Anda di halaman 1dari 3

REVIEW JURNAL

Oleh: Anggistya Cahya Kusuma_2201056026

Judul Komunikasi Interpersonal sebagai Strategi Dakwah Rasulullah


(Perspekif Psikologi)
Jurnal Jurnal Ilmu Dakwah
Volume & Halaman Vol. 15 No. 30
Tahun Juli – Desember 2016
Penulis Halimatus Sakdiah
Reviewer Anggistya Cahya Kusuma
Tanggal 10 Maret 2023

Abstrak Jurnal yang berjudul “Komunikasi Interpersonal sebagai


Strategi Dakwah Rasulullah (Perspektif Psikologi)” ini dalam
abstraknya sudah memaparkan tujuan penulisan yaitu untuk
mengetahui komunikasi interpersonal yang kemudian
disangkutkan dengan perspektif psikologi.
Di dalam abstrak juga dipaparkan sedikit mengenai
pengertian dan urgensi komunikasi dalam berdakwah menurut
pandangan psikologis. Komunikasi interpersonal yang
dilakukan Rasulullah dalam tinjauan psikologi merupakan
komunikasi tingkat psikologi. Strategi ini telah digunakan
sebagai strategi pertama pada saat beliau baru diangkat
menjadi Rasul dan diperintahkan untuk menyerukan agama
Islam.
Pengantar Dalam pengantar dijelaskan lebih lanjut mengenai
pengertian dakwah dan juga komunikasi sehingga memberikan
pemahaman yang lebih mendalam bagi pembacanya.
Di sini dituliskan bahwa dakwah adalah proses
penyampaian pesan dari da’i kepada mad’u untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dan dapat diambil pengertian bahwa
dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain yang juga
merupakan kegiatan interaksi sosial. Oleh karena itu, seorang
da’i perlu untuk mempelajari macam-macam karakter mad’u
sehingga dia bisa mengkomunikasikan pesan dakwah secara
sempurna kepada mad’u.
Selain dipaparkan mengenai pengertian dakwah juga
dipaparkan tentang pengertian komunikasi khususnya
komunikasi interpersonal itu sendiri. Komunikasi interpersonal
lebih dikenal dengan sebutan komunikasi antar pribadi yang
berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.
Komunikasi interpersonal inilah yang menjadi pokok
pembahasan dalam jurnal ini untuk dikaji dalam perspektif
psikologi.
Hasil Penelitian Hasil penelitian dari jurnal ini menyatakan bahwa
komunikasi interpersonal lebih memfokuskan pada proses
interaksi seseorang lebih dari interaksi verbal, menekankan
tingkah laku dan keterampilan masing-masing individu.
Komunikasi interpersonal termasuk dimensi afektif dan
kognitif diambil dari ilmu yang berhubungan dengan tingkah
laku dan ilmu lainnya termasuk humanistik.
Komunikasi ini menciptakan hubungan antar individu,
sehingga tindakan satu orang memengaruhi dan mencerminkan
tindakan orang lain. Komunikasi interpersonal lebih
memperhatikan karakteristik dan keadaan yang membuat setiap
individu itu unik.
Selain itu, ditemukan juga pernyataan dari Enjang dan
Aliyudin (2009: 2-5) yang mengemukakan bahwa persepsi dan
pemahaman masyarakat tentang dakwah mengalami sedikit
perubahan. Dahulu, masyarakat memandang bahwa pengertian
dakwah sama dengan ceramah padahal dakwah lebih dari
sekedar ceramah. Untuk strategi komunikasi tersebut, segala
sesuatunya harus memperhatikan komponen komunikasi dalam
teori What in Which Channel to Whom with What Effect
(Formula Lasswell).
Kemudian, wahyu pertama yang turun kepada Nabi
Muhammad SAW yaitu 5 ayat surah al-‘Alaq belum
mengandung perintah untuk menyeru manusia kepada suatu
agama. Wahyu kedua yang turun kepada Nabi Muhammad
SAW menjadi simbol pengangkatan beliau menjadi Rasul dan
dibebani kewajiban menyeru kepada manusia untuk mengikuti
risalah yang dibawanya. Berdasarkan konteks sejarah dakwah
Rasulullah tersebut, maka komunikasi interpersonal menjadi
strategi dakwah Rasulullah yang sangat penting terutama pada
periode Makkah.
Lebih lanjut, dalam jurnal ini dijelaskan ketika Siti
Khadijah mendengar cerita dari Nabi Muhammad saat datang
wahyu pertama menunjukkan kekuatan hatinya, beliau tidak
merasa takut dan menghadapi perkara itu dengan tenang. Hal
itu terbukti dari tindakanya setelah kejadian tersebut dengan
pergi menemui Waraqah bin Naufal. Perbincangan Nabi
Muhammad dengan Siti Khadijah merupakan bentuk
komunikasi interpersonal yang sangat efektif. Secara
psikologis, komunikasi interpersonal akan berjalan dengan baik
jika kedua belah pihak yang berkomunikasi telah mengenal
satu sama lain, saling memberikan perhatian, dukungan,
keterbukaan, dan kepercayaan. Bahkan suatu komunikasi akan
dikatakan sebagai komunikasi interpersonal jika komunikasi
yang dilakukan sudah sampai pada tahap psikologi.
Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Rasulullah
pada periode pertama merupakan komunikasi tingkat
psikologis. Orang-orang pertama yang diajak beliau adalah
orang-orang yang paling dekat di lingkungan keluarga dan juga
sahabat. Hubungan yang dekat dengan keluarga dan sahabat
akan menentukan kualitas komunikasi interpersonal. Secara
psikologis, hubungan interpersonal komunikator dan
komunikan membuat keduanya merasa dekat, saling percaya,
saling terbuka, saling mendukung, perhatian, merasa nyaman,
dan aman dalam berkomunikasi.
Cara meningkatkan dan membangun kemampuan
komunikasi interpersonal adalah dengan menjadi pendengar
yang baik, selanjutnya adalah mencermati dan memahami
pesan, menjaga hubungan, memberikan respon dan tanggapan,
dan selalu menjaga etika.
Kesimpulan Dalam berkomunikasi pada tingkat psikologi didasarkan
pada data psikologis pihak lain yang berkomunikasi, yakni
karakter khas dan kepribadian pihak lain. Sehingga, semakin
besar tingkat pengetahuan pelaku komunikasi saling mengenal
secara individu satu sama lain, maka komunikasi makin
bersifat personal/pribadi. Sebaliknya, semakin kecil tingkat
pengetahuan individu satu sama lain, maka komunikasi
menjadi makin impersonal.
Rasulullah melakukan komunikasi interpersonal dalam
melaksanakan dakwah bukan untuk memenuhi kebutuhan
pribadi, sebaliknya komunikasi interpersonal yang
dikembangkan Rasulullah adalah lebih mengutamakan kondisi
dan kebutuhan komunikannya dan semata-mata menjalankan
misi yang diembannya. Dakwah dan ajaran Islam yang
disampakan Rasulullah secara bertahap menunjukkan bahwa
Rasulullah sangat memperhatikan aspek psikologis masyarakat
Arab pada saat itu.
Kelebihan 1. Penggunaan bahasa dan analisis yang dilakukan oleh
penulis sangat mudah untuk dipahami.
2. Pembahasannya detail dan terperinci.
Kelemahan 1. Tidak memuat kesimpulan dan pendahuluan.
2. Tidak menyertakan metode penelitian dan tujuan
penelitian.
3. Struktur jurnal ini kurang lengkap sehingga membuat
pembaca harus menganalisis lagi bagian-bagiannya.
4. Pembahasan mengenai kajian psikologi dipaparkan
dalam sub bab tersendiri dalam jurnal ini.

Anda mungkin juga menyukai