier dengan kantong
sebagai satu unit ke unit. Rapikan dari bagian tengah. Tahan selama
satu sampai tiga menit. Pasang pada posisi yang memfasilitasi
pengosongan kantong.
23. Pasang plester hipoalergi dan atu ikat pinggangsesuai kebutuhan
pada sisi lempengan diatas barier kulit.
24. Lipat ujung bagian bawah kantong kea rah atas untuk
menyesuaikan dengan klem atau peralatan penutup. Amankan klem.
25. Buang peralatan lama ke dalam kantong plastik dan buang ke tempat
sampah yang terbuat dari bahan parasut. (pastikan bahwa peralatan
ini bukan peralatan yang dapat digunakan ulang, karena peralatan
yang dapat digunakan ulang tidak dibuang melainkan dapat dipakai
kembali beberapa kali)
26. Lepaskan sarung tangan yang kotor dan buang ke tempat sampah
yang sesuai.
27. Cuci tangan.
28. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman jika dibutuhkan.
29. Catat informasi yang berhubungan; tipe kantong dan barier kulit,
jumlah dan penampakan feces, kondisi stoma dan kulit
disekitarnya, kemampuan klien untuk melakukan perawatan ostomi
secara mandiri.
2. Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual.
Peran perawat :
Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan
sehat sakitnya.
Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan
metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
bimbelkanduru.com
Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu
atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman yang lalu.
Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
3. Educator :
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru
membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif
antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran
obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah
tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu
didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.
a. Dilakukan kepada klien /klg , tim kes. Lain baik secara spontan pada
saat berinteraksi maupun formal.
b. Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kesehatan .
c. Dasar pelaksanaan adalah intervensi dalam proses keperawatan.
4. Collaborator
Peran Sebagai Kolaborator Perawat disini dilakukan karena perawat
bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli
gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya dalam kaitannya
membantu mempercepat penyembuhan klien.
5. Cordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi cordinator adalah :
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan
menguntungkan klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
1) Merencanakan
2) Mengorganisasikan
3) Mengarahkan
4) Mengontrol
6. Change Agent
Pembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatip membantu orla
membuat perubahan pada dirinya atau pada system (Kemp,1986).
Mengidentifikasi masalah, mengkaji motifasi pasien dan membantu
klien tuk berubah, menunjukan alternated, menggali kemungkinan
hasilk dari alternative, mengkaji sumber daya menunjukan peran
bimbelkanduru.com
membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien
melalui fase ini (Marriner Torney)
B. Tingkat Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik
pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup
tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik
misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan
imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi
dan balita.
2. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit
lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder
misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
3. Pencegahan tertier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang.
2. UPAYA PREVENTIF
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
bimbelkanduru.com
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
3. UPAYA KURATIF
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit
atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. UPAYA RAHABILITATIF
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. UPAYA RESOSIALITATIF
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga
dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya
adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena
menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan
masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang
mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar
masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan
yang jelas dan dapat dimengerti
bimbelkanduru.com
ALAT Ukur Lansia
Skor
+ - NO Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang ini?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden Indonesia
sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama kecil ibu anda?
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun !
Jumlah Kesalahan Total
Kesimpulan:
Keterangan:
a. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
b. Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek
mempunyai pendidikan lebih dari SD
c. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit
hitam, dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
bimbelkanduru.com
Apgar Keluarga Dengan Lansia
Skrining untuk melengkapi pengkajian fungsi sosial
Suatu Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi
Sosial Lansia
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke
depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
bimbelkanduru.com
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan
diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan
saya dan in membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Penilaian
0-6 Depresi tidak ada atau minimal
7-13 Depresi ringan
14- Depresi sedang
21
bimbelkanduru.com
22- Depresi berat
39
bimbelkanduru.com
MINI MENTAL STATE EXAM ( MMSE )
( Menguji Aspek-Aspek Kognitif dari Fungsi Mental )
Tanggal :
Nama klien :
Jenis kelamin :
Umur :
TB/BB : ……cm/……kg
Agama :
Suku :
Golongan darah :
Tahun pendidikan : ……SD, ……SMP, ……SMA, ……PT
Alamat :
Tahap I
1. Apakah klien mengalami susah tidur?
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Lanjutkan ke tahap 2 bila minimal ada satu jawaban “ya” pada tahap I
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan.
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Jika ada minimal satu jawaban “ya” maka masalah emosional (+)
bimbelkanduru.com
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari
Tanggal :
Nama klien :
Jenis kelamin :
Umur :
TB/BB : ……cm/……kg
Agama :
Suku :
Golongan darah :
Tahun pendidikan : ……SD, ……SMP, ……SMA, ……PT
Alamat :
Skore Criteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaiandan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsitersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satufungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaiandan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari kecuali
mandi, berpakaian,ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari kecuali
mandi, berpakaian,ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagaiC, D, E, atau F
bimbelkanduru.com
Modifikasi dari Barthel Indeks
Prosedur tes:
Pasien dinilai dengan menggunakan Barthel Indeks pada awal
treatment, selama rehabilitasi dan pada akhir masa rehabilitasi. Hal ini
digunakan untuk menilai peningkatan treatment yang dilakukan terhadap
pasien.
No Aktifitas Score
Dependence Independence
1 Pemeliharaan kesehatan diri 0 5
2 Mandi 0 5
3 Makan 5 10
4 Toilet (aktifitas bab & bab) 5 10
5 Naik/turun tangga 5 10
6 Berpakaian 5 10
7 Kontrol bab 5 10
8 Kontrol bak 5 10
9 Ambulasi 15
Kursi roda 10
(bila px a,bulasi
dengan kursi roda)
10 Transfer kursi/bed 5-10 15
Total: 100
Kriteria hasil:
A. 0-100
B. 0-20 = ketergantungan penuh
21-61 = ketergantungan berat (sangat tergantung)
62-90 = ketergantungan moderat
91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri
Skala
A. Numerik (ratio)
B. kategorik (ordinal)
bimbelkanduru.com
PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA
Lembar Observasi Keseimbangan Lansia
Tanggal :
Nama klien :
Jenis kelamin :
Umur :
TB/BB : ……cm/……kg
Agama :
Suku :
Golongan darah :
Tahun pendidikan : ……SD, ……SMP, ……SMA, ……PT
Alamat :
Komponen
Langkah-
utama dalam Kriteria Nilai
langkah
bergerak
A. perubahan . Bangun dari . Tidak bangun dari tempat
posisi atau kursi duduk dengan satu gerakan,
gerakan tetapi mendorong tubuhnya
keseimbangan keatas dengan tangan atau
bergerak kedepan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil
. Duduk ke pada saat berdiri pertama kali.
kursi . Menjatuhkan diri kekursi,
duduk ditengah kursi
. Menahan . Pemeriksa mendorong
dorongan pada sternum (perlahan-lahan
sternum sebanyak 3 kali). Klien
menggerakkan kaki memegang
objek untuk dukungan, kaki
(mata ditutup) tidak menyentuh sisi-sisinya.
. Bangun dari
kursi . Kriteria sama dengan kriteria
. Duduk ke untuk mata terbuka
kursi . Kriteria sama dengan kriteria
untuk mata terbuka
. Menahan . Kriteria sama dengan kriteria
dorongan pada untuk mata terbuka
sternum
. Perputaran . Menggerakkan kaki,
leher memegang obyek untuk
dukungan kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya,
keluhan vertigo, pusing atau
keadaan tidak stabil.
. Gerakan . Tidak mampu untuk
menggapai menggapai sesuatu dengan
sesuatu bahu fleksi max, sementara
bimbelkanduru.com
berdiri pada ujung-ujung jari
kaki tidak stabil, memegang
sesuatu untuk dukungan.
. Membungkuk
. Tidak mampu membungkuk
untuk mengambil objek-objek
kecil dari lantai, memegang
onjek untuk bisa berdiri,
memerlukan usaha-usaha
multiple untuk bangun.
Total score = 56
Interpretasi
0-20 = harus memakai kursi roda (wheelchair
bound) 21-40 = berjalan dengan bantuan
41-56 = mandiri/independen
bimbelkanduru.com
RUMUS PERHITUNGAN DALAM KEPERAWATAN
Contoh
Kasus
Seorang ibu hamil dengan G1P0A0 datang ke poli kandungan untuk
ante natal care. Saat pemeriksaan diperoleh hasil TFU 28 cm. Berapa
usia kandungan ibu tersebut?
A, 5
B, 6
C, 7
D, 9
E, 8
Jawab
Diketahui
G1P0A0
TFU = 28 cm
Ditanya Usia kehamilan ibu
28 𝑐𝑚
3,5 𝑐𝑚 = 8 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Contoh Kasus
Seorang ibu berusia 33 tahun dirawat di ruangan dengan keluhan
muntah-muntah dan diare sejak 3 hari yang lalu. Klien mendapat
terapi NaCl 0,9%, 30 tpm, dengan infus set 1cc = 15 tetes.
Berapa volume cairan yang amsuk ke tubuh klien selama 3 jam?
A, 250 ml
B, 300 ml
C, 315 ml
D, 340 ml
E, 360 ml
Jawab:
Diketahui
Faktor tetes = 15
Order tetes = 30
Waktu pemberian = 3 jam
Ditanya jumlah cairan yang masuk?
30 𝑡𝑝𝑚 𝑥3 𝑗𝑗𝑎𝑚 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑎𝑡
𝐽. 𝐶𝑎𝑎𝑎𝑟𝑎𝑛 =
15 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠
5400
𝐽. 𝐶𝑎𝑎𝑎𝑟𝑎𝑛 =
15
Faktor tetes:
Mikro = 60
Makro = 15 atau 20
Contoh Kasus
Seorang anak perempuan usia 1 tahun dirawat dibangsal dengan
keluhan demam dan diare sejak 3 hari yang lalu. Dia mengalami
dehidrasi akibat mencret 6x/hari dengan konsistensi ai lebih banyak
adri pada ampas. Berdasarkan intruksi dokter maka dilakukan terapi
cairan dengan dipasang infus mikro 50 tetes permenit. Cairan NaCl
0,9% 500cc.
Jika cairan infus tersebut diberikan mulai jam 08:00 Jam berapakah
cairan tersebut habis.
A, 14:00
B. 15:00
C, 16:00
bimbelkanduru.com
D, 17:00
E. 18:00
Jawab:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑎𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑎𝑛𝑓𝑓𝑢𝑠 𝑥 𝑓𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠
𝐿𝑃 =
𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑎𝑡
500 𝑐𝑐 𝑥 60
𝐿𝑃 =
50 𝑡𝑝𝑚𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑎𝑡
500 𝑐𝑐
𝐿𝑃 =
50 𝑡𝑝𝑚
LP = 10 Jam
Jika cairan diberikan mulai dari jam 08:00 maka cairan akan habis
pada jam 18:00
5. Penilaian GCS
a. Mata (E):
4: Spontan membuka mata
3: Dengan perintah
2: Dengan rangsang nyeri
1: Tidak ada reaksi
b. Motorik (m):
6: Mengikuti perintah
5: Melokalisir nyeri
4: Menghindari nyeri
3: Fleksi abnormal
2: Ekstensi abnormal
1: Tidak ada reaksi
c. Verbal (V):
5: Orientasi baik
4: Disorientasi waktu & tempat, tapi dapat mengucapkan kalimat
3: Hanya mengucapkan kata-kata
2: Mengerang
1: Tidak ada reaksi
Contoh kasus
Seorang laki-laki usia 38 tahun di rawat di ruang ICU dengan
penurunan kesadaran, diagnosa medis cedera kepala. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan “pasien mampu membuka mata dengan
rangsangan cubitan dan mampu menarik area yang nyeri pada lokasi
cubitan tersebut, tidak mengucapkan kata hanya suara mengerang,
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88x/i, pernapsan 24x/i, suhu 38o
C.
Bagaimana penulisan GCS data di atas?
A, GCS 4 (E2, M1, V1)
bimbelkanduru.com
B, GCS 5 (E3, M1, V1)
C, GCS 6 (E2, M2, V2)
D, GCS 7 (E3, M3, V1)
E, GCS 8 (E2, M4, V2)
Jawab:
E = Membuka mata dengan rangsangan cubitan: Skor 2
M = Mampu menarik area yang nyeri pada likasi cubitan; skor 4
V = Tidak mengucapkan kata-kata hanya mengerang; Skor 2
Contoh kasus
Seorang perawat sedang menghitung orderan obat ranitidin untuk An.
Y. Dokter memberikan order 25 mg sedangkan dalam obat ranitidin
tertulis 50 mg, Netto 2 ml. Perawat x memberikan obat ke An. Y
sebanyak 2 ml, ternyata perawat x salah menghitung. Berapakah dosis
yang benar dari orderan dokter ranitidin 25 mg untuk An. Y ?
A.1 ml
B.3 ml
C.1,5 ml
D.2,5 ml
E.1,25 ml
Jawab:
Diketahui
Dosis yang diresepkan = 25 mg
Dosis tersedia = 50 mg
Netto = 2
Ditanya yang harus diberikan perawat
𝑌𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑎𝑏𝑒𝑟𝑎𝑎𝑘𝑎𝑛 = 25 𝑚𝑔 𝑥 2 𝑚𝑙
50 𝑚𝑔
Yang harus diberikan = 1 ml
Contoh Kasus
Seorang supir truk berusia 39 tahun masuk RS setelah mengalami
luka bakar pada dada bagian depan, lengan dan tangan akibat
kebakaran yang terjadi pada truk yang dikendarainya. Diketahui supir
tersebut 60 Kg dengan estimasi luka bakar 30%. Berapakah volume
resusitasi cairan yang diberikan pada klien tersebut pada 8 jam
pertama, berdasarkan formula Baxter/parkland?
bimbelkanduru.com
A. 9600 cc
B. 4800 cc
C. 3600 cc
D. 3600 cc
E. 2400 cc
Jawab
Diketahui
BB pasien = 60 Kg
Luas luka bakar = 30 %
Ditanya jumlah resusitasi cairan yang diberikan pada 8 jam
pertama
Rumus: Dewasa = RL 4 mL x 60 Kg 30%/24 jam
= 7200 untuk pemberian 24 jam
Kasus pemberian 8 jam pertama
7200 x ½
3600 cc
Contoh Kasus
Seorang klien berusia 45 tahun datang ke ruang UGD bersama teman
kerjanya. Satu jam yang lalu, klien ketika dan temanya ingin
memasang teralis plafon rumah klien tersengat listrik, terdapat luka
bakar pada telapak tangan sampai ke siku sebelah kiri dan kanan, kaki
kanan sampai alat vital klien. Berdasarkan rumus 9 (rule of 9) berapa
persenkah luas luka bakar pada klien. ?
A.28%
B.19%
C.37%
D.36%
E.27%
Jawab:
Diketahui
Telapak tangan sampai siku masing 4,5 % total 9%
Kaki kanan 18%
Genitalia 1%
Ditanya luas luka bakar
Total luas luka bakar = 9%+18%+1% = 28%
Contoh Kasus
Seorang perempuan hamil 28 minggu ingin mengetahui hari
perkiraan lahir bayinya. HPHT-nya adalh 8 Januari 2015. Tanggal
berapa bayinya diperkirakan lahir?
A, 17 Oktober 2015
B, 16 Oktober 2015
C, 15 Oktober 2015
D, 14 Oktober 2015
E, 13 Oktober 2015
Jawab
Diketahui
Usia kehamilan = 28 minggu
HPHT = 8 Januari 2015
Ditanya Hari taksiran partus
Tanggal = 8 + 7 = 15
Bulan = 1 + 9 = 10
Tahun = 2015 + 0 = 2015
Jadi taksiran partus 15 Oktober 2015
Contoh Kasus
Seorang perempuan hamil 28 minggu ingin mengetahui hari
perkiraan lahir bayinya. HPHT-nya adalh 15 Oktober 2015. Tanggal
berapa bayinya diperkirakan lahir?
A, 21 Juli 2015
B, 22 Juli 2015
C, 23 Juli 2015
D, 24 Juli 2015
E, 25 Juli 2015
Jawab
Diketahui
Usia kehamilan = 30 minggu
HPHT = 15 Oktober 2014
Ditanya Hari taksiran partus
Tanggal = 15 + 7 = 22
Bulan = 10 - 3 = 7
Tahun = 2014 + 1 = 2015
Jadi taksiran partus 22 Juli 2015
Contoh Kasus
Seorang ibu hamil 36 minggu ingin mengetahui taksiran berat
janinnya. Apabila TFU = 35 cm, divergen. Berapakah taksiran berat
janinnya?
A, 3620
B, 3720
C, 3820
D, 3520
E, 3730
Jawab
Diketahui
Usia kehamilan 36 minggu
TFU = 35 cm
Divergen
Ditanya Taksiran berat janin
Berat janin = (35 cm -11) x 155
= 24 x 155
= 3720 gram
Contoh Kasus
Seorang ibu berusia 42 tahun ingin membatasi kelahiran ankanya
dengan metode kalender. Ibuingin mencoba metode tersebut Pada
saat ini. Siklus menstruasi ibu 28 hari pada bulan ini, HPHT pada
tanggal 2 Oktober.
Kapankah ibu tidak boleh bersenggama dengan suami?
A, Tanggal 16 Oktober
B, Tanggal 18 Oktober
C, Tanggal 16 - 20 Oktober
D, Tanggal 2 – 8 Oktober
E, Tanggal 17 – 18 Oktober
Contoh kasus:
Seoran wanita berusia 29 tahun baru melepas alat kontrasepsi
AKDR 3 bulan yang lalu, datang ke pili KIA untuk berkonsultasi
tantang alat kontrasepsi, Ny. Y menginginkan penggunaan alat
bimbelkanduru.com
kontrasepsi alami tanpa alat karena merencanakan kehamilan
dalm waktu dekat, dan memutuskan untuk menggunkan metode
kalender setelah melewati sesi konseling. Hasil pengkajian siklus
haid terpanjang 32 hari dan terpendek 27 hari. HPHT 1 Mei 2013.
Kapankah masa pantang berhubungan pasien di atas?
A, 8-21 Mei 2013
B, 7-21 Mei 2013
C, 9-21 Mei 2013
D, 10-25 Mei 2013
E, 11-25 Mei 2013
Jawab
Diketahui
HPHT = 1 Mei 2013
Siklus haid terpanjang 32 hari
Siklus haid terpendek 27 hari
Ditanya pantang berhubungan
Siklus terpendek 27 hari – 18 = 9
Siklus terpanjang 32 hari – 11 = 21
Masa subur pasien terjadi pada tanggal 9 Mei – 21 Mei. Maka pasien
tidak boleh berhubungan pada tanggal tersebut
Contoh kasus
Seorang perempuan 24 tahun, datang ke poli kandungan, kehamilan
36 minggu, dengan keluhan, mules-mulas sudah 5 jam yang lalu. Pada
hasil pemeriksaan awal perawat menganganjurkan klien untuk jalan-
bimbelkanduru.com
jalan disekitar poli. Setelah dirasa cukup klien mendatangi perawat
dan dilakukan pemeriksaan dalam dan hasilnya sudah masuk ke
pembukaan lengkap. Perawat membantu persalinan jam 10 lewat 35
menit lahirlah By. A dalam kondisi normal BB 3000 mg dan perawat
melakuakn pemeriksaan apgare score. Berapakah nilai tertinggi dari
apgare score. ?
A.8
B.9
C.12
D.11
E.10
Jawab:
Behubung bayinya lahir dengan normal maka apgar skornya adalah 8
Contoh kasus
Ruangan bedah memiliki 20 tenpat tidur dengan jumlah rata-rata
pasien sebanyak 17 pasien per hari ( 3 pasien minimal care, 8 pasien
parsial care, 6 pasien total care). Jika jumlah jam kerja perawat
sebanyak 7 jam per hari dan jumlah hari libur dalam setahun
sebanyak
73 hari. Maka berapakah jumlah perawat yang dibutuhkan secara
keseluruhan per hari berdasarkan metode Gilles?
bimbelkanduru.com
A, 15
B, 16
C, 17
D, 18
E, 19
Jawab
Diketahui
Jumlah tempat tidur 20 buah
Jumlah pasien per hari 17
3 pasien minimal care
8 pasien parsial care
6 pasien total care
J. jam kerja perawat per hari adalah 7 jam
J. hari libur dalam setahun adalah 73 hari
Ditanya Perawat yang dibutuhkan diruangan tersebut per hari
a. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan klien per hari
i. Keperawatan langsung
1). Keperawtan minimal: 3 X 2 jam perawatan = 6 jam
2). Keperawatan parsial: 8 X 3 Jam perawatan = 24 jam
3). Keperawatan Total: 6 X 6 jam perawatan = 36 jam
ii. Keperawatan tidak langsung: 17 X 1 Jam perawatan = 17 jam
iii. Penyuluhan kesehatan:
17 X 0, 25 jam = 4,25 jam
Total Jumlaj jam perawatan untuk seluruh pasien 87,25 jam
b. Menentukan jumlah total jam keperawatan per klien per hari:
87,25
𝐽. 𝐽𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛/𝑝𝑎𝑠𝑎𝑎𝑒𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎 =
17
Jumlah jam perawatan/pasien/hari = 5,13 jam
c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga di ruangan
5,13/𝑝𝑎𝑠𝑎𝑎𝑒𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎 𝑥 17 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑎𝑒𝑛 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎
=
(365 ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎 − 73 ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎 )𝑥 7 𝑗𝑗𝑎𝑚/ ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎
31831,65
=
2044
= 15,573 = 15 perawat
Contoh kasus
Seorang calon perawat melakukan pengkajian keluarga didapatkan 2
masalh keperawatan keluarga, untuk masalah 1: sifat masalah adalah
ancaman kesehatan, kemungkinan masalh bisa diubah dengan
mudah, potensial masalh untuk dicegah dan menurut keluarga
masalah segera untuk ditangani. Berapakah masalah skor
keperawatan keluarga pada kasus dengan menggunakan skoring
Baylon?
A, 1 2/3
B, 2 2/3
C, 3 2/3
D, 4 2/3
E, 5 2/3
Jawab
Diketahui
Sifat masalah: Ancaman kesehatan Skor 2
2
𝑥 1 = 2/3
3