Anda di halaman 1dari 13

Kantor Advokat dan Konsultan Hukum

POLTAK MANIK, SH., & ASSOCIATES


Jl Kol Liberty Malau (Onan Baru) Pangururan, Samosir - Sumut 22392
Mobile / WA No: 0813 676 921 38 -
e - mail: advokatpoltakmaniksh@gmail.com
=============================================

P E R K A R A P E R D A T A
NO. 33/Pdt.G/2022/PN-BLG
REPLIK PARA PENGGUGAT

A N: MARINGAN NAIBAHO, DKK


( Para Penggugat )
Melawan:

TIORISMA SIMBOLON, DKK


( Para Tergugat )

Diajukan melalui E-Court qq Kepaniteraan PN Balige


Oleh:

KUASA HUKUM PARA PENGGUGAT


ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM

POLTAK MANIK, SH.,

Pangururan, 8 Agustus 2022

Kepada,
YM Majelis Hakim Yang Menyidangkan Perkara
No. 33/Pdt.G/2022/PN - BLG
Jl Patuan Nagari No. 6 Balige – Kab. Toba

Perihal: “Replik Para Penggugat”;

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini, POLTAK MANIK, SH., sebagai Kuasa
Hukum Para Penggugat dalam Perkara Perdata No. 33/Pdt.G/2022/PN-BLG antara
Maringan Naibaho, Dkk sebagai Para Penggugat melawan Tiorisma Simbolon Dkk,
sebagai Para Tergugat dan Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Sumatera Utara Pada Kementerian PUPR Dirjen Bina Marga (Turut Tertugat), untuk
dan atas nama Para Penggugat menyampaikan Replik atas surat jawaban Para
tergugat dan turut Tergugat tanggal 1 Agustus 2022, sebagai berikut: ------------------------------------

DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI
Bahwa Para Penggugat tetap dan justru mengukuhkan sebagaimana dalam surat
gugatan maupun perbaikan yang sudah diajukan, oleh sebab itu secara tegas menolak
dan membantah dalil-dalil Para Tergugat dalam surat jawabannya bagian eksepsi
(sedangkan Turut Tergugat meskipun menyampaikan surat jawaban namun tidak
mengajukan jawaban dalam bentuk / bagian eksepsional): ----------------------------------------------------------

1. Eksepsi Ihwal Error in Persona; -------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Keliru Pihak Sebagai Tergugat; ------------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa secara Hukum Acara Perdata maka Para Penggugatlah berhak


menentukan siapa-siapa yang ditarik sebagai Tergugat lihat misalnya dalam
Yursprudensi MA RI Reg. No. : 305/K/Sip/1971 Tanggal 6 Juni 1971 :
“……..bahwa hanya Penggugatlah yang berwenang untuk menentukan siapa-
siapa yang digugatnya.” -------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Para Penggugat tidak salah menarik Tergugat VI (Lisbet Sitanggang) dalam
perkara a quo karena Nai Lisbet Boru Naibaho yakni Ibu Tergugat VI dikuburkan
ditanah / obyek perkara I sehingga amat berkepentingan ditarik dalam perkara a
quo agar tunduk dan patuh terhadap putusan perkara a quo; ------------------------------------
b. Gugatan Kurang Pihak; --------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa tanah / obyek terperkara a quo bukanlah sengketa sesama ahli waris
antara Para Penggugat dengan Para Tergugat atas pewarisan bersama,
sehingga gugatan a quo dimajukan dan menarik Para Tergugat adalah karena
Para Tergugat secara nyata-nyata mengklaim dan menguasai (feitelijk) tanah /
obyek terperkara maka sesuai dengan Yurisprudensi MA RI Reg. No. :
1072/K/Sip/1982 menyatakan : ”Gugatan cukup ditujukan kepada yang secara
feitelijk menguasai barang sengketa”; ----------------------------------------------------------------------------------
Bahwa gugatan Para Penggugat terhadap Para Tergugat sudah benar, sebab
selain Para Tergugat tidak ada pihak manapun selain Para Tergugat ikut
mengklaim tanah terperkara miliknya atau sekedar mengaku bersama Para
Penggugat turut memiliki, bahkan dalam rangkaian panjang peristiwa demi
peristiwa persengketaan atas tanah terperkara pihak Para Penggugat hanya
bersengketa dengan pihak Para Tergugat, tidak ada pihak lain manapun; --------------
Bahwa ternyata ada pihak saudari dari Tergugat II, III, IV dan V, sesungguhnya
mengetahui perkara a quo terbukti dengan kehadirannya saat dilakukan upaya
mediasi oleh Hakim Mediator, yang tentu terbuka bagi siapapun (termasuk
dalam poin 'a' diatas sekaligus dalam eksepsi bagian B poin ‘2’ Para Tergugat)
yang menganggap berkepentingan haknya atas perkara a quo untuk tampil dan
mengajukan gugat intervensi sebagaimana diatur dan diakomodir dalam hukum
Acara Perdata sehingga demikian tiada beralasan lagi dalil-dalil eksepsional
Para Tergugat demikian maka harus ditolak danatau dikesampingkan; -----------------
2. Obyek Sengketa Tidak Jelas; -----------------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Para Penggugat secara tegas membantah dalil eksepsional Para Tergugat
obyek perkara a quo tidak jelas, sebab Para Tergugat nyata-nyata salah memahami
seluruh dalil dalam struktur gugatan Para Penggugat mengenai luas tanah / obyek
terperkara, padahal Para Penggugat sudah jelas menguraikan tanah / obyek
terperkara terbukti batas-batas tanah / obyek terperkara sebagaimana dalam
surat gugatan adalah bersamaan dengan batas-batas sebagaimana dalam
surat jawaban Para Tergugat, ihwal mengenai kepastian luas sebidang tanah
maka sudah merupakan pengetahuan umum (feit notoir) hanya ada pada
kewenangan dari kantor Pertanahan yang memiliki otoritas untuk itu, itu sebabnya
Para Penggugat mendalilkan ukuran tanah terperkara dalam bentuk “lebih-kurang”
sehingga demikian tiada beralasan lagi dalil-dalil eksepsional Para Tergugat
menyatakan obyek perkara a quo tidak jelas tersebut dan selain itu Para Tergugat
sudah masuk membahas mengenai pokok perkara yang tidak sepatutnya
dibahasnya dibagian eksepsional, maka harus ditolak danatau dikesampingkan; -----
3. Tentang eksepsi Kadaluwarsa; ----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa Para Penggugat secara tegas membantah dalil-dalil eksepsional Para
Tergugat mengenai seluruh dalil-dalil kadaluwarsa dalam jawabannya itu, sebab
Hukum Acara Perdata tidak mengenal ada kadaluwarsa mengajukan gugatan
sebagaimana layaknya di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), selain itu uraian
eksepsional Para Tergugat mengenai kadaluwarsa sudah merupakan materi pokok
perkara yang tidak sepatutnya dibahas menjadi materi eksepsional, oleh karenanya
demi hukum harus ditolak danatau dikesampingkan; -------------------------------------------------------------
Bahwa oleh karena Para Penggugat secara tegas menolak dan membantah seluruh
dalil-dalil eksepsional Para Tergugat dengan argumentasi hukum diatas, maka demi
hukum kiranya YM Majelis Hakim yang Menyidangkan Perkara a quo berkenan
mempertimbangkan menolak seluruh jawaban dalam eksepsi Para Tergugat tersebut;

DALAM POKOK PERKARA


Bahwa Para Penggugat tetap dan justru mengukuhkan sebagaimana dalam surat
gugatan maupun perbaikan yang sudah diajukan, oleh sebab itu secara tegas menolak
dan membantah dalil-dalil Para Tergugat dalam surat jawabannya bagian pokok
perkara, atas hal-hal yang dikemukakan pada replik a quo bagian eksepsi diatas
dianggap termuat dan terangkum dalam bagian pokok perkara, adapun dalil-dalil Para
Penggugat sebagai bantahan danatau penolakan terhadap jawaban Para Tergugat
(kecuali hal-hal yang diakui) dalam bagian pokok perkara adalah sebagai berikut : --------
1. Bahwa setelah mencermati seluruh struktur jawaban Para Tergugat dalam bagian
pokok perkara, meskipun uraiannya panjang sekali namun senyatanya Para
Penggugat tidaklah menemukan dalil-dalil berujung pembuktian bersifat
melumpuhkan dalil-dalil dan pembuktian Para Penggugat sebagai pemilik sah tanah
terperkara berdasarkan warisan turun temurun dari Palraja Naibaho lalu terdaftar
dalam Surat Bewijs No. 708 Pangururan Tanggal 1 Juli 1908 (Alat Bukti P:2)
dalam mana secara aksara Batak Toba tertulis Huta Simanampang nama
Tunggane Huta adalah Paraheja Naibaho (disebut juga “Parheja Naibaho”); --------
2. Bahwa Para Penggugat kini sudah menemukan pengakuan dari Para Tergugat dari
surat jawabannya bahwa tanah terperkara adalah Huta Simanampang
sebagaimana terdaftar dalam Surat Bewijs No. 708 Pangururan Tanggal 1 Juli
1908 (Alat Bukti P:2) dalam mana secara aksara Batak Toba tertulis Huta
Simanampang nama Tunggane Huta adalah Paraheja Naibaho, pengakuan dari
Para Tergugat tersebut terbukti dengan mengajukan “dalil kadaluwarsa” bahkan
Para Tergugat mendalilkan pula “seolah-olah” Para Penggugat lalai secara
administratif berdasarkan Undang-undang Agraria lalu oleh karenanya Para
Penggugat seolah-olah telah kehilangan hak pemilikan atas tanah terperkara; -----------
3. Bahwa Para Tergugat terbukti salah memahami Surat Bewijs No. 708 Pangururan
Tanggal 1 Juli 1908 (Alat Bukti P:2) dengan mengatakannya bukan sebagai bukti
pemilikan Huta, sebab tertera secara tegas didalam Surat Bewijs No. 708
Pangururan Tanggal 1 Juli 1908 (Alat Bukti P:2) nama Tunggane Huta adalah
Paraheja marga Naibaho;
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4. Bahwa “Huta” dalam kehidupan tradisional di Tanah Batak termasuk di Samosir


amat impressionis dalam apa yang digambarkan oleh J.C. Vergouwen dan
diuraikan lebih rinci lagi oleh Sitor Situmorang, Huta didirikan oleh yang disebut
dan digelari sebagai Raja Huta atau Sipukka Huta atau Tunggane Huta atau Si
Suan Bulu atau lainnya Si Boan Bunti (Keturunan Pendiri Huta); ------------------------------------
5. Bahwa “huta” didirikan diatas tanah milik, oleh sebab itu sebagai Raja Huta atau
Sipukka Huta atau Tunggane Huta atau Si Suan Bulu terlebih dahulu harus memiliki
tanah miliknya sendiri, sehingga saat pendirian huta mendapat “pengakuan” dari
tetangga bertetangga tanah, sekaligus saat “peresmian dan pengukuhan nama
huta” tetangga atau batas tanah hadir memberikan pengakuan dan ikut dalam
rangkaian upacara Peresmian (“Pangojakkonon”) sebuah huta yang baru; ------------------
6. Bahwa “huta” yang baru didirikan semua memiliki tembok keliling terbuat baik dari
bebatuan yang disusun rapi atau terbuat dari gundukan tanah yang ditanami
pepohonan atau bambu diatasnya yang disebut PARIK HUTA, bahkan keliling sisi
atau bagian tanah diluar Parik Huta sekitar ‘2’ - ‘5’ meter selalu tersisa masih
menjadi tanah bagian huta yang disebut: Pakkaesan Ni Manuk, Anak Bajang Ni
Huta, Linggoman Ni Bulu, Pangeahan Ni Huta atau istilah lainnya; --------------------------------
7. Bahwa Huta dalam kehidupan masih alamiah tradisional sebelum kedatangan
Kolonial atau Kaum Missionaris di Samosir, penghuni Huta selain Tunggane Huta /
Raja Huta dan keluarganya bisa juga ada penghuni lainnya sehingga sebuah huta
ditempati beberapa rumah / keluarga, akan tetapi bisa juga cukup ditempati oleh
dua atau tiga keluarga / rumah, tetapi bisa saja satu huta hanya ada satu rumah
satu keluarga tetapi bisa juga didalam rumah itu dihuni dua, tiga atau lebih
keluarga, (mempelajari dan memahami “Struktur Huta” secara holistik sama saja
mempelajari Hukum Administrasi Negara, karena Huta merupakan “komponen”
mikro dalam struktur Pemerintahan Bius prakolonial, yang dalam catatan perjalanan
Emilio Mondigliani seorang Ahli Botani berkebangsaan Italia tahun awal 1880-
an yang ditemani oleh Guru Somalaing Pardede, menerangkan Sitem Bius
dengan perangkat “Parbaringin” di Tanah Batak sudah bertendensi “Negara”); ---------
8. Bahwa sekaitan dengan “poin ‘5’ diatas” Oppu Palraja Naibaho (Kakek Moyang
Para Penggugat)-lah yang mendirikan Huta Simanampang sebagai “Sipukka Huta /
Tunggane Huta” yang diwarisi keturunannya dan pada masa hidupnya Oppu
Pahareja Naibah (Pahreja Naibaho) pada tahun 1908 Huta Simanampang didaftar
dalam register huta di Buku Raja Bius pemerintahan Kolonial Belanda, yang lalu
pada tahun 1910 rumah Oppu Pahareja Naibaho (Pahreja Naibaho)
dipindahkannya ke lokasi sekarang dengan tetap nama Huta yang sama yakni
Simanampang, sehingga lahan eks Huta Simanampang lama dijadikan lahan
perladangan yang didalam Hukum Adat batak Toba dikebanyakan tempat disebut
“LOBU”, yang selanjutnya Oppu Pahareja Naibaho (Pahreja Naibaho)
menyerahkan hak pengelolaannya seluruhnya menjadi perladangan kepada A.
Londut Naibaho Hutaparik; ----------------------------------------------------------------------------------------------------------
9. Bahwa jika melihat fakta, dimanakah Huta milik Kakek Para Tergugat di
Simangonding (Kelurahan Siogungogung sekarang) “teranyata Para Tergugat tidak
ada memiliki Huta” karena tidak memiliki tanah di wilayah Simangonding untuk
mendirikan Huta, sebab terbukti Kakek dan Nenek (Oppung Para Tergugat) hanya
sebagai “penumpang” di Huta Panahatan yakni Huta berbatas Timur Obyek
Perkara I, sebagaimana nyata tertera didalam isi Surat Pardamean No. 9 Tanggal
16 Februari 1925 “Ama Ramean Naibaho” dan “Nai Mangalais” (Kakek dan
Nenek Para Tergugat) dilarang oleh Jonathan Naibaho sebagai Keturunan
Tunggane Huta Panahatan untuk mendirikan rumah (bukan mendirikan huta) di
dalam Huta Panahatan, yang dari hasil perdamaian itu diijinkanlah Kakek dan
Nenek Para Tergugat mendirikan rumah sebatas lahan yang diijinkan / disetujui
oleh Jonathan Naibaho, itulah rumah warisan Para Tergugat sekarang yang
bahkan untuk menambah atau merubah bangunan rumah warisan Para Tergugat
itu harus ada persetujuan dari Keturunan Jonathan Naibaho sampai sekarang; -------
10. Bahwa semasa hidupnya orang tua Para Tergugat yakni Alm. Maralo Naibaho
pernah hendak mendirikan rumah diatas tanah terperkara I, yang kemudian secara
tegas dilarang oleh pihak para Penggugat yakni Bulu Naibaho (Ayah Penggugat
III) dan Pijor Naibaho (Abang Penggugat I), lalu hendak didamaikan oleh pihak
Kecamatan Pangururan (sebagaimana dalam Surat Camat Pangururan Nomor :
106/7 Tanggal 24 Maret 1978) namun tidak berhasil sehingga rencana Maralo
Naibaho untuk mendirikan rumah diatas tanah terperkara I gagal sampai sekarang;
11. Bahwa demikian juga penguburan pihak Para Tergugat ditanah perkara terus
menerus ditentang pihak Para Penggugat, diataranya saat pemakaman jenazah
Alm. Maralo Naibaho (suami / ayah Para Tergugat) ditentang keras oleh Pijor
Naibaho dan Bulu Naibaho dan saat dilakukan perundingan di Kantor Kelurahan
Siogungogung sudah ada kesepakatan tidak dikuburkan di tanah terperkara I tetapi
dibelakang pihak Para Penggugat nyatanya tetap dikuburkan di tanah terperkara I,
hal demikian yang terus menerus terjadi karena pihak Para Penggugat mendapat
ancaman sehingga tidak dapat mengawasi isi perundingan; -----------------------------------------------
12. Bahwa Para Tergugat ada menyinggung soal peralihan hak-hak keperdataan atas
tanah yang terdaftar menurut Agrarische Wet Staatblaad No. 55 Tahun 1870, dalam
berbagai literatur pertanahan di Tanah Batak (terutama Samosir) tidak ditemukan
bahwa Agrarische Wet tersebut sudah diberlakukan termasuk dalam buku karya
Willem H.K Ypes (lebih dikenal Ypes), sebab semua tanah di Samosir masih tanah
adat yang justru dilindungi oleh Agrarishce Wet 1870, sehingga tidak ditemukan di
Samosir berupa hak eigendom atau jenis hak-hak lainnya (yang sudah terdaftar
secara resmi oleh Jawatan Pertanahan Kolonial Belanda), kecuali tanah-tanah yang
secara langsung dimiliki / dikuasai oleh Pemerintah Kolonial yang disebut
Gemeente (yang banyak dikenal dengan “tano kamente”), ic. tanah terperkara a
quo justru terdaftar sebagai Huta Simanampang dalam register Huta tahun 1908; -
13. Bahwa ihwal nama Oppung Para Tergugat bernama Nanti Naibaho diperoleh Para
Penggugat dari tarombo Op. Tuan Murha (Naibaho), yang ditulis / disusun / disalin
oleh R. Naibaho (Ama Ruth) disalin dalam rangka Partaromboon & Paradaton
Naibaho Siahaan, di Cipayung Bogor 1 Februari 2003, lagi pula dalam Surat
Tarombo tersebut terdapat semacam disclaimer: ”Molo adong na hurang lobi
dipanurathonon dohot parpeakna, asa marpanganju ma jala boi ma dipadenggan
sandiri songon nabinotona be” (terjemahan bebasnya = Jikalau terdapat kurang
lebih penulisan dan tata letak bisa diperbaiki sendiri sebagaimana pemahaman dan
pengetahuannya masing-masing);
-------------------------------------------------------------------------------------------------

14. Bahwa ihwal proses perdamaian di Pengadilan Negeri Balige mengenai uang ganti
rugi lahan sebagian / bagian dari eks tanah terperkara a quo dari Turut Tergugat
yang akhirnya uang ganti rugi sebesar Rp. 203.729.308,- (dua ratus tiga juta tujuh
ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus delapan rupiah) yang akhirnya dikonsinyiasi
di Kepaniteraan PN Balige, tidak dihadiri Para Penggugat karena belajar dari
pengalaman dengan kelelahan sejauh ini selalu kandas dan semuanya itu tentu
akan pada akhirnya harus menempuh proses gugatan sebagaimana perkara a quo;
15. Bahwa ihwal kadaluwarsa sebagaimana poin ‘2’ diatas, secara terbuka Para
Tergugat sudah mengakui: awalnya tanah terperkara adalah tanah warisan milik
Para Penggugat, akan tetapi karena sudah kadaluwarsa maka Para Penggugat
seolah-olah kehilangan haknya atas tanah terperkara; --------------------------------------------------------
Bahwa Para Tergugat dengan didampingi dan diberikan advis hukum dari Kuasa
Hukum yang professioanal tentu amat memahami makna dan struktur lembaga
hukum kadaluwarsa sebagaimana diatur didalam KUHPerdata, yang tentu tidak
perlu diuraikan secara panjang lebar dalam replik a quo, akan tetapi bagi Para
Penggugat yang kiranya juga Majelis Hakim yang Mangadili Perkara a quo
sependapat bahwa Para Tergugat sudah mengakui tanah terperkara adalah tanah
warisan milik Para Penggugat; --------------------------------------------------------------------------------------------------------
16. Bahwa apakah lembaga hukum kadaluwarsa mengenai pemilikan atas tanah
berlaku dalam hukum adat Batak Toba, maka sesungguhnya prinsip pemilikan atas
tanah adat di Samosir tidak mengenal lembaga hukum kadaluwarsa, bahwa hak
pemilikan atas tanah berlaku turun temurun tanpa batas, bahkan Mahkamah
Agung RI telah berketatapan menguatkannya sebagaimana dalam Yurisprudensi
MA RI Reg. No. 510 K/Sip/1978 Tanggal 12 Desember 1979 : “Hak pemilikan
atas tanah berdasarkan hukum adat tidak mengenal lampaunya waktu”; -----------

17. Bahwa bahkan jabatan-jabatan dalam struktur masyarakat hukum adat Batak
Toba terutama di Samosir juga berlaku turun temurun (diwariskan), kecuali
jabatan-jabatan publik yang untuk memperolehnya dilakukan melalui pemilihan
(verkiezing) pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda seperti Kepala Kampung; --

18. Bahwa diatas sudah rinci tanggapan Para Penggugat sebagai replik atas jawaban
Para Tergugat yang tiada perlu diurai satu persatu sebab dengan uraian dalam
replik a quo Para Penggugat sudah dengan sendiri membantah dan menolak dalil-
dalil pemilikan Para Tergugat atas tanah terperkara, yang untuk itu kiranya YM
Majelis Hakim Yang Mengadili Perkara a quo mempertimbangkannya dan demi
hukum menolak danatau mengesampingkan seluruh dalil pemilikan Para Tergugat
atas tanah terperkara sekaligus mengabulkan gugatan Para Penggugat seluruhnya;

19. Bahwa Para Penggugat perlu menanggapi jawaban Turut Tergugat, setelah
mencermatinya Turut Tergugat sama sekali tidak memiliki kerangka dan acuan
keterkaitan sengketa pemilikan apapun atas tanah terperkara tapi lalu beriktiar
seperti mabuk sendiri hingga sampai pada permohonannya dalam petitum
jawabannya, sebab dengan dikonsinyiasi uang ganti rugi sebesar Rp. 203.729.308,-
(dua ratus tiga juta tujuh ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus delapan rupiah) di
Kepaniteraan PN Balige maka sudah paripurna hak dan kewajiban Turut Tergugat
atas proses tersebut, selanjutnya Turut Tergugat ditarik sebagai pihak dalam
perkara a quo “hanya sekedar melengkapi formalitas gugatan dan patuh serta
tunduk” terhadap putusan perkara a quo, sehingga demikian patut dan
beralasan agar YM Majelis Hakim Yang Menyidangkan perkara a quo menolak
danatau mengesampingkan seluruh jawaban Turut Tergugat; --------------------------------------------

20. Bahwa oleh karenanya demi hukum haruslah dikuatkan permohonan Para
Penggugat ihwal kerugian materil dan immaterial yang dialami Para Penggugat,
menyatakan perbuatan Para Tergugat melawan hukum (onrechtmatigedaad),
menyatakan surat-surat yang diperbuat Para Tergugat atas tanah terperkara tidak
sah dan tidak berkekuatan hukum, menyatakan Para Penggugat sah menerima
dari Turut Tergugat uang ganti rugi sebesar Rp. 203.729.308,- (dua ratus tiga juta
tujuh ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus delapan rupiah) yang dikonsinyiasi di
Kepaniteraan PN Balige, meletakkan sita atas tanah / obyek terperkara, dwangsom
dan permohonan uitvoorbaar bij vooraad; ----------------------------------------------------------------------------------
DALAM REKONVENSI
Bahwa dalam gugat rekonvensi Para Penggugat dk kini Para Tergugat dr Para
Tergugat dk kini Para Penggugat dr, dengan ini menyampaikan jawaban Para Tergugat
dr, sebagai berikut : -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DALAM EKSEPSI
Bahwa Para Tergugat dr secara tegas membantah dan menolak seluruh dalil gugat dr
Para Penggugat dr dan dengan ini mengambil alih seluruh jawaban pada bagian
Konvensi sehingga tidak mengulang dalil-dalil Para Penggugat dk dalam jawaban dr; ----

1. Bahwa Para Tergugat dr dengan ini mengambil seluruh dalil-dalil dalam baik bagian
eksepsi dk maupun dalam pokok perkara dk; ---------------------------------------------------------------------------
2. Bahwa gugat dr sesungguhnya tidak diketahui manakah yang menjadi formil
sebagai obyek / tanah terperkara karena tidak ada diuraikan secara tegas sebagai
syarat formili gugatan Para Penggugat dr; ---------------------------------------------------------------------------------
3. Bahwa didalam petitum dr Para Penggugat mengalihkan kepemilikan obyek perkara
dk justru bagi pihak lain yang justru tidak termasuk dalam pihak atau pihak yang
melakukan intervensi dalam perkara a quo, artinya struktur gugat rekonvensi Para
Penggugat dr tidak sistematis dan tidak berkesinambungan antara dalil-dalil dalam
posita dengan petitum (permohonan); ----------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa atas alasan-alasan patut dan pantas tersebut nyatalah bahwa Para Penggugat
dr telah menggugat secara kabur obyek gugatan dr (“surat gugatan perkara a quo cacat
formil”, lihat Yurisprudensi MA RI No.1149 K/SIP/1979), oleh sebab itu patut dan
beralasan bagi YM Majelis Hakim yang menyidangkan Perkara a quo “menolak
seluruhnya gugatan Para Penggugat dr” atau setidak-tidaknya menyatakan “gugatan
Para Penggugat dr tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijkverklaard)”; -----------------------------------

DALAM POKOK PERKARA DR


Bahwa Para Tergugat dr secara tegas membantah dan menolak seluruh dalil gugat dr
Para Penggugat dr pada pokok perkara dan dengan ini mengambil alih seluruh jawaban
pada pokok perkara dk sehingga tidak mengulang dalil-dalil Para Penggugat dk dalam
jawaban Para Tergugat dr dengan tambahan serta penegasan bantahan danatau
penolakan sebagai berikut; -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Bahwa Para Tergugat dr Keturunan dan Ahli Waris dari Oppu Paraheja Naibaho
(Pahreja Naibaho) yang mewarisi turun temurun Tanah Parhutaan Simanampang
lama yang dahulu didirikan oleh Oppu Palraja Naibaho; ---------------------------------------------------
1. Bahwa Oppu Palraja Naibaho dahulu lahir hingga dewasa di Huta Naibaho
Siahaanbagasan sebab Orang Tuanya Oppu Bona Gordang Naibaho tinggal dan
berdomisili di Huta Naibaho Siahaanbagasan Kel. Pasar Pangururan sekarang, lalu
setelah Oppu Palraja Naibaho berumah tangga mencar / manjae dari Huta
Siahaanbagasan ke Siogungogung dengan mendirikan rumah diatas huta
panjaeannya itu, yakni yang dinamai HUTA SIMANAMPANG; -------------------------------------------

2. Bahwa adapun Huta Simanampang yang didirikan oleh Oppu Palraja Naibaho
tersebut sangat berdekatan dan berbatas disebelah timur dengan Huta Panahatan
milik Oppu Sabar Naibaho yang juga adalah Naibaho Siahaan; --------------------------------------
3. Bahwa sebagaimana tradisi Batak Toba di Pangururan dan Samosir pada
umumnya, adalah kelaziman bisa mendirikan Huta miliknya meskipun yang tinggal
dan berdiam di Huta itu hanya pemilik huta itu sendirian sepanjang telah memenuhi
dan mematuhi seluruh aturan adat istiadat (ruhutruhut) pendirian huta, hal itulah
yang mendasari Oppu Palraja Naibaho boleh mendirikan dan memiliki dengan
menamai hutanya itu Simanampang dan rumah dihuta itu untuknya; ------------------------------

4. Bahwa selain tanah / lahan untuk Huta Simanampang dan pertapakan rumahnya,
tanah milik Oppu Palraja Naibaho itu terbilang cukup bidang lainnya untuk
dipergunakannya sebagai lahan perladangan, karena awalnya tanahnya itu ada
seluas sekitar 5 (lima) rante atau + 2.000 M² yang terletak di Siogungogung, Kec.
Pangururan Kab Samosir sekarang, berbatasan dengan, -----------------------------------------------------

Sebelah Timur : Tanah Huta Panahatan; --------------------------------------------------------------------


Sebelah Utara : Tanah Oppu Sinar Naibaho sekarang; -----------------------------------------
Sebelah Selatan : dh. Tanah Kakek A. Londut Naibaho; -----------------------------------------
Sebelah Barat : dh Tanah Kakek Rahman Naibaho kini SD Negeri; ----------------
5. Bahwa Oppu Paraheja Naibaho terus menerus mendiami dan mengelola Huta
Simanampang dan ada melakukan pendaftaran / registerasi Huta Simanampang
tersebut yang dilaksanakan pemerintah kolonial Belanda, sebagaimana dalam
Surat Bewijs No. 708 Pangururan Tanggal 1 Juli 1908 (Alat Bukti P:2); ------------------
6. Bahwa pada tahubn 1910 Oppu Paraheja / Oppu Parheja Naibaho memindahkan
baik huta maupun rumahnya yaitu Ruma Batak dari huta Simanampang lama ke
Huta Simanampang yang baru dan untuk perpindahan itu ada persetujuan terlebih
dahulu dari Pemerintah Kolonial, itulah ijin sebagaimana dalam Surat De
Controleur van Pangururan Nomor 101 Tanggal 8 Juni 1910 (Alat Bukti P:3); ---
7. Bahwa setelah Huta Simanampang dipindahkan oleh Oppu Pahareja / Oppu
Pahreja Naibaho maka tanah eks huta Simanampang yang lama dijadikan lahan
perkebunan yang dikelola oleh Oppu Londut Naibaho, hanya hak pengelolaan
berkebun saja yang diberikan kepada Oppu Londut Naibaho; -------------------------------------------
8. Bahwa baik Oppu Paraheja / Oppu Parheja Naibaho maupun keturunannya hingga
kepada Para Tergugat dr tidak pernah mengalihkan dalam bentuk apapun kepada
siapapun hak kepemilikan atas seluruh atau sebagian dari tanah eks Huta
Simanampang Lama, sehingga seluruh tanah dan perladangan eks Huta
Simanampang Lama adalah sah warisan milik Para Tergugat dr; ------------------------------------
9. Bahwa adapun kini keadaan tanah eks Huta dan perladangan Huta Simanampang
Lama milik Para Tergugat dr yang menjadi tanah terperkara dk yakni dua bidang
tanah pertapakan / perladangan luasnya: I = + 735 M² dan II = + 810 M² terletak di
Simangonding Jl Pangururan – Tele, Kelurahan Siogungogung, Kecamatan
Pangururan, Kabupaten Samosir – Prov. Sumatera Utara, berbatas sebagai berikut:
I. Sebelah Utara : Tanah Oppu Sinar Naibaho; --------------------------------------------
Sebelah Timur : Huta Panahatan; ---------------------------------------------------------------------
Sebelah Selatan : Tanah Jaihut Simarmata;
------------------------------------------------------
Sebelah Barat : Jalan Raya Pangururan - Tele;
-------------------------------------------

II. Sebelah Utara : Tanah Oppu Sinar Naibaho; --------------------------------------------


Sebelah Timur : Jalan Raya Pangururan - Tele; -----------------------------------------
Sebelah Selatan : Tanah Hisar Naibaho; ------------------------------------------------------------
Sebelah Barat : Jalan Raya Pangururan - Tele;
-------------------------------------------

10. Bahwa satu-satunya pihak yang kepadanya pihak Para Tergugat dr bersengketa
atas tanah eks Huta Simanampang Lama adalah hanya kepada pihak Para
Penggugat dr tidak ada pihak lain manapun, dalam mana pihak Para Penggugat dr
berupaya secara melawan hukum mengklaimnya sebagai tanahnya; -----------------------------
11. Bahwa tentangan yang dilakukan oleh pihak Para Tergugat dr kepada pihak Para
Penggugat dr adalah menolak pemakaman pihak Para Penggugat dr ditanah
tersebut bahkan semasa hidupnya Maralo Naibaho (Orang Tua Para Penggugat dr)
hendak mendirikan rumah (pada tahun 1978) secara tegas dilarang oleh Pijor
Naibaho (Abang Tergugat I dr) dan Bulu Naibaho (Ayah Tergugat II dr) sehingga
tidak jadi (tidak pernah berhasil) mendirikan rumah ditanah / obyek terperkara I dk; --
12. Bahwa Para Penggugat dr atau bahkan pihak manapun tidak pernah menjadi
pemilik atau bahkan sekedar turut memiliki selaian daripada Para Tergugat dr dan
Keturunan Oppu Paraheja Naibaho (Oppu Parheja Naibaho) baik atas tanah
sebagaimana diuraikan dalam poin 10 jawaban dr a quo serta atas uang ganti rugi
dari Turut Tergugat dr/dk sebesar Rp. 203.729.308,- (dua ratus tiga juta tujuh ratus
dua puluh sembilan ribu tiga ratus delapan rupiah) yang telah dititipkan Turut
Tergugat secara konsinyiasi di Kepaniteraan PN Balige sebagaimana dalam
Penetapan PN Balige Nomor: 3/Pdt.P.Kons/2021/PN.BLG Tanggal 8 Februari 2022;
13. Bahwa segala tindakan yang dilakukan oleh Pihak Para Tergugat dr bahkan
dalam rentang waktu puluhan tahun adalah tindakan hukum pemilik yang sah
berdasarkan warisan turun temurun atas tanah sebagaimana diuraikan dalam poin
10 jawaban dr a quo serta atas uang ganti rugi dari Turut Tergugat dr/dk sebesar
Rp. 203.729.308,- (dua ratus tiga juta tujuh ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus
delapan rupiah) yang telah dititipkan Turut Tergugat secara konsinyiasi di
Kepaniteraan PN Balige sebagaimana dalam Penetapan PN Balige Nomor:
3/Pdt.P.Kons/2021/PN.BLG Tanggal 8 Februari 2022 bukan sebagai perbuatan
melawan hukum, justru sebaliknya tindakan pihak Para Penggugat dr yang
merupakan perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad); ------------------------------------------
14. Bahwa oleh karenanya seluruh surat-surat yang untuk mana membuktikan /
menerangkan tanah sebagaimana poin 10 jawaban dr a quo adalah surat-surat sah
demikian juga seluruh dalil dan permohonan Para Penggugat dk/Para Tergugat dr
dalam konvensi demi hukum haruslah dikuatkan; -------------------------------------------------------------------
15. Bahwa oleh karenanya seluruh dalil-dalil klaim pemilikan Para Penggugat dr atas
atas tanah sebagaimana diuraikan dalam poin 10 jawaban dr a quo serta atas uang
ganti rugi dari Turut Tergugat dr/dk sebesar Rp. 203.729.308,- (dua ratus tiga juta
tujuh ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus delapan rupiah) yang telah dititipkan
Turut Tergugat secara konsinyiasi di Kepaniteraan PN Balige sebagaimana dalam
Penetapan PN Balige Nomor: 3/Pdt.P.Kons/2021/PN.BLG Tanggal 8 Februari 2022
dan permohonan Para Penggugat dr diantaranya permohonan sita, kerugian,
dwangsom atau permohonan Uitvoerbaar bij Voorraad bahkan seluruh dalil-dalil
maupun permohonannya dalam gugatan dr demi hukum haruslah ditolak danatau
dikesampingkan karena tidak berdasar hukum; -----------------------------------------------------------------------
Berdasarkan uraian pantas berikut dengan argumentasi-argumentasi hukumnya diatas,
dengan ini Para Penggugat memohon kepada YM Majelis Hakim Yang Menyidangkan
perkara a quo berkenan mengambil Putusan yang amarnya sebagai berikut: ----------------------

DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI
1. Menolak seluruh eksepsi Para Tergugat untuk seluruhnya; -------------------------------------------------

DALAM POKOK PERKARA: ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya; -------------------------------------------------------------------------------------------------

2. Menyatakan Sita (Conservatoir Beslag) atas tanah/obyek terperkara adalah sah


dan berkekuatan hukum; --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3. Menyatakan dalam hukum berharga, sah dan berkekuatan hukum Surat Bewijs
No. 708 Tanggal 1 Juli 1908 dan surat lain yang menguatkannya ; ---------------------------
4. Menyatakan dalam hukum tanah terperkara yakni dua bidang tanah pertapakan /
perladangan luasnya adalah I = + 735 M² dan II = + 810 M² terletak di
Simangonding Jl Pangururan – Tele, Kelurahan Siogungogung, Kecamatan
Pangururan, Kabupaten Samosir – Prov. Sumatera Utara, berbatas sebagai berikut:
I. Sebelah Utara : Tanah Oppu Sinar Naibaho; --------------------------------------------
Sebelah Timur : Huta Panahatan; ---------------------------------------------------------------------
Sebelah Selatan : Tanah Jaihut Simarmata;
------------------------------------------------------
Sebelah Barat : Jalan Raya Pangururan - Tele;
-------------------------------------------

II. Sebelah Utara : Tanah Oppu Sinar Naibaho; --------------------------------------------


Sebelah Timur : Jalan Raya Pangururan - Tele; -----------------------------------------
Sebelah Selatan : Tanah Hisar Naibaho; ------------------------------------------------------------
Sebelah Barat : Jalan Raya Pangururan - Tele;
-------------------------------------------

III. Serta Uang ganti rugi pemanfaatan atau dalam istilah lainnya sebagian dari
kedua bidang tanah terperkara sisi barat dan timur bidang tanah tersebut
seluas 149 M² untuk pelebaran Jalan Pangururan – Tele dari Turut Tergugat
sebesar Rp. 203.729.308,- (dua ratus tiga juta tujuh ratus dua puluh sembilan
ribu tiga ratus delapan rupiah) yang telah dititipkan Turut Tergugat secara
konsinyiasi di Kepaniteraan PN Balige sebagaimana dalam Penetapan PN
Balige Nomor : 3/Pdt.P.Kons/2021/PN.BLG Tanggal 8 Februari 2022, --------------------
adalah sah hak dan milik Para Penggugat dk serta Keturunan Oppu Paraheja
Naibaho (Oppu Parheja Naibaho); ---------------------------------------------------------------------------------------------
5. Menyatakan dalam hukum perbuatan Para Tergugat yang telah membuat klaim
seolah-olah pemilik tanah terperkara danatau obyek perkara, atau membuat surat-
surat lain seolah-olah sebagai alas pemilikan yang sah atas tanah terperkara
danatau obyek perkara atau dengan cara bagaimanapun lalu mengaku sebagai
miliknya dan berupaya tetap menguasai tanah terperkara danatau obyek perkara,
menguburkan kerabatnya ditanah terperkara I, menanaminya tanaman kopi atau
yang lain, memasang plank, memasang pagar kawat duri atau tindakan serupa
lainnya serta menghalang-halangi Para Penggugat danatau pihak Para Penggugat
menguasai/ mengelola atau memiliki tanah terperkara serta menerima penggantian
sebagian dari kedua bidang tanah terperkara seluas yang diganti rugi yakni seluas
149 M² (masing-masing: 53 M² dan 96 M²) Rp. 203. 729.308,- (dua ratus tiga juta
tujuh ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus delapan rupiah), tanpa alas hak yang
sah atau tanpa seijin / persetujuan Para Penggugat adalah merupakan
perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad); ---------------------------------------------------------------
6. Menyatakan dalam hukum surat-surat yang diperbuat oleh Para Tergugat atau
pihak manapun yang berasal dari Para Tergugat sepanjang menyangkut pemilikan
atau sejenisnya baik atas tanah terperkara danatau obyek perkara tanpa seijin dan
persetujuan Para Penggugat adalah tidak sah dan tidak berkekuatan hukum, baik
sebelum atau sesudah perkara a quo dimajukan ke PN Balige; -----------------------------------------
7. Menghukum Para Tergugat atau pihak lain yang menerima hak daripadanya untuk
membongkar seluruh tanaman maupun bangunan apapun yang diperbuatnya
diatas tanah terperkara lalu menyerahkan tanah terperkara kepada Para Penggugat
dalam keadaan bersih, baik, kosong dan tanpa dibebani hak-hak apapun diatasnya
untuk dapat dikuasai / dimiliki secara leluasa oleh Para Penggugat maupun
Keturunan Oppu Paraheja Naibaho; ----------------------------------------------------------------------------------------------
-

8. Memerintahkan Turut Tergugat menyerahkan kepada Para Penggugat uang ganti


rugi pemanfaatan atau dalam istilah lainnya atas sebagian dari kedua sisi barat dan
timur bidang tanah terperkara sebesar Rp. 203. 729.308,- (dua ratus tiga juta tujuh
ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus delapan rupiah) yang telah dititipkan Turut
Tergugat secara konsinyiasi di Kepaniteraan PN Negeri Balige sebagaimana dalam
Penetapan PN Balige Nomor: 3/Pdt.P.Kons/2021/PN.BLG Tanggal 8 Februari 2022;
9. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar kerugian
Penggugat baik secara materil sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
maupun secara immateril sebesar Rp. 2.700.000.000,00 (dua miliar tujuh ratus juta
rupiah) sehingga total seluruh kerugian yang dialami oleh Para Penggugat adalah
sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah), paling lama tujuh hari setelah
putusan perkara a quo berkekuatan tetap; ----------------------------------------------------------------------------------
10. Menyatakan Putusan dalam Perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu
(Uitvoerbaar bij Voorraad), walaupun ada Verzet, Banding maupun Kasasi; ---------------------------

11. Menghukum Para Tergugat tanggung renteng seketika membayar uang dwangsom
secara tunai kepada Para Penggugat sebesar Rp. 500.000,00 untuk setiap hari
keterlambatan dalam melaksanakan Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap; -

DALAM REKONVENSI
1. Menolak seluruh gugatan dr Para Penggugat dr;
---------------------------------------------------------------------

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI


1. Menghukum Para Tergugat dk / Para Penggugat dr secara tanggung renteng
membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini; --------------------------------------------------------

SUBSIDAIR
Atau apabila YM Majelis Hakim yang menyidangkan Perkara a quo berpendapat lain,
dalam Peradilan yang baik (in geode justitie), mohon diputuskan seadil-adilnya sesuai
dengan kepatutan dan rasa keadilan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat; -------------
Demikian surat replik Para Penggugat dk ini dibuat dengan sebenarnya, terima kasih. ----

Hormat Para Penggugat dk/Para Tergugat dr,


Kuasa Hukumnya :

( POLTAK MANIK, SH )
NIA Peradi: 08.1092

Anda mungkin juga menyukai