A. Pengertian
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar > 7
dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga faktor
yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital neonatus yaitu maturasi,
adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik
dan cepat berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan
menghasilkan glukosa.
B. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm antara 37- 42
minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, Panjang badan 48- 52 cm, lingkar dada 30- 38
cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm, frekuensi DJ 120- 160
x/permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit kemerahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, Gerakan aktif, bayi
langsung menangis kuat, refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking (isap
dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro (gerakan memeluk bila
dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping (menggenggam) sudah
baik, genetalia sudah terbentuk sempurna , pada laki- laki testis sudah turun ke
skrotum dan penis berlubang, pada perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang,
serta labia mayora sudah menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24
jam pertama, berwarna hitam kecoklatan.
C. Penampilan bayi baru lahir
1) Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi rangsangan terhadap
reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau
suara mainan;
2) Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang simetris pada waktu
bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah
normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu
kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut;
3) Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala: apakah terlihat
simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas yang menyebabkan
kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan
pada kepala tersebut hanya terdapa dibelahan kiri atau kanan saja, atau di sisi kiri
dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala pengukuran lingkar
kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol (Capput sucsedenaum) dikepala
hilang dan jika terjadi moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada
bentuknya semula.
4) Muka wajah: bayi tampak ekspresi;mata: perhatikan antara kesimetrisan antara
mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa
bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu;
5) Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut ikan,
tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada bayi normal,
bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran
cerna;
6) Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan; perhatikan ada
tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi biasanya bayi masih ada
pernapasan perut
7) Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan
yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu diperhatikan bentuk,
gerakannya, faktur (bila ekstremitas lunglai/kurang gerak), farices;
8) Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang-kadang
didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan yang berlebihan harus
dipikirkan kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit dengan
warna yang tak rata (“cuti Marmorata”) ini dapat disebabkan karena temperature
dingin, telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi
pucat dan kuning, bercak-bercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong
(Mongolian Spot) akan menghilang pada umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun;
9) Kelancaran menhisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan kemih:
diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang tiba-
tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan mungkin dengan kulit
kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk
kemungkinsn Hirschprung/Congenital Megacolon;
10) Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa
disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara lain Tonik neek refleks ,
yaitu Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan
secara spontan memiringkan kepalanya, Rooting refleks yaitu bila jarinya
menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan
memiringkan kepalanya ke arah datangnya jari , Grasping refleks yaitu bila jari
kita menyentuh telapak tangan bayi maka jarijarinya akan langsung
menggenggam sangat kuat, Moro refleks yaitu reflek yang timbul diluar
kesadaran bayi misalnya bila bayi diangkat/direnggut secara kasar dari
gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan Gerakan yang mengangkat
tubuhnya pada orang yang mendekapnya, Stapping refleks yaitu reflek kaki
secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan
pada satu dasar maka bayi seolaholah berjalan, Suckling refleks (menghisap)
yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langis-langit sehingga
sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI, Swallowing refleks (menelan)
dimana ASI dimulut bayi mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung.
11) Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari 5%
berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.
D. Penilaian
Segera setelah lahir letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan di atas
perut ibu (bila tidak memungkinkan, letakkan di dekat ibu misalnya diantara kedua
kaki ibu atau sebelah ibu) pastikan area tersebut bersih dan kering, keringkan bayi
terutama muka dan permukaan tubuh dengan kering, hangat dan bersih. Kemudian
lakukan penilaian awal sebagai berikut: (a) apakah menangis kuat dan/atau bernafas
tanpa kesulitan?; (b) apakah bergerak dengan aktif atau lemas?; jika bayi tidak
bernafas atau megap-megap atau lemah maka segera lakukan resusitasi bayi baru
lahir.
Berikut merupakan table Nilai APGAR untuk membantu penilaian BBL :
Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance Pucat/ biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh badan ekstremitas biru kemerahan
Pulse
Tidak ada < 100 > 100
( Denyut Jantung)
Grimace Ekstremitas sedikit
Tidak ada Gerakan aktif
(Tonus Otot) fleksi
Activity Langsung
Tidak ada Sedikit gerak
(Aktifitas) menangis
Respiration Lemah/ tidak
Tidak ada Menangis
(Pernapasan) teratur
4. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan ini dilakukan berdasarkan hasil kesimpulan dan evaluasi
terhadap keputusan klien yang diambil dalam rangka mengatasi masalah klien
dan memenuhi kebutuhan klien.
REFERENSI :
1. Jamil, S.N. dkk. 2017. BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS,
BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
2. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI
3. Wahyuni, E.D. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kemenkes RI : 2018
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN BAYI BARU LAHIR NORMAL
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
a. Identitas Bayi
Nama : By Ny.R
Tanggal/Jam lahir : 25 Juli 2023/16.30 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Identitas Orang Tua
IBU AYAH
Nama Ny R Nama Tn T
Umur 17 tahun Umur 23 tahun
Agama Islam Agama Islam
Suku/bangsa Jawa/Indonesia Suku/bangsa Jawa/Indonesia
Pekerjaan IRT Pekerjaan Buruh
Pendidikan SMP Pendidikan SMP
Alamat Mlaran RT 1/1, Alamat Mlaram RT 1/1,
Gebang Gebang
2. Alasan Datang : Ibu mengatakan bayinya baru saja lahir 4 hari yang lalu
3. Keluhan Utama : Ibu mengatakan bayinya lahir normal dan tidak ada keluhan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Sekarang : Ibu mengatakan saat ini tidak menderita penyakit menurun ( Jantung,
asma, hipertensi, diabetes mellitus), menular (HIV/AIDS, hepatitis, TBC, PMS)
b. Keluarga : Ibu mengatakan keluarga tidak menderita penyakit menurun ( Jantung,
asma, hipertensi, diabetes mellitus), menular (HIV/AIDS, hepatitis, TBC, PMS)
c. Yang Lalu : Ibu mengatakan dahulu tidak menderita penyakit menurun ( Jantung,
asma, hipertensi, diabetes mellitus), menular (HIV/AIDS, hepatitis, TBC, PMS)
d. Keturunan : Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun (Jantung,
asma, hipertensi, diabetes mellitus)
5. Riwayat Perkawinan Orang Tua
Lama Perkawinan : 1 tahun
Status Perkawinan : sah
6. Riwayat Persalinan
Tanggal/Jam Lahir : 22 Juli 2023/16.30 WIB
Keadaan bayi saat lahir : Baik
Pembahasan :
Berdasarkan pada data subyektif didapatkan bahwa ibu mengatakan bahwa bayinya
baru saja dilahirkan 4 hari yang lalu dan tidak terdapat keluhan pada bayinya. Kunjungan
bayi baru lahir pada hari ke 4 termasuk dalam kunjungan neonatal II (KN 2). Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kunjungan neonatus adalah pelayanan
kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatus I (KN 1) pada 6
jam sampai dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan neonatus II (KN 2) pada hari ke 3
sampai dengan 7 hari setelah kelahiran (Badalia, 2016).
Menurut Muslihatun (2010) dalam Badalia (2016), bayi usia kurang dari 1 bulan
merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi.
Upaya kesehatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain
dengan melakukan pertolongan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 2 kali yaitu satu kali pada umur 0-7 hari
(KN 1) dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN 2).
Tujuan dari kunjungan neonatus yaitu melakukan pemeriksaan ulang pada bayi baru
lahir, meninjau penyuluhan dan pedoman antisipasi bersama orang tua, mendidik dan
mendukung orang tua. Tujuan kunjungan neonatus adalah untuk meingkatkan akses
neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelalaian pada bayi yang mengalami masalah (Zuraida, 2016).
Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan saat kunjungan neonatus sangat diperlukan,
mengingat ibu adalah mitra bagi tenaga kesehatan. Sebagai orang yang terdekat dengan
neonatus dan sebagai mitra bidan/ tenaga kesehatan, ibu semestinya mengetahui
pemeriksaan apa saja yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga dapat bekerja sama
dengan bidan ketika bidan melakukan pemeriksaan saat kunjungan neonatus (Zuraida,
2016).
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Zuraida (2016) mendapatkan hasil
bahwa dari 32 responden yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 23 orang (71,9%)
mengalami kunjungan neonatus yang tidak tercapai. Hasil uji diperoleh p value = 0,009
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan
kunjungan neonatus dengan OR = 5,111 artinya ibu yang memiliki pengetahuan rendah
berpeluang 5,111 kali lebih berisko tidak melakukan kunjungan neonatus dibandingkan
dengan ibu yang berpengetahuan tinggi.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign :
Denyut jantung : 130x/menit
Suhu : 36,6ºC
RR : 40x/menit
b. Pemeriksaan Antopometri
BB : 3500 gram
PB : 52 cm
LK : 35 cm
LD : 37 cm
LILA : 17 cm
c. Keadaan Bayi saat lahir
Menangis : Kuat
Warna kulit : Kemerahan
Turgor : Baik
Gerak : Aktif
2. Pemeriksaan Khusus
Pembahasan :
Berdasarkan pada data obyektif bayi Ny R didapatkan bahwa hasil pemeriksaan
umum (Denyut jantung : 130x/menit, Suhu : 36,6ºC, RR: 40x/menit, keadaan
umum :baik) dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kategori sebagai berikut : bunyi
jantung dalam menit pertama ±180x/menit kemudian turun sampai 140-120x/menit,
frekuensi nafas bayi normal 40-60x/menit (Sondakh, 2013).
Berdasarkan pada pemeriksaan khusus dalam batas normal, pemeriksaan reflek bayi
semua dengan hasil normal atau positif. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori
dengan praktek pada pemeriksaan data obyektif.
C. ANALISA DATA
Diagnosa Kebidanan : Bayi Ny R usia 4 hari dengan bayi baru lahir fisiologis
Masalah :-
Kebutuhan Segera :-
Pembahasan :
Berdasarkan pada pemeriksaan data subyektif dan data obyektif pada By Ny R semua
dalam batas normal, tidak ada masalah sehingga tidak ada masalah potensial maupun
tindakan segera yang dilakukan.
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 25 Juli 2023 Jam : 06.40 WIB
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bayi dalam keadaan baik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : Denyut Jantung : 130x/menit, Suhu : 36,6ºC,
RR : 40x/menit
Antopometri : BB : 3500gram, PB : 52 cm
Hasil : Ibu sudah mengerti
2. Menganjuran pada ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya sampai bayi
berusia 6 bulan tanpa diberi makanan/minuman tambahan apapun.
Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran
3. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya bayi baru lahir :
a. Bayi rewel
b. Tali pusat bau, bengkak dan kemerahan
c. Bayi kuning dan malas menyusu
Menganjurkan ibu untuk segera mengunjungi tenaga kesehatan bila mendapati
tanda-tanda tersebut.
Hasil : Ibu sudah mengerti dan bersedia mengikuti anjuran
4. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi dengan segera
mengeringkan bayi setelah mandi, mengganti pakaian bayi bila basah atau kotor,
menjauhkan bayi dari jendela, pintu dan paparan AC serta menjaga lingkungan bayi
tetap hangat.
Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran
5. Menganjurkan pada ibu perawatan tali pusat, yaitu tali pusat di basahi dan
dibersihkan saat mandi, kemudian keringkan tali pusat menggunakan kassa, tutupi
tali pusat dengan kassa tanpa diberi alcohol maupun cairan antiseptic lainnya.
Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran
6. Melakukan pendokumentasian hasil tindakan.
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan
Pembahasan :
Dari penatalaksanaan asuhan bayi baru lahir by Ny R dalam hal ini sudah memasuki
kunjungan neonatal II dan sudah sesuai dengan standar asuhan pada KN II. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa KN 2 dilakukan dari tiga sampai tujuh hari setelah
bayi lahir. Asuhan yang diberikan adalah pemeriksaan fisik, perawatan tali pusat,
memberi ASI eksklusif, personal hygiene dan tanda bahaya (Kemenkes RI, 2015).
REFERENSI :
Badalia, B.A. 2016. Perilaku Bidan dalam Kunjungan Neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Sabang Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan. Jurnal KesMas
Unika Vol. 1 No.1
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI
Sondakh, J.J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Erlangga
d. Gejala
1) Bayi tidak mau minum atau menetek
2) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
3) Tubuh bayi teraba dingin
4) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras ( sklerema )
e. Penatalaksanaan
1) Menghangatkan bayi dgn inkubator
2) Menggunakan metode KANGGURU
3) Gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu yang
digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.
4) Biasanya nayi hipotermi menderita hipoglikemi sehingga bayi harus diberi
ASI sedikit sedikit sesering mungkin.
5. Tetanus Neonatorum
a. Pengertian
Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium Tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksik (racun) dan menyerang system saraf pusat ,
oleh karena adanya tetano-spamin dari clostridium tetani. Tetanus juga dikenal
dengan nama Lockjaw, karena salah satu gejala penyakit ini adalah mulut yang
sukar dibuka (seperti terkunci).
b. Penyebab
1) Clostridium Tetani, yaitu kuman yang bersifat anaerob (berkembang biak
tanpa oksigen) Kuman c.tetani bersifat anaerob, artinya kuman hidup dan
berkembang dengan pesat dalam lingkungan yang kurang atau tidak
mengandung oksigen.
2) Kuman ini dapat membuat spora yang tahan lama dan berkembang biak
dalam luka yang kotor atau jaringan nekrotik yang tidak ada oksigen. Satu-
satunya pintu masuk spora ini ke tubuh bayi adalah tali pusat yang dapat
terjadi pada saat pemotongan maupun pada waktu perawatan sebelum
puput.
3) Kuman ini membentuk spora-spora yang berbentuk batang, dengan ujung
bulat seperti tongkat penabuh drum. Spora tersebut bila tidak terpajan sinar
matahari dapat hidup berbulan-bulan bahkan beberapa tahun seperti
didalam tanah. Sifat lain dari spora ini adalah tahan dalam air mendidih
selama 4 jam, tetapi mati bila dipanaskan selama 20 menit pada suhu 121⁰C
(dengan autoklaf).
c. Tanda Gejala
1) Masa inkubasi 3-10 hari
2) Gejala permulaan ialah kesulitan minum karena terjadi Trismus
3) Mulut mencucu sepereti ikan (harpermond) sehingga bayi tidak dapat
minum dengan baik
4) Dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang umum
5) Lehar kaku dapat terjadi opisthotonos
6) Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang
otot pernafasan
7) Suhu meningkat
8) Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah muka
rhisus sardonikus
9) Ekstremitas biasanya terulur dan kaku
10) Tiba-tiba bayi sensitive terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang
menangis.
11) Bayi rewel
12) Kesukaran menelan akibat spasme otot laring
13) Asfiksia dan sianosis akibat spasme otot pernafasan
14) Bayi sadar dan gelisah
d. Komplikasi
1) Gangguan pemenuhan nutrisi
2) Gangguan pemenuhan oksigen
3) Meningkatnya metabolisme tubuh
4) Potensial terjadi gangguan saraf
5) Potensial terjadi kelumpuhan otot-otot pernafasan
6) Potensial terjadi infeksi
7) Sering timbul komplikasi terutama bronchopneumonia, asfiksia dan
sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh lendir/sekret, dan sepsis
e. Penatalaksanaan
1) Perawatan
a. Bayi sebaiknya dirawat oleh perawat yang cakap dan berpengalaman.
Sebaiknya disediakan satu orang perawat untuk seorang bayi. Bayi
harus dirawat di tempat yang tenang dengan penerangan dikurangi agar
rangsangan bagi timbulnya kejang kurang.
b. Saluran pernafasan dijaga agar selalu bersih
c. Harus tersedia Zat asam. Zat asam diberikan kalau terdapat sianosis,
atau serangan apnea, dan pada waktu ada kejang.
d. Pemberian makanan harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat
dari polietilen atau karet
e. Kalau pemberian makanan per oral tidak mungkin, maka diberi
makanan atau cairan intravena
2) Pencegahan
Pencegahan yang paling baik adalah pemotongan dan perawatan tali pusat
yang baik; harus digunakan bahan dan alat yang steril. Pemberian vaksinasi
dengan suntikan pada ibu hamil dalam memberi proteksi pada bayi.
3) Pemberian Antibiotik
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 satuan setiap
hari diteruskan selama 3 jam sesudah panas turun.
4) Pemberian Antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S. (antitetanus
serum) dengan dosis 10 000 satuan setiap hari selama 2 hari.
5) Mengatasi Kejang
Dalam mengatasi kejang seorang bidan/ perawat harus cepat tanggap
misalnya pada saat bayi kejang dengan segera masukkan tong spatel yang
sudah dibungkus kasa steril ke dalam mulut bayi agar lidah tidak tergigit
oleh giginya juga untuk mencegah agar lidah tidak jatuh ke belakang
menutupi saluran pernapasan. Kejang dapat diatasi dengan mengurangi
rangsangan timbulnya
6. Ikterus
a. Pengertian
Ikterus merupakan keadaan dimana menjadi kuningnya warna kulit, selaput
lendirdan berbagai jaringan oleh zat warna empedu. Ikterus neonatal merupakan
suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir.
b. Klasifikasi
1) Ikterus Fisiologis
2) Ikterus Patologis
c. Penyebab
1) Ikterus Fisiologis
Demam kuning normal biasa berlaku pada bayi baru lahir. Ini disebabkan
bayi yang baru dilahirkan, hati bayi kadang-kala tidak mampu memproses
bilirubin dari sel darah merah yang diuraikan disebabkan hati bayi tersebut
masih belum matang atau disebabkan kadar penguraian sel darah merah
yang cepat. Keadaan ini meningkatkan kadar bilirubin dalam darah dan
seterusnya menyebabkan warna kuning-kekuningan pada kulit dan putih
mata bayi. Ia mula kelihatan 2 - 4 hari pertama dan akan hilang sepenuhnya
selepas 1 hingga 2 minggu.
2) Ikterus Patologis
Ikterus mempunyai dasar patologis. Kadar bilirubinnya mencapai nilai
hyperbilirubin
d. Tanda Ikterus Patologis
1) Jika kuningnya timbul dalam 24 jam pertama setelah lahir
2) Jika dalam sehari kadar bilirubin meningkat secara pesat atau progresif.
3) Jika bayi tampak tidak aktif, tak mau menyusu, cenderung lebih banyak
tidur, disertai suhu tubuh yang mungkin meningkat atau malah turun.
4) Jika bayi kuning lebih dari dua minggu.
5) Jika air kencingnya berwarna tua seperti air teh, segera bawa ke dokter
e. Terapi/ Pengobatan
Bila kadar bilirubin>10mg% lakukan terapi sinar.
1) Pantau setelah dihentikan terapi sinar
2) Bila kadar Hb < 13g/dl lakukan transfusi darah
3) Bila ikterus berlangsung lebih dari 2 minggu, kencing berwarna gelap/feses
berwarna pucat, lakukan penanganan ikterus berkepanjangan dengan
pemberian Tin-mesoporfidin secara IM
Penanganan Umum
Tanda Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa
hepatomegali, perdarahan kulit dan kejang-kejang)
Kategori Normal Fisiologis Patologis
Bidan/Puskesmas Terus beri ASI a. Jemur jam 7- Rujuk ke RS
9pagi Banyak minum
selama10‟ -
b. Badan bayi
telanjang,
mata ditutup
dan terus
diberi ASI
Rumah Sakit Terus beri ASI a. Jemur jam 7- Terapi Sinar
9pagi (Ultra Violet)
selama10‟
b. Badan bayi
telanjang,
mata ditutup
dan terus
diberi ASI
- Periksa golongan darah ibu dan
bayi
- Periksa kadar bilirubin
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI DENGAN IKTERUS
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
a. Identitas Bayi
Nama : By Ny N
Tanggal/Jam lahir : 26 Juli 2023/17. 30 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Identitas Orang Tua
IBU AYAH
Nama Ny N Nama Tn T
Umur 32 tahun Umur 32 tahun
Agama Islam Agama Islam
Suku/bangsa Jawa/Indonesia Suku/bangsa Jawa/Indonesia
Pekerjaan IRT Pekerjaan Tani
Pendidikan SMP Pendidikan SMP
Alamat Kragilan RT 1/2, Alamat Kagilan RT 1/2,
Gebang Gebang
Pembahasan :
Berdasarkan pada data subyektif didapatkan bahwa ibu mengatakan bahwa bayinya
baru saja dilahirkan 4 hari yang lalu dan tidak terdapat keluhan pada bayinya. Kunjungan
bayi baru lahir pada hari ke 4 termasuk dalam kunjungan neonatal II (KN 2). Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kunjungan neonatus adalah pelayanan
kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatus I (KN 1) pada 6
jam sampai dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan neonatus II (KN 2) pada hari ke 3
sampai dengan 7 hari setelah kelahiran (Badalia, 2016).
Menurut Muslihatun (2010) dalam Badalia (2016), bayi usia kurang dari 1 bulan
merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi.
Upaya kesehatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain
dengan melakukan pertolongan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 2 kali yaitu satu kali pada umur 0-7 hari
(KN 1) dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN 2).
Tujuan dari kunjungan neonatus yaitu melakukan pemeriksaan ulang pada bayi baru
lahir, meninjau penyuluhan dan pedoman antisipasi bersama orang tua, mendidik dan
mendukung orang tua. Tujuan kunjungan neonatus adalah untuk meingkatkan akses
neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelalaian pada bayi yang mengalami masalah (Zuraida, 2016).
Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan saat kunjungan neonatus sangat diperlukan,
mengingat ibu adalah mitra bagi tenaga kesehatan. Sebagai orang yang terdekat dengan
neonatus dan sebagai mitra bidan/ tenaga kesehatan, ibu semestinya mengetahui
pemeriksaan apa saja yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga dapat bekerja sama
dengan bidan ketika bidan melakukan pemeriksaan saat kunjungan neonatus (Zuraida,
2016).
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Zuraida (2016) mendapatkan hasil
bahwa dari 32 responden yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 23 orang (71,9%)
mengalami kunjungan neonatus yang tidak tercapai. Hasil uji diperoleh p value = 0,009
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan
kunjungan neonatus dengan OR = 5,111 artinya ibu yang memiliki pengetahuan rendah
berpeluang 5,111 kali lebih berisko tidak melakukan kunjungan neonatus dibandingkan
dengan ibu yang berpengetahuan tinggi.
B. DATA OBYEKTIF
3. Pemeriksaan Fisik
d. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Vital Sign :
Denyut jantung : 130x/menit
Suhu : 36,6ºC
RR : 44x/menit
e. Pemeriksaan Antopometri
BB : 2800 gram
PB : 48 cm
LK : 34 cm
LD : 36 cm
LILA : 11 cm
f. Keadaan Bayi saat lahir
Menangis : Kuat
Warna kulit : Kemerahan
Gerak : Aktif
4. Pemeriksaan Khusus
Pembahasan :
Berdasarkan pada data obyektif bayi Ny R didapatkan bahwa hasil pemeriksaan
umum (Denyut jantung : 130x/menit, Suhu : 36,6ºC, RR: 40x/menit, keadaan
umum :baik) dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kategori sebagai berikut : bunyi
jantung dalam menit pertama ±180x/menit kemudian turun sampai 140-120x/menit,
frekuensi nafas bayi normal 40-60x/menit (Sondakh, 2013).
Berdasarkan pada pemeriksaan khusus dalam batas normal, pemeriksaan reflek bayi
semua dengan hasil normal atau positif. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori
dengan praktek pada pemeriksaan data obyektif.
C. ANALISA DATA
Diagnosa Kebidanan : Bayi Ny N usia 1 hari dengan ikterus fisiologi
Masalah aktual : Bayi tidak dapat menelan secara aktif
Masalah Potensial : Gangguan kebutuhan pemenuhan nutrisi
Kebutuhan Segera : Penatalaksanaan BBL dengan ikterus fisiologi
Pembahasan :
Berdasarkan pada pemeriksaan data subyektif dan data obyektif pada By Ny R semua
dalam batas normal, tidak ada masalah sehingga tidak ada masalah potensial maupun
tindakan segera yang dilakukan.
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 27 Juli 2023 Jam : 18.00 WIB
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan Tindakan
Hasil : Telah dilakukan cuci tangan
2. Mengobservasi KU bayi dan TTV setiap 3 jam
Hasil :
KU : Lemah
TTV : Frekuensi jantung 130x/menit, Pernapasan 44x/menit, suhu 36,6C
3. Memberikan intake ASI tiap 3 jam
Hasil : Terlaksana, telah diberikan intake ASI tiap 3 jam
4. Menjaga kehangatan bayi
Hasil : Terlaksana, kehangatan bayi telah dijaga dengan mengganti popok dan baju
bayi jika basah
5. Memberikan informasi dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada bayi N
kepada keluarga bahwa bayi N mengalami ikterus fisiologis
Hasil : Ibu dan keluarga sudah menerima penjelasan mengenai keadaan bayinya
6. Melakukan pendokumentasian hasil tindakan.
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan
PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
B. Data Objekti
C. Analisa
D. Penatalaksaan
Pembahasan :
Dari penatalaksanaan asuhan bayi baru lahir by Ny R dalam hal ini sudah memasuki
kunjungan neonatal II dan sudah sesuai dengan standar asuhan pada KN II. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa KN 2 dilakukan dari tiga sampai tujuh hari setelah
bayi lahir. Asuhan yang diberikan adalah pemeriksaan fisik, perawatan tali pusat,
memberi ASI eksklusif, personal hygiene dan tanda bahaya (Kemenkes RI, 2015).
REFERENSI :