Anda di halaman 1dari 2

Risma Aulia Meliana Sari

XI IPS 2/30

Mengapa Aku Selalu Di Asingkan?


Namaku Risa, aku anak pertama dari dua bersaudara, sejak kecil aku diasuh oleh nenekku dan jarang
sekali bertemu dengan orang tuaku, mereka selalu sibuk dengan urusannya masing-masing dan tidak
pernah memperdulikanku. Pada saat aku berumur 7 tahun, aku mempunyai adik, ku kira adikku akan
mendapatkan perlakuan yang sama sepertiku. Tapi ternyata tidak, adikku bahkan tidak pernah
merasakan kekurangan kasih sayang sedikitpun, orang tuaku selalu memberi kasih sayang dan
perhatian yang lebih pada adikku. Entah apa yang membuat hal itu terjadi.... entahlah aku juga
bingung.

Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Risa belajar di dalam kamarnya seorang diri. Pada saat
dia sedang belajar ia mendengar suara dari luar, lebih tepatnya dari ibunya “hallo, lagi apa nak?”. Yah
seperti itu lah suara yang selalu Risa dengar dan membuatnya merasa sedih. Orangtuanya selalu
menanyakan kegiatan adiknya setiap malam, Risa hanya bisa menahan kesedihannya seorang diri.
Baginya, semakin ia dewasa semakin berkurang pula kasih sayang yang ia dapat dari kedua
orangtuanya.

Kesabaran adalah kunci agar ia dapat menjalani hidupnya dengan mudah. Setelah mendengar suara
dari luar tadi, Risa akhirnya tidak melanjutkan belajarnya. Ia berjalan menuju lemari bukunya dan
mengambil diary kecil miliknya. Ia mulai menulis kata demi kata dalam Diarynya.

Dear Diary..
Aku capek dengan semua ini. Aku lelah dengan hidup ini. Kenapa aku selalu mendapatkan
kesedihan? Apakah tuhan tidak sayang kepadaku? Aku ingin merasakan kebahagiaan seperti teman-
temanku yang lain. Aku ingin bebas seperti yang lain. Aku butuh kasih sayang dari kedua orangtua
ku. Tuhan... apakah aku tidak boleh mendapat kebahagiaan seperti yang lain? Aku ingin sekali
mendapat kebahagian dan aku ingin mendapat kasih sayang dari orangtua ku. Kalau aku seperti ini,
kenapa dulu aku dilahirkan ke dunia yang suram ini? Kenapa tidak sejak lahir aku mati saja? Aku
lelah, aku capek, dan aku bosan dengan semua ini tuhan. Beri aku sedikit saja kebahagiaan. Aku ingin
bahagia tuhan.... Tolong bantu aku untuk menyadarkan orangtua ku, bantu mereka agar tidak
membedakan aku dengan orang lain dan agar aku dapat merasakan kasih sayang yang layak dari
mereka. Tolong kabulkan permintaan ku tuhan. Amin~

Itulah isi dari Diary yang telah Risa tulis. Ia merasa sangat sedih, ia ingin merasakan bahagia seperti
orang lain.

Keesokan harinya, tepatnya jam 9 malam Risa tiba-tiba merasakan lapar. Ia pergi ke dapur untuk
melihat apakah ada sesuatu yang bisa ia makan, tapi ternyata tidak ada. Akhirnya dia memberanikan
diri untuk meminta antar ayahnya untuk membeli makanan di luar. Tapi ayahnya menolak dan
meminta untuk Risa pergi membeli makanan sendiri, akhirnya dengan terpaksa dan melawan rasa
takutnya Risa keluar rumah dan pergi membeli makanan dengan jalan kaki. Di tengah perjalanan tiba-
tiba ada mobil dengan kecepatan tinggi yang menabraknya, Risa terpental dan mendapat luka yang
parah pada bagian kepalanya, sehingga membuat dia tidak sadarkan diri.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya dokter yang memeriksa Risa keluar. Dokter itu tidak
berbicara apa-apa, dia hanya diam sambil memandang kedua orangtua Risa. Karena merasa binggung
dengan tatapan dokter, ayah Risa bertanya kepada dokter “Dok, bagaimana keadaan anak saya? Anak
saya baik-baik saja kan dok?”, dokter itu hanya diam, ia tidak menjawab pertanyaan dari ayah Risa.
Karena merasa binggung Ibunya bertanya “dokter, anak saya baik-baik saja kan dok? Jawab dok!”,
sang dokter menarik nafas panjang, lalu berkata “maaf, saya sudah berusaha semaksimal mungkin,
tapi tuhan berkehendak lain”. Setelah mendengar bahwa anak nya telah tiada, kedua orangtua Risa
menangis.

Nasi telah menjadi bubur. Semuanya telah terjadi, kini Risa telah tiada. Kedua orangtuanya benar-
benar merasa kehilangan putri tercintanya.

Setelah pemakaman Risa selesai, orangtua Risa masuk ke dalam kamar putrinya dan mengambil
Diary milik Risa. Mereka membaca Diary itu dengan menangis. Mereka menyesal karena saat Risa
masih ada, mereka tidak memberi kasih sayang yang penuh untuk Risa. Mereka menyesal, tapi tak
bisa dikata, nasi telah menjadi bubur, kini Risa telah tiada.

Anda mungkin juga menyukai