APOL, Draft Tanggapan Terhadap Eksepsi Dan Replik (10 Aug 2015)
APOL, Draft Tanggapan Terhadap Eksepsi Dan Replik (10 Aug 2015)
Kepada Yth,
Majelis Hakim Perkara No. 74/PDT.G/2015/PN.JKT.PST
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Jalan Gajah Mada No. 17
Jakarta Pusat 10130
Untuk dan atas nama Penggugat dengan ini mengajukan Tanggapan terhadap Eksepsi
Kompetensi Absolut dan Replik terhadap Jawaban Tergugat dalam Perkara No.
74/PDT.G/2015/PN.JKT.PST di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
2. Penggugat secara tegas menolak dan membantah seluruh dalil yang dikemukakan
Tergugat dalam Jawabannya tertanggal 28 Juli 2015 (“Jawaban”), kecuali hal-hal
yang secara tegas-tegas diakui kebenarannya oleh Pengugat secara tertulis dalam
perkara ini.
2. Namun, walaupun telah jelas bahwa obyek Gugatan a quo adalah perbuatan
melawan hukum Tergugat yang telah menimbulkan kerugian bagi Penggugat,
Tergugat, dalam upayanya untuk melarikan diri dari tanggung jawabnya, malah
mencoba untuk mengaburkan maksud dari Gugatan a quo, dengan mendalilkan
seolah-olah Gugatan a quo adalah mengenai pembatalan produk atau keputusan
pejabat tata usaha Negara, antara lain sebagaimana kami kutip di bawah ini:
3. Padahal, perihal mengenai batalnya Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 1010
tertanggal 22 April 1993 (“SHGB No. 1010”) adalah semata-mata karena
sertifikat tersebut terbit sebagai akibat langsung dari perbuatan melawan
hukum pertama Tergugat yang telah secara tanpa hak memohonkan sertifikat
untuk Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32.
4. Dalam perkara ini, Majelis Hakim Yang Terhormat akan melihat dengan jelas
bahwa memang benar Tergugat telah melakukan perbuatan hukum pertamanya,
yaitu tindakan Tergugat yang telah memohonkan penerbitan SHGB No. 1010
tanpa hak dan telah menciderai hak Penggugat sebagai pemegang hak yang sah
atas Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32.
5. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, telah jelas kiranya bahwa hanya Pengadilan
Negeri (dalam hal ini Pengadilan Negeri Jakarta Pusat) yang berwenang untuk
menguji apakah benar Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum.
“putusan judex factie dinilai Mahkamah Agung sebagai putusan yang salah
menerapkan hukum dan gugatan dinyatakan “tidak dapat diterima” dengan
alasan hukum bahwa didalam gugatan tersebut ditampilkan sebagai “objek
gugatan TUN” adalah “keputusan Pejabat Tata Usaha Negara yaitu
BPN” dan “sertifikat Hak Pengelolaan” atas nama sekretariat Negara,
yang oleh Penggugat dituntut untuk dinyatakan batal –tidak sah dan dicabut,
karena bertentangan dengan PERMENDAGRI No. 5/tahun 1973 jo. Pp No.
10/tahun 1961.
DALAM KONPENSI
Telah Terbukti Dengan Sempurna Bahwa Penggugat Adalah Pemegang Hak Yang
Sah Atas Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32
10. Sebagaimana telah kami sampaikan dalam Gugatan (vide angka 2 halaman 2
Gugatan), bahwa Tergugat telah menjual, melepaskan dan menyerahkan
seluruh hak dan kepetingannya atas Tanah Dan Bangunan Cokro No.32
kepada Penggugat berdasarkan Jual Beli Bangunan Dan Pelepasan Hak Serta
Kepetingan Atas Tanah tertanggal 12 Desember 1991, sebagaimana kami kutip kembali
di bawah ini:
“Pasal 1.
a. Pihak Pertama dengan ini melepaskan segala hak dan kepentingan atas
tanah serta menjual dan menyerahkan bangunan kepada Pihak kedua, yang
dengan ini membeli dan menerima penyerahan dari Pihak Pertama, atas
tanah dan bangunan tersebut.
Pasal 3.
b. Terhitung mulai hari ini, dari apa yang dijual, dilepaskan hak dan
kepentingannya serta diserahkan oleh Pihak Perta dengan akta ini, menjadi
milik dan haknya Pihak Kedua, dan karenanya mulai hari ini pula segala
keuntungan maupun kerugian yang timbul atau kelak akan timbul dikemudian
hari, menjadi beban dan tanggunanya Pihak Kedua.”
12. Terhadap pengakuan Tergugat di atas, Penggugat mohon perhatian Majelis Hakim
Yang Terhormat akan ketentuan Pasal 1925 Kitab Undang-Undang Hukum
13. Lebih lanjut, Tergugat juga tidak dapat membantah fakta bahwa sejak Jual Beli
Bangunan Dan Pelepasan Hak Serta Kepentingan Atas Tanah tersebut Tergugat
tidak pernah mempermasalahkan keberadaan dan keabsahaan Jual Beli Bangunan
Dan Pelepasan Hak Serta Kepentingan Atas Tanah. Bahwa setelah ± 24 tahun,
pada januari 2015, Tergugat baru mencoba meminta agar Penggugat
mengosongkan Tanah Dan Bangunan Cokro No.32.
Penggugat Telah Melakukan Pembayaran Penuh Kepada Tergugat Untuk Tanah Dan
Bangunan Cokro No. 32.
“[…], hingga saat ini (±24 tahun), Penggugat BELUM PERNAH MELAKUKAN
PEMBAYARAN kepada Tergugat atas transaksi jual beli Bangunan Dan
Pelepasan Hak Serta Kepentingan Atas Tanah dimaksud.”
15. Padahal, pembayaran penuh dari Penggugat terhadap Tergugat telah jelas
terbukti melalui Jual Beli Bangunan Dan Pelepasan Hak Serta Kepentingan Atas
Tanah tertanggal 12 Desember 1991 (yang telah diakui kebasahannya oleh
Tergugat), sebagaimana kami kutip di bawah ini:
“Pasal 2
[…] dan atas jumlah uang mana telah dibayar seluruhnya oleh Pihak
Kedua kepada pihak pertama serta telah pula diterima oleh Pihak Pertama
dari Pihak Kedua, yaitu pada saat akta ini ditandatangani dan akta ini
berlaku pula sebagai tanda penerimaan/kwitansinya yang sah.”
16. Namun, kini dalam perkara a quo, Tergugat mencoba untuk memutar-balikkan
fakta bahwa Tergugat telah menerima pembayaran penuh dari Penggugat dengan
mendalihkan seolah-olah isi Pasal 2 Jual Beli Bangunan Dan Pelepasan Hak
Serta Kepetingan Atas Tanah tertanggal 12 Desember 1991 adalah tidak benar
(vide angka 8 halaman 9 dan 10 Jawaban).
17. Padahal, faktanya, justru Tergugatlah yang tidak mempunyai dasar sama
sekali untuk membantah isi Pasal 2 Jual Beli Bangunan Dan Pelepasan Hak
Serta Kepetingan Atas Tanah tertanggal 12 Desember 1991 – yang mana dalam
Jawabannya, Tergugat mengakui telah menandatangani Jual Beli Bangunan Dan
Pelepasan Hak Serta Kepentingan Atas Tanah tertanggal 12 Desember 1991
secara keseluruhan (vide angka 3 halaman 8 Jawaban).
adalah transaksi jual beli dan pelepasan hak (vide angka 3 halaman 8
Jawaban).
- Tergugat mencoba berdalih bahwa dirinya adalah pemilik yang sah dari
Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32 karena adanya pengakuan negara
melalui surat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional DKI
Jakarta dan SHGB No. 1010. Padahal, surat tersebut dan SHGB No. 1010
terbit karena perbuatan melawan hukum Tergugat yang telah secara tanpa
hak memohonkan sertifikat kepada Turut Tergugat. Bagaimana mungkin
Tergugat mendalihkan dirinya berhak berdasarkan dokumen-dokumen
yang merupakan bukti dari perbuatan melawan hukumnya? Karenanya,
kami berkeyakinan bahwa Majelis Hakim Yang Terhormat dapat melihat
bahwa dalih Tergugat tersebut tidak berdasar dan patut diabaikan.
19. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, sudah tidak terbantahkan lagi bahwa Jual
Beli Bangunan Dan Pelepasan Hak Serta Kepentingan Atas Tanah tertanggal 12
Desember 1991 adalah sah dan tetap mengikat para pihak dalam hal ini adalah
Penggugat dan Tergugat. Oleh karenanya, telah terbukti dan tidak terbantahkan
lagi bahwa Penggugat merupakan pemegang hak yang sah atas Tanah Dan
Bangunan Cokro No. 32.
20. Sebagaimana telah dijelaskan di atas dan dalam Gugatan, bahwa perbuatan
melawan hukum pertama yang dilakukan oleh Tergugat adalah, secara tanpa
hak, melakukan permohonan sertifikat hak guna bagunan atas Tanah Dan
Bangunan Cokro No. 32 kepada Turut Tergugat (vide angka 6 dan 7 halaman 3
Gugatan).
22. Karena tidak mampu memungkiri fakta bahwa dirinya telah, secara tanpa hak,
memohonkan sertifikat untuk Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32, Tergugat
malah memilih bersikeras dan mencoba mengalihkan perhatian Majelis Hakim
Yang Terhormat dengan menyebutkan bahwa dasar permohonan sertifikat
tersebut adalah hak yang diperoleh Tergugat dengan pembelian pada 10
Desember 1990 (vide angka 14 halaman 12 Jawaban).
Lebih lanjut, Tergugat sendiri berdalih bahwa permohonan Hak Guna Bangunan
kepada Turut Tergugat dilakukannya pada 12 Oktober 1992 (vide angka 17
paragraf 2 halaman 14 Jawaban).
23. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bukan hanya Tergugat tidak mampu
membantah perbuatan melawan hukum pertamanya, Tergugat juga,
berdasarkan dalilnya sendiri, telah memberikan bukti yang sempurna bahwa
pada saat permohonan sertifikat atas Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32
dilakukannya, dirinya tidak memiliki hak apapun atas Tanah Dan Bangunan
Cokro No. 32.
24. Lebih lanjut, Tergugat mencoba mempertanyakan mengapa Penggugat baru saat
ini mempermasalahkan perbuatan melawan hukum Tergugat. Padahal, telah jelas
sekali dalam Gugatan bahwa Penggugat melakukan gugatan saat ini karena
Tergugat baru saat ini pula melakukan gangguan-gangguan terhadap hak
Penggugat sebagai pemegang hak yang sah atas Tanah Dan Bangunan Cokro No.
32. (vide angka 9 sampai dengan 11 halaman 4 Gugatan).
“Segala tuntutan hukum, baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat
perseorangan, hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh
tahun, sedangkan siapa yang menunjukkan akan adanya daluwarsa itu tidak usah
mempertunjukkan suatu alas hak, lagi pula tak dapatlah dimajukan terhadapnya
sesuatu tangkisan yang didasarkan kepada itikadnya yang buruk”
25. Oleh karenanya, telah jelas bahwa SHGB No. 1010 yang diterbitkan oleh Turut
Tergugat adalah sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum Tergugat,
karenanya harus dinyatakan batal demi hukum dan tidak memiliki kekuatan
hukum.
perbuatan melawan hukum ketiga Tergugat adalah tindakan Tergugat yang telah
memasuki Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32 tanpa seizin Penggugat dan
menyurati seluruh penyewa yang ada di Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32
menyampaikan seolah-olah Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32 adalah milik
Tergugat dan meminta seluruh penyewa untuk mengosongkan Tanah Dan
Bangunan Cokro No. 32. (vide angka 10 dan 11 halaman 4 Gugatan).
28. Karena tidak mampu memungkiri fakta bahwa dirinya telah melakukan tindakan-
tindakan tersebut di atas, Tergugat malah memilih bersikeras dengan berdalih
bahwa adalah sesuatu yang wajar untuk Tergugat melakukan segala perbuatan
tersebut di atas karena Tergugat adalah pemilik dari Tanah Dan Bangunan Cokro
No. 32 (vide paragraf ketiga angka 12 halaman 12 Jawaban). Padahal, Tergugat
telah memberikan bukti yang sempurna bahwa dirinya telah melepaskan segala
hak atas Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32 sejak 12 Desember 1991 (vide angka
3 halaman 8 Jawaban).
29. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bukan hanya Tergugat tidak mampu
membantah perbuatan melawan hukum kedua dan ketiga, Tergugat juga,
berdasarkan dalilnya sendiri, telah memberikan bukti yang sempurna bahwa
pada saat perbuatan-perbuatan tersebut dilakukannya, dirinya tidak memiliki hak
apapun atas Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32.
30. Mohon perhatian Majelis Yang Terhormat, sebagaimana telah kami sampaikan
dalam Gugatan bahwa akibat tindakan Tergugat yang telah memasuki Tergugat
juga telah, secara tanpa hak dan tanpa izin dari Penggugat, memasuki Tanah
Dan Bangunan Cokro No. 32, memaksa Penggugat untuk menambah personil
keamanan di Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32, sejak bulan Februari 2015 guna
mencegah tindakan-tindakan lainnya dari Tergugat. Biaya yang Penggugat
keluarkan untuk penambahan personil keamanan tersebut adalah Rp. 53.500.000,-
(Lima Puluh Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) per bulan sejak Februari 2015.
31. Tindakan Tergugat yang telah, secara tanpa hak dan tanpa izin dari
Penggugat, memasuki Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32, memasang plang
pengumuman dan menyurati para penyewa di Tanah Dan Bangunan Cokro No.
32, juga telah menyebabkan para penyewa tersebut memutuskan untuk tidak
memperpanjang sewanya. Sehingga, Penggugat menderita kerugian sebesar Rp.
125.000.000,- (Seratus Dua Puluh Lima Juta Rupiah) per bulan sejak Februari
2015.
32. Selain dari kerugian materiil tersebut di atas, Penggugat juga menderita kerugian
immateriil berupa rusaknya reputasi Penggugat akibat perbuatan Tergugat yang
telah, secara tanpa hak, memasang plang pengumuman, memasuki Tanah Dan
Bangunan Cokro No. 32 dan menyampaikan Surat Tergugat Kepada Penyewa.
Padahal Penggugat telah bertahun-tahun bersusah payah menjaga reputasinya
tersebut. Adapun jumlah kerugian immateriil Penggugat dapat diestimasikan
sebesar Rp 10.000.000.000,- (Sepuluh Miliar Rupiah).
33. Bahwa dalam Jawabannya Tergugat sama sekali tidak dapat membantah atau
menyangkal mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat
serta mengenai segala kerugian (baik materiil maupun imateriil) yang timbul
akibat perbuatan hukum yang dilakukan oleh Tergugat.
34. Mohon perhatian Majelis Yang Terhormat bahwa hal-hal yang tidak dapat
dibantah adalah identik sebagai pengakuan. Hal ini sejalan dengan pendapat para
ahli hukum, antara lain, sebagaimana kami kutip di bawah ini:
M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya yang berjudul “Hukum Acara Perdata”,
penerbit Sinar Grafika halaman 727 menyebutkan:
a) Bentuk lisan;
b) Bentuk tulisan
35. Terhadap hal-hal yang tidak dapat dibantah dapat dianggap identik sebagai
pengakuan tersebut, Mahkamah Agung Republik Indonesia juga berpendapat
sama, sebagaimana kami kutip di bawah ini:
“Seorang ahli waris, tidak hadir dalam pembagian harta warisan di hadapan
kepala desa, meskipun telah dipanggil beberapa kali. Namun, ahli waris yang
tidak hadir itu setelah ada pembagian tersebut, bersikap diam dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang mengandung arti adanya “pengakuan secara
diam-diam” (implicite) atas pembagian warisan yang telah dilakukan.
36. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, sudah tidak terbantahkan lagi bahwa
Tergugat mengakui telah melakukan perbuatan melawan hukum yang
mengakibatkan kerugian terhadap Penggugat. Oleh karenanya, telah terbukti
dan tidak terbantahkan lagi bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melawan
hukum yang mengakibatkan kerugian terhadap Penggugat.
DALAM PROVISI
37. Mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat bahwa permohonan provisi
yang kami mohonkan dalam perkara a quo adalah untuk mencegah terjadinya
kerugian yang lebih besar terhadap Penggugat akibat dari perbuatan melawan
hukum Tergugat.
38. Kekhawatiran Penggugat akan timbulnya kerugian yang lebih besar akibat
perbuatan melawan hukum Tergugat semakin terbukti dari Jawaban yang
disampaikan Tergugat. Alih-alih menyesali dan berusaha menghindari timbulnya
kerugian yang lebih besar terhadap Penggugat, Tergugat malah bersikeras dan
mendalilkan bahwa segala perbuatan melawan hukumnya tersebut adalah wajar
(vide angka 12 sampai angka 15 halaman 12 Jawaban).
40. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas Majelis Hakim Yang Terhormat telah
memiliki alasan yang nyata untuk mengabulkan permohonan provisi Penggugat
secara keseluruhan.
41. Mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat, dalam Jawabannya, Tergugat
sama sekali tidak dapat permohonan sita jaminan Penggugat (vide angka 20 dan
angka 21 halaman 7 Gugatan).
42. Lebih lanjut, melalui Jawaban Tergugat, Majelis Hakim Yang Terhormat dapat
melihat dengan jelas bahwa Tergugat masih saja mencoba menghindari tanggung
jawabnya. Karenanya, adalah wajar bagi Penggugat untuk memiliki persangkaan
yang beralasan bahwa Tergugat akan mengalihkan Tanah Dan Bangunan Cokro
No. 32 kepada pihak lain. Karenanya, untuk menjamin agar Gugatan ini tidak sia-
sia (illusoir) di kemudian hari, maka sesuai dengan hukum yang berlaku,
khususnya Pasal 227 (1) HIR, Penggugat mohon agar Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat berkenan untuk terlebih dahulu, sebelum menjatuhkan putusan akhir atas
Gugatan a quo, meletakkan sita atas Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32.
Berdasarkan keseluruhan hal yang telah Penggugat jelaskan di atas, telah cukup
alasan bagi Majelis Hakim Yang Terhormat untuk mengabulkan Gugatan Penggugat
untuk seluruhnya.
DALAM REKONPENSI
1. Bahwa segala hal yang telah diuraikan pada bagian Konpensi di atas dianggap
sebagai bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari bagian dalam Rekonpensi
ini.
DALAM EKSEPSI
Gugatan Rekonpensi Tidak Jelas Dan Kabur Karena Kerugian Yang Didalilkan Tidak
Beralasan dan Mengada-ada
“Petitum tentang ganti rugi harus dinyatakan tidak dapat diterima karena tidak
diadakan perincian mengenai kerugian-kerugian yang dituntut..”
Tergugat Rekopensi Adalah Pemegang Hak Yang Sah Atas Tanah Dan Bangunan
10. Lebih lanjut, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian Konpensi di atas,
berdasarkan Pasal 2 Jual Beli Bangunan Dan Pelepasan Hak Serta Kepentingan
Atas Tanah tertanggal 12 Desember 1991, Tergugat Rekonpensi telah
melakukan pembayaran secara penuh kepada Penggugat Rekonpensi dan
Penggugat Rekonpensi telah menerima pembayaran tersebut dari Tergugat
Rekonpensi.
11. Oleh karenanya, dalil Penggugat Rekonpensi yang menyatakan bahwa Penggugat
Rekonpensi merupakan pemilik Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32 adalah
keliru, tidak berdasar dan mengada-ada.
12. Lebih lanjut, Penggugat Rekonpensi kemudian mencoba untuk berdalih bahwa
Tergugat Rekonpensi mengakui bahwa Tergugat adalah pemilik Tanah Dan
Bangunan Cokro No. 32 (vide angka 7 dan 8 halaman 17 dan 18 Jawaban).
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian pokok perkara Dalam Konpensi di atas,
dalih tersebut adalah tidak relevan, karena bahkan dalam menyusun dalih tersebut
Penggugat Rekonpensi mencoba melarikan subyek hukum Tergugat Rekonpensi
(suatu perseroan terbatas) menjadi seorang individual. Kemudian Penggugat
Rekonpensi juga menyebutkan bahwa permohonan sertifikat yang dilakukan atas
nama Penggugat Rekonpensi merupakan pengakuan Penggugat. Bagaimana
mungkin Penggugat Rekonpensi mendalihkan bahwa permohonan yang dilakukan
olehnya dan untuk kepentingannya sendiri merupakan pengakuan dari Tergugat
Rekonpensi? Karenanya, kami berkeyakinan bahwa Majelis Hakim Yang
Terhormat dapat melihat bahwa dalih Penggugat Rekonpensi tersebut tidak
berdasar dan patut diabaikan.
13. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, sudah tidak terbantahkan lagi bahwa Jual
Beli Bangunan Dan Pelepasan Hak Serta Kepentingan Atas Tanah tertanggal 12
Desember 1991 adalah sah dan tetap mengikat para pihak dalam hal ini adalah
Penggugat Rekonpensi dan Tergugat Rekonpensi. Oleh karenanya, telah terbukti
dan tidak terbantahkan bahwa Tergugat Rekonpensi merupakan pemegang
hak yang sah atas Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32.
14. Tergugat Rekonpensi menolak secara tegas dalil-dalil yang disampaikan oleh
Penggugat Rekonpensi dalam angka 10 sampai dengan 13 halaman 19 dan 20
Jawaban yang pada intinya mendalilkan bahwa Tergugat Rekonpensi telah
melakukan perbuatan melawan hukum.
15. Sebagaimana telah kami sampaikan di atas, bahwa Tergugat Rekonpensi adalah
pemegang hak yang sah atas Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32. Oleh
karenanya, sangat tidak masuk akal tuduhan Penggugat Rekonpensi yang
menyatakan bahwa tindakan Tergugat Rekonpensi yang telah menguasai dan
menyewakan Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32 adalah suatu perbuatan
melawan hukum (vide angka 10 sampai angka 13 halaman 19 dan 20 Jawaban).
Bagaimana mungkin Tergugat Rekonpensi dituduh melakukan perbuatan
melawan hukum dengan menguasai dan menyewakan tanah dan bangunan milik
Tergugat Rekonpensi sendiri?
16. Mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat bahwa sebagaimana telah kami
sampaikan pada bagian Dalam Konpensi di atas Penggugat Rekonpensilah yang
melakukan perbuatan melawan hukum.
17. Karenanya, berdasarkan fakta-fakta di atas, telah cukup alasan bagi Majelis
Hakim Yang Terhormat untuk menolak Gugatan Rekonpensi Penggugat
Rekonpensi secara keseluruhan.
18. Tergugat Rekonpensi menolak secara tegas dalih Penggugat Rekonpensi yang
pada intinya menyatakan bahwa dirinya menderita kerugian materiil karena
Tergugat Rekonpensi belum melakukan pembayaran kepada Penggugat
Rekonpensi atas transaksi jual beli Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32.
Kemudian, Penggugat Rekonpensi juga menuduh bahwa Tergugat Rekonpensi
tanpa hak menikmati dan menggunakan tanah dan bangunan dimaksud (vide
angka 14a dan 14b halaman 20 dan 21 Jawaban).
20. Lebih lanjut, hak Tergugat Rekonpensi untuk menikmati dan menggunakan Tanah
Dan Bangunan Cokro No. 32 adalah jelas, karena Tergugat Rekonpensi adalah
pemilik sah dari Tanah Dan Bangunan Cokro No. 32.
21. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, seluruh tindakan Tergugat Rekonpensi yang
dituduhkan oleh Penggugat Rekonpensi adalah keliru, tidak berdasar dan
mengada-ada. Karenanya, tidak mungkin timbul kerugian terhadap Penggugat
Rekonpensi yang diakibatkan oleh suatu peristiwa yang tidak pernah terjadi
(illusioner).
22. Bahwa selain tidak mungkin timbul kerugian karena suatu peristiwa yang tidak
pernah terjadi, Penggugat Rekonpensi juga sama sekali tidak mampu untuk
memberikan perhitungan yang jelas dan rinci atas kerugian illusioner yang
dituduhkannya.
24. Mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat bahwa hak Tergugat
Rekonpensi untuk mengajukan Gugatan a quo dilindungi dengan jelas dan
tegas dalam Pasal 17 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia (“UU HAM”), sebagaimana kami kutip berikut ini:
25. Berdasarkan ketentuan Pasal 17 UU HAM tersebut di atas, telah jelas kiranya
bahwa Penggugat Rekonpensi tidak dapat meminta ganti rugi dalam bentuk
apapun terhadap Tergugat Rekonpensi sehubungan dengan pelaksanaan hak
Tergugat Rekonpensi yang dijamin oleh undang-undang. Karenanya, telah
jelas bagi Majelis Hakim Yang Terhormat bahwa tuntutan ganti rugi immateriil
yang diajukan oleh Penggugat Rekonpensi adalah tidak berdasar dan mengada-
ada.
26. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, telah jelas kiranya bagi Majelis Hakim Yang
Terhormat bahwa perhitungan kerugian Penggugat Rekonpensi (baik materiil
maupun immaterial) adalah tidak berdasar dan mengada-ada. Karenanya, telah
cukup alasan bagi Majelis Hakim Yang Terhormat untuk menolak seluruh
Gugatan Rekonpensi.
DALAM KONPENSI
DALAM PROVISI
3. Menyatakan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 1010 tertanggal 22 April 1993
sebagai batal demi hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum;
4. Menyatakan bahwa Penggugat adalah pemilik sah terhadap segala hak dan
kepentingan dari sebidang tanah seluas ± 1.730 M2 (seribu tujuh ratus tiga puluh
meter persegi) dan bangunan yang ada diatasnya seluas ± 923 M2 (Sembilan ratus
dua puluh tiga meter persegi) yang beralamat di Jl. HOS Cokroaminoto No. 32,
Menteng Jakarta Pusat;
7. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan lebih dahulu meskipun
ada upaya perlawanan, banding atau kasasi (uit vorbaar bij vorrard);
8. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah diletakkan atas sebidang
tanah seluas ± 1730 M2 (seribu tujuh ratus tiga puluh meter persegi) dan
bangunan yang ada di atasnya seluas ± 923 M2 (sembilan ratus dua puluh tiga
meter persegi) yang beralamat di Jl. HOS Cokroaminoto No. 32, Menteng, Jakarta
Pusat;
10. Menghukum dan memerintahkan Tergugat untuk membayar semua ongkos dan
biaya perkara.
DALAM REKONPENSI
DALAM EKSEPSI
Atau apabila Majelis Hakim Yang Terhormat berpendapat lain, maka Tergugat
Rekonpensi memohon Majelis Hakim Yang Terhormat untuk memberikan putusan dalam
pokok perkara rekonpensi sebagai berikut:
Atau apabila Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain mohon putusan yang
seadil-adil nya (ex aequo et bono).
Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat
WWS Law Office