Anda di halaman 1dari 11

POTENSIAL AIR

LAPORAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan yang
diampu oleh :
Dr. H. Taufik Rahman, M.Pd.
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si
Dr. Hj. Sri Anggraeni, MS
Dr. R. Kusdianti, M.Si.
Dr. Wahyu Surakusumah, S.Si., M.T.
Tri Suwandi, S.Pd., M.Sc.

Disusun oleh :
Kelompok 9
Pendidikan Biologi B 2018
Anna Nurzahra 1804064
Aulia Nurhamidah Hidayat 1807045
Ivie Aulia Putri 1801223
Imelda Gita Fitria 1800837

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
1. Judul : Potensial Air
2. Tujuan : Untuk Mengukur Potensial Air Dalam Jaringan Tumbuhan
3. Dasar Teori
Komponen utama yang menyusun tumbuhan adalah air. Hampir 60 sampai
90 persen tumbuhan tersusun atas air. Bahkan, untuk aquatic plant (tumbuhan
air), tumbuhan ini tersusun 95% oleh air. (Nailoa, 2000). Proses fisiologi yang
berlangsung pada tumbuhan berkaitan dengan air atau bahan-bahan (senyawa atau
ion) yang terlarut didalamnya. Air merupakan suatu molekul yang sederhana,
terdiri dari 1 atom oksigen (O) dan 2 atom hidrogen (H). Tumbuhan banyak
mengandung air di dalam sel-selnya. Hal ini yang menyebabkan suhu tumbuhan
relatif stabil walaupun menerima atau kehilangan energi. Untuk dapat diserap oleh
tanaman, molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar. Dari
permukaan akar ini air (bersama bahan-bahan yang terlarut) diangkut menuju
pembuluh xilem. Lintasan pergerakan air dari permukaan akar menuju pembuluh
xilem ini disebut lintasan radial pergerakan air. (Lakitan, 2010)

Potensial air adalah energi bebas yang dimiliki oleh suatu cairan atau
larutan untuk berpindah. Dalam sistem tumbuhan, potensial air sering
dilambangkan dengan  (psi) yang berasal dari huruf Yunani, adapun lambing
untuk potensial air itu sendiri w (water potential). Nilai potensial air itu relatif,
hal ini dikarenakan besarnya potensial air pada tumbuhan ditentukan dengan cara
membandingkannya dengan potensial air murni. Untuk itu, ditetapkan besarnya
potensial air murni itu nol (0). Karena potensial murni itu nol (0) maka besar dari
potensial air pada sel dan jaringan akan bernilai negatif (kurang dari 0).
Sebagaimana kita tahu, jika air akan bergerak dari potensial yang lebih tinggi ke
potensial yang lebih rendah. Karena potensial pada sel dan jaringan tumbuhan
selalu lebih rendah dari potensial air pada media, maka air dapat bergerak dari
media tanam ke dalam sel dan jaringan tumbuhan. (Hamim, 2008).

Potensial air penting untuk diketahui, hal ini dikarenakan untuk


mengetahui status air di dalam sel atau jaringan tumbuhan, apakah tumbuhan
tersebut cukup air atau malah kekurangan air. Jika sel dan jaringan tumbuhan
kekurangan air, maka air dari lingkungan akan sulit masuk ke dalam akar akibat
perbedaan potensial yang sangat rendah. Perbedaan potensial air dari suatu sel dan
jaringan tumbuhan ditentukan oleh, zat-zat terlarut atau konsentrasi, tekanan
dinding sel, gravitasi dan matriks. (Hamim, 2008).

4. Metode Praktikum
4.1 Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin, 01 Maret 2020
Waktu : 09.30-12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA A UPI

4.2 Metode yang digunakan


Metode yang digunakan untuk mengukur potensial air dalam jaringan
adalah dengan menggunakan metode observasi dan eksperimen. Dengan
melakukan praktikum memberi perlakuan memasukkan potongan kentang ke
dalam 3 larutan yang berbeda dan memasukan potongan-potongan daun Rhoeo
discolor ke dalam 2 larutan yang berbeda pula. Perlakuan yang diberikan yaitu
perbedaan konsentrasi larutan. Setiap kelompok melakukan praktikum pada daun
dan umbi yang berbeda-beda.
4.3 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No. Nama Alat Jumlah
1 Tabung Reaksi 2 buah
2 Timbangan Digital 1 buah
3 Gelas Ukur 10 ml 3 buah
4 Gelas Beaker 250 ml 1 buah
5 Pipet 3 buah
6 Rak Tabung 1 buah
7 Label 5 buah
8 Gelas Plastik 3 buah
9 Alumunium foil Secukupnya
10 Pengebor gabus (0,6 dan 0,8 1 unit
cm)
11 Mistar 1 buah
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
No. Nama Bahan Jumlah
1 Kentang 4 cm 12 potong
2 Daun Rhoeo discolor 2 lembar
3 Sukrosa 0,5 M 15 ml
5 Sukrosa 0 M 30 ml
6 Sukrosa 0,4 M 30 ml
7 Sukrosa 0,8 M 30 l

4.5 Langkah Kerja

Kentang dicuci
bersih dan 12 potong kentang
Alat dan bahan
dipotong langsung dibagi ke dalam 3
disiapkan
dengan pengebor gelas sama banyak
gabus

Masing-masing Masing-masing Ketiga kentang di


kelompok kentang larutan dan
dalam larutan
ditimbang kelompok kentang
menggunakan dimasukan ke dalam
diamati selama 30
timbangan digital gelas menit

Hasil pengamatan
dicatat dan
didokumentasikan
dalam laporan

Bagan 1. Langkah kerja mengukur potensial air umbi kentang


Daun Rhoeo
100 potong daun
discolor ditumpuk
Alat dan bahan dibagi ke dalam 2
dan dipotong
disiapkan langsung dengan
tabung reaksi
sama banyak
pengebor gabus
Masing-masing
larutan dan
kelompok Rhoeo Masing-masing
Kedua tabung
discolor tabung reaksi
reaksi diamati
dimasukan ke dikocok terus
selama 30 menit
dalam gelas dan menerus
ditutup dengan
alumunium foil
Larutan dites dengan
meneteskan Metilen Hasil pengamatan
Saring potogan-
Blue dan diamati apakah dicatat dan
potongan daun tetesan tersebut didokumentasikan
di dalam tabung mengapung, melayang, dalam laporan
atau tenggelam

Bagan 2. Langkah kerja mengukur potensial air Rhoeo discolor


5. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Keadaan Larutan Metylen Blue Terhadap Larutan Uji
Larutan Rhoeodiscolor Coleus
Uji (M) 1 2 3 7 8 9 4 5 6
0 Mengapung Mengapung Mengapung
0,1 Melayang Mengapung Mengapung
0,2 Mengapung Melayang Melayang
0,3 Melayang Melayang Melayang
0,4 Melayang Tenggelam Melayang
0,5 Tenggelam Tenggelam Melayang
0,6 Tenggelam Tenggelam Mengapung

Tabel 2. Selisih Massa Pada 4 Jenis Umbi dengan Konsentrasi Larutan yang Berbeda
Larutan Selisih Massa
Sukrosa Wortel Kentang Bit Lobak
(M) 1 2 3 4 9 5 6 7 8
0 0,78 0,66 1,05 1,02 1,89
0,2 0,8 0,79 0,77 1,6
0,4 0,53 0 -0,44 0,73 0,45
0,6 0,14 0,47 -0,07 -0,59
0,8 0 0,44 -1,06 -0,15 -0,85
1 -0,24 0,77 -0,45 -0,95
6. Pembahasan

6.1. Pembahasan uji pengukuran potensial air daun tumbuhan dengan cara
Shardakov
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan terhadap daun Rhoeodiscolor
dan Coleus, terdapat kondisi metylen blue yang berbeda beda untuk setiap larutan
uji yang digunakan. Pada konsentrasi 0, seluruh metylen blue pada larutan uji
mengapung. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan uji memiliki konsentrasi
yang lebih tinggi (hipertonik) dibandingkan dengan konsentrasi metylen blue.
Kemudian pada konsentrasi 0,3 seluruh metylen blue pada larutan uji memiliki
kondisi melayang. Hal itu menunjukkan bahwa air yang masuk dan keluar jaringan
tumbuhan setara (isotonic). Pada konsentrasi 0,4 terdapat kondisi metylen blue
yang melayang dan tenggelam, sehingga dapat diperkirakan bahwa larutan uji yang
isotonis dengan jaringan adalah pada konsentrasi 0,3-0,4M.
Pada larutan uji Rhoeodiscolor 0,6 posisi metylen blue tenggelam, hal itu
menunjukkan bahwa pada larutan uji terdapat kandungan air yang banyak dan
berasal dari air pada jaringan yang keluar, sehingga larutan menjadi encer dan
larutan menjadi hipotonik terhadap metylen blue. Pada konsentrasi 0,1 ; 0,2 dan
0,5 terdapat perbedaan posisi metylen blue yang terlalu jauh sehingga data tidak
dapat di pakai. hasil yang jauh berbeda tersebut dapat terjadi karena perbedaan
kekuatan penguji yang menghomogenkan daun dengan larutan sukrosa.

Setelah dihitung menggunakan rumus potensial air, potensial air sel pada
konsentrasi 0 adalah sebesar 0 atm. Kemudian pada konsentrasi larutan 0,3 sel
memiliki potensial air sebesar -743,8 atm. Lalu pada konsentrasi larutan 0,4 sel
memiliki potensial air sebesar -991,7 atm dan pada larutan dengan konsentrasi 0,6
sel memiliki potensial air sebesar -1487,6 atm.

6.2 Pembahasan uji pengukuran potensial air umbi jalar atau umbi kentang
Kami melakukan uji pengukuran potensial air terhadap wortel, kentang, bit
dan lobak dengan memotongnya menjadi berbentuk silinder-silinder dengan
panjang 4cm. sebelum silinder-silinder tersebut diberi perlakuan, silinder-silinder
tersebut ditimbang terlebih dahulu dan setelah itu diberi perlakuan yang berbeda.
Silinder-silinder tersebut direndam di larutan sukrosa dengan konsentrasi yang
berbeda-beda (0 ; 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1 M). setelah direndam selama 30 menit,
silinder-silinder tersebut ditimbang kembali dan didapatkan selisih massanya.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada bit dan lobak menunjukan hasil yang
sesuai dengan teori yaitu jika potongan silindris umbi diletakkan di larutan dengan
konsentrasi yang semakin tinggi maka selisih massa awal dan akhir akan semakin
berkurang atau silindris umbi akan semakin mengkerut. Hasil pengamatan pada
umbi bit, pada konsentrasi 0 silindris bit mengalami kenaikan massa sebesar 1,02g
kemudian pada konsentrasi 0,2 bit mengalami kenaikan massa sebesar 0,77g dan
pada konsentrasi 0,4 mengalami kenaikan massa sebesar 0,73g. Pada ketiga
konsentrasi larutan tersebut, ketiga larutan itu merupakan larutan yang hipotonik
terhadap silindris bit sehingga air pada larutan masuk kedalam silindris bit dan
membuat silindris bit mengalami kondisi turgid. Kemudian pada larutan dengan
konsentrasi 0,6 ; 0,8 dan 1 M, silindris bit mengalami plasmolysis ditandai dengan
berkurangnya massa silindris bit, berturut turus sebesar -0,07 ; -0,15 dan -0,45.
Penurunan massa silindris bit menunjukkan bahwa ketiga larutan uji tersebut
hipertonik terhadap silindris bit sehingga menyebabkan air pada silindris bit
keluar, dan sel mengalami plasmolysis.

Kemudian hasil pengamatan pada lobak tidak jauh berbeda dengan hasil
pengamatan pada bit. Pada konsentrasi larutan 0 ; 0,2 dan 0,4 silindris bit
mengalami kenaikan massa berturut-turut sebesar 1,89 ; 1,6 dan 0,45g. hal ini
menunjukkan bahwa larutan uji tersebut hipotonik terhadap silindris lobak,
sehingga air pada larutan memasuki sel lobak dan sel menjadi turgid. Kemudian
pada larutan dengan konsentrasi 0,6 ; 0,8 dan 1M, silindris lobak mengalami
penurunan massa berturut-turut sebesar -0,59 ; -0,85 dan -0,95. Hal ini
menunjukkan bahwa ketiga larutan uji tersebut hipertonik terhadap silindris lobak,
sehingga air pada sel lobak keluar dan sel mengalami plasmolysis.

Hasil pengamatan pada kentang dan wortel menunjukkan hasil yang tidak
sesuai dengan teori. Grafik selisih massa pada gradient konsentrasi tidak
menunjukkan penurunan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa factor seperti
kurang telitinya penguji dalam mengukur massa atau saat membuat kentang dan
wortel menjadi silindris yang kurang tepat, dan banyak factor lainnya.
7. Kesimpulan dan Saran

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum :
1. Potensial air yang terjadi pada kentang dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka kentang akan
menciut atau mengkerut atau dinamakan dengan plasmolisis. Dan semakin
rendah konsentrasi larutan pelarut, maka kentang akan bertambah besar
ukurannya atau yang dinamakan dengan turgid. Kedua hal tersebut sesuai
dengan teori, karena semakin tinggi konsentrasi larutan pelarut maka
jumlah H2O yang terikat dengan zat terlarut akan terbuang keluar ke
dalam larutan pelarut yang menyebabkan kentang menadi menciut atau
mengkerut. Dan semakin rendah konsentrasi dalam larutan pelarut maka
H2O akan terserap ke dalam kentang atau seakan-akan H2O pada larutan
pelarut itu masuk ke dalam kentang yang menyebabkan ukuran kentang
bertambah besar.
Potensial air yang terjadi pada daun Rhoeo discolor jika Metilen
Blue mengapung, itu artinya H2O dalam larutan masuk ke dalam daun
sehingga seakan-akan hanya tersisa zat-zat nya saja maka itulah yang
menyebabkan Metilen Blue lebih ringan dan mengapung.
7.2. Saran
Pada saat proses praktikum maupun pembuatan laporan, kami
menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dan juga
ketidaksempurnaan. Pada saat praktikum sebaiknya penulis maupun
pembaca yang mungkin akan melakukan sebuah praktikum hendaknya
lebih teliti dan hati hati, agar menghindari kesalahan-kesalahan yang
mungkin akan terjadi. Dan kami selaku penyusun bertanggungjawab agar
dapat lebih baik lagi dalam laporan selanjutnya. Oleh karena itu, kritik
serta saran dari pembaca akan kami terima dengan senang hati agar kami
dapat memperbaiki kesalahan yang telah terjadi.
Daftar Pustaka

Nailoa, B. Paul. (2000). “Pressure Chamber”, Alat untung Mengukur Status dan Tata Air
dalam Tumbuhan. Di Sela-sela Laboratorium dan Plot Eksperimen (5, pp. 125).
Balitbang Botani, Puslitbang Biologi: LIPI.

Lakitan, Benyamin. (2010). Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Hamim. (2008). Fisiologi Tumbuhan (1ed.). Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai