Laporan Kelompok Praktikum Fisika Dasar
Laporan Kelompok Praktikum Fisika Dasar
FISIKA DASAR
Disusun Oleh :
KELOMPOK C7
AIRA ANJAS MAULANA 2107210001
MUHAMMAD RIZAL DESTIANSAH HARAHAP 2007210011
ALFATH HUSAINI 2107210023
ROSA MARWA NASUTION 2107210035
MUHAMMAD DICKY PRADANA 2107210067
RICKY HUSEIN PULUNGAN 2107210080
HASANUL ARIFIN 2107210082
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Disusun Oleh :
KELOMPOK C7
AIRA ANJAS MAULANA 2107210001
MUHAMMAD RIZAL DESTIANSAH HARAHAP 2007210011
ALFATH HUSAINI 2107210023
ROSA MARWA NASUTION 2107210035
MUHAMMAD DICKY PRADANA 2107210067
RICKY HUSEIN PULUNGAN 2107210080
HASANUL ARIFIN 2107210082
DISAHKAN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah Hirobbil Alamin rasa syukur saya ucapkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua,
sehingga kami dapat menyelesaikan Praktikum Fisika Dasar, yang dilaksanakan di
Laboratorium Fisika Dasar Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Jln.
Kapten Muchtar Basri No. 3 Medan.
Dimana Praktikum ini adalah suatu silabus mata kuliah yang harus
dilaksanakan mahasiswa/i Teknik Sipil dan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Studi Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Dan hasil akhir Praktikum ini dilampirkan pada
sebuah laporan wajib diselesaikan untuk peserta praktikum.
Dalam penulisan laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan
baik dalam penulisan maupun dalam susuan kalimat yang mana kami menerima
kritikan dan saran dari pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Dalam kesempatan ini dengan segenap hati kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan
kepada kami di dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada :
1. Kedua orang Tua kami yang telah memberikan kasih sayangnya dan
dukungan yang tidak ternilai harganya, sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan ini.
2. Bapak Munawar Alfansury Siregar S.T.,M.T, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Fahrizal Zulkarnain, S.T., M.T, selaku ketua jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Bapak Muharnif M. S.T., M.Sc selaku kepala Lab. Fisika Dasar Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Birokrasi Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
6. Saudara Ridho Syaputra Tolo, Fauzan Wahyu Putra, Ryan Helmin Fau, Fahri
Fadillah Nasution, Muhammad Zulham, dan Nurul Maulana Fadilla Simbolon Selaku
Asisten Praktikum Fisika Dasar.
Dimana yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan praktikum hingga
penulisan laporan ini, juga memberi teori – teori di Laboratorium.
7. Kelompok C7 yang telah banyak bekerja sama sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini.
8. Rekan – rekan mahasiswa/i Sipil atas segala masukan dan saran yang berguna
bagi kami.
KELOMPOK C7
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. WAKTU PERCOBAAN
II. MAKSUD DAN TUJUAN
III. ALAT - ALAT
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
2. TEORI TAMBAHAN
V. PROSEDUR PERCOBAAN
VI. TABEL DATA
VII. ANALISA DATA
VIII. GRAFIK
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
X. TUGAS AKHIR
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
XII. DAFTAR PUSTAKA
I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu. 28 Mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 13.00 – 14.00 WIB
I ~ m
I ~ r²
berlaku pesamaan :
a= m3
m+m
1 2
g + (I / r 2 )
m3
2. TEORI TAMBAHAN
Gerak lurus adalah jarak suatu objek yang lintasannya berupa garis
lurus. Dapat pula jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi beraturan.
Pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama.
Gerak lurus dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus
berubah beraturan, yang dibedakan dengan ada dan tidaknya percepatan.
A. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu objek, dimana
dalam gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan sehingga jarak
yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.
S=v.t
Dimana :
S = Jarak Tempuh (m)
V = Kecepatan (m/s)
T = Waktu (s)
𝑉 = 𝑉o + 𝑎. 𝑡
Dimana :
V0 = Kecepatan Awal (m/s)
V = Kecepatan (m/s)
a = Percepatan
(m/s) t = Waktu (s)
Dengan arti dan satuan dalam SI:
1
𝑆 = 𝑉o. 𝑡 + 𝑎. 𝑡2
2
Dimana :
V0 = Kecepatan Awal (m/s)
V = Kecepatan (m/s)
a = Percepatan
(m/s) t = Waktu (s)
C. Hukum Newton
Hukum newton adalah hukum gerak fisika yang menjadi dasar
mekasik klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Bunyi hukum
newton:
1. Hukum 1 Newton
“Apabila resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan no,
maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam dan benda yang
mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus
beraturan.”
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
∑F = 0
Dimana;
∑F = Resultan gaya (N)
2. Hukum II Newton
“Apabila resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka akan
dihasilkan suatu perepatan dalam aeah yang sama dengan resultan
gaya. Besarnya percepatan tersebut berbanding lurus terhadap resultan
gaya yang berbanding terbalik terhadap massanya.”
Secara matematis ditulsikan sebagai berikut:
∑F
𝑎= 𝑚
Dimana:
∑F = Resultan gaya (N)
m = Massa (Kg)
a = Percepatan (m/s2)
F aksi = -F reaksi
D. Momen Inersia
Momen inersia adalah besaran untuk mengukur tingkat
kelembaman suatu benda yang berputar pada porosnya konsep dari
momen inersia adalah mengalikan massa partikel dengan kuadrat jari-jari
partikel terhadap poros benda. Sehingga dapat dituliskan:
I = Σ Mn . Rn²
Dimana :
I = Momen Inersia (kgm²)
M = Massa Benda (kg)
R = Jari-jari (m)
Dalam percobaan ini akan digunakan rumus:
τ=r.F
τ = r . F . sin Q
Dimana :
τ = Torsi (Nm)
F = Gaya (N)
r = Lengan Momen (m)
Q = Sudut Putaran (º)
Dimana :
τ = Torsi (Nm)
Tabel 2
𝑠 0.5 𝑚
1) 𝑣 = == 0.07 𝑚/𝑠
𝑡
6.65 𝑠
𝑠
0.5 𝑚
2) 𝑣 = = = 0.07 𝑚/𝑠
𝑡 7.25 𝑠
𝑠 0.05 𝑚
3) 𝑣 = = = 0.91 𝑚/𝑠
𝑡 0.91 𝑠
Tabel 2
𝑠 0.60 𝑚
1) 𝑣 = = = 0.92 𝑚/𝑠
𝑡 3.65 𝑠
𝑠 0.70 𝑚
2) 𝑣 = = = 0.93 𝑚/𝑠
𝑡 0.75 𝑠
𝑠 0.90 𝑚
3) 𝑣 = = = 1.06 𝑚/𝑠
𝑡 0.85 𝑠
B. Percepatan (a)
𝑣
𝑎=
𝑡
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Tabel 1
𝑣 0.08 𝑚/𝑠
1) 𝑎 = = = 0.032 𝑚/𝑠2
𝑡 0.25 𝑠
𝑣 0.08 𝑚/𝑠
2) 𝑎 = = = 0.023 𝑚/𝑠2
𝑡 3.5 𝑠
𝑣 0.11 𝑚/𝑠
3) 𝑎 = = = 0.024 𝑚/𝑠2
𝑡 4.5 𝑠
Tabel 2
𝑣 0.07 𝑚/𝑠
1) 𝑎 = = = 0.010 𝑚/𝑠2
𝑡 6.65 𝑠
𝑣 0.07 𝑚/𝑠
2) 𝑎 = = = 0.010 𝑚/𝑠2
𝑡 7.25 𝑠
𝑣 0.91 𝑚/𝑠
3) 𝑎 = = = 01.65 𝑚/𝑠2
𝑡 0,5 𝑠
Tabel 2
𝑣 0.92 𝑚/𝑠
1) 𝑎 = = = 1.41 𝑚/𝑠2
𝑡 0.65 𝑠
𝑣 0.93 𝑚/𝑠
2) 𝑎 = = = 1.24 𝑚/𝑠2
𝑡 0.75 𝑠
𝑣 1.06 𝑚/𝑠
3) 𝑎 = = = 1.25 𝑚/𝑠2
𝑡 0.85 𝑠
C. Gaya (F)
𝐹 =𝑚·𝑎
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Tabel 1
1) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1282 𝑘𝑔 · 0.032 𝑚/𝑠2 = 4.102 𝑥 10−3𝑁
Tabel 2
1) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1302 𝑘𝑔 · 0.010 𝑚/𝑠2 = 1.302 𝑥 10−3𝑁
Tabel 2
1) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.01302 𝑘𝑔 · 1.41 𝑚/𝑠2 = 9.234 𝑥 10−3𝑁
𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
2) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎 2
0.05325 · 0.00265 · 9.8
= − (0.1199 + 0.1255 + 0.00265)
0.023 𝑚/𝑠2
= −0.24489 𝑘𝑔𝑚2
𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
3) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎 2
0.05325 · 0.00265 · 9.8
= − (0.1199 + 0.1255 + 0.00265)
0.024 𝑚/𝑠2
= −0.24503 𝑘𝑔𝑚2
Tabel 2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
1) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎
0.002842 · 0.00465 · 9.8
= − (0,2501)
1,43 𝑚/𝑠2
= −0.25 𝑘𝑔𝑚2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
2) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎 2
0.00284 · 0.00465 · 9.5
= − (0.2501)
1,24 𝑚/𝑠2
= −0.2499 𝑘𝑔𝑚2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
3) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎 2
0.00284 · 0.00465 · 9.5
= − (0.2501)
1,25 𝑚/𝑠2
= −0.249 𝑘𝑔𝑚2
𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
2) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎 2
0.00284 · 0.00265 · 9.8
= − (0.2481)
0.06 𝑚/𝑠2
= −0.2468 𝑘𝑔𝑚2
𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
3) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎 2
0.00284 · 0.00265 · 9.8
= − (0.2481)
0.04 𝑚/𝑠2
= −0.2463 𝑘𝑔𝑚2
Tabel 2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
1) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎
0.053252 · 0.00465 · 9.8
= − (0,2501)
0.10 𝑚/𝑠2
= −0.2488 𝑘𝑔𝑚2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
2) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎 2
0.05325 · 0.00465 · 9.8
= − (0.2501)
0.02500 𝑚/𝑠2
= −0.2366 𝑘𝑔𝑚2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
3) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎 2
0.05325 · 0.00465 · 9.8
= − (0.2501)
1.636 𝑚/𝑠2
=−0.250 𝑘𝑔𝑚2
E. Torsi (τ)
𝑟 = 𝐼. 𝑎
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Tabel 1
1) 𝑟 = −0.23563 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01701 𝑚/𝑠2 = −4.007 𝑥 10−3𝑁𝑚
2) 𝑟 = −0.23455 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01486 𝑚/𝑠2 = −3.486 𝑥 10−3𝑁𝑚
3) 𝑟 = −0.23548 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01666 𝑚/𝑠2 = −3.923 𝑥 10−3𝑁𝑚
Tabel 2
1) 𝑟 = −0.23694 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01350 𝑚/𝑠2 = −3.199 𝑥 10−3𝑁𝑚
2) 𝑟 = −0.23677 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01298 𝑚/𝑠2 = −3.072 𝑥 10−3𝑁𝑚
3) 𝑟 = −0.23678 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01301 𝑚/𝑠2 = −3.080 𝑥 10−3𝑁𝑚
0.1
0.08
V (m/s)
0.06
0.04
0.02
0
0.5 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5
t (s)
Tabel 2
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.25 0.55 1.25 2.55 3.65 5.65 6.65 7.25 8.55
t (s)
Tabel 3
0.3
0.25
0.2
V (m/s)
0.15
0.1
0.05
0
1.25 2.25 3.55 4.65 6.25 7.55
t (s)
Tabel 4
0.8
V (m/s)
0.6
0.4
0.2
0
0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9
t (s)
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
2. Katrol
Berfungsi sebagai alat memutar
dan naik turun bahan dengan
tali.
3. Jangka Sorong
Berfungsi untuk mengukur
panjang, diameter luar maupun
diameter dalam suatu benda.
Gambar Alat Fungsi
4. 2 Beban Dengan Tali
Berfungsi sebagai beban yang
akan diuji.
5. Penyangkut Beban
Berfungsi sebagai tempat
bersangkutnya beban dan
sebagai posisi awal terjadinya
gerak lurus beraturan.
8. Neraca Digital
Berfungsi untuk menimbang
massa beban.
X. TUGAS AKHIR
1. Tentukan besar kecepatan gerak beraturan tersebut secara hitung dan
grafik.
2. Apakah grafik tersebut benar-benar buat mengingat ketentuan alat.
3. Tentukan besar percepstan grafik besaran gerak berubah beraturan
tersebut secara grafik dan hitunglah.
4. Dari hasil ini apakah hukum newton benar-benar berlaku, berikan
alasannya.
5. Bandingkan nilai-nilai percepatan yang didapat dan menggunakan beban
tambahan yang berbeda.
6. Tentukan momen massa katrol, ambil percepatan gravitasi setempat 9,78
m/det.
Penyelesaian:
1. Sudah terlampir pada analisa dan grafik.
2. Karena gerak tersebut dimulai dengan kecepatan sesaat hingga kecepatan
maksimum.
3. Sudah terlampir pada data.
4. Hukum newton benar-benar berlaku karena arah percepatan pada benda
kerja.
5. Sudah terlampir pada data.
6. Sudah terlampir pada data.
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
- Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda tersebut.
- Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya.
- Bila gaya yang bekerja pada beban, maka benda akan mengalami
percepatan dan sebaliknya. Bila benda mengalami percepatan tentu
ada gaya yang bekerja pada beban tersebut.
2. Saran
- Waktu pelaksanaan sangat singkat dan perlu diberi tambahan waktu.
- Laporan praktikum terlalu cepat dikumpul, dimohon diberi dispensasi
waktu.
- Peralatan praktikum dimohon dilengkapi/diperbanyak.
XII. DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/amPLS/rumushitung.com//2013//09//FisikaDasar-Hukum
Newton.html
I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 13.00 – 14.00 WIB
R G
𝐵𝐿3 𝐵𝐿3
ƒ= =
48𝐸𝐼 4𝐸𝑏ℎ3
Dimana :
E = Modulus Elastisitas
B = Beban
b = Lebar batang
h = Tebal batang
L = Panjang batang antara 2 tumpuan
I = Momen inersia linear batang terhadap garis netral
2. TEORI TAMBAHAN
Elastisitas merupakan kemampuan benda untuk kembali kebentuk
awalnya setelah gaya luar yang diberikan kepadanya dihilangkan atau
dibebaskan. Misalnya pada sebuah pegas yang digantungkan dengan beban
pada salah satu sisi ujungnya, akan kembali ke bentuk semula jika beban
tersebut kita ambil kembali. Benda-benda elastisitas mempunyai batas
elastis tertentu, benda yang tidak elastis disebut plastis. Umumnya setiap
benda mempunyai sifat elastisitas. Sifat ini muncul jika gaya yang diberikan
pada elastisitas sudah melewati batas elastisitas benda. Benda yang bersifat
elastis sempurna yaitu mampu mempunyai batas limit elastik sehingga jika
melebihi dari limit elastik maka benda akan kembali ke bentuk semula.
Tegangan (stress) didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan oleh
benda untuk kembali ke bentuk semulanya atau gaya F yang diberikan pada
benda dibagi dengan luas penampang A tempat gaya tersebut bekerja.
Tegangan dirumuskan dengan :
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝐺𝑎𝑦𝑎
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛g atau 𝜎 = 𝐹
𝐴
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛j𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑝𝑎𝑛j𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎
atau
∆𝐿
𝑒 = 𝐿𝑜
𝐹 = 𝑘 . ∆𝑥
BATANG 1
b= 22,5mm h= 2,10 L = 82 cm
Jumlah Beban KEDUDUKAN G
(B) Penambahan Pengurangan Rata – rata (f)
0 0 0,4 0,2
0,5 1,8 0,7 2,15
1,5 3,5 3,4 3,45
1 5,2 4,3 4,75
2 6,7 6,6 6,65
2,5 8,7 9,8 9,25
3 10,6 10,4 10,5
BATANG 2
b= 25,9mm h= 3,10 L = 82 cm
Jumlah Beban KEDUDUKAN G
(B) Penambahan Pengurangan Rata – rata (f)
0 0 0,8 0,4
0,5 1,3 1 1,15
1,5 2,4 2 2,2
1 3,4 2,8 3,1
2 4,5 4,1 4,3
2,5 5,6 5 5,3
3 6,9 6 6,45
BATANG 3
b= 24,7 mm h= 3,15 L = 82 cm
Jumlah Beban KEDUDUKAN G
(B) Penambahan Pengurangan Rata – rata (f)
0 0 0,3 0,15
0,5 1,3 0,6 0,95
1,5 1,6 1,5 1,55
1 2,3 2 2,15
2 2,9 2,6 2,75
2,5 3,4 2,9 3,15
3 3,7 3,4 3,35
DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR
Menghitung f (rata-rata)
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑓 (𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) = 2
Batang 1
0 𝑐𝑚 + 0,4 𝑐𝑚
ƒ = = 0,2 𝑐𝑚
1
2
1,8 𝑐𝑚 + 0,7 𝑐𝑚
ƒ = = 2,15 𝑐𝑚
2
2
3,5 𝑐𝑚 + 3,4 𝑐𝑚
ƒ = = 3,45 𝑐𝑚
3
2
5,2 𝑐𝑚 + 4,3 𝑐𝑚
ƒ4 = 2 = 4,75 𝑐𝑚
6,7 𝑐𝑚 + 6,6 𝑐𝑚
ƒ = = 6,65 𝑐𝑚
5
2
8,7 𝑐𝑚 + 9,8 𝑐𝑚
ƒ = = 9,25 𝑐𝑚
6
2
10,6 𝑐𝑚 + 10,4 𝑐𝑚
ƒ = = 10,5 𝑐𝑚
7
2
Batang 2
0 𝑐𝑚 + 0,8 𝑐𝑚
ƒ = = 0,4 𝑐𝑚
1
2
1,3 𝑐𝑚 + 1 𝑐𝑚
ƒ = = 1,15 𝑐𝑚
2
2
2,4 𝑐𝑚 + 2 𝑐𝑚
ƒ = = 2,2 𝑐𝑚
3
2
3,4 𝑐𝑚 + 2,8 𝑐𝑚
ƒ = = 3,1 𝑐𝑚
4
2
4,5 𝑐𝑚 + 4,1c𝑚
ƒ = = 4,3 𝑐𝑚
5
2
5,6 𝑐𝑚 + 5 𝑐𝑚
ƒ = = 5,3 𝑐𝑚
6
2
6,9 𝑐𝑚 + 6 𝑐𝑚
ƒ = = 6,45 𝑐𝑚
7
2
Batang 3
0 𝑐𝑚 + 0,3 𝑐𝑚
ƒ = = 0,15 𝑐𝑚
1
2
1,3 𝑐𝑚 + 0,6 𝑐𝑚
ƒ = = 0,95 𝑐𝑚
2
2
1,6 𝑐𝑚 + 1,5 𝑐𝑚
ƒ = = 1,55 𝑐𝑚
3
2
2,3 𝑐𝑚 + 2 𝑐𝑚
ƒ = = 2,15 𝑐𝑚
4
2
2,9 𝑐𝑚 + 2,6 𝑐𝑚
ƒ = = 2,75 𝑐𝑚
5
2
3,4 𝑐𝑚 + 2,9 𝑐𝑚
ƒ = = 3,15 𝑐𝑚
6
2
3,7 𝑐𝑚 + 3,4 𝑐𝑚
ƒ = = 3,55 𝑐𝑚
7
2
Menghitung Modulus Elastisitas (E)
𝐵𝐿3
𝐸=
4𝑓𝑏ℎ3
Batang 1
0(82)
E1= ¿
4(0,2)(2,25) ¿¿
0,5(82)
E2= ¿
4(1,25)(2,25) ¿¿
1(82)
E3 = ¿
4(2,95)(2,25) ¿ ¿
1,5(82)
E 4= ¿
4 (4,75)(2,25)¿¿
2(82)
E5 = ¿
4(6,65)(2,25)¿ ¿
2,5(82)
E6 = ¿
4( 9,25)(2,25) ¿ ¿
1,5 ( 82 )
E7 = ¿
4(10,5)(2,25)¿ ¿
Batang 2
0 ( 82 )
E1= ¿
4(0,4 )(2,59) ¿ ¿
0,5 ( 82 )
E2= ¿
4(1,15)(2,59) ¿¿
1 ( 82 )
E3 = ¿
4(2,2)(2,59) ¿¿
1,5 ( 82 )
E 4= ¿
4 (3,1)(2,59) ¿ ¿
2 ( 82 )
E5 = ¿
4( 4,3)(2,59)¿ ¿
2,5 ( 82 )
E6 = ¿
4(5,9)(2,59)¿ ¿
3 ( 82 )
E7 = ¿
4(6,45)(2,59)¿ ¿
Batang 3
0 ( 82 )
E1= ¿
4(0,15)(2,47) ¿ ¿
0,5 ( 82 )
E2= ¿
4(0,95)(2,47) ¿ ¿
1 ( 82 )
E3 = ¿
4(1,55)(2,47)¿ ¿
1,5 ( 82 )
E 4= ¿
4 (2,15)(2,47)¿ ¿
2 ( 82 )
E5 = ¿
4(2,75)(2,47) ¿ ¿
2,5 ( 82 )
E6 = ¿
4(3,15)(2,47) ¿ ¿
3 ( 82 )
E7 = ¿
4(3,05)(2,47) ¿ ¿
VIII. GRAFIK
Batang 1
3
2.5
1.5
E
0.5
0
1.25 2.95 3 4.75 5 6.65 7 8 9.25 10.5
F
Batang 2
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
E
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1.15 2.2 3.1 4.3 5.9 6.45 7 8 9 10
F
Batang 3
1.6
1.4
1.2
0.8
E
0.6
0.4
0.2
0
1 1.55 2.15 2.75 3.15 6 7 8 9 10
F
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
3. Beban (B)
Berfungsi sebagai pemberat
yang akan diuji pada batang
Gambar Alat Fungsi
4. Skala (S) dengan cermin
Berfungsi sebagai pengatur
pelentur pada batang/kayu
6. Batang Pencapit
Berfungsi sebagai tempat
percobaan penjepit benda
dengan meja
Gambar Alat Fungsi
7. Meteran
Berfungsi sebagai alat untuk
mengukur panjang batang
Penyelesaian :
1. Sudah terlampir dalam analisa data
2. Sudah terlampir dalam analisa data
3. Grafik sudah terlampir
4. Nilai rata-rata batang 2 lebih besar daripada nilai rata-rata batang 3, jadi
nilai modulud elastisitas batang 2 lebih kecil daripada nilai modulud
elastisitas batang 3.
5. Sumber kesalahan terletak pada ketelitian ukuran dan pada garis rambut
yang tidak mendekati nol pada skala dengan cermin.
6. Ya, karena panjang batang sangat mempengaruhi elastisitas batang.
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Besarnya modulus elastisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
panjang batang, berat beban, dan juga gaya gravitasi.
2. Semakin berat beban semakin tinggi terjadinya pelenturan pada
batang.
3. Semakin tipis batang maka semakin tinggi elastisitasnya.
4. Tebal dan lebar benda mempengaruhi elastisitasnya.
B. Saran
1. Perlengkapan praktikum dimohon diperbanyak/dilengkapi
2. Waktu pelaksanaan sangat singkat dan perlu diberi tambahan
waktunya.
3. Ruangan praktikum diperluas dan di tambah fasilitas pendingin
ruangan.
XII. DAFTAR PUSTAKA
I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 08.00 – 09.00
Dengan letak :
L1 disisi 1 denganhambatan R1
L2 disisi 2 denganhambatan R2
RB disisi 3 denganhambatan RB
RX disisi 4 denganhambatan RX
Jika dalam Galvanometer (G) menujuk nol, berarti bahwa tidak ada arus
yang melalui G, jika tidak ada beda potensial antara titik C dan D, sehingga
Vc= VD......................................................................................................(1)
Maka akan didapat persamaan :
Rx= (R2/R1) RB......................................................................................... (2)
Jika kawat A-B serba sama dengan hambatan P tiap satuan panjang maka
persamaan (2) menjadi :
Rx = ( L2 P/L1 P) RB , atau
Rx = ( L2 /L1 ) RB.................................................................................... (3)
𝐼𝑞 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑞 = 𝐼 × 𝑡
𝑇
Keterangan:
I : kuat arus listrik
(A)
q : muatan listrik yang mengalir
(C) t : waktu yang diperlukan (s)
Berdasarkan persamaan tersebut, bisa disimpulkan bahwa satu
coulomb yaitu muatan listrik yang melalui sebuah titik dalam suatu
penghantar dengan arus listrik tetap satu ampere dan mengalir selama
satu sekon.
Mengingat muatan elektron sebesar -1,6 × 10-19 C, (tanda negatif
(-) menunjukkan jenis muatan negatif), maka banyaknya elektron (n)
yang menghasilkan muatan 1 coulomb dapat dihitung sebagai berikut.
1 C = n × besar muatan elektron
1 C = n × 1,6 × 10-19 C,
n=1/1,6 Jadi,
dapat dituliskan 1 C = 6,25 × 1018 elektron
V. Prosedur Percobaan
1. Menyusun rangkaian seperti gambar 2. Komutator K tetap terbuka dan
belum dihubungkan dengan sumber arus.
2. Memasang arus minimum mula-mula, dengan cara mengatur hambatan
pengatur yang ada di dalam sumber arus atau tegangan yang terkecil.
3. Setelah rangkaian diperiksa oleh sisten dengan persutujuannya, barulah
komutator dihubungkan dengan sumber arus.
4. Dengan kontak geser D kira-kira ditengah-tengah L, mngusahakan agar
simpangan jarum galvanometer G menja dinol dengan cara mengubah-
mengubah besarnya hambatan RB.
5. Membuat arus menjadi lebih besar sedikit demi sedikit. Menggeser
kontak geser D, mengusahakan supaya simpangan jarum galvanometer
menjadi nol.
6. Jika kedudukan ini telah tercapai mencatat L1 dan L2.
7. Membalikkan arah arus dengan mengubah kedudukan komutator K.
Mengulangi percobaan 5 dan 6.
VI. TABEL DATA
DIKETAHUI OLEH:
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR
(MUHAMMAD ZULHAM )
VII. ANALISA DATA
1) Percobaan 1
𝐿1 + 𝐿2 5 + 15
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 2 𝑐𝑚10 cm
𝐿2
𝑅𝑥 = 5
𝐿1 × 𝑅𝑏 = 15 × (35) = 11,66 𝑜ℎ𝑚
= 0,257 Ampere
𝑉 9𝑣𝑜𝑙𝑡
𝐼 = 𝑅 = 35 𝑜ℎ𝑚
2) Percobaan 2
𝐿1 + 𝐿2 15 + 10
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 2 = 12,5 cm 𝑐𝑚
𝐿2 15
𝑅𝑥 = × 𝑅𝑏 = × (100) = 150 𝑜ℎ𝑚
𝐿1 10
𝑉 9 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝐼= = = 0,09 Ampere
𝑅 100 𝑜ℎ𝑚
3) Percobaan 3
𝐿1 + 𝐿2 40 + 80
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 2 = 60 𝑐𝑚
𝑅𝑥 = 𝐿2
𝐿1
× 𝑅𝑏 =
40 × (70) = 35 𝑜ℎ𝑚
80
𝑉 9𝑣𝑜𝑙𝑡
𝐼= = = 0,128 Ampere
𝑅 70 𝑜ℎ𝑚
VIII. GRAFIK
Percobaan 1
14
12
10
8
L2
0
1 2 3 4 5
L1
Nilai Rx Terhadap Rb
35
30
25
20
Rb
15
10
0
5 6 7 8 10 11.66
Rx
Percobaan 2
10
6
L2
0
5 6 8 9 10 11 12 13 14 15
L1
Nilai Rx Terhadap Rb
120
100
80
60
Rb
40
20
0
50 80 90 100 125 150
Rx
Percobaan 3 :
80
70
60
50
L2
40
30
20
10
0
10 20 30 40 50
L1
Nilai Rx Terhadap Rb
80
70
60
50
40
Rb
30
20
10
0
10 20 30 35
Rx
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
2. Zerodetektor
Berfungsi sebagai alat untuk
mendeteksi nilai nol pada
kawat hambat
3. Komutator
Berfungsi sebagai alat untuk
arah pada skala zero detektor
Gambar Alat Fungsi
4. Kawat hambat
Berfungsi sebagai alat yang
digunakan untuk percobaan
hambatan pada praktikum
jembatan weastone
5. Kabel-kabel penghubung
Digunakan untuk
menghubungkan peralatan
jembatan weastone menjadi
satu rangkain
6. Koil resesif
Digunakan sebagai pembangkit
resistansi dalam rangkaian
jembatan wheatstone.
Gambar Alat Fungsi
7. Resistor Box (Bangku hambat)
Digunakan untuk mengatur
skala pada hambatan yang diuji
X. TUGAS AKHIR
1) Gambarkanlah rangkaian yang saudara buat serta skema peralatan yang
saudara rangkai.
Jawab :
Keterangan :
E = Sumber tegangan listrik searah
S = Penghubung arus
G = Galvanometer
RG =
Hambatangeser
R1 dan R2 = Hambatan listrik yang diketahui
nilainya RB = Bangku hambatan
X = Hambatan yang akan ditentukan nilainya
B. Saran
1. Perlengkapan laboratorium kurang lengkap maka dari itu diharapkan
kelengkapannya agar praktikum berjalan lebih efisien.
2. Sebaiknya percobaan dilakukan lebih dari 3 kali agar mendapatkan
perbedaan yang lebih jelas.
3. Diharapkan Pengumpulan Modul/ laporannya diperpanjang.
XII. DAFTAR PUSTAKA
http://dody A.brother.blogspot.com/101/2012/jembatan-wheatsone.
http://rumus.hitung.com/2014/08/30 rangkain-hambatanwheatstone.
HUKUM STOKES
I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Mei 2021
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 13.00 – 16.00 WIB
Untuk harga d dan kondisi lainnya yang sama, di buat grafik antara T
vs r/R, untuk persamaan (5) di peroleh garis lurus, maka To dapat
ditentukan.
2. TEORI TAMBAHAN
Rumus yang dikenal sebagai hukum stokes, tanda negatif menunjukan
arah gaya Fs sebagai yang berlawanan dengan arah kecepatan dan relative
terhadap fluida V. Hukum stokes ini dapat berlaku jika syarat atau ketentuan
di bawah ini sudah terpenuhi, seperti :
1. Rumus tempat fluida tidak terbatas ( ukurannya cukup luas )
dibandingkan dengan ukuran benda yang dicari.
2. Tidak ada turbulasi di dalam fluida ( aliran di dalam fluida tidak acak )
Kecepatan Vo tidak besar sehingga gerak jatuh bendanya di dalam fluida
masih linier.
3. Kecepatan Vo tidak besar sehingga gerak jatuh bendanya di dalam fluida
masih linear.
Jika sebuah benda padat yang berbentuk bola dan mempunyai massa
jenis. Jika dipermukaan zat cair dan bergerak tanpa kecepatan awal Vo = 0,
maka bola tersebut mula – mula akan mendapatkan percepatan . Dengan
bertambah besarnya kecepatan bola, maka gaya stokes akan bekerja padanya
juga. Bertambah besar sehingga pada akhirnya bola tersebut akan bergerak
dengan kecepatan tetap/konstan, yaitu setelah terjadi keseimbangan antara
gaya berat, gaya Archimedes dan gaya stokes pada bola yang di uji tersebut.
Sebuah bola padat memiliki rapat massa P dan berjari – jari r di
jatuhkan tanpa kecepatan awal ke dalam fluida kental memiliki rapat massa
PF, dimana pb>pf. Telah diketahui bahwa bola mula – mula mendapat
percepatan gravitasi namun beberapa saat setelah bergerak cukup jauh akan
bergerak dengan keceptan konstan.Kecepatan yang tetap ini disebut
kecepatan akhir V1 atau kecepatan terminal yaitu pada saat gaya besar bola
sama dengan gaya apung di tambah gaya gesekan fluida.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengukur diameter tiap – tiap bola bakelit dengan mikrometer sekrup
dan catat.
2. Menimbang tiap – tiap bola bakelit dengan neraca digital.
3. Mencatat temperatur zat cair.
4. Mengukur rapat massa zat cair (Gliserin dan Oli).
5. Menempatkan gelang karet pada tabung ukut yang ditentukan oleh
asisten lab.
6. Mengukur jarak jatuh.
7. Memasukkan sendok saringan sampai dasar tabung, tunggu hingga zat
cair diam.
8. Mengukur waktu jatuh untuk tiap – tiap bola.
9. Mengubah letak karet gelang hingga jarak berubah sesuai yang
ditentukan.
10. Mengulangi percobaan no 3 s/d 9 pada bola bakelit dengan cairan
benda.
11. Mencatat temperatur sesudah percobaan.
VI. TABEL DATA
HUKUM STOKES
Jarak Waktu
Percobaan Massa Kecepatan
Bola Jatuh Jatuh
Ke (gr) (m/s2)
(cm) (s)
1 0,43 15 0,65 0,23
1 2 1,05 15 0,43 0,34
3 2,08 15 0,28 0,54
1 0,43 20 0,78 0,25
2 2 1,05 20 0,55 0,36
3 2,08 20 0,33 0,60
1 0,43 25 1,12 0,22
3 2 1,05 25 0,69 0,36
3 2,08 25 0,44 0,56
DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR
Jarak Waktu
Percobaan Massa Kecepatan
Bola Jatuh Jatuh
Ke (gr) (m/s2)
(cm) (s)
1 0,43 15 0,59 0,25
1 2 1,05 15 0,34 0,44
3 2,08 15 0,25 0,6
1 0,43 20 0,94 0,21
2 2 1,05 20 0,81 0,24
3 2,08 20 0,25 0,8
1 0,43 25 1,13 0,22
3 2 1,05 25 0,75 0,33
3 2,08 25 0,59 0,42
DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR
3. Kecepatan (v)
OLI
a) Percobaan 1
v1 = 𝑠 = 0,15 = 0.23 m/s
𝑡 0,65
v2 = = 𝑠 0,15
= 0.34 m/s
𝑡 0,43
v3 = 𝑠 = 0,15 = 0.53 m/s
𝑡 0,28
b) Percobaan 2
v1 = 𝑠 = 0,20 = 0.25 m/s
𝑡 0,78
v2 = 𝑠 = 0,20 = 0.36 m/s
𝑡 0,55
v3 = 𝑠 = 0,20 = 0.60 m/s
𝑡 0,33
c) Percobaan 3
v1 = 𝑠 = 0,25 = 0.22 m/s
𝑡 1,12
v2 = 𝑠 = 0,25 = 0.36 m/s
𝑡 0,69
v3 = = 𝑠 0,25
= 0.56 m/s
𝑡 0,44
GLISERIN
a) Percobaan 1
v1 = 𝑠 = 0,15 = 0.25 m/s
𝑡 0,59
v2 = = 0,15 = 0.44 m/s
𝑠
𝑡 0,34
v3 = 𝑠 = 0,15 = 0.6 m/s
𝑡 0,25
b) Percobaan 2
v1 = 𝑠 = 0,20 = 0.21 m/s
𝑡 0,44
v2 = 𝑠 = 0,20 = 0.24 m/s
𝑡 0,81
v3 = 𝑠 = 0,20 = 0.8 m/s
𝑡 0,25
c) Percobaan 3
v1 = 𝑠 = 0,25 = 0.22 m/s
𝑡 1,13
v2 = 𝑠 = 0,25 = 0.33 m/s
𝑡 0,75
𝑠 0,25
v3 = = = 0.42 m/s
4. Koefisien Viscositas
Oli
Percobaan 1
2 r2 q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,265
9v
2
2r q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,491
9v
2
2r q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,504
9v
Percobaan 2
2
2r q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,350
9v
2 r2 q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,463
9v
2
2r q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,439
9v
Percobaan 3
2 r2 q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,381
9v
2
2r q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,02
9v
2 r2 q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,61
9v
Gliserin
Percobaan 1
2
2r q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,33
9v
2 r2 q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,36
9v
2 r2 q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,43
9v
Percobaan 2
2 r2 q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,40
9v
2 r2 q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,67
9v
2
2r q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,32
9v
Percobaan 3
2 r2 q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,38
9v
2
2r q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,48
9v
2
2r q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,61
9v
5. Gaya Gesek
OLI
a) Percobaan 1
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,265) (2,1x10-3) ( 0,23)
= 2,41 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.491) (2,9x10-3) (0.34)
= 9,12 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.504) (3,67x10-3) (0.53)
= 18,47 x 10-3 N
b) Percobaan 2
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,350) (2,1x10-3) ( 0,25)
= 3,46 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.463) (2,9x10-3) (0.36)
= 9,86 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.439) (3,67x10-3) (0.6)
= 0,01 x 10-3 N
c) Percobaan 3
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,38) (2,1x10-3) ( 0,22)
= 3,30 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.2) (2,9x10-3) (0.36)
= 3,93 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.111) (3,67x10-3) (0.56)
= 0,02 N
GLISERIN
a) Percobaan 1
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,33) (2,1x10-3) ( 0,25)
= 3,26403 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.36) (2,9x10-3) (0.44)
= 8,65 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.43) (3,67x10-3) (0.6)
= 17,8388424 x 10-3 N
b) Percobaan 2
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,4) (2,1x10-3) ( 0,21)
= 3,323376 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.67) (2,9x10-3) (0.34)
= 12,44 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.32) (3,67x10-3) (0.8)
= 17,7005568 x 10-3 N
c) Percobaan 3
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,38) (2,1x10-3) ( 0,22)
= 3,3075504 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.48) (2,9x10-3) (0.33)
= 8,65 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.61) (3,67x10-3) (0.42)
= 17,71 x 10-3 N
VIII. GRAFIK
Pada Oli:
Percobaan 1
0.5
0.4
Kecepatan (m/s)
0.3
0.2
0.1
0
0.1 0.28 0.3 0.43 0.5 0.65 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2
waktu (s)
Percobaan 2
0.6
0.5
Kecepatan (m/s)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2
waktu (s)
Percobaan 3
0.5
0.4
Kecepatan (m/s)
0.3
0.2
0.1
0
0.1 0.2 0.3 0.44 0.5 0.69 0.7 0.8 0.9 1 1.12 1.2
waktu (s)
Pada Gliserin :
Percobaan 1
Grafik Kecepatan Terhadap Waktu
0.7
0.6
0.5
Kecepatan (m/s)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.1 0.25 0.34 0.4 0.59 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.12 1.2
waktu (s)
Percobaan 2
0.8
0.7
0.6
Kecepatan (m/s)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.1 0.25 0.3 0.44 0.59 0.6 0.7 0.81 0.9 1 1.1 1.2
waktu (s)
Percobaan 3
Grafik Kecepatan Terhadap Waktu
0.45
0.4
0.35
0.3
Kecepatan (m/s)
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.59 0.6 0.75 0.8 0.9 1 1.13 1.2
waktu (s)
3.Stopwatch
Berfungsi untuk menghitung
waktu jatuhnya bola bakelit.
Gambar Alat Fungsi
4.Jangka sorong
Berfungsi untuk mengukur
diameter luar dan dalam
tabung.
5.Mikrometer sekrup
Berfungsi untuk mengukur
diameter bola bakelit.
6.Mistar
Berfungsi untuk mengukur
tinggi tabung dan jarak jatuh
bola bakelit.
Gambar Alat Fungsi
7.Termometer
Berfungsi untuk mengukur
suhu iap-tiap fluida
8.Aerometer
Berfungsi untuk mengukur
kerapatan fluida gliserin dan
oli.
9.Neraca Digital
Berfungsi untuk menimbag
berat tiap bola bakelit.
Gambar Alat Fungsi
10.Kain Lap
Berfungsi untuk membersihkan
bagian luar tabung dan meja
dari tumpahan zat cair.
11.Gliserin
Sebagai bahan percobaan
Gambar Alat Fungsi
12.Oli
Sebagai bahan percobaan
13.Karet Gelang
Berfungsi untuk penanda baas
jatuh bola bakelit pada tabung
ukur.
X. TUGAS AKHIR
1. Apakah akibatnya bila kecepatan bola relative besar terhadap fluida?
= Bertambah besar kecepatan bola mengakibatkan bertambah gaya stokes
pada bola tersebut sehingga pada akhirnya bola tersebut akan bergerak
dengan kecepatan tetap.
2. Sebutkan dan jelaskan contoh penerapan hukum stokes pada dunia
Industri?
= Mesin Hidrolik pengangkat mobil berguna untuk mengangkat mobil
Ketika akan di service atau di Doorsmeer
3. Apakah yang mempengaruhi kecepatan suatu benda di dalam fluida,
Jelaskan?
= Seberapa berat bendz yang dimasukkan ke dalam fluida.
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Apabila sebuah benda padat dan mempunyai massa jenis dijatuhkan
pada permukaan zat cair, maka benda pdat tersebut akan mendapatkan
percepatan
2. Apabila kecepatan benda yg jatuh ke permukaan zat cair semakin
besar maka agaya stokes yg bekerja padanya juga bertambah bessar
3. Suatu benda yg jatuh kepermukaan zat cair pada umumnya
kecepatannya konstan
B. Saran
1. Ruangan praktikum masing-masing modul agar dipisah supaya lebih
focus
Search, F.W, 1984, mekanika panas dan bunyi penerbit Bima cipta, Jakarta
I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu,28 Mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 08.00 – 12.00 WIB
Bila pada rangkaian di atas dialiri arus maka akan terjadi endapan Cu pada
katoda. Jumlah Cu yang mengendap sebanding dengan arus yang lewat, sehingga
voltmeter dapat dipakai sebagai amperemeter.
2. TEORI TAMBAHAN
Voltmeter merupakan alat untuk mengukurbesar tegangan listrik dalam
suatu rangkaia listrik. Alat ini yang akan berperan penting dalam
elektrokimia ini.
1) Elektrokimia
Adalah kajian mengenai proses perubahan antara tenaga kimia
dengan tenaga listrik. Sesuai dengan Namanya, metode elektrokimia adalah
metode yang didasarkan pada reaksi redoks yakni gabungan dari reaksi
reduksi dan oksidasi yang berlangsung pada elektroda yang sama atau
berbeda dalam suatu elektrokimia.
2) Redoks
Adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi atom
– atom adalah sebuah reaksi kimia. Reaksi redoks terdiri dari reaksi reduksi
dan reaksi oksidasi
3) Katoda dan Anoda
Katoda (negative) tempat terjadinya reaksi redoks (reduksi) C O2+ ¿¿
+ 2 e = CO (melelpas)
Anoda (positif) tempat terjadinya reaksi oksidasi S O2−¿¿ +2 e = SO4
( mengambil electron) Elektron Keluar dari Power Supply
Contoh Soal :
Larutan NaCl
Jawab : Elektrolis larutan NaCl electrode C reaksi ionisasi NaCl
−¿¿
NaCl → Na+¿+Cl ¿
3. TEORI KESALAHAN
Dalam praktikum tentang voltmeter ini, baik didalam pelaksanaan
praktikum maupun dalam pengolahan data yang telah dikumpul, terdapat
kesalahan - kesalahan tertentu yang mungkin terjadi yaitu :
1) Ketidaktelitian pada saat membersihkan katoda tembaga
2) Ketidaktepatan pada saat menyalakan stopwatch bersamaan dengan power
supply dinyalakan
3) Penyusunan rangkaian voltmeter tembaga yang salah dan tidak tepat
4) Pada saat terbentuk endapan Cu setelah 10 menit, cara mengangkat katoda
yang telah dapat endapan Cu dilakukan dengan tidak hati hati sehingga
endapan Cu terkikis, hal ini dapat menyebabkan perhitungan tidak tepat
yang dipengaruhi oleh masa endapan menjadi tidak akurat
5) Kerusakan pada alat-alat percobaan, khususnya pada rangkaian voltmeter
tembaga.
V. Prosedur Percobaan
1. Menggosokkan katoda dengan kertas amplas hingga cukup bersih.
2. Mencuci katoda dengan air, mengolesi dngan alcohol, kemudian
Menimbang katoda itu dengan teliti dengan menggunakan neraca
digital.
3. Memanaskan / mengeringkannya di atas api alkohol / spritus (tak di
bakar)
4. Membungkus katoda dengan kertas yang bersih agar tidak kotor lagi.
5. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2 dengan polaritas yang benar.
Perlu diingat pergunakanlah lebih dahulu katoda pertolotongan.
DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR
∆𝑚
a) Massa tembaga (Mcu) =
= 63,54 = 0,01888574127𝑔𝑟
𝐴𝑟 𝐶𝑢 1,2
∆𝑚
a) Massa tembaga (Mcu) =
= 63,54 = 0,03808624489 𝑔𝑟
𝐴𝑟 𝐶𝑢 2,42
= 63,54 = 0,04579792257 𝑔𝑟
𝐴𝑟 𝐶𝑢 2,91
3.0
120, 2
2.0
1.0
0.0
0 50 100 150 200 250 300
t (s)
4.0E+22
612, 3.686.E+22
N (m0l)
3.0E+22 mol
2.0E+22
2. Amperemeter
Berfungsi untuk mengukur kuat
arus
5. Kepingan tembaga
Kepingan tembaga yan terdiri
dari Katoda dan Anoda ,
Katoda berfungsi sebagai kutub
negative Dan Anoda sebagai
kutub pisitif.
6. Alkohol
Berfungsi sebagai pembersih
lempengan katoda.
Gambar Alat Fungsi
7. Alat pembakar (spritus)
Berfungsi sebagai pemanas dan
pengering lempeng katoda
8. Kertas pasir
Berfungsi untuk mengosok
lempengan katoda dan anoda
yang dari sisa endapan
11. Stopwatch
Berfungsi untuk penghitung
waktu
12. Mancis
Berfungsi sebagai sumber
panas untu menghidupkan
spritus
Gambar Alat Fungsi
13. Tang
Berfungsi sebagai alat
pembengkok besi pada garis
rambut (G)
B. Saran
1. Waktu penulisan laporan agar lebih di perpanjang.
2. Perlengkapan bahan dan alat, agar perhitungan soal atau data yang
dilakukan dapat lebih akurat.
3. Dalam praktikum dasar tentang voltmeter tembaga, diharapkan
praktikan berhati-hati ketika mengambil atau menyalakan api pada
katoda dan anoda agar tidak terkena panas.
XII. DAFTAR PUSTAKA
http://duniafisika.com
Tim pengusaha kimia, 2002.lembar kerja siswa kimia smf 2.A SMA klaten luran
pariwara
I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 7.30 - Selesai
𝐸 = 𝑉. 𝐼. 𝑡 ...................................................(1)
𝐸 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇 .....................................................(2)
𝐸 = (𝑚𝑎𝑐𝑎 + 𝑚𝑘𝑐𝑘)∆𝑇......................................(3)
Dengan :
𝑚𝑎 : massa air (kg)
𝑐𝑎 : kalor jenis air (Jkg−1K−1)
𝑚𝑘 : massa kalorimeter (kg)
𝑐𝑘 : kalor jenis bahan kalorimeter
(Jkg−1Co−1 atau Jkg−1K−1)
∆𝑇 : perubahan suhu (Co atau K)
Bila disamakan energi listrik (pers (1)) dengan pers (3) maka di peroleh :
Qlepas = Qditeima
Qair panas = Qair dingin + Qkalori meter
m.c (Tp – Tc) = M2.c (Tc – Ta) + (Tc – Ta)
Keterangan :
m1 = massa air panas
m2 = massa air dingin
e = kalor jenis air
c = kapsitas kalori meter
Tp = suhu air panas
Tc = suhu air campuran
Ta = suhu air dingin
KALORIMETER
DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR
Diketahui :
ΔT = 8 menit
Ca = 1 kal/gram °C
Ck = 0.214 kal/gram °C
Cp = 0.11 kal/gram °C
k = 0.015
Ditanya :
1. H
2. Q
3. Qz
Jawab :
8 Menit
40
35
30
25
20
Ta C
15
10
0
100 200 300 400 500 600 700
Watt
12 Menit
50
45
40
35
30
25
Ta C
20
15
10
5
0
100 200 300 400 500 600 700
Axis Title
Watt
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
Berfungsi sebagai
wadah air es.
Gambar Alat Fungsi
Berfungsi untuk
mengeringkan alat – alat
praktikum.
X. Tugas Akhir Dan Pertanyaan
1. Definisikan nilai bahang (c), Berikan Satuan dalam SI
2. Jelaskan bagaimana daya listrik dalam kawat hambatan berubah menjadi
panas
3. Tuliskan Azas black dan syarat apakah yang harus dipenuhi
Jawab :
1. (c) adalah kalor jenis yaitu jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu satu gram zat sebesar satu dengan celcius. Satuannya dalam SI adalah
J/kg° C
2. p=V 2 /R , Jadi semakin kecil hambatan maka semakin besar daya listrik
pada kawat tersebut
w= p . t dalam 1 kawat = 3,6 mj, Sedangkan energi listrik dapat berubah
menjadi energi panas karena dalam 4,7 Joule terdapat 1 kalori. Jadi dalam
3,6 Mj terdapat 857.143 kalori maka semakin besar energi listrik yang
digunakan semakin besar pula nilai energi panas pada kawat
3. Azas black adalah prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan oleh
Joseph Black dalam hal ini menjabarkan :
Jika 2 buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan 1 benda yang
panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya
sama
Jumlah Kalor yang diserap benda dingin dan dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas
Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor
yang diserap bila dipanaskan.
XI. Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
1. Kalor yang diberikan kepada suatu zat digunakan untuk menaikkan
suhu dan mengubah wujud zat.
2. Kalor berpindah secara konveksi
3. Perbandingan suhu dan waktu berbanding lurus.
B. Saran
1. Sebaiknya ruang untuk masing-masing modul dipisah agar para
mahasiswa bisa lebih fokus dalam melaksanakan praktikum.
2. Waktu praktikum dan pengumpulan laporan jangan terlalu cepat.
XII. DAFTAR PUSTAKA