Anda di halaman 1dari 146

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

Diselesaikan Untuk Melengkapi Tugas-tugas


dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Disusun Oleh :
KELOMPOK C7
AIRA ANJAS MAULANA 2107210001
MUHAMMAD RIZAL DESTIANSAH HARAHAP 2007210011
ALFATH HUSAINI 2107210023
ROSA MARWA NASUTION 2107210035
MUHAMMAD DICKY PRADANA 2107210067
RICKY HUSEIN PULUNGAN 2107210080
HASANUL ARIFIN 2107210082

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Diselesaikan Untuk Melengkapi Tugas-tugas


dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Disusun Oleh :
KELOMPOK C7
AIRA ANJAS MAULANA 2107210001
MUHAMMAD RIZAL DESTIANSAH HARAHAP 2007210011
ALFATH HUSAINI 2107210023
ROSA MARWA NASUTION 2107210035
MUHAMMAD DICKY PRADANA 2107210067
RICKY HUSEIN PULUNGAN 2107210080
HASANUL ARIFIN 2107210082

DISAHKAN OLEH :

(Muharnif M. S.T., M.Sc)


DIKETAHUI OLEH:
ASISTEN PRAKTIKUM

RIDHO SYAPUTRA TOLO FAHRI FADILLAH NASUTION


Pesawat Atwood Modulus Elastisitas

FAUZAN WAHYU PUTRA MUHAMMAD ZULHAM


Hukum Stokes Jembatan Wheatstone

NURUL MAULANA FADILLA SIMBOLON


RYAN HELMIN FAU
Kalori Meter
Voltemeter Tembaga

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah Hirobbil Alamin rasa syukur saya ucapkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua,
sehingga kami dapat menyelesaikan Praktikum Fisika Dasar, yang dilaksanakan di
Laboratorium Fisika Dasar Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Jln.
Kapten Muchtar Basri No. 3 Medan.
Dimana Praktikum ini adalah suatu silabus mata kuliah yang harus
dilaksanakan mahasiswa/i Teknik Sipil dan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Studi Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Dan hasil akhir Praktikum ini dilampirkan pada
sebuah laporan wajib diselesaikan untuk peserta praktikum.
Dalam penulisan laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan
baik dalam penulisan maupun dalam susuan kalimat yang mana kami menerima
kritikan dan saran dari pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Dalam kesempatan ini dengan segenap hati kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan
kepada kami di dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada :
1. Kedua orang Tua kami yang telah memberikan kasih sayangnya dan
dukungan yang tidak ternilai harganya, sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan ini.
2. Bapak Munawar Alfansury Siregar S.T.,M.T, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Fahrizal Zulkarnain, S.T., M.T, selaku ketua jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Bapak Muharnif M. S.T., M.Sc selaku kepala Lab. Fisika Dasar Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Birokrasi Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
6. Saudara Ridho Syaputra Tolo, Fauzan Wahyu Putra, Ryan Helmin Fau, Fahri
Fadillah Nasution, Muhammad Zulham, dan Nurul Maulana Fadilla Simbolon Selaku
Asisten Praktikum Fisika Dasar.
Dimana yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan praktikum hingga
penulisan laporan ini, juga memberi teori – teori di Laboratorium.
7. Kelompok C7 yang telah banyak bekerja sama sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini.
8. Rekan – rekan mahasiswa/i Sipil atas segala masukan dan saran yang berguna
bagi kami.

Akhirnya kami mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi


kami dan para pembaca. Dan akhirnya kepada Allah SWT kami serahkan
segalanya tercapainya keberhasilan yang sepenuhnya.
Wasalamu`alaikum Wr.Wb

Medan, 18 Juni 2022

KELOMPOK C7
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PESAWAT ATWOOD


I. WAKTU PERCOBAAN
II. MAKSUD DAN TUJUAN
III. ALAT - ALAT
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
2. TEORI TAMBAHAN
V. PROSEDUR PERCOBAAN
VI. TABEL DATA
VII. ANALISA DATA
VIII. GRAFIK
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
X. TUGAS AKHIR
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
XII. DAFTAR PUSTAKA

BAB 2 MODULUS ELASTISITAS


I. WAKTU PERCOBAAN
II. MAKSUD DAN TUJUAN
III. ALAT - ALAT
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
2. TEORI TAMBAHAN
V. PROSEDUR PERCOBAAN
VI. TABEL DATA
VII. ANALISA DATA
VIII. GRAFIK
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
X. TUGAS AKHIR
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
XII. DAFTAR PUSTAKA
BAB 3 JEMBATAN WHEATSTONE
I. WAKTU PERCOBAAN
II. MAKSUD DAN TUJUAN
III. ALAT - ALAT
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
2. TEORI TAMBAHAN
V. PROSEDUR PERCOBAAN
VI. TABEL DATA
VII. ANALISA DATA
VIII. GRAFIK
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
X. TUGAS AKHIR
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
XII. DAFTAR PUSTAKA

BAB 4 HUKUM STOKES

I. WAKTU PERCOBAAN
II. MAKSUD DAN TUJUAN
III. ALAT - ALAT
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
2. TEORI TAMBAHAN
V. PROSEDUR PERCOBAAN
VI. TABEL DATA
VII. ANALISA DATA
VIII. GRAFIK
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
X. TUGAS AKHIR
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
XII. DAFTAR PUSTAKA

BAB 5 VOLTMETER TEMBAGA


I. WAKTU PERCOBAAN
II. MAKSUD DAN TUJUAN
III. ALAT – ALAT
1. TEORI
2. TEORI DASAR
3. TEORI KESALAHAN
IV. TEORI TAMBAHAN
V. PROSEDUR PERCOBAAN
VI. TABEL DATA
VII. ANALISA DATA
VIII. GRAFIK
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
X. TUGAS AKHIR
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
XII. DAFTAR PUSTAKA

BAB 6 KALORI METER


I. WAKTU PERCOBAAN
II. MAKSUD DAN TUJUAN
III. ALAT - ALAT
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
2. TEORI TAMBAHAN
V. PROSEDUR PERCOBAAN
VI. TABEL DATA
VII. ANALISA DATA
VIII. GRAFIK
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI
X. TUGAS AKHIR
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
XII. DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PESAWAT ATWOOD

I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu. 28 Mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 13.00 – 14.00 WIB

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Mempelajari pengunaan Hukum Newton II.
2. Mempelajari gerak lurus beraturan dan berubah beraturan.
3. Menentukan momen inersia/katrol.
4. Menentukan momen gaya atau torsi

III. ALAT – ALAT DAN BAHAN


1. Pesawat Atwood lengkap:
- Tiang Berskala
- 2 Beban Dengan Tali
- Beban Tambahan (2 Buah)
- Katrol
- Penjepit Beban
- Penyangkut Beban
- Meja Akhir
2. Jangaka sorong
3. Stopwatch
4. Neraca Digital
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
Pesawat atwood merupakan alat eksperimen yang sering digunakan
untuk mengamati hukum mekanika pada gerak yang dipercepat secara
beraturan. Sederhananya pesawat atwood tersusun secara atas 2 benda yang
terhubung dengan sekitar kawat/tali. Bila kedua benda massanya sama,
keduanya akan diam. Tapi bila salah satu lebih besar (misalnya m1>m2)
maka kedua akan bergerak kearah I dengan dipercepat.
Hukum Newton 1 menyatakan, jika resultan gaya yang bekerja pada
suatu system adalah (benda) sama dengan nol, maka system dala keadaan
semula. Sedangkan Hukum Newton II memberikan pengertian bahwa:
2. Arah percepatan benda-benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda.
3. Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya.
4. Bila gaya bekerja pada beban, maka beban mengalami percepatan dan
sebaliknya, bila benda mengalami percepatan tentu ada gaya
penyebabnya.

Untuk percepatan yang tetap/konstan, maka berlaku persamaan gerak


yang disebut “gerak lurus berubah beraturan”. Bila sebuah benda bergerak
melingkar melalui porosnya, maka pada gerak melingkar ini berlaku
persamaan-persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan-persamaan
gerak linier.
Dalam hal ini ada besaran fisis “Momen Inersia” (momen
kelengkapan) I yang ekivalen dalam besaran fisis “massa” m pada gerak
linier. Momen Inersia I suatu benda terhadap poros tertentu harganya
sebanding dengan massa benda tersebut dan sebanding dengan ukuran atau
jarak benda pangkat dua terhadap poros.

I ~ m
I ~ r²
berlaku pesamaan :

a= m3
m+m
1 2
g + (I / r 2 )
 m3

Pada saat m1 di P dijepit m2, m3 di A, jika kemudian m1 dilepas mata


m2+m3 akan turun dari A ke B dengan gerak dipercepat. Pada saat melalui
B, m3 akan tertinggal maka gerak dari B ke C merupakan gerak lurus
beraturan.

2. TEORI TAMBAHAN
Gerak lurus adalah jarak suatu objek yang lintasannya berupa garis
lurus. Dapat pula jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi beraturan.
Pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama.
Gerak lurus dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus
berubah beraturan, yang dibedakan dengan ada dan tidaknya percepatan.
A. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu objek, dimana
dalam gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan sehingga jarak
yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.
S=v.t

Dimana :
S = Jarak Tempuh (m)
V = Kecepatan (m/s)
T = Waktu (s)

B. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu objek,
dimana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan
yang tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak
lagi linier melainkan kuadratik.

𝑉 = 𝑉o + 𝑎. 𝑡
Dimana :
V0 = Kecepatan Awal (m/s)
V = Kecepatan (m/s)
a = Percepatan
(m/s) t = Waktu (s)
Dengan arti dan satuan dalam SI:

1
𝑆 = 𝑉o. 𝑡 + 𝑎. 𝑡2
2

Dimana :
V0 = Kecepatan Awal (m/s)
V = Kecepatan (m/s)
a = Percepatan
(m/s) t = Waktu (s)

C. Hukum Newton
Hukum newton adalah hukum gerak fisika yang menjadi dasar
mekasik klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Bunyi hukum
newton:
1. Hukum 1 Newton
“Apabila resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan no,
maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam dan benda yang
mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus
beraturan.”
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

∑F = 0

Dimana;
∑F = Resultan gaya (N)

2. Hukum II Newton
“Apabila resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka akan
dihasilkan suatu perepatan dalam aeah yang sama dengan resultan
gaya. Besarnya percepatan tersebut berbanding lurus terhadap resultan
gaya yang berbanding terbalik terhadap massanya.”
Secara matematis ditulsikan sebagai berikut:

∑F
𝑎= 𝑚

Dimana:
∑F = Resultan gaya (N)
m = Massa (Kg)
a = Percepatan (m/s2)

3. Hukum III Newton


“Apabila benda pertama mengerjakan gaya terhadap benda kedua
maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada benda pertama yang
besarnya sama, tetapi dengan arah yang berlawanan dengan arah gaya
dari benda pertama.”
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

F aksi = -F reaksi

D. Momen Inersia
Momen inersia adalah besaran untuk mengukur tingkat
kelembaman suatu benda yang berputar pada porosnya konsep dari
momen inersia adalah mengalikan massa partikel dengan kuadrat jari-jari
partikel terhadap poros benda. Sehingga dapat dituliskan:

I = Σ Mn . Rn²

Dimana :
I = Momen Inersia (kgm²)
M = Massa Benda (kg)
R = Jari-jari (m)
Dalam percobaan ini akan digunakan rumus:

I = r² (m.g / 2) – (m1 + m2 + m3)


E. Torsi
Torsi atau momen gaya adalah besaran yang menyebabkan benda
bergerak melingkar pada porosnya. Torsi memiliki nilai positif jika
benda berputar searah dengan putaran jarum jam. Sebaliknya, torsi
memiliki nilai negative jika benda berputar berlawanan dengan arah
jarum jam.
Nilai torsi dapat ditentukan dengan rumus berikut:

τ=r.F
τ = r . F . sin Q

Dimana :

τ = Torsi (Nm)
F = Gaya (N)
r = Lengan Momen (m)
Q = Sudut Putaran (º)

Dalam percobaan ini, berdasarkan Hukum II Newton maka nilai Torsi


ditentukan dengan rumus:
τ =I.α

Dimana :

τ = Torsi (Nm)

I = Momen Inersia (kgm²)


α = Percepatan Sudut (rad/s)
V. Prosedur Percobaan
A. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
1. Menimbang beban m1, m2, dan m3.
2. Meletakkan beban m1 pada meja awal.
3. Beban m2 dan m3 terletak pada kedudukan (A).
4. Mencatat kedudukan penyangkut beban (B) dan Meja (C) secara tabel.
5. Mencatat hasil A dan B secara tabel.
6. Bila beban dilepas dengan ukuran yang sudah ditetapkan, maka
catatlah waktu A dan B.
7. Mengulangi percobaan diatas dengan menggunakan beban m3.

Catatan: selama serangkaian pengamatan berlangsung jangan mengubah


kedudukan/jarak antara A dan B

B. Gerak Lurus Berubah Beraturan


1. Mengatur kembali seperti percobaan gerak lurus beraturan.
2. Catatlah waktu yang digunakan dari B ke C.
3. Mengulangi percepatan diatas dengan mengubah kedudukan C.
4. Mengulangi percobaaan diatas dengan menggunakan beban m3.
VI. TABEL DATA
A. GERAK LURUS BERATURAN
Tabel 1
No M2 + M3a Jarak A-C Waktu A-C (s)
(cm)
1 128,2 20 2,5
2 128,2 30 3,5
3 128,2 50 4,5
Tabel 2
No M2 + M3b Jarak A-C Waktu A-C
(cm)
1 130,2 50 6,65
2 130,2 50 7,25
3 130,2 50 0,55
B.GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN
Tabel 1
No M2 + M3a Jarak A-B Jarak B-C Waktu B-C (s)
(cm) (cm)
1 128,2 45 22 2,25
2 128,2 45 34 3,55
3 128,2 45 52 4,65
Tabel 2
No M2 + M3b Jarak A-B Jarak B-C Waktu B-C (s)
(cm) (cm)
1 130,2 40 20 0,65
2 130,2 40 30 0,75
3 130,2 40 50 0,85
KET :
M1 =119,90 gr D KATROL =10,65 cm
M2 =125,55gr
M3 =3,62gr
M3a =2,65gr
M3b =4,65gr
DIKETAHUI OLEH:
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR

(RIDHO SYAPUTRA TOLO )

VII. ANALISA DATA


𝑠
𝑣=
𝑡
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
 Tabel 1
𝑠 0.2 𝑚
1) 𝑣 = = = 0.08 𝑚/𝑠
𝑡 2.5 𝑠
𝑠 0.3 𝑚
2) 𝑣 = = = 0.08 𝑚/𝑠
𝑡 3.5 𝑠
𝑠 0.5 𝑚
3) 𝑣 = = = 0.11 𝑚/𝑠
𝑡 4.5 𝑠

 Tabel 2
𝑠 0.5 𝑚
1) 𝑣 = == 0.07 𝑚/𝑠
𝑡
6.65 𝑠
𝑠
0.5 𝑚
2) 𝑣 = = = 0.07 𝑚/𝑠
𝑡 7.25 𝑠
𝑠 0.05 𝑚
3) 𝑣 = = = 0.91 𝑚/𝑠
𝑡 0.91 𝑠

2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLB)


 Tabel 1
𝑠 0.67 𝑚
1) 𝑣 = = = 0.30 𝑚/𝑠
𝑡 2.25 𝑠
𝑠 0.79 𝑚
2) 𝑣 = = = 0.22 𝑚/𝑠
𝑡 3.55 𝑠
𝑠 0.97 𝑚
3) 𝑣 = = = 0.21 𝑚/𝑠
𝑡 4,65 𝑠

 Tabel 2
𝑠 0.60 𝑚
1) 𝑣 = = = 0.92 𝑚/𝑠
𝑡 3.65 𝑠
𝑠 0.70 𝑚
2) 𝑣 = = = 0.93 𝑚/𝑠
𝑡 0.75 𝑠
𝑠 0.90 𝑚
3) 𝑣 = = = 1.06 𝑚/𝑠
𝑡 0.85 𝑠
B. Percepatan (a)
𝑣
𝑎=
𝑡
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
 Tabel 1
𝑣 0.08 𝑚/𝑠
1) 𝑎 = = = 0.032 𝑚/𝑠2
𝑡 0.25 𝑠
𝑣 0.08 𝑚/𝑠
2) 𝑎 = = = 0.023 𝑚/𝑠2
𝑡 3.5 𝑠
𝑣 0.11 𝑚/𝑠
3) 𝑎 = = = 0.024 𝑚/𝑠2
𝑡 4.5 𝑠

 Tabel 2
𝑣 0.07 𝑚/𝑠
1) 𝑎 = = = 0.010 𝑚/𝑠2
𝑡 6.65 𝑠
𝑣 0.07 𝑚/𝑠
2) 𝑎 = = = 0.010 𝑚/𝑠2
𝑡 7.25 𝑠
𝑣 0.91 𝑚/𝑠
3) 𝑎 = = = 01.65 𝑚/𝑠2
𝑡 0,5 𝑠

2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


 Tabel 1
𝑣 0.30 𝑚/𝑠
1) 𝑎 = = = 0.13 𝑚/𝑠2
𝑡 2.25 𝑠
𝑣 0.22 𝑚/𝑠
2) 𝑎 = = = 0.06 𝑚/𝑠2
𝑡 3.55 𝑠
𝑣 0.21 𝑚/𝑠
3) 𝑎 = = = 0.04 𝑚/𝑠2
𝑡 4.65 𝑠

 Tabel 2
𝑣 0.92 𝑚/𝑠
1) 𝑎 = = = 1.41 𝑚/𝑠2
𝑡 0.65 𝑠
𝑣 0.93 𝑚/𝑠
2) 𝑎 = = = 1.24 𝑚/𝑠2
𝑡 0.75 𝑠
𝑣 1.06 𝑚/𝑠
3) 𝑎 = = = 1.25 𝑚/𝑠2
𝑡 0.85 𝑠
C. Gaya (F)
𝐹 =𝑚·𝑎
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
 Tabel 1
1) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1282 𝑘𝑔 · 0.032 𝑚/𝑠2 = 4.102 𝑥 10−3𝑁

2) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1282 𝑘𝑔 · 0.023 𝑚/𝑠2 = 2.948 𝑥 10−3𝑁

3) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1282 𝑘𝑔 · 0.024 𝑚/𝑠2 = 3.076 𝑥 10−3𝑁

 Tabel 2
1) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1302 𝑘𝑔 · 0.010 𝑚/𝑠2 = 1.302 𝑥 10−3𝑁

2) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1302 𝑘𝑔 · 0.010 𝑚/𝑠2 = 1.302 𝑥 10−3𝑁

3) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1302 𝑘𝑔 · 1.65 𝑚/𝑠2 = 2.148 𝑥 30−3𝑁

2. Gerak Lurus berubah Beraturan (GLBB)


 Tabel 1
1) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1282 𝑘𝑔 · 0.13 𝑚/𝑠2 = 1.666 𝑥 10−3𝑁

2) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1282 𝑘𝑔 · 0.06 𝑚/𝑠2 = 7.692. 𝑥 10−3𝑁

3) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1282 𝑘𝑔 · 0.04 𝑚/𝑠2 = 5.128 𝑥 10−3𝑁

 Tabel 2
1) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.01302 𝑘𝑔 · 1.41 𝑚/𝑠2 = 9.234 𝑥 10−3𝑁

2) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.01302 𝑘𝑔 · 1.24 𝑚/𝑠2 = 1.05 𝑥 10−2𝑁

3) 𝐹 = 𝑚 · 𝑎 = 0.1302 𝑘𝑔 · 1.25 𝑚/𝑠2 = 1.042 𝑥 10−3𝑁


D. Momen Inersia (I)
𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
𝐼= − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
 Tabel 1
𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
1) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎
0.053252 · 0.00265 · 9.8
= − (0.1199 + 0.1255 + 0.00265)
0.032𝑚/𝑠2
= −0.24579 𝑘𝑔𝑚2

𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
2) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎 2
0.05325 · 0.00265 · 9.8
= − (0.1199 + 0.1255 + 0.00265)
0.023 𝑚/𝑠2
= −0.24489 𝑘𝑔𝑚2

𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
3) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎 2
0.05325 · 0.00265 · 9.8
= − (0.1199 + 0.1255 + 0.00265)
0.024 𝑚/𝑠2
= −0.24503 𝑘𝑔𝑚2

 Tabel 2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
1) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎
0.002842 · 0.00465 · 9.8
= − (0,2501)
1,43 𝑚/𝑠2
= −0.25 𝑘𝑔𝑚2

𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
2) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎 2
0.00284 · 0.00465 · 9.5
= − (0.2501)
1,24 𝑚/𝑠2
= −0.2499 𝑘𝑔𝑚2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
3) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎 2
0.00284 · 0.00465 · 9.5
= − (0.2501)
1,25 𝑚/𝑠2
= −0.249 𝑘𝑔𝑚2

2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


 Tabel 1
𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
1) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎
0.002842 · 0.00265 · 9.8
= − (0.2481)
0.01978 0,13𝑚/𝑠2
= −0.2475 𝑘𝑔𝑚2

𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
2) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎 2
0.00284 · 0.00265 · 9.8
= − (0.2481)
0.06 𝑚/𝑠2
= −0.2468 𝑘𝑔𝑚2

𝑟2 · 𝑚3𝑎 · 𝑔
3) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑎)
𝑎 2
0.00284 · 0.00265 · 9.8
= − (0.2481)
0.04 𝑚/𝑠2
= −0.2463 𝑘𝑔𝑚2

 Tabel 2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
1) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎
0.053252 · 0.00465 · 9.8
= − (0,2501)
0.10 𝑚/𝑠2
= −0.2488 𝑘𝑔𝑚2
𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
2) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎 2
0.05325 · 0.00465 · 9.8
= − (0.2501)
0.02500 𝑚/𝑠2
= −0.2366 𝑘𝑔𝑚2

𝑟2 · 𝑚3𝑏 · 𝑔
3) 𝐼 = − (𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3𝑏)
𝑎 2
0.05325 · 0.00465 · 9.8
= − (0.2501)
1.636 𝑚/𝑠2

=−0.250 𝑘𝑔𝑚2
E. Torsi (τ)
𝑟 = 𝐼. 𝑎
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
 Tabel 1
1) 𝑟 = −0.23563 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01701 𝑚/𝑠2 = −4.007 𝑥 10−3𝑁𝑚
2) 𝑟 = −0.23455 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01486 𝑚/𝑠2 = −3.486 𝑥 10−3𝑁𝑚
3) 𝑟 = −0.23548 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01666 𝑚/𝑠2 = −3.923 𝑥 10−3𝑁𝑚
 Tabel 2
1) 𝑟 = −0.23694 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01350 𝑚/𝑠2 = −3.199 𝑥 10−3𝑁𝑚
2) 𝑟 = −0.23677 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01298 𝑚/𝑠2 = −3.072 𝑥 10−3𝑁𝑚
3) 𝑟 = −0.23678 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01301 𝑚/𝑠2 = −3.080 𝑥 10−3𝑁𝑚

2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


 Tabel 1
1) 𝑟 = −0.23669 𝑘𝑔𝑚2 · 0.01978 𝑚/𝑠2 = −4.681 𝑥 10−3𝑁𝑚
2) 𝑟 = −0.23823 𝑘𝑔𝑚2 · 0.02595 𝑚/𝑠2 = −6.182 𝑥 10−3𝑁𝑚
3) 𝑟 = −0.23829 𝑘𝑔𝑚2 · 0.02630 𝑚/𝑠2 = −6.267 𝑥 10−3𝑁𝑚
 Tabel 2
1) 𝑟 = −0.23882 𝑘𝑔𝑚2 · 0.02449 𝑚/𝑠2 = −5.849 𝑥 10−3𝑁𝑚
2) 𝑟 = −0.23887 𝑘𝑔𝑚2 · 0.02500 𝑚/𝑠2 = −5.972 𝑥 10−3𝑁𝑚
3) 𝑟 = −0.23902 𝑘𝑔𝑚2 · 0.02679 𝑚/𝑠2 = −6.404 𝑥 10−3𝑁𝑚
VIII. GRAFIK
Tabel 1

Grafik Kecepatan Terhadap Waktu


0.12

0.1

0.08
V (m/s)

0.06

0.04

0.02

0
0.5 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5
t (s)

Tabel 2

Grafik Kecepatan Terhadap Waktu


1
0.9
0.8
0.7
0.6
V (m/s)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.25 0.55 1.25 2.55 3.65 5.65 6.65 7.25 8.55
t (s)
Tabel 3

Grafik Kecepatan Terhadap Waktu


0.35

0.3

0.25

0.2
V (m/s)

0.15

0.1

0.05

0
1.25 2.25 3.55 4.65 6.25 7.55
t (s)

Tabel 4

Grafik Kecepatan Terhadap Waktu


1.2

0.8
V (m/s)

0.6

0.4

0.2

0
0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9
t (s)
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI

Gambar Alat Fungsi


1. Stopwatch
Berfungsi sebagai alat
penghitung waktu pada
percobaan.

2. Katrol
Berfungsi sebagai alat memutar
dan naik turun bahan dengan
tali.

3. Jangka Sorong
Berfungsi untuk mengukur
panjang, diameter luar maupun
diameter dalam suatu benda.
Gambar Alat Fungsi
4. 2 Beban Dengan Tali
Berfungsi sebagai beban yang
akan diuji.

5. Penyangkut Beban
Berfungsi sebagai tempat
bersangkutnya beban dan
sebagai posisi awal terjadinya
gerak lurus beraturan.

6. Beban Tambahan 2 Buah


Berfungsi sebagai beban
tambah pada percobaan.
Gambar Alat Fungsi
7. Tiang Berskala
Berfungsi sebagai tempat
mengatur jarak benda pada tiap
percobaan.

8. Neraca Digital
Berfungsi untuk menimbang
massa beban.
X. TUGAS AKHIR
1. Tentukan besar kecepatan gerak beraturan tersebut secara hitung dan
grafik.
2. Apakah grafik tersebut benar-benar buat mengingat ketentuan alat.
3. Tentukan besar percepstan grafik besaran gerak berubah beraturan
tersebut secara grafik dan hitunglah.
4. Dari hasil ini apakah hukum newton benar-benar berlaku, berikan
alasannya.
5. Bandingkan nilai-nilai percepatan yang didapat dan menggunakan beban
tambahan yang berbeda.
6. Tentukan momen massa katrol, ambil percepatan gravitasi setempat 9,78
m/det.

Penyelesaian:
1. Sudah terlampir pada analisa dan grafik.
2. Karena gerak tersebut dimulai dengan kecepatan sesaat hingga kecepatan
maksimum.
3. Sudah terlampir pada data.
4. Hukum newton benar-benar berlaku karena arah percepatan pada benda
kerja.
5. Sudah terlampir pada data.
6. Sudah terlampir pada data.
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
- Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda tersebut.
- Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya.
- Bila gaya yang bekerja pada beban, maka benda akan mengalami
percepatan dan sebaliknya. Bila benda mengalami percepatan tentu
ada gaya yang bekerja pada beban tersebut.

2. Saran
- Waktu pelaksanaan sangat singkat dan perlu diberi tambahan waktu.
- Laporan praktikum terlalu cepat dikumpul, dimohon diberi dispensasi
waktu.
- Peralatan praktikum dimohon dilengkapi/diperbanyak.
XII. DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/amPLS/rumushitung.com//2013//09//FisikaDasar-Hukum

Newton.html

Erlangga, Fisika Dasar 1, 2013, Surabaya

Modul Praktikum Fisika Dasar Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Sorojo Ganjijati, 2002, Fisika Dasar Mekanika Jakarta, Salemba

Ishaq Muhammad, 2007, Fisika Dasar edisi Kedua, Yogyakarta

Triple, Poul A, 2005, Fisika untuk Sains, Jakarta, Erlangga.


BAB 2
MODULUS ELASTISITAS

I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 13.00 – 14.00 WIB

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Menentukan Modulus Elastisitas (E) berbagai alat padat dengan pelenturan.

III. ALAT – ALAT DAN BAHAN


1. Meja (M)
2. Tumpuan (T)
3. Kait dengan tumpuan (K)
4. Beban (B)
5. Skala dengan cermin (S)
6. Garis rambut (G)
7. Batang yang akan diuji (R)
8. Tang
9. Meteran
10. Loop (Kaca pembesar)
11. Jangka Sorong
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
Batang diletakkan diatas tumpuan (T) dan kait (K) dipasang ditengah-
tangah batang pada kait (K) diberikan beban (B) yang diubah-ubah
besarnya. Pada kait (K) terdapat garis rambut (G). Di belakang garis rambut
(G) ditempatkan skala dengan cermin disampingnya.

R G

Bila B ditambah atau dikurangi, maka G akan turun atau naik.


Kedudukan G dapat dibaca pada skala cermin (S). Untuk mengurangi
kesalahan paralatis, maka pembacaan harus diusahakan agar berhimpit
dengan bayangannya pada cermin.
L
f

Pelenturan f (pada penambahan beban) :

𝐵𝐿3 𝐵𝐿3
ƒ= =
48𝐸𝐼 4𝐸𝑏ℎ3

Dimana :
E = Modulus Elastisitas
B = Beban
b = Lebar batang
h = Tebal batang
L = Panjang batang antara 2 tumpuan
I = Momen inersia linear batang terhadap garis netral
2. TEORI TAMBAHAN
Elastisitas merupakan kemampuan benda untuk kembali kebentuk
awalnya setelah gaya luar yang diberikan kepadanya dihilangkan atau
dibebaskan. Misalnya pada sebuah pegas yang digantungkan dengan beban
pada salah satu sisi ujungnya, akan kembali ke bentuk semula jika beban
tersebut kita ambil kembali. Benda-benda elastisitas mempunyai batas
elastis tertentu, benda yang tidak elastis disebut plastis. Umumnya setiap
benda mempunyai sifat elastisitas. Sifat ini muncul jika gaya yang diberikan
pada elastisitas sudah melewati batas elastisitas benda. Benda yang bersifat
elastis sempurna yaitu mampu mempunyai batas limit elastik sehingga jika
melebihi dari limit elastik maka benda akan kembali ke bentuk semula.
Tegangan (stress) didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan oleh
benda untuk kembali ke bentuk semulanya atau gaya F yang diberikan pada
benda dibagi dengan luas penampang A tempat gaya tersebut bekerja.
Tegangan dirumuskan dengan :

𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝐺𝑎𝑦𝑎
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛g atau 𝜎 = 𝐹
𝐴

Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan N/m3


atau pascal. F adalah gaya (N) dan A adalah luas penampang (m2).
Perubahan relative dalam ukuran atau bentuk suatu benda karena
pemakaian tegangan disebut regangan (strain).

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛j𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑝𝑎𝑛j𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎
atau
∆𝐿
𝑒 = 𝐿𝑜

Hubungan antara tegangan dan regangan erat kaitannya dalam teori


elastisitas. Hukum Hooke dinamakan sesuai dengan nama pencetusnya yaitu
Robert Hooke. Ia menyatakan bahwa :
“Jika gaya titik tidak melampaui batas elastisitas pegas maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya”.
Pernyataan tersebut dikenal dengan nama Hukum Hooke dan dapat
ditulis melalui persamaan :

𝐹 = 𝑘 . ∆𝑥

Tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan susuatu regangan


tertentu bergantung pada sifat benda yang menerima tegangan tersebut.
Perbandingan tegangan terhadap regangan menghasilkan modulus
elastisitas. Semakin besar modulus semakin besar pula tegangan yang
diperlukan untuk tiap satu satuan regangan sehingga dapat dikatakan bahwa
modulus elastisitas (E) adalah perbandingan antara tegangan dan regangan.
Modulus elastisitas hanya dapat berubah dalam jumlah tertentu oleh
perlakuan panas atau pengerjaan dingin atau penambahan paduan tertentu.
Modulus Elastisitas umumnya diukur pada temperature tinggi dengan
metode dinamik.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengukur panjang batang beberapa kali.
2. Mengukur lebar (b) dan tebal (h) batang pada beberapa tempat yang
berbeda.
3. Mengukur massa benda (B)
4. Meletakkan batang diatas tumpuan, kemudian letakkan kait (k) ditengah-
tengah batang.
5. Meletakkan skala (S) dengan cermin dibelakang garis rambut (G)
6. Membaca kedudukan garis rambut pada keadaan ini.
7. Mencatat hasil bacaan
8. Menambahkan semua beban secara bertahap, membaca kedudukan garis
rambut (G) pada setiap penambahan beban sampai seluruh beban
terpasang.
9. Kemudian mengurangi beban satu persatu secara bertahap, membaca
kedudukan garis rambut (G) pada setiap pengurangan beban, mencatat
hasil pembacaan setiap pengurangan beban sampai seluruh beban
terlepas.
10. Mengulang percobaan dengan mengganti batang yang berbeda.
11. Setelah percobaan selesai, bersihkan alat dan rapikan alat yang telah
digunakan.
VI. TABEL DATA
MODULUS ELASTISITAS

Kelompok :C7 Tanggal Percoban : Sabtu, 28 Mei 2022


Anggota :

BATANG 1
b= 22,5mm h= 2,10 L = 82 cm
Jumlah Beban KEDUDUKAN G
(B) Penambahan Pengurangan Rata – rata (f)
0 0 0,4 0,2
0,5 1,8 0,7 2,15
1,5 3,5 3,4 3,45
1 5,2 4,3 4,75
2 6,7 6,6 6,65
2,5 8,7 9,8 9,25
3 10,6 10,4 10,5

BATANG 2
b= 25,9mm h= 3,10 L = 82 cm
Jumlah Beban KEDUDUKAN G
(B) Penambahan Pengurangan Rata – rata (f)
0 0 0,8 0,4
0,5 1,3 1 1,15
1,5 2,4 2 2,2
1 3,4 2,8 3,1
2 4,5 4,1 4,3
2,5 5,6 5 5,3
3 6,9 6 6,45

BATANG 3
b= 24,7 mm h= 3,15 L = 82 cm
Jumlah Beban KEDUDUKAN G
(B) Penambahan Pengurangan Rata – rata (f)
0 0 0,3 0,15
0,5 1,3 0,6 0,95
1,5 1,6 1,5 1,55
1 2,3 2 2,15
2 2,9 2,6 2,75
2,5 3,4 2,9 3,15
3 3,7 3,4 3,35

DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR

(FAHRI FADILLAH NASUTION)


VII. ANALISA DATA
Diketahui :
Batang 1 : b = 22,5 mm h = 2,10 mm L

Batang 2 : b = 25,9 mm h = 3,10 mm L

Batang 3 : b = 24,7 mm h = 3,15 mm L

Menghitung f (rata-rata)
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑓 (𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) = 2
Batang 1
0 𝑐𝑚 + 0,4 𝑐𝑚
ƒ = = 0,2 𝑐𝑚
1
2
1,8 𝑐𝑚 + 0,7 𝑐𝑚
ƒ = = 2,15 𝑐𝑚
2
2
3,5 𝑐𝑚 + 3,4 𝑐𝑚
ƒ = = 3,45 𝑐𝑚
3
2

5,2 𝑐𝑚 + 4,3 𝑐𝑚
ƒ4 = 2 = 4,75 𝑐𝑚
6,7 𝑐𝑚 + 6,6 𝑐𝑚
ƒ = = 6,65 𝑐𝑚
5
2
8,7 𝑐𝑚 + 9,8 𝑐𝑚
ƒ = = 9,25 𝑐𝑚
6
2
10,6 𝑐𝑚 + 10,4 𝑐𝑚
ƒ = = 10,5 𝑐𝑚
7
2

Batang 2
0 𝑐𝑚 + 0,8 𝑐𝑚
ƒ = = 0,4 𝑐𝑚
1
2
1,3 𝑐𝑚 + 1 𝑐𝑚
ƒ = = 1,15 𝑐𝑚
2
2
2,4 𝑐𝑚 + 2 𝑐𝑚
ƒ = = 2,2 𝑐𝑚
3
2
3,4 𝑐𝑚 + 2,8 𝑐𝑚
ƒ = = 3,1 𝑐𝑚
4
2
4,5 𝑐𝑚 + 4,1c𝑚
ƒ = = 4,3 𝑐𝑚
5
2
5,6 𝑐𝑚 + 5 𝑐𝑚
ƒ = = 5,3 𝑐𝑚
6
2
6,9 𝑐𝑚 + 6 𝑐𝑚
ƒ = = 6,45 𝑐𝑚
7
2

Batang 3
0 𝑐𝑚 + 0,3 𝑐𝑚
ƒ = = 0,15 𝑐𝑚
1
2
1,3 𝑐𝑚 + 0,6 𝑐𝑚
ƒ = = 0,95 𝑐𝑚
2
2
1,6 𝑐𝑚 + 1,5 𝑐𝑚
ƒ = = 1,55 𝑐𝑚
3
2
2,3 𝑐𝑚 + 2 𝑐𝑚
ƒ = = 2,15 𝑐𝑚
4
2
2,9 𝑐𝑚 + 2,6 𝑐𝑚
ƒ = = 2,75 𝑐𝑚
5
2
3,4 𝑐𝑚 + 2,9 𝑐𝑚
ƒ = = 3,15 𝑐𝑚
6
2
3,7 𝑐𝑚 + 3,4 𝑐𝑚
ƒ = = 3,55 𝑐𝑚
7
2
Menghitung Modulus Elastisitas (E)
𝐵𝐿3
𝐸=
4𝑓𝑏ℎ3

Batang 1
0(82)
E1= ¿
4(0,2)(2,25) ¿¿
0,5(82)
E2= ¿
4(1,25)(2,25) ¿¿

1(82)
E3 = ¿
4(2,95)(2,25) ¿ ¿
1,5(82)
E 4= ¿
4 (4,75)(2,25)¿¿

2(82)
E5 = ¿
4(6,65)(2,25)¿ ¿
2,5(82)
E6 = ¿
4( 9,25)(2,25) ¿ ¿

1,5 ( 82 )
E7 = ¿
4(10,5)(2,25)¿ ¿

Batang 2
0 ( 82 )
E1= ¿
4(0,4 )(2,59) ¿ ¿
0,5 ( 82 )
E2= ¿
4(1,15)(2,59) ¿¿
1 ( 82 )
E3 = ¿
4(2,2)(2,59) ¿¿
1,5 ( 82 )
E 4= ¿
4 (3,1)(2,59) ¿ ¿
2 ( 82 )
E5 = ¿
4( 4,3)(2,59)¿ ¿
2,5 ( 82 )
E6 = ¿
4(5,9)(2,59)¿ ¿
3 ( 82 )
E7 = ¿
4(6,45)(2,59)¿ ¿
Batang 3
0 ( 82 )
E1= ¿
4(0,15)(2,47) ¿ ¿

0,5 ( 82 )
E2= ¿
4(0,95)(2,47) ¿ ¿

1 ( 82 )
E3 = ¿
4(1,55)(2,47)¿ ¿

1,5 ( 82 )
E 4= ¿
4 (2,15)(2,47)¿ ¿
2 ( 82 )
E5 = ¿
4(2,75)(2,47) ¿ ¿
2,5 ( 82 )
E6 = ¿
4(3,15)(2,47) ¿ ¿
3 ( 82 )
E7 = ¿
4(3,05)(2,47) ¿ ¿
VIII. GRAFIK

Batang 1
3

2.5

1.5
E

0.5

0
1.25 2.95 3 4.75 5 6.65 7 8 9.25 10.5
F

Batang 2
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
E

0.4
0.3
0.2
0.1
0
1.15 2.2 3.1 4.3 5.9 6.45 7 8 9 10
F
Batang 3
1.6

1.4

1.2

0.8
E

0.6

0.4

0.2

0
1 1.55 2.15 2.75 3.15 6 7 8 9 10
F
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI

Gambar Alat Fungsi


1. Jangka Sorong
Berfungsi sebagai pengukur
lebar dan tebal batang

2. Kait dengan tumpuan (K)


Berfungsi sebagai alat untuk
menggantung beban

3. Beban (B)
Berfungsi sebagai pemberat
yang akan diuji pada batang
Gambar Alat Fungsi
4. Skala (S) dengan cermin
Berfungsi sebagai pengatur
pelentur pada batang/kayu

5. Garis rambut (G)


Berfungsi sebagai petunjuk
skala pada cermin

6. Batang Pencapit
Berfungsi sebagai tempat
percobaan penjepit benda
dengan meja
Gambar Alat Fungsi
7. Meteran
Berfungsi sebagai alat untuk
mengukur panjang batang

8. Loop (Kaca pembesar)


Berfungsi untuk melihat skala
pada cermin agar mudah dilihat
X. TUGAS AKHIR
1. Hitunglah b dan h rata-rata masing-masing batang
2. Hitunglah modulus elastisitas untuk tiap batang.
3. Buatlah grafik dalam Gaya (F) terhadap elastisitas (E) untuk setiap
batang.
4. Bandingkan hasil perhitungan (2) dan (3)
5. Berikan komentar atas percobaan ini mengenai (sumber kesalahan,
ketelitian, panjang L, jumlah beban dan sebagainya).
6. Apakah panjang batang perlu diukur? Jelaskan!

Penyelesaian :
1. Sudah terlampir dalam analisa data
2. Sudah terlampir dalam analisa data
3. Grafik sudah terlampir
4. Nilai rata-rata batang 2 lebih besar daripada nilai rata-rata batang 3, jadi
nilai modulud elastisitas batang 2 lebih kecil daripada nilai modulud
elastisitas batang 3.
5. Sumber kesalahan terletak pada ketelitian ukuran dan pada garis rambut
yang tidak mendekati nol pada skala dengan cermin.
6. Ya, karena panjang batang sangat mempengaruhi elastisitas batang.
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Besarnya modulus elastisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
panjang batang, berat beban, dan juga gaya gravitasi.
2. Semakin berat beban semakin tinggi terjadinya pelenturan pada
batang.
3. Semakin tipis batang maka semakin tinggi elastisitasnya.
4. Tebal dan lebar benda mempengaruhi elastisitasnya.

B. Saran
1. Perlengkapan praktikum dimohon diperbanyak/dilengkapi
2. Waktu pelaksanaan sangat singkat dan perlu diberi tambahan
waktunya.
3. Ruangan praktikum diperluas dan di tambah fasilitas pendingin
ruangan.
XII. DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad. 2020. Laporan Praktikum Fisika Dasar. Universitas


Muhammadiyah Sumatera Utara

Modul Praktikum Fisika Dasar, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Nurfauziawati. Files. Wordpress.com

Sina, Ibnu. 2019. Laporan Praktikum Fisika Dasar. Universitas Muhammadiyah


Sumatera Utara
BAB 3
JEMBATAN WHEATSTONE

I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 08.00 – 09.00

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Menentukan harga suatu hambatan dengan mempergunakan metode
“Jembatan Wheatstone”

III. ALAT – ALAT DAN BAHAN


1. Sumber arus/tegangan (DC)
2. Zerodetektor
3. Komutator
4. Kawat hambat
5. Kabel-kabel penghubung
6. Koil resesif
7. Resistor Box (Bangku hambat)
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
Suatu jembatan Wheatstone adalah suatu susunan rangkaian seperti
pada Gambar 1.

Bila prakteknya R1dan R2 dapatmerupakansebuahkawat A-B seperti


pada Gambar 2.
Dimana :
K = Komutatoruntukmengubaharaharus
RB = Hambatan yang di ketahui (dalam percobaan ini berupa hambatan)
RX = Hambatan yang harus di cari harganya
G = Galvanometer dihubungkan dengan C dan D
L = A-B = Kawat hambatan lurus pada sinar
ST = Sumber tegangan (power supply)

Dengan letak :
L1 disisi 1 denganhambatan R1
L2 disisi 2 denganhambatan R2
RB disisi 3 denganhambatan RB
RX disisi 4 denganhambatan RX

Jika dalam Galvanometer (G) menujuk nol, berarti bahwa tidak ada arus
yang melalui G, jika tidak ada beda potensial antara titik C dan D, sehingga
Vc= VD......................................................................................................(1)
Maka akan didapat persamaan :
Rx= (R2/R1) RB......................................................................................... (2)

Jika kawat A-B serba sama dengan hambatan P tiap satuan panjang maka
persamaan (2) menjadi :
Rx = ( L2 P/L1 P) RB , atau
Rx = ( L2 /L1 ) RB.................................................................................... (3)

Disini terlihat bahwa harga-harga yang diperlukan hanyalah perbanding


antara L1dan L2, atau panjang kawat antara BD dan AD.
2. TEORI TAMBAHAN
A. Hambatan
Alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter Christie pada 1833
dan meningkat kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada
tahun 1843. Ini digunakan untuk mengukur suatu yang tidak diketahui
hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari rangkaian
jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip
dengan aslinya potensiometer. Jembatan Wheatstone adalah suatu proses
menentukan nilai hambatan listrik yang presisi/tepat menggunakan
rangkaian Jembatan Wheatstone dan melakukan perbandingan antara
besar hambatan yang telah diketahui dengan besar hambatan yang belum
diketahui yang tentunya dalam keadaan Jembatan disebut seimbang yaitu
Galvanometer menunjukkan pada angka nol.
Resistansi (Resistance) atau lebih tepatnya disebut dengan
Resistansi Listrik (Electrical Resistance) adalah kemampuan suatu bahan
benda untuk menghambat atau mencegah aliran arus listrik. Seperti yang
kita ketahui bahwa arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian listrik dalam tiap satuan waktu yang
dikarenakan oleh adanya pergerakan elektron-elektron pada konduktor.
Maka Resistansi Listrik yang biasanya dalam bahasa Indonesia disebut
dengan Hambatan Listrik ini juga diartikan sebagai penghambat aliran
elektron dalam konduktor tersebut.
Nilai Resistansi atau nilai hambatan dalam suatu rangkaian listrik
diukur dengan satuan Ohm atau dilambangkan dengan simbol Omega
“Ω”. Sedangkan prefix atau awalan SI (Standar Internasional) yang
digunakan untuk menandakan kelipatan pada satuan resistansi tersebut
adalah kilo Ohm, Mega Ohm dan Giga Ohm.
1 Giga Ohm = 1.000.000.000 Ohm (109 Ohm)
1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm (106 Ohm)
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm (103 Ohm)
Pada dasarnya, setiap bahan penghantar atau konduktor memiliki
sifat yang menghambat arus listrik, besaran hambatan listrik pada suatu
penghantar atau konduktor dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
 Jenis bahan – contohnya Tembaga memiliki nilai resistansi yang
lebih rendah dibandingkan dengan baja.
 Suhu – Nilai resistansi akan meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu pada penghantar.
 Panjang penghantar – Semakin panjang suatu penghantar, semakin
tinggi pula nilai resistansinya.
 Luas penampang – Semakin kecil diameter suatu penghantar,
semakin tinggi pula nilai resistansinya.
Komponen elektronik yang berfungsi sebagai penghambat arus
listrik ini adalah Resistor. Resistor dalam suatu rangkaian elektronika
dapat berfungsi untuk menghambat atau mengurangi aliran arus listrik
dan sekaligus juga bertindak untuk menurunkan level tegangan listrik di
dalam rangkaian.

B. Kode Warna Resistor


C. Tegangan
Tegangan listrik adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik
dalam rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini
mengukur energi potensial dari sebuah medan listrik yang
mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik.
Tergantung pada perbedaan potensial listriknya, suatu tegangan listrik
dapat dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.
Secara definisi tegangan listrik menyebabkan objek bermuatan listrik
negatif tertarik dari tempat bertegangan rendah menuju tempat
bertegangan lebih tinggi. Sehingga arah arus listrik konvensional di
dalam suatu konduktor mengalir dari tegangan tinggi menuju tegangan
rendah.
Tegangan listrik dapat juga dianggap sebagai gaya yang
mendorong perpindahan elektron melalui konduktor dan semakin tinggi
tegangannya semakin besar pula kemampuannya untuk mendorong
elektron melalui rangkaian yang diberikan. Muatan listrik dapat kita
analogikan sebagai air di dalam sebuah tangki air, sedangkan Tegangan
listrik dapat kita analogikan sebagai tekanan air pada sebuah tangki air,
semakin tinggi tangki air di atas outlet semakin besar tekanan air karena
lebih banyak energi yang dilepaskan. Demikian juga dengan tegangan
listrik, semakin tinggi tegangan listriknya maka semakin besar energi
potensial yang dikarenakan semakin banyak elektron yang dilepaskan.
Apabila pada saat dua distribusi muatan listrik yang dipisahkan
oleh jarak tertentu, maka akan terjadi kekuatan listrik diantara keduanya.
Jika distribusinya memiliki muatan yang sama (kedua-duanya positif atau
keduaduanya negatif) maka saling berlawanan atau saling tolak menolak.
Namun apabila dua distribusi muatan berbeda (satu positif dan satunya
lagi negatif) maka akan menyebabkan gaya yang saling tarik-menarik.
Pada saat kedua distribusi muatan tersebut disambungkan dengan
rangkaian atau beban yang unit positifnya sedikit maka unit positif
tersebut akan dipengaruhi oleh kedua distribusi muatan tersebut.
D. Kuat Arus
Arus listrik adalah sebuah aliran yang terjadi akibat jumlah muatan
listrik yang mengalir dari satu titik ke titik lain dalam suatu rangkaian
tiap satuan waktu. Arus listrik juga terjadi akibat adanya beda potensial
atau tegangan pada media penghantar antara dua titik. Semakin besar
nilai tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar pula
nilai arus yang mengalir pada kedua titik tersebut. Satuan arus listrik
dalam internasional yaitu A (ampere), yang dimana dalam penulisan
rumus arus listrik ditulis dalam simbol I (current).
Pada umumnya, aliran arus listrik sendiri mengikuti arah aliran
muatan positif. Dengan kata lain, arus listrik mengalir dari muatan positif
menuju muatan negatif, atau bisa pula diartikan bahwa arus listrik
mengalir dari potensial menuju potensial rendah. Berdasarkan arah
alirannya, arus listrik dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yakni :
 Arus Searah (Direct Current/DC), dimana arus ini mengalir dari titik
berpotensial tinggi menuju titik berpotensial rendah.
 Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC), dimana arus ini mengalir
secara berubah-ubah mengikuti garis waktu.

Besarnya arus listrik (disebut kuat arus listrik) sebanding dengan


banyaknya muatan listrik yang mengalir. Kuat arus listrik adalah suatu
kecepatan aliran muatan listrik. Dengan demikian, yang dimaksud
dengan kuat arus listrik ialah jumlah muatan listrik yang melalui
penampang suatu penghantar setiap satuan waktu. Jika jumlah muatan q
melalui penampang penghantar dalam waktu t, maka kuat arus I secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.

𝐼𝑞 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑞 = 𝐼 × 𝑡
𝑇
Keterangan:
I : kuat arus listrik
(A)
q : muatan listrik yang mengalir
(C) t : waktu yang diperlukan (s)
Berdasarkan persamaan tersebut, bisa disimpulkan bahwa satu
coulomb yaitu muatan listrik yang melalui sebuah titik dalam suatu
penghantar dengan arus listrik tetap satu ampere dan mengalir selama
satu sekon.
Mengingat muatan elektron sebesar -1,6 × 10-19 C, (tanda negatif
(-) menunjukkan jenis muatan negatif), maka banyaknya elektron (n)
yang menghasilkan muatan 1 coulomb dapat dihitung sebagai berikut.
1 C = n × besar muatan elektron
1 C = n × 1,6 × 10-19 C,
n=1/1,6 Jadi,
dapat dituliskan 1 C = 6,25 × 1018 elektron
V. Prosedur Percobaan
1. Menyusun rangkaian seperti gambar 2. Komutator K tetap terbuka dan
belum dihubungkan dengan sumber arus.
2. Memasang arus minimum mula-mula, dengan cara mengatur hambatan
pengatur yang ada di dalam sumber arus atau tegangan yang terkecil.
3. Setelah rangkaian diperiksa oleh sisten dengan persutujuannya, barulah
komutator dihubungkan dengan sumber arus.
4. Dengan kontak geser D kira-kira ditengah-tengah L, mngusahakan agar
simpangan jarum galvanometer G menja dinol dengan cara mengubah-
mengubah besarnya hambatan RB.
5. Membuat arus menjadi lebih besar sedikit demi sedikit. Menggeser
kontak geser D, mengusahakan supaya simpangan jarum galvanometer
menjadi nol.
6. Jika kedudukan ini telah tercapai mencatat L1 dan L2.
7. Membalikkan arah arus dengan mengubah kedudukan komutator K.
Mengulangi percobaan 5 dan 6.
VI. TABEL DATA

Percobaan Volt L1 L2 L Rb Rx I Ket


ke (cm) (cm) rata- (ohm) (ohm) (ampere)
rata
(cm)
1 9 5 15 10 35 11,66 0,257
2 9 15 10 12,5 100 150 0,09
3 9 40 80 60 70 35 0,128
4 9 1 150 75,5 500 3,33 0,018

DIKETAHUI OLEH:
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR

(MUHAMMAD ZULHAM )
VII. ANALISA DATA
1) Percobaan 1
𝐿1 + 𝐿2 5 + 15
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 2 𝑐𝑚10 cm
𝐿2
𝑅𝑥 = 5
𝐿1 × 𝑅𝑏 = 15 × (35) = 11,66 𝑜ℎ𝑚

= 0,257 Ampere
𝑉 9𝑣𝑜𝑙𝑡
𝐼 = 𝑅 = 35 𝑜ℎ𝑚

2) Percobaan 2
𝐿1 + 𝐿2 15 + 10
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 2 = 12,5 cm 𝑐𝑚
𝐿2 15
𝑅𝑥 = × 𝑅𝑏 = × (100) = 150 𝑜ℎ𝑚
𝐿1 10

𝑉 9 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝐼= = = 0,09 Ampere
𝑅 100 𝑜ℎ𝑚

3) Percobaan 3
𝐿1 + 𝐿2 40 + 80
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 2 = 60 𝑐𝑚

𝑅𝑥 = 𝐿2
𝐿1
× 𝑅𝑏 =
40 × (70) = 35 𝑜ℎ𝑚
80

𝑉 9𝑣𝑜𝑙𝑡
𝐼= = = 0,128 Ampere
𝑅 70 𝑜ℎ𝑚
VIII. GRAFIK
Percobaan 1

Nilai Jarak Rata - rata L2 Terhadap L1


16

14

12

10

8
L2

0
1 2 3 4 5
L1

Nilai Rx Terhadap Rb
35

30

25

20
Rb

15

10

0
5 6 7 8 10 11.66
Rx
Percobaan 2

Nili Jarak Rata- rata L2 Terhadap L1


12

10

6
L2

0
5 6 8 9 10 11 12 13 14 15
L1

Nilai Rx Terhadap Rb
120

100

80

60
Rb

40

20

0
50 80 90 100 125 150
Rx
Percobaan 3 :

Nilai Jarak Rata - rata L2 Terhadap L1


90

80

70

60

50
L2

40

30

20

10

0
10 20 30 40 50

L1

Nilai Rx Terhadap Rb
80

70

60

50

40
Rb

30

20

10

0
10 20 30 35
Rx
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI

Gambar Alat Fungsi


1. Sumber arus/tegangan (DC)
Sebagai sumber daya yang
digunakan untuk mengalirkan
aliran listrik dari PLN.

2. Zerodetektor
Berfungsi sebagai alat untuk
mendeteksi nilai nol pada
kawat hambat

3. Komutator
Berfungsi sebagai alat untuk
arah pada skala zero detektor
Gambar Alat Fungsi
4. Kawat hambat
Berfungsi sebagai alat yang
digunakan untuk percobaan
hambatan pada praktikum
jembatan weastone

5. Kabel-kabel penghubung
Digunakan untuk
menghubungkan peralatan
jembatan weastone menjadi
satu rangkain

6. Koil resesif
Digunakan sebagai pembangkit
resistansi dalam rangkaian
jembatan wheatstone.
Gambar Alat Fungsi
7. Resistor Box (Bangku hambat)
Digunakan untuk mengatur
skala pada hambatan yang diuji
X. TUGAS AKHIR
1) Gambarkanlah rangkaian yang saudara buat serta skema peralatan yang
saudara rangkai.
Jawab :

Keterangan :
E = Sumber tegangan listrik searah
S = Penghubung arus
G = Galvanometer
RG =
Hambatangeser
R1 dan R2 = Hambatan listrik yang diketahui
nilainya RB = Bangku hambatan
X = Hambatan yang akan ditentukan nilainya

2) Berilah penjelasan saudara tentang percobaan yang telah saudara


lakukan.
Jawab :
Bahwa apabila kutub positif dihubungkan dengan kutub negative maka
arus yang dibentuk akan mengalir dan apabila kutub positif dihubungkan
dengan kutub positif maka akan terjadi koslet. Mengukur hambatan
dapat ditentukan dengan besarnya hambatan yang ditentukan.
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Semangkin tinggi RB semangkin pendek jaraknya.
2. Hubungan antara resitivitas dan hambatan, yang berarti setiap
pengantar memiliki besar hambatan tertentu. Dan juga menentukan
hambatan sebagai fungus dan perubahan suhu.
3. Hukum ohm yang menjelaskan tentang hubungan antara
hambatan,tegangan dan arus listrik.yang mana besar arus listrik
mengalir pada galvanometer diakibatkan oleh adanya suatu hambatan.

B. Saran
1. Perlengkapan laboratorium kurang lengkap maka dari itu diharapkan
kelengkapannya agar praktikum berjalan lebih efisien.
2. Sebaiknya percobaan dilakukan lebih dari 3 kali agar mendapatkan
perbedaan yang lebih jelas.
3. Diharapkan Pengumpulan Modul/ laporannya diperpanjang.
XII. DAFTAR PUSTAKA

http://dody A.brother.blogspot.com/101/2012/jembatan-wheatsone.

http://rumus.hitung.com/2014/08/30 rangkain-hambatanwheatstone.

Bloeman,A.F.P.Hdanmesritz,A.DAlat-Alat ukur listrik dan

rangkaiannya. https://id.wikipedia.org/wiki/tegangan listrik.

Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar UMSU.


BAB 4

HUKUM STOKES

I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Mei 2021
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 13.00 – 16.00 WIB

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Memahami bahwa benda yang bergerak di dalam fluida akan
mendapatkan gaya gesek yang disebabkan oleh kekentalan fluida.
2. Menentukan koefisien kekuatan (Coeficien Viscosity) dari sudut zat cair
dengan hukum stokes.

III. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN


1. Tabung Ukur
2. Bola bakelit
3. Stopwatch
4. Jangka sorong
5. Mikrometer sekrup
6. Mistar
7. Termometer
8. Aerometer
9. Neraca Digital
10. Saringan
11. Kain Lap
12. Gliserin
13. Oli
14. Karet Gelang
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
Setiap benda yang bergerak di dalam suatu fluida ( zat cair oleh gas )
akan mendapat gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida
tersebut. Gaya gesekan ini sebanding dengan kecepatan relative benda
terhadap fluida.
F = Konstanta
Khusus untuk benda berbentuk bola dan bergerak di dalam fluida yang
tetap sifat-sifatnya. Gaya gesekan yang dialami benda dapat dirumuskan
sebagai berikut :
F = - 6 π ŋ r v...........( 1 )
Dimana :
F = Gaya gesekan yang bekerja pada bola
ŋ = Koefisien kekentalan dari fluida
r = Jari – jari bola
v = kecepatan bola relative terhadap fluida

Rumus diatas dikenal sebagai hukum stokes.Tanda negatif


menunjukan arah gaya F yang berlawanan dengan arah kecepatan V. Syarat
– syarat yang diperlukan supaya hukum stokes ini dapat dipakai :
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas ( ukurannya cukup besar / luas
dibandingkan dengan ukuran benda )
2. Ruang tempat fluida tidak terbatas ( ukurannya cukup besar / luas
dibandingkan dengan ukuran benda )
3. Kecepatan V tidak besar sehingga aliran masih linier.
Jika sebuah benda padat yang berbentuk bola dan mempunyai rapat
massa jatuh dipermukaan zat cair dan bergerak tanpa kecepatan awal, bola
tersebut mula – mula akan mendapat percepatan. Dengan bertambahnya
kecepatan bola, maka gaya stokes yang bekerja padanya juga bertambah
besar sehingga pada akhirnya bola tersebut akan bergerak dengan kecepatan
tetap, yaitu setelah terjadi keseimbangan antara gaya berat, gaya
Archimedes dan gaya stokes pada bola tersebut.
Bila bola telah begerak dengan kecepatan tetap, persamaan yang
berlaku :
2 g
V=2 𝑟 ( 𝜌 − 𝜌 o )…………………………………………….(2)
9𝑛

Dari persamaan (2) juga dapat diturunkan persamaan :


2 9𝜋𝑑
Tr = 2 g ( 𝜌−𝜌o ) ………………..…………………..(3)
T = Waktu yang diprlukan bola menempuh jarak d
d = jarak jatuh yang ditempuh bola dipilih sedemikian rupa hingga
bola telah dapat dianggap bergerak beraturan.
Bila pecobaan yang akan dilakukan syarat III. Tidak dipenuhi karena
fluida yang akan ditentukan koefisien kekentalannya. Ditempatkan dalam
tabung yang besarnya terbatas, sehingga jari – jari bola tidak demikian,
kecepatan bola harus dikoreksi dengan :
Vo = V ( 1 + K r / R )....................................................................(4)
Dimana :
V = Kecepatan bola yang diukur
Vo = Kecepatan yang sebenarnya ( relative )
R = Jari – jari tabung tempat fluida
K = Konstanta

Karena V = d/T, persamaan (4) dapat di tuliskan sebagai berikut :


𝑇
=k𝑟+ 1............................................................................(5)
(𝑇o ) 𝑅

Untuk harga d dan kondisi lainnya yang sama, di buat grafik antara T
vs r/R, untuk persamaan (5) di peroleh garis lurus, maka To dapat
ditentukan.
2. TEORI TAMBAHAN
Rumus yang dikenal sebagai hukum stokes, tanda negatif menunjukan
arah gaya Fs sebagai yang berlawanan dengan arah kecepatan dan relative
terhadap fluida V. Hukum stokes ini dapat berlaku jika syarat atau ketentuan
di bawah ini sudah terpenuhi, seperti :
1. Rumus tempat fluida tidak terbatas ( ukurannya cukup luas )
dibandingkan dengan ukuran benda yang dicari.
2. Tidak ada turbulasi di dalam fluida ( aliran di dalam fluida tidak acak )
Kecepatan Vo tidak besar sehingga gerak jatuh bendanya di dalam fluida
masih linier.
3. Kecepatan Vo tidak besar sehingga gerak jatuh bendanya di dalam fluida
masih linear.

Jika sebuah benda padat yang berbentuk bola dan mempunyai massa
jenis. Jika dipermukaan zat cair dan bergerak tanpa kecepatan awal Vo = 0,
maka bola tersebut mula – mula akan mendapatkan percepatan . Dengan
bertambah besarnya kecepatan bola, maka gaya stokes akan bekerja padanya
juga. Bertambah besar sehingga pada akhirnya bola tersebut akan bergerak
dengan kecepatan tetap/konstan, yaitu setelah terjadi keseimbangan antara
gaya berat, gaya Archimedes dan gaya stokes pada bola yang di uji tersebut.
Sebuah bola padat memiliki rapat massa P dan berjari – jari r di
jatuhkan tanpa kecepatan awal ke dalam fluida kental memiliki rapat massa
PF, dimana pb>pf. Telah diketahui bahwa bola mula – mula mendapat
percepatan gravitasi namun beberapa saat setelah bergerak cukup jauh akan
bergerak dengan keceptan konstan.Kecepatan yang tetap ini disebut
kecepatan akhir V1 atau kecepatan terminal yaitu pada saat gaya besar bola
sama dengan gaya apung di tambah gaya gesekan fluida.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengukur diameter tiap – tiap bola bakelit dengan mikrometer sekrup
dan catat.
2. Menimbang tiap – tiap bola bakelit dengan neraca digital.
3. Mencatat temperatur zat cair.
4. Mengukur rapat massa zat cair (Gliserin dan Oli).
5. Menempatkan gelang karet pada tabung ukut yang ditentukan oleh
asisten lab.
6. Mengukur jarak jatuh.
7. Memasukkan sendok saringan sampai dasar tabung, tunggu hingga zat
cair diam.
8. Mengukur waktu jatuh untuk tiap – tiap bola.
9. Mengubah letak karet gelang hingga jarak berubah sesuai yang
ditentukan.
10. Mengulangi percobaan no 3 s/d 9 pada bola bakelit dengan cairan
benda.
11. Mencatat temperatur sesudah percobaan.
VI. TABEL DATA

HUKUM STOKES

Kelompok :C7 Tanggal Percoban : 28 Mei 2022


Anggota :1.Aira Anjas Maulana Fluida Percobaan : Oli
2. Muhammad Rizal Destiansah Harahap
3. Alfath Husaini
4. Rosa Marwa Nasution
5. Muhammad Dicky Pradana
6. Ricky Husein PulungaN
7. Hasanul Arifin

Jarak Waktu
Percobaan Massa Kecepatan
Bola Jatuh Jatuh
Ke (gr) (m/s2)
(cm) (s)
1 0,43 15 0,65 0,23
1 2 1,05 15 0,43 0,34
3 2,08 15 0,28 0,54
1 0,43 20 0,78 0,25
2 2 1,05 20 0,55 0,36
3 2,08 20 0,33 0,60
1 0,43 25 1,12 0,22
3 2 1,05 25 0,69 0,36
3 2,08 25 0,44 0,56

Diameter Bola 1 =4,20 mm Diameter Tabung Dalam = 64,55 mm

Diameter Bola 2 =5,81 mm Diameter Tabung Luar = 69,9 mm

Diameter Bola 3 =7,3 mm Rapat Massa = 890kg/cm 3

Temperatur Fluida =30℃ L = 40,5 cm

DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR

(FAUZAN WAHYU PUTRA)


HUKUM STOKES

Kelompok :C7 Tanggal Percoban : 28 Mei 2022


Anggota :1.Aira Anjas Maulana Fluida Percobaan : Gliserin
2. Muhammad Rizal Destiansah Harahap
3. Alfath Husaini
4. Rosa Marwa Nasution
5. Muhammad Dicky Pradana
6. Ricky Husein PulungaN
7. Hasanul Arifin

Jarak Waktu
Percobaan Massa Kecepatan
Bola Jatuh Jatuh
Ke (gr) (m/s2)
(cm) (s)
1 0,43 15 0,59 0,25
1 2 1,05 15 0,34 0,44
3 2,08 15 0,25 0,6
1 0,43 20 0,94 0,21
2 2 1,05 20 0,81 0,24
3 2,08 20 0,25 0,8
1 0,43 25 1,13 0,22
3 2 1,05 25 0,75 0,33
3 2,08 25 0,59 0,42

Diameter Bola 1 =4,20 mm Diameter Tabung Dalam= 59,5 mm

Diameter Bola 2 =5,81 mm Diameter Tabung Luar = 64,65 mm

Diameter Bola 3 =7,3 mm Rapat Massa = 1250 kg/cm 3

Temperatur Fluida =30℃ L = 42 cm

DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR

(FAUZAN WAHYU PUTRA)


VII. ANALISA DATA
1. Volume Bola
a) Bola 1 (Besar)
r1 = 2,1x 10-3 m
V1 = 4 𝜋𝑟3 = 4 3,14. (2,1 × 10−3)3 = 38,7 x 10-9 m3
3 3
b) Bola 2 (Sedang)
r2 = 2,90x 10-3 m
V2 = 4 𝜋𝑟3 = 4 3,14. (2,90 × 10−3)3 = 101,95 x 10-9 m3
3 3
c) Bola 3 (Kecil)
r3 = 3,67 x 10-3 m
V3 = 4 𝜋𝑟3 = 4 3,14. (3,67 × 10−3)3 = 206,61 x 10-9 m3
3 3

2. Rapat Massa Bola (ρ)


Rapat Massa ( 𝜌0 ) = 880 kg/m³
a) Bola 1 (Besar)
V1 = 38,7x 10-9 m3 m1 = 0,43 x 10-3 kg
𝑚 0,43× 10−3 = 0,01x 106 kg/m3
𝜌1 = =
𝑉 38,7× 10−9
b) Bola 2 (Sedang)
V2 = 101,95 x 10-9 m3 m2 = 1,05 x 10-3 kg
𝑚 1,05 × 10−3 = 0,01 x 106 kg/m3
𝜌2 = =
𝑉 101,95 × 10−9
c) Bola 3 (Kecil)
V3 = 206,61 x 10-9 m3 m3 = 2,08 x 10-3 kg
𝑚 2,08× 10−3 = 0,01 x 106 kg/m3
𝜌3 = =
𝑉 206,61 × 10−9

3. Kecepatan (v)
OLI
a) Percobaan 1
v1 = 𝑠 = 0,15 = 0.23 m/s
𝑡 0,65
v2 = = 𝑠 0,15
= 0.34 m/s
𝑡 0,43
v3 = 𝑠 = 0,15 = 0.53 m/s
𝑡 0,28

b) Percobaan 2
v1 = 𝑠 = 0,20 = 0.25 m/s
𝑡 0,78
v2 = 𝑠 = 0,20 = 0.36 m/s
𝑡 0,55
v3 = 𝑠 = 0,20 = 0.60 m/s
𝑡 0,33

c) Percobaan 3
v1 = 𝑠 = 0,25 = 0.22 m/s
𝑡 1,12
v2 = 𝑠 = 0,25 = 0.36 m/s
𝑡 0,69
v3 = = 𝑠 0,25
= 0.56 m/s
𝑡 0,44

GLISERIN
a) Percobaan 1
v1 = 𝑠 = 0,15 = 0.25 m/s
𝑡 0,59
v2 = = 0,15 = 0.44 m/s
𝑠

𝑡 0,34
v3 = 𝑠 = 0,15 = 0.6 m/s
𝑡 0,25

b) Percobaan 2
v1 = 𝑠 = 0,20 = 0.21 m/s
𝑡 0,44
v2 = 𝑠 = 0,20 = 0.24 m/s
𝑡 0,81
v3 = 𝑠 = 0,20 = 0.8 m/s
𝑡 0,25

c) Percobaan 3
v1 = 𝑠 = 0,25 = 0.22 m/s
𝑡 1,13
v2 = 𝑠 = 0,25 = 0.33 m/s
𝑡 0,75
𝑠 0,25
v3 = = = 0.42 m/s

4. Koefisien Viscositas
Oli
Percobaan 1

2 r2 q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,265
9v
2
2r q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,491
9v
2
2r q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,504
9v
Percobaan 2
2
2r q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,350
9v
2 r2 q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,463
9v
2
2r q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,439
9v
Percobaan 3

2 r2 q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,381
9v
2
2r q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,02
9v
2 r2 q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,61
9v

Gliserin
Percobaan 1
2
2r q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,33
9v
2 r2 q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,36
9v
2 r2 q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,43
9v
Percobaan 2

2 r2 q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,40
9v
2 r2 q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,67
9v
2
2r q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,32
9v
Percobaan 3

2 r2 q
η1 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,38
9v
2
2r q
η2 = ¿ ¿ ) = 2 ¿ ¿ = 0,48
9v
2
2r q
η3 = ¿ ¿ )= 2 ¿ ¿ = 0,61
9v

5. Gaya Gesek
OLI
a) Percobaan 1
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,265) (2,1x10-3) ( 0,23)
= 2,41 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.491) (2,9x10-3) (0.34)
= 9,12 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.504) (3,67x10-3) (0.53)
= 18,47 x 10-3 N

b) Percobaan 2
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,350) (2,1x10-3) ( 0,25)
= 3,46 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.463) (2,9x10-3) (0.36)
= 9,86 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.439) (3,67x10-3) (0.6)
= 0,01 x 10-3 N

c) Percobaan 3
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,38) (2,1x10-3) ( 0,22)
= 3,30 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.2) (2,9x10-3) (0.36)
= 3,93 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.111) (3,67x10-3) (0.56)
= 0,02 N

GLISERIN
a) Percobaan 1
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,33) (2,1x10-3) ( 0,25)
= 3,26403 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.36) (2,9x10-3) (0.44)
= 8,65 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.43) (3,67x10-3) (0.6)
= 17,8388424 x 10-3 N

b) Percobaan 2
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,4) (2,1x10-3) ( 0,21)
= 3,323376 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.67) (2,9x10-3) (0.34)
= 12,44 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.32) (3,67x10-3) (0.8)
= 17,7005568 x 10-3 N

c) Percobaan 3
F1 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0,38) (2,1x10-3) ( 0,22)
= 3,3075504 x 10-3 N
F2 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.48) (2,9x10-3) (0.33)
= 8,65 x 10-3 N
F3 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 = 6 (3,14) (0.61) (3,67x10-3) (0.42)
= 17,71 x 10-3 N

VIII. GRAFIK
Pada Oli:
Percobaan 1

Grafik Kecepatan Terhadap Waktu


0.6

0.5

0.4
Kecepatan (m/s)

0.3

0.2

0.1

0
0.1 0.28 0.3 0.43 0.5 0.65 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2
waktu (s)

Percobaan 2

Grafik Kecepatan Terhadap Waktu


0.7

0.6

0.5
Kecepatan (m/s)

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2
waktu (s)
Percobaan 3

Grafik Kecepatan Terhadap Waktu


0.6

0.5

0.4
Kecepatan (m/s)

0.3

0.2

0.1

0
0.1 0.2 0.3 0.44 0.5 0.69 0.7 0.8 0.9 1 1.12 1.2
waktu (s)

Pada Gliserin :
Percobaan 1
Grafik Kecepatan Terhadap Waktu
0.7

0.6

0.5
Kecepatan (m/s)

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0.1 0.25 0.34 0.4 0.59 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.12 1.2
waktu (s)

Percobaan 2

Grafik Kecepatan Terhadap Waktu


0.9

0.8

0.7

0.6
Kecepatan (m/s)

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0.1 0.25 0.3 0.44 0.59 0.6 0.7 0.81 0.9 1 1.1 1.2
waktu (s)

Percobaan 3
Grafik Kecepatan Terhadap Waktu
0.45

0.4

0.35

0.3
Kecepatan (m/s)

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.59 0.6 0.75 0.8 0.9 1 1.13 1.2
waktu (s)

IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI

Gambar Alat Fungsi


1.Tabung Ukur
Berfungsi sebagai wadah cairan
gliserin
2.Bola bakelit
Bahan percobaan atau massa
yang dimasukkan kedalam
fluida.

3.Stopwatch
Berfungsi untuk menghitung
waktu jatuhnya bola bakelit.
Gambar Alat Fungsi
4.Jangka sorong
Berfungsi untuk mengukur
diameter luar dan dalam
tabung.

5.Mikrometer sekrup
Berfungsi untuk mengukur
diameter bola bakelit.

6.Mistar
Berfungsi untuk mengukur
tinggi tabung dan jarak jatuh
bola bakelit.
Gambar Alat Fungsi
7.Termometer
Berfungsi untuk mengukur
suhu iap-tiap fluida

8.Aerometer
Berfungsi untuk mengukur
kerapatan fluida gliserin dan
oli.

9.Neraca Digital
Berfungsi untuk menimbag
berat tiap bola bakelit.
Gambar Alat Fungsi
10.Kain Lap
Berfungsi untuk membersihkan
bagian luar tabung dan meja
dari tumpahan zat cair.

11.Gliserin
Sebagai bahan percobaan
Gambar Alat Fungsi
12.Oli
Sebagai bahan percobaan

13.Karet Gelang
Berfungsi untuk penanda baas
jatuh bola bakelit pada tabung
ukur.
X. TUGAS AKHIR
1. Apakah akibatnya bila kecepatan bola relative besar terhadap fluida?
= Bertambah besar kecepatan bola mengakibatkan bertambah gaya stokes
pada bola tersebut sehingga pada akhirnya bola tersebut akan bergerak
dengan kecepatan tetap.
2. Sebutkan dan jelaskan contoh penerapan hukum stokes pada dunia
Industri?
= Mesin Hidrolik pengangkat mobil berguna untuk mengangkat mobil
Ketika akan di service atau di Doorsmeer
3. Apakah yang mempengaruhi kecepatan suatu benda di dalam fluida,
Jelaskan?
= Seberapa berat bendz yang dimasukkan ke dalam fluida.
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Apabila sebuah benda padat dan mempunyai massa jenis dijatuhkan
pada permukaan zat cair, maka benda pdat tersebut akan mendapatkan
percepatan
2. Apabila kecepatan benda yg jatuh ke permukaan zat cair semakin
besar maka agaya stokes yg bekerja padanya juga bertambah bessar
3. Suatu benda yg jatuh kepermukaan zat cair pada umumnya
kecepatannya konstan

B. Saran
1. Ruangan praktikum masing-masing modul agar dipisah supaya lebih
focus

2. Sebaiknya Lab untuk Fisika Dasar bisa diperbesar lagi


XII. DAFTAR PUSTAKA

Tyler. A laboratory manual of physy cs

Holliday, Resnik, 1985, fisika, penerbit erlangga Jakarta

Djonoputro. D. 1980, Teon ketidak pastian, penerbit ITB

Search, F.W, 1984, mekanika panas dan bunyi penerbit Bima cipta, Jakarta

Search, zemensky, fisika universitas,

Modul praktikum fisika dasar Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


BAB 5
VOLTMETER TEMBAGA

I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu,28 Mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 08.00 – 12.00 WIB

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Mengetahui berapa jumlah endapan tembaga sulfat (CuSO4) yang terdapat
pada kepingan tembaga yang dialiri energi listrik dengan amperemeter.

III. ALAT – ALAT DAN BAHAN


1. Sumber tegangan
2. Amperemeter
3. Kabel kabel penghubung
4. Larutan tembaga sulfat
5. Kepingan tembaga
6. Alkohol
7. Alat pembakar (spritus)
8. Kertas pasir
9. Ember berisi air
10. Neraca digital
11. Stopwatch
12. Manci
13. Tang
14. Kain lap
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
Zat cair dipandang dari sudut hantaran listrik dapat dibagi dalam tiga
golongan.
 Zat cair isolator, seperti air murni, minyak dan sebagainya.
 Larutan mengandung ion-ion,seperti larutan asam basa dan garam-garam
di dalam air. Larutan-larutan ini dapat dilalui arus listrik dengan ion-ion
sebagai penghantarnya dan disertai perubahan-perubahan kimia.
 Air raksa, logam-logam cair dapat dilalui arus listrik tanpa perubahan-
perubahan kimia didalamnya.

Pada percobaan disini dipakai larutan garam CuSO4 di dalam bejana


seperti pada gambar 1.

Bila pada rangkaian di atas dialiri arus maka akan terjadi endapan Cu pada
katoda. Jumlah Cu yang mengendap sebanding dengan arus yang lewat, sehingga
voltmeter dapat dipakai sebagai amperemeter.
2. TEORI TAMBAHAN
Voltmeter merupakan alat untuk mengukurbesar tegangan listrik dalam
suatu rangkaia listrik. Alat ini yang akan berperan penting dalam
elektrokimia ini.
1) Elektrokimia
Adalah kajian mengenai proses perubahan antara tenaga kimia
dengan tenaga listrik. Sesuai dengan Namanya, metode elektrokimia adalah
metode yang didasarkan pada reaksi redoks yakni gabungan dari reaksi
reduksi dan oksidasi yang berlangsung pada elektroda yang sama atau
berbeda dalam suatu elektrokimia.
2) Redoks
Adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi atom
– atom adalah sebuah reaksi kimia. Reaksi redoks terdiri dari reaksi reduksi
dan reaksi oksidasi
3) Katoda dan Anoda
Katoda (negative) tempat terjadinya reaksi redoks (reduksi) C O2+ ¿¿
+ 2 e = CO (melelpas)
Anoda (positif) tempat terjadinya reaksi oksidasi S O2−¿¿ +2 e = SO4
( mengambil electron) Elektron Keluar dari Power Supply

Contoh Soal :
 Larutan NaCl
Jawab : Elektrolis larutan NaCl electrode C reaksi ionisasi NaCl
−¿¿

NaCl → Na+¿+Cl ¿

(ke katoda) (ke anoda)


Reaksi Elektrolisnya :
−¿ +H ¿
2
+ ¿→2 OH ¿
Katoda : 2 H 2 O−¿ 2 e ¿

( karena larutan ada H2O)


Anoda : 2Cl→ Cl2 + 2 e+ ¿¿
2H2O +2 Cl−¿→¿ Cl2 +2 OH −¿ ¿ + H2

3. TEORI KESALAHAN
Dalam praktikum tentang voltmeter ini, baik didalam pelaksanaan
praktikum maupun dalam pengolahan data yang telah dikumpul, terdapat
kesalahan - kesalahan tertentu yang mungkin terjadi yaitu :
1) Ketidaktelitian pada saat membersihkan katoda tembaga
2) Ketidaktepatan pada saat menyalakan stopwatch bersamaan dengan power
supply dinyalakan
3) Penyusunan rangkaian voltmeter tembaga yang salah dan tidak tepat
4) Pada saat terbentuk endapan Cu setelah 10 menit, cara mengangkat katoda
yang telah dapat endapan Cu dilakukan dengan tidak hati hati sehingga
endapan Cu terkikis, hal ini dapat menyebabkan perhitungan tidak tepat
yang dipengaruhi oleh masa endapan menjadi tidak akurat
5) Kerusakan pada alat-alat percobaan, khususnya pada rangkaian voltmeter
tembaga.
V. Prosedur Percobaan
1. Menggosokkan katoda dengan kertas amplas hingga cukup bersih.
2. Mencuci katoda dengan air, mengolesi dngan alcohol, kemudian
Menimbang katoda itu dengan teliti dengan menggunakan neraca
digital.
3. Memanaskan / mengeringkannya di atas api alkohol / spritus (tak di
bakar)
4. Membungkus katoda dengan kertas yang bersih agar tidak kotor lagi.
5. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2 dengan polaritas yang benar.
Perlu diingat pergunakanlah lebih dahulu katoda pertolotongan.

6. Menuangkan larutan sulfat tembaga ke dalam tembaga.


7. Menjalankan arus dan mengatur besarnya sehingga ampere meter
menunjukkan kuat arus sebesar 1 ampere (di tentukan oleh sisten).
8. Memeriksa sekali lagi apakah arah arus dan jangan mengubah
rangkaiannya lagi.
9. Memutuskan hubungan dengan sumber-sumber arus dan jangan
mengubah rangkaian lagi.
10. Mengganti katoda pertolongan dengan katoda yang sebenarnya ( yang
telah di cuci).
11. Mengusahakan supaya luas permukaan katoda yang tercelup ke dalam
larutan sama dengan luas permukaan katoda pertolongan yang tercelup
larutan.
12. Rangkaian jangan di ubah-ubah lagi.
13. Menjalankan arus selama n menit (ditentukan sisten). Mengusahakan
agar kuat arus tetap 1 ampere dengan mengatur sumber arusnya.
14. Setelah n menit, lalu memutuskan arus, mengambil arus, mengambil
katoda mencuci dengan air, mengolesi alkohol dan memanaskannya
sampai kering.
15. Menimbang lagi katoda dengan teliti.
16. Mengulangui percobaan no. 1 s/d 5 untuk beberapa kuat arus yang
berlainan pula (ditentukan asisten).
17. Setelah selesai, lalu mengembalikan larutan ke dalam botolnya,
mengembalikan pula alat-alat yang lain.
VI. TABEL DATA
VOLTEMETER TEMBAGA

Kelompok :C7 Tanggal Percobaan : Sabtu,28 Mei 2022


Anggota :1. Aira Anjas Maulana
2. Muhammad Rizal Destiansah Harahap
3. Alfath Husaini
4. Rosa Marwa Nasution
5. Muhammad Dicky Pradana
6. Ricky Husein Pulungan
7. Hasanul Arifin

NO MO (gr) MI(gr) ∆m (gr) I (ampere) t (sekon) Q=Ixt


1 115,26 116,46 1,2 1,6 120 192
2 114,93 117,35 2,42 3,2 180 576
3 151,21 154,12 2,91 4 240 960

DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR

( RYAN HELM IN FAU )


VII. ANALISA DATA
1. Percobaan 1
Diketahui : Massa Tembaga (Ar Cu) = 63,54
MO = 115,28 gr
MI = 116,46 gr
∆m = MI – MO = 1,2 gr
I = 1,6 ampere
T = 120 s
R = 6,02 x 1023
Qe = 16 x 10-20

∆𝑚
a) Massa tembaga (Mcu) =
= 63,54 = 0,01888574127𝑔𝑟
𝐴𝑟 𝐶𝑢 1,2

b) Jumlah mol tembaga (Ncu) = Mcu x R


= 0,01888574127𝑔𝑟 x 6,02 x 1023
= 1,136 x 1022 partikel
c) Elektron tembaga (Ecu) = 2 x Ncu
= 2 x 1,136 x 1022
= 2,72 x 1022 mol
d) Muatan tembaga (Qcu) = Ecu x Qe
= (2,72 x 1022) x (16 x 10-20¿
= 3635,2 coloumb
e) Muatan (Q) = I x t = 1,6 x 120 = 792 coloumb
2. Percobaan 2
Diketahui : Massa Tembaga (Ar Cu) = 63,54
MO = 114,93 gr
MI = 117,75 gr
∆m = MI – MO = 2,42 gr
I = 3,2 ampere
T = 180 s
R = 6,02 x 1022
Qe = 16 x 10-20

∆𝑚
a) Massa tembaga (Mcu) =
= 63,54 = 0,03808624489 𝑔𝑟
𝐴𝑟 𝐶𝑢 2,42

b) Jumlah mol tembaga (Ncu) = Mcu x R


= 0,03808624489 gr x 6,02 x 1023
= 2,292 x 1022 partkel
c) Elektron tembaga (Ecu) = 2 x Ncu
= 2 x 2,292 x 1022
= 4,584 x 1022 mol
d) Muatan tembaga (Qcu) = Ecu x Qe
= (7,371 x 1022 ) x 16 x 10-20 ¿
= 7334,4 coloumb
e) Muatan (Q) = I x t = 3,2 x 180 = 576 coloumb
3. Percobaan 3
Diketahui : Massa Tembaga (Ar Cu) = 63,54
MO = 151,21 gr
MI = 154,52 gr
∆m = MI – MO = 2,91 gr
I = 4 ampere
T = 240 s
Q (I x t)
R = 6,02 x 1023
Qe = 16 x 10-20

a) Massa tembaga (Mcu) = ∆𝑚

= 63,54 = 0,04579792257 𝑔𝑟
𝐴𝑟 𝐶𝑢 2,91

b) Jumlah mol tembaga (Ncu) = Mcu x R


= 0,04579792257 gr x 6,02 x 1023
= 2, 757 x 1022 partkel
c) Elektron tembaga (Ecu) = 2 x Ncu
= 2 x 2,757 x 1022
= 5,514 x 1022 mol
d) Muatan tembaga (Qcu) = Ecu x Qe
= (5,514 x 1022 ) x (16 x 10-20¿
= 8822,4 coloumb
e) Muatan (Q) = I x t = 4 x 240 = 960 coloumb
VIII. GRAFIK

Grafik Waktu (t) Terhadap Arus (A)


6.0
240, 5
5.0

4.0 180, 3.4


I (A)

3.0
120, 2
2.0

1.0

0.0
0 50 100 150 200 250 300
t (s)

Grafik Jumlah Mol (N) Terhadap Muatan Listrik


(Q)
1200, 5.031.E+22
mol
5.0E+22

4.0E+22
612, 3.686.E+22
N (m0l)

3.0E+22 mol

2.0E+22

1.0E+22 240, 2.842.E+20


mol
0.0E+00
0200400600800100012001400
Q (coulumb)
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI

Gambar Alat Fungsi


1. Sumber tegangan
Berfunsi sebagai ala untu
memberikan arus listrik ke
system voltmeter.

2. Amperemeter
Berfungsi untuk mengukur kuat
arus

3. Kabel kabel penghubung


Berfundsi sebagai penghubung
arus listrik
Gambar Alat Fungsi
4. Larutan tembaga sulfat
Berfungsi sebagai penghantar
arus listrik

5. Kepingan tembaga
Kepingan tembaga yan terdiri
dari Katoda dan Anoda ,
Katoda berfungsi sebagai kutub
negative Dan Anoda sebagai
kutub pisitif.

6. Alkohol
Berfungsi sebagai pembersih
lempengan katoda.
Gambar Alat Fungsi
7. Alat pembakar (spritus)
Berfungsi sebagai pemanas dan
pengering lempeng katoda

8. Kertas pasir
Berfungsi untuk mengosok
lempengan katoda dan anoda
yang dari sisa endapan

9. Ember berisi air


Berfungsi sebagai tempat atau
wadah untuk mencuci tembaga.
Gambar Alat Fungsi
10. Neraca digital
Berfungsi untuk mengukur
berat kepingan tembaga.

11. Stopwatch
Berfungsi untuk penghitung
waktu

12. Mancis
Berfungsi sebagai sumber
panas untu menghidupkan
spritus
Gambar Alat Fungsi
13. Tang
Berfungsi sebagai alat
pembengkok besi pada garis
rambut (G)

14. Kain lap


Berfungsi untuk mengeringkan
kepingan tembaga
X. Tugas Akhir Dan Pertanyaan
A. Tugas Akhir
1. Hitunglah massa tembaga yang mengendap untuk setiap percobaan.
2. Hitunglah jumlah mol tembaga pada setiap percobaan.
3. Hitunglah electron tembaga yang terdapat pada setiap percobaan.
4. Hitunglah muatan tembaga yang diperoleh kepingan tembaga pada
setiap percobaan.
5. Hitunglah kuat arus listrikyang bekerja pada setiap percobaan yang
dilakukan.
6. Buatlah grafik hubungan yang terjadi antara kuat arus dengan waktu
percobaan.
Penyelesaian :
1. Sudah terlampir di analisa data.
2. Sudah terlampir di analisa data.
3. Sudah terlampir di analisa data.
4. Sudah terlampir di analisa data.
5. Sudah terlampir di analisa data.
6. Sudah terlampir di grafik.
B. Pertanyaan
1. Apa perbedaan yang akan terjadi apabila kuat arus tinggi dan rendah ?
2. Kenapa katoda harus dicuci terlebih dahulu sebelum
dikeringkan/dipanaskan ?
3. Mengapa harus mempergunakan katoda pertolongan sebelum
melakukan katoda yang sebenarnya ?
4. Bagaimana proses yang terjadi pada saat melakukan percobaan
voltmeter ini ?
Penyelesaian :
1. Semakin tinggi kuat arus, maka semakin banyak pula tembaga yang
mengendap.
2. Agar tidak ada kotoran yang mengendap sebelum dibakar karena
mempengaruhi jumlah massa endapan jika tidak dicuci.
3. Dalam percobaan ini langsung menggunakan katoda yang sebenarnya.
4. Ketika tembaga dimasukkan ke dalam sulfat dan kemudian diberi arus
maka jumlah massa Cu yang mengendap sebanding dengan arus yang
lewat sehingga voltmeter ini dapat dipengaruhi untuk menghitung
atom.
XI. Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
1. Bila sebatang logam dimasukkan ke dalam larutan elektrolit / asam
sulfat mol batang logam akan bermuatan negative dan bermuatan
positif.
2. Elemen volta hanya bekerja dalam waktu pendek.
3. Batang tembaga yang dimasukkan dalam H2SO4 akan mengeluarkan
gelombang gelombang yang disebut polarisasi.

B. Saran
1. Waktu penulisan laporan agar lebih di perpanjang.
2. Perlengkapan bahan dan alat, agar perhitungan soal atau data yang
dilakukan dapat lebih akurat.
3. Dalam praktikum dasar tentang voltmeter tembaga, diharapkan
praktikan berhati-hati ketika mengambil atau menyalakan api pada
katoda dan anoda agar tidak terkena panas.
XII. DAFTAR PUSTAKA

http://duniafisika.com

Setiabudi data, deli 2003, praktikum fisika dasar universitas sriwijaya,


Palembang, unsri

Tim pengusaha kimia, 2002.lembar kerja siswa kimia smf 2.A SMA klaten luran
pariwara

Tim penyusun fisika, 2002. Pe fisika 3A SMA klaten luran pariwar


BAB 6
KALORI METER

I. WAKTU PERCOBAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Mei 2022
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Waktu : 7.30 - Selesai

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Menentukan nilai bahang (panas) jenis air dengan metode joule.
2. Menentukan kesetaraan bahang dengan energi listrik.

III. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN


1. Kompor Pemanas
2. Thermometer
3. Tabung kalorimeter dan Pengaduk
4. Stopwatch
5. Air es
6. Termos es
7. Timbangan digital
8. Kain lap
IV. TEORI
1. TEORI DASAR
Dalam sebuah kawat hambatan yang dialiri listrik terjadi
pemanasan akibat energi listrik menjadi energi panas. Karena daya yang
ditimbulkan oleh arus DC (I) melalui tegangan (V) sama dengan I.V. maka
dalam waktu t, energi panas yang dihasilkan adalah :

𝐸 = 𝑉. 𝐼. 𝑡 ...................................................(1)

Dalam metode joule, kawat hambatan tersebut terletak di dalam air


(atau cairan lain) di dalam sebuah bejana khusus yang disebut Kalorimeter.
Menurut teori kalor dasar, energi E yang diperlukan untuk menaikkan suhu
sesuatu benda bermassa m melalui suhu ∆T adalah :

𝐸 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇 .....................................................(2)

Dimana C disebut nilai bahang benda tersebut. Bila di terapkan pada


Kalorimeter yang berisi air maka pers 2 menjadi

𝐸 = (𝑚𝑎𝑐𝑎 + 𝑚𝑘𝑐𝑘)∆𝑇......................................(3)
Dengan :
𝑚𝑎 : massa air (kg)
𝑐𝑎 : kalor jenis air (Jkg−1K−1)
𝑚𝑘 : massa kalorimeter (kg)
𝑐𝑘 : kalor jenis bahan kalorimeter
(Jkg−1Co−1 atau Jkg−1K−1)
∆𝑇 : perubahan suhu (Co atau K)
Bila disamakan energi listrik (pers (1)) dengan pers (3) maka di peroleh :

𝑉. 𝐼. 𝑡 = (𝑚𝑎𝑐𝑎 + 𝑚𝑘𝑐𝑘)∆𝑇 ...........................................(4)

Nilai 𝑐𝑎 dapat ditentukan dalam eksperimen dimana 𝑐𝑘 diketahui dan


semua besaran lain di ukur.
2. Teori Tambahan
Kalori meter adalah yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
yang terlebit dalam suatu perubahan atau reaksi kimia yang mendasari
percobaan kalori meter ini adalah teori azas black.
Fungsi kalori meter tergantung pada kekekalan energy dalam sebuah
sistem terisolasi tertutup, kalori meter secara cermat terisolasi perpindahan
panas kedalam atau keluar diabaikan.
Kalori meter berarti „mengukur panas‟ ketika aliran panas terjadi
antara 2 benda yang terisolasi dari lingkungan jumlah panas yang hilang
dari suatu benda harus setara dengan jumlah yang lainnya. Panas yang
berpindah jadi prinsipnya kekekalan energi yang ditambahkan pada sebuah
benda sebagai positif dan pada kuantitas yang meninggalkan benda adalah
negatif.
Ketika jumlah benda berinteraksi jumlah aljabar dari setiap kuantitas
panas yang dipindahkan pada semua benda harus sama dengan nol, ini
dikarenakan teori dasar azas black adalah kekelan energi. Bunyi aas black
yaitu „jumlah kalor yang diberi logam sama dengan jumlah kalor yang
diterima air dan kalori meter (dalam sistem terisolasi).
Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dapat dipindahkan dari
suatu tempat ke tempat lain disebut kalor. Pengukuran jumlah kalor yang
serap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan ekperimen disebut
kalori meter sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
(nilai kalor) yang dibebaskan adalah kalori meter dengan menggunakn
Hukum Hess kalor reaksi atau reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan
data perubahan entalpi pembentukan standar. Energi kalor dan secara
eksperimen, proses dalam kalori meter berlangsung secara adiabotik, yaitu
tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar kedalam kalori meter.
Dalm proses ini berlaku azas black yaitu :

Qlepas = Qditeima
Qair panas = Qair dingin + Qkalori meter
m.c (Tp – Tc) = M2.c (Tc – Ta) + (Tc – Ta)
Keterangan :
m1 = massa air panas
m2 = massa air dingin
e = kalor jenis air
c = kapsitas kalori meter
Tp = suhu air panas
Tc = suhu air campuran
Ta = suhu air dingin

Kalor dapat dibagi menjadi dua jenis :


a. Kalor yyang digunakan untuk menaikkan suhu
b. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud.

(Kalor laten) persamaan yang digunakan oleh kalor ada 2


macam Q = m.u dan Q = m.L
Dimana :
u= kalor uap j/kg
L= kalor lebur j/kg
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menimbang bejana kalori meter dan pengaduknya
2. Mengisi bejana kalori meter dengan air dingin kurang lebih 2 cm dari
bawah titik bejana, menimbang kembali untuk menentukan massa air

3. Menghidupkan kompor pemanas sebesar 300 watt


4. Meletakkan bejana kalori meter yang telah di isi air dingin di atas
kompor pemanas selama 8 menit sambil mengaduk perlahan

5. Menghitung dan menerima suhu mula – mula (Tm) dengan Termometer


6. Menghitung/menentukan suhu akhir (ta) dengan komputer
7. Mengulang kembali langkah ke 1-6 dengan watt yang berbeda yaitu
600 watt
8. Membersihkan dan merapikan alat praktikum dan Praktikum pun selesai
dilaksanakan
VI. TABEL DATA

KALORIMETER

Kelompok : C7 Tanggal Percoban : 28 Mei 2022


Anggota :1. Aira Anjas Maulana
2. Muhammad Rizal Destiansah Harahap
3. Alfath Husaini
4. Rosa Marwa Nasution
5. Muhammad Dicky Pradana
6. Ricky Husein Pulungan
7. Hasanul Arifin

PERCOBAAN WAKTU WATT MK MP MK+MP+MA MA Ta0C Tm0C


10
1 8 Menit 300 98,24 111,29 422,38 212,85 33
12
2 8 Menit 600 98,24 111,29 424,01 214,48 37

3 12 Menit 300 98,24 111,29 422,38 212,85 41 14

4 12 Menit 600 98,24 111,29 422,38 212,85 46 15

DIKETAHUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM FISIKA DASAR

(NURUL MAULANA FADILLA SIMBOLON)


VII. ANALISA DATA

Diketahui :
ΔT = 8 menit
Ca = 1 kal/gram °C
Ck = 0.214 kal/gram °C
Cp = 0.11 kal/gram °C
k = 0.015

Ditanya :
1. H
2. Q
3. Qz

Jawab :

1. Percobaan 1 (300 Watt)


a) Harga air total (H)
H = MA.Ca + MK.CK + MP.CP + k
H = (212.85 x 1 kal/gram °C) + (98,24 gram x 0.214 kal/gram °C) +
(212,85 gram x 21.02 kal/gram °C) + 0.015
H = 246.26kal/°C

b) Panas yang diterima


(Q1) Q1 = H(Ta - Tm)
Q1 = 246.26 kal/°C (33 - 10) °C
Q1 = 5663,98 kalori

c) Panas yang dilepas (Q)


Q = (MA.Ca)(Ta - Tm)
Q = (212.85 gram x 1 kal/gram °C)(33 - 10)
°C Q = 4895,55 kalori
2. Percobaan 2 (600 Watt)
a) Harga air total (H)
H = MA.Ca + MK.CK + MP.CP + k
H = (214,48 gram x 1 kal/gram °C) + (98.24 gram x 0.214 kal/gram
°C) + (111.20 gram x 0.11 kal/gram °C) + 0.015
H = 247.89 kal/°C

b) Panas yang diterima


(Q1) Q1 = H(Ta - Tm)
Q1 = 247.89 kal/°C (37 - 12) °C
Q1 = 6197.25 kalori

c) Panas yang dilepas (Q)


Q = (MA.Ca)(Ta - Tm)
Q = (214.48 gram x 1 kal/gram °C)(37 - 12) °C
Q = 5362 kalori

3. Percobaam 3 (300 Watt)

a) Harga air total (H)


H = MA.Ca + MK.CK + MP.CP + k
H = (212.85 gram x 1 kal/gram °C) + (98.24 gram x 0.214 kal/gram
°C) + (111.29 gram x 0.11 kal/gram °C) + 0.015
H = 246.26 kal/°C

b) Panas yang diterima (Q1)


Q1 = H(Ta - Tm)
Q1 = 246.26/°C (41 - 14) °C
Q1 = 6649.02 kalori

c) Panas yang dilepas (Q)


Q = (MA.Ca)(Ta - Tm)
Q = (212.85 gram x 1 kal/gram °C)(41 - 14) °C
Q = 5746.95 kalori
4. Percobaan 4 (600 Watt)

a) Harga air total (H)


H = MA.Ca + MK.CK + MP.CP + k
H = (212,85 gram x 1 kal/gram °C) + (98.24 gram x 0.214 kal/gram
°C) + (111.29 gram x 0.11 kal/gram °C) + 0.015
H = 246.26 kal/°C

b) Panas yang diterima (Q1) Q1


= H(Ta - Tm)
Q1 = 246.26 kal/°C (46 - 15) °C
Q1 = 7634.06 kalori

c) Panas yang dilepas (Q) Q


= (MA.Ca)(Ta - Tm)
Q = (212.85 gram x 1 kal/gram °C)(46 - 15) °C
Q = 6598.35 kalori
VIII. GRAFIK

8 Menit
40

35

30

25

20
Ta C

15

10

0
100 200 300 400 500 600 700

Watt

12 Menit
50
45
40
35
30
25
Ta C

20
15
10
5
0
100 200 300 400 500 600 700
Axis Title

Watt
IX. GAMBAR ALAT DAN FUNGSI

Gambar Alat Fungsi

Berfungsi untuk memanaskan


air.

Berfungsi untuk mengukur


sebelum dan sesudah diberi
kalor.

Sebagai pengukur Zat


Cair
Gambar Alat Fungsi

Berfungsi untuk menghitung


waktu.

Berfungsi sebagai bahan


percobaan.

Berfungsi sebagai
wadah air es.
Gambar Alat Fungsi

Berfungsi untuk mengukur


massa air, tabung kalorimeter,
dan pengaduk.

Berfungsi untuk
mengeringkan alat – alat
praktikum.
X. Tugas Akhir Dan Pertanyaan
1. Definisikan nilai bahang (c), Berikan Satuan dalam SI
2. Jelaskan bagaimana daya listrik dalam kawat hambatan berubah menjadi
panas
3. Tuliskan Azas black dan syarat apakah yang harus dipenuhi

Jawab :
1. (c) adalah kalor jenis yaitu jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu satu gram zat sebesar satu dengan celcius. Satuannya dalam SI adalah
J/kg° C
2. p=V 2 /R , Jadi semakin kecil hambatan maka semakin besar daya listrik
pada kawat tersebut
w= p . t dalam 1 kawat = 3,6 mj, Sedangkan energi listrik dapat berubah
menjadi energi panas karena dalam 4,7 Joule terdapat 1 kalori. Jadi dalam
3,6 Mj terdapat 857.143 kalori maka semakin besar energi listrik yang
digunakan semakin besar pula nilai energi panas pada kawat
3. Azas black adalah prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan oleh
Joseph Black dalam hal ini menjabarkan :
 Jika 2 buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan 1 benda yang
panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya
sama
 Jumlah Kalor yang diserap benda dingin dan dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas
 Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor
yang diserap bila dipanaskan.
XI. Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
1. Kalor yang diberikan kepada suatu zat digunakan untuk menaikkan
suhu dan mengubah wujud zat.
2. Kalor berpindah secara konveksi
3. Perbandingan suhu dan waktu berbanding lurus.

B. Saran
1. Sebaiknya ruang untuk masing-masing modul dipisah agar para
mahasiswa bisa lebih fokus dalam melaksanakan praktikum.
2. Waktu praktikum dan pengumpulan laporan jangan terlalu cepat.
XII. DAFTAR PUSTAKA

Purwadari, Endah. 2013. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, Jember. Universitas


Jembar
Purwanto, Budi. 2007 Fisika Dasar
Holiday david, fisika dasar Erlangga, Jakarta.
Modul Praktikum Fisika Dasar, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Wahyuni, Sri. 2020 Modul Thermodinamika

Anda mungkin juga menyukai